Papdi 68 97 Gastroenterologi
Papdi 68 97 Gastroenterologi
68
PENDEKATAN KLINIS
PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Dharmika Djojoningrat
PENDAHULUAN nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual,
muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/
Keluhan pada pasien gastrointestinal (GI) dapat berkaitan begah. Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap
dengan gangguan lokal/intra lumen saluran cerna pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat
(misalnya adanya ulkus duodeni, gastritis, dan berganti atau bervariasi baik dari segi j enis keluhan maupun
sebagainya) ata.u dapat pula disebabkan oleh penyakit kualitasnya. Terdapat berbagai definisi tentang dispepsia.
sistemik (misalnya diabetes melitus). Diperlukan Salah satunyayarlg dapat dipakai adalah dyspesia refers
anamnesis yang teliti, akurat dan bertahap untuk to pain or discomfort centered in the upper abdomen.
memformulasikan gangguan yang terjadi sehingga bila Definisi ini berdasarkan kriteria Roma II tahun 1999-2000.
dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik, kita dapat Jadi dispepsia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
merencanakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya.
untuk menegakkan diagnosis. Terdapat beberapa gejalal
kumpulan gejalalkeluhan yang karakteristik untuk penyakit
Etiologi Dispepsia
GI yang dikemukakan oleh pasien dan perlu diperoleh . Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cema:
persepsi yang sama oleh dokter yang memeriksanya.
tukak gaster/duodenum, gastritis, tumor, infeksi
Untuk itu diperlukan teknik anamnesis yang baik. Sakit
Helicobacter pylori.
perut yang dikeluhkan oleh pasien harus dijabarkan dan . Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS),
diinterpretasikan dengan baik agar diperoleh data apakah
aspirin, belerapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin dsb.
sakit perut tersebut merupakan nyeri epigastrik, kolik bilier, . . Penyakit pada hati, pankreas, sistem bilier: hepatitis,
kolik usus atau suatu nyeri akibat rangsang peritoneal.
pankreatitis, kolesistitis kronik.
Tidak jarang pula suatu keluhan tertentu diekspresikan . Penyakit sistemik: diabetes melitus, penyakit tiroid,
secara berbeda-beda, terutama dalam istilah, tergantung
penyakit j antung koroner.
pada latar belakang pendidikan, sosial, budaya pasien. . Bersifat fungsional: yaitu dispepsiayang terdapatpada
Dalam makalah ini akan diajukan beberapa keluhan/gejala
kasus yang tidak terbukti adanya kelainan/gangguan
awal yang merupakan masalah pokok utama penyakit GI
organik/struktural biokimia. Tipe ini dikenal sebagai
dan prakiraan penyakit yang mendasarinya (rinciannya
dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.
akan lebih jelas pada masing-masing topik penyakit
dasarnya).
Pendekatan Diagnostik
. Anamnesis yang akurat untuk memperoleh gambaran
DISPEPSIA keluhan yang terjadi, karakteristik keterkaitan dengan
penyakit tertentu, keluhan bersifat lokal atau manifestasi
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu gangguan sistemik. Harus terjadi persepsi yang sama
sindrom atau kumpulan gejalal keluhan yang terdiri dari untuk menginterpretasikan keluhan tersebut antara
441
442 GA!'TROENTEROI.OGI
Alarm symptoms
anemia, penurunan berat badan, hematemesis, melena dsb)
rl
YY
++
Terduga fase oro faringeal Terduga fase esofageal
C)
J
Gagal
---:--t ++++
Barium meal
Normal
Barium meal
+l +l
Abnormal AbnormalNormal
Eksplorasi diagnostik
(Endoskopi, radiologi, USG, dll)
tnd0sk0pi atas + biopsiJ tnd0sk0pr atas + bropsiJ
Gambar 2.
disfagia
Alur tatalaksana ringkas diagnostik pada kasus
E"pi d.fil,itrl Ebpepsi:frmssbndl Catatan: Dapat pula dimulai dari eksplorasi endoskopi, dan bila
terdapat proses penyempitan (misalnya pada akalasia, striktura
Gambar '1 . Alur tatalaksana ringkas diagnosis pada kasus dll) dimana skop tidak dapat lewat, dapat dilanjutkan dengan
dispepsia pemeriksaan barium meal.
PENDEKATAN KLIMS PENYAIST GASIROENTEROI'GI 443
peritoneum atau peritonitis, kolik bilier atau distensi . Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab
gastrointestinal. dasarnya.
. Sistem vestibuler yang dirangsang oleh posisi atau
infeksi vestibulum (reseptor histamin Hl dan
muskarinik). PERDARAHAN SALURAN CERNA
. Susunan saraf pusat, misalnya rangsangan penciuman,
penglihatan dan emosi. Perdarahan saluran cerna dapat bermanifestasi klinis mulai
. Chemoreceptor trigger zone pada area postrema dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar
medulla (reseptor serotonin 5-HT3 dan dopamin D3): sampai pada keadaan yang mengancam hidup.
muntah akibat obat kemoterapi, toksin, hipoksia, Hematemesis adalah mutah darah segar (merah segar) atau
uremia, asidosis, dan pengobatan radiasi. hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi
adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau
proksimal ligamentum Trcitz. Perdarahan saluran cerna
Etiologi
. bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula
Obat-obatan: OANS, digoksin, eritromisin.
. bermanifes dalam bentuk keluarnya darah segar per anum
Gangguan susunan sarafpusat: Tumor, perdarahan in-
bila perdarahannya banyak. Melena (feses berwama hitam)
tra kranial, infeksi, motion siclcness, gangguan psikiatrik,
gangguan labirin. biasanya berasal dari perdarahan SCBA, walaupun
. perdarahan usus halus dan bagian proksimal kolon dapat
Gangguan gastrointestinal dan peritoneal: gastric out-
juga bermanifes dalam bentuk melena. Hematokezia (darah
let obstruction, obstruksi usus halus, gastroparesis,
segar keluar per anum) biasanya berasal dari perdarahan
pankreatitis, kolesistitis, hepatitis akut.
. saluran cerna bagian bawah (kolon) . Maroon stools (feses
Gangguan metabolik endokrin: wemia, ketoasidosis
berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon
diabetik, penyakit tiroid.
bagian proksimal (ileo-caecal).
Pendekatan Diagnostik
. Setiap kasus muntah harus dinilai keadaan sistemik yang
Etiologi Perdarahan Saluran Gerna
menyertainya (uremia, kehamilan, status nutrisi, Saluran cerna bagian atas: pecahnya varises esofagus
diabetes melitus) serta adanya gangguan aspek (tersering di Indonesia, lebih kurang 70-75 %),perdarahan
neurologi (vertigo, parestesia, nyeri kepala yang hebat, tukak peptik, gastritis erosiva (terutama akibat OANS),
rasa lemas yang mencolok). gastropati hipertensi portal, esofagitis, tumor,
. Muntah yang disertai nyeri perut yang hebat harus angiodisplasia.
diwaspadai adanya rangsang peritoneum, obstruksi
Saluran cerna bagian bawah: kolitis (infeksi, radiasi,
intestinal akut atau penyakit pankreatobilier.
. ikemik), tumor, divertikulosis , inJlammatory Bowel Disease,
Korelasi dengan waktu makan juga dapat menuntun ke
hemoroid.
arah penyebabnya (psiko genik, gastroparesis, tukak
peptik yang menimbulkan obstruksi, akalasia).
Pendekatan Diagnostik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik Endoskopi(esofagogastroduodenoskopi, kolonoskopi),
t\
v
radiologi (skintigrafi, angiografi). catatan: lihat alur
tT,.',,,n
''fo"'r'"
uga metabolik lTerduga
Dehidrasi
inflamasi
+
I
TeraPi tatalaksana perdarahan saluran cerna.
I DIARE
t
intra abdomen t
Terdugaobstruksi Terdugapenyakitneurologik
Diare adalah meningkabrya frekuensi buang air besar dan
konsistensi feses menjadi cair. Secara praktis dikatakan
Gambar 3. Alur tatalaksana ringkas diagnostik pada kasus mual diare bila frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari
muntah dengan konsistensi cair. Diare dapat digolongkan diare
444 GASIIROENTEROI.OGI
akut atau bila telah berlangsung lebih dari 2 minggu . Diare sekretorik: terjadinya sekresi intestinal yang
dikategorikan sebagai diare kronik. berlebihan dan berkurangnya absorpsi menimbulkan
diareyang cair dan banyak. Pada umumnya disebabkan
oleh tumor endoskrin, malabsorpsi garam empedu,
DIAREAKUT laksatif katadik.
. Diare karena gangguan motilitas: hal ini disebabkan oleh
transit usus yang cepat atau justru karena terjadinya
Etiologi
stasis yang menimbulkan perkembangan berlebih
Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica,
bakteri intralumen usus. Penyebab yang klasik adalah
bakteri: yang meproduksi enterotoksin (S aureus, C
initable bowel sindrome.
perfringens, E coli, V cholera, C dfficile) dan yang . Diare inflamatorik: disebabkan oleh faktor inflamasi
menimbulkan inflamasi mukosa lusus (Shigella,
seperti Inflammatory Bowel Disease.
Salmonella sp, Yers inia), iskemia intestinal, inJl ammatory . Malabsorpsi: pada umumnya disebabkan oleh penyakit
Bowel Disease (acute on chronic), kolitis radiasi.
usus halus, reseksi sebagian usus, obstruksi limfatik,
defisiensi enzim pankreas, dan pertumbuhan bakteri
Pendekatan Diagnostik yang berlebihan.
. Pada umumnya diare akut disebabkan infeksi atau toksin . Infeksikronik Seperti G lamblia, Elrystolitica,nematoda
bakteri. usus, atau padakeadaan immuno- compromized.
. Adanya riwayat makan makanan tertenfu (terutama
makanan siap santap) dan adanya keadaan yang sama
Pendekatan Diagnostik
pada orang lain, sangat mungkin merupakan keracunan . Bila dengan puasa diare berkurang, biasanya
makanan yang disebabkan toksin bakteri.
disebabkan diare osmotik.
. Travellers diarrhea merupakan kejadian diare pada . Adanya penurunan berat badan yang bermakna, harus
wisatawan.
. diwaspadai kemungkinan suatu keganasan saluran
Adanyariwayatpemakaianantibiotikayanglama,harus
cema (terutama tumor kolon).
dipikirkan kemungkinan di arekarena C dfficile. .
. Anamnesis yang akurat pada umumnya akan
Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non-
mendekatkan kita pada kemungkinan patogenesisnya.
inflamatorik) dan disebabkan oleh toksin bakteri . Pemeriksaan feses: mulai dari kemungkinan tehr cacing,
(terutama E coli), biasanya mempunyai gejala feses
parasit, lekosit feses (infeksi) sampai analisis lemak
benar-benar cair, tidak adadarah, nyeri perut terutama
feses 24 jam, osmolalitas feses dan test pemakaian
daerah umbilikus (karena kelainan terutama di daerah
laksatif.
usus halus), kembung , mual dan muntah. Bila . Pemeriksaan darah: elektrolit (kemungkinan adanya
muntahnya sangat mencolok, biasanya disebabkan
hipokalemia, hiponatremia), adary a anemia karena
oleh virus atau S aureus dalam bentuk keracunan
malabsorpsi (vitamin 872, folat dan zat besi), adanya
makanan.
. hipoalbuminemia (malabsorpsi, infl amasi, kehilangan
Bila diare dalam bentuk bercampur darah, lendir dan
protein pada enteropati). Untuk kelainar.yatg spesifik
disertai demam, biasanya disebabkan oleh kerusakan
rnisalnya VIP serum (Vipoma), gastrin (untuk penyakit
mukosa usus yang ditimbulkan oleh invasi Shigella,
Zollinger Ellison), 5-HIAA urin (untuk tumor
salmonella atau amuba. Daerah yang terkena adalah
karsinoid).
kolon. .
. Kolonoskopi dan biopsi.
Pada umumnya diare akut bersifat sembuh sendiri dalam
5 hari dengan pengobatan sederhana yang disertai
rehidrasi.
KONSTIPASI
Etiologi
. Inflamasi peritoneum parietal: perforasi, peritonitis, PENUTUP
apendisitis, divertikulitis, pankreatitis, kolesistitis.
. Kelainan mukosa viseral: tukak peptik, inflammatory Dalam bidang gastroenterologi, anamnesis yang baik akan
bowel disease, kolitis infeksi, esofagitis. sangat mendekatkan kita pada dugaan penyakit yang
446 GAIITROENTEROI.OGI
REFERENSI
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum pemeriksaan lain yang diperlukan; 4). memastikan
Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan perdarahan saluran cerna bagian atas atau "bagian
varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya bawah; 5). menegakkan diagnosis pasti penyebab
terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan pedarahan; 6). terapi untuk menghentikan perdarahan,
prognosisnya. Manifestasi klinik perdarahan saluran cerna penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah
bagian atas (SCBA) bisa beragam tergantung lama, perdarahan ulang.
kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan Tegaknya diagnosis penyebab perdarahan sangat
apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak. menentukan langkah terapi yang diambil.
Kemungkinan pasien datang dengan' l). anemia defisiensi
besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung
lama,2). hematemesis dan atau melena disertai atau tanpa PEMERIKSAAN AWAL PADA PERDARAHAN
anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik; SALURAN CERNA
derajat hipovolemi menentukan tingkat kegawatan pasien.
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran
adalah pecahnya varises esofagus, gashitis erosif, tukak makanan adalah menentukan beratnya perdarahan dengan
peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan memfokuskan pada status hemodinamik. Pemeriksaannya
keganasan. Perbedaan di antara laporan-laporan penyebab meliputi : 1). tekanan darah dan nadi posisi baring, 2).
perdarahan SCBA terletak pada urutan penyebab perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi, 3). ada
tersebut. tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin), 4). kelayakan
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna napas, 5). tingkat kesadaran, 6). produksi urin.
sama seperti perdarahan pada umumnya, yakni meliputi Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi2Dohvol-
pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosis, dan terapi. ume intravaskular akan mengakibatkan kondisi
Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas hemodinamik tidak stabil, dengan tanda-tanda sebagai
hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah berikut : 1). hipotensi (< 90/60 mm Hg atau MAP < 70
perdarahan ulang. Konsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI mmHg) dengan frekuensi nadi > 1OO/menit; 2). tekanan
menetapkan bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi diastolik ortostatik turun > l0 mm Hg atau sistolik turun
pada kasus perdarahan wajib dan harus bisa dikerjakan > 20 mm Hg; 3). frekuensi nadi ortostatik meningkat > l5l
pada setiap lini pelayanan kesehatan masyarakat menit; 4). akral dingin; 5). kesadaran memrun; 6). anuria
sebelum dirujuk ke pusat layanan yang lebih tinggi. atau oliguria (produksi urin < 30 ml/jam).
Adapun langkah-langkah praktis pengelolaan Kecurigaan perdarahan akut dalam jumlah besar selain
perdarahan SCBA adalah sebagai berikut: l). pemeriksaan ditandai kondisi hemodinamik tidak stabil ialah bila
awal, penekanan pada evaluasi status hemodinamik; 2). ditemukan : 1). hematemesis, 2). hematokesia (berak darah
resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodinamik; 3). segar); 3). darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan
447
448 GAIITROENTEROIPGI
dengan lavase tidak segerajernih, 4). hipotensi persisten, koagulan, 6). Kebiasaan minum alkohol, 7). Mencari
5). dalan24 jammenghabiskan tranfusi darah melebihi 800- kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam
1000nt1. berdarah, demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes
melitus, hipertensi, alergi ob at-obatart, 8). Riwayat transfusi
sebelumnya.
STABILISASI H EMODINAMIK PADA PERDARAHAN Pemeriksaan fisis yang perlu diperhatikan : l).
SALURAN CERNA Stigmata penyakit hati kronik, 2). Suhu badan dan
perdarahan di tempat lain, 3). Tanda-tanda kulit dan mukosa
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan penyakit sistematik yang bisa disertai perdarahan saluran
kristaloid (misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan makanan, misalnya pigmentasi mukokutaneus pada
cepat menggunakan dua jarum berdiameter besar (minimal sindrom Peutz-Jegher.
16 G) dan pasang monitor CYP (central venous pressure); Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan :
tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan 1). Elektro kardiogram; terutama pasien berusia > 40 tahun,
mempertahankan tetap stabil. Biasanya tidak sampai 2).BUN, kreatinin serum; pada perdarahan SCBA
memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada pemecahan darah oleh kuman usus akan mengakibatkan
kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim kenaikan BUN, sedangkan kreatinin serum tetap normal
pemeriksaan darah untuk menentukan golongan darah, atau sedikit meningkat, 3). Elektrolit (Na, K Cl); perubahan
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, lekosit. Adanya elektrolit bisa terjadi karena perdarahan, transfusi, atau
kecurigaan diatesis hemoragik perlu ditindaklanjuti dengan kumbah lambung, 4). Pemeriksaan lainnya tergantung
melakukan tes Rumpel-Leede, pemeriksaan waktu macam kasus yang dihadapi.
perdar.ahan, wakhrpembekuan, retraksi bekuan darah, PPI
dan aPTT.
Kapan transfusi darah diberikan sifatnya sangat indi- MEMBEDAKAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
vidual, tergantung jumlah darah yang hilang, perdarahan BAGIANATASATAU BAWAH
masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan
berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut. Cara praktis membedakan perdarahan saluran cerna bagian
Pemberian transfusi darah pada perdarahan saluran cerna atas (SCBA) atau saluran cerna bagian bawah (SCBB)
dipertimbangkan pada keadaan berikut ini: 1). Perdarahan terdapat dalam Tabel 1.
dalam kondisi hemodinamik tidak stabil, 2).Perdarahan baru
atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya I
liter atau lebih, 3).Perdarahan baru atau masih berlangsung
Perdarahan Perdarahan
dengan hemoglobin < l0 g%o atau hematokrit <30%.4).
SCBA SCBB
Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
Manifestasi klinik Hematemesis Hematokesia
Perlu dipahami bahwa nilai hematokrit untuk pada umumnya dan / melena Jernih
memperkirakan jumlah perdarahan kurang akurat bila Aspirasi nasogastrik Berdarah <35
perdarahan sedang atau baru berlangsung. Proses Rasio (BUN/kreatinin) Meningkat > 35 Normal
Auskultasi usus Hiperaktip
hemodilusi dari cairan ekstravaskular selesai 24-72jam
setelah onset perdarahan. Target pencapaian hematokrit
setelah tranfusi darah tergantung kasus yang dlhadapi,
untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup 20-25oh, Seorang pasien yang datang dengan keluhan
usia lanjut 300/o, sedangkan pada hipertensi portal jangan hematemesis, muntahan seperti kopi karena berubahnya
melebthi27-28%o. darah oleh asam lambung, hampir pasti perdarahannya
berasal dari SCBA. Timbul melena, berak hitam lengket
dengan bau busuk, bila perdarahannya berlangsung
PEMERIKSAAN LANJUTAN sekaligus sejumlah 50 - 100 mlatau lebih. Untuk lebih
memastikan keterangan melena yang diperoleh dari anam-
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas nesis, dapat dilakukan pemeriksaan digital rektum.
hemodinamik lengkapi anamnesis, pemeriksaan fisis, dan Perdarahan SCBA dengan manifestasi hematokezia (berak
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diperlukan. darah segar) dimungkinkan bila perdarahannya cepat dan
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan : l). Sejak banyak melebihi 1000 ml dan disertai kondisi hemodinamik
kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang tidak stabil atau syok.
yang keluar, 2). Riwayat perdarahan sebelumnya, 3). Pada semua kasus perdarahan saluran makanan
Riwayat perdarahan dalam keluarga, 4).Ada tidaknya disarankan untuk pemasangan pipa nasogastrik, kecuali
perdarahan di bagian tubuh lain, 5). Penggunaan obat- pada perdarahan kronik dengan hemodinamik stabil atau
obatan terutama anti inflammasi non-steroid dan anti yang sudah jelas perdarahan SCBB. Pada perdarahan
PENGELOLAAII PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN AIAS
449
SCBA akan keluar cairan seperti kopi atau cairan darah akibat komorbiditas yang menyertai.
segar sebagai tanda bahwa perdarahan masih aktif. Sarana diagnostik yang bisa digunakan pada kasus
Selanjutnya dilakukan kumbah lambung dengan air suhu perdarahan saluran makanan ialah endoskopi gastrointes-
kamar. Sekiranya sejak awal tidak ditemukan darah pada tinal, radiografi dengan barium, radionuklid, dan angiografi.
cairan aspirasi, dianjurkan pipa nasogastrik tetap terpasang Pada semua pasien dengan tanda-tanda perdarahan SCBA
sampai 12 atat24 jam. Bila selama kurun waktu tersebut alau yartg asal perdarahannya masih meragukan
hanya ditemukan cairan empedu dapat dianggap bukan pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan prosedur
perdarahan SCBA. pilihan. Dengan pemeriksaan ini sebagian besar kasus
Perbandingan BLIN dan kreatinin serum juga dapat diagnosis penyebab perdarahan bisa ditegakkan. Selain
dipakai untuk memperkirakan asal perdarahan, nilai puncak itu dengan endoskopi bisa pula dilakukan upaya terapeutik.
biasanya dicapai dalam 24 - 48 jam sejak terjadinya Bila perdarahan masih tetap berlanjut atau asal perdarahan
perdarahan, normal perbandingnya 20, di atas 35 sulit diidentifikasi perlu dipertimbangkan pemeriksaan
kemungkinanperdarahanberasal dari SCBA, di bawah 35 dengan radionuklid atau angiografi yang sekaligus bisa
kemungkinan perdarahan SCBB. Pada kasus yang masih digunakan untuk menghentikan perdarahan. Adapun hasil
sulit untuk menentukan asal perdarahannya, langkah tindakan endoskopi atau angiografi sangat tergantung
pemeriksaan selanjutnya ialah endoskopi SCBA. tingkat keahlian, ketrampilan, dan pengalaman pelaksana.
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan
penyebab serta asal perdarahan,juga untuk menentukan
DIAGNOSIS PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN aktivitas perdarahan. Forest membuat klasifikasi
CERNABAGIANATAS perdarahan tukak peptik atas dasar temuan endoskopi
yang bermanfaat untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Dai 1673 kasus perdarahan SCBA di SMF Penyakit Dalam
RSU dr. Sutomo Surabaya, penyebabnya 76,9o/opecahnya
TERAPI PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN
varises esofagus, 19,2oh gastitis erosif, 1 ,0% tukak peptik,
0,60lo kanker lambung, dan 2,6o/okarena sebab-sebab lain.
ATAS
Laporan dari RS Pemerintah di Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan Non-Endoskopis
SCBA sama dengan di RSU dr. Sutomo Surabaya. Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah
Sedangkan laporan dari RS Pemerintah di Ujung Pandang lama dilakukan adalah kumbah lambung lewat pipa
menyebutkan tukak peptik menempati urutan pertama nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini
penyebab perdarahan SCBA. Laporan kasus di rumah diharapkan mengurangi distensi lambung dan memperbaiki
swasta yakni RS Darmo Surabaya perdarahan karena tukak proses hemostatik, namun demikian manfaatnya dalam
peptik 5l,2oh, gastritis erosif 1l,7Yo, varises esofagus menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah lambung
o/o,
0,9%o,keganasan 9,8oh, esofagitis 5,3 sindrom Mallory-
I
ini sangat diperlukan untuk persiapan pemeriksaan
Weiss l,4olo, tidak diketahui 7 o/o, dan penyebab-penyebab endoskoopi dan dapat dipakai untuk membuat perkiraan
lain 2,7%o Di negara barat tukak peptik berada di urutan kasar jumlah perdarahan. Berdasar percobaan hewan,
pertama penyebab perdarahan SCBA dengan frekuensi kumbah lambung dengan air es kurang menguntungkan,
sekitar 50% Walaupun pengelolaan perdarahan SCBA waktu perdarahan jadi memanjang, perfusi dinding
telah banyak berkembang namun mortalitasnya relatif tidak lambung menurun, dan bisa timbul ulserasi pada mukosa
berubah, masih berkisar 8 - l\oh. Hal ini dikarenakan lambung.
bertambahya kasus perdarahan dengan usia lanjut, dan Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati
kronis yang mengalami perdarahan SCBA diperbolehkan,
dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak merugikan
dan relatif murah.
Aktivitas perdarahan Kriteria Endoskopis Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA
Forest la - perdarahan aktif - perdarahan arteri lewat efek vasokonstriksi pembuluh darah splanknik,
menyembur menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
Forest lb - perdarahan aktif - perdarahan merembes
menurun. Digunakan di klinik untuk perdarahan akut
Forest ll - perdarahan berhenti - gumpalan darah Pada
dan masih terdapat dasar tukak atau varises esofagus sej ak tahun I 9 5 3. Pemah dicobakan pada
sisa-sisa perdarahan terlihat pembuluh perdarahan nonvarises, namun berhentinya perdarahan
darah
- tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk
Forest lll - perdarahan berhenti lesi tanpa tanda sisa
tanpa sisa perdarahan perdarahan sediaan, yakni pitresin yalrg mengandung vasopressin
Konsensus pengelolaan perdarahan SCBA yang dibuat PGI- murni dan preparat pituitary gland yang mengandung
PEGI-PPHI dapat dilihat pada lampiran vasopressin dan oxcytocir. Pemberian vasopressin
450 GASTTROENTEROI.OGI
Cairan rsislaloid
cairan Kolo d
Trafslus darah
Henodinamlk stabil
tidak ada perdarahan aktif
Tekanan dareh > 90/60 mmNg Tekanan darah > 90/60 mmNg
tekanan darah rabrak > 70 mmHg tekanan daBh Blarah < 70 mmHg
EMERGENSI oTAWAL nadi 100/m
endoskopi UGI Hb>9970 Hb<99%
les T L l-) tes Tilr (+)
Obat-obatan golongan anti sekresi asam yang Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan
dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang perdarahan bisa mencapai di atas 95%o dan tanpa terapi
SCBA karena tukak peptik ialah inhibitor pompa proton tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya sekitar
dosis tinggi. Diawali bolus omeprazol 80 mgliv kemudian ts-20%.
dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam, Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada
perdarahan ulang pada kelompok plasebo 200lo sedangkan perdarahan karena varises esofagus. Ligasi varises
yang diberi omeprazol hanya 4,2%o. Suntikan omeprazol merupakan pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan
yang beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus, varises esofagus. Dengan ligasi varises dapat dihindari
yang bisa digunakan per infus ialah persediaan efek samping akibat pemakaian sklerosan, lebih sedikit
esomeprazol dan pantoprazol dengan dosis sama seperti frekuensi te{adinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan
omeprazol. Pada perdarahan SCBA ini antasida, sukralfat, mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1 - 2
dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan unflrk cm. Dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau
tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan. bila ditemukat tandabaru mengalami perdarahan seperti
Antagonis reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang bekuan darah yang melekat, bilur-bilur merah, noda
SCBA karena tukak peptik kurang bermanfaat. hematokistik, vena pada vena. Skleroterapi endoskopik
Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan sebagai alternatif bila ligasi endoskopik sulit dilalalkan
perdarahan varises esofagus dimulai sekitar tahun 1950, karena perdarahan yang masif, terus berlangsung, atau
paling populer adalah Sengstaken-Blakemore tube (SB- teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa
tube) yangmempunyai tiga pipa serta dua balon masing- digunakan antara lain campuran sama banyak polidokanol
masing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi 3%, NaCl O,9o/o, dan alkohol absolut. Campuran dibuat
pemasangan SB-tube yang bisa berakibat fatal ialah sesaat sebelum skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan
pnemoni aspirasi, laserasi sampai perforasi. Pengembangan dimulai dari bagian paling distal mendekati kardia
balon sebaiknya tidak melebihi 24 jam. Pemasangan SB- dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5
tube seyogyanya dilakukan oleh lenaga medik yang cm. Pada perdarahan varises lambung dilirkukan
berpengalaman dan ditindaklanjuti dengan observasi yang penytrntikan cy ano acry I ate, skleroterapi untuk varises
ketat. lambung hasilnya kurang baik.
ENDOSKOPIS TERAPIRADIOLOGI
Terapi endoskopi ditujukan padaperdarahan tukak yang Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan
masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tetap berlangsung dan belum bisa ditentukan asal
tampak. Metode terapinya meliputi: l). Contact thermal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
(monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostasis yang
2). Noncontact thermal (laser) 3). Nonthermal (misalnya bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau
suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cy ano acrylat e, embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan
atau pemakaian klip). fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat
Berbagai caraterapi endoskopi tersebut akan efektif dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic
dan aman apabila dilakukan ahli endoskopi yang terampil Portosystemic Shunt).
dan berpengalaman. Endoskopi terapeutik ini dapat
diterapkan pada 90% kasus perdarahan SCBA, sedangkan
10% sisanya tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis PEMBEDAHAN
seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan
terhalang atau letak lesi tidak terjangkau. Secara Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik,
keseluruhan 80% perdarahan tukak peptik dapat berhenti endoskopi dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah
spontan, namun pada kasus perdarahan arterial yang bisa seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim
berhenti spontan hany a 3lYo.Terapi endoskopi yang relatif multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA
mudah dan tanpa banyak peralatan pendukung ialah untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan bedah
penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan sebaiknya dilakukan.
menggunakan adrenalin 1 : 10000 sebanyak 0,5-l mltiap
kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alkohol absolut
(98%) tidak melebihi I ml. Penyrntikan bahan sklerosan KESIMPULAN
seperti alkohol absolut atau polidokanol umumnya tidak
dianjurkan karena bahayatimbulnya tukak dan perforasi Penyebab perdarahan SCBA dapat digolongkan menjadi2
akibat nekrosis jaringan di lokasi penyuntikan. kelompok, perdarahan varises dan perdarahan
4s2 GAITTROENTEROI.OGI
4s3
454 GASITROENTEROI.OGI
bismuth, sarcol. Lycorice, obat-obat yang mengandung Sebagaimana halnya dengan vaskular ekstasia di saluran
besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan faeces cerna, jejas di kolon umurnnya berhubungan degair usia
menjadi hitam. Oleh karena ifu dibutuhkan test guaiac untuk lanjut, insufisiensi ginjal, dan riwayat radiasi.
menentukan adany a hemoglobin.
Kolitis iskemia. Kebayakan kasus kolitis iskemia ditandai
Darah samar. Darah samar timbul bilamana ad aperdarahan dengan penurunan aliran darah viseral dan tidak ada
ringan namun tidak sampai merubah warna tinja/feses. kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah
Perdarahan jenis ini dapat diketahui dengan tes guaiac. mesenterik. Umumnya pasien kolisis iskemia berusia tua.
Dan kadang-kadang dipengaruhui juga oleh sepsis,
perdarahan akibat lain, dan dehidrasi.
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit perianal. Penyakit perianal contohnya: hemoroid
dan f,rsura ani biasanya menimbulkan perdarahan dengan
Perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis
warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces.
iskemik merupakan penyebab tersering dari saluran cerna
Berbeda dengan perdarahan dari varises rectum pada
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
pasien dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa
yang kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid
mengancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang
dan neoplasia kolon. Tidak seperti halnya perdarahan
menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang
saluran cerna bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran
disebabkan oleh hemoroid oleh karena itu pada perdarahan
cema bagian bawah bersifat lambat, intermiten, dan tidak
yang diduga dari hemoroid perlu dilalcukan pemeriksaan
memerlukan perawatan rumah sakit.,
untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma
Divertikulosis. Perdarahan dari divertikulum biasanya kolon.
tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien:diverkulosis. Tinja
Neoplasia kolon. Tumor kolon yang jinak maupun ganas
biasanya berwama merah marun, kadang-kadang bisa juga
yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut dan
menjadi merah. Meskipun divertikf-lcebanyakan
biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahat
ditemukan di kolon sigmoid namun perd6rahan divertikel
berulang atau darah samar. Kelainan neoplasma di usus
biasanya terletak di sebelah kanan. Umumnya terhenti
halus relatif jarang namun meningkat pada pasien IBD
secara spontan dan tidak berulang, oleh karena itu tidak
seperti Crohnb Disease atau celiac sprue.
ada pengobatan khusus yang dibutuhkan oleh para pasien
mempakan data penting untuk menegakkan diagnosis merupakan alat diagnostik yang baik dengan akurasi yang
yang tepat. Riwayat hemoroid atau IBD sangat penting menyamai bahkan melebihi angiograpi. Sebaliknya enema
untuk dicatat. Nyeri abdomen atau diare merupakan barium tidak mampu mendeteksi sampai 20o/o lesi yang
petunjuk kepada kolitis atau neoplasma. Keganasan ditemukan secara endoskopi khususnya jejas angioplasia.
kadang ditandai dengan penurunan berat badan, Pada perdarahan saluran cerna yang diduga berasal
anoreksia, limfadenopati atau massa y artg teruba. dari distal ligamentum Treitz dan dengan pemeriksaan
kolonoskopi memberikan hasil yang negatif maka dapat
dilakukan pemeriksaan enteroskopi atau endoskopi kapsul
Pemeriksaan Penunjang
yang dapat mendeteksi jejas angiodisplasia di usus halus.
Endoskopi. Bilamana perdarahan saluran cerna Scintigraphy dan angiograli. Kasus dengan perdarahan
berlangsung perlahan atau sudah berhenti maka yang berat tidak memungkinkan pemeriksaan dengan
pemeriksaan kolonoskopi merupakan prosedur diagnostik kolonoskopi maka dapat dilakukan pemeriksaan angiografi
yang terpilih sebab akurasinya tinggi dalam menentukan dengan perdarahan lebih dari Yz ml per menit. Sebelum
sumber perdarahan sekaligus dapat menghentikan pemeriksaan angiograpi dilakukan sebaiknya periksa
tindakan terapeutik. Kolonoskopi dapat menunjukkan terlebih dahulu dengan scintigraphy bilamana lokasi
adanya divertikel namun demikian sering tidak dapat perdarahan tidak dapat ditemukan. Sebagian ahli
mengidentifikasi sumber perdarahan yang sebenarnya. menganjurkan pendekatan angiografi dengan pemberian
Pada perdarahan yang hebat pemeriksaan kolonoskopi heparin atau streptokinase untuk merangsang perdarahan
yang dilaksanakan setelah pembersihan kolon singkat sehingga mempermudah deteksi lokasi perdarahan.
Tanda-tanda vital
Resusitasi
Tes darah
Golongan darah dan crossmatch
Pasang 2 buah jalur vena
Kehilangan cairan Anamnesis dan pemeriksaan fisis
atau hemodinamik Nasogatric tube (NGT) Tanda kehilangan cairan
tidak stabil berkurang perdarahan
aktif berkurang
lnfus NaCl
packed red blood cells Perdarahan aktlf berkura ng
and factors as'needed
Endoskopi elektif
Kem ungkinan
perdarahan Perdarahan aktif
Presumed lower source Lokasi perdarahan
di SCBA tak teridentifikasi
Endoskopi
Endoskopi SCBA
SCBA segera Kolonoskopi segera atau
OMD follow through
scintigrafy eritrosit plus
Enteroskopi
a ng iog rafi
Normal Capsule e nd os ko p i
Gambar 1. Penatalaksanaan pasien dengan perdarahan akut saluran cerna bagian bawah
456 GASTROENTEROI.OGI
Helical CT-angiography juga dapat mendeteksi plasma caogulation, and Nd:YAG laserbermanfaat untuk
angiodisplasia. Divertikulum Meckel dapat didiagnosis mengobati angiodisplasia dan perubahan vaskular pada
dengan scanning Meckel menggunakan radio label kolitis radiasi. Kolonoskopijuga dapat digunakan untuk
technetium yang akan berakumulasi pada mukosayar,g melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah atau
memproduksi asam di dalam divertikulum. mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon.
Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid
Pemeriksaan radiografi lainnya. Enema barium dapat
internal dengan ligasi maupun teknik termal.
bermanfaat untuk mendiagnosis sekaligus mengobati
intususepsi. Pemeriksaan usus halus dengan barium yang Angiografi terapeutik. Bilamana kolonoskopi gagal atau
teliti juga dapat menunjukkan divertikulum Meckel. Deteksi tidak dapat dikerjakan maka angiografi dapat digunakan
sumber perdarahan'yang tidak lazim di usus halus untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisasi arteri
membutuhkan enteroclysis yaitu pemeriksaan usus halus secara selektif dengan polyvinyl alcohol atau mikrokoil
dengan bariumyang melibatkan difusi barium,Air, methyl telah menggantikan vasopressin intraartery unttk
selulosa melalui tabung fluoroskopi yang melewati mengatasi perdarahan saluran cerna bagian bawah.
ligamentum Treitz unt.tk menciptakan gambaran kontras Embolisasi angiografi merupakan pilihan terakhir karena
ganda. Bila enteroskopi, kolonoskopi, radio barium tidak dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.
dapat mengidentifikasi sumber perdarahan dan Terapi bedah. Pada beberapa diagnostik (seperti divertikel
suplementasi besi dapat mengatasi dampak kehilangan Meckel atau keganasan) bedah merupakan pendekatan
darah maka pemeriksaan lebih lanjut tidak dapat utama setelah keadaan pasien stabil. Bedah emergensi
dilanjutkan. menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan
dapat memperburuk keadaan klinis. Pada kasus-kasus
Prinsip-prinsip Penatalaksanaan dengan perdarahan berulang tanpa diketahui sumber
perdarahannya maka hemikolektomi kanan atau
Resusitasi. Resusitasi pada perdarahan saluran cema hemikolektomi subtotal dapat dipertimbangkan dan
bagian bawah yang akut mengikuti protokol yang jloga memberikan hasil yang baik.
dianjurkan pada perdarahan saluran cema bagian atas.
Dengan langkah awal menstabilkan hemodinamik. Komplikasi. Sebagaimana halnya perdarahan salwan cema
Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas yang bagian atas, perdarahan saluran cerna bagian bawah yang
hebat juga menimbulkan darah segar di anus maka masif dapat menimbulkan sequele yang nyata. Perdarahan
pemasangan NGT (nasogastric tube) dilakukan pada kasus- saluran cerna bagian bawah yang berulang atau kronik
kasus yang perdarahannya kemungkinan dari saluran cerna berhubungan dengan morbiditas dan dapat menyebabkan
bagian atas. Pemeriksaan laboratorium memberikan informasi kebutuhan transfusi yang lebih sering dan juga dapat
serupa dengan perdarahan saluran cerna bagian atas menguras sumber pembiayaan kesehatan. Perdarahan yang
meskipun azotemia jarang ditemukan pada perdarahan persisten biasanya berasal dari usus halus dan tidak dapat
saluran cema bagian atas. Pemeriksaan segera diperlukan dijangkau dengan tindakan terapi endoskopi, hanya dapat
pada kasus-kasus yang membutuhkan transfusi lebih 3 unit dilakukan diagnosis saj a.
yang tersering dari perdarahan samar saluran cema dan Tirmor dan neoplasma. Tumor gastrointestinal merupakan
menyebabkan anemia defisiensi besi pada 30-70% kasus. penyebab kedua terbanyak dari perdarahan samar saluran
Erosi longitudinal di dalam sakus hiatal hernia dikenal cerna di Amerika Serikat setelah penyakit asam lambung.
sebagai Erosi Cameron merupakan salah satu penyebab Karsinoma kolorektal dan polip adenomatus merupakan
penting (10%) dari anemia defisiensi besi. Penyebab neoplas'ma tersering diikuti oleh keganasan lambung,
inflamasi yang lain termasuk IBD, celiac sprue, divertikel esofagus dan ampula. Tumor lainnya seperti limfoma,
Meckel, gastroenteritis eosinofilic, enteritis radiasi, ulkus metastasis, leiomyoma, leiomyosarkoma dan polip juvenil
kolorektal dan penyakit Whiffle. Penyebab infeksi di juga menyebabkan perdarahan samar.
Amerika Serikat, infeksi jarang menimbulkan perdarahan Penyebab lain perdarahan samar saluran cerna. Obat-
samar saluran cerna namun organisme seperti cacing obatan merupakan penyebab penting dalam perdarahan
tambang, Mycobacterium tuberkulosis, Amoeba dan samar saluran cerna. Ulserasi dan erosi di lambung, usus
Ascaris dapat menimbulkan kehilangan darah kronik pada halus, dan kolon dapat disebabkan oleh OAN. Obat lain
beberapa ratus juta penduduk dunia. yang juga menyebabkan perdarahan saluran cema adalah
Penyebab vaskular. Malformasi vaskular menyebabkan preparat kalium, antibiotik tertentu dan antimetabolik.
anemia defisiensi bes i pada 60/o dai totalkasus. Beberapa Antikoagulan (seperti warfarin) menyebabkan
di antaranya disertai dengan lesi yang jelas seperti peningkatan insidens dari perdarahan samar saluran cerna
telangiectasia sporadic, telangiectasia pascaradiasi, meskipun antikoagulan lebih sering menyebabkan
skleroderma, dan GAVE (Gastric antralvascular ectasia). peningkatan kehilangan darah dari lesi yang memang
Di lain pihak vaskular ectasia yang herediter (seperti sudah ada. Anemia defisiensi besi juga timbul pada pelari
hereditary hemorrhagic t el angiectas ia (Osler-Weber- jarak jauh, kemungkinannya karena iskemi mesentrik atau
Rendu disease), Tuner syndrome, dat Klippel-Trenaunay )jejas mekanik.
syndrome) dapat menimbulkan perdarahan samar. Pasien / Perdarahan di luar saluran cema seperti hemofisis,
dengan hipertensi portal, gastropati hipertensi portal, perdarahan efitaksis, tertelannya darah dari sumber lain
umumnya menyebabkan kehilangan darah secara tersamar dapat menyerupai perdarahan samar saluran cerna.
dan menyebabkan defisiensi besi.
Pendekatan Pasien dengan Perdarahan Samar
Saluran Gerna
Tumor dan Neoplasma Anamnesis. Pasien dengan perdarahan samar saluran cema
- adenokarsinoma primer
- metastasis kronik nmunnya tidak ada gejala atat kadang hanya rasa
- polip berukuran besar lelah akibat anemia. Palpitasi, rasa pusing pada saat berubah
- limfoma posisi, atau sesak napas pada saat olahraga merupakan
- leiomyoma
- leiomyosarkoma
petunjuk penting ke arah anemia. Sebagian pasien
- lipoma menunjukkan gejalapicaatartkebiasan makan es atau tanah
lnfeksi karena defisiensi besi. Dispepsia, nyeri abdomen, hudbum,
- cacing tambang
atau regurgitasi merupakan petunjuk kemungkinan
- strongiloidiasis
- Askariasis penyebab dari lambung, sementara penurunan berat badan
- enterokolitis tuberkulosa dan anoreksia berkaitan dengan kemungkinan keganasan.
- amebiasis
Perdarahan samar saluran cema yang berulang pada usia
Penyebab Lainnya lanjut tanpa gejala yang lain sesuai dengan angiodisplasia
- OAINs (Obat Antiinflamasi Nonsteroid)
- Lari jarak jauh atau vaskular ektasia lainnya.
- Gastrostomi tube
Pemeriksaan fisis. Defisiensi besi yang serius biasanya
Penyebab Vaskular
- Angiodisplasia dan vaskular ektasia muncul berupa pucat, takikardia, hipotensi postural, dan
- Gastropati hipertensi portal aktivitas jantung yang hiperdinamik akibat tingginya curah
- Hemangioma jantung. Temuan lainyangjarang di antaranyapapil edem,
- Blue rubber black nevus syndrome
- Gastric antral vascular eclasla (GAVE) fuli, parese nervus kranial, perdarahan retina, koilonetia,
glositis, dan kilosis. Limfadenopati masa hepatosplemegali
Gangguan lnflamasi
- Penyakit asam lambung atau ikterus merupakan petunjuk ke arah keganasan
- he.rnia hiatal (Cameron erosions) sementara nyeri epigastrium ditemukan pada penyakit
- IBD (inflammatory Bowel Disease)
- Celiac sprue
asam lambung. Splenomegali, ikterus atau spider nevi
- Whipple disease meningkatkan kemungkinan kehilangan darah akibat
- Eosinophil i c gastroente riti s gastropati hipertensi portal. Beberapa kelainan kulit seperti
- Divertikular Meckel
- Ulkus saecum telangiektasia merupakan petunjuk kemungkinan telangi
ectasia hemoragik yang herediter.
458 GASTROENTEROI.OGI
460
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA SALURAN CERNA BAGIAN BA}I/AH 461
dari 2 jarhgan saraf yang berbeda ariJrara lain pleksus gelombang lambat (slow wave) dalam keadaan normal
mienterikus (Pleksus Auerb ach) y ang merupakan j aringan memiliki frekuensi 3/menit di lambung, maka frekuensi
saraf berlokasi diantara lapisan otot sirkular dan longi- kontraksi maksimal normal juga 3imenit di lambung. Pada
tudinal dan pleksus submukosa (Pleksus Meissner) yang usus halus, otot polos melakukan perubahan siklik pada
merupakan jaringan saraf berlokasi di dalam submukosa, potensial membran dengan frekuensi 10-13 siklus/menit.
diattara mukosa dan lapisan otot sirkular. Ketika aktivitas spike stperimposisi pada gelombang
Tugas usus halus yaitu untuk digesti dan absorbsi lambat dan depolarisasi mencapai ambang kritikal, maka
nutrien. Digesti yaitu menghancurkan tiga makronutrien kontraksi timbul pada usus halus. Frekuensi maksimal
utama (karbohidrat, protein, dan lemak) kedalam komponen normal dari kontraksi juga 10-13/menit di usus halus.
yang dapat diabsorbsi. Pergerakan usus halus bertujuan (Gambarl)
untuk mencampur makanan dengan cairan pencemaan,
membuat produk digestif mendekati petmukaan usus halus
yang menjadi tempat digesti dan absorpsi, mendorong
produk sisa kedalam kolon. Usus halus memiliki panjang Threshold
kurang lebih 3-5 m. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu <- membrane
polential
duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan
bagian usus halus yang paling pendek. Duodenum bermula
pada pilorus dan membuat bentuk C sekitar kepala pankreas
kebawah ke jejunum. Ligamentum Treitz, yang mengikat
bagian jejunum proksimal, digunakan sebagai batas + Conlractile
force
anatomik saluran cerna bagian atas dengan saluran cerna
bagian bawah. Permulaan duodenum, bulbus duodenum,
lebih lebar sedikit daripada bagian duodenum lainnya, dan Gambar 1. Kontraksi otot polos timbul ketika aktivitas spike
kurang lebih memiliki lebar 3-4 cm. Cairan empedu dan superimposisi pada gelombang lambat (slow wave) dan
depolarisasi mencapai ambang kritikal
pankreas mengalir kedalam duodenum melalui duktus
empedu umum (common bile duct) dan duktus
pankreatikus. Kedua duktus ini bersatu pada dinding Gerakan usus halus berupa kontraksi dan relaksasi,
duodenum membentuk Common Channel, ampulla Vater, dilakukan oleh lapisan otot sirkular dan longitudinal.
yang dikelilingi oleh cincin otot sirkular yang dinamakan Aktivitas kontraktilitas usus halus keseluruhan ditentukan
sfingter Oddi. Setelah duodenum saluran cerna oleh gelombang lambat elektrik Qtace-setter potentiaL),
melanjutkan diri menjadi jejunum dan ileum. Tidak ada spikes (ektivalen dengan potensial aksi), dan kontraksi
batas tegas antara jejunum dan ileum. Kurang lebih 3/5 otot polos. Gelombang lambat (slow wave) selalu timbul
usus halus merupakan ileum. Mukosa jejunum lebih di usus halus, dengan frekuensi intrinsik menurun dari 10-
berlipat-lipat (folded) dibanding mukosa ileum. Tugas 13 permenit di duodenummenjadi 7-8 di ileum.
kolon yaitu mengabsorbsi air dan elektrolit yang masuk Migrating motor complex (MMC) merupakan aktivitas
kedalam usus bersama cairan digestif, transportasi produk motor dari lambung dan usus halus yang berbeda secara
sisa, tempat penyimpanan produk sisp secara temporer. fundamental tergantung pada apakah seseorang sedang
Kolon memiliki panjang 1,3 m dan terdiri dari Cecum dengzm puasa atau baru saja makan. MMC ini merupakan suatu
apendiksnya (bagian distal ileum masuk kedalam cecum kegiatan motorikyang bermula dari lambung danbergerak
sebagai projeksi bulat atau oval yang papiliformis yang kearah distal melalui usus halus. Akan tetapi MMC dapat
disebut valvula ileocecal), kolon asendens, kolon juga bermula pada setiap tempat di usus halus dan bergerak
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum. ke distal.
Diantara 2 makanan atatpada keadaan puasa, MMC
Motilitas Usus Halus Normal merupakan pola yang dominan disebut juga interdigestive
Daerah pace maker, yang menghasilkan impuls elektrik myoelectric complex, atau IDMEC. MMC atau IDMEC
bagi motilitas lambung, berlokasi pada kurvatura mayor memiliki fungsi pembersihan. MMC atau IDMEC
dari corpus lambung. Gelombang depolarisasi elektrik melindungi lambung dan usus halus dari bacterial over-
dengan frekuensi 3 siklus/menit, berjalan dengan pola growth melalui 2 jalan: 1). secara mekanik mendorong
sirkumferensial melalui lambung dari daerah pace maker debris dan bakteri kedistal 2). melubrikasi (mencuci)
turun kedrah pilorus dan duodenum. Gelombang ini lambung dan usus halus karena MMC berhubungan
dinamakan gelombang lambat (slow wave) atau aktivitas dengan peningkatan sekresi asam lambung, aliran cairan
kontrol elektrik (ECA). Aktivitas mekanik a.l. kontraksi empedu dan pankreas. MMC kembali beberapa j am setelah
peristaltik distimulasi ketika potensial splke superimposisi masuknya makanan (lama tergantung pada asupan kalori
pada gelombang lambat. Proses ini disebabkan karena dan volume makanan). Periode puasa diantar a 2 makanan
stimulasi hormonal atau neural. Karena mekanisme seringkali sebentar (kurang dan4 jun), dan karena ituMMC
462 GAIIIROENTEROI.OGI
sering tidak tercetuskan. Ini menunjukkan bahwa MMC Motilitas Kolon Normal
timbul terutama waktu malam hari. MMC atau IDMEC Kolon berfungsi untuk 1). mengabsorbsi air dan elektrolit
terdiri dari 3 pola aktivitas motorik: l). fase I (quiescence yang masuk dengan cairan pencemaan, 2), transportasi
tanpa aktivitas motorik, berakhir selama 45-60 menit), fase produk sisa kearah rectum dan, 3). secara temporer
2 (aktivitas ireguler, terjadi kontraksi sporadik yang menyimpan produk sisa didalam sigmoid dan kolon
meningkat dalam amplitudo dan frekuensi, lebih dari 30- desendens. Kontraksi dan aliran kolon sangat lambat,
45 menit, fase ini berhubungan dengan peningkatan kompleks dan ireguler dibandingkan saluran gastro-
sekresi asam HCI di lambung dan aliran lumen di usus intestinal lainnya. Aliran isi lumen melalui kolon tidak
halus), dan fase 3 (merupakan fase paling khas yang progresif sama. Ada gerakan isi lumen kolon yang antegrad
dicirikan olehkontraksi maksimal dari MMC yang reguler dan retrograd. Masih kontroversi, apakah aktivitas motorik
dengan frekuensi maksimal 3xlmenit di lambung dan 10- periodik dari MMC, dari esofagus bawah ke ileum
l3/menit di usus halus. Fase ini berakhir selama 2-12 terminal, juga menyebar ke kolon.
menit. Kontraksi yang kuat ini mendorong isi lumen ke Gambaran nonsiklik dari motilitas kolon mencakup
susus halus lebih distal), lalu diikuti lagi oleh fase 1. Siklus perubahan ireguler dari: l). Quiscence; 2). Kontraksi
ini berhenti secara tiba-tiba dengin adanya makanan. nonpropagating: mertpakan usaha segmental dan
Sistem saraf enterik (ENS) memegang peran utamapada pemutaran masa tinja didalam lumen kolon untuk
mekanisme utama pengontrolan siklus motilitas memfasilitasi absorpsi cairan dan elektrolit. Kontraksi ini
interdigestive. Fase 3 dikontrol terutama oleh hormon dapat meii'dorong isi lumen sedikit-sedikit pada arahyang
motilin, walaupun ada beberapa hormon lain yang berbeda. Kontraksi ini berlangsung beberapa detik sampai
berperan pada MMC. menit dan dipacu oleh gelombang lambat (slow wave)
Makan mengakhiri siklus puasa, fase 1,2, dan 3 elektrik di kolon; 3). Kontraksi propagating: merupakan
digantikan dengan pola kontraksi yang sporadik atau kontraksi yang mendorong dengan amplitudo tinggi
ireguler yang disebut respon motorik makan (fed motor (HAPC) yang bermula pada kolon asendens dan bergerak
response). Lambung yang memulai memproduksi bentuk kearah sigmoid. Kontraksi ini mendorong produk sisa
kontraksi yang lain ini. Dalam beberapa menit dari mulainya kearah rectum. Masa tinja beristirahat pada satu tempat
makan, lambung melakukan kontraksi peristaltik yang selama beberapa lama, tetapi ketika kontraksi ini timbul,
intensif dengan pola yang stabil. Frekuensi kontraksi kontraksi bergerak maju secara mendadak dan cepat secara
kurang lebih 3/menit, dan menghasilkan kegiatan pendek-pendek. (HAPC merupakan kontraksi dengan
pencampuran serta penggilingan makanan padat yang amplitudo melebihi 80 mmHg, lama lebih dari 10 detik dan
optimal. Ada fase peralihan (/ag phase) selama 30-60 menit propagation sekurang-kurangnya 30 cm). HAPC
setelah makan sebelum aktivitas antral membantu berhubungan dengan pergerakan tinja, suatu istilah untuk
pengosongan makanan padat kedalam duodenum. Pada menggambarkan pergerakan tinj a, gas, atau kontras barium
usus halus, masuknya makanan menyebabkan peningkatan pada kolon yang panlang. HAPC timbul kurang lebih 2
kontraksi yang ireguler yang menetap selama ada nutrien kali sehari pada kolon normal yang tidak persiapkan dan
didalam lumen. Kontraksi usus halus berupa segmental, 4-6kab/haripada kolon yang dibersihkan dengan katartik.
untuk meningkatkan kontak makanan dengan permukaan Motilitas kolon yang siklik hanya timbul di distal rec-
absorptif, dan propulsif, untuk mentransport isi lumen tosigmoid junction. Kompleks motorik rektum (Rectal
kearah distal. Lama pola makan bervariasi tergantung motor complex:RMC) merupakan aktivitas motorik siklik
banyaknya kalori makanan dan komposisi nutrien di rektum tetapi tidak sinkron dengan MMC. RMC timbul
didalamnya. Untuk makanan isokalorik, lemak mencetuskan setiap 90-300 menit dalam t hari dan setiap 50-90 menit
motilitas makan denganperiode lebih lama, mungkinkarena pada malam hari dan berlangsung rata-rata l0 menit. Tiap
pengosongan lambung yang lambat dan nutrien berada kompleks terdiri dari kontraksi fasik dengan frekuensi 3-4
lebih lama di dalam usus halus bagian atas. Residu lemak menit, yang merupakan gelombang lambat (slow wave)
atau karbohidrat didalam usus halus distal memperlambat elektrik di daerah rectum ini. Tidak sama dengan MMC,
pengosongan lambung dan menghambat motilitas jejunum, RMC tidak hilang dengan makanan. Hal ini disebabkan
jadi memperlambat hansit dari usus halus. karena kolon selalu terisi secara kontinyu dari keadaan
Studi-studi malam hari selama tidur menunjukkan digestif dan jarang kosong. Peran f,rsiologik RMC masih
bahwa siklus interdigestif nokturnal memiliki periodisitas tidak diketahui, meskipun diperkirakan membantu
yang lebih pendek (Siklus MMC lebih sering). Selain itu, mempertahankan rekfum kosong, terutama pada malam
MMC m'akin melambat di usus halus pada malam hari. hari.
Aktivitas fase 2 menghilang selama tidur. Vagotomi trunkal Otot polos sirkuler memegang peran lebih banyak pada
juga mengurangi aktivitas fase 2. Hal ini menunjukkan transit isi lumen kolon. Sistem saraf enterik @NS) berperan
bahwa fase 2 dipengaruhi terutama oleh saraf-saraf diluar penting dalam mengontrol aktivitas motorik kolon. Pada
usus (tidak oleh ENS). Akan tetapi MMC di kontrol otot kolon manusia, stimulus lapangan elektrik
terutamaolehENS. menyebabkan kontraksi dengan berbagai kekuatan dan
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH 463
diare, penurunan berat badan, mual dan muntah. . Apakah penurunan berat badan merupakan gejala
Komplikasi sekunder karena dismotilitas usus halus utama? ( jika ya, pikirkan kondisi yang menyebabkan
termasuk: 1). abnormalitas pola usus halus pada keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Juga pikirkan sindrom
makan yang mengakibatkan gagalnya digesti dan absorpsi paraneoplastik)
usus halus normal yang dapat menimbulkan diare dan . Apakah pasien memiliki riwayatpenyakit sistemik (misal
malabsorpsi; 2). abnormalitas pola usus halus ada keadaan diabetes mellitus, sclerosis sistemik, penyakit
puasa yang mengakibatkan bakteri tumbuh lampau, yang neurologik, penyakit spinal cord)?
menimbulkan kembung, diare dan malabsorpsi dan 3). . Obat-obat apayarrg dikonsumsi?
transit cepat yang mengakibatkan berkurangnya waktu . Apakahadariwayatkeluargayangsenrpamasalahnya?
absorpsi dan meningkatnya sekresi cairan usus halus. Hal (misal pada neuropati dan miopati viseral)
ini dapat menimbulkan malabsorpsi dan diare osmotik. . Apakah ada bukti gangguan buang air kecil atau pada
Penyebab dari disfungsi motorik usus halus; pria disfungsi seksual? Apakah ada hipotensi ortostatik?
1. Gangguan otot polos: . Apakah ada riwayat operasi lambung atau usus halus?
. Sclerosissistemik(skleroderma), Pemeriksaan Fisis:
. Dermatomiositisdanpolimiositis, Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk menemukan
. Distrof,r miotonik (Miotonika distrofia, penyakit kelainan-kelainan seperti: l). Pada kulit termasuk adanya
Steinert) : Amioloidosis
skleroderma, neurofibromatosis, acanthosis nigricans,
2. Gangguan sistem saraf enteric (ENS): lupus sistemik, dan jaringan parut operasi perlu dilakukan;
. PenyakitParkinson, 2). Kelainan kardiovaskular termasuk hipotensi postural
. Neuropati viseral karena obat, dan kardiomegali; 3). Kelainan neurologik termasuk
. Neuropati viseral paraneoplastik : Infeksi virus parkinsonisme, distropika miotonia, sindrom Shy-Drager
3. Gangguan mengenai sistem sarafotonom perifer: dan multipel sklerosis; 4). Sebagai tambahan pada
. Diabetes melitus, hipotensi postural, adanya disfungsi otonom mengenai
. Sklerosis multipel saluran gastrointestinal termasuk succusio splash ata,u in-
. Gangguan sistem sarafpusat testinal rushes; 5). Kelainan metabolik dan endokrinologik
. Gangguan setelah anastomosis Roux-en-Y perlu dipikirkan bila ada ahofi testis dan manifestasi klinik
. Divertikulosisjejunum dari hiper atau hipotiroidisme.
Evaluasi pasien yang diduga menderita gangguan Pemeriksaan penunjang: 1). Penyebab mekanik dari
motilitas usus halus: obstruksi harus dilakukan dengan pemerisaan rontgen
Prinsip : 1 ). Singkirkan kemungkinan penyakit yang dapat kontras dan endoskopi; 2). Kelainan mukosa diperiksa
diobati seperti obstruksi mekanik, kelainan mukosa, dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa; 3). Jika diare
penyakit usus inflamatorik (IBD), sindrom pasca masalah utama, evaluasi malabsorpsi, dengan pemeriksaan
gastrektomi, kelainan metabolic dan efek samping obat; kimia darah dan gambaran hematologik harus dilakukan;
2). Sepertiga pasien merupakan sindrom usus iritabel (IBS);
4). Kelainan metabolik harus dicari dengan tes fungsi tiroid
3). Harus dicari apakah adapenyakit diluarusus misal dari dan kimia darah; 5). Kelainan vaskular kolagen diperiksa
riwayat keluarga atau secara klinik ada penyakit sistemik ?
dengan test serologik; 6). Pemeriksaan spesifik untuk
4). Selain mengobati gejala gangguan motilitas, bila neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai dari
didapatkan penyakit dasar yang menyebabkan diobati juga anamnesis dan pemeriksaan fisik.
secara tepat. Jika pemeriksaaan-pemeriksaan ini menunjukkan
Anamnesis: gangguan motilitas, tentukan apakah gejala yang ada
. Keluhan pasien berupa kembung perut, nyeri, dan diare. merupakan akibat komplikasi (misal bakteri tumbuh
. Apakah gangguan ini akut atau kronik? Proses akut lampau), dan identifrkasi daerah yang terkena dengan
menunjukkan proses yang berhubungan dengan infeksi pemeriksaan pengosongan lambung, pemeriksaan motilitas
(misal sindrom pasca vkal, efek infeksi mononucleosis) usus halus, pemeriksaan motilitas kolon, danlatart
. Berapa umur dan apa etnik pasien? Usia lanjut tua pemeriksaan anorektal.
menunjukkan kelainan usus yangdifus atau sindrom
Pengobatan. Pengobatan terutama ditujukan pada
paraneoplastik.
