Anda di halaman 1dari 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DENGAN


PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) DI KELAS IV SD NEGERI 01
LUBUAK BATINGKOK KECAMATAN HARAU

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Penelitian Pendidikan II

Oleh :
MUTIARA CANTIKA DESFA
18129288

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
ii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................8
C. Tujuan Masalah.........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................9
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.................................................................................11
A. Kajian Teori...............................................................................................11
1. Hakikat Hasil Belajar..........................................................................11
2. Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu.............................................13
3. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).........17
B. Kerangka Teori..........................................................................................22
BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................25
A. Setting Penelitian.......................................................................................25
1. Tempat Penelitian................................................................................25
2. Subjek Penelitian.................................................................................25
3. Waktu/Lama Penelitian.......................................................................26
B. Rancangan Penelitian................................................................................26
1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian.........................................26
2. Prosedur Penelitian..............................................................................27
C. Data dan Sumber Data...............................................................................29
1. Data Penelitian.....................................................................................29
2. Sumber Data........................................................................................29
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian...............................29
1. Teknik Pengumpulan Data..................................................................29
2. Instrumen Penelitian............................................................................30
3. Analisis Data.......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
LAMPIRAN .........................................................................................................36
1

I. BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan suatu perangkat yang dijadikan pedoman dalam


mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berhubungan dengan
kegiatan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yakni
mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) ke Kurikulum 2013
adalah strategi meningkatkan capaian pendidikan dalam rangka terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Menyebutkan “kelulusan
pada kurikulum 2013 mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
kesepakatan dan standar nasional yang telah ditentukan”. Sejalan dengan hal
tersebut pada tahun 2013, pemerintah mulai mengganti Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP 2006) menjadi Kurikulum 2013. (Majid, 2014)
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menerapkan pembelajaran
tematik terpadu. Sebagaimana pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang implementasi kurikulum 2013
mulai tahun ajaran baru 2014 pola pembelajaran bagi guru kelas I sampai
dengan kelas VI, menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Kurikulum 2013
disusun dan dikembangkan dengan pemikiran semakin majunya perkembangan
zaman pada saat sekarang. Sedangkan Pembelajaran yang diharapkan pada
2

kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan


demikian pembelajaran tematik terpadu haruslah berpedoman pada tema yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari tanpa adanya pemisahan mata
pelajaran.
Pembelajaran tematik terpadu didasari karena peserta didik SD masih
dalam tahap berpikir operasional kongkrit, sehingga dengan adanya pengalaman
lansung maka akan memudahkan peserta didik dalam memahami setiap materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
juga mempatuhkan perencanaan yang matang. Perencanaan tersepakat haruslah
sesuai dengan kebijakan dari kurikulum 2013. Agar dapat menyusun
perencanaan pembelajaran dengan baik, maka perlu merumuskan tujuan dalam
bentuk sasaran yang jelas dan terukur, seperti yang diungkapkan oleh (Sanjaya,
2011)

Pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang


memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi
dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan
pembelajaran ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni: penentuan
berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan
masalah yang dihadapi (Munasik, 2014)

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran


terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna, dan autentik (Rusman, 2012)

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan


satu pokok bahasan atau tema tertentu diyang dikaitkan dengan pokok bahasan
lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara
spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan
3

beragam pengalaman belajar peserta didik, maka pembelajaran menjadi lebih


bermakna (Subroto dalam Trianto, 2009).
Pembelajaran tematik terpadu menggunakan tema yang menyatukan
beberapa materi ke dalam satu mata pelajaran, menghubungkan mata pelajaran
satu dengan mata pelajaran lainnya.“pembelajaran tematik terpadu merupakan
pembelajaran yang menggunakan tema dengan mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga memberikan pembelajaran yang bermakna kepada siswa”
(Desyandri, 2018).
“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Maka dari itu guru diharapkan mampu mengajarkan materi
secara keseluruhan atau ada benang merahnya antara mata pelajaran satu
dengan yang lainnya sehingga tidak terlihat di penggal-penggal”
Poerwadarminta (dalam Majid, 2014).
Pembelajaran tematik adalah menghilangkan atau mengurangi
terjadinya tumpah tindih materi, memudahkan peserta didik untuk melihat
hubungan-hubungan yang bermakna, memudahkan peserta didik untuk
memahami materi/konsep secara utuh sehingga penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat, sedangkan ruang lingkup pembelajaran tematik
meliputi semua KD dari semua mata pelajaran kecuali agama. Mata pelajaran
yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, IPS,
Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya (Permendikbud, 2014).

Pembelajaran tematik terpadu yang ideal yaitu: (1) pembelajaran


berpusat pada siswa, (2) pembelajaran membuat siswa aktif mencari, (3)
pembelajaran yang berbasis tim (kelompok), (4) pembelajaran yang berbasis
masalah, (5) pola pembelajaran yang dapat membuat siswa berfikir kritis. Jadi
jelas bahwa pembelajaran tematik terpadu berpusat pada siswa, sehingga siswa
harus aktif dan kreatif (Permendikbud, 2013)
Tematik terpadu hendaknya diajarkan sesuai dengan berbagai cara
berdasarkan pada karakteristik pembelajaran tersebut. Salah satunya dengan
menggunakan Pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang
4

digunakan sebaiknya dapat merangsang minat siswa dalam belajar dan


memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dan
keterampilan barunya sendiri, serta menemukan sendiri masalah dan
membuktikan benar atau tidak yang dikerjakan yang berhubungan dengan
pembelajaran tematik terpadu. Dengan demikian masalah-masalah yang
dihadapi akan dapat diatasi melalui proses berpikir menemukan jawaban,
sehingga memperoleh pengalaman yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Tematik akan membangun kompetensi peserta didik, dalam
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif pada proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung yang terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan kegiatan
(learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan
sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa
yang masih 3 melihat sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic). Dengan
diterapkannya pembelajaran tematik diharapkan pembelajaran yang
berlangsung menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student center)
(Trianto, 2010)

Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu pada kenyataannya masih


belum terlihat karakteristik seperti yang diharapkan. Didalam penelitian
menunjukkan kurang optimalnya proses pembelajaran yang berorientasi pada
pembelajaran bermakna bagi siswa. Selama prosespembelajaran, antusias siswa
dalam prosespembelajaran nampak belum maksimal karena pembelajaranyang
dirancang belum memberikan pengalaman yang beragam dan mengaktifkan
siswa (Aisyah, 2016).
5

Dapat disimpulkan bahwa guru masih dominan menerapkan


pembelajaran konvensional yang kurang mengaktifkan siswa dan proses
pembelajaran tematik belum maksimal karena pemahaman siswa tentang
materi pelajaran masih terpisah-pisah antar muatan yang satu dengan lainnya
sehingga sulit membangun kebermaknaan dalam belajar.
Penggunaan pendekatan pembelajaran harus dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya oleh guru agar pendekatan yang digunakan dapat meningkatkan
prosesbelajar siswa. Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa guru tidak
menerapkan pendekatan pembelajaran sehingga siswa akan mudah jenuh dalam
mengikuti pembelajaran karena pembelajaran yang diajarkan kurang menarik
sehingga prestasi yang diraih oleh peserta didik juga menjadi kurang maksimal
(Yuniastuti, 2018)
Hasil belajar yang diharapkan pada kurikulum 2013 adalah hasil belajar
yang sangat optimal dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. “Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Dengan optimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa
itu berarti guru telah mampu dan berhasil dalam proses pembelajaran. Agar
tercapai hasil belajar yang optimal juga diperlukan rencana yang matang dari
seorang guru (Rusman,2015)
Pada kenyataannya di lapangan berdasarkan observasi di SD Negeri 01
Lubuak Batingkok Kecamatan Harau. Penulis menemukan bahwa terdapat
beberapa permasalahan diantaranya dari aspek Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1) RPP yang digunakan oleh guru kurang
terlihat proses pembelajaran tematik terpadu, karena guru hanya mengacu pada
RPP yang ada pada buku guru. 2) Indikator dan tujuan pembelajaran dalam
RPP kurang dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang terkait
dengan materi pembelajaran. 3) Minimnya penggunaan pendekatan
pembelaaran. 4) Kurangnya Pengembangan terhadap materi ajar.
Selanjutnya permasalahan dari aspek guru yaitu: 1) Pembelajaran masih
kurang berpusat kepada siswa, dimana dalam proses pembelajaran guru yang
banyak berbicara sedangkan siswa hanya menjawab dengan kata “ya” dan
6

