7. KVA: Gejala klinis dan subklinis KVA, gimana cara pemberian tab Vit A pada
balita, Tab Vit A diberikan pada siapa aja, kapan gejala KVA irreversible, batasan
kadar Vit A normal
Jawaban:
● Subklinis -> gejala berupa gangguan sistem imunitas, mudah terkena infeksi
● Klinis -> rabun senja, mata kering, penipisan dan ulserasi kornea
(keratomalacia), muncul bentuk bitot yang merupakan bercak berbusa
dibagian putih mata, perforasi kornea, gangguan penglihatan yang parah
karena adanya kerusakan retina, masalah kulit dan rambut seperti kulit
kering, rambut kering dan gatal2
● Balita dapat kapsul merah yg berisi vit A 200.000 IU yang diberikan 2x per
tahun -> februari dan agustus
2. Terus kenapa kok tb vs covid, kenapa covid ga dibandingin sama ispa aja?
emang gmn bedainnya? tb vs apa harusnya? (bronkitis, sama sama kronis);
kalau covid sama ispa gmn bedainnya? apa yang bakal km sampein untuk
promotif ispa di era skrg ini?
Jawaban: promotif ispa → penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan derajat kesehatan
Prevalensi = Jumlah kasus dalam suatu populasi pada suatu waktu tertentu
dibagi Jumlah orang dalam populasi yang ditentukan pada titik waktu yang sama
Insidensi: insidensi merupakan jumlah kasus baru penyakit yang ditemukan
pada populasi individu yang berisiko selama interval waktu tertentu
- MORTALITAS
● CDR (Crude Death Rate) -> jumlah kematian kasar atau jumlah
kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu
● ASDR (Age Spesific Death Rate) -> untuk mengetahui tingkat dan
pola kematian menurut golongan umur
● IMR (Infant Mortality Rate) -> jumlah kematian bayi dibawah 1 th per
1000 kelahiran hidup
● MMR (Maternal Mortality Rate) -> angka kematian ibu atau banyaknya
kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan yang disebabkan oleh kehamilannya atau
pengelolaannya per 1000 kelahiran hidup
● CSDR (Cause Spesific Death Rate) dengan rumus jumlah kematian
karena penyebab tertentu/total kematian pada waktu yang sama
● CFR (Case Fatality Rate) untuk melihat tingkat keparahan, dengan
rumus jumlah kematian/jumlah dari seluruh kasus
2. Sebagai dokter puskesmas apa tindakanmu jika ada pasien suspek COVID?
jelaskan sampai P2M nya!
● tracing + riwayat kontak
● screening pasien dan kontak erat (serumah) dengan swab → apabila hasil
positif maka ditatalaksana COVID, jenis tatalaksana disesuaikan dengan
kondisi klinis
● isolasi mandiri di Rumah Sehat a.k.a Asrama Haji / boleh isoman di rumah
sendiri kalo klinis ringan, asalkan dipantau oleh dokter
● pada kondisi klinis berat → rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat
yg lbh tinggi
● KIE:
1. semua orang wajib menggunakan masker saat bepergian keluar
rumah, masker medis yang dilapisi dengan masker kain
2. mencuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir / pakai hand
sanitizer
3. menjaga jarak dengan org lain min.1 meter
4. stay at home kalau tidak ada keperluan keluar rumah
5. apabila warga lain ada yang mengalami gejala seperti demam,
meriang, batuk, pilek, tidak bisa membau, lidah tidak bisa merasa →
wajib lapor dan periksa ke puskesmas
● Imunisasi COVID-19 untuk warga sekitar
4. Pertanyaan seputar PSN dan epidemiologi DBD (CI, HI, BI, ABJ):
Intinya kalo PSN:
● 3M
● Jangan gantung tumpukan pakaian di kamar
● Abate
● Fogging
5. Bedanya prevalensi dan insidensi? bagaimana cara hitung dan penggunaannya?
Pada kasus DBD mana yang digunakan? kalau prevalensi banyak digunakan di
kasus apa?
Prevalensi = jumlah total kasus, lebih banyak digunakan untuk kasus TB
Insidensi = jumlah kasus baru (akut)
DBD → lebih cocok insidensi (?)
