2. Penyakit infeksi
Ketika anak terinfeksi oleh suatu penyakit maka tubuh akan membentuk antibody
dalam rangka menyerang antigen baik virus, bakteri dalam tubuh. Pembentukan
antibody membutuhkan protein yang tinggi sehingga antibody yang terbentuk
menjadi baik. Akibatnya apabila anak terjadi infeksi makan protein dalam tubuh akan
dilisis atau diubah untuk menjadi antibody. Sehingga gizi anak juga menjadi kurang,
pada saat anak terinfeksi penyakit maka nafsu makan anak juga menjadi tidak baik,
sehingga penyerapan makanan menjadi terganggu.
b. Gambarkan dan uraikan proses kejadian kurang energi dan protein pada anak :
2. Nutrisi yang tepat bagi seorang olaragawan menjadi hal yang sangat esensial pada saat
bertanding.
a. Pengaturan makanan-gizi, cairan dan frekuensi makan bagi olahragawan:
Pengaturan Makanan gizi, cairan dan frekuensi bagi olahragawan sangat penting
sehingga harus memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan dan jenis olahraga seta
memperhatikan periodisasi latihan, masa kompetisi dan masa pemulihan.
Gerak olahraga adalah kontraksi otot yang disertai pembebasan energy berupa ATP yang
tersedia di dalam sel otot. ATP dalam sel jumlahnya terbatas dan dapat dipakai sebagai
sumber energy hanya dalam waktu 1-2 detik, kontraksi otot akan tetap berlangsung apabila
ATP yang telah berkurang dibentuk kembali. Pembentukan ATP dapat berasal dari Kreatin
Fosfat, glukosa, glikogen dan asam lemak. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari
energi yang digunakan setiap hari Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan
beberapa komponen penggunaan energi : basal metabolic rate (BMR), spesific dynamic
action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.
Frekuensi makan: Untuk memenuhi kebutuhan atlet yang begitu besar kandungan
Karbohidratnya, maka pembagian makannya perlu diperhatikan. Perlu dibagi dalam
beberapa porsi dan waktu yang sering.
b. Untuk tingkatkan endurance (ketahanan/daya tahan), gizi apa yang dibutuhkan
bagi seorang atlet
Daya tahan atau endurance adalah kemampuan organ tubuh olahragawan dalam melawan
kelelahan selama berlangsung aktivitas olahraga. Kebutuhan energi pada pada seorang atlet
diperoleh melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui
pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui
pemecahan protein untuk mempertahankan tubuh dalam mencegah kelelahan
( endurance) Simpanan protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat
digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan karbohidrat ataupun lemak
tidak lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.Penggunaan antara
lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja,
pembakaran lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat dalam hal produksi energi tubuh. Namun walaupun lemak akan
berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh dalam olahraga dengan intensitas rendah,
ketersediaan karbohidrat tetap akan dibutuhkan oleh tubuh untuk menyempurnakan pembakaran
lemak serta untuk mempertahankan level glukosa darah.
Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk
mengalami kerusakan jaringan ototn terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga yang
berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan durasi panjang
sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat
simpanan glikogen sudah semakin berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka
kebutuhkan konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar
jika dibandingkan dengan kebutuhan non-atlet.
3. Gizi buruk dan penyakit infeksi memiliki kaitan erat. Keduanya secara sinergis saling menpengaruhi
dan berakibat memburuknya status kesehatan seseorang, yang pada akhirnya dikenal dengan istilah loss
generation. Tugas anda adalah:
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi,
anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertamakehidupan merupakan masa kritis,
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan danperkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi
yang terjadi pada periode inibersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi
pada masaselanjutnya terpenuhi.Pertumbuhan merupakan komponen penting dalam menilai
status gizi dandapat digunakan sebagai indikator dari kesehatan/kesejahteraan individu
maupunpopulasinya.Gangguan pertumbuhan masih menjadi masalah kesehatan diIndonesia
Kekurangan gizi terjadi pada saat tubuh tidak memperoleh jumlah energi,protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya dalamjumlah cukup yang diperlukan untuk
mempertahankan organ dan jaringannyatetap sehat serta berfungsi dengan baik. Bertambah berat
badan merupakan tandayang menunjukkan bahwa seorang anak dan tumbuh serta berkembang
dengan baik,.Asupan zat gizi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anakdari bayi
hingga masa remaja. Diet seimbang tidak hanya berpengaruh terhadappertumbuhan, tetapi juga
berfungsi sebagai imunitas, penunjang kemampuanintelektual.Masa balita merupakan bagian
penting dalam tumbuh kembang anak.Karena masa tersebut terjadi pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sangatpesat. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial,emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan menjadi
landasanperkembangan berikutnya. Kekurangan zat gizi yang biasa terjadi pada balitaseperti,
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), dan Anemia GiziBesi (AGB).
Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibumenyusui meningkat dan
seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari,terutama vitamin A untuk balita, zat besi
untuk ibu dan yodium untuk penduduk didaerah endemis gondok Suplementasi zat gizi (tablet,
kapsul atau bentuk lain)diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi.Berdasarkan faktor
penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizidilakukan dengan dua pendekatan yaitu
secara langsung (kegiatan spesifik) dansecara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan
spesifik umumnya dilakukanoleh sektor kesehatan seperti Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) , pemberian tablet tambah darah,
pemeriksaankehamilan, imunisasi Tetanus Toksoid (TT) , pemberian vitamin A pada ibu
nifas.Bayi dan balita dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif,pemberian
vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan
yang sensitif melibatkan sektor terkait sepertipenanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan,
penyediaan lapangan kerja,perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar, fasilitas kesehatan).
b. Loss generation atau generasi hilang akibat keterkaitan gizi buruk dan penyakit
infeksi yang mempengaruhi status kesehatan seseorang :kekurangan gizi yang terjadi
berkepanjangan akan mengakibatkan kerusakan permanen pada beberapa organ.
Penderita gizi buruk juga rentan terhadap infeksi dan mengalami gangguan fungsi
seperti pembengkakan hati, pengecilan otot, dan peradangan kulit. Tentu saja jika tidak
ditangani dengan baik, risiko kematian menjadi sangat besar. Dampak gizi buruk yang
bersifat permanen sangat dimungkinkan terjadi pada anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Kekurangan gizi pada masa ini, terlebih masa golden period (0-3 tahun),
tidak hanya menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan fisik, tetapi juga
perkembangan mental dan intelektual sang anak akan mengalami gangguan serius.
Efeknya terlihat dari rendahnya tingkat kecerdasan, rentan terhadap penyakit, gangguan
dalam pemusatan perhatian, lambatnya perkembangan kemampuan kognitif, dan
berbagai gangguan lain yang berdampak pada rendahnya kualitas manusia secara umum.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masa depan bangsa ini masih dalam kondisi terancam
kehilangan generasi yang berkualitas atau loss generation. Generasi yang tumbuh
dan berkembang dalam kondisi kurang gizi atau gizi buruk akan sulit bersaing dengan
yang lainnya. Pada gilirannya mereka akan tersisih dan berpotensi menjadi mata rantai
penyebab gizi buruk generasi berikutnya. Tentu saja hal tersebut tak boleh terjadi. Tentu
saja mengakibatkan kita kehilangan generasi penerus bangsa yang unggul dan berdaya
saing akibat gizi buruk yang tidak ditangani dengan baik.
5. Jumlah penduduk usila cenderung meningkat sebagai dampak positif hasil pembangunan kesehatan,
termasuk gizi. Tugas anda adalah.
a) Jelaskan disertai contoh, hubungan gizi dengan usia lanjut.
b) Jelaskan dengan contoh, faktor yang mempengaruhi asupan gizi lansia
c) Sebutkan dan jelaskan apa saja masalah kesehatan yang ada pada usia lanjut, dan upaya apa
yang dilakukan untukmenekan masalah tersebut..