“tidak”, 2) Pembelajaran kurang memberikan pengalaman langsung, guru


hanya meminta siswa untuk membaca buku siswa dan hal tersebut kurang
memberikan pengalaman pada siswa, 3) Pemisah mata pelajaran masih tampak
jelas, dimana pemberajarannya masih terlihat terkotak-kotak, 4) Guru belum
melatih siswa untuk mengaitkan materi dengan lingkungan nyata, sehingga
siswa kesulitan untuk memecahkan suatu masalah nyata yang ada di
sekitarnya. 5) Guru kurang menggunakan media sebagai alat bantu dalam
pembelajaran karena guru hanya menggunakan alat panduan utama
pembelajaran yang berupa buku pembelajaran.
Dampaknya pada siswa adalah: 1) Siswa di dalam kelas kurang tertarik
untuk belajar, 2) Siswa masih kurang aktif dalam belajar karena terbiasa
menerima penyampaian materi oleh guru, 3) Siswa masih kurang percaya diri
dalam mengemukakan pendapatnya, sehingga pembelajaran berpusat pada
guru, 4) Siswa kurang berminat dalam bekerja kelompok dan kurang mengerti
dalam membuat kesimpulan pada akhir pembelajaran, 5) Rendahnya hasil
belajar siswa pada pembelajaran Tematik Terpadu.
Permasalahan yang dialami diatas berdampak pada hasil belajar siswa.
Cara untuk mengatasi masalah diatas, perlu dilakukan pembaharuan
pendekatan pembelajaran. Agar pembelajaran yang cendrung hanya
memfokuskan pada guru (Teacher center) harus diubah dengan pembelajaran
yang menekankan pada siswa (Student center) yang mampu membuat siswa
aktif belajar baik secara sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Pendekatan
pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.Untuk melaksanakan pembelajaran guru harus dapat memilih
pendekatan pembelajaran yang sesuai. Salah satu pendekatan pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan lebih bermakna dalam pembelajaran adalah
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) ini dianggap sesuai dengan karakteristik
kurikulum 2013. Melalui pendekatan ini pembelajaran dikaitkan dengan
7

konteks lingkungan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah


memahami isi pelajaran.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar


yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi,
2005).

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu


pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan
kehidupan nyata yang sehari-harinya dialami oleh siswa, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat yang pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluargadanmasyarakat. (Johnson, 2007).

Pendekatan kontekstual dapat diimplementasikan dengan baik, dituntut


adanya kemampuan guru yang inovatif, kreatif, dinamis, efektif dan efisien
guna menciptakan pembelajaran yang kondusif.  Guru tidak lagi menjadi satu-
satunya nara sumber dalam pembelajaran dan kegiatan telah beralih menjadi
siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran serta peran guru hanya sebagai
motivator dan fasilitator, maka semangat siswa dapat meningkat dengan
menggunakan metode, materi, dan media yang bervariasi. (Helmina, 2016).

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai tujuh


kunci pokok yaitu (1) kontruktivisme (contructivism); (2) bertanya
(questioning); (3) menemukan(inquiry); (4) masyarakat belajar (learning
community); (5) pemodelan (modeling); dan (6) refleksi (reflection); (7)
penilaian sebenarnya (authentic assessment). Menggunakan
pendekatanContextual Teaching and Learning (CTL), siswa akan belajar
bermakna dengan cara bekerja sama, memberi kesempatan kepada siswa untuk
8

menemukan, menerapkan idenya sendiri serta berpengaruh terhadap hasil


belajar siswa. ( Rusman, 2014)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyampaian


materi dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih
terfokus kepada siswa dan dapat menghubungkan siswa dengan dunia nyata
sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari,
mengembangkan kemampuan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
serta konsep yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,


maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai penerapan pendekatan
Contextual Teaching and learning (CTL) pada saat pembelajaran dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Di Kelas
IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang di
atas, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar siswa pada pembelajaran Tematik
Terpadu Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Di Kelas IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok?
Untuk lebih terarahnya penulis perlu merinci masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) di Kelas IV SDN 01 Lubuak
Batingkok?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
9

Contextual Teaching and Learning (CTL) di Kelas IV SDN 01 Lubuak


Batingkok?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik
terpadu dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) di Kelas IV SDN 01 Lubuak Batingkok?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum dari
penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) di Kelas IV SDN 01 Lubuak Batingkok.
Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain untuk mendeskripsikan :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) di kelas IV SDN 01 Lubuak Batingkok.
2. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas
IV SDN 01 Lubuak Batingkok.
3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di
Kelas IV SDN 01 Lubuak Batingkok.
D. Manfaat Penelitian
Menurut Sugiyono (2011), Manfaat penelitian merupakan dampak dari
pencapaianya tujuan. Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan teoritis dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam pembelajaran tematik terpadu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan
di jurusan PGSD FIP UNP, dan untuk menambah ilmu pengetahuan
10

penulis dalam pembelajaran di SD tentang penggunaan pendekatan


Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran tematik
terpadu.
b. Bagi guru
Menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan guru dalam
penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
pada pembelajaran tematik terpadu.
c. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan mutu pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL).
d. Bagi peneliti lain
Dapat menjadi pertimbangan untuk mengembangkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada penelitian selanjutnya.
11

II. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk melihat keberhasilan
peserta didik dalam menguasaai materi pelajaran yang disampaikan
selama proses pembelajaran. Menurut Suprijono (2016), “Hasil belajar
adalah pola-pola perpakatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan keterampilan”.
Menurut Winkel (dalam Maisaroh & Rostrieningsih, 2010)
Menyatakan hasil belajar adalah setiap macam kegiatan belajar
menghasilkan perubahan yang khas yaitu, belajar. Hasil belajar tampak
dalam suatu prestasi yang diberikan peserta didik, misalnya
menyepaktkan huruf dalam abjad secara berurutan.

“Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi


antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan
pendidik” (Majid, 2014). “Proses pembelajaran berpengaruh terhadap
perubahan tingkah laku seseorang dan perubahan tersebut harus dan
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dalam kehidupannya”
(Sudjana, 2010).
Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada peserta didik
baik dari segi fisik, maupun sikap individu itu sendiri dalam berbuat
serta bertingkah laku. Menurut Nana (2009), menyatakan bahwa “Hasil
belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
dia menerima pengalaman belajarnya.” Menurut Hamalik (2011),
menyatakan ”Hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengelolaan, penafsiran, dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar
yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.
12

Sedangkan Menurut Susanto (2014), “Hasil belajar adalah


kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar
karena, belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada diri individu
setelah adanya proses kegiatan pembelajaran. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk
melihat siswa berhasil atau tidaknya dalam pembelajaran dapat dilihat
dari nilai yang diperoleh siswa dalam belajar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi atas 2, yaitu
(Susanto, 2013) : (1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber
dari dalam diri siswa itu sendiri, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
dan lain sebagainya. (2) Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal
dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar, meliputi keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Menurut Munadi (dalam Rusman, 2015) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dibagi atas 2 yaitu :
(1) Faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah
suatu kondisi di mana kesehatan tidak dalam keadaan lelah dan cacat
jasmani. Sedangkan faktor psikologis adalah suatu kondisi psikis
yang mempengaruhi siswa itu sendiri di mana faktor psikologis itu
meliputi IQ, inteligensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, dll.
(2) Faktor eksternal, faktor eksternal di bagi atas 2 yaitu faktor
lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi hasil belajar karena ketika siswa belajar pada pagi
hari suasananya masih segar. Ketika belajar sudah tengah hari, siswa
13

