Anda di halaman 1dari 186

ffi:ffiffig

68
PENDEKATAN KLINIS
PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Dharmika Djojoningrat

PENDAHULUAN nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual,
muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/
Keluhan pada pasien gastrointestinal (GI) dapat berkaitan begah. Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap
dengan gangguan lokal/intra lumen saluran cerna pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat
(misalnya adanya ulkus duodeni, gastritis, dan berganti atau bervariasi baik dari segi j enis keluhan maupun
sebagainya) ata.u dapat pula disebabkan oleh penyakit kualitasnya. Terdapat berbagai definisi tentang dispepsia.
sistemik (misalnya diabetes melitus). Diperlukan Salah satunyayarlg dapat dipakai adalah dyspesia refers
anamnesis yang teliti, akurat dan bertahap untuk to pain or discomfort centered in the upper abdomen.
memformulasikan gangguan yang terjadi sehingga bila Definisi ini berdasarkan kriteria Roma II tahun 1999-2000.
dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik, kita dapat Jadi dispepsia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
merencanakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya.
untuk menegakkan diagnosis. Terdapat beberapa gejalal
kumpulan gejalalkeluhan yang karakteristik untuk penyakit
Etiologi Dispepsia
GI yang dikemukakan oleh pasien dan perlu diperoleh . Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cema:
persepsi yang sama oleh dokter yang memeriksanya.
tukak gaster/duodenum, gastritis, tumor, infeksi
Untuk itu diperlukan teknik anamnesis yang baik. Sakit
Helicobacter pylori.
perut yang dikeluhkan oleh pasien harus dijabarkan dan . Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS),
diinterpretasikan dengan baik agar diperoleh data apakah
aspirin, belerapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin dsb.
sakit perut tersebut merupakan nyeri epigastrik, kolik bilier, . . Penyakit pada hati, pankreas, sistem bilier: hepatitis,
kolik usus atau suatu nyeri akibat rangsang peritoneal.
pankreatitis, kolesistitis kronik.
Tidak jarang pula suatu keluhan tertentu diekspresikan . Penyakit sistemik: diabetes melitus, penyakit tiroid,
secara berbeda-beda, terutama dalam istilah, tergantung
penyakit j antung koroner.
pada latar belakang pendidikan, sosial, budaya pasien. . Bersifat fungsional: yaitu dispepsiayang terdapatpada
Dalam makalah ini akan diajukan beberapa keluhan/gejala
kasus yang tidak terbukti adanya kelainan/gangguan
awal yang merupakan masalah pokok utama penyakit GI
organik/struktural biokimia. Tipe ini dikenal sebagai
dan prakiraan penyakit yang mendasarinya (rinciannya
dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.
akan lebih jelas pada masing-masing topik penyakit
dasarnya).
Pendekatan Diagnostik
. Anamnesis yang akurat untuk memperoleh gambaran
DISPEPSIA keluhan yang terjadi, karakteristik keterkaitan dengan
penyakit tertentu, keluhan bersifat lokal atau manifestasi
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu gangguan sistemik. Harus terjadi persepsi yang sama
sindrom atau kumpulan gejalal keluhan yang terdiri dari untuk menginterpretasikan keluhan tersebut antara

441
442 GA!'TROENTEROI.OGI

dokter dan pasien yang dihadapinya. DISFAGIA


Pemeriksaan hsik untuk mengidentifikasi kelainan intra
abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya tu- Disfagia adalah sensasi gangguan pasase makanan dari
mor), organomegali, atau nyeri tekan yang sesuai mulut ke lambung. Pasien mengeluh sulit menelan atau
dengan adany a rangsang peritoneal/peritonitis. makanan terasa mengganjal di leher/dada atau makanan
Laboratorium: unhrk mengidentifikasi adanya faktor terasa tidak turun ke lambung. Harus dibedakan dengan
infeksi (lekositosis), pankreatitis (amilase, lipase), odinofagia (rasa sakit waktu menelan). Disfagia dapat
keganasan saluran cerna (CEA, CA19-9, AFP). disebabkan oleh gangguan pada masing-masing fase
Ultrasonografi: untuk mengidentihkasi kelainan padat menelan yaitu pada fase orofaringeal dan fase esofageal .
intra abdomen, misalnya adanya batu kandung empedu, Keluhan disfagia pada fase orofaringeal berupa keluhan
kolesistitis, sirosis hati dsb. adanya regurgitasi ke hidung, terbatuk waktu berusaha
Endoskopi (esofagogastroduodenoskopi): pemeriksaan menelan atau sulit untuk mulai menelan. Sedangkan
ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia disfagia fase esofageal, pasien mampu menelan tapi terasa
tersebut disertai oleh keadaan yang disebut alarm bahwa yang ditelan terasa tetap mengganjal atau tidak
symptoms yaitu adanya penurunan berat badan, mau turun serta sering disertai nyeri retrosternal. Disfagia
anemia, muntah hebat dengan dugaan adatya yang pada awalnya terutama terjadi pada waktu menelan
obshuksi, muntah darah, melena, ata:u keluhan sudah makanan padat dan secara progresifkemudian terjadi pula
berlangsung lama dan terjadi pada usia lebih dai 45 pada makanan cair, diperkirakan bahwa penyebabnya
tahun. Keadaan ini sangat mengarah pada gangguan adalah kelainan mekanik atau stmktural. Sedangkan bila
organik, terutama keganasan, sehingga memerlukan gabungan makanan padat dan cair diperkirakan
eksplorasi diagnosis secepatnya. Teknik pemeriksaan penyebabnya adalah adalah gangguan neuro muskular.
ini dapat mengidentifikasi dengan akurat adanya Bila keluhan bersifat progresif bertambah berat, sangat
kelainan strukturaVorganik intra lumen saluran cerna dicurigai adany a proses keganasan.
bagian atas seperti adatya tukak/ulkus, tumor dsb,
serta dapat disertai pengambilan contoh jaringan
Etiologi Disfagia
(biopsi) dari jaringan yang dicurigai untuk memperoleh . Fase orofaringeal: Penyakit serebrovaskular, miastenia
gambaran histopatologiknya atau untuk keperluan lain
gravis, kelainan muskular, tumor, divertikulum Zenker,
seperti mengidentifikasi adanya kuman Helicobacter
gangguan motilitas/sfingter esofagus atas.
pylori. . Fase esofageal: Inflamasi, striktur esofagus, tumor, ring/
Radiologi (dalam hal ini pemeriksaan barium meal):
web, penekanan dari luar esofagus, akalasia, spasme
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan
esofagus difus, skleroderma.
struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas
seperti adanya fukak atau gambaran ke arah tumor.
Pemeriksaan ini terutama bermanfaat pada kelainan yang Pendekatan Diagnostik
bersifat penyempitan/stenotik/obstruktif dimana skop
. Esofagogastroskopi.
endoskopi tidak dapat melewatinya.
. Bariummeal(esofagografi).
. Manometri esofagus.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Alarm symptoms
anemia, penurunan berat badan, hematemesis, melena dsb)
rl
YY

++
Terduga fase oro faringeal Terduga fase esofageal

C)

J
Gagal

---:--t ++++
Barium meal
Normal
Barium meal

+l +l
Abnormal AbnormalNormal
Eksplorasi diagnostik
(Endoskopi, radiologi, USG, dll)
tnd0sk0pi atas + biopsiJ tnd0sk0pr atas + bropsiJ

iPenyebaborganiil ffi Fluoroskopi Manometri


teridentifikasi organik/biokiawi'
I | |
T I

Gambar 2.
disfagia
Alur tatalaksana ringkas diagnostik pada kasus
E"pi d.fil,itrl Ebpepsi:frmssbndl Catatan: Dapat pula dimulai dari eksplorasi endoskopi, dan bila
terdapat proses penyempitan (misalnya pada akalasia, striktura
Gambar '1 . Alur tatalaksana ringkas diagnosis pada kasus dll) dimana skop tidak dapat lewat, dapat dilanjutkan dengan
dispepsia pemeriksaan barium meal.
PENDEKATAN KLIMS PENYAIST GASIROENTEROI'GI 443

MUALDAN MUNTAH . Laboratorium: biasanya merupakan dampak muntah


atau menggambarkan penyakit sistemik dasarnya.
Pada umumnya keluhan ini merupakan bagian dari sindroma . Aspirasi melalui selang nasogastrik yang meperlihatkan
dispepsia. Muntah dapat dirangsang melalui (disertai banyak residu lambung, membawa kita berpikir akan
etiologinya): adanya obstruksi (baik organik maupun fungsional).
. Serabut aferen Vagus dari lapisan viseral GI (sindrom . Esofagogastroskopi.
reseptor 5-HT3), misalnya muntah akibat rangsang . Bariummeal .

peritoneum atau peritonitis, kolik bilier atau distensi . Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab
gastrointestinal. dasarnya.
. Sistem vestibuler yang dirangsang oleh posisi atau
infeksi vestibulum (reseptor histamin Hl dan
muskarinik). PERDARAHAN SALURAN CERNA
. Susunan saraf pusat, misalnya rangsangan penciuman,
penglihatan dan emosi. Perdarahan saluran cerna dapat bermanifestasi klinis mulai
. Chemoreceptor trigger zone pada area postrema dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar
medulla (reseptor serotonin 5-HT3 dan dopamin D3): sampai pada keadaan yang mengancam hidup.
muntah akibat obat kemoterapi, toksin, hipoksia, Hematemesis adalah mutah darah segar (merah segar) atau
uremia, asidosis, dan pengobatan radiasi. hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi
adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau
proksimal ligamentum Trcitz. Perdarahan saluran cerna
Etiologi
. bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula
Obat-obatan: OANS, digoksin, eritromisin.
. bermanifes dalam bentuk keluarnya darah segar per anum
Gangguan susunan sarafpusat: Tumor, perdarahan in-
bila perdarahannya banyak. Melena (feses berwama hitam)
tra kranial, infeksi, motion siclcness, gangguan psikiatrik,
gangguan labirin. biasanya berasal dari perdarahan SCBA, walaupun
. perdarahan usus halus dan bagian proksimal kolon dapat
Gangguan gastrointestinal dan peritoneal: gastric out-
juga bermanifes dalam bentuk melena. Hematokezia (darah
let obstruction, obstruksi usus halus, gastroparesis,
segar keluar per anum) biasanya berasal dari perdarahan
pankreatitis, kolesistitis, hepatitis akut.
. saluran cerna bagian bawah (kolon) . Maroon stools (feses
Gangguan metabolik endokrin: wemia, ketoasidosis
berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon
diabetik, penyakit tiroid.
bagian proksimal (ileo-caecal).

Pendekatan Diagnostik
. Setiap kasus muntah harus dinilai keadaan sistemik yang
Etiologi Perdarahan Saluran Gerna
menyertainya (uremia, kehamilan, status nutrisi, Saluran cerna bagian atas: pecahnya varises esofagus
diabetes melitus) serta adanya gangguan aspek (tersering di Indonesia, lebih kurang 70-75 %),perdarahan
neurologi (vertigo, parestesia, nyeri kepala yang hebat, tukak peptik, gastritis erosiva (terutama akibat OANS),
rasa lemas yang mencolok). gastropati hipertensi portal, esofagitis, tumor,
. Muntah yang disertai nyeri perut yang hebat harus angiodisplasia.
diwaspadai adanya rangsang peritoneum, obstruksi
Saluran cerna bagian bawah: kolitis (infeksi, radiasi,
intestinal akut atau penyakit pankreatobilier.
. ikemik), tumor, divertikulosis , inJlammatory Bowel Disease,
Korelasi dengan waktu makan juga dapat menuntun ke
hemoroid.
arah penyebabnya (psiko genik, gastroparesis, tukak
peptik yang menimbulkan obstruksi, akalasia).
Pendekatan Diagnostik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik Endoskopi(esofagogastroduodenoskopi, kolonoskopi),

t\
v
radiologi (skintigrafi, angiografi). catatan: lihat alur

tT,.',,,n
''fo"'r'"
uga metabolik lTerduga
Dehidrasi

inflamasi
+

I
TeraPi tatalaksana perdarahan saluran cerna.

I DIARE
t
intra abdomen t
Terdugaobstruksi Terdugapenyakitneurologik
Diare adalah meningkabrya frekuensi buang air besar dan
konsistensi feses menjadi cair. Secara praktis dikatakan
Gambar 3. Alur tatalaksana ringkas diagnostik pada kasus mual diare bila frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari
muntah dengan konsistensi cair. Diare dapat digolongkan diare
444 GASIIROENTEROI.OGI

akut atau bila telah berlangsung lebih dari 2 minggu . Diare sekretorik: terjadinya sekresi intestinal yang
dikategorikan sebagai diare kronik. berlebihan dan berkurangnya absorpsi menimbulkan
diareyang cair dan banyak. Pada umumnya disebabkan
oleh tumor endoskrin, malabsorpsi garam empedu,
DIAREAKUT laksatif katadik.
. Diare karena gangguan motilitas: hal ini disebabkan oleh
transit usus yang cepat atau justru karena terjadinya
Etiologi
stasis yang menimbulkan perkembangan berlebih
Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica,
bakteri intralumen usus. Penyebab yang klasik adalah
bakteri: yang meproduksi enterotoksin (S aureus, C
initable bowel sindrome.
perfringens, E coli, V cholera, C dfficile) dan yang . Diare inflamatorik: disebabkan oleh faktor inflamasi
menimbulkan inflamasi mukosa lusus (Shigella,
seperti Inflammatory Bowel Disease.
Salmonella sp, Yers inia), iskemia intestinal, inJl ammatory . Malabsorpsi: pada umumnya disebabkan oleh penyakit
Bowel Disease (acute on chronic), kolitis radiasi.
usus halus, reseksi sebagian usus, obstruksi limfatik,
defisiensi enzim pankreas, dan pertumbuhan bakteri
Pendekatan Diagnostik yang berlebihan.
. Pada umumnya diare akut disebabkan infeksi atau toksin . Infeksikronik Seperti G lamblia, Elrystolitica,nematoda
bakteri. usus, atau padakeadaan immuno- compromized.
. Adanya riwayat makan makanan tertenfu (terutama
makanan siap santap) dan adanya keadaan yang sama
Pendekatan Diagnostik
pada orang lain, sangat mungkin merupakan keracunan . Bila dengan puasa diare berkurang, biasanya
makanan yang disebabkan toksin bakteri.
disebabkan diare osmotik.
. Travellers diarrhea merupakan kejadian diare pada . Adanya penurunan berat badan yang bermakna, harus
wisatawan.
. diwaspadai kemungkinan suatu keganasan saluran
Adanyariwayatpemakaianantibiotikayanglama,harus
cema (terutama tumor kolon).
dipikirkan kemungkinan di arekarena C dfficile. .
. Anamnesis yang akurat pada umumnya akan
Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non-
mendekatkan kita pada kemungkinan patogenesisnya.
inflamatorik) dan disebabkan oleh toksin bakteri . Pemeriksaan feses: mulai dari kemungkinan tehr cacing,
(terutama E coli), biasanya mempunyai gejala feses
parasit, lekosit feses (infeksi) sampai analisis lemak
benar-benar cair, tidak adadarah, nyeri perut terutama
feses 24 jam, osmolalitas feses dan test pemakaian
daerah umbilikus (karena kelainan terutama di daerah
laksatif.
usus halus), kembung , mual dan muntah. Bila . Pemeriksaan darah: elektrolit (kemungkinan adanya
muntahnya sangat mencolok, biasanya disebabkan
hipokalemia, hiponatremia), adary a anemia karena
oleh virus atau S aureus dalam bentuk keracunan
malabsorpsi (vitamin 872, folat dan zat besi), adanya
makanan.
. hipoalbuminemia (malabsorpsi, infl amasi, kehilangan
Bila diare dalam bentuk bercampur darah, lendir dan
protein pada enteropati). Untuk kelainar.yatg spesifik
disertai demam, biasanya disebabkan oleh kerusakan
rnisalnya VIP serum (Vipoma), gastrin (untuk penyakit
mukosa usus yang ditimbulkan oleh invasi Shigella,
Zollinger Ellison), 5-HIAA urin (untuk tumor
salmonella atau amuba. Daerah yang terkena adalah
karsinoid).
kolon. .
. Kolonoskopi dan biopsi.
Pada umumnya diare akut bersifat sembuh sendiri dalam
5 hari dengan pengobatan sederhana yang disertai
rehidrasi.
KONSTIPASI

DIAREKRONIK Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar


berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi
tidak puas/lampiasnya buang airbesar, terdapat rasa sakit,
Etiologi perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Disepakati
Umumnya etiologi diare kronik dapat dikelompokkan bahwa buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3
dalam 6 kategori patogenesis terjadinya. kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek sehari-hari
. Diare osmotik: disebabkan oleh osmolaritas intra dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali
lumen usus lebih tinggi dibandingkan osmolaritas seminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau
semm. Hal ini terjadi pada intoleransi laktosa, obat dalam buang air besar diperlukan mengejan secara
laksatif (laktulosa, magnesium sulfat), obat (antasida). berlebihan.
PENDEKATAN K,INIS PENYAKIT GASIROENTEROI.OGI 445

Etiologi . Obsbrrksi viseral: ileus obstruksi, kolik bilier atau renal


. Polahidup; dietrendah serat, kurangminum, kebiasaan karena batu.
buang besar yang tidak teratur, kurang olah raga. . Regangan kapsula organ: hepatitis, kista ovarium,
. Obat-obatan : antikolinergik, penyekat kalsium, pielonefritis.
alumunium hidroksida, suplemen besi dan kalsium, opiat . Gangguan vaskular: iskemia atau infark intestinal.
(kodein, morfin). . Gangguan motilitas: irritable bowel syndrome,
. Kelainan.struktural kolon: fumor, strikfur, hemoroid, dispepsia fungsional.
abses perineum, megakolon. . Ekstraabdominal: herpes, taumamuskuloskletal, infark
. Penyakit sistemik: hipotiroidism e, gagal ginj al kronik, miokarddanparu.
diabetes melitus.
. Penyakit neurologik: hirschprung, lesi medula spinalis,
Pendekatan Diagnostik
neuropati otonom. .
. Berdasarkanlokasinyeri:
Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
. Lokasi nyeri Dugaan sumber nyeri
Idiopatik transit kolon yanglambat, pseudo obstruksi
Epigastrium Gaster, pankreas , duodenum
kronik.
. Periumbilikus Usus halus, duodenum
Irritable Bowel Syndrome tipe konstipasi.
Kuadran kanan atas Hati, duodenum, kandung
empedu
Pendekatan Diagnostik Kuadrankiri atas Pankreas, limpa, gaster, kolon,
. Anamnesis yang akurat untuk mendeteksi adanya ginjal
penurunan berat badan, perdarahan saluran cerna, . Kualitas nyeri: perlu diketahui kualitas rasa nyeri
riwayat kanker dalam keluarga, pola buang besar tersebut. Hal ini tidak mudah, terutama di Indonesia,
sebelumnya. dimana ekspresi bahasa tidak sama untuk
. Pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan sistemik dan menggambarkan rasa nyeri. Pada dasarnla harus
lokal, terutama tanda adanya masa intra abdomen, dibedakan rasa nyeri kolik seperti pada obstruksi intes-
peristaltik usus dan tidak boleh dilupakan adalah colok tinal dan bilier, rasa nyeri yang bersifat tumpul seperti
dubur. pada batu ginjal, rasa seperti diremas pada kolesistitis,
. Data laboratorium penunjang terutama untuk rasa panas seperti pada esofagitis, dan apendisitis tidak
menyingkirkan kelainan sistemik. jarang menimbulkan rasa nyeri tumpul dan menetap.
. Kolonoskopi. . Intensitas nyeri: pada kadaan akut, intensitas nyeri
. Bariumenema. dapat diurut berdasarkan intensitas nyeri yang paling
. Pemeriksaan transit kolon. hebat sampai ke relatifringan sebagai berikut; perforasi
. Manometri anorektal. ulkus, pankreatitis akut, kolik ginjal , ileus obstruksi,
kolesistitis, apendisitis, tukak peptik, gastroenteritis dan
esofagitis. Sedangkan nyeri kronik lebih sulit
NYERI PERUT menentukannya karena banyak faktor psikologis yang
turut berperan.
Nyeri perut dapat merupakan variasi kondisi dari yang . Faktor yang mencetuskan dan faktor yang meringankan
bersifat sangat ringan sampai yang bersifat fatal. Dapat nyeri: nyeri perut yang dapat diringankan dengan
berasal dari nyeri viseral abdomen akibat rangsang mekanik minum antasid dapat diperkirakan menderita tukak
(seperti regangan, spasme) atau kimiawi (seperti iflamasi, peptik (terutama tukak duodenum). Nyeri pada penyakit
iskemia). Nyeri viseral bersifat tumpul, rasa terbakar dan pankreas sering terjadi setelah makan, dan juga pada
samar batas lokasinya. Sedangkan nyeri peritoneum pari- ikemia intestinal. Pada penyakit kolon, rasa nyeri
etal lebih bersifat tajam dan lokasinya lebihjelas. Ujung berkurang setelah buang air besar.
sarafnyeri pada organ seperti hati dan ginjal terbatas pada . Harus juga ditelusuri gejala sistemik lain yang
kapsulanya, jadi rasa nyeri timbul bila ada regangan karena menyertainya
pembesaran organ. Referred pain dapat dijelaskan pada . Pemeriksaanpenunjangberupalaboratorium,radiologi,
keadaan dimana serat nyeri viseral dan serat somatik berada dan endoskopi sesuai indikasi penyakit yang diduga
pada satu tinggkat di susunan saraf spinal. mendasarinya.

Etiologi
. Inflamasi peritoneum parietal: perforasi, peritonitis, PENUTUP
apendisitis, divertikulitis, pankreatitis, kolesistitis.
. Kelainan mukosa viseral: tukak peptik, inflammatory Dalam bidang gastroenterologi, anamnesis yang baik akan
bowel disease, kolitis infeksi, esofagitis. sangat mendekatkan kita pada dugaan penyakit yang
446 GAIITROENTEROI.OGI

mendasarinya sehingga perencanaan pemeriksaan


penunjang dapat lebih efektif dan hemat biaya.

REFERENSI

Yamada T. (eds) Textbook of Gastroenterology. Lippincott-Raven


Publishers, Philadelphia.
69
PENGELOL AAN PERDARAHAN
SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Pangestu Adi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum pemeriksaan lain yang diperlukan; 4). memastikan
Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan perdarahan saluran cerna bagian atas atau "bagian
varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya bawah; 5). menegakkan diagnosis pasti penyebab
terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan pedarahan; 6). terapi untuk menghentikan perdarahan,
prognosisnya. Manifestasi klinik perdarahan saluran cerna penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah
bagian atas (SCBA) bisa beragam tergantung lama, perdarahan ulang.
kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan Tegaknya diagnosis penyebab perdarahan sangat
apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak. menentukan langkah terapi yang diambil.
Kemungkinan pasien datang dengan' l). anemia defisiensi
besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung
lama,2). hematemesis dan atau melena disertai atau tanpa PEMERIKSAAN AWAL PADA PERDARAHAN
anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik; SALURAN CERNA
derajat hipovolemi menentukan tingkat kegawatan pasien.
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran
adalah pecahnya varises esofagus, gashitis erosif, tukak makanan adalah menentukan beratnya perdarahan dengan
peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan memfokuskan pada status hemodinamik. Pemeriksaannya
keganasan. Perbedaan di antara laporan-laporan penyebab meliputi : 1). tekanan darah dan nadi posisi baring, 2).
perdarahan SCBA terletak pada urutan penyebab perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi, 3). ada
tersebut. tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin), 4). kelayakan
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna napas, 5). tingkat kesadaran, 6). produksi urin.
sama seperti perdarahan pada umumnya, yakni meliputi Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi2Dohvol-
pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosis, dan terapi. ume intravaskular akan mengakibatkan kondisi
Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas hemodinamik tidak stabil, dengan tanda-tanda sebagai
hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah berikut : 1). hipotensi (< 90/60 mm Hg atau MAP < 70
perdarahan ulang. Konsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI mmHg) dengan frekuensi nadi > 1OO/menit; 2). tekanan
menetapkan bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi diastolik ortostatik turun > l0 mm Hg atau sistolik turun
pada kasus perdarahan wajib dan harus bisa dikerjakan > 20 mm Hg; 3). frekuensi nadi ortostatik meningkat > l5l
pada setiap lini pelayanan kesehatan masyarakat menit; 4). akral dingin; 5). kesadaran memrun; 6). anuria
sebelum dirujuk ke pusat layanan yang lebih tinggi. atau oliguria (produksi urin < 30 ml/jam).
Adapun langkah-langkah praktis pengelolaan Kecurigaan perdarahan akut dalam jumlah besar selain
perdarahan SCBA adalah sebagai berikut: l). pemeriksaan ditandai kondisi hemodinamik tidak stabil ialah bila
awal, penekanan pada evaluasi status hemodinamik; 2). ditemukan : 1). hematemesis, 2). hematokesia (berak darah
resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodinamik; 3). segar); 3). darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan

447
448 GAIITROENTEROIPGI

dengan lavase tidak segerajernih, 4). hipotensi persisten, koagulan, 6). Kebiasaan minum alkohol, 7). Mencari
5). dalan24 jammenghabiskan tranfusi darah melebihi 800- kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam
1000nt1. berdarah, demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes
melitus, hipertensi, alergi ob at-obatart, 8). Riwayat transfusi
sebelumnya.
STABILISASI H EMODINAMIK PADA PERDARAHAN Pemeriksaan fisis yang perlu diperhatikan : l).
SALURAN CERNA Stigmata penyakit hati kronik, 2). Suhu badan dan
perdarahan di tempat lain, 3). Tanda-tanda kulit dan mukosa
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan penyakit sistematik yang bisa disertai perdarahan saluran
kristaloid (misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan makanan, misalnya pigmentasi mukokutaneus pada
cepat menggunakan dua jarum berdiameter besar (minimal sindrom Peutz-Jegher.
16 G) dan pasang monitor CYP (central venous pressure); Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan :
tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan 1). Elektro kardiogram; terutama pasien berusia > 40 tahun,
mempertahankan tetap stabil. Biasanya tidak sampai 2).BUN, kreatinin serum; pada perdarahan SCBA
memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada pemecahan darah oleh kuman usus akan mengakibatkan
kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim kenaikan BUN, sedangkan kreatinin serum tetap normal
pemeriksaan darah untuk menentukan golongan darah, atau sedikit meningkat, 3). Elektrolit (Na, K Cl); perubahan
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, lekosit. Adanya elektrolit bisa terjadi karena perdarahan, transfusi, atau
kecurigaan diatesis hemoragik perlu ditindaklanjuti dengan kumbah lambung, 4). Pemeriksaan lainnya tergantung
melakukan tes Rumpel-Leede, pemeriksaan waktu macam kasus yang dihadapi.
perdar.ahan, wakhrpembekuan, retraksi bekuan darah, PPI
dan aPTT.
Kapan transfusi darah diberikan sifatnya sangat indi- MEMBEDAKAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
vidual, tergantung jumlah darah yang hilang, perdarahan BAGIANATASATAU BAWAH
masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan
berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut. Cara praktis membedakan perdarahan saluran cerna bagian
Pemberian transfusi darah pada perdarahan saluran cerna atas (SCBA) atau saluran cerna bagian bawah (SCBB)
dipertimbangkan pada keadaan berikut ini: 1). Perdarahan terdapat dalam Tabel 1.
dalam kondisi hemodinamik tidak stabil, 2).Perdarahan baru
atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya I
liter atau lebih, 3).Perdarahan baru atau masih berlangsung
Perdarahan Perdarahan
dengan hemoglobin < l0 g%o atau hematokrit <30%.4).
SCBA SCBB
Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
Manifestasi klinik Hematemesis Hematokesia
Perlu dipahami bahwa nilai hematokrit untuk pada umumnya dan / melena Jernih
memperkirakan jumlah perdarahan kurang akurat bila Aspirasi nasogastrik Berdarah <35
perdarahan sedang atau baru berlangsung. Proses Rasio (BUN/kreatinin) Meningkat > 35 Normal
Auskultasi usus Hiperaktip
hemodilusi dari cairan ekstravaskular selesai 24-72jam
setelah onset perdarahan. Target pencapaian hematokrit
setelah tranfusi darah tergantung kasus yang dlhadapi,
untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup 20-25oh, Seorang pasien yang datang dengan keluhan
usia lanjut 300/o, sedangkan pada hipertensi portal jangan hematemesis, muntahan seperti kopi karena berubahnya
melebthi27-28%o. darah oleh asam lambung, hampir pasti perdarahannya
berasal dari SCBA. Timbul melena, berak hitam lengket
dengan bau busuk, bila perdarahannya berlangsung
PEMERIKSAAN LANJUTAN sekaligus sejumlah 50 - 100 mlatau lebih. Untuk lebih
memastikan keterangan melena yang diperoleh dari anam-
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas nesis, dapat dilakukan pemeriksaan digital rektum.
hemodinamik lengkapi anamnesis, pemeriksaan fisis, dan Perdarahan SCBA dengan manifestasi hematokezia (berak
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diperlukan. darah segar) dimungkinkan bila perdarahannya cepat dan
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan : l). Sejak banyak melebihi 1000 ml dan disertai kondisi hemodinamik
kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang tidak stabil atau syok.
yang keluar, 2). Riwayat perdarahan sebelumnya, 3). Pada semua kasus perdarahan saluran makanan
Riwayat perdarahan dalam keluarga, 4).Ada tidaknya disarankan untuk pemasangan pipa nasogastrik, kecuali
perdarahan di bagian tubuh lain, 5). Penggunaan obat- pada perdarahan kronik dengan hemodinamik stabil atau
obatan terutama anti inflammasi non-steroid dan anti yang sudah jelas perdarahan SCBB. Pada perdarahan
PENGELOLAAII PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN AIAS
449

SCBA akan keluar cairan seperti kopi atau cairan darah akibat komorbiditas yang menyertai.
segar sebagai tanda bahwa perdarahan masih aktif. Sarana diagnostik yang bisa digunakan pada kasus
Selanjutnya dilakukan kumbah lambung dengan air suhu perdarahan saluran makanan ialah endoskopi gastrointes-
kamar. Sekiranya sejak awal tidak ditemukan darah pada tinal, radiografi dengan barium, radionuklid, dan angiografi.
cairan aspirasi, dianjurkan pipa nasogastrik tetap terpasang Pada semua pasien dengan tanda-tanda perdarahan SCBA
sampai 12 atat24 jam. Bila selama kurun waktu tersebut alau yartg asal perdarahannya masih meragukan
hanya ditemukan cairan empedu dapat dianggap bukan pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan prosedur
perdarahan SCBA. pilihan. Dengan pemeriksaan ini sebagian besar kasus
Perbandingan BLIN dan kreatinin serum juga dapat diagnosis penyebab perdarahan bisa ditegakkan. Selain
dipakai untuk memperkirakan asal perdarahan, nilai puncak itu dengan endoskopi bisa pula dilakukan upaya terapeutik.
biasanya dicapai dalam 24 - 48 jam sejak terjadinya Bila perdarahan masih tetap berlanjut atau asal perdarahan
perdarahan, normal perbandingnya 20, di atas 35 sulit diidentifikasi perlu dipertimbangkan pemeriksaan
kemungkinanperdarahanberasal dari SCBA, di bawah 35 dengan radionuklid atau angiografi yang sekaligus bisa
kemungkinan perdarahan SCBB. Pada kasus yang masih digunakan untuk menghentikan perdarahan. Adapun hasil
sulit untuk menentukan asal perdarahannya, langkah tindakan endoskopi atau angiografi sangat tergantung
pemeriksaan selanjutnya ialah endoskopi SCBA. tingkat keahlian, ketrampilan, dan pengalaman pelaksana.
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan
penyebab serta asal perdarahan,juga untuk menentukan
DIAGNOSIS PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN aktivitas perdarahan. Forest membuat klasifikasi
CERNABAGIANATAS perdarahan tukak peptik atas dasar temuan endoskopi
yang bermanfaat untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Dai 1673 kasus perdarahan SCBA di SMF Penyakit Dalam
RSU dr. Sutomo Surabaya, penyebabnya 76,9o/opecahnya
TERAPI PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN
varises esofagus, 19,2oh gastitis erosif, 1 ,0% tukak peptik,
0,60lo kanker lambung, dan 2,6o/okarena sebab-sebab lain.
ATAS
Laporan dari RS Pemerintah di Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan Non-Endoskopis
SCBA sama dengan di RSU dr. Sutomo Surabaya. Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah
Sedangkan laporan dari RS Pemerintah di Ujung Pandang lama dilakukan adalah kumbah lambung lewat pipa
menyebutkan tukak peptik menempati urutan pertama nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini
penyebab perdarahan SCBA. Laporan kasus di rumah diharapkan mengurangi distensi lambung dan memperbaiki
swasta yakni RS Darmo Surabaya perdarahan karena tukak proses hemostatik, namun demikian manfaatnya dalam
peptik 5l,2oh, gastritis erosif 1l,7Yo, varises esofagus menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah lambung
o/o,
0,9%o,keganasan 9,8oh, esofagitis 5,3 sindrom Mallory-
I
ini sangat diperlukan untuk persiapan pemeriksaan
Weiss l,4olo, tidak diketahui 7 o/o, dan penyebab-penyebab endoskoopi dan dapat dipakai untuk membuat perkiraan
lain 2,7%o Di negara barat tukak peptik berada di urutan kasar jumlah perdarahan. Berdasar percobaan hewan,
pertama penyebab perdarahan SCBA dengan frekuensi kumbah lambung dengan air es kurang menguntungkan,
sekitar 50% Walaupun pengelolaan perdarahan SCBA waktu perdarahan jadi memanjang, perfusi dinding
telah banyak berkembang namun mortalitasnya relatif tidak lambung menurun, dan bisa timbul ulserasi pada mukosa
berubah, masih berkisar 8 - l\oh. Hal ini dikarenakan lambung.
bertambahya kasus perdarahan dengan usia lanjut, dan Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati
kronis yang mengalami perdarahan SCBA diperbolehkan,
dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak merugikan
dan relatif murah.
Aktivitas perdarahan Kriteria Endoskopis Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA
Forest la - perdarahan aktif - perdarahan arteri lewat efek vasokonstriksi pembuluh darah splanknik,
menyembur menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
Forest lb - perdarahan aktif - perdarahan merembes
menurun. Digunakan di klinik untuk perdarahan akut
Forest ll - perdarahan berhenti - gumpalan darah Pada
dan masih terdapat dasar tukak atau varises esofagus sej ak tahun I 9 5 3. Pemah dicobakan pada
sisa-sisa perdarahan terlihat pembuluh perdarahan nonvarises, namun berhentinya perdarahan
darah
- tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk
Forest lll - perdarahan berhenti lesi tanpa tanda sisa
tanpa sisa perdarahan perdarahan sediaan, yakni pitresin yalrg mengandung vasopressin
Konsensus pengelolaan perdarahan SCBA yang dibuat PGI- murni dan preparat pituitary gland yang mengandung
PEGI-PPHI dapat dilihat pada lampiran vasopressin dan oxcytocir. Pemberian vasopressin
450 GASTTROENTEROI.OGI

Penilaian Awal dan PENGKAJIAN/EVALUAS AWAL


Resusilasi DAN RESULITASI

namnes s dan pemerlksaan


Tanda Vital
akses vena
Se ang nasogosfik
Pemeriksaan labomtariom
Hb, Hl, Trombosit
pemerlksaen hemoslas s

Cairan rsislaloid
cairan Kolo d
Trafslus darah

Henodinamlk stabil
tidak ada perdarahan aktif

Tekanan dareh > 90/60 mmNg Tekanan darah > 90/60 mmNg
tekanan darah rabrak > 70 mmHg tekanan daBh Blarah < 70 mmHg
EMERGENSI oTAWAL nadi 100/m
endoskopi UGI Hb>9970 Hb<99%
les T L l-) tes Tilr (+)

Rujuk unt!k evaluasi elektif lebih anjut

Gambar 1. Penanganan perdarahan saluran cerna atas Radiologl bar n


Saluran cerna bagian alas
atau rujuk untuk endoskopi
saluran cerna bagian atas

PENG KAJIAN/EVALUAS AWAL


DAN RESULITASI
Anamnesis dan pemeriksaan fsik
Tanda vita
akses vena
Selanq n3sogosrik
Pemerlksaan aboratar um
Gambar 3.
Hb, Ht Trombosit
pemer ksaan hemoslasis

Crysb oid soIlions


Collo d solulions
B ood tanius ons
dilakukan dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50
unit dalam 100 ml dekstrose 5o%, diberikan 0.5 - 1 mglmeirit/
iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3 - 6 jam;
atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-
0.5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan efek samping
serius berupa insufiensi koroner mendadak, oleh karena
H€modinamik insEbi itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat,
Tekanan daEh > 90/60 mmHg
misalnya nitrogliserin intravena dengan dosis awal 40 mcg/
lekanan darah rala rata < 70 mmHo
nadi 100/m menit kemudian secara titrasi dinaikkan sampai maksimal
Hb<99%
res Ti l (+)
400 mcg/menit dengan tetap mempertahankan tekanan
sistolik di atas 90 mm Hg.
Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui
dapat menurunkan aliran darah splanknik, khasiatnya lebih
selektif diban ding v as op r e ssln. Penggunaan di klinik pada
Perdarahan beilan uL
perdarahan akut varises esofagus dirnulai sekitar tahun
I I 978. Somastostatin dapat menghentikan perdarahan akut
--r-----r
f;p"*m*,,*-l
varises esofagus pada 70-80o/o kasus, dan dapat pula
ti
Perdamhan befr enL Perdarahan menerao
digunakan pada pada perdarahan nonvarises Dosis
pemberian somastatin, diawali dengan bolus 250 mcgliv,
I dilanjutkan per infus 250 mcgljam selama 12-24 jam atau
sampai perdarahan berhenti; oktreotide dosis bolus 100
mcg/iv dilanjutkan per infus 25 mcgljam selama 8-24 jam
Gambar 2. atau sampai perdarahan berhenti.
PENGEI.OLAAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS 4st

Obat-obatan golongan anti sekresi asam yang Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan
dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang perdarahan bisa mencapai di atas 95%o dan tanpa terapi
SCBA karena tukak peptik ialah inhibitor pompa proton tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya sekitar
dosis tinggi. Diawali bolus omeprazol 80 mgliv kemudian ts-20%.
dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam, Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada
perdarahan ulang pada kelompok plasebo 200lo sedangkan perdarahan karena varises esofagus. Ligasi varises
yang diberi omeprazol hanya 4,2%o. Suntikan omeprazol merupakan pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan
yang beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus, varises esofagus. Dengan ligasi varises dapat dihindari
yang bisa digunakan per infus ialah persediaan efek samping akibat pemakaian sklerosan, lebih sedikit
esomeprazol dan pantoprazol dengan dosis sama seperti frekuensi te{adinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan
omeprazol. Pada perdarahan SCBA ini antasida, sukralfat, mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1 - 2
dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan unflrk cm. Dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau
tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan. bila ditemukat tandabaru mengalami perdarahan seperti
Antagonis reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang bekuan darah yang melekat, bilur-bilur merah, noda
SCBA karena tukak peptik kurang bermanfaat. hematokistik, vena pada vena. Skleroterapi endoskopik
Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan sebagai alternatif bila ligasi endoskopik sulit dilalalkan
perdarahan varises esofagus dimulai sekitar tahun 1950, karena perdarahan yang masif, terus berlangsung, atau
paling populer adalah Sengstaken-Blakemore tube (SB- teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa
tube) yangmempunyai tiga pipa serta dua balon masing- digunakan antara lain campuran sama banyak polidokanol
masing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi 3%, NaCl O,9o/o, dan alkohol absolut. Campuran dibuat
pemasangan SB-tube yang bisa berakibat fatal ialah sesaat sebelum skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan
pnemoni aspirasi, laserasi sampai perforasi. Pengembangan dimulai dari bagian paling distal mendekati kardia
balon sebaiknya tidak melebihi 24 jam. Pemasangan SB- dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5

tube seyogyanya dilakukan oleh lenaga medik yang cm. Pada perdarahan varises lambung dilirkukan
berpengalaman dan ditindaklanjuti dengan observasi yang penytrntikan cy ano acry I ate, skleroterapi untuk varises
ketat. lambung hasilnya kurang baik.