. Apakah ada mual dengan atattanpa muntah (bila ya, komplikasi yang terjadi selain obat-obat prokinetik. Pada
sebagian kecil pasien, diperlukan nutrisi parenteral.
ada gangguan lambung)
. Apakah konstipasi merupakan gejalafiama? (ika ya,
ada gangguan kolon)
. Jika gejala subakut atau kronik, apakah secara cepat GANGGUAN MOTILITAS KOLON
menjadi berat? (ika ya, pikirkan obstruksi mekanik
parsial karena tumor) Gangguan yang sering didapatkan yaitu konstipasi
GAITIGGUAN MOTILTTAS SALURAN CERNA SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
465
idiopatik, sindrom usus iritabel (IBS) dan divertikulosis. Beberapa pakar menduga aktivitas kontrol elektrik yang
abnormal berperan. Pakar lain mengusulkan penyebab IBS
Konstipasi idiopatik. Kelainan ini disebabkan oleh termasuk abnormalitas kontraksi yang panjang atau
penyakit sistemik, gastrointestinal dan neurologik. Jika
lamanya gerakan masa kolon, stress psikologis dan
tidak didapatkan penyakit organik yang menimbulkan
sensitivitas rektum yang abnormal. Penyebab ini biasa
konstipasi maka dinamakan idiopatik. Patofisiolo gi tidak
multifaktorial tidak hanya satu saja. Gangguan psikologis,
jelas, akan tetapi ada tiga mekanisme primer yang berperan
gangguan motilitas, dan meningkatnya ambang rangsang
antara lain peningkatan absorpsi cairan di kolon dengan
nyeri viseral semua berperan untuk terjadinya IBS.
transit normal, melambatnya transit dengan absorpsi nor-
Pengobatan biasa dengan diet tinggi serat, banyak minum,
mal, dan gangguan defekasi dimana pergerakan kolon tidak
obat anti depresi-anxietas, obat prokinetik seperti cisapride
fungsional. Aktivitas motorik yang meningkat, menurun
dan tegaserod. Bila tidak berhasil baru dipakai laksatif.
dan normal ditemukan pada konstipasi. Jika kontraksi
Pada diare dapat diberikan obat anti diare atau obat
meningkat dalam amplitudo atau frekuensi tidak
antikolinergik.
terkoordinasi, maka dapat terj adi gerakan maju dan mundur
yang meningkatkan waktu kontak dari chyme atau isi lu- Divertikulosis. Penyakit ini terjadi karena kelemahan
men dengan mukosa. Peningkatan waktu kontak dinding usus disertai adanya konstipasi.
meningkatkan pengeringan tinja, sehingga mempersulit divertikulosis sering didapatkan kontraksi
Pada pasien
pendorongan tinja. Dapat terjadi segmentasi, dengan yang kuat yang mengisolasi segmen usus dan
gerakan yang melambat. Hal ini membuat transit yang menyempitkan usus. Hal ini meningkatkan tekanan tinggi'
melambat dan akhimya konstipasi. Pengobatan
Aktivitas motorik normal kolon dapat timbul pada Berupa diet tinggi serat (20-30 gram/hari).
konstipasi. Meskipun frekuensi dan amplitudo kontraksi Antikolinergik dapat menurunkan tekanan dan nyeri
normal, koordinasi tidak terjadi. Juga hal ini menimbulkan berhubungan dengan spasme. Analgesik opioid dapat
proses aliran tinja menjadi abnormal. Lebih lagi, meredakan nyeri, tapi dapat memperberat keadqan pada
hipomotilitas dengan transit yang lambat dapat jangka panjang karena konstipasi sebagai efek
menyebabkan konstipasi dengan meningkatnya waktu sampingnya. Antibiotik hanya bila ada diverkulitis.
kontak mukosa. Penyakit neurokimia berperan pada
patofi siologi konstipasi. Koch dkk mendemonstrasikan
berkurangnya kadar vasoactive intestinal peptide (VIP) GANGGUAN MOTILITAS ANOREKTAL ATAU
dan peptide histidine-methionine pada pasien konstipasi. DEFEKASI
Penyakit neuroanatomik juga dapat menimbulkan
konstipasi Krishamurthy dkk. melaporkan penurunan neu- Gangguan motilitas anorektall gangguan defikasi dapat
ron argyrophilic pada spesimen reseksi dari pasien berupa gangguan kontinentia atau ganggsan eliminasi/
konstipasi. Kelainan lain yaitu berkurangnya jumlah axon pengeluaran tinja
dan peningkatan nuklei berbentuk macam-macam. l. Gangguan kontinentia
Beberapa studi melaporkan berkurangnya jumlah Gangguan kontinentia dapat ditemukan pada beberapa
gerakan kolon pada pasien konstipasi. Diagnosis penyakit antara lain
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik . Inkontinentia tinja idioPatik
(adanya gangguan sistem saraf, tonus anus, sensasi kulit, . Diabetes Melitus
adanya tinja pada pemeriksan digiti rektal dan adanya . Sklerosis multipel
impaksi tinja di rektum) dan pemeriksaan penunjang Pengobatan pada inkontinentia tinja:
(pemeriksaan darah, rontgen kolon/barium enema atau . Latihan biofeedback
kolonoskopi). . Obat anti diare Pada diare
Pengobatan berupa diet tinggi serat 20-3 0 gram perhari, 2. Ganggtaneliminasi/pengeluaran tinj a
banyak minum, jika mungkin hentikan laksatif dan obat- Gangguan eliminasi tinja ini dapat ditemukan pada
obat yang tidak penting. Jika hal ini tidak berhasil, lakukan penyakit anlaralain:
pemeriksaan motilitas (manometri anus dan tes transit ' Megarekfum
kolon). Tes transit kolon yang ada yaitu scintigraphi tran- . Penyakit HirschPrung
sit kolon. Pada keadaan ini baru dapat dipakai laksatif . Dissinergi dasar pelvis
berupa laktulosa, serat. Obat-obat prokinetik seperti
cisapride, tegaserod dapat dipakai. Pengobatan pada Gangguan Defekasi
Sindrom Usus Iritabel (IBS). Sindrom ini ditandai oleh . Pada impaksi tinja karena megakolon, dilakukan enema
berbagai perubahan kebiasaan buang air besar yang rektum diikuti irigasi kolon menggunakan cairan
berhubungan dengan nyeri abdomen. Penyebab gej ala IB S elektrolit seimbang. Sabun enema harus dihindarkan
tetap kontroversial. karena menimbulkan kolitis.
466 GASTROENTEROIOGI
467
468 GASIROENTEROI,OGI
. Video endoscope (Evis scope) Segal & Watkins. Tahun 1950 Uji memnuat gastrokamera
. Endoskop kapsul (capsule endoscope) dengan menggunakan microfilm yarrg dapat dimasukkan
kedalam gastroskop.
SEJARAH ILMU ENDOSKOPI SALURAN CERNA Periode III : periode ini dipelopori oleh Hirschowitzyang
pertama kali mendemonstras kan gas tro duo denal fib ers c op e
buatan ACMI. Berkas-bwerkas cahaya y ang terdapat pada
Sejarah di Luar Negeri alat tersebut dipantulkan oleh fiberglass dengan diameter
. Periode I, yaitu periode endoskop kaku atau straight 0,0006 inci atau + l4U. Di dalam satu bundle dengan
rigid tubes, antara tahun 1795-1932. diameter + 0,25 inci terdapat 150.000 fiber glass . Dengan
. Periode II, yaitu periode setengah lentur atau ditemukanny a gas troduodenal fibers cope Hirschowitz ini,
semiflexible tube endoscopy, arrtara tahun 1932-1958. mulai terlihat kemajuan di bidang endoskopi, kerena
. Periode III , yaituperiode endoskop lentar atalflexible pemakaiannya lebih mudah dan lebih aman. Pada Kongress
endo s c op e, yang diawali pada tahun I 95 8. Sej ak tahun Intemational Gastroenterologi di Washington tahun 1958,
itu perkembangan endoskopi maupun gastroenterologi telah dilaporkan hasil foto berwarna, oleh Takasa dan
terasa sekali sangat pesat. Ashinawa yang menggunakan mikrofilm berwarna di
Periode I : yaitu periode endoskop kaku diawali saq'ana gastrokamera. Kemudian Olympus Co dari Jepang membuat
Bozzini tahun 1795. Waktu itu endoskop digunakan utnuk gastrokamera yang digabung dalam f,rberscope, yang disenut
memeriksa rectum dan uterus. Sarjana tersebut membuat GTF ( 1962), dan kemudian mengalami perbaikan dan disebut
suatu alat dari logam dengan diberi penyinaran lilin. Sinar GTFA (1965). Sejak tahun 1970 di Jepang telah dapat
dari lilin, diganti dengan penyinaran lampu yang memakai dilakukan pemeriksaan endoskopi di TV (Television
alkohol pada tahun I 853. Tahun 1 868 Kusmaull pertama kali Endo s copy), dengan maksud mempermudha pendidikan.
membuatgastroskopi dari logamyang dilengkapi lampu dan Sej ak tahun I 963 oleh ACMI dibuat sigmoidosopi serat optik
kaca yang memantulkan cahaya (straight rigid gastro- dengan panjang 50-60 cm untuk memeriksa sampai kolon
scope). Lalu gastroskop tersebut disempurnakan oleh transversum , dan kolonoskop serat optik yang panjangnya
Mikulicz pada tahun 1881, dengna mebuat lekukan di 185 cm untuk memeriksa daerah sekum. Alat ini
ujungnya sebesar 30 derajat, sehingga dapat digunakan diperkenalkan pertama kali tahun I 968.
untuk memeriksa isi lambung lebih sempuma dan disebut Peritoneoskop mengalami banyak perubahan setelah
rigid elbowed gastroscope. Perkembangan tidak hanya ditemukannya endoskop serat optik. Pada waktu 56 Asian
mengenai bentuk endoskop saja, tetapi penyinarannya. Pada Pasific Congress of Gastroenterology di Singapura 976
tahun 1906 penyinaran memakai listrik. Rosenheim telah dilaporkan dan dipamerkan laparaskop kecil buatan
memelopori pertama kali menggunakan lampu listrik untuk Olympus yang dapat digunakan untuk memeriksa pasien
iluminasi gastroskop. Bevan pada tahun 1868 pertama kali dibangsal.
menggunakan endoskopi untuk mengambil benda-benda Perkembangan lebih lanjut, telah dilaporkan
asing dan untuk melihat kelainan di esofagus. Alat endoskop penggunaan video-endoskop pada tahun 1984, yang
yang digunakan untuk memeriksa rectum dan sigmoid prinsipnya berbeda dengan fiberoptic endoscope. Alat
pertama kali dikembangkan oelh Tuttle tahw 1902. ini menggunakan teknologi mikroelektronik maju untuk
Peritoneoskopi pertama kali dikembangkan oleh Ott tahun menghasilkan endoskopik video-image yang besar dan
1901, dan disebut celioscopy. Ia menggunakan speculum mempunyai resolusi tinggi pada monitor televisi. Image
vagina ke dalam rongga perut melalui insisi. Cara memeriksa ini dapat direkam dan dilihat serentak oleh beberapa
isi rongga perut diikuti oleh Kelling pada tahun yang sama tempat, tanpa kehilangan ketajaman karena pengamatan
dengan menggunakan sistoskop. image. Pada sistem ini ada 3 komponen dasar yang penting
yaitu, endoskop milcroelekhonik, video-prosesor dan video
Periode II : pada periode ini Schindler W membuat monitor. Keuntungan alat ini tidak menggunakan serat optik
semiflexible gastroscope pertama kali tahun 1932. Alat yang secara alamiah dapat memburuk, sesuai dengan
tersebut semilentur dan mempunyai lensa ganda dengan umumya.
jarak sangat pendek. Pada tahun 1939, Henning membuat Tindakan terapeutik banyak dilakukan di luar negeri
modifikasi lensanya, dan bagian yang kaku dibuat lebih mulai dari pengambilan benda asing, skleroterapi
kecil, sehingga memudahkan pemeriksaan. Eder Palmer endoskopik (1939 oleh Grafoord dan Frenchner) laser
pada tahun 1941 membuat gastroskop dengan diameter 9 argon (1975 oleh Dawyer dkk), polipeptomi kolon (1973
mm. Pada tahun 1948 Benedict membuat gastroskop yang oleh Wolff dan Shinya)
dilengkapi dengan alat biopsi. Yang melakukanpemotretan Koch dkk (1975) melakukan percobaan Endoscopic
pertama kali adalah Henning dengan memakai gastroskop Retrograde Spinchterotozy (ERS) pada anjing. Cara ini
Shindler dan film hitam putih. Tahun 1948 dilakukan lalu berkembang dan dilakukan pada manusia untuk
pemotretan dengan film berwama oleh Henning & Keilhack, mengeluarkan batu di saluran empedu utama atau
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN CERI{A 469
dimanfaatkan penghisapan cairan empedu. Selanjutnya Sesudah itu pemeriksaan enteroskopi (push
sfingterotomi disebut papilotomi endoskopik. enteroscopy) rttitkpemeriksaan usus halus secara lengkap
Sejak ditemukannya endoskop serat optik, diproduksi mulai dilalarkan dan dikembangkan Bambang Handana dkk
juga enteroskop serat optik yang panjang yang dapat di Jakarta.
memeriksa kelainan-kelainan di usus halus. Beberapa Endoskopi kapsul mulai diperkenalkan dan dilakukan
senter di Jepang mengawali pemeriksaan push di lakarta Indonesia sejak tahun 2004, yang digunakan
enteroscopy menggunakan enteroskop tersebut untuk untuk memetiksa kelainan-kelainan di usus halus.
merneriksa usus halus, yang lalu diikuti oleh beberapa
negara maju lainnya. Setelah era video endoskopi,
enteroskopi diproduksi sesuai sistem video endoskopi. JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Akhir-akhir ini di Jepang dibuat lagi enteroskop memakai CERNABAGIANATAS
balon yang disebut double balloon enteroscope wtuk
memeriksa kelainan usus halus. Diagnostik
Sejak tahun 2000 ditemukan dan dikembangkan . Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsi.
pemeriksaan endoskopi kapsul tanpa selang dan tanpa . Jejunoskopi dan biopsi
kabel, menggunakan kapsul endoskop yang digunakan . Enteroskopi dan biopsi
untuk memeriksa kelainan usus halus. . Kapsul endoskopi
Endoskop kaku yang pernah dipakai yaitu adrenalin * aethoxysclerol, berryplast, electric coagu -
rektosigmoidoskop yang semula banyak dipakai di bidang lation, bipolar probe, endosclips dtl.
bedah. Pang pada tahun 1958 memelopori penggunaan . polipektomipolip esofagus-gaster-duodenum
laparaskop kaku di Indonesia. Endoskop setengah lentur . endoscopic mucosal resection (EMR)
pertama kali pada tahun 1967 digwakandi Indonesia oleh . terapi laseruntuktumor, perdarahan dll.
Simadibrata. Selanjutnya dilaporkan hasil pemeriksaan . dilatasi esofagus : dengan b:usi Hurst ata,u Savary-
gastroskop lentur (Olympus GTFA) oleh Supandiman di Guillard
Bandung (tahun 1971). Sejak itu makinbanyak laporanhasil . pemasangat stent esofagus
pemakaian endoskop lentur di Indonesia, apalagi setelah . pemasangar, percutaneus endoscopic gastrostomy
didirikan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal (PEG)
Indonesia (PEGI) pada tahun 191 4 yang dketuai oleh Pang. . pemasangan selang makanan/NGT-Jlocare pet-
Kolonoskopi lentur digunakan pertama kali sejak endoskopik
Oktober 1973 oleh Hilmy dkk. Tindakan polipektomi
endoskopk juga dilaporkan Hilmy dkk tahun 1978.
Skleroterapi endoskopik juga sudah dikembangkan di JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Indonesia dilaporkan pertama kali oleh Hikny dkk (198a). CERNABAGIAN BAWAH
Pemasangan prostesis esofagus pertama kali dilaporkan
Simadibrata R. Tindakan dilatasi esofagus dengan Savary
Diagnostik
dilaporkan oleh Rani AA dan Chudahman Manan dkk. . Enteroskopi dan biopsi
Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography . Kapsul endoskopi
(ERCP) diagnostik dan terapeutik dilaporkan pertama kali
. Ileo-kolonoskopi&biopsi
oleh Lesmana L dkk. Terapi Laser parendoskopi . Rektosigmoidoskopi & biopsi
dikembangkan pertama kali oleh Daldiyono H. Ligasi
varises esofagus dilaporkan oleh Hermono H dan dan Rani
. Anoskopi
AA. Ligasi ganda varises esofagus dilaporkan oleh
Hermono H dan Simadibrata M. Tindakan Percutaneus Terapeutik
Endoscopic Gastrostomy (PEG) dilakukan oleh Hermono . skleroterapi dan ligasi hemoroid
H dan Chudahman Manan. . hemostatik endoskopik perdarahan non varises :
Pemeriksaan usus halus proksimal dan ileum terminal adrenalin * aethoxyscerol, berryplast, eleclric coagu'
dengan kolonoskop pediatrik yang dimodifikasi dan lation, bipolar probe, endosclips dll.
kolonoskopi panjang dikembangkan Simadibrata M sejak . polipektomi polip kolon
tahun 1997. . endoscopic mucosal resection (EMR)
470 GASTROENTEROISGI
. terapi laser unfuk tumor, perdarahan dll. . Pada pasien-pasien pascagastrektomi dengan gejala/
. dialtasi striktur /stenosis kolon keluhan-keluhan saluran cema bagian atas diperlukan
. pemasangan stent kolon pemeriksaan endoskopi Karen interpretasi radiologis
biasanya suliU iregularitas dari lambung dapat dievaluasi
paling baik dengan visualisasi langsung melalui
E'VDOSCO PIC RETROGRADE CHOLANGIO endoskopi.
PAN C REATOGRIIPHy ( E Rc P) . Kasus sindrom dispepsia dengan usia lebih dari 45
tahun atau di bawah 45 tahun dengan "tanda bahaya",
pemakaian obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dan
. Stenosis/sffitur saluran cema . Nyeri perut bagian atas, tanpa kelainan pada pankreas,
lambung, duodenum dan hati.
Indikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian . Gallstone pankreatitis.
bawah(SCBB):
. Mengevaluasi kelainan yang didapat pada hasil Konhaindikasi pemeriksaan ERCP :
pemeriksaan enema barium misal striktur, gangguan . Sesuai dengan kontraindikasi pemeriksaan endoskopi
pengisian (/illing defect) menetap. SCBA.
. Perdarahan rectum yang tidak dapat diterangkan . Keadaan umum lemah atau buruk.
penyebabnya. Selain itu bila darah samar positif atau . Alergi kontras yodium.
perdarahan nyata, indikasi mutlak kolonoskopi.
Indikasi pemeriksaan laparaskopilperitoneoskopi :
. Penyakit radang usus besar (Crohn, kolitis ulserosa, . Memeriksa hati dan melalarkan biopsi terpimpin pada
kolitis mikroskopik)
penyakit yang diduga setempat atau difus, termasuk
. Keganasan dan polip dalam kolon (ditegakkan dengan
evaluasifilling defect pada pemeriksaan imaging hati
biopsi histopatologi)
danlimpa.
. Evaluasi diagrrosis keganasan rectum atau kolon yang . Memeriksa kandung empedu untuk kemungkinan
diuat sebelumnya. penyakit atau pembesaran yang disebabkan oleh
. Kolonoskopi pascabedah; evaluasi anastomosis. penyumbatan pada duktus koledokus.
. Surveilens, pada kelompok risiko tinggi ( misal pada . Menetapkan etiologi tumor abdomen.
kolitis ulseratif) dan pemantauan sesudah pembuangan . Menilai kemungkinan operasi pasien tumor ganas dan
polip atau kanker.
menenfukan adanya metastasis.
. Prosedurteeerapeutiksepertipolipektomi,pengambilan . Menetapkan etiologi asites, terutama ya\g resisten
benda asing, dan lain-lain
terhadap pengobatan.
. Penelitian penyakit kolon pada pasien dengan anemia . Evaluasi nyeri abdomenyang gambaran klinisnya tidak
yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, penurunan jelas, termasuk nyri daerah pelvis yang mungkin
berat badan, adenokarsinoma metastatik dengan lesi
disebabkan radang. Atau penyakit lain atau adhesi
primeryang kecil.
dengan peritoneum atau organ lain.
Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBB : . Evaluasi organ dalampelvis.
. Setiap proses peradangan akut dan berat seperti kolitis . Menentukan stadium penyakit Hodgkin dan limfoma
ulseratif, penyakit Crohn atau kolitis iskemik, kolitis lain.
radiasi. Pada keadaan akut dan berat dapat timbul
Kontraindikasi pemeriksaan peritoneoskopi :
perforasi. . Kelainanpembekuandarah
. Divertikulitis akut dengan gejala-gejala sistemik. Nyeri . Pasientidakkooperatif
hebat pada abdomen, peritonitis (bahaya perforasi). . Penyakitkardio-pulmonerberat
. Infark jantung baru dan gangguan kardiopulmoner . Asites yang amat besar
berat. . Hemia diafragmatika atau dinding abdomen
. Kehamilan trisemester pertama, penyakit peradangan . Obstruksi usus
panggul. . Keadaan obesitas berat
. Penyakit anal atauperianal akut. . Pemeriksaan yang belum memiliki pengalaman
. Dugaan perforasi kolon kolon atau belum lama menjalani
operasi kolon.
. Aneurisma aorata abdominal atau aneurisma iliakal. Penyulit Komplikasi
. Nyeri perut demam, distensi perut dan adanya 1. Pemeriksaan endoskopi SCBA :
. Distensi pascakolonoskopi
. Flebitis
. Infeksi
. Volvulus
Persentase (%)
. Efeksarnpingbiopsi : perforasi,perdarahan, infeksi
Jenis Penyakit
Normal 28
dll. 29
Gashitis
PemeriksaanERCP: Gastritis erosive 15,67
. perdarahan Duodenitis 7,67
. perforasi
Esofagitis
Gastritis refluks empedu
5,83
4,5
. pembentukan kista submukosa duodenum Tukak duodenum 3,5
. infeksi : kolangitis supuratif akut, kista pankreas Tukak lambung 2,2
Gastropati hipertensi portal 1,2
terinfeksi, sepsis, pankreatitis akut. Tumor gaster 1
. Sepsis dan kematian. Sliding hemia 0,66
Laparaskopi/peritoneoskopi : Kandidiasis esofagus 0,5
. Yang berhubungan dengan pneumoperitoneurn Tumor esofagus
Atrofi gaster
1
1
DEFINISI
Sering Kurang sering Jarang
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu
Appendisitis Kolangitis Nekosis
kegawatan abdomen dapat teijadi karena masalah bedah
Kolik bilier Infark mesenterika hepatoma
dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut Kolisistitis Pielonefritis lnfark lien
abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang Divertikulitis Torsi kista ovarium, Pneumonia
Obstruksi testis, omentum lnfark miokard
terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari24 jam.Pada
USUS Ruptur kista ovarium, Ketoasidosis
beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan Perforasi kehamilan ektopik, diabetikum
resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri viskus aneurisma aorta lnflamasi
Pankreatitis Prolaps diskus aneunsma
abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera.
Peritonitis Abses Volvulus sigmoid,
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang Salpingitis Eksaserbasi ulkus caecum,
dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus Adenitis peptikum lambung
mesenterika lleitis: Chron's, Herpes zoster
bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.
Kolik renal Yersinia spp
ETIOLOGI DAN PENDEKATAN KLINIS AKUT akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi
ABDOMEN mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah
nyeri yang disampaikan terlokalisir, atau sukar ditentukan
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa lokasinya.Kemudianadanyareferredpain jugamembanit
berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. unhrk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan
Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus pada pemeriksaan fisik seseorang juga menunjukkan
paralitik, kolik abdomen. Kegawatanyang disebabkan oleh bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari
bedah antara lain peritonitis umum akibat suatu proses nyeri yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat te{adi akibat
dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya infeksi yang kontinyu (terus menerus) serta ulkus lanjut.
karena suafu tauma, sedang proses dari dalam misal karena Nyeri somatik biasanya nyerinya terlokalisasi.
apendisitis perforasi.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain
appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi ANAMNESIS
usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis,
adenitis mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang Nyeri abdomen yang timbul bisa tiba-tiba atau sudah
menyebabkan akut abdomen antara lain: nekrosis hepatoma, berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan
infark lien,'pneumonia, infark miokard, ketoasidosis lokasinya olelr pasien atau pasien tidak dapat merasakan
diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, nyeri abdomen tersebut berasal dari mana atau bisa saja
caecum atau lambung dan Herpes zoster. (Tabel 1) pasien merasakan nyeri perut tersebut berasal dari seluruh
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat abdomen. Nyeri akut abdomen cenderung berlangsung
terjadi karena rangsangan viseral, rangsangan somatik dan tiba-tiba.
474
NYERIABDOMENAKUT
475
476
74
MALABSORPSI
Ari Fahrial Syam
DEFINISI
477
478 GAITTROENTEROI.OGI
pada kelainan usus halus tidak ada zat nutrisi yang Lesi spesifik dan setempat: Limtbma intestinal,
terabsorbsi, sehingga feses tak terbentuk. Jika masalah gastrointestinal eosinofilik, amiloidosis, penyakit Chron,
pasien karena malabsorpsi lemak pasien mengeluh infeksi oleh I ataubeberapa infeksi.
fesesnya berminyak (steatorea).
Difus dan nonspesifik: celiac sprue, tropikal sprue, over-
growth bakteri, defisiensi folat, difisiensi B12, enteritis
radiasi, sindrom Zolinger Ellison, malnutrisi dan
PEMERIKSAAN DARAH PERIFER LENGKAP
enteritis imbas obat.
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan lemak feses Lemak Feses
Kimotripsin Kimotripsin Feses
Lipase Lipase Feses
Elastase Elastase Feses
Pemeriksaan tambahan
Seru m trypsin like i mm unore activity Aktivitas trypsin like Serum
Tes plasma polipeptida pancreas Polipeptida pankreas Plasma
Tes konsumsi asam amino plasma Asam amino Plasma
nutrisi yang mengandung nutrisi rendah lemak dan bebas terhadap basa. Hal ini bertuj tanagar enzimini dapat efektif
laktosa dapat diberikan pada pasien dengan malabsorpsi bekerja di usus halus.
ml. Obat-obat lain yang juga sering diberikan antaia lain
Pada pasien di mana malabsopsi te{adi akibat penyakit antibiotika, kortiko-steroid dan antidiare disesuaikan
Coeliac, diet bebas gluten harus dilakukan untuk dengan keadaan dan gangguan yang terjadi. Pemberian
memperbaiki keadaaan malabsorpsi yang terj adi. antibiotik diberikan jika malabsorpsi yang terjadi
Suplementasi kalsium direkomendasikan terutama pada berhubungan dengan terjadinya overgrowth bakteri
pasien dengan hipokalsemia, pemberian kalsium enterotoksigenik seperti Escherichia coli, Kleibsiella
dibutuhkan untuk menjaga agar nilai kalsium serum tetap pneumoniae dan enterobacter cloacae pada usus halus
normal. Selain itu untuk mencegah defisiensi pada vitamin atas.
yang larut lemak seperti vitamin A,D,E,K, suplementasi
vitamin-vitamin ini diperlukan. Pemberian vitamin-vitamin
lain disesuaikan dengan lokasi dari gangguan usus yang REFERENSI
terjadi. Reseksi ileum membutuhkan suplementasi vitamin
B12, sedang suplementasi folat diberikan pada pasien Avunduk C. Manual of gastroenterology, diagnosis and therapy. 3'd
dengan gangguan usus halus. ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2002
Greenberger NJ, Isselbacher KJ. Disorders of absorbtion. In: Fauci
Suplementasi enzim pankreas yang mengandung lipase
AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al, editors. Harrison's prin-
akan meningkatkan digesti lemak dan mengatasi steotorea.
ciple of internal medicine. 14'b edition' New York: McGraw
Dosis tinggi dan sering dari enzim pankreas diperlukan Hill; 1998.p. l6t6-32.
dan respons pasien bervariasi tergantung lokasi reseksi Jackson KS, Savaiano DA. Lactose maldigestion, calcium intake
atau gangguan usus yang terjadi. Pada pasien yangjelas- and osteoporosis in African-, Asian-, and Hispanic-, Americans.
jelas terjadi maldigesti pemberian suplementasi enzim Am Coll Nutr. 2001;20:198S-207S.
cukup efektif untuk mengatasi gangguan yang terjadi. Owyang C. Chronis pancreatitis. In: Yamada ! Alpers DH, Laine
Selain lipase enzim pankreas yang sering diberikan adalah
L, Owyang C, Powell DW, editors. Textbook of gastroenterol-
ogy. 3'd edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins;
amilase dan protease. Biasanya enzim-enzimpankreas ini
1999.
diberikan dalam bentuk kombinasi. Bentuk obat enzim Salomons NW. Fermentation, fermented foods and lactose
pankreas ini biasanya dikemas dalam bentuk coating intolerance. Eur J Clin Nutr. 2002;56:54:550-5.
capsules dengan bahan yang tahan asam dan sensitif
76
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL
Dadang Makmun
Penyakit refl uks gastroesofag eal (G a s t r o e s op h a ge al Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaklorial.
reflux diseasel GERD) adalah suatu keadaan patologis Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks
sebagai akibat refluks kandungan lambung ke gastroesofageal apabila: l). terjadi kontak dalam waktu
dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa
akibat keterlibatan esofagus, fartng, laring dan esofagus, 2). terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa
saluran nafas. Telah diketahui bahwa refluks kandungan esofagus, walaupun wakfu kontak antara bahan refluksat
lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai dengan esofagus tidak cukup lama
gejala di esofagus maupun ekstra-esofagus, dapat Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona
menyebabkan komplikasi yang berat seperti tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh
striktur, Barrett b esophagus bahkan adenokarsinoma kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada
di kardia dan esofagus. Banyak ahli yang meng- individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali
gunakan istilah esofagitis refluks, yang merupakan pada saat terj aditya aliran antegrad yang terjadi pada saat
keadaan terbanyak dari penyakit refluks gastro- menelan, atau aliran retrograd yang terjadi pada saat
esofageal. sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus
Keadaan ini umum ditemukan pada populasi melalui LES hanya terjadi apabila tonus ZEStidak ada atau
di negara-negaraBarat, namun dilaporkan relatif rendah sangat rendah (<3 mmHg).
insidennya di negara-negara Asia-Afrika. Di Amerika Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi
dilaporkan bahwa satu dari lima orang dewasa mengalami melalui 3 mekanisme: l). Refluks spontan pada saat
gejala refluks (heartburn danlatau regurgitasi) sekali relaksasi ZESyang tidak adekuat, 2). aliran retrograd yang
dalam seminggu serta lebih dari 40Yo mengalami gejala mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan, 3).
tersebut sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis meningkatnya tekanan intra abdomen
di Amerika Serikat mendekati 7Yo, semerfiara di negara- Dengan demikian dapat diterangkan bahwa
flegara non-western prevalensinya lebih rendah (1,5% patogenesis terj adinya G E RD meny angkut keseimbangan
di China dan2,lo/o di Korea). antara faktor defensifdari esofagus dan faktor ofensifdari
Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esofagus
penyakit ini, namun di Divisi Gastroenterologi adalah:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Pemisah antirefl uks. Pemeran terbesar pemisah antirefluks
Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat
sebanyak 22,8yo dari semua pasien yang menjalani menyebabkan timbulnya refluks retrograd pada saat
pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia terj adinya peningkatan tekanan intrabdomen.
(Syafruddin, 1998). Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai
Tingginya gejala refluks pada populasi di negara- tonus LES yang normal. Faktor-faktor yang dapat
r,egara Barat diduga disebabkan karena faktor diet dan menurunkan tonus LES: 1). adanya hiatus hernia, 2).
meningkatnya obesitas. panjang LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya),
480
PENYAKITREFLUKII
481
3). obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik, Bersihan asam dari lumen esofagus. Faktor-faktor yang
theofilin, opiat dan lain-lain, 4). faktor hormonal. Selama berperan pada bersihan asam dari esofagus adalah
kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat gravitasi, peristaltik, ekresi air liur dan bikarbonat.
menurunkan tonus LES. Setelah terjadi refluks, sebagian besar bahan refluksat
akan kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik yang
dirangsang oleh proses menelan. Sisanya akan dinetralisir
oleh bikarbonat yang disekresi oleh kelenjar saliva dan
kelenjar esofagus.
Mekanisme bersihan ini sangat penting, karena makin
lama kontak antara bahan refluksat dengan esofagus (waktu
transit esofagus) makin besar kemungkinan terjadinya
esofagitis. Pada sebagian pasien GERD ternyata memiliki
waktu transit esofagus yang normal sehingga kelainan
D616nsil alau petuhanan
1 Garls pedam€l
E
yang timbul disebabkan karena peristaltik esofagus yang
Pemisah anlieliuk
2 Garis kedua l minimal.
Bersihan asam
3 Garis ksliga:
Epilhelial r€sistanc€
Refluks malam hari (nocturnal reflux) lebih besar
O f6nsll berpotensi menimbulkan kerusakan esofagus karena
Kekuatan refluksat
a Sekresi gastik selama tidur sebagian besar mekanisme bersihan esofagus
b Daya piloilk
tidakaktif.
adenokarsinoma esofagus. Pengaruh dari tnfeksi H.pylori Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi
terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dari faktor predisposisi untuk timbulnya GERD karena
gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam timbulnya perubahan anatomis di daerah gastro-
lambung. Pengaruh eradikasi infeksi H.pylori sangat esophageal high pressures zone akibat penggunaan obat-
tergantung kepada distribusi dan lokasi gastritis. Pada obatan yang menurunkan tonus ZES (misalnya teofrlin).
pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks pra- Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat
infeksi H. pylori dengan predominant antral gastritis, jarang terjadi episode akut atau keadaan yang bersifat
pengaruh eradikasi H.pylori dapat menekan munculnya mengancam nyawa. Oleh sebab itu, umumnya pasien
gejala GERD. Sementara itu pada pasien-pasien yang tidak dengan G E RD memerlukan penatalaksanaan sec ara medik.
mengeluh gejala refluks pra-infeksi H.pylori dengan
corpus predominant gastrilis, pengaruh eradkasi H.pylori
dapat meningkatkan sekresi asam lambung serta DIAGNOSTS
memunculkan gejala GEfuD. Pada pasien-pasien dengan
gejala GERD pra infeksi H. pylori dengan antral pre- Di samping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dominant gastritis, eradkasi H.pylori dapat memperbaiki seksama, beberapa pemeriksaan penunjang dapat
keluhan GERD serta menekan sekresi asam lambung. dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu:
Sementara itu pada pasien-pasien dengan gejala GERD Endoskopi saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan
pra-infeksi H.pylori dengan corpus predominant endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar
gas tritis, eradikasi H.pyl ori dapat memperburuk keluhan baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya
GERD serta meningkatkan sekresi asam lambung. mucosal break di esofagus (esofagitis refluks).
Pengobatan PPI jangka panjang pada pasien-pasien Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat dinilai
dengan infeksi H. pylori dapat mempercepat terjadinya perubahan makroskopik dari mukosa esofagus, serta dapat
gastritis atrofi. Oleh sebab itu, pemeriksaan serta eradikasi menyingkirkan keadaan patologis lain yang dapat
H. pylori dianjurkan pada pasien GERD sebelum menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal
pengobatan PPI jangka panjang. break padapemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian
Walaupun belum jelas benar, akhir-akhir ini telah atas pada pasien dengan gejala khas GERD, keadaan ini
diketahui bahwa non-acid reflux t'tntt berperan dalam disebut sebagai non-erosive reflux disease (NERD).
patogenesis timbulnya gejala GEfuD. Yang dimaksud
dengannon-acid reflux antara lain berupabahan refluksat
yang tidak bersifat asam atau refluks gas. Dalam keadaan
ini, timbulnya gejala GERD diduga karena hipersensitivitas Derajat
Gambaran Endoskopi
kerusakan
viseral.
A Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan
diameter < 5 mm
B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan
MANIFESTASI KLINIK diameter >5mm tanpa saling berhubungan
c Lesi yang konfluen tetaPi tidak
mengenai/mengelilingi seluruh lumen
Gejala klinik yang khas dai GERD adalah nyerilrasa tidak yang
D Lesi mukosa esofagus bersifat
enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen
nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heart- esofagus)
burn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia
(kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi dan
rasa pahit di lidah. Walau demikian derajat berat ringarurya
Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan
keluhan heartburn ternyata tidak berkorelasi dengan endoskopi yang dipastikan dengan pemeriksaan
temuan endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak
histopatologi (biopsi), dapat mengkonfirmasikan bahwa
retrosternal yang mirip dengan keluhan pada serangan gejala heartburn atat regutgitasi tersebut disebabkan oleh
angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan
GERD.
padat mungkin te{adi karena striktur atau keganasan yang
Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan
berkembang da/r Baruett's esophagus. Odinofagia (rasa adanya Barrettb esophagus, displasia atau keganasan.
sakit pada waktu menelan makanan) bisa timbul jika sudah
Tidak ada bukti yang mendukung perlunya pemeriksaan
tefadi ulserasi esofagus yang berat. histopatologi/biopsi pada NERD.
GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada
ekstra esofageal yang atipik dan sangat bervariasi mulai pemeriksaan endoskopi dari pasien GERD, antara lain
dari nyeri dada non-kardiak (non-cardiac chest pain/ klasifikasi Los Angeles dan klasilftasi Savarry-Miller.
NCCP) , suara serak, laringitis, batuk karena aspirasi sampai
timbulnya bronkiektasis atau asma. Esofagografi dengan barium. Dibandingkan dengan
PENYAKIT REFLUKIi GAIITROESTOFAGEAL 483
endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali gejala alarm (yang dimaksud dengan gej ala alarm adalah:
tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus berat badan turun, anemia, hematemesis/melena, disfagia,
esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar odinofagia, riwayat keluarga dengan kanker esofagus/
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan lambung) dan umur >40 tahun.
mukosa, ulkus atau penyempitan lumen. Walaupun
pemeriksaan ini sangat tidak sensitif untuk diagnosis
GERD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini PENATALAKSANAAN
mempunyai nilai lebih dari endoskopi, yaitu pada 1).
stenosis esofagus derajat ringan akibat esofagitis peptik Walaupun keadaan ini jarang sebagai penyebab kematian,
dengan gejala disfagia, 2). hiatus hernia. mengingat kemungkinan timbulnya komplikasi jangka
panjang berupa ulserasi, striktur esofagus ataupun
Pemantauan pH 24 jam. Episode refluks gastroesofageal
esofogus Barrett yang merupakan keadaan premaligna,
menimbulkan asidifikasi bagian distal esofagus. Episode
maka seyogyanya penyakit ini mendapat penatalaksanaan
ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan
yang adekuat.
mikroelektroda pH pada bagian distal esofagus.
Pada prinsipnya, penatalaksataan GERD terdiri dari
Pengukuran pH pada esofagus bagian distal dapat
modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah
memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH di
serta akhir-akhir ini mulai dilalarkan terapi endoskopik.
bawah 4 pada jarak 5 cm di atas LE'S dianggap diagnostik
untuk refluks gastroesofageal.
Target penatalaksanaan GERD adalah: a).
menyembuhkan lesi esofagus, b). menghilangkan gejalal
Tes Bernstein. Tes ini mengukur sensitivitas mukosa keluhan, c). mencegah kekambuhan, d). memperbaiki
dengan memasang selang transnasal dan melakukan kualitas hidup, e). mencegah timbulnya komplikasi.
perfusi bagian distal esofagus dengan HCI 0,1 M dalam
waktu kurang dari satu jam. Test ini bersifat pelengkap ModifikasiGaya Hidup
terhadap monitoring pH 24 jampadapasien-pasien dengan
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dai
gejala yang tidak khas. Bila larutan ini menimbulkan rasa
penatalaksanaan GERD, namun bukan merupakan
nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien, pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yan g dapat
sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri,
memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya
maka test ini dianggap positif. Test Bernstein yang negatif
usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks
tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari
serta mencegah kekambuhan.
esofagus.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifftasi gaya
Manometri esofagus. Test manometri akan memberi hidup adalah sebagai berikut: 1). Meninggikan posisi
manfaat yang berarti jika pada pasien-pasien dengan gejala kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum
nyeri epigastrium dan regurgitasi yangnyata didapatkan tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam
esofagografi barium dan endoskopi yang normal. selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke
esofagus; 2). Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
Sintigrafi gastroesofageal. Pemeriksaan ini menggunakan
karena keduanya dapat menurunkan tonus ZES sehingga
cairan atau campuran makanan cair danpadatyang dilabel
secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel; 3).
dengan radioisotop yang tidak diabsorpsi, biasanya
Mengurangi konsumsi lemak serta mengurangi jumlah
technetium. Selanjutnya sebuah penghitung gamma
(gamma counter) eksternal akan memonitor transit dari makanan yang dimakan karena keduanya dapat
menimbulkan distensi lambung; 4). Menurunkan berat
cairan/makanan yang dilabel tersebut. Sensitivitas dan
badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian
spesifisitas test ini masih diragukan.
ketat sehingg a dapatmengurangi tekanan intra abdomen;
Tes penghambat pompa p r oton Qt roton p ump inhibitor / 5). Menghindari makanan/minuman seperti coklat, teh,
ppi tesll(tes supresi asam) acid supression test. Pada peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat
dasarnya test ini merupakan terapi empirik untuk menilai menstimulasi sekresi asam; 6). Jika memungkinkan
gejala dari GERD dengan memberikan PPl dosis tinggi
selama 1-2 minggu sambil melihat respons yang terjadi.
Test ini terutama dilakukan jika tidak tersedia modalitas
diagnostik seperti endoskopi, pH metri dan lain-lain. Test
Pendekatan"Step-up" Pendekantan "
ini dianggap positifjika terdapat perbaikan dai 50%-7 5%
gejala yang terjadi. Dewasa ini terapi empirik /PPI test
merupakan salah satu langkah yang dianjurkan dalam
algoritme tatalaksana GERD pada pelayanan kesehatan
lini pertama untuk pasien-pasien yang tidak disertai dengan Gambar 3. Strategi pengobatan GERD
484 GATIIROENTEROI.OGI
menghindari obat-obatyang dapat menurunkan tonus LES terutama antasid yang mengandung alumunium, 3).
seperti anti kolinergik, teofilin, diazepam,opiat, antagonis Penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan
kalsium, agonist beta adrenergik, progesteron. gangguan fungsi ginjal.
Dosis: sehari 4 x I sendok makan
Terapi Medikamentosa Antagonis reseptor Hr.Yang termasuk golongan obat ini
Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi adalah simetidin, raniditin, famotidin dan nizatidin. Sebagai
medikamentosa pada penatalaksanaan GERD ini. Dimulai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam
dengan dasar pola pikir bahwa sampai saat ini GERD pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan
merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
motilitas saluran cerna bagian atas. Namun dalam Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan
perkembangannya sampai saat ini terbukti bahwa terapi esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa
supresi asam lebih efektifdaripada pemberian obat-obat komplikasi.
prokinetik untuk memperbaiki gangguan motilitas. Dosis pemberian:
Terdapat dua.alur-p . Simetidin :2x800mgatau4x400mg
step up dartstep down . Ranitidin:4x150mg
dimulai dengan obat-obat yang tergolong kurang kuat dalam . Famotidin :2x20mg
menekan sekresi asam (antagonis reseptor
[) atau golongan . Nizatidin:2x150mg
prokinetil bila gagal diberikan obat golonganpenekan selcesi
asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling
(penghambat pompa proton /PPI). Sedangkan pada sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini
pendekatar step down pengobatan dimulai dengan PPI darr dianggap lebih condong ke arah gangguan motilitas.
setelah berhasil dapat dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan
Namun pada prakteknya, pengobatan GERD sangat
bergantung kepada penekanan selaesi asam.
denganmenggunakan dosis yang lebihrendah atau antagonis
reseptor Il atau prokinetik atau bahkan antasid. Metoklopramid:
Dari berbagai studi dilaporkan bahwa pendekatan terapi ' Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin.
step down ternyata lebih ekonomis (dalam segi biayayang . Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta
dikeluarkan pasien) dibandingkan dengan pendekatan tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esofagus
terapi step up. kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor I
Menurut Genval Statement (1999) serta Konsensus atau penghambat pompa proton.
Asia Pasifft tentang penatalaksanaan GERD Q003) telah r Karena melalui sawar darah otak, maka dapat tumbuh
disepakati bahwa terapi lini pertama untuk GERD adalah efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk,
golongan PPI dan digunakan pendekatan.terapi step down. pusing, agitasi, tremor dan diskinesia.
Pada umumnya studi pengobatan memperlihatkan hasil . Dosis: 3x10mg
tingkat kesembuhan di atas 80% dalam waktu 6-8 minggu.
Domperidon:
Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi . Golongan obat ini adalah antagonis resq)tor dopamin
pemeliharaan (maintenance therapy) atau bahkan terapi
dengan efek samping yang lebih jarang dibanding
"bila perlu" (on demand therapy) yaitu pemberian obat-
metoklopramid karena tidak melalui sawar darah otak.
obatan selama beberapa hari sampai dua minggu jika ada
. Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan
kekambuhan sampai gej ala hilang.
dan penyembuhan lesi esofageal belum banyak
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons
perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan
dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat
lesi organiknya (perbaikan esofagitisnya). Hal ini meningkatkan tonus ZES serta mempercepat
pengosongan lambung.
tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif
dalam meagatasi gejala pada tatalaksana GERD. ' Dosis: 3 x l0-20 mg sehari
ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis
mukosa esofagus, sebagai buffer terhadap HCI di esofagus pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau
serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan on demand therapy, tergantung dari derajat esofagitisnya.
obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal Efektivitas golongan obat ini semakin bertambah jika
(sitoproteksi) dikombinasi dengan golongan prokinetik.
Dosis:4xlgram . UntukpengobatanNERD diberikan dosis standar, yaitu:
Omeprazole : 1x20mg
Penghambat Pompa Proton (Proton pamp inhibitor/PH).
Lansoprazole : 1x30mg
' Golongan ini merupakan drug of choice dalam
Pantoprazole : 1x40mg
pengobatan GERD.
Rabeprazole :lxl0mg
Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa
Esomeprazole : I x40mg
proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K
ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses Umumnya pengobatan diberikan selama minimal 4
pembentukan asam lambung. minggu, dilanjutkan dengan on demand therapy.
Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan Terdapat beberapa algoritme dalam penatalaksanaan
keluhan serta penyembuhan lesi esofagus, bahkan pada GERD pada pelayanan kesehatan lini pertama, salah satu
esofagitis erosiva derajat berat serta yang refrakter di antaranya adalah yang direkomendasikan dalam
dengan golongan antagonist reseptor Hr. Konsensus Nasional untuk Penatalaksanaan GERD di
Dosis yang diberikan untuk GE RD adalah dosis penuh, Indonesia (2004). (Gambar 4)
yartu: Adapun algoritme penatalaksanaan GERD di pusat
- Omeprazole :2x20mg pelayanan yang memiliki fasilitas diagnostik memadai
- Lansoprazole :2 x 30 mg terdapat pada Gambar 5.
- Pantoprazole :2x40mg
- Rabeprazole :2x 10mg Terapi terhadap Komplikasi
- Esomeprazole:2x40mg Komplikasi yang paling sering terjadi adalah striktur dan
Pembedahan +4 +4 +3 +4
J+
Gejala menetap / berulang Respons baik
+
Terapiminimal4 minggu
En
+
Kekambuhan € On-demand theraPY
Gambar 4.
486 GAIITROENTEROI.OGI
Terduga Kasus
G ERD
M etaplasia pada
pemeriksaan biopsi
vi
ni^^t^^:^ l^-^i^1 +i^^^i
Adenokarsinoma D isplasia derajat tinggi
perdarahan. Sebagai dampak adanya rangsangan kronik bougie, Maloney bougie, Savarry bougie,
asam lambung terhadap mukosa esofagus, dapat terjadi Pneumatic bougie). Jika dilatasi busi gagal, dapat
perubahan mukosa esofagus dari skuamosa menjadi epitel dilakukan operasi.
kolumnar yang metaplastik. Keadaan ini disebut sebagai
esofagus Barrett (Barrettb esophagus) dan merupakan
suatu keadaan premaligna. Risiko terjadinya karsinoma Esofagus Barrett
pada Barrett's esophagus adalah sampai 30-40 kali Esofagus Barrett dapat diobati secara medikamentosa.
dibandingkan populasi normal. Berikut ini adalah algoritme penatalaksanaat Barrett's
esophagus pada pasien GERD:
Striktur Esofagus
Jika pasien mengeluh disfagia dengan diameter striktur Terapi Bedah
kurang dari 13 mm, dapat dilakukan dilatasi b:usi (Hurst Beberapa keadaan dapat menyebabkan gagalnya terapi
PENYAKIT REFLUKIT GASTROESOFAGEAL
487
medikamentosa, yaitu: 1). Diagnosis tidakbenar; 2). Pasien Fass R. Ofman JJ. Gastroesohageal reflux disease - should we adopt
GERD sering disertai gejala-gejala lain seperti rasa a new conceptual framework?. Am J Gastroenterol.2002;97(8):
1901-1909.
kembung, cepat kenyang dan mual-mual yang sering tidak
Fock K.M., Talley N., Hunt R., Fass R, Nandurkar S, Lam S.K., Goh
memberikan respon dengan pengobatan PPI serta menutupi K.L., Sollano J. Report of the Asia-Pacihc Concensus on The
perbaikan gejala refluksnya; 3). Pada beberapa pasien, of gastroesophageal reflux disease. J Gastroenterol
Management
diperlukan waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan Hepatol. 2004; l9:ll-20.
esofagitisnya; 4). Kadang-kadang beberapa kasus Galmiche JP, Bruley S. Endoscopy-negative reflux disease. Current
Barrettb esophagus tidak memberikan respons terhadap Gastroenterology Report 2001; 3: 206-214.
Gardner JD, Stanley SR, Robinson M. Integrated acidity and the
terapi PPI. Begitu pula halnya dengan adenokarsinoma;
pathophysiology of gastroesophageal reflux disease. The
5). Terjadi striktur; 6). Terdapat stasis lambung dan American Journal of Gastroenterology. 20Ol;96(5): 1363-
distungsi ZES. 1370.
Terapi bedah merupakan terapi alternatif yang penting Inadomi JM, Jamal R, Murata GH, Hoffman RM, Lavezola, Vigie
jika terapi medikamentosa gagal, ataupada pasien GERD JM, Swanson KM, Sonnenberg A. Step-down management of
dengan striktur berulang. Umumnya pembedahan yang gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology 2001; l2l:
dilakukan adalah fundoplikasi. 1095-1 100.
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks
Gastroesofageal/GERD di Indonesia 2004.
Terapi Endoskopi Lazenby PJ, Hardwig SM. Chronic cough, asthma, and gastroesoph-
Walaupun laporannya masih terbatas serta masih dalam ageal refux. Current Gastroenterology Report 2000; 2: 217 -
konteks penelitian, akhir-akhir ini mulai dikembangkan 223.
Martin CJ. Heartburn, regurgitation and noncardiac chestpain. In
pilihan terapi endoskopi pada pasien GERD, yaitu:
Talley NJ, Martin CJ (eds). Clinical Gastroenterology, 1't
. penggunaanenergiradiofrekuensi edition, Sydney, Macl-ennan & Petty Pty Limited, 1996: l-19.
. plikasi gastrik endoluminal Orlando RC. Reflux Esophagitis. In Yamada T (ed). Textbook of
. implantasi endoskopis, yaitu dengan menyuntikkan zat Gastroenterology, 2'd edition, Philadelphia. JB Lippincot Co.
implandi bawah mukosa esofagus bagian distal, 1995: l2l4-7242
sehingga lumen esofagusbagian distal menjadi lebih Powell LVy'. Mouth, pharynx and oesophagus. In Powell LW, Piper
kecil. DW (eds). Fundamental of gastroenterology. 4'h edition. Sydney,
ADIS Health science Press 1984: 1-13.
Stanghellini V. Gastro-esophageal reflux disease: therapeutic strate-
gies for the new millenium. European Journal of Clinical Re-
REFERENSI search 1997; 9:71-77.
Syafruddin ARL. Peranan derajat keasaman lambung dan tonus
Dadang Makmun. Management of gastroesophageal reflux disease. sfingter esofagus bawah terhadap esofagitis pada dispepsia'
Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy 2001; Laporan Penelitian Akhir, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2(t): 2t-27. i998.
Dent J. Defrnition of reflux disease and its separation from dyspep- Triadafilopoulos MD. Endoscopic therapies for gastroesophageal
sia. Gut 2002,50 (suppl. IV): iv l7-iv20. reflux disease. Current Gastroenterology Reports 2002; 4: 200-
Dent J., Brun J, Fendrick AM, Fennerty MB, Janssens J, Kahrilas PJ, 204.
Lauritsen K, Reynolds JC, Shaw M, Talley NJ. An evidence- ZarlitgB!. A review of reflux esophagitis around the world. WJG,
based appraisal of reflux disease management - The Genval 1998; 4(4): 1996; 12 (2 s'tPPl):2-24.
Workshop Report. Gut 1999;44 (Suppl.2): 51-56. Zharg TC. Endoscopic studies of reflux esophagitis. JAMA South-
east Asia 1996; l2l2 S,tPPl.l:22-24.
76
AKALASIA
HA. Fuad Bakry F
488
AKAI.AIIIA 489
air dingin. Gejala lain yang biasa didapatkan adalah akibat agak sukar penilaiannya karena banyaknya lengkungan
komplikasi retensi makan dalam bentuk batuk-batuk dan dan belokan.
pneumonia aspirasi. Pada kebanyakan pasien didapatkan mukosa normal.
Pemeriksaan fisis tidak banyak membantu dalam Kadang-kadang didapatkan hiperemia ringan difus pada
menentukan diagnosis akalsia, karena tidak menunjukkan bagian distal esofagus. Juga dapat ditemukan garrbaran
gejala obyektif yang nyata. Mungkin ditemukan adanya bercak putih pada mukosa, erosi dan ulkus akibat retensi
penurunan berat badan, kadang-kadang disertai anemia makanan. Bila ditiupkan udara akan menampakkan kontraksi
defisiensi. esofagus distal. Bila pemeriksaan diteruskan ke segmen
gastroesofageal, sering dirasakan tahanan ringan dan bila
dengan hati-hati alat didorong dapat sampai ke dalam gaster.
DIAGNOSIS Bila sukar melewati batas esofagus gaster harus dipikirkan
kemungkinan keganasan atau strikhrr jinak.
Untuk menegakkan diagnosis selain gejala klinis yang Daerah kardia gaster harus dievaluasi secermat
dapat memberikan kecurigaan adanya akalasia perlu mungkin untuk menyingkirkan kemungkinan akalasi
beberapa pemeriksaan penunjang seperti radiologis sekunder akibat kanker. Biopsi harus dilakukan bila
(esofagogram), endoskopi saluran cerna atas dan didapatkan gambaran tidak normal pada kardia terutama
manometri. pada pasien di atas umur 50 tahun dengan gejala yang
Pemeriksaan radiologis dengan foto polos dada akan cepat berkembang dalam waktu pendek. Endoskopi pada
menunjukkan gambarankontur ganda di atas mediastinum akalasia selain untuk diagnostik juga dapat untuk
bagian kanan, seperti mediastinum melebar dan adanya membantu terapi, sebagai alat pemasangan kawat petunjuk
gambaran batas cairan dan udara. Keadaan ini akan arah sebelum tindakan dilatasi pneumatik.
didapatkan pada stadium lanjut. Pada pemeriksaan Pemeriksaan manometrik esofagus penting untuk
fluoroskopi terlihat tidak adanya konshaksi esofagus. Pada konfirmasi diagaostik. Penemuan-penemuan karakteristik
pemeriksaan radiologis dengan barium pada akalasia berat adalah 1). tonus SEB tinggi, 2). relaksasi sfinkter tidak
akan terlihat adanya dilatasi esofagus, sering berkelok- sempurna waktu menelan, 3). tidak adanya peristalsis
kelok dan memanjang dengan ujung distal meruncing esofagus, dan 4). tekanan korpus esofagus pada keadaan
disertai permukaan halus berbentuk paruh burung (Gambar istirahat lebih tinggi dari tekanan gaster.
3). Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan adalah Diagnosis banding akalasia primer adalah akalasia
skintigrafi dengan memberikan makanan yang sekunder seperti adenokarsinoma gaster yang meluas ke
mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan esofagus, karsinoma paru (sel oat), sarkoma sel retikulum,
dilatasi esofagus tanpa kontraksi. Di samping itu juga karsinoma pankreas. Penyakit Chagas juga dapat
didapatkan pemanjangan waktu transit makanan ke dalam memberikan gambaran akalasia, akan tetapi biasanya
gaster akibat gangguan pengosongan esofagus. disertai megakolon, megaureter dan penyakit miokardial.
Pemeriksaan endoskopi pada pasien ini harus Skleroderma juga dapat memberikan gambaran seperti
dipersiapkan dengan baik dalam bentuk kumbah esofagus akalasia akan tetapi gangguannya hanya pada kontraksi
dengan memakai kanul besar. Tujuan kumbah esofagrs ini saja tanpa gangguan SEB.
untuk membersihkan makanan padat atau cair yang Pada Tabel 2 dapat dilihat perbandingan gambaran
terdapat dalam esofagus, meskipun sudah dipuasakan klinis akalasia primer dan sekunder.
dalamwaktuyang cukup lama. Seperti sigmoid, endoskopi
Akalasia
Gejala
Sekunder
Disfagia ringan s/d berat sedang s/d berat
(> 1 tahun) (n< 6 bulan)
Nyeri dada flngan sampar Jarang
sedang
Berat badan turun ringan (5 kg) berat (15 kg)
Regurgitasi sedang s/d berat nngan
Komplikasi paru sedang larang
PENGOBATAN
esofagomiotomi dan injeksi toksin botulinum (Botox) ke flouroskopi. Posisi balon setengah berada di atas hiatus
sfingter esofagus. diafragmatika dan setengah lagi dalam gaster. Balon
dikembangkan secara maksimal dan secepatmungkin agar
pengembangan SEB seoptimal mungkin, selama 60 detik
Medikamentosa Oral
setelah itu dikempiskan. Selanjutrya setelah 60 detikbalon
Preparat oral yang digunakan dengan harapan dapat
dikembangkan kembali untuk beberapa menit lamatya.
merelaksasikan SEB antara lain nitrat (isosorbid dinitrat)
Untuk satu kali pengobatan pengembangan balon tidak
dan calcium channel blockers (nifedipin dan verapamil).
melebihi2kali.
Meskipun pasien dengan kelainan ini khususnya pada fase
Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien
awal mendapat perbaikan klinis tetapi sebagian besar
merasakan nyeri bila balon ditiup dan segera menghilang
pasien tidak berespon bahkan efek samping obat lebih
bila balon dikempiskan. Bila nyeri menetap, kemungkinan
banyak ditemukan. Umumnya pengobatan ini digunakan
adanya perforasi. Sesudah dilator dikeluarkan dimasukkan
urituk jangka pendek untuk mengurangi keluhan pasien.
kontras barium sebanyak 15-30 ml sampai bagian distal
Pengobatan medikamentosa untuk memperbaiki proses
esofagus melalui tuba nasogastrik, dengan posisi pasien
pengosongan esofagus pada akalasia, pertama dengan
berdiri.
pemberian amil nitrit pada wakhr pemeriksaan esofagogram
Bila pada pemeriksaan barium didapatkan perforasi kecil,
yang akanberakibat relaksasi pada daerah kardia. Saat ini
harus dilalnrkan observasi secermat mungkin. Bila tetap tarrya
isosorbid dinitrat dapat menurunkan tekanan SEB dan
gejala dan terdapat kenaikan suhu, perlu segera diberikan
meningkatkan pengosongan esofagus. Obat-obat lain yang
antibiotik. Pada keadaan ini cukup dengan pengobatan
akan memberikan efek seperti di atas adalah tingtur
konservatif saja. Akan tetapi bila terjadi barium mengisi
beladona, atrofin sulfat pada beberapa kasus. Dengan
mediastinum dan dada kiri, perlu segera dilakukan tindakan
ditemukan obat antagonis kalsium nifedipin 10-20 mg per-
operasi.
oral dapat menurunkan secara bermakna tekanan SEB
Castell dan Vantrappen menganjurkan pengobatan
pasien dengan akibat perbaikan proses pengosongan
akalasia dengan dilatasi karena prosedumya cukup aman,
esofagus. Dengan pengobatan ini didapatkan perbaikan
dan morbiditasnya kurang dibandingkan operasi.
gejala klinis pasien sampai dengan 18 bulan bila
Cara lain yaitu dilatasi dengan menggunakan Bougie
dibandingkan dengan plasebo. Pemakaian preparat sub
Savary-Millard.
lingual, 15-30 menit sebelum makan memberikan hasil yang
lebih baik.
Esofagomiotomi
Tindakan bedah esofagomiotomi dianjurkan bila terdapat:
Dilatasi/Peregangan SEB
I ). Beberapa kali (> 2 kali) dilatasi pneumatik tidak berhasil;
Pengobatan dengan cara dilatasi secara bertahap akan
2). Adanyaruptur esofagus akibat dilatasi; 3). Kesukaran
mengurangi keluhan sementara. Cara yang sederhana
menempatkan dilator pneumatik karena dilatasi esofagus
dengan businasi Hurst, yang terbuat dari bahan karet yang
yang sangat hebat; 4). Tidak dapat menyingkirkan
berisi air raksa dalam satuan ukuran F (french) mempunyai
kemungkinan tumor esofagus; 5). Akalasia pada anak
4 jenis ukuran. Prinsip kerjanya berdasarkan gayaberat
berumurkurang dari 12 tahun.
dipakai dari ukuran yang terkecil sampai terbesar secara
Operasi esofagomiotomi distal (prosedur Heller) juga
periodik. Keberhasilan businasi ini hanya pada 50 % kasus
memberikan hasil yang memuaskan. Perbaikan gejala
tanpa kambuh, 3 5 oh te1adikambuh, sedangkan I 5 Yo gagal.
didapatkan pada 80-90 o/o kasus. Komplikasi yang dapat
Cara yang diajurkan ialah dilatasi SEB dengan alat yang
dinamakan dilatasi pneumatik. Cara ini dipakai lebih dari
terjadi adalah masih menetapnya gejala-gejala disfagia
30 tahun dengan hasil yang cukup baik. Hasil terbaik karena miotomi yang tidak adekuat atau refluks
gastroesofageal.
didapatkan pada75-85 o% kasus. Hasil dilatasi akan lebih
memuaskan setelah dilakukan beberapa kali. Jarang Bila dibandingkan tindakan dilatasi dan pembedahan,
didapatkan komplikasi seperti refluks gastroesofageal atau kedua tindakan ini efektif. Keuntungan dilatasi jarang
perforasi esofagus. Teknik khusus untuk dilatasi ini tidak disertai refluks yang jelas tapi ada risiko perforasi
hanya dalam berbagai ukuran akan tetapijuga tergantung esofagus. Perbaikan terhadap gejala disfagia pada kedua
dari lamanya pengembangan SEB yang dapat berkisar dari tindakan ini hampis sama dibanding waktu perawatan pada
beberapa detik sampai 5 menit. Pengobatan cara ini dilatasi lebihpendek. Hasil optimal dilatasi ini didapatkan
memerlukan seni dan pengalaman operatornya. Sebelum dengan dilatasi esofagus sedang dan disfagia lebih dari 5
pemasangan balon ini harus dilakukan dulu pengecekan, tahun.
tentang simetrinya, garis tengahnya harus diukur agar tidak Tindakan pembedahan memberikan hasil yang
bocor. memuaskan dan dalam jangka lama dapat menghilangkan
Pasien dipuasakan sejak malam hari dan keesokan disfagia. Akan tetapi komplikasi refluks esofagitis cukup
harinya dilakukan pemasangan dengan panduan tinggi. Dalam pengobatan akalasia ini sebaiknya sebagai
492 GASTROENTEROI.OGI
pengobatan awal dilakukan dilatasi pneumatik dan bila tak anomalies. In: Yamada ! Alpers DH, Owyang C, Powell DW,
berhasil dilanjutkan dengan tindakan pembedahan. Silverstein FE, editors. Textbook of gastroenterology. Volume 1.
2'd edition. Philadelphia: JB Lippincott Co; 1995. p. Il82-94.
Cuillidre C, Ducrott6 P, Zerbib F, et al. Achalasia: outcome of pa-
lnjeksi Toksin Botulinum tients treated with intrasphincteric injection of botulinum toxin.
Pengobatan terakhir yang sering digunakan saat ini adalah Gut. 1997; 4lS:87-92.
penyuntikan toksin botulinum ke SEB yang lemah dengan Goyal RK. Diseases of esophagus. In: Fauci AS, Braunwald E,
menggunakan endoskopi. Terapi ini lebih aman tetapi Isselbacher KJ et al, editors. Harrison's principles of internal
medicine. 14n ed. New York: Mc Graw-Hill Co; 1998. p. 1588
hanya berjangka pendek dan perlu penyuntikan yang
berulang. Pilihan terapi ini sangat bermanfaat pada pasien
- 99.
Hadi S. Akhalasia. Gastroenterologi. Edisi ke-7. Bandung: PT Alumni;
dengan risiko tinggi untuk menjalani operasi atau pasien 1999. p. 87-94.
yang sudah lanjut usia. Manan C. Akalasia. In: Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani AA,
editors. Gastroenterologi hepatologi. Cetakan kedua. Jakarta:
CV Agung Seto; 1997. p. 141-8.
Mark JW, Lee D. Achalasia. [Cited at Feb 2005: 6 screens] Available
REFERENSI
from: URL HYPERLINK http:iiwww.medicinenet.com.