akan merasa ngantuk karena kelelahan berpikir dan udarapun terasa


tidak segar lagi. Sedangkan faktor intrumental adalah faktor yang
keberadaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor intrumental ini berupa sarana kurikulum bagi
guru.
Menurut Baharuddin & Wahyuni (2015), menyatakan bahwa :
faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari 2 yaitu:
(1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik meliputi: kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat
peserta didik.
(2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dai luar diri peserta didik
seperti lingkungan sosial (sekolah, masyarakat, dan keluarga),
lingkungan non sosial (lingkungan alamiah, faktor instrumental, dan
keluarga), dan faktor materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri atas 2 yaitu:
(1) Faktor internal dari dalam diri siswa baik itu kecerdasan, motivasi,
minat, sikap, dan bakat peserta didik.
(2) Faktor eksternal dari luar diri siswa baik itu lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat semua itu akan sama-sama mempengaruhi
hasil belajar yang didapatkan siswa.
2. Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu
a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Poerwadarminta (dalam Majid, 2014) “Pembelajaran
tematik terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.”
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara beberapa bidang studi pelajaran
dalam upaya memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta
14

didik. Dengan pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami


konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung
dan menghupakngkannya dengan konsep lain yang mereka pahami
(Rahayu, 2012).
“Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang di
kemas dalam bentuk tema-tema yang memadukan beberapa mata
pelajaran, tematik menyatukan unit atau satuan utuh sehingga
pembelajaran sarat akan nilai, bermakna dan mudah di pahami”.
(Rusman, 2015)
Menurut Prastowo (2013), “Pembelajaran tematik terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema”.
“Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan
pada tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar
berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata
pelajaran lainnya” (Mulyasa, 2013).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik terpadu adalah model pembelajaran terpadu yang
menggabungkan beberapa mata pelajaran yang mana menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
b. Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu juga memiliki beberapa prinsip
yang perlu diketahui oleh seorang pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran. Menurut Abdillah (2015), Prinsip-prinsip dalam
pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut :
1) Materi atau pokok bahasan dipilih dari beberapa mata pelajaran
yang saling berkaitan dan dipadukan dalam satu tema.
2) Tema bersifat aktual, dekat dengan dunia peserta didik dan
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
15

3) Mendukung secara utuh kurikulum yang telah ditetapkan dan


tidak bertentangan dengan kurikulum yang ada.
4) Tidak terkesan adanya pemaksaan pemaduan pada materi yang
dipadukan.
5) Materi pembelajaran yang dipadukan dalam satu tema selalu
mempertimbangkan kepaktuhan, kemampuan, pengetahuan dan
minat peserta didik

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu


Karakteristik pembelajaran tematik terpadu yaitu memberikan
pengalaman langsung kepada siswa, lebih memprioritaskan keterlibatan
siswa saat proses pembelajaran berlangsung, serta dalam proses
pembelajarannya tidak tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran
yang satu dengan yang lainnya.
Karakteristik dari pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai
berikut (Rusman, 2015) : (1) Berpusat pada siswa. (2) Memberikan
pengalaman langsung. (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
(4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. (5) Bersifat
fleksibel. (7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
Menurut Abdul Majid (2014), Karakteristik pembelajan tematik
terpadu sebagai berikut : (1) Berpusat pada peserta didik. (2)
Memberikan pengalaman langsung. (3) Pemisahan mata pelajaran
tidak begitu jelas. (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
(5) Bersifat fleksibel. (6)Menggunakan prinsip belajar sambil
bermaindan menyenangkan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pembelajaran tematik terpadu: (1) Lebih memusatkan
perhatian pada siswa. (2) Siswa bisa menangkap pelajaran jauh lebih
baik dengan cara mengaitkan materi pada kehidupan sehari-hari dalam
proses pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan. (3) Siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. (4) Pembelajaran
16

berkembang sesuai kebutuhan siswa. (5) Menyajikan konsep dari


berbagai mata pelajaran. (6) Bersifat luwes. (7) Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas.
d. Kelebihan Pembelajaran Tematik Terpadu
Keunggulan pembelajaran tematik adalah (Majid, 2014) :
1) Pelajaran lebih menyenangkan, 2) Kegiatan pembelajaran lebih
relevan, 3) Seluruh kegiatan belajar lebih berkesan, 4)Keterampilan
berfikir anak dikembangkan sesuai kehidupannya, 5)Dengan kerja
sama siswa akan memiliki sikap sosial yang tinggi, 6) Pembelajaran
akan terlihat nyata.
Pembelajaran tematik terpadu memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan pendekatan konvensional sebagaimana menurut Antari
(2015), ada beberapa kelebihan dari pembelajaran tematik
diantaranya :
1) Pengalaman dengan kegiatan belajar siswa harus
berhubungan dengan tingkat perkembangannya di SD. 2) Kegiatan
yang dilakukan siswa dalam pembelajaran tematik dilihat dari minat
serta kebutuhan siswa. 3) Hasil belajar siswa dapat bertahan lama
karena kegiatan belajar yang lebih bermakna. 4) Keterampilan berfikir
mandiri jauh lebih mengembangkan pola fikir siswa. 5) Menyajikan
kegiatan belajar yang efektif dan mampu mengembangkan
keterampilan sosial siswa, toleransi dan komunikasi.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik terpadu memiliki berbagai kelebihan yaitu
kegiatan pembelajaran di sesuaikan dengan kebutuhan siswa,
keterampilan berfikir mandiri dikembangkan sesuai persoalan
kehidupan dan jauh lebih mengembangkan pola fikir siswa, adanya
interaksi siswa dengan guru, lingkungan, materi sehingga siswa dapat
memperoleh ilmu dengan mudah, Lebih menyenangkan, berkesan dan
bermakna, Meningkatkan keterampilan sosial dan tolernasi siswa.
e. Penilaian pada Pembelajaran Tematik Terpadu
17

Penilain pada kurikulum 2013 mengacu pada permendikbud


2013 tentang standar penilaian pendidikan. Dalam kurikulum 2013
mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yaitu
menuju penilaian autentik.
3. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Pendekatan CTL
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Hosnan,
2014).

Pendekatan Kontekstual (CTL) Merupakan konsep belajar yang


membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi
siswa (Trianto, 2008).

“Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat” (Suprijono, 2009).
Menurut Jhonson (2006), “Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
18

dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi,


sosial dan budaya mereka”.
Contextual Teaching and Learning (CTL) Merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten materi ajar
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya ke dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja
(Blanchard, 2001).

Berdasarkan definisi pendekatan kontekstual di atas, peneliti


menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi yang telah dipelajari
dengan kehidupan nyata yang sehari-harinya dialami oleh siswa, baik
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat yang pada
akhirnya bertujuan untuk menemukan arti dan makna materi yang telah
dipelajari bagi kehidupan siswa sehari-hari.
b. Komponen Pendekatan CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang
harus dikembangkan menurut Ditjen Dikdasmen (dalam Hernawan, dkk,
2010), sebagai berikut :
a) Kontruktivisme (Contructivisme)
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukan
seperangkat fakta dan konsep yang siap untuk diambil dan
diingat,manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna
melalui pengalaman yang nyata.
b) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain
yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.
19

c) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan
mendorong proses dan hasil belajar yang lebih luas dan mendalam,
dan akan banyak ditemukan unsur-unsur lain yang terkait yang
sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun siswa.
d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan
memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Jadi,
hasil pembelajarannya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain
melalui berbagai pengalaman.
e) Pemodelan (Modeling)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa Pembuatan model
dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar
bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh dan membantu
mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
f) Refleksi (Reflection)
Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada dunia nyata yang dihadapi siswa akan mudah
diaktualisasi ketika pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam
setiap jiwa siswa. Jadi refleksi yang merupakan cara berpikir tentang
apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari sangat penting diberikan
di setiap pembelajaran.
g) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah suatu proses pengumpulan berbagai data dan
informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap
pengalaman belajar siswa.
c. Karakteristik Pendekatan CTL
Menurut Komalasari (2013), karakteristik pendekatan kontekstual
adalah sebagai berikut :
20

a) Keterkaitan, yaitu proses pembelajaran yang memiliki keterkaitan


dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa dengan
konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata siswa.
b) Pengalaman langsung, yaitu proses pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri.
c) Aplikasi, yaitu proses pembelajaran yang menekankan pada
penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam
kehidupan siswa.
d) Kerja sama, yaitu pembelajaran yang mendorong kerja sama
diantara siswa, antara siswa dengan guru dan sumber belajar.
e)Pengaturan diri, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk
mengatur diri secara mandiri.
f)Asesmen autentik, yaitu pembelajaran yang mengukur, memonitor,
dan menilai semua aspek hasil belajar.
Menurut Nurhadi (2002), Dalam pengajaran kontekstual
memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :

a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan


inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia
mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa.

