Masker Clay
Masker Clay
SKRIPSI
OLEH:
AGUSTINA SYAPUTRI DAMANIK
NIM 141501195
SKRIPSI
OLEH:
AGUSTINA SYAPUTRI DAMANIK
NIM 141501195
ii
Universitas Sumatera Utara
Pembimbing, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.
NIP 195807101986012001 NIP 195306251986012001
PENGESAHAN SKRIPSI
OLEH:
AGUSTINA SYAPUTRI DAMANIK
NIM 14151195
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
berjudul “Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan Masker Clay yang Mengandung
Ampas Kopi (Coffea arabica L.)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
Sumatera Utara.
Masker clay adalah sediaan kosmetik perawatan kulit wajah tipe wash off
yang praktis digunakan. Ampas kopi merupakan hasil samping ekstraksi kopi
berkhasiat seperti kafein, asam organik, mineral, antioksidan dan memiliki tekstur
butiran scrub yang baik untuk mengangkat sel kulit mati, menghaluskan, dan
melembapkan kulit. Tujuan penelitian adalah formulasi dan uji efektivitas masker
clay ampas kopi sebagai perawatan kulit wajah. Hasil penelitian menunjukkan
formulasi masker clay ampas kopi memberikan efektivitas sebagai perawatan kulit
harapan agar skripsi ini kiranya dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia
Reveny, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis selama
penelitian, kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.
iv
Universitas Sumatera Utara
Nazliniwaty, M. Si., Apt., selaku dosen penguji, dan Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S.,
Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi beserta seluruh dosen pengajar di Fakultas
Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama
di bangku perkuliahan.
Damanik, S.T, Ibunda Renna Siagian, S.Pd., kakak saya Rani Damanik, S.Pd.,
Febrina Damanik, SKM., adik saya Surya Damanik, Parasian Damanik serta
seluruh keluarga dan sahabat yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan
dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini. Akhirnya penulis berharap
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab pembimbing.
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS
SEDIAAN MASKER CLAY YANG MENGANDUNG
AMPAS KOPI (Coffea arabica L.)
ABSTRAK
Latar belakang: Ampas kopi adalah residu yang diperoleh selama proses
penyeduhan kopi. Ampas kopi memiliki kandungan berkhasiat seperti kafein,
asam klorogenik, dengan tekstur butiran scrub yang baik untuk mengangkat sel
sel kulit mati, menghaluskan, dan melembapkan kulit sehingga dapat digunakan
sebagai masker clay. Masker clay adalah sediaan kosmetik perawatan kulit wajah
tipe wash off yang praktis digunakan.
Tujuan: Tujuan penelitian adalah formulasi dan uji efektivitas masker clay dari
ampas kopi (Coffea arabica L.)
Metode: Metode penelitian meliputi pengolahan ampas kopi, pengeringan dan
pengayakan dengan ayakan mesh 40. Hasil ampas kopi yang telah diayak
diformulasi sebagai masker clay dengan konsentrasi ampas kopi 5% (FI); 10%
(FII), 15% (FIII) dan tanpa menggunakan ampas kopi (blanko). Evaluasi sediaan
masker clay meliputi evaluasi mutu fisik sediaan, uji homogenitas, uji stabilitas
selama 12 minggu penyimpanan (bau, warna, pH dan konsistensi), uji waktu
sediaan mengering. Uji iritasi terhadap kulit dari sukarelawan dan uji efektivitas (
kadar air, kehalusan, pori, noda) sediaan masker clay ampas kopi (Coffea arabica
L.) dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan setiap minggu 1 kali sesudah
pemakaian selama 4 minggu. Uji efektivitas masker clay menggunakan alat skin
analyzer. Data hasil uji dianalisis secara statistik dengan metode Shapiro-Wilk
Test dilanjutkan dengan metode Kruskal Wallis Test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sediaan masker clay berbentuk
pasta, berwarna coklat muda hingga coklat tua, berbau khas, homogen, stabil
selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar (20±5°C), nilai pH (5,5-6,5)
dan lama waktu pengeringan (13-26 menit), tidak mengiritasi sukarelawan. Hasil
pengujian efektivitas sediaan masker clay ampas kopi (Coffea arabica L.) dengan
konsentrasi 15% memberikan hasil yang lebih baik yaitu dapat meningkatkan
kadar air (14,9%) menambah kehalusan (22,4%) menurunkan ukuran pori ( 24%)
dan menurunkan jumlah noda (32,2%) dibandingkan dengan blanko, ampas kopi
konsentrasi 5% dan 10%. Hasil uji data secara statistik menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan pada kadar air antar formula.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian disimpulkan ampas kopi dapat
diformulasikan sebagai sediaan masker clay dan stabil pada penyimpanan 12
minggu, masker clay ampas kopi 15% memiliki efektivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan konsentrasi 5%; 10% dan blanko.
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND EVALUATION OF EFFECTIVENESS
OF COFFEE GROUND (Coffea arabica L.) CLAY MASK
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Morfologi ................................................................. 6
x
Universitas Sumatera Utara
2.7.2.1 Bentonit ........................................................ 19
xi
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Pemeriksaan Senyawa Fenolik dan Asam Galat ...... 28
xii
Universitas Sumatera Utara
4.5 Hasil Pengujian Efektivitas Perawatan Kulit Wajah ........ 39
LAMPIRAN .............................................................................................. 56
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.10 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit sukarelawan ....... 49
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Proses menua merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua
makhluk hidup, meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit (Jusuf, 2005).
Apabila kulit wajah tidak dibersihkan dan dirawat dengan teratur akan
terbentuknya garis-garis halus dan kerutan pada kulit. Selain itu dapat
menimbulkan kulit kusam, kering, dan flek pada wajah (Rahim dan Nofiandi,
2014).
Perawatan kulit sangat diperlukan untuk memelihara agar kulit tetap sehat,
indah dan terlihat bersih baik dari dalam dan dari luar. Facial adalah salah satu
perawatan kulit dari luar, yang mencakup face cleansing, eksfoliasi, steam,
Masker wajah adalah pasta krim (gel) yang diterapkan pada wajah setelah
dibersihkan, baik digunakan setidaknya satu atau dua kali seminggu. Mengandung
mineral, vitamin, dan protein dan terdapat berbagai jenis masker dan cara aplikasi
masker untuk tujuan yang berbeda (Fauzi dan Nurmalina 2012; Mitsui, 1997).