6. Kunjungan KIA rendah, ditanya 10T, alasan ukur TB BB, status gizi bumil dilihat dari
apa aja
10T:
- TB, BB
- TFU
- TD
- imunisasi TT
- Tablet besi
- Status gizi
- Presentasi janin
- Tes lab (HIV, sifilis, hepB)
- Tatalaksana kausa
- Temu wicara / konseling
Alasan ukur TB BB → untuk tau IMT bumil, dari situ bisa tau status gizi bumil
Status gizi bumil:
● TB, BB
● LILA
● Lingkar kepala
● Rasio lingkar pinggang pinggul
● Peningkatan BB bumil
● Survey konsumsi makanan
● Lab → Hb untuk cek ada anemia gak
10. Seorang bayi datang ke puskesmas umur 8 bulan, BB 10kg, PB 63 cm, status
imunisasi: BCG 1x, HepB 2x, DPT 1x, Polio 2x. ASI sampai sekarang, bubur mulai 4
bulan.
Apa masalah yang ditemukan?
● Pemberian makan bubur terlalu dini/cepat → seharusnya MPASI start usia 6
bulan
● Imunisasi kurang → Pentabio 2,3 (seharusnya di usia 3 bulan dan 4 bulan) +
OPV 3,4 (seharusnya di usia 3 bulan dan 4 bulan)
Apa yang akan anda lakukan?
● Memberikan pengertian dan edukasi kepada ibu bahwa seharusnya MPASI
start usia 6 bulan
● Melakukan catch up imunisasi → Pentabio 2 (IM, vastus lateral) + OPV 3 (2
tetes)
● Evaluasi pertumbuhan dengan KMS atau skor WHO untuk balita
● Evaluasi perkembangan → Skrining dengan KPSP
11. Pasien datang dengan lab COVID-19 (+) dengan gejala pilek, batuk ringan, demam 2
hari yll sekarang turun. Apa yang anda lakukan sebagai dokter puskesmas?
● Melakukan general precaution → cuci tangan, pakai APD lengkap
● Melakukan anamnesis dan pemfis (ga yakin pemfis apa ga) secara lengkap
● Menggali riwayat kontak
● Meresepkan obat-obatan simptomatis + vitamin C + vitamin D
● Antivirus Avigan loading dose 1600 mg/12 jam pada hari pertama → lanjut
2x600 mg pada hari 2-5
● KIE:
❖ pasien wajib menggunakan masker
❖ mencuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir / pakai hand
sanitizer
❖ menjaga jarak dengan org lain min.1 meter
❖ isolasi mandiri di Rumah Sehat aka Asrama Haji/rumah sendiri
dibawah pemantauan dokter
❖ berjemur setiap hari: 10-15 menit sebelum jam 9 pagi atau setelah
jam 3 sore.
❖ pastikan ventilasi ruangan / kamar isolasi baik
❖ apabila terjadi perburukan kondisi segera melaporkan diri ke tenaga
kesehatan
F. RI dr. Subur Prajitno (jawaban dari anak sebelum2)
misal: pasien tidak bisa kencing, lalu oleh dokter hendak dilakukan rectal touche
untuk dipalpasi prostatnya; maka dokter sebaiknya menjelaskan alasan mengapa
dilakukan pemeriksaan tersebut supaya pasien memahami mengapa
pemeriksaan rectal touche berhubungan dengan keluhan yang ia alami.
Memberikan penjelasan dan rencana tatalaksana
- Memberikan informasi dengan kalimat sederhana yang mudah untuk dipahami
oleh pasien.
- Menilai pengetahuan awal pasien dan seberapa jauh pasien mengetahui
mengenai keluhan yang ia alami.
- Memberi penjelasan di waktu yang sesuai, tidak terburu-buru memberikan
informasi kepada pasien.
- Memastikan pemahaman pasien sama dengan apa yang disampaikan oleh
dokter, misalnya bisa meminta pasien untuk mengulangi sekiranya informasi apa
yang diperoleh dari sesi konseling tersebut.
- Kemudian komunikasikan kepada pasien tatalaksana berikutnya yang sebaiknya
pasien lakukan.
- Memberi informasi dan membantu pasien untuk menentukan pilihan terkait
tatalaksana tersebut.
- Memastikan apakah pasien dapat menerima rencana tatalaksana tersebut dan
memastikan kekhawatiran pasien telah teratasi.
