Anda di halaman 1dari 16

PORTOFOLIO

PRAKTIK PROFESI NERS


MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun Oleh :
ARIS PURWANTO
17300069

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA DELIMA
BANGKA BELITUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahas Esa, atas
karunia, rahmat dan kasih-Nya saya dapat menyelesaikan portofolio ini dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan portofolio ini , tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada Lestari S.kep Ns dan Ns. Kurniawan
M.kes selaku koordinator keperawatan dasar profesi, yang dengan penuh tulus
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya hingga terselesaikan portofolio
ini.
Penulis menyadari bahwa portofolio Keperawatan Dasar Profesi (KDP) ini
jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan yang
ada sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga portofolio KDP ini memberikan manfaat bagi pembaca, terutama
penulis sendiri sebagai salah satu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran
yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

Pangkalpinang, September 2017

Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama Lengkap : ARIS PURWANTO
2. Tempat Tanggal Lahir : SUNGAISELAN, 16 FEBRUARI 1995
3. Agama : ISLAM
4. Suku/Bangsa : Melayu/ Indonesia
5. Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
6. Alamat : Jl. PAM RT 003 Desa Sungaiselan Atas,
Kecamatan Sungaiselan, Kabupaten
Bangka Tengah.
7. Nama Orang tua
a. Ayah : KARYONO
b. Ibu : IDDA
8. Jumlah Saudara : 3

B. PENDIDIKAN
SDN : SDN 01 Sungaiselan, 2007
SMP : SMP N 1 Sungaiselan, 2010

SMA : SMA N 1 Sungaiselan, 2013

STIKES Citra Delima : STIKES Citra Delima Bangka Belitung,


Bangka Belitung Program Studi Ners Tahap Akademik
Tahun 2013-207

C. KONTAK PERSON
Email/No.Hp : Arispurwanto29@gmail.com
081278448571

PERENCANAAN PORTOFOLIO

Kompetensi Keperawatan Dasar Profesi


Setelah mengikuti praktik keperawatan dasar profesi mahasiswa diharapkan
memiliki kemampuan profesional dalam kemampuan tindakan:
1. Aplikasi prilaku profesional dalam setiap tindakan
2. Pemeriksaan tanda vital
3. Pemeriksaan fisik dasar
4. Pemeriksaan diagnostik EKG
5. Pengambilan darah vena
6. Universaiprecaution (cuci tangan, sarung tangan, alat pelindung diri)
7. Mengganti alat tenun
8. Perawatan kebersihan diri
9. Perawatan luka sederhana
10. Latihan nafas dalam dan batuk efektif
11. Fisioterapi dada
12. Pemberian oksigen
13. Suctioning
14. Pemberian makan peroral
15. Pemberan makanan melalui NGT
16. Pemasangan dan pelepasan NGT
17. Pengukuran intake dan output
18. Kanulasi intravena
19. Kateterisasi
20. Enema
21. Latihan ROM (Range OF Motion)
22. Medikasi
23. Komunikasi terapeutik
24. Penatalaksanaan proses kehilangan
25. Perawatan menjelang ajal
26. Perawatan jenazah
27. Perencanaan pulang (dischargeplanning)
KONTRAK BELAJAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES CITRA DELIMA
BANGKA BELITUNG
LOG BOOK (DIFOTOCOPY) SESUAI
MATA KULIAH

KEMAJUAN NILAI DAN KARYA TERBAIK


Setelah saya melakukan praktik keperawatan dasar profesi dari 11 September
sampai dengan 30 September 2017 di RSUD Depati Hamzah di Ruang Melati,
ilmu mengenai keperawatan dasar profesi saya bertambah serta pengalaman
dilapangan selama praktik bertambah. Selama saya praktik di keperawatan dasar
profesi sekarang saya menjadi mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik
secara benar dan tepat, dapat mengetahui cara melakukan perawatan luka yang
baik dan benar, cara-cara mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam, selain
itu pada keperawatan dasar profesi ini mahasiswa dapat melakukan komunikasi
teraupetik kepada pasien yang mungkin selama ini tidak mampu untuk dilakukan
oleh perawat yang kerja dilapangan atau di rumah sakit dan komunikasi ini bisa
menjadi bekal kami pada saat menjadi perawat.
LP DAN LK YANG DIRESPONSI
(LAMPIRAN)