b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana


mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
pengelaman maupun pengetahui sebelumnya.

c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia


malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet
memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic
dan relevan.

d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak


membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
21

bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang


komplek dengan sedikit bantuan.

e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam


pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
hapalan.

d. Langkah-langkah Pendekatan CTL


Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaanya. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam pendekatan Kontekstual adalah sebagai berikut (Majid, 2014) :
a) Kontruktivisme
b) Menemukan (Inquiry)
c) Bertanya
d) Masyarakat belajar
e) Pemodelan
f) Refleksi
g) Penilaian Sebenarnya
Menurut Trianto (2010), menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) sebagai berikut :
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan bekerja sendiri
b) Laksanakan kegiatan inkuiri semua topik
c) Kembangkan sifat ingin tahu dengan bertanya
d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f) Lakukan refleksi diakhir pertemuan
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah-langkah
pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
22

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah yang


dikemukakan lebih mengedepankan kebermaknaan dari setiap tahapan,
atau materi yang disampaikan.

e. Kelebihan Pendekatan CTL


Pemilihan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL)
tentunya dikarenakan memiliki kelebihan yang membuat peneliti
merasa bahwa pendekatan ini sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Menurut Johnson (dalam Rusman 2011), “Kelebihan dari
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu
memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian
pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin
hubungan baru untuk menemukan makna yang baru”.
Menurut Anisa (2009), ada beberpa kelebihan dalam
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu :
1) Pembelajaran lebih bermakna, yaitu siswa dapat
melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi yang
ada sehingga siswa dapat memahaminya. 2) Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
menuntut siswa menemukan sendiri bukan menghafalkan. 3)
Menumbuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat
tentang materi yang dipelajari. 4)Menumbuhkan rasa ingin tahu
tentang materi. 5) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama
dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada. 6)
Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan
pembelajaran.

B. Kerangka Teori
Kerangka teori memuat hasil observasi penulis tentang hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Negeri Lubuak
Batingkok. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, peneliti menemukan
23

masalah bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu belum
sesuai dengan harapan. Berdasarkan permasalahan, peneliti ingin
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).
Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) menempatkan
siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal
siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan
faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Didalam pembelajaran
kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak
dengan penerapan praktis di dunia nyata. Agar penggunaan pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran tematik terpadu
dapat berjalan dengan baik, maka seorang guru hendaklah memperhatikan
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian (evaluasi).
Pada tahap perencanaan pembelajaran adalah menetapkan jadwal
penelitian,mengkaji kurikulum 2013 di kelas IV serta penunjang lain,
Menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bercirikan
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) lengkap dengan semua
komponen pada RPP, menyusun lembar pengamatan (RPP, aspek guru dan
aspek siswa), membuat format penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan
dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL). Langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) adalah sebagai berikut (Majid, 2014) :
1) Kontruktivisme
2) Menemukan/ inquiry
3) Bertanya
4) Masyarakat belajar
5) Permodelan
6) Refleksi
7) Penilaian sebenarnya
24

Pada tahap penilaian terdiri dari penilaian RPP, Penilaian


pelaksanaan, penilaian hasil belajar. Penialaian pelaksanaan terdiri
dari penilaian pelaskanaan aktivitas guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran. Penilaian hasil merupakan penilaian yang dapat
dilihat dari hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan dan
keterampilan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat kerangka
teori seperti dibawah ini :
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Terpadu


di Kelas IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok Masih Rendah

Perencanaan
Pelaksanaan
1. Menetapkan jadwal
selama penelitian Langkah-langkah
Penilaian
2. Mengkaji Pendekatan Contextual
kurikulum 2013 di Teaching and Learning 1. RPP
kelas IV serta (CTL) sebagai berikut: 2. Pelaksanaan
penunjang lain a) Aktivitas guru
3. Menyusun rencana 1. Kontruktivisme
b) Aktivitas
Pelaksanaan 2. Menemukan (Inquiry)
siswa
Pembelajaran 3. Bertanya
3. Hasil belajar
(RPP) 4. Masyarakat belajar
a) Sikap
4. Menyusun lembar 5. Pemodelan
b) Pengetahuan
pengamatan, format 6. Refleksi
c) Keterampilan
penilaian, RPP dan 7. Penilaian Sebenarnya
menyiapkan
dokumentasi.

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Terpadudengan Menggunakan


Pendekatan Contextual Teaching And Learning(CTL)
di Kelas IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok Meningkat.
25

III. BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 01 Lubuak Batingkok
Kecamatan Harau. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan
pertimbangan sebagai berikut. Pertama, karena penulis menemukan
masalah saat observasi. Kedua, karena sekolah sudah menggunakan
kurikulum 2013. Ketiga, karena pihak sekolah terbuka dalam menerima
pembaharuan pembelajaran tematik terpadu. Keempat, kepala sekolah
memberikan izin dan guru kelas IV juga mau bekerja sama dengan penulis
untuk melakukan penelitian disekolah ini.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV semester
II SD Negeri 01 Lubuak Batingkok. Jumlah siswanya, yaitu 20 orang
dengan rincian 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Yang terlibat dalam penelitian ini adalah:

a. Penulis sebagai guru praktisi pada kelas IV SD Negeri 01 Lubuak


Batingkok Kecamatan Harau
b. Dua orang pengamat yaitu guru kelas yang bersangkutan dan
didampingi oleh teman sejawat.
26

3. Waktu/ Lama Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Januari-Juni tahun ajaran
2021/2022. Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari satu siklus.

B. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Bogdan Taylor
(dalam Wiratna, 2014) menyatakan bahwa “Pendekatan kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan
dan perilaku orang-orang yang diamati”. Menurut Sugiyono (2011), “Pendekatan
kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka, data yang
berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu
informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut”.
Menurut Lexi (2009), adapun pengertian pendekatan kualitatif
adalah :“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelititi misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskrisipsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah”.
Penelitian ini juga akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif adalah pendekatan yang pengumpulan data, analisis data, dan tampilan
pada hasil data menggunakan angka (Arikunto, 2009).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpilkan bahwa pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan yang data-datanya disajikan dalam bentuk kata-kata.
Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang data-datanya disajikan
dalam bentuk angka (numerial).
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Yalvema Miaz (2014), penelitian tindakan kelas didefenisikan sebagai
penelitian sistematis yang dilaksanakan oleh para guru, penyelenggara pendidikan
serta penasehat pendidikan yang memiliki kepentingan dalam proses belajar
mengajar (PBM) dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi bagaimana cara
27

kerja guru-guru disekolah di dalam memberikan pembelajaran kepada siswa.


Menurut Hamzah, dkk (2011), “penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat” .
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Maksudnya adalah dengan PTK diharapkan dapat meningkatkan
kualitas berbagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran dan meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas.
c. Alur Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan menggunakan model siklus
yang di kembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (dalam Hamzah, dkk, 2017),
Model siklus ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
2. Prosedur Penelitian
a. Perencanaan
Sesuai dengan rumusan masalah dalam studi pendahuluan, penulis bersama
guru membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran tematik
terpadu dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning(CTL), yaitu dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Merumuskan jadwal penelitian

2. Mengkaji kurikulum 2013 SD, buku guru dan buku siswa yang relevan

3. Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP) yang disesuaikan berdasarkan langkah-langkah pengembangan
pendekatanContextual Teaching and Learning(CTL), Hal ini meliputi :
kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, memilih dan
menetapkan materi, pelaksanaan proses pembelajaran, memilih media, dan
menetapkan evaluasi.

4. Membuat soal yang akan digunakan dalam pembelajaran


28

5. Menyusun lembar observasi untuk mencatat aktifitas guru dan siswa.

6. Menyusun indikator deskriptor dan kriteria penilaian melalui pendekatan


Contextual Teaching and Learning(CTL).

b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Penulis sebagai praktisi melaksanakan pembelajaran tematik terpadu sesuai


dengan rancangan pembelajaran yang direncanakan.
2. Guru kelas sebagai observer melakukan pengamatan dengan menggunakan
lembar observasi.
3. Penulis dan observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan,
kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk perbaikan atau
penyempurnaan selajutnya.
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran tematik terpadu di kelas IV
dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru
kelas IV dan teman sejawat sebagai observer untuk mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan penulis. Pengamatan yang dilakukan pada tiap siklus dapat
mempengaruhi pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan
dengan guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan pembelajaran dan pengamatan selesai
dilakukan. Refleksi diartikan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang terjadi, yang
dihasilkan dan yang belum tuntas pada langkah sebelumnya, sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan tindakan berikutnya.