Misalnya pada pasien A yang mengeluhkan merasa tidak enak badan, kemudian
lemas dan mata berkunang-kunang. Pasien memiliki asumsi bahwa mungkin ia
memiliki penyakit darah rendah atau darah kotor. Ternyata setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, tekanan darah pasien normal, dan dokter mencurigai
mungkin pasien mengalami perdarahan saluran cerna dokter memberikan
informasi sedemikian rupa kepada pasien dan menyarankan pasien untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa cek darah lengkap.
b. Edukasi
Edukasi merupakan upaya untuk pemberian informasi dan pemahaman kepada orang lain
(pasien, keluarga pasien, ataupun masyarakat) yang bertujuan untuk melakukan
intervensi / pengubahan perilaku sasaran edukasi agar memiliki pandangan, sikap,
dan perilaku yang lebih sehat.
Alur kegiatan edukasi:
1. Membuka sesi dengan menyapa peserta / sasaran edukasi
2. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan
3. Menyampaikan waktu edukasi dan kapan pertanyaan boleh diajukan
4. Menyampaikan materi edukasi secara ringkas, padat, dengan menggunakan bahasa yang
sederhana. Hindari penggunaan istilah medis
5. Bila diperlukan, dalam proses edukasi dapat dibantu menggunakan alat bantu dan media yang
sesuai tujuan edukasi (contoh: materi slide / presentasi, poster, dll)
6. Cek pemahaman peserta
7. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
8. Menyampaikan kesimpulan dan penutup
c. Konseling
Konseling adalah sesi antara dokter dengan klien/pasien yang sifatnya dua arah,
ada hubungan yang dibangun, ada rasa percaya
Tujuan konseling adalah mencari dan memberikan bantuan
Perbedaan konseling dengan konsultasi adalah konsultasi yang cenderung
menggali informasi untuk menemukan masalah, biasanya dokter akan
mengarahkan pertanyaan untuk mendapatkan informasi (dimulai dengan open
questionlalu mengerucut menjadi close question). Pada konseling, hubungan
pasien dengan dokter harus dibangun dan dokter mendengarkan isi keluhan
pasien, lalu berdiskusi bersama.
Tahapan konseling:
• Cuci tangan, memberi salam dan sapa
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan tujuan konseling dan bagaimana mekanisme konseling yang akan
dilaksanakan
• Informed consent pasien, menjelaskan bahwa privasi akan terjaga
• Menanyakan kekhawatiran maupun keluhan utama pasien, umumnya
menggunakan pertanyaan terbuka
• Identifikasi masalah berdasarkan keterangan pasien
• Mencoba menemukan solusi dari masalah yang telah teridentifikasi
• Mencoba mendiskusikan dengan pasien solusi mana yang paling baik
• Menyimpulkan solusi dan encouragement pada pasien
• Mempersilahkan pasien bertanya
• Menutup sesi, berterima kasih (sapa), cuci tangan
• Selama konseling, menggunakan bahasa awam (bukan bahasa medis)
• Dokter wajib membangun rapor atau relasi baik dengan pasien agar komunikasi
lancar, sehingga konseling biasanya lebih dari 1x untuk benar-benar terbuka dan
efektif
D+ D-
E+ a b
E- c d
Keterangan:
E: exposure: terpapar
D: disease: sakit
Nilai prediktif pada desain penelitian cross sectional berupa Prevalence Ratio
(PR).
PR = a/(a+b) / c/(c+d)
Yang dihitung pada studi ini adalah:
Uji Hipotesis, Prevalence Ratio, dan Confidence Interval
Langkah melakukan penelitian epidemiologis analitik observasional cross
sectional:
1. Menentukan variabel penelitian: case dan faktor risiko
contohnya:
hubungan antara kebiasaan suka jajan dengan kejadian diare di wilayah A
case : diare
faktor risiko : kebiasaan suka jajan
Penjelasan:
Hal pertama yang dilakukan peneliti ketika mendatangi wilayah A, maka
peneliti pertama menentukan paparan/faktor risiko terlebih dahulu. Pada
kasus ini paparan adalah kebiasaan suka jajan, sehingga penduduk wilayah A
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang terpapar (suka jajan) dan
kelompok yang tidak terpapar (tidak suka jajan). Kemudian pada kelompok
yang terpapar, dilihat apakah terdapat case (diare) atau tidak, sehingga dibagi
menjadi 2 kelompok lagi, yaitu kelompok yang case + (diare) dan case –
(tidak diare). Pada kelompok yang tidak terpapar faktor risiko, dapat juga
ditemukan case +, sehingga pada kelompok yang tidak terpapar juga dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang case + (diare) dan case – (tidak
diare).
