Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERBANDINGAN TEACHER CENTERED

DAN LEARNER CENTERED

Mujahida
STKIP Dampal Selatan
Email: mujahida.stkipds@gmail.com

5XV¶DQ
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu
rusanan.tolis@gmail.com

Abstrak:
'DODP GXQLD SHQGLGLNDQ SDUDGLJPD ODPD PHQJHQDL SURVHV EHODMDU PHQJDMDU EHUDZDO GDUL WHRUL DWDX DVXPVL ³Tabula
Rasa´ -RKQ /RFNH \DQJ PHQJDWDNDQ EDKZD SLNLUDQ VHRUDQJ DQDN DGDODK EDJDLNDQ NHUWDV NRVRQJ \DQJ EHUVLK GDQ VLDS
menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong yang siap diisi
dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang maha guru. Berdasarkan asumsi ini, banyaknya guru
melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar antara lain, yaitu 1) memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta
didik. Tugas seorang guru adalah memberi. Dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru memberikan informasi dan
mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya. 2) Mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Peserta didik
adalah penerima pengetahuan yang pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan dihafal oleh peserta didik. 3)
Mengkotak-kotak peserta didik. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan nilai dan memasukkan peserta didik
dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa yang tidak. Kemampuan
dinilai dengan ranking dan peserta didikpun direduksi menjadi angka-angka.
Berdasarkan beberapa kekurangan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (Teacher Centered) yang disebutkan di
atas, dapat membuat anak menjadi pasif, tidak berani mengatakan perasaannya, verbalisme, bermental sakit, rendah diri,
tidak kritis, dan tidak produktif. Oleh karena itu pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student centered), peran
guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri

Abstract:
In the world of education, the old paradigm regarding the teaching and learning process starts with the theory or
assumption of John Locke's "Tabula Rasa" which says that a child's mind is like a clean blank paper and is ready to wait
for his teacher's scribbles. In other words, a child's brain is like an empty bottle that is ready to be filled with all the
knowledge and wisdom of a master teacher. Based on this assumption, the number of teachers carrying out teaching and
learning activities, among others, namely 1) transferring knowledge from the teacher to the students. The duty of a
teacher is to give. And the duty of a student is to accept. The teacher provides information and expects students to
memorize and remember it. 2) Fill empty bottles with knowledge. Students are passive recipients of knowledge. The
teacher has knowledge that will be memorized by students. 3) Students' boxes. The teacher groups students according to
grades and puts students in categories, who has the right to class, who does not, who can graduate and who does not.
Ability is assessed by ranking and students are reduced to numbers.
Based on some of the shortcomings of teacher-centered learning mentioned above, it can make a child become passive,
dare not say his feelings, verbalism, mentally ill, low self-esteem, uncritical, and unproductive. Therefore a student-
centered approach, the teacher's role is to help students discover facts, concepts, or principles for themselves

Kata Kunci: Perbandingan, Teacher Centered, Learner Centered

LATAR BELAKANG fakta, atau prosudur-prosudur. Akibatnya lulusan


Secara umum, kualitas pembelajaran kita lemah dalam berbahasa dan keterampilan
masih rendah. Beberapa penyebabnya antara lain pemecahan masalah serta tidak mempunyai
karena lemahnya manajemen (pengelolaan) kreatifitas dalam menghadapi masalah sehari-hari
kelas/sekolah, kepemimpinan, pembiayaan, dan yang menantang.
dukungan masyarakat serta masalah kemiskinan. Dalam dunia pendidikan paradigma lama
Penyebab lainnya adalah profesionalisme guru mengenai proses belajar mengajar berawal dari
yang kurang berkembang. Pembelajaran WHRUL DWDX DVXPVL ³Tabula Rasa´ -RKQ /RFNH \DQJ
didominasi dengan belajar menghafal kata, fakta- mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