Salah satu yang sangat populer sediaan masker wajah adalah tipe wash off dengan
basis clay, yang sering disebut dengan clay facial masks atau dengan nama di
pasaran adalah sediaan “mud packs” (Gaffney, 1992). Masker ini tidak
1
Universitas Sumatera Utara
hingga ke pori, memiliki daya penyerapan yang baik dan tidak mengiritasi kulit
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014), jumlah kafe, kedai kopi dan
restoran di Indonesia tumbuh pesat sebesar 15-20% dan akan terus meningkat.
Sekitar 6 juta ton ampas kopi diproduksi didunia setiap tahun oleh industri kopi
(Mebrahtu, 2014). Peningkatan bisnis kedai kopi berimbas terhadap ampas kopi
yang dibuang ke lingkungan. Ampas kopi adalah residu yang diperoleh selama
proses penyeduhan. Merujuk pada residu kopi setelah digunakan (Cruz, dkk.,
2012). Menurut penelitian Cameron dan O’Melly (2016) ampas kopi adalah
produk limbah utama yang dihasilkan oleh proses ekstraksi kopi espresso. Biji
proses brewing, ampas kopi merupakan sumber potensial senyawa bioaktif karena
ampas kopi yang tersisa setelah ekstraksi tetap memiliki kandungan penting
seperti kafein, asam organik, mineral dan antioksidan yang memiliki berbagai
aplikasi dalam industri makanan, kosmetik dan farmasi (Acevedo, dkk., 2013).
Menurut penelitian Aprilia (2013), ampas kopi juga dikenal sebagai abrasiver
tekstur kasar mengandung butiran scrub yang sangat baik untuk mengangkat sel-
formulasi sediaan masker clay dengan zat aktif ampas kopi sebagai perawatan
kulit wajah. Dan dilakukan evaluasi sediaan meliputi evaluasi mutu fisik; uji
2
Universitas Sumatera Utara
homogenitas; uji stabilitas selama 12 minggu penyimpanan (bau, warna, pH, dan
selama 4 minggu dan uji efektivitas (kadar air, kehalusan, pori, noda) sediaan
masker clay.
clay?
minggu perawatan?
perawatan.
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
efektivitas.
Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah meningkatkan daya dan
hasil guna dari ampas kopi dalam bidang kosmetika yaitu sebagai masker, sediaan
4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
2.1.2 Sinonim
Heynh.; Coffea sundana Miq.; Coffea vugaris Moench. (Ditjen Farmalkes, 2015).
2.1.3 Morfologi
meter. Tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur 2 tahun. Bunga kopi
berukuran kecil. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah
Buah kopi memiliki kulit yang halus dan keras berwarna merah-violet
6
Universitas Sumatera Utara
pericarp. Kemudian, ada endocarp kekuning-kuningan tipis yang disebut
perkamen. Kulit perak menutupi setiap belahan biji kopi (endosperm). Struktur
diatas permukaan air laut, suhu 16-20°C dan beriklim kering tiga bulan secara
berturut-turut. Tanaman kopi arabika tidak tahan dingin dan suhu minimum harus
diatas 4-5°C. Suhu optimum untuk budidaya tumbuhan kopi arabika adalah
2.1.5 Kegunaan
7
Universitas Sumatera Utara
2.2 Proses Pengolahan Kopi
Kopi adalah salah satu minuman paling populer di dunia dan merupakan
hasil dari proses teknologi yang panjang dan kompleks, dari persiapan budidaya
beberapa residu diperoleh. Residu ini dapat dibagi dalam dua kategori: yang
dihasilkan di negara-negara produsen, mewakili >50% dari massa buah kopi, dan
disebut "ampas kopi" (Cruz, dkk., 2012). Proses pengolahan buah kopi menjadi
Buah Kopi
Pencucian
Penyangraian
Penggilingan
Minuman Kopi
Gambar 2.2 Proses pengolahan buah kopi menjadi minuman kopi (Esquivel dan
Jimenez, 2011).
8
Universitas Sumatera Utara
2.3 Ampas Kopi
Merujuk pada residu kopi setelah digunakan (Cruz, dkk., 2012). Menurut
penelitian Cameron dan O’Melly (2016) ampas kopi adalah produk limbah utama
tambah (Camposvega, dkk., 2015; Acevedo, dkk., 2013; Mussato, dkk., 2011).
Jumlah senyawa ini dalam ampas kopi tergantung pada berbagai faktor, misalnya,
varietas kopi, penanganan pra dan pasca panen, mesin brewing (Cruz, dkk., 2012)
2.3.1 Kafein
yang terkandung dalam kopi. Meskipun kandungan kafein dalam ampas kopi
lebih rendah dibandingkan dari biji kopi, sejumlah besar kafein masih tetap ada.
tergantung pada proses ekstraksi dan sumber ampas kopi (Camposvega, dkk.,
2015).
9
Universitas Sumatera Utara
Kafein semakin banyak digunakan dalam kosmetik karena sifat aktivitas
kosmetik, kafein digunakan untuk membantu melindungi sel terhadap radiasi UV,
(Herman, 2012).
Asam klorogenik adalah ester dari asam trans-sinamat dan asam quinic.
Ester asam klorogenik yang biasanya ditemukan dalam biji kopi adalah asam
kanker kulit, dan perawatan kulit. Berbeda dari polifenol tanaman lainnya, seperti
resveratrol, quercetin, dan genistein, asam klorogenat bersifat hidrofilik dan larut
kandungan fenolat dalam residu ampas kopi. Mussatto, dkk., (2011) menganalisis
10
Universitas Sumatera Utara
asam klorogenik dari 10 jenis residu ampas kopi berbeda yang dikumpulkan dari
2.4 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5m 2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis,
dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang memiliki fungsi biologis
antara lain :
a. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah
masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga
b. Thermoregulasi
11
Universitas Sumatera Utara
c. Persepsi sensoris
luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor tekanan,
reseptor raba, reseptor suhu dan reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh
reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh
korteks serebri.
d. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk kedalam tubuh melalui dua
jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah
larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut
epidermis atau kutikel; 2) Lapis dermis (korium, kutis vera, true skin); dan 3)
12
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.1 Epidermis
Terdiri dari beberapa lapis sel yang mati, tidak memiliki inti, tidak
air, sebagian besar terdiri dari keratin. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh
lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam disebut mantel asam kulit.
jernih, mengandung eleidin, alas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara
stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang
bahan lain khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit.
Memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.
Setiap layer berisi filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan masih
13
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.2 Dermis
jaringan elastis dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambut
1. Pars papilaris yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung
2. Pars retikularis yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis,
1997).
2.4.2.3 Subkutan
berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus
1997):
1. Kulit normal
Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan
mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit berminyak
3. Kulit kering
14
Universitas Sumatera Utara
Kulit kering adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang
kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat
kerutan.
2.5 Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian
luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
sehingga penampilan jadi lebih menarik. Kosmetik riasan menjadi sesuatu yang
dibutuhkan untuk meningkatkan rasa percaya diri (Muliyawan dan Suriana, 2013).
sehat, bersih dan sedap dipandang mata. Maksud dan tujuan perawatan kulit
tujuan mempunyai tata cara berbeda di antara kosmetika satu dengan yang lainnya
(Wasitaatmadja, 1997)
Perawatan kulit dibagi menjadi perawatan dari dalam dan dari luar.
Perawatan dari dalam meliputi pengonsumsian jamu dan ramuan tradisional serta
pperawatan dari luar meliputi facial, body scrubbing, skin moisturizing, body
15
Universitas Sumatera Utara
massage, spa dan lulur. Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing,
(Noormindhawati, 2013).
2.6 Masker
dikenal dan banyak digunakan. Masker bekerja mendalam dalam mengangkat sel-
sel tanduk yang sudah mati pada kulit. Ia digunakan setelah massage (pengurutan)
dengan cara dioleskan pada kulit wajah kecuali alis, mata, dan bibir (Muliyawan
b. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit secara
mendalam
kulit
16
Universitas Sumatera Utara
Manfaat masker antara lain:
c. Kulit yang rutin dirawat menggunakan masker wajah akan terhindar dari
d. Wajah senantiasa tampak lebih cerah, segar, dan sehat (Mulyawan dan
Suriana, 2013)
air hangat
Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan dalam air
masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker
17
Universitas Sumatera Utara
mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana clay jenis
pasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat
ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah
digunakan yaitu kombinasi antara kaolin dan bentonit. Kegunaan utama tipe ini
Clay menyerap lemak dan kotoran dari kulit wajah. Masker wajah
sebagian besar air menguap dan lapisan clay yang dihasilkan berkontraksi dan
Faktor utama yang membentuk clay adalah mineral clay seperti bentonit
dan kaolin. Mineral clay ini akan mengeras dan membentuk massa padatan seiring
dengan hilangnya air karena penguapan. Kaolin digunakan sebagai pengental dan
tinggi dari kaolin sehingga memberikan rasa kencang dan dan tidak mudah pecah
18
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Komponen Bahan Masker Clay
2.7.2.1 Bentonit
Polargel; soap clay; taylorite; Veegum HS; wilkinite adalah mineral kristal,
seperti tanah liat, pucat, kekuning-kuningan, atau krim bubuk halus keabu-abuan,
yang bebas dari pasir. Terdiri dari partikel sekitar 50-150 mm dalam ukuran sama
dengan banyak partikel sekitar 1–2 mm. Bentonit adalah silicate alumunium
dalam formulasi untuk aplikasi farmasi topikal, dalam sediaan farmasi oral,
kosmetik sebagai adsorben, suspending agent, dan stabilizing agent (Rowe, dkk.,
2009).
2.7.2.2 Kaolin
Kaolin dengan nama lain Argilla; bolus alba; China clay; E559; kaolinite;
Lion; porcelain clay; Sim 90; weisserton; white bole dengan rumus empiris
kapsul. Kaolin berwarna putih hingga putih keabu-abuan, berbentuk serbuk bebas
pasir, berubah menjadi warna gelap ketika menyerap air. Digunakan untuk
formulasi untuk aplikasi farmasi topikal dan sediaan farmasi oral. Merupakan
Xantan Gum dikenal dengan nama lain Corn sugar gum; E415; Grindsted;
19
Universitas Sumatera Utara
berbentuk serbuk free flowing. Merupakan getah polisakarida dengan berat
2.7.2.4 Gliserin
pelarut, sweetening agent, tonicity agent. Dalam formulasi dan kosmetik farmasi
dan lapisan film. Gliserin juga digunakan dalam formulasi topikal seperti krim
20
Universitas Sumatera Utara
2.7.2.5 Sodium Lauril Sulfat
Sodium lauryl sulfate (SLS), sodium lauril sulfate atau sodium dodecyl
sebagai detergen; emulsifying agent; skin penetrant; tablet and capsule lubricant;
zat pembasah.
memberikan molekul sifat amphiphilic yang dibutuhkan dari deterjen. SLS adalah
surfaktan yang sangat efektif dan digunakan dalam tugas apa pun yang
2.7.2.6 Nipagin
C8H8O3 memiliki bentuk Kristal atau bubuk Kristal, tidak berwarna atau putih,
berbau atau hamper tidak berbau, dan memiliki rasa terbakar sedikit. Nipagin
21
Universitas Sumatera Utara
Fungsinya sebagai pengawet (antimikroba). Biasanya digunakan
disodium pyrosulfite; disulfurous acid, disodium salt; E223; natrii disulfis; natrii
24.19% sodium, 42.08% oxygen, and 33.73% sulfur. Berfungsi sebagai pengawet
tidak berwarna atau bubuk kristal putih, putih krem yang memiliki bau belerang
dioksida dan asam, rasa garam. Sodium metabisulfit mengkristal dari air dingin
sebagai hidrat yang mengandung tujuh molekul air (Rowe, dkk., 2009).