C. Data dan Sumber data

1. Data Penelitian
29

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, diskusi, dan dokumentasi dari
pembelajaran tematik terpadu menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok. Data tersebut
berkaitan dengan hal berikut ini:

1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan


Contextual Teaching and Learning(CTL) di kelas IV SD Negeri 01 Lubuak
Batingkok .
2. Pelaksanaan RPP tematik terpadu dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) di kelas IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok.
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di
kelas IV SD Negeri 01 Lubuak Batingkok berupa penilaian proses maupun
penilaian hasil.
2. Sumber data
Sumber data yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dilakukan dengan
penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
meningkatkan hasil belajar tematik terpadu di kelas IV SD Negeri 01 Lubuak
Batingkok Kecamatan Harau, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir,
kegiatan evaluasi pembelajaran, serta perilaku guru dan siswa sewaktu kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara
yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana karakteristik atau latar
belakang tempat berlangsungnya pembelajaran.
b. Tes
Tes ini digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas
terutama dalam butir penugasan materi pembelajaran dari unsur siswa serta
mengetahui bagaimana kesiapan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data yang tepat dan akurat atas kemampuan siswa dalam memahami
30

pembelajaran tematik terpadu.


c. Non Tes
Non tes digunakan untuk mengukur dan memperoleh data tentang sikap dan
keterampilan siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan
pendekatan contextual teaching and leraning (CTL).
2. Instrumen Penelitian
a. Lembar Observasi
Pada dasarnya lembar observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas guru
maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL). Proses pembelajaran ditandai dengan
memberikan ceklist di kolom yang ada pada lembar pengamatan/observasi.
b. Lembar Tes
Lembar soal digunakan untuk melihat hasil belajar setiap akhir tindakan
setelah proses pembelajaran siswa. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang
akurat terutama pada bagian penguasaan materi pembelajaran di kelas dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
c. Lembar pengamatan sikap dan keterampilan
Lembar pengamatan sikap dalam bentuk jurnal sikap yang digunakan sebagai
data refleksi diri serta perubahan yang terjadi dikelas. Sedangkan lembar
pengamatan keterampilan digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
penilaian keterampilan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning(CTL).
3. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
model analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk
persentase untuk menerangkan suatu kejelasan dari angka. Model analisis data
kualitatif yang ditawarkan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011),
“Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu”. Tahap
analisis data dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menelaah data yang telah terkumpul melalui observasi dan pencatatan


dengan melakukan proses transkripsi hasil pengamatan, penyeleksian dan
pemilahan data. Seperti mengelompokkan data pada siklus satu, siklus dua
31

dan siklus ke-n. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal dan
dikumpulkan.
2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua data
yang telah terkumpul diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan fokus.
Setelah dipisah-pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan
mana yang tidak relevan. Data yang relevan dianalisis, dan yang tidak
relevan dibuang.
3. Menyajikan data yang dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi
yang sudah direduksi.
4. Menyimpulkan hasil penelitian. Kegiatan ini merupakan penyimpulan akhir
temuan penelitian, diikuti dengan kegiatan triangulasi atau pengujian
temuan penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan cara : a) peninjauan , dan
b) bertukar pikiran dengan teman sejawat, dan guru.
Menurut Kemendikbud No. 104 tahun 2014, untuk menghitung hasil belajar
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan digunakan rumus:
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai = Jumlah skor maksimal x 100%
Dalam indeks nilai kuantitatif dengan skala sebagai berikut:
Konversi Nilai Akhir Predikat
Klasifikasi Sikap
(pengetahuan
dan
Skala 0-100 Skala 1-4 dan
Ekstrakurikuler
keterampilan)

86-100 4 A

81-85 3.66 A- SB (Sangat Baik)

76-80 3.33 B+

71-75 3.00 B
B (Baik)
66-70 2.66 B-

61-65 2.33 C+

56-60 2 C
C (Cukup)
51-55 1.66 C-

46-50 1.33 D+

0-45 1 D-
32

K (Kurang)

Sedangkan untuk menghitung persentase hasil pengamatan praktik


pembelajaran, dalam Kemendikbud (2013), dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai = Jumlah skor maksimal x 100%
Dengan kriteria taraf keberhasilannya dapat ditentukan sebagai berikut:

Peringkat Nilai

Amat Baik (AB) 90 < A ≤ 100

Baik (B) 75 < B ≤ 90

Cukup (C) 60 < C ≤ 75

Kurang (K) ≤ 60

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah. 2015. Prinsip-prinsip belajar untuk pengajaran. Surabaya : Usaha Nasional.


Aisyah. 2016. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 3 Palu.
Tersedia di (http://jurnal.untad.ac.id/article/download) Diunduh 25 Desember 2016.
33

Antari, L. 2015. Penggunaan Bahan Ajar Tematik Pembagian Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar di MI Ahliyah Palembang, Issn 2442-5419 Vol. 4, No. 2-22-29, Email:
Luvi.fkipumpalembang@yahoo.com
Anisa. 2009. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran CTL. Diakses dari laman web tanggal
20 Maret 2021. dari: http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-
kelemahanpembelajaran.html

Arikunto, S. dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Baharuddin, W. 2015. Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA)

Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learning. Tersedia:


http://www.horizonshelpr.org/%20contextual/contextual . Diakses 20 maret 2021

Desyandri. 2018. Peningkatan Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Scaintifik di Kelas


I SDN 15 Ulu Gadut, Kota Padang. Ejournal Pembelajaran Inovasi: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 6 (1), 11–24.
Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hamzah, dkk. 2017. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah & Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara

Helmina, S. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Tematik Mode Pembelajaran Contextual


Teaching And Learning Siswa Kelas II Sd Negeri 163086 Tebing Tinggi.Jurnal
Pendidikan. ( Vol.5 Nomor 1),108-109.

Hermawan,dkk. 2010. Metode penelitian pendidikan SD. Bandung: UPI Press Hosnan. 2014.
Pendekatan santifik dan kontekstual dalam pembelajarn abad 21. Ghalia Indonesia :
ciawi- Bogor.
Hosnan. 2014. “Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran”. Abad 21:
Ghalia Indonesia
Johnson, E. B. 2006. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).
Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan
ctldi Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Jakarta: Kemendikbud
Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT Refika
Adiatama.
34

Lexi J. M. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung
Maisaroh, R. 2010. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Mneggunakan Metode
Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan
Dasar Komunikasi Di SMK NEGERI 1 Bogor”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan,
Volume 8Nomor 2: Halaman 157- 172.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Munasik. 2014. “Kemampuan Guru Sekolah Dasar Dalam Menerapkan Pembelajaran


Tematik di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Volume 15 Nomor 2.
http://jurnal.ut.ac.id/JP/article/download/116/110 . Diakses tanggal 23 Februari 2021
pukul 14.59.

Nurhadi. 2002. Pendekatan kontekstual. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,


Dirjendikdasmen.

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung : Sinar Baru
Algensindo.

Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014
pasal 2 ayat 7 dan 8 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.

Prastowo, A. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press

Rahayu. 2012. “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Tematik”. Jurnal of Education Action Research Volume 3 Nomor 3.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEAR/index . Diakses tanggal 3 April 2021.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta:
Rajawali Pers.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers
Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
35

Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi :


Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers

Sanjaya, A. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, N. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung : Sinar Baru.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sudjana, N. 2006. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprijono, A. 2016. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Surabaya. Pustaka Belajar


Susanto, A. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Trianto. 2008. Mendesain pembelajaran Kontekstual di Kelas. Surabaya : Cerdas Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya :Kencana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam
KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiratna. 2014. MetodologiPenelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami. Yogyakarta :


Pustaka B

Yalvema, M. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Guru dan Dosen : UNP. Press Padang

Yuniastuti,Y. 2018. Penerapan Tematik Terpadu Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan.