324 0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ: Analisis Perbandingan «

bagaikan kertas kosong yang bersih dan siap Belajar dan pembelajaran merupakan
menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan
lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong proses perubahan tingkah laku akibat interaksi
yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah
dan kebijaksanaan yang maha guru. Berdasarkan laku merupakan upaya yang dilakukan secara
asumsi ini, banyaknya guru melaksanakan sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi
kegiatan-kegiatan belajar mengajar sebagai dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi
berikut: dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan
1. Memindahkan pengetahuan dari guru ke reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
peserta didik. Tugas seorang guru adalah Tingkah laku yang berubah sebagai hasil
memberi. Dan tugas seorang siswa adalah proses pembelajaran mengandung pengertian luas,
menerima. Guru memberikan informasi dan mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
mengharapkan siswa untuk menghafal dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki
mengingatnya. karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar,
2. Mengisi botol kosong dengan pengetahuan. (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung
Peserta didik adalah penerima pengetahuan dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4)
yang pasif. Guru memiliki pengetahuan yang bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan
nantinya akan dihafal oleh peserta didik. tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek
3. Mengkotak-kotak peserta didik. Guru perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap,
mengelompokkan peserta didik berdasarkan dan perbuatan.
nilai dan memasukkan peserta didik dalam Keberhasilan belajar peserta didik
kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar
yang tidak. Kemampuan dinilai dengan yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga
ranking dan peserta didikpun direduksi terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal
menjadi angka-angka. (Lie, 1999) yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan,
Paulo Freire, (2002) juga memberikan bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat,
kritik terhadap pendidikan yang "teacher centered motivasi, kondisi fisik, dan mental.
program': Menurutnya, sistem pendidikan Faktor eksternal, adalah kondisi di luar
tersebut dapat menurunkan martabat manusia. individu peserta didik yang mempengaruhi
la menggambarkan bahwa dalam praktik sistem belajarnya. Adapun yang termasuk faktor
pendidikan semacam itu lebih bersifat: (a) guru eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga
mengajar, murid diberi pelajaran; (b) guru dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio
mengetahui segala macam, murid tidak kultural, dan keadaan masyarakat).
mengetahui apa apa; (c) guru berpikir, murid yang Belajar dan pembelajaran merupakan
dipikirkan; (d) guru berbicara, murid konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan
mendengarkan dengan tenang; (e) guru proses perubahan tingkah laku akibat interaksi
mengenakan disiplin, murid yang dikenakan dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah
disiplin, guru memilih dan melaksanakan pilihan, laku merupakan upaya yang dilakukan secara
murid hanya menyetujui; (g) guru berbuat, murid sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi
hanya memiliki ilusi melakukannya melalui dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi
perbuatan guru; (h) guru memilih isi program, dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan
murid menyesuaikan; (i) guru adalah subjek reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
dalam mengajar, murid adalah objek. Tingkah laku yang berubah sebagai hasil
Kritik Paulo Freire di atas diungkapkan proses pembelajaran mengandung pengertian luas,
oleh (Shodiq A Kuntoro, 1999) dengan mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
menambahkan pendidikan semacam inilah yang sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki
membuat anak menjadi pasif, tidak berani karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar,
mengatakan perasaannya, verbalisme, bermental (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung
sakit, rendah diri, tidak kritis, dan tidak produktif. dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4)
bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan
TINJAUAN PUSTAKA tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek
perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap,
Konsep Dasar Pembelajaran dan perbuatan.

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ $QDOLVLV 3HUEDQGLQJDQ« 325

Keberhasilan belajar peserta didik menghubungkannya dengan peserta didik sehingga


dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. terjadi proses belajar.(S. Nasution, 1995).
Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar Definisi mengajar model pertama dan
yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga kedua pada sebagian besar masyarakat
terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal tradisional masih banyak digunakan. Hasilnya
yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, adalah peserta didik yang banyak menguasai
bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara
motivasi, kondisi fisik, dan mental. menggunakan dan mengembangkannya.
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar Mereka tak ubahnya seperti seorang anak bayi
individu peserta didik yang mempengaruhi yang diberikan makanan atau minuman oleh
belajarnya. Adapun yang termasuk faktor orang tuanya, namun ia tidak tahu dari mana
eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga asalnya makanan dan minuman tersebut,
dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio bagaimana cara membuatnya, dan bagaimana
kultural, dan keadaan masyarakat). pula cara mendapatkannya. Sementara itu,
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh definisi mengajar model ketiga, kini mulai
siapa saja, baik anak-anak maupun manusia banyak digunakan, terutama pada lembaga-
dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi lembaga pendidikan pada masyarakat modern.
manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki Hasilnya adalah peserta didik yang bukan hanya
kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan
waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar mereka mengetahui asal usulnya, cara
pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar mendapatkan dan mengembangkannya. Di era
diharapkan terjadi secara optimal pada peserta global yang mengharuskan lahirnya lulusan
didik melalui cara-cara yang dirancang dan yang kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri, model
difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian pengajaran yang ketiga itulah yang perlu
diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan dilaksanakan. Dengan menerapkan teori yang
oleh guru. ketiga, maka yang terjadi bukan hanya
Pembelajaran secara sederhana dapat mengajar yang menghasilkan penguasaan ilmu
diartikan sebagai sebuah usaha memengaruhi pengetahuan, melainkan juga pembelajaran yang
emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar menghasilkan penguasaan terhadap metode
mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pengembangan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pembelajaran akan terjadi proses pengembangan kepribadian, dan seterusnya. Dengan cara
moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta demikian, dengan sendirinya akan terjadi kegiatan
didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman pembelajaran. (H. Abuddin Nata, 2010).
belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar Menurut (Winkel, 1991) Pembelajaran
yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas merupakan seperangkat tindakan yang dirancang
guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan untuk mendukung proses belajar peserta didik,
aktivitas peserta didik. dengan memperhitungkan kejadian-kejadian
Menurut hasil kajian S. Nasution, bahwa eksternal yang berperanan terhadap rangkaian
hingga saat ini terdapat tiga model pembelajaran kejadian-kejadian internal yang berlangsung di
yang sering dikacaukan dengan pengertian dalam peserta didik. Pengaturan peristiwa
mengajar. Pertama, mengajar adalah pembelajaran dilakukan secara seksama dengan
menanamkan pengetahuan kepada peserta didik, maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil
dengan tujuan agar pengetahuan tersebut dikuasai guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu
dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan
Mengajar pada tipe pertama ini dianggap berhasil tujuannya sebelum dilaksanakan, dan
jika peserta didik menguasai pengetahuan yang dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)
ditransferkan oleh guru sebanyak-banyaknya. Berdasarkan pada kajian tersebut di
Kedua, mengajar adalah menyampaikan atas, maka sebenarnya yang, diharapkan dari
kebudayaan kepada peserta didik. Definisi yang penggunaan istilah pembelajaran adalah usaha
kedua ini pada intinya sama dengan definisi yang membimbing peserta didik dan menciptakan
pertama yang menekankan pada guru sebagai lingkungan yang memungkinkan terjadinya
pihak yang aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu proses belajar untuk belajar. Dengan cara
aktivitas mengorganisasi atau mengatur demikian, maka peserta didik bukan hanya
lingkungan sebaik-baiknya dan diberikan ikan, melainkan diberikan alat dan cara

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


326 0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ: Analisis Perbandingan «

menggunakannya untuk menangkap ikan tersebut, Pemilihan strategi ekspositori atau