2.7.2.8 Aquadest
Air Murni/aquades adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang
dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain
yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain. Catatan Air Murni digunakan
2.8 Exfoliation
Pengelupasan kulit terjadi secara alami pada sel stratum korneum yang
sudah tua. Penggantian sel stratum korneum terjadi oleh proses regenerasi sel
epidermis bergerak ke atas dari lapisan basal, stratum basalis, sampai stratum
pada penuaan dan kulit lainnya kondisi. Pengelupasan kulit secara teratur
22
Universitas Sumatera Utara
diperlukan karena dapat menghilangkan penumpukan kulit mati, sel kulit yang
kulit topikal yang diaplikasikan pada kulit secara manual dengan jari atau
penggosokan kulit secara fisik dengan abrasif ringan seperti kain microfiber,
lembaran pengelupasan adhesif, scrub wajah mikro, kertas krep, aprikot yang
dihancurkan atau menggunakan spons dan sikat abrasif. Gesekan mekanis dengan
abrasive exfoliant corneocytes luar yang terdiri dari stratum korneum dan hasilnya
akan bervariasi tergantung pada jumlah gesekan dan sifat abrasif yang digunakan.
Sebagai proses mekanis, eksfoliasi lembut dapat dilakukan dengan scrub wajah
mikro yang akan merengkuh lapisan atas kulit (Packianathan dan Kandasamy,
2011).
bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti
ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak
adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
23
Universitas Sumatera Utara
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)
Pengukuran Parameter
Moisture Dehidrasi Normal Hidrasi
(Kadar air) 0-29 30-50 51-100
Evenness Halus Normal Kasar
(Kehalusan) 0-31 32-51 52-100
Pore Kecil Besar Sangat besar
(Pori) 0-19 20-39 40-100
Spot Sedikit Banyak noda Sangat banyak
(Noda) noda
0-19 20-39 40-100
Wrinkle Tidak berkerut Berkerut Berkerut parah
(Kerutan) 0-19 20-52 53-100
24
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
pembuatan masker clay ampas kopi, evaluasi mutu fisik sediaan masker clay, uji
iritasi sediaan dan uji efektivitas skin care sediaan terhadap sukarelawan dengan
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
25
Universitas Sumatera Utara
3.2 Sukarelawan
dengan bahan yang sama dari daerah lain. Ampas kopi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan ampas kopi segar dari biji kopi arabika roasted varietas
lokal yang digiling dan diseduh dengan mesin kopi espresso automatic merk X.
basah harus dikeringkan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar air yang
terkandung dalam bahan. Ampas kopi dikeringkan dengan nyala api kecil untuk
menurunkan kadar air yang terkandung dalam ampas kopi. Hal itu bertujuan agar
ampas kopi tidak cepat berjamur. Lalu diayak dengan saringan ukuran 40 agar
ukuran seragam.
26
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pemeriksaan Karakteristik Sampel
Karakterisasi sampel meliputi penetapan kadar air dan penetapan kadar abu
Prosedur kerja:
1. Penjenuhan toluen:
menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml
(WHO, 1992).
dalam labu alas bulat berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15
menit, setelah toluen mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes
perdetik sampai bagian air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan
dingin sampai suhu kamar, setelah air dan toluen memisah sempurna volume air
dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa.
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan pada suhu 550oC hingga arang habis,
27
Universitas Sumatera Utara
lalu didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kemudian dihitung
ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk tes alkaloida, diambil 3
filtrat. Pada tabung pertama ditambahkan 2 tetes pereaksi Meyer, tabung kedua
kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas (Depkes RI, 1995).
ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat
yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg dan
1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, lalu dikocok, dan dibiarkan
memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan
ditambahkan ke dalam tabung. Ekstrak dengan endapan memiliki warna biru, biru
28
Universitas Sumatera Utara
tua, biru ungu, hijau, atau hijau-biru, menunjukkan adanya senyawa fenolik dan
R/ Bentonite 1 to 8%
Kaolin 5 to 40%
Gliserin 2 to 10%
TiO2 < 1%
Nipagin < 1%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
29
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Prosedur pembuatan sediaan basis masker clay ampas kopi
ditambahkan Xantan gum dan digerus cepat sampai seluruh gum melarut. Kaolin
ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang sambil digerus dan ditambahkan
dengan Nipagin dalam air panas (Larutan A) dan juga Sodium Lauril Sulfat
pelan setelah itu dituangkan perlahan lahan larutan B sampai terbentuk pasta
homogen (Phase 2). Phase 1 dan phase 2 digabungkan, lalu digerus homogen
Konsentrasi ampas kopi yang digunakan adalah 5%, 10%, dan 15%.
Formula dasar masker yang tidak mengandung ampas kopi digunakan sebagai
Tabel 3.2 Komposisi formula 5%, formula 10%, dan formula 15%.
Konsentrasi
Bahan Blanko Fomula 5% Formula 10% Formula 15%
Ampas kopi 0 5 10 15
Basis 100 95 90 85
Cara pembuatan:
basis masker clay yang telah dibuat hingga 100 g dan digerus merata hingga
30
Universitas Sumatera Utara
3.7 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan .
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
3.7.2 Pengukuran pH
standar (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan
dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam
lalu diukur waktu saat sediaan mengering. Dilakukan tiga kali pengukuran lama
pot plastik. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan
31
Universitas Sumatera Utara
dalam pot plastik dan dilanjutkan tiap minggu selama dua belas minggu
perubahan bau, warna dan bentuk (konsistensi) selama dua belas minggu pada
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker clay ampas kopi dengan
maksud untuk mengetahui bahwa masker clay yang dibuat dapat menimbulkan
iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi
primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan
pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah
ampas kopi konsentrasi 15% (FIII) sebanyak 500 mg dioleskan dibelakang telinga
dengan diameter 3 cm, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan
1997).
32
Universitas Sumatera Utara
Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah
1. Kadar air (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat
3. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan
merata pada wajah yang telah ditandai, masker clay diaplikasikan berdasarkan
kelompok yang telah ditetapkan di atas. Perubahan kondisi kulit diukur saat
sebelum aplikasi masker clay dan setelah aplikasi masker clay setiap minggu
(Statistical Product and Service Smirnov) 17. Data dianalisis terlebih dahulu
diantara formula.
33
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Karakteristik sampel ampas kopi yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel
Kadar air di bawah 7% (SNI, 2004), akan membuat ampas kopi dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama, dapat mencegah kontaminasi bakteri,
ampas kopi. Kadar air yang terlalu tinggi tidak baik untuk bahan scrub.