( Vol.3 Nomor 12).Universitas Negeri Malang

Lampiran 1
Materi Pembelajaran

1. Bahasa Indonesia
36

Festival Tabuik

Festival tabuik merupakan salah satu tradisi tahunan di dalam masyarakat


Pariaman. Festival ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan diperkirakan
telah ada sejak abad ke-19 Masehi. Perhelatan tabuik merupakan bagian dari
peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang
jatuh pada tanggal 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya
wafat dalam perang di Padang Karbala.

Tabuik sendiri di ambil dari bahasa Arab “Tabut” yang bermakna peti kayu.
Nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda
bersayap dan berkepala manusia yang di sebut Burak. Legenda tersebut mengisahkan
bahwa setelah wafatnya sang cucu nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein
diterbangkan ke langit oleh burak. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun
masyarakat pariaman membuat tiruan dari burak yang sedang mengusung tabut di
punggungnya.

Menurut kisah yang di terima masyarakat secara turun temurun, ritual ini di
perkirakan muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828. Tabuik pada masa itu masih
kental dengan pengaruh dari Timur Tengah yang di bawa oleh masyarakat keturunan
India penganut Syiah. Pada 1910, muncul kesepakatan antarnagari untuk
menyesuaikan perayaan tabuik dengan adat istiadat Minangkabau, sehingga
berkembang menjadi seperti yang ada saat ini.

Setiap tahunnya, puncak acara tabuik selalu disaksikan puluhan ribu


pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Tidak hanya
masyarakat lokal saja, festival ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing.
Setiap penyelenggaraan upacara tabuik sangat meriah sehingga Pemda setempat pun
memasukkan upacara menarik tabuik ini ke dalam agenda wisata di Sumatera Barat
dan diselenggaarakan setiap tahun.

a. Gagasan pokok dan gagasan pendukung

Paragraf merupakan satuan gagasan/ide yang apabila dirangkai dengan gagasan/ide


yang lain akan membentuk sebuah karya tulis yang lengkap. Setiap paragraf memiliki
gagasan pokok yang didukung oleh gagasan pendukung.Gagasan pokok berupa kalimat
utama yang dapat ditemukan pada awal paragraf (paragraf deduktif), pada akhir paragraf
37

(paragraf induktif), atau pada awal dan akhir paragraf (paragraf campuran), gagasan
pendukung adalah uraian atau tambahan informasi yang mendukung gagasan
pokok.Gagasan pendukung berupa kalimat-kalimat penjelas yang memberi tambahan
untuk gagasan utama

2. IPS

Keanekaragaman Suku Budaya Setempat


A. Keragaman Suku Bangsa di Daerah Setempat
Suku bangsa merupakan sekumpulan masyarakat yang memiliki kebiasaan dan
budaya yang sama. Bangsa Indonesia terdiri lebih dari 300 suku bangsa. Sebagai contoh
suku di Indonesia antara lain Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Tengger, Suku Aceh, Suku
Batak, Suku Asmat, Suku Dayak, Suku Bali, Suku Sasak dan lain sebagainya. Suku-suku
tersebut ada yang belum banyak mendapat pengaruh budaya lain. Mereka sering dikenal
sebagai suku terasing.
B. Keragaman Budaya di Daerah Setempat
Budaya dan kebudayaan adalah semua hasil pengolahan akal pikiran, perasaan dan
kehendak dari manusia. Akal pikiran, perasaan, dan kehendak disebut dengan istilah cipta,
rasa, dan karsa. Budaya ada yang berbentuk fisik atau jasmani. Contohnya pakaian, rumah
adat dan alat musik. Ada pula budaya yang berbentuk non fisik atau rohani. Contohnya
kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau tradisi dan pengetahuan. Bentuk-bentuk budaya
yang biasa terdapat di tiap suku bangsa antara lain sebagai berikut:
a. Bahasa
Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan dalam bahasa pergaulan
sehari-hari di suatu daerah tertentu. Agar dapat saling berkomunikasi antar suku bangsa,
Indonesia memiliki bahasa nasional yakni Bahasa Indonesia. terdapat sekitar 665
bahasa daerah. Contoh bahasa daerah adalah Bahasa Minang, Bahasa Bali, Bahasa
Madura, Bahasa Batak, Bahasa Jawa dan Bahasa Bugis.
b. Sistem kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan meliputi kelompok atau organisasi, hubungan
kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum.Suatu kelompok dipimpin oleh seseorang
yang dihormati dan disegani. Pemimpin ini disebut kepala adat atau kepala suku.
Kepala adatlah yang biasanya memimpin upacara-upacara adat. Hubungan kekerabatan,
Masyarakat di daerah-daerah biasanya juga memiliki hubungan kekerabatan tertentu
38

yang kadang berbeda satu sama lain. Misalnyadi daerah Minangkabau hubungan
kekerabatan didasarkan pada garis ibu yang disebut Matrilineal. Sedangkan di Jawa
hubungan kekerabatan didasarkan pada garis ayah yang disebut Patrilineal.
c. Rumah adat
Di tiap daerah atau suku bangsa biasanya memiliki rumah adat yang khas.
Contoh rumah adat adalah Rumah Joglo di Jawa Tengah, Rumah Honai di Papua,
Rumah Gadang di Sumatera Barat dan rumah Tongkonan di Sulawesi Selatan.
d. Upacara adat
Upacara adat merupakan upacara yang berhubungan dengan adat istiadat atau
tradisi masyarakat. Upacara adat berkaitan erat dengan kepercayaan suatu masyarakat.
Contoh upacara adat adalah Upacara Kasodo (Suku Tengger, Jawa Timur), Upacara
Lompat Batu (Suku Nias), Upacara Grebeg Suro (Jawa Tengah) dan sebagainya.
e. Pakaian adat
Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai pakaian adat sendiri. Pakaian khas
tersebut selain indah juga mempunyai arti tertentu. Biasanya pakaian adat digunakan
saat upacara adat, upacara perkawinan dan saat memperagakan tarian atau pertunjukan
daerah.
f. Senjata tradisional
Dahulu senjata tradisional sering digunakan untuk memotong, berburu, dan
berperang. Contoh senjata tradisional adalah Senjata Badik (Betawi), Rencong (Aceh),
Keris (Jawa) dan Mandau (Kalimantan).
g. Kesenian
Bentuk-bentuk kesenian sangat banyak, antara lain:
1) Tarian tradisional Contoh tarian tradisional atau adat adalah Tari Serimpi (Jawa
Tengah), Tari Kecak (Bali), Tari Saman (Aceh), Tari Cakalele (Maluku) dan Tari
Piring (Minangkabau).
2) Seni musik tradisional, menggunakan alat musik tradisonal pula. Alat musik
tradisional digunakan untuk mengiringi lagu daerah. Contohnya adalah alat musik
Gamelan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, Tifa dari Papua, dan Angklung dari
Jawa Barat.
3) Lagu daerah
Contoh lagu daerah adalah Bungong Jeumpa dari Aceh, Lir Ilir dari Jawa, Bubuy
Bulan dari Sunda, Ampar-ampar Pisang dari Kalimantan Selatan, dan Apuse dari
Papua. Bisakah kamu menyanyikan lagu daerahmu?
39

4) Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang turun temurun di masyarakat.
Contoh cerita rakyat antara lain Sangkuriang (Jawa Barat), Malinkundang
(Minangkabau), Putri Cendana (Nusa Tenggara), Kleting Kuning dan Keong Emas
(Jawa).
3. IPA
Cara Menghasilkan Bunyi
Bunyi merupakan bagian dari sumber energi yang juga sering kita dengar
melalui frekuensi suara. Energi bunyi merupakan energi yang dihasilkan dari bunyi.
Manusia dapat mendengar bunyi di setiap saat dan waktu, misalnya mendengarkan
hiruk pikuknya klakson mobil saat terjadi macet, mendengarkan lagu dari radio
maupun mp3, mendengarkan televisi dan melihat gambarnya serta mendengarkan
teman yang sedang berbicara kepada kita.
Bunyi sebenarnya dihasilkan dari sesuatu benda yang bergetar. Sumber bunyi
sendiri berasal dari semua benda yang ada dan bergetar menghasilkan bunyi disebut
juga dengan sumber bunyi. Jumlah getaran dalam satu detik disebut juga dengan
frekuensi. Frekuensi sendiri diukur dalam satuan Hertz.
Peristiwa bergetarnya suatu benda yang diakibatkan oleh benda lain sehingga
menimbulkan bunyi disebut sebagai resonansi. Contohnya energi bunyi yaitu
dengungan nyamuk yang selalu mengganggu saat tidur, suara dengungan nyamuk
tersebut berasal dari getaran kepakan sayap dari nyamuk tersebut serta bunyi gitar
juga dapat menghasilkan bunyi karena adanya getaran yang dihasilkan dari senar atau
dawai gitar.
Bunyi yang dapat dihasilkan oleh suatu getaran benda ada yang melengking,
lemah, kuat atau yang memiliki nada rendah. Bunyi dapat kita dengar secara jelas
ketika kita dekat dengan sumber bunyi tersebut, bunyi terdengar melemah ketika kita
menjauhi dari sumber bunyi tersebut. Banyak sekali yang dapat kita temui ketika
menemukan bunyi yang memiliki nada yang rendah, nada rendah tersebut disebabkan
oleh frekuensi yang rendah pula. Sumber:https://benergi.com/energi-bunyi-yang-ada-
di-sekitar-kita diunduh 22 Maret 2021

Lampiran 2

Media Pembelajaran
40

Gambar 2.1 Pawai Budaya

Sumber: Buku Peserta didik Tema 1: Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku Tematik
TerpaduKurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Revisi 2017
Gambar 2.2 Pawai Budaya

Sumber: Buku Peserta didik Tema 1: Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku Tematik
TerpaduKurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Revisi 2017

Gambar 2.3 Alat Musik Tradisional


41

Sumber: Buku Peserta didik Tema 1: Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku Tematik
TerpaduKurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Revisi 2017

Lampiran 3
Lembar Soal Evaluasi
1. Apakah yang dimaksud dengan paragraf?
2. Berapa paragraf yang terdapat dalam teks “Festival Tabuik”?
3. Bacalah teks berikut !
42

Sebagian besar wilayah kabupaten gunung kidul berupa perbukitan dan pegunungan
kapur. Yakni bagian dari pegunungan sewu. Gunung kidul dikenal sebagai daerah tandus
dan sering mengalami kekeringan dimusim kemarau namun menyimpan kekhasan
sejarah yang unik. Selain potensi pariwisata, budaya, maupun kuliner.
Apa gagasan pokok dari paragraf diatas?
4. Dimana letak gagasan pokok pada suatu paragraf?
5. Apakah yang dimaksud dengan gagasan pendukung?
6. Apa saja contoh keragaman budaya yang ada di Indonesia?
7. Bagaimana cara kita menghargai budaya lain yang berbeda dengan budaya kita?
8. Tuliskan 5 contoh alat musik tradisional!
9. Mengapa indonesia memiliki keragaman budaya yang berbeda-beda?
10. Sebutkan agama yang terdapat di Indonesia?
11. Apa yang dimaksud dengan sumber bunyi?
12. Sebutkan 3 alat musik yang menghasilkan bunyi dengan cara dipukul?
13. Apakah yang menyebabkan terjadinya bunyi?
14. Sebutkan medium atau benda yang dapat dilalui gelombang bunyi secara merambat!
15. Jelaskan manfaat dari penerapan sifat bunyi yang dapat merambat melalui zat cair?

Lampiran 4
Kunci Jawaban Lembar Evaluasi

1. Paragraf merupakan satuan gagasan/ide yang apabila dirangkai dengan gagasan/ide


yang lain akan membentuk sebuah karya tulis yang lengkap.
43

2. Empat paragraf
3. Sebagian besar wilayah kabupaten Gunung Kidul berupa perbukitan dan pegunungan
kapur.
4. Awal paragraf, akhir paragraf, atau pada awal dan akhir paragraf (campuran)
5. Gagasan pendukung adalah uraian atau tambahan informasi untuk gagasan pokok.
6. Suku bangsa, makanan khas Indonesia, Bahasa daerah, Pakaian adat, Keberagaman ras,
keberagaman agama.
7. Dengan berteman dan tidak saling menjelekkanbudaya masing-masing.
8. Angklung, Suling,Kecapi, Kendang dan tifa
9. Karena Indonesia adalah negara besar yang terdiri dari banyak kepulauan.
10. Islam, Kristen protestan, katolik, hindu, budha, dan kong hu cu
11. Benda yang menghasilkan bunyi, yang dimulai dari sebuah getaran.
12. Gendang, rebana, drum
13. Ada sumber bunyi yang menghasilkan getaran, ada medium perambatan bunyi
14. Zat padat, cair dan gas
15. Yaitu dimanfaatkan oleh tim SAR untuk mencari dan menolong kecelakaan yang
terjadi ditengah laut.

Lampiran 5
Kisi-kisi Soal Evaluasi

Indikator Pembelajaran Indikator Soal No Soal Skor Level Kognitif


44

soal

c1 c2 c3 c c5 c6
4

Bahasa Indonesia
3.1.1 Mengidentifikasi
siswa dapat 1 Apakah yang v
gagasan pokok setiap
mejelaskan dimaksud dengan
paragraf dari teks 20
pengertian paragraf paragraf?
tulis

3.1.2 Menentukan Dengan membaca 2 Berapa paragraf 20 v


gagasan pendukung kembali teks yang terdapat
setiap paragraf dari “Festival Tabuik” dalam teks
teks tulis siswa dapat “Festival
mengemukakan Tabuik”?
paragraf pada teks
tersebut.

3.1.1 Mengidentifikasi Disajikan sebuah 3 Apa gagasan 20 v


gagasan pokok paragraf, siswa pokok dari
setiap paragraf dari dapat paragraf diatas?
teks tulis mengidentifikasi
gagasan pokok dari
pargraf tersebut.

3.1.1 Mengidentifikasi Disajikan 4 Dimana letak 20 v


gagasan pokok pernyataan, siswa gagasan pokok
setiap paragraf dari dapat menentukan pada suatu
teks tulis letak gagasan paragraf?
pokok suatu
paragraf.

3.1.2 Menentukan Siswa dapat 5 Apakah yang v


gagasan pendukung menjelaskan dimaksud dengan
setiap paragraf dari pengertian gagasan gagasan
teks tulis pendukung. pendukung?
45

IPS

3.2.1 Mengidentifikasi Siswa dapat 6 Apa saja contoh 20 v


keragaman budaya di mengidentifikasi keragaman budaya
provinsi setempat keragaman budaya yang ada di
sebagai identitas di Indonesia. Indonesia?
bangsa Indonesia

3.2.1 Mengidentifikasi Siswa dapat 7 Bagaimana cara 20 v


keragaman budaya di mengemukakan kita menghargai
provinsi setempat pendapat mengenai budaya lain yang
sebagai identitas cara menghargai berbeda dengan
bangsa Indonesia budaya yang budaya kita?
berbeda.

3.2.1 Mengidentifikasi Siswa dapat 8 Tuliskan 5 contoh 20 v


keragaman budaya mengidentifikasi alat musik
di provinsi setempat contoh alat musik tradisional!
sebagai identitas tradisional.
bangsa Indonesia

3.2.1 Mengidentifikasi Siswa dapat v


keragaman budaya mengemukakan
9 Mengapa 20
di provinsi pendapatnya
Indonesia
setempat sebagai mengenai
memiliki
identitas bangsa jeragaman budaya
keragaman budaya
Indonesia di Indonesia
yang berbeda-
beda?

3.2.1 Mengidentifikasi Menyebutkan 10 Sebutkan Agama 20 v


keragaman etnis di provinsi keragaman Agama yang terdapat di
setempat sebagai identitas yang ada di Indonesia?
bangsa Indonesia Indonesi.
46

3.6.1 Menjelaskan cara Siswa dapat 11 Apa yang 20 v


menghasilkan bunyi menjelaskan dimaksud dengan
dari benda di sekitar sumber bunyi sumber bunyi?
dengan lengkap.

3.6.1 Menjelaskan cara Siswa dapat 12 Sebutkan 3 alat 20 v


menghasilkan bunyi menyebutkan 3 alat musik yang
dari benda di sekitar musik dengan cara menghasilkan
dengan lengkap. di pukul. bunyi dengan cara
di pukul?