bahkan diberikan juga kemampuan untuk diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan
menciptakan alat untuk menangkap ikan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan
tersebut. yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan
Setiap usaha membelajarkan peserta keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan
didik sudah pasti membutuhkan persiapan, sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak
waktu, biaya, sarana prasarana, dan sebagainya. ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan
Berbagai hal yang telah dikeluarkan, untuk karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan
kepentingan kegiatan pembelajaran tersebut tentu mampu memilah dan memilih dengan tepat
harus mendatangkan hasil yang maksimal dan strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran
tidak sia-sia. efektif dan maksimal.
Proses pembelajaran yang berhasil guna Pemilihan strategi ekspositori dilakukan
memerlukan teknik, metode, dan pendekatan atas pertimbangan:
tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta 1. Karakteristik peserta didik dengan
didik, materi, dan sumber daya. Sehingga kemandirian belum memadai;
diperlukan strategi yang tepat dan efektif. 2. Sumber referensi terbatas;
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni 3. Jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
dan ilmu untuk membawa pembelajaran 4. Alokasi waktu terbatas; dan
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah 5. Jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam
ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
(T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih Langkah-langkah yang dilakukan pada
dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi strategi ekspositori adalah sebagai berikut.
sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi
memberikan pengalaman belajar kepada peserta pembelajaran
didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
melainkan juga termasuk di dalamnya materi d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang
pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and menjadi kata kunci kompetensi atau materi
Carey). pembelajaran.
Faktor yang memengaruhi proses Pemilihan strategi diskoveri inkuiri
pembelajaran terdiri dari faktor internal dan dilakukan atas pertimbangan:
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian
berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola cukup memadai;
kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses b. sumber referensi, alat, media, dan bahan
pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki cukup;
persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu
tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, banyak;
dan motivasi kerja. d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul e. alokasi waktu cukup tersedia.
atau datang dari luar pribadi guru, antara lain Langkah-langkah yang dilakukan pada
keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut.
Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor a. Guru atau peserta didik mengajukan dan
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan merumuskan masalah
lingkungan sekolah. b. Merumuskan logika berpikir untuk
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh
strategi yang berpusat pada guru (teacher centre data
oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
didik (student centre oriented). Pendekatan e. Melakukan generalisasi
pembelajaran yang berpusat pada guru Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru
menggunakan strategi ekspositori, sedangkan namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik.
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
peserta didik menggunakan strategi diskoveri langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh
inkuiri (discovery inquiry). guru. Metode yang digunakan adalah ceramah