Patti M, Fisichella PM. Achalasia. [Cited at February 2005; 10
Ali I. Akalasia. In: Suyono S, Waspadji S, Lesmana L et al, editors. screensl. Available from URL HYPERLINK http:ll
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Volume 2. 3.d edition. Jakarta:
wwuemedicine.com.
Balai Penerbit FKUI; 2001. p. 105-9.
Sawyer MA, Patel TH, Sawyer EM et al. Achalasia. [Cited at Febru-
rackbill S, Shi G, Hirano I. Diminished mechanosensitivity and ary 2005; 12 screensl. Available from URI HYPERLINK http:/
chemosensitivity in patients with achalasia. Am J Physiol
/www.emedicine.com.
Gastrointest Liver Physiol. 2003;285:Gl198 - G203. Vaezi MF, Richter JE. Diagnosis and management of achalasia. The
Boyce GA, Junior HWB. Esophagus: anatomy and structural Am J Gastro. 1999;94(12):3406 - 12.
77
STRIKTUR/STENOSIS ESOFAGUS
Marcellus Simadibrata K
493
Kasus striktur/stenosis Esofagus di RSUPNCM Esofagoskopi
!ndonesia Pemeriksaan ini penting untuk diagnosis dan terapi
Selama 2 tahun (1988- 1989) dari 858 pemeriksaan (menggunakan alat tertentu). Mukosa lumen dapat diamati
esofagoskopi didapatkan 352 kasus kelainan esofagus. secara seksama dan bila ada kecurigaan keganasan
Dari kasus kelainan esofagus tersebut didapatkan 6 kasus (maligna) dapat dilakukan biopsi untuk pemeriksaan
stenosis/striktur esofagus. histopatologi. Pada esofagus pasien disfagia seringkali
Pada tahun 1994 dai2l pemeriksaan endoskopi saluran didapatkan banyak sisa makanan yang tidak dapat melewati
cemabagian aas (SCBA0 atas indikasi disfagia, didapatkan striktur, sehingga dapat mengacaukan pemeriksaan. Untuk
6 (28,57%) kasus striktur/stenosis esofagus. Penyebab mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik, dalam
striktur/stenosis esofagus tersebut yaitu tumor esofagus mempersiapkan pemeriksaan pemeriksaan esofagoskopi,
(14,29oA), diikuti korosif karena air abu (9,52Yo) dan pasien tidak hanya puasa minimal 6 jam, tetapi sebaliknya
pascaskleroterapi varises esofagus (4,7 6%). sebelum tindakan, juga dilakukan bilasan esofagus dengan
air putih atau NaCl frsiologis melalui selang nasogastrik
(NGT). Pada pemeriksaan esofagoskopi akan didapati
GEJALA KLINIS lumen yang menyempit dengan mukosa yang normal atau
tak rata dengan hiperemia(esofagitis) atau iregular
Disfagia merupakan gejala terpenting striktur/stenosis berbenjol- benj ol (maligna).
esophagus. Kesulitan makan pada striktur/stenosis ini
lebih jelas terhadap makanan padat, berbeda dengan
kesulitan makan karena kelainan motilitas yaitu makanan PATOLOGIANATOMI
padat relatif lebih mudah turun. Gejala ini mulai
dirasakan, bila lumen menyempit sampai 50%. Keluhan Secara mikroskopik, biasanya kerusakan jaringan tidak
lainnya yaitu rasa nyeri atau terbakar substernal/dada, melewati lapisan muskularis mukosa. Terlihat fibrosis
rasa tak enak di dada, ada yang meninggal substernal/ keras yang luas terutama di daerah submukosa, terjadi
dada, rasa tak enak di dada, ada yang mengganjal penebalan dinding yang konsentrik, yang menimbulkan
subternal sewaktu makan. Pasien dapat mengeluh mual stenosis. Dapat terlihat adanya reaksi inflamasi seperti
dan muntah sehabis makan. Bila striktur bertambah infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN), hiperplasi sel basal
berat, asupan nutrisi akan berkurang sehingga pasien dan elongasio papil ke arah permukaan. Bila terjadi
akan mengalami kekurangan gizi dengan segala ulserasi yang dalam seperti pada Barrettb esophagus
komplikasinya. atau akibat bahan korosif, fibrosis terjadi lebih dalam,
meliputi seluruh dinding esofagus, sehingga dapat terjadi
pemendekan esofagus.
PEMERIKSAAN JASMANI
494
STRIKTURATENOSIS ESOFAGUS
495
gus. In: Yamada T:-Alpers DH-Owyang C-Powell DW-Silverstein Ochiai A. Metastatic esophageal tumors from distant primary
FE (eds).Textbook of Gastroententerology.Vol one 2"d edition. lesions: report ofthree esophagectomies and study of 1835
Philadelphia: JB Lippincott.l995.p. 1283-1302. autopsy cases. http://wwwjjco.oupjournals.org/cgilcontenVfull/
4. Excerpt from Esophageal Stricture. htto://wwwemedicine.corn/ 27161410:l-8
: l-2 8. Daldiyono, Ali I, Rani AA, Manan C. Disfagia diagnosis dan
5 Alinejad A. Caustic injury to the upper gastrointestinal tract. terapi. Dalam: Indonesia-Holland Symposium on Gastro-
Shiraz e-med.J. enterology-hepatology Digestive Endoscopy. PGI-PPHI-PEGI.
causticini.htm: l -22 Jakarta. 11 Agustus 1990.p. 31-41.
6 Tuncer R, Soyupak S, Sen N, Okur H, Keskin E, Zorludemir U 9 Simadibrata M. Laporan hasil pemeriksaaan endoskopi saluran
et.al. Does steroid treatment prevent caustic esophageal stric- cerna bagian atas subbagian gastroenterologi. Bagian Ilmu
ture? A prospective study. Ann Med Sci 2000;9: 56-8.http:// Penyakit dalam FKUI/RSUPNCM, I 994(tidak dipublikasi).
: l-4
7 Mizobuchi S, Tachimori Y Kato H, Watanabe H, Nakanishi Y
78
TUMOR ESOFAGUS
S.A. Abdurachman
PENDAHULUAN
497
TUMORGANAS
Lingkungan
Kira-kira l5o/o karker esofagus terdapat pada sepertiga Lokasi geografis
bagian atas, 50%o terjadi pada sepertiga bagian tengah, Kadar molibdium dalam tanah yang rendah
dar. 35%o ditemukan pada sepertiga bagian bawah Kadar garam dalam tanah
Suhu
esofagus. Hampir 95% kanker esofagus merupakan
Diet
karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng Aflatoksin
(squamous ce// carcinoma) yang melapisi lumen esofagus. Asbestos
Adenokarsinoma yang ditemukan dengan frekuensi lebih Defisiensi vit.A, vit.E, dan vit. C, riboflavin, niasin, dan
zink
jarung, berasal dari epitel toraks pada esofagus bagian Kebiasaan
distal. Alkohol
Rokok
lritasi kronik pada mukosa oleh faktor fisis
lnsidensi Radiasi
Di Amerika Serikat, kanker esofagus relatifjarang dijumpai Akalasia
Skleroterapi injeksi
akan tetapi merupakan kondisi maligna yang sangat letal.
Kultural
Pada tahun 1993 dari 11.300 kasus kanker esofagus Status sosio-ekonomi
kematian terjadi pada 10.200 pasien. Di seluruh dunia Ras
insidensi kanker esofagus dilaporkan berbeda-beda.
Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang dikenal
dengan julukan Asian esophageal cancer belt yang
terbentang dari tepi selatan laut Kaspi di sebelah barat
sampai ke utara Cina meliputi lran, Asia Tengah, Disfagia Nyeri
Berat badan menurun Rasa tidak nyaman di kerongkongan
Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker Odinofagia Singultus
esofagus banyak terdapat di Finlandia, Islandia, Afrika Muntah Sindrom Horner
Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di Amerika Utara dan Suara menjadi serak Sindrom vena kava superior
Batuk Efusi pleura maiigna
Eropa Barat, penyakit ini lebih sering terdapat pada laki- Regurgitasi Asites maligna
Iaki kulit hitam berusia lebih dari 50 tahun dengan status Hematemesis dan/atau Nyeri tulang
melena
sosio-ekonomi rendah. Anemia defisiensi besi Pembesaran kelenjar
supraklavikula/servikal
KARSINOMA ESOFAGUS
biasanya pasien akan menangguhkan beberapa bulan
sebelum datang berobat.
Etiologi Disfagia merupakan gejala paling sering ditemukan,
Pada karsinoma esofagus tidak diketahui adanya satu faktor terjadi pada lebih dari90o/o kasus. Esofagus mudah
tunggal tertentu sebagai penyebab te{adinya kanker ini. berdistensi sehingga pasien baru akan menyadari adanya
Aneka ragam faktor etiologi diperkirakan berperan kelainan jika hampir separuh diameter lumen esofagus
dalam etiopatogenesis kanker tersebut yaitu faktor sudah terkena. Pada keadaan ini penyakit sudah terlampau
lingkungan, faktor diet, kebiasaan merokok dan konsumsi lanjut untuk direseksi. Beberapa macam upaya biasanya
alkohol, iritasi kronik pada mukosa, dan kultural, seperti dilakukan pasien untuk rnengatasi disfagia yaitu: 1) sering
yang dapat disimak pada Tabel 2. minum pada saat makan, 2) makan makanan yang lebih
cair. dan 3) makan secara lambat. Disfagia akan progresif
sejalan dengan lamanya sakit. Pada mulanya. disfagia
Diagnosis
terjadi saat makan makanan padat, kemudian tidak dapat
Gambaran Klinis. Karsinoma esofagus merupakan menelan makanan padat dan kemudian akhirnya tidak
pembunuh terselubung karena pada stadium awal tidak dapat menelan makanan cair termasuk saliva yang selalu
menimbulkan keluhan sedangkan pada saat ada keluhan akan meleleh keluar dari mulut. Berbeda dengan spasme
umumnya sudah terjadi metastasis. Harapan terbaik untuk esofagus. disfagia pada kanker esofagus bersifat kronik
pengelolaannya adalah jika tumor ditemukan pada dan progresif. Berat badan yang menurun selalu
seseorang yang asimtomatik yang mengalami evaluasi ditemukan. Adanya anoreksia merupakan tanda prognostik
untuk suatu sebab. Keluhan-keluhan pasien yang bersifat yang negatif.
samar-samar dan tidak progresif mengakibatkan Odinofagia (nyeri saat menelan) ditemukan lebih jarang
diagnosis sering terlambat (Tabel 3). dibandingkan dengan disfagia. Nyeri terasa terus-menerus.
Oleh karena keluhan-keluhan pada stadium awal tidak bersifat tajaml seperti ditusuk. nyeri menyebar ke
seringkali masih dapat ditoleransi dan mudah diatasi, punggung.
498
TT..IIIIORESOFAGUS 499
Adanya suara sef ak menandakan invasi ke Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat
N.Laringeus rekurens atau aspirasi kronik. Batuk kronik menyebabkan anemia defisiensi besi sampai perdarahan
dapat terjadi karena aspirasi kronik atau fistula akut masif. Pasien sering tampak malnutrisi, lemah,
frakeoesofageal yang pada gilirannya juga mengakibatkan emasiasi, dan gangguan sistem imun yang kemudian akan
batuk-batuk selagi menelan. Komplikasi pulmonal lainnya menyulitkan terapi.
yang sering terjadi adalah pneumonia.
Perdarahan pada tumor mengakibatkan anemia Terapi
defisiensi besi. atau hematemesis dan melena.
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada
Pemeriksaan j asmani. Hasil pemeriksaan j asmani j arang karsinoma esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium
dapat membantu menegakkan diagnosis kanker esofagus, (staging) dan pengelompokan stadium tumor seperti
tetapi penemuan adanya kelainan fisis akan bermanfaat tampakpada Tabel 4.
dalam menentukan prognosis. Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan
Pada kanker esofagus adanya limfadenopati, anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang teliti, dilengkapi
hepatomegali, pneumonia, dan sindrom Horner dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan
menunjukkan bahwa kankernya sudah stadium lanjut. dengan esofagograh memakai suspensi barium, foto dada,
Limfodenopati dijumpai di daerah servikal supraklavikular CT Scan dada dan abdomen. Pada kasus-kasus tertentu
dan aksila. perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi, atau sidik
tulang. Pasien dengan lesi TO, atau dengan lesi Tl atau
Diagnosis pencitraan. Pada foto dada, air-fluid level di
T2 dan NO MO merupakan kandidat baik untuk terapi
daerah mediastinum menunjukkan adanya cairan yang
operatif. Metastasis ke kelenjar regional (N1) atau
tertahan di dalam lumen esofagus yang berdilatasi.
metastasis jauh (Ml) menunjukkan prognosis buruk, dan
Mungkin terdapat kelainan lain berupa metastasis tumor
kenyataan inilah yang seringkali dijump aipada saat pasien
di paru-paru, metastasis ke tulang, pneumonia, datang dan diagnosis ditegakkan. Prognosis karsi noma
pneumoperikardium, deviasi trakea, efusi pleura, dan rate
esofagus buruk, five-years survival setelah
limadenopati.
diagnosis dan tanpa terapi adalah kurang dari 5o/o.
Esofagografi memakai barium sering merupakan
Reseksi total hanya dapat dikerjakan pada 40oZ kasus,
prosedur pertama dan penting dalam diagnosis dan
dan sering tefadi tumor residif. Pascabedah reseksi total
penentuan stadium kanker. Lokasi tumor, panjang lesi, dan
five-years survival rate menunjukkan jumlah yang kurang
kelainan jaringan sekitar tumor dapat dinilai melalui
dari20o/o. Mortalitas pascabedah yang ditemukan sebesar
pemeriksaan esofagus dengan menggunakan suspensi
barium. CT scan memperlihatkan stadium, resektabilitas
dan perencanaan terapi endoskopik paliatit.
Tumor primer (T)
Endoskopi TX Tumor primer tidak dapat dinilai
TO Tumor primer tidak terbukti
Pemeriksaan ini mutlak dikerjakanpadakasus yang diduga Tis Carcinoma in situ
kanker esofagus terutama jika esofagogram normal. Pada T1 lnvasi ke tamina propria atau submukosa
saat endoskopi juga dilakukan biopsi jaringan.
T2 lnvasi ke tunika muskularis propria
T3 lnvasi ke tunika adventisia
14 lnvasi ke struktur sekitar
menyebabkan abses paru dan empiema. Selain itu, juga Stadium lll T3 N1 MO
f4 Setiap N MO
dapat terjadi gagal napas yang disebabkan oleh obstruksi Stadium lV Setiap T Setiap N M1
mekanik atau perdarahan.
500 GAIITROENTEROI.OGI
20o/o disebabkan oleh fistula anastomosis, abses subfrenik, keluhan, seringkali penyakjt sudah sangat lanjut dan
dan komplikasi kardiopulmonal. prognosis buruk.
Karsinoma esofagus bersifat radiosensitif . Pada Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
kebanyakan pasien. radiasi eksternal memberikan efek endoskopi djsertai biopsi. Penentuan stadium tumor
penyusutan tumor. Komplikasi akibat radiasi sering berupa dikenakan dengan radiografi memakai kontras dar. CT
striktura, fistula dan perdarahan. kadang-kadang dijumpai scan.
komplikasi kardiopulmonal. Komplikasi dapat berupa obstruksi, perdarahan,
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pelengkap terapi perforasi, dan pembentukan fistula.
bedah dan terapi radiasi. Biasanya digunakan kemoterapi
kombinasi misalnya kombinasi sisplatin bersama bleomisin
Terapi
dan 5- FU memberikan respons sempurna pada 37o/o dan
Pada adenokarsinoma esofagus biasanya dikenakan
respons parsial pada 200;0.
reseksi ekstensif. Sebagian esofagus yang dibuang diganti
Pada kasus inoperabel, terapi paliatif dapat berupa
oleh satu segmen kolon transversum, diikuti kemoterapi
dilatasi berulang secara endoskopik, pemasangan protesis
seperti yang biasa diberikan pada karsinoma gaster.
melewati tumor dengan menggunakan s/e nt, atau dkenakan
gastrostomi. Pada kasus yang obstruktif, massa tumor juga
dapat dikikis dengan menggunakan sinar laser.
REFERENSI
501
502 GAITTROENTEROI.OGI
metoda diagnostik yang berbeda yaitu serologi, kultur dan strain Hp menghasilkan vacuolating cytotoxin,
histopatologi. Angka tersebut memberi gambaran bahwa mengandung kluster gen CagA yatg dapat menginduksi
pola infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia dini tetapi IL-8. Protein CagA dan gen CagA mungkin merupakan satu
pada usia yang lebih lanjut tidak sama dengan pola rregara petanda straln yang ulserogenik dan karsinogenik. Di
berkembang lain seperti di Afrika. Agaknya yang berperan Jepang. antibodi anti CagA tidak memberi petunjuK yang
adalah faktor lingkungan danjuga faktor perbedaan ras. berguna terhadap kemungkinan kelainan tersebut. Stuktur
Tingginya prevalensi infeksi dalam masyarakat tidak gen CagA dari strain yang menyebabkan tukak lambung
sesuai dengan prevalensi penyakit SCBA seperti tukak dan tukak duodenum di Jepang sangat berbeda. Hal
peptik ataupun karsinoma lambung. Diperkirakan hanya tersebut memberi petunjuk perlunya diketahui profil
sekitar 10-20% saja yang kemudian menimbulkan penyakit antibodi anti CagA secara lebih rinci untuk dapat
gastroduodenal. menjelaskan makna klinis strainHp tersebut.
Penelitian diversitas genetik Hp dan interaksi dengan
Strain Helicobacter Pylori yang Patogen respons antibodi pejamu merupakan kunci untuk
Infeksi Helicobacter pylori (Hp) pada saluran cema bagian memahami diversitas penyakit akibat infeksi Hp.
atas mempunyai variasi klinis yang luas, mulai dari Di Indonesia belum ada data penelitian tentang
keiompok asimtomatik sampai tukak peptik, bahkan prevalensi infeksi strainHp, tetapi di masa depan hal ini
dihubungkan dengan keganasan di lambung seperti perlu dilakukan agar dapat ditetapkan hubungarnrya
adenokarsinoma tipe intestinal atau mucosal associated dengan kelainan patologis saluran cema bagian atas.
lymphoid tisszze (MALT) Limfoma.
Data epidemiologis dari berbagai bagian dunia
menunjukkan adanya perbedaan geografis dan juga PATOGENESIS
korelasi yang tidak sesuai antara prevalensi infeksi dengan
prevalensi spektrum klinis seperti tukak peptik ataupun Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri,
kanker lambung. Di Indonesia prevalensi Hp berdasarkan namun H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang
studi seroepidemilogi termasuk cukup tinggi, tetapi sangat baik terhadap lingkungan ekologi lambung, dengan
sebaliknya prevalensi berbagai keiainan klinis seperti tukak serangkaian langkah unik masuk ke dalam mukus, berenang
peptik maupun kanker lambung sangat rendah. dan orientasi spasial di dalam mukus, melekat pada sel
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan peran faktor epitel lambung, menghindar dari respons immun, dan
pejamutermasuk faktor genetik maupun faktor lingkungan sebagai akibatnya terjadi kolonisasi dan transmisi
yang selain mempengaruhi kuman Hp agaknya juga persisten.
mungkin dapat mempengaruhi fisiologi maupun imunologi Setelah memasuki saluran cema, bakterilL Pyloriharus
peJamu. menghindari aktivitas bakterisidal yang terdapat dalam isi
Situasi yang berbeda terjadi di Jepang, suatu negara lumen lambung, dan masuk ke dalam lapisan mukus.
yang maju, dengan prevalensi Hp yang relatif rendah tetapi Produksi urease dan motilitas sangat penting berperan
dengan prevalensi kanker lambung yang tinggi. Dari sisi pada langkah awal infeksi ini. Urease menghidrolisis urea
kuman Hp diketahui terdapat beberapa strain yangleblh menjadi karbondioksida din ammonia, sehingga H. Pylori
virulen sehingga selalu ditemukan pada pasien dengan mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang asam.
hrkakpepti( gastritis kronit maupunkanker lambung. Gen Aktivitas enzim ini diatur oleh suatu saluran urea yang
VacA selalu dapat ditemukan pada kuman Hp, tetapi tidak tergantung pH QtH-gated urea channel), Ure-I, yang
semuanya menghasilkan sitotoksin. Ternyata struktur gen terbuka pada pH yang rendah, dan menutup aliran urea
ini sangat heterogen di mana pada strain penghasil pada keadaan netral. Motilitas bakteri sangat pentingpada
sitotoksin yang tinggi terdapat sekuen signal yang kolonisasi, dan flagel H. Pylori sangat baik beradaptasi
tertentu. pada lipatan-lipatan/relung-relung lambung.
Gen CagA hanya ditemukan pada sebagian strain, dan H. Pylori dapalteikatlmelekat eratpada sel-sel epitel
merupakan salah satu dari kelompok yang terdii dari20 melalui berbagai komponen permukaan bakteri. Adhesin
gen lain, membentuk apa yang disebut sebagai pulau yang sangat dikenal baik karakteristiknya adalah BabA,
patogenesitas (pathogenicity island). Asosiasi ar:l.ara suatu protein membran luar yang terikat pada group anti-
CagA dengan tukak peptik atau kanker lambung mungkin gen darah Lewis B. Beberapa protein lain famili Hop pro-
melalui respons inflamasi yang meningkat terhadap Hp tein (protein membran luar) juga merupakan mediasi adhesi
yang mengandung CagA. pada sel epitel. Bukti-bukti menunjukkan bahwa adhesi,
Untuk tukak peptik, CagA merupakan petanda yang terutama oleh BabA, sangat relevan dengan penyakit-
paling baik, tetapi di daerah dengan prevalensi CagA yang penyakit terkait H. Pylori dan dapat mempengaruhi derajat
tinggi tidak mungkin untuk membuktikan asosiasi tersebut beratnya penyakit, meskipun beberapa hasil studi terdapat
dengan melakukan suatu panelitian kasus kelola. Berbagai pula yang bertentangan.
INFEITSI IEIJCITEACXERPYLOP DAT{ PENYAKIT GASTRO,DUODENAL 503
Sebagian besar strain H. Pylori mengeluarkan suatu yang tidak mengandung cag, dan respons ini tergantung
eksotoksin, Yac A (vacu ol ating cytotoxin). Toksin tersebut pada aktivasi nuclear factor-tcB (NF-KB) dan respons
masukke dalammembran sel epitel danmembentuk suatu segera dari faktor transkripsi activator protein 1 (AP-l).
saluran terganfung voltase, suatu anion hexamer selektif. Infeksi H. Pylori merangsang timbulnya respons
yang mana melalui saluran tersebut bikarbonat dan anion- humoral mukosa dan sistemik. Produksi antibodi yang
anion organik dapat dilepaskan, tampaknya juga untuk terjadi tidak dapat menghilangkan/eradikasi infeksi, bahkan
menyediakan nuhisi bagi bakteri. VacA juga menyerang menimbulkan kerusakan jaringan. Pada beberapa pasien
membran mitikondria, sehingga menyebabkan lepasnya yang terinfeksi H. Pylori timbul respons autoantibodi
sitokrom c dan mengakibatkan apoptosis. Peran patogenik terhadap H+/K+-ATPase sel-sel parietal lambung yang
dari dari toksin masih diperdebatkan. Pada studi-studi berkaitan dengan meningkatnya atrofi korpus gaster.
hewan, bakteri mutan tanpa VacA juga dapat melakukan Selama respons immun spesifik, subgroup sel T yang
kolonisasi , dan strain dengan gen VacA yang inaktiftelah berbeda timbul. Sel-sel ini berpartisipasi dalam proteksi
pula diisolasi dari pasien-pasien, mentnjukkan bahwa VacA mukosa lambung, dan membanfu membedakan antara
tidak esensial untuk kolonisasi. Namun demikian, mutan bakteri patogen dan komensal. Sel T-helper immatur (Th 0)
tanpa VacA kalah kompetisi dari wild-type bakteri pada berdiferensiasi menjadi 2 subtipe fungsional: sel Th-l,
suatu studi pada tikus, menunjukkan bahwa VacA mensekresi interleukin 2 dan interferon garnma; danTh-2,
meningkatkan vitalitas bakteri. Analisis peran VacA mensekresi IL -4,IL-5 , dan IL- 1 0. Sel TM menstimulasi sel
dipersulit oleh kenyataan variabilitas VacA yang luas. Di B sebagai respons terhadap patogen ekstrasel, sedangkan
negara-negara barat, varian gen-gen VacA tertentu Thl terutama timbul sebagai respons terhadap patogen
berhubungan dengan keadaan penyakit yang lebih berat. intrasel. Karena H. Pylori bersifat tidak invasif dan
Namun demikian, hubungan seperti itu tidak ditemukan di merangsang timbulnya respons humoral yang kuat, maka
Asia, dan dasar fungsional yang mendasari hubungan yang diharapkan adalah respons sel Th2. Namun timbul
tersebut tidak diketahui. paradoks, sel-sel spesifft terhadap
Beberapa strain H. Pylori memllll<t cag-PAI (cag patho- H. Pyloriumtmrty fenotipTlil. Studi-
genicity island), suatu fragmen genom yang mengandung studi menunjukkan bahwa sitokin Thl menyebabkan gas-
29 gen. Beberapa gen ini menyandi komponen-komponen tritis, sedangkan sitokir, Th2 protektis terhadap
sekresi yang men-translokasi CagA kedalam sel pejamu. peradangan lambung. Orientasi Thl tersebut tampaknya
Setelah memasuki sel epitel, CagA difosforilasi dan terikat meningkatkan produksi interleukin-l8 di antrum sebagai
pada SIIP-2 tirosin fosfatase, menimbulkan respons selular respons terhadap infeksi H. Pylori. Bias Thl tersebut,
growth factor-like dan produksi sitokin oleh sel pejamu. bersama dengan apoptosis yang dimediasi Fas,
menyebabkan infeksi 1L Pylori menjadi persisten.
Kerusakan sel epitel lambung juga disebabkan oleh
Respons Pejamu Terhadap H.Pylori
reactive orygen dannitrogen species yang dihasilkan oleh
H. Pylori menyebabkan peradangan lambung yang terus-
neutrofil teraktivasi. Inflamasi kronik juga meningkatkan
menerus. Respon peradangan ini mula-mula terdiri dari
turnover sel epitel dan apotosis. Polimorhsme proinflamasi
penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma,
dari gen interleukin-18 mengarahkan perkembangan
dan makrofag, bersamaan dengan terjadinya kerusakan sel
gastritis terutama terjadi di korpus gaster dan berkaitan
epitel. Karena H. Pylori sangatjarang menginvasi mukosa
dengan hipoklorhidria, atrofi gaster, dan adenokarsinoma
gaster, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel/
gaster. Bila polimorfisme proinflamasi tidak ada, gastritis
melekatnya bakteri pada sel epitel. Patogen tersebut dapat
aklbat H. Pylori berkembang terutama di antrum, dan
terikat pada m olek:ul MHC c/ass 11 di permukaan sel epitel
berkatan dengan kadar sekresi asam yang normal atau
gaster dan menginduksi terjadinya apoptosis. Perubahan
tinggi.
lebih lanjut dalam sel epitel tergantungpada protein-pro-
Gambaran /karakteristik relevansi klinis patofisiolo gi
tein yang disandi pada cag-PAI dan translokasi CagA
infeksi H. Pylori adalah:
kedalam sel epitel gaster. Ureas e H. Pylori dan porin juga
dapat berperan pada terjadinya ekstravasasi dan . Eksotoksin Vac A disekresi oleh sebagian besar/
kemotaksis neutrofil. mayoritas strain 1L Pylori. Polimorfisme gen Vac A
Epitel gaster pasien yang terinfeksi H. Pylori berkaitan dengan keadaan penyakit yang lebih berat.
meningkatkan kadar interleukin-lp, interleukin-2, . Tingginya kadar fosfolipase A (PLA) memungkinkan
interleukin-6, interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. f1p memasukilpenetrasi ke dalam mukus gaster. Kadar
Di antara semua itu, interleukin-8, suatu neutrophil-acti- PLA yang tinggi disekresi oleh strain I1p yang diisolasi
vating chemokine yang poten yang diekspresikan oleh dari pasien-pasien kanker lambung.
sel epitel gaster, tampaknya berperan penting. Strain 1L . Hp menyebabkan peradangan pada antmm (antritis)
Pylori yang mengandung cag-PAI menimbulkan respons atau korpus (korpusitis) gaster, atau sering pula pada
interleukin-S yang jauh lebih kuat dibandingkan strain keduanya (pangastritis). Pada antritis, terjadi
504 GASIROENTEROI.OGI
hipergastrinemia, meningkatnya produksi asam, dan Dewasa ini secara komersial telah cukup banyak tes
suatu risiko tinggi terjadinya ulkus duodenum. ELISA yang tersedia dengan cara penggunaan yang relatif
Mengapa hanya sekitar 2 - 20%o dari antritis yang sederhana dan hasil yang akurat. Yang menjadi masalah
berkembang menjadi ulkus duodenum masih belum jelas. adalah sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi secara
. Duodenitis terjadi disebabkan kolonisasi pulau-pulau geografis. Hal ini diduga karena pengaruh faktor antigen
metaplasia gaster di dalam bulbus duodenum, yang lokal yang berbeda atau akibat titer yang relatifrendah,
dicetuskan (triggered) oleh tingginya produksi asam. misalnya pada kelompok pasien anak atau populasi
. Korpusitis Ilp berkaitan dengan ulkus gaster, atrofi tertentu. Dengan demikian dianggap perlu untuk
mukosa gaster, menurunnye sekresi asam sehingga melakukan validasi tes sebelum digunakan secara meluas
te4adi2,5 kali peningkatan risiko kanker gaster. di suatu wilayah. Sebagai contoh, studi di Jakarta
menggunakan tes Elisa buatan Roche menunjukkan
Diagnosis lnfeksi Helicobacter Pylori sensitivitas dan spesifisitas yang relatif lebih rendah
Kuman Helicobacter pylori bersifat mikroaerofilik dan hidup dibandingkan dengan laporan dainegara Barat. Untuk
di lingkungan yang unik, di bawah mukus dinding lambung meningkatkan sensitivitas dan spesifisitasnya, dapat
yang bersuasana asam. Kuman ini mempunyai enzim dilakukan dengan menetapkan cut offpoint sebagai batas
urease yang dapat memecah ureum menjadi amonia yang hasil yang positif dan negatif dalam suatu populasi.
bersifat basa, sehingga tercipta lingkungan mikro yang Penelitian di Jakarta menunjukkan, dengan menetapkan
memungkinkan kuman ini bertahan hidup. Karena itu cut offpoint 1800 EU/L dapat ditingkatkan sensitivitas tes
prosedur diagnostik cukup sulit karena harus melakukan ELISA.
tindakan yang invasifyaitu dengan rnelakukan gastroskopi Dalam perkemb alganrrya IaTELISA telah dipakai pula
untuk rnendapatkan spesimen yang diperlukan untuk untuk tes di ruang praktek dokter, in ffice Hp test, dengan
pemeriksaan langsung, histopatologi ataupun kultur caru y ang sederhana, tanpa sentrifugasi, bersifat kualitatif
mikrobiologi. Selain itu terdapat pemeriksaan non invasif dan hasilnya diperoleh dalam waktu 5 - I 0 menit.
seperti tes serologi daturea breath test (UBT). Selain serum, tes ELISA telah dilakukan pula pada
Tujuan pemeriksaan diagnostik infeksi Hp adalah untuk saliva pasien terutama pada anak. Sensitivitas dan
menetapkan adanya infeksi sebelum memberikan spesifisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan serum
pengobatan atau untuk penelitian epidemiologi. Selain itu tetapi diduga kadar antibodi dalam saliva menurun lebih
unhrk rnengamati apakah telah tercapai eradikasi sesudah awal pasca terapi eradikasi sehingga mungkin dapat
pemberian obat antibiotik. digunakan untuk menilai hasil terapi antimikrobial.
Dalam perkembangannya jenis tes diagnostik infeksi
Helicobacter pylori adalah sebagai berikut : Urea Breath lesf (UBf )
Non invasif : Serologi : IgG. IgA anti Hp, urea breath test: Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk deteksi infeksi
t3c,lrc, H. pylori secara non invasif yang pefiama kali
dikemukakan pada tahun 1987 oleh Graham dan Bell. Cara
Invasif/endoskopis : Tes urease: CLO.Mru, histopatologi, kerjanya adalah dengan menyuruh pasien menelan urea
kultur mikob iologi, P olymeras e chain reaction (PCR). yang mengandung isotop Carbon, baik l3C ataupun 14C.
Bila ada aktivitas urease dari kuman H. pylori akan
dihasilkan isotop karbon dioksida yang diserap dan
SEROLOGI dikeluarkan melalui pernapasan. Hasilnya dinilai dengan
membandingkan kenaikan ekskresi isotop dibandingkan
Pemeriksaan serologi banyak digunakan dalam penelitian dengan nilai dasar. Bila hasilnya positifberarti terdapat
epidemiologi karena relatif murah dan dapat diterima oleh infeksi kuman H. pylori. 13C merupakan isotop
kelompok pasien asimtomatik atau anak-anak yang tidak nonradioaktif, ditemukan pada 1,ll % karbon dioksida
mau diperiksa dengan cara yarrg invasif seperti yang keluar melalui udara pernapasan normal. Dianggap
gastroskopi. positif bila terjadi kenaikan minimal 0,01o/o kadar isotop,
Pada umumnya yang diperiksa adalah antibodi IgG sehingga dibutuhkan alat mass spectrometer yang sangat
terhadap kuman Helicobacter pylori. Cara ini sering sensitif tetapi harganya sangat mahal. Mula-mula diambil
digunakan untuk penetitian epidemiologi atau untuk sampel udara pernapasan untuk menentukan nilai dasar.
evaluasi sebelum pemberian terapi eradikasi. Teknik yang Kemudian diberikan tes mealberupa cairan dengan kalori
dipakai adalah dengan menggunakan ELISA, Westernblot, tinggi atau larutan 0,1 N asam sitrat untuk memperlambat
frksasi komplemen, dan imunofluoresen. ELISA paling luas pengosongan lambung sehingga kontak antara isotop
penggunaannya. Studi prevalensi di Indonesia dilakukan dengan mukosa lambung lebih baik.
dengan menggunakan metode PIIA, Sedangkan studi klinik Dosis 13C yang diberikan adalah dalam bentuk urea
umwnnya. menggunakan ELI SA. sebanyak 75-100 mg yang memberikan akurasi lebih dari
INFEKSI.TIEZICOAACTER PUZORT DAIY PENYAKIT GASTRO,DUODENAL 505
95 o/o. Terdapat berbagai modifikasi protokol sehingga pemeriksaan. Biopsi standar untuk diagnosis infeksi H.
setiap perubahan memerlukan validasi untuk pylori diambil dari antrum (2) dankorpus (2), sedangkan
mempertahankan akurasi pemeriksaan. untuk menilai adanya metaplasia intestinal biasanya
Isotop 14 C memancarkan radiasi yang dapat dianalisis diambil biopsi pada angulus. Spesimen untuk kultur
dengan scintillation counter. Pengambilan sampel mikrobiologi harus diambil pertama kali karena harus
dilakukan sesudah I 0 dan 20 menit baik dengan atau tanpa dilakukan secara steril. kemudian untuk biopsy urease lest
tes meal. Cara ini relatif murah,letapi harus diperhatikan dan histopatologi.
standar keamanan yang baik, walaupun sebenamya dosis
radiasi sangat kecil. Cara ini tidak dianjurkan pada Biopsy Urease fesf (BUf )
perempuan hamil ataupun anak-anak.
Tersedia berbagai pilihan mulai yang dibuat sendiri dalam
Dalam hal akurasi, kedua cara ini setara, dengan bentuk cairan ataupun padat seperti tes CLO. Dasamya
sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90 %. Hasil positif adalah adanya enzim urease dari kuman H. pylori yang
palsu harus dipertimbangkan bila diduga ada mengubah urea menjadi amonia yang bersifat basa
mikroorganisme lain yang juga menghasilkan urease pada sehingga terjadi perubahan wama media menjadi merah.
keadaan aklorhidria. Hasil negatifpalsu dapat terjadi bila Hasilnya dapat dibaca dalam beberapa menit sampai 24
pasien mendapat antibiotik, antasid, bismuth, atau anti jam, dan pengambilan lebih dari satu spesimen akan
sekresi asam. Karena itu dianjurkan untuk menghentikan meningkatkan akurasi pemeriksaan ini. Sensitivitas
obat tersebut dua minggu sebelum dilakukanpemeriksaan. pemeriksaan ini sekitar 89-98% sedangkan spesifisitasnya
Penggunaan UBT mempunyai kelebihan dibandingkan
mencapai 100%.
dengan tes yang menggunakan spesimen biopsi karena Penggunaan antibiotik atau penghambat pompa
mewakili seluruh permukaan mukosa lambung. Aplikasi proton akan menghambat pertumbuhan kuman sehingga
klinis digunakan untuk deteksi infeksi pada studi harus dihentikan satu minggu sebelumnya. Cara ini
epidemiologi dan individu pasien dan konfirmasi tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan
keberhasilan terapi eradikasi yang dilakukan sesudah 4 terapi eradikasi.
minggukemudian.
Dapat disimpulkan bahwa indikasi tes serologi dan
UBT agak tumpang tindih, sehingga pemanfaatannya
HISTOPATOLOGI
harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pemeriksaan serologi lebih mudah, murah sehingga sangat Pemeriksaan histopatologi dapat digunakan untuk
cocok untuk suatu penelitian populasi yang luas. mendeteksi infeksi H. pylori serta menilai derajat inflamasi
Pemeriksaan UBT tidak memerlukan validasi lokal, gastritis.Pemeriksaan standar dengan pewarnaan H & E
menetapkan adanya infeksi yang aktif, dan merupakan untuk deteksi kuman mempunyai sensitivitas 93 oh dan
pemeriksaan baku emas untuk konfirmasi hasil terapi spesifisitas 87oh dengan akurasi 92%o.Pewamaan khusus
eradikasi. Dengan adanya pemeriksaan noninvasif, terbuka secara Giemsa, Genta atau Warthin-Starry memberikan
kesempatan untuk melakukan penatalaksanaan pasien gambaran H. pylori yang lebih jelas, sedangkan dengan
dispepsia ditingkat pelayanan primer oleh dokter umum, pewarnaan Genta gambaran metaplasia gastrik akan
dengan memperhatikan latar belakang prevalensi infeksi tampak lebih jelas. Densitas kuman akan menurun bila
H. pylori sertapenyakit yang menyertainya, terutama tukak sebelumnya diberikan obat antibiotik atau inhibitor pompa
peptik dan keganasan lambung. proton, sehingga akan menurunkan sensitivitas
pemeriksaan.
Pemeriksaan lnvasif
Pemeriksaan invasif untuk diagnosis infeksi H. pylori Biakan Mikrobiologi
dilakukan dengan mengambil spesimen biopsi mukosa Dalam penatalaksanaan penyakit akibat infeksi H. pylori.
lambung secara endoskopik. Selanjutnya spesimen yang kultur tidak dilakukan secara rutin karena dua alasan. Cara
diambil dengan persyaratan dan cara tertentu akan diagnostik lain baikyang non invasifmaupunyang invasif
diperiksa dengan teknik khusus sesuai dengan tujuan memberikan hasil yang memuaskan dengan akurasi yang
diagnostik yang akan dicapai. Persyaratan yang tinggi. Selain itu pemeriksaan kultur sendiri tidak mudah
dimaksudkan adalah upaya untuk mengurangi dilakukan, dengan sensitivitas yang relatif rendah, berkisar
kemungkinan terjadinya hasil negatif palsu akibat antara66-98 %. Teknik yang dianjurkan adalah dengan tes
pengaruh obat-obatan yang dipergunakan sebelum difusi agar atau dengan E test di mana sekaligus dapat
pengambilan sampel biopsi. Biasanya dianjurkan untuk ditentukan konsentrasi inhibisi minimal dari antibiotik yang
menghentikan obat antibiotik, anti sekresi asam lambung diuji. Pemeriksaan kultur akan sangat membantu untuk
terutama golongan inhibitor pompa proton, pengobatan kegagalan terapi eradikasi, sehingga dapat
bismuth selama satu atau dua minggu sebelum dipilih antibiotik yang sesuai.
506 GAIITROENTEROI.OGI
Polymerase Chain Reaction (PCR) bervariasi mulai dari tanpa gejala, dispepsia fungsional,
Polymerase Chain Reaction mentpakan pilihan yang tukak peptik sampai kanker lambung. Pernah pula
menarik karena sensitivitas yang tinggi (94-100%) serta dilaporkan dalam studi kasus kelola peran infeksi Hp pada
spesifisitas yang tinggi pula (100 %). Bahan yang digunakan penyakitjantung koroner, tetapi peranan berbagai faktor
adalah spesimen biopsi baik yang sudah diparaf,rn maupun risiko dinilai kecil dengan od ratio 1.3. Berikut ini dapat
bekas tes urease seperti CLO. Keuntungannya adalah dilihat peran infeksi Hp pada berbagai penyakit
kemampuannya untuk mendeteksi infeksi dengan densitas gastroduodenal.
yang rendah, bahkanjuga ekspresi dari berbagai gen bakteri
seperti Cag.A. Selain biopsi mukosa lambung, PCR dapat
pula mendeteksi infeksi 1L py lori denganmemeriksa cairan INDIKASI TERAPI ERADIKASI HP
lambung, yang perlu dijaga jangan sampai terjadi
kontaminasi baik dari skop endoskopi maupun dari rongga Sangat Dianjurkan. Ulkus duodeni, ulkus ventrikuli,
mulut atau plak gigi karena dapat memberikan hasil positif MALT Lymphoma gaster derajat keganasan rendah,
palsu. PCR dapat juga dipergunakan untuk menilai hasil riwayat kanker lambung di keluarga, gastritis kronik aktif
terapi eradikasi. Cara ini termasuk pemeriksaan yang canggih (gambaran PA), Paska reseksi kanker lambung dini,
dengan biayayang cukup mahal. gastritis atrofik
Dianjurkan. Keinginan pasien untuk diobati setelah
lnfeksi Hp, Gastritis dan SekresiAsam Lambung mendapat penjelasan yang memadai, dispepsia fungsional
Terdapat hubungan timbal balik antara infeksi Helicobacter (idak ditemukan kelainan perendoskopi, biokimiawi, atau
pylori, gastritis dengan asam lambung. Infeksi Hp yang laboratorium), gastropati obat anti inflamasi non steroid
predominan di antrum akan meningkatkan selcesi asam (OAINS), gastroesophageal reJlux disease (GERD) yang
lambung dengan konsekuensi terjadinya hrkak duodenum. memerlukan terapi antisekresi asam jangka panjang
Inflamasi pada antrum akan menstimulasi sekresi gastrin,
yang selanjutnya akan merangsang sel parietal untuk Evolusi Terapi Eradikasi Hp
meningkatkan sekresi asam lambung. Infeksi Hp akan Pada dasarnya dikenal terapi kombinasi yang didasarkan
meningkatkan kadar Gastrin, yang terutama berasal dari pada obat bismuth dan terapi yang didasarkan pada
mukosa antrum. Selain itu peningkatan sekresi gastrin juga penghambat pompa proton (PPI). Mula-mula digunakan
terjadi akibat menurunnya kadar somatostatin dalam senyawa bismuth sebagai obat tunggal, dengan hasil yang
mukosa antrum, yang berasal dari sel D. Dalam hal ini kurang memuaskan sehingga dikembangkan terapi
secara fisiologis somatostatin atau sel D berfungsi sebagai kombinasi dual, tripel bahkan terapi kuadrapel. Waktu
acid brake, menekan fungsi sel G dan sekresi asam lambung pemberian juga terus diusahakan untuk diberikan sesingkat
oleh sel Parietal. Mekanisme lain adalah melalui peran mungkin mulai dari 4, 2, dan dewasa ini umumnya
sitokin lokal akibat inflamasi antrum yang juga dapat dianjurkan untuk waktu satu minggu. Perkembangan ini
mempengaruhi sekresi somatostatin maupun gastrin. sangat mendukung kepatuhan pasien, karena selain
Apabila gastritis akibat infeksi Hp predominan di korpus, efektivitas yang cukup tinggi, kemungkinan efek samping
sekresi asam lambung akan menurun, dengan risiko j angka menjadi lebih kecil. Walaupun relatif cukup mahal, terapi
panjang yang lebih besar unhrk menjadi kanker lambung. kombinasi dinilai cukup cosl effective terutama karena
Inflamasi korpus yang berat atau luas, akan mengganggu dapat menekan angka kekambuhan dalam jangka panjang,
atau menekan fungsi sel parietal yang menimbukan hipo misalnya dalam pengobatan tukak duodeni dan tukak
atau aklorhidria, biasanya disertai pula dengan ahofi mukosa lambung.
korpus, yang merupakan lesi premaligna untuk terjadinya
keganasan lambung. Sebaliknya, tingkat sekresi asam
lambung yang mungkin dipengaruhi faktor genetik diduga Terapi Eradikasi
berperan temadap perbedaan predominasi gastritis akibat Laporan uji klinis terapi infeksi Hp di Indonesia pada
infeksi Hp. Bila sekresi asam lambung tinggi, akan terjadi mulanya menggunakan monoterapi menggunakan preparat
gastritis predominan anfi1lm, sedangkan bila rendah akan bismuth dengan tujuan supresi dan bukan eradikasi.
terjadi gastritis predominan korpus dengan akibat penyakit Dewasa ini regimen terapi yang digunakan adalah terapi
yang berbeda.
kombinasi antara penghambat pompa proton dengan dua dengan dosis I x 500 mg. Kombinasi lain yang dilaporkan
atau tiga macam antibiotik. efektif adalah PPI bid, rifabutin 300 mg qd (lx sehari),
Pertemuan konsensus nasional penatalaksanaan danamoksisilin2 x I gram.
infeksi Helicobacter pylori diJakarta pada bulan Januari Direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi PAC
2003 menganjurkan regimen terapi sebagai berikut: (P P I - Am oxy c i I I in- C I ar i thr o my c in) sebagai terapi lini
pertama, dan bila gagal dapat dilanjutkan dengan terapi
kuadrupel seperti P-BMT (PP I-B ismuth- Metronida-
Terapi lini pertama / terapi tripel
. zole-Tetracyclln). Namun, pada komunitas dengan
UrutanPrioritas
prevalensi tinggi resistensi terhadap makrolid (> 20%
1. PPI + Amoksisilin + klaritromisin
resisten terhadap klaritromisin), terapi lini pertama
2. PPI + Metronidazol + klaritromisin
sebaiknya terapi kuadrupel. Studi metanalisis terapi
3. PPI+Metronidazol+tetrasiklin
kpadrupel sebagai terapi lini pertama menunjukkan
Pengobatan dilakukan selama I minggu tingkat eradikasi lebih dari 85olo, bahkan pada area
. Dosis dengan resistensi terhadap metronidazol yang tinggi,
).. Prolon Pump Inhibitor dan 690/o lebih efektif dibandingkan PAC pada keadaan
Omeprazole 2x20mg terdapat resistensi terhadap klaritromisin. Analisa cosl-
Lansoprazole 2x30mg effective terapi tripel atau terapi kuadrupel tampak
Rabeprazole 2x 10mg serupa, namun terapi kuadrupel tampaknya sedikit lebih
Esomeprazole 2x20mg cost-effective.
2. Amoksisilin :2x1000mg/hari Fluoroquinolon atau Rifabutin dalam kombinasi
3. Klaritromisin :2x500mg/hari bersama amoksisilin dan PPI menunjukkan hasil yang
4. Metronidazol :3x 500mg/hari menjanjikan. Terapi dengan Rifabutin 2 x 150 mg,
5. Tetrasiklin :4x250mglhui Amoksisilin 2 x 1 gram, dan omeprazol 2 x20 mg selama
I 4 hari men unjukkan erad ika si 7 2oh pada pasien-pasien
yanggagal dengan kombinasi terapi PAC dan P-BMT.
Terapi lini kedua / terapi kuadrupel
Terapi lini pertama dengan LAE, yaitu levofloksasin I x
Terapi lini kedua dilakukan jika terdapat kegagalanpada
kuman 500mg, azihomisin I kali 500mg, danesomeprazol2 x
lini pertama. Kriteria gagal : 4 minggu pasca terapi,
20 mg selama 7 hari lebih efektif (93,3%) dibandingkan
H. Pylori tetap positif berdasarkan pemeriksaan UBT/
terapi standar tripel EAC (70%). Terapi lini kedua
HpSA atau histopatologi.
. helicobacter pyloriP.LA, yaitu rabeprazol2 x20 mg,
Urutan prioritas
levofloksasin I x 500 mg, dan amoksisilin 2 x I gram
- Collodial bismuth subcitrate +PPI+ Amoksisilin +
selama l2harisama efektifrrya dengan terapi kuadrupel
'klaritomisin
- R-BMT, namun lebih ditoleransi dengan baik dan
Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazol
+Klaritromisin menunjukkan c ompl iance serta tingkat kepatuhan
minum obat yang tinggi. Terapi tripel selama l0 hari
- Collodial bismuth subcilyals +PPI+ Metronidazol
+ TehasiklinPengobatan dilakukan selama 1 minggu. dengan levofloksasin, esomeprazol, amoksisilin /
. azitromisin lebih efektif (86,60/0 I 80%) dibandingkan
Dosis collodial bismuth subcitrate.' 4 x 120 mg
regimen klasik E-BMT (71,4%) dan menunjukkan
Bila terapi lini kedua gagal, sangat dianjurkan
compliance yang lebih baik.
pemeriksaan kultur dan resistensi H. Pylori dengan
media transport MIU.
. Regimenantibiotikayangbaru Kriteria Keberhasilan Terapi Eradikasi
Timbulnya resistensi terhadap antibiotika Empat minggu setelah terapi selesai, dilakukan
menyebabkan kesulitan dalam pemilihan regimen terapi pemeriksaan UBT/HpSA atau histopatologi. Jika UBT
lini kedua. Oleh karena itu, seleksi terapi lini pertama negatif atau PAnegatif, terapi dianggap berhasil (sembuh)
harus sudah mempertimbangkan pula pilihan regimen Terapi kombinasi tersebut dianjurkan untuk diberikan
terapi lini kedua yang mungkin akan diimplementasikan selama satu minggu. Mengingat cepatnya terjadi resistensi
bila regimen terapi lini pertama gagal. Regimen terapi Hp terhadap antibiotik, kiranya perlu diadakan penelitian
dengan efektivitas eradikasi > 80% yang dianjurkan pola resistensi di Indonesia secara berkala agar dapat
untuk digunakan pada praktek klinis. menjadi dasar pilihan antibiotik yang tepat. Masalah lain
Pada pasien-pasien yang gagal dengan regimen terapi adalah penilaian keberhasilan eradikasi yang harus
dengan basis klarihomisin, regimen kombinasi terdiri menggunakan metoda diagnostik yang paling peka dan
dari lansoprazol2x30 mg, amoksisilin2xl gram, dan non invasif, terutama untuk penelitian epidemiologis'
levofloksasin 2 x 200 mg dilaporkan menunjukkan Selain standar emas kultur mikrobilogi agaknya
eradikasi 690/o. Levofloksasin dapat pula diberikan pemeriksaan tes Pernapasan urea (urea breath test l3C
s08 GASTROENTEROI.OGI
atau l4C) perlu diadakan dan digunakan secara meluas. helicobacter pylori eradication: a multicenter randomized trial.
Dari segi biaya, regimen terapi dengan eradikasi lebih Am J Gastroenterol 2005; 100: 1696-1701.
Eidt S, Stolte M. The significance of Helicobacler pylori in relation
dari 90 Yo akan menyembuhkan tukak peptik, tanpa perlu
to gastdc cancer and lymphoma. Eur. J Gastroenterol. Hepatol
terapi pemeliharaan sehingga leblh cost effective 1,995;7:318-22.
dibandingkan dengan terapi konvensional. Terapi hipel Fisher RG, Boyce TG. Moffet's Pediatric Infectious Diseases, A
pada awalnya jelas lebih mahal, tetapi dalam jangka panjang Problem-Oriented Approach. 4th edition. Philadelphia:
akan lebih murah. apalagi bila diperhitungkan peningkatan Lippincott Williams & Wilkins 2005.p. 447-48.
kualitas hidup, terbebas dari keluhan dan gangguan Forbes GM. Review: Helicobacter pylori, current issues and new
penyakit. directions. J Gastroenterol. Hepatol. 1997; 12: 479-24
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
Yang dimaksudkan eradikasi adalah hilangnya kuman
2003
pada pemeriksaan 4 minggu pasca terapi yang dibuktikan
KSHPI, Konsensus Nasional Penanggutangan Tnfeksi Helico b acter
dengan metoda yang paling akurat. Dalam pylori, Jakarta:7996 : 6.
perkembangannya dikenal terapi mono, dual, tripel dan Lee A. Helicobacler pylori vaccination-new development and ex-
kuadripe (tabel 2). Dewasa ini dianjurkan adalah terapi isting prospects. Lectures on gastric diseases. Stomach. Kuala
kombinasi dengan penyembuhan lebih dari 90%. lumpur 1996.71-8.
Kesepakatan yang dirumuskan dalam konsensus Mitchell HM, Hazel SL. Li YY et al. Serological response to specific
Helicobacter pylori antigen: Antibody against CagA antigen is
nasional merupakan petunjuk yang dapat digunakan
not predictive of gastric cancer in developing country. Am J
bersama, sekaligus memberikan kemungkinan untuk
Gastroenterol 1996; 91 : 1785-8.
mendapat data penelitian yang bersifat nasional tentang Peek RM, Blaser MJ. Patophysiology of Heliccbacter pylari in-
infeksi Helicobacter pylori di Indonesia. duced gastritis and peptic ulcer diseases. Am J Med 1997; 102:
Pola terapi ideal yang mencakup efektivitas, keamanan, 200 -7.
kepatntran dan cost effectiveness mungkinbelum ada, tetapi Rani AA: Helicobacter pylori infection related gastroduodenal dis-
harus diupayakan terapi optimal yang sesuai dengan eases in Indonesia. Journal of Helicobacter Research 2000;2:
4,1,21 - 24 ISSN 1342
lingkungan dan kondisi pasien.
Rene WM, Huist VD, Josbert J et al. Treatment of Helicobacter
pylori nfectior: Areview ofworld literature. Helicobacter 1996;1
(12):6-19.
Jenis Terapi Eradikasi Soeparyatmo JB, Soewignyo S, Muttaqin z. Survei seroepidemiologik
Terapi Mono infeksi Helicobacter pylori di Surakarta. Dalam Soewignyo S et
Bismuth subsalisilat 5-100 at (ed) Seminar Nasional Helicobacter pylori dan Penyakit
o/o
Colloidal bismuth subcrtrafe (BSS) 10-25 Gastroduodenal. Denpasar; 1995.93-101.
Amoksisilin 15-25o/o Soeswignyo. Muttaqin Z, Diafii MW, Muliartha K. The succes of
Klaritromisin 50% oral therapeutic vaccination to eradicate Helicobacter
lnhibitor pompa proton (lPP) 0-15%
muridarum infection in mice. Symposium on Immune Response
Terapi Dual and Host Defense. Nordwijk, The Netherland, 1996.
Bismuthiamoksisilin 30-60%
Solnick JV, Siddiqui J. Helicobacter pylori. In: Current Diagnosis and
Bismuth/metronidazol 30-60%
Amoksisilin/metronidazol 55-95% Treatment in Infectious Diseases. New York: Lange Medical
IPP/Amoksisilin 55-95% Books/McGraw-Hill 2001.p. 581 - 86.
IPP/klarihomisin 70-90o/o Suerbaum S, Michetti P. Helicobacter pylori infection. N Engl J Med
Ranitidin bismuth sitrat 70-80% 2002;347 (15):1175 - 86.
Terapi Tripel Thomson ABk. Helicobacler pylori : from infection to cure. Can
Bismuth/metro/tetra 80-95% Gastroenterol 1996; 10 (3) : 167.
IPP/metro/amoksilin 70-950/" Travis SPL, Ahmad T,Collier J, Steinhart AH. Helicobacter pylori.
atau klaritromisin
In: Pocket Consultant Gastroenterology. 3rd edition. Massa-
I PP/amoksili n/klaritrom isin 70-90o/o
Ranitidin/bismuth sitraVamoksilin, klaritromisin 80-90% chusetts: Blackwell Publishing 2005.p. 84 - 90.
Terapi Kuadrupel Vakil N, Connor J. Helicobacter pylori eradication: equivalence tri-
Bism uth/m etro/tetra/ I P P > 90% als and the optimal duration of therapy. Am J Gastroenterol
2005; 100: 1702-l'703.
Yamaoka Y, Kita M, Kodama T et al. Helicobacter pylori CagA
gene and expression of cytokine messenger RNA in gastric
mucosa. Gastroenterol 1996; ll0: 1744 - 52.
REFERENSI Zendehdel N, Moghaddam SN, Malekzadeh R, Massarat S, Sotoudeh
M, Siavoshi F. Helicobacter pylori reinfection rate 3 years after
Atherton JC, Blaser MJ. Helicobacter-pylori infection. In: Kasper successful eradication. J Gasteroenterol. Hepatol. 2005;20: 401-
DL, Fauci AS, Braunwald E et al. (eds). Harrison's Principle of 04.
Intemal Medicine. 16th edition. New York: McGraw-Hill
2005.p. 886 - 89.
Calvet X, Ducons J, Bujanda L, Bory F, Montserrat A, Gisbert JP.
Seven versus ten days of rabeprazole triple therapy for
80
GASTRITIS
Hir an
PENDAHUI-UAN ETIOLOGI
Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kausa
pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gastritis yar,g amat penting. Di negara berkembang
gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi
bukan pemeriksaan histopatologi. infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi lagi. Hal ini
Pada sebagian besar kasus inflamasi mukosa gaster menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di
tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis Indonesia, prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori
pasien. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien yang dinilai dengan urea breath test padapasien dispepsi
berkorel4si positif dengan komplikasi gastritis. Pada saat dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju,
ini sudah dikembangkan pembagian gastritis berdasarkan prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori pada anak
suatu sistem yang disebut sebagai Update Sydney sangat rendah. Diantara orang dewasa prevalensi infeksi
System. kuman Helicobacter pylori leblh tinggi dari pada anak-
anak tetapi lebih rendah dari pada di Negara berkembang
yakni sekitar 30 %.
PEMBAGIAN GASTRITIS Penggunaan antibiotika, terutama untuk infeksi paru
dicurigai mempengamhi penularan kuman dikomunitas
Update Sydney System membagi gastritis berdasarkan pada karena antibiotika tersebut mampu mengeradikasi infeksi
topografi, morfologi dan etiologi. Secara garis besar Helicob acter pylori, walaupun persentase keberhasilan-
gastritis dibagi menjadi 3 tipe yakni : 1. Monahopik, 2. nya rendah. Pada awal infeksi oleh kuman Helicobacter
atropik dan 3. bentuk khusus. pylori mukosa lambung akan menunjukkan respons
Selain pembagian tersebut di atas, terdapat suatu inflamasi akut. Secara endoskopik sering tampak sebagai
bentuk kelainan pada gaster yang digolongkan sebagai erosi dan tukak multipel antrum atau lesi hemorogik.
gashopati. Disebut demikian karena secara histopatologik Gastritis akttt akibat H el icob acter pyl ori sering diabaikan
tidak menggambarkan radang. Klasifikasi gastritis oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik.
sesuai dengan Update Sydney System memerlukan Gangguan fungsi sistem imun dihubungkan dengan
tindakan gastroskopi, pemeriksaan histopatologi dan gastritis kronik setelah ditemukan autoantibodi tehadap
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang untuk menentukan faktor intristik dan terhadap secretory canalicular
etiologinya. Biopsi harus dilalcukan dengan metode yang structure sel parietal pada pasien dengan anemia
benar, diqvaluasi dengan baik sehingga morfologi dan pernisiosa. Antibodi terhadap sel parietal mempunyai
topografi kelainan mukosa dapat disintesiskan. Banyak korelasi yang lebih baik dengan gastritis kronik korpus
tindakan gastroskopi yang mengabaikan topografi dalam berbagai gradasi, dibandingkan dengan antibodi
saat mengambll specimens untuk pemeriksaan histo- terhadap faktor intristik. Pasien gastritis kronik yang
patologi. Akibatnyahasil tidak dapat disintesiskan, sehingga mengandung antibodi sel parietal dalam serumnya dan
klasifikasigastritis tidak dapat disusun dengan baik. menderita anemia pemisiosa, mempunyai cirri-ciri khusus
s09
510 GAITTROENTEROLOGI
sebagai berikut: menderita gastritis kronik yang secara menggambarkan poses yang mendasari, misalnya otoimun
histologik menunjukkan gambaran gastritis kronik atropik, atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan-
predominasi korpus dan pada pemeriksaan darah perubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyper-
menunjukkan hipergastrinemia, Pasien-pasien tersebut plasiafoveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel mononuklear,
sering juga menderita penyakit lain yang diakibatkan oleh folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hlperplasia
gangguan fungsi sistem imun. Masih harus dibuktikan sel endokrin, kerusakan sel parietal. Pemeriksaan
bahwa infeksi kuman Helicobacter pylori dapat menjadi histopatologi sebaiknya juga menyertakan pemeriksaan
pemacu reaksi imunologis tersebut. Kecurigaan terhadap kuman Helicobacter pylori.
peran infeksi Helicobacter pylori diawali dengan
kenyataan bahwa pasien yang terinfeksi oleh kuman
Helicobacter pylori mempunyai antibodi terhadap PERJALANAN ALAMIAH GASTRITIS
secretory canalicular structure sel parietal jauh lebih
tinggi dari pada mereka yang tidak terinfeksi. Perjalanan alamiah gastritis kronik akibat infeksi kuman
Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi Helicobacter pylori secara garis besar dibagi menjadi
mukosa lambung misalnya enteric rotayirus dan gastritis kronik non atropi predominasi antrum dan gastri-
calicivirus. Kedua jenis virus tersebut dapat menimbulkan tis kronik atropi multifokal. Ciri khas gastritis kronik
gastroenteritis, tetapi secara histopatologi tidak spesifrk. nonatropi predominasi antrum adalah : inflamasi moderat
Hanya cytomegalovirus yang dapat menimbulkan sampai berat mukosa antrum, sedangkan inflamasi di korpus
gambaran histopatologi yang yang khas infeksi ringan atautidak ada sama sekali. Antrumtidakmengalami
cytomegalovirus pada gaster biasanya merupakan bagian atropi atau metaplasia. Pasien-pasien seperti ini biasanya
dari infeksi pada banyak organ lain, terutama pada organ asimtomatis, tetapi mempunyai risiko menjadi tukak <iuo-
muda dan imunocompromized. denum. Gastritis kronik atropi multifokal mempunyai ciri-
Jamw Candida species, Histoplasma capsulatum dart ciri khusus sebagai berikut : tef adi inflamasi pada hampir
Mukonaceae dapat menginfeksi mukosa gaster hanya seluruh mukosa, seringkali sangat berat berupa atropi atau
pada pasien immuno compromized. Pasien yang sistem metaplasia setempat-setempat pada daerah antrum dan
imunnya baik biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. korpus. Gastritis kronik atropi multifokal merupakan faktor
Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang risiko penting displasia epitel mukosa dan karsinoma gaster.
mudah terkena infeksi parasit. Infeksi Helicobacter pylori juga sering dihubungkan
Obat anti-inflamasi nonstreroid merupakan penyebab dengan limfomaMAlT.
gashopati yang amat penting. Gastropati akibat OAINS Gastritis kronik atrofik predominasi korpus atau sering
bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri disebut gastritis kronik autoimun setelah beberapa dekade
uluhati sampai pada tukak peptik dengan komplikasi kemudian akan diikuti oleh anemia pernisiosa dan ciefisiensi
perdarahan saluran cema bagian atas. besi. Hipoklorhidria dan gastrinemia yang berlangsung
lama merupakan faktor risiko metaplasia intestinal dan
selanjutnya terjadi displasia dan karsinoma gaster tipe
DIAGNOSIS intestinal. Gastritis kronik autoimun juga merupakan faktor
risiko polip gaster dan tumor endokrin.
