Anda di halaman 1dari 65

JAWABAN RI IKM (Sumber: Buku Hebat IKM, dsb)

-icha, farin, huvi, adnya, rahma, deiva-

A. RI dr Lilik (RInya agak gajelas, kujawab sepahamku aja yak)


a. UKM UKP orang batuk
i. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
1. Esensial
a. Promkes → Prokes (masker, cuci tangan, etika
batuk), PHBS- Perilaku Hidup Bersih Sehat (no
rokok, makan bergizi, olahraga)

b. Kesling → Rumah sehat (komponen rumahnya


(ventilasi dan pencahayaan (matahari) nya harus
cukup, ada sarana pembuangan asap dapur),
sanitasinya (pembuangan limbah tisu/infeksius dari
dahak/sekretnya), perilaku org rumahnya (rajin2 buka
jendela+bersih2 rumah), PHBS (prilaku hidup
bersih sehat)
c. KIA-KB → nda ada hubungan kayanya :(
d. Gizi → KIE gizi buruk/kurang dpt menyebabkan rentan
terjadi infeksi, diukur IMT dan dipertahankan range
normal (18-25), tapi lingkar perut juga jangan besar2
(cowok <94cm, cewek <80cm), prinsipnya tumpeng
gizi seimbang.
e. P2M (menular maupun tdk menular)
i. Pencegahan→ memutus rantai penularan
(prokes, etika batuk,karantina,
host-agent-environment pokoknya) ,
perlindungan spesifik (imunisasi), pengendalian
faktor risiko (nakes, imunokompromis, riw
kontak sm penyakit batuk2) + perbaikan gizi
(jangan kurang/buruk)
ii. Pengendalian → mengurangi/menghilangkan
faktor risiko penyakit (ex diperbaiki imunnya,
penyakit penyertanya)
iii. Pemberantasan → meniadakan agen penularan
(susah si misal TB, influenza, tp kalo flu burung
bisa)
iv. Kalo alur penanggulangan sih emang harusnya
habis penemuan kasus, penyelidikan
epidemiologi, pengobatan massal, pemberian
kekebalan/vaksinasi massal, baru intensifikasi
pengendalian faktor risiko. (bisa bayangin lah ya
semisal contoh penyakit covid-19, dari testing
tracing-imunisasi-prokes)
2. Pengembangan
a. Jiwa
b. Gigi
c. UKS
d. Batra
e. Kesehatan Lansia
f. Kesehatan Kerja, Olahraga
g. Kesehatan Indra
ii. UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
1. Rawat Jalan → tatalaksana batuknya akibat sakit apa
2. UGD
3. One day care
4. Home care
5. Rawat Inap
B. RI dr Samsriyaningsih
1. Soal WAG (tentang definisi dan alur pelaporan KLB, aku ambil dr
pembahasan ukmppd gapapa yaaa, lbih ringkas, CMIIW gais ttg soal iniii).
Kalo di soal RI Fefe seharusnya bisa jd KLB pakai kriteria no 2 dibawah
(udah dalam 3 kurun waktu jam berturut turut (udh lewat 24jam), semisal hari
sebelumnya orang sakit lapor bidannya jam 6-9 pagi ada 1, 9-12 pagi ada lagi
tambah berapa, 12-3 sore ada lagi, seterusnya sampe selama 24 jam itu ada
8, bisa disebut KLB karena udh meningkat terus menerus selama 3
kurun waktu dalam jam).
Yang dilakukan bidan setelah kasih terapi ke px→ melapor ke puskesmas,
kepala puskesmas bikin laporan pake formulir w1 kumpulin ke dinkes
kota/kab+camat → nanti penyelidikan epid → yang netapkan KLB itu
kadinkes/menteri.
2. Penyelesaian masalah (dari kasus/data sekunder yang diberikan)
Cara:
- Penentuan masalah dengan mencari gap tertinggi antara cakupan
dan target
- Berbagai parameter untuk penentuan prioritas masalah:
- Urgency → kegawatan masalah kesehatan (dinilai dengan
CFR, KLB, Epidemi, Jenis penyakitnya)
- Serioussness → Severitas akibat yang ditimbulkan dengan
masalah tersebut (Fatalitas, Kecacatan (Ireversibel/
Reversibel)
- Growth → Kemungkinan perluasan masalah (horizontal: ke
sektor lain/longitudinal: dalam dimensi waktu ke depan)
- Capability → ketersediaan sumberdaya untuk menyelesaikan
maslaah
- Accessibility → Pertimbangan politis/mandat khusus untuk
menyelesaikan masalah (contoh:biasanya ada peraturan
pemerintah/juklak yang memudahkan penyelesaian
masalah/tidak)
- Readiness → Bisa tidak masalah itu diselesaikan dengan
kemampuan dan teknologi yang sekarang dimiliki
- Leverage → Besarnya benefit apabila masalah itu
diselesaikan (baik secara sosial/ekonomi)
- Public concern → keprihatinan/perhatian masyarakat
terhadap masalah kesehatan itu
- Greatest member/Magnitude → seberapa banyak/luas
masyarakat/wilayah yg terkena masalah (liat dr prevalensi,
cakupan wilayah, dll)
- Rate of Increase → secepat apa berkembang (liat dr
kenaikan prevalensi, insidens time series)
- Responsible?? belum nemu
- Berbagai metode penentuan prioritas masalah:
- USG Method → tentukan range nilai USG, misal 1-8, tiap
orang voting nilai kemudian di rata2 (semisal dalam 1 tim isi 5
orang votingnya 4,5,5,6,5 berarti skoring yg diambil 5,
kemudian diplot di tabel, masalah yg diambil yaitu yg
UxSxG/U+S+G terbesar.
- CARL Method → mirip USG, parameter yg dipakai CARL,
range skornya hanya 1-5 saja, masalah yg diambil nanti yang
C+A+R+L tertinggi

- Fishbone Ishikawa → analisis masalah dengan diagram


tulang ikan yang memungkinkan kita lihat efek sebab akibat
dari berbagai aspek (6M)
Cara bikin: Bikin tulang ikan → Tempatkan 6M sebagai duri,
judul masalah sebagai kepala, di setiap duri bisa diisi
macam2 sebab masalah sesuai aspek 6M, arah panah dari
sebab2 itu diarahkan ke kepala bila efeknya sebanding/
sejalan/ menunjang masalah, sebaliknya kalau efeknya
negatif/ berkebalikan dari masalah diarahkan panahnya ke
ekor ikan
Apa enaknya pake ishikawa?
- Membantu cari akar masalah
- Dari akar masalah bisa jadi solusi masalah yang
bermacam2
- Membantu penyelidikan lebih lanjut (dari akar2
masalah)
- Membahas issue lebih lengkap, rapi
- Teknik Skoring (mirip USG, cuma parameternya ga USG
wkwk)

3. Bikin solusi dengan artikel


a. 3 poin penting (VIA) → validity, importance, applicability
b. Validitas dilihat dari level of evidence suatu artikel (makin 1 makin
baik)
Biasanya kita kalo cari penelitian2 hubungan itu yg case control (III),
kalau quasi experiment itu misalnya (eksperimen pada ibu2 kader gizi
dibeirkan penyuluhan gizi selama sebulan, diawal sm akhir bulan dia di
pretest dan posttest untuk liat ada peningkatan ngga)
c. Importance dilihat dari:
i. Results
ii. PR (Prevalence Ratio) → kekuatan hubungan antar variabel
(dependen sm independen) pada sampel (pada yg diteliti)
iii. OR (Odds Ratio) → kekuatan hubungan antar variabel
(dependen sm independen) pada sampel (pada yg diteliti)
iv. RR (Relative Risk) → kekuatan hubungan antar variabel
(dependen sm independen) pada sampel (pada yg diteliti)
v. Hazard Ratio
vi. Confidence Interval → CI OR/PR/RR (yg di dalam kurung,
biasanya ada range angka bulat semisal 3-5) → kekuatan
hubungan antar variabel (dependen sm independen) pada
populasi (diluar yg diteliti).
vii. Contoh: (setiap ngomong jangan lupa sebutkan pada
sampel/populasi. Pelajari cara bacanya dibawah ini)

viii. Apa semua penelitian bakal ada OR/RR/PR? tidak, tergantung


jenis penelitiannya
d. Applicability dilihat dari kemampuan hasil penelitian itu
diterapkan di daerah kita/masalah kita. Nilainya bagaimana? pakai
CARL bisa, dicocokkan dengan karakteristik puskesmas kita.

4. Sekilas tentang penelitian (soalnya dsuruh bikin)


a. Desain

Cross sectional → penelitian (bisa hubungan,deskriptif mengenai


exposure ke penyakit) dengan melihat status paparan sm penyakitnya
itu cuma pada satu waktu tertentu (gaurus sebelum2nya)
Case control → penelitian yg meneliti hub sebab akibat, tp kita
tentuin dulu akhirnya/akibatnya baru ditelusuri kebelakang, kayak
semacam cari faktor risiko penyakit.
Cohort → intinya penelitian ini mengikuti sampel hingga waktu
yang ditentukan untuk lihat efek paparan
b. Teknik sampling (agak banyak di buku hebat+belibet, kayanya kalo
gapaham bisa antara 3 ini aja kali ya)
i. Simple → populasinya homogen, ada daftar seluruh
populasinya, ambil aja undian acak dr daftar itu
ii. Systematic random → opulasinya homogen, ada daftar
seluruh populasinya, pertama ambil aja undian acak dr daftar
itu, urutan selanjutnya ditambah interval tertentu
iii. Stratified random → Ada beberapa tingkatan/strata dlm
populasi (populasinya jd heterogen), tp dalam kelompok2
strata itu mereka homogen. Nanti dr stratified ini dibagi lagi
cara pengambilan sampelnya, proporsional/tdk
proporsional/campuran.
Contoh: (notes→ N itu Jumlah Populasi, n jumlah sampel)
c. Overall inget2 aja cara kalian menyelesaikan masalah
puskesmas+VIA kalau ambil solusi dari artikel ilmiah

C. RI dr. Dwi Aprilawati


1. Jelaskan fungsi puskesmas, dan jelaskan UPK yang ada
Jawaban:
Fungsi PKM
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan → memantau
dan melaporkan kegiatan pembangunan di wilayahnya serta dampaknya
dalam dunia kesehatan; mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
2) Pusat pemberdayaan masyarakat → mengupayakan masyarakat
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan dan ikut
memantau pelaksanaan program kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama --> bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik kesehatan
perorangan (pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan) dan kesehatan
masyarakat (promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa, dsb)
Upaya pelayanan kesehatan puskesmas dibagi menjadi upaya pelayanan
kesehatan wajib dan upaya pelayanan kesehatan pengembangan
● Upaya palayanan kesehatan wajib: ADA 6 → Upaya promosi kesehatan,
upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta KB, Upaya
perbaikan Gizi, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
upaya pengobatan
1) Upaya Promosi Kesehatan
a. Pengembangan desa siaga → desa siaga terbentuk, tumbuh,
kembang, paripurna, aktif
b. Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS → 10 indikator PHBS
(persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, ASI eksklusif,
menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik di dalam rumah seminggu sekali, makan buah
sayur setiap hari, aktivitas fisik, tidak merokok dalam rumah)
c. Pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat →
posyandu (pratama, madya, purnama, mandiri)
b. Upaya Kesehatan Lingkungan → penyehatan air, pengawasan sarana
air bersih, akses terhadap air bersih, penyehatan makanan dan minuman,
klinik sanitasi, pembinaan tempat-tempat umum
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak → kunjungan antenatal care, screening
ibu hamil dengan komplikasi, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, perawatan masa nifas, perawatan neonatus dengan
komplikasi, pemberian ASI eksklusif, kunjungan neonatus, pelayanan
balita sakit/MTBS, cakupan KB
d. Upaya Pelayanan Gizi:
· Suplementasi:
− Pemberian kapsul vit A dosis tinggi (dosis 100.000 IU kapsul
biru 1x pertahun pada anak usia 6-11 bulan; dan dosis
200.000 IU kapsul merah 2x pertahun pada anak 1-4 tahun)
− Suplementasi besi pada bumil sampai 3 bulan pasca
persalinan
− Asam folat sejak sebelum hamil
· Penanganan Gangguan Gizi
− Perawatan balita gizi buruk
− MPASI usia 6-24 tahun
− Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk
− Cakupan konsumsi garam iodium
· Pemantauan Status Gizi
− Penimbangan balita tiap bulan → jumlah balita yg ditimbang,
kenaikan BB
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular → imunisasi,
surveillance epidemiologi, penanganan diare/kusta/TB/DBD/PMS dan HIV
f. Upaya pengobatan → visit rate, contact rate, pemeriksaan laboratorium
pada ibu hamil, pasien TB, pasien DBD