Keterangan:
C+ RF+: case + faktor risiko + (pasien yang suka jajan dan diare)
C- RF+: case - faktor risiko + (pasien yang suka jajan dan tidak diare)
C+ RF-: case + faktor risiko - (pasien yang tidak suka jajan dan diare)
C- RF-: case - faktor risiko - (pasien yang tidak suka jajan dan tidak diare)
2. Menentukan jenis hipotesa
Jenis hipotesa studi ini adalah studi komparasi.
3. Menentukan apakah sampel berpasangan atau tidak
Sampel pada studi ini berupa sampel tidak berpasangan.
4. Menentukan skala pengukuran
Skala pengukuran studi ini adalah nominal.
5. Uji statistik untuk menganalisis data yang diperoleh
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah uji statistik
non-parametrik, yang membandingkan antar kelompok tidak berpasangan
dengan menggunakan uji chi square komparatif.
- Melakukan analisis statistik dengan metode Chi Square atas dasar jenis hipotesis
adalah komparatif, tidak berpasangan, 2 kelompok skala nominal.
Contoh kasus
Uji komparasi pada dua kelompok sampel, yaitu satu kelompok perokok dan
kelompok lainnya bukan perokok. Lakukan pengamatan (follow up) selama 10 tahun
mengenai dampak yang akan terjadi, yaitu kejadian kanker paru pada kedua kelompok
sampel tersebut.
o Kasus (+)
o Kasus (-)
- Kelompok Faktor Risiko (-)
o Kasus (+)
o Kasus (-)
5. Data yang diperoleh yaitu berupa data nominal. Kemudian lakukan uji statistik
dengan uji komparasi non parametrik antar 2 kelompok sampel tidak
berpasangan yaitu dengan uji Chi Square
Kelebihan Kekurangan
Hubungan sebab akibat pada studi Sarana dan media biasanya mahal
kohort adalah yang paling kuat
Teknik uji korelasi yang digunakan dalam studi korelasi antara 2 variabel nominal pada 1
kelompok sampel adalah koefisien kontingency (C), koefisien phi, koeffisien kappa, dan
lambda
b. KIA-KB
Upaya kesehatan masyarakat KIA-KB fokus terhadap kesehatan ibu dan anak, berupa:
a. Ibu hamil (antenatal care)
Puskesmas melayani kunjungan antenatal ibu (dikenal dengan K1-K4). “K” artinya
adalah kunjungan. Kunjungan berdasarkan usia kehamilan:
- K1= Kunjungan pertama
· Bisa saat usia kehamilan <12 minggu atau kunjungan pertama (terlepas
dari usia kehamilan)
· Menanyakan anamnesis obstetric (riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat keguguran, jumlah anak sehat, dukung keluarga, dukungan
finansial)
· Menanyakan anamnesis penyakit infeksi (HIV, hepatitis B, sifilis, TORCH,
infeksi menular seksual)
· Menanyakan nutri ibu (pola makan, menu makanan, keteraturan makan)
· Memeriksa janin dengan USG (menentukan usia kehamilan)
· Skrining penyakit infeksi (HIV, hepatitis B, sifilis, TORCH, infeksi menular
seksual)
· Skrining skor Pudjiyanti (apakah ada kegawatan dan perlu rujukan)
· Memberikan tablet asam folat dan Fe 90 hari
· Edukasi tanda bahaya, pantangan, hubungan seksual, kebersihan diri, dan
rekomendasi bagi ibu hamil
· Memberikan dan menjelaskan buku pink KIA kepada ibu hamil
- K4= Kunjungan lengkap 1-1-2
c. Pemberantasan Penyakit
- Hipertensi
- Stroke
a. Upaya pencegahan (UKM) : promosi kesehatan, deteksi dini faktor risiko, dan
perlindungan khusus terutama bagi orang yang berisiko tinggi untuk menderita penyakit
tidak menular
b. Pengendalian (UKM) : penemuan dini kasus dan tatalaksana dini
c. Penanggulangan (UKP)
2. Penyakit Menular
a. Upaya Pencegahan Penyakit Menular
i. Promosi Kesehatan
- Penyuluhan
- Pendidikan / edukasi kesehatan
- Pendidikan / edukasi penyakit
- Pengubahan gaya hidup menjadi pola hidup bersih sehat (PHBS)
ii. Proteksi Spesifik
- Imunisasi / vaksinasi
- Penggunaan APD (masker, hazmat, dsb)
- Isolasi
- Disinfeksi
iii. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan lab
- Pemeriksaan / pelacakan kontak
- Skrining
§ Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena adanya kendala sumber daya
manusia yang terbatas di puskesmas
- Tugas PMO:
- Syarat PMO:
E. Monitoring
2. DBD
A. Pencegahan DBD
- Lingkungan
- Kimiawi
o Fogging
o Abatisasi
- Biologi
o Memelihara ikan cupang
o Abatisasi
B. Penanggulangan
- Penyelidikan Epidemiologis
- Penanggulangan KLB
o Pemberantasan vector
- Pengobatan pasien
- Pemeriksaan lab
- Pencegahan kecacatan
4. Studi epidemiologi
7. Umpan balik
Manajemen Vaksin
Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit menular. Vaksin terdapat
dua jenis, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin dapat terbuat dari bakteri atau virus sudah mati
atau yang dilemahkan.