ENDOSKOPIS TERAPIRADIOLOGI

Terapi endoskopi ditujukan padaperdarahan tukak yang Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan
masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tetap berlangsung dan belum bisa ditentukan asal
tampak. Metode terapinya meliputi: l). Contact thermal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
(monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostasis yang
2). Noncontact thermal (laser) 3). Nonthermal (misalnya bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau
suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cy ano acrylat e, embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan
atau pemakaian klip). fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat
Berbagai caraterapi endoskopi tersebut akan efektif dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic
dan aman apabila dilakukan ahli endoskopi yang terampil Portosystemic Shunt).
dan berpengalaman. Endoskopi terapeutik ini dapat
diterapkan pada 90% kasus perdarahan SCBA, sedangkan
10% sisanya tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis PEMBEDAHAN
seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan
terhalang atau letak lesi tidak terjangkau. Secara Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik,
keseluruhan 80% perdarahan tukak peptik dapat berhenti endoskopi dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah
spontan, namun pada kasus perdarahan arterial yang bisa seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim
berhenti spontan hany a 3lYo.Terapi endoskopi yang relatif multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA
mudah dan tanpa banyak peralatan pendukung ialah untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan bedah
penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan sebaiknya dilakukan.
menggunakan adrenalin 1 : 10000 sebanyak 0,5-l mltiap
kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alkohol absolut
(98%) tidak melebihi I ml. Penyrntikan bahan sklerosan KESIMPULAN
seperti alkohol absolut atau polidokanol umumnya tidak
dianjurkan karena bahayatimbulnya tukak dan perforasi Penyebab perdarahan SCBA dapat digolongkan menjadi2
akibat nekrosis jaringan di lokasi penyuntikan. kelompok, perdarahan varises dan perdarahan
4s2 GAITTROENTEROI.OGI

non-varlses. Fogel M, Kracer M, Andrew L. Continous intravenous vasopressin


Pengelolaan perdarahan saluran makanan secara praktis in active upper gastrointestinal bleeding. Ann Intern Med.
meliputi: evaluasi status hemodinamik, 1982;96:65
Gilbefi DA, Saunders DR. Iced saline lavage does not slow bleeding
stabilisasihemodinamik, melanjutkan anamnesis,
from experimental Canine gastric ulcers. Dig Dis Sci.
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan lain yang diperlukan,
1982;26:7065.
memastikan perdarahan saluran makanan bagian atas atau Gupta PK, Fleischer DE. Nonvariceal upper gastrointestinal
bawah, menegakkan diagnosis pasti penyebab perdarahan, bleeding. Med Clin North Am. 1993;77:973.
terapi spesifik. Hernomo K, Iswan A Nusi, Pangestu Adi. Endoscopic variceal
Prioritas utama dalam menghadapi kasus perdarahan ligation with local ligator compared with endoscopic
SCBA ialah penentuan status hemodinamik dan upaya sclerotherapy in variceal bleeding: a prospective randomized
trial. Endoscopy. 1995;27 :53.
resusitasi sebelum menegakkan diagnosis atau pemberian
Hernomo K. Hematemesis melena karena perdarahan varises
terapi lainnya. esofagus. Gastroenterologi hepatologi. In: Ali Sulaiman, ed
Pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan cara terpilih Jakarta: CV Infomedika. 1990. p. 328.
untuk menegakkan diagnosis penyebab perdarahan dan Jutabha R, Jensen DM. Acute upper gastrointestinal bleeding.
sekaligus berguna untuk melakukan hemostasis. Pada Current diagnosis & treatment in gastroenterology. In: Fried-
perdarahan tukak lambung dapat dilakukan antara lain man SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. 2nd ed. New York:
denganpenyuntikan adrenalin I : 10000, sedangkanpada \ Lange Medical BooksiMcGraw-Hill. 2003. p. 53
onsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI. Perdarahan saluran makanan
perdarahan varises esofagus dengan ligasi atau
bagian atas. Bandung 13 April 2002.
skleroterapi. Lau JYW, Sung JJY, Lee KKC, Yung MY, Wong SKH, Wu fYC, Chan
Manfaat terapi medik tergantung macam kelainan yang FKL, Ng EKW, You JHS, Lee CW, Chan Acw, Chung SCS. Effect
menjadi penyebab perdarahan. Somatostatin dapat of intravenous omeprazole on recurrent bleeding after
digunakan untuk menghentikan perdarahan SCBA, endoscopic ffeatment of bleeding peptic ulcers. N Engl J Med.
terutama pada perdarahan varises. Pada perdarahan karena 2000;343:3 I 0.
tukak peptik pemberian PPI intra vena dosis tinggi Lichtenstein DR. Therapy of digestive disorders: a companion to
Sleisenger and Fordtran's gastrointestinal and liver disease. in:
bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang.
Wolfe MM, Cohen S, Davis GL, Giannella RA, Hanauer SB,
Ahli radiologi dan ahli bedah seyogyanya dilibatkan
Silen W, Toskes PP, editors. Philadelphia: WB Saunders Co;
dalam tim multidisipliner pengelolaan perdarahan SCBA.
2000. p. 127.
Longstreth GF. Epidemiology of hospitalization for acute upper
gastrointestinal hemorrhage: a population based study. Am J
REFERENSI Gastroenterol. 1995; 90:206.
Moitinho E, Planas R, Banares R Albillos A, Ruiz-delarbol L, Galvez
Bongiovanni GL. Gastrointestinal bleeding. Essentials of clinical C, Bosch J. Multicenter randomized controlled trial comparing
gastroenterologycision making. In: Bongiovanni GL, ed. 2,d ed. different schedules of somatostatin in the treatment of acute
New York: McGraw-Hill Book Co; 1998 p. 15. variceal bleeding. J Hepatol. 2001;35:712.
Burroughs AK. Somatostatin and octreotide for variceal bleeding. Oesman N. Diagnosis perdarahan saluran makanan bagian atas.
J Hepatology 1991;13:1. Simposium penanggulangan perdarahan saluran makan bagian
Chen RJ, Fang JF, Chen MF. Octreotide in the management of atas. PGI-PPHI-PEGI Cabang Surabaya. 8 Mei 1993.
postoperative enterocutaneus fistula and stress ulcer bleeding. Rockall TA, Logan RF, Devlin HB, Nothfield TC. Incidence and
' Am J Gastroentercl. 1992;87:1212. mortality from acute upper gastrointestinal hemorrhage in the
Christiansen J, Yotis A. The role of somatostatin and longacting United Kingdom. Steering Committee and members of the
analogue, SMS 201-995, in acute bleeding due to peptic ulcer- National Audit of acute upper gastrointestinal haemorrhage.
ation. Scand J Gastroenterol. 1986;21:109. BMl. 1995;311:222.
Cotton PB, Williams CB. Practical gastrointestinal endoscopy. The Rockey DC. Gastrointestinal bleeding. Sleisenger and Fordtran's
fundamentals. 5th ed. Blackwell Oxford; 2003. gastrointestinal and liver disease: pathophysiology/diagnosis/
Daniel WA, Egan WS. The quantity of blood required to produce a management. In: Feldman M, Friedman LS, Sleisenger MH,
tarry stool. JAMA. 1942;173:2232. editors. 7th ed. Philadelphia: WB. Saunders;2002. p.271.
Djajaprarata LI. Pandangan mutakhir pengobatan perdarahan saluran Schiff L, Stevens RJ, Shapiro N, Goodman S. Observation on the
cerna nonvariseal. Simposium Ilmiah dalam rangka HUT ke 82 oral administration of citrated blood in man. The effect on the
RS Darmo Surabaya. Surabaya 8 Februari 2003. stool. Am J Med Sci. 1939;203:409.
Ebert RA, Stead EA, Gibson JG Response of normal subjects to Skok P. The epidemiology of hemorrhage from the upper
acute blood loss. Arch Intern Med. 1940;68:578. gastrointestinal tract in the mid nineties has anything changed?
Fleischer D. Therapy for gastrointestinal bleeding. Techniques in Hepatogastroenterology. 1998;45 :2228.
therapeutic endoscopy. In: Geenen JE, Fleischer DE, Waye JD, Van Rensburg CL, Thorpe A, Waren B. Intragastric pH in patients
Venu RM, editors. 2"d ed. New York: Gower Med. Publ; 1992. p. with bleeding peptic ulceration during pantoprazole infusion 8
12. mg/hour. Gastroenterology. 1997 ;l12 A321.
70
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN
BAWAH (HEMATOKEZIA) DAN
PERDARAHAN SAMAR (OCCULTI
MurdaniAbdullah

PENDAHULUAN didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus


di sebelah bawah ligamentum Treitz. Pasien dengan
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering perdarahan saluran cerna bagian bawah datatg dengan
dihadapi. Manifestasinya bervariasi mulai dengan keluhan darah segar sewaktu buang air besar. Hampir 80%
perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak
perdarahan samar yang tidak dirasakan. berpengaruh pada tekanan darah, seperti pada perdarahan
Pendekatan pada pasien dengan perdarahan saluran hemoroid, polip kolon, kanker kolon atau kolitis. Hanya
cema adalah dengan menenfukan beratnya perdarahan dan 15% pasien dengan perdarahan berat dan berkelanjutan
lokasi perdarahan. Hematemesis (muntah darah segar atau berdampak pada tekanan darah. Perdarahan berat biasanya
hitam) menr.rnjukkan perdarahan dari-saluran cemabagian berasal dari bagian proksimal dan terminal ileum seperti.
atas, proksimal dari ligamentum Treitz. Melena (tinja hitam, Sebelas persen pasien-pasien dengan hematokezia
bau khas) biasanya akibat perdarahan saluran cerna bagian sebenarnya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian
atas, meskipun demikian perdarahan dari usus halus atau atas dan 9%oberasal dari usus halus.
kolon bagian kanan, juga dapat menimbulkan melena.
Hematokezia (perdarahan merah segar) lazimnya Karakteristik Klinik dari Perdarahan Saluran
menandakan sumber perdarahan dari kolon, meskipun Cerna Bagian Bawah
perdarahan dari saluran cema bagian atas yang banyak
juga dapat menimbulkan hematokezia atau feses wama Hematokezia. Hematokezia diafiikan darah segar yang
marun. Dalam kurun waktu dekade terakhir tampaknya keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering
pasien akibat perdarahan saluran cerna meningkat secara dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Hematokezia
signifikan. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna lazimrya menunjukkan perdarahan kolon sebelah kiri,
bagian atas adalah 3,5-7yo, sementara akibat perdarahan namun demikian perdarahan seperti ini juga dapat berasal
saluran cerna bagian bawah adalah3,6%o. dari saluran cerna bagian atas, usus halus, transit darah
Bab ini akan mengupas aspek medis dari perdarahan yang cepat.
akut saluran cerna bagian bawah (hematokezia) dan Melena. Melena diartikan sebagai tinja yang berwarna
perdarahan samar saluran cema. hitam dengan bau yang khas. Melena timbul bilamana
hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom
lainnya oleh bakteri setelah 14 jam. Umumnya melena
PERDARAHAN AKUT SALURAN CERNA BAGIAN menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau
BAWAH (HEMATOKEZTA) usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal
dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya mobilitas. Tidak semua kotoran hitam ini melena karena

4s3
454 GASITROENTEROI.OGI

bismuth, sarcol. Lycorice, obat-obat yang mengandung Sebagaimana halnya dengan vaskular ekstasia di saluran
besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan faeces cerna, jejas di kolon umurnnya berhubungan degair usia
menjadi hitam. Oleh karena ifu dibutuhkan test guaiac untuk lanjut, insufisiensi ginjal, dan riwayat radiasi.
menentukan adany a hemoglobin.
Kolitis iskemia. Kebayakan kasus kolitis iskemia ditandai
Darah samar. Darah samar timbul bilamana ad aperdarahan dengan penurunan aliran darah viseral dan tidak ada
ringan namun tidak sampai merubah warna tinja/feses. kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah
Perdarahan jenis ini dapat diketahui dengan tes guaiac. mesenterik. Umumnya pasien kolisis iskemia berusia tua.
Dan kadang-kadang dipengaruhui juga oleh sepsis,
perdarahan akibat lain, dan dehidrasi.
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit perianal. Penyakit perianal contohnya: hemoroid
dan f,rsura ani biasanya menimbulkan perdarahan dengan
Perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis
warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces.
iskemik merupakan penyebab tersering dari saluran cerna
Berbeda dengan perdarahan dari varises rectum pada
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
pasien dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa
yang kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid
mengancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang
dan neoplasia kolon. Tidak seperti halnya perdarahan
menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang
saluran cerna bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran
disebabkan oleh hemoroid oleh karena itu pada perdarahan
cema bagian bawah bersifat lambat, intermiten, dan tidak
yang diduga dari hemoroid perlu dilalcukan pemeriksaan
memerlukan perawatan rumah sakit.,
untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma
Divertikulosis. Perdarahan dari divertikulum biasanya kolon.
tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien:diverkulosis. Tinja
Neoplasia kolon. Tumor kolon yang jinak maupun ganas
biasanya berwama merah marun, kadang-kadang bisa juga
yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut dan
menjadi merah. Meskipun divertikf-lcebanyakan
biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahat
ditemukan di kolon sigmoid namun perd6rahan divertikel
berulang atau darah samar. Kelainan neoplasma di usus
biasanya terletak di sebelah kanan. Umumnya terhenti
halus relatif jarang namun meningkat pada pasien IBD
secara spontan dan tidak berulang, oleh karena itu tidak
seperti Crohnb Disease atau celiac sprue.
ada pengobatan khusus yang dibutuhkan oleh para pasien

Angiodisplasia. Angiodisplasia merupakan penyebab I 0-


Penyebab Lain dari Perdarahan Saluran Cerna
40o/o perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Bagian Bawah
Angiodiplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan
Kolitis yang merupakan bagian dari IBD, infeksi
darah yang kronik. Angiodisplasia kolon biasanya multipel,
(Campilobacter jejuni spp, Salmonella spp. Shigella spp,
ukuran kecil kurang dari diemeter <5mm dan biasa
E. coli) dan terapi radiasi, baik akut maupun kronik. Kolitis
terlokalisir di daerah caecum dan kolon sebelah kanan.
dapat menimbulkan perdarahan namun biasanya sedikit
sampai sedang. Divertikular Meckel merupakan
kelainan kongenital di ileum dapat berdarah dalam
jumlah yang banyak akibat dari mukosa yang
Tes ";"'-.
Heme-
Variabel
^ :;
uualac pofnpyfln lmmunochemical menghasilkan asam. Pasien biasanya anak-anak
dengan perdarahan segar maupun hitam yang tidak
Karakteristik
Saluran cerna bagian atas + ++++ 0 nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran berwarna
Usus halus ++ ++++ + marun disertai rasa nyeri di tempat polip atau
Kolon kanan +++ ++++ +++
Kolon kiri ++++ ++++ ++++ tumor ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal
Ciri tes
dapat menimbulkan varises di ileukolon dan di
Dapat dikerjakan di tempat ++++ 0 + anorektal yang dapat menimbulkan perdarahan
Waktu yang dibutuhkan l ment 1 jam 5 menit to 24 jam dalam jumlah yang besar. Penyebab perdarahan
Biaya $3-5 $17 $10-20
Positif palsu saluran cerna bagian bawah yang lebih jarang
Hb hewan ++++ ++++ 0 seperti fistula autoenterik, ulkus rektal soliter, dan
Peroksidase +++ 0 0 ulkus di caecum.
Negatif palsu'
Regradasi Hb ++ 0 ++
Simpanan ++ ++++ ++
Vitamin C ++ 0 0 PENDEKATAN KLINIS
(Rockey DC: Occult gastrointestinal bleeding. N Engl J Med 1999;341 :38.
'Relative comparisons are shown on a scale of O to ++++, with 0 being the Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis
negative and ++++ highly positive).
yang teliti dan pemeriksaan jasmani yang akurat
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH (IIEMATOKEZIA DAT{ PERDARAHAN SAMAR (OCCUIU) 455

mempakan data penting untuk menegakkan diagnosis merupakan alat diagnostik yang baik dengan akurasi yang
yang tepat. Riwayat hemoroid atau IBD sangat penting menyamai bahkan melebihi angiograpi. Sebaliknya enema
untuk dicatat. Nyeri abdomen atau diare merupakan barium tidak mampu mendeteksi sampai 20o/o lesi yang
petunjuk kepada kolitis atau neoplasma. Keganasan ditemukan secara endoskopi khususnya jejas angioplasia.
kadang ditandai dengan penurunan berat badan, Pada perdarahan saluran cerna yang diduga berasal
anoreksia, limfadenopati atau massa y artg teruba. dari distal ligamentum Treitz dan dengan pemeriksaan
kolonoskopi memberikan hasil yang negatif maka dapat
dilakukan pemeriksaan enteroskopi atau endoskopi kapsul
Pemeriksaan Penunjang
yang dapat mendeteksi jejas angiodisplasia di usus halus.
Endoskopi. Bilamana perdarahan saluran cerna Scintigraphy dan angiograli. Kasus dengan perdarahan
berlangsung perlahan atau sudah berhenti maka yang berat tidak memungkinkan pemeriksaan dengan
pemeriksaan kolonoskopi merupakan prosedur diagnostik kolonoskopi maka dapat dilakukan pemeriksaan angiografi
yang terpilih sebab akurasinya tinggi dalam menentukan dengan perdarahan lebih dari Yz ml per menit. Sebelum
sumber perdarahan sekaligus dapat menghentikan pemeriksaan angiograpi dilakukan sebaiknya periksa
tindakan terapeutik. Kolonoskopi dapat menunjukkan terlebih dahulu dengan scintigraphy bilamana lokasi
adanya divertikel namun demikian sering tidak dapat perdarahan tidak dapat ditemukan. Sebagian ahli
mengidentifikasi sumber perdarahan yang sebenarnya. menganjurkan pendekatan angiografi dengan pemberian
Pada perdarahan yang hebat pemeriksaan kolonoskopi heparin atau streptokinase untuk merangsang perdarahan
yang dilaksanakan setelah pembersihan kolon singkat sehingga mempermudah deteksi lokasi perdarahan.

Tanda-tanda vital
Resusitasi
Tes darah
Golongan darah dan crossmatch
Pasang 2 buah jalur vena
Kehilangan cairan Anamnesis dan pemeriksaan fisis
atau hemodinamik Nasogatric tube (NGT) Tanda kehilangan cairan
tidak stabil berkurang perdarahan
aktif berkurang

lnfus NaCl
packed red blood cells Perdarahan aktlf berkura ng
and factors as'needed
Endoskopi elektif

Kem ungkinan
perdarahan Perdarahan aktif
Presumed lower source Lokasi perdarahan
di SCBA tak teridentifikasi

Endoskopi
Endoskopi SCBA
SCBA segera Kolonoskopi segera atau
OMD follow through
scintigrafy eritrosit plus
Enteroskopi
a ng iog rafi
Normal Capsule e nd os ko p i

Lokasi perdarahan ditem ukan


erda ra ha n Perdarahan
Kauterisasielektrik berulang cukup banyak
lnjeksi zat skleratik kehilangan catran perlu transfusi
Hemoclips darah
An g iog raf i
Suplemen zat besi
embolisasi
P ertim ba n ga n:
Tak berhasil atau Angiografi
lokasiperdarahan Enteroskopi operasi
tak terlihat Terapi horm onal em piris
Kolektom i parsial

Gambar 1. Penatalaksanaan pasien dengan perdarahan akut saluran cerna bagian bawah
456 GASTROENTEROI.OGI

Helical CT-angiography juga dapat mendeteksi plasma caogulation, and Nd:YAG laserbermanfaat untuk
angiodisplasia. Divertikulum Meckel dapat didiagnosis mengobati angiodisplasia dan perubahan vaskular pada
dengan scanning Meckel menggunakan radio label kolitis radiasi. Kolonoskopijuga dapat digunakan untuk
technetium yang akan berakumulasi pada mukosayar,g melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah atau
memproduksi asam di dalam divertikulum. mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon.
Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid
Pemeriksaan radiografi lainnya. Enema barium dapat
internal dengan ligasi maupun teknik termal.
bermanfaat untuk mendiagnosis sekaligus mengobati
intususepsi. Pemeriksaan usus halus dengan barium yang Angiografi terapeutik. Bilamana kolonoskopi gagal atau
teliti juga dapat menunjukkan divertikulum Meckel. Deteksi tidak dapat dikerjakan maka angiografi dapat digunakan
sumber perdarahan'yang tidak lazim di usus halus untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisasi arteri
membutuhkan enteroclysis yaitu pemeriksaan usus halus secara selektif dengan polyvinyl alcohol atau mikrokoil
dengan bariumyang melibatkan difusi barium,Air, methyl telah menggantikan vasopressin intraartery unttk
selulosa melalui tabung fluoroskopi yang melewati mengatasi perdarahan saluran cerna bagian bawah.
ligamentum Treitz unt.tk menciptakan gambaran kontras Embolisasi angiografi merupakan pilihan terakhir karena
ganda. Bila enteroskopi, kolonoskopi, radio barium tidak dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.
dapat mengidentifikasi sumber perdarahan dan Terapi bedah. Pada beberapa diagnostik (seperti divertikel
suplementasi besi dapat mengatasi dampak kehilangan Meckel atau keganasan) bedah merupakan pendekatan
darah maka pemeriksaan lebih lanjut tidak dapat utama setelah keadaan pasien stabil. Bedah emergensi
dilanjutkan. menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan
dapat memperburuk keadaan klinis. Pada kasus-kasus
Prinsip-prinsip Penatalaksanaan dengan perdarahan berulang tanpa diketahui sumber
perdarahannya maka hemikolektomi kanan atau
Resusitasi. Resusitasi pada perdarahan saluran cema hemikolektomi subtotal dapat dipertimbangkan dan
bagian bawah yang akut mengikuti protokol yang jloga memberikan hasil yang baik.
dianjurkan pada perdarahan saluran cema bagian atas.
Dengan langkah awal menstabilkan hemodinamik. Komplikasi. Sebagaimana halnya perdarahan salwan cema
Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas yang bagian atas, perdarahan saluran cerna bagian bawah yang
hebat juga menimbulkan darah segar di anus maka masif dapat menimbulkan sequele yang nyata. Perdarahan
pemasangan NGT (nasogastric tube) dilakukan pada kasus- saluran cerna bagian bawah yang berulang atau kronik
kasus yang perdarahannya kemungkinan dari saluran cerna berhubungan dengan morbiditas dan dapat menyebabkan
bagian atas. Pemeriksaan laboratorium memberikan informasi kebutuhan transfusi yang lebih sering dan juga dapat
serupa dengan perdarahan saluran cerna bagian atas menguras sumber pembiayaan kesehatan. Perdarahan yang
meskipun azotemia jarang ditemukan pada perdarahan persisten biasanya berasal dari usus halus dan tidak dapat
saluran cema bagian atas. Pemeriksaan segera diperlukan dijangkau dengan tindakan terapi endoskopi, hanya dapat
pada kasus-kasus yang membutuhkan transfusi lebih 3 unit dilakukan diagnosis saj a.

pach red cell.

PERDARAHAN SAMAR SALURAN CERNA


Medikamentosa
Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat Diagnosis bandingperdarahan samar saluran cema adalah
diobati secara medikamentosa. Hemoroid f,rsura ani dan perdarahan yang tidak tampak secara nyata pada inspeksi
ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-forming feses. Prevalensinya cukup tinggi sekitar I dari 20 orang
agent, sitz baths, danmenghindari mengedan. Salep yang dewasa. Kehilangan darah dapat mencapai 150 ml dari usus
mengandung steroid dan obat supositoria sering proksimal tanpa menimbulkan melena. Kebanyakan
digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan. perdarahan samar saluran cerna bersifat kronik dan bila
Kombinasi estrogen dan progesteron dapat cukup banyak akan menimbulkan anemia defisiensi besi
mengurangi perdarahan yang timbul pada pasien yang y arrg tyata. Sejumlah kelainan meliputi gangguan infl amasi
menderita angiodisplasia. IBD biasanya memberi respons infeksi, penyakit vaskular, neoplasma dan kondisi lainnya
terhadap obat-obatan anti inflamasi. Pemberian formalin dapat menimbulkan perdarahan samar saluran cerna baik
intrarektal dapat memperbaiki perdarahan yang timbul pada disertai dengan anemia defisiensi besi maupun tidak.
proktitis radiasi. Respon serupajuga terjadi pada pemberian
oksigen hiperbarik.
Penyebab lnflamasi
Terapi endoskopi. Colonoscopic bipolar cautery, Penyakit asam lambung meliputi erosi atau ulkus di
monopolar cautery, heater probe application, argon esofagus lambung dan duodenum merupakan penyebab
PERDARAFIANSALURANCERNABAGIANBAWAH (HEMATOKEZIADANPERDARAI{ANSAMAR(OCCUZD
457

yang tersering dari perdarahan samar saluran cema dan Tirmor dan neoplasma. Tumor gastrointestinal merupakan
menyebabkan anemia defisiensi besi pada 30-70% kasus. penyebab kedua terbanyak dari perdarahan samar saluran
Erosi longitudinal di dalam sakus hiatal hernia dikenal cerna di Amerika Serikat setelah penyakit asam lambung.
sebagai Erosi Cameron merupakan salah satu penyebab Karsinoma kolorektal dan polip adenomatus merupakan
penting (10%) dari anemia defisiensi besi. Penyebab neoplas'ma tersering diikuti oleh keganasan lambung,
inflamasi yang lain termasuk IBD, celiac sprue, divertikel esofagus dan ampula. Tumor lainnya seperti limfoma,
Meckel, gastroenteritis eosinofilic, enteritis radiasi, ulkus metastasis, leiomyoma, leiomyosarkoma dan polip juvenil
kolorektal dan penyakit Whiffle. Penyebab infeksi di juga menyebabkan perdarahan samar.
Amerika Serikat, infeksi jarang menimbulkan perdarahan Penyebab lain perdarahan samar saluran cerna. Obat-
samar saluran cerna namun organisme seperti cacing obatan merupakan penyebab penting dalam perdarahan
tambang, Mycobacterium tuberkulosis, Amoeba dan samar saluran cerna. Ulserasi dan erosi di lambung, usus
Ascaris dapat menimbulkan kehilangan darah kronik pada halus, dan kolon dapat disebabkan oleh OAN. Obat lain
beberapa ratus juta penduduk dunia. yang juga menyebabkan perdarahan saluran cema adalah
Penyebab vaskular. Malformasi vaskular menyebabkan preparat kalium, antibiotik tertentu dan antimetabolik.
anemia defisiensi bes i pada 60/o dai totalkasus. Beberapa Antikoagulan (seperti warfarin) menyebabkan
di antaranya disertai dengan lesi yang jelas seperti peningkatan insidens dari perdarahan samar saluran cerna
telangiectasia sporadic, telangiectasia pascaradiasi, meskipun antikoagulan lebih sering menyebabkan
skleroderma, dan GAVE (Gastric antralvascular ectasia). peningkatan kehilangan darah dari lesi yang memang
Di lain pihak vaskular ectasia yang herediter (seperti sudah ada. Anemia defisiensi besi juga timbul pada pelari
hereditary hemorrhagic t el angiectas ia (Osler-Weber- jarak jauh, kemungkinannya karena iskemi mesentrik atau
Rendu disease), Tuner syndrome, dat Klippel-Trenaunay )jejas mekanik.
syndrome) dapat menimbulkan perdarahan samar. Pasien / Perdarahan di luar saluran cema seperti hemofisis,
dengan hipertensi portal, gastropati hipertensi portal, perdarahan efitaksis, tertelannya darah dari sumber lain
umumnya menyebabkan kehilangan darah secara tersamar dapat menyerupai perdarahan samar saluran cerna.
dan menyebabkan defisiensi besi.
Pendekatan Pasien dengan Perdarahan Samar
Saluran Gerna
Tumor dan Neoplasma Anamnesis. Pasien dengan perdarahan samar saluran cema
- adenokarsinoma primer
- metastasis kronik nmunnya tidak ada gejala atat kadang hanya rasa
- polip berukuran besar lelah akibat anemia. Palpitasi, rasa pusing pada saat berubah
- limfoma posisi, atau sesak napas pada saat olahraga merupakan
- leiomyoma
- leiomyosarkoma
petunjuk penting ke arah anemia. Sebagian pasien
- lipoma menunjukkan gejalapicaatartkebiasan makan es atau tanah
lnfeksi karena defisiensi besi. Dispepsia, nyeri abdomen, hudbum,
- cacing tambang
atau regurgitasi merupakan petunjuk kemungkinan
- strongiloidiasis
- Askariasis penyebab dari lambung, sementara penurunan berat badan
- enterokolitis tuberkulosa dan anoreksia berkaitan dengan kemungkinan keganasan.
- amebiasis
Perdarahan samar saluran cema yang berulang pada usia
Penyebab Lainnya lanjut tanpa gejala yang lain sesuai dengan angiodisplasia
- OAINs (Obat Antiinflamasi Nonsteroid)
- Lari jarak jauh atau vaskular ektasia lainnya.
- Gastrostomi tube
Pemeriksaan fisis. Defisiensi besi yang serius biasanya
Penyebab Vaskular
- Angiodisplasia dan vaskular ektasia muncul berupa pucat, takikardia, hipotensi postural, dan
- Gastropati hipertensi portal aktivitas jantung yang hiperdinamik akibat tingginya curah
- Hemangioma jantung. Temuan lainyangjarang di antaranyapapil edem,
- Blue rubber black nevus syndrome
- Gastric antral vascular eclasla (GAVE) fuli, parese nervus kranial, perdarahan retina, koilonetia,
glositis, dan kilosis. Limfadenopati masa hepatosplemegali
Gangguan lnflamasi
- Penyakit asam lambung atau ikterus merupakan petunjuk ke arah keganasan
- he.rnia hiatal (Cameron erosions) sementara nyeri epigastrium ditemukan pada penyakit
- IBD (inflammatory Bowel Disease)
- Celiac sprue
asam lambung. Splenomegali, ikterus atau spider nevi
- Whipple disease meningkatkan kemungkinan kehilangan darah akibat
- Eosinophil i c gastroente riti s gastropati hipertensi portal. Beberapa kelainan kulit seperti
- Divertikular Meckel
- Ulkus saecum telangiektasia merupakan petunjuk kemungkinan telangi
ectasia hemoragik yang herediter.
458 GASTROENTEROI.OGI

PEMERIKSAAN PENUNJANG Anemia defesiensi besi dan perdarahan samar saluran


cerna dapat didekati dengan cara seperti tercantum pada
Tes darah samar. Preparat guaiac seperti hemoccult Gambar 2.
cards , merupakan tes yang sering digunakan untuk menilai Dengan pendekatan ini 66- 97 Yo lesi saluran cerna
darah samar di feses karena mudah dan praktis. Meskipun dapat di deteksi pada laki laki dan perempuan post-
demikian makanan-makanan yang mengandung menopouse.Kolonoskopi dianjurkan dilakukan terlebih
peroksidase juga dapat mengubah warrra, demikian juga dulu. Bila tidak ada lesi ditemukan maka segera di lakukan
halnya dengan obat-obatan (sukralfat, cimetidine), pemeriksaan endoskopi saluran cema bagian atas. Pada
halogens, dan tisue toilet. Besi menyebabkan perubahan kasus anemia defesiensi besi yang tes darah samar tinja
warna menjadi hijau bukan biru. Sebaliknya asam ascorbat, memberi hasil yang negatif, sebaiknya dilakukan biopsi
antasid, panas dan pH yang asam menghambat reaktivitas usus halus untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit
dari guaiac sehingga memberikan hasil negatifpalsu. Secara celiac. Bilamana endoskopi saluran cema atas dan bawah
mm hemoccult cards dapat mendeteksi perdarahan samar tidak berhasil menemukan lesi perdarahan maka
yang melebihi l0 ml/hari (normalnya <2 mllharl). pemeriksaan barium untuk menilai usus halus diperlukan.
Pemeriksaan tes Guaiac harus dilaksnakan dengan diet Pada pasien dengan keluhan saluran cerna yang khas maka
rendah daging merah dan tidak boleh minum OAIN untuk pemeriksaan diarahkan ke lokasi kelainan. Bila dengan
mencegah hasil positif palsu. Tes darah samar feses yang mengikuti protokaol ini masih belum ditemukan lesi asal
lainnya tidak banyak digunakan. Tes imunokemikal sangat perdarahan maka evaluasi lebih lanjut dianjurkanhanya
sensitifterhadap darah segar oleh karena itu tes ini kurang pada kasus anemia yang tidak dapat dikoreksi dengan
manfaatnya untuk perdarahan dari saluran cema bagian pemberian preparat besi. Modalitas lain seperti enterokopi
atas. Hemoquant memberikan hasil yang sensitif terhadap dan endoskopi kapsul dapat digunakan untuk mencari lesi
perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah. Namun di usus halus yang tak terhangkau olek pemeriksaan
pengiriman sampel feses ke laboratorium yang ditunjuk endoskopi biasa. Pemeriksaan CT-scan abdomen dapat
merupakan halangan yang utama bagi banyak klinikus. membantu menemukan lesi intra abdomen diluar lumen
USUS.
Pemeriksaan delisiensi besi. Anemia Hipokrom mikrositer
dapat diperiksa secara visual dan merupakan bukti adanya
perdarahan samar saluran cerna. Anisocytosis atau benfuk
sel yang beragam merupakan petunjuk adanya defisiensi Kolonoskopi
besi. Di samping itu pemeriksaan darah perifer lengkap
Tak ada lesi
dan kadar besi serum serta transferin perlu dilakukan.
Kadar besi serum akan htrun pada anemia insufisiensi besi Endoskopi SCBA
dan sebagai kompensasi akan terjadi peningkatan
Tak ada lesi
konsentrasi transferin dan akhirnya persentasi saturasi
transferin turun. Rendahnya kadar serum besi dan saturasi Ba meal follow through
transferin juga terdapat pada anemia penyakit kronik.
Kadar feritin serum berkaitan dengan cadangan besi di Tak ada lesi
jaringan dan dapat turun walaupun anemia belum terjadi, Suplemen Fe
hal ini kadang dipengaruhi oleh proses inflamasi yang akan per oral
Anemia
menetap
meningkatkan kadar feritin sebagai tanda reaksi imflamasi
Hemoglobin
akut. Pada kasus yang meragukan pemeriksaan kadar besi menjadinormal
Enteroskopi
di susum tulang diperlukan untuk menegakkan diagnosis Capsule endoscopy
Observasi
defisiensi besi. Angiografi
CT scan abdomen
Endoskopi dan radiografi. Padapasien dengan tes darah Enteroskopi m itra operatif
Evaluasi kemungkinan malabsorpsi
samara feses guaiac positif walaupun tak ada anemia dan
kadar feritin normal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
Gambar 2. Pendekatan pasien dengan perdarahan samar saluran
kolonoskopi, bukan gastroskopi karena jarang ditemukan
cerna
keganasan di saluran cerna bagian atas. Suatu penelitian
dalam skala besar menunjukan 2-l0o/o pasien dengan
guaiac positif didapatkan menderita kanker kolorektal dan Dasar dasar Penatalaksanaan
lebih banyak lagi yang menderita polip kolon yang jinak. Penatalaksan aan perdarahan samar saluran cerna sangat
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan enema barium memberikan ditentukan oleh hasil pemeriksaan diagnostik. Penyakit
hasil yang tidak sebaik kolonoskopi dengan sensitivitas peptik diterapi sesuai dengan penyebabnya meliputi
dan spesifisitas yang rendah untuk mendeteksi neoplasia pemberian obat supresi asam jangka pendek maupun
kolon. jangkan panjang dan terapi eradikasi infeksi Helicobacter
\
PERDARAIIAN SALURANCERNABAGIANBAWAH (HEMATOKEZIADANPERDARAHAI\ SAMAR (OCCUUT) 459

pyloribilamana ditemukan. Sejumlah lesi premaligna dan Komplikasi


polip bertangkai yang maligna dapat di angkat dengan Kehilangan darah dari saluran cerna secara samar dapat
polipektomi. Angiodisplasia dapat diobati dengan ditolerir dengan baik oleh pasien usia muda namun pada
kauterisasi melalui endoskopi atau diobati dengan preparat usia lanjut atau pasien dengan masalah kardiovaskular
estrogen-progesteron. Gastropati hipertensi portal kadang keadaan ini dapat memperburuk penyakit dasarnya karena
mengalami perbaikan dengan pemberian obat yang dapat turunnya kemampuan distribusi oksigen ke organ vital.
menurunkan hipertensi portal. Bila obat-obatan dianggap
sebagai penyebab kehilangan darah tersamar tersebuat
maka menghentikan penggunaan obat tersebut akan REFERENSI
mengatasi anemia.
Kadang kadang kehilangan darah samar memerlukan Baum S. Angiography of the Gastrointestinal Bleeder. Radiology.
suplementasi besi untuk jangka panjang. Pemberian ferro 1982;143:569
Jensen DM, Machicado GA. Diagnosis snd treatment of severe
sulfat 325 mg tiga kali sehari merupakan pilihan yang tepat
hematochezia. Gastroenterology 1988;95: 1569
karena murah, mudah, efektif dan dapat ditolerir oleh
Mayer RJ. Gastrointestinal Tract Cancer. In: Braunwaid E, Fauci AS,
banyak pasien. Sediaan besi secara oral lainnya meliputi Kasper DL, Hauss SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison's Prin-
Ferro fumarat, ferro glukonat, dan preparat lain yang ciples of Intemal Medicine. 15'h Ed. McGraw-Hill. New York.
ditambahkan asam ascorbat untuk mempermudah 2003.
penyerapan. Perbaikan cadangan besi membutuhkan waktu Rockey DC. Occult Gastrointestinal Bleeding. In: Friedman SL,
3-6 bulan, meskipun demikian retikulositosis mencapai McQuaid KR, Grendell JH. Current Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology. 2'd Ed. McGraw-Hill Co. New York. 2004.
puncak setelah 10 hari sementara hemoglobin mencapai
Savides TJ, Jensen DM. Acute Lower Gastrointestinal Bleeding. In:
nilai normal setelah 2 bulan terapi. Pemberian preparat besi
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH. Current Diagnosis &
parenteral dipertimbangkan pada kasus yang tidak bisa Treatment in Gastroenterology. 2"d Ed. McGraw-Hill Co. New
toleran dengan preparat oral. Biasanya 7- I 0 kali pemberian York. 2004
injeksi intra muskular elemen besi 250 mg diperlukan unhrk Yamada T, Haster WL, Inadomi JM, Anderson MA, Brown RS.
mengatasi anemia yang moderat. Dalam beberhpa kasus Handbook of Gastroenterology. 2'd ed. Lippincot Wiliiams &
preparat besi intra vena dapat diberikan. Pemberian Wilkins. Philadelphia. 2005.
parenteral dapat menyebabkan reaksi anahlaksis meskipun
jarang, dan l\oh pasien mengalami serum sickness-like
syndrome.
7t
GANGGUAN MOTILITAS
SALURAN CERNA BAGIAN BAWATI
Marcellus Simadibrata K.