Upaya pelayanan kesehatan pengembangan: Upaya kesehatan sekolah,


kesmas, kerja, gigi mulut, jiwa, mata, usia lanjut, pengobatan tradisional

2. Apakah masalah gizi yg banyak di masyarakat? Bagaimana upaya


penanggulangannya yg rutin dilakukan puskesmas
Jawaban:
● Gizi kurang → pemantauan status gizi balita tiap bulan, pemberian
makanan tambahan, perawatan balita gizi buruk, mencari dan
menangani penyebab gizi buruk (infeksi, pengetahuan ibu kurang
memadai, dsb)
● Stunting→ penimbangan dan pengukuran serta pengisian Kartu
Menuju Sehat (KMS), Praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), pendidikan gizi Ibu Balita, Tablet Tambah Darah untuk
mengatasi Anemia pada Remaja Putri (50 anak), Kelas Ibu Hamil
● KVA (Kurang Vitamin A) → suplementasi vitamin A (lihat atas)
● GAKI (Gangguan Akibat Kurang Iodium) → Pemberian kapsul
yodium kepada ibu hamil dan ibu nifas setiap tahun terutama di
daerah endemik gondok sedang dan berat, pemakaian garam
beryodium dalam masyarakat

3. Kapan suatu masalah kesehatan dikatakan KLB dan bagaimana upaya


penanggulangannya
Jawaban:
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan kejadian luar
biasa sebagai berikut
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada / tidak
dikenal
2) kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu (jam,
hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan /kematian 2 kali/lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan / kematian yang biasa terjadi
pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu), tergantung jenis
penyakitnya
4) Jumlah penderita baru dalam 1 bulan me ­> 2 x dibanding angka rata2
/ bulan pada tahun sebelumnya
5) Angka rata2 / bl. selama 1 tahun me­> 2 x dibanding angka rata2 / bl.
dari tahun sebelumnya
6) CFR suatu peny. dalam kurun waktu tertentu me ­> 50 % dibanding
CFR peny. tsb. dari periode sebelumnya
7) Proporsional Rate penderita baru suatu peny. dalam periode tertentu
me ­> 2 kali dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya
8) Beberapa penyakit khusus (DHF / DSS)
- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada
daerah endemis
- Terdapat > 1 penderita baru, dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tsb dinyatakan bebas, DHF/DSS.
9) Beberapa penyakit yang dialami > 1 penderita.
- Keracunan makanan
- Keracunan Pestisida

Penanggulangan KLB secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah


dan masyarakat
Meliputi:
- Penyelidikan epidemiologi
- Penatalaksanaan penderita, yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina
- Pencegahan dan pengebalan
- Pemusnahan penyebab penyakit
- Penanganan jenazah akibat KLB/wabah
- Penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lain

Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi,


atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB
Wabah VS KLB (kata dokter Ummi waktu bimbingan):
Wabah : penyebaran cepat dan kematian tinggi dan ga terbatas pada
wilayah tertentu
KLB : penyebaran nya tidak cepat
Pandemi: di seluruh dunia

4. Indikator keberhasilan KIA-KB


Jawaban:
Kesehatan Ibu:
1. Kunjungan ANC Pertama ibu hamil (K1)
2. Pelayanan kesehatan ibu hamil (K4)-SPM
3. Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
4. Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
5. Pelayanan Nifas oleh tenaga kesehatan (minimal 3x)
6. Penanganan komplikasi kebidanan
7. Cakupan Ibu hamil yang diperiksa HIV
Kesehatan Bayi:
1. Pelayanan kesehatan neonatus pertama (KN1)
2. Pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN Lengkap)
3. Penanganan komplikasi neonatus
Kesehatan balita dan anak prasekolah:
1. Pelayanan kesehatan balita (0-59 bulan)
2. Pelayanan kesehatan anak pra sekolah (60-72 bulan)
Kesehatan Anak Usia Sekolah:
1. Sekolah setingkat SD/MI/SDLB yang melaksanakan pemeriksaan
penjaringan kesehatan
2. Sekolah setingkat SMP/MTs/SMPLB yang melaksanakan pemeriksaan
penjaringan kesehatan
3. Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar kelas 1 sampai
dengan kelas 9 dan diluar satuan pendidikan dasar
4. Pelayanan kesehatan remaja

Pelayanan Keluarga Berencana (KB):


1. KB Aktif (Contraceptive prevalence rate)
2. Peserta KB baru
3. Akseptor KB drop out
4. Peserta KB yang mengalami komplikasi
5. Peserta KB yang mengalami efek samping
6. PUS dengan 4T ber KB
7. KB pasca persalinan

5. Indikator keberhasilan Gizi? SKDN, jelaskan


Jawaban:
SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap
bulan dalam bentuk histogram sederhana.
Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan
indikator-indikator SKDN.
SKDN adalah singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu:
● S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
● K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai
KMS (Kartu Menuju Sehat).
● D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau di kunjungan rumah
dan menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita yang
Ditimbang.
● N adalah jumlah balita yang ditimbang berat badannya mengalami
peningkatan berat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis
pertumbuhan.
● Dan O adalah jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu
Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan
program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterpretasikan sebagai
tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik
turunnya N terhadap S dapat diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan
mencapai tujuan program dalam kegiatan

6. Meja posyandu ada berapa? 5, masing2 buat apa aja


Jawaban:
Meja pendaftaran, meja pengukuran tinggi badan dan berat badan, meja
pencatatan, meja penyuluhan gizi, dan meja pelayanan kesehatan

7. KVA: Gejala klinis dan subklinis KVA, gimana cara pemberian tab Vit A pada
balita, Tab Vit A diberikan pada siapa aja, kapan gejala KVA irreversible, batasan
kadar Vit A normal
Jawaban:
● Subklinis -> gejala berupa gangguan sistem imunitas, mudah terkena infeksi
● Klinis -> rabun senja, mata kering, penipisan dan ulserasi kornea
(keratomalacia), muncul bentuk bitot yang merupakan bercak berbusa
dibagian putih mata, perforasi kornea, gangguan penglihatan yang parah
karena adanya kerusakan retina, masalah kulit dan rambut seperti kulit
kering, rambut kering dan gatal2
● Balita dapat kapsul merah yg berisi vit A 200.000 IU yang diberikan 2x per
tahun -> februari dan agustus

8. Yang berhak menyatakan KLB siapa? Beda KLB, wabah, pandemi


Jawaban: Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan
provinsi, atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB

9. Sebutkan tugas dokter sebagai kepala Puskesmas


Jawaban:
● Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
● Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dalam rangka rujukan
menerima menerima konsultasi.
● Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
● Mengkoordinir pengembangan PKMD (pembangunan kesehatan masyarakat)
10. Apa tujuan kita sebagai calon dokter mempelajari ilmu demografi dan
epidemiologi?
Jawaban:
Demografi
● mampu menjelaskan indikator kependudukan (kematian, kelahiran,
perpindahan penduduk)
● mampu menganalisis struktur penduduk terhadap pembangunan kesehatan
● mampu menjelaskan kondisi dan implikasi pertumbuhan penduduk terhadap
pembangunan
Epidemiologi
● memahami diagram dan grafik untuk analisa epidemiologik
● memahami interpretasi data spesifik dalam hubungan antara host, agent,
environment
● memahami hubungan antara manusia dan kematian serta kesakitan
● memberantas dan mengevaluasi penyakit menular
11.
D. RI dr. Sri Umijati
1. Gimana cara nentuin permasalahan kesehatan?
Jawaban: (pake jawaban ayu maghfira)
Jadi ada 3 dok komponen yang harus kita perhatikan dok yaitu gap, concern dan
responsibility. Di gap ini kita liat angka harapannya itu berapa sih dan ternyata
pencapaian riilnya itu berapa angkanya, apabila si gap ini angkanya negative
kita lanjut ke aspek selanjutnya yaitu concern. Dimana kalo gapnya negative itu
dapat kita asumsikan ada permasalahan disana sehingga kita perlu memberikan
perhatian lebih pada issue tersebut. Selanjutnya kita lihat siapa yg seharusnya
bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan ini

2. Terus kenapa kok tb vs covid, kenapa covid ga dibandingin sama ispa aja?
emang gmn bedainnya? tb vs apa harusnya? (bronkitis, sama sama kronis);
kalau covid sama ispa gmn bedainnya? apa yang bakal km sampein untuk
promotif ispa di era skrg ini?
Jawaban: promotif ispa → penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan derajat kesehatan

3. angka kejadian epidemiologi pake apa


Jawaban:
- MORBIDITAS
Prevalensi: jumlah kasus suatu penyakit dalam suatu populasi pada suatu
waktu, sebagai proporsi dari jumlah total orang dalam populasi itu. Dengan
demikian, ukuran ini dapat dianggap sebagai frekuensi penyakit dalam suatu
populasi pada suatu waktu tertentu dan itulah sebabnya kadang-kadang disebut
sebagai titik prevalensi(Point Prevalence).