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang
mempunyai keluhan biasanya berupa keluhan yang tidak
khas. Keluhan yang sering dihubung-hubungkan dengan
PENGOBATAN
gastritis adalah nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai
mual kadang-kadang sampai muntah. Keluharr-keluhan Pengobatdn gastritis akibat infeksi kuman Helicobacler
tersebut sebenarnya tidak berkorelasi baik dengan pylori bertujuan untuk melakukan radikasi kuman
gastritis. Keluhan-keluhan tersebut juga tidak dapat tersebut. Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara
digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. universal untukmelakukan eradikasi adalah infeksi kuman
Pemeriksaan fisis juga tidak dapat memberikan informasi Helicobacter pylori yang ada hubungannya dengan
yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. tukak peptik dan yang berhubungan dengan low grade
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksan B cell lymphoma. Sedangkan pasien yang menderita
endoskopi dan histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan dispepsia non tukak, walaupun berhubungan dengan
dengan sistematis sesuai dengan update Sydney System infeksi kuman Helicobacter pylori eradikasi terhadap
yang mengharuskan mencantumkan topografi . Gambaran kuman tersebut masih menjadi perdebatan. Mereka yang
endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, setuju berpendapat bahwa eradikasi kuman tersebut
flat-erosion, raised erosion, perdarahan, edematous ditinjau dari epidemiologi diharapkan dapat menekan
rugae. Perubahan-perubahan histopatologi selain kejadian atrofi dan metaplasia pada pasien-pasien yang
menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat sudah terinfeksi. Selanjutnya dapat mencegah tukak
GASITRITIS 511
peptik, kanker lambung dan limfoma. Mereka yang tidak diresepkan. Obat ini dianggap sebagaiJirst line therapy
setuju menganggap bahwa belum cukup bukti eradikasi untuk arthritis dan digunakan secara luas pada kasus
dapat berimplikasi sedemikian luas. Eradikasi dilakukan trauma, nyeri pasca pembedahan dan nyeri-nyeri yang lain.
dengan kombinasi antara berbagai antibiotik dan proton Sebagian besar efek samping OAINS pada saluran cerna
pump inhibitor (PPI). Antibiotika yang dianjurkan adalah bersifat ringan dan reversibel. Hanya sebagian kecil yang
klaritomisin, amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin. Bila menjadi berat yakni tukak peptik, perdarahan saluran cerna
PPI dan kombinasi 2 antibiotika gagal dianjurkan dan perforasi. Risiko untuk mendapatkan efek samping
menambahkan bismuth subsalisilat/subsitral (Tabel 1). OAINS tidak sama untuk semua orang. Faktor risiko yang
Pengelolaan gastritis otoimun ditujukan pada 2 hal penting adalah : usia lanjut, digunakan bersama-sama
yakni defisiensi kobalamin dan lesi pada mukosa gaster. dengan streroid, riwayat pernah mengalami efek sampaing
Atrofi mukosa gaster merupakan keadaan yang ireversibel. OAINS, dosis tinggi atau kombinasi lebih satu macam
Kuman sering bersama-sama dengan penyakit autoimun OAINS dan disabilitas (Tabel 2).
yang lain, sebaiknya penyakit yang menyertai tersebut
diterapi. Memperbaiki difrsiensi kobalamin sering dapat
memperbaiki kornplikasi yang timbul akibat difisiensi
tersebut. Komplikasi yang berupa kelainan patologik Terbukti sebagai faktor risiko
memang lebih sukar diatasi. Dipikirkan untuk malakukan Usia lanjut > 60 tahun
Riwayat pernah menderita tukak
surveillance terhadap kemungkinan kanker dengan Digunakan bersama-sarna dengan steroid
pemeriksaan gastroskopi secara periodik. Dosis tinggi atau menggunakan 2 jenis OAINS
Menderita penyakit sistemik yang berat
Gastritis limfositik, sering ada hubungannya dengan Mungkin sebagai faktor risiko
infeksi Helicobacter pylori, bila hal itu terbukti, eradikasi Bersama-sama dengan infeksi Helicobacter pylori
dapat dilakukan dan sering kali membawa perbaikan. Belum Merokok
Meminum alkohol
ada terapi khusus untuk gastritis limfositik idiopatik. PPI
dosis standar dapat dicoba dan sering kali memberikan
perbaikan. Sedangkan gastritis limfositik yang menyertai
penyakit lain, misal enteropati gluten, pengelolaan
ditujukan kepada penyakit primer. PATOFISIOLOGI GASTROPATI OAINS
endoskopi akan dijumpai kongesti mukosa, erosi-erosi Pasien yang dapat menghentikan gangguan OAINS,
kecil kadang-kadang disertai perdarahan kecil-kecil. Lesi obat-obat anti hrkak seperti golongan sitoproteksi, ARH2
seperti ini dapat sembuh sendiri. Kemampuan mukosa dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik.
mengatasi lesi-lesi ringan akibat rangsang kemis sering Sedangkan pasien yang tidak mungkin menghentikan
disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya
berupa erosi dan tukak multipel, perdarahan luas dan menggunakan PPI. Mereka yang mempunyai faktor risiko
perforasi saluran cerna. untuk mendapat komplikasi berat, sebaiknya diberi terapi
Secara histopatologi tidak khas. Dapat dijumpai pencegahan menggunakan PPI atau misoprostol.
regenerasi epitelial, hiperplasi foveolar, edema lamina Misoprostol adalah analog prostaglandin. Pemberiannya
propria dan ekspansi serabut otot polos ke arah mukosa. dapat mengimbangi penurunan produksi prostaglandin
Ekspansi dianggap abnormal bila sudah mencapai kira- akibat OAINS. Sayangnya efek samping obat ini sangat
kira sepertiga bagian atas. Tanpa informasi yang jelas mengganggu, sehingga penggunaannya terbatas.
tentang konsumsi OAINS gambaran histopatologi seperti
ini sering disebut sebagai gastropati reaktif.
REFERENSI
Sel parietaljuga dikenal sebagai sel oksintik biasanya membran sel. Lapisan mukosa yang tidak tembus air
didapati di daerah leher atau isthmus atau kelenjar oksintik. merintangi difusi ion dan molekul seperti pepsin.
Sel parietal yang tidak terangsang, punya sitoplasma Bikarbonat memiliki kemampuan mempertahankan
tubulosvesikel dan kanalikuli intraselular yang berisi perbedaan pH yakni pH l-2 di dalam lumen lambung
mikrovili ukuran pendek sepanj ang permukaan atas/apikal. dengan pH 6-7 di dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat
Enzim H*, Kt-Af'Pase didapati didaerah membran dirangsang oleh Ca**, PG, cholinergik dan keasaman
tubulovesikel. Bila sel dirangsang, membran ini, dan lumen
membran apikal lainnya diubah menjadi jaringan padat dari
kanalikuli intraselular apikal yang mengandung mikrovili Sel epitel permukaan adalah perlahanan kedua dengan
kemampuan:
ukuran panjang. Selaesi HCI dari kanikuli ke lumen lambr.urg
memerlukan energi besar berasal dari pemecahan H*, K*-
. Menghasilkan mukus.
AIP oleh enzim H*, K*-AIP ase o, terjadi pada permukaan
. Transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonat
yang dapat mempertahankan pH intraselular (pH 6-7).
atas kanalikuli yang dihasilkan 30-,40% jumlah total
mitokandria.
. Intracellular tight junction
Bila pertahanan pre epitel dapat ditembus oleh faktor
agresif maka sel epitel yang berbatasan dengan daerah
yang rusak berpindah/migrasi memperbaiki kerusakan/
restitusi. Proses ini bukan pembelahan sel, memerlukan
Pori-pori lambung sirkulasi darah yang baik dan mileu alkali. Beberapa faktor
(foveolus)
I mukus permukaan perhrmbuhan memegang peran seperti : EGF, FGF, TGFcr
dalam membanfu proses restitusi.
Kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki melalui
proses restitusi dilaksanakan melalui proliferasi sel.
Sel leher m ukosa Regenerasi sel epitel diatur oleh PG, FGF dan TGFu,.
Berurutan dengan pembaruan sel epitel, terjadi
.= pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) dalam
o areal kerusakan. FGF dan VEGF (Vascular Endothelial
Growth Factor) memegang peran penting dalam proses
Io
angiogenesis ini.
Sistem mikrovascular yang rapi didalam lapisan sub
mukosa lambung adalah komponen kunci dari pertahanan/
perbaikan sistem sub epitel. Sirkulasi yang baik yang dapat
menghasilkan bikarbonat/HCO, untuk menetralkan HCl
Gambar 1. Susunan dari sel oksintik kelenjar lambung (dikutip yang disekresi sel parietal, memberikan asupan
dari Harrison)
mikronutrien dan oksigen sertamembuang hasil metabolik
toksik.
Faktor Pertahanan Mukosa Gastro Duodenal PG yang banyak ditemukan pada mukosa lambung,
Epitel gaster mengalami iritasi terus menerus oleh 2 faktor dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat memegang
perusak: peran sentral pada pertahanan dan perbaikan sel epitel
1). Perusak Endogen (HCl, pepsinoger/pepsin dan garam lambung, menghasilkan mukus-bikarbonat, menghambat
empedu);
2). Perusak Eksogen (obat-obatan, alkohol dan bakteri).
Untuk penangkal iritasi tersedia sistem biologi canggih,
dalam mempertahankan keutuhan dan perbaikan mukosa
lambung bila timbul kerusakan. Sistem pertahanan mukosa
gastroduodenal terdiri dari 3 rintangan yakni: Pre epitel,
epitel, post epitel/sub epitel.
Lapisan pre epitel berisi mukus-bikarbonat bekerja sebagai
rintangan fisikokemikal terhadap molekul seperti ion
hidrogen, mukus yang disekresi sel epitel permukaan
mengandung 95 %o air dan campuran lipid dengan
glikoprotein. Mucin, unsur utama glikoprotein dalam ikatan
dengan fosfolipid, membentuk lapisan penahan akl Gambar 2. Komponen pertahanan dan perbaikan mukosa
hidrofobik dengan asam lemak yang muncul keluar dari gastroduodenal (dikutip dari Harrison)
TUI(AKGASTER 515
sekresi sel parietal, mempertahankan sirkulasi mukosa dan dan kolesistokinin). Dalam keadaan fisiologi fase - fase
restitusi sel epitel. tersebut berlangsung secara bersamaan.
mentrans lokasi cag A kedalam sel host), hidup diantrum, Garis besar pengobatan tukak peptik adalah eradikasi
migrasi ke proksimal lambung dapat berubah menjadi kuman HP serta pengobatan/pencegahan gastropati
kokoid suatu bentuk dorman bakteri. Infeksi kuman Hp OAINS.
akut dapat menimbulkan pan gastritis kronik diikuti atrofi
sel mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal dan
hipoasiditas. Proses ini dipengaruhi oleh faktor host,
lamanya infeksi (lokasi, respon inflamasi, genetik), baheri
(virulensi, strukfur, adhesin, porins, enzim (urease vac A,
cagA, dll ) dan lingkungan (asam lambung, OAINS,
empedu dan faktor iritan lainnya) dan terbentuklah
gastritis kronik tukak gaster, Mucosal Associated
Lymphoid Tissue (MAII) hmfoma dan Kanker Lambung.
HP dapat menyebabkan gastritis kronis aktif tipe B dan
tukak peptikum. Bakteri Hp ini merupakan keluarga dari
Campylobacter yatg digambarkan pertama kali oleh
Gambar 5. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelainan
Marshall pada tahun 1983. HP merupakan penyebab gastroduodenal dan malt limfoma
terbanyak dari tukak pada antrum gaster dan tukak
duodeni, dan selanjutnya kuman ini berperan untuk
terbentuknya MALL
Tukak gaster kebanyakan disebabkan infeksi HP
(30-60%) dan OAINS sedangkan tukak duodenum hampir
90% disebabkan oleh HP, penyebab lain adalah Sindrom
Zollinger Elison. 4 Ulcercaenic(obals
FU Obat
Kebanyakan kuman patogen memasuki barrier dari Oesteoporosis,sigarel
emosional,ge m pa
Epitel: - Pre epile
mukosa gaster, tetapi HP sendiri jarang sekali memasuki bum i/perang
CO PD,sirosis,G G K) - Epitel
- Posl ep tel
epitel mukosa gaster ataupun bagian yang lebih dalam
dari mukosa tersebut. Biasanya infeksi HP yang terjadi
bersifat asimtomatik dimana diperkirakan terdapat dua
milliar penduduk menderita infeksi Hp. Teladinya penyakit Gambar 6. Berbagai penyebab tukak peptik
ataupun asimtomatik tergantung kepada dua hal, yaitu
faktor host dan adanya perbedaan genetik dari strain HP
yang ada. GAMBARAN KLINIS
Bila Hp bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi
adalah Hp dapat bertahan di dalam suasana asam di Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh
lambung; kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindroma kllinik /
lambung, danpada akhirnyaHp berkolonisasi di lambung kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cema seperti
tersebut. Sebagai akibatnya Hp berploriferasi dan dapat mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa / terapan,
mengabaikan sistem mekanisme pertahanan tubuh yang rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa
ada. Pada keadaan tersebut beberapa faktor dari Hp kenyahg.
memainkan peranblr penting diantaranya urease memec ah Dispepsia secaraklinis dibagi atas : 1).Dispepsia akibat
urea menjadi amoniak yang bersifat basa lemah yang gangguan motilitas; 2). Dispepsia akibat tukak;
melindungi kuman tersebut terhadap mileu asam HCl. 3).Dispepsia akibat refluks; 4). Dispepsia tidak spesifik
Pada dispepsia akibat
gangguan motilitas keluhan yang
Antrum paling menonjol adalah perasaan
predominant kembung, rasa penuh ulu hati
gastritis
setelah makan, cepat merasa
kenyang disertai sendawa. Pada
dispepsia akibat refluks keluhan
yang menonjol berupa perasaan
nyeri ulu hati dan rasa seperti
terbakar, harus disingkirkan
adanya pasien kardiologis.
Pasien tukak peptik
TUI(AKGASTER 517
memberikan ciri ciri keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi
tidak nyamanldiscomfort disertai muntah. Pada tukak brushing dengan biopsi melalui endoskopi.
duodeni rasa sakit timbul waktu pasien merasa lapar, rasa Biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak minimal
sakit bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit 4 sampel unhrk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil
hilang setelah makan dan minum obat antasida (Hunger sampel dari 3 kuadran dari dasar, pinggir dan sekitar tukak
Pain Food Relle/: HPFR). Rasa sakit tukak gaster timbul (minimal 3x2 : 6 sampel). Dengan ditemukannya kuman
setelah makan, berbeda dengan tukak duodeni yang merasa Helicobacter pylori sebagai etiologi hrkak peptik maka
enak setelah makan, rasa sakit tukak gaster sebelah kiri dan dianjurkan pemeriksaan tes CLO, serologi, dan UBT
rasa sakit tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut. dengan biopsi melalui endoskopi.
Rasa sakit bermula pada satu titik (pointing sign) aktrimya Gambaran radiologi suatu tukak berupa craterkawah
difus bisa menjalar kepunggung. Ini kemungkinan dengan batas jelas disertai lipatan mukosa yang teratur
disebabkan penyakit bertambah berat atau mengalami keluar dari pinggiran tukak dar. niche dan gambaran suatu
komplikasi berupa penetrasi tukak keorgan pankres. proses keganasan lambung biasanya dijumpai suatu
Walaupun demikian rasa sakit saja tidak dapat filling defect Gambaran endoskopi untuk suatu tukak jinak
menegakkan diagnosis tukak gaster karena dispepsia berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin
nonilkus juga bisa menimbulkan rasa sakit yang sama, juga dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari
tidak dapat digunakan lokasi sakit sebelah kiri atau kanan pinggiran tukak. Gambaran tukak gaster akibat keganasan
tengah perut. Adapun tukak akibat obat OAINS dan tukak adalah'. Boorman I/polipoid, B-IVulceratif, B-IIVinfi ltratif,
pada usia lanjut/manula biasanya tidak menimbulkan B-IV/linitis plastika (scirrhus). Karena tingginya kej adian
keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya berupa keganasan pada tukak gaster (70o/o)maka dianjurkan untuk
perdarahan dan perforasi. Muntah kadang timbul pada dilakukan biopsi dan endoskopi ulang setelah 8- 12 minggu
tukak peptik disebabkan edema dan spasme seperti tukak terapi eradikasi.
kanal pilorik (obstruksi gastic outlet). Tukak prepilorik Kelebihan endoskopi dibanding radiologi: 1). Lesi kecil
dan dudodeni bisa menimbulkan gastric outlet obstruction diameter < 0.5 cm dapat dilihat, dilakukan pembultan foto
melalui terbentuknya fibrosis/oedem dan spasme. dokumentasi adanya tukak. 2).Lesi yang ditutupi oleh
gumpalan darah dengan penyemprotan air dapat dilihat.
3). Radiologi tidak dapat memastikan apakah suatu tukak
Pemeriksaan Fisis
ganas atau tidak, tidak dapat menenhrkan adanya kuman
Tukak tanpa komplikasi jarang menunjukkan kelainan fisik.
HP sebagai penyebab tukak.
Rasa sakit/nyeri ulu hati, di kiri garis tengah perut, terjadi
Sugesti seseorang menderita penyakit tukak perlu
penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat
dipikirkan bila ditemukan: l). Adanya riwayat pasien tukak
dijumpai pada tukak gaster tanpa komplikasi. Nilai ramalan
dalam keluarga, 2). Rasa sakit klasik dengan keluhan yang
untuk tanda fisik ini kurang berarti. Perasaan sangat nyeri,
spesifi k, 3 ). Faktor predisposisi seperti pemakaian OAINS,
nyeri tekan perut, perut diam tanpa terdengar peristalik
perokok berat dan alkohol, 4). Adanya penyakit kronik
usus merupakan tanda peritonitis. Goncangan perut atau
seperti PPOK dan sirosis hati, 5). Adanya hasil positif
succusion splashing dijumpai 4 - 5 jam setelah makan
kuman HP dari serologi/IgG anti HP atau UBT.
disertai muntah-muntah yang dimuntahkan biasanya
makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya
merupakan landa adanya retensi cairan lambung, dari
DIAGNOSIS
komplikasi ttkaV gas tri c o u tl et o b s truct i o n atat stenosis
pilorus. Takikardi, syok hipopolemik, tanda dari suatu
Diagnosis tukak gaster ditegakkan berdasarkan: 1).
perdarahan. Laboratorium tidak ada yang spesifik untuk
Pengamatan klinis, dispepsia (sakit dan discomfort),
penyakit tukak gaster.
kelainan fisik yang dijumpai, sugesti pasien tukak. 2). Hasil
pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopD. 3).
Pemeriksaan Penunjang: Radiologi dan Hasil biopsi untuk pemeriksaan tes CLO, histopatologi
Endoskopi kumanHp.
Pemeriksaan radiologi dengan barium meal kontras ganda Diferensial diagnosa tukak peptik: 1). Dispepsia non
dapat digunakan dalam menegakkan diagnosis tukak tukak; 2). Dispepsia fungsional; 3). Tumor lambung/saluran
- akhir ini berhubung para ahli radiologi
peptik, tetapi akhir cerna atas proksimal; 4). Gastro esophageal reflux
sudah lebih memantapkan diri pada radiologi disease (GERD); 5). Penyakit vaskular; 6). Penyakit
intervensional dan pakar gastroenterologi sudah pankreato bilier; 7). Penyakit Gastroduodenal Crohn's
mengembangkan diri sedemikian maju dalam bidang
diagnostik dan terapi endoskopi maka untuk diagnostik KomplikasiTukak
tukak peptik lebih dianjurkan pemeriksaan endoskopi. Di Komplikasi menurun setelah datatgnya obat ARH2/PPI
samping itu untuk memastikan diagnosa keganasan tukak dan terapi eradikasi kuman HP. Komplikasi terdiri atas: 1).
518 GAIIIROENTEROI.OGI
Perdarahan; 2). Perforasilpenetrasi; 3). Obstruksilstenosis. kesembuhan tukak; 3). Mencegah kekambuhan/rekurensi
Perdarahan. Insiden 15 - 2syo,meningkat pada usia lanjut tukak; 4). Mencegah komplikasi
(> 60 tahun) akibat adanya penyakit degeneratif dan Walaupun tukak gaster atau tukak duodeni sedikit
berbeda dalam patofisiologi tetapi respon terhadap terapi
meningkatnya pemakaian OAINS Qlo/otanpa simtom dan
tanda penyakit sebelumnya). Sebagian besar perdarahan
sama. Tukak gaster biasahya ukurannya lebih besar,
akibatnya memerlukan waktu terapi yang lebih lama. Untuk
berhenti spontan, sebagian memerlukan tindakan endoskopi
pengobatan tukak gaster sebaiknya dilakukan biopsi untuk
terapi, bila gagal dilanjutkan dengan tindakan operasi (5%
menyingkirkan adanya suatu keganasan/kanker lambung.
dari pasien yang memerlukan tranfusi darah). Pantozol./PPl
2 amp/l00 cc NACI}.9 drips selama 10 jam secaraparenteral
Terapi terdiri dari: l). Non medikamentosa, 2).
Medikamentosa, 3). Tindakan operasi.
dan diteruskan beberapa hari dapat menurunkan kejadian
ulang perdarahan, pemberian transfusi dengan
memperhatikan tanda-tanda hemodinamik : 1). Tekanan darah Non Medikamentosa
sistol < 1 00 mmHg; 2). IB < l0 gr %; 3). Nadi > I 00 / menit;
Istirahat. Secara umum pasien tukak dianjurkan
4). HT < 30 / jam dianjwkan pemberian transfusi dengan
pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada
darah segar sampai HT > 30.
komplikasi baru dianjurkan rawat inap di rumah sakit. Di
Perforasi, rasa sakit tiba tiba, sakit berat, sakit difus Inggris 25%o pasien tukak peptik dengan keluhan tanpa
pada perut. Insidensi 6-7Yo, hanya 2-3o/o mengalami pengobatan bisa bekerja normal,50%opasien tukak dengan
perforasi terbuka ke peritoneum, l0olo tanpa keluhan / tanda keluhan, disertai pengobatan bisa bekerja normal, sedang
perforasi dan lloh disertai perdarahan tukak dengan 25Yo dengan komplikasi harus rawat inaplrumah sakit.
mortalitas yang meningkat. Insiden perforasi meningkat Penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap
pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan walaupun mekanismenya belum jelas, kemungkinan oleh
meningkatnya penggunaan OAINS. Perforasi tukak gaster bertambahnya jam istirahat berkurangnya refluks empedu,
biasanya ke lobus kiri hati, dapat menimbulkan fistula stres dan penggunaan analgetik. Stres dan kecemasan
gastro kolik. Penetrasi adalah suatu bentuk perforasi yang memegang peran dalam peningkatan asam lambung dan
tidak terbukaltanpa pengeluaran isi lambung karena penyakit tukak. Walaupun masih ada silang pendapat
tertutup oleh omentumlorgan perut di sekitar. Terapi mengenai hubungan stres dengan asam lambung,
perforasi : dekompresi, pemasangan nasogastrlk tub e, sebaiknya pasien hidup tenang dan menerima stres
aspirasi cairan lambung terus menerus, pasien dipuasakan, dengan wajar.
diberi nutrisi parenteral total dan pemberian antibiotika Secara klnik pasien dengan keluhan dispepsia (tidak
diikuti tindakan operasi. mempunyai simtom alarm dan usia di bawah 45 tahun ).
Dapat dilakukan terapi empiris : I ). Dismotilitas like,kehtrtart
Stenosis piloriU Gastric O utlet O bstruction: Insidensi
cepat kenyang/rasa penuh diberi prokinetik,antasida,ARH2/
l-2 % dai pasien tukak. Keluhan pasien akibat obstruksi
PPI, 2). Refluks like,rasa terbakar ulu hati diberi prokinetik
mekanik berupa cepat kenyang, muntah berisi makanan
PPVdosis ganda, j). Ucer like, keluhan nyeri, muntah sakit
tak tercerna, mual, sakit perut setelah makanipost
tengah malan[IPFR diberi PPVARH2, 4). Tidakjelas diberi
prandial, berat badan turun.
terapi campuran.
Kejadian obstruksi bisa temporer akibat peradangan
Selain melalukan terapi empiris pada pasien dispepsia
daerah peri pilorik timbul odema, spasme. Ini akan membaik
uninvestigated dapat dilakukan pendekatan melalui 3 cara:
bila keradangan sembuh. Penghambat pompa proton (PP!
amp dalam 100 cc NaCl0.9 diberi selama 10 jam dan dapat
l. Empiris, berdasarkan simtom predominan (tidak ada
tanda alarm dan umur < 40 tahun ).
diteruskan selama beberapa hari (7- I 0 hari) hingga obstruksi
hilang.
2. Test and treat (periksa HP dengan UBT, serologi
validated) dan bila HP (+) diberi terapi eradikasi.
Bisa obstruksi permanen akibat fibrosis dari suatu tukak
sehingga mekanisme pergerakan antro duodenal terganggu.
3. Prompt endoskopi (> 55%);investigated dispepsia
(ada tanda alarm, umur > 40 tahun). Terapi berdasarkan
Terapi : dekompresi, pasang nasogastrik tube, darr
lesi yang dijumpai.
aspirasi isi lambung, puasa/TPN, dilanjutkan dengan
pemasangan balon dilatasi dengan endoskopi dan bila Diet. Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang
gagal dilakukan tindakan operasi piloroplasti. mengandung susu tidak lebih baik daripada makanan
biasa, karena makanan halus dapat merangsang
pengeluaran asam lambung . Cabai, makanan merangsang,
TERAPI makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa
sakit pada beberapa pasien tukak dan dispepsia non
Tujuan terapi adalah : 1 ). Menghilangkan keluhan/simtom tukak, walaupun belum didapat bukti keterkaitannya.
(sakit atau dispepsia) ; 2). Menyembuhkan/memperbaiki Pasien kemungkinan mengalami intoleransi terhadap
TUKAKGASTTER 519
beberapa jenis makanan tertentu atau makanan tersebut tidur 3 jam setelah makan). Efek samping berinteraksi
mempengaruhi motilitas gaster. Dalam hal ini dianjurkan dengan obat digitalis, INH, barbiturat, salisilat dan kinidin.
pemberian makanan dalam jumlah yang moderat atau Antasida yang mengandung calcium carbonat
menghindari makanan tersebut. Pandangan masa kini menimbulkan MAS /Milk Alkaline syndrome
makanan tidak mempengaruhi kesembuhan tukak. (hiperkalsemia, hipefosfatemia, renal calcinosis) dan
Beberapa peneliti menganjurkan makanan biasa, lunak, progresi kearah gagal ginjal.
tidak merangsang dan diet seimbang. t
Obat penangkal kerusakan mukus
Merokok menghalangi penyembuhan tukak gaster
kronik, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, Koloid bismuth (Coloid Bismuth Subsitrat/CBS dan
menambah keasaman bulbus duodeni, menambah refluks Bismuth SubSalisilatlBSS). Mekanisme kerja belum jelas,
duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pilorus sekaligus kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama
meningkatkan kekambuhan tukak. Merokok sebenamya protein pada dasar tukak dan melindunginya terhadap
tidak mempengaruhi sekresi asam lambung tetapi dapat pengaruh asam dan pepsin, berikatan dengan pepsin
memperlambat kesembuhan luka tukak sertra meningkatkan sendiri, merangsang sekresi PG bikarbonat, mukus. Efek
angka kematian karena efek peningkatan kekambuhan samping jangka panjang dosis tinggi khusus CBS neuro
penyakit saluran pernafasan, penyakit paru obstruksi toksik.
menahun (PPOM) dan penyakit jantung koroner. Obat ini mempunyai efek penyembuhan hampir sama
Alkohol belum terbukti mempunyai bukti yang dengan ARH2 serta adanya efek bakterisidal terhadap
merugikan. Air jerukyang asam, coca cola, bir, kopi tidak Helicobacter pylori sehingga kemungkinan relaps
mempunyai pengaruh ulserogenik pada mukosa lambung berkurang.
tetapi dapat menambah sekresi asam lambung dan belum Dosis : 2 x 2 tablet sehari. Efek samping tinj a berwarna
jelas dapat menghalangi penyembuhan tukak dan kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan
sebaiknya diminum jangan sewaktu perut kosong. perdarahan.
Perubahan gaya hidup dan pekerjaan kadang-kadang Sukralfat. Suatu komplek garam sukrosa dimana grup
menimbulkan kekambuhan penyakit tukak. hidroksil diganti dengan aluminium hidroksida dan sulfat.
Obat-obatan. OAINS sebaiknya dihindari. Pemberian Mekanisme keq' a kemungkinan melalui pelepasan kutub
secara parenteral (supositoria dan injeksi) tidak terbukti aluminium hidroksida yang berikatan dengan kutub positif
lebih aman. Bila diperlukan dosis OAINS diturunkan atau molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada
dikombinasi dengan ARH2/ PPl/misoprostrol. Pada saat dasar tukak, yang melindungi tukak dari pengaruh agresif
ini sudah tersedia COX 2 inhibitor yang selektif untuk asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesa prostaglandin,
penyakit OA/RA yang kurang menimbulkan keluhan kerjasama denganEGF, menambah sekresi bikarbonat dan
perut. Pemakaian aspirin dosis kecil untuk pasien mukus, meningkatkan daya pertahanan dan perbaikan
kardiovaskular belum menjamin tidak terjadi kerusakan mukosal. Efek samping konstipasi, tidak dianjurkan pada
mukosa lambung. Penggunaan parasetamol atau kodein gagal ginjalkronik. Dosis :4x 1 gram sehari.
sebagai analgetik dapat dipertimbangkan. Prostaglandin. Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam
Garis besar pengobatan tukak gaster saat ini dengan lambung menambah sekresi mukus, bikarbonat dan
melakukan eradikasi HP dan pencegahan/pengobatan meningkatkan aliran darah mukosa serta pertahanan dan
OA]NS. perbaikan mukosa. Efek penekanan sekresi asam lambung
kurang kuat dibandingkan dengan ARH2. Biasanya
Medikamentosa digunakan sebagai penangkal terjadinya tukak gaster pada
pasien yang menggunakan OAINS. PGE,/misoprostol
Antasida. Pada saat sudah jarang digunakan,
ini antasida
yang telah diakui oleh FDA.
antasida sering digunakan untuk menghilangkan keluhan
Dosis 4 x 200 mgatart2 x 400 mgpagi dan malam hari.
rasa sakit/dispepsia. Pada masa lalu sebelum kita kenal
Efek samping diare, mual, muntah dan menimbulkan
adanya ARH2 yg dapat memblokir pengeluaran asam,
kontraksi otot uterus/ perdarahan sehingga tidak
antasida adalah obat satu satunya untuk tukak peptik.
dianjurkan pada perempuan yang bakal hamil dan yang
Preparat yang mengandung magnesium dapat menginginkan kehamilan.
menyebabkan BAB/tidak berbentuk/loose, tidak
dianjurkan pada gagal ginjal karena menimbulkan Antagonis reseptor H2IARII2 (simetidin, ranitidine,
hipermagnesemia dan kehilangan fosfat sedangkan famotidine, Nizatidine), struktur homolog dengan histamin.
alumunium menyebabkan konstipasi dan neurotoksik tapi Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel
bila kombinasi kedua komponen saling menghilangkan efek parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk
samping sehingga tidak terjadi diare, ataupun konstipasi. mengeluarkan asam lambung. Inhibisi ini bersifat reversibel.
Dosis: 3 x 1 tablet,4 x 30 cc (3 kali sehari dan sebelum Pengurangan sekresi asam post prandial dan nokturnal,
520 GASIIROENTEROII)GI
yaitu sekresi nokturnal lebih dominan dalam rangka maksimal 2 - 6 j am dam lamanya efek ke4' a 7 2 -9 6 jam. PPI
penyembuhan dan kekambuhan tukak/sikardian. menggangu absorpsi dari obat ampisilin, ketonazole, besi
Dosis terapeutik : dan oksigen.
Simetidin : dosis 2 x 400 mg atau 800 gr malam hari Dosis:
Ranitidin 300mgmalamhari. . Omeprazole2 x20mglstandard dosis atau I x 40 mg I
Nizatidine I x300mgmalamhari double dosis
Famotidin l x40mgmalam hari . Lansoprazole/Parfioprazol2 x40 m{standard dosis atau
Roksatidin 2 x 7 5 mg atat 1 50 mg malam hari I x 60 mg/double dosis.
Dosis terapetik dari keempatARH2 dapat menghambat Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
sekresi asam dalam potensi yang hampir sama, tapi efek kenaikan gastrin darah dan dapat menimbulkan tumor
samping Simetidin lebih besar dari Famotidin karena dosis karsinoid pada tikus percobaan belum terbukti pada
terapeutik lebih besar. manusia. Rabeprazol, Esomesoprazol pantoprazol
Dosis pemeliharaan: simetidin 400 mg dan rarftidin 150 sebaiknya jangan dikombinasi dengan penggunaan
mg, Nizatidine 150 mg, roks alidini 5 mg malam hari.
walfarin, penitoin dan diazepam.
Efek samping sangat kecil antara lain agranulositosis, PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel
pansitopenia, neutropenia, anemia dan trombositopenia kanalikuli, menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien
(0,01 s/d 0,2 %), ginekomastia, konfusi mental khusus pada
tukak, mengurangi aktivitas faktor agresif pepsin dengan
usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dijumpai terutama pH>4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh triple drugs
pemberian simetidin. reglmen
Proton pump inhibitorlPPl (Omeprazol, Lansoprazol,
Pantoprazol R abeprazol, Esomesoprazol). Omeprazol dan
Lansoprazol obat terlama digunakan, keasaman labil dalam PENATALAKSANAAN INFEKSI HELICOBACTER
bentuk enterik coated granules, dipecah dalam usus PYLORI
denganpH 6. Rabeprazole danPantoprazole enterik coated
tablet, lipofilik terperangkap kedalam sistem SeleksiKhusus
tubolovesikular dan kanalikuli.
Pasien dengan HP positif yang mendapat terapi eradikasi,
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim
dibagi menjadi tiga kelompok:
K*H*- ATPase yang akan memecah K*H*- ATP
menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan Sangat dianjurkan: tukak duodeni, tukak gaster, pasca
asam HCI dari kanalikuli sel parietal kedalam lumen larnbung. reseksi kanker lambung dini, limfoma MAUT.
Esomeprazol adalah sangat potensial karena punya Dianjurkan: dispepsia tipe tukalq gastritis kronik aktifberat
isomir optikal S dan R. Efek penekan sekresi asam PPI (gambaran PA), gastropati OAINS, gastritis erosiva berat,
gastritis hipertrofik.
Terapi Dual dengan Antibiotik dapat dianjurkan, bila belum juga berhasil dianjurkan kultur
Seandainya akan diberikan terapi diial antara PPI/ARH2 dan tes sensitivitas.
dengan salah satu antibiotik tidak dianjurkan karena : efek Tukak gaster refrakter adalah tukak yang belum sembuh
eradikasi sangat minimal kurang dari 80Yo dan cepat walaupun telah diberi terapi eradikasi penuh selama 14
menimbulkan resisten kuman hari diikuti pemberian PPI selama 10 minggu lagi(totall2
minggu) dengan syarat: l). obat tetap dimakanlcompli-
ance;2). bukan suatu keganasan; 3). tidak sedang
Regimen Terapi
mengalami infeksi HP, tidak menggunakan OAINS dan
Terapi Ttipel. Secara historis regimen terapi eradikasi yang bukan perokok berat; 4). diagnosa benar ( bukan Crohn's,
pertama digunakan adalah: Bismuth, Metronidazol, SZE,amyloidosis, sarcaidosis, TBC, syphilis) bukan
Tetrasiklin. Regimen tipel terapi @PI 2x I Amoxicilin 2x I 000,
, keganasan.
Klaritromisin 2x500, Metonidazol 3x500, Tetrasiklin 4x500) Tukak refrakter bisa sembuh lebih 90% bila dosis PPI
yang banyak digunakan saat ini: ditingkatkan/dosis ganda Omeprazole 40 gram,
1. Proton pump inhibitor @PI) 2xI +Amoksisilin 2 x 1 000 + lansoprazole 60 mg bila ini pun masih gagal dilakukan
Klaritromisin 2x500 regimen terbaik tindakan operasi elektif.
2. PPI2xl + Metronidazol 3x500 + Claritromisin 2 x 500 Untuk daerah dengan resistensi yang tinggi terhadap
(bila alergi penisilin) metronidazol, maka dapat digantikan dengan regimen PPI
3. PPI2xl + Metronidazol 3x500 + amoksisilin 2 x 1000: + Bismuth + Tetrasiklin + amoxicilin. Bila Bismuth tidak
kombinasi yang termurah tersedia diganti dengan triple drugs. (PPI, Amox,
4. PPI2xl + Metronidazol3x500 + Tetrasiklin 4 x 500 bila klaritromisin).
alergi terhadap klaritromisin dan penisilin
Karel Schwarz pada tahw I 9 1 0 membuat suait dictum Dari waktu ke waktu manajemen TP makin lebih baik
yang terkenal berkenaan dengan TP yaitu No acid peptic seiring dengan ditemukannya faktor-faktor penyebab yang
activity, no ulcer dan sampai saat ini masih tetap relevan ditunjang dengan kemajuan dalam bidang farmasi yang
perannya dalam patogenesis TD, walaupun beberapa berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat yang
etiologi lain telah diketahui seperti Helicobacter pylori sangat berpotensi untuk penyembuhan tukak peptik,
(H.pylori) dan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). antara lain Reseptor antagonis H2 (HrReceptor
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab utama AntagonistGIrM)) Penghambat pompa proton (Proton
TP/TD adalah H.pylorl sehingga penyakit ini disebut juga Pump Inhibitor (PPl), mucus promotor, free radical
sebagai Acid H.pylori disease, namun demikian peranan inhibitors, antibiotik untuk eradikasi H.pylori dan obat-
faktor-faktor lain dalam kejadian TPjelas ada sehingga TP obat lainnya.
dikatakan sebagai penyakit multifaktor. Pada tulisan ini dibahas mengenai Tukak Duodenum
Patogenesis terjadinya TP adalah ketidakseimbangan (TD) dari aspek etiologi, patogenesis, gambaran klinik,
antara faktor agresifyang dapat merusakmukosa dan faktor diagnosis dan manaj emen.
defensif yang memelihara keutuhan mukosa lambung dan
duodenum.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
DEFINISI
Seperti telah disinggung di atas bahwa etiologi TD yang
Tukakpeptik/TP secara anatomis didefinisikan sebagai suahr telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak
defek mukosa/submukosa yar,g berbatas tegas dapat pertahanan mukosa adalah Helicobacter pylori, obat anti
menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa inflamasi non-steroid, asam lambung/pepsin dan faktor-
sehingga dapat terjadi perforasi. Secara klinis, suatu hrkak faktor lingkungan serta kelainan satu atau beberapa faktor
adalah hilangnya epitel superfisial atau lapisan lebih dalam pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.
durgan diameter> 5mmyang dapat diamati secara endoskopis
atau radiologis.
Faktor - faktor Agresif
Pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
terhadap 1615 pasien dengan dispepsia kronik pada Helicohacler pylori, Helicobacter pylori adalah bakteri
Subbagian Gastroenterologi RS Pendidikan di Makassar gram negatifyang dapat hidup dalam suasana asam dalam
ditemukan prevalensi TD sebanyak l4yo,TD danTL 5o/o; lambung/ duodenum (antrum, korpus dan bulbus),
umur terbanyak antara 45-65 tahun dengan kecenderungan berbentuk kuwalS-shaped dengan ukuran panjang sekitar
523
524 GAIITROENTEROI.OGI
3 pm dan diameter 0,5 pm, rriempunyai satu atau lebih flagel terjadi kerusakan pada D sel yang mengeluarkan
pada salah satu ujungnya. Bakteri ini ditularkan secara somatostatin, yaiag fungsinya mengerem produksi
feko-oral atau oral-oral. Di dalam lambung terutama gastrin. Akibat kerusakan sel-sel D, produksi somatostatin
terkonsentrasi dalam antrum, bakteri ini berada pada menurun sehingga produksi gastrin akan meningkatyang
lapisan mukus pada permukaan epitel yang sewaktu-waktu merangsang sel-sel parietal mengeluarkan asam lambung
dapat menembus sel-sel epitel/antar epitel. yang berlebihan. Asam lambung masuk ke dalam
Bila terjadi infeksi H.pylori, maka bakteri ini akan duodenum sehingga keasaman meningkat menyebabkan
melekat pada permukaan epitel dengan bantuan adhesin duodenitis (kronik aktif) yang dapat berlanjut menjadi tukak
sehingga dapat lebih efektif merusak mukosa dengan duodenum.
melepaskan sejumlah zat sehingga terjadi gastritis akut Asam lambung yang tinggi dalam duodenum
yang dapat berlanjut menjadi gastritis kronik aktif atau menimbulkan gastrik metaplasia yang dapat merupakan
duodenitis kronik aktif. Untuk terjadi kelainan selanjutnya tempat hidup H.pylorl dan sekaligus dapat memproduksi
yang lebih berat seperti tukak atau kanker lambung asam sehingga lebih menambah keasaman dalam
ditentukan oleh virulensi H.pylori dan faktor-faktor lain, duodenum. Keasaman yang tinggi akan menekan produksi
baik dari host sendiri,maupun adanya gangguan fisiologis mukus dan bikarbonat, menyebabkan daya tahan mukosa
lambung/duodenum. lebih menurun dan mempermudah terbentuknya tukak
Walaupun infeksi H.pylori mempunyai prevalensi yang duodenum.
tinggi, di mana lebih dari 50o/o penduduk dunia dikatakan Defek/inflamasi pada mukosa yang terjadi pada infeksi
terinfeksi, terutama masyarakat dengan tingkat kesehatan H. pylori
atau akibat OAINS akan memudahkan difusi
lingkungan yang rendah, namun hanya sebagian kecil yang balik asam/pepsin ke dalam mukosa/jaringan sehingga
menunjukkan gejala klinik yang lebih berat seperti TP memperberat kerusakan jaringan. Pada patogenesis TD,
(TD,TL), kanker lambung atau MALT limfoma. maka asam lambung yang berlebihan merupakan faktor
Apabila terjadi infeksi H.pylori, host akan memberi utama terjadinya tukak sedangkan faktor lainnya
respons untuk mengeliminasi/ memusnahkan bakteri ini merupakan faktor pencetus.
melalui mobilisasi sel-sel PMN/ limfosit yang menginfiltrasi
Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS). Obat
mukosa secara intensif dengan mengeluarkan bermacam-
antiinflamasi non-steroid (OAINS) dan asam asetil salisilat
macam mediator inflamasi atau sitokin, seperti
(acethyl salcylic acid: ASlt) merupakan salah satu obat
interleukin 8, gamma interferon alfa, tumor nekrosis factor
yang paling sering digunakan dalam berbagai keperluan,
dan lainJain, yang bersama-sama dengan reaksi imun yang
seperti anti piretik, anti inflamasi, analgetik, antitrombotik
timbul justru akan menyebabkan kerusakan sel-sel epitel
dan kemoprevensi kanker kolorektal. Pemakaian OAINS/
gastroduodepal yar,g lebih parah namun tidak berhasil
mengeliminasi bakteri dan infeksi menja(i kronik.
ASA secara kronik dan r6guler dapat menyebabkan
terjadinya risiko perdarahan gastrointestinal 3 kali lipat
Seperti diketahui bahwa setelah H.pylori berkoloni
secara stabil terutama dalam antrum, maka bakteri ini akan
dibanding yang bukan pemakai. Pada usia lanjut,
penggunaan OAINS/ASA dapat meningkatkan angka
mengeluarkan bermacam-macam sitotoksin yang secara
kematian akibat terjadinya komplikasi berupa perdarahan
langsung dapat merusak epitel mukosa gastroduodenal,
atau perforasi dari rukak.
seperti vacuolating cytotoxin (Vac A gen) yang
menyebabkan vakuolisasi sel-sel epitel, cytotoxin Pemakaian OAINS/ASA bukan hanya dapat
associated gen A lCagA gen). Di samping it:l, H.pylori menyebabkan kerusakan struktural pada gastroduodenal,
juga melepaskan bermacam-macam enzim yang dapat tetapi juga pada usus halus dan usus besar berupa
merusak sel-sel epitel, seperti urease, protease, lipase dan infl amasi, ulserasi atau perforasi.
fosfolipase. Sitotoksin dan enzim-enzim ini paling Patogenesis terjadinya kerusakan mukosa terutama
bertanggung-jawab terhadap kerusakan sel-sel epitel. gastroduodenal penggunaan OAINS/ASA adalah akibat
CagA gen merupakan petanda virulensi H.pylori dan efek toksik/iritasi langsung pada mukosa yang memerangkap
hampir selalu ditemukan pada TP. OAINS/ASA yang bersifat asam sehingga terjadi kerusakan
Urease memecahkan urea dalam lambung menjadi epitel dalam berbagai tingkat, namun yang paling utama
amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan pro- adalah efek OAINS/ASA yang menghambat ke{ a dai enzlm
tease dan fosfolipase ,A.2 menekan sekresi mukus siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat sehingga
menyebabkan daya tahan mukosa menurun, merusak menekan produksi prostaglandin/prostasiklin. Seperti
lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel dan melalui diketahui, prostaglandin endogen sangat berperan/berfungsi
kerusakan sel-sel ini, asam lambung berdifusi balik dalam memelihara keuffian mukosa dengan mengatur aliran
menyebabkan nekrosis yang lebih luas sehingga terbentuk darah mukosa, proliferasi sel-sel epitel, sekresi mukus dan
tukakpeptik. bikorbanat, mengatur fungsi immunosit mukosa serta sekresi
H.pylori yang terkonsentrasi terutama dalam antrum basal asam lambung.
menyebabkat antrum predominant gastritis sehingga Sampai saat ini dikenal2 jenis isoenzim siklooksigenase
TI.'XAKDUODENI,'M 525
(COX) yaitu COX- I dan COX-2. prevalensi tukak duodenum meningkat seperti sindrom
. COX-I ditemukanterutamadalam gastrointestinal,juga Zollinger Elison, mastositosis sistemik, penyakit Chron
dalam ginjal, endotelin, otak dan trombosit; dan berperan dan hiperparatiroidisme. d). Faktor genetik.
penting dalam pembentukan prostaglandin dari asam
arakidonat. COX-I merupakan house-heeping dalam
saluran cerna gastrointestinal. FAKTOR.FAKTOR DEFENSIF
. COX-2 ditemukan dalam otak dan ginjal, yang juga
bertanggung jawab dalam respons infl amasi/injuri. Apabila terjadi gangguan satu atau beberapa dari faktor
pertahanan mukosa, maka daya tahan mukosa akan
Kerusakan mukosa akibat hambatan produksi menurun sehingga mudah dirusak oleh faktor agresifyang
prostaglandin pada penggunaan OAINS/ASA melalui 4 menyebabkan terj adinya TD/TP.
tahap, yaitu : menurunnya sekresi mukus dan bikarbonat,
Ada 3 faktor pertahanan yang berfungsi memelihara
terganggunya sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa, daya tahan mukosa gastroduodenal, yaittr :
berkurangnya aliran darah mukosa dan kerusakan a) Faktorpreepitel terdiridari :
mikrovaskular yang diperberat oleh keq'a sama platelet dan . mukus dan bikarbonal yang berguna untuk
mekanisme koagulasi.
menahan pengaruh asam lambung / pepsin.
Endotel vaskular secara terus-menerus menghasilkan . Mucoid cap,yaiht suatu struktur yang terdiri dari
vasodilator prostaglandin E danI, yang apabila terjadi mukus dan fibrin, yang terbentuk sebagai respons
gangguan atau hambatan (COX-l) akan timbul terhadap rangsangan infl amasi.
vasokonstriksi sehingga aliran darah menurun yang . Active surfoce phospholipid yang berperan untuk
menyebabkan nekrose epitel. meningkatkan hidrofobisitas membran sel dan
Hambatan COX-2 menyebabkan peningkatan meningkatkan viskositas mukus.
perlekatan leukosit PMN pada endotel vaskular b) Faktor epitel
gastroduodenal dan mesenterik, dimulai dengan pelepasan . kecepatan perbaikan mukosa yang rusak, di mana
protease, radikal bebas oksigen sehingga memperberat terjadi migrasi sel-sel yang sehat ke daerah yang
kerusakan epitel dan endotel. Perlekatan leukosit PMN rusak untuk perbaikan
menimbulkan statis aliran mikrovaskular, iskemia dan . pertahanan selular, yaitu kemampuan untuk
berakhir dengan kerusakan mukosa./tukak peptik. memelihara electrical gradient dan mencegah
Titik sentral kerusakan mukosa gastroduodenal pada pengasaman sel.
penggunaan OAINS/ASA berada pada kerusakan . kemampuan transporter asam-basa untuk
mikrovaskular yang merupakan kerja sama antara COX-1 mengangkut bikarbonat ke dalam lapisan mukus dan
danCOX-2. jaringan subepitel dan untuk mendorong asam
Beberapa faktor risiko yang memudahkan terjadinyaTDl keluarjaringan.
tukak peptik pada penggunaan OANS adalah: . faktor perhrmbuhan, prostaglandin dan nitrit oksida.
. umur tua (> 60 tahun) c) Faktor subepitel
. riwayat tentang adanya tukak peptik sebelumnya . aliran darah (mikrosirkulasi) yang berperan meng-
. dispepsia kronik angkut nutrisi, oksigen dan bikarbonat ke epitel sel.
. intoleransi terhadap penggunaan OAINS sebelumnya . Prostaglandin endogen menekan perlekatan dan
. jenis, dosis dan lamanya penggunaan OAINS ekstravasasi leukosit yang merangsang reaksi
. penggun€un secara bersamaan dengan kortikosteroid, inflamasi jaringan.
antikoagulan dan penggunaan 2 j enis OAINS bersamiuul
. penyakit penyerta lainnya yang diderita oleh pemakai
OAINS GAMBARAN KLINIS
Penting untuk diketahui bahwa tukak peptik yang
terjadi pada penggunaan OAINS, sering tidak bergejala Gambaran klinik TD sebagai salah satu bentuk dispepsia
dan baru dapat diketahui setelah terjadi komplikasi organik adalah sindrom dispepsia, berupa nyeri dan atau
seperti perdarahan atau perforasi saluran cerna. rasa tidak nyarnan (discomfort) pada epigastrium.
Beberapa faktor lingkungan atau penyakit lain yang Anamnesis. Gejala-gejala TD memiliki periode remisi dan
dapat merypakan faktor risiko terjadinya tukak duodenum, eksaserbasi, menjadi tenang berminggu-minggu- berbulan-
yaitu: a). merokok (tembakau, sigaret) meningkatkan bulan dan kemudian te{adi eksaserbasi beberapa minggu
kerentanan terhadap infeksi H. py I o r i dengat menwunkan merupakan gejala khas.
faktor pertahanan dan menciptakan miliu yang sesuai untuk Nyeri epigastrium merupakan gejala yang paling
H.pylori.b). faktor stres, malnutrisi, makanan tinggi garam, dominan, walaupun sensitivitas dan spesifitasnya sebagai
defisiensi vitamin. c). beberapa penyakit tertentu di mana marker adanya ulserasi mukosa rendah.
526 GASTROENTEROI.OGI
Nyeri seperti rasa terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit/ KOMPLIKASI
tidak nyaman yang mengganggu dan tidak terlokalisasi;
biasanya terjadi setelah 90 menit -3 jam post prandial dan Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya adalah:
nyeri dapat berkurang sementara sesudah makan, minum . Perdarahan: hematemesis/melena dengan tanda syok
susu atau minum antasida. Hal ini menunjukkan adanya apabila perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi
peranan asam lambung/pepsin dalam patogenesis TD. yang kronik menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Nyeri yang spesifftpada T5YopasienTD adalah nyeri . Perforasi: nyeri perut menyeluruh sebagai tanda
yang timbul dini hari, antara tengah malam dan jam 3 dini peritonitis
hari yang dapat membangunkan pasien. . Penetrasi tukak yang mengenai pankreas: timbul nyeri
Pada TD, nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke tiba-tiba tembus kebelakang.
punggung perlu diwaspadai adanya penetrasi tukak ke . Gastric outlet obstructionblla ditemukan gejala mual
pankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan menetap dan muntah, perut kembung dan adanya suara deburan
mengenai seluruh perut perlu dicurigai suatu perforasi (succusion spalsh) sebagai tanda retensi cairan dan
Pada TP umuflrnya, apabila gejala mual dan muntah udara, dan berat badan menurun.
timbul secara perlahan tetapi menetap, maka kemungkinan . Keganasan dalam duodenum (walaupunjarang).
terjadi komplikasi obstruksi pada outlet.
Sepuluh persen dari TP (TD), khususnya yang
disebabkan OAINS menimbulkan komplikasi (perdarahan/ TATALAKSANA
perforasi) tanpa adanya keluhan nyeri sebelumnya
sehingga anamnesis mengenai penggunaan OANS perlu Pada umumnya manajemen atau pengobatan tukak peptik/
ditanyakan pada pasien. TD dilakukan secara medikamentosa, sedangkat cara
Tinja berwarna seperti ter (melena) harus diwaspadai pembedahan dilakukan apabila terjadi komplikasi seperti
sebagai suatu perdarahan tukak. perforasi, obstruksi dan perdarahanyang tidak dapat
Pada dispepsia kronik, sebagai pedoman untuk diatasi.
membedakan antara dispepsia fungsional dan dispepsia Tujuan dari pengobatan adalah : 1).
organik seperti TD, yaitu pada TD dapat ditemukan gejala menghilangkan gejala-gejala terutama nyeri epigastrium,
peringatan (alarm symptom) antara lain berupa: 2). mempercepat penyembuhan tukak secara sempurna,
. umur>45-50 tahun keluhanmunculpertamakali 3). mencegah terjadinya komplikasi, 4). mencegah
. adanya perdarahan hematemesis/ melena terj adinya kekambuhan.
. BBmenurun> 10oZ
. anoreksia./ rasa cepat kenyang
. Penggunaan Obat-obatan
riwayat tukak peptik sebelumnya
. muntah yang persisten TD a,l<tbat H.pylori. Untuk mencapai tujuan terapi, maka
. anemia yang tidak diketahui sebabnya eradikasi H.pylori merupakan tujuan utama. Walaupun
antibiotik mungkin cukup untuk terapi TD dengan
Pemeriksaan fisis. Tidak banyak tanda fisik yang dapat
ditemukan H.pylori, namun kombinasi dengan
ditemukan selain kemungkinan adanya nyeri palpasi epi-
Penghambat pompa proton (PPI) dengan 2 jenis antibiotik
gastrium, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.
Qriple therapy) merupakan cara terapi terbaik.
Kombinasi tersebut adalah :
a. PPI 2xl(tergantungmgpreparatyarg
DIAGNOSIS dipakai)
amoksisilin 2xl g/rrai
Diagnosis pasti tukak duodenum dilakukan dengan klaritromisin 2x500mg
pemeriksaan endoskopi saluran cema bagian atas dan
b. PPI 2xl
sekaligus dilakukan biopsi lambung untuk deteksi H.pylori
amoksisilin 2xl glhai
atau dengan pemeriksaan foto barium kontras ganda.
metronidazol 2x500mg
c. PPI 2xl
klaritromisin 2x500mglhai
DIAGNOSIS BANDING metronidazol 2x500mg
Masing-masing diberikan selama 7-10 hari.
. Dispepsia non ulkus
. Tukaklambung Jenis-jenis preparat dan kemasan PPI yang ada:
. Penyakitpankreatobilier Omeprazol 20m9, rabeprazol 10mg, pantoprazol 40mg,
. Penyakit Chron's pada gastroduodenal larvoprazol 30mg dan esom eprazol 20 I 40m9.
. Tumor saluran cerna bagian atas H.pylori disertai penggunaan OAINS. Eradkasi H.pylori
TI,'KAKDUODENI,'M 527
sebagai tindakan utamatetap dilakukan dan bila mungkin - cimetidin 2x40Omglhaiatau lx800mgpadamalam
OAINS dihentikan, atau diganti dengan OAINS spesifik hari
COX-Z inhibitor yang mempunyai efek merugikan lebih - ranitidin diberikan 300mg sebelum tidur malam atau
kecil pada gastroduodenal. Walaupun harus 2xl50mglhxr
diperhitungkan efek samping COX -2 inhibitor pada - famotidin diberikan 40mg sebelum tidur malam atau
jantung 2x20mglhan.
Penyembuhan akan tetap sama pada TP kawa H.pylori Masing-masing diberikan selama 8-12 minggu dengan
sendiri atau bersama-sama dengan OAINS yaitu dengan penyembuhan sekitar 90%.
menggunakan PPI untuk meningkatkan pH lambung di . Proton Pump Inhibitor (PP!. Merupakan obat pilihan
atas 4. Penggunaan OAINS terus-menerus setelah eradikasi untukPTP, diberikan sekali sehari sebelum sarapanpagi
H.pylori perlu diberikan PPI sebagai upaya pencegahan atau jika perlu 2 kali sehari sebelum makan pagi dan
terj adinya komplikasi. makan malam, selama 4 minggu dengan tingkat
penyembuhan di atas 90%o.
TD akibat OAINS. Penggunaan OAINS terutama yang
Obat lain seperti sukralfat 2l gr sehari, atau 4x 1 gr sehari
memblokir kerja COX-I akan meningkatkan kelainan
berfungsi menutup permukaan tukak sehingga
struktural gastroduodenal. Oleh karena itu penggunaan
menghindari iritasi/pengaruh asam-pepsin dan garam
OAINS pada pasien-pasien dengan kelainan
empedu; dan di samping itu mempunyai efek tropik.
muskuloskeletal yang lama harus disertai dengan obat-
obat yang dapat menekan produksi asam lambung seperti
reseptor antagonis H2 (HrRA) atau PPI dan diupayakan Diet
pH lambung di atas 4 atat dengan menggunakan obat Walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap
sintetik prostaglandin (misoprostol 200 pglharl) sebagai berbagai bentuk diet yang dipakai pada masa lalu, namun
sitoprotektif apabila penggunaan OAINS tidak dapat pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada tukak
dihentikan. yang aktif perlu dilakukan
Pencegahan/meminimalkan efek samping OAIN, yaitu: Makan dalamjumlah sedikit dan lebih sering,lebihbaik
. jika mungkin menghentikan pemakaian OAINS, daripada makan yang sekaligus kenyang.
walaupun biasanya tidak memungkinkan pada penyakit Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran
artritis seperti osteoartritis (OA), reumatoid arfitis (RA). asam lambung/ pepsin, makanan yang merangsang
. penggunaan preparat OAINS (prodrug, OAINS terikat timbulnya nyeri dan zat-zat lain yang dapat mengganggu
pada bahan lain seperti nitrit oxide Q{Ol) pertahanan mukosa gastroduodenal.
. pemberian obat spesifik COX-2 inhibitor walaupun hal
ini tidak 100% mencegah efek samping pada
gastroduodenal REFERENSI
. pemberian obat secara bersamaan dengan pemberian
OAINS seperti H2RA, PPI atau prostaglandin Bebb J, James MW, Atheron J. Gastritis and peptic ulcer, medicine
international far east edition. Gastroenterol. 2003 ;3(l): 1 3-6.
TD non-Il.pylori non-OAINS. Pada TD yang hanya Carroll M, Li B UK. (2004) Peptic ulcer disease. In: Liacouras CA,
disebabkan oleh peningkatan asam lambung, maka terapi Konop R, Li B UK et al, editors. Available from URL: http://
dilakukan dengan memberikan obat yang dapat www.emedicine.com./ gastroenterology.
menetralisir asam lambung dalam lumen atau obat yang Chey WD, Scheiman JM. Peptic ulcer disease. Lange current diag-
menekan produksi asam lambung dan yang terbaik adalah nosis & treatment in gastroenterology. 2"d edition. In:
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Large medical
PPI.
books. New York: McGraw-Hill; 2003. p.323-41.
. Antasida. Obat ini dapat menyembuhakan tukak namun Del Valle J. Peptic ulcer disease and related disorders. Harrison's
dosis biasanya lebih tinggi dan digunakan dalamjangka principles of intemal medicine. In: Kasper DL, Braunwald E,
waktu lebih lama dan lebih sering (tujuh kali sehari Fauci AS, et al, editors. 16'h edition. New York: McGraw-Hill
dengan dosis total 1008 mEq/hari) dengan komplikasi Inc.; 2005. p.1746-62.
diare yang mungkin terjadi. Dari penelitian lain dimana Devlin SM, Meddings J. (2004) Duodenal ulcer. In: Qureshi WA,
antasida sebagai obat untuk menetralisir asam, cukup Talavera F, Anand BS, et al, editors. Available from IIRL : http:/
/www.emedicine.com,/ gastroenterology.
diberikan 120-240 n,Bqlhari dalam dosis terbagi.
Foral PA, Nystrom KK, Wilson A-F, et al. (2003). Gastrointestinal-
. H2 Receptor Antagonist (H2RA). Obat ini berperan related adverse effects of COX-2 inhibitors. Available from URL:
menghambat pengaruh histamin sebagai mediator untuk http://www.ttmed.com/ gastroenterology.
sekresi asam melalui reseptor histamin-2 pada sel Goh KL. Pathogenesis and mangement of peptic ricer by Helicobacter
parietal, tetapi kurang berpengaruh terhadap sekresi pylori. lnternational symposium on dyspepsia, Bali Indonesia
asam melalui pengaruh kolinergik atau gastrin 2002. Available froni URL : http://www.ttmed.com/
postprandial. Beberapa jenis preparat yang dapat gasto- enterology_asian pacific.
Hawkey CJ (2002). NSAIDs and gut damage. Available from URL:
digunakan seperti:
528 GAIIIROENTEROI.OGI
http://www.ttmed.comi gastroenterology.
Modlin IM, Sachs G. Gastric and duodenal ulcer. In: Schnetztor,
Verlag GmbH D, Konstanz M, editors. Acid related disease
biology and treatment. 1998. p. 197-264.
Modlin IM, Sachs G. Helicobacter pylori. In: Schnetztor, Verlag
GmbH D, Konstanz M, editors. Acid related disease biology and
treatment. 1998. p. 315-65.
Soll AH. (2002) Clinical manifestations of peptic ulcer disease.
Available from URL : http://wmtr.uptodate.com/ gastroenterol-
ogy.
Soll AH. (2002) Overview of the natural history and treatment of
peptic ulcer disease. Available from URL: http://wrilw.uptodate.cor/
gastroenterology.
Tarnawski AS. (2003) Gene therapy for ulceration of the
gastrointestinal tract. Available from URL: http:l
www.ttmed. com/gastroenterology.