PENDAHULUAN dan jaringannya dalam dinding usus). Persarafan neural


saluran gastrointestinal dapat dibagi atas komponen
Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian bawah yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Persarafan ekstrinsik dilakukarr oleh
saluran cerna mulai dari jejunum distal dari ligamentum saraf-saraf motorik somatik atau oleh sistem saraf otonom.
Treitz, ileum, kolon dan anus. Motilitas saluran cerna bagian Persarafan motorik dari otot bercorak pada kanal anus
bawah yang lebih banyak diteliti terdiri dari motilitas usus terutama dipegang oleh sarafpudendal. Persarafan otonom
halus, kolon dan anorektal. dari saluran gastrointestinal berada di bawah kontrol
Bila motilitas saluran cema bagian bawah terganggu otonom (kontrol tanpa kontrol sadar kita). Sistem saraf
akan didapatkan keluhan pada pasien berupa diare, otonom dibagi atas 2 bagian yaitu sistem saraf parasimpatis
konstipasi, sakit perut bawah, kembung. Dismotilitas usus (termasuk saraf vagus yang bertindak terutama
halus dan kolon dapat timbul pada beberapa kelainan misal menstimulasi motilitas gastrointestinal. Walaupun banyak
sindrom kolon iritabel (Irritable Bowel Syndrome:IBS). neurotransmitter yatg berperan, acetylcholine
Pada keadaan puasa, dapat ditemukan gerakan retrograd, merupakan neurotransmitter yarrg paling penting dalam
gerakan simultan atau tidak adanya aktivitas migrating menstimulasi aktivitas otot polos dan sistem hormonal.
motor complex. Pada keadaan makan, dapat timbul Sistem saraf parasimpatis ini menggunakan pleksus
pemrrunan atau rendahnya amplitudo kontraksi. mienterikus sebagai neuron relay), dan sistem saraf
Konstipasi timbul kurang lebih I -2% daipoptlasi umum simpatis (yang bertindak terutama menurunkan aktivitas
yang mencari pengobatan. Seringkali konstipasi membaik gastrointestinal, persarafannya mencapai pleksus
sendiri atau sebagai respons terhadap kontrol diet atau mienterikus melalui beberapa seri ganglia. Norepinefrine
penambahan serat pangan (seperti Mulax atau Vegeta). merupakan neurotransmitter terpenting dalam sistem ini).
Seringkali test diagnostik yang ada tidak dapat Persarafan intrinsik saluran gastrointestinal di pegang oleh
menunjukkan adany a lesi organik. sistem saraf enterik(Enteric Nervous Sys/ez: ENS), yang
merupakan regulator internal yang kompleks dan sangat
Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna Bagian canggih dalam memodifikasi motilitas gastrointestinal.
Bawah Aktivitas motorik saluran gastrointestinal terutama
Regulasi neural sistem saluran cerna sangat kompleks dan dikendalikan oleh aktivitas ENS. ENS menerima pesan
sebagian besar berada diluar kontrol sadar manusia. Akan aferen langsung dari usus dan dapat secara cepat
tetapi, bagian proksimal akhir dari esofagus dan anus melakukan respons dengan atau tanpa mengikutkan sistem
merupakan suatu kekecualian. Lapisan otot-otot disini saraf otonom. ENS karena itu sering disebut "otak kecil
terdiri dari serat otot bercorak yangberada pada kontrol dari usus". Saraf-saraf ENS sering disebut sebagai neu-
sukarela,/sadar. Regulasi neural pada saluran cerna lainnya ron relay antara saraf parasimpatis dan simpatis, dan sel
diatur oleh sistem saraf otonom (saraf simpatis dan otot polos, kelenjar mukosa usus, dan sel-sel sarafintra-
parasimpatis) dan sistem saraf enterik (Enteric Neryous mural. Pada keadaan ini sistem saraf otonom, atau sistem
,lystez:ENS) (sebuah jaringan yang terdiri dari sel-sel saraf sarafpusat dapat memodulasikan aktivitas ENS. ENS terdiri

460
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA SALURAN CERNA BAGIAN BA}I/AH 461

dari 2 jarhgan saraf yang berbeda ariJrara lain pleksus gelombang lambat (slow wave) dalam keadaan normal
mienterikus (Pleksus Auerb ach) y ang merupakan j aringan memiliki frekuensi 3/menit di lambung, maka frekuensi
saraf berlokasi diantara lapisan otot sirkular dan longi- kontraksi maksimal normal juga 3imenit di lambung. Pada
tudinal dan pleksus submukosa (Pleksus Meissner) yang usus halus, otot polos melakukan perubahan siklik pada
merupakan jaringan saraf berlokasi di dalam submukosa, potensial membran dengan frekuensi 10-13 siklus/menit.
diattara mukosa dan lapisan otot sirkular. Ketika aktivitas spike stperimposisi pada gelombang
Tugas usus halus yaitu untuk digesti dan absorbsi lambat dan depolarisasi mencapai ambang kritikal, maka
nutrien. Digesti yaitu menghancurkan tiga makronutrien kontraksi timbul pada usus halus. Frekuensi maksimal
utama (karbohidrat, protein, dan lemak) kedalam komponen normal dari kontraksi juga 10-13/menit di usus halus.
yang dapat diabsorbsi. Pergerakan usus halus bertujuan (Gambarl)
untuk mencampur makanan dengan cairan pencemaan,
membuat produk digestif mendekati petmukaan usus halus
yang menjadi tempat digesti dan absorpsi, mendorong
produk sisa kedalam kolon. Usus halus memiliki panjang Threshold
kurang lebih 3-5 m. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu <- membrane
polential
duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan
bagian usus halus yang paling pendek. Duodenum bermula
pada pilorus dan membuat bentuk C sekitar kepala pankreas
kebawah ke jejunum. Ligamentum Treitz, yang mengikat
bagian jejunum proksimal, digunakan sebagai batas + Conlractile
force
anatomik saluran cerna bagian atas dengan saluran cerna
bagian bawah. Permulaan duodenum, bulbus duodenum,
lebih lebar sedikit daripada bagian duodenum lainnya, dan Gambar 1. Kontraksi otot polos timbul ketika aktivitas spike
kurang lebih memiliki lebar 3-4 cm. Cairan empedu dan superimposisi pada gelombang lambat (slow wave) dan
depolarisasi mencapai ambang kritikal
pankreas mengalir kedalam duodenum melalui duktus
empedu umum (common bile duct) dan duktus
pankreatikus. Kedua duktus ini bersatu pada dinding Gerakan usus halus berupa kontraksi dan relaksasi,
duodenum membentuk Common Channel, ampulla Vater, dilakukan oleh lapisan otot sirkular dan longitudinal.
yang dikelilingi oleh cincin otot sirkular yang dinamakan Aktivitas kontraktilitas usus halus keseluruhan ditentukan
sfingter Oddi. Setelah duodenum saluran cerna oleh gelombang lambat elektrik Qtace-setter potentiaL),
melanjutkan diri menjadi jejunum dan ileum. Tidak ada spikes (ektivalen dengan potensial aksi), dan kontraksi
batas tegas antara jejunum dan ileum. Kurang lebih 3/5 otot polos. Gelombang lambat (slow wave) selalu timbul
usus halus merupakan ileum. Mukosa jejunum lebih di usus halus, dengan frekuensi intrinsik menurun dari 10-
berlipat-lipat (folded) dibanding mukosa ileum. Tugas 13 permenit di duodenummenjadi 7-8 di ileum.
kolon yaitu mengabsorbsi air dan elektrolit yang masuk Migrating motor complex (MMC) merupakan aktivitas
kedalam usus bersama cairan digestif, transportasi produk motor dari lambung dan usus halus yang berbeda secara
sisa, tempat penyimpanan produk sisp secara temporer. fundamental tergantung pada apakah seseorang sedang
Kolon memiliki panjang 1,3 m dan terdiri dari Cecum dengzm puasa atau baru saja makan. MMC ini merupakan suatu
apendiksnya (bagian distal ileum masuk kedalam cecum kegiatan motorikyang bermula dari lambung danbergerak
sebagai projeksi bulat atau oval yang papiliformis yang kearah distal melalui usus halus. Akan tetapi MMC dapat
disebut valvula ileocecal), kolon asendens, kolon juga bermula pada setiap tempat di usus halus dan bergerak
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum. ke distal.
Diantara 2 makanan atatpada keadaan puasa, MMC
Motilitas Usus Halus Normal merupakan pola yang dominan disebut juga interdigestive
Daerah pace maker, yang menghasilkan impuls elektrik myoelectric complex, atau IDMEC. MMC atau IDMEC
bagi motilitas lambung, berlokasi pada kurvatura mayor memiliki fungsi pembersihan. MMC atau IDMEC
dari corpus lambung. Gelombang depolarisasi elektrik melindungi lambung dan usus halus dari bacterial over-
dengan frekuensi 3 siklus/menit, berjalan dengan pola growth melalui 2 jalan: 1). secara mekanik mendorong
sirkumferensial melalui lambung dari daerah pace maker debris dan bakteri kedistal 2). melubrikasi (mencuci)
turun kedrah pilorus dan duodenum. Gelombang ini lambung dan usus halus karena MMC berhubungan
dinamakan gelombang lambat (slow wave) atau aktivitas dengan peningkatan sekresi asam lambung, aliran cairan
kontrol elektrik (ECA). Aktivitas mekanik a.l. kontraksi empedu dan pankreas. MMC kembali beberapa j am setelah
peristaltik distimulasi ketika potensial splke superimposisi masuknya makanan (lama tergantung pada asupan kalori
pada gelombang lambat. Proses ini disebabkan karena dan volume makanan). Periode puasa diantar a 2 makanan
stimulasi hormonal atau neural. Karena mekanisme seringkali sebentar (kurang dan4 jun), dan karena ituMMC
462 GAIIIROENTEROI.OGI

sering tidak tercetuskan. Ini menunjukkan bahwa MMC Motilitas Kolon Normal
timbul terutama waktu malam hari. MMC atau IDMEC Kolon berfungsi untuk 1). mengabsorbsi air dan elektrolit
terdiri dari 3 pola aktivitas motorik: l). fase I (quiescence yang masuk dengan cairan pencemaan, 2), transportasi
tanpa aktivitas motorik, berakhir selama 45-60 menit), fase produk sisa kearah rectum dan, 3). secara temporer
2 (aktivitas ireguler, terjadi kontraksi sporadik yang menyimpan produk sisa didalam sigmoid dan kolon
meningkat dalam amplitudo dan frekuensi, lebih dari 30- desendens. Kontraksi dan aliran kolon sangat lambat,
45 menit, fase ini berhubungan dengan peningkatan kompleks dan ireguler dibandingkan saluran gastro-
sekresi asam HCI di lambung dan aliran lumen di usus intestinal lainnya. Aliran isi lumen melalui kolon tidak
halus), dan fase 3 (merupakan fase paling khas yang progresif sama. Ada gerakan isi lumen kolon yang antegrad
dicirikan olehkontraksi maksimal dari MMC yang reguler dan retrograd. Masih kontroversi, apakah aktivitas motorik
dengan frekuensi maksimal 3xlmenit di lambung dan 10- periodik dari MMC, dari esofagus bawah ke ileum
l3/menit di usus halus. Fase ini berakhir selama 2-12 terminal, juga menyebar ke kolon.
menit. Kontraksi yang kuat ini mendorong isi lumen ke Gambaran nonsiklik dari motilitas kolon mencakup
susus halus lebih distal), lalu diikuti lagi oleh fase 1. Siklus perubahan ireguler dari: l). Quiscence; 2). Kontraksi
ini berhenti secara tiba-tiba dengin adanya makanan. nonpropagating: mertpakan usaha segmental dan
Sistem saraf enterik (ENS) memegang peran utamapada pemutaran masa tinja didalam lumen kolon untuk
mekanisme utama pengontrolan siklus motilitas memfasilitasi absorpsi cairan dan elektrolit. Kontraksi ini
interdigestive. Fase 3 dikontrol terutama oleh hormon dapat meii'dorong isi lumen sedikit-sedikit pada arahyang
motilin, walaupun ada beberapa hormon lain yang berbeda. Kontraksi ini berlangsung beberapa detik sampai
berperan pada MMC. menit dan dipacu oleh gelombang lambat (slow wave)
Makan mengakhiri siklus puasa, fase 1,2, dan 3 elektrik di kolon; 3). Kontraksi propagating: merupakan
digantikan dengan pola kontraksi yang sporadik atau kontraksi yang mendorong dengan amplitudo tinggi
ireguler yang disebut respon motorik makan (fed motor (HAPC) yang bermula pada kolon asendens dan bergerak
response). Lambung yang memulai memproduksi bentuk kearah sigmoid. Kontraksi ini mendorong produk sisa
kontraksi yang lain ini. Dalam beberapa menit dari mulainya kearah rectum. Masa tinja beristirahat pada satu tempat
makan, lambung melakukan kontraksi peristaltik yang selama beberapa lama, tetapi ketika kontraksi ini timbul,
intensif dengan pola yang stabil. Frekuensi kontraksi kontraksi bergerak maju secara mendadak dan cepat secara
kurang lebih 3/menit, dan menghasilkan kegiatan pendek-pendek. (HAPC merupakan kontraksi dengan
pencampuran serta penggilingan makanan padat yang amplitudo melebihi 80 mmHg, lama lebih dari 10 detik dan
optimal. Ada fase peralihan (/ag phase) selama 30-60 menit propagation sekurang-kurangnya 30 cm). HAPC
setelah makan sebelum aktivitas antral membantu berhubungan dengan pergerakan tinja, suatu istilah untuk
pengosongan makanan padat kedalam duodenum. Pada menggambarkan pergerakan tinj a, gas, atau kontras barium
usus halus, masuknya makanan menyebabkan peningkatan pada kolon yang panlang. HAPC timbul kurang lebih 2
kontraksi yang ireguler yang menetap selama ada nutrien kali sehari pada kolon normal yang tidak persiapkan dan
didalam lumen. Kontraksi usus halus berupa segmental, 4-6kab/haripada kolon yang dibersihkan dengan katartik.
untuk meningkatkan kontak makanan dengan permukaan Motilitas kolon yang siklik hanya timbul di distal rec-
absorptif, dan propulsif, untuk mentransport isi lumen tosigmoid junction. Kompleks motorik rektum (Rectal
kearah distal. Lama pola makan bervariasi tergantung motor complex:RMC) merupakan aktivitas motorik siklik
banyaknya kalori makanan dan komposisi nutrien di rektum tetapi tidak sinkron dengan MMC. RMC timbul
didalamnya. Untuk makanan isokalorik, lemak mencetuskan setiap 90-300 menit dalam t hari dan setiap 50-90 menit
motilitas makan denganperiode lebih lama, mungkinkarena pada malam hari dan berlangsung rata-rata l0 menit. Tiap
pengosongan lambung yang lambat dan nutrien berada kompleks terdiri dari kontraksi fasik dengan frekuensi 3-4
lebih lama di dalam usus halus bagian atas. Residu lemak menit, yang merupakan gelombang lambat (slow wave)
atau karbohidrat didalam usus halus distal memperlambat elektrik di daerah rectum ini. Tidak sama dengan MMC,
pengosongan lambung dan menghambat motilitas jejunum, RMC tidak hilang dengan makanan. Hal ini disebabkan
jadi memperlambat hansit dari usus halus. karena kolon selalu terisi secara kontinyu dari keadaan
Studi-studi malam hari selama tidur menunjukkan digestif dan jarang kosong. Peran f,rsiologik RMC masih
bahwa siklus interdigestif nokturnal memiliki periodisitas tidak diketahui, meskipun diperkirakan membantu
yang lebih pendek (Siklus MMC lebih sering). Selain itu, mempertahankan rekfum kosong, terutama pada malam
MMC m'akin melambat di usus halus pada malam hari. hari.
Aktivitas fase 2 menghilang selama tidur. Vagotomi trunkal Otot polos sirkuler memegang peran lebih banyak pada
juga mengurangi aktivitas fase 2. Hal ini menunjukkan transit isi lumen kolon. Sistem saraf enterik @NS) berperan
bahwa fase 2 dipengaruhi terutama oleh saraf-saraf diluar penting dalam mengontrol aktivitas motorik kolon. Pada
usus (tidak oleh ENS). Akan tetapi MMC di kontrol otot kolon manusia, stimulus lapangan elektrik
terutamaolehENS. menyebabkan kontraksi dengan berbagai kekuatan dan
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH 463

relaksasi. Amplitudo kontraksi diregulasi oleh pelepasan Fungsi Anorektal Normal


neurotransmitter peptida eksitasi dan inhibisi yang Fungsi utama anorektal yaitu menyimpan sisa tinja selama
simultan. Regangan merupakan stimulus yang penting bagi beberapa waktu yang lama dan mengeluarkan tinja secara
kontraksi kolon. Serat otot yang diisolasi secara in vitro, volnnter pada saat yangtepat. Penyimpanan reservoir tinja
bila diregangkan dapat menimbulkan cetusan gelombang dilakukan oleh rekhrm. Mekanisme sensori menimbulkan
spike dan kontraksi yang panjang. Distensi oleh balon di perasaan rektum terisi sesuatu. Defekasi dan kontinent di
kolon transversum mencetuskan konhaksi kearah kaudal. pertahankan oleh dua sfingter anus dan beberapa otot dasar
Makan dan stres emosi merupakanpencetus fisiologik pelvis.
pada kolon manusia. Pencetus fisiologis diterjemahkan ke Melalui aktifasi mekanoreseptor, sebuah sensasi penuh
kolon melalui sistem saraf (susunan saraf pusat ke spinal atau keinginan untuk defikasi dicetuskan oleh distensi
cord lalu ke ENS) atau hormon peptida yang bersirkulasi. rektum dengan udara atau tinja. Distensi ini juga
Aktivitas mioelektrik, tekanan intralumen dan transit isi menyebabkan inhibisi refleksi transien dari sfingter anus
intralumen kolon yang mencerminkan fungsi motorkolon interna (IAS) dan mengurangi tonus istirahat dari kanal
dapat diukur dengan beberapa pemeriksaan. Makanan anus. Inkontinentia dicegah oleh kontraksi simultan dari
mencetuskan peningkatan motilitas kolon dalam 30 menit sfingter anus ekstema (EAS) dan ototpuborektalis (PRM).
pertama postprandial. Peningkatkan potensial spike dan EAS meningkatkan tekanan kanal anus dan PRM
tekanan intralumen dicetuskan oleh komponen lemak mengecilkan angulasi anorektal. Jika defekasi dilawan,
dalam makanan. Karbohidrat tidak memiliki efek pada rektum mengakomodasi tinja dengan bertindak sebagai
motilitas, dan protein serta asam amino bersifat sebagai reservoir komplian sampai defekasi terjadi. Kontinent tinja
inhibitor. Motilitas kolon yang dicetuskan makanan dipertahankan oleh 4 mekanisme interaktif: 1). sensasi
dimediasi melalui nervus vagus dan spinal cord. rektal2). komplians dan akomodasi rektum 3). konhaksi
Kolesistokinin (CCK) mencetuskan motilitas kolon dan otot puborektal dan sfingter anus eksterna sesaat dan 4).
makan meningkatkan konsentrasi CCK dalam darah. motivasi untuk mempertahankan kontinent.
Tekanan intralumen disebabkan kontraksi tidak sama pada Selama defekasi volunter (sadar), kontraksi otot
berbagai bagian kolon setelah makan. Peningkatan terkuat abdominal dan penutupan glottis meningkatkan tekanan
dalam tekanan intralumen timbul pada daerah fleksura intraabdomen. Aktivitas segmental kolon secara temporer
lienalis dan proksimal kolon desendens. Hal ini dapat dihambat dan tinja didorong ke rektum. Secara simultan,
disebabkan oleh 1). perbedaan diameter lumen berbagai otot-otot dasar pelvik relaksasi, menyebabkan dasar
bagian kolon, 2). perbedaan tekanan intrinsik berbagai pelvis turun dan sudut angulasi anorektal membesar. Jika
kolon, atau 3). pola yang berbeda dari pelepasan timbul tekanan di rektum, sf,rngter anus relaksasi dan tinja
neurotransmitter. Perbedaan gradien tekanan dalam kolon didorong keluar. Setelah defikasi selesai, dasar pelvis naik
mengontrol pergerakan isi intralumen. dan sudut angulasi rektum dan tekanan sfingter anus
Pada manusia sehat, kontraksi fasik postprandial kembali seperti semula.
mendorong isi lumen dari fleksura lienalis ke fleksura
hepatik dan terus ke kolon sigmoid. Pergerakan retrograd Gangguan Motilitas Usus Halus
prominen dari isi kolon mencetuskan pencampuran dan Pada gangguan motilitas usus halus primer, tidak
memudahkan mukosa kolon lebih banyak mengabsorbsi didapatkan kelainan gashointestinal organik. Pada keadaan
air dan elektrolit. Bahan-bahan yang dimakan setelah 3 tersebut, gejala tidak berhubungan dengan lesi anatomik
hari dapat keluar melalui tinja pada hari itu. Kontraksi atau mekanik (seperti inflamasi, neoplasma, atau obstnrksi
propagasi dengan amplitudo besar timbul pada orang mekanik), akan tetapi mungkin ada penyakit sistemik.
normal setelah makan. Pada umumnya, kontraksi propagasi Gangguan motilitas usus halus dapat sekunder dari
mulai di kolon transversum dan berkurang pada kolon kelainan usus halus mekanik atau anatomik yang
sigmoid. Tidak adanya kontraksi ini berhubungan dengan mengganggu motilitas usus halus normal. Pada kelainan
konstipasi. Sebaliknya peningkatan jumlah kontraksi tersebut gejala disebabkan oleh lesi mekarrik atau anatomik,
berhubungan dengan diare. dan harus ada bukti gangguan motilitas misal
Stres emosi, termasuk nyeri, mencetuskan peningkatan anastomosis Rotn-en-Y infeksi usus halus dan obstruksi
motilitas kolon baik pada orang normal dan pasien denga usus halus parsial.
sindrom usus iritabel (IBS). Penurunan respons emosi Manifestasi klinik dari gangguan motilitas usus halus
terhadap. stimulus berbahaya dengan memberikan dapat disebabkan oleh perubahan yang disebabkan
c hl ordi az ep oxi de menurunkan respon motorik kolon. penyakit dasar primer atau oleh gagalnya usus halus
Kolon berkontraksi selama marah dan relaksasi selama berfungsi secara nonnal sebagai komplikasi sekunder.
tenang. Pada binatang, kemarahan yang tertahankan, stres, Gejala-gejala yang dapat ditemukan (bilatidak ada penyakit
atau pemberian corticotropin-releasing factor usus inflamasi/IBD, neoplasma atau penebalan mukosa)
meningkatkan transit kolon. antara lain nyeri abdomen, kembung dan sering flatus,
464 GAIITROENTEROI.OGI

diare, penurunan berat badan, mual dan muntah. . Apakah penurunan berat badan merupakan gejala
Komplikasi sekunder karena dismotilitas usus halus utama? ( jika ya, pikirkan kondisi yang menyebabkan
termasuk: 1). abnormalitas pola usus halus pada keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Juga pikirkan sindrom
makan yang mengakibatkan gagalnya digesti dan absorpsi paraneoplastik)
usus halus normal yang dapat menimbulkan diare dan . Apakah pasien memiliki riwayatpenyakit sistemik (misal
malabsorpsi; 2). abnormalitas pola usus halus ada keadaan diabetes mellitus, sclerosis sistemik, penyakit
puasa yang mengakibatkan bakteri tumbuh lampau, yang neurologik, penyakit spinal cord)?
menimbulkan kembung, diare dan malabsorpsi dan 3). . Obat-obat apayarrg dikonsumsi?
transit cepat yang mengakibatkan berkurangnya waktu . Apakahadariwayatkeluargayangsenrpamasalahnya?
absorpsi dan meningkatnya sekresi cairan usus halus. Hal (misal pada neuropati dan miopati viseral)
ini dapat menimbulkan malabsorpsi dan diare osmotik. . Apakah ada bukti gangguan buang air kecil atau pada
Penyebab dari disfungsi motorik usus halus; pria disfungsi seksual? Apakah ada hipotensi ortostatik?
1. Gangguan otot polos: . Apakah ada riwayat operasi lambung atau usus halus?
. Sclerosissistemik(skleroderma), Pemeriksaan Fisis:
. Dermatomiositisdanpolimiositis, Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk menemukan
. Distrof,r miotonik (Miotonika distrofia, penyakit kelainan-kelainan seperti: l). Pada kulit termasuk adanya
Steinert) : Amioloidosis
skleroderma, neurofibromatosis, acanthosis nigricans,
2. Gangguan sistem saraf enteric (ENS): lupus sistemik, dan jaringan parut operasi perlu dilakukan;
. PenyakitParkinson, 2). Kelainan kardiovaskular termasuk hipotensi postural
. Neuropati viseral karena obat, dan kardiomegali; 3). Kelainan neurologik termasuk
. Neuropati viseral paraneoplastik : Infeksi virus parkinsonisme, distropika miotonia, sindrom Shy-Drager
3. Gangguan mengenai sistem sarafotonom perifer: dan multipel sklerosis; 4). Sebagai tambahan pada
. Diabetes melitus, hipotensi postural, adanya disfungsi otonom mengenai
. Sklerosis multipel saluran gastrointestinal termasuk succusio splash ata,u in-
. Gangguan sistem sarafpusat testinal rushes; 5). Kelainan metabolik dan endokrinologik
. Gangguan setelah anastomosis Roux-en-Y perlu dipikirkan bila ada ahofi testis dan manifestasi klinik
. Divertikulosisjejunum dari hiper atau hipotiroidisme.
Evaluasi pasien yang diduga menderita gangguan Pemeriksaan penunjang: 1). Penyebab mekanik dari
motilitas usus halus: obstruksi harus dilakukan dengan pemerisaan rontgen
Prinsip : 1 ). Singkirkan kemungkinan penyakit yang dapat kontras dan endoskopi; 2). Kelainan mukosa diperiksa
diobati seperti obstruksi mekanik, kelainan mukosa, dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa; 3). Jika diare
penyakit usus inflamatorik (IBD), sindrom pasca masalah utama, evaluasi malabsorpsi, dengan pemeriksaan
gastrektomi, kelainan metabolic dan efek samping obat; kimia darah dan gambaran hematologik harus dilakukan;
2). Sepertiga pasien merupakan sindrom usus iritabel (IBS);
4). Kelainan metabolik harus dicari dengan tes fungsi tiroid
3). Harus dicari apakah adapenyakit diluarusus misal dari dan kimia darah; 5). Kelainan vaskular kolagen diperiksa
riwayat keluarga atau secara klinik ada penyakit sistemik ?
dengan test serologik; 6). Pemeriksaan spesifik untuk
4). Selain mengobati gejala gangguan motilitas, bila neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai dari
didapatkan penyakit dasar yang menyebabkan diobati juga anamnesis dan pemeriksaan fisik.
secara tepat. Jika pemeriksaaan-pemeriksaan ini menunjukkan
Anamnesis: gangguan motilitas, tentukan apakah gejala yang ada
. Keluhan pasien berupa kembung perut, nyeri, dan diare. merupakan akibat komplikasi (misal bakteri tumbuh
. Apakah gangguan ini akut atau kronik? Proses akut lampau), dan identifrkasi daerah yang terkena dengan
menunjukkan proses yang berhubungan dengan infeksi pemeriksaan pengosongan lambung, pemeriksaan motilitas
(misal sindrom pasca vkal, efek infeksi mononucleosis) usus halus, pemeriksaan motilitas kolon, danlatart
. Berapa umur dan apa etnik pasien? Usia lanjut tua pemeriksaan anorektal.
menunjukkan kelainan usus yangdifus atau sindrom
Pengobatan. Pengobatan terutama ditujukan pada
paraneoplastik.
. Apakah ada mual dengan atattanpa muntah (bila ya, komplikasi yang terjadi selain obat-obat prokinetik. Pada
sebagian kecil pasien, diperlukan nutrisi parenteral.
ada gangguan lambung)
. Apakah konstipasi merupakan gejalafiama? (ika ya,
ada gangguan kolon)
. Jika gejala subakut atau kronik, apakah secara cepat GANGGUAN MOTILITAS KOLON
menjadi berat? (ika ya, pikirkan obstruksi mekanik
parsial karena tumor) Gangguan yang sering didapatkan yaitu konstipasi
GAITIGGUAN MOTILTTAS SALURAN CERNA SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
465

idiopatik, sindrom usus iritabel (IBS) dan divertikulosis. Beberapa pakar menduga aktivitas kontrol elektrik yang
abnormal berperan. Pakar lain mengusulkan penyebab IBS
Konstipasi idiopatik. Kelainan ini disebabkan oleh termasuk abnormalitas kontraksi yang panjang atau
penyakit sistemik, gastrointestinal dan neurologik. Jika
lamanya gerakan masa kolon, stress psikologis dan
tidak didapatkan penyakit organik yang menimbulkan
sensitivitas rektum yang abnormal. Penyebab ini biasa
konstipasi maka dinamakan idiopatik. Patofisiolo gi tidak
multifaktorial tidak hanya satu saja. Gangguan psikologis,
jelas, akan tetapi ada tiga mekanisme primer yang berperan
gangguan motilitas, dan meningkatnya ambang rangsang
antara lain peningkatan absorpsi cairan di kolon dengan
nyeri viseral semua berperan untuk terjadinya IBS.
transit normal, melambatnya transit dengan absorpsi nor-
Pengobatan biasa dengan diet tinggi serat, banyak minum,
mal, dan gangguan defekasi dimana pergerakan kolon tidak
obat anti depresi-anxietas, obat prokinetik seperti cisapride
fungsional. Aktivitas motorik yang meningkat, menurun
dan tegaserod. Bila tidak berhasil baru dipakai laksatif.
dan normal ditemukan pada konstipasi. Jika kontraksi
Pada diare dapat diberikan obat anti diare atau obat
meningkat dalam amplitudo atau frekuensi tidak
antikolinergik.
terkoordinasi, maka dapat terj adi gerakan maju dan mundur
yang meningkatkan waktu kontak dari chyme atau isi lu- Divertikulosis. Penyakit ini terjadi karena kelemahan
men dengan mukosa. Peningkatan waktu kontak dinding usus disertai adanya konstipasi.
meningkatkan pengeringan tinja, sehingga mempersulit divertikulosis sering didapatkan kontraksi
Pada pasien
pendorongan tinja. Dapat terjadi segmentasi, dengan yang kuat yang mengisolasi segmen usus dan
gerakan yang melambat. Hal ini membuat transit yang menyempitkan usus. Hal ini meningkatkan tekanan tinggi'
melambat dan akhimya konstipasi. Pengobatan
Aktivitas motorik normal kolon dapat timbul pada Berupa diet tinggi serat (20-30 gram/hari).
konstipasi. Meskipun frekuensi dan amplitudo kontraksi Antikolinergik dapat menurunkan tekanan dan nyeri
normal, koordinasi tidak terjadi. Juga hal ini menimbulkan berhubungan dengan spasme. Analgesik opioid dapat
proses aliran tinja menjadi abnormal. Lebih lagi, meredakan nyeri, tapi dapat memperberat keadqan pada
hipomotilitas dengan transit yang lambat dapat jangka panjang karena konstipasi sebagai efek
menyebabkan konstipasi dengan meningkatnya waktu sampingnya. Antibiotik hanya bila ada diverkulitis.
kontak mukosa. Penyakit neurokimia berperan pada
patofi siologi konstipasi. Koch dkk mendemonstrasikan
berkurangnya kadar vasoactive intestinal peptide (VIP) GANGGUAN MOTILITAS ANOREKTAL ATAU
dan peptide histidine-methionine pada pasien konstipasi. DEFEKASI
Penyakit neuroanatomik juga dapat menimbulkan
konstipasi Krishamurthy dkk. melaporkan penurunan neu- Gangguan motilitas anorektall gangguan defikasi dapat
ron argyrophilic pada spesimen reseksi dari pasien berupa gangguan kontinentia atau ganggsan eliminasi/
konstipasi. Kelainan lain yaitu berkurangnya jumlah axon pengeluaran tinja
dan peningkatan nuklei berbentuk macam-macam. l. Gangguan kontinentia
Beberapa studi melaporkan berkurangnya jumlah Gangguan kontinentia dapat ditemukan pada beberapa
gerakan kolon pada pasien konstipasi. Diagnosis penyakit antara lain
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik . Inkontinentia tinja idioPatik
(adanya gangguan sistem saraf, tonus anus, sensasi kulit, . Diabetes Melitus
adanya tinja pada pemeriksan digiti rektal dan adanya . Sklerosis multipel
impaksi tinja di rektum) dan pemeriksaan penunjang Pengobatan pada inkontinentia tinja:
(pemeriksaan darah, rontgen kolon/barium enema atau . Latihan biofeedback
kolonoskopi). . Obat anti diare Pada diare
Pengobatan berupa diet tinggi serat 20-3 0 gram perhari, 2. Ganggtaneliminasi/pengeluaran tinj a
banyak minum, jika mungkin hentikan laksatif dan obat- Gangguan eliminasi tinja ini dapat ditemukan pada
obat yang tidak penting. Jika hal ini tidak berhasil, lakukan penyakit anlaralain:
pemeriksaan motilitas (manometri anus dan tes transit ' Megarekfum
kolon). Tes transit kolon yang ada yaitu scintigraphi tran- . Penyakit HirschPrung
sit kolon. Pada keadaan ini baru dapat dipakai laksatif . Dissinergi dasar pelvis
berupa laktulosa, serat. Obat-obat prokinetik seperti
cisapride, tegaserod dapat dipakai. Pengobatan pada Gangguan Defekasi
Sindrom Usus Iritabel (IBS). Sindrom ini ditandai oleh . Pada impaksi tinja karena megakolon, dilakukan enema
berbagai perubahan kebiasaan buang air besar yang rektum diikuti irigasi kolon menggunakan cairan
berhubungan dengan nyeri abdomen. Penyebab gej ala IB S elektrolit seimbang. Sabun enema harus dihindarkan
tetap kontroversial. karena menimbulkan kolitis.
466 GASTROENTEROIOGI

. Pasien imobilisasi atau cacat harus diberikan diet tinggi REFERENSI


serat dengan enema l-2xlminggt untuk mencegah
rekurensi atau impaksi tinja Champion MC, Orr WC. Evolving concepts in gastrointestinal
. Latihan biofeedback motility. Blackwell Science. Tokyo Japan. 1996.
Fisher RS, Krevsky B. Motor disorders of the gastrointestinal tract:
What's new & what to do. Academy professional information
services ins. New York. USA.l993.
DIAGNOSIS GANGGUAN MOTILITAS SALURAN Herve S, Savoye G, Behbahani A, Leroi AM, Denis P, Ducrotte p.
CERNABAGIAN BAWAH Results of 24-h manometric recording of colonic motor
activity with endoluminal instillation of bisacodyl in patients
Diagnosis gangguan motilitas saluran cema bagian bawah with severe chronic slow transit constipation. Neurogastroenterol
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan Motil 2004;16: 397 -402.
hasil pemeriksaan penunjang mulai dari laboratorium rutin Karlbom U, Lundin E, Graf W, Pahlman L. Anorectal physiology in
relation to clinical subgroups of patients with severe constipa-
tinja, darah, pemeriksaan rontgen usus, kolonoskopi dan
tion. Colorectal Dis 2004;6: 343-9.
pemeriksaan transit usus halus atau kolon dan pemeriksan
Rao SSC. Colonic and Anorectal Motor Disorders. In: First Asian-
manometri anorektal. pacific postgraduate course on gastrointestinal motility. The
Korean Society of Gastrointestinal Motility and Janssen Cilag.
Cheju-Korea. April 5-7 2001.
KESIMPULAN Rao KA, Yazaki E, Evans DF, Carbon R. Objective evaluation of
small bowel and colonic transit time with pH telemetry in ath-
letes with gastrointestinal symptoms. Br J sports Med 2004;38:
Gangguan motilitas saluran cerna bagian bawah cukup
482-'.?
banyak ditemukan pada manusia. Untuk diagnosis Rao SSC, Sadeghi P, Beaty J, Kavlock R. Ambulatory 24-Hov
gangguan motilitas saluran cema bagian bawah perlu dicari Colonic Manometry ih slow transit Constipation. Am J
apakah fungsional atau organik. Selain mengobati Gastroenterol 2004; 99: 2405-16.
gangguan motilitasnya, usahakan obati penyakit yang of kolonic motility-summary and conclusion. In:
Read NW. Tests
menyebabkannya. Read NW, editor. Gastrointestinal motility: which test?
Wrightson Biomedical Publicashing UID; 1989. p. 213-23.
Sarna SK. Colonic electrical control indicator of colonic function.
In: Read NW, editor. Gastrointestinal motility: which test?
Wrightson Biomedical Publishing LTD; 1989. p. 203-11.
Stendal C. Practical guide to gastrointestinal function testing.
Blackwell Science.Tokyo Japan 1997.
72
PEMERIKSMTN ENDOSKOPI
SALURAN CERNA
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN pemasangan stent bllietlpankreas waktu ERCB dilatasi


stenosis saluran cerna dll.
Pemeriksaan endoskopi pada awalnya merupakan
pemeriksaan penunj ang dalam mendiagnosis kelainan-
kelainan organ di dalam tubuh. Bidang ilmu DEFINIS!
gastroenterologi dan hepatologi sangat berkembang
pesat dengan ditemukannya alat endoskopi, terlebih Endoskop yaitu suatu alat yatg digunakan untuk
dengan ditemukannya alat endoskop lentur (/lexible memeriksa organ di dalam tubuh manusia visual dengan
endoscope/fiberscope) dan video endoscope (skop cara mengintip dengan alat tersebut (rigid/fiber -skop)
Evis). atau langsung melihat pada layar monitor (skop Evis),
Dengan ditemukannya skop lentur pandang samping sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapat
(side view) dapat dilakukan permeriksaan endoscopic dilihat denganjelas.
retrograde cholangiopancreato graphy (ERCP) untuk Pemeriksaan endokopi adalah pemeriksaan penunjang
mendiagnosis kelainan bilier, dan pankreas. Untuk yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis
mendiagnosis kelainan hati, peritoneum, dan rongga kelainan-kelainan organ di dalam tubuh antara lain saluran
abdomen dikembangkan pemeriksaan peritoneoskopi. cerna, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdomen,
Perkembangan mutakhir terbaru, untuk memeriksa dan lain-lain.
kelainan di usus halus telah ditemukan dan Esofagoskopi yaitu pemeriksaan endoskopi untuk
dikembangkan pemeriksan endoskopi tidak dengan mendiagnosis kelainan di esofagus. Gastroskopi yaitu
selang endoskop tetapi dengan capsul yang disebut pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis kelainan di
endoskopi kapsul. gaster/lambung. Duodenoskopi yaitu pemeriksaan
Dengan pemeriksaan endoskopi ini kelainan-kelainan endoskopi untuk mendiagnosis kelainan di duodenum.
di saluran antara lain esofagus, gaster, duodenum, Enteroskopi yaitu pemeriksaan endoskopi untuk
jejunum, ileum, kolon, saluran bilier, dan pankreas, hati mendiagnosis kelainan di usus halus. Kolonoskopi yaitu
dapat dideteksi lebih mudah dan tepat. Dalam pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis kelainan di
perkembangannya, selain digunakan untuk diagnostik, kolon/usus besar. Endoskopi kapsul yaitu pemeriksaan
alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik endoskopi menggunakan endoskop bentuk kapsul untuk
yang dapat dideteksi lebih mudah dan tepat. Dalam mendiagnosis kelainan di usus halus.
perkemb4ng anrty a, selain digunakan utnuk diagnostik
alat endoskop yaitu skleroterapi atau ligasi varises,
hemostatik perendoskopik pada perdarahan akut, terapi JENIS ENDOSKOPI
laser, polipektomi perendoskopik pada perdarahan akut,
skleroterapi atau ligasi hemoroid, sfingterotomi papilla . Endoskopi kaku ( rigidscoPe)
vateri, ekstraksi batu bilier perendoskopik waktu ERCR . Endoskopi lentur (fiberscope)

467
468 GASIROENTEROI,OGI

. Video endoscope (Evis scope) Segal & Watkins. Tahun 1950 Uji memnuat gastrokamera
. Endoskop kapsul (capsule endoscope) dengan menggunakan microfilm yarrg dapat dimasukkan
kedalam gastroskop.