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ $QDOLVLV 3HUEDQGLQJDQ« 327

atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Ada banyak peran yang harus dimainkan
Namun demikian ceramah atau presentasi yang guru dalam proses pembelajaran. Peran-peran
dilakukan secara interaktif dan menarik dapat tersebut adalah sebagai berikut :
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran. Caregiver (Pembimbing)
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan Predikat sebagai pembimbing bukanlah hal
persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu yang mudah. Predikat ini erat sekali kaitannya
dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar dengan praktik keseharian. Seseorang tidak
pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. mungkin disebut sebagai pembimbing jika dalam
Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based realisasinya tidak mampu menjalankan tugas-
Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini tugasnya sebagai pembimbing. Untuk dapat
melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. disebut sebagai pembimbing, guru harus mampu
Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi memperlakukan siswanya dengan respek dan
kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sayang (atau juga cinta).
sebagainya. Berikut ini beberapa hal yang tidak boleh
dilakukan oleh guru kepada anak didiknya, karena
Peran Guru dalam Pembelajaran akan meruntuhkan semangat anak dalam belajar,
Perkembangan pesat teknologi informasi yang akhirnya akan menggagalkan proses
saat ini kiranya menumbuhkan tantangan pembelajaran.
tersendiri bagi guru. Mengingat, guru sudah 1) Tidak boleh meremehkan/merendahkan
bukan lagi satu-satunya sumber informasi siswa. Meskipun siswanya dari keluarga
sehingga muncul pendapat bahwa pendidikan bisa miskin atau dari kampung, tidak boleh
berlangsung tanpa guru. Hal ini benar jika diremehkan. Semua siswa harus merasa
pendidikan diartikan sebagai proses memperoleh diperlakukan dengan respek. Guru tidak
pengetahuan, tetapi pendidikan juga media boleh membuat salah seorang siswa sebagai
pendewasaan. Oleh karena itu, prosesnya tidak bahan olok-olok atau joke (guyonan).
dapat berlangsung tanpa kehadiran guru 2) Tidak boleh memperlakukan kurang adil
(Chotimah, 2008). Untuk lebih memahami tentang terhadap sebagian siswa. Siswa-siswa harus
bagaimana peran guru dalam pembelajaran perlu tidak ada yang merasa dianaktirikan. Semua
dipaparkan lebih dahulu pengertian guru sebagai siswa harus merasa disayang oleh gurunya.
salah satu tenaga profesional di dunia pendidikan. Guru harus memberi perhatian yang wajar
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen dan cukup kepada semua siswanya. Ketika
dijelaskan bahwa, guru adalah pendidik ada siswa yang diberi hukuman karena
professional dengan tugas utama mendidik, melanggar sesuatu, hukuman tersebut harus
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, pula berlaku untuk semua siswa yang
menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru melanggar. Demikian pula, jika ada siswa
adalah tenaga yang memberikan sejumlah ilmu yang diberi hadiah ketika berprestasi,
pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Saiful pemberian hadiah ini juga harus dilakukan
Bahri Djamarah, 2002). Selain memberikan kepada semuanya yang berprestasi. Jadi,
sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas pujian harus diberikan kepada semuanya
menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak tanpa ada pilihan, ketika ada siswa yang
didik agar anak didik memiliki kepribadian yang berprestasi atau berbuat baik.
paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, 3) Tidak boleh membenci pada sebagian siswa.
guru membimbing anak didik dalam Guru tidak boleh mengeluarkan kata-kata
mengembangkan potensinya. (Pupuh membenci kepada sebagian siswa. Guru
Fathurrahohman dan Sobry Sutikno, 2009). dapat bersikap tegas atau bahkan keras ketika
Dalam bahasa Jawa guru juga memiliki menerapkan hukuman/sanksi. Namun, hal ini
pengertian orang yang digugu dan ditiru. Dalam harus berlaku bagi semua siswa yang
konteks ini, berarti kata-katanya didengarkan, melanggar ketentuan. Jadi tidak ada tindakan
dipercaya atau dipatuhi, dan tingkah lakunya guru kepada sebagian siswa yang didasari
dapat dijadikan teladan oleh peserta didik. kebencian.
(Herawati Susilo dan Husnul Chotimah, 2009).

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


328 0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ: Analisis Perbandingan «