Vaksin dapat mencegah terinfeksi atau mengurangi derajat keparahan dari suatu penyakit dengan
membentuk sistem pertahanan alami tubuh, yaitu dengan cara
- Mengenali kuman yang menyerang, seperti virus atau bakteri.
- Membentuk sel memori terhadap penyakitnya dan cara melawannya, sehingga bila
suatu saat terinfeksi kembali maka sistem kekebalan tubuh dapat dengan cepat
menghancurkan patogen yang masuk sehingga mencegah ataupun mengurangi
derajat keparahan penyakit tersebut
Untuk menjaga agar vaksin tidak rusak, maka perlu dilakukan manajemen vaksin yang tepat,
termasuk cara penyimpanan vaksin
- Tingkat provinsi
o Vaksin polio disimpan pada suhu -15°C s/d -25°C pada freezer
o Vaksin lain disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C pada cold room atau lemari es
o Vaksin polio disimpan pada suhu -15°C s/d -25°C pada freezer
o Vaksin lain disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C pada cold room atau lemari es
- Tingkat puskesmas
o Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s/d 8°C pada lemari es
o Khusus vaksin Hepatitis B, dapat disimpan pada suhu ruangan dan terlindung dari
sinar matahari langsung
- Belum kadaluwarsa
- Freezer digunakan sebagai tempat penyimpanan vaksin polio pada suhu -15°C s/d
-25°C
d. Gizi
Pencegahan primer:
1. Penyuluhan perbaikan gizi
2. Peningkatan pemberian ASI eksklusif pada semua bayi baru lahir hingga 6 bulan
3. Pemantauan pola konsumsi masyarakat
4. Pemberian tablet Fe, Asam Folat pada bumil
Kekurangan gizi
- Kalori: Defisit kalori yang parah dapat menyebabkan marasmus.
- Protein: Defisit protein yang parah dapat menyebabkan kwashiorkor
- Vit A: Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit kering, pertumbuhan terhambat,
sering mengalami infeksi, night blindness, BB turun, rambut kering, dan
meningkatkan risiko kebutaan.
Untuk mengantisipasinya dilakukan program suplementasi vitamin A, dengan cara:
· Distribusi kapsul vitamin A pada bulan februari dan agustus
· Mengingatkan jadwal pemberian vitamin A di posyandu
· Menghimbau ibu agar membawa anak balitanya ke posyandu untuk memperoleh
vitamin A
· Menjelaskan bahwa kapsul vit A dapat diperoleh gratis
- Yodium: Defisiensi yodium dapat menyebabkan goiter (gondok), rambut rontok,
gangguan pertumbuhan, dan lain lain. Asupan yodium pada anak usia 1-11 tahun
yang perlu dipenuhi adalah 120 mikrogram/hari. Kebutuhan yodium pada anak
dipenuhi dengan mengkonsumsi garam beryodium, makanan lait, susu, telur, dan
kacang-kacangan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung goitrogen seperti
singkong, jagung, rebung, dan lain lain menyebabkan kebutuhan yodium meningkat
menjadi 200-300 mikrogram/hari, sehingga dapat memperparah apabila intake
yodium kurang. Pemerintah juga menggalakkan program penanggulangan yodium,
antara lain:
• Iodisasi garam (menggunakan KIO3 30-100ppm)
• Suplementasi kapsul yodium (200mg) untuk daerah endemik sedang dan berat
• Pemberihan penyuluhan dan surveillance GAKY
G. RI dr. Widati
1. Apa rencana kerja anda sebagai kepala puskesmas apabila menghadapi
permasalahan sbb:
1) Kasus TB paru tinggi
2) Masalah gizi kasusnya meningkat
3) Kunjungan ibu hamil rendah
4) Banyak rumah penduduk yg tidak memenuhi persyaratan rumah sehat
5) Kasus BBLR tinggi
6) Kasus DBD tinggi
Jawaban :
❖ Semua :
● Fe elemental 60 mg
● Asam folat 40 mcg
Pertanyaan tambahan :