Kandungan air yang terlalu tinggi dalam scrub dapat memengaruhi stabilitas
Hasil pemeriksaan skrining ampas kopi¸dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
34
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil skrining ampas kopi diketahui bahwa ampas kopi mengandung
clay (Harry, 2000). Formula standar ini dimodifikasi. Ampas kopi ditambahkan
dalam sediaan masker clay sebagai perawatan kulit wajah dengan konsentrasi
masing-masing 5%, 10% dan 15%. Sediaan yang diperoleh berupa masker clay
saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan
yang dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil uji
35
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Hasil pengukuran pH
pH meter digital (Hana Instrument). Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH terlalu basa dapat
konsentrasi ampas kopi yang digunakan. pH ampas kopi dipengaruhi oleh kadar
Meskipun terjadi kenaikan pada pH, tetapi sediaan tersebut masih aman
digunakan. Dimana pH sediaan ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5
36
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Hasil pengukuran waktu sediaan mengering
±25°C dengan cara mengoleskan ±2 g sediaan masker pada daerah yang ditandai
Hasil pengukuran waktu sediaan mengering dapat dilihat pada Tabel 4.4
diperoleh hasil berkisar 13-26 menit. Semakin tinggi konsentrasi ampas kopi yang
masker.
Clay menyerap lemak dan kotoran dari kulit wajah. Masker wajah
sebagian besar air menguap dan lapisan clay yang dihasilkan berkontraksi dan
clay disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna, konsistensi
37
Universitas Sumatera Utara
(bentuk). Sediaan akhir masker clay F0 berwarna putih, FI berwarna cokelat
muda, FII berwarna cokelat tua, FIII berwarna cokelat kehitaman, bentuk akhir
sediaan masker clay adalah pasta dan seluruh sediaan berbau khas kopi. Suatu
sediaan menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari globul-globul dari fase
terdispersi. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel
4.5.
penyimpanan pada suhu kamar, dan semua sediaan tidak mengalami perubahan.
Hal ini menunjukkan bahwa sediaan masker clay ampas kopi yang dibuat stabil.
dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker clay pada kulit belakang
38
Universitas Sumatera Utara
telinga, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif
terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit
merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut
yang disimpulkan bahwa sediaan masker clay yang dibuat aman untuk digunakan
(Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat
Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada efek samping berupa gatal,
kemerahan dan bengkak pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan masker clay
yang dioleskan ke kulit. Sediaan masker clay ampas kopi aman digunakan.
pori-pori (pore), dan banyak noda (spot). Hal ini bertujuan agar bisa melihat
seberapa besar pengaruh masker clay dari ampas kopi yang digunakan dalam
perawatan kulit, dilihat dari persen kenaikan. Diukur kondisi awal kulit dengan
39
Universitas Sumatera Utara
masker dicuci dari wajah sukarelawan sampai bersih. Dilakukan pengecekan
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran kadar air pada kulit sukarelawan
Kadar Air Kulit
Formula Relawan Kondisi MI M II M III M IV %Kenaik
Awal an Kadar
Air
1 31 32 32 33 33 6
2 31 32 32 33 34 9,6
F0 3 31 32 32 33 32 3,2
Mean 31 32 32 33 33 6
1 31 32 33 33 34 9,6
2 31 32 32 32 33 6
FI 3 31 32 33 33 34 9,6
Mean 31 32 32,67 32,67 33,67 8,6
1 32 33 33 34 35 9,3
2 31 32 32 32 34 9,6
FII 3 31 33 33 34 34 9,6
Mean 31,33 32,67 32,67 33,33 34,33 9,5
1 32 33 34 35 37 15,6
2 32 33 34 35 36 12,5
FIII 3 30 33 33 34 35 16,67
Mean 31,33 33 33,67 34,67 36 14,9
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
F0 : Masker clay tanpa ampas kopi (blanko)
FI : Masker clay ampas kopi 5%
FII : Masker clay ampas kopi 10%
FIII : Masker clay ampas kopi 15%
MI : Minggu pertama
MII : Minggu kedua
MIII : Minggu ketiga
MIV : Minggu keempat
dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kelembapan pada
40
Universitas Sumatera Utara
kulit sukarelawan mengalami peningkatan terutama dari FIII dengan rata-rata
kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
37
36
35
Kadar Air
34 F0 (Blanko)
33 FI (5%)
FII (10%)
32
FIII (15%)
31
30
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan
sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan pada minggu 4 yang
jaringan barrier kulit oleh ekstraksi larutan atau deterjen pada lipid, kehilangan
air karena rendahnya kelembapan relatif, dan kondisi lingkungan yang lain. Dapat
41
Universitas Sumatera Utara
dinormalkan dengan formulasi yang mengandung ekstrak lipid alami (De Polo,
1998).
mempengaruhi kadar air epidermis dan dermis. Kulit harus mampu menjaga kadar
air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang sehat. Apabila kadar air
menurun secara drastis, kulit akan kekurangan asupan nutrisi dan menyebabkan
kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah serta terkelupas (Mitsui, 1997). Coffea
2016).
kafein dan asam klorogenik mempunyai mekanisme yang sama seperti asam
hialuronat dalam meningkatkan kelembapan kulit dan menjaga kadar air. Asam
osmotik, aliran ion dan menstabilkan struktur kulit oleh interaksi elektrostatik.