TOKOH KEPERAWATAN YANG DIKAGUMI DAN ALASAN


Florence Nightingale lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12 Mei
1820. Ayah Florence bernama Wiliam Nightingale seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London. Ibunya Frances (“Fanny”) Nightingale née Smith keturunan
ningrat, keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence memiliki
seorang kakak bernama Parthenope. Semasa kecil Florence Nightingale tinggal di
Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya. Saat usia remaja,
Florence tidak seperti anak ningrat kebanyakan yang suka bermalas-malasan dan
berfoya-foya, Florence lebih banyak beraktivitas diluar rumah membantu warga
sekitar yang membutuhkan.
Tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih jauh
tentang Rumah Sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh Pendeta Theodor
Fliedner bersama istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran dari kalangan
katolik. Disana Florence terpesona akan pekerjaan sosial keperawatan yang
dipraktekan oleh para biarawati, Florence pulang ke Inggris dengan membawa
angan-angannya tentang keperawatan.
Tahun 1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh
Richard Monckton Milnes (seorang penyair dan seorang nigrat) namun lamaran
tersebut ditolaknya karena pada tahun tersebut Florence sudah membulatkan
tekadnya untuk mengabdikan dirinya didunia keperawatan. Keinginan Florence
menjadi perawat ditentang keras oleh ibu dan kakaknya karena pada saat itu di
tempatnya perawat dianggap sebagai pekerjaan hina. Ayahnya setuju jika
Florence mengabdikan diri untuk kemanusiaan, namun ayahnya tidak setuju jika
ia menjadi perawat di rumah sakit, karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang
kotor dan menjijikkan.
Namun, Florence tetap pergi ke Kaiserswerth untuk mendapatkan
pelatihan bersama biarawati disana, ia belajar disana selama empat bulan,
walaupun ditekan oleh keluarganya yang khawatir terjadi implikasi sosial yang
timbul karena seorang gadis yang menjadi perawat serta latar belakang RS yang
Katolik sementara Florence dari Kristen Protestan. Selain itu, Florence pernah
bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.
Tanggal 12 Agustus 1853, Florence kembali ke London dan bekerja
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen,sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street, London. Posisi ini
ia tekuni hingga Oktober 1854, karena tahun ini terjadi Perang Krimea sehingga ia
menjadi sukarelawan untuk merawat korban perang. Ayah Florence memberinya
€500 pertahun (Setara Rp.425 juta pada saat sekarang) sehingga ia dapat hidup
nyaman dan meniti karirnya.
Di rumah sakit ini ia berargumentasi keras dengan komite rumah sakit
karena menolak pasien yang beragama katolik, Florence mengancam akan
mengundurkan diri kecuali pihak rumah sakit merubah peraturan memberinya izin
tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama
Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka
menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka termasuk rabi, dan ulama
untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah sakit pun menyetujuinya.
Meletusnya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan
banyak korban membuat Florence mengajukan surat kepada menteri penerangan
inggris saat itu (Sydney Hubert) untuk menjadi sukarelawan, ia merupakan
sukarelawan wanita satu-satunya yang mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober
1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang telah ia latih termasuk bibinya Mai
Smith, mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal, bulan November
1854 mereka mendarat di di rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Kondisi rumah sakit tersebut saat Florence baru tiba disana sangat
mengerikan, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka dan beratus-
ratus prajurit bergelimpangan di halaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada
yang merawat. Potongan-potongan tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar jendela
dan tidak ada yang membuangnya sehingga menggunung dan menimbulkan bau
tak sedap.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting, ia mengatur tempat
tidur para penderita di ruangan dan untuk penderita diluar ruangan ia
mengusahakan setidaknya bernaung dibawah pohon dan ia juga menugaskan
mendirikan tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, begitu juga perawatan
dilakukan dengan cermat; perban diganti secara berkala, obat diberikan pada
waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan, baju-baju
kotor dicuci dengan mengerahkan bantuan tenaga dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh manusia selesai dibersihkan, dibuang jauh-
jauh dan dikubur. Dalam sebulan rumah sakit berubah sama sekali, jeritan dan
rintihan prajurit yang terluka sudah berkurang, walaupun bau akibat tumpukan
daging belum hilang sama sekali. Para perawat yang bekerja disana dibawah
pengawasan Florence Nightingale. Pada malam hari ketika perawat lain
beristirahat memulihkan diri, Florence menulis pengalamannya dan cita-citanya
tentang keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak
terhadap jumlah kematian para prajurit, angka kematian menjadi yang terbanyak
diantara rumah sakit lain didaerah tersebut. Sebagian besar para prajurit mati
karena penyakit tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian
akibat luka-luka perang. Kondisi rumah sakit menjadi sangat fatal karena jumlah