a. Gizi sangat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup pada usia lanjut. Kualitas hidup
lansia dipengaruhi oleh status gizi dan penyakit. Bertambahnya usia akan disertai dengan
penurunan fungsi dan metabolisme serta komposisi tubuh.Perubahan-perubahan itu
menyebabkan kebutuhan terhadap zat gizi dan jumlah asupan makanan berubah.Penurunan daya
tahan tubuh lansia menyebabkan lansia mudah terserang penyakit dan menyebabkan kualitas
hidup lansia menjadi rendah. Masalah gizi dan penyakit yang dipengaruhi oleh makanan sering
kali menimpa lansia. Perubahan kebutuhan dan asupan gizi harus diantisipasi dengan pemberian
nutrisi secara tepat sehingga tidak menimbulkan masalah gizi atau memperburuk kondisi fisik
lansia.Asupan makanan yang memengaruhi lansia adalah proses degeneratif pada saluran cerna di mana
saluran ceran mengalami perubahan mulai dari rongga mulut sampai ke usus. Berkurangnya asupan zat
gizi terjadi akibat sedikitnya jumlah makan yang dimakan serta berkurangnya daya cerna, daya serap, dan
distribusi zat gizi dalam tubuh lansia. Karena kebutuhan lansia terhadap energi menurun, maka bila
disertai dengan kelebihan asupan energi dari makanan dapat pula timbul masalah gizi lebih berupa
obesitas .Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan terutama makanan yang banyak
mengandung lemak, protein, dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan, juga disebabkan
karena berkurangnya aktivitas fisik
Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas
fisik atau penurunan jumlah makanan, maka kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang
mengakibatkan kegemukkan . Kegemukkan dapat mengganggu fungsi tubuh, meningkatkan tekanan
darah pada paru-paru, serta mencetuskan penyakit-penyakit kronis seperti diabetes mellitus, dan tekanan
darah tinggi. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi usia lanjut untuk
mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit degeneratif serta kemungkinan kurang gizi. Faktor-
faktor yang menyebabkan kurang gizi pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, penyakit-
penyakit kronis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
cara pengolahannya.Kehilangan gigi merupakan bagian dari proses menua. Kaum manula dengan gigi
yang tidak lengkap lagi akan mempunyai masalah dalam mengunyah makanan, dan lambat laun daya
penerimaan makanan semakin berkurang pada akhirnya akan kekurangan gizi (Khomsan, 2004
b.Faktor yang mempengaruhi asupan gizi lansia :
c. Masalah kesehatan yang ada pada usia lanjut, dan upaya apa yang dilakukan untukmenekan
masalah tersebut.
Kondisi fisik bagi individu yang berusia lanjut (lansia) berbeda dengan orang dewasa. Penurunan
kondisi fisik pada lansia seperti berkuranganya pendengaran, penglihatan, gangguan pada
pencernaan, jantung, ginjal serta kemampuan sistem imun tubuhnya pun berkurang jauh. Selain
itu, lansia lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi yang paling sering menyerang lansia adalah
infeksi paru, infeksi saluran kemih dan pencernaan.K aum lansia harus menghindari makan
makanan yang diproses secara tidak higienis atau makanan yang sering dipanaskan sebelum
dikonsumsi. Makanan segar dan tak berpengawet sangat dianjurkan. Hindari pula makan
makanan yang terlalu banyak bumbu (baik pedas, asin ataupun asam), mengingat pencernaan
lansia juga lebih sensitif. Upayakan makan dan minum secara teratur, seringkali seorang lansia
kekurangan rangsang haus dan laparnya. Artinya meskipun kekurangan cairan tidak terasa haus,
demikian pula dengan rasa lapar. Kekurangan zat gizi utama (karbohidrat, protein dan lemak)
apalagi disertai vitamin dan mineral akan meningkatkan risiko kurang gizi pada lansia yang
berakibat fatal.
b. Kondisi keterdidikan anak yang bagaimana dapat dikaitkan dengan kejadian gangguan
mental dan retardasi mental.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan bahwa terjadi perubahan perilaku
positif. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak. Educabilitas atau keterdidikan digambarkan sebagai suatu penyakit yang merampas
kehidupan normal manusia dari kemampuannya menggunakan intelegensi dan emosi dengan
sewajarnya. Anak dengan retardasi mental mengalami hambatan pada bidang pendidikan
maupun dalam komunikasinya, sehingga anak akan mempunyai hambatan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari dan mengakibatkan perkembangan pada komunikasi bisa terhambat dalam
melakukan keterampilan dan kemandirian untuk dirinya. Keterbelakangan mental (mental
retardation, MR) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada di
bawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya kemampuan menyesuaikan diri (perilaku
maladaptif), yang mulai tampak pada awal kelahiran. Pada mereka yang mengalami mental
retardation memiliki keterbelakangan dalam kecerdasan, mengalami kesulitan belajar dan
adaptasi sosial. Keterdidikan adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk perkembangan
mental; dan perkembangan mental yang saya maksud adalah pertumbuhan fungsi-fungsi pikiran
yang normal dalam ras dan bangsanya. Jelas bahwa pertanyaan tentang pendidikan ini bukan
hanya masalah pedagogik, tetapi salah satu kepentingan sosial yang paling utama; untuk hadir di
komunitas dari sejumlah besar orang. Tingkat pendidikan bervariasi pada individu yang berbeda,
ditentukan oleh potensi bawaan untuk perkembangan mental yang tidak dapat dilampaui.
7. Teori eko-sosial kesehatan dapat menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
optimal,tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan fisik, perilaku
dan gaya hidup individu, yang kondisinya dapat dijelaskan dari pemahaman secara “holistic” dan
“sistimatik” tentang kesehatan. Apa maknanya?