Seperti fungsi sebuah spons asam hialuronat mampu untuk mengikat air dalam
jumlah besar (De Polo, 1998). Asam hialuronat menunjukkan resistensi yang
tinggi terhadap aliran air dan dengan demikian dapat bertindak dalam jaringan
sebagai penghalang terhadap perubahan cepat dalam kadar air. juga menghambat
bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit yang
42
Universitas Sumatera Utara
Data hasil pengukuran kehalusan kulit sukarelawan selama empat minggu
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Kehalusan
Formula Relawan Kondisi MI M II M III M IV %Kenaika
Awal n
Kehalusan
1 42 41 41 41 40 4,7
2 46 45 44 43 43 6,5
F0 3 43 42 41 40 40 6,9
Mean 43,67 42,67 42 41,33 41 6,1
1 47 46 43 40 38 19,1
2 46 45 44 43 42 8,6
FI 3 42 40 38 38 38 9,5
Mean 45 43,67 41,67 40,33 39,33 12,6
1 48 46 44 42 39 18,7
2 44 43 41 39 37 15,9
FII 3 40 38 37 35 36 10
Mean 44 42,33 40,67 38 37,33 15,1
1 49 47 44 41 38 22,4
2 45 43 42 39 36 20
FIII 3 44 41 37 35 33 25
Mean 46 43,67 41 38,33 35,67 22,4
Keterangan:
Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker clay tanpa ampas kopi (blanko)
FI : Masker clay ampas kopi 5%
FII : Masker clay ampas kopi 10%
FIII : Masker clay ampas kopi 15%
MI : Minggu pertama
MII : Minggu kedua
MIII : Minggu ketiga
MIV : Minggu keempat
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kondisi awal kehalusan kulit
sukarelawan berkisar antara 40-49 yaitu pada kondisi normal. Setelah penggunaan
22,4%. Formula III menunjukkan rata-rata perbaikan kondisi kulit paling besar,
43
Universitas Sumatera Utara
yaitu 22,4%. Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap perbaikan kondisi
kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
47
45
43
Kehalusan
F0 (Blanko)
41
FI (5%)
39 FII (10%)
37 FIII (15%)
35
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
kulit halus yaitu 0-31. Dari data yang diperoleh setelah perawatan selama empat
menjadi lembut. Ampas kopi memiliki kandungan yang baik bagi kesehatan kulit
yaitu kafein yang bermanfaat memberikan efek lembut dan mengencangkan kulit.
44
Universitas Sumatera Utara
Minyak dari ampas kopi mengandung kadar asam linoleat yang tinggi,
yang memiliki sifat emolien yang sangat baik dan merupakan komponen penting
dengan pengukuran kehalusan, hasil analisa besar pori ikut terbaca (Aramo,
2012). Hasil pengukuran besar pori dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran ukuran pori-pori pada kulit wajah sukarelawan
Ukuran Pori-pori Kulit
Formula Relawan %
Kondisi MI M II M III M IV Penuruna
Awal n Ukuran
Pori-pori
1 43 43 42 42 41 4,6
2 39 38 36 35 35 10,25
F0 3 34 34 33 32 32 5,8
Mean 38,67 38,33 37 36,33 36 6,9
1 42 40 42 41 39 6,1
2 41 40 38 36 33 19,5
FI 3 44 43 42 41 39 11,3
Mean 42,33 41 40,33 39,67 37 12,5
1 50 49 45 43 40 20
2 44 42 40 36 34 22,7
FII 3 42 38 34 32 31 26,8
Mean 45,33 43 39,67 37,33 35 22,7
1 25 23 22 19 17 32
2 51 48 44 39 37 27,4
FIII 3 53 50 49 48 44 16,9
Mean 43 40,33 38,33 35,33 32,67 24
Keterangan :
Pori berukuran kecil 0-19; sedang 20-39; besar 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker clay tanpa ampas kopi (blanko)
FI : Masker clay ampas kopi 5%
FII : Masker clay ampas kopi 10%
FIII : Masker clay ampas kopi 15%
MI : Minggu pertama
MII : Minggu kedua
MIII : Minggu ketiga
MIV : Minggu keempat
45
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada F0, FI, FII, FIII,
12,5%, 22,7%, dan 24%. Formula I, II, III menunjukkan penurunan ukuran pori-
pori kulit dari kondisi besar menjadi sedang. Grafik pengaruh pemakaian masker
clay terhadap ukuran pori kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan
dapat dilihat pada Gambar 4.4. Penurunan ukuran pori-pori ditunjukkan dengan
47
45
43
41
F0 (Blanko)
Pori-pori
39
FI (5%)
37
FII (10%)
35 FIII (15%)
33
31
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran ukuran pori-pori (pore) pada kulit wajah
sukarelawan
kulit. Nilai p yang diperoleh adalah p > 0,05 yaitu tidak ada perbedaan statistika
Salah satu kunci kulit wajah sehat adalah pori-pori kecil. Pori-pori dapat
46
Universitas Sumatera Utara
usia, berkurangnya elastisitas kulit sehingga sel-sel kulit mati menumpuk.
Ampas kopi mengandung lignin, yaitu polimer fenol kompleks tak larut
yang terletak pada dinding sel ampas kopi sehingga ampas kopi bertekstur kasar
(kematian sel terprogram) dari keratinosit yang dirusak UVB, mengangkat sel-sel
kulit yang rusak sehingga sel kulit mati tidak menumpuk (Chandrasekar, dkk.,
2016).
Noda pada kulit berhubungan dengan lamanya paparan sinar matahari dan
penuaan. Noda pada kulit diakibatkan oleh radikal bebas dan polutan dalam
lingkungan. Noda dapat berupa kotoran dan hasil pigmentasi yang berlebihan
terbentuk pada bagian kulit yang terkena matahari. Biasanya berwarna kuning -
coklat muda hingga hitam pada permukaan kulit (Rizza, dkk., 2012).
47
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran banyak noda pada kulit wajah sukarelawan
Banyaknya Noda Kulit
Formula Relawan Kondisi MI M II M III M IV %
Awal Penuruna
n Jumlah
Noda
1 44 43 42 40 39 11,36
2 61 60 59 57 56 8,1
F0 3 70 68 67 66 65 7,1
Mean 59,33 57 56 54,33 53 10,6
1 56 54 51 49 45 19,6
2 68 65 62 58 56 17,6
FI 3 69 67 64 61 58 15,9
Mean 64,33 62 59 56 53 17,6
1 56 51 48 44 41 26,7
2 62 58 56 53 49 20,9
FII 3 56 52 49 44 40 28,5
Mean 56 52,67 49,67 48 44,67 20,2
1 66 61 56 50 44 33,3
2 65 59 55 49 44 35,3
FIII 3 58 52 49 44 40 31
Mean 63 57 53,33 47,67 42,67 32,2
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-
100 (Aramo, 2012)
F0 : Masker clay tanpa ampas kopi (blanko)
FI : Masker clay ampas kopi 5%
FII : Masker clay ampas kopi 10%
FIII : Masker clay ampas kopi 15%
MI : Minggu pertama
MII : Minggu kedua
MIII : Minggu ketiga
MIV : Minggu keempat
kondisi awal, semua kelompok sukarelawan memiliki noda yang sangat banyak
(44-70). Setelah penggunaan masker clay ampas kopi, dapat dilihat bahwa
formula F0, FI, FII, FIII menunjukkan adanya efek pengurangan noda dengan
jumlah noda banyak menjadi jumlah noda sedang. Hasil pengukuran banyaknya
48
Universitas Sumatera Utara
66
64
62
Banyaknya Noda 60
58
56
F0 (Blanko)
54
52 FI (5%)
50 FII (10%)
48
FIII (15%)
46
44
42
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kulit wajah
sukarelawan
untuk mengetahui efektivitas formula terhadap banyaknya noda kulit. Nilai p yang
diperoleh adalah p>0,05 yaitu tidak ada perbedaan statistika yang signifikan antar
formula.