pasien melimpah lebih banyak dari daya tampungnya sehingga menyebabkan
pembuangan limbah dan ventilasi memburuk.
Pada bulan Maret 1855 setelah hampir enam bulan Florence disana,
komisi kebersihan inggris datang memperbaiki sistem pembuangan limbah dan
sirkulasi udara sehingga jumlah kematian menurun drastis. Sebelumnya Florence
yakin bahwa tingkat kematian prajurit yang tinggi dikarenakan nutrisi yang
kurang dari makanan dan juga beban bekerja yang berat bagi prajurit, namun
setelah kembali ke inggris dan mengumpulkan bukti-bukti dihadapan komisi
kesehatan tentara inggris, akhirnya Florence menyadari bahwa tingkat kematian
yang tinggi diakibatkan karena kondisi rumah sakit yang kotor dan
memprihatinkan, sehingga ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan
sebagai hal utama. Kampanye tersebut berhasil menurunkan angka kematian
prajurit pada saat tidak terjadi peperangan dan Florence menunjukan betapa
pentingnya desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Pada saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang
berjatuhan banyak sekali. Rombongan pertama datang namun ternyata jumlahnya
sedikit, Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu
sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan
pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena
bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati
kehabisan darah. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran,
semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal
lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa
siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit
Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas
prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya
Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih
hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap
gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7
Agustus 1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon,
Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Nightingale memainkan
peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris,
dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Nightingale menulis laporan 1.000
halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail. Laporan Komisi
Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah
Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada saat
perang.Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”,
dimana Sidney Herbert menjadi Sekretaris Kehormatan dan Adipati Cambridge
menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali
sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence
Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah
perawat khusus untuk wanita yang pertama. Florence berargumen bahwa dengan
adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-
ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk
bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang
terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas
Hospital, London.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan
baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah
menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya
sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan
dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut
dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari
Akademi King College London.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan
(Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada
kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861
cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas
Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama
Amerika“, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, Linda Richards
menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan
(The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 Florence Nightingale
dianugerahi dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale
menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia
dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota London. Florence
Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Ia
dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire,
Inggris.
Alasan Saya Terinspirasi Pada Florence Nightingale.
Tokoh yang menginspirasi saya adalah Florence nightingale, karena tekad
yang bulat untuk menjadi perawat walaupun keluarganya menentang, ia juga
masih seorang gadis, dan pada saat itu profesi perawat dianggap hina oleh orang-
orang, Ia masih tetap bertekad menjadi perawat, ia juga memperjuangkan untuk
tidak membeda-bedakan pasien berdasarkan agama, selain itu ia tidak hanya
merawat pasien yang datang kerumah sakit tetapi ia juga mencari korban yang
masih bisa diselamatkan pada saat peperangan. Dari sekian banyaknya hal yang
telah dilakukan Florence itulah yang menginspirasi saya untuk menjadi perawat.
SURAT PERNYATAAN
KEABSAHAN PORTOFOLIO

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ARIS PURWANTO
NPM : 17300069
Praktik profesi : Stase Keperawatan Dasar Profesi
Tahun Ajaran : 2017/2018
Program Studi : Ners Tahap Profesi

Dengan ini menyatakan bahwa Portofolio saya, seperti di bawah ini :


“ Adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain
dan saya ajukan sebagai bahan penilaian dalam evaluasi akhir praktik profesi.”

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui,
Ka. Bid Tahap Profesi Yang Membuat,

(Ns. Kgs. M. Faizal, M.Kep) (Aris Purwanto)

Anda mungkin juga menyukai