Prevalensi = Jumlah kasus dalam suatu populasi pada suatu waktu tertentu
dibagi Jumlah orang dalam populasi yang ditentukan pada titik waktu yang sama
Insidensi: insidensi merupakan jumlah kasus baru penyakit yang ditemukan
pada populasi individu yang berisiko selama interval waktu tertentu
- MORTALITAS
● CDR (Crude Death Rate) -> jumlah kematian kasar atau jumlah
kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu
● ASDR (Age Spesific Death Rate) -> untuk mengetahui tingkat dan
pola kematian menurut golongan umur
● IMR (Infant Mortality Rate) -> jumlah kematian bayi dibawah 1 th per
1000 kelahiran hidup
● MMR (Maternal Mortality Rate) -> angka kematian ibu atau banyaknya
kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan yang disebabkan oleh kehamilannya atau
pengelolaannya per 1000 kelahiran hidup
● CSDR (Cause Spesific Death Rate) dengan rumus jumlah kematian
karena penyebab tertentu/total kematian pada waktu yang sama
● CFR (Case Fatality Rate) untuk melihat tingkat keparahan, dengan
rumus jumlah kematian/jumlah dari seluruh kasus

4. belajar time at risk


Jawaban: baca gambar di nomer 3 atas ini, ditanya apa bedanya prevalensi sm
insidensi itu contohnya

5. Sebutkan primary, secondary dan tertiary prevention untuk TB


Jawaban: (pake jawaban ayu)
Primary (untuk orang yg sehat walafiat) : health promotion seperti cuci tangan
dengan benar, vaksin BCG, kontrol lingkungan sperti ventilasi dan sinar matahari
yang cukup, program yg mencegah overcrowding juga bisa dikategorikan
sebagai primary prevention TB
Secondary (untuk orang yg early stage) : skrining dan early intervention
Buat deteksi ada atau tidaknya infeksi TB laten bisa pake tes tuberculin pada
orang yg high risk, terus kontaknya pasien juga diperiksa buat tracing (contact
investigation), kalo ada pasien yg terbukti + maka langsung kasi pengobatan TB
yg 6 bulan itu, mendingan pake yg KDT
Tersier: Rehabilitasi → mengurangi komplikasi paru

6. Pertanyaan seputar mini project!!


7. Belajar 5 level pencegahan (Leavell & Clark)

E. RI dr. Sulis (BIASANYA DITANYA SYSREV JUGA)


1. Sebagai dokter puskesmas apa tindakanmu jika ada suspek TB? jelaskan sampai
P2M nya!
● tracing + riwayat kontak → termasuk tetangga sekitar 3-5 rumah depan,
samping kanan kiri
● pemeriksaan dahak mikroskopis SPS untuk pasien dan kontak erat
(serumah) → apabila hasil positif maka ditatalaksana TB
● KIE:
1. istirahat cukup
2. pakai masker saat di dalam rumah dan saat berpergian
3. cuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir
4. edukasi etika batuk yang benar
5. berjemur setiap hari: 15 menit sebelum jam 9 pagi / setelah jam 3 sore
6. menjaga ventilasi ruangan/kamar dengan baik
7. pastikan sinar matahari dapat masuk menembus jendela ruang /
kamar
8. menggunakan alat makan secara terpisah dari anggota keluarga lain
9. tidur di kamar yang terpisah dari anggota keluarga lain
10. mengkonsumsi obat secara teratur (dibantu ingatkan oleh PMO)
11. edukasi efek samping yang dapat muncul
12. apabila ada perburukan kondisi segera lapor ke puskesmas

2. Sebagai dokter puskesmas apa tindakanmu jika ada pasien suspek COVID?
jelaskan sampai P2M nya!
● tracing + riwayat kontak
● screening pasien dan kontak erat (serumah) dengan swab → apabila hasil
positif maka ditatalaksana COVID, jenis tatalaksana disesuaikan dengan
kondisi klinis
● isolasi mandiri di Rumah Sehat a.k.a Asrama Haji / boleh isoman di rumah
sendiri kalo klinis ringan, asalkan dipantau oleh dokter
● pada kondisi klinis berat → rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat
yg lbh tinggi
● KIE:
1. semua orang wajib menggunakan masker saat bepergian keluar
rumah, masker medis yang dilapisi dengan masker kain
2. mencuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir / pakai hand
sanitizer
3. menjaga jarak dengan org lain min.1 meter
4. stay at home kalau tidak ada keperluan keluar rumah
5. apabila warga lain ada yang mengalami gejala seperti demam,
meriang, batuk, pilek, tidak bisa membau, lidah tidak bisa merasa →
wajib lapor dan periksa ke puskesmas
● Imunisasi COVID-19 untuk warga sekitar

3. Sebagai dokter puskesmas apa tindakan penanggulangan yang dilakukan jika


ditemukan 1 pasien DBD di wilayah puskesmas?
● Penyelidikan epidemiologis (terutama 20 rumah sekitar, samping kanan kiri,
depan) = pemeriksaan jentik, CI, HI, BI, ABJ
● Penanggulangan Fokus DBD = PSN, fogging
● Perawatan dan pengobatan pasien DBD

4. Pertanyaan seputar PSN dan epidemiologi DBD (CI, HI, BI, ABJ):
Intinya kalo PSN:
● 3M
● Jangan gantung tumpukan pakaian di kamar
● Abate
● Fogging
5. Bedanya prevalensi dan insidensi? bagaimana cara hitung dan penggunaannya?
Pada kasus DBD mana yang digunakan? kalau prevalensi banyak digunakan di
kasus apa?
Prevalensi = jumlah total kasus, lebih banyak digunakan untuk kasus TB
Insidensi = jumlah kasus baru (akut)
DBD → lebih cocok insidensi (?)

6. Kunjungan KIA rendah, ditanya 10T, alasan ukur TB BB, status gizi bumil dilihat dari
apa aja
10T:
- TB, BB
- TFU
- TD
- imunisasi TT
- Tablet besi
- Status gizi
- Presentasi janin
- Tes lab (HIV, sifilis, hepB)
- Tatalaksana kausa
- Temu wicara / konseling
Alasan ukur TB BB → untuk tau IMT bumil, dari situ bisa tau status gizi bumil
Status gizi bumil:
● TB, BB
● LILA
● Lingkar kepala
● Rasio lingkar pinggang pinggul
● Peningkatan BB bumil
● Survey konsumsi makanan
● Lab → Hb untuk cek ada anemia gak

7. Jelaskan langkah2 pembuatan sysrev secara singkat, variabel apa saja:


8 Langkah pembuatan sysrev:

8. Sebutkan imunisasi dasar anak usia 0-1 tahun:


● 0 bulan = HepB 0
● 0-1 bulan = BCG, OPV 1
● 2,3,4 bulan = Pentabio 1,2,3 + OPV 2,3,4 + IPV di bulan ke 4
● 9 bulan = MR + campak
9. Kriteria ABJ dan status gizi bumil selain LILA!
Status gizi bumil selain LILA:
● TB,BB
● Lingkar kepala
● Rasio lingkar pinggang pinggul
● Peningkatan BB bumil
● Survey konsumsi makanan
● Lab → Hb untuk cek ada anemia gak

10. Seorang bayi datang ke puskesmas umur 8 bulan, BB 10kg, PB 63 cm, status
imunisasi: BCG 1x, HepB 2x, DPT 1x, Polio 2x. ASI sampai sekarang, bubur mulai 4
bulan.
Apa masalah yang ditemukan?
● Pemberian makan bubur terlalu dini/cepat → seharusnya MPASI start usia 6
bulan
● Imunisasi kurang → Pentabio 2,3 (seharusnya di usia 3 bulan dan 4 bulan) +
OPV 3,4 (seharusnya di usia 3 bulan dan 4 bulan)
Apa yang akan anda lakukan?
● Memberikan pengertian dan edukasi kepada ibu bahwa seharusnya MPASI
start usia 6 bulan
● Melakukan catch up imunisasi → Pentabio 2 (IM, vastus lateral) + OPV 3 (2
tetes)
● Evaluasi pertumbuhan dengan KMS atau skor WHO untuk balita
● Evaluasi perkembangan → Skrining dengan KPSP

11. Pasien datang dengan lab COVID-19 (+) dengan gejala pilek, batuk ringan, demam 2
hari yll sekarang turun. Apa yang anda lakukan sebagai dokter puskesmas?
● Melakukan general precaution → cuci tangan, pakai APD lengkap
● Melakukan anamnesis dan pemfis (ga yakin pemfis apa ga) secara lengkap
● Menggali riwayat kontak
● Meresepkan obat-obatan simptomatis + vitamin C + vitamin D
● Antivirus Avigan loading dose 1600 mg/12 jam pada hari pertama → lanjut
2x600 mg pada hari 2-5
● KIE:
❖ pasien wajib menggunakan masker
❖ mencuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir / pakai hand
sanitizer
❖ menjaga jarak dengan org lain min.1 meter
❖ isolasi mandiri di Rumah Sehat aka Asrama Haji/rumah sendiri
dibawah pemantauan dokter
❖ berjemur setiap hari: 10-15 menit sebelum jam 9 pagi atau setelah
jam 3 sore.
❖ pastikan ventilasi ruangan / kamar isolasi baik
❖ apabila terjadi perburukan kondisi segera melaporkan diri ke tenaga
kesehatan
F. RI dr. Subur Prajitno (jawaban dari anak sebelum2)

1. Jelaskan tentang prosedur komunikasi efektif dokter-pasien


Jawaban :
a. Konsultasi
Konsultasi merupakan upaya dalam memberikan petunjuk, pendapat,
pertimbangan dalam pemilihan maupun penerapan suatu metodologi yang
diperoleh melalui pertukaran pemikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan
sebaik-baiknya; sifatnya lebih berupa memberikan informasi untuk meningkatkan
pemahaman mengenai hal yang pasien konsultasikan.
Pada umumnya, pasien datang ke dokter karena ambigu kognitif, pasien tidak
yakin benar atau salahnya suatu permasalahan, sehingga pasien pergi ke dokter
untuk mendapatkan jawaban.
Langkah-langkah:
Membuka sesi konsultasi
- memperkenalkan diri dan melakukan sambung rasa dengan pasien, memastikan
identitas pasien, menjelaskan tujuan pertemuan konsultasi tersebut,
mengidentifikasikan masalah utama yang pasien ingin konsultasikan,
memperhatikan dan melakukan konfirmasi masalah yang pasien konsultasikan)
Mengumpulkan informasi
- mendorong pasien untuk menceritakan perjalanan masalahnya dari awal hingga
akhir
- menggunakan pertanyaan terbuka yang dilanjutkan pertanyaan tertutup
- mengamati respon baik verbal maupun nonverbal yang pasien berikan
- membuat suatu rangkuman dan disampaikan supaya pemahaman informasi yang
diperoleh dari pasien sesuai dengan apa yang pasien alami.
- Apabila diperlukan pemeriksaan fisik, maka dokter harus menjelaskan proses
yang akan dilakukan dan meminta ijin pasien; apabila perlu dapat dilakukan
perumpamaan supaya pasien bisa memiliki gambaran akan prosedurnya.

misal: pasien tidak bisa kencing, lalu oleh dokter hendak dilakukan rectal touche
untuk dipalpasi prostatnya; maka dokter sebaiknya menjelaskan alasan mengapa
dilakukan pemeriksaan tersebut supaya pasien memahami mengapa
pemeriksaan rectal touche berhubungan dengan keluhan yang ia alami.
Memberikan penjelasan dan rencana tatalaksana
- Memberikan informasi dengan kalimat sederhana yang mudah untuk dipahami
oleh pasien.
- Menilai pengetahuan awal pasien dan seberapa jauh pasien mengetahui
mengenai keluhan yang ia alami.
- Memberi penjelasan di waktu yang sesuai, tidak terburu-buru memberikan
informasi kepada pasien.
- Memastikan pemahaman pasien sama dengan apa yang disampaikan oleh
dokter, misalnya bisa meminta pasien untuk mengulangi sekiranya informasi apa
yang diperoleh dari sesi konseling tersebut.
- Kemudian komunikasikan kepada pasien tatalaksana berikutnya yang sebaiknya
pasien lakukan.
- Memberi informasi dan membantu pasien untuk menentukan pilihan terkait
tatalaksana tersebut.
- Memastikan apakah pasien dapat menerima rencana tatalaksana tersebut dan
memastikan kekhawatiran pasien telah teratasi.