83
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Dharmika Djojoningrat
529
530 GASTROENTEROIIrcI
Hanya tentunya untuk keperluan suatu penelitian hal ini syndrome. Ketiga penyakit ini mempunyai kecenderung
perlu ditetapkan. gejala yang tumpang tindih sehingga perlu dicermati
Seperti dikemukakan diatas bahwa kasus dispepsia (terutama dalam anamnesis ), karena akan berdampakpada
setelah eksplorasi penunjang diagnostik, akan terbukti pengobatan yang berbeda.
apakah disebabkan gangguan patologis organik atau
bersifat fungsional. Dalam konsensus Roma III (tahun
2006) yatg khusus membicarakan tentang kelainan
PATOF!SIOLOGI
gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional
didefinisikan sebagai; Berbagai hipotesis mekanisme telah diajukan untuk
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah menerangkan patogenesis te{adinya gangguan ini. Proses
makan, cepat kenyang, nyeri ulu hatilepigaskik, rasa patofi siologik yang paling banyak dibicarakan dan potensiel
terbakar di epi gastrium. berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah;
2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk Hipotesis asam lambung dan inflamasi, hipotesis gangguan
didalamnya pemeriksaan endoskopi saluran cerna motorik, hipotesis hipersensitivitas viseral, serta hipotesis
bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab tentang adanya gangguan psikologik atau psikiatrik.
keluhan tersebut.
3. Keluhan ini te{adi selama 3 bulan dalam wakhr 6 bulan
terakhir sebelum diagnosis ditegakkan. SekresiAsam Lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai
Jadi disini ada batasan waktu yang ditujukan untuk
tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun
meminimalisasikan kemungkinan adanya penyebab
dengan stimulasi pentagastrin, yatg rata-rata normal.
organik. Seperti dalam algoritme penanganan dispepsia,
Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung
bahwa bila ada alarm symploms seperti penurunan berat
terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak diperut.
badan, timbulnya anemia, melena, muntah yang prominen,
maka merupakan petunjuk awal akan kemungkinan adanya
penyebab organik yang membutuhkan pemeriksaan H e I i c o b a cte r py I o ri (Hpl
penunjang diagnostik secara lebih intensif seperti Peran infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia
endoskopi dan sebagainya. fungsional belum sepenuhnya dimengerti dan diterima.
Dalam usaha untuk mencoba kearah praktis Dari berbagai laporan kekerapan Hp pada dispepsia
pengobatan, dispepsia fungsional
ini dibagi menjadi 3 fungsional sekitar 50%o dan tidak berbeda bermakna
kelompok yaitu; dengan angka kekerapan Hp pada kelompok orang sehat.
1. Dispepsia tipe seperti ulkus, dimana yang lebih Memang mulai ada kecenderungan untuk melakukan
dominan adalah nyeri epigastrik. eradikasi Hp pada dispepsia fungsional dengan Hp positif
2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas, dimana yang lebih yang gagal dengan pengobatan konservatif baku.
dominan adalahkeluhankembung, mual , muntah, rasa
penuh, cepat kenyang.
Dismotilitas Gastrointestinal
3. Dispepsia tipe non-spesifik, dimana tidak ada keluhan
Berbagai studi melaporkan bahwa pada dispepsia
yang dominan.
fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung,
Sebelum era konsensus Roma II, ada dispepsia tipe adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus),
refluks dalam alur penanganan dispepsia. Tapi saat ini gar,qgloan akomodasi lambung waktu makan, disritmia
kasus dengan keluhan tipikal refluks, seperti adarrya heart- gaster dan hipersensitivitas viseral. Salah satu dari keadaan
burn atau regurgitasi, langsung dimasukkan dalam alur / ini dapat ditemukan pada setengah sampai duapertiga
algoritme penyakit gastroesophageal reflux disease. Hal kasus dispepsia fungsional. Perlambatan pengosongan
ini disebabkan oleh sensitivitas dan spesivitas keluhan lambung terjadi pada 25-80o% kasus dispepsia fungsional ,
itu yang tinggi untuk adanya proses refluks tetapi tidak ada korelasi antara beratnya keluhan dengan
gastroesofageal. derajat perlambatan pengosongan lambung. Pemeriksaan
manometri antro-duodenal mrmperlihatkan adanya
abnormalitas dalam bentuk post antral hipomotilitas
SINDROMA TUMPANG TINDIH (OVERLAP prandial, disamping juga ditemukannya disfungsi motorik
SyNDROMES) usus halus. Perbedaan patofisiologi ini diduga yang
mendasari perbedaan pola keluhan dan akan
Hal ini mencuat menjadi penting dalam klinis praktis, karena mempengaruhi pola pikir pengobatanyang akan diambil.
adanya keluhan yang tumpang tindih antara kasus Pada kasus dispepsia fungsional yang mengalami
dispepsia, kasus refluks gastroesofageal (keduanya berasal perlambatan pengosongan lambung berkorelasi dengan
dari saluran cema bagian atas ) dan kasus irritable bowel keluhan mual, muntah dan rasa penuh di ulu hati.
DISPEFSIAFUNGSIONAL
531
pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat, mempunyai Magelada JR. Manometric evaluation of functional upper gut
symptoms.Gastroenterology I 985;88: 1223
prognosis yang baik.
Tack J. Role of impaired gastric accomaodation to a meal in
functional dyspepsia. Gastroenterology 1998;1 15:1346
Mayer EA. Basic and clinical aspect of visceral hyperalgesia.
RINGKASAN Gastroenterolo gy 1994;107 :27 1 -93
Tack J. Symptoms associated with hypersensitivity to gastric
Diagnosis dispepsia fungsional didasarkan pada keluhan/ distention in functional dyspepsia. Gastroenterolgy
simptom/sindroma dispepsi a dimana pada pemeriksaan 2001;l2l:526
Talley NJ. Non ulcer dyspepsia. In. Yamada T ed. Textbook of
penunjang baku dapat disingkirkan kausa organiki
Gastroenterology.Philadephia: JB Lippincot Company; 1995.
biokimiawi, sehingga masuk dalam kelompok penyakit t446-55
gastrointestinal fungsional . Mempunyai patofisiologi Parkman HP. Electrogastrography and gastric emptying
yang kompleks dan multifaktorial, dimana tampaknya scintigraphy are complementary for assessment of dyspepsia.
berbasiskan gangguan pada motilitas atau hipersensitivitas J Clin Gastroenterol 1997;24:214
viseral. Modalitas pengobatannyapun menjadi luas, Greydanus MP. Neurohormonal factors in functional
berdasarkan komplesitas patogenesisnya, serta lebih dyspepsia. Gastroenterology 1991;100:131 1-18
Camilleri M. gastric and autonomic responses to stress in functional
kearah hanya menurunkan/menghilangkan simptom.
dyspepsia. Dig Dis Sci 1986;31:1169-77
Pilihan pengobatan berdasarkan pengelompokan gejala Talley NJ. Functional Gastroduodenal disorder' In. Drossmann DA
utama dapat dianjurkan, walaupun masih dapat ed. The functional GI Disorders. Virginia: Degnon
diperdebatkan manfaatnya. Associated;200 0 :299 -327
Camilleri M. gastric and autonomic responses to stress in
functional dyspepsia. Dig Dis Sci 1986;31:1169-77
Mearin f. Placebo in functional dyspepsia ; symptomatic,
REFERENSI
gastrointestinal motor, and gastric sensorial responses' Am j
gastroenterol 1999 ;9 4;l 16.
Talley NJ. Dyspepsia and dyspepsia subgtoup: a population based
Nyren O. Absence of therapeutic benefit from antacid or cimetidine
study. Gastroenterology 1992;1O2:1259-6't
on non ulcer dyspepsia. N Engl J Med 1986;314:339-42
Drossman DA, Rome II. The functional Gastrointestinal Elta GH. Comarison of coffee intake and coffee induced
Disorders Diagnosis, pathophysiology and treatment:A multi-
symptoms in patients with duodenal ulcer, nonulcer dyspepsia
national consensus. Degnon Associated . Virginia. 2000.
and normal controls. Am j gastroenterol 1990;85:1339
Tack J, Talley NJ, Camilleri M et al. Functionale Gastroduodenale
Nyren O. Absence of therapeutic benefit from antacid or cimetidine
disorders. Gastroenterology 2006;130:1466.
on non ulcer dyspepsia. N Engl J Med 1986;314:339-42
Talley NJ. Dyspepsia and dyspepsia subgroups; a population based
Dobrilla G. Drug treatment of functional dyspepsia; meta analysis
study. Gastroenterology 1992;102:1259 -68
of randomized controlled clinical trials. J Clin Gastroenterol
Colin-Jones DG. Management of dyspepsia; report of a working
1989;ll:169-7'7
party Lancet 1988;l:576-79.
Blum AI-, Arnold R et al. treatment of functional dyspesia with
Collen MJ. Basal gastric acid secretion in non-ulcer dyspepsia. Dig
omeprazole and ranitidine. Gastroenterology 1997 ;110:A73
Dis Sci 7989;34:657-64 PD. Prospective, double blind
Gudjonsson H. Efficacy of sucralfate in treatment of non ulcer
treatment of Hp in patients with non-ulcer dyspepsia. dyspepsia: a double blindplacebo controlled study. Scand J
Gastroenterology 1 99 6 ;109 : 4123
gastroenterol 1993 ;28:969
Bates S. Blocked and non-blocked acid secretion and reported pain
Veldhuyzen van Zartet SJ. Effrcacy of cisapride and domperinoe in
in ulcer, non-ulcer dyspepsia and normal subjects. functional dyspepsia; a meta analysis. Am J Gastroenterol
Gastroenterolgy 1989 ;97 :3'7 6-8I
2001 ;96:6 89
Talley NJ. What role does Helicobacter pylori piay in non-ulcer
Kellow JE. Efficacy of cisapride therapy in functional
dyspepsia. Gastroenterology 7997 ;l13:s67'68
dyspepsia. Aliment pharmacol ther 1995;9:153-60
Tucci A. Helicobacter pylori infection and gastric function in pa-
Mertz H. Effect of amitriptyline on symptoms, sleep and
tients with chronic idiophatic dyspepsia. Gastroenterology
visceral perception in patients with functinal dyspepsia. Am J
1992;103:7 68-73
Gastroenterol 1998;93: 1 60
Stanghellini V. fasting and post prandial GI motility in ulcer and
Read NW, Abitbol JL, Bardhan KD et al. Effrcacy and safety of the
non-ulcer dyspepsia. Gut 1992;33:184-90
peripheral kappa agonist fedotoxine versus placebo in
Tack J, Pathophysiology and treatment of functional
treatment of functional dyspepsia. Gt 1997;41:664
dyspepsia. Gastroenterology 2004;127 :1239.
Tack J. Influence of sumatriptan on gastric fundus tone and of the
Talley NJ. Can symptoms discriminate among those with delayed or
[erception of gastric distention in man. Gut 2000;46:468
normal gastric emptying in dysmotility like dyspepsia ? Am J
Bates S, Sjoden P, Nyren O. Behavioural treatment of non ulcer
Gastroenterol 200 I ;9 6 : 1 422
dyspepsia. Scand J Behav Ther 1988;17:155.
84
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK
Marcellus Simadibrata K
KLASIFIKASI
EPIDEMIOLOGI
Diare kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan
Data divisi gastroenterologi FKUI/RSUPNCM Jakarta patofisiologi diatas menjadiT macamdiare yang berbeda.
534
PENDEK!ffAT{ DIAGNOSTIK DIARE KRONIK 535
2. dll.), anti
konvulsan
s(Biguanide),
diuretika, theofillin.
B Endogen
1. Kongenital:
o Penyakit malabsorbsi spesiflk:
Kelainan transport kongenital(jarang): malabsorbsi glukosa-galaktosa (tidak adanya karier
monosakarida) dan kloridea kongenital (pertukaran anion Cl dengan bikarbonat didalam
ileum dan kolon terganggu dan Cl bertindak sebagai cairan yang tidak dapat diabsorbsi).
o Penyakit malabsorbsi umum:
-
Abetaliproteinemia dan hipobetalipoproteinemia
-
Limfangiektasiakongenital, penyakitinklusimikrovilus
- Defisientsienterokinase
-
lnsufisiensi pankreas (Fibrosis kistik atau sindrom Schwachman)
2. Didapat:
o Penyakit malabsorbsi sPesifik:
-
Defisiensi disakaridase pasca enteritis
-
Malabsorbsi karbohidrat dengan berbagai penyebab(intoleransi makanan): defisiensi
makan jamur
yakit mukosa
ah reseksi
usus ekstensif dan selama enteritis infeksi.
- lnsufl siensi pankreas(alkoh ol]1, bacterial overgrowth, penyakii parasit (Giardia,
Coccrdlosrs), penyakit inflamatorik (enteritis eosinofilik, mastositosis), malnutrisi protein-
kalori, sindrom usus pendek, lelunoile al bypass
. Waktu pengosongan lambung yang berlebihan
2. Diare Sekretorik
A. lnfeksi:
1 Toksigenik(Enterotoksin): Vibio choterae-Eltor, Escherichia coli Shigella
dysenteriaelflexneri, staphylococcus aureus, clostridium peffrin as aeruginosa,
Yersinia enterocolica, Candida Albicans.
2. lnvasif ke mukosa: Shigel/osls, Sa/monel/osts, E Coll invasif patogen(E/EC),Entamoeba
A lnfeksi usus
4 Defek sistem
pertukaran B Kongenital:
anion/transport
1. Diare klorida kongenital
elektrolit aktif di
2. Diare karena kelainan transport Na+ usus
enterosit
Motilitas dan waktu Sindrom kolon iritabel(psikogen), hipertiroid, diabetes mellitus dengan polineuropati otonom,
transit usus abnormal skleroderma, amiloidosis, pasca reseksi lambung & vagotomi, sindrom karsinoid, obat prostigmin.
A. Penyakit Seliak
6 Gangguan
permeabilitas usus B. Penyakit usus inflamatorik
c. lnfeksi usus(Bakteri Shige//a & Salmonella)
7. Eksudasi
Kolitis ulseratif, Penyakit Crohn, Amubiasrs, Shige/osis, Kampilobakteiasrs, Yersrniasis, Enterokolitis
Cairan,elektrolit dan
mukus berlebihan radiasi, Candidiasls, Tuberkulosis usus, Kanker usus, Kolitis pseudomembran.
konik berdasarkan lokasi atau organ yang mengalami Powell DWmembagi etiologi diare kronik atas 5 macam
kelainan dapat dilihat pada Tabel 2. Etiologi diare kronik (lihat Tabel4 ).
berdasarkan karakteristik tinja dapat dilihat pada Tabel 3.
1 Kelainan pankreas: Fibrosis kistik, (Profern Energy Malnutrition) PEM, Pankreatitis kronik, Defisiensi enzim
2 Kelainan hati: Atresia bilier, lkterus obstruktif, Hepatitis kronik, Sirosis hati.
3 Kelainan usus:
A. Usus halus: Stagnant loop syndromes, Anomali kongenital, Usus pendek(short bowef, lnflamasi (enterokolitis
nekrotikans, penyakit Crohn, Enteropati pasca enteritis), lnfeksi (Bakteri: Salmonella,Yersinia, Campylobacfec Parasit:
Giardia lamblia, Coccidiosis, Cacing tambang; Jamur: Candida albicans; Spru tropik; Bacteial overgrowth),
lmunodefisiensi (kongenital, didapat), lntoleransi protein(susu, kedelai, gluten: spru seliak), Defek metabolik(deflsiensi
ensim disakaridase: laktose, sukrose: malabsorbsi glukosa-galaktosa; kloridea kongenital; defisiensi enterokinase; a/hipo-
betalipoproteinemia), Diare asam empedu (setelah kolesistektomi, setelah reseksi ileum), Makan karbohidrat yang
sangat banyak atau malabsorbsi karbohidrat,Laksans (mengandung anion yang tidak diabsorbsi: natrium sulfat, natrium
fosfat, atau natrium sitrat, magnesium), Wheat starch, Fiber, Lactulose, Alergi makanan, Steatorea karena malabsorbsi
lemak diusus, pengobatan dan zal campuran makanan(biasanya obat antibiotika, antihipertensi, anti aritmia,
antineoplastik, antasida yang mengandung magnesium, pemanis: sorbitol/fructose, ethanol, kafein), tumor,
idiopatik(fungsional), iskemik.
B. Usus besar: lnfeksi (Sa/monella, Shigella, Entamoeba histolytica, Cytomegalovirus, Mycobacterium tuberculosis dll.),
Kolisit ulseratif, Penyakit Crohn, Enterokolitis nekrotikans ("NEC"), Enterokolitis pseudomembranosa:C/osfnUrum difficile,
Adenoma vilosa rektosigmoid, Penyakit inflamatorik lain: kolitis mikroskopik (limfositik) - kolitis kolagen, Kanker kolon,
Enterokolitis radiasi, Diare idiopatik(fungsional), lnkontinensia feses, Penyakit usus iskemik.
C. Sirkulasi: Limfangiektasia, Neoplasma.
D. Neurogen: Penyakit Hirschprung, Disautonomiafamilial.
E. Humoral -endokrin: lnsufisiensi adrenal, Hipoparatiroidisme, Hipertiroidisme, Neoplasia (ganglio neuroma, neuroblastoma,
limfoma), tumor neuroendokrin(Sindrom Zollinger-Ellison: gastrinoma, Vipoma, kolera pankreatik, tumor karsinoid,
karsinoma medulla tiroid, mastositosis sistemik, pheochromocytoma), diabetes.
F. Diare kongenital: Defisiensi pertukaran klorida-bikarbonat, Defisiensi pertukaran natrium-hidrogen, Penyakit inklusi
mikrovilus, Karena operasi sebelumnya(gastrektomi, vagotomi, kolesistektomi, reseksi usus).
G. Penyakit infiltratif: Skleroderma, Amiloidosis, Limfoma usus difus
PENDEKAIAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK s37
1. Steatorea(malabsorbsi lemak):
a. Maldigesti intralumenal:
'1. Sirosis dan obstruksi saluran empedu
2. Pertumbuhan bakteri berlebihan(Bacteial overgrowth)
3. lnsufisiensi eksokrin pankreas
4. lnsufisiensi eksokrin pankreas kronik
5. Fibrosis kistik
6. Somatoslatinoma
b Malabsorbsi mukosa:
1. Obat: colchicine,cholestyramine, neomycin,paraaminosalicylic acid (PAS), dan NSAID.
2. Penyakit infeksi: Parasit(Giardia, Cryptospoidium, lsospora, cacing Strongy/oides, mycobacterium avium,
agammaglobulinemias, AIDS.
3. Penyakit sistim imun: mastositosis sistemik, gastroenteritis eosinofilik
4. Spru tropik
5. Spru Celiac
6. Dermatitis herpetiformis
7. PenyakitWhipple
8. Abetalipoproteinemia
c. Malabsorbsi pasca mukosa: Limfangiekasia intestinal
d. Steatorea pada penyebab campuran:
1.
Sindrom usus pendek
2.Penyakit metabolik: tirotoksikosis, insufisiensi adrenal, malnutrisi protein kalori, penyakit hati.
Diare cair/air yang respon terhadap puasa:
a. Masukan cairan yang tidak dapat diabsorbsi:
-Diare karena magnesium
-Diare anion natrium
b. Malabsorbsi karbohidrat:
-Diare karena sorbitol and fruktose
-Waktu transit usus yang cepat{Rapid intestinal transit)
-Malabsorbsi glucose-galactose
c. Diare asam empedu:
-Penyakit berat, reseksi, atau operasi bypass ileum distal: pada penyakit Crohn atau adhesi pasca operasi.
-Malabsorbsi asam empedu primer: kongenital or didapat
-Malabsorbsi asam empedu setelah operasi abdomen atas, baik vagotomi trunkal atau kolesistektomi
d. Diare pasca vagotomi
Diare cair/airyang dapat respon atau tidakterhadap puasa(Diare dengan patofisiologi campuratau tidak jelas):
a. Sindrom kolon iritatif(/mtable Bowel Syndrome)
b. Alergi makanan
c. Kolitismikroskopik:
- Kolitis kolagen dan mikroskopik
- Enterokolitis eosinofilik perikript
4 Diare cair/air yang tidak respon terhadap puasa(Diare sekretorik mumi):
a. Sindrom Karsinoid
b. Gastrinoma
c. Vipoma or Sindrom Watery Diarrhea-Hypokalemia-Achlorhydria (WDHA)
d. Karsinoma Medulla Tiroid
e. Glucagonoma
f. Adenoma villosa
S. Mastocytosissistemik
h. Diare factitious
i. Diare idiopatik kronik dan Sindrom kolera pseudopankreataik
j. Diare Diabetikum
k. Diare Alkoholik
l. Diare sekretorik kongenital
Diare lnflamatorik:
a. Penyakit Usus lnflamatorik: Penyakit Crohn pada usus halus & besar atau kolitis ulseratif
b. Gastroenteritiseosinofilik
c. Alergi susu dan protein kacang kedelai
d. Enteropati kehilangan protein (Protein-Losing Enteropathy)
e. . Enterokolitis radiasi kronik
f. Penyakit lain: trombosis arteri atau vena mesenterika akut, iskemi vaskuler mesenterika kronik, tuberkulosis dan
histoplasmosis gastrointestinal, sindrom Behcet atau sindrom Churg-Strauss, penyakit graft-vercus-hostd,sease akut
setelah transplantasi sumsum tulano aloqenik, Enterokolitis netropenik, sindrom Cronkhite-Canada.
PENDEKIITAN DIAGNOSTIK DL{RE KRONIK s39
sindrom usus iritabel (IBS). Nyeri abdomen yang keluarganya atau manifestasi alergi lain seperti
disebabkan kelainan usus halus berlokasi disekitar pusat asmabronkial dll. Beberapa epidemi diare kronik di
dan kolik/nyeri yang disebabkan kelainan usus besar Amerika Serikat berhubungan dengan minuman susu
dapat terletak di suprapubik, kanan atau kiri bawah. mentah atauairyang tidak diobati (tidak steril). Alkohol
Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat merupakan penyebab diare yang umum di negara barat
pada usus atau adanya komplikasi abses. Penekanan (terutama pada peminum berat/alkoholisme). Diare
serta infiltrasi ke saraf pada keganasan dapat juga memberat setelah makanan berlemak mengarahkan
menimbulkan nyeri terus menerus. Kram abdomen pemikiran ke steatorea.
disertai tinja kemerahan(frotlry) biasa didapatkan pada
giardiasis, b). Demam: sering menyertai infeksi atau
6. LainJain : Berat badan menurun dapat te{adi pada diare
organik maupun fungsional, disebabkan napsu makan
keganasan, c). Mual dan muntah: dapat menunjukkan
yang memrrun, tetapi yang paling banyak ditemukan
infeksi, d). Penurunan ber4t badan disertai riwayat
yaitu pada malabsorpsi nutrien, neoplasma dan iskemi
dehidrasi atau hipokalemi menunjukkan adanya
usus. Pada sindrom usus iritabel (IBS) didapatkan
penyakit organik (terutama bila penurunan berat badan
banyak keluhanyalgmenyertai diare a.l. perut begah,
lebih 5 kg), e).Mengedanwaktu defikasi: lebihbanyak
nyeri daerah anus setelah defekasi, mual, sendawa dll.
pada diare fungsional.
Hal ini jarang didapatkan pada diare karena kelainan
4. Obat Banyak obat dapat menimbulkan diare misal: organik. Faktor-faktor agresif sebagai faktor pencetus
Laksan, Antibiotika (neomisin dll.), anti kanker, anti atau pemberat diare seperti makanan /minuman dan
depresan, Anti hipertensi(beta blocker ACE inhibitor, stres harus selalu dicari dan ditanyakatpada pasien.
Hidralazine), Anti konvulsan (Valproic Acid), Obat Faktor-faktor mitigasi sebagai faktor pengurang atau
penunrn kolesterol (cholestyramine dll), obat diabetes pereda diare a.l. makanan/minuman dan obat-obat
melitus (biguanide), Obat saluran cerna (Antasida warung jugaperlu ditanyakan. Diare yang terjadi setelah
Mg++, Antagonis reseptor H2, Prostaglandin eksogen, operasi, mungkin disebabkan pertumbuhan bakteri
5 -ASA), colchicine, diuretika, teofilin, prostigmin dll. berlebihan (bacterial overgrowth) dalam usus, infeksi
Diare karena laksan ini dikenal sebagai diare bekas operasi atau malabsorbsi garam empedu. Pada
factitious. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba pemotongan ileum terminal dan kolon bagian kanan
untuk membantu menegakkan diagnosis. Bila diare yang panjang dapat timbul diare karena berkurangnya
berhenti dengan dihentikannya obat, maka permukaan absorbsi, berkurangnya transit time,
kemungkinan besar diare disebabkan oleh obat tersebut. malabsorbsi asam empedu dan bile acid pool yang
5. Makanan/minuman: berkurang (cenderung menjadi steatorea yang tidak
Makanan dapat menimbulkan diare melalui mekanisme respons terhadap cholestyramine). Reseksi usus yang
osmotik yang berlebihan atau proses alergi. Diare dan lebih pendek(< 100 cm) dapat menimbulkan diare karena
mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan asam empedu disebut enteropati kolereik. Diare ini timbul
kuat adanya intoleransi laktosa dan sindrom usus setelah makan, biasanya tinj a + 300 gran/24 jam, lemak
iritabel. Diare yang terjadi setelah makan makanan yang tinja kurang dai 15-20 graml24 jam,pH tinja lebih dari
osmotiknya tinggi menunjukkan adanya diare osmotik 6,8 dan respons terhadap puasa danlatal
karena makanan tersebut. Seperti halnya obat-obatan, cholestyramine. Diare setelah radioterapi menunjukkan
terhentinya diare setelah penghentian bahan makanan adanya kolitis radiasi atau malabsorbsi. Anemia kronik
yang dicurigai(puasa per oral) dapat menunjang yang menyertai diare dapat disebabkan penyakit seliak,
diagnosis. Diare membaik setelah puasa, mengarahkan penyakit inflamasi usus non spesifft atau defisiensi
pemikiran kita pada penyebab malabsorbsi makanan. imunoglobulin. Anamnesis diare berupa air yang sangat
Diare tidak membaik setelah puasa, mengarahkan hebat tanpa gejala yang jelas kearah infeksi dapat
pemikiran kita pada penyebab enteropati eksudatif disebabkan oleh tumor endokrin penyebab diare misal
(penyakit usus inflamatortk:in/lammatory bowel karsinoma meduler tiroid dan diare hormonal lain seperti
IIBD),atau keadaan hipersekretorik.
dis eas e vipoma, sindrom karsinoid dll. Tumor penghasil hormon
Diare karena malabsorbsi karbohidrat dapat intermiten tersebut seperti kolera pankreatik dll. memiliki tinja lebih
dan biasanya disertai gejala kembung, flatus dan kram dari 0,7 liter dal an24 jarn T0olo kasus memiliki tiqj a lebih
abdomen. Makanan yang mengandung sorbitol dari 3 liter per 24 jam danv olume tinja I 0 - 2 I liter dalam
(pemanis tak dapat diabsorbsi) atau sirup jagung 24 jam pernah dilaporkan. Hipokalemia juga sering
(mengandung fmktose) bersifat aktif osmotik dan dapat didapatkan pada diare karena tumor penghasil
menimbulkan diare, karena itu perlu ditanyakan pada hormon(l00% kasus) dan 93olo kasus memiiiki kadar
penderita apakah dikonsumsi/tidak. kalium di bawah 2,5 mmol,4. Adenoma vilosajuga dapat
Penderita dengan riwayat diare terhadap makanan menimbulkan diare dan kehilangan elektrolit melalui
tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam pelepasan sekretagog yang belum dapat diidentifikasi
PENDEKITTA{ DIAGNOSTIK DIARE KRONIK 54t
Gejala klinlk alarm yang mengarahkan penyebab (<250 mOsm,/kg) menunjukkan kontaminasi tinja dengan
penyakit organik antara lairi: riwayat diare berlangsung air atau urine atau adanya fistula gastrokolika dan
kurang dari 3 bulan, diare predominan malam hari atau terminumnya cairan hipotonik. Osmolalitas tinja > 290
kontinyu dan penurunan berat badan yang bermakna. mOsm/kg sering disebabkan metabolisme bacterial dari
Tidak adanya gejala alarmtersebut ditamb ah gejala-gejala karbohidrat tinja selama penyimpanan tinja (sampai 600
yang masuk dalam kriteria Manning atau roma dan mOsm/kg).
pemeriksaan fisik normal, lebih mengarah pada gangguan Untuk melihat ad,anya steatorea perlu dilakukan
usus flrngsion al, tapi hanya memiliki spesifi sita s 52-7 4o/o. pengukuran kadar lemak dalam tinja 24 jam atau 72 jam
dan tidak dapat menyingkirkan penyakit usus inflamatorik secara kuantitatif dan pemeriksaan kualitatif lemak tinja
(BD). dengan pewamaan Sudan. Tes pewarnaan Sudan sangat
sensitif untuk mendeteksi malabsorbsi asam lemak (test
pertama) dan trigliserida (test kedua). Karena itu bila test
C. Pemeriksaan Tinja
Harus diperhatikan benar apakah tinja berbentuk airlcair, Sudan kedua (dan test pertama) pemeriksaan tersebut
setengah cairllembek, berlemak atau bercampur darah.
positif, klinisi harus mencurigai adanya maldigesti
Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adanya
trigliserida makanan (insufisiensi pankreas, reseksi usus
leukosit, eritrosit, parasit (ameba, giatdia, cacing/telur
halus). Hasil test Sudan kedua yang negative tidak
mengeksklusi insufisiensi pancreas. Mineral oil dan
cacing). Adanya gelembung lemak memberi dugaan kearah
bahan lemak tidak terabsorbsi, sucrose polyester dapat
malabsorbsi lemak yang mengarah ke penyakit pankreas
menyebabkan hasil Sudan (tes pertama dan kedua) positif
dll. Adanya amylum yang banyak dalam tinja menunjukkan
Jumlah lemak tinja yang berhubungan dengan diet orang
adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit dalam tinja
Amerika normal (mengandung 75 - 100 gr lemaklhari) yaitu
menunjukkan adanya luka, kolitis ulseratif, polip atau
< 7 gr I 24 jam. Jumlah lemak tersebut didapat dari
keganasan dalam usus atau kadang infeksijuga. Leukosit
perhitungan 1 00-( I 00x0,95)+2, dimana 0,95 merupakan
dalam tinja menunjukkan adanya kemr.rngkinan infeksi atau
koefisien absorbsi lemak dan 2 gram lemak diekskresi
inflamasi usus. Pemeriksaan pH tinja perlu dilakukan bila
melalui tinja pada absorbsi lemak nol. Bila penderita
ada dugaan malabsorbsi karbohidrat, dimana pH tinja
menghasilkan > 14 gram lemak/24 jam, dia jelas mengalami
dibawah 5,5 (asam) disertai tes reduksi positif menunjukkan
steatorea. Jika kandungan lemak tinja perhari diantaraT
adanya intoleransi karbohidrat / glukosa. pH diantara 6,0
dan 13 gram, steatorea merupakan akibat sekunder dari
- 7,5 ditemukanpada sindrom malabsorpsi asam amino etiologi diare yang lain. Pemeriksaan lemak tinja kualitatif
dan asam lemak. Pewamaan dengan gram perlu dikerjakan
dengan pewarnaan Sudan memiliki sensitivitas 90% jika
untuk mencari kemungkinan infeksi oleh bakteri, jamur dll.
lemak tinj a lebih dari l0 gram/24 jarn.
Pemeriksaan darah samar (occult blood test) yang positif,
Berat tinja lebih dari 400 gram/24 jam menunjukkan
kelainan lemak tinja dan tes phenolphthalein tinja positif adanya penyakit organik. Diare amebik dapatberupa cair./
mengarahkan pada diagnosis penyakit usus inflamatorik air atat berdarah dan dapat berlangsung tahunan, dengan
("IBD"), diare malab sorbsi, atau diar e fa c t it i o u s. Analisis ditemukannya leukosit pada finja. Setengah kasus
tinja ini merupakan pemeriksaan yang relatif murah dan steatorea mengalami diare cair,lan karena sekresi air dan
mudah tetapi sering terdapat positifmaupun negatif palsu. elektrolit kolol dapat dicetuskan olah asam lemak dan asm
Oleh karena itu sebaiknya diperiksakan 2 contoh sekaligus hidroksi lemak.
atau2kalipada hari berlainan secara berturut-turut. Harus Tidak ada satu pemeriksaanpun yang dapat
dimintakan pemeriksaan tinja dengan cara pemekatan mengidentifikasi penderita dengan kasus sindroma usus
sehingga kemungkinan positif lebih besar. Diare dengan iritatif (irritable bowel syndrome), sehingga eksklusi
volume banyak dan berbau busuk menunjukkan adanya kelainan patologi lain setelah semua pemeriksaan hasilnya
infeksi, dan bila terdapat keadaan demikian, dapat langsung negatif akan menunjang diagnosis.
dilakukan pemeriksaan kultur tinja untuk bakteri atau jamur. Pemeriksaan tinja untuk giardia penting untuk
Harus diingat bahwa pemeriksaan fisik dan tinja normal dilakukan, walaupun hasil tinja mungkin akan negatifpalsu.
tidak selalu menyingkirkan kelainan organik. Pemeriksaan Seringkali pengobatan percobaan (triat) dengan metro-
beda osmotik tinja (stool osmot'lc gap) dapat dilakukan nidazole menolong dan dapat mendiagnosis giardiasis.
untuk membedakan diare osmotik dengan sekretorik. Diare pada pendeita Human Immunodeficiency Wrus
Rumus beda osmotik tinja ("stool osmotic Eap"):290 - 2 (HIV) dengan atau tanpa Acquired Immunodeficiendy
([Na*] + [K*]) mOsm,&g tinja. Pada diare osmotik beda Syndrome (AIDS) biasa disebabkan infeksi di usus (75-
osmotik tinja lebih dari 50 mOsm per kg air tinja sedang 85% kasus). Pada penderita dengan infeksi HIV ini perlu
pada diare sekretorik beda osmotik tinja kurang dari 50 dilakukan pemeriksaan tinja untuk menemukan organisme
mOsm per kg air tinja2. Pemeriksaan osmolalitas cairan tinja yang jarang seperti Cryptosporidium atat Isospora belli.
mungkin berguna untuk kasus diare yang tidak dapat Analisis tinja untuk mendeteksi adanya penggunaan
dijelaskan penyebabnya. Osmolalitas titja yang rendah obat laksans sebagai penyebab diare kronik faktisius perlu
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK 543
dilakukan bila tidak ditemukan penyebab. Pemeriksaan gastrinoma (Zollinger-Ellison) , perlu diperiksa kadar
yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan tinja adanya gastrin dalam darah (meningkat). Jika diare lebih dari I
phenolphthalein, emetin, bisacodyl dan metabolitnya liter per hari dan terlebih ada hipokalemia, maka
dengan tes kromatografi atau kimia. diperlukan pemeriksaan kadar v as o activ e int es tinal
Pemeriksaan Head of Meal Transit Time (HOMTT) polpeptide SIP), kalsitonin, glukagon, histamin dalam
dipakai untuk menilai transit time usus secara kasar. darah. Kadar VIP yang tinggi menunjukkan adanya
Normal transit time bila waktu dari pasien menelan setengah tumor vipoma. Calcitonin untuk mendiagnosis
cangkir corn kernel atat I kaleng beet sampaitinja terlihat karsinoma medulare tiroid, glukagon untuk
berwama merah, berkisar antara 1 2 j am s I d 22 jam. Transit mendiagnosis tumor glukagonoma.
time usus cepat bila waktu penelanan sampai warna merah Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan bila ada
pada tinja berlangsung kurang dari 12 jam. kecurigaan penyakit diabetes melitus.
Pemeriksaan parasit tinja harus dilakukan antara lain: Pemerikaan serologik yang berguna dalam menunjang
Giardia lambilia, Entamoeba histolytica dll. Pemeriksaan diagnosis termasuk tes antibody antinuclear, antibodi
tinja untuk mendeteksi adanya insufisiensi pankreas yaitu Imunoglobulin (Ig)A dan IgG antigliadin dan antibodi
pemeriksaan elastase tinja. Pemeriksaan m arker tinjatnttk IgA antiendomysial, antibodi cytoplasmic
mendeteksi adanya inflamasi gastrointestinal seperti antineutrophil perinuclear, tipe HLA dan antibody
lactoferrin dan calprotectin masih dalam penelitian. terhadap HIV dan Entamoeba histolytica.
' Pemeriksaan serologik untuk spru seliak tidak hanya
untuk diagnosis tetapi juga untuk evaluasi pasien
Pemeriksaan Laboratorium Lain setelah pengobatan. Pada penyakit spru seliak ini dapat
1. Darah: Idealnya pemeriksaan darah ini dilalarkan setelah diperiksa antibody IgA atau IgG antigliadin dan anti-
pemeriksaan tinja, bila pemeriksaan tiirja saja belum body antiendomysial. Antibodi antinuclear digunakan
mengarahpada diagnosis. Laju endah darah (LED) yang untuk mendiagtosis vaskulitis, skleroderma, spru seliak,
tinggi, kadar hemoglobin yang rendah, kadar albumin kolitis mikroskopilq hipotiroidisme, enteropati autoimun.
serum yang rendah menunjukkan adanya penyakit Antibodi cytoplasmic antineutrophil perinuclear
organik. LED dan CRP yang tinggi ditemukan pada digunakan untuk mendiagnosis kolitis ulseratif.
penyakit usus inflamatorik (IBD). Pada anemia (hemo- Pemeriksaan tipel HLA-DR berguna untuk konfirmasi
globin turun), perlu diperiksa apakah ada defisiensi diagnosis spru seliak, spru yang refrakter atau tidak
vitamin B 12, asam folat , defisiensi besi karena gangguan tergolongkan, mungkin penyakit Crohn dan kolitis
absorbsi. Leukositosis mengarahkan pada adany a ulseratif. Jika ada kemungkinan kuat penyakit dasar
inflamasi. Sedangkan eosinofilia ditemukan pada infeksi HIV pada penderita dengan diare kronik, maka
neoplasma, alergi, penyakit kolagen vaskular, infestasi skrining pemeriksaan infeksi HIV dalam darahpenting
parasit dan gastooenteritis atau kolifis eosinofilik. dilakukan. Titer antibody terhadap E.histolytica
Kadar asam folat yang rendah menunjukkan penyakit digunakan untuk mendiagnosis amebiasis kolon dan /
seliak. Kadar B 12 rendah menunjukkan pertumbuhan atau hati.
bakteri berleblhan (bacterial overgrowtfr) dalam usus Hipoalbuminemia, Laju endap darah yang tinggi dan
halus. Kadar albumin rendah menunjukkan tanda anemia memiliki spesifitas tinggi rurtuk adanya penyakit
kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, organik. Adanya defisiensi besi merupakan indikator
kolon dan pada sindrom malabsorbsi. Pada semua sensitif enteropati usus halus, terutama penyakit seliak,
keadaan diatas perlu konfirmasi dengan biopsi. tetapi bukan merupakan test yang spesifik.
Eosinofil meningkat pada gastroenteritis eosinofilik, Bila dicurigai adanya hipersensitifterhadap gluten yang
alergi makananatau infeksi parasit di usus. disebut penyakit seliak, diusulkan pemeriksan IgG
Pemeriksaan serologis terhadap ameba harus antigliadin, antibodi IgA antiendomysial (EMA),
dilakukan. Bila dicurigai infeksi Campylobacter jejuni antibodi retikulin, dan IgG anti tissue transglutaminase
dapat dilakukan pemeriksaan serologis (IgG) terhadap (trc).
Campylobacter jejuni. Pada penderita dengan
kecurigaan infeksi kronik/perlu diperiksa juga 2. Urin: Untuk menunjang diagnosis sindrom/tumor
kemungkinan imunodefisiensi. karsinoid ("flushing" kulit dll), dapat dilakukan
Selain Hemoglobin, perlu diperiksa juga tes darah pemeriksaan kadar 5-HIAA urin 24 jam.
lengkap, hitung jenis, LED untuk melihat adanya Itanillylmandelic acid (VMA) atau metanefrin urin
inflamasi, infeksi di usus. Elektrolit, Nitrogen urea darah untuk pheochromocytoma. Histamine urine wtuk
("BUN"), kreatinin perlu juga diperiksa. Untuk penyakit sel mast dan karsinoid usus proksimal. Untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid, perlu diperiksa kadar penggunaan laksan golongan antrhraquinone dapat
TSHdarah, T3 uptake & T4 serum. Biladidapatkanulkus diperiksa urine dengan pemeriksaan kromatografi dan
duodenum bersamaan diare yang mengarah pada kimia-
544 GAITTROENTEROLOGI
malignum dan TBC usus. Pemeriksaan ini memiliki 4. TesNapas (Breathlest)zC cholyl glycine breath: tes
sensitivitas hanya 50-60% terhadap pankreatitis kronik. ini penting juga untuk menilai fungsi ileum, keberhasilan
Pada penyakit Crohn, kadang dapat ditemukan pengobatan atau fungsi usus yang tersisa setelah
gambaran penebalan dinding usus. Pada kanker kolon reseksi luas. Jumlah Cl4 yang diekskresi di tinja dapat
yang besar atau sudah metastase dapat ditemukan membedakan antara bacterial overgrowth dengan
adanya masa abdomen secara USG. malabsorbsi.
. Bile acid breath : mengalat kadar CO2 napas setelah
8. Sidik perut (CT-Scan abdomen): Pemeriksaan ini pemberian sejumlah dosis C-xylose. Pemeriksaan ini
dilakukan bila pemeriksaan ultrasonografi belum dapat
dapat menunjukkan perkembangan bakteri pada
dengan jelas menyokong diagnosis kelainan pankreas,
usus halus.
hati, keganasan saluran cerna/metastasenya atau masa . H2 breath: mengukur kadar H2 napas, dapal
abdomen yang belum jelas asalnya dll. Pemeriksaan ini
menentukan adany a maldigesti
memiliki sensitivitas 74-90% terhadap penyakit . malabsorbsi, intoleransi laktosa, orocaecal transit
pankreas.
time dar adanya pertumbuhan bakteri yang
9. Arteriografi/angiografi mesenterika superior dan berlebihan (bacteqial overgrowth) di usus.
inferior: Pemeriksaan ini unhrk menentukan sumbatan . taC-triolein absorption: pemeriksaan alternative
arteri mesenterika yang menimbulkan kolitis iskemik' untuk malabsorbsi lemak, menilai adanya lipolisis
dan absorbsi. Sensitivitas 85-100% dan spesifisitas
10. Enteroskopi: Pemeriksan enteroskopi akhir-akhir ini >g\yo,akan tetapi pemeriksaan ini tidak baik untuk
dapat menggantikan pemeriksaan rontgen usus halus
penderita diabetes mellitus, penyakit hati atau
follow through,karena lebih jelas dalam mendiagnosis obesitas.
kelainan-kelainan organik di usus halus (lebih sensitif
dan spesifik daripada rotgen follow through), dapat 5. Tes Kehilangan protein: Protein dicerna di dalam
melakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dan lumen usus menjadi polipeptida dan asam arnino oleh
dapat melakukan terapi seperti polipektomi dll. enzim pancreas sebelum absorbsi aktif' Malabsorbsi
preduk-produk tersebut jarang terjadi bila tidak ada
ll.Magnetic resonance cholangio pancreatography malabsorbsi lemak atau karbohidrat. Dua metode yang
(MRCP) Beberapa studi melaporkan bahwa MRCP
telah dipakai untuk menilai kehilangan protein dari
sama sensitifnya dengan ERCP dalam mendeteksi
usus antara lain faecal clearance of a,- antitrypsin
penyakit pancreas (pankreatitis kronik dan karsinoma
alau radiolabelled al bumin.
pankreas). Pengembangan terbaru pemeriksaan MRI
pankreatografi setelah stimulasi secretin dapat Tes Malabsorbsi asam empeda (Bile Acid Malabsotp'
mendeteksi kelainan pancreas fungsional dan struktural. tion) '. Malabsorbsi asam empedu dapat dinilai melalui
pengukuran turnover asam empedu yang dilabel
L2. Endosonografi atau endoscopic ultrasound (EUS).
radioisotop, pengukuran metabolit serum atau
Pemeriksaan ini dilaporkan memiliki sensitivitas yang
pengukuran kuantitatif asam empedu yang diekskresi.
tinggi dalam mendeteksi penyakit pankreas dini tetapi
Pemeriksaan pertama untuk mengtkw faecal recovery
jarang digunakan karena keterbatasan penggunaannya
oftaC glycocholate dalam fjnja selama48-72 jam setelah
dalam klinik dan mahal.
menelan secara oral marker tersebut. Pengukuran
konsentrasi serum metaboit asam empedu contohnya
Fungsi usus dan pankreas 7 - hy dr oxy - 4 - ch o l es t en- 3 - one,menghindari
1. ileum dan jejunum: Tes D-xylose, digr.rnakan
Tes fungsi penggunaan radilolabels dan telah diteliti hasilnya
untuk menilai integritas & fungsi absorbsi usus halus. sesuai hasil pemeriksaan
75
S e homo t auro chol at e (1
s
Se-
Pengukuran kadar lemak dalam tinja, untuk melihat HCAT). Tes ?5Se-HCAI merupakan test yang paling
kemampuan absorbsi lemak oleh usus. banyak dipakai membutuhkan penelanan obat sintetis
2. Tes fungsi pankreas: Tes sekretin-kolesistokinin, yaitu
75 Se-HCAT tersebut yang merupakan konjugasi
tes yang banyak dipakai, tes ini memakai infus terus alamiah asam empedu adsam taurocholat. Fraksi yang
menerus dengan hormon-hormon tersebut, lalu diukur tertinggal dinilai dengan gamma cameraT hari setelah
pengeluaran bikarbonat dan ensim. Tes ini sangat pemberian ral. Nilai kurang dari l5oh menunjukkan
membantu menilai fungsi pankreas pada diare berlemak adanya malabsorbsi asam emPedu.
(steatorea). Tes PABA, untuk menilai fungsi eksokrin 7. Tes small and large bowel transit limei D r a r e
pankreas . Tes elastase- 1 feses, digunakan unfuk menilai karena percepatan transit time ttsus dapat disebabkan
fungsi eksokrin pankreas juga. oleh keadaan pasca bedah (vagotomy, gastrektomi),
3. Tes schilling: Tes ini digunakan untuk mendiagnosis kelainan endokrin (karsinoid, hipertiroid, diabetes),
dehsiensi vitamin B 12 dan infeksi usus halus yang luas. penyakit usus halus infrltratif, sindrom usus iritabel.
546 GAIITROENTEROI.OGI
Berbagai metode yang digunakan mengukur transit membedakan osmotik dan sekretorik.
time orosekal (orocaecal transit timelOCTT) a.l. Urutan prosedur tambahan yang dianjurkan antaralait:
rontgen usus dengan brarium, scintigrafi radionuclide Hari ke 1 : Pemastian dan pelajari ulang hasil-hasil evaluasi
dan lactulose hydrogen breath test. Metode scintigrafi diagnostik selama rawat jalan Pengukuran berat atau vol-
dapat memakai makanan solid (telur dan roti) dan cairan ume tinja pada diit normal Skrining laksan urin dengan
yang dilabel ee'technetium atau rrrindium-diethylene pemeriksaan thin-layer chromatograpfty Pemeriksaan
triamine pentacetic acid, dan waktu yang terukur bagi alkalnisasi tinja Pengukuran natrium, kalium, sulfat, fosfat
substrat radioaktif mencapai caeum dicatat. Hasil tinja, osmolalitas tinja, penghitungan beda osmotik tinja
pemeriksaan tes ini sesuai dengan hasil lactulose ("stool osmotic gap") Hari ke 2-4: Ptasa 72 jam dengan
hydrogen breath test. Tes transit time kolon dapat hidrasi intravena (Jika diare berhenti total dalam 24 jam,
menggunakan marker radioopaque atau scintigrafi . tidak perlu dilanjutkan puasanya. Diare sekretorik
seringkali berkurang denganpuasa, tapi berlangsung terus
8. Tes permeabilitas usus
dengan tinja lebih 200 gramper 24 jam. Monitor berat tinja
Tes ini masih dalam penelitian.
24 jamtiaphaiHari ke 5-8: Berikan diet mengandung lemak
75-100 gram dalam 24 jam Monitor rerataberat tinja dan
Pemeriksaan lain kadar lemak tinjadalam24jam pada hari ke 6, 7 dan 8.
1. Petanda tumor. Pemeriksaan Carcino Embryonic
Antigen (CEA) untuk mengetahui adanya keganasan
pada pankreas dan kolon. Pemeriksaan Ca 19-9 untuk PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK
mengetahui adanya keganasan pankreas, tapi kadang
juga meningkat pada keganasan kolon. AGA merekomendasikan pendekatan sistematik tahap awal
2. Pemerikslan thinJuyer chromatography urine. unf,tk dan lanjut yang dapat dilihat pada Gambar I dan2
memeriksa adanya pemakaian obat pencahar bisacodyl,
phenolphthalein, anthraquinones dapat dilalokan untuk
menentukan etiologi diare.
3. Pemeriksaan ELISA tinja untuk menentukan antigen
giardia, assay alkalinisasi (untuk phenolphthalein),
pengukuran natrium, kalium, sulfat, fosfat tinja.
4. Tes untuk alergi makanan gastrointestinal. Antibodi
terhadap makanan dalam tinja dan sekresi usus halus
dapat dideteksi untuk mendiagnosis alergi makanan.
Diare
III. PROSEDUR TAMBAHAN EVALUASI PENDERITA inflamatorik
RAWATINAP
Ekr."tork I losrotial
Donowitz M dkk mengusulkan prosedur tambahan Gambar 1. Algoritme tahap awal diare kronik
evaluasi diagnostik pada penderita rawat inap, antara lain
penderita diberikan diet/makanan seperti dirumah, dan fDjar-..r.tik
dilakukan pemeriksaan berat tinja 24 jam. Jika tinja lebih
-____l- I
Y
dari 0,5 kg dalam 24 jam,lebih mengarahpadapenyakit Eksklusi infeksi
t Andisb___l
organik. Jika tinja kurang dari 0,2 kg dalam24 jun,pendeita
Eksklusi penyakit
tidak mengalami diare, mungkin mengalami inkontinensia, Stuktural
sindrom usus iritabel (IBS) atau penyakit rektum. Lalu
evaluasi diagnostik berikutnya yaitu puasa 72 jam. Tinja
24 jam dihitung, terutama selama hari kedua dan ketiga
puasa, yang dapat membedakan diare osmotik dari Pe rcobaan kolestiram in
untuk diare asam
sekretorik. Diare yang berhenti pada puasa menunjukkan
bahwa penyebab diare yaitu bahan yang dimakan secara
Diare inflamatorik
langsung atau tidak langsung. Etiologinya yaitu
penggunaan laksan atau karbohidrat yang tidak dapat
Eksklusi penvakit struktural Eksklusi oenvakit struktural
diabsorbsi, asam empedu atau asam lemak dll. (Tabel 4).
Penyakit diare sekretorik ditujukan pada diare yang tetap Eksklusi infeksi Eksklusi insufisiensi eksokrin
berlangsung atau berhenti parsial setelah puasa 48 jam.
Beda osmotik tinja (stool osmotic gap) dapat juga Gambar 2. Evaluasi tahap lanjut diare kronik
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KROMK 547
pemeriksaan penunjang diagnostik yang sistematik, terarah 13. Powell DW. Approach to the patient with diarhea. in:Yamada
T-Alpers DH- Owyang C-Powell DW-Silverstein FE. Textbook
dan c o s t effe c tiv ene s s.
of Gastroenterology Volume 1. Second edition. JB Lippincott
Co.Philadelphi a:7 99 5 :8 13 - 63.
14. Simadibrata MK. Pendekatan diagnostic diare kronik. Dalam:
REFERENSI Sudoyo AW-setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK-Setiati S eds.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. edisi ke 4. Pusat
l. Daldiyono. Pendekatan diare kronik pada orang dewasa. in: Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006 .
Sulaiman HA-Daldiyono-Akbar HN-Rani AA eds. 357 -65.
Gastroenterologi Hepatoiogi. CV Infomedika. Jakarta. 1990: 15. Binder HJ. Causes of Chronic Diarrhea. NEJM 2006;355:236-9.
34-44. 16 Mayer EA. Irritable Bowel Syndrome. NEJM 2008; 358: 1692-
2. Donowitz M, Kokke FT, Saidi R. Evaluation of patients with 9.
chronic diarrhea. N Engl J Med 1995; 332 (ll):725-9. 17. AGA. American gastroenterological association medical
3. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) position statement: Guidelines for the evaluation and manage-
Akut. dalam: Suharyono - Boediarso-Halimun EM eds. Balai ment of chronic diaffhea. Gastroenterology 1999; 116:1461-3.
Penerbit FKUI. Jakarta. 1988: 5l-76. 18. Bonis PA, LaMont JT. Approach to the patient with chronic
4. Schiller LR. Chronic dianhea. Gastroenterology 2004;127:287- diarrhea. Available from url: http://www.uptodateonline com/
93. patients/content/topic.do?topicKey:-pppp"3rs mdz9#2.
5. Sutoto,Moechtar MA,Karyadi,Brotowasisto. Morbidity and 19. Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, Playford R
mortality on diarrhoeal disesases in North Jakart, an urban et.al. Guidelines for the investigation of chronic diarrhea,2"d
area. South East J.Trop Med Publ helth 1982: 405-11. edition. Gut 2003;52 (Supplement 5):v1-v15; doi:10.1136/
6. Ammon IfV, Soergel KH. Diarrhea. in: Berck JE-Haubrich WS- gut.52.suppl_5.v 1.
Kalser MH-Roth JlA-Schaffner F eds. Bockus Gastroenterol- 20. Giardia. Available from url: http://www.
----.
Diarc%o20ktoriU Giar dia%20- %2OMicrobeWiki.htm.
ogy Volume 1. 4th edition. WB Saunders. Philadelphia. 1985:
125-41. 21. Habba, SF. Chronic diarrhea: identifliing a new syndrome. Am J
7. Geraedts AAM. De waarde van het niet-invasieve onderzoek bij Gastroenterol 2000; 95:.2140.
patienten met chronische diarree. Academisch Proefschrift ter 22. Gtrctant RL, Van Gilder T, Steiner Ts, Thielman NM, Stutsker
verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit van L, Tauxe RV et.al. Practice guidelines for the management of
Amsterdam.Nederland. 1987. infectious diarrhea. Chron Infect Dis 2001; 32:331-50.
8. Teh Lip Bin. Diarrhoea. in: Guan R-Kang Jy-Ng HS eds. 23. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. Use of
Management of Common Gastroenterological Problems. endoscopy in diarrheal illnesses. GIE 2001; 54:821-3.
a Malaysia & Singapore perspective. second edition. MediMedia 24. da Silva JGN, Brito TD, Damiao AOMC, Laudanna AA, Sipahi
Asia. Singapore. 1995: 7 4-82. AM. Histologic study of colonic mucosa in patients with chronic
9. American Gastroenterological Association Clinical Practice and diarrhea and normal colonoscopic findings. J Clin Gastroenterol
Practice Economics Committee. AGA Technical review on the 2006; 40: 44-8.
evaluation and management of chronic diarrhea. 25. Surawicz CM, Ochoa B. Diarrheal diseases. http://www.acg.gi.orgl
Gastroenterology 1999;1 16: 1464-86. patientsi gihealth/ pdfi diarrheal.pdf 36k 27/Jan12008.
1 0. Schiller LR. Diarrhea. Medical Clinics of North America 2000;84: 26. Hecker LM, Saunders DR, Losh D. Diarrhea. Available from url:
t259 -7 4 . http ://www.Diarco/o2Dkr onlklDIARRHEA.htm
85
DIARE AKUT
Marcellus Simadibrata K, Daldiyono
DEFINISI KLASIFIKASI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: l. lama waktu
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), diare: akut atau kronilq 2.mekanisme patofisiologis: osmotik
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari atau sekretorik dll), 3. berat ringan diare : kecil atau besar,
200 gram ata;.r 200 mU24 janr. Defrnisi lain memakai kriteria 4. penyebab infeksi atau tidak: infektifatau non-infektif,
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kati per dan 5. penyebab organik atau tidak: organik atau
hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai fungsional.
lendir dan darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari
l5 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology ETIOLOGI
Organisation global guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cairilembek dengan Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain
jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanaq efek
l4hai. obat-obat dan lain-lain. (Tabel l)
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari Menurut World Gastroenterology Organisation
I5 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas
beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare empat penyebab: bakteri, virus, parasit dan non-
tersebut, adayang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, infeksi.
s48
DIAREAKUT s49
EPIDEMIOLOGI
lnfeksi
1. Enteral Pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS
Persahabatan dari 1 Nopember 1993 s.d 30 April 1994
. Bakteri: Shigella sp, E.coli patogen, Salmonella sp, Vibio
cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jeiuni, V. Hendarwanto,Setiawan B dkk. mendapatkan etiologi
parahaemoliticus, VNAG.,Staphylococcus aureus, infeksi seperti pada Tabel 2.
Streptococcus, Kebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, World Gastroenterology Organisation global guide-
Profeus dll.
. lines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang
Virus: Rotavirus, Adenovirus,Norwalk virus, Norwalk like
virus, cytomegalovrrus (CMV), echovirus, virus HlV. berhubungan dengan vehicle dan gejala klinik (Table 3
o Parasit: - Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia dan Tabel 4).
lamblia, Cryptospoidium parvum, Balantidium coli.
. Worm: A.lumbricoides, Cacing tambang, Trichuis
tichiura, S.stercorals, cestodlasts dll.
. Etiologi Frekuensi (%)
Fungus:Kandida/moniliasis
E.coli 38,29
2. Parenteral: Otitis media akut (OMA), pneumonia.Iraveler's Vibio cholerae Ogawa 18,29
diarrhea: E. coli, Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba Aeromonas sp 14,29
histolytica dll. Shigella flexneri 6,29
Makanan: Salmonella sp 5,71
. lntoksikasi makanan: Makanan beracun atau Entamoeba histolytica 5,14
mengandung logam berat, makanan mengandung Ascais lumbricoides 3,43
bakteri/ toksin: Clostidium perfingens, B.cereus, Rotavirus 2,86
S.aureus, Strepfococcus anhaemo lyticus dll. Candida sp 1,71
o Alergi: susu sapi, makanan tertentu. Vibrio NAG 1,14
o Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida Tichuris trichiura 1,14
(glukosa,laktosa, galaktosa), Plesiomonas shigelloides 0,57
disakarida(sakarosa,laktosa), lemak: rantai panjang An cy I osto m a d u od e n al i s 0,57
trigliserida protein: asam amino tertentu, celiacsprue B/asfocystis hominis 0,57
gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk,
vitamin & mineral
lmunodefisiensi: hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia(Bruton), penyakit granulomatose
PATOFISIOLOGUPATOM EKAN ISM E
kronik, defisiensi lgA, imunodefisiensi lgA heavycombination.
Terapi obat. antibiotik, kemoterapi, antasid dll.
Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/
tinggi terapi radiasi.
patomekanisme sebagai berikut: l). Osmolaritas intraluminal
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik
(neuropati diabetik). yang meninggi, disebut diare osmotik; 2). Sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3).
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak; 4). Defek
sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
KEADAAN RISIKO DAN KELOMPOK RISIKO 6). Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding
TINGGI YANG MUNGKIN MENGALAMI DIARE usus, disebut diare inflamatorik; 8). Infeksi dinding usus,
INFEKSI disebut diare infeksi.
Diare osmotik: diare tipe ini disebabkanmeningkatnya
l. Baru sajabepergiarVmelancong : ke negaraberkembang, tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
daerah tropis, kelompok perdamaian dan pekerja disebabkan oleh obat-ob atl zat kjmia yang hiperosmotik
sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair) (a.1. MgSO4, Mg(OII)2, malabsorpsi umum dan defek dalam
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase,
makanan laut dan shell fish, terutama yang mentah, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
Restoran dan rumah makan cep at saji ffas t food),banket Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh
danpiknik meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara
risiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks (Gay bowel klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
syndrome) sindrom defisiensi kekebalan didapat sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
(Acquired immune deficiency syndrome) dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe
4. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: ini antara lain karena efek enterotoksin p ada infeksi Wbrio
institusi kejiwaan/mental, rumah rumah perawatan, cholerae, atat Escherichia coli, penyakit yang
rumahsakit. menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan
550 GAITTROENTEROI.OGI
Binatang ke manusia (binatang piaraan dan livestock) Kebanyakan bakteri enterik, virus dan parasit
Mikroorganisme
absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya
sodium sulfosuksinat dll). penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: Diare memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan karena infekti bakteri/parasit terdiri atas:
hati.
Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik).
Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V.cholerae Eltor
di enterosit: diare tipe ini disebabkan adanya hambatan Enterotoxigenic E.coli (ETEC) dan C. Perfringens. V
mekanisme transport aktif Na+K+ AIP ase di enterosit
Cholerae eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
dan absorpsi Na+ dan air yatg abnormal.
mukosausus halus l5-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan
ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas nikotinamid adenin dinukleotid padad dinding sel usus,
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di sehingga meningkatkan kadar adenosisn 3',5'-siklik
usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: dia-
monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan
betes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan
oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus Diare karena bakterilparasit invasif (enterovasil). Bakteri
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe yang merusak (invasif)antar a lair' Enteroinvasive E. co li
ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena (EIEC), S alm on el I a, Shigell a, Yer s ini a, C. p erfrin gens tipe
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa
berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif.
gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau
halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) ata.u demikian infeksi kuman - kuman ini dapat juga
non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn) bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman
Diare infeksi: Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu
tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh S.paratyphi B, Styphimurium, S enterridilis, S
bakteri dibagi atas non-invasif (tidakmerusakmukosa) dan choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu
invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif E.his tolitika dan Glamblia.
menye-babkan diare karena toksin yang disekresi oleh
bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh
diare toksigenik a.l. kolera (Eltor). Enterotoksin yang DIAGNOSIS
dihasilkan kum an Wbrio cholare/eltor merupakan protein
yarg dapat menempel pada epitel usus, yang lalu Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksan
membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di fisik dan pemeriksaan penunjang.
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida
yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan Anamnesis
kalium. Mekanisme absorpsi ion nafiummelalui mekanisme Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala
pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan
klorida (diikuti ionbikarbonat, air, natrium, ionkalium) dapat diarenya berlangsung kurang.dari 15 hari. Diare karena
dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion natrium penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air,
(diiringi oleh ai1 ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). dan sering berhubungan dengan malabsorpsi, dan
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon
glukosa yang diabsorpsi secara aktifoleh dinding sel usus. seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang.
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan
PATOGENESIS khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
tinja yang sering, bisa aiE malabsorptif, atau berdarah
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
infeksi yaitu faktor kausal(agent) dan faktor pejamu(host). patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon
Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk lebih mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas
menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen
tangkis atau lingkungan internal saluran cema antataTain: bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami
keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
552 GASTROENTEROI.OGI
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan pasien belum jatuh dalam presyok.
karena toksin yang dihasilkan. Parasit yang tidak
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8oZ BB): turgorburuk,
menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan
suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi
Crypt o s poridium, biasanya menyebabkan rasa tidak
cepat, napas cepat dan dalam.
nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin
berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas dan Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda
kembung. dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
dalr Shigella, dan organisme yang menghasilkan
sitotoksin seperti Clostridium difficile and Pemeriksaan Fisis
enterohemorrhagic E coli (serotipe Ol57 H7) Kelainan-kel ainany angditemukan pada pemeriksaan fi sik
menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organisme
sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada
Yersinia seringkali menginfeksi ileum terminal dan
menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah
bawah, menyerupai apendisitas akut. Infeksi dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas.
Campylobacter j ejuni sering bemanifestasi sebagai diare,
Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang
demam dan kadangkala kelumpuhan anggota badan dan
penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau
badan(sindrom Guillain-Barre). Keluhan lumpuh pada
tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek
"clue" bagi penentuan etiologi.
dokter karena ketidaktahuan masyarakat.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang
menginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti Pemeriksaan Penunjang
virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat
menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E coli, atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan
protozoa, and helminths. Beberapa organisme seperti beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut
Campylobacter, Aeromonas, Shigella, atd Vibrio species a.l. pem.eriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
(misal, V p arahemo lyticus) menghasilkan enterotoksin dan hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit
juga menginvasi mukosa usus; pasien karena itu serum, Ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan
menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam pemeriksaar EnzymJinked immunos orbent assay @LISA)
beberapajam atau hari. mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombo- foto x-ray abdomen. (Gambar 1)
sitopenik trombotik (TTP) dapat timbul pada infeksi Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki
dengan bakteri E coli etterohemorrhagic dan Shigella , jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
terutama anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan Iimfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada
bakteri enterik lain dapat disertai sindrom Reiter (arlritis, infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki
uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutro-
glomerulonefritis. Demam enterik, disebabkan Sa lmo n e I I a penia dapat timbul pada salmonellosis.