Jawab:
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan , sehingga dapt diukur
dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam
jumlah,ukuran dan fungsi tingkat sel,organ,maupun individu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal
antara lain jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila faktor ini dapat berinteraksi
dalam lingkungan yang baik dan optimal, akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.
Faktor ekososial yang mempengaruhi pertumbuhan anak antara lain : pendidikan, pekerjaan,
teknologi, budaya dan pendapatan keluarga. Faktor tersebut akan berinteraksi satu dengan yang
lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Ketersediaan zat
gizi pada tingkat seluler yang rendah yang pada akhirnya akan mengakibatkan pertumbuhan
terganggu .
Jadi factor ekososial seperti faktor social ekonomi, factor fisik, gaya hidup, perilaku hidup
mempengaruhi secara menyeluruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan optimal, saling
berhubungan holistic dan sistematis.
8.Pada masa remaja, hal yang menonjol adalah proses pematangan organ reproduksi, terjadi
Growth Spurt II, terjadi PHV (Peak High Velocity), dan juga PWV (Peak Weight Velocity).
Anak remaja sering mengalami anorexia dan bulimia.Berdasarkan kondisi ini dan dari sisi
menu/gizi, apa saja yang dapat direkomendasikan untuk tumbuh kembang anak remaja secara
optimal?
Jawab :
Anorexia dan bulimia adalah gangguan makan kerap terjadi pada remaja, karena pada usia
tersebut mereka lebih cenderung memperhatikan citra diri sehingga butuh perhatian khusus
untuk menanganinya. Gangguan makan tersebut merupakan kelainan kompleks yang
memengaruhi banyak orang di segala rentang usia. Kelainan ini dapat timbul saat seseorang
memasuki masa remaja.Seseorang yang mengidapnya dapat mengalami komplikasi yang serius
sehingga mengganggu tumbuh kembang yang optimal pada remaja. Remaja yang mengidap
gangguan anorexia menghindari makan serta mengontrol kuantitas dan kualitas sesuatu yang
dikonsumsinya. Tubuhnya mungkin sudah menunjukkan penurunan berat badan, tetapi pengidap
masih menganggap dirinya gemuk. Karenanya, pengidapnya pun akan tetap melakukan diet ketat
disebabkan citra tubuhnya yang terdistorsi. Gangguan pada bulimia dapat menyebabkan
pengidapnya mengonsumsi makanan dalam porsi yang banyak dan kesulitan untuk menahannya.
Meski begitu, pengidapnya memiliki perasaan takut untuk mengalami pertambahan berat badan.
Beberapa hal yang dilakukan setelah makan adalah berusaha memuntahkan kembali
makanannya, mengonsumsi obat pencahar, hingga olahraga berlebihan.
Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi gangguan makan yang
terjadi khususnya pada remaja, antara lain:
1) Tingkatkan rasa pe rcaya diri. Seseorang yang memiliki percaya diri tinggi akan menerima
apa yang ada dalam diri mere ka baik dari segi p nampilan maupun postur tubuh .
2) Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarka n media tentang bentuk
dan berat badan ideal karena dapat menurunkan rasa percaya diri.
3) Tingkatka n dina mika lingkungan. Usahakan tetap terjalin komunikasi yang baik diantara
keluarga dan teman.
Intervensi gizi yang kita lakukan agar tumbuh kembangnya optimal adalah :
Banyak perubahan yang terjadi di masa remaja, entah itu dari segi fisik maupun psikis.
Perkembangan massa tulang, lemak tubuh, tinggi badan, berat badan, hingga organ reproduksi
remaja tampak sangat pesat sehingga kebutuhan energi dan zat gizi pada remaja secara
keseluruhan, biasanya akan lebih tinggi ketimbang anak-anak guna mendukung tumbuh
kembangnya di masa ini total kebutuhan gizi kelompok remaja bisa dikatakan paling tinggi
ketimbang kelompok usia lainnya. Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat
serta perkembangan dan maturasi seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang
mutlak dan hakiki. Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak
negatif yang dapat melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:
Energi
Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan
kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal
(MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya
mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat
bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih sesuai.
Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien sehingga
kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan
pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.
Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh tanpa
lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama
percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi terjadi
(perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara konsisten
pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual
serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber serat
makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak lebih dari
10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.
Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak lebih
dari 10% berasal dari lemak jenuh.
Gambaran khas pada remaja yaitu : pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan
diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan
tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan
mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang
sering terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan
waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang
mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada
remaja perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan
dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya asupan
makanan berlebihan menjadi obesitas.