Menutup sesi konsultasi


- Merangkum inti dari sesi konsultasi
- Membuat perjanjian dengan pasien mengenai langkah selanjutnya yang akan
dilakukan baik oleh dokter maupun pasien.
- Menyampaikan kepada pasien akan mungkinnya terjadi hal-hal tidak terduga
(dikomunikasikan terlebih dahulu agar pasien dapat memahami kemungkinan
terjadi di kemudian hari)
- Memastikan pasien benar-benar menyetujui rencana yang telah disusun dan
memberi kesempatan untuk pasien bertanya.
- Menutup sesi

Misalnya pada pasien A yang mengeluhkan merasa tidak enak badan, kemudian
lemas dan mata berkunang-kunang. Pasien memiliki asumsi bahwa mungkin ia
memiliki penyakit darah rendah atau darah kotor. Ternyata setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, tekanan darah pasien normal, dan dokter mencurigai
mungkin pasien mengalami perdarahan saluran cerna dokter memberikan
informasi sedemikian rupa kepada pasien dan menyarankan pasien untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa cek darah lengkap.
b. Edukasi

Edukasi merupakan upaya untuk pemberian informasi dan pemahaman kepada orang lain
(pasien, keluarga pasien, ataupun masyarakat) yang bertujuan untuk melakukan
intervensi / pengubahan perilaku sasaran edukasi agar memiliki pandangan, sikap,
dan perilaku yang lebih sehat.
Alur kegiatan edukasi:
1. Membuka sesi dengan menyapa peserta / sasaran edukasi
2. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan
3. Menyampaikan waktu edukasi dan kapan pertanyaan boleh diajukan
4. Menyampaikan materi edukasi secara ringkas, padat, dengan menggunakan bahasa yang
sederhana. Hindari penggunaan istilah medis
5. Bila diperlukan, dalam proses edukasi dapat dibantu menggunakan alat bantu dan media yang
sesuai tujuan edukasi (contoh: materi slide / presentasi, poster, dll)
6. Cek pemahaman peserta
7. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
8. Menyampaikan kesimpulan dan penutup

Sebagai edukator yang baik, diharapkan seorang dokter harus:


1. Mampu menjalin interaksi yang baik dengan peserta selama proses berlangsung
2. Menguasai materi yang akan disampaikan dengan baik
3. Volume dan intonasi suara yang cukup
4. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan peserta
5. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan gerak-gerik sesuai

Kegiatan edukasi dapat dilakukan dengan beberapa metode:


- Kognitif : ceramah, seminar, kuliah
- Afektif : simulasi atau role play
- Psikomotor : pelatihan, demonstrasi, workshop

c. Konseling
Konseling adalah sesi antara dokter dengan klien/pasien yang sifatnya dua arah,
ada hubungan yang dibangun, ada rasa percaya
Tujuan konseling adalah mencari dan memberikan bantuan
Perbedaan konseling dengan konsultasi adalah konsultasi yang cenderung
menggali informasi untuk menemukan masalah, biasanya dokter akan
mengarahkan pertanyaan untuk mendapatkan informasi (dimulai dengan open
questionlalu mengerucut menjadi close question). Pada konseling, hubungan
pasien dengan dokter harus dibangun dan dokter mendengarkan isi keluhan
pasien, lalu berdiskusi bersama.

Tahapan konseling:
• Cuci tangan, memberi salam dan sapa
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan tujuan konseling dan bagaimana mekanisme konseling yang akan
dilaksanakan
• Informed consent pasien, menjelaskan bahwa privasi akan terjaga
• Menanyakan kekhawatiran maupun keluhan utama pasien, umumnya
menggunakan pertanyaan terbuka
• Identifikasi masalah berdasarkan keterangan pasien
• Mencoba menemukan solusi dari masalah yang telah teridentifikasi
• Mencoba mendiskusikan dengan pasien solusi mana yang paling baik
• Menyimpulkan solusi dan encouragement pada pasien
• Mempersilahkan pasien bertanya
• Menutup sesi, berterima kasih (sapa), cuci tangan
• Selama konseling, menggunakan bahasa awam (bukan bahasa medis)
• Dokter wajib membangun rapor atau relasi baik dengan pasien agar komunikasi
lancar, sehingga konseling biasanya lebih dari 1x untuk benar-benar terbuka dan
efektif

d. Menyampaikan berita buruk


- Memperkenalkan diri dan sambung rasa agar pasien mengerti siapa yang
menyampaikan berita
- Menjelaskan tujuan pertemuan dokter dan pasien, yaitu untuk menginformasikan
berita yang kurang menyenangkan
- Menunjukkan kata-kata dan gestur (komunikasi verbal dan non verbal) yang
sesuai yang menandakan bahwa yang akan disampaikan adalah hal yang
penting dan serius
- Menanyakan apa pasien perlu didampingi orang lain atau tidak perlu
- Menanyakan pasien tentang hal-hal yang selama ini diketahui dan telah dialami,
serta bagaimana perasaannya terhadap hal itu
- Menanyakan sejauh mana informasi dan hal-hal lain yang pasien ingin ketahui
- Menjelaskan informasi secara runtut dan sistematis dengan bahasa yang mudah
dipahami untuk menghindari miskomunikasi
- Menanggapi perkataan dan gestur pasien dengan pertimbangan yang lengkap.
Termasuk perasaan saat ini, agama, hal yang dia percaya, ekonomi, tingkat
pendidikan, dan lain lain.
- Memberi waktu pasien untuk bereaksi
- Mengajak pasien untuk memberikan tanggapan serta mengungkapkan apa yang
ada dalam benak pasien
- Memberi dukungan pada pasien, bisa dengan cara menyampaikan kepedulian
dan keprihatinan serta keinginan untuk membantu dan menolong.
- Menyusun rencana tindak lanjut bersama pasien

Yang perlu diperhatikan


• Menyampaikan bad news dengan empati dan memberi pasien waktu untuk
bereaksi
• Menunjukkan perilaku verbal dan non-verbal yang baik
• Menggunakan kata yang mudah dimengerti, hindari penggunaan istilah medis
• Pastikan kondisi ruangan kondusif dan tidak banyak gangguan
• Klarifikasi dan luruskan apabila ada miskomunikasi atau perbedaan persepsi

2. Jelaskan tentang metode penelitian:


Jawaban :
a. Cross sectional study
Cross sectional study merupakan studi epidemiologi yang mempelajari mengenai
prevalensi, distribusi, dan hubungan antara suatu paparan dengan penyakit
tertentu dengan melakukan pengamatan terhadap paparan dan outcome secara
serentak pada waktu yang bersamaan.
Pada studi ini tidak mengenal adanya dimensi waktu.
Kelebihan dari studi cross sectional adalah:
- Mudah dilakukan
- Murah
- Tidak memerlukan follow up
- One time attempt (1x ambil data)
- Tidak perlu melakukan skrining (langsung melakukan pemilihan populasi)

Kelemahan dari studi cross sectional adalah:


- Menyatakan hubungan sebab akibat yang paling lemah dibandingkan studi
lainnya
- Tidak bisa mengetahui apakah pasien sakit dahulu baru terpapar, atau terpapar
dulu baru sakit

D+ D-

E+ a b

E- c d

Keterangan:
E: exposure: terpapar
D: disease: sakit
Nilai prediktif pada desain penelitian cross sectional berupa Prevalence Ratio
(PR).
PR = a/(a+b) / c/(c+d)
Yang dihitung pada studi ini adalah:
Uji Hipotesis, Prevalence Ratio, dan Confidence Interval
Langkah melakukan penelitian epidemiologis analitik observasional cross
sectional:
1. Menentukan variabel penelitian: case dan faktor risiko
contohnya:
hubungan antara kebiasaan suka jajan dengan kejadian diare di wilayah A
case : diare
faktor risiko : kebiasaan suka jajan
Penjelasan:
Hal pertama yang dilakukan peneliti ketika mendatangi wilayah A, maka
peneliti pertama menentukan paparan/faktor risiko terlebih dahulu. Pada
kasus ini paparan adalah kebiasaan suka jajan, sehingga penduduk wilayah A
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang terpapar (suka jajan) dan
kelompok yang tidak terpapar (tidak suka jajan). Kemudian pada kelompok
yang terpapar, dilihat apakah terdapat case (diare) atau tidak, sehingga dibagi
menjadi 2 kelompok lagi, yaitu kelompok yang case + (diare) dan case –
(tidak diare). Pada kelompok yang tidak terpapar faktor risiko, dapat juga
ditemukan case +, sehingga pada kelompok yang tidak terpapar juga dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang case + (diare) dan case – (tidak
diare).

Keterangan:
C+ RF+: case + faktor risiko + (pasien yang suka jajan dan diare)
C- RF+: case - faktor risiko + (pasien yang suka jajan dan tidak diare)
C+ RF-: case + faktor risiko - (pasien yang tidak suka jajan dan diare)
C- RF-: case - faktor risiko - (pasien yang tidak suka jajan dan tidak diare)
2. Menentukan jenis hipotesa
Jenis hipotesa studi ini adalah studi komparasi.
3. Menentukan apakah sampel berpasangan atau tidak
Sampel pada studi ini berupa sampel tidak berpasangan.
4. Menentukan skala pengukuran
Skala pengukuran studi ini adalah nominal.
5. Uji statistik untuk menganalisis data yang diperoleh

Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah uji statistik
non-parametrik, yang membandingkan antar kelompok tidak berpasangan
dengan menggunakan uji chi square komparatif.

b. Case control study


Case control study merupakan metode penelitian yang menggunakan “logika
terbalik”, dimana peneliti sudah memiliki outcome dan mencoba mencari faktor
penyebab atau paparan yang mempengaruhi outcome tersebut. Metode ini
dilakukan dalam 1 kali pengambilan data, tidak ada follow up seperti metode
cohort
Tahapan dalam case control:
Ilustrasi contoh: Apakah merokok merupakan faktor risiko terjadinya kanker
paru?
- Menentukan variabel terikat berupa outcome, contoh: kanker paru
- Menentukan variabel bebas berupa faktor risiko, contoh: merokok
- Jenis hipotesis adalah komparatif
- Skala pengukuran adalah nominal
- Sample tidak berpasangan karena setiap kelompok terdiri dari subjek yang
berbeda
- Jumlah kelompok adalah 2 kelompok sample:
· Kelompok yang menderita kanker paru (case (+))
· Kelompok yang tidak menderita kanker paru (case (–) atau kontrol)

- Kelompok sample wajib melalui proses matching, yakni proses menyamakan


karakteristik sample (usia, jenis kelamin). Contoh: Jika pasien kanker paru adalah
lansia, maka pasien tidak kanker paru juga harus lansia.
- Data sekunder diambil dari 1 wilayah yang sama, contoh: puskesmas
- Melalui 2 kelompok sample tersebut, peneliti mendata faktor risiko:
· Faktor risiko merokok (Rf (+))
· Tidak memiliki faktor risiko merokok (Rf (-))

Tabel 1 Hubungan kasus kanker dengan faktor risiko merokok

Kanker paru Tidak kanker paru

Merokok Case (+), risk factor Case (-), risk factor


(+) (+)

Tidak Case (+), risk factor Case (-), risk factor


merokok (-) (-)

- Melakukan analisis statistik dengan metode Chi Square atas dasar jenis hipotesis
adalah komparatif, tidak berpasangan, 2 kelompok skala nominal.

c. Cohort prospective study


Studi kohor adalah studi observasional yang mempelajari hubungan antara
paparan dan penyakit. Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau
faktor penelitian diukur pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk
melihat kejadian penyakit di masa yang akan datang, sehingga observasi pada
studi kohort dilakukan ke arah depan (forward). Lamanya follow up dapat
ditentukan berdasarkan lamanya waktu terjadinya penyakit..
Untuk menemukan insidensi penyakit pada kelompok yang terpajan oleh faktor
resiko maupun pada kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit
pada kedua kelompok tersebut secara statistkc dibandingkan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan sebab akibat antara pajanan dan penyakit yang
diteliti.