radiasi UV, mengurangi formasi radikal bebas dalam sel-sel kulit dengan efektif
mengumpulkan radikal hidroksil dan alkoksil, dan radikal alkil peroksil (Herman,
2013).
yang diinduksi oleh UV, yang bisa efektif untuk mengurangi photoaging. Selain
itu, asam klorogenik menyajikan faktor perlindungan matahari yang baik (SPF) —
sebuah faktor yang mengukur kapasitas suatu senyawa untuk menyerap radiasi
49
Universitas Sumatera Utara
UV. Aplikasi kafein mempromosikan penghapusan keratinosit DNA-rusak, yang
50
Universitas Sumatera Utara
BAB V
4.1 Kesimpulan
lebih baik, meliputi kadar air kulit meningkat, kulit semakin halus, pori-
4.2 Saran
sediaan masker ampas kopi pada sukarelawan dengan mengekstraksi ampas kopi
51
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Halaman 1-10.
Acevedo F., Rubilar, M., Scheuermann, E., Cancino, B., Uquiche, E., Garces, M.,
Inostroza, K., Shene, C. (2013). Bioactive Compounds of Spent Coffee
Grounds, a Coffee Industrial Residue. Symposium on Agricultural and
Agroindustrial Waste Management III. Brazil. 1-4.
Balsam, M., S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics Science and Technology. Edisi
kedua. London: Jhon Willy and Son. Halaman 336-338.
BPS. (2014). Statistik Restoran atau Rumah Makan. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Bessada, S., M., Alves, R., C., Oliveira, M., B. (2018). Coffee Silverskin: A
Review on Potential Cosmetic Applications. Journal Cosmetics MDPI. 5
(5) : 6.
Chirinos, R., Rogez. H., Campos, D,, Pedreschi, R., Larondelle, Y. (2007).
Optimization Of Extraction Conditions Of Antioxidant Phenolic
Compounds From Mashua (Tropaeolum Tuberosum) Tubers, Sep. Purif.
Technol. 55: 217.
Cruz, R., Cardoso, M., M., Fernandes, L., Oliveira, M., Mendes, E., Baptista, P.,
Morais, S., Casal, S. (2012). Espresso Coffee Residues: A Valuable
Source Of Unextracted Compounds. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. Halaman 7777-7782.
52
Universitas Sumatera Utara
De Polo, K., F. (1998). A Short Textbook of Cosmetology. Edisi Pertama. Jerman:
Verlag Fur Chemische Industrie. Halaman 134-137, 142.
Esquivel, P., dan Jiménez, V., M. (2011). Functional Properties of Coffee and
Coffee by Products. Food Research International. 46(2) : 488-490.
Fauzi, A., R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo. Halaman 137, 156.
Farnsworth, N., R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Science. 55(3) : 262-264.
Fluhr, J., W., Kao, J., Jain, M., Ahn, S., K., Feingold, K., R., dan Elias, P., M.,
(2001). Generation Of Free Fatty Acids From Phospholipids Regulates
Stratum Corneum Acidification And Integrity. Journal of Investigative
Dermatology 117 : 44.
Herman, A., P. ( 2013). Caffeine’s Mechanisms of Actions and Its Cosmetic Use.
Skin Pharmacol Physiol. 26(8) : 11.
Jusuf, N., K. (2005). Kulit Menua. Medan: Majalah Kedokteran Nusantara 38 (2).
Halaman 184.
Kanza, A., M. (2016). Formulasi Body Scrub dari Ampas Kopi. Skripsi. Bogor :
Institut Pertanian Bogor. Halaman 2, 4-6.
53
Universitas Sumatera Utara
Kitagawa, S., Yoshi, K., Morita, S., Teraoka, R. (2011). Efficient Topical
Delivery of Chlorogenic Acid by an Oil in Water Emulsionto Protect Skin
Against UV Induced Damage. Chem. Pharm. Bull. 59(6) : 793.
Laurent, T., C., Laurent, U., B., Fraser, J., R. (1995). Functions of Hyaluronan.
Annals of the Rheumatic Diseases 54 : 430.
Mulyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Media Komputindo. Halaman 137, 172-174.
Mussatto, S., Ballesteros, L., F., Martins, S., Teixeira, J., A. (2011). Extraction Of
Antioxidant Phenolic Compounds From Spent Coffee Grounds. Separation
and Purification Technology 83 (2) ;173-174.
Najiyati dan Danarti (2001). Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 25-26.
Rahim, F., dan Nofiandi, D. (2014). Formulasi Masker Peel-Off Ekstrak Rimpang
Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) sebagai Anti Jerawat, Prosiding
Seminar dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik
IV”. Halaman 65.
Rawlins, E., A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan
belas. London: Bailierre Tindall. Halaman 355.
Rodrigues, F., Matias, R., Ferreira, M., Amaral, M., Oliveira, P., P. (2016). In
Vitro And In Vivo Comparative Study Of Cosmetic Ingredients Coffee
Silverskin And Hyaluronic Acid. Elsevier. Halaman 2.
54
Universitas Sumatera Utara
Rowe, R., C., Sheskey, P., J., Owen, S., C., (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th ed. London: Pharmaceutical Press. Halaman 58-60, 301-
303, 378-380, 466-468, 687-692, 821-822.
Rizza, L., Claudia, B., Giuseppina, F., dan Carmelo, P. (2012). Skin-whitening
Effects of Mediterranean Herbal Extracts by In Vitro and In Vivo Models.
Journal of Cosmetics Science. 63: 311-320.
