Anda di halaman 1dari 2

Analisisis Struktural

Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa
karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan
atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal
saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung. Dalam pengertian struktur ini (Piaget
via Hawkes, 1978: 16) terlihat adanya rangkaian kesatuan Yang meliputi tiga ide dasar, yaitu
ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self regulation)
Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang
terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Menurut pikiran
strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan Pengarang) lebih
merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap
unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya.
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalarn
struktur sajak dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makn hanya dalam kaitannya
dengan unsur-unsur Iainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Latar Belakang Sejarah dan Sosial Sastra
Sebuah karya sastra tidak terlepas dari pengarang yang menuliskannya. Pengarang tidak
terlepas dari paham-paham, pikiran-pikiran, atau pandangan dunia pada zamannya ataupun
sebelumnya. Juga ia tidak lepas dari kondisi sosial budayanya. Semuanya itu tercermin dalam
karyanya, tercermin dalam tanda-tanda kebahasaan dan lainnya. Sebuah karya sastra tidak
labir dalam kekosongan karya sastra, tidak lepas dari hubungannya dengan karya-karya sastra
sebelumnya. Semua hubungan itu sangat menentukan makna dan pemahaman sebuah karya
sastra (sajak). Oleh karena itu, analisis struktural murni mempunyai keberatan-keberatan,
yaitu di antaranya mengasingkan karya sastra dari kerangka kesejarahannya dan latar
belakang sosial budayanya (Teeuw, 1983: 61).
ASMARADANA
Sita di tengah nyala api
Tidak menyangkal
Betapa indahnya cinta berahi

Raksasayang melarikannya ke hutan


Begitu lebat bulu jantannya
Dan Sita menyerahkan diri

Dewa tak melindunginya dari neraka


Tapi Sita tak merasaberlaku dosa
Sekadar menurutkan naluri
Pada geliat sekarat terlompat doa
Jangan juga hangus dalamapi
Sisa mimpi darisingga sana
(1975:58)
Orang tidakdapat memahami sajak “Asmaradana” itu tanpa pengetahuan wayang atau
cerita Ramayana. Cerita itu merupakan episodeakhir dari cerita Rama.sesudah Rama dapat
mengalahkan Rahwana dan membunuhnya,makaRama dapat bertemu kembali dengan
istrinya. Akan tetapi, rama meragukan kesucian Sita,, walau Sita berkata bahwaia
belumpernah terjamah Rahwana. Untuk membuktikannya Sita bersedia dibakar, bila ia
terbakar berarti ia pernah dijamah Rahwana dan apabilatidak berarti ia masih suci. Dalam
cerita wayang, Sita tidak terbakar karena ditolong oleh dewa sebab ia memang masih suci.
Akan tetapi dalam sajak ini, ceritaya sengaja diubah oleh Subagio untuk mengemukakan
pikirannya sendiri.ini menunjukan “kreativitas” Subagio sebagai seorang penyair.

Anda mungkin juga menyukai