Contoh kasus
Uji komparasi pada dua kelompok sampel, yaitu satu kelompok perokok dan
kelompok lainnya bukan perokok. Lakukan pengamatan (follow up) selama 10 tahun
mengenai dampak yang akan terjadi, yaitu kejadian kanker paru pada kedua kelompok
sampel tersebut.

Langkah – langkah Studi Kohort:


1. Pengambilan dan pembagian kelompok sampel ke dalam 2 kelompok sampel

- Kelompok Faktor Risiko + (merokok)

- Kelompok Faktor Risiko – (tidak merokok)

2. Masing – masing kelompok sampel dilakukan perjanjian

- Kelompok Faktor Risiko (+) harus tetap merokok

- Kelompok Faktor Risiko (-) harus tetap tidak merokok

3. Untuk sampel yang melanggar perjanjian, harus di dropout dari penelitian

4. Sampel yang tersisa, kemudian dilakukan pengamatan terhadap kejadian /


timbulnya kasus, sehingga

- Kelompok Faktor Risiko (+)

o Kasus (+)

o Kasus (-)
- Kelompok Faktor Risiko (-)

o Kasus (+)

o Kasus (-)

5. Data yang diperoleh yaitu berupa data nominal. Kemudian lakukan uji statistik
dengan uji komparasi non parametrik antar 2 kelompok sampel tidak
berpasangan yaitu dengan uji Chi Square

Kelebihan Kekurangan

Studi kasus – kontrol seringkali Studi kohort perlu waktu observasi


merupakan satu – satunya cara / yang lama
metode yang dapat dilakukan untuk
meneliti kasus yang jarang atau
masa latennya panjang

Hubungan sebab akibat pada studi Sarana dan media biasanya mahal
kohort adalah yang paling kuat

Studi kohort kurang


direkomendasikan untuk penyakit
yang jarang terjadi, karena kurang
efisien dari segi waktu maupun
pembiayaan

Subjek pada studi kohort berisiko


tinggi untuk drop outatau loss to
follow up

Studi kohort berpotensi


menimbulkan masalah etik karena
peneliti membiarkan subjek untuk
terpapar bahan / pajanan yang
dicurigai atau dianggap dapat
merugikan subjek
d. Studi korelasi antara 2 variabel (nominal) pada 1 kelompok sampel
Variabel nominal adalah data statistik yang cara menyusun angkanya didasarkan
atas penggolongan atau klasifikasi tertentu tanpa adanya perbedaan tingkatan,
misal berdasar jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan sebagainya. Skala nominal
pada satu individu tidak mempunyai variasi, sehingga 1 individu hanya memiliki 1
bentuk data (kategori). Serta pada variabel nominal kategori data tidak memiliki
aturan yang logis (variabel bisa berbagai macam).
Studi korelasi 2 variabel bertujuan untuk mengukur derajat hubungan antara 2
variabel tersebut,
Dua variabel yaitu
- Variabel X (variabel independen/bebas): yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya.
- Variabel Y (variabel dependen/terikat): yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lainnya.
Arah hubungan bisa berupa
- Hubungan positif, dimana satu variabel meningkat maka akan meningkatkan
variabel lainnya
- Hubungan negatif, dimana satu variabel menurun akan menurunkan nilai variabel
lainnya.
- Tidak ada hubungan
Kuatnya hubungan ditunjukkan melalui koefisien korelasi (r) dengan range -1 s/d +1.
dengan penjabaran:
- Semakin mendekati -1 / +1 maka hubungan dianggap sempurna (tidak ada error)
- Semakin mendekati 0 maka error semakin besar

Teknik uji korelasi yang digunakan dalam studi korelasi antara 2 variabel nominal pada 1
kelompok sampel adalah koefisien kontingency (C), koefisien phi, koeffisien kappa, dan
lambda

3. Jelaskan tentang upaya kesehatan masyarakat esensial puskesmas


Jawaban :
a. Promosi kesehatan
- Pengembangan desa siaga
Desa siaga merupakan suatu peran serta dan bentuk pemberdayaan masyarakat di
tingkat desa, disertai dengan pengembangan dan kesiagaan masyarakat untuk
nmemelihara kesehatan secara mandiri.
Pengembangan desa siaga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat desa mengenai pentingnya kesehatan, meningkatkan
kewaspadaan, meningkatkan keluarga yang sadar gizi, dan meningkatkan kesehatan
lingkungan desa.
Kriteria: 1 orang bidan dan 2 orang kader desa, ada bangun pos kesehatan desa
Terdiri atas:
Desa/kelurahan siaga yang terbentuk
Desa/kelurahan siaga bina
Desa/kelurahan siaga tumbuh
Desa/kelurahan siaga kembang
Desa/kelurahan siaga paripurna
Desa/kelurahan siaga aktif
- Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS
Mengkaji perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga
Sasaran kelompok rumah tangga, tempat kerja, tempat-tempat umum, sarana
kesehatan, institusi pendidikan (sekolah)
Terdiri atas 10 poin indikator, dengan 5 program prioritas (KIA, gizi, kesehatan
lingkungan, gaya hidup, dana sehat/asuransi kesehatan)
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Pemberian ASI eksklusif (usia 0-6 bulan)
c. Menimbang balita setiap bulannya (dicatat di KMS minimal 8x/tahun)
d. Ketersediaan air bersih
syaratnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
jarak antara sumber air bersih dengan penampungan limbah minimal 10 meter
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Jamban sehat
Syarat jamban sehat:
Tidak mencemari sumber air bersih, jaraknya minimal 10meter atau kalau tidak
mungkin dapat dikonstruksi kedap air
Tidak mencemari tanah sekitar
Terdapat air bersih
Tinja tidak dijamak serangga/tikus
Mudah dibersihkan
Dilengkapi dinding, atap pelindung, ventilasi yang baik
g. Pemberantasan jentik (tidak ditemukan jentik di tempat penampungan air)
h. Makan sayur dan buah-buahan setiap hari (3 porsi buah 2 porsi sayur)
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari (misal lari pagi, bersepeda sekitar 30
menit setiap harinya)
j. Tidak merokok di rumah
- Pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)
Merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang difokuskan
kepada upaya surveilans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan,
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan. Kegiatan surveilans
berbasis masyarakat merupakan kegiatan melakukan pengamatan dan
pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) yang dibantu
oleh tenaga kesehatan. Kegiatan kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah
dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan, misalnya seperti
penyuluhan dan bimbingan mengenai kesehatan akibat bencana. Kegiatan
penyehatan lingkugan merupakan kegiatan oleh masyarakat untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan.
Contohnya: POSYANDU, Pos Obat Desa (POD), Pondok Bersalin Desa
(POLINDES), Dana sehat, Kader
- Strategi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, untuk
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat. Untuk melaksanakan hal
tersebut, maka perlu disusun suatu strategi promosi kesehatan paripurna yang
terdiri dari:
Pemberdayaan masyarakat merupakan pemberian informasi dan pendampingan
dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, memampukan
masyarakat untuk memelihara kesehatan secara mandiri.
Bina suasana atau social support adalah pembentukan suasana lingkungan sosial
yang kondusif; dapat sebagai mediator antar sektor kesehatan dan non-kesehatan.
Advokasi merupakan kegiatan yang dilakukan terhadap para pengambil keputusan
dari berbagai tingkat dan sektor terkait kesejatan untuk meyakinkan akan pentingnya
suatu program dan dilakukan terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan
dapat mendukung keberhasilan program baik dari segi materi maupun non materi.

Perubahan perilaku yang terjadi seiring dengan dilaksanakannya kegiatan promosi


kesehatan memiliki 3 karakteristik sebagai berikut:
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi berkat pengalaman/praktik yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari, bukan karena faktor kebetulan.
b. Perubahan Positif dan Aktif
Disebut sebagai perubahan positif apabila perubahannya menuju ke arah yang
baik, bermanfaat dan sesuai harapan; disebut sebagai perubahan aktif
apabila perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi
karena usaha individu tersebut
c. Perubahan Efektif dan Fungsional

Disebut sebagai perubahan efektif apabila perubahan tersebut berhasil


memberikan pengaruh dan manfaat bagi individu; disebut sebagai
perubahan fungsional apabila perubahan tersebut sudah relatif menetap dan
dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu.

Teori perubahan perilaku:


a. Teori Stimulus-Organisme-Response (SOR)
Teori ini mengatakan bahwa perilaku seseorang dapat berubah apabila stimulus
yang diberikan melebihi dari stimulus sebelumnya untuk dapat meyakinkan
organisme. Stimulus ini dapat dimengerti dan dipahami oleh organisme dan dapat
mengantarkan pada perubahan sikap organisme tersebut (respon).
b. Teori Fungsi
Teori ini mengatakan bahwa perubahan perilaku individu tergantung pada
kebutuhan; stimulus dapat mengakibatkan perubahan perilaku pada seseorag
apabila stimulus sesuai dengan kebutuhan orang tersebut.
c. Teori Kurt Lewin
Teori ini mengatakan bahwa perilaku seseorang merupakan keadaan seimbang
antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Apabila terjadi perubahan
keseimbangan (pendorong meningkat, penahan menurun) dapat terjadi
perubahan perilaku.
d. Teori Kognisi Sosial
Teori ini mengatakan bahwa adanya interaksi terus-menerus antara perilaku,
pengetahuan, dan lingkungan yang saling mempengaruhi.
e. Teori ABC (Anteseden, Behaviour, Consequence)
Teori ini mengatakan bahwa perilaku seseorang tidak terlepas dari kejadi yang
mendahului suatu perilaku (anteceden) ataupun kejadian yang mengikuti suatu
perilaku (consequences).
f. Health Belief Model
Teori ini memberikan penjelasan dan prediksi akan perubahan perilaku kesehatan
(health behavior) dengan memfokuskan kepada sikap (attitude) dan kepercayaan
(health belief) individu. Persepsi yang dimiliki seseorang menentukan
keberhasilan perubahan perilaku orang tersebut. Variabel yang berpengaruh:
perceived susceptibility, perceived seiousness, perceived benefits and barriers,
readiness to act, dan cues to action.

b. KIA-KB
Upaya kesehatan masyarakat KIA-KB fokus terhadap kesehatan ibu dan anak, berupa:
a. Ibu hamil (antenatal care)
Puskesmas melayani kunjungan antenatal ibu (dikenal dengan K1-K4). “K” artinya
adalah kunjungan. Kunjungan berdasarkan usia kehamilan:
- K1= Kunjungan pertama
· Bisa saat usia kehamilan <12 minggu atau kunjungan pertama (terlepas
dari usia kehamilan)
· Menanyakan anamnesis obstetric (riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat keguguran, jumlah anak sehat, dukung keluarga, dukungan
finansial)
· Menanyakan anamnesis penyakit infeksi (HIV, hepatitis B, sifilis, TORCH,
infeksi menular seksual)
· Menanyakan nutri ibu (pola makan, menu makanan, keteraturan makan)
· Memeriksa janin dengan USG (menentukan usia kehamilan)
· Skrining penyakit infeksi (HIV, hepatitis B, sifilis, TORCH, infeksi menular
seksual)
· Skrining skor Pudjiyanti (apakah ada kegawatan dan perlu rujukan)
· Memberikan tablet asam folat dan Fe 90 hari
· Edukasi tanda bahaya, pantangan, hubungan seksual, kebersihan diri, dan
rekomendasi bagi ibu hamil
· Memberikan dan menjelaskan buku pink KIA kepada ibu hamil
- K4= Kunjungan lengkap 1-1-2