SEJARAH ILMU ENDOSKOPI SALURAN CERNA Periode III : periode ini dipelopori oleh Hirschowitzyang
pertama kali mendemonstras kan gas tro duo denal fib ers c op e
buatan ACMI. Berkas-bwerkas cahaya y ang terdapat pada
Sejarah di Luar Negeri alat tersebut dipantulkan oleh fiberglass dengan diameter
. Periode I, yaitu periode endoskop kaku atau straight 0,0006 inci atau + l4U. Di dalam satu bundle dengan
rigid tubes, antara tahun 1795-1932. diameter + 0,25 inci terdapat 150.000 fiber glass . Dengan
. Periode II, yaitu periode setengah lentur atau ditemukanny a gas troduodenal fibers cope Hirschowitz ini,
semiflexible tube endoscopy, arrtara tahun 1932-1958. mulai terlihat kemajuan di bidang endoskopi, kerena
. Periode III , yaituperiode endoskop lentar atalflexible pemakaiannya lebih mudah dan lebih aman. Pada Kongress
endo s c op e, yang diawali pada tahun I 95 8. Sej ak tahun Intemational Gastroenterologi di Washington tahun 1958,
itu perkembangan endoskopi maupun gastroenterologi telah dilaporkan hasil foto berwarna, oleh Takasa dan
terasa sekali sangat pesat. Ashinawa yang menggunakan mikrofilm berwarna di
Periode I : yaitu periode endoskop kaku diawali saq'ana gastrokamera. Kemudian Olympus Co dari Jepang membuat
Bozzini tahun 1795. Waktu itu endoskop digunakan utnuk gastrokamera yang digabung dalam f,rberscope, yang disenut
memeriksa rectum dan uterus. Sarjana tersebut membuat GTF ( 1962), dan kemudian mengalami perbaikan dan disebut
suatu alat dari logam dengan diberi penyinaran lilin. Sinar GTFA (1965). Sejak tahun 1970 di Jepang telah dapat
dari lilin, diganti dengan penyinaran lampu yang memakai dilakukan pemeriksaan endoskopi di TV (Television
alkohol pada tahun I 853. Tahun 1 868 Kusmaull pertama kali Endo s copy), dengan maksud mempermudha pendidikan.
membuatgastroskopi dari logamyang dilengkapi lampu dan Sej ak tahun I 963 oleh ACMI dibuat sigmoidosopi serat optik

kaca yang memantulkan cahaya (straight rigid gastro- dengan panjang 50-60 cm untuk memeriksa sampai kolon
scope). Lalu gastroskop tersebut disempurnakan oleh transversum , dan kolonoskop serat optik yang panjangnya
Mikulicz pada tahun 1881, dengna mebuat lekukan di 185 cm untuk memeriksa daerah sekum. Alat ini
ujungnya sebesar 30 derajat, sehingga dapat digunakan diperkenalkan pertama kali tahun I 968.
untuk memeriksa isi lambung lebih sempuma dan disebut Peritoneoskop mengalami banyak perubahan setelah
rigid elbowed gastroscope. Perkembangan tidak hanya ditemukannya endoskop serat optik. Pada waktu 56 Asian
mengenai bentuk endoskop saja, tetapi penyinarannya. Pada Pasific Congress of Gastroenterology di Singapura 976
tahun 1906 penyinaran memakai listrik. Rosenheim telah dilaporkan dan dipamerkan laparaskop kecil buatan
memelopori pertama kali menggunakan lampu listrik untuk Olympus yang dapat digunakan untuk memeriksa pasien
iluminasi gastroskop. Bevan pada tahun 1868 pertama kali dibangsal.
menggunakan endoskopi untuk mengambil benda-benda Perkembangan lebih lanjut, telah dilaporkan
asing dan untuk melihat kelainan di esofagus. Alat endoskop penggunaan video-endoskop pada tahun 1984, yang
yang digunakan untuk memeriksa rectum dan sigmoid prinsipnya berbeda dengan fiberoptic endoscope. Alat
pertama kali dikembangkan oelh Tuttle tahw 1902. ini menggunakan teknologi mikroelektronik maju untuk
Peritoneoskopi pertama kali dikembangkan oleh Ott tahun menghasilkan endoskopik video-image yang besar dan
1901, dan disebut celioscopy. Ia menggunakan speculum mempunyai resolusi tinggi pada monitor televisi. Image
vagina ke dalam rongga perut melalui insisi. Cara memeriksa ini dapat direkam dan dilihat serentak oleh beberapa
isi rongga perut diikuti oleh Kelling pada tahun yang sama tempat, tanpa kehilangan ketajaman karena pengamatan
dengan menggunakan sistoskop. image. Pada sistem ini ada 3 komponen dasar yang penting
yaitu, endoskop milcroelekhonik, video-prosesor dan video
Periode II : pada periode ini Schindler W membuat monitor. Keuntungan alat ini tidak menggunakan serat optik
semiflexible gastroscope pertama kali tahun 1932. Alat yang secara alamiah dapat memburuk, sesuai dengan
tersebut semilentur dan mempunyai lensa ganda dengan umumya.
jarak sangat pendek. Pada tahun 1939, Henning membuat Tindakan terapeutik banyak dilakukan di luar negeri
modifikasi lensanya, dan bagian yang kaku dibuat lebih mulai dari pengambilan benda asing, skleroterapi
kecil, sehingga memudahkan pemeriksaan. Eder Palmer endoskopik (1939 oleh Grafoord dan Frenchner) laser
pada tahun 1941 membuat gastroskop dengan diameter 9 argon (1975 oleh Dawyer dkk), polipeptomi kolon (1973
mm. Pada tahun 1948 Benedict membuat gastroskop yang oleh Wolff dan Shinya)
dilengkapi dengan alat biopsi. Yang melakukanpemotretan Koch dkk (1975) melakukan percobaan Endoscopic
pertama kali adalah Henning dengan memakai gastroskop Retrograde Spinchterotozy (ERS) pada anjing. Cara ini
Shindler dan film hitam putih. Tahun 1948 dilakukan lalu berkembang dan dilakukan pada manusia untuk
pemotretan dengan film berwama oleh Henning & Keilhack, mengeluarkan batu di saluran empedu utama atau
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN CERI{A 469

dimanfaatkan penghisapan cairan empedu. Selanjutnya Sesudah itu pemeriksaan enteroskopi (push
sfingterotomi disebut papilotomi endoskopik. enteroscopy) rttitkpemeriksaan usus halus secara lengkap
Sejak ditemukannya endoskop serat optik, diproduksi mulai dilalarkan dan dikembangkan Bambang Handana dkk
juga enteroskop serat optik yang panjang yang dapat di Jakarta.
memeriksa kelainan-kelainan di usus halus. Beberapa Endoskopi kapsul mulai diperkenalkan dan dilakukan
senter di Jepang mengawali pemeriksaan push di lakarta Indonesia sejak tahun 2004, yang digunakan
enteroscopy menggunakan enteroskop tersebut untuk untuk memetiksa kelainan-kelainan di usus halus.
merneriksa usus halus, yang lalu diikuti oleh beberapa
negara maju lainnya. Setelah era video endoskopi,
enteroskopi diproduksi sesuai sistem video endoskopi. JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Akhir-akhir ini di Jepang dibuat lagi enteroskop memakai CERNABAGIANATAS
balon yang disebut double balloon enteroscope wtuk
memeriksa kelainan usus halus. Diagnostik
Sejak tahun 2000 ditemukan dan dikembangkan . Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsi.
pemeriksaan endoskopi kapsul tanpa selang dan tanpa . Jejunoskopi dan biopsi
kabel, menggunakan kapsul endoskop yang digunakan . Enteroskopi dan biopsi
untuk memeriksa kelainan usus halus. . Kapsul endoskopi

Sejarah di Dalam Negeri Terapeutik


Perkembangan endoskop di Indonesia hampir mirip . skleroterapi dan ligasi varises esofagus
dengan perkembangan di luar negeri, yaitu juga diawali . skleroterapi histoacryl varises lambung
dengan endoskop kaku. . hemostatik endoskopik perdarahan non varises :

Endoskop kaku yang pernah dipakai yaitu adrenalin * aethoxysclerol, berryplast, electric coagu -
rektosigmoidoskop yang semula banyak dipakai di bidang lation, bipolar probe, endosclips dtl.
bedah. Pang pada tahun 1958 memelopori penggunaan . polipektomipolip esofagus-gaster-duodenum
laparaskop kaku di Indonesia. Endoskop setengah lentur . endoscopic mucosal resection (EMR)
pertama kali pada tahun 1967 digwakandi Indonesia oleh . terapi laseruntuktumor, perdarahan dll.
Simadibrata. Selanjutnya dilaporkan hasil pemeriksaan . dilatasi esofagus : dengan b:usi Hurst ata,u Savary-
gastroskop lentur (Olympus GTFA) oleh Supandiman di Guillard
Bandung (tahun 1971). Sejak itu makinbanyak laporanhasil . pemasangat stent esofagus
pemakaian endoskop lentur di Indonesia, apalagi setelah . pemasangar, percutaneus endoscopic gastrostomy
didirikan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal (PEG)
Indonesia (PEGI) pada tahun 191 4 yang dketuai oleh Pang. . pemasangan selang makanan/NGT-Jlocare pet-
Kolonoskopi lentur digunakan pertama kali sejak endoskopik
Oktober 1973 oleh Hilmy dkk. Tindakan polipektomi
endoskopk juga dilaporkan Hilmy dkk tahun 1978.
Skleroterapi endoskopik juga sudah dikembangkan di JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Indonesia dilaporkan pertama kali oleh Hikny dkk (198a). CERNABAGIAN BAWAH
Pemasangan prostesis esofagus pertama kali dilaporkan
Simadibrata R. Tindakan dilatasi esofagus dengan Savary
Diagnostik
dilaporkan oleh Rani AA dan Chudahman Manan dkk. . Enteroskopi dan biopsi
Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography . Kapsul endoskopi
(ERCP) diagnostik dan terapeutik dilaporkan pertama kali
. Ileo-kolonoskopi&biopsi
oleh Lesmana L dkk. Terapi Laser parendoskopi . Rektosigmoidoskopi & biopsi
dikembangkan pertama kali oleh Daldiyono H. Ligasi
varises esofagus dilaporkan oleh Hermono H dan dan Rani
. Anoskopi
AA. Ligasi ganda varises esofagus dilaporkan oleh
Hermono H dan Simadibrata M. Tindakan Percutaneus Terapeutik
Endoscopic Gastrostomy (PEG) dilakukan oleh Hermono . skleroterapi dan ligasi hemoroid
H dan Chudahman Manan. . hemostatik endoskopik perdarahan non varises :

Pemeriksaan usus halus proksimal dan ileum terminal adrenalin * aethoxyscerol, berryplast, eleclric coagu'
dengan kolonoskop pediatrik yang dimodifikasi dan lation, bipolar probe, endosclips dll.
kolonoskopi panjang dikembangkan Simadibrata M sejak . polipektomi polip kolon
tahun 1997. . endoscopic mucosal resection (EMR)
470 GASTROENTEROISGI

. terapi laser unfuk tumor, perdarahan dll. . Pada pasien-pasien pascagastrektomi dengan gejala/
. dialtasi striktur /stenosis kolon keluhan-keluhan saluran cema bagian atas diperlukan
. pemasangan stent kolon pemeriksaan endoskopi Karen interpretasi radiologis
biasanya suliU iregularitas dari lambung dapat dievaluasi
paling baik dengan visualisasi langsung melalui
E'VDOSCO PIC RETROGRADE CHOLANGIO endoskopi.
PAN C REATOGRIIPHy ( E Rc P) . Kasus sindrom dispepsia dengan usia lebih dari 45
tahun atau di bawah 45 tahun dengan "tanda bahaya",
pemakaian obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dan

Diagnostik riwayat kanker pada keluarga. Yang dimaksud dengan


Melihat duktus bilier, sistikus, kandung empedu dan tanda bahaya yaitu muntah-muntah hebat, demam,
duktus pankreatikus hematemesis, anemia, ikterus dan penurunan berat
badan.
. Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan
Terapeutik selang makanan (nasogastric tube), dilatasi pada
. pemasangat stent bilier dan stent pankreas
stenosis esofagus atau akalasia, dll.
. sfingterotomi atau papilotomi endoskopik
. ekstraksi batu atau cacing dari saluran empedu. Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBA :
. pemasangan nasal biliary drainage (NBD) 1. Kontraindikasi absolut :
. pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur
pemeriksaan tersebut setelah indikasinya dijelaskan
Peritoneoskopi
secara penuh.
. diagnostik kelainan peritoneum dan hati . Renjatan berat karena perdarahan dll.
. untuk mengambil batu kandung empedu dan . Oklusikoronerakut
kolesisektomi dikembangkan tindakan laparaskopik . Gagaljantung berat
kolesisekt6mi yang memakai peralatan peritoneoskopi . Korna
tersebut. . Emfisema danpenyakitparu obstruktifberat
Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi
harus ditunda dulu sampai keadaan penyakitnya
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ENDOSKOPI mernbaik
SALURANCERNA 2. Kontraindikasirelatif:
Indikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
. Lukakorosif akutpada esofagus, aneurisma aorta,
(SCBA): aritmia jantung berat.
. Kifoskoliosis berat, divedikulum Zenker, osteofit
. Unhrk menerangkanperubahan-perubahanradiologis bear pada tulang servikal, struma besar. Pada
yang meragukan atau tidakjelas, atau untuk menentukan keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus
dengan lebih pasti/tepat kelainan radiologis yang dilakukan dengan hati-hati dan "halus".
didapatkan pada esofagus, lambung atau duodenum . Pasien gagal jantung
. Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigas- . Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis,
trium, muntah-muntah) yang pada pemeriksaan kolesistitis).
radiologis tidak didapatkan kelainan. . Pasien anemia berat misal karena perdarahan, harus
. Bilapemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurigai diberi transfusi darah terlebih dulu sampai Hb
suatu kelainan misalnya tukak, keganasan atau sedikitnya l0 g/dl.
obstruksi pada esofagus, indikasi endoskopi yaitu . Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai
memastikan lebih lanjut lesi tersebut dan untuk membuat hipertensi berat atau kejang-kej ang.
pemeriksaan fotografi, biopsi, atau sitologi. . Pasien pascabedah abdomen yang baru.
. Perdarahan akut saluran cemabagian atas memerlukan . Gangguan kesadaran.
pemeriksaan endoskopi secepatrya dalam waktu24 jam . Tumormediastinum.
untuk mendapatkan diagnosis sumber perdarahan yang
paling tepat. Indikasi pemeriksaan endoskopi kapsul:
. . Perdarahan saluran cerna atas dan bawah yang
Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang
disebabkan kelainan usus halus
diperlukan juga unhrk memantau penyembuhan tukak
yangjinak dan pada pasien-pasien dengan tukak yang
. Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus
dicurigai kemungkinan adanya keganasan (deteksi dini Kontra indikasi pemeriksaan endoskopi kapsul:
karsinoma lambung) . Obstruksi saluran cema
PEMERIKSAAN ENI,OSKOPI SALURAN CERITIA 471

. Stenosis/sffitur saluran cema . Nyeri perut bagian atas, tanpa kelainan pada pankreas,
lambung, duodenum dan hati.
Indikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian . Gallstone pankreatitis.
bawah(SCBB):
. Mengevaluasi kelainan yang didapat pada hasil Konhaindikasi pemeriksaan ERCP :
pemeriksaan enema barium misal striktur, gangguan . Sesuai dengan kontraindikasi pemeriksaan endoskopi
pengisian (/illing defect) menetap. SCBA.
. Perdarahan rectum yang tidak dapat diterangkan . Keadaan umum lemah atau buruk.
penyebabnya. Selain itu bila darah samar positif atau . Alergi kontras yodium.
perdarahan nyata, indikasi mutlak kolonoskopi.
Indikasi pemeriksaan laparaskopilperitoneoskopi :
. Penyakit radang usus besar (Crohn, kolitis ulserosa, . Memeriksa hati dan melalarkan biopsi terpimpin pada
kolitis mikroskopik)
penyakit yang diduga setempat atau difus, termasuk
. Keganasan dan polip dalam kolon (ditegakkan dengan
evaluasifilling defect pada pemeriksaan imaging hati
biopsi histopatologi)
danlimpa.
. Evaluasi diagrrosis keganasan rectum atau kolon yang . Memeriksa kandung empedu untuk kemungkinan
diuat sebelumnya. penyakit atau pembesaran yang disebabkan oleh
. Kolonoskopi pascabedah; evaluasi anastomosis. penyumbatan pada duktus koledokus.
. Surveilens, pada kelompok risiko tinggi ( misal pada . Menetapkan etiologi tumor abdomen.
kolitis ulseratif) dan pemantauan sesudah pembuangan . Menilai kemungkinan operasi pasien tumor ganas dan
polip atau kanker.
menenfukan adanya metastasis.
. Prosedurteeerapeutiksepertipolipektomi,pengambilan . Menetapkan etiologi asites, terutama ya\g resisten
benda asing, dan lain-lain
terhadap pengobatan.
. Penelitian penyakit kolon pada pasien dengan anemia . Evaluasi nyeri abdomenyang gambaran klinisnya tidak
yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, penurunan jelas, termasuk nyri daerah pelvis yang mungkin
berat badan, adenokarsinoma metastatik dengan lesi
disebabkan radang. Atau penyakit lain atau adhesi
primeryang kecil.
dengan peritoneum atau organ lain.
Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBB : . Evaluasi organ dalampelvis.
. Setiap proses peradangan akut dan berat seperti kolitis . Menentukan stadium penyakit Hodgkin dan limfoma
ulseratif, penyakit Crohn atau kolitis iskemik, kolitis lain.
radiasi. Pada keadaan akut dan berat dapat timbul
Kontraindikasi pemeriksaan peritoneoskopi :
perforasi. . Kelainanpembekuandarah
. Divertikulitis akut dengan gejala-gejala sistemik. Nyeri . Pasientidakkooperatif
hebat pada abdomen, peritonitis (bahaya perforasi). . Penyakitkardio-pulmonerberat
. Infark jantung baru dan gangguan kardiopulmoner . Asites yang amat besar
berat. . Hemia diafragmatika atau dinding abdomen
. Kehamilan trisemester pertama, penyakit peradangan . Obstruksi usus
panggul. . Keadaan obesitas berat
. Penyakit anal atauperianal akut. . Pemeriksaan yang belum memiliki pengalaman
. Dugaan perforasi kolon kolon atau belum lama menjalani
operasi kolon.
. Aneurisma aorata abdominal atau aneurisma iliakal. Penyulit Komplikasi
. Nyeri perut demam, distensi perut dan adanya 1. Pemeriksaan endoskopi SCBA :

penurunan tekanan darah sewaktu pembersihan kolon.


. Reaksi terhadap obat-obatan : koma karena diaz-
epam, gangguan pemapasan.
Indikasi pemeriksaan ERCP : . Pneumonia aspirasi
. Ikterus dengan penyebab tidak jelas. . Perforasi
. Batu saluran empedu. . Perdarahan
. Keganasan pada sistem hepatobilier dan pankreas. . Gangguankardiopulmoner
. Panl<reatitislaonik. . Penularaninfeksi
. Tumorpamkreas,termasukkista. . Instramental impaction.
. Diabetes mellitus, dengan nyeri perut atau berat badan 2. Pemeriksaan endoskopi SCBB :
menuiun, untuk menyingkirkan pankreatitis atau . Gangguan kardiovaskular dan pernapasan
karsinoma. . Perforasikolon
. Divertikelduodenumsekitarpapil. . Perdarahan
. Metastasis tumor ke sistem bilier atau pankreas. . Reaksi vasovagal
472 GAIITROENTEROI.OGI

. Distensi pascakolonoskopi
. Flebitis
. Infeksi
. Volvulus
Persentase (%)
. Efeksarnpingbiopsi : perforasi,perdarahan, infeksi
Jenis Penyakit
Normal 28
dll. 29
Gashitis
PemeriksaanERCP: Gastritis erosive 15,67
. perdarahan Duodenitis 7,67
. perforasi
Esofagitis
Gastritis refluks empedu
5,83
4,5
. pembentukan kista submukosa duodenum Tukak duodenum 3,5
. infeksi : kolangitis supuratif akut, kista pankreas Tukak lambung 2,2
Gastropati hipertensi portal 1,2
terinfeksi, sepsis, pankreatitis akut. Tumor gaster 1
. Sepsis dan kematian. Sliding hemia 0,66
Laparaskopi/peritoneoskopi : Kandidiasis esofagus 0,5
. Yang berhubungan dengan pneumoperitoneurn Tumor esofagus
Atrofi gaster
1
1

(emfi sema subkutan-rnediastinum, perdarahan


Dikutip dari Daldiyono H
tempat say atan, pneumotoraks, renjatan, cardiac
arrest, tertusuknya organ dalam abdomen, emboli
udara, nyeri abdomen dan bahq hernia diafragmatika
atau dinding abdomen).
. Yang berhubungan dengan laparaskopi (nyeri
waktu menggerakkan trokar, nyeri waktu skop Persentase
Jenis Penyakit (o/o)
mengenai peritoneum parietal, perdarahan organ
Pecah varises esofagus 27,2
atau fumor yang terkena skop, perforasi usus, em- Kornbinasi kelainan-kelainan 22,1
boli udara, merembesnya cairan asites dari sayatan Gastritis erosif 't 9,0
dinding abdomen). Gastropati hipertensi portal 11,7
. Yang berhubungan dengan tindakan biopsi
Ulkus duodenum
Ulkus gaster
5,7
5,5
(perdarahan, nyeri, peritonitis empedu). Pecah varises lambung 1,8
Karsinoma duodenum 1,1
Karsinoma gaster 0,9
Esofagitis erosive 0,7
HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN Ulkus esofagus 0,4
Duodenitis erosif o,2
GERNA DI RSUPN4IPTO MANGUNKUSUMO Polip gaster 0,2
Angiodisplasia/hemangioma o,2
Dari kasus-kasus dispepsi a y arrg dilaktrkan pemeriksaan Tak ditemukan kelainan 3,3
endoskopi SCBA didapatkan kelainan yang sering yaitu Dikutip dari Simadibrata M, Rani AA
gastritis diikuti gastritis erosif, doudenitis. Dari kasus-
kasus perdarahan SCBA yang dilakukan pemeriksaan
endoskopi SCBA didapatkan penyebab yang sering yaitu
pecah varises esofagus diikuti kombinasi kelainan SCBA,
gastritis erosif, gastropati hipertensi portal.
Kelainan yang sering ditemukan pada pemeriksaan Jenis penyakit Persentase(7o)
kolonoskopi yaitu hemoroid diikuti, polip, kolorektal, kolitis 12,70
Normal
infektif, kanker kolorektal. Hemoroid 25,75
Hasil pemeriksaan endoskopi tersebut dapat dilihat Polip kolorektal 11,70
Kolitis infektif 10,70
pada Tabel l,2,dan3. 9,03
Kanker kolorektal
Kolitis ulseratif 6,O2
Kolitis nonspesifik 5,68
Divertikel kolon 4,68
KESIMPULAN Trikuriasis 3,67
lleitis infektif 2,67
Tuberculosis kolon 2
Pemeriksaan endoskopi merupakan pemeriksaan 1,67
Kolitis iskemik
penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis Penyakit Crohn 1,33
penyakit gastrointestinal, bilier dan hati. Pemeriksaan Kolitis amebic 1,33
Kolitis radiasi 1
endoskopi harus selalu dipandang sebagai cabang ilmu
kedokteran yang akan berkembang terus. Dikutip dari Daldiyono
PEMERIKSTAAI\I ENDOSKOPI STALURAN CERNA 473

REFERENSI hepatologi. Perhimpunan endoskopi gastrointestinal


Indonesia. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 1987.p. 243-55.
Adler DG Knipschield M, Gostout C. A Prospective comparison of Nurman A. Persiapan dan perawatan pasien sebelum dan sesudah
endoskopi. Dalam: Hadi S, Thahir G, Daldiyono, Rani A, Akbar
capsule endoscopy and push enteroscopy in patients with GI
bleeding of obscure origin(Abstract). Gastrointes Endosc 2004; N eds. Endoskopi dalam bidang gastroentero-hepatologi
59(4). http://www2.us.elsevierhealth.com/scripts/om.dl1/ Perhimpunan endoskopi gastrointestinal Indonesia. Jakarta.
serve?action-searchDB& searchDB for: 1-2. Balai Penerbit FKUI. 1987.p. 29-45.
Chong AKH, Taylor A, Miller A, Hennessy O, Connell W, Desmond
Rani AA, Manan C, Djojoningrat D, Simadibrata M. Sindrom
dispepsia- Diagnosis dan penatalaksanaan dalam praktek sehari-
P. Capsule endoscopy vs push enteroscopy and enteroclysis in
suspected small-bowel Crohn's disease(Abstract). Gastrointes
hari(buku panduan diskusi). Pusat Informasi dan Pqnerbitan
Endosc 2005; 6l(2). http:i/www3.us.elsevierhealth.com/scripts/ Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM. April 1999.
om.d11/serve?action= searchDB&searchDB for: l-2.
Rani AA. Kolangio-pankreatografi retrograd endoskopik
(KPRE=ERCP). Dalam Hadi S, Thahir G Daldiyono, Rani A,
Datdiyono H. Aplikasi dan teknologi endoskopi dalam bidang
gastroenterologi ilmu penyakit dalam. Pidato pada upacara Akbar N eds. Endoskopi dalam bidang gastroentero-hepatologi.
Perhimpuan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia. Jakarta. Balai
pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam ilmu penyakit dalam
pada fakultas kedokteran universitas Indonesia. Jakarta' Penerbit FKUI 1987.p. 169-77
Rastogi A, Schoen RE, Slivka A. Diagnostik yield and clinical
20 September 1997.
outcomes of capsul endoscopy(Abstract). Gastrointes Endosc
Geng F, Swain P, Mills T. Wireless endoscopy. Gastrointest Endosc
2004; 60(6). http://www2.us.elsevierhealth.com/scripts/om.d1l/
2000; 5l: 725-9.
serve?action=searchDB& searchDB for: 1-2.
Hadi S. Sejarah perkembangan endoskopi di luar negeri dan di
Sears DM, Avots-Avotins A, Culp K, Gavin MW. Frequency and
Indonesia. Dalam: Hadi S, Thahir G, Daldiyono, Rani A, Akbara
N eds. Endoskopl dalam bidan gastroentero-hepatoogi Clinical outcome of capsule retention during capsule endoscopy
Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia.Jakarta.
for GI bleeding of obscure origin(Abstract). Gastrointes Endosc
2004; 60(5). http://www2.us.elsevierhealth.com/scripts/om.d11/
Balai Penerbit FKUI. 1987.p. 1-7.
serve?action= searchDB&serachDB for: l-2
Iddan G Meron G glukhovsky A et.al. Wireless capsule endoscopy.
Simadibrata M, Rani AA. Upper gastrointestinal bleeding. Abstracts
Nature 2000; 25:. 405-17.
for the lln Asian Pacific Congress of Gastroenterology and the
Kasugai T. Endoscopic diagnosis in gastroenterology. 1't edition.
8m Asian Pacific Congress of Digestive Endoscopy. Hongkong-
Tokyo-NewYork. Igaku Shoin . 1982.p. l-2-
Noer HMS. Laparoskopi. Dalam: Hadi A, Thahir G, Daldiyono, China. March l0-14, 2000.p. 864(A212).
Rani A, Akbar N eds. Endoskopi dalam bidang gastroentero-
73
NYERI ABDOMEN AKUT
Daldiyono, Ari Fahrial Syam

DEFINISI
Sering Kurang sering Jarang
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu
Appendisitis Kolangitis Nekosis
kegawatan abdomen dapat teijadi karena masalah bedah
Kolik bilier Infark mesenterika hepatoma
dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut Kolisistitis Pielonefritis lnfark lien
abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang Divertikulitis Torsi kista ovarium, Pneumonia
Obstruksi testis, omentum lnfark miokard
terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari24 jam.Pada
USUS Ruptur kista ovarium, Ketoasidosis
beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan Perforasi kehamilan ektopik, diabetikum
resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri viskus aneurisma aorta lnflamasi
Pankreatitis Prolaps diskus aneunsma
abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera.
Peritonitis Abses Volvulus sigmoid,
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang Salpingitis Eksaserbasi ulkus caecum,
dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus Adenitis peptikum lambung
mesenterika lleitis: Chron's, Herpes zoster
bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.
Kolik renal Yersinia spp

ETIOLOGI DAN PENDEKATAN KLINIS AKUT akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi
ABDOMEN mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah
nyeri yang disampaikan terlokalisir, atau sukar ditentukan
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa lokasinya.Kemudianadanyareferredpain jugamembanit
berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. unhrk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan
Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus pada pemeriksaan fisik seseorang juga menunjukkan
paralitik, kolik abdomen. Kegawatanyang disebabkan oleh bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari
bedah antara lain peritonitis umum akibat suatu proses nyeri yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat te{adi akibat
dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya infeksi yang kontinyu (terus menerus) serta ulkus lanjut.
karena suafu tauma, sedang proses dari dalam misal karena Nyeri somatik biasanya nyerinya terlokalisasi.
apendisitis perforasi.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain
appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi ANAMNESIS
usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis,
adenitis mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang Nyeri abdomen yang timbul bisa tiba-tiba atau sudah
menyebabkan akut abdomen antara lain: nekrosis hepatoma, berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan
infark lien,'pneumonia, infark miokard, ketoasidosis lokasinya olelr pasien atau pasien tidak dapat merasakan
diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, nyeri abdomen tersebut berasal dari mana atau bisa saja
caecum atau lambung dan Herpes zoster. (Tabel 1) pasien merasakan nyeri perut tersebut berasal dari seluruh
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat abdomen. Nyeri akut abdomen cenderung berlangsung
terjadi karena rangsangan viseral, rangsangan somatik dan tiba-tiba.

474
NYERIABDOMENAKUT
475

Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam


abdomen termasuk peritoneum viseral (nyeri viseral) atau
peritoneum parietal atau dari otot, lapisan dari dinding Sistem Organ Penyakit
perut (nyeri somatik). Pada saat nyeri dirasakan pertama Gastrointestinal Apendisitis, ulkus peptikum perforasi,
kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan obstruksi usus, perforasi usus, iskemia
usus, divertikulitis kolon, divertikulitis
terlokalisasi dan berbentuk khas. Nyeri yang berasal dari Meckel, inflammatory bowel disease
organ padat kurang jetas dibandingkan nyeri dari organ Hepatobilier, Pankreatitis akut, kolesistitis akut,
pankreas dan kolangitis akut, hepatitis akut, abses
yang berongga. Nyeri yang berasal dari viseral dan hati, ruptur atau hemoragik tumor hepar,
lien
berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah ruptur lien.
dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan Urologi Batu ureter, pielonefritis
disertai fenomena viseral motor seperti muntah dan diare. Retroperitoneal Aneurisma aorta, perdarahan retro-
peritoneal
Biasanya pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang Ginekologi Ruptur kista ovarium, torsi ovarium,
ditimbulkan tersebut. kehamilan ektopik terganggu, salpingitis
Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah lokasi akut, piosalfing, endometritis, ruptur
uterus
organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut (Tabel 2).
Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan
penjalaran dari tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang
medularis. Refleks muntah pada awal terjadinya akut
dirasakan bisa merupakan lokasi asal dari nyeri tersebut
abdomen biasanya tidak progresif. Tetapi jika muntah yang
atau sekunder dari tempat lain.
terjadi progresif dan terus menerus disertai nyeri abdomen
yang hebat maka kemungkinan obstruksi usus harus
dipikirkan. Nyeri abdomen yang disertai distensi abdomen
akibat gas yang berlebihan harus dipikirkan kemrurgkinan
Lokasi Nyeri Penyebab Nyeri ileus atau obsfuksi usus'
Abdomen Obstipasi akibat adanya gangguan pasase usu,s drsertui
Epigastrium Pankreatitis, ulkus duodenum, ulkus tidak adanya flatus dan distensi abdomen juga harus
gaster, kolesistitis, kanker pankreas, dipikirkan kemungkinan adanya ileus atau obstruksi usus.
hepatitis, obstruksi intestinal,
Sedang nyeri abdomen dengan konstipasi tanpa distensi
apendisitis (gejala awal), abses
subfrenikus, pneumonia, emboli paru, terutama pada orang tua dipikirkan kemungkinan
infark miokard divertikulitis sebagai penyebab. Sedang adanya buang air
Hipokondrium Kolesistitis, kolangitis, hepatitis,
kanan pankreatitis, abses subfrenikus, besar cair disertai darah pada nyeri abdomen perlu
pneumonia, emboli paru, nyeri miokard dipikirkan kemungkinan IBD dengan iskemi mesenterika
Hipokondrium kiri Nyeri limpa karena limpoma, infeksi atau kemungkinan trombosis vena mesenterika.
virus. Abses subfrenikus,ulkus gaster,
pneumonia, emboli paru, nyeri miokard
Periumbilikalis Pankreatitis, kanker pankreas, Obstruksi
intestinal, aneurisrna aorta, gejala awal PEMERIKSAAN FISIS
apendisitis.
Lumbal Batu ginjal, pielonefritis, abses perinefrik,
Ca kolon. Pasien dengan akut abdomen biasanya diperiksa posisi
lnguinal dan Penyakit di daerah kolon, apendisitis supine.Inspeksi abdomen dilakukan dengan teliti. Posisi
suprapubik pada inguinalis kanan, PenYakit
tidur pasien dan apakah pasien tetap merasakan nyeri pada
divertikulosis sisi kiri, salpingitis, sistitis,
kista ovarium, kehamilan ektoPik posisi supine dan berusaha untuk berada pada posisi
tertentu untuk menghindari nyeri merupakan hal penting
untuk menentukan penyebab dari akut abdomen tersebut.
Selain berdasarkan lokasi, penyebab akut abdomen juga Pasien dengan peritonitis cenderung untuk imobilitas dan
dapat dibagi berdasarkan sistem organ yang terlibat. (Tabel terus merasa kesakitan, perubahan posisi akan
3) merangsang peritoneumnya dan meningkatkan nyeri
Pada akut abdomen selain nyeri abdomen pasien juga abdomennya.
dapat mengeluhkan ketuhan lain antara lain mual,muntah, Palpasi pada pasien dengan akut abdomen harus
anoreksia, kembung, buang air besar cair atau sudah buang dilakukan dengan hati-hati. Patpasi dilakukan dengan hati-
air besar..Anoreksia hampir terjadi pada seluruh penyebab hati untuk menentukan lokasi nyeri jika nyeri tersebut
akut abdomen terutama pada apendisitis akut dan kolesistitis terlokalisir. Melalui palpasi dapat ditentukan adanya nyei
akut. Sedang anoreksia jarang ditemukan pada akut tekan, nyeri lepas dan adanya massa. Adanya nyeri lepas
abdomen akibat kelainan pada wologi atau ginekologi. Pada lebih mengarah kepada suatu peritonitis. Lokasi nyeri
awal terjadinya akut abdomen biasanya disertai dengan abdomen berhubungan dengan penyebab dari nyeri tersebut
muntah sebagai akibat rangsangan refleks dari pusat muntah (Tabel 1). Beberapa tanda sering digirnakan sebagai patokan
adanya etiologi dari nyeri abdomen tersebut.Tatda Murplry TATALAKSANA
berupa nyeri tekan pada perut kanan atas pada saat inspirasi
sensitive untuk kolesistitis akut tetapi pemeriksaan ini tidak Dengan semakin canggihnya pemeriksaan baik
spesifft. Nyeri tekan dan nyeri lepas disertai rigiditas pada pemeriksaan radiologi dan endoskopi, tatalaksana pasien
daeruh Mc Burney yaitu pada perut kanan bawah sensitif dengan akut abdomen juga semakin luas selain terapi
untuk suatu apendisitis akut. farmakologi dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi
Pada pemeriksaan auskultasi bising usus yang didengar radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi
cukup bervariasi tergantung penyebab dari akut abdomen merupakan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien
tersebut. Pada ileus paralitik atau peritonitis umum bising dengan akut abdomen. Beberapa keadaan akut abdomen
usus tidak terdengar sedang pada obstruksi usus bising dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama
usus akan meningkat dan kadang kala kita mendengar adalah pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi
Metallic's sound. Adanya suara bruit pada saat auskultasi antibiotik yang adekuat drainage bilier melalui endoskopi
menunjukkan kelainan vaskular tetapi pada pasien yang harus dilakukan.
kurus kita bisa mendengar bruit pada daerah epigastrium Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan
yang berasal dari aorta abdominalis. pertama yaitu pada abses hati dimana aspirasi abses
melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan
bersamaan dengan terapi antibiotik.
PEMERIKSAAN I.ABORATORIUM DAN PENUNJANG Secara umum pada akhirnya penanganan pasien
I-AIN dengan akut abdomen adalah menentukan apakah pasien
tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti, tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu
pemeriksaan laboratorium yang rutin perlu antara lain dilakukan segera kapan kasus tersebut harus dilakukan
pemeriksaan darah perifer dan urin lengkap. Pemeriksaan tindakan bedah.
laboratorium lain yang dilakukan antara lain amilase,
lipase, elektrolit, gula darah dan ureum kreatinin.
Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk REFERENSI
menentukan adanya tanda perforasi, ileus dan obstruksi
usus. Selain pada foto polos abdomen juga dapat Avunduk C. Manual of gastroenterology, Diagnosis and Therapy. 3'd
ditentukan adanya kalsifikasi pada pankreas, fraktur tulang ed. New York:LippincottWilliams & Wilkins 2002.
Christensen J. Abdominal pain. Dalam KumarD, Christensen J (ed).
belakang dan adanya batu radiolusen pada kontur ginjal.
A diagnostic guide to clinicalGastroenterology l't ed. Edinburg:
Pemeriksaan yang juga sudah rutin dilakukan yaitu
Churchill Livingstone. 199'7 hal 281-95.
pemeriksaan ultrasonografi abdomen (USG abdomen), Pasricha. PJ. Approach to the patient with abdominal pain In In:
melalui pemeriksaan ini dapat ditentukan kelainan pada Yamada ! Alpers DH, Laine L, Owyang C, Powell DW (eds)
sistem hepatobilier, traktus urinarius dan traktus Textbook of Gastroenterology, 3'd ed. New York: Lippincott
ginekologis serta kemungkinan apendisitis akut. Williams & Wilkins 1999.
Pemeriksaan colon in loop, etdoskopi saluran cerna Travis SPL, Ahmad T, Collier J, Steinhart AH.Pocket Consultant
Gastroenterology. 3rd edition. Massachusetts: Blackwell
dan CT scan abdomen dilakukan sesuai dengan indikasi.
Publishing. 2005. p. 2l-35.
Trowbridge RL, Rutkowski NK, Shojania KG.Does this patient have
acute cholecystitis. JAMA 2003;289:80-6.