Sulastomo, E. (2013). Kulit Cantik dan Sehat: Mengenal dan Merawat Kulit.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Halaman 110.
Tokimoto, T., Kawasaki, N., Nakamura, T., Akutagawa, J., and Tanada, S.
(2005). Removal of Leads Ion in Drinking Water by Coffee Ground as
Vegetable Biomass. Journal of Colloid an Interface Science. 1(2) : 56-61.
Tranggono, R., I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Halaman 11-13, 21, 26-
27, 166.
Viseras, C., Aguzzi, C., Cerezo, P., Lopez-Galindo, A. (2007). Uses Of Clay
Minerals In Semisolid Health Care And Therapeutic Products. Elsevier.
Halaman 47.
Wasitaatmadja, S., M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
UI-Press. Halaman 3-5, 8, 68-69.
WHO. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant Materils. Journal of
World Health Organization. 92(4) : 25-28.
Yen, W., J., Wang, B., S., Chang, L., W., dan Duh, P., D. (2005). Antioxidant
Properties of Roasted Coffee Residues. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. 53(7) : 2658-2663.
Zague, V., Diego, de A.S., Andre, R., B., Telma, M., K., Maria, V., R., V. (2006).
Clay Facial Masks: Physicochemical Stability at Different Storage
Temperature. Journal of Cosmetics Science. 58: 45-51.
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Bagan pembuatan masker clay ampas kopi
Tambahkan Gliserin
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Contoh surat pernyataan sukarelawan
DALAM PENELITIAN
Nama lengkap :
Umur :
Alamat :
Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak
manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Nama Lengkap
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar alat dan bahan
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. ( Lanjutan)
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar sediaan masker clay dan pengaplikasiannya
Blanko
(F0) F1 F2 F3
Sediaan masker clay pada awal pembuatan
Blanko
(F0) F1 F2 F3
Sediaan masker clay pada minggu ke 12
61
Universitas Sumatera Utara
Pengaplikasian masker clay pada volunteer
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Gambar hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer
1. Kadar Air
( Kondisi Awal)
(Minggu I)
63
Universitas Sumatera Utara
( Minggu II )
( Minggu II )
( Minggu III )
64
Universitas Sumatera Utara
( Minggu IV )
( Kondisi Awal )
65
Universitas Sumatera Utara
( Minggu I )
( Minggu II )
66
Universitas Sumatera Utara
( Minggu III )
( Minggu IV )
67
Universitas Sumatera Utara
3. Noda ( Spot )
( Kondisi Awal )
( Minggu I )
68
Universitas Sumatera Utara
( Minggu II )
( Minggu III )
69
Universitas Sumatera Utara
( Minggu IV )
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Hasil data uji SPSS
1. Uji Normalitas
b,c,d,e,f,g
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
b. Moisture Kondisi Awal is constant when Formula = F0. It has been omitted.
c. Moisture Kondisi Awal is constant when Formula = F1. It has been omitted.
a,b
Test Statistics
71
Universitas Sumatera Utara
Chi- 1.352 6.111 7.273 6.783 8.278
Square
Df 3 3 3 3 3
b
Test Statistics
b. F0 dengan F2
b
Test Statistics
c. F0 dengan F3
72
Universitas Sumatera Utara
b
Test Statistics
d. F1 dengan F2
b
Test Statistics
e. F1 dengan F3
b
Test Statistics
73
Universitas Sumatera Utara
f. F2 dengan F3
b
Test Statistics
Kehalusan (Evenness)
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
74
Universitas Sumatera Utara
F3 .253 3 . .964 3 .637
Df 3 3 3 3 3
75
Universitas Sumatera Utara
F2 .191 3 . .997 3 .900
a,b
Test Statistics
Pore Kondisi Awal Pore Minggu 1 Pore MInggu 2 Pore Minggu 3 Pore Minggu 4
df 3 3 3 3 3
Spot (Noda)
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
76
Universitas Sumatera Utara
F2 .337 3 . .855 3 .253
a,b
Test Statistics
Spot Kondisi Awal Spot MInggu 1 Spot Minggu 2 Spot Minggu 3 Spot Minggu 4
df 3 3 3 3 3
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Perhitungan persentase aktivitas antiaging
F0
1. x 100% = 6%
2. x 100% = 9,6%
3. x 100% = 3,2%
Rata-rata = x 100% = 6%
F1
1. x 100% = 9,6 %
2. x 100% = 6%
3. x 100% = 9,6%
F2
1. x 100% = 9,3 %
2. x 100% = 9,6 %
78
Universitas Sumatera Utara
3. x 100% = 9,6 %
F3
1. x 100% = 15,6%
2. x 100% = 12,5%
3. x 100% = 16,67%
F0
1. x 100% = 4,7%
2. x 100% = 6,5%
3. x 100% = 6,9%
F1
79
Universitas Sumatera Utara
1. x 100% = 19,1 %
2. x 100% = 8,6%
3. x 100% = 9,5%
F2
1. x 100% = 18,7 %
2. x 100% = 15,9 %
3. x 100% = 10 %
F3
1. x 100% = 22,4%
2. x 100% = 20%
3. x 100% = 25%
80
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata = x 100% = 22,4%
F0
1. x 100% = 4,6%
2. x 100% = 10,25%
3. x 100% = 5,8%
F1
1. x 100% = 6,1%
2. x 100% = 19,5%
3. x 100% = 11,3%
F2
1. x 100% = 20 %
81
Universitas Sumatera Utara
2. x 100% = 22,7 %
3. x 100% = 26,8 %
F3
1. x 100% = 32%
2. x 100% = 27,4%
3. x 100% = 16,9%
F0
1. x 100% = 11,36%
2. x 100% = 8,1%
3. x 100% = 7,1%
82
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata = x 100% = 10,6%
F1
1. x 100% = 19,6%
2. x 100% = 17,6%
3. x 100% = 15,9%
F2
1. x 100% = 26,7 %
2. x 100% = 20,9 %
3. x 100% = 28,5 %
F3
1. x 100% = 33,3%
83
Universitas Sumatera Utara
2. x 100% = 35,3%
3. x 100% = 31%
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan penetapan kadar air dari ampas kopi
1.
2.
3.
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan penetapan kadar abu total dari ampas kopi
1.
2.
3.
86
Universitas Sumatera Utara