Model (Contoh) sayangnya terhadap siswa-siswa seperti


Gerak gerik guru sebenarnya selalu menyayangi anak-anaknya sendiri. Agar siswa-
diperhatikan oleh setiap siswa. Tindak tanduk, siswanya sukses, ia tidak akan memperhitungkan
perilaku dan bahkan gaya guru mengajar pun akan waktu dan tenaga dalam memdampingi mereka,
sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. meskipun di luar jam kerja. Bukan hanya
Lebih besar lagi, karkter guru juga selalu menasihati langsung, namun ia juga akan
diteropong sekaligus dijadikan cermin oleh siswa- mendoakan siswa-siswanya agar menjadi anak
siswanya. Pada intinya, guru akan dicontoh yang sukses dan shalih. Penulis berkeyakinan
siswanya, baik kebiasaan baik maupun kebiasaan bahwa guru yang tulus akan diperlakukan siswa-
buruknya. Kedisiplinan, kejujuran, keadilan, siswanya sebagai orang tua, bahkan lebih dari
kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan dan orng tuanya. (A.Qadri Azizy, 2001)
kehati-hatian akan selalu direkam oleh siswa- Selain itu, guru jangan sampai memberikan
siswanya dan dalam batas-batas tertentu akan pelajaran di depan kelas dengan hanya
diikuti oleh siswanya. Demikian pula sebaliknya, bermodalkan bahan, semata-mata untuk mengejar
kejelekan-kejelekan gurunya akan pula direkan target yang ditetapkan kurikulum dan cenderung
oleh siswanya; dan biasanya akan lebih mudah satu arah, tanpa bersedia menerima umpan balik
dan cepat diikuti oleh siswa-siswanya. Semuanya atau bahkan sanggahan dari anak didik. Sebagai
akan menjadi contoh EDJL VLVZD -DPDO 0D¶PXU contoh diberlakukannya pendidikan bagi anak
Asmani, 2011). berbakat yang akhir-akhir ini di galakkan,
terutama dalam program akselerasi.
Mentor (Penasihat) Pada kenyataannya, program akselerasi
Adanya hubungan batin atau emosional yang hanya sekedar untuk memanpatkan materi
antara siswa dan gurunya, menyebabkan guru demi memenuhi tuntutan kurikulum ini,
harus berperan sebagai penasihat (mentor). Pada sebenarnya salah sasaran. Betapa tidak, cirri-ciri
dasarnya, guru tidak sekadar menyampaikan anak berbakat yang antara lain memiliki penalaran
pelajaran di kelas, tanpa memperdulikan apakah tajam, kritis, logis, kreativitas tinggi,
siswanya paham atau tidak, seolah-olah tidak bertanggungjawab, ulet dalam menghadapi
mempunyai tanggungjawab untuk menjadikan kesulitan, banyak inisiatif dan percaya diri, bukan
siswa pandai dalam materi pelajaran (ilmu) dan mustahil lambat laun akan terkikis.(Anies, 2008)
dalam menjaga nilai-nilai moralitas bangsa. Lebih
dari itu, guru harus sanggup menjadi penasihat Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Guru
pribadi masing-masing siswa. Erat sekali Menurut Anwar Fuady, (2008), agar
kaitannya dengan peran pembimbing, guru harus pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
sanggup memberi nasihat ketika siswa sebagaimana yang diharapkan, John B. Biggs and
membutuhkan. Ross Telfer, dalam bukunya The Process of
Learning (1987) menyebutkan bahwa paling tidak
Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Guru ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif
Disamping peran guru sebagai caregiver, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang
role model dan mentor di atas, ada beberapa sifat guru yang baik, dalam proses pembelajaran
yang harus dimiliki oleh guru, jika ingin terhadap siswa. Kedua belas aspek tersebut adalah
pendidikan kita sukses. sebagai berikut :
Sifat-sifat guru tersebut antara lain : a. Memahami potensi siswa yang tersembunyi
1) memahami perannya sendiri, dan mendorongnya untuk berkembang sesuai
2) tulus, dengan kecenderungan bakat dan minat
3) bangga dan puas jika melihat anak didik mereka.
sukses, b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
4) sabar dan tekun (telaten) belajar meningkatkan rasa tanggungjawab
5) paham dan menguasai apa yang diajarkan, dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika
6) selalu belajar, mereka membutuhkan.
7) ada panggilan untuk mendidik, c. Menghargai potensi siswa yang
8) kerja keras dan sebagainya. lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme
Dengan sifat tulus, seorang guru dengan terhadap ide serta gagasan mereka.
senang hati akan mendidik siswanya. Ia akan
mendidik siswanya. Ia akan menunjukan kasih