Qphi atau Salmonella paraQphi, merupakan penyakit Ureum dan kreatinin diperiksa untk memeriksa adanya
sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai demam kekurangan volume cairan dan mineral tubuh Pemeriksaan
tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala tinja dilakukan untuk melihatadatya leukosit dalam tinja
respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur
kemerahan (rash). cacing dan parasit dewasa.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik
terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak dalam 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di
kecil dan lanj ut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran
haus yang meningkat, berkurangnyajumlah buang air kecil toksin C/oslridium dfficile.
dengan wama urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan
perubahan orlostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare
ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada
kebingungan- dan pusing kepala. sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat
sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3
mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena
tingkatan:
kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma didaerah
Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5%'BB)z gambaran kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika
klinisnya turgor kurang, suara serak(vox cholerica) , mukosa terlihat inflamasi berat.
DIAREAKUT 55J
Anam nesis
Pemeriksaan
fisik
Umum
Keseim bangan Abdom en Pem eriksaan rektal
Cairan Nyeri tekan Fecal occult blood
Panas Distensi tesf
Nutrisi
Pemeriksaan awal
Nontoksik Terapi simtomatik
Toksik
Lama penyakit Cairan rehidrasioral
Penyakit berjalan
se be nta r
0bat antidiare
teru s
Darah ditinja Tidak berdarah
Tidak nyeri tekan Tidak respons Respons
Dehidrasi
Replesicairan/
e le ktro lit
Evaluasi
Laboratorium
Pem eriksaan darah tepi lengkaP Kimia darah
Pem eriksaan tinja
Hemokonsentrasi E lektro lit
Pem. Telur dan parasit
Diferensial leukosit Ureum
Antigen Giardia
K re atin in
Toksin clostridium difficile
Serologiameba
Kultur tinja
Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja 2. Metode Pierce berdasarkan klinis:
Observasi umum: patogen non-invasif( tinja air banyak, Dehidrasi ringan, kebutuhan catran : 5%o xBeratbadan
tidak ada leukosit tinja), seringa disertai nausea, kadang (ke)
vomitus,,lebih sering manifestasi dari diare turis(85% Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan: 80% x Berat badan
kasus), padakasus kolera, tinja seperti cucianbera, sering (kc)
disertai muntah. Dehidrasi berat, kebutuhan cairan: l0% x Berat badan
Cic)
Patogen: ETEC, penyebab tersering dari diare tluris,2.
1.
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l. (Lihat
Giardia lamblia, 3. Rotavirus, virus Norwalk, 4. Eksotoksin
Thbel5)
Preformed dari S.aureus, Bacillus cei'eus, Clostridium
p erfringens (lipe A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi Skor
oleh lama inkubasi yang pendek 6 jam, 5. Penyebab lain: Kebutuhancairan: x l0oh x kgBBxlliter
Wbrio parahaemolyticus (ikan laut dan shell fish yang 15
tidak cukup didinginkan), Vibrio cholerae(kolera), Bahan
toksik pada makanan(logam berat misal preservatif kaleng, Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya
nitrit, pestisida, histamin pada ikan), jamur, kriptosporidium, diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi
Isospora belli (biasa pada pasien HIV positif meskipun sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan
dapat terjadi juga pada manusia normal). cairan per intravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral
Diagnosis: Tidak ada leukosit dalam tinja, kultur melalui selang nasogastrik atau intravena.
tinja(sangat rendah pada diare air), tes untuk ETEC tidak
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan
biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan parasit
cairan melalui infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi
untuk tinja segar, sering beberapa pemeriksaan ulangan ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan
dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia per oral atau selang nasogastrik , kecuali bila ada kontra
indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai.
Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik
PENATALAKSANAAN dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium
Bikarbonat dan 1,5 g KCI setiap liter. Contoh oralit generik,
Penatalaksan aan pada diare akut antara lain :
renalyte, pharolit dll.
Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kebufuhan cairan menurut rumus BJ plasma atau skor
DIAREAKUT 555
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1 Obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2 penyakit yang ringan, self limited disease karena virus
Frekuensi nadi > 120 kali/menit 1
Kesadaran apati 1
atau bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2 dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik
Frekuensi napas > 30 kaliimenit 1
diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami
Facies cholerica 2
Vox choleica 2
infeksi bakteri invasif, diare turis (traveler's diarrhea) atau
Turgor kulit menurun 1 imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (misal
Washer woman's hand 1
siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini
Ekstremitas dingin
baik terhadap bakteri patogen invarsif termasuk
1
Sianosis 2
Umur 50 - 60 tahun -1 Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan
Umur > 60 tahun -2 Aeromonas species. Sebagai alternatif yaitu kotrimoksazol
(trimetoprim/sulfametoksazol, I 60/800 mg 2 xlltari, ata,u
eritromisin 250 - 500 mg 4 x/hari. Metronidazol 250 mg 3 ></
hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigasi
Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar giardiasis.
tercapatirehidrasi optimal secepat mungkin. Untuk turis tertentu yang bepergian ke daerah risiko
b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg/hari) dapat
diberikan berdasarkan kehilangatcairar, selama 2 jam dipakai sebagai profilaktik yang memberikan
pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak perlindungan sekitar 90Yo. Obat profilaktik lain termasuk
ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat trimetoprim- sulfametoksa zol dan bi smuth sub salisilat.
diganti cairan per oral. Patogen spesifik yang harus diobati a.l. Wbrio cholerae,
c. Jam berikutrya pemberian cairan diberikan berdasarkan Clostridium dfficile, parasit, travelerb diaruhea, dan
kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible water infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis,
/oss (IWL) klamidiosis, and herpes simpleks). Patogen yang
mungkin diobati termasuk Wbrio non koler4 Yersinia,
Diet. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila dan Campylobacter, dan bila gejala lebih lama pada
muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum infeksi A er o m o n a s, P I e s i om o n as dan E c o I i ent erop ath o -
minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan genic. Obatpilihan bagi diare karena Clostridium dfficile
mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu yaitu metronidazol oral 25-500 mg 4 xlhai selama 7- I 0
sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase hari. Vankomisin merupakan obat alternatif, tetapi lebih
transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. mahal dan harus dimakan oral karena tidak efektif bila
Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
diberikan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi
Obat anti-diare. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala- pemberian per oral. Obat antimikroba dapat dilihat pada
gejala. a). Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal Tabel 6.
loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium.
Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki
efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan KESIMPULAN
obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada
pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan
bismuth. Obat antimotilitas penggunaatnya harus hati- pemeriksaan klinis yang baik untuk menentukan
hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi diagnosis penyebab diare akut dan adaltidaknya dehidrasi.
Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat Penatalaksanaan diare akut terdiri dari rehidrasi, diet, obat
memperlama penyembuhan penyakit. b)..Obat yang anti diare dan obat anti mikroba bila penyebabnya
mengeraskan tinj a: atapulg ite 4 x 2 tab lhari,smectite 3 x 1 infeksi.
556 GAIITROENTEROI.OGI
Penyebab Terapi
Shrge//osls (serius) Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari; 3 hari
S.(para) typhi Siprofloksasin 500 mg, 2kalilhafi;10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750 mg 4 kali/hari; 14 hari (alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960 mg 2kalilhai;14 hari (alternatif 2)
Sa/monel/osls lain Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari; 10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750 mg 4 kali/hari;(alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960 mg kali/hari; 14 hari (alternatif 2)
Campylobacter (keluhan serius dan persisten) Eritromisin 250 mg 4 kali/hari; 5 hari
Klaritromisin 250 mg 4 kali/hari; 5 hari
Yersinia Doksisiklin 200 mg hari ke-1; lalu '100 mg 1 kali hari; 4 hari
Ko-trimoksazol 960 mg 2 kalilhari; 5 hari (alternatif 1)
Siprofloksasin 500 mg 2 kalilhari 5 hari (alternatif 2)
Disentri amebik Tinidazol 2 g 1 kalilhari; 3 hari (pilihan ke 1)
Metronidazol 750 mg 2kalilhari;5 hari (alternatif 1)
(diikuti oleh diloksanid furoat 500 mg 3 kali/hari; 10 hari)
Vibrio cholerae Siprofloksasin 1 g sekali sehari
Vibramisin 300 mg satu kali sehari
Giardia lamblia Tinidazol 2 gr satu kali sehari
Schrstosoma spp Praziquantel 40 mg/kg sekali sehari
Stron gy I oi de s stercoral is Albendazol 400 mg 1 kali/hari; 3 hari
lvermekin 150-200 mikrogram/kg satu kali sehari
Tiabendazol 25 mg/kg 2kalilhal. (maks. 1500 mg per dos)
Trichurs trichiura Mebendazol 100 mg 2 kali/hari. 3 hari
Cryptosporidiosis sembuh spontan dengan staus imun normal. Jika Paromomisin 500-1000 mg 3 kali/hari; 14 hari
p$amu immunocompromised dengan diare persisten Azitromisin 500 mg '1 kali/hari; 3 hari
Cyclospora Ko-trimoksazol 960 mg 3 kali/hari; 14 hari
lsospora belli Ko-trimoksazol 960 mg 3 kali/hari; 14 hari
Clostridium difficile Metronidazol 500 mg 3 kali/hari; 7-10 hari (ika diperlukdn)
Biasanya penyembuhan spontan setelah menghentikan antibiotik Vancomisin 125 mg 4 kali/hari; 7 -1 0 hari (alternatifl
Catatan; Salmonella typhl multiresistan dan mikroorganisme multiresistan, terutama di negara berkembang. Terapi dengan amoksisilin
dan ko{rimoksazol tidak efektif di beberapa negara. Lama terapi antimikroba dalam literatur.
557
558 GASIROENTEROI.OGI
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada selain kista juga mengeluarkan trofozoit, namun bentuk
kolon, yang berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama di luar tubuh
sebagai berikut: manusla.
a. Kolitis infeksi, misalnya: shigelosis, kolitis tuberkulosa,
Patofisiologi. E.histolytica terdapat dalam dua bentuk
kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis karena
yaitu: kista dan trofozoit yang bergerak. Penularan terjadi
virus/bakteri/parasit lain.
melalui bentuk kista yang tahan suasana asam. Di dalam
b. Kolitis non-infeksi, misalnya: kolitis ulseratif, penyakit
lumen usus halus, dinding kista pecah mengeluarkan
Crohnb, kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis
trofozoit yang akan menjadi dewasa dalam lumen kolon.
mikroskopik, kolitis non-sp esifik (s impl e colitis).
Akibat klinis yang ditimbulkan bervariasi, sebagian besar
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang asimtomatik atau menimbulkan sakit yang sifatnya ringan
sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu sampai berat.
kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis tuberkulosa. Di Berdasar pola isoenzimnya, E.histolytica dibagi
samping itu dibahas pula kolitis pseudomembrun yang menjadi golongan zyrnodeme patogenik dan zymodeme
timbulnya terkait dengan pemakaian antibiotik, dan infeksi non patogenik. Walaupun mekanismenya belum
E. coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu seluruhnya jelas, diperkirakan trofozoit menginvasi dinding
penyebab utama diare kronik di Jakarta. usus dengan cara mengeluarkan enzim proteolitik. Pasien
dalam keadaan imunosupresi seperti pemakai steroid
memudahkan invasi parasit ini. Penglepasan bahan toksik
KOLTTTS AMEBTK (AMEB|ASIS KOLON) menyebabkan reaksi inflamasi yang menyebabkan
destruksi mukosa. Bila proses berlanjut, timbul ulkus yang
Batasan. Peradangan kolon yang disebabkan oleh bentuknya seperti botol undermined, kedalaman ulkus
protozoa Entamoeba histolytica. mencapai submukosa atau lapisan muskularis. Tepi ulkus
menebal dengan sedikit reaksi radang. Mukosa di antara
Epidemiologi. Prevalensi amebiasis di berbagai tempat
ulkus terlihat normal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian
sangat bervariasi, diperkir akan l0o/o populasi terinfeksi.
kolon, tersering di sekum, kemudian kolon asenden dan
Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia
sigmoid, kadang-kadang apendiks dan ileum terminalis.
merupakan host sekaligus reservoir utama. Penularannya
Akibat invasi amuba ke dinding usus, timbul reaksi
lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan
imunitas humoral dan imunitas cell-mediated amebisidal
perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat
berupa makrofag lymphokine-activated serta limfosit
hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang
jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi sitotoksik CD8. Invasi yang mencapai lapisan muskularis
dinding kolon dapat menimbulkan jaringan granulasi dan
individual mempermudah penularannya.
terbentuk massa yang disebut ameboma, sering terjadi di
Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi jaringan,
sekum atau kolon asenden.
hanya mengeluarkan kista pada tinjanya. Kista tersebut
dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Sedangkan Gejala klinis. Gejala klinis pasien amebiasis sangat
pada pasien dengan infeksi amuba akut/kronik yang invasif bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat dengan
s60
KOLITISIIYFEKSI s61
gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif. Beberapa jenis Untuk identifftasi kista dilakukan pemeriksaan tinja dengan
keadaan klinis pasien amebiasis adalah sebagai berikut: pengecatan trichrome, bila perlu dengan teknik konsentrasi
l. Carrier (cyst passer) : ameba tidak mengadakan invasi tinja.
ke dinding usus, tanpa gejala atau hanya keluhan ringan Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi adanya
seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang kadang antibodi terhadap ameba, positif pada 85-95o/o pasien
diare. Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dengan infeksi ameba yang invasif.
dalam waktu satu tahun, sisanya (10%) berkembang Pemeriksaan endoskopi bermanfaat untuk menegakkan
menjadi kolitis ameba. diagnosis pada pasien amebiasis akut. Pemeriksaan
2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan. sebaiknya dilakukan dini sebelum dilakukan terapi. Ulkus
demam ringan, diare ringan dengan tinja berbau busuk yang terjadi bentuknya khas, berupa ulkus kecil, berbatas
serta bercampur darah dan lendir, keadaan umum pasien jelas, dengan dasar yang melebar (underminefi, dan
baik. dilapisi dengan eksudat putih kekuningan. Mukosa di
3. Disentri ameba sedang: kram perut, demam, badan sekitar ulkus biasanya normal. Bentuk trofozoit biasanya
lemah, hepatomegali dengan nyeri spontan. dapat ditemukan pada dasar ulkus dengan cara mengerok
4. Disentri ameba berat : diare disertai banyak darah, demam atau aspirasi kemudian diperiksa dengan mikroskop setelah
tinggi, mual, anemia. diberi larutan garam fisiologis.
5. Disentri ameba kronik: gejala menyerupai disentri ameba Pemeriksaan radiologi tidak banyak membantu, karena
ringan, diselingi dengan periode normal tanpa gejala, gambarannya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Bila
berlangsung berbulan-bulan sampai berlahun-tahun, terbentuk ameboma tampak sebagai fi I ling defec t.
neurastenia, serangan diare biasanya timbul karena Diagnosis banding. Kolitis amebik sangatperlu dibedakan
kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna. dengankolitis ulserosa atau kolitis Crohn karena
pemberian kortikosteroid pada kollitis amebik
menyebabkan penyebaran organisme dengan cepat dan
Algoritme Diagnosis Kolitis Amebik dapat menimbulkan kematian pasien.
Diagnosis banding yang lain adalah kolitis karena
Tes tinla untuk darah tersamar -------+ Negatif infeksi Shigella, Salmonella, Campylo bacter, Yersinia,
rl
+v
E. coli patogen, dan kolitis pseudomembran.
Penatalaksanaan
1. Karier asimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen
losr+s (luminal agents) arrtata lain: Iodoquinol
Kolonoskopi & biopsi (diiodo- hidroxyquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20
(Utamakan tepiulkus) hari atau Paromomycine 500 mg 3 kali sehari selama l0
hari
I 2. Kolitis ameba akut. Metronidazol7 50 mgtiga kali sehari
P os itif
selama 5 -10 hari, ditambah dengan obat luminal tersebut
J di atas.
membunuh trofozoit di jarin gan atau yangberada di dinding disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare,
usus, tetapi tidak bermanfaat untuk ameba yang berada di dengan konsistensi tinja biasanya lunak (tidak cair), disertai
lumen usus. Beberapa dasawarsa yang lalu emetin sangat eksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymor-
populer namun saat ini telah ditinggalakan karena efek phonuclear (PIvtN) dan darah.
toksiknya, yaitu dapat menimbulkan mual muntah, diare, Kolon merupakan tempat utama yang diserang
kram perut, nyeri otot, takikardia, hipotensi, nyeri prekardial, Shigella namunileum terminalis dapat juga terserang. Pada
dankelainan EKGberupaInversi getombang T dan interval kasus yang sangat berat dan mematikan kuman dapat
QT memanjang, sedangkan aritmia dan QRS yang melebar ditemukan jugapada lambung serta usus halus.
jarang ditemukan. Disarankan pasien yang mendapatkan Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini
obat ini dalam keadaan tirah baring dengan pemantuan menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
EKG. Hindari penggunaan emetin bila terdapat kelainan di dalamnya. Perluasan invasi kuman ke sel disekitarnya
ginjal, jantung, otot, sedang hamil, atau pada anak-anak, melalui mekanisme cell to cell transfer. Walaupun lesi awal
kecuali bila obat yanglain gagal. terjadi di lapisan epitel respons inflamasi lokal yang
menyertai cukup berat, melibatkan leukosit PMN dan
makrofag. Hal tersebut menyebabkan edema, mikroabses,
DISENTRI BASTLER (SHIcELLOSIS) hilangnya sel goblet, kerusakan arsitektur jaringan dan
ulserasi mukosa. Bila penyakit berlanjut, terjadi
Batasan. Infeksi akut ileum terminalis dan kolon yang penumpukan sel inflamasi pada lamina propria, dengan
disebabkan oleh bakteri gerus Shigella. abses pada kripta merupakan gambar an y ang utama.
S. dysenteriae, S./lexneri danS. sonnei menghasilkan
Epidemiologi. Infeksi Shigella mudah terjadi di tempat eksotoksin antara lain ShETl, ShET2, toksin Shiga, yang
pemukiman padat, sanitasi jelek, kurang ai1 dan tingkat mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik.
kebersihan perorangan yang rendah. Di daerah endemik Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen
infeksi Shigell a merupakan I 0 -l 5% penyebab diarc pada sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel epitel mukosa
anak. Sumber kuman Shigella yang alamiah adalah kolon dan memperberat gejala klinis.
manusia walaupun kera dan simpanse yang telah dipelihara Kuman Sftrgella jarargmelakukan penetrasi ke jaringan
dapat juga tertular. Jumlah kuman untuk menimbulkan di bawah mukosa sehingga jarung menyebabkan
penyakit relatif sedikit, yaitu berkisar antara 10-100 kuman. bakteriemia- Walaupun demikian pada keadaan malnukisi
Oleh karena itu sangat mudah terjadi penularan secara dan pasien immuno-compfomized dapat terjadi
fecal-oral, baik secara kontak langsung maupun akibat bakteriemia. Selain itu dapat pula terjadi kolitis hemoragik
makanan dan minuman yang terkontaminasi. dan sindrom hemolitik uremik (SHU). SHU diduga akibat
Di daerah tropis termasuk Indonesia, disentri biasanya adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh
meningkat pada musim kemarau di mana S.Jlexnerii kuman Shigella. Infeksi Shigella menimbulkan imunitas
merupakan penyebab infeksi terbanyak. Sedangkan di humoral yang protektif untuk spesies yang sama.
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat prevalensinya
meningkat di musim dingin. Prevalensi infeksi oleh Gejala klinis. Masa tunas berkisar antara7 jamsampai7
S. Jlexnerii di negara tersebut telah menurun sehingga hari. Pada dasamya gejala klinis Shigeleosis bervariasi.
saat ini S. sonnei adalah yang terbanyak. Lama gejala reruta7 haipada orang dewasa, namun dapat
berlangsung sampai 4 minggu. Disenki basiler yang tidak
Mikrobiologi, Shigella termasuk kelompok entero- diobati dengan baik dan berlangsung lama gejalanya
bacteriaceae,yang bersifat gram negatif, anaerob fakultatif
menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien
dan sangat mirip dengan Escherichia coli. Beberapa sifat
mengeluh nyeri perut bawah, rasa panas rektal, diare
yang membedakan kuman ini dengan Z'. coli adalahkwan
disertai demam yang bisamencapai40"C. Selanjutnya diare
ini tidak bergerak aktif, tidak memproduksi gas dalam berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir,
media glukosa dan pada umumnya laktosa negatif. tenesmus, dan nafsu makan menurun. Pada anak-anak
Dikenal 4 spesies Shigella dengan berbagai mungkin didapatkan demam tinggi dengan atau tanpa
serotipenya yaitu: S. dysenteriae (l 2 serotipe), S. Jlexnerii kejang, delirium, nyeri kepala, kaku kuduk, dan letargi.
(14 serotipe), S. boydii (15 serotipe) dan S. sonnei (l Pengidap pasca-infeksi pada umumnya berlangsung
serotipe). Keempat spesies Shigella itu secara berurutan kurang dari 4 minggu. Walaupun jarang terjadi telah
disebut sebagai golonganA, B, C, dan D. dilaporkan adanya pengi dap Shigella yang mengeluarkan
Gejala klinis terberat teq'adi pada infeksi S. dysenteriae, kuman bersama feses selama bertahun. Pengidap kronik
kuman ini juga sering menyebabkan wabah di negara tersebut biasanya sembuh sendiri, dan dapat mengalami
sedang berkembang. Sedangkan gejala klinis yang teringan gejala shigellosis yang intermiten.
adalah akibat infeksi S. sonnei.
Diagnosis. Perlu dicurigai adanya Shigel/osls pada pasien
Patofisiologi. Semua strain kuman S& igella menyebabkan yang datang dengan keluhan nyeri abdomen bawah, rasa
KOLXTISINFEKSTI s63
panas rektal, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja sefalosporin generasi III terutama pada pasien dengan
menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit PMN. Untuk gejala klinik yang berat.
memastikan diagnosis dilakukan kultur dan bahan tinja 3. Pengobatan simtomatik. Hindari obat yang dapat
segar atau hapus rektal. Sigmoidoskopi dapat memastikan menghambat motilitas usus seperti narkotika dan
diagnosis adanya kolitis, namun pemeriksaan tersebut derivatnyA, karena dapat mengurangi eliminasi bakteri,
pada umumnya tidak diperlukan, karena menyebabkan dan memprovokasi terjadinya megakolon toksik. Obat
pasien merasa sangat tidak nyaman. Indikasi untuk simtomatik yang lain diberikan sesuai dengan keadaan
melakukan sigmoidoskopi adalah bila segera diperlukan ' pasien antara lain analgetik-antipiretik dan antikomulsi.
kepastian diagnosis apakah gejala yang terjadi merupakan
disentri atau manifestasi akut kolitis ulserosa idiopatik.
Dalam keadaan tersebut, biopsi harus dikerjakan dalam ESCHERICHTA COt' (PATOGEN)
waktu 4 hari dari saat gejala. Pada fase akut infeksi
Shigella, tes serologi tidak bermanfaat. Batasan. Infeksi kolon oleh serotipe Escherichia coli
Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan tertentu (O157:H7) yang menyebabkan diare berdarah/
kolitis ulseratif. Demikian pula pemeriksaan barium enema, tidak.
sigmoidoskopi, dan histopatologi juga tidak dapat Epidemiologi. Karena pemeriksaan laboratorium untuk E
membedakannya. Perbedaan utama adalah kultur Shigella Coli patogen jarang dilakukan, maka angka kejadiannya
yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan di Amerika
pengobatan dengan antibiotik yang adekuat. Serikat sekitar 21.000 orang terinfeksi setiap tahunnya. Di
Canada danAmerika Serikat, E Coli (O157:H7) lebih sering
Diagnosis Banding
.' diisolasi pada pasien diare dibandingkan dengan Shigella
Salmonelosis
. demikian juga pada pasien diare kronik di Jakatta.
SindromdiarekarenaenterotoksinE col/i
. E. coli patogen tersebut didapatkan pada usus temak
Kolera
. sehat (sekitar lo/o), penularan ke manusia sbhingga
Kolitis ulserosa
menyebabkan KLB (kejadian luar biasa/outbreaks) adalah
Komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa lewat daging yar,g terkontaminasi pada saat
komplikasi intestinal dan ekstraintestinal. Komplikasi penyembelihan, daging tersebut kemudian digiling dati
intestinal biasanya berupa megakolon toksik, perforasi kurang baik dalam proses pemanasannya. Cara penularan
intestinal, dehidrasi renjatan hipovolemik dan malnutrisi. lain adalah lewat air minum yang tercemar, tempat berenang
Sedangkan komplikasi ekstraintestinal yang telah yang tercemar, dan antar manusia.
dilaporkan cukup banyak, di anlaranya adalah batuk, pilek, Masainkubasirerata3-4hai.namundapatteqadrarfiata
pneumonia, meningismus, kejang, neuropati perifer, 1-8 hari. E. Coli patogen dapat ditemukan pada pasien
sindrom hemolitik uremik, trombositopenia, reaksi sampai 3 minggu setelah sembuh namun tidak pernah
leukemoid, dan artritis (sindrom Reiter). ditemukan pada orang sehat (bukan flora normal pada
manusia).
Penatalaksanaan
l. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan Patofisiologi. Mekanisme terjadinya diare dan sindrom
elektrolit. Sebagian besar pasien disentri dapat diatasi hemolitik uremik (SHU) pada pasien yang terinfeksi E.
dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare berat, coli patogen masih belum jelas. Diduga E. coli patogen
disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan melekat pada mukosa dan memproduksi toksin (Shiga-
sehingga tidak dapat dilakukan rehidrasi oral harus like toxins) yang bekerja secara lokal dan sistemik.
dilakukan rehidrasi intravena. Kerusakan pembuluh darah kolon akibat toksin tersebut
2. Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik menyebabkan lipopolisakarida dan mediator infl amasi
sepenuhnya berdasarkan beratnya penyakit yaitu dapat beredar dalam tubuh dan memicu terjadinya SHU.
pasien dengan gejala disentri sedang sampai berat, Anak di bawah lima tahun dan manula lebih sering
diare persisten serta perlu diperhatikan pola sensitivitas mengalami SHU dari pada orang dewasa. Tidak
kuman didaerah tersebut. Beberapajenis antibiotikyang didapatkan kekebalan yang protektifterhadap infeksi E.
dianjwkan adalah: coli patogen.
. ampisilin 4 kali 500 mg per hari, atau Gejala klinis. Manifestasi klinis infeksi E. coli patogen
. kotrimoks azol2kali2tablet per hari, atau sangat bervariasi, dapat berupa: infeksi asimtomatik, diare
. tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari. tanpa darah, diare berdarah (hemorrhagic colitis), Sl{U,
Dilaporkan bahwa pada daerah tertentu di Indonesia purpura trombositopenik, sampai kematian.
kuman Shigella telah banyak yang resisten dengan Gejala klasik adalah nyeri abdomen yang sangat
antibiotika tersebut di atas sehingga diperlukan (seyere abdominal cramp), diare yang kemudian diikuti
antibiotika lain seperti golongan kuinolon dan diare berdarah dan sebagian dari pasien disertai nausea
564 GASTROENTEROLTOGI
dan vomiting. Pada umumnya suhu tubuh pasien sedikit KOLITIS TUBERKULOSA
meningkat atau noflnal, sehingga dapat dikelirukan sebagai
kolitis non infeksi. Batasan. Infeksi kolon oleh kuman Mycobacterium
Pemeriksaan tinj
pasien biasanya penuh dengan darah,
a tuberculosae.
namun sebagian pasien tidak mengandung darah sama
sekali.
Epidemiologi. Lebih sering ditemukan di negara
Pada pemeriksaan barium enema dapat terlihat berkembang dengan penyakit tuberkulosis yang masih
gambaran thumbprinting pattern pada colon ascenden menjadi masalah kesehatan masyarakat.
dan atau transversum akibat adanya edema atau Patofisiologi. Penyebab terbanyak Mycobacterium
pendarahan submukosa. tuberculosae, biasanya lewat tertelannya spufum yang
Pada pemeriksaan kolonoskopi didapatkan gambaran mengandung kuman. Kadang-kadang akibat minum susu
mukosa yang edematous dan hiperemia, kadang kadang yang tercemar Mycobacterium bovis. Terdapat hubungan
ditemukan ulserasi superfisial. Dapat dijumpai pula tingginya frekuensi tuberkulosis saluran cerna dengan
pseudomembran sehingga menyerupai infeksi C. dfficile. beratnya tuberkulosis paru. Timbul 3 bentuk kelainan: l)
Pemeriksaan patologi menunjukkan gambaran infeksi ulseratif pada 60Yo kasus, lesi aktif berupa tukak
atau iskemik d engan pola patchy kadartgkadang dijumpai superfisial; 2) hiperhopik pada l0% kasus, bentuk lesinya
mikrotombi fibrin. berupa parut fibrosis, dan massa yang menonjol
Gejala biasanya membaik dalam seminggu, namun menyerupai karsinoma; 3) ulserohipertropik pada 30o/"
dapat pula terjadi SHU (sekitar 6 o/o daripasien) antara2- kasus, terdapat ulserasi dengan fibrosis yang merupakan
12 hari dari onset diare. SHU ditandai dengan anemia bentuk penyembuhan. Semua bagian saluran cerna dapat
hemolitik mikroangiopatik, trombositopenia, gagal ginjal terinfeksi, namun lokasi yang tersering (85 -90% kasus)
dan gejala saraf sentral. Komplikasi neurologik berupa adalah di daerah ileosekal.
kejang, koma, dan hemiparesis terjadi pada sekitar
seperempat dari pasien SHU. Sedangkan hemodialisis Gejala klinis. Keluhan paling sering (pada 80-90% kasus)
adalah nyeri perut kronik yang tidak khas. Dapat terjadi
diperlukan oleh sekitar setengah dari pasien. Faktor risiko
diare ringan bercampur darah, kadang-kadang konstipasi,
terjadinya SHU antara lain: Balita/manula, diare berdarah,
febris, leukosit yang meningkat, pengobatan dengan obat anoreksia, demam ringan, penurunan berat badan, atau
anti motilitas. Prediktor keparahan SHU antara lain teraba massa abdomen kanan bawah. Pada sepertiga
kasus ditemukan kuman pada tinja, tetapi pada pasien
meningkatnyajumlah lekosit, gejala gastrointestinal yang
dengan tuberkulosis paru aktif adanya kuman padatinja
berat, cepat timbul anuria, usia di bawah 2 tahun. Mortalitas
antara3-5Yo.
mungkin hanya berasal dan kuman yang tertelan bersama
sputum.
Purpura trombositopenik mempunyai gejala yang mirip
dengan SHU namun dengan gejala gagal ginjal dan Diagnosis. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
kelainan neurologik yang lebih ringan. Biasanya ditemukan ditemukannya kuman tuberkulosis di jaringan, baik dengan
pada dewasa pemeriksaan mikroskopik langsung atau atas dasar hasil
Diagnosis. Setiap pasien dengan diare berdarah kultur biopsi jaringan. Sedangkan diagnosis dugaan
seyogyanya dicurigai sebagai infeksi E. coli patogen.
adanya kolitis tuberkulosa adalah bila didapatkan
tuberkulosis paru aktif dengan penyakit ileosekal.
Demikian pula dengan pasien dengan kemungkinan tertular
Pada pemeriksaan barium enema dapat ditemukan
E. coli patogen walaupun mengalami diare tanpa darah
juga patut dicurigai. Kultur dengan agar sorbitol- penebalan dinding, distorsi lekuk mukosa, ulserasi,
stenosis, pseudopolip, atau massa mirip keganasan di
MacConkey dan aglutinasi dengan O157 anti serum
sekum. Mungkin pula terbentuk fistula diusus halus.
merupakan sarana yang murah unhrk memastikan diagnosa
infeksi E. coli patogen.
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang penting
untuk membantu menegakkan diagnosis kolitis
Diagnosis banding. Kolitis pseudomembran dan kolitis tuberkulosa. Dengan kolonoskopi didapatkan visualisasi
infeksi yang lain. lesi secara langsung, sekaligus melakukan biopsi untuk
pemeriksaan kultur dan histopatologi. Pada tuberkulosis
Penatalaksanaan. Pengobatan infeksiE coli patogettidak
spesifik, terutama pengobatan suportif dan simtomatik. kolon biasanya ditemukan penyempitan lumen, dinding
Komplikasi SHU dilaporkan lebih banyak terjadi pada kolon kaku, ulserasi dengan tepi yang iregular dan
edematous.
pasien yan! mendapat antibiotik dan obat yang
menghambat motilitas. Di samping itu pemberian
Tes tuberkulin untuk menunjang diagnosis
tuberkulosis paru di daerah endemikkurang bernilai.
kotrimoksazol dilaporkan tidak mempunyai efek yang
signifikan terhadap perjalanan gejala gastrointestinal, Diagnosis banding. Penyakit Crohn, amebiasis,
ekskresi organisme dan komplikasi SHU. divertikulitis, dan karsinoma kolori.
KOLITISINFEKSI 505
Komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi berupa isolar C.dfficile menghasilkan kedua toksin tersebut.
perdarahan, porforasi, obstnrksi intestinal, terbentuknya Kuman yang tidak menghasilkan toksin tidak
fi stula, dan sindrom malabsorpsi. Komplikasi yang sering menyebabkan kolitis maupun diare. Pemeriksaan toksinA
terjadi adalah obstruksi (+ 30% kasus) intestinal. Mula- dan toksin B diambil dan sediaan tinja, dengan metode
mula berupa obstruksi parsial yang kemudian berkembang ELISA masing-masing spesifitasnya 98,60/o dan 100%o.
menjadi obstruksi total.
Gejala Klinis. Kolitis mungkin sudah timbul sejak sehari
Penatalaksanaan. Diperlukan kombinasi 3 macam atau setelah antibiotik digunakan, tetapi mungkin pula baru
lebih obat anti tuberkulosis seperti pada pengobatan muncul setelah 6 minggu antibiotik di hentikan. Gejala yang
tuberkulosis paru, demikian pula lama pengobatan dan paling sering dikeluhkan adalah diare cair disertai kram
dosis obatnya. Kadang-kadang perlu tindakan bedah perut. Diare yang terjadi dapat ringan, tetapi biasanya
untuk mengatasi komplikasi. Beberapa obat anti banyak, sampai 10-20 kali sehari. Mual muntah jarang.
tuberkulosis yang sering dipakai adalah: ditemukan. Sebagian besar pasien mengalami demam
. NH 5-10 mglkgBB atau400 mg sekali sehari. walaupun dapat terjadi hiperpireksia, umumnya suhu tidak
. Etambutol 15-25 mglkgBB atau 900-1200 mg sekali sehari. melampaui 38"C. Terdapat leukositosis, sering sampai
. Rifampisin 10 mg/kgBB atau 450-600 mg sekali sehari. 50.000/mm Pada beberapa pasien mungkin hanya diawali
. Pirazinainid 25-35 mgkgBB ataul,5-2 g. sekali sehari. demam dan leukositosis, sedangkan diare baru muncul
beberapa hari kemudian. Temuan lain meliputi nyeri tekan
abdomen bawah, edema, dan hipoalbuminemia. Yang lebih
KOLITIS PSEUDOMEMBRAN sering terjadi adalah kolitis ringan. Pada kasus yang berat
dapat terjadi komplikasi berupa dehidrasi, edema anasarka,
Batasan. Kolitis pseudomembran adalah peradangan gangguan elektrolit, megakolon toksik, atau perforasi
kolon akibat toksin yang ditandai dengan terbenhrknya kolon. Penggunaan narkotik atau antiperistaltik
lapisan eksudatif (pseudomembran) yang melekat di meningkatkan risiko megakolon. Tedesco. (1982)
permukaan mukosa. Disebut pula sebagai kolitis terkait melaporkan gejala klinis yang ditemukan pada kolitis
antibiotik sebab umumnya timbul setelah menggunakan pseudomembran seperti yang tertera pada Tabel 1.
antibiotik.
Etiologi. Walaupun umumnya timbul sebagai komplikasi
pemakaian antibiotik, namun kolitis pseudomembran ini Gejala Frekuensi
telah ditemukan sebelum era antibiotik. Yang dianggap Diare cair 90-95%
sebagai kuman penyebab adalah Clostridium dfficile, Diare berdarah 5-10%
toksin yang dikeluarkan mengakibatkan kolitis. Mekanisme Nyeri perut kram 80-90%
Demam 80%
pasti antibiotik menjadikan usus lebih rentan terhadap C. Leukositosis 80Yo
dfficile belum jelas. Penjelasan yang paling mungkin Nyeri tekan abdomen 1O-20Yo
yang berada di rumah sakit tanpa kolitis ditemukan biakan diusahakan kembalinya flora normal usus dengan
C. dfficile positif sebesar 10-25%. Sebagai standarbaku memberikan kuman laktobasilus atau ragi
adalah ditemukannya toksin B di tinja, sehubungan (S ac ch ar omy c es b ou I ar d ii) selama beberapa minggu.
dengan efek sitopatik toksin B pada kulturjaringan. Karena
pemeriksaan ini memakan waktu dan mahal, biasanya
cukup memeriksa terdapatnya toksin A dengan metode REFERENSI
ELISA.
Gambaran histopatologi kolitis pseudo membran Azim T, Islam LN, Raidemam RC, Hamadani I, Khanum N, Sarker
bervariasi tergantung beratnya penyakit dan saat kapan MS. Salarir MA, Albert MI. Peripheral blood neutrophil responses
biopsi dikerjakan. Price dan Davies (1977), membagi lesi in children with Shigellosis. Clin Diagn Lab Immunol.
1995;2:616.
menjadi 3 tipe (Tabel2). Lesi tipe 3 yangditandai dengan
Bartlett IG. Psoudomebraneus enterocolitis and antibiotic-associ-
nekrosis total mukosa tidak khas karena C. dfficile, dapat
ated colitis. In: Sleissenger MH, Fordtran IS, editors. Gastrointes-
terjadi pula pada kasus berat lainnya, misalnya kolitis tinal disease: pathophysiology, diagnosis, management. 5h ed.
iskemia. Philadelphia:WB Saunders; 1993. p. 1181.
Chan KL, Sung IV, Hsu R, Liew CT. The association of the amoebic
colitis and chronic ulcerative colitis. Singapore Med J.
I 995;36:303.
Lesi Klasifikasi Histopatologi
Chun D, Chandrasoma P. Kiyabu M. Fulminant amoebic colitis: a
Vulkano Tipe I Nekrosis epitelial fokal dengan morphologic study of four cases. Dis Colon Rectum.
PMN dan fibrin tersebar di dalam 1994;37 :535.
lumen.
Glandular fipe 2 Pelebaran kelenjar dengan PMN Chuah SK, Sheen IS, Changchien CS. Chiu KW, Fan KD. Risk fac-
dan musin, dilapisi tors associated with fulminant amoebic colitis. Formos Med
pseudomembran. mukosa Assoc.1996;95:446.
sekitarnya tidak terkena Fekety R, Shah AB. Diagnosis and treatment of Clostridium diffrcile
Nekrosis Tlpe 3 Nekrosis mukosa total dengan
colitis. JAMA. 1993;269:7 l.
mukosa dilapisi pseudomembran
yang tebal Haque R, Huston CD., Hughes M, et al. Amebiasis. N Engl J Med.
2003; 348:1565.
Hsu YB, Chen FM, Lee PR, Yu SC, Chen KM, Yao YT, Hsu HC.
Fulminant amoebiasis: a clinical evaluation.
Diagnosis banding. Kolitis pseudomembran perlu Hepatogastroenterol. 1995; 42:109.
Islam MM, Azad AK, Bardhan PK, Raqib R, Istam D. Pathology of
dibedakan dengan kasus diare akibat kuman patogen lain,
shigellosis and its complications. Histopathology. 1994;24:65.
efek samping penggunaan obat yang bukan antibiotik,
Jacobs NF Jr. Antibiotic-induced diarrhea and pseudomembranous
kolitis non-infeksi, dan sepsis intra abdominal. colitis. Postgrad Med J. 1995;95:1-11.
Penatalaksanaan. Tindakan awal terpenting adalah Kumar N, Govil A, Puri AS, Gulati R, Iain M, Rawal KK, Gupta R.
Tuberculosis in ulcerative colitis: bird in the bush. Trop
menghentikan antibiotik yang diduga menjadi penyebab,
Gastroenterol. 1995;15:219.
juga obat yang mengganggu peristaltik, dan mencegah
La Hatte LI. Tedesco FI, Schuman BM. Antibiotic-associated injury
penyebaran nosokomial. Pada kasus yang ringan keadaan to the gut. In: Hausbrich WS, Schaffner F, Berk JE. editors.
sudah bisa teratasi dengan penghentian antibiotik disertai Bockus gastroenterology. 5th edition. Philadelphia: WB Saunders;
pemberian cairan dan elektrolit. Pada kasus dengan gejala- 1995. p.657.
gejala yang lebih berat seyogyanya dilakukan pemeriksaan Raqib R, Lindberg AA, Wretlind B. Bardhan PK, Andersson U,
deteksi toksin C. dfficile dan terapi spesifik per oral Aldersson I. Persistence of local clokine production in shigello-
sis in acute and convalescent stages. Infect Immun. 1995;63:289.
menggunakan metronidazol atau vankomisin.
Shimizu S, Tada M, Kawai'K. Endoscopic ultrasonography in In-
Pada kolitis ringan sampai sedang digunakan flammatory bowel diseases. Gashointest Endosc Clin North Am.
metronidazol dengan dosis peroral2l}- 500 mg empat kali 1 995:5:85 1.
sehari selama 7-10 hari Pada kasus dengan kolitis yang Simadibrata M, Tytgat GNJ, Yuwono V, et al. Microorganisme dan
berat menggunakan vankomisin per oral. dosisnya 125- parasit pada diare kronik infektif. Acta Med Indones.
500 mg empat kali sehari selama 7-14 hari. Alternatif 2004;36:218.
pengobatan lainnya menggunakan kolestiramin untuk Spiro HM. Clinical gastroenterology: pseudomembranous entero-
colitis. 4th edition. New York: McGraw-Hrll; 1993. p. 425.
mengikat toksin yang dihasrlkan C. dfficile, tetapiobat ini
Tedesco FI, Corless JK, Brownstein RE. Rectal sparing in antibiotic-
juga mengikat vankomisin; diberikan peroral dengan dosis
association pseudomembranous colitis: a prospective study.
4 gramtigakali sehari selama 5-10 hari. Gastroenterol. 1982;83 : 1259.
Pada kasus yang berhasil disembuhkan, ternyata dalam ljaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial resistence of
beberapa minggu atau bulan kemudian sebanyak 15-35% bacterial pathogens associated with diarrheal patients in
kambuh. Dianjurkan setelah pengobatan spesifik Indonesia. Am J Trop Med Hyg. 2003;68:666.
88
TUMOR KOLOREKTAL
MurdaniAbdullah
Kolon asendial
Epitelium Kolon
8,7Y0%
Submukosa Desendial
Neoplasia Nonneoplasia 44 10/
I LI /0
Premaligna Mukosa Limfoid hiperplasia
Tubular Hiperplastik Pneumatosis
cystoides intestinalis
Tubulo Villousum lnflamatosa Colitis cystica
profunda
Villosum Pseudo polip Lifoma Sigmoid
Displasia rendah Hamartoma karsinoid Re 9,7 0k
567
568 GASITROENTEROI.OGI
f il
h iperprolife ratif
il fr
Ab no rm a litas Abnorm alitas lnaktifasi K-ras. Psngh3pusan penghapusan Akum ulasi laniut terhadao
APC Methilation APC mutasl DCC p53 -a6no-ifi eFas-dEile-tlk
hMSH2 hMSH2
hM LH,I hMLH 1
(Sindrom hereditas)
pada individu yang asimptomatik untuk meningkatkan Lesi superficial yang tidak mencapai lapisan muskularis
angka kesembuhan dari pembedahan. atau KGB dianggap sebagai stadium A (T,NoMo), tumor
Modalitas untuk penapisan KKR di antaranya tes darah yang merasuk iebih dalam namun tidak menyebar ke KGB
samar feses, pemeriksaan enema barium kontras ganda. dikelompokkan sebagai stadium B 1 (TrN.MJ. Bila tumor
Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Kolonoskopi terbatas sampai lapisan muskularis disebut stadium B2
dianggap yang paltngcost effecllve dan dianjurkan setiap 10 (T3N0N4). Bila hrmor menginfiltasi serosa dan KGB disebut
tahun bagi individu dengan risiko rata-rata. Sementara untuk stadium C (TII'M,), dan bila terdapat anak sebar di hati,
kelompokrisiko yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan setiap paru, atau tulang mempertegas stadium D (T_N.M,). Bila
3-5 tahun. status metastasis belum dapat dipastikan maka sulit
Akhir-akhir ini telah ditemukan cara-cara baru untuk menentukan stadium. Oleh karena itu pemeriksaan
mengetahui adanya perubahan genetik mukosa kolon mikroskop terhadap spesimen bedah sangat penting dalam
dengan pemeriksaan feses di antaranya adalah pemeriksaan menentukan stadium.
COX-2 pada feses.
.
uesKflDsl
Bertahan
STADIUM, FAKTOR PROGNOSTIK DAN POLA . 5 tanun
TNM Derajat nrstopatorogr
%l
PENAPISAN
TrNoMo Kanker terbatas >90
pada
Prognosis dari pasien KKR berhubungan dengan dalamnya
mukosa/submukosa
penetrasi tumor ke dinding kolon, keterlibatan KGB Br Tz NoMo I Kanker mencapai 85
regional atau metastasis jauh. Semua variabel ini digabung muskularis
Bz TsMoNo il Kanker cenderung 70-80
sehingga dapat ditentukan sistem staging yang awalnya masuk atau
diperhatikan oleh Dukes. (Tabel3) dan diaplikasi dalam melewati lapisan
serosa
metode klasifikasi TNH dalam hal ini, T menunjukkan c T,NrMo ilt Tumor melibatkan 35-65
kedalaman penetrasi tumor, N menandakan keterlibatan KGB regional
D T, NrMl IV Metastasis 5
kelenjar getah bening dan M ada tidaknya metastasisjauh.
TUMORKOI.OREIS:AL 571
Umumnya rekurensi kanker kolorektal terjadi dalam 4 ruta harapathidup setelah ditemukan metastasis berkisar
tahun setelah pembedahan sehingga harapan hidup rata- 6-9 bulan (hepatomegali & gangguan pada hati) atau 20-
rata 5 tahun dapat menjadi indikator kesembuhan. Indikator 30 bulan (nodut kecil dihati yang ditandai olehpeningkatan
buruknya prognosis kanker kolorektal setelah menjalani CEA dan gambaran CT-Scan).
operasi dapat dilihat pada Tabel 4.
GAMBARAN KLINIS
Karsinoma Submucosa
in situ
Noninvasif
.^-v::.?,?R!s Musculais 100%
- -"-\--\'-
Peicolic fat
-
Sercsa
propna
A1 )
Muscularis
Noninvasif
musosae
B( )
Noninvasif
31% 7S% BOY"-85Yo
c([D Noninvasif
23Yo 56% 50%-70%
D(rv)
pasien adenoma kolon memberikan hasil normal. Pemeriksaan lumen barium teknik kontras ganda merupakan
Perdarahan intermitten dan polip yang besar dapat alternatif lain untuk kolonoskopi namun pemeriksaan ini
dideteksi melalui darah samar feses atau anemia defisiensi sering tak bisa mendetaksi lesi berukuran kecil. Enema
Fe. barium cukup efektif untuk memeriksa bagian kolon di balik
Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan enema barium striktur yang tak terjangkau dengan pemeriksaan
kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip kolon kolonoskopi.
dengan spesifisitas 85%. Bagian rektosigmoid sering sulit Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan
untuk divisualisasi meskipun bila dibaca oleh ahli radiotogi mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus
senior. Oleh karena itu pemeriksaan rektosigmoidoskopi melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan.
masih diperlukan. Bilamana ada lesi yang mencurigakan Pemeriksaan kolon yang lengkap dapat mencapai>95%o
pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk biopsi. pasien. Rasa tidak nyaman yang timbul sangat bergantung
TUMORKOI.OREXMAL 513
pada operator untuk itu sedikit obat penenang intravena Penapisan pada pasien tanpa gejala. Sebenarnya KKR
akan sangat membantu meskipun ada risiko perforasi dan dapat diobati bilamana terdekteksi pada stadium dini. Saat
perdarahan, tetapi kejadian seperti ini <0,5%. Kolonoskopi ini usaha tersebut diarahkan untuk mendeteksi adenoma
dengan enema barium, terutama unfuk mendeteksi lesi kecil preneoplastik dan kanker dini. Sejumlah negara sudah
seperti adenoma. memulai penapisan pada masyarakat luas sebelum ada
Masalah biaya sering dipersoalkan pada pengunaan gejala.
kolonoskopi untuk pemeriksaan penapisan sejumlah studi Penapisan pada masyarakat luas dilakukan dengan
telah membuktikan bahwa kolonoskopi merupakan beberapa cara seperti: tes darah samar dari feses dan
pemeriksaan yang paling akurat dan satgat cost ffictive sigmoidoskopi. Pilihan pemeriksaan penapisan untuk
untuk pemeriksaaan pasien yang simptomatik. masyakarat luas meliputi :
Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien . FOBT (Fecal Occult Blood kst) setahun sekati
yang diperkirakan adapolip kolon. Kolonoskopi mempunyai . Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun
sensitivitas (95%) dan spesifisitas (99%) paling tinggi . Enema barium kontras ganda setiap 5 tahun
dibanding modalitas yang lain untuk mendeteksi polip . Kolonoskopi setiap l0 tahun
adenomatosus. Di samping itu dapat melakukan biopsi dan
tindakan polipektomi untuk mengangkat polip. Secara Telah dibuktikan bahwa penapisan KKR dengan
endoskopi sulit unhrk membedakan jenis-jenis polip secara modalitas tersebut di atas dapat mendeteksi kanker dini,
histologi, oleh karena itu biopsi dan polipektomi penting lebih lanjut beberapa penelitian terkini membuktikan adanya
untuk menegakkan diagnosis secara histologi. peningkatan masa harapan hidup pasien KKR.
Gambar 6. Polip adenomatousa berbentuk sesil dan tindakan polipektomi dengan teknik lifting, snaring and cut setla
pengeluaran polip menggunakan jaring
574 GAII'IROENTEROI.OGI
Gambar 7. A. Polip adenomatous B. Karsinoma dengan diferensiasi baik C.Karsinoma dengan diferensiasi kurang
baik.
ls (sessile)
Pengobatan
Non-prokuding type:
Kemoprevensi. Obat Antiinflamatori Nonsteroid (OAN)
Superlicial elevated --!Eg- lla termasuk aspirin dianggap berhubungan dengan
Large lia (<lomm): Granular (LST_G) K penurunan mortalitas KKR. Beberapa OAIN seperti
also called f
Laterallv soreadino o sulindac dan Celecoxib telah terbukti secara efektif
(LST) - tumor Non'granular (LST-NG) m
-t!==- o menurunkan insidens berulang:rya adenoma pada pasien
s
Flattype : llb k dengan FAP (Familial Adenomatous polyposis). Data
o
p epidemiologi menunjukkan adanya penurunan risiko
llc
-rf i
kanker dikalangan pemakai OAIN namun bukti yang
Depressed Combination with other type,exampl€
+=+ lla+llc
mendukung manfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya
untuk mencegah KKR sporadik masih lemah.
Gambar 8. Klasifikasi kanker kolorektal dini
Endoskopi dan operasi. Umumnya polip adenomentasi
dapat diangkat dengan tindakan polipektomi. Bila ukuran
Modalitas lain untuk penapisan KKR di ar:/tarar,ya <5 mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau
virtual kolonoskopi atau kolonograpi dengan atau elektrokoagulasi bipolar. Di samping polipektomi KKR
memanfaatkan alat CT Scan muhislice. Cara ini sangat dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi
menjanjikan namun kemampuannya untuk mendeteksi polip adalah tumor d.i caecum, kolon asendend, kolon
berukuran <I
cm rendah baik spesifisitas maupun transfersum tetapi lesi di fleksura lienalis dan kolon
sensitivitasnya. desenden di atasi dengan hemikolektomi kiri.
Caralain adalah upaya mendeteksi mutasi genetik sel- Tumor di sigmoid dan rekhrm proksimal dapat diangkat
sel kolon yang didapat melalui pemeriksaan feses seperti dengan tindakan LAR (Zow Anterior Resection). Angka
COX-} dan adanya proto onkogenes semacam K-ras. mortalitas akibat operasi sekaitar 5o/o tetapi bila operasi
dike{akan secara emergensi maka angka mortalitas menjadi
lebih tinggi. Reseksi terhadap metastaJis di hati dapat
PENATAI-AKSANAAN memberikan hasll 25-35Yo rata-rata masa bebas tumor
(diseas e free survival rate).
Perjalanan alami Terapi ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi
Meskipun adenoma kolon merupakan lesi premaligna, kuratif akan mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan
namun perjalanan menjadi adenokarsinoma belum dimaksudkan untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR
diketahui. Literatur lama dari laporan pengamatan jangka setelah operasi. Pasien Dukes A jarang mengalami
panj ang menunjukkan bahwa perkembangan menj adi rekurensi sehingga tidak perlu terapi ajuvan. Pasien KKR
adenokarsinoma dari polip I cm 3o/o setelah 5 tahun, 8% Dukes C yang mendapat levamisol dan 5 FU secara
setelah l0 tahun, dan 24%o setelah 20 tahtn diagnosis signifikan meningkatkan harapan hidup dan masa interval
ditegakkan. bebas tumor (diseasefree interttal). Kemoterapi ajuvan
Pertumbuhan dan potensi menjadi ganas bervariasi tidak berpengaruh pada KKR Dukes B.
secara substansial. Rata-rata waktu yang dibutuhkan Irinotecan (CPT 1l) inhibitor topoisomer dapat
untuk perubahan adenoma menjadi adenokarsinoma memperpanjang masa harapan hidup. Oxaliplatin analog
adalah 7 tahun. Laporan lain menunjukkan polip platinum juga memperbaiki respon setelah diberikan 5FU
TUMORKOI.OREI(f,AL s75
dala leucovorin. Manajenen KKR yang non-reseksibel Principles of Internal Medicine. 15s Ed. McGraw-Hill. New
. Nd-YAG foto koagulasi laser York. 2003.
. Self expanding metal endoluminal stent
Sonnenberg A, Delco F, Inadomi JM. Cost effectiveness of
colonoscopy in screening for colorectal cancer. Ann Intern
Med 2000;133:573
Sudoyo AW. Kanker Kolorektal Usia Muda etnik Jawa, Sunda,
REFERENSI Makassar, dan Minang di Indonesia: Kajian Klinikopatologi dan
Immunohistokimia Instabilitas Mikrosatelit. Disertasi. Program
Bresalies RS. Maligaant & Premalignant Lesions of The Colon. In: Studi Doktor Ilmu Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universi-
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH. Current Diagnosis & tas Indonesia. Iakarta 2005
Treatment in Gastroenterology. 2"d Ed. McGraw-Hill Co. New Toribara NW, Sleisenger MH. Screening for Colorectal Cancer. N
York. 2004. Eng J Med. 1995;332(13):861-7
Calvert PM, Frucht H. The Genetic of Colorectal Cancer. Ann Int Vogestein B, Fearon ER, Hamilton SR, et al. Genetic alterations
Med,, 2002;137 (7): 603 -12 during colorectal-tumor development. N Eng J Med
Kanaoka S, Yoshida K, Takai ! et al. Fecal COX-2 Assay is Useful 1988;319:325-32
for Colorectal Cancer Screening. Gastroenterology. 2005; 128 Yamada T, Haster WL, Inadomi JM, Anderson MA, Brown RS.
(4) Suppl 2: Wl583. Handbook of Gastroenterology. 2'd ed. Lippincot Williams &
Mayer RJ. Gastrointestinal Tract Cancer. In: Braunwald E, Fauci AS, Wilkins. Philadelphia. 2005.
Kasper DL, Hauss SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison's
89
TUMOR GASTER
Ju us
Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Faktor risiko kanker gaster antara lain helicobacter
Tumor jinak lebih jarang daripada tumor ganas. Tumor pylori, diet tinggi nitrat (nitrosamin) sebagai pengawet,
jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2-0,4 Yo makanan yang diasap dan diasinkan, rokok, atrofi
dan jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor lambung
ganas didapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor Di samping itu ada juga faktor-faktor risiko yang
jinak. Tumor ganas yatg terbanyak adalah mempermudah : 1). Seks, kanker gaster pada pria2kali
adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga lebih sering daripada perempuan, 2). umur, kebanyakan
tumor saluran cema di Amerika Serikat setelah tumor kolon kanker lambung pada umur 50-70 tahun dan jarang di
dan pankreas. bawah umur 40 tahun, 3). alkohol, 4). operasi lambung
Selama beberapa dasawarsa terakhir angka kematian sebelumnya, 5). polip lambung, 6). sindrom kanker
turun tajam sampai 30o/o, iti disebabkan kejadian penyakit familial
ini menurun diAmerika Serikat dan EropaBarat, tetapi tetap
menjadi masalah di Jepang, EropaTimur, danAmerikaLatin.
Pada Gambar 1 didapatkan kematian penyakit tumor ganas KLASIFIKASI
gaster di berbagai negara pada tahun 1970.
Di negara lain selain Jepang, kelangsungan hidup lebih
Tumor gaster dapat dibagi atas 2 kelompok yaitu :
dari 5 tahun setelah pembedahan tumor gaster kurang
dari l0%o, sedangkan di Jepang dapat mencapai 9}Yokarena
adanya peningkatan cara diagnostik (endoskopi dan Tumor Jinak
endoskopi ultrasound). Dapat dibagi atas 1). Tumor jinak epitel, 2).Tumor jinak
non epitel. Thmor Jinak Epitel. Tumor jinak epitel biasanya
berbentuk polip dan dapat dibagi atas :
Angka Kematian per 100 000 Pria
a. Adenoma : Terisolasi, bagian dari adenoma
generalisata gastrointestinal
b. Adenoma hiperplastik. Polipoid sirkumskrip, difus
c. Adenoma heterotropik. Tumor pankreas aberan,
bruninoma
Aden oma. Adenoma sering te r dap at terb atas pada lambung,
tetapi dapat merupakan bagian polip adenoma generalisata
pada saluran cema. Didapatkan pada lo/o dari pasien yang
dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Terutama
didapatkan pada pria, biasanya usia dewasa. Biasanya
Gambar 1. Angka kematian kanker gaster (age adjusted) pada berbentuk polip yang bertangkai, dengan permukaan licin,
berbagai bangsa besamya hanya beberapa cm. Umumnya tanpa keluhan,
576
kadang-kadang timbul perdarahan yar,E dapat sub-tipe: a.
(Elevated type). Tampak sedikit elevasi
menyebabkan anemia. Lokasi tumor yang tersering daerah mukosa lambung, hampir seperti tipe 1, terdapat sedikit
pilorus dan antrum (s}%),fundus (20%),kurvatura minor elevasi serta dan lebih meluas dan melebar, b . (Flat type).
(20%) dankardia (10%). Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan y' lling defect terlihat perubahan pada warna mukosa, c. (Depressed
dengan tepi teratur dan bertangkai. Pemeriksaan type). Didapatkan permukaan yang ireguler dan pinggir
gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan yang tidak rata (ireguler) hiperemis / pendatahan;3). Tipe
lokasinya terutama di daerah antrum dan angulus. Setiap III (Excovated typ") . Menyerupai Bormann II (tumor ganas
polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan biopsi untuk lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti IIc + III atau
melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa keluhan, III + IIc dan IIa + IIc.
sebail,mya dilakukan pemantauan secara teratur' Jika terlihat Advanced gastric cancer (karsinoma gaster laniut).
adanya komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi. Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
Adenoma hiperplastik. Pada gastritis atrofi kronis 1).Bormann I. Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang
permukaan mukosa dan alveolar berubah menjadi sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di
hiperplasia. Bentuknya dapat berupa sess ile atat discrette- sekitar tumor atrofi dan ireguler; 2).Bormann II. Merupakan
non infiltrating carcinomatous ulcer dengan tepi ulkus
Adenoma heterotropik 1). Anomali pankreas paling sering serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.
didapatkan, kira-kira 0,5Yo dari autopsi. Lebih sering Dasar ulkus terlihat nekrosis dengan wama kecoklatan,
ditemukan pada pria antara umur 25-55 tahun- Lokasi keabuan, dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus
terbanyak di daerah antrum dan pilorus. Biasanya pankreas tampak sangat hiperemis; 3). Bormann III. Berupa
aberan ini kecil (diameter I cm). Pemeriksaan radiologis infiltrating carcinomatous ulcer. IJkasnya mempunyai
dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis. 2). dinding dan terlihat adanya infrltrasi progresif dan difus;
Bruninoma. Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni 4). Bormann IV. Berupa bentuk diffus infiltrating type,tidak
dan pada pemeriksaan radiologis didapatkan polip multipel
terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada
dan kadang-kadang didapatkan di daerah pilorus dan
seluruh mukosa.
antrum.
577
578 GAIITROENTEROI.OGI
Tumor Primer
Tis Carcinoma in situ DlAGNOSIS
T1 lnvasi ke lamina propria atau sub mukosa
T2 lnvasi ke muskularis propria
T3 Penetrasi ke serosa Pemeriksaan tr'isis. Pemeriksaan fisis dapat membantu
T4 lnvasi ke organ sekitar diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Di
Metastasis Kelenjar Limfe Regional
daerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan
N0 None jika telah terjadi metastasis ke h ati,terabahatiyang ireguler,
N1 Metastasis ke kelenjar perigastrik 3 cm dari tumor primer
dan kadang - kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
N2 Metastiasis ke kelenjar limfe perigastrik lebih dari 3 cm
dari pinggir tumor primer (sepanjang lambung kiri, Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang penting adalah
common hepatic,limpa atau arteri celiac)
Metastasis jauh pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi seperti
M0 None terlentang, tengkurap, oblik yang disertai dengan
M1 Metastasis jauh kompresi.
Stagrng
Gastroskopi dan biopsi. Pemeriksaan gastroskopi banyak
0 Tis NO MO
I T1 N0-1 MO sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya tumor
T2 NO MO gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi
il T1 N2 MO
T2 N,I MO
ditemukan 94 o/o pasien dengan tumor ganas gaster
T3 NO MO sedangkan dengan sitologi lavase hanya didapatkan 50
ilt r2 N2 MO %.
T3 N1-2 MO
T4 N0-1 MO Endoskopi ultrasound. Dengan alat ini dapat dilihat
IV T4 N2 MO
T1-4 N'l-2 M,I
penjalaran tumor per lapis, seperti sub mukosa, muskularis
mukosa, dan sub serosa.
TI,'MORGASTER 579
Pemeriksaan darah pada tinja. Pada tumor ganas gaster sebagai paliatif, perbaikan obstruksi, nyeri lokal dan
sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), perdarahan, dengan dosis kurang dari 40 gy.