Trimester 1: Minimal 1x kunjungan


Trimester 2: Minimal 1x kunjungan
Trimester 3: Minimal 2x kunjungan
· Memeriksa dan follow up ibu hamil
· Mendeteksi dini kelainan pada janin
· Mengevaluasi kondisi ibu hamil
· Skrining eclampsia pada usia kehamilan >= 20 minggu
· Promosi ASI eksklusif dan KB post-partum
· Edukasi pasien dan keluarga tentang akses kesehatan, persiapan
persalinan, pantangan
- Program 10 T ANC
· Timbang berat badan dan tinggi badan
· Tekanan darah diukur
· Status gizi dinilai (melalui lingkar lengan atas, normal >23,5 cm)
· Tentukan presentasi janin dan DJJ
· Tetanus: skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT jika
diperlukan
· Tablet Fe diberikan
· Test lab sederhana (Hb, protein urin) atau berdasarkan indikasi (HbsAg,
sifilis, HIV, malaria, TB)
· Tatalaksana masalah
· Temu wicara (konseling)
b. Asuhan ibu masa nifas (Post-natal care)
- Kontrol
· 6-8 jam setelah persalinan
· 1 minggu setelah persalinan
· 2 minggu setelah persalinan
· 6 minggu setelah persalinan
- Gizi
· Diet seimbang
· Tambahan kalori 500/hari
· Tablet Fe + asam folat
- Inisiasi menyusui dini (IMD)
1 jam setelah melahirkan, bayi dapat dirangsang untuk mulai menyusu kepada
ibu. Terkecuali pada masa pandemi COVID-19, jika ibu dan/atau anak suspek,
probable, atau confirmed COVID-19, IMD wajib ditunda.
- KB post-partum
Umumnya, setelah melahirkan, ibu segera dipasang KB berupa IUD copper untuk
membantu terlaksananya program KB
c. Manajemen bayi muda (usia 1-28 hari)
- Memeriksa tanda infeksi, berat badan rendah, dan masalah pemberian ASI
- Imunisasi Hepatitis B 0 dalam usia 24 jam
- Edukasi keluarga untuk memberikan ASI eksklusif
- Rujukan (sesuai indikasi)
d. Pelayanan bayi paripurna (usia 1-12 bulan)
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1-4, DPT 1-3, MR)
- Stimulasi tumbuh kembang berdasarkan skrining KPSP
- Pemberian vitamin A 100.000 IU (usia 6-11 bulan)
- ASI eksklusif
e. Pelayanan kesehatan balita (12-60 bulan)
- Memantau pertumbuhan dan perkembangan sesuai buku KIA. Evaluasi gizi
balita dan gangguan pertumbuhan seperti stunting
- Stimulasi tumbuh kembang berdasarkan skrining KPSP
- Pemberian vitamin A 200.000 IU sebanyak 2x/tahun
- Pelaporan SKDN
· S: Jumlah balita di wilayah posyandu
· K: Jumlah balita terdaftar dan memiliki KMS
· D: Jumlah balita yang ditimbang bulan ini
· N: Jumlah balita yang naik berat badannya
f. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah (6-18 tahun)
- Pembinaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
- Melanjutkan pelayanan imunisasi anak sesuai dengan jadwal
- Mengenal masalah kesehatan pada anak:
· Mengenal merokok
· Mendeteksi masalah gizi
· Kebiasaan hidup bersih dan sehat
g. Kesehatan reproduksi remaja
- Memahami masa pubertas (perubahan bentuk tubuh dan hormone)
- Mendeteksi perilaku berisiko
- Mendeteksi penyakit menular seksual
- Edukasi mengenai penyakit menular seksual dan kekerasan seksual
h. Kontrasepsi
○ natural family planing
○ barrier methods
○ hormonal methods
○ implantable device
○ permanent birth control methods
○ emergency contraception

c. Pemberantasan Penyakit

1. Penyakit tidak menular


Upaya pencegahan penyakit tidak menular dititikberatkan pada merokok, kurang aktivitas
fisik, diet yang tidak sehat, konsumsi minuman beralkohol, maupun lingkungan yang tidak
sehat.
Contoh penyakit tidak menular :
- Diabetes Mellitus Tipe 2

- Hipertensi

- Stroke

a. Upaya pencegahan (UKM) : promosi kesehatan, deteksi dini faktor risiko, dan
perlindungan khusus terutama bagi orang yang berisiko tinggi untuk menderita penyakit
tidak menular
b. Pengendalian (UKM) : penemuan dini kasus dan tatalaksana dini
c. Penanggulangan (UKP)

2. Penyakit Menular
a. Upaya Pencegahan Penyakit Menular
i. Promosi Kesehatan
- Penyuluhan
- Pendidikan / edukasi kesehatan
- Pendidikan / edukasi penyakit
- Pengubahan gaya hidup menjadi pola hidup bersih sehat (PHBS)
ii. Proteksi Spesifik
- Imunisasi / vaksinasi
- Penggunaan APD (masker, hazmat, dsb)
- Isolasi
- Disinfeksi
iii. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan lab
- Pemeriksaan / pelacakan kontak
- Skrining

b. Upaya Penanggulangan Penyakit Menular


- Promosi Kesehatan
- Surveilans Kesehatan
- Pengendalian Faktor Risiko
- Penemuan Kasus
- Penanganan Kasus
- Imunisasi / vaksinasi

Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas antara lain:


1. TB

A. Case finding TB, bertujuan untuk menemukan sumber penularan TB maupun


untuk menemukan ada / tidaknya pasien TB baru di masyarakat. Jenis case
finding:

o Active case finding

§ Penjaringan penderita TB dengan melibatkan kader puskesmas. Petugas


mendatangi wilayah atau orang – orang yang dicurigai sebagai kasus
TB di masyarakat

§ Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena adanya kendala sumber daya
manusia yang terbatas di puskesmas

o Passive case finding

§ Metode ini hanya menunggu pasien TB untuk datang berobat ke fasilitas


kesehatan, sehingga pasien yang tidak ke faskes masih menjadi
sumber penularan yang potensial

§ Metode ini juga hanya mengandalkan pelaporan


B. Pengobatan standard

C. DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) / Pengawas Menelan Obat


(PMO)

- Tugas PMO:

o Mengawasi pasien TB menelan obat secara teratur

o Memberikan dorongan kepada pasien untuk berobat secara teratur

o Mengingatkan pasien untuk cek sputum ulang sesuai jadwal

- Syarat PMO:

o Orang yang dikenal, disegani, dan dipercaya pasien

o Orang yang tinggal dekat dengan pasien

o Bersedia membantu secara sukarela

D. Pengelolaan ketersediaan OAT

E. Monitoring

2. DBD

A. Pencegahan DBD

- Lingkungan

o Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

§ Menguras bak penampungan air

§ Membersihkan rumah dari barang – barang yang sudah tidak digunakan

§ Menutup penampungan air

§ Menghilangkan genangan air

- Kimiawi

o Fogging

o Abatisasi

- Biologi
o Memelihara ikan cupang

o Abatisasi

B. Penanggulangan

- Penyelidikan Epidemiologis

o Pencarian penderita DBD atau suspek DBD lain

- Penanggulangan KLB

o Pengobatan dan perawatan pasien

o Pemberantasan vector

3. Morbus Hansen / Kusta

- Penemuan pasien secara aktif (kontak serumah, kontak erat, dll)

- Pengobatan pasien

- Pemeriksaan lab

- Pencegahan kecacatan

Surveilans Penyakit Menular


Surveilans penyakit menular analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular
dan faktor – faktor yang mempengaruhi yang bertujuan untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit menular. Surveilans merupakan suatu sistem monitoring berkesinambungan terhadap situasi
atau masalah kesehatan di masyarakat dan faktor penyebabnya.
Kegiatan surveilans penyakit menular
1. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya

2. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data

3. Analisis dan interpretasi data

4. Studi epidemiologi

5. Penyebaran informasi kepada pihak yang membutuhkan data

6. Membuat rekomendasi dan alternative tindak lanjut

7. Umpan balik

Manajemen Vaksin
Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit menular. Vaksin terdapat
dua jenis, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin dapat terbuat dari bakteri atau virus sudah mati
atau yang dilemahkan.
Vaksin dapat mencegah terinfeksi atau mengurangi derajat keparahan dari suatu penyakit dengan
membentuk sistem pertahanan alami tubuh, yaitu dengan cara
- Mengenali kuman yang menyerang, seperti virus atau bakteri.

- Menghasilkan antibody terhadap virus atau bakteri tersebut

- Membentuk sel memori terhadap penyakitnya dan cara melawannya, sehingga bila
suatu saat terinfeksi kembali maka sistem kekebalan tubuh dapat dengan cepat
menghancurkan patogen yang masuk sehingga mencegah ataupun mengurangi
derajat keparahan penyakit tersebut

Untuk menjaga agar vaksin tidak rusak, maka perlu dilakukan manajemen vaksin yang tepat,
termasuk cara penyimpanan vaksin
- Tingkat provinsi

o Vaksin polio disimpan pada suhu -15°C s/d -25°C pada freezer

o Vaksin lain disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C pada cold room atau lemari es

- Tingkat kabupaten / kota

o Vaksin polio disimpan pada suhu -15°C s/d -25°C pada freezer

o Vaksin lain disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C pada cold room atau lemari es

- Tingkat puskesmas

o Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C pada lemari es

o Khusus vaksin Hepatitis B, dapat disimpan pada suhu ruangan dan terlindung dari
sinar matahari langsung

o Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2°C s/d 8°C

Waktu Penerimaan Vaksin


Vaksin yang diterima terlebih dahulu sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu dengan asumsi bahwa
vaksin yang diterima awal mempunyai jangka waktu pemakaian yang lebih pendek
Pemakaian Vaksin Sisa
Vaksin sisa pada pelayanan puskesmas, RS, atau praktik swasta, dapat digunakan pada pelayanan hari
berikutnya dengan syarat:
- Disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C

- VVM dalam kondisi A atau B

- Belum kadaluwarsa

- Tidak terendam air selama penyimpanan

- Belum melampaui masa pemakaian

Alat Pembawa Vaksin


Alat pembawa vaksin dapat berupa cold box ataupun vaccine carrier. Cold box digunakan untuk
penyimpanan sementara vaksin. Sedangkan vaccine carrier digunakan untuk mengirim / membawa
vaksin ke faskes dengan mempertahankan suhu tertentu
Tempat Penyimpanan Vaksin
- Lemari es digunakan sebagai tempat penyimpanan vaksin BCG, TT, DT, hepatitis B,
campak, dan Pentabio, yaitu pada suhu 2°C s/d 8°C

- Freezer digunakan sebagai tempat penyimpanan vaksin polio pada suhu -15°C s/d
-25°C

d. Gizi

Pencegahan primer:
1. Penyuluhan perbaikan gizi
2. Peningkatan pemberian ASI eksklusif pada semua bayi baru lahir hingga 6 bulan
3. Pemantauan pola konsumsi masyarakat
4. Pemberian tablet Fe, Asam Folat pada bumil