476
74
MALABSORPSI
Ari Fahrial Syam

DEFINISI

Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya Penyakit pencernaan Contoh penyakit


gangguan pada proses absorpsi dan digesti secara lnsufisiensi eksokrin Pankreatitis kronis
normal pada satu atau leblhzat gizi.Padatmunya pasien pankreas Karsinoma pankreas
datang dengan diare sehingga kadang kala sulit lnsufisiensi asam empedu Overgrowth bakteri usus
halus
membedakan apakah diare disebabkan oleh malabsorpsi Penyakit Chron's pada ileum
atau sebab lain. Selain itu kadang kala penyebab dari terminalis
diare tersebut tumpang tindih antara satu sebab dengan Penyakit usus halus
sebab lain termasuk yang disebabkan oleh mal
. Kelainan mukosa Sprue celiac
Sprue kolagen
absorpsi. Sprue tropical
Penyakit Whipple's
Enteritis radiasi
Penyakit iskemik
ETIOLOGI Limfoma interstinal
Enteritis regional (penyakit
Chron's)
Berbagai hal dan keadaan dapat menyebabkan
. Kelainan absorpsi
Amiloidosis
malabsorpsi dan maldigesti padaseseorang. Malabsorpsi spesifik Defisiensi laktase primer
dan maldigesti dapat disebabkan oleh karena difisiensi Abetalipoproteinemia
Penyakit limfatik Limfangiektasi intestinal
oleh enzim atau adanya gangguan pada mukosa usus
Kelainan absorpsi campuran Sindrom Zollinger-Ellison
tempat absorbsi dan digesti dari zat nutrisi tersebut.
Gangguan paska gastrektomi
(Tabel 1)
Selain disebabkan oleh hal yang tercantum pada Tabel
1, malabsorpsi juga dapat terjadi akibat adanya reseksi
usus halus atau kolon. Tentunya pada bagian usus yang DIAGNOSIS
tereseksi tersebut tidak terjadi absorbsi dali zat gizi.
Reseksi pada lambung akan menyebabkan malabsorpsi Anamnesis yang tepat tentang kemungkinan penyebab
lemak. Reseksi ileum yang mencapai 60 cm atau yang dan perjalanan penyakit merupakan hal yang penting untuk
melibatkan ileocecal valve akan menyebabkan menentukan apakah terjadi suatu malabsorpsi. Selain itu
malabsorpsi vitamin Bl2, garum empedu dan lemak. pengamatan awal pasien selama perawatan juga penting.
Reseksi usus halus mencapai 15 o/o akan menyebabkan Semua ini untukmembatasi pemeriksaan laboratorium dan
malabsorpsi lemak, glukosa, protein, asam folat dan pemeriksaan penunjang agar lebih fokus pada penyakit,
vitamin Bl2. Reseksi luas yang meliputi yeyenum dan mengingat pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
ileum akan menyebabkan malabsorpsi yang total yang penunjang untuk mencari penyebab malabsorpsi
mengenai seluruh zat nutrisi. Reseksi pankreas akan merupakan pemeriks aan yang mahal.
menyebabkan malabsorpsi akibat defisiensi dari enzim- Pasien dengan malabsotpsi biasanya datang dengan
enzim pankreas. keluhan diare kronis, biasanya bentuk feses cair mengingat

477
478 GAITTROENTEROI.OGI

pada kelainan usus halus tidak ada zat nutrisi yang Lesi spesifik dan setempat: Limtbma intestinal,
terabsorbsi, sehingga feses tak terbentuk. Jika masalah gastrointestinal eosinofilik, amiloidosis, penyakit Chron,
pasien karena malabsorpsi lemak pasien mengeluh infeksi oleh I ataubeberapa infeksi.
fesesnya berminyak (steatorea).
Difus dan nonspesifik: celiac sprue, tropikal sprue, over-
growth bakteri, defisiensi folat, difisiensi B12, enteritis
radiasi, sindrom Zolinger Ellison, malnutrisi dan
PEMERIKSAAN DARAH PERIFER LENGKAP
enteritis imbas obat.

Pemeriksaan hemoglobin merupakan pemeriksaan darah


sederhana untuk mengidentifikasi adatya anemia atau
tidak. Jika diketahui bahwa hemoglobinnya rendah, PEMERIKSAAN LEMAK FESES (FECALFAN
selanjutnya dinilai Mean Cell Volume (MCV) dari pasien
tersebut. Jika rendah dipikirkan adanya defisiensi Fe akibat Malabsorpsi lemak sering ditemukan baik secara tunggal
malabsorpsi Fe atau jika MCV tinggi dipikirkan adanya maupun kombinasi sebagai penyebab malabsorpsi. Untuk
defisiensi folat atau vitamin Bl2 aklbatmalabsorpsi dari menentukan adanyafecalfal pasien diminta untuk makan
kedua vitamin tersebut. lemak sebanyak 80 gram perhari untuk menentukan adanya
lemak baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan untuk
PEMERIKSAAN RADIOLOG! menentukan adanya fecal fat adalah dengan pewarna,n
Sudan. Pemeriksaan ini menentukan fecal fat secaru
Pemerilsaan foto polos abdomen atau ultrasonografi (USG) kualitatif, pemeriksaan ini mudah dilakukan dan
abdomen dapat mengidentifikasi adanya kalsifikasi mempunyai nilai sensitivitas yang tinggi jika diinterpretasi
pankreas pada pasien dengan pankreatitis kronis. oleh tenaga yang terlatih. Pemeriksaan secara kuantitatif
Pemeriksaan foto usus halus dapat memberikan lebih akurat dibandingkan denganpemeriksaan Sudan ini,
informasi tentang adanya malabsorpsi pada seseorang. tetapi masalahnya pasien atau paramedik kurang
Pemeriksaan foto usus halus ini biasanya didahului menyetujui pemeriksaan ini karena diperlukan
dengan melihat keadaan eosfagus, lambung dan usus mengumpulkan seluruh feses yang keluar.
dua belas jari. Melalui pemeriksaan usus halus dapat
dinilai adanya penyempitan atau dilatasi dari usus
halus untuk dugaan terhadap penyakit tertentu. PEMERIKSAAN LABORATORIUM LAIN
Pemeriksaan foto usus halus yang normal belum
menyingkirkan adanya kelainan pada usus halus. Oleh Pemeriksaan laboratorium lain yang juga dilakukan untuk
karena itu pemeriksaan foto usus halus serial perlu menentukan adanya malabsorpsi adalah pemeriksaan
dilakukan. fungsi pankreas, pemeriksaan asam empedu pernafasan,
pemeriksaan toleransi xy I o s e, pemerik-saan absorbsi
pankreas, pemeriksaan absorbsi vitamin B12 (Schilling).
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS Beberapa pemeriksaan fungsi pankreas yang dapat
dilakukan serta bahan pemeriksaan dapat dilihat pada
Pemeriksaan biopsi usus halus merupakan pemeriksaan Thbel2.
penting untuk mementukan penyebab dari lesi yang
ditemukan. Selain itu biopsi juga perlu dilakukan pada
pasien dengan diare kronis dan steatorea yang belum TATALAKSANA
diketahui penyebabnya. Biopsi dapat dilakukan melalui
Secara umum tata laksana malabsorpsi tergantung dari
pemeriksaan esofagogasroduodenoskopi dimana skup
penyebab malabsorpsi tersebut. Tata laksana meliputi
dapat diteruskan seproksimal mungkin untuk mendapatkan
pembatasan nurisi, suplementasi vitamin dan mineral serta
biopsi dari distal duodenum. Begitu pula dari kolonoskopi,
obat-obatan.
biopsi ileum pars terminalis dapat dilakukan. Jika sarana
Pemberian nutrisi pada pasien dengan malabsopsi
memungkinkan biopsi dapat dilakukan melalui
biasanya sedikit-sedikit tetapi sering, menghindari
entoroskopi.
konsumsi susu terutama yar,g mengandung laktase,
Penyakit yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan pembatasan lemak (kurang dari 30 gramperhari). Konsumsi
histopatologi yang didapat dari biopsi usus halus antara lemak ini dapat dinaikkan secara bertahap tergantung
lain: tolemnsi pasien terhadapat lemak tersebut. Pemberian
Lesi spesifik dan difus: penyakit Whipple, agama- medium chain triglyceride (MCT) menjadi pilihan untuk
globulinemia, abetalipoproteinemia mengurangi malabsopsi yang terjadi. Pemberian enteral
MAIABSORPSI 479

Bahan yang diperiksa Sumber bahan yang diperiksa


Pemeriksaan Oral
Tes NBT-PABA PABA Urin, serum
Tes Pankreolauril Fluorescein Urin, serum
Tes Schilling Urin
158cot1457co1
Tes pernapasan
Tes Triolein Uap pernapasan
114c)oz
Tes napas trigliserida campuran Uap pernapasan
[13c]oz
3C1- labeled starch breath tests 113c1o2 or H2 Uap pernapasan
11

Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan lemak feses Lemak Feses
Kimotripsin Kimotripsin Feses
Lipase Lipase Feses
Elastase Elastase Feses
Pemeriksaan tambahan
Seru m trypsin like i mm unore activity Aktivitas trypsin like Serum
Tes plasma polipeptida pancreas Polipeptida pankreas Plasma
Tes konsumsi asam amino plasma Asam amino Plasma

nutrisi yang mengandung nutrisi rendah lemak dan bebas terhadap basa. Hal ini bertuj tanagar enzimini dapat efektif
laktosa dapat diberikan pada pasien dengan malabsorpsi bekerja di usus halus.
ml. Obat-obat lain yang juga sering diberikan antaia lain
Pada pasien di mana malabsopsi te{adi akibat penyakit antibiotika, kortiko-steroid dan antidiare disesuaikan
Coeliac, diet bebas gluten harus dilakukan untuk dengan keadaan dan gangguan yang terjadi. Pemberian
memperbaiki keadaaan malabsorpsi yang terj adi. antibiotik diberikan jika malabsorpsi yang terjadi
Suplementasi kalsium direkomendasikan terutama pada berhubungan dengan terjadinya overgrowth bakteri
pasien dengan hipokalsemia, pemberian kalsium enterotoksigenik seperti Escherichia coli, Kleibsiella
dibutuhkan untuk menjaga agar nilai kalsium serum tetap pneumoniae dan enterobacter cloacae pada usus halus
normal. Selain itu untuk mencegah defisiensi pada vitamin atas.
yang larut lemak seperti vitamin A,D,E,K, suplementasi
vitamin-vitamin ini diperlukan. Pemberian vitamin-vitamin
lain disesuaikan dengan lokasi dari gangguan usus yang REFERENSI
terjadi. Reseksi ileum membutuhkan suplementasi vitamin
B12, sedang suplementasi folat diberikan pada pasien Avunduk C. Manual of gastroenterology, diagnosis and therapy. 3'd

dengan gangguan usus halus. ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2002
Greenberger NJ, Isselbacher KJ. Disorders of absorbtion. In: Fauci
Suplementasi enzim pankreas yang mengandung lipase
AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al, editors. Harrison's prin-
akan meningkatkan digesti lemak dan mengatasi steotorea.
ciple of internal medicine. 14'b edition' New York: McGraw
Dosis tinggi dan sering dari enzim pankreas diperlukan Hill; 1998.p. l6t6-32.
dan respons pasien bervariasi tergantung lokasi reseksi Jackson KS, Savaiano DA. Lactose maldigestion, calcium intake
atau gangguan usus yang terjadi. Pada pasien yangjelas- and osteoporosis in African-, Asian-, and Hispanic-, Americans.
jelas terjadi maldigesti pemberian suplementasi enzim Am Coll Nutr. 2001;20:198S-207S.
cukup efektif untuk mengatasi gangguan yang terjadi. Owyang C. Chronis pancreatitis. In: Yamada ! Alpers DH, Laine
Selain lipase enzim pankreas yang sering diberikan adalah
L, Owyang C, Powell DW, editors. Textbook of gastroenterol-
ogy. 3'd edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins;
amilase dan protease. Biasanya enzim-enzimpankreas ini
1999.
diberikan dalam bentuk kombinasi. Bentuk obat enzim Salomons NW. Fermentation, fermented foods and lactose
pankreas ini biasanya dikemas dalam bentuk coating intolerance. Eur J Clin Nutr. 2002;56:54:550-5.
capsules dengan bahan yang tahan asam dan sensitif
76
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL
Dadang Makmun

PENDAHULUAN ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Penyakit refl uks gastroesofag eal (G a s t r o e s op h a ge al Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaklorial.
reflux diseasel GERD) adalah suatu keadaan patologis Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks
sebagai akibat refluks kandungan lambung ke gastroesofageal apabila: l). terjadi kontak dalam waktu
dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa
akibat keterlibatan esofagus, fartng, laring dan esofagus, 2). terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa
saluran nafas. Telah diketahui bahwa refluks kandungan esofagus, walaupun wakfu kontak antara bahan refluksat
lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai dengan esofagus tidak cukup lama
gejala di esofagus maupun ekstra-esofagus, dapat Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona
menyebabkan komplikasi yang berat seperti tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh
striktur, Barrett b esophagus bahkan adenokarsinoma kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada
di kardia dan esofagus. Banyak ahli yang meng- individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali
gunakan istilah esofagitis refluks, yang merupakan pada saat terj aditya aliran antegrad yang terjadi pada saat
keadaan terbanyak dari penyakit refluks gastro- menelan, atau aliran retrograd yang terjadi pada saat
esofageal. sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus
Keadaan ini umum ditemukan pada populasi melalui LES hanya terjadi apabila tonus ZEStidak ada atau
di negara-negaraBarat, namun dilaporkan relatif rendah sangat rendah (<3 mmHg).
insidennya di negara-negara Asia-Afrika. Di Amerika Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi
dilaporkan bahwa satu dari lima orang dewasa mengalami melalui 3 mekanisme: l). Refluks spontan pada saat
gejala refluks (heartburn danlatau regurgitasi) sekali relaksasi ZESyang tidak adekuat, 2). aliran retrograd yang
dalam seminggu serta lebih dari 40Yo mengalami gejala mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan, 3).
tersebut sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis meningkatnya tekanan intra abdomen
di Amerika Serikat mendekati 7Yo, semerfiara di negara- Dengan demikian dapat diterangkan bahwa
flegara non-western prevalensinya lebih rendah (1,5% patogenesis terj adinya G E RD meny angkut keseimbangan
di China dan2,lo/o di Korea). antara faktor defensifdari esofagus dan faktor ofensifdari
Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esofagus
penyakit ini, namun di Divisi Gastroenterologi adalah:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Pemisah antirefl uks. Pemeran terbesar pemisah antirefluks
Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat
sebanyak 22,8yo dari semua pasien yang menjalani menyebabkan timbulnya refluks retrograd pada saat
pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia terj adinya peningkatan tekanan intrabdomen.
(Syafruddin, 1998). Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai
Tingginya gejala refluks pada populasi di negara- tonus LES yang normal. Faktor-faktor yang dapat
r,egara Barat diduga disebabkan karena faktor diet dan menurunkan tonus LES: 1). adanya hiatus hernia, 2).
meningkatnya obesitas. panjang LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya),

480
PENYAKITREFLUKII
481

3). obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik, Bersihan asam dari lumen esofagus. Faktor-faktor yang
theofilin, opiat dan lain-lain, 4). faktor hormonal. Selama berperan pada bersihan asam dari esofagus adalah
kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat gravitasi, peristaltik, ekresi air liur dan bikarbonat.
menurunkan tonus LES. Setelah terjadi refluks, sebagian besar bahan refluksat
akan kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik yang
dirangsang oleh proses menelan. Sisanya akan dinetralisir
oleh bikarbonat yang disekresi oleh kelenjar saliva dan
kelenjar esofagus.
Mekanisme bersihan ini sangat penting, karena makin
lama kontak antara bahan refluksat dengan esofagus (waktu
transit esofagus) makin besar kemungkinan terjadinya
esofagitis. Pada sebagian pasien GERD ternyata memiliki
waktu transit esofagus yang normal sehingga kelainan
D616nsil alau petuhanan
1 Garls pedam€l
E
yang timbul disebabkan karena peristaltik esofagus yang
Pemisah anlieliuk
2 Garis kedua l minimal.
Bersihan asam
3 Garis ksliga:
Epilhelial r€sistanc€
Refluks malam hari (nocturnal reflux) lebih besar
O f6nsll berpotensi menimbulkan kerusakan esofagus karena
Kekuatan refluksat
a Sekresi gastik selama tidur sebagian besar mekanisme bersihan esofagus
b Daya piloilk
tidakaktif.

Ketahanan epitelial esofagus. Berbeda dengan lambung


dan duodenum, esofagus tidak memiliki lapisan mukus
yang melindungi mukosa esofagus.

Mekanisme ketahanan epitelial esofagus terdiri dari:


Gambar 1. Patogenesis terjadinya GERD . Membran sel
. Batas intraselular (intracellular junction) yang
Namun dengan berkembangnya teknik pemeriksaan membatasi difusi H* ke jaringan esofagus.
manometri, tampak bahwa pada kasus-kasus GERD dengan
. Aliran darah esofagus yang mensuplai nutrien, oksigen
tonus ZES yang normal yang berperan dalam terjadinya dan bikarbonat, serta mengeluarkan ion H* dan CO,
proses refluks ini adalah transient LES relaxation . Sel-sel esofagus mempunyai kemampuan untuk
mentransport ion H* dan Cl- intraselular dengan Na*
ftLESR), yaitu relaksasi LES yang bersifat spontan dan
berlangsung lebih kurang 5 detik tanpa didahului proses dan bikarbonat ekstraselular.
menelan. Belum diketahui bagaimana terjadinya TLESR ini, Nikotin dapat menghambat transport ion Na* melalui
tetapi pada beberapa individu diketahui ada hubungannya epitel esofagus, sedangkan alkohol dan aspirin
dengan pengosongan lambung lambat (delayed gastric meningkatkan permeabilitas epitel terhadap ion H. Yang
emptying) dan dilatasi lambung. dimaksud dengan faktor ofensif adalah potensi daya rusak
Peranan hiatus hernia pada patogenesis terjadinya refluksat. Kandtrngan lambung yang menambah potensi
GERD masih kontoversial. Banyak pasien GERD yang pada daya rusak refluksat terdiri dari HC| pepsin, garam empedu,
pemeriksaan endoskopi ditemukan hiatus hernia, namun enzimpankreas
hanya sedikit yang memperlihatkan gejala GERD yang Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung pada
signiflftan. Hiatus hemia dapat memperpanjang waktu yang bahan yang dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa
dibutuhkan untuk bersihan asam dari esofagus serta esofagus makin meningkat pada pH <2, atav adanya
menurunkantonus LES. pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu
yang memiliki potensi daya rusak paling tinggi adalah asam.
Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya
gejala GERD adalah kelainan di lambung yang
meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain:
dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed
gastric emptying.
pylori dalampatogenesis
Peranan infek si Hel icob acter
GERD relatifkecil dan kurang didukung oleh data yang
ada. Namun demikian ada hubungan terbalik antara infeksi
H. pylori dengan strain yang virulens (Cag A positif)
dengan kejadian esofagitis, Baruett's esophagus darr
Gambar 2.
482 GATITROENTEROIIrcI

adenokarsinoma esofagus. Pengaruh dari tnfeksi H.pylori Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi
terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dari faktor predisposisi untuk timbulnya GERD karena
gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam timbulnya perubahan anatomis di daerah gastro-
lambung. Pengaruh eradikasi infeksi H.pylori sangat esophageal high pressures zone akibat penggunaan obat-
tergantung kepada distribusi dan lokasi gastritis. Pada obatan yang menurunkan tonus ZES (misalnya teofrlin).
pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks pra- Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat
infeksi H. pylori dengan predominant antral gastritis, jarang terjadi episode akut atau keadaan yang bersifat
pengaruh eradikasi H.pylori dapat menekan munculnya mengancam nyawa. Oleh sebab itu, umumnya pasien
gejala GERD. Sementara itu pada pasien-pasien yang tidak dengan G E RD memerlukan penatalaksanaan sec ara medik.
mengeluh gejala refluks pra-infeksi H.pylori dengan
corpus predominant gastrilis, pengaruh eradkasi H.pylori
dapat meningkatkan sekresi asam lambung serta DIAGNOSTS
memunculkan gejala GEfuD. Pada pasien-pasien dengan
gejala GERD pra infeksi H. pylori dengan antral pre- Di samping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dominant gastritis, eradkasi H.pylori dapat memperbaiki seksama, beberapa pemeriksaan penunjang dapat
keluhan GERD serta menekan sekresi asam lambung. dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu:
Sementara itu pada pasien-pasien dengan gejala GERD Endoskopi saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan
pra-infeksi H.pylori dengan corpus predominant endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar
gas tritis, eradikasi H.pyl ori dapat memperburuk keluhan baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya
GERD serta meningkatkan sekresi asam lambung. mucosal break di esofagus (esofagitis refluks).
Pengobatan PPI jangka panjang pada pasien-pasien Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat dinilai
dengan infeksi H. pylori dapat mempercepat terjadinya perubahan makroskopik dari mukosa esofagus, serta dapat
gastritis atrofi. Oleh sebab itu, pemeriksaan serta eradikasi menyingkirkan keadaan patologis lain yang dapat
H. pylori dianjurkan pada pasien GERD sebelum menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal
pengobatan PPI jangka panjang. break padapemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian
Walaupun belum jelas benar, akhir-akhir ini telah atas pada pasien dengan gejala khas GERD, keadaan ini
diketahui bahwa non-acid reflux t'tntt berperan dalam disebut sebagai non-erosive reflux disease (NERD).
patogenesis timbulnya gejala GEfuD. Yang dimaksud
dengannon-acid reflux antara lain berupabahan refluksat
yang tidak bersifat asam atau refluks gas. Dalam keadaan
ini, timbulnya gejala GERD diduga karena hipersensitivitas Derajat
Gambaran Endoskopi
kerusakan
viseral.
A Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan
diameter < 5 mm
B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan
MANIFESTASI KLINIK diameter >5mm tanpa saling berhubungan
c Lesi yang konfluen tetaPi tidak
mengenai/mengelilingi seluruh lumen
Gejala klinik yang khas dai GERD adalah nyerilrasa tidak yang
D Lesi mukosa esofagus bersifat
enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen
nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heart- esofagus)
burn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia
(kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi dan
rasa pahit di lidah. Walau demikian derajat berat ringarurya
Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan
keluhan heartburn ternyata tidak berkorelasi dengan endoskopi yang dipastikan dengan pemeriksaan
temuan endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak
histopatologi (biopsi), dapat mengkonfirmasikan bahwa
retrosternal yang mirip dengan keluhan pada serangan gejala heartburn atat regutgitasi tersebut disebabkan oleh
angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan
GERD.
padat mungkin te{adi karena striktur atau keganasan yang
Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan
berkembang da/r Baruett's esophagus. Odinofagia (rasa adanya Barrettb esophagus, displasia atau keganasan.
sakit pada waktu menelan makanan) bisa timbul jika sudah
Tidak ada bukti yang mendukung perlunya pemeriksaan
tefadi ulserasi esofagus yang berat. histopatologi/biopsi pada NERD.
GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada
ekstra esofageal yang atipik dan sangat bervariasi mulai pemeriksaan endoskopi dari pasien GERD, antara lain
dari nyeri dada non-kardiak (non-cardiac chest pain/ klasifikasi Los Angeles dan klasilftasi Savarry-Miller.
NCCP) , suara serak, laringitis, batuk karena aspirasi sampai
timbulnya bronkiektasis atau asma. Esofagografi dengan barium. Dibandingkan dengan
PENYAKIT REFLUKIi GAIITROESTOFAGEAL 483

endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali gejala alarm (yang dimaksud dengan gej ala alarm adalah:
tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus berat badan turun, anemia, hematemesis/melena, disfagia,
esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar odinofagia, riwayat keluarga dengan kanker esofagus/
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan lambung) dan umur >40 tahun.
mukosa, ulkus atau penyempitan lumen. Walaupun
pemeriksaan ini sangat tidak sensitif untuk diagnosis
GERD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini PENATALAKSANAAN
mempunyai nilai lebih dari endoskopi, yaitu pada 1).
stenosis esofagus derajat ringan akibat esofagitis peptik Walaupun keadaan ini jarang sebagai penyebab kematian,
dengan gejala disfagia, 2). hiatus hernia. mengingat kemungkinan timbulnya komplikasi jangka
panjang berupa ulserasi, striktur esofagus ataupun
Pemantauan pH 24 jam. Episode refluks gastroesofageal
esofogus Barrett yang merupakan keadaan premaligna,
menimbulkan asidifikasi bagian distal esofagus. Episode
maka seyogyanya penyakit ini mendapat penatalaksanaan
ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan
yang adekuat.
mikroelektroda pH pada bagian distal esofagus.
Pada prinsipnya, penatalaksataan GERD terdiri dari
Pengukuran pH pada esofagus bagian distal dapat
modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah
memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH di
serta akhir-akhir ini mulai dilalarkan terapi endoskopik.
bawah 4 pada jarak 5 cm di atas LE'S dianggap diagnostik
untuk refluks gastroesofageal.
Target penatalaksanaan GERD adalah: a).
menyembuhkan lesi esofagus, b). menghilangkan gejalal
Tes Bernstein. Tes ini mengukur sensitivitas mukosa keluhan, c). mencegah kekambuhan, d). memperbaiki
dengan memasang selang transnasal dan melakukan kualitas hidup, e). mencegah timbulnya komplikasi.
perfusi bagian distal esofagus dengan HCI 0,1 M dalam
waktu kurang dari satu jam. Test ini bersifat pelengkap ModifikasiGaya Hidup
terhadap monitoring pH 24 jampadapasien-pasien dengan
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dai
gejala yang tidak khas. Bila larutan ini menimbulkan rasa
penatalaksanaan GERD, namun bukan merupakan
nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien, pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yan g dapat
sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri,
memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya
maka test ini dianggap positif. Test Bernstein yang negatif
usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks
tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari
serta mencegah kekambuhan.
esofagus.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifftasi gaya
Manometri esofagus. Test manometri akan memberi hidup adalah sebagai berikut: 1). Meninggikan posisi
manfaat yang berarti jika pada pasien-pasien dengan gejala kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum
nyeri epigastrium dan regurgitasi yangnyata didapatkan tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam
esofagografi barium dan endoskopi yang normal. selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke
esofagus; 2). Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
Sintigrafi gastroesofageal. Pemeriksaan ini menggunakan
karena keduanya dapat menurunkan tonus ZES sehingga
cairan atau campuran makanan cair danpadatyang dilabel
secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel; 3).
dengan radioisotop yang tidak diabsorpsi, biasanya
Mengurangi konsumsi lemak serta mengurangi jumlah
technetium. Selanjutnya sebuah penghitung gamma
(gamma counter) eksternal akan memonitor transit dari makanan yang dimakan karena keduanya dapat
menimbulkan distensi lambung; 4). Menurunkan berat
cairan/makanan yang dilabel tersebut. Sensitivitas dan
badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian
spesifisitas test ini masih diragukan.
ketat sehingg a dapatmengurangi tekanan intra abdomen;
Tes penghambat pompa p r oton Qt roton p ump inhibitor / 5). Menghindari makanan/minuman seperti coklat, teh,
ppi tesll(tes supresi asam) acid supression test. Pada peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat
dasarnya test ini merupakan terapi empirik untuk menilai menstimulasi sekresi asam; 6). Jika memungkinkan
gejala dari GERD dengan memberikan PPl dosis tinggi
selama 1-2 minggu sambil melihat respons yang terjadi.
Test ini terutama dilakukan jika tidak tersedia modalitas
diagnostik seperti endoskopi, pH metri dan lain-lain. Test
Pendekatan"Step-up" Pendekantan "
ini dianggap positifjika terdapat perbaikan dai 50%-7 5%
gejala yang terjadi. Dewasa ini terapi empirik /PPI test
merupakan salah satu langkah yang dianjurkan dalam
algoritme tatalaksana GERD pada pelayanan kesehatan
lini pertama untuk pasien-pasien yang tidak disertai dengan Gambar 3. Strategi pengobatan GERD
484 GATIIROENTEROI.OGI

menghindari obat-obatyang dapat menurunkan tonus LES terutama antasid yang mengandung alumunium, 3).
seperti anti kolinergik, teofilin, diazepam,opiat, antagonis Penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan
kalsium, agonist beta adrenergik, progesteron. gangguan fungsi ginjal.
Dosis: sehari 4 x I sendok makan
Terapi Medikamentosa Antagonis reseptor Hr.Yang termasuk golongan obat ini
Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi adalah simetidin, raniditin, famotidin dan nizatidin. Sebagai
medikamentosa pada penatalaksanaan GERD ini. Dimulai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam
dengan dasar pola pikir bahwa sampai saat ini GERD pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan
merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
motilitas saluran cerna bagian atas. Namun dalam Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan
perkembangannya sampai saat ini terbukti bahwa terapi esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa
supresi asam lebih efektifdaripada pemberian obat-obat komplikasi.
prokinetik untuk memperbaiki gangguan motilitas. Dosis pemberian:
Terdapat dua.alur-p . Simetidin :2x800mgatau4x400mg
step up dartstep down . Ranitidin:4x150mg
dimulai dengan obat-obat yang tergolong kurang kuat dalam . Famotidin :2x20mg
menekan sekresi asam (antagonis reseptor
[) atau golongan . Nizatidin:2x150mg
prokinetil bila gagal diberikan obat golonganpenekan selcesi
asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling
(penghambat pompa proton /PPI). Sedangkan pada sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini
pendekatar step down pengobatan dimulai dengan PPI darr dianggap lebih condong ke arah gangguan motilitas.
setelah berhasil dapat dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan
Namun pada prakteknya, pengobatan GERD sangat
bergantung kepada penekanan selaesi asam.
denganmenggunakan dosis yang lebihrendah atau antagonis
reseptor Il atau prokinetik atau bahkan antasid. Metoklopramid:
Dari berbagai studi dilaporkan bahwa pendekatan terapi ' Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin.
step down ternyata lebih ekonomis (dalam segi biayayang . Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta
dikeluarkan pasien) dibandingkan dengan pendekatan tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esofagus
terapi step up. kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor I
Menurut Genval Statement (1999) serta Konsensus atau penghambat pompa proton.
Asia Pasifft tentang penatalaksanaan GERD Q003) telah r Karena melalui sawar darah otak, maka dapat tumbuh
disepakati bahwa terapi lini pertama untuk GERD adalah efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk,
golongan PPI dan digunakan pendekatan.terapi step down. pusing, agitasi, tremor dan diskinesia.
Pada umumnya studi pengobatan memperlihatkan hasil . Dosis: 3x10mg
tingkat kesembuhan di atas 80% dalam waktu 6-8 minggu.
Domperidon:
Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi . Golongan obat ini adalah antagonis resq)tor dopamin
pemeliharaan (maintenance therapy) atau bahkan terapi
dengan efek samping yang lebih jarang dibanding
"bila perlu" (on demand therapy) yaitu pemberian obat-
metoklopramid karena tidak melalui sawar darah otak.
obatan selama beberapa hari sampai dua minggu jika ada
. Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan
kekambuhan sampai gej ala hilang.
dan penyembuhan lesi esofageal belum banyak
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons
perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan
dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat
lesi organiknya (perbaikan esofagitisnya). Hal ini meningkatkan tonus ZES serta mempercepat
pengosongan lambung.
tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif
dalam meagatasi gejala pada tatalaksana GERD. ' Dosis: 3 x l0-20 mg sehari

Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan Cisapride:


dalam terapi medikamentosa GERD : . Sebagai suatu antagonis resepor 5 HT4, obat ini dapat

Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam


mempercepat peng'osongan lambung serta
meningkatkan tekanan tonus ZES.
menghilangk an gej ala G E RD tetapi ndak menyembuhkan
. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta
lesi esofagitis.
penyembuhan lesi esofagus lebih baik dibanding
Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat
domperidon.
memperkuat tekanan sfingter esofagus bagian bawah.
. Dosis 3 x l0 mg sehari
Kelemahan golongan obat ini adalah 1). Rasanya
kurang menyenang-kan, 2). Dapat menimbulkan diare Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat).
terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat
PEITYAKIT REFLUKII GASTROESOFAGEAL 485

ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis
mukosa esofagus, sebagai buffer terhadap HCI di esofagus pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau
serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan on demand therapy, tergantung dari derajat esofagitisnya.
obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal Efektivitas golongan obat ini semakin bertambah jika
(sitoproteksi) dikombinasi dengan golongan prokinetik.
Dosis:4xlgram . UntukpengobatanNERD diberikan dosis standar, yaitu:
Omeprazole : 1x20mg
Penghambat Pompa Proton (Proton pamp inhibitor/PH).
Lansoprazole : 1x30mg
' Golongan ini merupakan drug of choice dalam
Pantoprazole : 1x40mg
pengobatan GERD.
Rabeprazole :lxl0mg
Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa
Esomeprazole : I x40mg
proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K
ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses Umumnya pengobatan diberikan selama minimal 4
pembentukan asam lambung. minggu, dilanjutkan dengan on demand therapy.
Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan Terdapat beberapa algoritme dalam penatalaksanaan
keluhan serta penyembuhan lesi esofagus, bahkan pada GERD pada pelayanan kesehatan lini pertama, salah satu
esofagitis erosiva derajat berat serta yang refrakter di antaranya adalah yang direkomendasikan dalam
dengan golongan antagonist reseptor Hr. Konsensus Nasional untuk Penatalaksanaan GERD di
Dosis yang diberikan untuk GE RD adalah dosis penuh, Indonesia (2004). (Gambar 4)
yartu: Adapun algoritme penatalaksanaan GERD di pusat
- Omeprazole :2x20mg pelayanan yang memiliki fasilitas diagnostik memadai
- Lansoprazole :2 x 30 mg terdapat pada Gambar 5.
- Pantoprazole :2x40mg
- Rabeprazole :2x 10mg Terapi terhadap Komplikasi
- Esomeprazole:2x40mg Komplikasi yang paling sering terjadi adalah striktur dan

Mengurangi Penyembuhan Mencegah Mencegah


Golongan Obat Gejala Lesi Esofagitis komplikasi kekambuhan
Antasid +1 0 0 0
+2 +1 0 +1
Prokinetik
+2 +2 +1 +1
Antagonis reseptor H2
+ prokinetik +3 +3 +1 +1
Antagonis reseptor H2
Antagonis reseptor H2 dosis tinggi +3 +3 +2 +2

Penghambat pompa proton +4 +4 +3 +4

Pembedahan +4 +4 +3 +4

Gejala Khas GERD


*Heartburn
*Requrqitasi

Gejala peringatan Tanpa Gejala peringatan


[Jmur > 40 thn Umur <40 thn

TeraPi emPirik (PPl test)

J+
Gejala menetap / berulang Respons baik
+
Terapiminimal4 minggu
En
+
Kekambuhan € On-demand theraPY

Gambar 4.
486 GAIITROENTEROI.OGI

Terduga Kasus
G ERD

Gambar 5. Alur pengobatan pasien diduga GERD

M etaplasia pada
pemeriksaan biopsi

Displasia derajat tinggi

Biopsi setiap tahun I- Perawatan medik intensif Riviewoleh 2 orang ahli


l- U tanq biopsi setelah 3 bulan patologianatomi, jika
meragukan biopsi ulang

vi
ni^^t^^:^ l^-^i^1 +i^^^i
Adenokarsinoma D isplasia derajat tinggi

Gambar 6. Tatalaksana Burrett's

perdarahan. Sebagai dampak adanya rangsangan kronik bougie, Maloney bougie, Savarry bougie,
asam lambung terhadap mukosa esofagus, dapat terjadi Pneumatic bougie). Jika dilatasi busi gagal, dapat
perubahan mukosa esofagus dari skuamosa menjadi epitel dilakukan operasi.
kolumnar yang metaplastik. Keadaan ini disebut sebagai
esofagus Barrett (Barrettb esophagus) dan merupakan
suatu keadaan premaligna. Risiko terjadinya karsinoma Esofagus Barrett
pada Barrett's esophagus adalah sampai 30-40 kali Esofagus Barrett dapat diobati secara medikamentosa.
dibandingkan populasi normal. Berikut ini adalah algoritme penatalaksanaat Barrett's
esophagus pada pasien GERD:

Striktur Esofagus
Jika pasien mengeluh disfagia dengan diameter striktur Terapi Bedah
kurang dari 13 mm, dapat dilakukan dilatasi b:usi (Hurst Beberapa keadaan dapat menyebabkan gagalnya terapi
PENYAKIT REFLUKIT GASTROESOFAGEAL
487

medikamentosa, yaitu: 1). Diagnosis tidakbenar; 2). Pasien Fass R. Ofman JJ. Gastroesohageal reflux disease - should we adopt
GERD sering disertai gejala-gejala lain seperti rasa a new conceptual framework?. Am J Gastroenterol.2002;97(8):
1901-1909.
kembung, cepat kenyang dan mual-mual yang sering tidak
Fock K.M., Talley N., Hunt R., Fass R, Nandurkar S, Lam S.K., Goh
memberikan respon dengan pengobatan PPI serta menutupi K.L., Sollano J. Report of the Asia-Pacihc Concensus on The
perbaikan gejala refluksnya; 3). Pada beberapa pasien, of gastroesophageal reflux disease. J Gastroenterol
Management
diperlukan waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan Hepatol. 2004; l9:ll-20.
esofagitisnya; 4). Kadang-kadang beberapa kasus Galmiche JP, Bruley S. Endoscopy-negative reflux disease. Current
Barrettb esophagus tidak memberikan respons terhadap Gastroenterology Report 2001; 3: 206-214.
Gardner JD, Stanley SR, Robinson M. Integrated acidity and the
terapi PPI. Begitu pula halnya dengan adenokarsinoma;
pathophysiology of gastroesophageal reflux disease. The
5). Terjadi striktur; 6). Terdapat stasis lambung dan American Journal of Gastroenterology. 20Ol;96(5): 1363-
distungsi ZES. 1370.
Terapi bedah merupakan terapi alternatif yang penting Inadomi JM, Jamal R, Murata GH, Hoffman RM, Lavezola, Vigie
jika terapi medikamentosa gagal, ataupada pasien GERD JM, Swanson KM, Sonnenberg A. Step-down management of
dengan striktur berulang. Umumnya pembedahan yang gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology 2001; l2l:
dilakukan adalah fundoplikasi. 1095-1 100.
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks
Gastroesofageal/GERD di Indonesia 2004.
Terapi Endoskopi Lazenby PJ, Hardwig SM. Chronic cough, asthma, and gastroesoph-
Walaupun laporannya masih terbatas serta masih dalam ageal refux. Current Gastroenterology Report 2000; 2: 217 -
konteks penelitian, akhir-akhir ini mulai dikembangkan 223.
Martin CJ. Heartburn, regurgitation and noncardiac chestpain. In
pilihan terapi endoskopi pada pasien GERD, yaitu:
Talley NJ, Martin CJ (eds). Clinical Gastroenterology, 1't
. penggunaanenergiradiofrekuensi edition, Sydney, Macl-ennan & Petty Pty Limited, 1996: l-19.
. plikasi gastrik endoluminal Orlando RC. Reflux Esophagitis. In Yamada T (ed). Textbook of
. implantasi endoskopis, yaitu dengan menyuntikkan zat Gastroenterology, 2'd edition, Philadelphia. JB Lippincot Co.
implandi bawah mukosa esofagus bagian distal, 1995: l2l4-7242
sehingga lumen esofagusbagian distal menjadi lebih Powell LVy'. Mouth, pharynx and oesophagus. In Powell LW, Piper
kecil. DW (eds). Fundamental of gastroenterology. 4'h edition. Sydney,
ADIS Health science Press 1984: 1-13.
Stanghellini V. Gastro-esophageal reflux disease: therapeutic strate-
gies for the new millenium. European Journal of Clinical Re-
REFERENSI search 1997; 9:71-77.
Syafruddin ARL. Peranan derajat keasaman lambung dan tonus
Dadang Makmun. Management of gastroesophageal reflux disease. sfingter esofagus bawah terhadap esofagitis pada dispepsia'
Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy 2001; Laporan Penelitian Akhir, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2(t): 2t-27. i998.
Dent J. Defrnition of reflux disease and its separation from dyspep- Triadafilopoulos MD. Endoscopic therapies for gastroesophageal
sia. Gut 2002,50 (suppl. IV): iv l7-iv20. reflux disease. Current Gastroenterology Reports 2002; 4: 200-
Dent J., Brun J, Fendrick AM, Fennerty MB, Janssens J, Kahrilas PJ, 204.
Lauritsen K, Reynolds JC, Shaw M, Talley NJ. An evidence- ZarlitgB!. A review of reflux esophagitis around the world. WJG,
based appraisal of reflux disease management - The Genval 1998; 4(4): 1996; 12 (2 s'tPPl):2-24.
Workshop Report. Gut 1999;44 (Suppl.2): 51-56. Zharg TC. Endoscopic studies of reflux esophagitis. JAMA South-
east Asia 1996; l2l2 S,tPPl.l:22-24.
76
AKALASIA
HA. Fuad Bakry F

DEFINISI Kelainan ini tidak diturunkan dan biasanya memerlukan


waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan gej ala.
Akalasia merupakan suatu keadaan khas yang ditandai
dengan tidak adanya peristaltis korpus esofagus bagian
bawah dan sfingter esofagus bagian bawah (SEB) yang ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
hipertonik sehingga tidak bisa mengadakan relaksasi secara
sempurna pada waktu menelan makanan. Secara Secara umum, esofagus dibagi menjadi tiga bagian
histopatologik kelainan ini ditandai oleh degenerasi gan- fungsional yaitlu s/ingter esofagus bagian atas yang
glia pleksus mienterikus. Akibat keadaan ini akan terjadi biasanya selalu tertutup untuk mencegah refluks makanan
stasis makanan dan selanjutnya akan timbul pelebaran dari korpus esofagus ke tenggorokan. Bagian kedua yang
esofagus. Keadaan ini akan menimbulkan gejala dan terbesar adalah korpus esofagus yang berupa tabung
komplikasi tergantung dari berat dan lamanya kelainan muskularis dengan panjang sekitar 20 cm (8 inchi),
yang terjadi. Secara klinis akalasia dibagi dalam akalasia sedangkan bagian yang terakhir adalah sfingter esofagus
primer dan akalasia sekunder yang dihubungkan dengan bagian bowah (SEB) yang mencegahrefluks makanan dan
etiologinya. asam lambung dari gasterke korpus esofagus. (Gambar 1)
Bila ditinjau dari etiologi, akalasia ini dapatdlbagi2bagian,
yaitu:
EPIDEMIOLOGI
Akalasia primer. Penyebab yang jelas kelainan ini tidak
diketahui. Diduga disebabkan oleh virus neurotropik yang
Penyakit ini relatif jarang dijumpai. Dari data Divisi
berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang
Gastroenterologi, Deapartemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSCM didapatkan 48 kasus dalam kurun waktu 5
tahun (1984-1988). Sebagian besar kasus terjadi pada
umur pertengahan dengan perbandingan jenis kelamin
yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan laporan-laporan
penulis-penulis lain. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar
2000 kasus akalasia setiap tahun, sebagian besar pada
usia 25 - 60 tahun dan sedikitpada anak-anak. Dari suatu
penelitian internasional didapatkan bahwa angka
kematian kasus ini dari 28 populasi yang berasal dari26
negara didapatkan angka kematian tertinggi tercatat iafrag ma

di Selandia Baru dengan angka kematian standar 259


sedangkan yang terendah didapatkan dengan angka
kematian standar 0. Angka kematian ini diperoleh
dari seluruh kasus akalasia baik primer maupun Gambar 1. Letak anatomis esofagus dan
sekunder. gaster pada Keadaan Normal

488
AKAI.AIIIA 489

otak dan ganglia misenterikus pada esofagus. Di samping MANIFESTASI KLINIS


itu faktor keturunan juga cukup berpengaruh pada kelainan
ini. Gejala klinis subyektif yang terutama ditemukan adalah
disfagia, baik untuk makanan padat maupun cair yang
Akalasia Sekunder. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
didapatkan pada lebih dari 90 o/o kasus. Sifatnya pada
infeksi (eg: Penyakit Chagas), tumor inhaluminer seperti
permulaan hilang timbul yang dapat terjadi bertahun-tahun
tumor kardia atau pendorongan ekstra luminer seperti
sebelum diagnosius diketahui secarajelas. Letak obstruksi
pseudokista pankreas. Kemungkinan lain dapat biasanya dirasakan pada retrostemal bagian bawah.
disebabkan oleh obat antikolinergik atau paska vagotomi.
Gejala lain yang sering didapatkan adalah regurgitasi
Menurut Castell ada dua defek penting yang yaiupadaT} 0% kasus. Regurgitasi ini berhubungan dengan
didapatkan pada pasien akalasia: posisi pasien dan sering terjadi pada malam hari oleh karena
1. Obstruksi pada sambungan esofagus dan gaster akibat adanya akumulasi makanan pada esofagus yang melebar.
peningkatan SEB basal jauh di atas normal dan gagalnya
Hal ini dihubungkan dengan posisi berbaring. Sebagai
SEB untuk relaksasi sempurna. Beberapa penulis tanda bahwa regurgitasi ini berasal dari esofagus adalah
menyebutkan adanya hubungan kenaikan SEB dengan
pasien tidak merasa asam atau pahit. Keadaan ini dapat
sensitivitas terhadap hormon gastrin. Panjang SEB
berakibat aspirasi pneumonia. Pada anak-anak gejala ini
manusia 3-5 cm, sedangkan tekanan SEB basal normal
dihubungkan dengan gejala batuk pada malam hari atau
rata-rata 20 mmHg. Pada akalasia tekanan SEB adanya pneumonia.
meningkatkurang lebih duakali yaitu sekitar 50 mmHg.
Penurunan berat badan merupakan gejala ketiga yang
Kadang-kadang didapatkan tekanan sebesar nilai
sering ditemukan. Hal ini disebabkan pasien takut makan
normal tinggi. (Tabel 1)
akibat timbulnya odinofagia. Gejala yang menyertai
keadaan ini adalah nyeri dada. Bila keadaan ini berlangsung
lama akan dapat terjadi kenaikan berat badan kembali
Tekanan SEB 10-26 mmHg (t2 SB), karena akan terjadi pelebaran esofagus akibat retensi
dengan relaksasi normal makanan dan keadaan ini akan meningkatkan tekanan
Amplitudo peristaltis esofagus distal 50- hidrostatik yang akan melebihi tekanan SEB. Gejala ini
11OmmHg
L Normal (t2 SB) berlangsung dalam I sampai 5 tahun sebelum diagnosis
Tidak dijumpai kontraksi spontan, repetitif ditegakkan dan didapatkan pada 50% kasus.
atau simultan Nyeri dada didapatkan pada 30olo kasus yang biasanya
a Gelombang tunggal (< 2 puncak)
a 5 waktu gelombang peristaltis esofagus tidak begitu dirasakan oleh pasien. Sifat nyeri dengan
distal rerata 30 detik lokasi substemal dan dapat menjalar ke belakang, bahu
a Tekanan SEB meningkat > 26 mmHg atau rahang dan tangan yang biasanya dirasakan bila minum
> 30 mmHg
ll. Akalasia a Relaksasi SEB tidak sempurna
Aperistaltis korpus esofagus
a Tekanan intraesofagus meningkat (,
gaster)

Gagalnya relaksasi SEB ini disebabkan penurunan


tekanan sebesar 30-40 Yoyangdalam keadaaan normal
turun sampai l00oh yang akan mengakibatkan bolus
makanan tidak dapat masuk ke dalam gaster. Kegagalan
ini berakibat tertahannya makanan dan minuman di
esofagus. Ketidalanampuan relaksasi sempurna akan
menyebabkan adanya tekanan residual; bila tekanan
hidrostatik disertai dengan gravitasi dapat melebihi
tekanan residual makanan dapat masuk ke dalam gaster.
2. Peristaltis esofagus yang tidak normal disebabkan
karena aperistaltis dan dilatasi2l3 bagiatbawah kotpus
esofagus. Akibat lemah dan tidak terkoordinasinya
peristaltis sehingga tidak efektif dalam mendorong
bolus makanan melewati SEB. Dengan berkembangnya
penelitian ke arah motilitas, secara obyektif dapat
ditentukan motilitas esofagus secara manometrik pada
keadaan normal dan akalasia. Gambar 2. Diagram akalasia
490 GAIIIROENTEROI.OGI

air dingin. Gejala lain yang biasa didapatkan adalah akibat agak sukar penilaiannya karena banyaknya lengkungan
komplikasi retensi makan dalam bentuk batuk-batuk dan dan belokan.
pneumonia aspirasi. Pada kebanyakan pasien didapatkan mukosa normal.
Pemeriksaan fisis tidak banyak membantu dalam Kadang-kadang didapatkan hiperemia ringan difus pada
menentukan diagnosis akalsia, karena tidak menunjukkan bagian distal esofagus. Juga dapat ditemukan garrbaran
gejala obyektif yang nyata. Mungkin ditemukan adanya bercak putih pada mukosa, erosi dan ulkus akibat retensi
penurunan berat badan, kadang-kadang disertai anemia makanan. Bila ditiupkan udara akan menampakkan kontraksi
defisiensi. esofagus distal. Bila pemeriksaan diteruskan ke segmen
gastroesofageal, sering dirasakan tahanan ringan dan bila
dengan hati-hati alat didorong dapat sampai ke dalam gaster.
DIAGNOSIS Bila sukar melewati batas esofagus gaster harus dipikirkan
kemungkinan keganasan atau strikhrr jinak.
Untuk menegakkan diagnosis selain gejala klinis yang Daerah kardia gaster harus dievaluasi secermat
dapat memberikan kecurigaan adanya akalasia perlu mungkin untuk menyingkirkan kemungkinan akalasi
beberapa pemeriksaan penunjang seperti radiologis sekunder akibat kanker. Biopsi harus dilakukan bila
(esofagogram), endoskopi saluran cerna atas dan didapatkan gambaran tidak normal pada kardia terutama
manometri. pada pasien di atas umur 50 tahun dengan gejala yang
Pemeriksaan radiologis dengan foto polos dada akan cepat berkembang dalam waktu pendek. Endoskopi pada
menunjukkan gambarankontur ganda di atas mediastinum akalasia selain untuk diagnostik juga dapat untuk
bagian kanan, seperti mediastinum melebar dan adanya membantu terapi, sebagai alat pemasangan kawat petunjuk
gambaran batas cairan dan udara. Keadaan ini akan arah sebelum tindakan dilatasi pneumatik.
didapatkan pada stadium lanjut. Pada pemeriksaan Pemeriksaan manometrik esofagus penting untuk
fluoroskopi terlihat tidak adanya konshaksi esofagus. Pada konfirmasi diagaostik. Penemuan-penemuan karakteristik
pemeriksaan radiologis dengan barium pada akalasia berat adalah 1). tonus SEB tinggi, 2). relaksasi sfinkter tidak
akan terlihat adanya dilatasi esofagus, sering berkelok- sempurna waktu menelan, 3). tidak adanya peristalsis
kelok dan memanjang dengan ujung distal meruncing esofagus, dan 4). tekanan korpus esofagus pada keadaan
disertai permukaan halus berbentuk paruh burung (Gambar istirahat lebih tinggi dari tekanan gaster.
3). Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan adalah Diagnosis banding akalasia primer adalah akalasia
skintigrafi dengan memberikan makanan yang sekunder seperti adenokarsinoma gaster yang meluas ke
mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan esofagus, karsinoma paru (sel oat), sarkoma sel retikulum,
dilatasi esofagus tanpa kontraksi. Di samping itu juga karsinoma pankreas. Penyakit Chagas juga dapat
didapatkan pemanjangan waktu transit makanan ke dalam memberikan gambaran akalasia, akan tetapi biasanya
gaster akibat gangguan pengosongan esofagus. disertai megakolon, megaureter dan penyakit miokardial.
Pemeriksaan endoskopi pada pasien ini harus Skleroderma juga dapat memberikan gambaran seperti
dipersiapkan dengan baik dalam bentuk kumbah esofagus akalasia akan tetapi gangguannya hanya pada kontraksi
dengan memakai kanul besar. Tujuan kumbah esofagrs ini saja tanpa gangguan SEB.
untuk membersihkan makanan padat atau cair yang Pada Tabel 2 dapat dilihat perbandingan gambaran
terdapat dalam esofagus, meskipun sudah dipuasakan klinis akalasia primer dan sekunder.
dalamwaktuyang cukup lama. Seperti sigmoid, endoskopi

Akalasia
Gejala
Sekunder
Disfagia ringan s/d berat sedang s/d berat
(> 1 tahun) (n< 6 bulan)
Nyeri dada flngan sampar Jarang
sedang
Berat badan turun ringan (5 kg) berat (15 kg)
Regurgitasi sedang s/d berat nngan
Komplikasi paru sedang larang

PENGOBATAN

Pengobatan akalasia antara lain dengan cara


Gambar 3. Gambaran radiologis akalasia medikamentosa oral, dilatasi atau peregangan SEB,
AXAIASIA 491

esofagomiotomi dan injeksi toksin botulinum (Botox) ke flouroskopi. Posisi balon setengah berada di atas hiatus
sfingter esofagus. diafragmatika dan setengah lagi dalam gaster. Balon
dikembangkan secara maksimal dan secepatmungkin agar
pengembangan SEB seoptimal mungkin, selama 60 detik
Medikamentosa Oral
setelah itu dikempiskan. Selanjutrya setelah 60 detikbalon
Preparat oral yang digunakan dengan harapan dapat
dikembangkan kembali untuk beberapa menit lamatya.
merelaksasikan SEB antara lain nitrat (isosorbid dinitrat)
Untuk satu kali pengobatan pengembangan balon tidak
dan calcium channel blockers (nifedipin dan verapamil).
melebihi2kali.
Meskipun pasien dengan kelainan ini khususnya pada fase
Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien
awal mendapat perbaikan klinis tetapi sebagian besar
merasakan nyeri bila balon ditiup dan segera menghilang
pasien tidak berespon bahkan efek samping obat lebih
bila balon dikempiskan. Bila nyeri menetap, kemungkinan
banyak ditemukan. Umumnya pengobatan ini digunakan
adanya perforasi. Sesudah dilator dikeluarkan dimasukkan
urituk jangka pendek untuk mengurangi keluhan pasien.
kontras barium sebanyak 15-30 ml sampai bagian distal
Pengobatan medikamentosa untuk memperbaiki proses
esofagus melalui tuba nasogastrik, dengan posisi pasien
pengosongan esofagus pada akalasia, pertama dengan
berdiri.
pemberian amil nitrit pada wakhr pemeriksaan esofagogram
Bila pada pemeriksaan barium didapatkan perforasi kecil,
yang akanberakibat relaksasi pada daerah kardia. Saat ini
harus dilalnrkan observasi secermat mungkin. Bila tetap tarrya
isosorbid dinitrat dapat menurunkan tekanan SEB dan
gejala dan terdapat kenaikan suhu, perlu segera diberikan
meningkatkan pengosongan esofagus. Obat-obat lain yang
antibiotik. Pada keadaan ini cukup dengan pengobatan
akan memberikan efek seperti di atas adalah tingtur
konservatif saja. Akan tetapi bila terjadi barium mengisi
beladona, atrofin sulfat pada beberapa kasus. Dengan
mediastinum dan dada kiri, perlu segera dilakukan tindakan
ditemukan obat antagonis kalsium nifedipin 10-20 mg per-
operasi.
oral dapat menurunkan secara bermakna tekanan SEB
Castell dan Vantrappen menganjurkan pengobatan
pasien dengan akibat perbaikan proses pengosongan
akalasia dengan dilatasi karena prosedumya cukup aman,
esofagus. Dengan pengobatan ini didapatkan perbaikan
dan morbiditasnya kurang dibandingkan operasi.
gejala klinis pasien sampai dengan 18 bulan bila
Cara lain yaitu dilatasi dengan menggunakan Bougie
dibandingkan dengan plasebo. Pemakaian preparat sub
Savary-Millard.
lingual, 15-30 menit sebelum makan memberikan hasil yang
lebih baik.
Esofagomiotomi
Tindakan bedah esofagomiotomi dianjurkan bila terdapat:
Dilatasi/Peregangan SEB
I ). Beberapa kali (> 2 kali) dilatasi pneumatik tidak berhasil;
Pengobatan dengan cara dilatasi secara bertahap akan
2). Adanyaruptur esofagus akibat dilatasi; 3). Kesukaran
mengurangi keluhan sementara. Cara yang sederhana
menempatkan dilator pneumatik karena dilatasi esofagus
dengan businasi Hurst, yang terbuat dari bahan karet yang
yang sangat hebat; 4). Tidak dapat menyingkirkan
berisi air raksa dalam satuan ukuran F (french) mempunyai
kemungkinan tumor esofagus; 5). Akalasia pada anak
4 jenis ukuran. Prinsip kerjanya berdasarkan gayaberat
berumurkurang dari 12 tahun.
dipakai dari ukuran yang terkecil sampai terbesar secara
Operasi esofagomiotomi distal (prosedur Heller) juga
periodik. Keberhasilan businasi ini hanya pada 50 % kasus
memberikan hasil yang memuaskan. Perbaikan gejala
tanpa kambuh, 3 5 oh te1adikambuh, sedangkan I 5 Yo gagal.
didapatkan pada 80-90 o/o kasus. Komplikasi yang dapat
Cara yang diajurkan ialah dilatasi SEB dengan alat yang
dinamakan dilatasi pneumatik. Cara ini dipakai lebih dari
terjadi adalah masih menetapnya gejala-gejala disfagia
30 tahun dengan hasil yang cukup baik. Hasil terbaik karena miotomi yang tidak adekuat atau refluks
gastroesofageal.
didapatkan pada75-85 o% kasus. Hasil dilatasi akan lebih
memuaskan setelah dilakukan beberapa kali. Jarang Bila dibandingkan tindakan dilatasi dan pembedahan,
didapatkan komplikasi seperti refluks gastroesofageal atau kedua tindakan ini efektif. Keuntungan dilatasi jarang
perforasi esofagus. Teknik khusus untuk dilatasi ini tidak disertai refluks yang jelas tapi ada risiko perforasi
hanya dalam berbagai ukuran akan tetapijuga tergantung esofagus. Perbaikan terhadap gejala disfagia pada kedua
dari lamanya pengembangan SEB yang dapat berkisar dari tindakan ini hampis sama dibanding waktu perawatan pada
beberapa detik sampai 5 menit. Pengobatan cara ini dilatasi lebihpendek. Hasil optimal dilatasi ini didapatkan
memerlukan seni dan pengalaman operatornya. Sebelum dengan dilatasi esofagus sedang dan disfagia lebih dari 5
pemasangan balon ini harus dilakukan dulu pengecekan, tahun.
tentang simetrinya, garis tengahnya harus diukur agar tidak Tindakan pembedahan memberikan hasil yang
bocor. memuaskan dan dalam jangka lama dapat menghilangkan
Pasien dipuasakan sejak malam hari dan keesokan disfagia. Akan tetapi komplikasi refluks esofagitis cukup
harinya dilakukan pemasangan dengan panduan tinggi. Dalam pengobatan akalasia ini sebaiknya sebagai
492 GASTROENTEROI.OGI

pengobatan awal dilakukan dilatasi pneumatik dan bila tak anomalies. In: Yamada ! Alpers DH, Owyang C, Powell DW,
berhasil dilanjutkan dengan tindakan pembedahan. Silverstein FE, editors. Textbook of gastroenterology. Volume 1.
2'd edition. Philadelphia: JB Lippincott Co; 1995. p. Il82-94.
Cuillidre C, Ducrott6 P, Zerbib F, et al. Achalasia: outcome of pa-
lnjeksi Toksin Botulinum tients treated with intrasphincteric injection of botulinum toxin.
Pengobatan terakhir yang sering digunakan saat ini adalah Gut. 1997; 4lS:87-92.
penyuntikan toksin botulinum ke SEB yang lemah dengan Goyal RK. Diseases of esophagus. In: Fauci AS, Braunwald E,
menggunakan endoskopi. Terapi ini lebih aman tetapi Isselbacher KJ et al, editors. Harrison's principles of internal
medicine. 14n ed. New York: Mc Graw-Hill Co; 1998. p. 1588
hanya berjangka pendek dan perlu penyuntikan yang
berulang. Pilihan terapi ini sangat bermanfaat pada pasien
- 99.
Hadi S. Akhalasia. Gastroenterologi. Edisi ke-7. Bandung: PT Alumni;
dengan risiko tinggi untuk menjalani operasi atau pasien 1999. p. 87-94.
yang sudah lanjut usia. Manan C. Akalasia. In: Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani AA,
editors. Gastroenterologi hepatologi. Cetakan kedua. Jakarta:
CV Agung Seto; 1997. p. 141-8.
Mark JW, Lee D. Achalasia. [Cited at Feb 2005: 6 screens] Available
REFERENSI
from: URL HYPERLINK http:iiwww.medicinenet.com.
Patti M, Fisichella PM. Achalasia. [Cited at February 2005; 10
Ali I. Akalasia. In: Suyono S, Waspadji S, Lesmana L et al, editors. screensl. Available from URL HYPERLINK http:ll
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Volume 2. 3.d edition. Jakarta:
wwuemedicine.com.
Balai Penerbit FKUI; 2001. p. 105-9.
Sawyer MA, Patel TH, Sawyer EM et al. Achalasia. [Cited at Febru-
rackbill S, Shi G, Hirano I. Diminished mechanosensitivity and ary 2005; 12 screensl. Available from URI HYPERLINK http:/
chemosensitivity in patients with achalasia. Am J Physiol
/www.emedicine.com.
Gastrointest Liver Physiol. 2003;285:Gl198 - G203. Vaezi MF, Richter JE. Diagnosis and management of achalasia. The
Boyce GA, Junior HWB. Esophagus: anatomy and structural Am J Gastro. 1999;94(12):3406 - 12.
77
STRIKTUR/STENOSIS ESOFAGUS
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN hidroksida atau kalium hidroksida. Obat yang


mengandung copper sulfate, natrium hidroksida,
Striktur/stenosis esofagus, walaupun j arang didapatkan, natrium hipoklorit, benzalkonium klorida dan natrium
merupakan penyakit yang sangat menggangu kehidupan. karbonat sering juga menimbulkan skiktur. Air abu
Dengan semakin majunya teknologi kedokteran terutama pembuat mie/kue yang mengandung NaOH sering
di bidang radiologi dan endoskopi saluran cerna, merupakan penyebab striktur karena kecelakaan pada
diagnosis striktur/stenosis esofagus dapat lebih cepat anak. b).Asam: Asam merupakan 1 5% penyebab kaustik
ditegakkan. Bila penatalaksanaannya tidak benar, pasien esofagus. Yang sering yaitu pembersih WC, zat
akan mengalami kekurangan gizi dan bahkan dapat pencampur kolam renang, bahan anti karat, cairan
fatzl. solder, bahan rumah tatgga (misal vanish, saniJlush,
lysol, mister plumr) yang mengandung sulfur,
hidroklorida, asam fosfor.
DEFINISI Cairan lain yang mengandung asam asetat, asam sitrat,
asam HCL juga menimbulkan striktur/stenosis
Stenosis esofagus adalah penyempitan lumen esofagus, esofagus.
dapat karena tumor atau penyebab lain.Striktur esofagus 2. Penyakit esofagus refluks (endogan): striktur/stenosis
merupakan penyempitan lumen karena fibrosis dinding terjadi karena adanya iritasi asam lambung (refluks
esofagus yang disebabkan oleh macam- macam gastroesofageal). Biasanya striktur terjadi pada l/3
penyebab. Proses striktur terjadi akibat reaksi inflamasi distal. Pada , striktur dapat terjadi p ada ll3 tengah.
dan nekrosis esofagus yang disebabkan oleh macam- 3. Pascabedah transeksi esofagus: striktur terjadi pada I I
macam penyebab. 3 distal.
Dalam praktek stenosis dan striktur esofagus sulit 4. Pasca skleroterapi endoskopik striktur terjadipadall3
dibedakan, sehingga kedua istilah dipakai untuk semua distal.
kelainan penyempitan atau obstruksi esofagus. 5. Infeksi kronik atatberat dari esofagus
6. Pasca terapi radiasi dan kemoterapi terakselerasi
termodulasi simultan untuk kanker kepala dan leher.
ETIOLOGI
Maligna (tumor/kanker esofagus)
Etiologi striktur/stenosis esofagus yaitu: Striktur maligna ini dapat terjadi pada semua bagian
Jinak (benigna): esofagus, paling sering terjadi di bagian distal lalu diikuti
1. Bahan korosiflkaustik (eksogen): striktur/stenosis dapat tengah dan proksimal. Tumor/kanker esofagus bisa berasal
terjadi pada semua bagian esofagus, karena masuknya dari mukosa ( karsinoma sel skuamosa yang paling sering,
bahan kaustik tersebut secara sengaja (usaha bunuh adenokarsinoma sebagian kecil) atau submukosa atau
diri) atau tidak sengaja (kecelakaan). Bahan korosifl metastasis kanker dari luar esofagus. Metastase kanker
kaustik ini dapat dibagi atas: a). Alkali: Zat yang luar esofagus paling banyak berasal dari paru, payudara
dipakai pada cairan pembersih WC misal:natrium dan ovarium.

493
Kasus striktur/stenosis Esofagus di RSUPNCM Esofagoskopi
!ndonesia Pemeriksaan ini penting untuk diagnosis dan terapi
Selama 2 tahun (1988- 1989) dari 858 pemeriksaan (menggunakan alat tertentu). Mukosa lumen dapat diamati
esofagoskopi didapatkan 352 kasus kelainan esofagus. secara seksama dan bila ada kecurigaan keganasan
Dari kasus kelainan esofagus tersebut didapatkan 6 kasus (maligna) dapat dilakukan biopsi untuk pemeriksaan
stenosis/striktur esofagus. histopatologi. Pada esofagus pasien disfagia seringkali
Pada tahun 1994 dai2l pemeriksaan endoskopi saluran didapatkan banyak sisa makanan yang tidak dapat melewati
cemabagian aas (SCBA0 atas indikasi disfagia, didapatkan striktur, sehingga dapat mengacaukan pemeriksaan. Untuk
6 (28,57%) kasus striktur/stenosis esofagus. Penyebab mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik, dalam
striktur/stenosis esofagus tersebut yaitu tumor esofagus mempersiapkan pemeriksaan pemeriksaan esofagoskopi,
(14,29oA), diikuti korosif karena air abu (9,52Yo) dan pasien tidak hanya puasa minimal 6 jam, tetapi sebaliknya
pascaskleroterapi varises esofagus (4,7 6%). sebelum tindakan, juga dilakukan bilasan esofagus dengan
air putih atau NaCl frsiologis melalui selang nasogastrik
(NGT). Pada pemeriksaan esofagoskopi akan didapati
GEJALA KLINIS lumen yang menyempit dengan mukosa yang normal atau
tak rata dengan hiperemia(esofagitis) atau iregular
Disfagia merupakan gejala terpenting striktur/stenosis berbenjol- benj ol (maligna).
esophagus. Kesulitan makan pada striktur/stenosis ini
lebih jelas terhadap makanan padat, berbeda dengan
kesulitan makan karena kelainan motilitas yaitu makanan PATOLOGIANATOMI
padat relatif lebih mudah turun. Gejala ini mulai
dirasakan, bila lumen menyempit sampai 50%. Keluhan Secara mikroskopik, biasanya kerusakan jaringan tidak
lainnya yaitu rasa nyeri atau terbakar substernal/dada, melewati lapisan muskularis mukosa. Terlihat fibrosis
rasa tak enak di dada, ada yang meninggal substernal/ keras yang luas terutama di daerah submukosa, terjadi
dada, rasa tak enak di dada, ada yang mengganjal penebalan dinding yang konsentrik, yang menimbulkan
subternal sewaktu makan. Pasien dapat mengeluh mual stenosis. Dapat terlihat adanya reaksi inflamasi seperti
dan muntah sehabis makan. Bila striktur bertambah infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN), hiperplasi sel basal
berat, asupan nutrisi akan berkurang sehingga pasien dan elongasio papil ke arah permukaan. Bila terjadi
akan mengalami kekurangan gizi dengan segala ulserasi yang dalam seperti pada Barrettb esophagus
komplikasinya. atau akibat bahan korosif, fibrosis terjadi lebih dalam,
meliputi seluruh dinding esofagus, sehingga dapat terjadi
pemendekan esofagus.
PEMERIKSAAN JASMANI

Umumnya tidak ditemukan kelainar, yang berarti. DIAGNOSIS


Sering didapati adanya malnutrisi, dan bila ada anemia a
kan didapati konjungtiva pucat. Bila ada aspirasi Diagnosis striktur/stenosis esofagus ditegakkan
pneumonia karena masuknya muntahan sisa makanan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan
ke paru- paru akan didapati ronki, sesak napas, dan radiologi(barium meal), esofagoskopi dan biopsi. Pada
sianosis. anamnesis yang perlu ditanyakan yaiu adarrya gejala klinis
seperti gangguan menelan makanan, rasa nyeri atau
terbakar substernal, muntah sehabis makan (refluks),
PEMERIKSAAN PENUNJANG
bahan korosif/kaustik, atau pascabedah transeksi
esofagus atau pascaskleroterapi endoskopik.
Radiologi
esofagogram harus selalu dikerjakan pada pasien disfagia,
terlebih bila diduga penyebabnya striktur/stenosis DIAGNOSIS BANDING
esofagus. Pada esofagogram akan ditemukan adanya
penyempitan esofagus. Penmyempitan ini lebih lebih sering Pada setiap striktur/stenosis harus selalu diwaspadai
terjadi di bagian distal esofagus, dapat dibedakan atas kemungkinan adanya keganasan (maligna). Keluhan lain
striktur pendek (< 1cm), sedang (1-3cm) atau panjang (3-5 yang menimbulkan gelala tas esofagus, akalasia, spasme
cm). Permukaan lumen yang menyempit dapat licin dan esofagus difus, divertikel esofagus, skleroderma,
rata atau ireguler (maligna). amiloidosis, miastenia gravis, dll.

494
STRIKTURATENOSIS ESOFAGUS
495

PENATALAKSANAAN ini pada kasus pasca transeksi dengan hasil baik.


. Terapi laser: Beberapa pusat pengobatan telah mencoba
dilatasi striktur dengan laser terutama untuk paliatif
Medis
pada striktur maligna karena kanker yang sudah tak
Nutrisi yang adekuat: Diusahakan diberikan nutrisi yang dapat dioperasi.
bergizi tinggi dengan kalori, proterin, lemak dan . Pemasangat stent esofagus: Stent (selan.g buatan)
karbohidrat yang seimbang. Bila belum dapat makan (oral) untuk esofagus dipasang per endoskopik setelah
diberikan secara parentral dan/atau enteral melalui selang dilalukan dilatasi. Stent dipasang untuk sriktur maligna
Jlocare (selang nasogastrik ukuran 7 french). Nutrisi atau striktur karena penyebab lain yang tak mungkin
parenteral diberikan sesuai kebutuhan kalori dan elekholit, dilakukan operasi. Harga s tent masih cukup mahal.
seperti Triofusin, Triofusin E 1000, Aminofusin, Intrafusin, . Penyuntikan steroid intralesi: Penyrntikan steroid per
Amiparen, Panamin Q Intralipid, Aminosteril, Kalbamin dll. endoskopi dilakukan pada striktur esofagus yang
Nutrisi secata enteral berupa makanan cair biasa atau susu refrakter.
komersial(misal: Entrasol, Peptisol, Fresubin, Proten,
Perculaneus Endoscopic Gastronomy (PEG): Tindakan
Nutren).
ini dilakukan pada pasien striktur maligaa atau striktur
Vitamin dan zat besi: pada anemia defisiensi vitaminBl2l karena penyebab lain yang tak mungkin dilakukan
asam folat perlu diberikan vitamin 12 atat asam folat. pembedahan.Pada tindakan ini dibuat stoma gastermelalui
Pada anemia defisiensi besi perlu diberikan obat zat besi kulit per endoskopik. Melalui stoma dapat dimasukkan
misal ferrous fumarat, sulfat ferosus, ferromia,dll. nutrisi yang adekuat.
Pada anemia defisiensi besi perlu juga diberikan vitamin
C. Pada kekuratgan vitamin A dapat diberikan Bedah
vitaminA. Tindakan bedah dilakukan bila secara medis tidak ada
Terapi dilatasi nonbedah: dengan perkembangan teknologi kemajuan, atau lesi terlalu panjang, dengan fibrosis trans-
kedokteran di bidang endoskopi dan radiologi, sebagian mural. Dilaporkan bahwa tindakan bedah merupakan terapi
pasien dapat diobati dengan cara diatasi nonbedah. paliatif yang baik dan menghasilkan survival yang panjang
. Dilatasi per oral pada striktur esofagus karena metastase tumor paru,
a. Busikaretairraksa(merkuri): payudara dan ovarium.6 Terdapat beberapa pilihan seperti
Dikenal 2 macam, yaitu busi Hur s t, y ang uj ungnya reseksi striktur/stenosis dengan esofagogastrektomi,
bulat, dan btsi Maloney, yar,g bentuknya reseksi dengan interposisijejunum, atau kolon. Pada pasien
meruncing. Terdapat beberapa ukuran dari I 6F- 60F. yang tak mau direseksi striktur/stenosisnya dapat
Businasi dimulai 2 kali seminggu dengan busi dilakukan gastrostomi operatif.
terkecil lalu dinaikkan bertahdp makin lama makin
besar businya sampai terbesar, lalu businasi sekali
seminggu bila ada perbaikan disfagia, dan PENCEGAHAN
selanj utnya bila diperlukan.
b. Dilator metal dengan guide wire (Eder Puestow) Mengingat bahay a striktur/stenosis esofagus, perlu
dapat digunakan untuk striktur panjang dan sangat diberikan penerangan pada masyarakat bahwa salah satu
sempit, dikerjakan dengan kontrol fluoroskopi. penyebabnya yaitu bahan korosif/kaustik seperti asam/
c. Balon pneumatik. Alat ini dimasukkan melalui alkali. Jangan sampai terminum bahan-bahan korosif/
bantuan guide wire perendoskopik, lalu balon kaustik secara sengaja. Untuk pasien esofagitis peptik/
dikembangkan unhrk melebarkan strikhr/stenosis' refluks perlu berobat yang teratur karena kemungkinan
d. Dilator Savary-Guillard. Dilator ini terbuat dari timbulnya striktur seba$ai komplikasi' Penggunaan
polivinil, dengan saluran di tengah, untuk memasang kortikosteroid pada esofagitis karena kaustik asam/alkali
guide wire per endoskopik. Dalam pemasangannya untuk mencegah terjadinya stenosis/striktur esofagus
diperlukan fluoroskopi. Terdapat beberapa ukuran tetap masih kontroversi.
dari l5F-35F. Alat ini semifleksible, bentuknya
meruncing, sehingga lebih menyenangkan pasien,
dib andingkan dilatormetal. REFERENSI
e. Dilator Celesting dengan Olive EderPuestow.
Dilator dimasukkan melalui guide wire. 1. Peura DA, Johnson CF. Esophageal stricture' In: Bayless ed.
. Current Therapy in Gastroentrology and Liver Disease-2'
Elektrokoagulasi secara endoskopik: dilakukan bila Toronto-Philadelphia: BC Decker Inc'. 1986.p. 25-9.
striktumya pendek (<l cm) atau sedang(l -3 cm). Striktur 2. Cranq DJ. Esophageal stricture. hftp:/ media' health. discovery.
yang ada dilebarkan dengan pemotongan memakai com /encyclooedias/220.html: 1 -3
elektrokoagulasi. Beberapa penulis melaporkan tindakan 3. Bozymski EM. Isaacs KL. Miscellaneous diseases of the esopha-
496 GAIITROENTEROIIreI

gus. In: Yamada T:-Alpers DH-Owyang C-Powell DW-Silverstein Ochiai A. Metastatic esophageal tumors from distant primary
FE (eds).Textbook of Gastroententerology.Vol one 2"d edition. lesions: report ofthree esophagectomies and study of 1835
Philadelphia: JB Lippincott.l995.p. 1283-1302. autopsy cases. http://wwwjjco.oupjournals.org/cgilcontenVfull/
4. Excerpt from Esophageal Stricture. htto://wwwemedicine.corn/ 27161410:l-8
: l-2 8. Daldiyono, Ali I, Rani AA, Manan C. Disfagia diagnosis dan
5 Alinejad A. Caustic injury to the upper gastrointestinal tract. terapi. Dalam: Indonesia-Holland Symposium on Gastro-
Shiraz e-med.J. enterology-hepatology Digestive Endoscopy. PGI-PPHI-PEGI.
causticini.htm: l -22 Jakarta. 11 Agustus 1990.p. 31-41.
6 Tuncer R, Soyupak S, Sen N, Okur H, Keskin E, Zorludemir U 9 Simadibrata M. Laporan hasil pemeriksaaan endoskopi saluran
et.al. Does steroid treatment prevent caustic esophageal stric- cerna bagian atas subbagian gastroenterologi. Bagian Ilmu
ture? A prospective study. Ann Med Sci 2000;9: 56-8.http:// Penyakit dalam FKUI/RSUPNCM, I 994(tidak dipublikasi).
: l-4
7 Mizobuchi S, Tachimori Y Kato H, Watanabe H, Nakanishi Y
78
TUMOR ESOFAGUS
S.A. Abdurachman

PENDAHULUAN

Esofagus merupakan organ berupa tabung muskular yang Epitel


Jinak Ganas
berfungsi dalam transport bahan-bahan yang ditelan.
Papiloma Squamous cell carcinoma
Panjangnya kira-kira24 cm, menghubungkan faring yang Adenoma Adenokarsinoma
terletak sekitar vertebra servikal 6, dar. esophagogastric Karsinoma verukosa
junction yang berada tepat di bawah diafragma pada Spindle cell carcinoma
(karsinosarkoma)
ketinggian vertebra torakal 1 1. Jika dihitung dari gigi seri Adenosquamous carcinoma
(incisivus) panjang esofagus ini kira-kira 40 cm. Karsinoma m ukoepidermoid
Small cell carcinoma dan karsinoid
Untuk kemudahan, biasanya esofagus dibagi menjadi Melanoma maligna
tiga daerah anatomls yaitu sepertiga atas, tengah dan Koriokarsinoma
bawah. Sepertiga atas adalah bagian esofagus Karsinoma undifferntiated
Non Epitel
sampai arkus aorta, sepertiga tengah adalah bagian
Jinak Ganas
esofagus sampai vena pulmonalis inferior, dan sepertiga Leiomioma Leiomiosarkoma
bawah adalah esofagus sampai esophagogastric Lipoma Sarkoma jaringan lunak
Tumor vaskular Rabdomiosarkoma
junction.
Tumor neurogenik Sarkoma neurogenik
Mukosa esofagus terdiri atas epitel berlapis gepeng Tumor sel granular Sarkoma Kaposi
(stratffied squamous epithelium) yang merupakan Limfoma
kelanjutan dari mukosa faring, lamina propria berupa Lesi mirip tumor
Polip fibrovaskular
jaringan ikat longgar yang berada langsung di bawah Kista
epitel, dan lamina muskularis mukosa. Daerah Polip inflamatori
esophagogastric junction ditandai dengan perubahan
mendadak epitel berlapis gepeng yang berwarna pucat
pada esofagus menjadi epitel torak yang berwarna merah TUMORJINAK
tua pada kardia yang mudah dikenali. Daerah
perbatasan ini tampak sebagai garis yang iregular atau Tumor jinak esofagus non-epitel yang paling sering
bergerigi, disebut Zigzag-Iine atau Z-line yang dalam dijumpai adalah leiomioma. Tumor ini lebih sering
keadaan normal berada pada lower esophageal ditemukan pada laki-Iaki dan seringkali asimtomatik.
sphincter (LES). Tumor ini tampak sebagai lesi submukosal bentuk bulat
Di bawah mukosa terdapat lapisan submukosa yang dan ditutupi oleh mukosa esofagus yang kelihatan
terdiri atas serat elastik dan kolagen. Lapisan muskular normal. Jaringan biopsi endoskopik biasanya tidak dapat
pada 50%o sampai 6}Yobagianbawah esofagus merupakan membantu dalam diagnostik karena forseps biopsi tidak
otot polos, pada 5%obagian proksimal adalah otot skelet, mampu menembus mukosa yang menutupi tumor. Papiloma
sisanya berupa campuran otot polos dan otot skelet. adalah lesi polipoid yang terdiri atas epitel berlapis gepeng.
Klasifikasi tumor pada esofagus berdasarkan gambaran seringkali multifokal. lesi ini bukan merupakan lesi
histologis dapat disimak pada Tabel 1. prakanker.