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
Sitologi. Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung
dapat memastikan tumor ganas lambung dengan hasil 80-
Amerika Serikat Jepang
90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan Staging (1982-1987) (1s71-1985)
pemeriksaan gastroskopi dan biopsi. dari n Kasus Syr n Kasus &Yr
Penyakit (Y.l Survival (%) Surttival
(Yol (Y.l
r 2oo4 (18,1) 5o,o 1435 (45,7) 90,7
KOMPLIKASI [ 17e6 (16,2) 29,0 377 (',t1,e) 71,7
il 3s45 (35,6) '13,0 693 (21,8) 44,3
Perforasi. Dapat te{adi perforasi akut dan perforasi laonis' lv 3342 (30.'1) 3.0 653 (20;56) 9,0
rouracil alone itr curatively resected gastric cancer Annals of Muretho PgSanano F, Slaccioli HP, Barbauli I et al. An endogastric
Oncology. 2002; 13: 177'l-85. capsule for measuring tumor markers in gastric juice: an
Falcone A. Future strategies and adjuvant treatment of gastric evalttation of the safety and efficacy of a new diagnostic too1.
cancer. Annals of Oncology. 2003; 14: ll45-7. Ann Oncol. 2003; 14: 105-9.
Fuchs CS, Mayer RI. Gasfio carcinoma. N Engl J Medicirie. 1995; I: Park SH, Kim DJ, Heo JS et al. Post operative chemoradiotherapy
335: 32-41. for gastric cancer. Am Oncol. 2003; 74: 1373-7
Goldstone AR, Quirke P, Dixon MF. Helicobacter pylori infection Parsonet J, Hanssen S, Rodriguez L et al. Helicobacter pylori
and gastric cancer. Journal of Pathology. 1996; 129-3'7. infection and gastric limphoma. N Engl J Med.1994; 1262-71.
Kirklod JM, Latsin Ml Yasko JM. Current cancff therapeutic. 2nd Roder JD, Bottcher K, et al. For the German gastric caricer study
Ed. Churchill Livingstone; 1996. group: classification of regional lymph node metastatic from
Kosughi T. Prognosis of early gastric cancer.Gastroenterology. 1970; gastric carcinoma. Cancer. 1998;82(4):621 -3 l.
58:429-43. Shirakabe H. Double contrast studies of the stomach. Tokyo:
Landish SH, Morrey I Bolden S et al. Cancer statistic. Ca-A Cancer Bunkodo Co Ltd; 1971.
Journal for Clinician. 1999; 8-31. Stomach. In : American joint committee on cancer: AJCC cancer
Levi E, Luchini F, Gonzalez JR et al. Monitoring falls in gastric staging manual. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven Publishers,
cancer mortality in europe. Ann Oncol. 2004; 13:338-45. 5th ed;1997.p.71-6.
90
KOLITIS RADIASI
Dadang Makmun
581
582 GAIITROENTEROI.OGI
lanjut dari terapi radiasi, namun mekanismenya belum Penatalaksanaan kolitis radiasi, terutama dengan
diketahui. kerusakan yang berat, sampai saat ini masih merupakan
Manifestasi klinik kolitis radiasi dapat dibagi atas gejala masalah. Pada umumnya, terapi dimulai dengan pemberian
akut dan gejala kronik. Gejala akut dapat berupa mual-mual, steroid enema, sulfasalazin/mesalazin serta sukralfat
muntah, diare dan tenesmus. Umumnya terjadi dalam kurun enema. Suatu studi prospektif menunjukkan beberapa
wakhr 6 minggu setelah selesai radiasi. Sangat jarang terjadi keuntungan klinis bila sulfasalazin oral dikombinasikan
perdarahan pada fase akut ini. Keluhan umumnya dengan steroid enema dibandingkan dengan pemberian
berkurang dengan pengurangan dosis atau frekuensi sukralfat enema sendiri. Hasil pengobatan akan lebih baik
pemberian serta hilang dalam waktu 2-6 bulan. bila sulfasalazit oral dikombinasikan dengan steroid
Gejala kronik biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama enema dan sukralfat enema. Akhir-akhir ini dilaporkan
pasca radiasi, umumnya 6-9 bulan setelah terapi radiasi tentang efektifitas terapi oksigen hiperbarik, instilasi
selesai. Pada beberapa pasien gejala dapat timbul setelah formalin serta ablasi laser per-endoskopi. Saclaiders dan
lebih dari sepuluh tahun pasca radiasi. Gejala yang timbul kawan-kawan (1995) melaporkan bahwa pemakaian
biasanya berupa hematokezia, diare, kolik dan tenesmus. formalin secara topikal cukup aman dan efektif untuk
Pasien dengan perdarahan minimal umumnya tidak pengobatan proktitis hemoragik akibat radiasi.
memerlukan transfusi darah, 7 0/o diantaranya mengalami Pengalaman kami di Divisi Gastroenterologi
remisi spontan, hanya kira-kira 5%o yang memerlukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto
tindakan pembedahan. Namun pada pasien dengan derajat Mangunkusumo, pasien-pasien kolitis radiasi derajat I dan
kerusakan lebih berat yang memerlukan tranfusi darah, II memberikan respon yang cukup baik pada pengobatan
angka remisi spontan kecil sekali (0-20%), 50%o di arizranya dengan steroid enema dikombinasikan dengan sukralfat
memerlukan tindakan pembedahan dengan angka kematian enema dan mesalazin enema.
yang tinggi (60%). Pada pasien dengan kerusakan berat umumnya
Ada dua mekanisme yang dapat menjelaskan pengobatan medikamentosa menemui kegagalan sehingga
patofisiologi timbulnya keluhan dan gejala kolitis radiasi tidak jarang harus mengalami pembedahan karena
yaitu nekrosis mukus dan kerusakan vaskular submukosa. perdarahan yang tidak dapat dikendalikan, stenosis atau
Keluhan-keluhan biasanya disebabkan kerusakan mukosa, fistula.
tetapi sebagian lagi dapat diakibatkan oleh perubahan
sfingter ani interna karena kerusakan pada pleksus
misenterikus. REFERENSI
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN Cengiz et al. Sucralfate in the prevention of radiation mucositis. J.
Clin gastroenterol 1999: 28: 40-3
Diagnosis umunnya ditegakkan berdasarkan anamnesis Eamest DL, Trier JS. Radiation enteritis and colitis, in Sleisinger
yang cermat, pemeriksaan fisik, endoskopi saluran cerna and Fordstran (eds): Gastrointestinal Disease. WB Saunders
Company, Philadelphia, London, Yol.2. 1993: 1256-69.
(rektosigmoidoskopi/kolonoskopi) dan pemeriksaan
Nostrant TT, Robertson JM, Lawrence TS. Radiation Injury, in
histopatologi. Jika pemeriksaan endoskopi sulit dilakukan
Yamada T et al (eds), Textbook of Gastroenterology. JB
(oleh karena striktur hebat atau fistula), dilakukan Lippincott Company. 2"d Edition. 1995: 2524-35.
pemeriksaan barium enema. Saclaiders TT, et al. Formalin installation for refractory radiation
Pada pemeriksaan kolonoskopi dapat ditemukan induced hemorrhagic proctitis. Dis Colon Rectum, 1996. 39:
adanya gambaran teleangiektasia, edema, ulkus, strikfur t96-9
bahkan fistula, mukosa yang kaku serta mudah berdarah. Seow-Choen R Goh H, Eu I! Ho YH, Tay SI{A simple and effective
treatment for hemorrhagic radiation proctitis using formalin.
Kottmeier (1964) membagi gejala kolitis radiasi atas 4
Dis Colon Rectum 1993; 36: 135-8.
derajat, yait:u Derajatl : Keluhan ringan serta didapatkan
Tytgat GNJ. Future clinical development of sucralfate, prevention
kelainan mukosa minimal, Derajatll : Diare yang sering and therapy of irradiation induced discomfort and mucosal
disertai mukus dan darah. Pada kolonoskopi didapatkan damage. In Hollander D, Tytgat GNJ (eds). Sucralfate, from
jaringan nekrosis, ulkus atau stenosis sedang Derajat III : base to the bed side. Plenium Medical Book Company. New
Stenosis rektum berat sehingga memerlukan kolostomi, York and London. l" Edition, 1995:339-49.
Derajat IV : Didapatkan fistula. Welton ML. Anorectal Diseases. In Friedman SL, McQuaid KR,
Grendell JH, (Eds). Current Diagnosis and Treatment in
Gastroenterology. McGrawHill Companies. Second Edition.
2003:452-79.
91
TRRTTABLE BOWEL STVDROME (IBS)
Chudahman Manan, Ari Fahrial Syam
sit kolon dan usus halus. Sedang pada IBS tipe konstipasi Membaik dengan defekasi
terjadi penurunan kontraksi usus dan memanjangnya Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi dari defekasi
Onset berhubungan perubahan bentuk feses.
waktu transit kolon dan usus halus.
IBS yang terjadi paska infeksi dilaporkanhampirpada
583
s84 GAIIIROENTEROI.OGI
Gejala yang sering didapat pada penderita IBS yaitu : Apakah nyeri yang dirasakan hanya pada satu tempat
. Feses cair pada saat nyeri atau berpindah-pindah?
o Frekuensi buang air besar bertambah pada saat nyeri (Pada IBS berpindah-pindah)
. Nyeri berkurang setelah buang air besar Seberapa sering merasakan nyeri?
o Tampak abdomen (Pada IBS tidak tentu)
distensi
Dua gejala tambahan yang sering mucul pada pasien IBS :
a Berapa lama nyeri dirasakan? (Pada IBS sebentar)
o Lendir saat buang air besar a Bagaimana keadaan nyeri jika pasien buang air besar
o Perasaan tidak lampias saat buang air besar atau flatus?
(Pada IBS akan lebih nyaman)
I RRI TABIE, BOWEL SYTIDROME s85
kelainan misal adanya distensi abdomen, anemia atau ragayangteraltr merupakan kunci penting yang juga harus
demam. Apabila tanda-tanda alarm ini ditemukan selain diperhatikan agar pasien dengan IBS dapat menyesuaikan
gejala-gejala IBS maka penyebab organikharus dipikirkan diri dengan keluhan-keluhan yang ada.
terlebih dahulu sehingga pemeriksaan laboratorium dan
Obat-obatan. Obat-obatan yang diberikan untuk IBS
pemeriksaan penunjang lain harus segera dilakukan.
terutama untuk menghilangkan gejala yang timbul antara
lain untuk mengatasi nyeri abdomen, mengatasi konstipasi
, mengatasi diare dan obat antiansietas. Sampai sejauh ini
TATAI-AKSANA tidak ada obat tunggal yang diberikan untuk pasien IBS,
obat-obatan ini biasanya diberikan secara kombinasi.
Penataksanaanpasien dengan IBS meliputi modilftasi diet, Untuk mengatasi nyeri abdomen sering digunakan
intervensi psikologi dan farmakoterapi. Ketiga bentuk antispasmodik yang mempunyai efek antikolinergik dan
pengobatan ini harus berjalan bersamaan. Dalam lebih bermanfaat pada nyeri perut setelah makan, tetapi
memberikan obat-obatan harus selalu diingat bahwa obat- umunya kurang bermanfaat pada nyeri kronik disertai gejala
obatan mempunyai efek samping dan yang juga akan konstipasi. Obat-obatan yang sering dan sudah beredar
memperburuk kondisi psikis pasien. di Indonesia antara lain mebeverine 3x135 mg, hiosinN-
Diet. Modif,ftasi diet terutama untuk peningkatan konsumsi butilbromida 3x10 mg, Chlordiazepoksid 5 mg/klidinium 2,5
serat ditujukan pada IBS dengan konstipasi. Disisi lain mg 3x1 tab, alverine 3x30 mg dan obat antispasmodik
pada pasien dengan IBS tipe diare konsumsi serat terbaru dan juga sudah digunakan di Indonesia otolium
dikurangi. Pada IBS tipe konstipasi peningkatan konsumsi bromida.
serat juga dsertai konsumsi air yang meningkat disertai Untuk IBS konstipasi, laksatifosmotik seperti lakhrlosa,
aktivitas olah raga rutin. magnesium hidroksida terutama pada kasus-kasus dimana
Beberapa makanan atau minuman tertentu juga dapat konsumsi tinggi serat tidak membantu mengatasi
mencetuskan tet'adinya IBS pada beberapa pasien oleh konstipasi. Obat-obatan laksatif stimulan biasanya tidak
karena itu harus dihindarkan. Beberapa makanan dan dipergunakan karena akan memperburuk rasa nyeri abdo-
minuman yang sering mencetuskan IBS antara lain men pasien. Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor agonis, obat
gandum, susu, kafein, bawang, coklat danbeberapa sayur- IBS tipe konstipasi yang relatif baru dan sudah beredar di
sayuran. Biasanya jika keluhan menghilang setelah Indonesia bekerja untuk meningkatkan akselerasi usus
menghindari makanan dan minuman yang dicurigai sebagai halus dan meningkatkan waktu transit feses di kolon dan
pencetus bisa dicoba untuk dikonsumsi lagi setelah 3 juga disebutkan dapat meningkatkan sekresi cairan usus.
bulan dengan jumlah diberikan secara bertahap. B eberapa penelitian menunjukkan bahwa te gaserod
memperbaiki gejala pasien secara global dan meningkatkan
Psikoterapi. Pasien dengan IBS biasanya mempunyai rasa frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Tegaserod
cemas yang tinggi atas penyakitnya. Karena biasanya rasa
biasanya diberikan dengan dosis 2x 6 mg selama 10-12
sakit di perut, buang air besar cair atau susah buang air minggu. Tetapi saat ini tegaserod sudah ditarik dari
besar itu datangnya tiba-tiba. Umumnya pasien IBS selalu
perederan karena efek samping pada jantung walau
berpikiran bahwa ada sesuahr penyakit organik yang terj adi
sebenarnya obat ini cukup efektifdalam penangani kasus-
pada tubuhnya. Penjelasan atas penyakit IBS dan kasu IBS tipe konstipasi khususnya pada wanita.
meyakinkan bahwa penyakit IBS yang dialami pasien Untuk IBS tipe diare beberapa obat juga dapat
adalah penyakit yang dapat diobati dan tidak digunakan antara lain loperamid dengan dosis 2-16 mg
membahayakan kehidupan merupakan kunci utama perhari.
keberhasilan pengobatan pasien. Pemeriksaan Dalam pengobatan pasien dengan IBS kadang-kadang
laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang telah dipergunakan obat-obatan yang sebenarnya tidak
dilakukan yang telah menyingkirkan kemungkinan dibutuhkan oleh pasien dan ini sebaiknya menjadi perhatian
penyakit organik harus disampaikan dan juga menambah
dokter. IBS bukan disebabkan oleh jamur dan infeksi
keyakinan pasien bahwa pasien sebenarnya hanya sehingga antibiotika dan antijamur tidak dibutuhkan.
menderita IBS saja tidak ada penyakit lain apalagi penyakit
Begitu juga enzim, malabsorbsi bukan penyebab IBS
kanker.
sehingga suplementasi ensim pada pasien dengan IBS
Pasien-pasien dengan IBS harus selalu diingatkan untuk
kurang tepat.
dapat mengendalikan stresnya. Pasien diminta unhrk tidak
bekerja berlebihan dan mengenyampingkan waktu
istirahatnya, menyediakan waktu yang cukup untuk dapat
melakukan buang airbesar secara teratur diluar waktu sibuk PROGNOSIS
bekerja dan juga yang terpenting selama makan disediakan
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-
waktu yang cukup agar makan yang dilakukan dapat
gejala pasien IBS biasanya akan membaik dan hilang
dilakukan dalam ketengangan dan tidak terbtru-buru. Olah
586 GAIITROENTEROIOGI
setelah 12 bulan pada 50 o/o kasus, dan hanya kurang dari Horwitz BJ, Fisher RB. Irritable bowel syndrome. N Engl J Med.
5 %o yarry akanmemburuk dan sisanya dengan gejalayang 2001;,344:1846-50.
menetap. Manning AP, Thompsom WG Heaton KW et al. Towards positive
diagnosis of the irritable bowel. BMJ. 1978;2:653-4.
Rani AA, Syam AF. Diagnosa Initable Bowel Syandrome (IBS):
masalah praktis deirgan kriteria diagnosis. In: Simadibrata S,
REFERENSI Syam AF, editor. Update in gastroenterology 2005. Jakarta:
PIP Departemen IPD FKUI; 2005. p. 49-53.
Bennett EJ, Piese C, Palmer K, et al. Functional gastrointestinal Talley NJ, Boyce PM, Jones M. Predictors of health care seeking
disorders: psychological, social and somatic features. Gut. for irritable bowel syndrome: a population based study. Gut.
1998;42:414-20. 1997;41:394-8.
Camilleri M, Choi M-G. Irritable bowel syndrome. Aliment Travis SPL, Ahmad I Collier J, Steinhart AH. Gastroenterology
Pharmacol Ther. 1997;11 :3-15. (Pocket Consultant). 3rd edition. Oxford: Blackwell Publish-
Drossman DA, McKee DC, Sandler RS, et al. Psychosocial factors ing; 2005.
in the irritable bowel syndrome: a multivariate study of patients Vanner SJ, Depew WT, Paterson WG et al. Predictive value of the
and nonpatients with irritable bowel syndrome. Gastroenterol- Rome criteria for diagnosing the irritable bowel syndrome. Am
ogy.1988;95:701-8. J Gastroenterol. 1999:94:2912-7.
Heaton KW, Thompson. Irritable bowel syndrome. Oxford: Health
Press;1999.
92
HEMOROID
Marcellus Simadibrata K
PENDAHULUAN PATOGENESIS
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakat atau
banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Di inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-
RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994) faktor risiko/pencetus.
dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan
(26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar
piles, ambeien, wasir atau southern pole disease dalam yang salah (lebihbanyakmemakai jamban duduk, terlalu
istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini antara lama duduk dijamban sambil membaca, merokok),
lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas,
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor
(tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan
serta adanyabenjolan di dubur, perdarahan melalui dubur
tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal),
dan lainJain. Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh
dukun-dukun wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir- usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum
akhir ini karena kasusnya makin banyak semua dokter
diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki
air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
faktor risiko cukup banyak antara lain kurang mobilisasi, kurang olah ragalimobilisasi.
lebih banyak tidur, konstipasi, Cara buang air besar yang
tidak benar, kurang minum air, kurang makanan berserat
(sayur dan buah), faktor genetika/keturunan, kehamilan, KLASIFIKASI DAN DERAJAT
penyakit yang meningkatkan tekanan intraabdomen
(tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna
Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan
dan interna. Hemoroid interna dibagi berdasarkan
gambaran klinis atas:
secara medik dan secara bedah bergantung pada
derajatnya.
1. Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak
prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop.
DEFINISI
2. Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh spontan
darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus 3. Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan
dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit Jan
(subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas 4. Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan
atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada dan cenderung untukmengalami trombosis dan infark.
di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid
Biasanya struktur anatomis anal canal masih normal. eksterna (diluar/di bawah linea dentata) dan hemoroid
587
s88 GAIiIROENTEROI.OGI
interna (didalam/di atas linea dentata). Untuk melihat risiko penatalaksanaan non farmakologis, farmakologis, dan
perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis
stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai
menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada
anoskopik hemoroid interna juga dapat dibagai atas 4 kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi.
derajat hemoroid. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk
hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua
derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan
DIAGNOSIS medis.
peristalsis. Efek samping antara lain kentut, kembung 4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid:
dan konstipasi, alergi, sakit perut dan lain-lain. Untuk Caspite (1994) melakukan uji klinik pada 100 pasien
mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna hernoroid akut yang membandingkan diosminthesperidin
dianjurkan minum air yang banyak. dan plasebo, dengan rancangan tersamar ganda dan
Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain teracak. Diosminthesperidin dan plasebo diberikan tiga
natrium dioktil sulfosuksinat. Natrium dioctyl kali2 tablet selama 4 hari, lalu 2kali2 tablet selama 3
sulfosuccinal bekerja sebagai anionic surfactant, hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi
merangsang sekresi mukosa usus halus dan pada kedua kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan
meningkatkan penetrasi cairanke dalam tinja. Dosis 300 lebih nyata pada kelompok Diosminthesperidin
mglhai. (p<0,001). Diosminthesperidin memberi perbaikan yang
nyata terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan
Obat Simtomatik: Pengobatan simtomatik bertujuan
prolaps.
menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau karena kerusakan kulit didaerah anus. Obat Disimpulkan pada penelitian ini bahwa pengobatan
pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas dengan ardium 500 menghasilkan penyembuhan keluhan
(lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptik lemah. dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut bila
Untuk menghilangkan nyeri, tersedia sediaan yang dibandingkan plasebo.
mengandung anestesi lokal. Bukti yang meyakinkan Tanaponsathorn dan Vajrabukka (1992) melakukan uji
akan anestesi lokal tersebut belum ada. Pemberian klinik terkontrol, acak dan tersamar ganda yang
anestesi lokal tersebut dilakukan sesingkat mungkin membandingkan daflon dengan plasebo pada pasien
untuk menghindarkan sensitisasi atau iritasi kulit anus.
hemoroid interna, akut, derajat I dan2, dan semua pasien
mendapat suplemen serat. Jumlah setiap kelompok 50
Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam
orang. Daflon atau plasebo diberikan 3 kali sehari 4 tablet
bentuk ointment atau suppositoria. Bila perlu dapat
selama 4 hari pertama, kemudian 2 kali 2 tablet selama 10
digunakan sediaan yang mengandung kortikosteroid
untuk mengurangiradang daerah hemoroid atau anus.
hari. Hasil penelitian yaitu pada hari ke 4 Daflon
memberikan perbaikan gejala obyektif yang bermakna
Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk
secara statistik (p<0.01), tetapi tidak bermakna dalam
hemoroid intema, sedangkan sediaan ointment/krem
perbaikan keluhan subyektif. Pada hari I 4 pengobatan tidak
digunakan untuk hemoroid eksterna.
ada perbedaan yang bermakna dalam perbaikan gejala
Obat menghentikan perdarahan: Perdarahan obyektif dan keluhan subyektif. Dua kasus hemoroid
menandakan adanya luka pada dinding anus atau dikeluarkan dari penelitian pada hari ke 4, karena kondisi
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. kliniknya memburuk. Tidak ditemukan efek samping daflon
Pemberian serat komersial misal psyllium pada pada penelitian ini.
penelitian Perez-Miranda dkk (1996) setelah 2 minggu Godeberge (1994) melakukan uji klinik terkontol, acak,
pemberian terrry ata dapat men gurangi perdarahan dan tersamar gand yar.g membandingkan
hemoroid yang terjadi dibandingkan plasebo. Szent- diosminthesperidin dengan plasebo pada pasien hemoroid
Gyorgy memberikan citrus bioflavanoids yang berasal akut dan kronik. Masing kelompok terdiri atas 60 orang,
dari jeruk lemon dan paprika pada pasien hemoroid dan masing subyek menerima ardium atau plasebo 2 kali 2
berdarah, ternyata dapat memperbaiki permeabilitas tablet selama 2btlan Pasien diperiksa pada hari pertama,
dinding pembuluh darah Bioflavonoids yang berasal dan 2 bulan kemudian. Hasil penelitian yaitu terjadi
dari jeruk lemon antara lain diosmin, heperidin, rutin, penurunan serangan hemoroid yang bermakna secara
naringin, tangeretin, diosmetin, neohesperidin, statistik pada kelompok dibandingkan plasebo. Pada
quercetin. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid kelompok daflon 40% pasien mendapat satu kali serangan
yaitu campuran diosmin (90%) danhesperidin (10%), hemoroid selama 2 btlan pengobatan, dengan lama
dalam bentuk micronized. Bukti-bukti yang mendukung ser angan 2,6 + I, I hari. Sedangkan pada kelompok plasebo
penggunaan bioflavonoid untuk menghentikan angka serangan itu adalah 70o/r, dan lama serangan 4,6 +
perdarahan hemoroid antara lain penelitian Ho dkk I ,6 hari. Skor keseluruhan keluhan merutrun dari 6,6 ke 1,1
(1995) meneliti efek daflon 500 mg 3xper hari dalam pada kelompok ardium dan dari 6,1 ke 4,0 pada kelompok
mencegah perdarahan sekunder setelah hemoroidektomi plasebo (p<0.01) pada akhir pengobatan. Skor keselumhan
pada 228 pasien hemoroid dengan prolaps menetap. gejala, masing-masing turun dai 4,9 dan 4,5 ke 0,9 dan
Pada kelompok daflon perdarahan sekunder lebih sedikit 2,9(<0.01). Tidak ada efek samping yang nyata dengan
dibandingkan kelompok plasebo. diosminthesperidin
Ho dkk (2000) melakukan penelitian daflon pada hemoroid Rani AA dkk dalam penelitiannya melakukan studi
yang diobati dengan ligasirubber band selama 3 bulan. pemberian micronized flavonoid (Diosmin + Hesperidin)
Pada kelompok daflon didapatkan perdarahan ulang yang (R/Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien
lebih sedikit dibandingkan kontrol. hemoroid kronik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
s90 GASIROENTEROI.OGI
591
592 GAIITROENTEROL/OGI
ETIO.PATOGENESIS
A: 1993 (121exam.)
B: 1994 (204 exam.) l-K---;,;;-l
C: 1995 (195 exam.) I i,'ir"r"", I r-._ -.\
D. 1996-98 (385 exam.)
j/2t
f*--*l ' I
HISTOPATOLOGI
Lesi inflamasi (hiperemia, ulserasi dll ) +
Bersifat kontinu adanya skip area
(adanya mukosa normal di antara lesi) 0 +++ Spesimen yang berasal dari operasi lebih mempunyai nilai
Keterlibatan rektum +++ + diagnostik daripada spesimen yang diambil secara biopsi
Lesi mudah berdarah +++ +
per-endoskopik. Terlebih lagi bagi PC yang lesinya bersifat
Cobblestone appearence I pseudopolip + +++
(Sifat ulkus) transmural sehingga tidak terjangkau dengan teknik biopsi
Terdapat pada mukosa yg inflamasi +++ + per-endoskopik.gambaran khas untuk KU adalah adanya
Keterlibatan ileum 0 ++++
abses kripti, distorsi kripti, infiltrasi sel mononukleus dan
Lesi ulkus bersifat diskrit + +++
Bentuk ulkus polimorfonuklear di lamina propria. Sedangkan pada PC
Diameter > 1 cm + +++ adanya granuloma tuberkuloid (terdapat pada 20-40Yo
Dalam + +++
+++
kasus) merupakan hal yang karakteristik di samping adanya
Bentuk linier (longitudinal ) +
Aphtoid 0 ++++ infiltrasi sel makrofag dan limfosit di lamina propria serta
Keterangan : 0 = tidak ada ) ++++ sangat diagnostik ulserasi yang dalam.
(karakteristik)
ALUR DIAGNOSIS
Pada dasarnya KU merupakan penyakit yang
melibatkan mukosa kolon secara difus dan kontinu, dimulai Secara praktis diagnosis IBD didasarkan pada : 1).
dari rektum dan menyebar/progresif ke proksimal. Data Anamnesis yang akurat mengenai adanya perjalanan
dari beberapa rumah sakit di Jakarta didapatkan bahwa penyakit yang akut disertai eksaserbasi kronik-remisi
lokalisasi KU adalah 80% pada rektum dan rektosigmoid, diare, kadang berdarah, nyeri perut, serta ada riwayat
12 % kolon sebelahki(lefi sidecolitis),dat8 %melibatkan keluarga; 2).Gambaranklinikyang sesuai seperti di atas;
seluruh kolon (pan-kolitis). Sedangkan PC bersifat 3). Data laboratorium yang menyingkirkan penyebab
transmural, segmental dan dapat terjadi pada saluran cerna inflamasi lain, terutama untuk Indonesia, adanya infeksi
bagian atas, usus halus ataupun kolon. Dari data yang gastrointestinal. Eksklusi penyakit Tuberkulosis sangat
ada, dilaporkanllo/o kasus PC terbatas pada ileo-caecal, penting mengingat gambaran kliniknya mirip dengan PC.
33% ileo-kolon dan 560/o hanya di kolon. Daerah ileo- Tidak ada parameter laboratorium yang spesifik untuk
caecal merupakan daerah predileksi untuk beberapa IBD; 4). Temuan endoskopik yang karakteristik dan
penyakit yaitu PC, TBC, amoebiasis. Dari datayang ada didukung konfirmasi histopatologik; 5). Temuan
dilaporkan bahwa lesi kolonoskopik terbatas pada ileo- gambaran radilogik yang lCras; 6). Pemantauan perjalanan
caecal disebabkan oleh 17,6oh PC, 23,50 TBC, 17,6o klinik pasien yang bersifat akut-remisi-eksaserbasi
amoebiasis dan 3 5,4%okarena kolitis infektif. kronik.
INFLAIIIMATORY BOWEL DIASES: ALUR DIAGNOSIS DAN PENGOBAIANNYA DI INDONESIA 595
HISTOPATOLOGI
Sesuai IBD Bila perlu
FOLLOW THROUGH
BARIUM ENEMA |;;-,ffi]
DEFIN ITIF IBD USG/CT SCAN
LABORATORIUM: KLINIS:
Sesuai inflamasi dan bukan infeksi Sesuai lBD, ada riwayat dalam Mengingat bahwa etiologi dan patogenesis IBD belum
atau parasit kelua rg a jelas, maka pengobatannya lebih ditekankan pada
penghambatan kaskade proses inflamasi (kalau tidak dapat
dihilangkan sama sekali).
Telah diberikan pengobatan atau antibiotik adekuat tapi klinis tetap
kronik-kam buhan
Waspadai adanya keganasan atau TBC usus
Pengobatan Umum
SEBAGAI KASUS TERDUGA IBD
Dengan dugaan adanya faktor/agen proinflamasi dalam
bentuk bakteri intralumen usus dan komponen diet sehari-
hari yang dapat mencetuskan proses inflamasi kronik pada
ISU SIRATEGIS : Terapi ex juvantibus SISTEI\,I RUJU KAN
kelompok orang yang rerltan, maka diusahakan untuk
Gambar 3. Case frndrng kasus IBD di pelayanan kesehatan lini
mengeliminasi hal tersebut dengan cara pemberian
pertama (primary care\l antibiotik, lavase usus, mengikat produksi bakteri,
mengistirahatkan kerja usus, dan perubahan pola diet.
Metronidazole cukup banyak diteliti dan cukup banyak
bermanfaat pada PC dalam menurunkan derajat aktivitas
penyakitnya pada keadaan aktif. Sedangkan pada KU
jarang digunakan antibiotik sebagai terapi terhadap agert
proinflamasinya. Di samping beberapa konstituen diet
yang harus dihindari karena dapat mencetuskan serangan
BARIUM ENEMA BARIUM MEAL &
(coloN tN LooP) FOLLOW THROUGH
USG dan CT SCAN (seperti wheat, cereal yeast dan produk peternakan),
Sesuai IBD
Sesuai IBD Sesuai IBD terdapat pula konstituen yang bersifat antioksidan yang
dalam penelitian dilaporkan bermanfaat pada kasus IBD
yaitu glutamin dan asam lemak rantai pendek.
Mengingat penyakit ini bersifat eksaserbasi konik, maka
SEBAGAI DIAGNOSIS KERJA IBD
edukasi pada pasien dan keluarganya sangat diperlukan.
steroid enema. Pada keadaan berat, diberikan kortikosteroid terletak pada unsur sulfapiridin-nya. Dosis rata-rata 5-ASA
parenteral. Untuk memperoleh tujuan konsentrasi steroid untuk mencapai remisi adalah 2-4 gram perhari, yang
yang tinggi pada dinding usus dengan efek sistemik (dan kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sesuai
efek sampingnya) yang rendah, saat ini telah dengan kondisi pasien.
dikembangkan obat golongan glukokortikoid non-sistemik
dalam pengobatan IBD. Dalam hal ini dapat dipakai obat
Obat Golongan lmunosupresif
budesonide baik dalam bentuk preparat oral lepas lambat
Obat ini dipakai bila dengan 5-ASA dan kortikosteroid
ataupun enema. Dosis rata-ratayarrg banyak digunakan
gagal mencapai remisi. Obat golongan ini seperti; 6-
untuk mencapai fase remisi adalah setara dengan 40-60
merkaptopurin, azatioprin siklosporin dan metotreksat
mg prednison, yang kemudian dilakukan tappering dose
setelah remisi tercapai dalam waktu 8-12 minggu Surgikal. Peran surgikal bila pengobatan konservatif/
medikamentosa gagal atau terjadinya komplikasi
(perdarahan, obstruksi ataupun megakolon toksik).
Obat Golongan Asam Amino Salisilat
Obat yang sudah lama dan mapan dipakai dalam
pengobatan IBD adalah preparat sulfasalazin yang
merupakan gabungan sulpiridin dan aminosalisilat dalam ALGORITME TERAPI DAN RUJUKAN
lkatanazo. Preparat ini akan dipecah di dalam usus menjadi
sulfapiridin dan S-acetil salicylic acid (5-ASA). Telah Mengingatbahwa etiopatogenesis IBD belum jelas, maka
diketahui bahwa yang bekerja sebagai agen anti inflamasi pengobatannya lebih ditekankan pada penghambatan
adalah 5-ASA ini. Saat ini telah ada preparat 5-ASA mumi kaskade proses inflamasi. Dengan dugaan adanya faktor/
, baik dalam bentuk sediaan lepas lambat ( di Indonesia, agen proinflamasi yang dapat mencetuskan proses
Salofalk) ataupun gabungan 5-ASA dalam bentuk ikatan inflamasi kronikpada kelompok rentan, maka diusahakan
diazo. Pada preparat lepas lambat, 5-ASA akan dilepas pada mengeliminasi hal tersebut dengan cara pemberian
situasi pH > 5 (adi dalam hal ini di lumen usus halus dan antibiotik, lavase usus, pengikat produk bakteri,
kolon). Baik sulfasalazin maupun 5-ASA mempunyai mengistirahatkan kerja usus dan perubahan pola dietetik.
efektivitas yang relatif sama dalam pengobatan IBD, hanya Pada prinsipnya, pengobatan IBD ditujukan pada serangan
efek samping lebihrendahpada 5-ASA. Hal ini disebabkan akut dan terapi pemeliharaan waktu fase remisi. Obat baku
telah diketahui bahwa efek samping pada sulfasalazin pertama mengandung komponen 5-acetil salicilic acid
SE DANG BERAT
k Ya Tidak
Rujuk :
G a stro en te rolog i
Perbaikan ?
Tidak Ya
F.""-l
Tatalaksana khusus
Perbaikan ? Rujukan surgikal
Ya Tidak Tid ak Ya Tidak
Tappeing steroid
I + 5-ASA
I
[*,,*
I
I
Rawat: I
Perbaikan ?
Tidak Ya Tidak
I
Rujuk: Rujuk pro rawat:
Gastroenterolog i,
steroid lV
lmunosupresan
Ya Perbaikan ?
(5-ASA) dan obat kortikosteroid (baik sistemik maupun tidaknya komplikasi atau tingkat respon terhadap
topikal). Blla gagal, maka diberikan obat lini kedua yang pengobatan konservatif.
pada umumnya bersifat imunosupresif (seperti 6-
merkaptopurin, azaliopin siklosporin dan metotreksat),
anti-TNF (infliximab). Preparat 5-ASA dapat dalam bentuk REFERENSI
oraVsistemik atau supositoria/enema. Pada kasus tertentu
atau terjadi komplikasi perforasi, perdarahan masif, ileus Daldiyono, DharmikaDjojoninglat. IBD: Hospital based data and
karena stenosis, megatoksik kolon, maka diperlukan endoscopic assessment of disease activity in Jakarta, Indonesia.
intervensi surgikal. J Gastroenterol Hep. 2000;15:B 10
Djojoningrat D. Penyakit Inflamasi kolon di RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Dalam : Akil HAM ed. Pertemuan
KOMPL!KASI
ilmiah VIII PPHI dan Konas PEGI & PGI 1995. Yayasan Masa
depan, L995:277-85
Dalam perjalanan penyakit ini, dapat terjadi komplikasi: Egan LJ. Advances in the treatment of Crohn's disease.
1). Perforasi usus yang terlibat, 2). Terjadinya stenosis Gastroenterolo gy 200 4 ;126: 1 57 4 -8 I
usus akibat proses fibrosis, 3). Megakolon toksik Greenberg GR. Oral budesonide as maintenance treatment for Crohn
(terutama pada KU), 4). Perdarahan, 5). Degenerasi disease. Gastroenterology 1996;\10:45-51
maligna. Diperkirakan risiko terjadinya kanker pada IBD Hanuer SB. Medical therapy for Ulcerative Colitis 2004.
lebihkurang l3%. Gastroenterolo gy. 20O4 ;l 26 : I 5 82 -92
Hommes DW. Endoscopy in IBD. Gastroenterology. 2004;126:.1561-
tt
PROGNOSIS Loftus EV. Clinical epidemiology of IBD. Gastroenterology.
2004;126:1504-17
Pada dasamya, penyakit IBD merupakan penyakit yang Podolsky DK. Inflammatory Bowel Disease. N Eng J Med.
bersifat remisi dan eksaserbasi. Cukup banyak dilaporkan 2002;347 :417 -29
adanya remisi yang bersifat spontan dan dalam jangka Sands BE. From sl,rnptoms to diagnosis: Clinical distinctions among
waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada various forms of intestinal inflammation. Gastroenterolgy.
94
PANKREATITIS KRONIK
Marcellus Simadibrata K.
s98
PANRE.'I|ITNSKRONIK 599
GAMBARAN KLINIS gejala klinis utama, maka tes direk dari fungsi pankreas
merupakan indikasi jika pemeriksaan pencitraan canggih
Yang banyak dikeluhkan oleh pasien yaitu: negatif hasilnya. Tes-tes ini secara khusus diperlukan
Nyeri/sakit perut epigastrium: Perjalanan nyeri/sakit untuk memonitor perjalanan pankreatitis kronik dan setelah
perut tak dapat diramalkan. Penurunan nyeri dan pankreatitis akut untuk memastikan diagnosis banding
pe{alanan insufisiensi eksokrin dan endokrin tidak berjalan (pankreatitis akut atau eksaserbasi akut dari pankreatitis
secara paralel. Nyeri perut biasa turun naik dan timbul laonik).
intermiten dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Tes fungsi pankreas direk merupakan pemeriksaan
Nyeri perut lokalisasinya berada di abdomen tengah dan yang sangat sensitif dan spesifik, tetapi invasif dan
kiri atas, seringkali menjalar ke punggung. Episode nyeri membutuhkan banyak tenaga.
dapat dipicu oleh konsumsi alkohol danJatat makanan Pemeriksaan analisis lemak tinja: Setelah menyingkirkan
berlemak yang banyak. Hanya 5-10% kasus pankreatitis penyebab lain dari steatorea, pemeriksaan kuantitatif
kronik tak mengalami nyeri perut. ekskresi lemak tinja merupakan pemeriksaan adanya
Diare, steatorea: Berkurangnya sekresi enzim pankreas insufisiensi eksokrin pankreas. Pemeriksaan ini dapat
menimbulkan gangguan pencernaan yang kemudian memastikan apakah terapi suplementasi enzim pasien
menimbulkan diare osmotik dan bila kandungan lemak pankreatitis kronik sudah adekuat atau belum.
dalam tinja tinggi disebut steatorea. Pemeriksaan metabolisme glukosa: pemeriksaan kadar
gula darah puasa dan postprandial cukup untuk
Distensi dan kembung: kandungan diet yang mencapai mendiagnosis insufiensi endokrin pankreas.
kolon dimetabolisme oleh bakteri hingga terbentuk gas. Pemeriksaan preoperatif fi.rngsi pankreas : Pemeriksaan
Pada pankreatitis kronik terjadi distensi dan kembung
fungsi eksokrin dan endokrin pankreas membantu dalam
karena banyaknya gas yang terbentuk sebelum diare.
menentukan rencana operasi antara reseksi dan drainase.
Penurunan berat badan: hal ini terjadi karena insuhsiensi Jika fungsi pankreas sangat terganggu bera!, tidak
eksokrin pankreas atau berkurangnya asupan makanan diperlrkan untuk menyisakan jaringan pankreas.
karena takut dan nyeri perut.
- -ffitrt memeriksa morfologi pankreas diperlukan
pemeriksan ultrasonografr, Endoscopic retrograde
Ikterus: ikterus ini dapat timbul sebagai akibat dari steno-
cholangiopancreatography (ERCP), Magnetic
sis saluran bilier pada fase eksaserbasi akut pankreatitis
Resonance Cholangiopancreatograpfry (MRCP),
laonik. Bila inflamasi menghilang, ikterus juga menghilang
Computed tomographyl Magnetic Resonance Imaging
secara spontan.
abdomen dan foto polos abdomen.
Kalsifikasi pada foto abdomen polos biasanya
memastikan diagnosis pankreatitis kronik, akan tetapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG pemeriksaan ini hanya memiliki sensitivitas 30o/o dalam
mendeteksi pankreatitis kronik karena tidak semua
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien pankreatitis kronik disertai kalsifftasi. Pemeriksaan canggih
pankreatitis kronik yaitu amilase-lipase serum yang yang paling penting dalam menunjang diagnosis yaitu
biasanya menunjukkan peningkatan tidak lebih dari 3 x Ultrasonografi pankreas dan abdomen atas, CT-scan
batas normal. Kadar amilaseJipase serum yang normal tidak abdomen atas, ERCP dan MRCP. MRI 1,5 teslah abdomen
menyingkirkan pankretitis kronik. atas sensitivitas dan spesifisitasnya hampir sama dengan
Untuk memeriksan fungsi pankreas diperlukan CT scan abdomen.
pemeriksaan tes fungsi pankreas indirek, tes fungsi Pemeriksaan lain yang tidak begitu akurat kadang
pankreas direk, analisis lemak tinja dan tes toleransi glukosa diperlukan a.l. pemeriksaan kontras barium saluran cerna
oral (oral glucose tolerance test:OGTT). atas (ika dicurigasi stenosis duodenum sebelum bedah),
Tes fungsi pankreas indirek antara lain pemeriksaan angiografi(bila ketika direncanakan operasi ada komplikasi
enzim chymotryps in dan elastase- I tinja, tes pancreolauryl vaskular).
dan tes NBT-PABA biasanya dapat mendeteksi hanya Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen, biasa
gangguan fungsi pankreas sedang sampai berat. Hasil ditemukan dilatasi duktus pankreatikus, pseudokista,
positif palsu dapat terjadi dengan pemeriksaan ini atau kalsifrkasi dan kelainan pankreas yang terisolasi atau difus.
disebut insufisiensi pankeas sekunder antara lain Sebagai tambahan, komplikasi ekstrapankreas seperti
disebabkan keadaan pasca reseksi lambung atau pada pelebaran duktus bilier, dilatasi vena porta atau lienalis
penyakit-penyakit usus halus, malabsorpsi usus. dan asites dapat ditemukan. Tahap dini pankreatitis kronik
Konsentrasi enzim tinja dapat berkurang pada semua tipe biasanya tidak dapat didiagnosis dengan ultrasonografi
diare. Tes indirek pankreas tersebut perlu dilalarkanpada l]]1.
diare yang tidak jelas penyebabnya atau pada steatorea. Pada pemeriksaan CT-scan abdomen ditemukan
Jika pankreatitis kronik dicurigai dengan nyeri perut sebagai kelainan-kelainan seperti pada ultrasonografi . CT-scan lidak
600 GASTTROENTEROI.OGI
lebih superior daripada ultrasonografi . 2. Terapi insufisiensi eksokrin pankreas: bila ada
Pada pemeriksan ERCP, dapat ditemukan gambaran penurunan berat badan, steatorea dan gas usus
iregularitas dari duktus pankreatikus, batu, stenosis, berlebihan merupakan indikasi diberikan suplementasi
abnormalitas duktus pankreatikus dan bilier, dan enzim pankreas. Enzim pankreas yang dipilih yaituymtg
kadangkala pseudokista pankreas bila berhubungan mengandung lipase tinggi, dilindungi terhadap sekresi
dengan sistem duktus pankreatikus. Pemeriksaan ini asam lambung (enteric coated), berukuran partikel kecil,
merupakan teknik pencitraan yang paling sensitif dan merupakan enzimyang cepat dilepas pada usus halus
spesifik dalam mendeteksi atau menyingkirkan pankreatitis atas dan tidak dicampur/ditambahkan dengan asam
kronik. empedu. Selain itu dapat diberikan suplementasi
vitamin a.l. vitamin yang larut lemak (A,D,E,K) pada
steatorea berat dan vitamin B pada kasus defisiensi
DIAGNOSIS vitamin B pada alkohol kronik.
3. Terapi insufisiensi endokrin pankreas: berikan insulin,
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan obat oral antidiabetikyanghanya efektif sementara
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang serta (transien).
pemeriksaan canggih. Penatalaksanaan endoskopi operatif: diperlukan untuk
drainase, ekstraksi batu pankreas dan adanya striktur
duktus pankreatikus.
PENATALAKSANAAN Pembedahan: setengah pasien pankreatitis kronik
membutuhkan pembedahan dengan tujuan menghilangkan
Tujuan terapi pankreatitis kronik yaitu mengurangi nyeri nyeri perut dan komplikasinya. Yang dilakukan pada
perut dan mencegah atau mengobati insufisiensi eksokrin pembedahan a.l. reseksi pankreas, drainase.
dan endokrin pankreas yang terjadi. Penatalaksanaan endoskopi operatif dan pembedahan
Penatalaksanaan terdiri dari non-farmakologik, lebih ditujukan untuk mengatasi komplikasi pankreatitis
farmakologik, endoskopi operatif dan pembedahan. kronik. Endoskopi operatif untuk pankreatitis laonik yaitu
Penatalaksanaan non-farmakologik terdiri dari : 1).
a.l. pemasangan stent pada stenosis duktus pankreas dan/
Perbaiki keadaan umum, bila lemah dirawat. 2). Hentikan atau duktus bilier per endoskopik, penghancuran/
konsumsi alkohol bila penyebabnya alkoholisme, sekalian fragmentasi batu duktus pankreatikus dengan extracor-
untuk mengurangi nyeri perutnya. 3). Diet untuk poreal shockwaves (ESWL) diikuti dengan pengangkatan
insufisiensi eksokrin pankreas dan insufisiensi endokrin hancuran/fragmen batu per endoskopik, dan drainase
pankreas. Dietnya rendah lemak, diet kecil tapi sering, perendoskopik dari pseudokista merupakan tindakan yang
hindari makanan yang secara individu tidak dapat dapat dilakukan aktrir-akhir ini. Pada trombosis vena lienalis
ditoleransi. Pada steatorea, berikan makanan yang dan varises fundus yang berdarah, dapat dilakukan
mengandung Medium-chain *iglycerides (MCT). Bila tindakan penyuntikan histoacryl, splenektomi. Pada efusi
gula darahtinggi (diabetes) diberikan diet diabetes dengan pleura, asites terjadi pada eksaserbasi akut pankreatitis
jumlah kalori dihitung seperti pasien diabetes melitus 25- kronik, bila membaik regresi terjadi spontan. Bila menetap
3 0 kalori/kgBB/hari. 4). Penerangan/edukasi penyakitnya dapat timbul hstula dan perlu pembedahan setelah ERCP/
yang kronis dan mengganggu kualitas hidup. MRCP.
Penatalaksanaan farmakologik terdiri dari:
l. Terapi nyeri perut: berikan obat analgetik, enzim
pankreas misal pankreoflat ) creon)tripanzim dll. PROGNOSIS
Nyeri perut ringan: diberikan obat analgetik yang
bekerjaperifer a.l. asam asetil salisilat sampai 4 x 0,5 - Sangat sedikit pasien meninggal karena pankreatitisnya
1,0 g, metamizole sampai 4 x 0,5- 1,0 g. Dapat juga sendiri. Penyebab utama dari kematian adalah penyakit
diberikan spasmolitik a.l. N-butylscopolamine kardiovaskular dan kanker.
supositoria sampai 5 x l0 mg.
Nyeri perut sedang: diberikan kombinasi analgetik yang
bekerja perifer (asam asetil salisilat/metamizole) dengan KESIMPULAN
analgetik yang bekerja sentral (tramadol oral atau
supositoria sampai 400 mg/hari. Diagnosis pankreatitis kronik ditegakkan berdasarkan
Nyeri perut berat: diberikan kombinasi analgetik yang anamnesis adanya nyeri perut, diare berlemal/steatorea,
bekerja perifer dengan analgetik yang bekerja sentral, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang adanya
dapat diberikan antidepresan a.1. buprenorphine oral kalsifikasi pankreas, kelainan yang ditemukan pada
sampai4x2tablet atau sublingual 4 x 0,2 mg. pemeriksaan canggih.
PANXREilITIISIRONIK 601
REFERENSI
PENDAHULUAN Epidemiologi
Prevalensi PD menurut umur ternyata ditemukan semakin
Di negara-negara maju, penyakit divertikular (PD) tua usia, semakin tinggi kejadian PD; sedangkan pada usia
merupakan kelainan yang sering ditemuk an, y aitu 30-5 5o/o < 40 tahun ke bawah jarang ditemukan.
dari populasi; dan disebut sebagai penyakit defisiensi Prevalensi PD pada laki-laki obesitas usia < 40 tahun
serat. Sebaliknya di negara berkembang seperti Afrika dan ditemukan 2-5ol0, usia 60 tahun 30%o,usiadi atas 70 tahun
Asia, PD jarang ditemukan oleh karena makanan yang 50Yodandi atas 80 tahun menjadi 80%.
dikonsumsi mengandung banyak serat. Divertikel dapat Menurut jenis kelamin, PD pada usia < 50 tahun lebih
terjadi sepanjang saluran cema tetapi terutama dalam kolon, banyak ditemukan pada lakiJaki difaading perempuan usia
khususnya kolon sigmoid. 50-70 tahun perempuan sedikit lebih banyak dari laki-laki
dan usia > 70 tahun perempuan lebih sering daripada laki-
laki. Pada pemeriksaan kolonoskopi terhadap 876 pasien di
Definisi
RS. Pendidikan di Makassar, ditemukan 25 pasien (2.85%)
Penyakit divertikular merupakan suatu kelainan, di mana
PD dengan perbandingan lakiJaki dan perempuan 5 : 3 , unur
terjadi hemiasi mukosa/submukosa dan hanya dilapisi oleh
rata-rata 63 tahun dengan prosentasi terbanyak pada usia 60-
tunika serosa pada lokasi dinding kolon yang lemah yaitu
69 tahun, hematokezia merupakan gejala terbanyak dan
tempat di mana vasa rekta menembus dinding kolon.
Herniasi dari mukosa/submukosa dan ditutupi oleh
lokalisasinya terutama di kolon bagian kiri (sigmoid/
desenden).
lapisan serosa yang tipis disebut Pseudodivertikular atau
false divertikular; biasanya bersifat acquired (didapat
setelah lahir). Apabila semua dinding kolon mengalami Etiologi dan Patogenesis
herniasi disebut true divertikular dan biasanya bersifat Menurut Painter dan Burkitt pada tahun 1960, penyebab
kogenital (dibawa dari lahir). te{adinya PD adalah kurangnya serat dan rendahnya residu
Beberapa istilah yang berhubungan dengan PD : dalam makanan yang dikonsumsi karena telah diolah di
. Divertikulosis: ditemukan satu atau lebih divertikel pabrik, seperti gandum, biji-bijian, konsumsi gula, tepung,
dalamkolon daging dan makanan kaleng yang banyak sehingga
. Divertikula: biladitemukanbanyakdivertikel menyebabkan perubahan milieu interior dalam kolon.
. Predivertikular: teq'adihemiasimokosa,/submukosadan Pendapat ini diperkuat oleh penelitian-penelitian
masih tetap berada pada dinding kolon dan belum selanjutnya dimana terbukti bahwa kurangnya serat dalam
seluruhnya herniasi melewati dinding kolon. makanan merupakan faktor utama terjadinya PD sehingga
Peridivertikulitis merupakan respons inflamasi yang disebut sebagai penyakit defisiensi serat.
melampaui divertikulum itu sendiri. Konsumsi makanan yang berserat tinggi, terutama serat
. Divertikulitis: merupakan perforasi dari divertikulum yang tidak larut (selulosa) yang terkandung dalam biji-
yang diikuti oleh infeksi dan inflamasi yang menyebar bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan, akan berpengaruh
ke dinding kolon, epiploic appendage, mesenterium pada pembentukan tinja yang lebih padat dan besar
organ-organ sekitar atau mikro/makro perforasi bebas sehingga dapat memperpendek waktu transit feses dalam
ke kawm peritonium. kolon dan mengurangi tekanan intraluminal yang
602
PENYAKITDIVERTIKULAR 603
mencegah timbulnya divertikel. Di samping itu, serat palpasi, ini merupakan landa adanya iritasi-inflamasi
penting dalam fungsi fermentasi bakteri dalam kolon dan peritoneal akibat terjadinya mikroperforasi atau
merupakan substrat utama dalam produksi asam lemak makroperforasi dengan peritonitis generalisata.
rantai pendek yang berpengaruh pada pengadaan energi Kemungkinan teraba adanya massa bila proses inflamasi
yang dibutuhkan mukosa kolon, menghasilkan atau menjadi p:legmon atau abses.
mempengaruhi pertumbuhan mukosa dengan cara Perforasi terjadi apabila tekanan intraluminal meningkat
meningkatkan aliran darah. atau oleh karena divertikel tersumbat oleh feses/ bahan
Pada mereka yang mengkonsumsi kurang serat akan makanan sehingga terjadi erosi pada dinding divertikel
menyebabkan penunrnan massa feses menjadi kecil-kecil yang berlanjut dengan inflamasi, nekrosis fokal dan
dan keras, waktu transit kolon yang lebih lambat sehingga berakhir dengan perforasi. Manifestasi klinik perforasi
absorbsi air lebih banyak dan output yang menurun tergantung dari besarnya perforasi dan kemampuan tubuh
menyebabkan tekanan dalam kolon meningkat untuk untuk melokalisimya. Perforasi kecil (mikroperforasi) yang
mendorong massa feses keluar mengakibatkan segmentasi dapat dilokalisir akan menyebabkan timbulnya plegmon
kolon yang berlebihan. atau abses, dan apabila perforasi tidak dapat dilokalisir
Segmentasi kolon yang berlebihan akibat kontraksi otot akan menyebabkan perforasi bebas.
sirkuler dinding kolon untuk mendorong isi lumen dan Perdarahan pada divertikel paling sering berupa
menahan passase dari material dalam kolon merupakan perdarahan yang masif pada 30-50%o kasus, sedangkan
salah satu faktor penyebab terjadinya PD. perdarahan yang ringan terj adipada3}%o kasus dan sekitar
Pada segmentasi yang meningkat akan terjadi oklusi 15% pasien akan mengalami perdarahan sekali selama
pada kedua ujung segmen sehingga tekanan intraluminal hidup. Perdarahan biasany a teqadi tiba-tlba terutama pada
meningkat secara berlebihan terjadi herniasi mukosa/ divertikel yang berlokasi pada kolon sebelah kanan (80%)
submukosa dan terbentuk divertikel. tanpa disertai adanya gejala nyeri abdomen dan70'80Yo
Hal lain yang berpengaruh pada kejadian divertikel berhenti spontan.
adalah faktor usia di mana pada usia lanjut terjadi Herniasi pada mukosa/submukosa yang hanya dibatasi
penurunan tekanan mekanik dinding kolon sebagai akibat oleh lapisan mukosa yang tipis dengan vasd recta yaflE
perubahan stmktur kolagen dinding usus. Beberapa faktor menembus dinding kolon, dapat mengalami inflamasi
lingkungan yang diduga berpengaruh pada kejadian kronik akibat iritasi dari isi atau material dalam kolon
divertikel adalahkonsumsi daging (red meat) berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur dan perdarahan.
dan makanan tinggi lemak. Merokok, minum kopi (kafein) Perdarahan dari PD harus dibedakan dengan
dan alkohol, tidak terbukti berpengaruh pada kejadian perdarahan dari wasir, gangguan non-neoplastik dan kanker
divertikel; namun merokok dan penggunaan obat kolorektal.
antiinfl amasi non-steroid (asetaminofen) meningkatkan Obstruksi total pada PD jarang ditemukan, dan hanya
risiko timbulnya komplikasi. sekitar l0%o dari obstruksi usus besar. Obstruksi parsial
Distribusi divertikel dalam kolon, antara lain: kolon lebih sering ditemukan sebagai akibatkombinasi dari edema
sigmoid 95%, hanya sigmoid65yo,dekat sigmoid (sigmoid (kolonik, perikolonik), kompresi dari abses, spasme usus
normal) 4o%, seluruh k olon 7 o/o. besar atau oleh karena inflamasi kronik.
Fibrosis yang berulang dan progresif dapat
menyebabkan obstruksi total, dan sulit dibedakan dengan
Gambaran Klinik dan Komplikasi
obstruksi akibat neoplasma dalam kolon.
Penyakit divertikular pada umumnya tidak memberikan
Fistel dapat terjadi pada 2% PD yang berkomplikasi.
gejala klinik pada 70-75oh pasien. Apabila timbul
Pernbenhrkan fi stel berawal dari proses inflamasi lokal dengan
divertikulitis (15-25%) dengan komplikasinya, akan abses, yang secara spontan dapat meletus sehingga terjadi
menimbulkan nyeri perut pada kuadran kiri bawah, demam
perforasi ke organ sekitar atau ke kulit. Fistel umunnya
dan leukositosis yang merupakan gejala penting walaupun
tunggal, namun dapat multipel pada 8% pasien, lebih sering
tidak spesif,tk.
ditemukan pada laki-laki dan pada pasien dengan gangguan
Pada divertikulitis dapat terjadi inflamasi dalam
immonologis.
berbagai tingkat, mulai dari inflamasi lokal subklinis sampai
Fistel yang sering terjadi adalah fistel kolovesikal 65%
terjadi peritonitis generalisata akibat perforasi sebagai dengan gejala pneumaturia, kolovaginal 25%o,
komplikasi.
kolokutaneus dan koloenterik.
Komplikasi akibat divertikulitis dapat te4adi pada 25%o
Klasifikasi stadium klinik divertikulitis akut menurut
kasus berupa plegmon,abses, perdarahan, perforasi berupa
Hinchey:
mikro/makro perforasi, obstruksi usus dan fistula. . Stadiuml : Peridivertikular plegmon dengan
Pada pemeriksaan fisis. PD biasanya tidak memberi tanda mikoabses
fisik, namun kemungkinan ditemukan nyeri palpasi pada . Stadiumll : Perikolikataupelvikmakroabses
perut kiri. Bila ditemukan nyeri rebound yangjelas pada . Stadiumlll : Peritonitis generalisatapurulenta
604 GAITTROENTEROIIGI
. StadiumlV: Peritonitis feeulen generalisata dengan inflammatory bowel disease (IBD), kolitis iskemik,
feses apendisitis, penyakit radan gpanggal pelvic inflammation
Klasifikasi ini sering digunakan dalam menggambarkan drsease @ID), hemoroid.
beratnya divertikulitis untuk tujuan managemen medikal
atau operasi.
TATALAKSANAPD
ence; 2002. p.621-34. Place RI, Simmang CL. Diverticular disease, Best practice and re-
Akit HAM. Penyakit divertikular. Buku ajar ilmu penyakit dalam. search clinicsl gastroenterologr. Elsevier Science; 2(X)2. p. I35-
Jilid 2. Edisi ke-3. In: Slamet Suyono dkh editor. Jakara: Balai 48.
Penerbit FKUI. p. 130-4. Sherif A. (20fi) Diverticulitis. In: Qurashi WA, Tblavera F, Anand
Jun S, Stollman N. Epidemiology of diverticular disease. Best prac- BS, et al, eds. Availablg from URL: htp://www.emedicine.com/
tice and research clinical gastroenterology. Elsevier Science; gastroenterology.
2002. p, 529-42. Stabile BE, Arnell TD. Diverticular disease of the colon. Lange
Murphy T, Hunt RH, Fried M, et al. Diverticular disease. OMGE current diagnosis & heatment in gastroenterology. 2nd edition.
practice guideline. World Gastroenterology News. 2003;8:5 1- In: Friedman SI. McQuaid K& Grcndell JH, editon, New York:
s8. McGraw-Hill; 2003. p. 436-51.
Murray CD, Emmanuel AV. Medical management of diverticular Turner S, Probert CS. Diverticular disease, medicine international
disease. Best practice and research clinical gastroenterology. gastroenterology. 2003 ;3 :62-3,
Elsevier Science; 2002. p.6ll-20.
96
PENYAKIT VASKULAR MESENTERIKA
Syadra Bardiman Rasyad
606
PEIIYAKIT VASKULAR MESENTRII(A 607
Keadaan ini hampir selalu menunjukkan iskemia global pada bed vaskular yang mengalami perfusi), bukan
dari jaringan pembuluh darah mesenterika, biasanya akibat pengurangan dari aliran.
sumbatan setidak-tidaknya 2 dai 3 pembuluh darah
splanknik utama; arteri seliaka, arteri mesenterika superior
Tingkatan Gedera
dan arteri mesenterika inferior. Aliran darah mungkin cukup
Tingkatan dari cedera terjadi dari lapisan yang paling
untuk mempertahankan kexbutuhan metabolik yang
superf,rsial dari dinding usus (puncak vilus) sampai lapisan
minimal, tetapi tidak cukup untuk memenuhi peningkatan y atgyalglebih dalam (muskularis propria). Iskemra yang
kebutuhan metabolik yang lebih besar pada suatu kegiatan
lebih hebat atau lebih lama menyebabkan edema sub-
yang lebih berat seperti misalnya pada olahraga.
epitelial, diikuti dengan pelepasan yang sebenarnya dari
Sumbatan vena jarangterjadi, biasanya sebagai akibat
sel epitel, yang dimulai dari puncak vilus. Bahkan dengan
trombosis akut. Keadaan ini dapat menyebabkan suatu
iskemia yang lebih lama menyebabkan nekrosis mukosa
keparahan klinis, berkisar dari episode yang sembuh
diikuti oleh kerusakan lapisan
secara keseluruhan,
sendiri sampai kejadian yang lebih berat. submukosa, dan akhirnya muskularis propria,
Bentuk yang paling sering dari iskemia mesenterika
menyebabkan nekrosis transmural.
adalah sumbatan karena penjepitan usus halus, biasanya
akibat suatu pita yang lengket. Pada sebagian besar
laporan dari pasien yang dioperasi terhadap sumbatan Cedera Reperfusi
usus halus seaara menyeluruh, penjepitan terjadi pada Meskipun hipoksia berperan dalam organ yang mengalami
2040%. cedera selama hipoperfusi (berkurangnya suplai darah ke
Iskemia mesenterika non-oklusif (IMNO) merupakan organ) yang menyebabkan iskemia, kebanyakan cedera
suatu kejadian klinis dan patologis yang berbeda akibat tetap bertahan tidak hanya selama periode iskernia itu
vasokontsriksi splanknik dalam respon terhadap sendiri, tetapi juga selama reperfusi (kembali normalnya
syok kardiogenik atau hipovolemik, dan kemungkinan suplai darah ke organ). Meskipun oksigen tidak ada selama
bentuk lain dari stres fisiologis sistemis yang hebat. Pada iskemia, tapi tiba-tiba secara mendadak menjadi berlebihan
orang dewasa, vasospasme mesenterika ini juga dapat pada saat reperfusi.
mencetuskan iskemia mesenterika akut, terutama bila Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa blokade
ini tumpang tindih dengan keberadaan suatu sumbatan dari metabolit oksigen toksik secara bermakna memperbaiki
pembuluh darah kronis sebelumnya yang tanpa cederapaska iskemia.
gejala.