Program perbaikan gizi di puskesmas


1. Langkah 1: Identifikasi masalah
validasi terhadap data yang tersedia
besaran dan sebaran masalah gizi, membandingkan dengan ambang batas dan target program
gizi,
merumuskan masalah gizi dengan menggunakan ukuran prevalensi dan atau cakupan.
2. Langkah 2: analisis masalah
Penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis faktor penyebab terjadinya masalah
3. Langkah 3: menetukah kegiatan perbaikan gizi
penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan kegiatan yang dapat mempercepat
penanggulangan masalah gizi
4. Langkah 4: melaksanakan program perbaikan gizi
Advokasi
Sosialisasi
Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga
Penyiapan sarana dan prasarana
Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi di
Puskesmas maupun di Posyandu.
5. Langkah 5: pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pendataan pada angka kecukupan gizi balita di
wilayah puskesmas, serta angka peningkatan berat badan balita. Peningkatan berat badan
balita dapat menjadi indikator keadaan kecukupan gizi balita. Setelah program berjalan
dilakukan evaluasi berkala untuk menentukan keberhasilan program serta mencari solusi
apabila terdapat permasalahan.
Pedoman gizi seimbang, antropometri gizi, sama kekurangan gizi (kalori protein vitamin A
yodium)

10 pedoman gizi seimbang


1. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok
2. Batasi konsumsi panganan manis, asin, dan berlemak
3. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal
4. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
5. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
6. Biasakan sarapan pagi
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Banyak makan buah dan sayur
9. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
10. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan

4 pilar pedoman gizi seimbang


a. Makan makanan yang beragam
b. Membiasakan perilaku hidup bersih
c. Melakukan aktivitas fisik secara teratur
d. Memantau dan mempertahankan berat badan normal
Antropometri
Standar antropometri anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan
yang terdiri atas 4 indeks, meliputri:
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
b. Panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)
c. Berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/PB atau BB/TB), dan
d. Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U)
Acuan pengukuran dan interpretasi bisa menggunakan growth chart WHO atau CDC

Kekurangan gizi
- Kalori: Defisit kalori yang parah dapat menyebabkan marasmus.
- Protein: Defisit protein yang parah dapat menyebabkan kwashiorkor
- Vit A: Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit kering, pertumbuhan terhambat,
sering mengalami infeksi, night blindness, BB turun, rambut kering, dan
meningkatkan risiko kebutaan.
Untuk mengantisipasinya dilakukan program suplementasi vitamin A, dengan cara:
· Distribusi kapsul vitamin A pada bulan februari dan agustus
· Mengingatkan jadwal pemberian vitamin A di posyandu
· Menghimbau ibu agar membawa anak balitanya ke posyandu untuk memperoleh
vitamin A
· Menjelaskan bahwa kapsul vit A dapat diperoleh gratis
- Yodium: Defisiensi yodium dapat menyebabkan goiter (gondok), rambut rontok,
gangguan pertumbuhan, dan lain lain. Asupan yodium pada anak usia 1-11 tahun
yang perlu dipenuhi adalah 120 mikrogram/hari. Kebutuhan yodium pada anak
dipenuhi dengan mengkonsumsi garam beryodium, makanan lait, susu, telur, dan
kacang-kacangan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung goitrogen seperti
singkong, jagung, rebung, dan lain lain menyebabkan kebutuhan yodium meningkat
menjadi 200-300 mikrogram/hari, sehingga dapat memperparah apabila intake
yodium kurang. Pemerintah juga menggalakkan program penanggulangan yodium,
antara lain:
• Iodisasi garam (menggunakan KIO3 30-100ppm)
• Suplementasi kapsul yodium (200mg) untuk daerah endemik sedang dan berat
• Pemberihan penyuluhan dan surveillance GAKY

G. RI dr. Widati
1. Apa rencana kerja anda sebagai kepala puskesmas apabila menghadapi
permasalahan sbb:
1) Kasus TB paru tinggi
2) Masalah gizi kasusnya meningkat
3) Kunjungan ibu hamil rendah
4) Banyak rumah penduduk yg tidak memenuhi persyaratan rumah sehat
5) Kasus BBLR tinggi
6) Kasus DBD tinggi

Jawaban :

❖ Semua :

o Identifikasi masalah (gap, concern, responsibility) → sudah (anggapannya


sesuai permasalahan yg dikasi)
o Menentukan prioritas masalah (USG) → sudah (anggapannya sesuai
nomor kasus yg diberikan)
o Menentukan determinan masalah dgn Fishbone Ishikawa (man, method,
material, money, machine, environment)
o Menentukan prioritas solusi dgn Multiple criteria utility assessment
(urgency, severity, readiness, capability) atau dengan CARL??
o Solusi (sesuai masalah)
❖ Kasus tb paru tinggi
→ mencegah penularan (pengendalian fx risiko sbagai salah satu strategi penanggulangan
tb nasional)
o Memberikan edukasi melalui social media maupun leaflet langsung
(melalui kader tb):
● Memakai masker, etika batuk, jangan meludah sembarangan,
mencuci tangan
● Menjaga imunitas tubuh dengan selalu menjaga kesehatan
atau pola hidup bersih dan sehat seperti mengurangi rokok,
olahraga, makan sayur dan buah
● Memastikan lingkungan tempat tinggal tidak lembab,
● ventilasi dan pencahayaan cukup dgn rajin membuka jendela
❖ Masalah gizi kasusnya meningkat
o Menggalakkan program PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
● PMT penyuluhan
· Semua balita yg datang tiap bulan diberikan 1 bks
● PMT pemulihan
· Susu parenteral sachet (dancow)
· + 30 biskuit
❖ Kunjungan ibu hamil rendah
o Bidan/Kader KIA melakukan jemput bola pada ibu hamil dan memberikan
edukasi mengenai pentingnya ANC
● Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI.
●Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan
berkualitas.
● Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil.
● Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin.
● Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada
❖ Banyak rumah penduduk yg tidak memenuhi persyaratan rumah sehat
o Penyuluhan mengenai rumah sehat
1. Bahan bangunan : tidak ada bahan bahaya
2. Tata ruang
3. Cahaya
4. Udara
5. Ventilasi
6. Tanpa binatang penular
7. Air
8. Penyimpanan makanan aman
9. Limbah
10. Kepadatan hunian

❖ Kasus BBLR tinggi

o Menggalakkan ANC (10T) terutama suplementasi besi

● Fe elemental 60 mg
● Asam folat 40 mcg

o Menganjurkan ibu hamil makan makanan bergizi seimbang dan


Memastikan kenaikan BB 10-15 kg selama kehamilan

❖ Kasus DBD tinggi

o Menggalakkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

● Kuras BAK (min per minggu) 3M


● Tutup penampungan air 3M
● Bersihkan barang bekas (kubur) 3M
● Pelihara ikan, abate, insektisida , repellent, kelambu (+)

Pertanyaan tambahan :
1. Apa yg menyebabkan kasus TB di Indo tinggi?
● ​Diagnosis yang tidak tepat
● Pengobatan tidak adequat
● P2.TB tdk dilaksanakan dg tepat
● Infeksi endemik HIV
● Migrasi penduduk
● Mengobati sendiri (self treatment)
● Kemiskinan meningkat
● Pelayanan kesehatan kurang memadai

a. Host : kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk


menjalakan PHBS
b. Agent : M.Tb mudah berkembang di daerah tropis seperti Indo
c. Environment : Banyak pemukiman di Indonesia yg padat penduduk, jarak
antar rumah sangat berdekatan, ventilasi dan pencahayaan kurang,
banyak yang tidak memenuhi syarat rumah sehat
2. Penyebab kasus COVID meningkat?
a. Host : Masyarakat tidak taat prokes (3 M/6M skrg)
b. Agent : Adanya varian virus baru yg lebih cepat penyebarannya
c. Environment : Banyak yg tidak memenuhi syarat rumah sehat

2. Bila ingin penelitian dgn jumlah sampel 100 ttg Hubungan antara kadar hb ibu hamil
trimester ke-2 dgn BBLR (soal lain : hubungan anemia dan BBLR)
1) Tujuan : mengetahui/menganalisis Hubungan antara kadar hb ibu hamil trimester ke-2
dgn BBLR
2) Desain penelitian : Cross sectional atau cohort
3) Variabel :
a. Independen/bebas : kadar hb ibu hamil trimester ke-2
b. Dependen/terikat : kejadian BBLR
4) Populasi : Rekam medis ibu hamil di SMF Obgyn (cross sec), Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan di Puskesmas X (cohort)
5) Kriteria sampel :
a. Inklusi
● Ibu hamil yang tidak mengalami pendarahan selama satu bulan
terakhir
● Ibu hamil dalam keadaan tidak sakit (tidak ada infeksi, dll)
b. Eksklusi
● Data rekam medis yang tidak lengkap
● Rekam medis yg rusak
6) Skala data variabel
a. Independen : ordinal (1. Hb rendah : <11, 2. Hb normal : 11)
b. Dependen : nominal (1. Tidak BBLR, 2. BBLR)
7) Uji statistik
a. Kalau uji komparasi : chi square (jawab ini duluu, klo disalahin baru yg di
bawah)
b. Kalau uji korelasi : koefisien kontingensi

3. Hubungan merokok dan PPOK


1) Tujuan : mengetahui/menganalisis Hubungan antara merokok dan PPOK
2) Desain penelitian : case control atau cohort
3) Variabel :
a. Independen/bebas : merokok
b. Dependen/terikat : kejadian PPOK
4) Populasi : Bebas → utamanya yg laki agak tua (misal komunitas kopi, buruh bangunan,
dll)
5) Skala data variabel
a. Independen : nominal (1. Tidak merokok 2. merokok)
b. Dependen : nominal (1. Tidak PPOK, 2. PPOK)
6) Uji statistik
a. Kalau uji komparasi : chi square (jawab ini duluu, klo disalahin baru yg di
bawah)
b. Kalau uji korelasi : koefisien contingensi

4. Hubungan Pendidikan ibu dan kelengkapan imunisasi dasar pada anaknya


1) Tujuan : mengetahui/menganalisis Hubungan Pendidikan ibu dan kelengkapan imunisasi
dasar pada anaknya
2) Desain penelitian : cross sectional
3) Variabel :
a. Independen/bebas : Pendidikan ibu
b. Dependen/terikat : kelengkapan imunisasi dasar
4) Kriteria sampel :
a. Inklusi
● Ibu yang berusia >= 18 tahun
● Ibu yang bersedia menjadi responden
b. Eksklusi
● Ibu yang tidak bisa membaca/berkomunikasi dgn baik
5) Skala data variabel
a. Independen : ordinal (1. Pendidikan Dasar, 2. Menengah, 3. Tinggi) atau
(1. Tidak tamat SMP 2. Tamat SMP)
b. Dependen : nominal (1. Imunisasi dasar tidak lengkap, 2. Imunisasi Dasar
lengkap)
6) Uji statistik
a. Kalau uji komparasi : chi square (jawab ini duluu, klo disalahin baru yg di
bawah)
b. Kalau uji korelasi : koefisien contingency