497
TUMORGANAS
Lingkungan
Kira-kira l5o/o karker esofagus terdapat pada sepertiga Lokasi geografis
bagian atas, 50%o terjadi pada sepertiga bagian tengah, Kadar molibdium dalam tanah yang rendah
dar. 35%o ditemukan pada sepertiga bagian bawah Kadar garam dalam tanah
Suhu
esofagus. Hampir 95% kanker esofagus merupakan
Diet
karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng Aflatoksin
(squamous ce// carcinoma) yang melapisi lumen esofagus. Asbestos
Adenokarsinoma yang ditemukan dengan frekuensi lebih Defisiensi vit.A, vit.E, dan vit. C, riboflavin, niasin, dan
zink
jarung, berasal dari epitel toraks pada esofagus bagian Kebiasaan
distal. Alkohol
Rokok
lritasi kronik pada mukosa oleh faktor fisis
lnsidensi Radiasi
Di Amerika Serikat, kanker esofagus relatifjarang dijumpai Akalasia
Skleroterapi injeksi
akan tetapi merupakan kondisi maligna yang sangat letal.
Kultural
Pada tahun 1993 dari 11.300 kasus kanker esofagus Status sosio-ekonomi
kematian terjadi pada 10.200 pasien. Di seluruh dunia Ras
insidensi kanker esofagus dilaporkan berbeda-beda.
Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang dikenal
dengan julukan Asian esophageal cancer belt yang
terbentang dari tepi selatan laut Kaspi di sebelah barat
sampai ke utara Cina meliputi lran, Asia Tengah, Disfagia Nyeri
Berat badan menurun Rasa tidak nyaman di kerongkongan
Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker Odinofagia Singultus
esofagus banyak terdapat di Finlandia, Islandia, Afrika Muntah Sindrom Horner
Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di Amerika Utara dan Suara menjadi serak Sindrom vena kava superior
Batuk Efusi pleura maiigna
Eropa Barat, penyakit ini lebih sering terdapat pada laki- Regurgitasi Asites maligna
Iaki kulit hitam berusia lebih dari 50 tahun dengan status Hematemesis dan/atau Nyeri tulang
melena
sosio-ekonomi rendah. Anemia defisiensi besi Pembesaran kelenjar
supraklavikula/servikal

KARSINOMA ESOFAGUS
biasanya pasien akan menangguhkan beberapa bulan
sebelum datang berobat.
Etiologi Disfagia merupakan gejala paling sering ditemukan,
Pada karsinoma esofagus tidak diketahui adanya satu faktor terjadi pada lebih dari90o/o kasus. Esofagus mudah
tunggal tertentu sebagai penyebab te{adinya kanker ini. berdistensi sehingga pasien baru akan menyadari adanya
Aneka ragam faktor etiologi diperkirakan berperan kelainan jika hampir separuh diameter lumen esofagus
dalam etiopatogenesis kanker tersebut yaitu faktor sudah terkena. Pada keadaan ini penyakit sudah terlampau
lingkungan, faktor diet, kebiasaan merokok dan konsumsi lanjut untuk direseksi. Beberapa macam upaya biasanya
alkohol, iritasi kronik pada mukosa, dan kultural, seperti dilakukan pasien untuk rnengatasi disfagia yaitu: 1) sering
yang dapat disimak pada Tabel 2. minum pada saat makan, 2) makan makanan yang lebih
cair. dan 3) makan secara lambat. Disfagia akan progresif
sejalan dengan lamanya sakit. Pada mulanya. disfagia
Diagnosis
terjadi saat makan makanan padat, kemudian tidak dapat
Gambaran Klinis. Karsinoma esofagus merupakan menelan makanan padat dan kemudian akhirnya tidak
pembunuh terselubung karena pada stadium awal tidak dapat menelan makanan cair termasuk saliva yang selalu
menimbulkan keluhan sedangkan pada saat ada keluhan akan meleleh keluar dari mulut. Berbeda dengan spasme
umumnya sudah terjadi metastasis. Harapan terbaik untuk esofagus. disfagia pada kanker esofagus bersifat kronik
pengelolaannya adalah jika tumor ditemukan pada dan progresif. Berat badan yang menurun selalu
seseorang yang asimtomatik yang mengalami evaluasi ditemukan. Adanya anoreksia merupakan tanda prognostik
untuk suatu sebab. Keluhan-keluhan pasien yang bersifat yang negatif.
samar-samar dan tidak progresif mengakibatkan Odinofagia (nyeri saat menelan) ditemukan lebih jarang
diagnosis sering terlambat (Tabel 3). dibandingkan dengan disfagia. Nyeri terasa terus-menerus.
Oleh karena keluhan-keluhan pada stadium awal tidak bersifat tajaml seperti ditusuk. nyeri menyebar ke
seringkali masih dapat ditoleransi dan mudah diatasi, punggung.

498
TT..IIIIORESOFAGUS 499

Adanya suara sef ak menandakan invasi ke Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat
N.Laringeus rekurens atau aspirasi kronik. Batuk kronik menyebabkan anemia defisiensi besi sampai perdarahan
dapat terjadi karena aspirasi kronik atau fistula akut masif. Pasien sering tampak malnutrisi, lemah,
frakeoesofageal yang pada gilirannya juga mengakibatkan emasiasi, dan gangguan sistem imun yang kemudian akan
batuk-batuk selagi menelan. Komplikasi pulmonal lainnya menyulitkan terapi.
yang sering terjadi adalah pneumonia.
Perdarahan pada tumor mengakibatkan anemia Terapi
defisiensi besi. atau hematemesis dan melena.
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada
Pemeriksaan j asmani. Hasil pemeriksaan j asmani j arang karsinoma esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium
dapat membantu menegakkan diagnosis kanker esofagus, (staging) dan pengelompokan stadium tumor seperti
tetapi penemuan adanya kelainan fisis akan bermanfaat tampakpada Tabel 4.
dalam menentukan prognosis. Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan
Pada kanker esofagus adanya limfadenopati, anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang teliti, dilengkapi
hepatomegali, pneumonia, dan sindrom Horner dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan
menunjukkan bahwa kankernya sudah stadium lanjut. dengan esofagograh memakai suspensi barium, foto dada,
Limfodenopati dijumpai di daerah servikal supraklavikular CT Scan dada dan abdomen. Pada kasus-kasus tertentu
dan aksila. perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi, atau sidik
tulang. Pasien dengan lesi TO, atau dengan lesi Tl atau
Diagnosis pencitraan. Pada foto dada, air-fluid level di
T2 dan NO MO merupakan kandidat baik untuk terapi
daerah mediastinum menunjukkan adanya cairan yang
operatif. Metastasis ke kelenjar regional (N1) atau
tertahan di dalam lumen esofagus yang berdilatasi.
metastasis jauh (Ml) menunjukkan prognosis buruk, dan
Mungkin terdapat kelainan lain berupa metastasis tumor
kenyataan inilah yang seringkali dijump aipada saat pasien
di paru-paru, metastasis ke tulang, pneumonia, datang dan diagnosis ditegakkan. Prognosis karsi noma
pneumoperikardium, deviasi trakea, efusi pleura, dan rate
esofagus buruk, five-years survival setelah
limadenopati.
diagnosis dan tanpa terapi adalah kurang dari 5o/o.
Esofagografi memakai barium sering merupakan
Reseksi total hanya dapat dikerjakan pada 40oZ kasus,
prosedur pertama dan penting dalam diagnosis dan
dan sering tefadi tumor residif. Pascabedah reseksi total
penentuan stadium kanker. Lokasi tumor, panjang lesi, dan
five-years survival rate menunjukkan jumlah yang kurang
kelainan jaringan sekitar tumor dapat dinilai melalui
dari20o/o. Mortalitas pascabedah yang ditemukan sebesar
pemeriksaan esofagus dengan menggunakan suspensi
barium. CT scan memperlihatkan stadium, resektabilitas
dan perencanaan terapi endoskopik paliatit.
Tumor primer (T)
Endoskopi TX Tumor primer tidak dapat dinilai
TO Tumor primer tidak terbukti
Pemeriksaan ini mutlak dikerjakanpadakasus yang diduga Tis Carcinoma in situ
kanker esofagus terutama jika esofagogram normal. Pada T1 lnvasi ke tamina propria atau submukosa
saat endoskopi juga dilakukan biopsi jaringan.
T2 lnvasi ke tunika muskularis propria
T3 lnvasi ke tunika adventisia
14 lnvasi ke struktur sekitar

Komplikasi Kelenjar getah bening (KGB) regional (N)


Terjadi akibat invasi jaringan dan efek kompresi oleh NX Kelenjar geiah bening regional tidak dapat
dinilai
tumor. Selain itu, komplikasi dapat timbul karena terapi NO Tidak ada metastasis jauh
terhadap tumor. Invasi oleh tumor sering terjadi ke struktur N1 Ada metastasis ke KGB regional
di sekitar mediastinum. Invasi ke aorta mengakibatkan Metastasis jauh (M)
perdarahan masif, ke perikardium terjadi tamponade MX Adanya metastasis jauh tidak dapat dinilai
jantung, atau sindrom vena kava superior. Invasi ke serabut M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh
saraf menyebabkan suara serak atau disfagia. Invasi ke
Pengelompokkan stadium
saluran napas mengakibatkan fistula trakeoesofageal dan Stadium 0 Tis NO MO
esofagopulmonal, yang merupakan komplikasi serius dan Stadium I T1 NO MO
progresif mempercepat kematian. Sering terj adi obstruksi Stadium llA T2 NO MO
T3 NO MO
esofagus dan menimbulkan komplikasi yang paling sering Stadium lllB T1 N1 MO
terjadi yaitu pneumonia aspirasi yang pada gilirannya T1 N1 MO

menyebabkan abses paru dan empiema. Selain itu, juga Stadium lll T3 N1 MO
f4 Setiap N MO
dapat terjadi gagal napas yang disebabkan oleh obstruksi Stadium lV Setiap T Setiap N M1
mekanik atau perdarahan.
500 GAIITROENTEROI.OGI

20o/o disebabkan oleh fistula anastomosis, abses subfrenik, keluhan, seringkali penyakjt sudah sangat lanjut dan
dan komplikasi kardiopulmonal. prognosis buruk.
Karsinoma esofagus bersifat radiosensitif . Pada Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
kebanyakan pasien. radiasi eksternal memberikan efek endoskopi djsertai biopsi. Penentuan stadium tumor
penyusutan tumor. Komplikasi akibat radiasi sering berupa dikenakan dengan radiografi memakai kontras dar. CT
striktura, fistula dan perdarahan. kadang-kadang dijumpai scan.
komplikasi kardiopulmonal. Komplikasi dapat berupa obstruksi, perdarahan,
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pelengkap terapi perforasi, dan pembentukan fistula.
bedah dan terapi radiasi. Biasanya digunakan kemoterapi
kombinasi misalnya kombinasi sisplatin bersama bleomisin
Terapi
dan 5- FU memberikan respons sempurna pada 37o/o dan
Pada adenokarsinoma esofagus biasanya dikenakan
respons parsial pada 200;0.
reseksi ekstensif. Sebagian esofagus yang dibuang diganti
Pada kasus inoperabel, terapi paliatif dapat berupa
oleh satu segmen kolon transversum, diikuti kemoterapi
dilatasi berulang secara endoskopik, pemasangan protesis
seperti yang biasa diberikan pada karsinoma gaster.
melewati tumor dengan menggunakan s/e nt, atau dkenakan
gastrostomi. Pada kasus yang obstruktif, massa tumor juga
dapat dikikis dengan menggunakan sinar laser.
REFERENSI

Adze RD and Antonioli DA. Cancer of the esophagus. Pathology.


ADENOKARSINOMA ESOFAG US
In. Rustgi AK (Ed.). Gastrointestinal Cancers. Biology, Diagno-
sis and Therapy. Philadelphia: Lippincott- Raven Publishers;
1995. 1 1 5-40.
Etiologi
Beahrs OH, Henson DE, Hutter RV et al. Manual for Staging of
Telah diketahui bahwa esofagus Barrett merupakan Cancer. 3rd ed. American Joint Committee on Cancer. Philadel-
keadaan pramaligna untuk adenokarsinoma esofagus. phia: JB Lippincott; 1988.64-5.
Keadaan pramaligna ini disertai esofagitis kronik refluks, Krevsky B. Tumors of the esophagus. In: Haubrich WS. Schaffner F
tidak terbukti ada kaitan dengan alkohol dan rokok seperti and Berll JE (Edsr Bockus Gastro- enterology Vol I, 5111 ed.
pada squamous ce// carcinomapada esofagus. Perbedaan Philadelphia- Tokyo: WB Saunders Co.; 1995.534-57.
epidemiologis lainnya adalah adenokarsinoma jarang Mayer RJ. Neoplasms of the esophagus and stomach. In: Isselbacher
KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauoi AS and Kasper
ditemukan pada ras kulit hitam.
DL (Eds.). Harrison's Principles of Internal Medicine, 13"' ed.,
Kebanyakan tumor ini terdapat dekat esophagogastric
New Yorll- Toronto; McGraw- Hill Co; L997.1382-6.
junction, cenderung masif dan invasif serta menyebar ke Savary M and Miller G. The Esophagus. Handbook and Atlas of
kelenjar regional, jarang bermetastasis ke hati. Endoscopy. Switzerland, Gassmann AG, Solothum, 1978.205-
28.
Schmitt CM and Brazer SR. Clinical aspects of esophageal cancer.
Diagnosis In: Rustgi AK (Ed.): Gastrointestinal Cancer. Biology, Diagnosis
Gambaran klinis hampir serupa dengan karsinoma and Therapy. Philadelphia. Lippincott-Raven Publishers; 1995.
esofagus yaitu disfagia, odinofagia, penurunan berat 9t-t14.
badan, dan emasiasi. Selain itu, juga ditemukan keluhan- Stoner GD and Rustgi AK. BK>logy of esophageal squamous cell
keluhan lambung seperti anoreksia, cepat merasa kenyang, carcinoma. In. Rustgi AK (Ed.): Gastro- intestinal Cancers.
mual, muntah, dan perut kembung. Pada saat sudah ada Biok)Qy, Diagnosis and Therapy. Philadelphia. Uppincott-
Raven Publishers; 1995. 141-8.
79
INFEI$I HEUCOBACTER PYIARI
DANI PENYAIST GASTRODUODENAL
A. Aaiz Rani, Achmad Fauzi

PENDAHULUAN %. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 10-20% yang akan


menj adi penyakit gastroduodenal.
Sejak penemuan kuman Helicobacter pylori (Hp) oleh Studi seroepidemiologi di Indonesia menunjukkan
Marshall dan Warren pada tahun 1983, kemudian terbukti prevalensi 36- 46,1% dengan usia termuda 5 bulan. Pada
bahwa infeksi Hp merupakan masalah global, termasuk di kelompok usia muda di bawah 5 tahun. 5,3 -15 .4 %o telah
Indonesia, sampai saat ini belum jelas betul proses terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan
penularan serta patomekanisme infeksi kuman ini pada sebagai faktor risiko timbulnya degenerasi maligna pada
berbagai keadaan patologis saluran cerna bagian atas usiayang lebih lanjut. Asumsi ini perlu diamati lebih lanjut,
(SCBA). Pada tukak peptik infeksi Hp merupakan faktor karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di Indo-
etiologi yang utama sedangkan untuk kanker lambung nesia relatif rendah, demikian pula prevalensi tukak peptik.
termasuk karsinogen tipe I, yang definitif. Agaknya selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor
Pada keadaan lain seperti dispepsia non ulkus dengan lingkungan yang berbeda akan menentukan terjadinya
infeksi Hp, para ahli belum bersepakat tentang perannya kelainan patologis akibat infeksi.
sebagai faktor etiologi. Secara umum telah diketahui bahwa infeksi Hp
Selanjutnya masih menjadi pertanyaan seberapa jauh merupakan masalah global, tetapi mekanisme transmisi
infeksi Hp menjadi masalah kesehatan, termasuk di apakah oral-oral atau fekal-oral belum diketahui dengan
Indonesia. Hal ini perlu kejelasan karena konsekuensinya pasti. Studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan
menyangkut penatalaksanaan dan pencegahan di altara tingkat sanitasi lingkungan dengan prevalensi
masyarakat yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. infeksi Hp, sedangkan data di luar negeri menunjukkan
Secara khusus perlu data tentang hubungan antara infeksi hubungan antara infeksi dengan penyediaan atau sumber
Hp dengan tukak peptik, gastritis kronik aktif dan airminum.
selanjutnya dengan kejadian kanker lambung. Bila Data penelitian klinis di Indonesia menunjukkan bahwa
kemudian hubungan tersebut dapat dibuktikan dan dapat prevalensi tukak peptik pada pasien dispepsia yang di
ditentukan kelompok masyarakat dengan risiko tinggi, endoskopi berkisar antara 5,78 oh di Jakarta sampai 16,91
terbuka kemungkinan untuk melakukan vaksinasi, baik % di Medan. Data penelitian prevalensi infeksi Hp pada
untuk pencegahan primer ataupun vaksinasi terapeutik. pasien tukak peptik dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada kelompok pasien dispepsia non ulkus. prevalensi
infeksi Hp yang dilaporkan berkisar antara 20- 40 yo, dengan
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi infeksi Helicobacter pylori di negara Daerah Metoda Prevalensi


uKaK Diaqnosis
I (' l
berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan negara
Manan CH Jakarta duodeni CLO 100
maju. Prevalensi pada populasi di negara maju sekitar 30- Jayapranata Surabaya duodeni CLO 93,9
40 %o, sedangkan di negara berkembang mencapai 80-90 Jayapranata Surabaya gaster CLO 85,7

501
502 GAITTROENTEROI.OGI

metoda diagnostik yang berbeda yaitu serologi, kultur dan strain Hp menghasilkan vacuolating cytotoxin,
histopatologi. Angka tersebut memberi gambaran bahwa mengandung kluster gen CagA yatg dapat menginduksi
pola infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia dini tetapi IL-8. Protein CagA dan gen CagA mungkin merupakan satu
pada usia yang lebih lanjut tidak sama dengan pola rregara petanda straln yang ulserogenik dan karsinogenik. Di
berkembang lain seperti di Afrika. Agaknya yang berperan Jepang. antibodi anti CagA tidak memberi petunjuK yang
adalah faktor lingkungan danjuga faktor perbedaan ras. berguna terhadap kemungkinan kelainan tersebut. Stuktur
Tingginya prevalensi infeksi dalam masyarakat tidak gen CagA dari strain yang menyebabkan tukak lambung
sesuai dengan prevalensi penyakit SCBA seperti tukak dan tukak duodenum di Jepang sangat berbeda. Hal
peptik ataupun karsinoma lambung. Diperkirakan hanya tersebut memberi petunjuk perlunya diketahui profil
sekitar 10-20% saja yang kemudian menimbulkan penyakit antibodi anti CagA secara lebih rinci untuk dapat
gastroduodenal. menjelaskan makna klinis strainHp tersebut.
Penelitian diversitas genetik Hp dan interaksi dengan
Strain Helicobacter Pylori yang Patogen respons antibodi pejamu merupakan kunci untuk
Infeksi Helicobacter pylori (Hp) pada saluran cema bagian memahami diversitas penyakit akibat infeksi Hp.
atas mempunyai variasi klinis yang luas, mulai dari Di Indonesia belum ada data penelitian tentang
keiompok asimtomatik sampai tukak peptik, bahkan prevalensi infeksi strainHp, tetapi di masa depan hal ini
dihubungkan dengan keganasan di lambung seperti perlu dilakukan agar dapat ditetapkan hubungarnrya
adenokarsinoma tipe intestinal atau mucosal associated dengan kelainan patologis saluran cema bagian atas.
lymphoid tisszze (MALT) Limfoma.
Data epidemiologis dari berbagai bagian dunia
menunjukkan adanya perbedaan geografis dan juga PATOGENESIS
korelasi yang tidak sesuai antara prevalensi infeksi dengan
prevalensi spektrum klinis seperti tukak peptik ataupun Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri,
kanker lambung. Di Indonesia prevalensi Hp berdasarkan namun H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang
studi seroepidemilogi termasuk cukup tinggi, tetapi sangat baik terhadap lingkungan ekologi lambung, dengan
sebaliknya prevalensi berbagai keiainan klinis seperti tukak serangkaian langkah unik masuk ke dalam mukus, berenang
peptik maupun kanker lambung sangat rendah. dan orientasi spasial di dalam mukus, melekat pada sel
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan peran faktor epitel lambung, menghindar dari respons immun, dan
pejamutermasuk faktor genetik maupun faktor lingkungan sebagai akibatnya terjadi kolonisasi dan transmisi
yang selain mempengaruhi kuman Hp agaknya juga persisten.
mungkin dapat mempengaruhi fisiologi maupun imunologi Setelah memasuki saluran cema, bakterilL Pyloriharus
peJamu. menghindari aktivitas bakterisidal yang terdapat dalam isi
Situasi yang berbeda terjadi di Jepang, suatu negara lumen lambung, dan masuk ke dalam lapisan mukus.
yang maju, dengan prevalensi Hp yang relatif rendah tetapi Produksi urease dan motilitas sangat penting berperan
dengan prevalensi kanker lambung yang tinggi. Dari sisi pada langkah awal infeksi ini. Urease menghidrolisis urea
kuman Hp diketahui terdapat beberapa strain yangleblh menjadi karbondioksida din ammonia, sehingga H. Pylori
virulen sehingga selalu ditemukan pada pasien dengan mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang asam.
hrkakpepti( gastritis kronit maupunkanker lambung. Gen Aktivitas enzim ini diatur oleh suatu saluran urea yang
VacA selalu dapat ditemukan pada kuman Hp, tetapi tidak tergantung pH QtH-gated urea channel), Ure-I, yang
semuanya menghasilkan sitotoksin. Ternyata struktur gen terbuka pada pH yang rendah, dan menutup aliran urea
ini sangat heterogen di mana pada strain penghasil pada keadaan netral. Motilitas bakteri sangat pentingpada
sitotoksin yang tinggi terdapat sekuen signal yang kolonisasi, dan flagel H. Pylori sangat baik beradaptasi
tertentu. pada lipatan-lipatan/relung-relung lambung.
Gen CagA hanya ditemukan pada sebagian strain, dan H. Pylori dapalteikatlmelekat eratpada sel-sel epitel
merupakan salah satu dari kelompok yang terdii dari20 melalui berbagai komponen permukaan bakteri. Adhesin
gen lain, membentuk apa yang disebut sebagai pulau yang sangat dikenal baik karakteristiknya adalah BabA,
patogenesitas (pathogenicity island). Asosiasi ar:l.ara suatu protein membran luar yang terikat pada group anti-
CagA dengan tukak peptik atau kanker lambung mungkin gen darah Lewis B. Beberapa protein lain famili Hop pro-
melalui respons inflamasi yang meningkat terhadap Hp tein (protein membran luar) juga merupakan mediasi adhesi
yang mengandung CagA. pada sel epitel. Bukti-bukti menunjukkan bahwa adhesi,
Untuk tukak peptik, CagA merupakan petanda yang terutama oleh BabA, sangat relevan dengan penyakit-
paling baik, tetapi di daerah dengan prevalensi CagA yang penyakit terkait H. Pylori dan dapat mempengaruhi derajat
tinggi tidak mungkin untuk membuktikan asosiasi tersebut beratnya penyakit, meskipun beberapa hasil studi terdapat
dengan melakukan suatu panelitian kasus kelola. Berbagai pula yang bertentangan.
INFEITSI IEIJCITEACXERPYLOP DAT{ PENYAKIT GASTRO,DUODENAL 503

Sebagian besar strain H. Pylori mengeluarkan suatu yang tidak mengandung cag, dan respons ini tergantung
eksotoksin, Yac A (vacu ol ating cytotoxin). Toksin tersebut pada aktivasi nuclear factor-tcB (NF-KB) dan respons
masukke dalammembran sel epitel danmembentuk suatu segera dari faktor transkripsi activator protein 1 (AP-l).
saluran terganfung voltase, suatu anion hexamer selektif. Infeksi H. Pylori merangsang timbulnya respons
yang mana melalui saluran tersebut bikarbonat dan anion- humoral mukosa dan sistemik. Produksi antibodi yang
anion organik dapat dilepaskan, tampaknya juga untuk terjadi tidak dapat menghilangkan/eradikasi infeksi, bahkan
menyediakan nuhisi bagi bakteri. VacA juga menyerang menimbulkan kerusakan jaringan. Pada beberapa pasien
membran mitikondria, sehingga menyebabkan lepasnya yang terinfeksi H. Pylori timbul respons autoantibodi
sitokrom c dan mengakibatkan apoptosis. Peran patogenik terhadap H+/K+-ATPase sel-sel parietal lambung yang
dari dari toksin masih diperdebatkan. Pada studi-studi berkaitan dengan meningkatnya atrofi korpus gaster.
hewan, bakteri mutan tanpa VacA juga dapat melakukan Selama respons immun spesifik, subgroup sel T yang
kolonisasi , dan strain dengan gen VacA yang inaktiftelah berbeda timbul. Sel-sel ini berpartisipasi dalam proteksi
pula diisolasi dari pasien-pasien, mentnjukkan bahwa VacA mukosa lambung, dan membanfu membedakan antara
tidak esensial untuk kolonisasi. Namun demikian, mutan bakteri patogen dan komensal. Sel T-helper immatur (Th 0)
tanpa VacA kalah kompetisi dari wild-type bakteri pada berdiferensiasi menjadi 2 subtipe fungsional: sel Th-l,
suatu studi pada tikus, menunjukkan bahwa VacA mensekresi interleukin 2 dan interferon garnma; danTh-2,
meningkatkan vitalitas bakteri. Analisis peran VacA mensekresi IL -4,IL-5 , dan IL- 1 0. Sel TM menstimulasi sel
dipersulit oleh kenyataan variabilitas VacA yang luas. Di B sebagai respons terhadap patogen ekstrasel, sedangkan
negara-negara barat, varian gen-gen VacA tertentu Thl terutama timbul sebagai respons terhadap patogen
berhubungan dengan keadaan penyakit yang lebih berat. intrasel. Karena H. Pylori bersifat tidak invasif dan
Namun demikian, hubungan seperti itu tidak ditemukan di merangsang timbulnya respons humoral yang kuat, maka
Asia, dan dasar fungsional yang mendasari hubungan yang diharapkan adalah respons sel Th2. Namun timbul
tersebut tidak diketahui. paradoks, sel-sel spesifft terhadap
Beberapa strain H. Pylori memllll<t cag-PAI (cag patho- H. Pyloriumtmrty fenotipTlil. Studi-
genicity island), suatu fragmen genom yang mengandung studi menunjukkan bahwa sitokin Thl menyebabkan gas-
29 gen. Beberapa gen ini menyandi komponen-komponen tritis, sedangkan sitokir, Th2 protektis terhadap
sekresi yang men-translokasi CagA kedalam sel pejamu. peradangan lambung. Orientasi Thl tersebut tampaknya
Setelah memasuki sel epitel, CagA difosforilasi dan terikat meningkatkan produksi interleukin-l8 di antrum sebagai
pada SIIP-2 tirosin fosfatase, menimbulkan respons selular respons terhadap infeksi H. Pylori. Bias Thl tersebut,
growth factor-like dan produksi sitokin oleh sel pejamu. bersama dengan apoptosis yang dimediasi Fas,
menyebabkan infeksi 1L Pylori menjadi persisten.
Kerusakan sel epitel lambung juga disebabkan oleh
Respons Pejamu Terhadap H.Pylori
reactive orygen dannitrogen species yang dihasilkan oleh
H. Pylori menyebabkan peradangan lambung yang terus-
neutrofil teraktivasi. Inflamasi kronik juga meningkatkan
menerus. Respon peradangan ini mula-mula terdiri dari
turnover sel epitel dan apotosis. Polimorhsme proinflamasi
penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma,
dari gen interleukin-18 mengarahkan perkembangan
dan makrofag, bersamaan dengan terjadinya kerusakan sel
gastritis terutama terjadi di korpus gaster dan berkaitan
epitel. Karena H. Pylori sangatjarang menginvasi mukosa
dengan hipoklorhidria, atrofi gaster, dan adenokarsinoma
gaster, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel/
gaster. Bila polimorfisme proinflamasi tidak ada, gastritis
melekatnya bakteri pada sel epitel. Patogen tersebut dapat
aklbat H. Pylori berkembang terutama di antrum, dan
terikat pada m olek:ul MHC c/ass 11 di permukaan sel epitel
berkatan dengan kadar sekresi asam yang normal atau
gaster dan menginduksi terjadinya apoptosis. Perubahan
tinggi.
lebih lanjut dalam sel epitel tergantungpada protein-pro-
Gambaran /karakteristik relevansi klinis patofisiolo gi
tein yang disandi pada cag-PAI dan translokasi CagA
infeksi H. Pylori adalah:
kedalam sel epitel gaster. Ureas e H. Pylori dan porin juga
dapat berperan pada terjadinya ekstravasasi dan . Eksotoksin Vac A disekresi oleh sebagian besar/
kemotaksis neutrofil. mayoritas strain 1L Pylori. Polimorfisme gen Vac A
Epitel gaster pasien yang terinfeksi H. Pylori berkaitan dengan keadaan penyakit yang lebih berat.
meningkatkan kadar interleukin-lp, interleukin-2, . Tingginya kadar fosfolipase A (PLA) memungkinkan
interleukin-6, interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. f1p memasukilpenetrasi ke dalam mukus gaster. Kadar
Di antara semua itu, interleukin-8, suatu neutrophil-acti- PLA yang tinggi disekresi oleh strain I1p yang diisolasi
vating chemokine yang poten yang diekspresikan oleh dari pasien-pasien kanker lambung.
sel epitel gaster, tampaknya berperan penting. Strain 1L . Hp menyebabkan peradangan pada antmm (antritis)
Pylori yang mengandung cag-PAI menimbulkan respons atau korpus (korpusitis) gaster, atau sering pula pada
interleukin-S yang jauh lebih kuat dibandingkan strain keduanya (pangastritis). Pada antritis, terjadi
504 GASIROENTEROI.OGI

hipergastrinemia, meningkatnya produksi asam, dan Dewasa ini secara komersial telah cukup banyak tes
suatu risiko tinggi terjadinya ulkus duodenum. ELISA yang tersedia dengan cara penggunaan yang relatif
Mengapa hanya sekitar 2 - 20%o dari antritis yang sederhana dan hasil yang akurat. Yang menjadi masalah
berkembang menjadi ulkus duodenum masih belum jelas. adalah sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi secara
. Duodenitis terjadi disebabkan kolonisasi pulau-pulau geografis. Hal ini diduga karena pengaruh faktor antigen
metaplasia gaster di dalam bulbus duodenum, yang lokal yang berbeda atau akibat titer yang relatifrendah,
dicetuskan (triggered) oleh tingginya produksi asam. misalnya pada kelompok pasien anak atau populasi
. Korpusitis Ilp berkaitan dengan ulkus gaster, atrofi tertentu. Dengan demikian dianggap perlu untuk
mukosa gaster, menurunnye sekresi asam sehingga melakukan validasi tes sebelum digunakan secara meluas
te4adi2,5 kali peningkatan risiko kanker gaster. di suatu wilayah. Sebagai contoh, studi di Jakarta
menggunakan tes Elisa buatan Roche menunjukkan
Diagnosis lnfeksi Helicobacter Pylori sensitivitas dan spesifisitas yang relatif lebih rendah
Kuman Helicobacter pylori bersifat mikroaerofilik dan hidup dibandingkan dengan laporan dainegara Barat. Untuk
di lingkungan yang unik, di bawah mukus dinding lambung meningkatkan sensitivitas dan spesifisitasnya, dapat
yang bersuasana asam. Kuman ini mempunyai enzim dilakukan dengan menetapkan cut offpoint sebagai batas
urease yang dapat memecah ureum menjadi amonia yang hasil yang positif dan negatif dalam suatu populasi.
bersifat basa, sehingga tercipta lingkungan mikro yang Penelitian di Jakarta menunjukkan, dengan menetapkan
memungkinkan kuman ini bertahan hidup. Karena itu cut offpoint 1800 EU/L dapat ditingkatkan sensitivitas tes
prosedur diagnostik cukup sulit karena harus melakukan ELISA.
tindakan yang invasifyaitu dengan rnelakukan gastroskopi Dalam perkemb alganrrya IaTELISA telah dipakai pula

untuk rnendapatkan spesimen yang diperlukan untuk untuk tes di ruang praktek dokter, in ffice Hp test, dengan
pemeriksaan langsung, histopatologi ataupun kultur caru y ang sederhana, tanpa sentrifugasi, bersifat kualitatif

mikrobiologi. Selain itu terdapat pemeriksaan non invasif dan hasilnya diperoleh dalam waktu 5 - I 0 menit.
seperti tes serologi daturea breath test (UBT). Selain serum, tes ELISA telah dilakukan pula pada
Tujuan pemeriksaan diagnostik infeksi Hp adalah untuk saliva pasien terutama pada anak. Sensitivitas dan
menetapkan adanya infeksi sebelum memberikan spesifisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan serum
pengobatan atau untuk penelitian epidemiologi. Selain itu tetapi diduga kadar antibodi dalam saliva menurun lebih
unhrk rnengamati apakah telah tercapai eradikasi sesudah awal pasca terapi eradikasi sehingga mungkin dapat
pemberian obat antibiotik. digunakan untuk menilai hasil terapi antimikrobial.
Dalam perkembangannya jenis tes diagnostik infeksi
Helicobacter pylori adalah sebagai berikut : Urea Breath lesf (UBf )
Non invasif : Serologi : IgG. IgA anti Hp, urea breath test: Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk deteksi infeksi
t3c,lrc, H. pylori secara non invasif yang pefiama kali
dikemukakan pada tahun 1987 oleh Graham dan Bell. Cara
Invasif/endoskopis : Tes urease: CLO.Mru, histopatologi, kerjanya adalah dengan menyuruh pasien menelan urea
kultur mikob iologi, P olymeras e chain reaction (PCR). yang mengandung isotop Carbon, baik l3C ataupun 14C.
Bila ada aktivitas urease dari kuman H. pylori akan
dihasilkan isotop karbon dioksida yang diserap dan
SEROLOGI dikeluarkan melalui pernapasan. Hasilnya dinilai dengan
membandingkan kenaikan ekskresi isotop dibandingkan
Pemeriksaan serologi banyak digunakan dalam penelitian dengan nilai dasar. Bila hasilnya positifberarti terdapat
epidemiologi karena relatif murah dan dapat diterima oleh infeksi kuman H. pylori. 13C merupakan isotop
kelompok pasien asimtomatik atau anak-anak yang tidak nonradioaktif, ditemukan pada 1,ll % karbon dioksida
mau diperiksa dengan cara yarrg invasif seperti yang keluar melalui udara pernapasan normal. Dianggap
gastroskopi. positif bila terjadi kenaikan minimal 0,01o/o kadar isotop,
Pada umumnya yang diperiksa adalah antibodi IgG sehingga dibutuhkan alat mass spectrometer yang sangat
terhadap kuman Helicobacter pylori. Cara ini sering sensitif tetapi harganya sangat mahal. Mula-mula diambil
digunakan untuk penetitian epidemiologi atau untuk sampel udara pernapasan untuk menentukan nilai dasar.
evaluasi sebelum pemberian terapi eradikasi. Teknik yang Kemudian diberikan tes mealberupa cairan dengan kalori
dipakai adalah dengan menggunakan ELISA, Westernblot, tinggi atau larutan 0,1 N asam sitrat untuk memperlambat
frksasi komplemen, dan imunofluoresen. ELISA paling luas pengosongan lambung sehingga kontak antara isotop
penggunaannya. Studi prevalensi di Indonesia dilakukan dengan mukosa lambung lebih baik.
dengan menggunakan metode PIIA, Sedangkan studi klinik Dosis 13C yang diberikan adalah dalam bentuk urea
umwnnya. menggunakan ELI SA. sebanyak 75-100 mg yang memberikan akurasi lebih dari
INFEKSI.TIEZICOAACTER PUZORT DAIY PENYAKIT GASTRO,DUODENAL 505