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ $QDOLVLV 3HUEDQGLQJDQ« 329

d. Mendorong siswa untuk terus maju untuk WHRUL DWDX DVXPVL ³Tabula Rasa´ -RKQ /RFNH \DQJ
mencapai sukses dalam bidang yang diminati mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah
dan penghargaan atas prestasi mereka. bagaikan kertas kosong yang bersih dan siap
e. Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata
untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong
berikutnya. yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan
f. Menggunakan kemampuan fantasi dalam dan kebijaksanaan yang maha guru. Berdasarkan
proses pembelajaran untuk membangun asumsi ini, banyaknya guru melaksanakan
hubungan dengan realitas dan kehidupan kegiatan-kegiatan belajar mengajar sebagai
nyata berikut:
g. Memuji keindahan perbedaan potensi, 1. Memindahkan pengetahuan dari guru ke
karakter, bakat dan minat, serta modalitas peserta didik. Tugas seorang guru adalah
gaya belajar individu siswa. memberi. Dan tugas seorang siswa adalah
h. Mendorong dan menghargai keterkibatan
menerima. Guru memberikan informasi dan
individu siswa secara penuh dalam proyek-
proyek pembelajaran mandiri. mengharapkan siswa untuk menghafal dan
i. Menyatakan kepada para siswa bahwa guru- mengingatnya.
guru merupakan mitra mereka dan 2. Mengisi botol kosong dengan pengetahuan.
mempunyai peran sebagai motivator dan Peserta didik adalah penerima pengetahuan
fasilitator bagi siswa. yang pasif. Guru memiliki pengetahuan yang
j. Menciptakan suasana belajar yang kondusif, nantinya akan dihafal oleh peserta didik.
bebas dari tekanan dan intimidasi, dalam
3. Mengkotak-kotak peserta didik. Guru
usaha meyakinkan minat belajar siswa.
k. Mendorong terjadinya proses pembelajaran mengelompokkan peserta didik berdasarkan
interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri, nilai dan memasukkan peserta didik dalam
agar terbentuk budaya belajar yang bermakna kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa
(meaningful learning) pada siswa. yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa
l. Memberikan test/ujian yang bisa mendorong yang tidak. Kemampuan dinilai dengan
terjadinya umpan balik dan semangat/gairah ranking dan peserta didikpun direduksi
pada siswa agar selalu ingin mempelajari
menjadi angka-angka. (Lie, 1999)
materi lebih dalam.
Paulo Freire, (2002) juga memberikan
kritik terhadap pendidikan yang "teacher centered
PEMBAHASAN program': Menurutnya, sistem pendidikan
tersebut dapat menurunkan martabat manusia.
Pembelajaran yang Berpusat pada Pendidik la menggambarkan bahwa dalam praktik sistem
(Teacher Centered) dan Pembelajaran yang pendidikan semacam itu lebih bersifat: (a) guru
Berpusat pada Peserta Didik (Student mengajar, murid diberi pelajaran; (b) guru
Centered) mengetahui segala macam, murid tidak
Secara umum, kualitas pembelajaran kita mengetahui apa apa; (c) guru berpikir, murid yang
masih rendah. Beberapa penyebabnya antara lain dipikirkan; (d) guru berbicara, murid
karena lemahnya manajemen (pengelolaan) mendengarkan dengan tenang; (e) guru
kelas/sekolah, kepemimpinan, pembiayaan, dan mengenakan disiplin, murid yang dikenakan
dukungan masyarakat serta masalah kemiskinan. disiplin, guru memilih dan melaksanakan pilihan,
Penyebab lainnya adalah profesionalisme guru murid hanya menyetujui; (g) guru berbuat, murid
yang kurang berkembang. Pembelajaran hanya memiliki ilusi melakukannya melalui
didominasi dengan belajar menghafal kata, fakta- perbuatan guru; (h) guru memilih isi program,
fakta, atau prosudur-prosudur. Akibatnya lulusan murid menyesuaikan; (i) guru adalah subjek
lemah dalam berbahasa dan keterampilan dalam mengajar, murid adalah objek.
pemecahan masalah serta tidak mempunyai Kritik Paulo Freire di atas diungkapkan
kreatifitas dalam menghadapi masalah sehari-hari oleh (Shodiq A Kuntoro, 1999) dengan
yang menantang. menambahkan pendidikan semacam inilah yang
Dalam dunia pendidikan paradigma lama membuat anak menjadi pasif, tidak berani
mengenai proses belajar mengajar berawal dari