3.6.1 Menjelaskan cara Siswa dapat 13 Apakah yang 20 v


menghasilkan bunyi menjelaskan menyebabkan
dari benda di sekitar penyebab terjadinya bunyi?
dengan lengkap. terjadinya bunyi.

3.6.1 Menjelaskan cara Siswa dapat 14 Sebutkan medium 20 v


menghasilkan bunyi mengidentifikasi atau benda yang
dari benda di sekitar medium dapat dilalui
dengan lengkap. perambatan bunyi. gelombang bunyi
secara merambat?

3.6.1 Menjelaskan cara Siswa dapat 15 Jelaskan manfaat 20 V


menghasilkan bunyi menjelaskan sifat dari penerapan
dari benda di sekitar perambatan bunyi. sifat bunyi yang
dengan lengkap. dapat merambat
melalui zat cair?

BAHASA INDONESIA

Nilai = Skor Maks x 100%

Skor tertinggi

= 50 x 100 %
47

50

= 100

IPA

Nilai = Skor Maks x 100%

Skor tertinggi

= 50 x 100 %

50

= 100

IPS

Nilai = Skor Maks x 100%

Skor tertinggi

= 50 x 100 %

50

= 100

Lampiran 6

Lembar Penilaian Sikap

1. Penilaian Sikap Spritual

No. Tanggal Nama Catatan Perilaku Nilai Utama Butir Tindak


Siswa Karakter Sikap Lanjut
1.
2.
48

2. Penilaian Sikap Sosial

No. Tanggal Nama Catatan Perilaku Nilai Utama Butir Tindak


Siswa Karakter Sikap Lanjut
1.

2.

3.

Lampiran 7

Lembar Penilaian Pengetahuan

NILAI

N0 Nama KBM IPA IPS B.I Jumlah Rata-rata Klasifikasi Ket

2
49

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

JUMLAH

RATA-
RATA

Jumlah siswa yang tuntas

Jumlah siswa yang tidak tuntas

Persentase

Kategori
50

Lampiran 8

Lembar Keterampilan

Perlu
Sangat Baik Baik Cukup
Kriteria Pendampingan
(4) (3) (2)
(1)

Komunikasi Hasil Hasil Hasil Hasil


percobaan percobaan percobaan percobaan

disampaikan disampaikan disampaikan disampaikan

dengan jelas, dengan jelas dengan jelas, dengan kurang

obyektif dan didukung namun hanya jelas dan tanpa


dengan
sebagian data didukung data
didukung data penunjang.
penunjang. sebagian kecil
penunjang.
data
penunjang.

Prosedur Seluruh data Seluruh data Sebagian besar Sebagian kecil


51

dan data dicatat,

Strategi dicatat, dicatat, langkah data dicatat,


langkah langkah kegiatan
langkah
kegiatan kegiatan dan strategi kegiatan

dilakukan dilakukan dilakukan tidak


secara secara secara sistematis

sistematis dan sistematis, sistematis dan strategi

strategi yang namun masih setelah yang dipilih


tidak
digunakan membutuhkan mendapat
tepat.
membuat bimbingan bantuan guru.
dalam
percobaan
menemukan
berhasil.
strategi agar

percobaan

berhasil.

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai = Jumlah skor maksimal x 100%
52

Lampiran 9

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN

No Nama Kriteria Jumlah Nilai Predikat Ket


Komunikasi Prosedur dan
Siswa Skor
strategi
4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah siswa yang tuntas

Jumlah siswa yang tidak tuntas


Persentase ketuntasan
Persentase yang tidak tuntas
53

Lampiran 10

Hasil Pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Siklus 1

Deskriptor Kualifikasi
No Karakteristik Deskriptor yang
muncul SB B C K
4 3 2 1
1 Identitas Mata a. Terdapat satuan pendidikan
Pelajaran b. Terdapat kelas/semester
c. Tema /subtema dan
pembelajaran
d. Alokasi waktu pertemuan
Jumlah deskriptor yang muncul
2 Merumuskan a. Terdapat rumusan KD dari
Kompetensi Dasar KI 1
b. Terdapat rumusan KD dari
KI 2
c. Terdapat rumusan KD dari
KI 3
d. Terdapat rumusan KD dari
KI 4
Jumlah deskriptor yang muncul
3 Merumuskan a. Indikator yang dirumuskan
indikator sudah sesuai dengan
pembelajaran kompetensi dasar
b. Indikator yang dirumuskan
jelas
c. Indikator yang dirumuskan
tersusun secara sistematis
d. Indikator yang dirumuskan
menggunakan kata kerja
operasional
Jumlah deskriptor yang muncul
4 Menetapkan tujuan a. Tujuan pembelajaran sudah
pembelajaran mencakup aspek Audience,
Behaviour, Condition, dan
Degree
b. Tujuan pembelajaran yang
dirancang sesuai dengan
indikator yang ingin dicapai
c. Tujuan pembelajaran sudah
sesuai dengan kegiatan
pembelajaran
d. Tujuan pembelajaran yang
dirancang sudah jelas
54

Deskriptor Kualifikasi
No Karakteristik Deskriptor yang
muncul SB B C K
4 3 2 1
Jumlah deskriptor yang muncul
5 Materi Pembelajaran a. Pemilihan materi sudah
sesuai dengan karakteristik
siswa
b. Materi sudah sesuai dengan
indikator yang ingin dicapai
c. Pengembangan materi sudah
sesuai dengan tujuan
pembelajaran
d. Pengembangan materi rinci
dan jelas
Jumlah deskriptor yang muncul
6 Pemilihan sumber a. Kesesuaian dengan tujuan
belajar pembelajaran
b. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran
c. Kesesuaian dengan
pendekatan Contextual
Teaching and Learning
d. Kesesuaian dengan
karakteristik siswa
Jumlah deskriptor yang muncul
7 Pemilihan Media a. Kesesuaian dengan tujuan
Pembelajaran pembelajaran
b. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran
c. Kesesuaian dengan
pendekatan Contextual
Teaching and Learning
d. Kesesuaian dengan
karakteristik siswa
Jumlah deskriptor yang muncul
8 Pendekatan a. Pendekatan pembelajaran
pembelajaran yang digunakan tidak
membuat siswa bosan
b. Pendekatan pembelajaran
yang digunakan menarik
bagi siswa
c. Pendekatan pembelajaran
yang digunakan adalah
model pembelajaran yang
inovatif
d. Pendekatan pembelajaran
yang digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran
55

Deskriptor Kualifikasi
No Karakteristik Deskriptor yang
muncul SB B C K
4 3 2 1
Jumlah deskriptor yang muncul
9 Skenario a. Menampilkan kegiatan
pembelajaran pendahuluan, inti, dan
penutup sesuai alokasi waktu
dan dengan cakupan materi
b. Kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan pembelajaran
contextual teaching and
learning
c. Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
d. Kesesuaian kegiatan dengan
sistematika/keruntutan
materi
Jumlah deskriptor yang muncul
10 Rancangan penilaian a. Kesesuaian bentuk, teknik
autentik dan instrumen dengan
indikator pencapaian
kompetensi
b. Kesesuaian antara bentuk,
teknik dan instrumen
penilaian sikap
c. Kesesuaian antara bentuk,
teknik dan instrumen
penilaian pengetahuan
d. Kesesuaian antara bentuk,
teknik dan instrumen
penilaian keterampilan
Jumlah deskriptor yang muncul
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal
Persentase
Sumber : Buku materi pelatihan guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014

Keterangan :
SB (4) : Jika keempat deskriptor pada komponen RPP terlaksana
B (3) : Jika tiga deskriptor pada Komponen RPP terlaksana
C (2) : Jika dua deskriptor pada Komponen RPP terlaksana
K (1) : Jika satu deskriptor pada Komponen RPP terlaksana
KS (0) :Jika tidak ada satu deskriptor pada komponen RPP terlaksana
Total skor adalah 40
29
Nilai: NP = x100% = 72,5%
40
56

Kriteria kualifikasi nilai adalah sebagai berikut:


Tingkat Penguasaan Predikat Nilai huruf
91% - 100% Sangat Baik A
83% - 90% Baik B
75% - 82% Cukup C
≤74% Kurang D

Anda mungkin juga menyukai