Enterokolitis nekrotisasi neonatal (ENN), merupakan Faktor- faktor Toksik pada Lumen
suatu keadaan kompleks dan belum dipahami bena\yalg Fungsi utama dari saluran cerna adalah mencerna dan
terjadi secara predominan pada bayi prematur akibat stres mengabsorpsi jaringan binatang dan tumbuhan yang
fisiologis yang hebat, dan kemungkinan merupakan suatu ditelan atau tertelan. Untuk memungkinkan proses ini,
manifestasi yang unik dari iskemia mesenterika sejumlah substansi korosif yang kuat disekresikan ke
non-oklusif. Meskipun etiologi dari keadaan ini multifaktor, dalam lumen, tapizat ini juga dapat menyebabkan cedera
ada bukti bahwa iskemia usus vasospatik mempunyai jaringan lokal dan sistemik bila barier epitel usus rusak.
peranan yang penting. Faktor ini mencakup asam hidroklorida, garam empedu,
bakteri, toksin bakteri, protease dan sistem enzim
pencernaan lainnya.
MEKANISME CIDERA USUS ISKEMIA
Penyembuhan Pasca Cedera lskemia
Iskemia telah lama dianggap sebagai mekanisme utama
Penyembuhan jaringan pasca cedera iskemia ditentukan
dari cedera organ splanknik yang terjadi akibat oleh patensi mikrovaskulatur dari usus. Jika iskemi terjadi
hipoperfusi mesenterika. Pada tahun-tahun terakhir,
cukup lama dengan suatu cedera mikrovaskular dan
sejumlah mekanisme lain telah ditemukan yang juga
konsekuensi terjadinya trombosis, maka akan terjadi
berperan penting. Ini mencakup metabolit oksigen yang
nekrosis progresif permanen yang menyebabkan
toksik, neutrofil, protease lumenal yang toksik, bakteria
kehilangan integritas dari propria muskularis dan
dan toksin.
menyebabkan kehilangan integritas dinding usus.
Pemberian antikoagulan pra-pengobatan dapat mencegah
Cedera Hipoksia trombosis, usus kecil dapat mentolerir iskemia yang te{adi
Hipoksia itu sendiri dapat secara bermakna memberikan yang kemudian disusul dengan penyembuhan lebih cepat
andil terhadap cedera yang terlihat setelah iskemia. dan sempuma. Data juga menunjukkan bahwa migrasi sel
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kejadian yang mukosa memberikan perbaikan secara bermakna terhadap
penting adalah gangguan dari konsumsi oksigen (hipoksia mukosa setelah iskemia.
608 GAIIIROENTEROI.OGI
Hiperamilasemia merupakan temuan laboratorium yang Secara patologis, kolon menunjukkan penebalan, ulkus
paling umum, sering pertama kali tampak 24-48 jarrt setelah mukosa dan stenosis. Ada perbedaan cedera dari mukosa
periode syok. Peningkatan amilase tidak jarang setelah ke muskularis propria.
syok, namun tidak spesifik untuk pankreatitis. Analisis
dari isoenzim amilase dan pankreatik amilase mungkin Epidemiologi. Kolitis iskemia biasanya pada usia
pertengahan atau usia lanjut. Sering dijumpai adanya
bermanfaat. Demam dan lekositosis dapat terjadi dan klinisi
harus membedakan keadaan ini dari krisis intra abdominal,
riwayat penyakit jantung iskemia atau insufisiensi arteri
perifer. Pasien dengan kelainan jaringan ikat, diabetes
seperti iskemia atau perforasi usus.
melitus atau penyakit kolon sebelumnya mempunyai risiko
Pemakaian rutin dari CT scan generasi baru dengan
terhadap penyakit ini. Kasus spontan dari kolitis iskemia
dan tanpa kontras intravena membanfu dalam menegakkan
cenderung terjadi pada penyakit yang parah dan pasien
diagnosis pankreatitis. Seringkali, diagnosis ditegakkan
yang imunitasnya menurun, sering menderita penyakit
dengan laparotomi atau autopsi.
sistemik yang menyebabkan aliran darah menjadi lambat.
Pengobatan. Seperti halnya pankreatitis yang disebabkan Seringkali ada riwayat nyeri perut bagian bawah
oleh etiologi yang lebih umum, pengobatan untuk sebelumnya yang sembuh secara spontan.Inijuga dapat
pakreatitis iskemia tidak spesifik dan kebanyakan terjadi pada pelari maraton pada semua tingkat usia,
suportif. Istirahat usus (puasa), dekompresi lambung terutama perempuan dan pecandu cocain.
(selang nasogastrik) dan nutrisi parenteral kemungkinan
menguntungkan. Pada kasus yang berat, antibiotik Gambaran klinis. Ada tiga pola dasar gejala klinik, yang
paling umum yaitu pasien mengalami kram dan atau nyeri
dianjurkan, meskipun trial kontrol pada pasien dengan
perut bagian bawah pada daerah fosa iliaka sinistra. Pola
bentuk yang lebih kontroversial dari pankreatitis ringan
kedua yang juga sering ditemukan adalah mual, muntah,
gagal menunjukkan keuntungan dari pemakaian antibiotik
profilaksis. Seperti pada sindrom iskemia splanknik diare dan keluamya darah atau mukus melalui rektum.
lainnya, pengobatan lebih ditujukan pada pemrmnan Dapat terjadi suatu abdomen akut dengan tanda-tanda
penyebab yang potensial dari vasokonstriksi splanknik.
peritonitis sebagai tanda yang muncul pertama. Pada
Dengan kontrol dari penyakit yang mendasarinya, sebagian kecil pasien menunjukkan penyakit yang
sebagian besar pasien sembuh tanpa gejala sisa yang subklinis dengan adanya suatu striktura pada usus.
berarti. Pasien mengalami demam ringan dan takikardia.
Sebagian besar pasien tidak tampak sakit berat. Adanya
nyeri tekan yang sering pada daerah fosa iliaka sinisffa
Kolitis lskemia dan sering terlihat darah pada pemeriksaan rektum. Pasien
Pengobatan. Sebagian besar kasus kolitis iskemia pernapasan, pemakaian sedasi dan analgesia sering
memerlukan pengobatan suportif saj a. Memperbaiki menutupi tanda klinik yang jelas. Distensi, demam yang
kondisi kardiovaskular, hindari vasokonstriktor splanknik, tidak dapat dijelaskan, bising usus negatif dan
dekompresi nasogastrik dan antibiotika sistemik yang perburukan penyakit yang tidak diharapkan pada seluruh
mencakup flora usus merupakan pengobatan dasar. keadaan klinis merupakan tanda klinis yang paling penting
Pengamatan yang seksama dan pemeriksaan abdomen dalam mendiagnosis kolesistitis akalkulosa.
ulang adalah penting. Pemeriksaan kolonoskopi ulang Diagnosis. Biasanya ada leukositosis, tetapi sering
dapat dilakukan untuk melihat efek pengobatan. sekunder terhadap penyakit yang mendasarinya. Nilai
Pemakaian obat-obatan seperti vasodilator dan glukagon laboratorium lainnya juga tidak khas. Sering kali demam
telah dicoba tetapi hasilnya tidak begitu baik. yang tidak dapat dijelaskan atau peningkatan leukosit
Indikasi untuk operasi bila ada peritonitis, sepsis, membuat ahli klinik mempertimbangkan diagnosis penyakit
perdarahan dari ulkus yang dalam dan obstruksi serta bila ini. Peningkatan ringan level bilirubin dalam serum, alkalin
pada kolonoskopi ulang menunjuk kan penyakit yang fospatase dan transaminase kadang-kadang terlihat.
bertambah berat. Tindakan operasi yang optimal adalah Ultrasound dan CT dapat membantu dalam menunjukkan
dengan melakukan reseksi segmen yang jelas mengalami diagnosis dengan menentukan pembesaran kandung
iskemi dan mengangkat ulung usus yang tersisa (atau empedu dengan penebalan dinding (6 mm) dan adanya
secara alternatif, pembentukan Hartmann's pouch). Upaya cairanp erich o I ecy s tic y ang mttrtgkin tampak sebagai halo.
revaskularisasi ataupun anastomosis primer tidak Nyeri tekan pada palpasi, dengan alat ultrasound, adanya
menunjukkan hasil yang baik terhadap penyakit kolitis gambaran ekogenisitas yang medium pada pankreas, difus,
iskemia. homogen, tak berbayang, menunjukkan pus pada lumen
kandung empedu yang semuanya dianggap temuan positif.
Prognosis. Beberapa kasus kolitis iskemia sembuh
Dengan menggunakan kriteria ini, sensitivitas 98%
spontan, tetapi pada sejumlah kecil pasien terus mengalami
dilaporkan untuk diagnosis dari kolesistitis akaikulosa
pembentukan striktura setelah episode iskemia. Pada kasus
dengan menggunakan ultrasound. Diagnostik aspirasi
ini diperlukan suatu pengamatan yang seksama dari
perkutaneus dari kandung empedu mungkin juga bermakna,
perjalanan penyakit sambil dipersiapkan suatu tindakan
tetapi tetap kontroversial. Scintigrafi empedu kurang
operasi elektif.
bermakna karena umumnya positif pada populasi pasien
ini, bahkan dengan tidak adanya kolesistitis.
Kolesistitis Akalkulosa
Pengobatan. Tidak seperti kolesistitis pada penyakit batu
Etiologi dan patofisiologi. Kolesistitis akalkulosa empedu, pada kolesistitis akalkulosa peranan pengobatan
merupakan kolesistitis nekrosis yang terjadi tanpa adanya medis tidak ada. Pengobatan adalah berupa kolesistektomi
batu empedu. Seringkali terjadi pada penyakit yang kritis, bila diagnosis sudah ditegakkan. Prosedur kolesistektomi
syok, trauma atau pasien pasca operasi. Etiologi dari bersifat kontroversial, beberapa penulis melaporkan angka
kolesistitis akalkulosa jelas multifaktor, tetapi tampak mortalitas yang tinggi dengan kolesistostomi dibandingkan
bahwa iskemia non-oklusifberperan penting pada sejumlah dengan kolesistektomi konvensional. Penundaan tindakan
kasus. Obstruksi dari duktus sistikus, narkotik dan operasi sering menyebabkan terjadinya ganggren yang
sejumlah faktor lain (tromboksan A2, letilr:otrien, platelete- progresif pada kandung empedu, dapat terjadi perforasi
activating factor, tumor necrosis factor) juga terlibat. dan peritonitis. Bila diobati dengan tepat, dapat
Stasis empedu, seperti yang terjadi pada puasa yang lama menurunkan angka kematian (10 -15%).
dan nutrisi parenteral, kemungkinan merupakan penyebab Beberapa penelitian yang telah dilakukan temyata
pada beberapa kasus. menunjang tindakan profilaksis terhadap kolesistitis
akalkulosa. Caranya adalah dengan pengosongan reguler
Epidemiologi. Pasien dengan penyakit yang parah, paling
dari kandung empedu dengan memberikan diet tinggi lemak
berisiko untuk terjadinya kolesistitis akalkulosa. Yaitu
atau pemberian kolesistokinin intravena.
mereka yang mengalami operasi emergensi. Puasa yang
lama, nutrisi parenteral, ventilasi dengan tekanan positif,
dan trauma hebat semuanya berhubungan dengan sindrom Hepatitis Iskemia
inijuga.
Etiologi dan patofisiologi. Hepatitis iskemia didefinisikan
Gambaran klinis. Diagnosis klinis dari kolesistitis sebagai insufisiensi yang berhubungan dengan nekrosis
akalkulosa seringkali sulit. Pada pasien dengan penyakit sentrilobuler, yang tampak setelah terjadi syok sirkulasi.
yang parah atau cedera dan pada pasien yang status Juga diketahui sebagai syok hepar atau insufisiensi hepar
neurologisnya terganggu, keluhan nyeri kuadran kanan pasca trauma dengan gambaran histopatologis yang
atas dan nausea merupakan gejala yang paling sering sangat khas.
dilaporkan. Pada pasien-pasien dengan alat bantu Di antara organ-organ splanknik, hati mempunyai
6t2 GASIIROENTEROI.OGI
keunikan, yaitu mendapat suplai darah dai2 sumber yang serum enzim biasanya normal. Kedua adalah cedera hati
sangat berbeda kandungan oksigen relatifnya, tetapi tidak yang ditandai dengan berbagai perubahan berupa
dalam responsnya terhadap iskemia. Kira-kira 2/3 suplai peningkatan dalam aminotransferase, alkali fosfatase dan
darah disediakan oleh sirkulasi port a, yang dalamkeadaan laktat dehidrogenase. Peningkatan bilirubin biasanya
istirahat mempunyai campuran oksigen vena dengan berlangsung 2 sampai 3 hari sebelum peningkatan enzim
kej enuhan 3 5 Yo sampai 50Yo. Tetapi selama syok kej enuhan dan jarang lebih tinggi dari 5-10 mgldl. Abnormalitas
ini turun 6Yo sampai dengan l|Yo,yang disebabkan oleh laboratorium ini biasanya hilang dalam l-2 mnggl. Ketiga
peningkatan kehilangan oksigen pada bed splanknik, dan adalah fase penyembuhan yang biasanya terjadi secara
kemudian ditambah lagi dengan menurunnya (secara spontan apabila penyebab iskemia hati disingkirkan.
disproporsional) aliran arteri hepatika dan darah vena
porta dalam respons terhadap syok. Meskipun di bawah Diagnosis. Diagnosis dipastikan dengan adanya
peningkatan level transaminase serum dan bilirubin tanpa
keadaan normovolemik, sumbatan yang tersembunyi baik
pada arteri hepatika ataupun vena porta akan menyebabkan adanya bukti penyakit hati atau empedu primer.
Pada beberapa kasus, hepatitis iskemia sukar dibedakan
vasodilatasi kompensasi dalam bed dari pembuluh yang
lain (disebut respons buffer arteri hepatika) kedua bed dengan penyakit hepatobiliaris karena penyebab lain dan
secara bersama-sama akan memberikan respons selama bahkan dapat tumpang tindih. Keadaan tumpang tindih
periode syok, kaiena mekanisme homeostatik tumpang ini tidak hanya membuat diagnosis menjadi lebih sulit
tindih dengan respon selektif dari kedua bed pembuluh bahkan dapat memperburuk dampaknya.
darah terhadap angiotensin II. Sebagai akibatnya, hepar Pada sebagian besar kasus, penyakit traktus biliaris
sebagai organ yang aktif secara metabolik dengan seharusnya disingkirkan dengan sonografi atau
kebutuhan oksigen yang tinggi dalam keadaan normal, kolangiografi.
berada dalam keadaan sakit untuk mentolerir periode syok Pengobatan. Pengobatan hepatitis iskemia sangat
yang lama. supportif. Elemen yang paling penting, seperti pada semua
Meskipun faktor awal penyebab hepatitis iskemia sindrom iskemia splanknik, adalah pencegahan dari
adalah anoksia, tapi tampaknya pengaturan metabolit serangan iskemia dan melakukan intervensi bila serangan
oksigen toksik (radikal bebas) pada reperfusi mungkin terjadi.
berperan penting juga. Sel-sel hepatosit dan endotel Tindakan yang penting adalah hindari obat
vaskularhati kaya akan xantin oksidase, selanjutnya enzim vasokonstriktor, kontrol cairan dan hemodinamik sistem
dan juga substratnya (O2, hipoksanthin) akan keluar dan fungsijantung serta pelihara kejenuhan oksigen yang
selama reperfusi. adekuat. Sepsis merupakan faktor yang dapat
Epidemiologi. Hepatitis iskemia pertama kali dikenal dalam memperburuk keadaan dan seharusnya dihindari atau
hubungannya dengan syok kardiogenik dan gagal jantung secara agresif segera diobati.
kongestif, seringkali setelah serangan infark jantung akut. Prognosis. Gangguan fungsi hati pada hepatitis iskemia
Karena penatalaksanaan pasien dengan perdarahan dan biasanya tidak mengancam kehidupan. Pada penyakit yang
syok kardiogenik yang membaik, maka sering teq'adi suatu sangat parah, cedera hati dapat mengakibatkan kegagalan
gangguan insufisiensi hati yang tersembunyi dan tidak multi organ dan bahkan kematian. Jika pasien tetap hidup,
terdiagnosis dalam satu atau dua hari setelah kondisi disfungsi hati biasanya sembuh.
hipotensi pada syok kardiogenik itu dapat diatasi dengan
baik.
Dua kelompokutama dari pasien yang berisiko terhadap Embolus Arteri Mesenterika Akut
hepatitis iskemia adalah: pasien yang menderita penyakit Etiologi dan patofisiologi. Infark mesenterika akut paling
kardiovaskular dengan manifestasi baik sebagai gagal sering disebabkan oleh suatu sumbatan emboli atau
jantung atau aritmia, atau pasien yang menderita hipotensi
trombotik dari satu atau lebih pembuluh mesenterika.
sekunder terhadap perdarahan atau sepsis. Insidens Emboli arteri biasanya berasal dari jantung dan tedadi pada
dilaporkan sangat bervariasi, tetapi terlihat ada hampir dari 75% kasus.
peningkatan yang bermakna dari bilirubin hampir 33%
Sebagian besar emboli terjadi pada pasien yang
dari pasien yang mengalami episode hipotensi yang berat. mengalami atrial fibrilasi. Trombus mural seteiah infark
Gambaran klinis. Manifestasi klinik hepatitis iskemia jantung juga merupakan suatu sumber yang sering dari
berupa ikteius dengan peningkatan sementara level emboli perifer. Aorta proksimal juga dapat menunjukkan
transaminase dalam serum setelah periode hipotensi. plaque ateromatosa ke arah bawah yang menyebabkan
Perjalanan penyakit hepar iskemia dapat dibagi dalam embolisasi perifer. Emboli terhadap arteri mesenterika su-
3 fase yang berbeda : Pertama adalah awal cedera hati perior (AMS) terjadi kira-kira 5%o dari semua kasus
yang dimulai dengan gangguan hemodinamik dan berakhir embolisasi arteri perifer. Embolus biasanya berada sedikit
dengan perbaikan aliran normal. Selama fase ini level distal dari AMS, dengan demikian menyumbat pembuluh
PEIIYAKIT VASKI,'LAR MESENTRIKA 613
beberapa sentimeter dari asalnya. Seringkali, embolus Pasien yang mengalami emboli mesenterika seringkali
menempel ke cabangyanglebih distal, menyumbat tempat mengalami atrial frbrilasi, mempunyai riwayat kardioversi
asalnya dari kolika media, kolika kanan atau bahkan dari atau menderita infark jantung yang luas.
cabang perifer yang lebih kecil.
Gambaran klinis. Pada pasien dengan nyeri perut akut
Epidemiologi. Risiko untuk terjadinya emboli mesenterika yang disebabkan emboli mesenterika sering ditemukanpula
ini adalah pada pasien berusia lanjut, orang-orang dengan emboli di tempat lain seperti sekeliling mata, kaki dan kuku.
penyakit pembuluh darah aterosklerotik yang tersebar Tanda-tanda vital biasanya noflnal pada awalnya, namun
yang telah ada sebelumnya, mereka yang punya riwayat keluarnya cairan ke intralumen segera akan menyebabkan
strok, infark jantung dan insufrsiensi vaskular perifer dehidrasi dengan manifestasi klinis sebagai takikardi, out-
(Tabel3). put :urirre msnurun, dan bahkan hipotensi. Demam derajat
rendah, kadang-kadang di bawah 38"C mungkin juga
dijumpai.
Diagnosis. Sama dengan prinsip yang digunakan dalam Trombosis Vena Mesenterika (TVM)
mendiagnosis emboli mesenterika. Penyakit trombotik Etiologi dan patolisiologi. Trombosis vena mesenterika
seringkali terjadi jauh lebih tersembunyi. Seperti halnya mungkin merupakan hal yang idiopatik atau secara
dengan penyakit emboli arteri, tes laboratorium, dan foto sekunder terjadi akibat sejumlah kelainan klinis tertentu.
polos biasanya mempunyai nilai diagnostik hanya setelah Kelainan hiperkoagulasi turunan, berupa defisiensi
infark terjadi. Arteriografi penting untuk memastikan protein S, protein C, dan anti trombin III telah diketahui
PENYAKIT VASKI.'LI\R MESENTRIKA
615
merupakan penyebab yang sering, padahal sebelumnya maka segera dilakukan operasi.
diklasifikasikan sebagai idiopatik. Sumbatan vena Pada laparotomi, tampak usus menebal, edema,
sekunder dapat terjadi mungkin akibat trauma, status berdarah danterisi dengan cairanwama hitam, memberikan
hiperkoagulasi atau iritasi intra-peritoneal. warna usus yang berwarnamaroon (merah genteng), usus
Trombosis akut dari vena mesenterika diikuti oleh yang sakit mirip dengan loop strangulasi. Reseksi
hiperemia, edema, dan perdarahan sub-serosa pada usus seharusnya dilakukan, dengan perhatian terhadap daerah
yang sakit (seperti gambaran infark hemoragik). Lumen yang dieksisi di luar area infark yang ditemukan, karena
usus dengan cepat terisi dengan cairan hitam seperti darah. bila ditemukan juga trombosis vena didaerah tersebut,
Timbunan cairan sangat menonjol dalam kasus sumbatan tetapi tidak dilakukan reseksi ataureparasi, maka laparatomi
vena dan mungkin bersifat masif. Dengan sumbatan vena kedua seringkali diindikasikan pada kasus ini karena
yang ekstensif, trombosis sekunder dari sirkulasi arteri trombosis dapat berkembang dengan baik setelah operasi.
mungkin juga terjadi. Sebagai akibatnya, tempat pertama Setelah operasi, antikoagulan dengan heparin dan war-
dari sumbatan, apakah arteri atau vena, tidak pernah dapat farin seharusnya diberikan. Pengobatan ini biasanya
ditentukan. Lagipula, phlebitis septik sekunder terhadap diteruskan dalam jangka waktu yang panjang. Sebagai
peradangan (pieloflebitis) dari sistem porta dapat terjadi tambahan, jika trombosis sifafirya idiopatik, evaluasi yang
dan menimbulkan emboli septik pada hepar. seksama dari fungsi pembekuan darah pasien dan riwayat
keluarga seharusnya dilakukan. Pada beberapa kasus,
Epidemiologi. Meskipun hampn 50% dankasus trombosis
klinikus harus waspada terhadap suatu proses keganasan
vena mesenterika (TVM) adalah idiopatik, namun pasien
yang tersembunyi.
yang berisiko dapat diidentifikasi (lihat Tabel 3). Pasien
dengan hipertensi portal, dehidrasi atau dengan sumber Prognosis. Hasil operasi untuk trombosis vena mesenterika
sepsis intraperitoneal (apendisitis, penyakit usus yang sedikit lebih baik dibanding sumbatan arteri. Sifat seg-
meradang, divertikulitis) berisiko terhadap trombosis mental yang sering terjadi dari sumbatan mungkin
sekunder, seperti pasien pada status hiperkoagulasi. menyebabkan hasilnya lebih baik. Seperti halnya dengan
Laporan juga telah menjelaskan TVM sebagai suatu iskemi arteri, diagnosis dini dan intervensi operasi yang
komplikasi dari skleroterapi endoskopi. tepat merupakan kunci penanganan yang berhasil.
Kejadian yang menyebabkan SDOM adalah cedera lokal dimana saja. Pada setiap kasus, kehilangan fungsi barier
akibat trauma, infeksi atau hipoperfusi, kemudian terjadi ini kemungkinan basis dari kenyataan bahwa usus
respons radang lokal, kemungkinan sebagai akibat aktivasi merupakan motor dari kegagalan organ multipel.
plalnlet, cedera endotel, pelepasan mediator radang dan
aktivasi sistem pembekuan. Sebagai akibatnya, komplemen, Epidemiologi. Pasien yang berisiko terhadap SDOM
koagulasi dan sistem kalikrein diaktivasi, menyebabkan adalah mereka yang mengalami stres fisiologis hebat, yaitu
status hipermetabolik, dengan peningkatan hebat konsumsi trauma, perdarahan, gagal jantung, bypass jantang-paru,
oksigen dan kebutuhannya. Seringkali paru-paru merupakan penyakit yangparah, luka bakar atau operasi yang besar.
organ portama yang gagal (ARDS) dan menyebabkan Meskipun laparotomi atau laparoskopi eksplorasi telah
ketergantungan ventilator jangka panjang. Kemudian direkomendasikan pada pasien yang menunjukkan
diikuti kegagalan organ lain seperti ginjal, sistem imun, pemburukan progresif tanpa suatu sumber yang jelas,
saluran cema dan hati, menyebabkan gagalnya sistem kardio tindakan ini tidak ditunjang dengan penelitian yang pasti.
vaskular, sepsis dan meninggal. Gambaran kliiris. Sindrom disfungsi organ multipel
Meskipun karakteristik hemodinamik dan metabolik dari merupakan suatu sindrom yang progresif berupa
SDOM menunjukkan hal yang mirip sepsis dengan berbagai terjadinya kegagalan organ secara serentak. Waktu
penyebab, beberapa dari pasien ini tidak menunjukkan kejadiannya bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa
sumber sepsis dan hasil kultur ulang negatif. Meskipun bulan dan dapat dijelaskan dalam berbagai stadium.
dengan penatalaksanaal yang baik terhadap kontaminasi Stadium awal secara klinis sama dengan sepsis, ada demam
bakteri dan sumber sepsis, namun tetap saja dapat te{adi dan leukositosis. Pada stadium kedua, kegagalan organ
suatu sindrom dari kegagalan organ multipel. Secarajelas, progresif menjadi jelas dan terdeteksi adatya ekstraksi
beberapa dari pasien ini mengalami sepsis dari sumber oksigen sistemik. Pada stadium ini, mortalitasnya hampir
sepsis endogen pada proses yang sedang berlangsung. mencapai 50%o. Jika penyakit ini terus berlanjut, akan te{adi
Kemungkinan ini disebabkan sekunder dari bakteremia kegagalan organ lebih lanjut, dan akhirnya terjadi kolaps
persisten dan endotoksemia dari GI tract-nya sendiri. kardiovaskul at y ang menyebabkan kematian.
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, kerusakan barier
mukosa GI tract merupakan port d'entry lidak hanya untuk Diagnosis. Tidak ada tes laboratorium atau rontgen yang
bakteri tetapi juga endotoksin dan faktor lumen lainnya bersifat diagnostik dari SDOM. Diagnosis harus ditegakkan
yang memberikan andil terhadap respons peradangan dengan evaluasi dari seluruh gambaran klinis dengan
sistemik dan cidera organ jauh. Sesungguhnya, telah perhatian yang diberikan secara khusus terhadap status
dianjurkan bahwa pemeliharaan barier mukosa GI tract imunologis dan pulmoner.
dengan pemberian makanan secara enteral dapat membanfu Pengobatan. Tidak ada pengobatan khusus untuk
menurunkan mortalitas pada suatu perawatan kritis, kegagalan organ multipel. Tindakan non-spesifik berupa
sedangkan pemberian nutrisi penunjang parenteral dapat pencegahan dan pengobatan penunjang masih merupakan
meningkatkan insidens translokasi bakteri akibat dari atrofi pengobatan utama disertai evaluasi agresif terhadap
USUS.
kemungkinan sumber infeksi. Sejumlah pengobatan
Dari semua etiologi yang diusulkan terhadap SDOM, eksperimental sedang dievaluasi, termasuk nutrisi, aspek
cedera reperfusi iskemi terhadap barier mukosa usus imunologis dan obat penunjang kardiovaskular. Beberapa
superfisial tampaknya yang paling mungkin. Pasien yang di antaranya dalam penelitian klinis dan segera
diperkirakan mengalami syok sirkulasi, hipoksia, sepsis dipersiapkan untuk pemakaian secara luas.
dan bentuk awal yang lain dari stres fisiologis yang hebat
tetap mengalami iskemia non-oklusifringan dari usus yang Prognosis. Saat ini mortalitas SDOM telah mengalami
sering tidak berkembang ke arah nekrosis usus yang penurunan dari hampir 90Yo beberapa tahun yang lalu
sebenarnya. Meskipun proses ini tidak secara langsung menjadi 34-40% saat ini, walaupun tetap merupakan suatu
dikenal secara klinik, hal ini sering menyebabkan kerusakan sumber mortalitas utama di ICU.
mukosa dengan hilangnya fungsi barier epitel.
Setelah fungsi barier hilang, translokasi bakteri dan
kemungkinan toksin lumen lainnya, difasilitasi pada tikus Sindrom Kompresi Arteri Seliaka
yang mengalami syok hemoragik, rangkai menyeluruh dari Etiologi dan patofisiologi. Kasus pertama yang diduga
kejadian ini terlihat dan dicegah dengan pra pengobatan sindrom kompresi arteri seliaka (disebutjuga sindrom liga-
dengan allopurinol, menunjukkan bahwa radikal bebas, mentum arkuata mediana) dilaporkan dari Finlandia tahun
diatur dari xantin oksidase pada reperfusi, mungkin 1963 pada seorang laki-laki usia 57 tahun yang menderita
berperan penting. Tidak diketahui apakah ini adalah bakteri, nyeri perut kronik dan stenosis seliaka. Sejak saat itu
toksin atau enzim pencemaan yang memediator cedera perhatian ahli klinik mulai ditujukan pada kasus yang
sistemik atau apakah agen ini sebagai pencetus pelepasan berhubungan dengan pasien yang mengalami nyeri perut
mediator peradangan dari usus itu sendiri, hepar atau kronik dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan.
PETiTYAIST VASKI,JI.AR MESENTRIKA 617
Seperti yang dijelaskan oleh Ha{ola, sindrom ini berupa lskemia Mesenterika Non-oklusif (IMNO)
nyeri perut kronik yang disebabkan penyempitan arteri
Etiologi dan patofisiologi. Mekanisme mendasar yang
seliaka akibat kompresi serabut ligamentum arcuata
menyebabkan IMNO adalah suatu vasokonstriksi
mediana diafragma. Pada laparotomi, pembuluh darah
splanknik selektif yang sebetulnya merupakan otoregulasi
tampak normal, tetapi tertekan oleh pita fibrosa dari liga-
normal dari aliran darah pada milrosirkulasi usus. Hasilnya
mentum. Meskipun tidak diragukan bahwa perbaikan
adalah iskemi intestinal karena tubuh mengatur aliran darah
secara subjektifpada nyeri abdomen terlihat pada beberapa
usus secara tidak langsung terhadap organ vital lainnya.
pasien setelah prosedur ini, tapi tidakjelas apakah secara
Vasokonstriksi splanknik yang hebat terjadi pada keadaan
objektif aliran darah arteri seliaka ini membaik.
syok kardiogenik, hemoragik dan bentuk lain dari stres
Iritasi dari serabut saraf otonom viseral dengan
fisiologis yang hebat. Mediator humoral, terutamaAngio-
konstriksi otot diafragma juga telah diusulkan sebagai
tensin II dan kemungkinan vasopresin, secara langsung
penyebab dari sindroma ini, namun simpatektomi atau
memediator respon ini. Kolon kanan tampaknya sangat
ganglionektomi temyata tidak selalu memperbaiki keadaan.
peka terhadap IMNO.
Epidemiologi. Kebalikan dari pasien dengan penyakit
Epidemiologi. Sejak pengenalan pertama dari IMNO pada
aterosklerosis, pasien ini sering lebih muda dengan usia
tahun 1958, kesadaran klinis dari masalah ini berkembang
rata-ratalimapuluhan saat diagnosis, laki-laki lebih sedikit
dengan baik. Laporan awal menyatakan bahwa IMNO
dibanding perempuan dengan ratio 1:3.
terjadi kira-kira 10-20% dari semua kasus iskemi
Gambaran klinis. Sebagian besar pasien mengalami nyeri mesenterika. Laporan lebih baru, menunjukkan bahwa
abdomen, tetapi kurang dari separuh yang mengalami insiden mungkin mencapai 50ol0. Tingginya angka ini
gejala angina intestinal klasik. Sisanya menunjukkan mungkin karena makin membaiknya pengertian tentang
berbagai sindrom nyeri abdomen yang tidak jelas. Diare, sindrom klinik ini dan dapat pula disebabkan penurunan
nausea dan muntah sering dijumpai. Beberapa pasien nilai ambang unhrk memasukkan pasien kedalarn,kategori
berhubungan dengan kehilangan berat badan yang diagnostik ini. Walaupun sebagian besar pasien pada syok
bermakna (dikarenakan menghindari makanan pada bulan- sirkulasi mengalami penurunan perfu si splanknik, namun
bulan sebelumnya). tetap sulit untuk membedakan respons homeostatik nor-
Diagnosis. Diagnosis sindrom ini sulit ditegakkan, diperlukan mal ataukah respon patologi yang menunjukkan suatu
kecermatan dan pengalaman untuk mendapatkan hasil yang iskemi usus. Pada beberapa penelitian lain temyata insiden
memuaskan. Selanjutrya, dianjurkan pasien menjalani seri yang sesungguhnya dari IMNO mungkin menurun,
pemeriksaan saluran cema bagian atas seperti, small bowel kemungkinan ini karena makin meningkatnya penggunaan
follow-through, barium enernq, ERCP (endoscopic kateter arteri pulmonar dan agen vasodilator untuk
retrograde cholangio- pancreatography), urografi memonitor dan mengoptimalkan sistem hemodinamik
intravena dan CT scan perut. Jika pemeriksaan ini gagal, pada peraw atan intensif modem.
dapat dilakukan arteriografi . Arteriografi seliaka selektif yang Infarkjanturg, gagaljantung kongestif aritmiajantung,
menunjukkan kompresi dari arteri seliaka proksimal, AMS operasi besar alat dalam, peritonitis, dialisis kronis,
dan AMI biasanya tampak normal. hipovolumia dan syok merupakan faktor predisposisi
Ultrasonografi dupleks merupakan tes yang kurang pasien IMNO, juga pada penggunaan digitalis glikosid
invasif untuk memastikan diagnosis penyempitan (yang potent dan merupakan vasokonstriktor splanknik
pembuluh darah mesenterika. MRI juga digunakan untuk yang selektif), vasopresor, diurgtik dan pemakaian kokain.
mengukur kecepatan aliran darah mesenterika dan mungkin Gambaran klinis. Tanda-tanda dan gejalayang ada dari
bermanfaat dalam mengidentifikasi calon untuk operasi. IMNO dapat sama dengan penyakit trombus mesenterika
Pengobatan. Keberhasilan pengobatan ditentukan oleh akut, seperti adanya gejala kram perut, nyeri abdomen
kebebasan seluruh aksis seliaka hingga sampai ke sekitar pusat yang kemudian menetap, nyeri tumpul. Onset
trifurcatio dari perangkap serabut ligamentum arkuata serangan seringkali secara klinis sangat tersembunyi
mediana. Sebagai tambahan, dilakukanjuga mobilisasi dan secara klinis. Lagipula, beberapa dari pasien ini mungkin
eksisi jaringan saraf peri-seliaka baik bagian sisi aksis tidak menunj ukk an gej ala y angnyata, nyeri abdomen difu s,
seliaka, dilatasi arteri seliaka intra-operatif melalui arteri malabsorpsi dan maldigesti dengan ileus yang semuanya
lienalis. Jika diperlukan dapat dilakukan rekonstruksi arteri umumnya terlihat pada pasien dengan IMNO. Sayangnya,
seliaka dengan reseksi dan reanastomosis primer, atau temuan ini tidak spesifik untuk suatu dignosis IMNO.
dengan cangkok pintas.
Diagnosis. Peningkatanjumlah leukosit dan abnormalitas
Prognosis. Ditenhrkan oleh keberhasilan dekompresi aksis elektrolit telah dilaporkan sampai 75%o daripasien IMNO.
seliaka dan dilatasi atau rekonstruksi ditangan ahli bedah Tapi data ini tidak begitu spesifik, karena hal ini dapat pula
berpengalaman. Hilangnya gejala dalamwaktu yang lama mencerminkan keparahan penyakit yang mendasarinya
telah dilaporkan pada 70-80% pasien. atau menunjukkan adanya nekrosis usus yang
618 GASTROENTEROI.OGI
sesungguhnya. Foto polos abdomen hanya menggambar- status perfusi yang optimal untuk viabilitas usus. Operasi
kan pola gas yang non-spesifik. disesuaikan terhadap evaluasi dan reseksi dari usus yang
Kunci keberhasilan penatalaksanaan dari masalah ini mengalami nekrosis. Jika reseksi usus dilakukan, operasi
teiletak pada indeks kecurigaan yang tinggi, diperkuat lagi kedua mungkin diperlukan untuk menilai viabilitas
dengan diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat. selanjutnya, terutama jika ketidakstabilan hemodinamis
Secara praktis, ini berarti bahwa bila pasien dengan yang mendasarinya tet'adi.
penyakit yang kritis sebelumnya, kemudian didapatkan
Prognosis. Angka kematian IMNO tinggi (> 90%) dan
nyeri abdomen non-spesifik dan distensi usus, maka sebagian besar disebabkan keparahan dari penyakit yang
diagnosis iskemi mesenterika seharusnya difikirkan dan
mendasarinya. Tapi dengan tindakan yang agresif
dipertimbangkan untuk dilakukan angiografi.
dikombinasi dengan arteriografi yang baik dapat
Diagnosis radiografi dari vasospasme splanknik adalah
menurunakan mortalitas sampai 5 0%.
dengan arteriografi mesenterika superior selektif.
Keberadaan lesi atherosklerosis seringkali mengkomplikasi
interpretasi ini. Gambaran yang khas melibatkan spasme Obstruksi Strangulasi
yang jelas dari pembuluh darah makroskopis (bukan lesi Etiologi dan patofisiologi. Obstruksi strangulasi
yang bertanggung jawab terhadap iskemia), serta melibatkan pembuluh darah gabungan dari suatu segmen
kehilangan dari blush arteri normal dari pembuluh darah usus yang mengalami kompresi mekanis ekstrinsik. Proses
mikro dinding usus. ini dapat melibatkan usus halus (obstruksi usus halus
Pengobatan. Penatalaksanaan awal dari pasien yang mekanis), kolon (sigmoid atau volvulus cecal), atau
dicurigai mengalami IMNO diaratrkan pada koreksi kelainan lambung (hernia paraesofagus dengan volvulus).
yang mendasari terj adinya vasospasme mesenterika. Patofisiologi strangulasi melibatkan aliran darah vena
Selanjubrya memperbaiki volume intravaskular dan curah dara arteri, keadaan ini diduga terjadi sekunder terhadap
jantung. Seterusnya resusitasi volume, redttksi after load, dilatasi yang hebat dan masif dari segmen usus dehgan
hindari obat vasokonstriksi (termasuk digitalis) dan peningkatan tekanan intra lumen yang cukup untuk
pertama-tama mengganggu aliran vena, kemudian aliran
kadang-kadang obat inotropik tertentu. Sebagai tambahan,
dekompresi lambung, pemberian oksigen dan antibiotik arteri. Dilatasi segmental sering menyebabkan volvulus
merupakan tindakan penunjang selanjutnya. Diupayakan dan menyebabkan pemendekan suplai vaskular segmen-
menghindari setiap tindakan yang meningkatkan aktivasi tal utama bagi loop yang terlibat, dengan konsekuensi
aksis renin-angiotensin, sekresi vasopresin atau sistem iskemia. Kadang-kadang segmen yang mengalami
saraf simpatis. Setelah diagnosis dengan arteriografi pelintiran akan secara spontan mengecil sendiri meskipun
mesenterika, diberikan injeksi bolus tolazolin (25 mg) atau bilamana terjadi strangulasi yang sesungguhnya, hal
papaverin (60 mg) yang diberikan selama 20 menit. tersebut jarang sekali mengecil tanpa intervensi operasi.
Dilakukan arteriogram ulang untuk menilai respons Epidemiotogi. Strangulasi usus adalah keadaan yang sering
pengobatan, biasanya dapat dilihat suatu perbaikan pada teq'adi, tapi juga yang paling dapat diobati. Diperkirakan
vasospasme. Setelah injeksi bolus, dilanjutkan dengan jepitan terjadi pada 20-4Oo/o dari pasien-pasien
infus berkelanjutan dari papaverin (30-60 mg/jam) dan pascaoperasi obstruksi usus halus. Adanya strangulasi
pasien dibawa kembali ke ICU dengan kateter AMS obstruksi pada usus halus dapat meningkatkan angka
ditempafirya. Pengobatan kemudian dilanjutkan selama 12- mortalitas mendekati dua kali lipat.
24 jam dengan perhatian diarahkan terhadap tanda-tanda
Gambaran klinis dan diagnosis. Diagnosis obstruksiusus
perbaikan klinis (penurunan distensi abdomen,
sendiri biasanya mudah. Pengenalan dini dari obstruksi
kembalinya peristaltik usus dengan mendengar bising usus
strangulasi secara klinis atau laboratoris akan sangat
dan defekasi), penurunan rasa nyeri dan perbaikan
menguntungkan dalam penata laksanaannya. Rasa nyeri
sepsis atau keadaan umum.
yang kontinyu seperti kolik, demam, takikardi, tanda-tanda
Operasi berperan penting meskipun peranannya
fisik dari peradangan peritonium parietal, leukositosis,
sekunder dalam penatalaksanaan iskemi non-oklusif.
hiperkalemia, hiperfosfaternia, dan peningkatan serum enzim
Diagnosis dan arteriografi terapeutik yang terlambat serta
merupakan tanda-tanda yang dapat membedakan iskemi
laparotomi yang tidak tepat kemungkinan dapat
usus. Hal yang sulit adalah membedakan antara pasien
memperburuk vasospasme splanknik, dengan demikian
dengan penjepitan dini dan pasien yang mengalami obsnrksi
arteriogram sebelum laparotomi adalah penting. Jika
sederhana.
abdomen terbuka dan penyakit iskemia non-oklusif
diketahui, abdomen seharusnya ditutup danpasien dibawa Pengobatan. Penyebab yang mendasari obstnrksi (adhesi,
ke ruang angiografi untuk mendapat arteriografi dan infus hernia, karsinoma) harus dikoreksi dengan operasi dan
vasodilator. Jika dilakukan laparotomi, keputusan untuk setiap segmen dari usus yang tidak sehat direseksi. Pada
reseksi dilakukan setelah penilaian usus yang cermat pada beberapa keadaan anastomosis primer adalah tepat. Bila
PENYAXXT.VASKI.'LAR MFSENTRIKA 6t9
berhubungan dengan sepsis intraperitoneal atau kolon tanda dan gejala ileus atau obstruksi, tanda-tanda sistemik
yang tersumbat, suafu ostomi dan rekonstruksi terencana berupa apneu, bradikardia, hipotermi dan letargi. Tanpa
merupakan pilihan yang lebih baik. pengobatan, bayi dapat mengalami perforasi intestinal,
sepsis, asidosis dan hipotensi.
Prognosis. Angka kematian pada pasien dengan
obstruksi intestinal secara dramatis meningkat dengan Diagnosis. Tes laboratorium pada diagnosis ENN non-
kejadian nekrosis usus. Laparotomi, penurunan segmen spesifik. Trombositopenia dengan atautanpa DIC sering
yang mengalami jepitan dan reseksi dari semua usus yang terlihat, juga adanya leukopenia, asidosis metabolik
tidak sehat memberikan hasil yang terbaik. refrakter dan hiponatremia.
Gambaran radiografi yang berupa gas pada dinding usus
dapat untuk menegakkan diagnosis, namun temuan ini tidak
Enterokolitis Nekrotisasi Neonatal (ENN) selalu terlihat terutama pada bayi yang tidak makan.
Etiologi dan patofisiologi. Enterokolitis nekrotisasi Pneumoperitoneum yang sesungguhnya mungkin juga
neonatal (ENN) merupakan suatu penyakit yang terjadi, meskipun temuan ini juga tidak spesifik untuk ENN.
mengancam kehidupan yang hanya terjadi pada bayi Pengobatan. Diagnosis dini dan pengobatan non-operatif
prematur dengan stres yang hebat. Penyakit ini ditandai yang baik, menunjukkan keberhasilan pada penatalak-
dengan distensi lambung, berak darah, muntah (dengan sanaan sejumlah kasus ENN. Pengobatan penyakit ini
kegagalan menelan makanan) dan keadaan klinis yang sama dengan IMNO pada dewasa, tetapi tanpa pemakaian
buruk. Insiden ENN meningkat dengan meluasnya vasodilator atau angiografi. Hipovolemia seharusnya
perawatan intensif neonatus modern dan pengobatan dikoreksi, istirahatkan usus (puasa dan nasogastrik
agresif pada bayi prematur. dekompresi) dan pemberian antibiotik sistemik. Nutrisi
Etiologi yang tepat dari ENN tidak jelas, tetapi parenteral juga seharusnya dimulai sejak dini, pasien
tampaknya hal awal yang mendasarinya adalah dipuasakan selama I 0- 1 4 hari. Seringkali tindakan tersebut
vasokonstriksi splangnik sekunder terhadap stres cukup untuk memungkinkan regenerasi dari mukosa yang
fisiologis yang hebat. Tampaknya ada 2langkah proses cedera dan mencegah perkembangan sekunder terhadap
patofisiologi : vasokonstriksi mesenterium menyebabkan infark transmural. Sebagian besar ahli gastroenterologi
iskemi, dan suafu cedera mukosa awal yang kemungkinan meyakini bahwa operasi seharusnya dilakukan hanya pada
mengganggu fungsi bariernya. Kejadian awal ini diikuti sebagian kasus yang parah yang mengalami perkembangan
oleh perkembangan dari lesi mukosa yang reversibel menjadi infark transmural, dengan atau tanpa perforasi.
menjadi infark transmural, yarg berhubungan dengan Tindakan operasi adalah berupa reseksi usus yang
sejumlah faktor lain seperti makanan pertama bayi dengan nekrotik, ileostomi dekompresi dan rekonstruksi.
formula susu non ASI, adanya pertumbuhan yang
berlebihan dari bakteri ftuman Klebsiella) dan kemungkinan Prognosis. Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang
yang paling penting adalah ketidak mampuan sistem tepat, keberhasilannya mencapai 60-80%. Bila terjadi
kekebalan tubuh. Kemungkinan tidak sempurnanya sistem perforasi dan sepsis sistemik yang hebat, maka angka
kekebalan bayi prematur memungkinkan lesi yang mortalitas me ncap ai 5 0%o.
mesenterika lconis adalah mereka yang mengalami penyakit pada pasien, maka tindakan operasi biasanya
arteri perifer difus, risiko akan meningkat bila pasien dipertimbangkan untuk menyingkirkan rasa sakit dan
mengalami hiperkolesterolemia dan diabetes. Penyakit ini menghindari infark. Operasi dilakukan berupa end
didapatkan pada usia pertengahan dan usia lanjut. arterektomi, cangkokan pintas baik dengan prostese atau
materi autogen dan implantasi kembali dari pembuluh
Gambaran klinis. Angina intestinalis dikenal dengan
mesenterika distal ke segmen aortayang sehat. Tindakan
gejala klinis yang disebut triad klinis yaitu nyeri sesudah
yang lebih disukai adalah cangkokan pintas dari AMS
makan, kehilangan berat badan kronis dan takut makan
dengan vena safena autolog atau material prostetik;
(sitofobia). Gejala-gejala ini sangat khas dan penting untuk
keuntungan yang jelas dari jaringan autolog belum
diagnosis. Rasa nyeri berupa kram, analog dengan an-
ditunjukkan untuk revaskularisasi viseral, seperti yang
gina pectoris. Diare dan konstipasi mungkin ada disertai
dilakukan untuk ginjal dan revaskularisasi ekstremitas.
anoreksia. Pemeriksaan fisik tidak spesifik kecuali untuk
Kontroversi terjadi terhadap ketepatan pintas pembuluh
penurunan berat badan yang kronis dan temuan lain yang
tunggal dibandingkan dengan rekonstruksi beberapa
berhubungan dengan manifestasi aterosklerosis secara
pembuluh darah.
umum. Dapat ditemukan peningkatan peristaltik selama
Angioplasti transluminal perkutaneus telah dilakukan
serangan.
dalam mengobati iskemia mesenterika kronis. Risiko dan
Diagnosis. Diagnosis dicurigai bila pasien mengalami insiden kegagalan teknis berupa diseksi pembuluh darah,
penurunan berat badan dengan nyeri abdomen setelah meningkat pada vaskularisasi mesenterika. Dengan alasan
makan. Diperlukan pemeriksaan arteriograf,r biplanar untuk ini, pemakaian angioplasti di sini belum mendapatkan
memungkinkan visualisasi dari pembuluh-pembuluh penerimaan secara luas.
viseral. Meskipun diagnosis yang tepat tidak dapat
Prognosis. Angka kematian dari angina mesenterika
dilakukan berdasarkan arteriografi saja, temuan dari
berkisar dari 3-30% dan lebih 90% dari yang diobati tetap
penyempitan yang hebat pada beberapa pembuluh viseral
hidup dan nyeri abdomennya hilang, berat badannya
dengan formasi kolateral yang ekstensif dan diperkuat
bertambah dan kebiasaan makannya normal kembali.
dengan gambaran klinis yang khas, cukup untuk
mewaspadai pengobatan. Yang paling penting, pasien
harus j elas mengalami kehilangan berat badan yang drastis .
621
622 GAIITROENTEROIffI
cacing Ascaris lumbricoide,s, ascariasis ektopik (dapat khusus terhadap makanan dan airharus diutamakan karena
menyebabkan obstruksi kandung empedu atau pankreas), infeksi patogen seperti crystoporydium saat ini belum
krisis slctle cell anemia, ruptur limpa, sindrom infeksi dapat diterapi.
strongyloidiasis. Pada pasien dengan gejalayang berat dan/atau diare
berdarah, I - 3 hari pemberian quinolon (norfloxacin 2 x
Malabsorpsi. Malabsorpsi dapat merupakan gambaran dari
400 mg/hari, ciprofloxacin 2x500mglhai. atau ofloxacin 2
infeksi Giardia lamblia, Strongyloides stercoralis,
x 300 mg/ hari; selama 3 hari), TMP-SMX (2 x 160/800 mg,
tuberkulosis intestinal, dan AIDS. Keadaan defisiensi
selama 3 hai), atan azithromisin 500 mg qd, selama 3 hari,
laktase sementara pasca infeksi akut diare sering pula
dianjurkan sesuai dengan pola resisten antibiotika lokal.
sebagai penyebab malabsorpsi,susu serta produk susu
Obat antimotilitas dapat mengurangi gejala, dan meskipun
sebaiknya dihindari, namun yoghurt biasanya dapat
pernberiannya aman bersama antibiotik, tampaknya hanya
ditoleransi, karena kandungan bakteri laktase yang tinggi.
sedikit membantu efektivitasnya.
Tropical sprue. Dlkenal sebagai malabsorpsi tropikal Diare merupakan manifestasi klinis yang paling sering
terutama terjadi di India, Asia tenggara, daerah Karibia, ditemukan pada penyakit hopik infeksi gastrointestinal.
danAmerika Tengah. Gejala yang timbul adalah diare tak Di negara berkembang, rotavirus diperkirakan merupakan
berdarah,kadang-kadang disertai steatorhea, sering penyebab sekitar 60% penyakit diare. Pada infeksi bakteri,
disertai kembung perut dan penumnan berat badan yang yang paling utama adalah kuman E. Colipatogenik, yang
signifikan. Biopsi duodenum biasanya menunjukkan juga cukup sering adalah Campylobacter, Yersinia, dan
keadaan atrofi villous. Penyakit ini umumnya berlangsung Salmonella. Shigella merupakan kausa utama disentri
lama dan melemahkan. Terapi dengan tetrasiklin dan asam bakteri, menyebabkan l5o/okematian akibat kasus diare.
folat umumnya cukup efektif. Kolera dan Vibrio spp masih berkaitan dengan timbulnya
kejadian wabah. Gambaran klinis, patogen penyebab, serta
Diare. Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan
terapi pada diare infeksi yang umum te{adi di daerah tropis
mortalitas di daerah tropik, menyebabkan lebih dari 6 juta
dan subtropis, dapat dilihat pada Tabel I dan2.
kematian setiap tahun, dan sangat berkaitan dengan
higiene yang buruk serta kontaminasi infeksi air dan
makanan. Patogen penyebab sangat bervariasi, dapat
berupa virus, bakteri, maupun parasit. Apapun etiologinya, INFEKSIGACING
tatalaksana utama diare adalah hidrasi adekuat dan
Manifestasi klinik infestasi cacing bergantung pada
keseimbangan elektrolit.
patogenitas parasit, respons imun hospes, dan banyaknya
Traveler's Diarrhea. Merupakan suatu penyakit self-lim- cacing. Manusia dengan jumlah cacing tertentu sering
iling yang berhenti sendiri, umumnya tidak memerlukan asimptomatik walaupun pada keadaan tertentu satu ekor
terapi atau profilaksis. Kuman penyebab bervariasi sesuai cacing dapat juga menimbulkan gangguan yang
geografi wilayah dan patogen spesifik harus dicari serta mengancam jiwa, misalnya bila seekor cacing ascaris
dipastikan, meskipun umumnya patogen yang paling lumbricoides dewasa mengobstruksi duktus pankreatikus.
sering menyebabkan infeksi adalah enterotoxigenic E. coli Beberapa parasit manusia seperti cacing pita daging,
(ETEC), enteroaggregative E. coli (EaggEC), dan Taenia Saginata, beridaptasi sangat baik dengan
Campylobacter spp. Infeksi virus sebagai kausa diare, hospesnya dan hanya menimbulkan sedikit sekali tanda-
terutama rotavirus, sangat mungkin pula lebih sering dari tanda keberadaan penyakit meskipun ukurannya sangat
yang selama ini diketahui. besar. Cacing lain menimbulkan kerusakan,iaringan yang
Meskipun prof,rlaksis dengan kuinolon dianjurkan pada cukup bermakna dengan efek-efek toksik langsung atau
para pelancong dengan risiko tinggi (misalnya mereka yang dengan memicu respons imun yang merusak. Secara umum,
terinfeksi HIY, pasien In/lammatory Bowel Disease, dia- semakin banyak parasit yang dikandung, semakin tinggi
betes melitus, penyakit jantung dalam pemakaian diuretik, kemungkinanpenyakit.
serta mereka yang dalam terapi anti-ulkus yang poten), Gejala klinik dan tanda-tanda infeksi traktus
risiko dan beban biayanya harus pula dipertimbangkan. gastrointestinal yang ditimbulkan oleh infestasi cacing dan
Efek samping berkaitan dengan antibiotika profilaksis, protozoa sangat bervariasi. Gejala dan tanda yang mungkin
seperti fotosensitivitas, rashl alergi,diare terkait antibiotik, adalah nyeri perut, diare dan penurunan berat badan.
dan mual, dapat saja lebih berat daripada potensi manfaat Karena itu, gambaran klinis menjadi rumit mengingat
yang diharapkan untuk pencegahan traveler' diarrhea. kenyataan bahwa orang yang tinggal di daerah tropis dapat
Profilaksis lain yang terbukti efektifadalah doksisiklin dan terinfeksi oleh beberapa spesies parasit sekaligus serta
trimetoprim-sulfametoxazol (TMP-SMX), namun saat ini oleh bakteri enteropatogen dan virus.
pemakaiannya terbatas karena meningkatnya resistensi. Secara umum diagnosis parasit intestinal termasuk
Umumnya kasus-kasus travelers' diarrhea berespon cacing ditegalCcan dengan menemukan kista, telur, dan larva
efektif sangat cepat terhadap terapi antibiotik. Perhatian dalam feses. Pemeriksaan serologi kadang-kadang
PEIIYAKITIROPIK GASTROINTESTIITAL 623
Jalur Transmisi
lnkubasi
Umum
Demam *tlflL" .."y,:i1 'T"i:T*' -P:,:i!il
EestrHeme
GambaranKrinik
Laln
""llli"n pada Tinja
Bakteri
Salmonella spp 6-72 jam Wabah, kontaminasi +++ ++ +++ Dapat
makanan menyebar ke
sendi dan
pembuluh
darah
aterosklerotik
pada pasien
bakteremia
Campylobacter 'l-7 hari Daging ayam yang ++ +++ ++
spp dimasak tidak
matang
Shigella spp 16-72 jam Transmisi orang ke +++ +++ ++ +++ +++ +++ Sering dengan
orang tenesmus
E.coli yang 1-9 hari Wabah kontaminasi +l- +++ +++ ++ + +++ Secara klasik
memproduiksi makanan,terutama menunjukkan
toksin shiga hamburger tidak suatu diare
matang, tauge berdarah yang
mentah tidak demam
(afebrile)
C. difficile Bervariasi Nosokomial, + +++ + 50% leukositosis
pemakaian antibiotik
Non cholera 12-24 jam Seafoodlmakanan ++ ++ ++
Vibio spp laut
Keteranoan:
+ : jarang; ++ : cukup Sering; +++ : serlng:
- : tidak tampaU jarang sekali
digunakan untuk kepentingan survei epidemiologi dan pejamu perantara sekunder tempat larva berkembang
bermanfaat terutama untuk diagnosis sistiserkosis. menjadi kista, biasanya dalam otot. Manusia terinfeksi
Pemeriksaan DNA juga dikembangkan wfi:k membedakan cacing pita melaui konsumsi daging atau ikan yang tidak
antara Taenia saginata dengan Taenia solium. matang dimasak. Infeksi larva juga dapat terjadi melalui
telur yang dimakan, misalnya sistiserkosis.
Gacing Pita Spesies cacing pita yang umumnya menginfeksi
Cacing pita merupakan hermafrodit pipih bersegmen manusia adalah Taenia saginata, Tqenia solium,
denganukuran 10 mm-20 mm. Kepalanya (scolex) melekat sistiserkosis, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta,
pada mukosa usus halus melalui penghisap atau pengait. dan Dpylidium caninum. Sistiserkosis adalah suatu
Kectalilrymenolepis ndna, semua cacing pita memerlukan keadaan dimanatelw Thenia solium,cacing pita babi, yang
624 GASTROENTEROI.OGI
Vibrio Untuk Kolera, prioritas utama terapi adalah rehidrasi Obat yang sama harus aktif melawan kuman vibrio
o Doksisiklin 300m9 p o dosis tunggal spp non kolera, tetapi terapi tidak dibutuhkan pada
o Fluorokuinolon (siprofloksasin 500 mg p.o., norfloksasin penyakit ringan atau sedang
400m9 p.o ) dosis tunggal
o Eritromisin (12,5m9/kg, max 500 mg,
Selama 3 hari)
. Azitromisin (20m9/kg max 1g p.o dosis tunggal
Yersinia Antibiotika biasanya tidak diperlukan lnfeksi berat atau ekstraintestinal memerlukan
Jika sakit berat atau pada pasien dengan gangguan sistem pemberian antibiotika lebih lama
tmun:
. Fluorokuinolon (siprofloksasin 2x500 mg p.o.,
norfloksacin 2x400mg p.o, Levofloksasin 1 x500mg)
semua selama 3 hari
. TMP-SMX 2x160/300 mg p.o selama 3-5 hari jika
dapat diterima
o Doksisiklin 100m9 p.o dosis tunggal
PARASIT
Entamoeba Histolitica o Metronidazol 3x750mg selama 5 - 10 hari atau tinidazol Durasi yang sama untuk abses hati amuba
29 dosis tunggal berhubungan dengan angka kesembuhan 90o/o;
o Paromomisin 3 x 500 mg selama 7-10 hari atau mungkin memerlukan aspirasi atau pemberian
iodokuinol 3 x 650m9 selama 20 hari yang lebih lama
Cryptosporidium Pasien immunocompromised atau penyakit berat Tak ada terapi yang dapat diandalkan; status imun
. Paromomisin dan azitromisin atau Nitazoksanid dapat pejamu sangat penting dalam menentukan hasil
efektif terapi
Pasien dengan AIDS
. Optimalisasi terapi antiretroviral untuk mencapai
rekonstitusi immunitas
Cyclospora . TMP-SMX 2 X 160/800 mg po 7 - 10 hari Paromomisin bermanfaat pada wanita hamil;
Cayetenensrs . TMP-SMX 2 X 160/800 mg po 7 - 10 hari furazolidon, nitazoksanid, dan albendazol juga aktif
lsospora belli . M6tronidazol 3 X 250 - 500 mg 7 - 10 hari
Giardia . Tinidazol 2 g dosis tunggal
PEITYAKIT TROPIK GASTROINTESTTT.IAL
62s
termakan oleh manusia, memproduksi kista di dalam Terapi Ancylostoma duodenale dan Necator qmericsnus :
jaringan otak dan jaringan tubuh lain. Neurosistiserkosis . Mebendazol 2 X 100 mg selama 3 hari.
yang biasanya ditandai dengan kejang yang dapat . Albendazol 400 mg, dosis tunggal.
berulang, merupakan penyebab epilepsi yang penting di . Pirantel pamoat I I mg/kgBB (maximum 1 g), dosis
Afrika dan Amerika Selatan. tunggal.
Pengobatan yang diberikan pada infeksi cacing pita . Preparatbesi oral untuk anemia.
adalah prazikuantel (10 mglkg). Hymenolepis nana Terapi Tiikuriasis
memerlukan dosis 25 mg/kg dosis tunggal. Niklosamid, Mebendazol 500 mg atau albendazol400 mg, dosis tunggal.
dosis tunggal ( 500mg bila BB<1 I kg; 1 g: BB 1 1-34 kg; 1,5 Mebendazol lebih efektif daripada albendazol. Pada kasus
g: BB > 34kg;2 g untuk dewasa) juga efektif. Albendazol
berat mebendazol diberikan 3 X 100 mg selama 3 hari.
juga efektif untuk mengobati taeniasis intestinal, Nitoksamid juga dikatakan efektif untuk trikuriasis.
sistiserkosis, dan kista hidatidosa. Nitazoksamid juga
efektif untuk infeksi Taenia saginata.
REFERENSI
Cacing Tanah
Askariasis (ascaris lumbricoides), Ancylostoma Cheng AC, McDonald JR, Thielman NM. Infectious diarrhea in
duo denale, Necator americ anus, Trikuriasis (Tric huris developed and developing countries. J Clin Gastroenterol 2005; 39
(9) :757 - 69.
trichiura), Strongyloides stercoralis, merupakan
Cook GC. Problem gastroenterologi daerah tropis. In: Salim IV,
golongan cacing yang siklus hidupnya bergantung pada
Bani AP, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1991.
suatu periode siklus perkembangan di luar tubuh manusia, Dupont HL. Travelers' diarrhea and foodbome diseases' In: Surawicz
secara khusus di dalam tanah. Pneumonitis askaris adalah C, Owen RL. Gastrointestinal and hepatic infections'
suatu keadaan pada saat migrasi larva askaris melalui paru- Philadelphia: W.B. Saunders Company 1995.p. 565 '73.
paru, gejala yang ditimbulkannya dapat berupa demam, Gill G, Beeching N. Tropical medicine, 5th ed. Blackwell Science
batuk, sesak napas, mengi, urtikaria, serta nyeri dada, Ltd, 2005.
Greenberg HB, Matsui SM, Holodniy M. Sma1l intestine: Infections
sianosis, dan hemoptisis pada kasus yang berat.
with common bacterial and viral pathogens. In: Yamada T, Alpen
Terapi Askariasis DH, Laine L et al. (eds). Textbook of Gastroenterologn 4'h ed'
. Albendazol 400 mg, dosis tunggal. Pada infeksi berat New York: Lippincot Williams & Wilkins 2003.p. 1466 - 85.
hai. Keystone JS, Kozarsky PE. Health advice for Intemational travel. In:
dapat diberik an 2 -3
Kasper DL,Fauci AS, Braunwald E et al. (eds). Harrison's Principle of
. Mebendazol2X l00mg,selama3hari.
Intemal Medicine. 16 th edition. New York: McGraw-Hill 2005.p.
. Piperazin 25 mgkgBB,maksimum dosis pada dewasa
?50
725 - 31.
Velez RL, Huerga H, Turrientes MC. Infectious diseases in
. Pirantel pamoat l0 mg/kg, maksimum I g, dosis tunggal. immigrants from the perspective of a tropical medicine referral
. Nitazoksanid 2 X 500 mg untuk dewasa. unit. Am J Trop Med 2003; 69 (1) : 115 - 21'