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


330 0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ: Analisis Perbandingan «

mengatakan perasaannya, verbalisme, bermental Daftar Pustaka


sakit, rendah diri, tidak kritis, dan tidak produktif.
Apa sesungguhnya yang berbeda pada Agriawn. 2001. Belajar yang Menyenangkan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Sebuah Prosedur. Jakarta: Gema Media.
pendidik (teacher centered) dibandingkan dengan A, Kuntoro. 1999. Manajemen Pengajaran Secara
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
peserta didik (student centered)? M. Taufiq Amir Ali, Mohammad. 1998. Konsep dan Penerapan
menjelaskan secara ringkas dalam bentuk table CBSA dalam Pengajaran. Bandung: P.T.
berikut ini: Sarana Panca Karya.
Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan
Melalui Problem Based Learning,
Bagaimana Pendidik Memberdayakan
Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kharisma Putra Utama.
Ardiana, Leo Idra. dkk. 2002. Metode
Pembelajaran ³0RGXO 3HODWLKDQ
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru
0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QGRQHVLD´,
Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
$VPDQL -DPDO 0D¶PXU 7LSV $SOLNDVL
PAKEM (Pembeajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan), Jogjakarta:
Diva Press, Cet I
Dari perbedaan tersebut, kita dapat Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di
menyimpulkan bahwa pendekatan yang berpusat Sekolah Dasar. Bandung: Yrama Widya.
pada pendidik itu memang banyak kelemahan. Cet I
Sementara itu, pendekatan yang berpusat pada Bahri, Saiful Djamarah. 2002. Strategi Belajar
peserta didik (student centered), peran guru Mengajar. Jakarta: Renika Cipta
adalah membantu siswa menemukan fakta, Chotimah, H. 2008 Guru Ideal Abad 21. Koran
konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri. Pendidikan Edisi 209/III/20-26 Mei
Guru dapat memberi peserta didik tangga yang DePorter, Bobby dan Mike Hernacki. 2003.
bisa membantu peserta didik mencapai tingkat Quantum Learning, Membiasakan Belajar
pemahaman yang lebih tinggi, namun harus Nyaman dan Menyenangkan.
diupayakan agar peserta didik sendiri yang Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman.
memanjat tangga tersebut, bukan memberkan Bandung: Kaifa. cet XVII.
ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan DePorter, Bobby; Reardon Mark; Singer Sarah
siswa. Kalau pengetahuan hanya dipindahkan, dan Nourie. 2003. Quantum Teaching.
dengan cara pendidik hanya menjelaskan materi Diterjemahkan oleh Ary Nilandari.
demi materi, halaman powerpoint demi Bandung Kaifa. Cet. XI
powerpoint, hal ini menurut Taufiq yang jadi DePorter, Bobby. 1999. Quantum Bussines.
pintar malah si pendidik tersebut. Bandung: Kaifa.
Oleh karena itu, untuk merujuk pada upaya Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
pembelajaran menuju pembentukan karakter Kependidikan Departemen Pendidikan
siswa yang kreatif, interaktif, inovatif, dan Nasional. 2009. Bahan Belajar Mandiri
inspiratif dalam proses pembelajaran di kelas, Peta Kompetensi Guru, Kepala Sekolah,
maka dipelukan implementasi pendekatan dan Pengawas Sekolah
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat
(student centered). Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga kependidikan Kementerian
pendidikan nasional 2010, Pembelajaran
Berbasis PAIKEM. Jakarta: Tanpa Penerbit.

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331


0XMDKLGD GDQ 5XV¶DQ $QDOLVLV 3HUEDQGLQJDQ« 331

Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. 2000.


Revolusi Cara Belajar (Bagian I dan II).
Bandung: Kaifa.
Elaine B. Johnson. 2007. Contextual Teaching
and Learning. Bandung: Mizan Learning
Center.
Fathurrahohman, Pupuh dan Sobry Stikno. 2009.
Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep
Islam, Bandung: PT Refika Aditama. cet
III.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in
Technical Corse (online)
Freire, Paulo. 2002. The Politic of Education:
Culture, Power, and Liberation.
Diterjemahkan oleh Agung Prihantoyo dan
Fuad Arif Fudiyartanto dengan Judul:
Politik Pendidikan, Kebudayaan,
Kekuasaan dan Pembebasan, Yokyakarta:
Pustaka Pelajar.

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 2, Number 2, 2019: 323-331

Anda mungkin juga menyukai