H. RI dr. Budi Utomo


1. Jelaskan tahapan pertanyaan PICO dalam menyusun systematic review
berdasarkan kasus diatas
population → pasien anak leukemia yang akan dilakukan aspirasi sutul
intervention → psikologis
comparison → tanpa intervensi psikologis
outcome → tanpa atau minim rasa sakit saat dilakukan aspirasi sutul
2. Jelaskan kegiatan program di puskesmas selama masa pandemi, berikan
contohnya
- Pelayanan puskesmas pada masa pandemi COVID-19 (Kemenkes RI, 2020)
Ruang lingkup juknis pelayanan puskesmas pada masa pandemi covid-19
1. manajemen puskesmas
- Perencanaan (P1)
a. melakukan penyesuaian target kegiatan yang telah disusun (di
kelompokkan mana kegiatan yang bisa dilakukan, tidak bisa
dilakukan dan ditunda)
b. mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator
program selain diakibatkan oleh pandemi dan merencanakan
inovasi yang akan dilakukan bila pandemi berakhir
c. puskesmas menentukan populasi rentan (lansia, orang dgn
komorbid, ibu hamil, ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir)
untuk menjadi sasaran pemeriksaan
- Pergerakan dan pelaksanaan (P2)
a. lokakarya mini (Lokmin) bulanan dan lokmin triwulanan tetap
dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pada saat
pandemi COVID-19 seperti physical distancing, atau dapat
memanfaatkan teknologi informasi/daring
b. Dalam kondisi dimana jejaring Puskesmas menemukan kasus
COVID-19, maka Jejaring Puskesmas berkoordinasi dengan
Puskesmas untuk pelaporan dan penemuan kasus
c. pemanfaatan google form untuk pendataan orang dengan
riwayat perjalanan
- pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja puskesmas (P3) →
Pemantauan pasien covid yang karantina mandiri
a. Tetap melakukan pemantauan terhadap pencapaian
target-target prioritas pembangunan kesehatan di tingkat
kabupaten/kota.
b. Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan
COVID-19 di wilayah kerjanya untuk dinilai tiap bulan seperti
misalnya:
Persentase Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dengan
Pengawasan (ODP), Pasien Dalam Pemantauan (PDP) yang
telah ditemukan, persentase ODP, PDP yang telah sembuh,
tidak ada OTG, ODP, PDP yang meninggal di rumah,
persentase pasien konfirmasi yang dilakukan tracking.
ODP dan PDP ringan yang diisolasi diri di rumah dilakukan
pemantauan harian sebesar 100%
OTG yang karantina mandiri di rumah dilakukan pemantauan
harian sebesar 100%
c. Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan dengan mengacu
kepada Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
d. Kasus terkait COVID-19 (OTG, ODP, PDP, Konfirmasi) di
wilayah kerja Puskesmas baik dari segi jumlah maupun
diuraikan berdasarkan kondisi biologi (seperti jenis kelamin
dan kelompok umur), psikologi, sosial (seperti tingkat
pendidikan, pekerjaan) dan budaya direkapitulasi dan dipantau
laju perkembangannya dari hari ke hari.
2. upaya kesehatan masyarakat
- Promosi kesehatan
- Kesehatan lingkungan
- Kesehatan keluarga (sesuai siklus hidup)
- Gizi
- Pencegahan dan pengendalian penyakit
3. upaya kesehatan perorangan
- Pelayanan di dalam gedung
- pelayanan di luar gedung
- pelayanan farmasi
- pelayanan laboratorium
- sistem rujukan
- pemulasaraan jenazah
4. pencegahan dan pengendalian infeksi
- Pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas
- Pencegahan dan pengendalian infeksi bagi masyarakat
bacaan lebih lanjut
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Petunjuk_Teknis_Pelayanan_Puskesmas_P
ada_Masa_Pandemi_COVID-19.pdf

Disuruh ngerjain 2 soal, dikasih waktu 1 jam an kalo gk salah, dikirim ke email dokternya,
terus diskusi.

1. Jelaskan permasalahan utama puskesmas di masa pandemi covid sesuai dengan


puskesmas masing2. Tuliskan rencana usulan untuk mengatasi (Ini sekalian cerita
tentang mini project, terus ditanyain tentang fungsi/peran dokter umum di puskesmas
sebagai apa: jawabannya peran fungsional sama struktural kalo gk salah, kemarin
pada jawab yg five star doctor (health care provider, decision maker, community
leader, manager dan communicator.) tapi kurang tepat, terus diarahin ke
fungsional sama struktural itu, lupa jawaban lengkapnya gmn hahaha)
- Permasalahan di puskesmas selama pandemi covid sesuai puskesmas
masing2 → jawab sendiri yaa uwak gak tau masalahnya apaan :” atau
mungkin jawab sesuai mini project kalian yaa wakkk.
- Peran dokter umum di puskesmas (sumber: Academia) → ini lebih ke
strukturalnya
● Melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien puskesmas
● mengelola sistem rujukan
● membantu manajemen dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
puskesmas
● membantu manajemen membina karyawan/karyawati dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari
● Membantu menyusun perencanaan kegiatan puskesmas
● membantu manajemen dan memonitor dan mengevaluasi kegiatan
puskesmas
● membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan
● membina perawat dan bidan dalam pelaksanaan MTBS
● membantu manajemen melakukan supervisi dalam pelaksanaan
kegiatan di puskesmas induk, pustu, pos puskesling, polindes,
posyandu di masyarakat
● Mengkoordinir kegiatan sistem informasi kesehatan
- Standar kemampuan yang wajib dimiliki oleh seorang dokter umum (sumber: Alodok)
→ ini lebih ke fungsionalnya
❖ Memiliki keahlian anamnesis (wawancara medis) kepada para pasiennya. Ini
bertujuan untuk mencari tahu keluhan penyakit yang dialami dan informasi
lainnya yang berkaitan dengan penyakit.
❖ Memiliki keahlian dalam melakukan pemeriksaan fisik umum, guna
mendiagnosis dan menentukan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
❖ Dapat meresepkan obat-obatan berdasarkan penyakit yang diderita pasien.
❖ Mampu memberikan vaksinasi dan melakukan perawatan luka.
❖ Dapat memberikan edukasi atau konseling mengenai pemeliharaan
kesehatan yang baik.
❖ Mampu melakukan rehabilitasi medis dasar pada pasien dan masyarakat
guna mencegah komplikasi penyakit lebih lanjut.
❖ Mampu melakukan pemeriksaan penunjang sederhana, seperti tes urine dan
tes darah, serta menginterpretasi hasil tes tersebut.
❖ Mampu mengusulkan tes penunjang lain, misalnya pemeriksaan Rontgen,
berdasarkan gejala yang dialami pasien.
❖ Dapat melakukan tindakan pencegahan dan membantu mengarahkan pasien
agar mau menjalani pola hidup sehat.
❖ Bertanggung jawab untuk merujuk pasiennya ke dokter spesialis yang sesuai.
- Pertanyaan ttg UKM dan UKP
❖ Puskesmas menyelenggarakan UKM tingkat pertama dan UKP tingkat
pertama
❖ UKM dan UKP tingkat pertama harus diselenggarakan untuk
pencapaian standar pelayanan minimal kab/kota bidang kesehatan,
program indonesia sehat, dan kinerja puskesmas dalam
penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional.
❖ UKM tingkat pertama meliputi UKM Esensial dan UKM Pengembangan
❖ UKM esensial → Pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan keluarga, pelayanan gizi, pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit
❖ UKM Pengembangan → bersifat inovatif dan/atau disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja, dan potensi
sumber daya yang tersedia di pkm
❖ Contoh UKM Pengembangan di puskesmas → Upaya kesehatan gigi
masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional komplementer
terintegrasi, kesehatan kesehatan kerja dan olahraga

Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan (di puskesmas kremsel)


1. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
2. Kesehatan Jiwa
3. Kesehatan Indera
4. Kesehatan Gigi Masyarakat
5. Kesehatan Tradisional Komplementer
6. Kesehatan Lansia
7. Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
8. Kesehatan Kerja
❖ UKP tingkat pertama → dilaksanakan oleh dokter, dokter gigi, dan
dokter layanan primer serta tenakes lain sesuai kompetensi
❖ bentuk pelayanan UKP
- rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit
- pelayanan gawat darurat
- pelayanan persalinan normal
- perawatan di rumah (home care), dan/atau
- rawat inap berdasarkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan
2. Jelaskan perbedaan penelitian/riset individu dengan penelitian systematic
review/meta analysis. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing2 dan kasih contoh
tahapan mengerjakan sysrev.
I. RI dr. Pudji Lestari (aku gak paham sama RI ini mon maap)
1. Analisis kasus covid di daerah2 sesuai keinginan dr pudji

Bentuk soalnya seperti ini nanti di analisis

Soal yang pertama, masing2 anak disuruh buat ppt tentang analisis covid di surabaya,
jakarta, semarang, bandung, dikasih waktu 30 menit. Isi analisisnya minimal meliputi
penderita baru, jumlah kematian, estimasi rate transmisi, kapasitas layanan kesehatan,
cakupan vaksinasi.

2. UKM esensial → aku sebutin programnya aja yaaa


Pilih topik yang udah dipelajari (fefe promkes, mila p2m TB, wega kesling, nat KIA)
nanti ditanya beliau penyesuaian apa aja yang dilakukan selama Covid

baca di link ini yee wakkk →


https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Petunjuk_Teknis_Pelayanan_Puskes
mas_Pada_Masa_Pandemi_COVID-19.pdf
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
RI dr. pudji

Dikasi berita buat analisis knp kasus demikian, kasi rekomendasi, trs presentasi. Trs
drnya cerita2 mslh kesehatan gt2.
Trs pilih UKM:

Kesling → di covid ini apa yg penting → TTU, social distancing

Gizi, P2M TB, KIA; hubungin2 sm COVID trs kyk drnya ngejar2 dr jwbn kt

1. Bikin PPT sama kaya yang ujian sebelumnya dengan beliau tentang Covid-19,
tapi pembagian berdasarkan provinsi (Jabar, Jateng, Jatim, Bali). Isi PPT:
kasus baru, pelacakan, jumlah kematian, ketersediaan faskes dan cakupan
imunisasi

→ pas presentasi harus analisis bukan cuman maparin datanya doang

2. Pilih topik yang udah dipelajari (fefe promkes, mila p2m TB, wega kesling, nat
KIA) nanti ditanya beliau penyesuaian apa aja yang dilakukan selama Covid

-Promkes: ditanyain tentang desa siaga dan dihubungin sm covid

-P2M: ditanya kasus apa yang lagi meningkat? alasannya terus dihubungin
sama covid

-Kesling: ditanyain tentang rumah sehat

-KIA: dihubung2in sama covid gitu

Soal yang pertama, masing2 anak disuruh buat ppt tentang analisis covid di
surabaya, jakarta, semarang, bandung, dikasih waktu 30 menit. Isi analisisnya
minimal meliputi penderita baru, jumlah kematian, estimasi rate transmisi, kapasitas
layanan kesehatan, cakupan vaksinasi. Abis itu tiap anak disuruh presentasiin ppt
nya, sumber referensi nya jg ditanyain disuruh kirim ke dokternya. Trus pas udh kelar
semuanya presentasi baru ditanyain satu2 tentang usulan apa yang mau di usulin
untuk penanganan covid di daerah tersebut. Kalo udh ppt nya disuruh kirim ke email
dokternya.

Soal yang kedua, dokternya suruh kita pilih mau UKM essensial apa, trus ditanyain
tentang UKM yg kita pilih. Kalo yang P2M ditanya di sby selain covid apa aja penyakit
yg lg meningkat, aku jawabnya DBD trus ditanya kenapa, aku jawab krn musim ujan
mungkin wkwkw. Trus ditanya persamaannya DBD sm covid apa?

Anda mungkin juga menyukai