1. Apa yg menyebabkan kasus TB di Indo tinggi?
● Diagnosis yang tidak tepat
● Pengobatan tidak adequat
● P2.TB tdk dilaksanakan dg tepat
● Infeksi endemik HIV
● Migrasi penduduk
● Mengobati sendiri (self treatment)
● Kemiskinan meningkat
● Pelayanan kesehatan kurang memadai
2. Bila ingin penelitian dgn jumlah sampel 100 ttg Hubungan antara kadar hb ibu hamil
trimester ke-2 dgn BBLR (soal lain : hubungan anemia dan BBLR)
1) Tujuan : mengetahui/menganalisis Hubungan antara kadar hb ibu hamil trimester ke-2
dgn BBLR
2) Desain penelitian : Cross sectional atau cohort
3) Variabel :
a. Independen/bebas : kadar hb ibu hamil trimester ke-2
b. Dependen/terikat : kejadian BBLR
4) Populasi : Rekam medis ibu hamil di SMF Obgyn (cross sec), Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan di Puskesmas X (cohort)
5) Kriteria sampel :
a. Inklusi
● Ibu hamil yang tidak mengalami pendarahan selama satu bulan
terakhir
● Ibu hamil dalam keadaan tidak sakit (tidak ada infeksi, dll)
b. Eksklusi
● Data rekam medis yang tidak lengkap
● Rekam medis yg rusak
6) Skala data variabel
a. Independen : ordinal (1. Hb rendah : <11, 2. Hb normal : 11)
b. Dependen : nominal (1. Tidak BBLR, 2. BBLR)
7) Uji statistik
a. Kalau uji komparasi : chi square (jawab ini duluu, klo disalahin baru yg di
bawah)
b. Kalau uji korelasi : koefisien kontingensi
Disuruh ngerjain 2 soal, dikasih waktu 1 jam an kalo gk salah, dikirim ke email dokternya,
terus diskusi.
Soal yang pertama, masing2 anak disuruh buat ppt tentang analisis covid di surabaya,
jakarta, semarang, bandung, dikasih waktu 30 menit. Isi analisisnya minimal meliputi
penderita baru, jumlah kematian, estimasi rate transmisi, kapasitas layanan kesehatan,
cakupan vaksinasi.
Dikasi berita buat analisis knp kasus demikian, kasi rekomendasi, trs presentasi. Trs
drnya cerita2 mslh kesehatan gt2.
Trs pilih UKM:
Gizi, P2M TB, KIA; hubungin2 sm COVID trs kyk drnya ngejar2 dr jwbn kt
1. Bikin PPT sama kaya yang ujian sebelumnya dengan beliau tentang Covid-19,
tapi pembagian berdasarkan provinsi (Jabar, Jateng, Jatim, Bali). Isi PPT:
kasus baru, pelacakan, jumlah kematian, ketersediaan faskes dan cakupan
imunisasi
2. Pilih topik yang udah dipelajari (fefe promkes, mila p2m TB, wega kesling, nat
KIA) nanti ditanya beliau penyesuaian apa aja yang dilakukan selama Covid
-P2M: ditanya kasus apa yang lagi meningkat? alasannya terus dihubungin
sama covid
Soal yang pertama, masing2 anak disuruh buat ppt tentang analisis covid di
surabaya, jakarta, semarang, bandung, dikasih waktu 30 menit. Isi analisisnya
minimal meliputi penderita baru, jumlah kematian, estimasi rate transmisi, kapasitas
layanan kesehatan, cakupan vaksinasi. Abis itu tiap anak disuruh presentasiin ppt
nya, sumber referensi nya jg ditanyain disuruh kirim ke dokternya. Trus pas udh kelar
semuanya presentasi baru ditanyain satu2 tentang usulan apa yang mau di usulin
untuk penanganan covid di daerah tersebut. Kalo udh ppt nya disuruh kirim ke email
dokternya.
Soal yang kedua, dokternya suruh kita pilih mau UKM essensial apa, trus ditanyain
tentang UKM yg kita pilih. Kalo yang P2M ditanya di sby selain covid apa aja penyakit
yg lg meningkat, aku jawabnya DBD trus ditanya kenapa, aku jawab krn musim ujan
mungkin wkwkw. Trus ditanya persamaannya DBD sm covid apa?