95 o/o. Terdapat berbagai modifikasi protokol sehingga pemeriksaan. Biopsi standar untuk diagnosis infeksi H.
setiap perubahan memerlukan validasi untuk pylori diambil dari antrum (2) dankorpus (2), sedangkan
mempertahankan akurasi pemeriksaan. untuk menilai adanya metaplasia intestinal biasanya
Isotop 14 C memancarkan radiasi yang dapat dianalisis diambil biopsi pada angulus. Spesimen untuk kultur
dengan scintillation counter. Pengambilan sampel mikrobiologi harus diambil pertama kali karena harus
dilakukan sesudah I 0 dan 20 menit baik dengan atau tanpa dilakukan secara steril. kemudian untuk biopsy urease lest
tes meal. Cara ini relatif murah,letapi harus diperhatikan dan histopatologi.
standar keamanan yang baik, walaupun sebenamya dosis
radiasi sangat kecil. Cara ini tidak dianjurkan pada Biopsy Urease fesf (BUf )
perempuan hamil ataupun anak-anak.
Tersedia berbagai pilihan mulai yang dibuat sendiri dalam
Dalam hal akurasi, kedua cara ini setara, dengan bentuk cairan ataupun padat seperti tes CLO. Dasamya
sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90 %. Hasil positif adalah adanya enzim urease dari kuman H. pylori yang
palsu harus dipertimbangkan bila diduga ada mengubah urea menjadi amonia yang bersifat basa
mikroorganisme lain yang juga menghasilkan urease pada sehingga terjadi perubahan wama media menjadi merah.
keadaan aklorhidria. Hasil negatifpalsu dapat terjadi bila Hasilnya dapat dibaca dalam beberapa menit sampai 24
pasien mendapat antibiotik, antasid, bismuth, atau anti jam, dan pengambilan lebih dari satu spesimen akan
sekresi asam. Karena itu dianjurkan untuk menghentikan meningkatkan akurasi pemeriksaan ini. Sensitivitas
obat tersebut dua minggu sebelum dilakukanpemeriksaan. pemeriksaan ini sekitar 89-98% sedangkan spesifisitasnya
Penggunaan UBT mempunyai kelebihan dibandingkan
mencapai 100%.
dengan tes yang menggunakan spesimen biopsi karena Penggunaan antibiotik atau penghambat pompa
mewakili seluruh permukaan mukosa lambung. Aplikasi proton akan menghambat pertumbuhan kuman sehingga
klinis digunakan untuk deteksi infeksi pada studi harus dihentikan satu minggu sebelumnya. Cara ini
epidemiologi dan individu pasien dan konfirmasi tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan
keberhasilan terapi eradikasi yang dilakukan sesudah 4 terapi eradikasi.
minggukemudian.
Dapat disimpulkan bahwa indikasi tes serologi dan
UBT agak tumpang tindih, sehingga pemanfaatannya
HISTOPATOLOGI
harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pemeriksaan serologi lebih mudah, murah sehingga sangat Pemeriksaan histopatologi dapat digunakan untuk
cocok untuk suatu penelitian populasi yang luas. mendeteksi infeksi H. pylori serta menilai derajat inflamasi
Pemeriksaan UBT tidak memerlukan validasi lokal, gastritis.Pemeriksaan standar dengan pewarnaan H & E
menetapkan adanya infeksi yang aktif, dan merupakan untuk deteksi kuman mempunyai sensitivitas 93 oh dan
pemeriksaan baku emas untuk konfirmasi hasil terapi spesifisitas 87oh dengan akurasi 92%o.Pewamaan khusus
eradikasi. Dengan adanya pemeriksaan noninvasif, terbuka secara Giemsa, Genta atau Warthin-Starry memberikan
kesempatan untuk melakukan penatalaksanaan pasien gambaran H. pylori yang lebih jelas, sedangkan dengan
dispepsia ditingkat pelayanan primer oleh dokter umum, pewarnaan Genta gambaran metaplasia gastrik akan
dengan memperhatikan latar belakang prevalensi infeksi tampak lebih jelas. Densitas kuman akan menurun bila
H. pylori sertapenyakit yang menyertainya, terutama tukak sebelumnya diberikan obat antibiotik atau inhibitor pompa
peptik dan keganasan lambung. proton, sehingga akan menurunkan sensitivitas
pemeriksaan.
Pemeriksaan lnvasif
Pemeriksaan invasif untuk diagnosis infeksi H. pylori Biakan Mikrobiologi
dilakukan dengan mengambil spesimen biopsi mukosa Dalam penatalaksanaan penyakit akibat infeksi H. pylori.
lambung secara endoskopik. Selanjutnya spesimen yang kultur tidak dilakukan secara rutin karena dua alasan. Cara
diambil dengan persyaratan dan cara tertentu akan diagnostik lain baikyang non invasifmaupunyang invasif
diperiksa dengan teknik khusus sesuai dengan tujuan memberikan hasil yang memuaskan dengan akurasi yang
diagnostik yang akan dicapai. Persyaratan yang tinggi. Selain itu pemeriksaan kultur sendiri tidak mudah
dimaksudkan adalah upaya untuk mengurangi dilakukan, dengan sensitivitas yang relatif rendah, berkisar
kemungkinan terjadinya hasil negatif palsu akibat antara66-98 %. Teknik yang dianjurkan adalah dengan tes
pengaruh obat-obatan yang dipergunakan sebelum difusi agar atau dengan E test di mana sekaligus dapat
pengambilan sampel biopsi. Biasanya dianjurkan untuk ditentukan konsentrasi inhibisi minimal dari antibiotik yang
menghentikan obat antibiotik, anti sekresi asam lambung diuji. Pemeriksaan kultur akan sangat membantu untuk
terutama golongan inhibitor pompa proton, pengobatan kegagalan terapi eradikasi, sehingga dapat
bismuth selama satu atau dua minggu sebelum dipilih antibiotik yang sesuai.
506 GAIITROENTEROI.OGI

Polymerase Chain Reaction (PCR) bervariasi mulai dari tanpa gejala, dispepsia fungsional,
Polymerase Chain Reaction mentpakan pilihan yang tukak peptik sampai kanker lambung. Pernah pula
menarik karena sensitivitas yang tinggi (94-100%) serta dilaporkan dalam studi kasus kelola peran infeksi Hp pada
spesifisitas yang tinggi pula (100 %). Bahan yang digunakan penyakitjantung koroner, tetapi peranan berbagai faktor
adalah spesimen biopsi baik yang sudah diparaf,rn maupun risiko dinilai kecil dengan od ratio 1.3. Berikut ini dapat
bekas tes urease seperti CLO. Keuntungannya adalah dilihat peran infeksi Hp pada berbagai penyakit
kemampuannya untuk mendeteksi infeksi dengan densitas gastroduodenal.
yang rendah, bahkanjuga ekspresi dari berbagai gen bakteri
seperti Cag.A. Selain biopsi mukosa lambung, PCR dapat
pula mendeteksi infeksi 1L py lori denganmemeriksa cairan INDIKASI TERAPI ERADIKASI HP
lambung, yang perlu dijaga jangan sampai terjadi
kontaminasi baik dari skop endoskopi maupun dari rongga Sangat Dianjurkan. Ulkus duodeni, ulkus ventrikuli,
mulut atau plak gigi karena dapat memberikan hasil positif MALT Lymphoma gaster derajat keganasan rendah,
palsu. PCR dapat juga dipergunakan untuk menilai hasil riwayat kanker lambung di keluarga, gastritis kronik aktif
terapi eradikasi. Cara ini termasuk pemeriksaan yang canggih (gambaran PA), Paska reseksi kanker lambung dini,
dengan biayayang cukup mahal. gastritis atrofik
Dianjurkan. Keinginan pasien untuk diobati setelah
lnfeksi Hp, Gastritis dan SekresiAsam Lambung mendapat penjelasan yang memadai, dispepsia fungsional
Terdapat hubungan timbal balik antara infeksi Helicobacter (idak ditemukan kelainan perendoskopi, biokimiawi, atau
pylori, gastritis dengan asam lambung. Infeksi Hp yang laboratorium), gastropati obat anti inflamasi non steroid
predominan di antrum akan meningkatkan selcesi asam (OAINS), gastroesophageal reJlux disease (GERD) yang
lambung dengan konsekuensi terjadinya hrkak duodenum. memerlukan terapi antisekresi asam jangka panjang
Inflamasi pada antrum akan menstimulasi sekresi gastrin,
yang selanjutnya akan merangsang sel parietal untuk Evolusi Terapi Eradikasi Hp
meningkatkan sekresi asam lambung. Infeksi Hp akan Pada dasarnya dikenal terapi kombinasi yang didasarkan
meningkatkan kadar Gastrin, yang terutama berasal dari pada obat bismuth dan terapi yang didasarkan pada
mukosa antrum. Selain itu peningkatan sekresi gastrin juga penghambat pompa proton (PPI). Mula-mula digunakan
terjadi akibat menurunnya kadar somatostatin dalam senyawa bismuth sebagai obat tunggal, dengan hasil yang
mukosa antrum, yang berasal dari sel D. Dalam hal ini kurang memuaskan sehingga dikembangkan terapi
secara fisiologis somatostatin atau sel D berfungsi sebagai kombinasi dual, tripel bahkan terapi kuadrapel. Waktu
acid brake, menekan fungsi sel G dan sekresi asam lambung pemberian juga terus diusahakan untuk diberikan sesingkat
oleh sel Parietal. Mekanisme lain adalah melalui peran mungkin mulai dari 4, 2, dan dewasa ini umumnya
sitokin lokal akibat inflamasi antrum yang juga dapat dianjurkan untuk waktu satu minggu. Perkembangan ini
mempengaruhi sekresi somatostatin maupun gastrin. sangat mendukung kepatuhan pasien, karena selain
Apabila gastritis akibat infeksi Hp predominan di korpus, efektivitas yang cukup tinggi, kemungkinan efek samping
sekresi asam lambung akan menurun, dengan risiko j angka menjadi lebih kecil. Walaupun relatif cukup mahal, terapi
panjang yang lebih besar unhrk menjadi kanker lambung. kombinasi dinilai cukup cosl effective terutama karena
Inflamasi korpus yang berat atau luas, akan mengganggu dapat menekan angka kekambuhan dalam jangka panjang,
atau menekan fungsi sel parietal yang menimbukan hipo misalnya dalam pengobatan tukak duodeni dan tukak
atau aklorhidria, biasanya disertai pula dengan ahofi mukosa lambung.
korpus, yang merupakan lesi premaligna untuk terjadinya
keganasan lambung. Sebaliknya, tingkat sekresi asam
lambung yang mungkin dipengaruhi faktor genetik diduga Terapi Eradikasi
berperan temadap perbedaan predominasi gastritis akibat Laporan uji klinis terapi infeksi Hp di Indonesia pada
infeksi Hp. Bila sekresi asam lambung tinggi, akan terjadi mulanya menggunakan monoterapi menggunakan preparat
gastritis predominan anfi1lm, sedangkan bila rendah akan bismuth dengan tujuan supresi dan bukan eradikasi.
terjadi gastritis predominan korpus dengan akibat penyakit Dewasa ini regimen terapi yang digunakan adalah terapi
yang berbeda.

MANIFESTASI KLINIS INFEKSI HELICOBACTER Faktor Etiologi Utama Prevalensi


PYLORI Tukak duodenum 1O0o/o
Tukak lambung 80-90%
Gastritis kronik 40o/o
Seperti telah dikemukakan. manifestasi klinis akan sangat
INFEKSI IIELICOBACTER PYLORI DAN PET{YAKIT GASTRO.DUODENAL 507

kombinasi antara penghambat pompa proton dengan dua dengan dosis I x 500 mg. Kombinasi lain yang dilaporkan
atau tiga macam antibiotik. efektif adalah PPI bid, rifabutin 300 mg qd (lx sehari),
Pertemuan konsensus nasional penatalaksanaan danamoksisilin2 x I gram.
infeksi Helicobacter pylori diJakarta pada bulan Januari Direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi PAC
2003 menganjurkan regimen terapi sebagai berikut: (P P I - Am oxy c i I I in- C I ar i thr o my c in) sebagai terapi lini
pertama, dan bila gagal dapat dilanjutkan dengan terapi
kuadrupel seperti P-BMT (PP I-B ismuth- Metronida-
Terapi lini pertama / terapi tripel
. zole-Tetracyclln). Namun, pada komunitas dengan
UrutanPrioritas
prevalensi tinggi resistensi terhadap makrolid (> 20%
1. PPI + Amoksisilin + klaritromisin
resisten terhadap klaritromisin), terapi lini pertama
2. PPI + Metronidazol + klaritromisin
sebaiknya terapi kuadrupel. Studi metanalisis terapi
3. PPI+Metronidazol+tetrasiklin
kpadrupel sebagai terapi lini pertama menunjukkan
Pengobatan dilakukan selama I minggu tingkat eradikasi lebih dari 85olo, bahkan pada area
. Dosis dengan resistensi terhadap metronidazol yang tinggi,
).. Prolon Pump Inhibitor dan 690/o lebih efektif dibandingkan PAC pada keadaan
Omeprazole 2x20mg terdapat resistensi terhadap klaritromisin. Analisa cosl-
Lansoprazole 2x30mg effective terapi tripel atau terapi kuadrupel tampak
Rabeprazole 2x 10mg serupa, namun terapi kuadrupel tampaknya sedikit lebih
Esomeprazole 2x20mg cost-effective.
2. Amoksisilin :2x1000mg/hari Fluoroquinolon atau Rifabutin dalam kombinasi
3. Klaritromisin :2x500mg/hari bersama amoksisilin dan PPI menunjukkan hasil yang
4. Metronidazol :3x 500mg/hari menjanjikan. Terapi dengan Rifabutin 2 x 150 mg,
5. Tetrasiklin :4x250mglhui Amoksisilin 2 x 1 gram, dan omeprazol 2 x20 mg selama
I 4 hari men unjukkan erad ika si 7 2oh pada pasien-pasien
yanggagal dengan kombinasi terapi PAC dan P-BMT.
Terapi lini kedua / terapi kuadrupel
Terapi lini pertama dengan LAE, yaitu levofloksasin I x
Terapi lini kedua dilakukan jika terdapat kegagalanpada
kuman 500mg, azihomisin I kali 500mg, danesomeprazol2 x
lini pertama. Kriteria gagal : 4 minggu pasca terapi,
20 mg selama 7 hari lebih efektif (93,3%) dibandingkan
H. Pylori tetap positif berdasarkan pemeriksaan UBT/
terapi standar tripel EAC (70%). Terapi lini kedua
HpSA atau histopatologi.
. helicobacter pyloriP.LA, yaitu rabeprazol2 x20 mg,
Urutan prioritas
levofloksasin I x 500 mg, dan amoksisilin 2 x I gram
- Collodial bismuth subcitrate +PPI+ Amoksisilin +
selama l2harisama efektifrrya dengan terapi kuadrupel
'klaritomisin
- R-BMT, namun lebih ditoleransi dengan baik dan
Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazol
+Klaritromisin menunjukkan c ompl iance serta tingkat kepatuhan
minum obat yang tinggi. Terapi tripel selama l0 hari
- Collodial bismuth subcilyals +PPI+ Metronidazol
+ TehasiklinPengobatan dilakukan selama 1 minggu. dengan levofloksasin, esomeprazol, amoksisilin /
. azitromisin lebih efektif (86,60/0 I 80%) dibandingkan
Dosis collodial bismuth subcitrate.' 4 x 120 mg
regimen klasik E-BMT (71,4%) dan menunjukkan
Bila terapi lini kedua gagal, sangat dianjurkan
compliance yang lebih baik.
pemeriksaan kultur dan resistensi H. Pylori dengan
media transport MIU.
. Regimenantibiotikayangbaru Kriteria Keberhasilan Terapi Eradikasi
Timbulnya resistensi terhadap antibiotika Empat minggu setelah terapi selesai, dilakukan
menyebabkan kesulitan dalam pemilihan regimen terapi pemeriksaan UBT/HpSA atau histopatologi. Jika UBT
lini kedua. Oleh karena itu, seleksi terapi lini pertama negatif atau PAnegatif, terapi dianggap berhasil (sembuh)
harus sudah mempertimbangkan pula pilihan regimen Terapi kombinasi tersebut dianjurkan untuk diberikan
terapi lini kedua yang mungkin akan diimplementasikan selama satu minggu. Mengingat cepatnya terjadi resistensi
bila regimen terapi lini pertama gagal. Regimen terapi Hp terhadap antibiotik, kiranya perlu diadakan penelitian
dengan efektivitas eradikasi > 80% yang dianjurkan pola resistensi di Indonesia secara berkala agar dapat
untuk digunakan pada praktek klinis. menjadi dasar pilihan antibiotik yang tepat. Masalah lain
Pada pasien-pasien yang gagal dengan regimen terapi adalah penilaian keberhasilan eradikasi yang harus
dengan basis klarihomisin, regimen kombinasi terdiri menggunakan metoda diagnostik yang paling peka dan
dari lansoprazol2x30 mg, amoksisilin2xl gram, dan non invasif, terutama untuk penelitian epidemiologis'
levofloksasin 2 x 200 mg dilaporkan menunjukkan Selain standar emas kultur mikrobilogi agaknya
eradikasi 690/o. Levofloksasin dapat pula diberikan pemeriksaan tes Pernapasan urea (urea breath test l3C
s08 GASTROENTEROI.OGI

atau l4C) perlu diadakan dan digunakan secara meluas. helicobacter pylori eradication: a multicenter randomized trial.
Dari segi biaya, regimen terapi dengan eradikasi lebih Am J Gastroenterol 2005; 100: 1696-1701.
Eidt S, Stolte M. The significance of Helicobacler pylori in relation
dari 90 Yo akan menyembuhkan tukak peptik, tanpa perlu
to gastdc cancer and lymphoma. Eur. J Gastroenterol. Hepatol
terapi pemeliharaan sehingga leblh cost effective 1,995;7:318-22.
dibandingkan dengan terapi konvensional. Terapi hipel Fisher RG, Boyce TG. Moffet's Pediatric Infectious Diseases, A
pada awalnya jelas lebih mahal, tetapi dalam jangka panjang Problem-Oriented Approach. 4th edition. Philadelphia:
akan lebih murah. apalagi bila diperhitungkan peningkatan Lippincott Williams & Wilkins 2005.p. 447-48.
kualitas hidup, terbebas dari keluhan dan gangguan Forbes GM. Review: Helicobacter pylori, current issues and new
penyakit. directions. J Gastroenterol. Hepatol. 1997; 12: 479-24
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
Yang dimaksudkan eradikasi adalah hilangnya kuman
2003
pada pemeriksaan 4 minggu pasca terapi yang dibuktikan
KSHPI, Konsensus Nasional Penanggutangan Tnfeksi Helico b acter
dengan metoda yang paling akurat. Dalam pylori, Jakarta:7996 : 6.
perkembangannya dikenal terapi mono, dual, tripel dan Lee A. Helicobacler pylori vaccination-new development and ex-
kuadripe (tabel 2). Dewasa ini dianjurkan adalah terapi isting prospects. Lectures on gastric diseases. Stomach. Kuala
kombinasi dengan penyembuhan lebih dari 90%. lumpur 1996.71-8.
Kesepakatan yang dirumuskan dalam konsensus Mitchell HM, Hazel SL. Li YY et al. Serological response to specific
Helicobacter pylori antigen: Antibody against CagA antigen is
nasional merupakan petunjuk yang dapat digunakan
not predictive of gastric cancer in developing country. Am J
bersama, sekaligus memberikan kemungkinan untuk
Gastroenterol 1996; 91 : 1785-8.
mendapat data penelitian yang bersifat nasional tentang Peek RM, Blaser MJ. Patophysiology of Heliccbacter pylari in-
infeksi Helicobacter pylori di Indonesia. duced gastritis and peptic ulcer diseases. Am J Med 1997; 102:
Pola terapi ideal yang mencakup efektivitas, keamanan, 200 -7.
kepatntran dan cost effectiveness mungkinbelum ada, tetapi Rani AA: Helicobacter pylori infection related gastroduodenal dis-
harus diupayakan terapi optimal yang sesuai dengan eases in Indonesia. Journal of Helicobacter Research 2000;2:
4,1,21 - 24 ISSN 1342
lingkungan dan kondisi pasien.
Rene WM, Huist VD, Josbert J et al. Treatment of Helicobacter
pylori nfectior: Areview ofworld literature. Helicobacter 1996;1
(12):6-19.
Jenis Terapi Eradikasi Soeparyatmo JB, Soewignyo S, Muttaqin z. Survei seroepidemiologik
Terapi Mono infeksi Helicobacter pylori di Surakarta. Dalam Soewignyo S et
Bismuth subsalisilat 5-100 at (ed) Seminar Nasional Helicobacter pylori dan Penyakit
o/o
Colloidal bismuth subcrtrafe (BSS) 10-25 Gastroduodenal. Denpasar; 1995.93-101.
Amoksisilin 15-25o/o Soeswignyo. Muttaqin Z, Diafii MW, Muliartha K. The succes of
Klaritromisin 50% oral therapeutic vaccination to eradicate Helicobacter
lnhibitor pompa proton (lPP) 0-15%
muridarum infection in mice. Symposium on Immune Response
Terapi Dual and Host Defense. Nordwijk, The Netherland, 1996.
Bismuthiamoksisilin 30-60%
Solnick JV, Siddiqui J. Helicobacter pylori. In: Current Diagnosis and
Bismuth/metronidazol 30-60%
Amoksisilin/metronidazol 55-95% Treatment in Infectious Diseases. New York: Lange Medical
IPP/Amoksisilin 55-95% Books/McGraw-Hill 2001.p. 581 - 86.
IPP/klarihomisin 70-90o/o Suerbaum S, Michetti P. Helicobacter pylori infection. N Engl J Med
Ranitidin bismuth sitrat 70-80% 2002;347 (15):1175 - 86.
Terapi Tripel Thomson ABk. Helicobacler pylori : from infection to cure. Can
Bismuth/metro/tetra 80-95% Gastroenterol 1996; 10 (3) : 167.
IPP/metro/amoksilin 70-950/" Travis SPL, Ahmad T,Collier J, Steinhart AH. Helicobacter pylori.
atau klaritromisin
In: Pocket Consultant Gastroenterology. 3rd edition. Massa-
I PP/amoksili n/klaritrom isin 70-90o/o
Ranitidin/bismuth sitraVamoksilin, klaritromisin 80-90% chusetts: Blackwell Publishing 2005.p. 84 - 90.
Terapi Kuadrupel Vakil N, Connor J. Helicobacter pylori eradication: equivalence tri-
Bism uth/m etro/tetra/ I P P > 90% als and the optimal duration of therapy. Am J Gastroenterol
2005; 100: 1702-l'703.
Yamaoka Y, Kita M, Kodama T et al. Helicobacter pylori CagA
gene and expression of cytokine messenger RNA in gastric
mucosa. Gastroenterol 1996; ll0: 1744 - 52.
REFERENSI Zendehdel N, Moghaddam SN, Malekzadeh R, Massarat S, Sotoudeh
M, Siavoshi F. Helicobacter pylori reinfection rate 3 years after
Atherton JC, Blaser MJ. Helicobacter-pylori infection. In: Kasper successful eradication. J Gasteroenterol. Hepatol. 2005;20: 401-
DL, Fauci AS, Braunwald E et al. (eds). Harrison's Principle of 04.
Intemal Medicine. 16th edition. New York: McGraw-Hill
2005.p. 886 - 89.
Calvet X, Ducons J, Bujanda L, Bory F, Montserrat A, Gisbert JP.
Seven versus ten days of rabeprazole triple therapy for
80
GASTRITIS
Hir an

PENDAHUI-UAN ETIOLOGI

Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kausa
pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gastritis yar,g amat penting. Di negara berkembang
gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi
bukan pemeriksaan histopatologi. infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi lagi. Hal ini
Pada sebagian besar kasus inflamasi mukosa gaster menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di
tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis Indonesia, prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori
pasien. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien yang dinilai dengan urea breath test padapasien dispepsi
berkorel4si positif dengan komplikasi gastritis. Pada saat dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju,
ini sudah dikembangkan pembagian gastritis berdasarkan prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori pada anak
suatu sistem yang disebut sebagai Update Sydney sangat rendah. Diantara orang dewasa prevalensi infeksi
System. kuman Helicobacter pylori leblh tinggi dari pada anak-
anak tetapi lebih rendah dari pada di Negara berkembang
yakni sekitar 30 %.
PEMBAGIAN GASTRITIS Penggunaan antibiotika, terutama untuk infeksi paru
dicurigai mempengamhi penularan kuman dikomunitas
Update Sydney System membagi gastritis berdasarkan pada karena antibiotika tersebut mampu mengeradikasi infeksi
topografi, morfologi dan etiologi. Secara garis besar Helicob acter pylori, walaupun persentase keberhasilan-
gastritis dibagi menjadi 3 tipe yakni : 1. Monahopik, 2. nya rendah. Pada awal infeksi oleh kuman Helicobacter
atropik dan 3. bentuk khusus. pylori mukosa lambung akan menunjukkan respons
Selain pembagian tersebut di atas, terdapat suatu inflamasi akut. Secara endoskopik sering tampak sebagai
bentuk kelainan pada gaster yang digolongkan sebagai erosi dan tukak multipel antrum atau lesi hemorogik.
gashopati. Disebut demikian karena secara histopatologik Gastritis akttt akibat H el icob acter pyl ori sering diabaikan
tidak menggambarkan radang. Klasifikasi gastritis oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik.
sesuai dengan Update Sydney System memerlukan Gangguan fungsi sistem imun dihubungkan dengan
tindakan gastroskopi, pemeriksaan histopatologi dan gastritis kronik setelah ditemukan autoantibodi tehadap
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang untuk menentukan faktor intristik dan terhadap secretory canalicular
etiologinya. Biopsi harus dilalcukan dengan metode yang structure sel parietal pada pasien dengan anemia
benar, diqvaluasi dengan baik sehingga morfologi dan pernisiosa. Antibodi terhadap sel parietal mempunyai
topografi kelainan mukosa dapat disintesiskan. Banyak korelasi yang lebih baik dengan gastritis kronik korpus
tindakan gastroskopi yang mengabaikan topografi dalam berbagai gradasi, dibandingkan dengan antibodi
saat mengambll specimens untuk pemeriksaan histo- terhadap faktor intristik. Pasien gastritis kronik yang
patologi. Akibatnyahasil tidak dapat disintesiskan, sehingga mengandung antibodi sel parietal dalam serumnya dan
klasifikasigastritis tidak dapat disusun dengan baik. menderita anemia pemisiosa, mempunyai cirri-ciri khusus

s09
510 GAITTROENTEROLOGI

sebagai berikut: menderita gastritis kronik yang secara menggambarkan poses yang mendasari, misalnya otoimun
histologik menunjukkan gambaran gastritis kronik atropik, atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan-
predominasi korpus dan pada pemeriksaan darah perubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyper-
menunjukkan hipergastrinemia, Pasien-pasien tersebut plasiafoveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel mononuklear,
sering juga menderita penyakit lain yang diakibatkan oleh folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hlperplasia
gangguan fungsi sistem imun. Masih harus dibuktikan sel endokrin, kerusakan sel parietal. Pemeriksaan
bahwa infeksi kuman Helicobacter pylori dapat menjadi histopatologi sebaiknya juga menyertakan pemeriksaan
pemacu reaksi imunologis tersebut. Kecurigaan terhadap kuman Helicobacter pylori.
peran infeksi Helicobacter pylori diawali dengan
kenyataan bahwa pasien yang terinfeksi oleh kuman
Helicobacter pylori mempunyai antibodi terhadap PERJALANAN ALAMIAH GASTRITIS
secretory canalicular structure sel parietal jauh lebih
tinggi dari pada mereka yang tidak terinfeksi. Perjalanan alamiah gastritis kronik akibat infeksi kuman
Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi Helicobacter pylori secara garis besar dibagi menjadi
mukosa lambung misalnya enteric rotayirus dan gastritis kronik non atropi predominasi antrum dan gastri-
calicivirus. Kedua jenis virus tersebut dapat menimbulkan tis kronik atropi multifokal. Ciri khas gastritis kronik
gastroenteritis, tetapi secara histopatologi tidak spesifrk. nonatropi predominasi antrum adalah : inflamasi moderat
Hanya cytomegalovirus yang dapat menimbulkan sampai berat mukosa antrum, sedangkan inflamasi di korpus
gambaran histopatologi yang yang khas infeksi ringan atautidak ada sama sekali. Antrumtidakmengalami
cytomegalovirus pada gaster biasanya merupakan bagian atropi atau metaplasia. Pasien-pasien seperti ini biasanya
dari infeksi pada banyak organ lain, terutama pada organ asimtomatis, tetapi mempunyai risiko menjadi tukak <iuo-
muda dan imunocompromized. denum. Gastritis kronik atropi multifokal mempunyai ciri-
Jamw Candida species, Histoplasma capsulatum dart ciri khusus sebagai berikut : tef adi inflamasi pada hampir
Mukonaceae dapat menginfeksi mukosa gaster hanya seluruh mukosa, seringkali sangat berat berupa atropi atau
pada pasien immuno compromized. Pasien yang sistem metaplasia setempat-setempat pada daerah antrum dan
imunnya baik biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. korpus. Gastritis kronik atropi multifokal merupakan faktor
Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang risiko penting displasia epitel mukosa dan karsinoma gaster.
mudah terkena infeksi parasit. Infeksi Helicobacter pylori juga sering dihubungkan
Obat anti-inflamasi nonstreroid merupakan penyebab dengan limfomaMAlT.
gashopati yang amat penting. Gastropati akibat OAINS Gastritis kronik atrofik predominasi korpus atau sering
bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri disebut gastritis kronik autoimun setelah beberapa dekade
uluhati sampai pada tukak peptik dengan komplikasi kemudian akan diikuti oleh anemia pernisiosa dan ciefisiensi
perdarahan saluran cema bagian atas. besi. Hipoklorhidria dan gastrinemia yang berlangsung
lama merupakan faktor risiko metaplasia intestinal dan
selanjutnya terjadi displasia dan karsinoma gaster tipe
DIAGNOSIS intestinal. Gastritis kronik autoimun juga merupakan faktor
risiko polip gaster dan tumor endokrin.
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang
mempunyai keluhan biasanya berupa keluhan yang tidak
khas. Keluhan yang sering dihubung-hubungkan dengan
PENGOBATAN
gastritis adalah nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai
mual kadang-kadang sampai muntah. Keluharr-keluhan Pengobatdn gastritis akibat infeksi kuman Helicobacler
tersebut sebenarnya tidak berkorelasi baik dengan pylori bertujuan untuk melakukan radikasi kuman
gastritis. Keluhan-keluhan tersebut juga tidak dapat tersebut. Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara
digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. universal untukmelakukan eradikasi adalah infeksi kuman
Pemeriksaan fisis juga tidak dapat memberikan informasi Helicobacter pylori yang ada hubungannya dengan
yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. tukak peptik dan yang berhubungan dengan low grade
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksan B cell lymphoma. Sedangkan pasien yang menderita
endoskopi dan histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan dispepsia non tukak, walaupun berhubungan dengan
dengan sistematis sesuai dengan update Sydney System infeksi kuman Helicobacter pylori eradikasi terhadap
yang mengharuskan mencantumkan topografi . Gambaran kuman tersebut masih menjadi perdebatan. Mereka yang
endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, setuju berpendapat bahwa eradikasi kuman tersebut
flat-erosion, raised erosion, perdarahan, edematous ditinjau dari epidemiologi diharapkan dapat menekan
rugae. Perubahan-perubahan histopatologi selain kejadian atrofi dan metaplasia pada pasien-pasien yang
menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat sudah terinfeksi. Selanjutnya dapat mencegah tukak
GASITRITIS 511

peptik, kanker lambung dan limfoma. Mereka yang tidak diresepkan. Obat ini dianggap sebagaiJirst line therapy
setuju menganggap bahwa belum cukup bukti eradikasi untuk arthritis dan digunakan secara luas pada kasus
dapat berimplikasi sedemikian luas. Eradikasi dilakukan trauma, nyeri pasca pembedahan dan nyeri-nyeri yang lain.
dengan kombinasi antara berbagai antibiotik dan proton Sebagian besar efek samping OAINS pada saluran cerna
pump inhibitor (PPI). Antibiotika yang dianjurkan adalah bersifat ringan dan reversibel. Hanya sebagian kecil yang
klaritomisin, amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin. Bila menjadi berat yakni tukak peptik, perdarahan saluran cerna
PPI dan kombinasi 2 antibiotika gagal dianjurkan dan perforasi. Risiko untuk mendapatkan efek samping
menambahkan bismuth subsalisilat/subsitral (Tabel 1). OAINS tidak sama untuk semua orang. Faktor risiko yang
Pengelolaan gastritis otoimun ditujukan pada 2 hal penting adalah : usia lanjut, digunakan bersama-sama
yakni defisiensi kobalamin dan lesi pada mukosa gaster. dengan streroid, riwayat pernah mengalami efek sampaing
Atrofi mukosa gaster merupakan keadaan yang ireversibel. OAINS, dosis tinggi atau kombinasi lebih satu macam
Kuman sering bersama-sama dengan penyakit autoimun OAINS dan disabilitas (Tabel 2).
yang lain, sebaiknya penyakit yang menyertai tersebut
diterapi. Memperbaiki difrsiensi kobalamin sering dapat
memperbaiki kornplikasi yang timbul akibat difisiensi
tersebut. Komplikasi yang berupa kelainan patologik Terbukti sebagai faktor risiko
memang lebih sukar diatasi. Dipikirkan untuk malakukan Usia lanjut > 60 tahun
Riwayat pernah menderita tukak
surveillance terhadap kemungkinan kanker dengan Digunakan bersama-sarna dengan steroid
pemeriksaan gastroskopi secara periodik. Dosis tinggi atau menggunakan 2 jenis OAINS
Menderita penyakit sistemik yang berat
Gastritis limfositik, sering ada hubungannya dengan Mungkin sebagai faktor risiko
infeksi Helicobacter pylori, bila hal itu terbukti, eradikasi Bersama-sama dengan infeksi Helicobacter pylori
dapat dilakukan dan sering kali membawa perbaikan. Belum Merokok
Meminum alkohol
ada terapi khusus untuk gastritis limfositik idiopatik. PPI
dosis standar dapat dicoba dan sering kali memberikan
perbaikan. Sedangkan gastritis limfositik yang menyertai
penyakit lain, misal enteropati gluten, pengelolaan
ditujukan kepada penyakit primer. PATOFISIOLOGI GASTROPATI OAINS

Efek samping OANS pada saluran cerna tidak terbatas


pada lambung. Efek samping pada lambung memang yang
Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4 paling sering terjadi. OAINS merusak mukosa lambung
PPI Dosis Klarithomisin Amoksisilin melalui 2 mekanisme yakni : topikal dan sistemik.
ganda (2 x 500 mg) (2 x 1000 mg) Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS
PPI Dosis Klarithomisin Metronidazol bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempennudahtrap-
ganda (2 x 500 mg) (2 x 500 mg) ping ion hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan
PPI Dosis Tetrasiklin Metronidazol subsalisilal kerusakan. Efek sistemik OAINS tampaknya lebih penting
ganda (4 x 500 mg) (2 x 500 mg) /subsitral
yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostag-
Regimen diberikan selama '1 minggu
landin menurun OAINS secara bemakna menekan
prostaglandin. Seperti diketahui prostaglandin merupakan
GASTROPATI substansi sitoprotektif yang amat penting bagi mukosa
lambung. Efek sitoproteksi itu dilakukan dengan cara
Gatropati yang disebabkan oleh refluks empedu dan menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi
OAINS sering disebut sebagai gastropati kimiawi atau mukosa dan ion bikarbonat dan meningkalkan epithelial
gastropati reaktifatau gastritis tipe C. Terdapat 3 kategori defense.Aliran darah mukosa yang menunrn menimbulkan
pasien gastropati kimiawi yakni : refluks empedu setelah adhesi netrolit pada enrlotel pembuluh darah mukosa dan
gastrektomi parsial, refluks empedu sebagai bagian dari memacu lebih jauh proses imunologis. Radikal bebas dan
sindrom dismotilitas gastrointestinal dan pengguna obat protease yang dilepaskan akibat proses imunologis
anti inflamasi nonsteroid (OAINS) kronik yang akan tersebut akan merusak mukosa lambung.
dibicarakan disini adalah gastropati OAINS, sedangkan
yang lain akan dibicarakan pada sindrom dispepsia.
DIAGNOSIS GASROPATI OAINS

GASTROPATIOAINS Spektrum klinis gastropati OAINS meliputi suatu keadaan


klinis yang bervariasi sangat luas, mulai yang paling ringan
OAINS merupakan salah satu obat yang paling sering berupa keluhan gastrointestir.al discontrol. Secata
s12 GASTROENTEROT.OGI

endoskopi akan dijumpai kongesti mukosa, erosi-erosi Pasien yang dapat menghentikan gangguan OAINS,
kecil kadang-kadang disertai perdarahan kecil-kecil. Lesi obat-obat anti hrkak seperti golongan sitoproteksi, ARH2
seperti ini dapat sembuh sendiri. Kemampuan mukosa dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik.
mengatasi lesi-lesi ringan akibat rangsang kemis sering Sedangkan pasien yang tidak mungkin menghentikan
disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya
berupa erosi dan tukak multipel, perdarahan luas dan menggunakan PPI. Mereka yang mempunyai faktor risiko
perforasi saluran cerna. untuk mendapat komplikasi berat, sebaiknya diberi terapi
Secara histopatologi tidak khas. Dapat dijumpai pencegahan menggunakan PPI atau misoprostol.
regenerasi epitelial, hiperplasi foveolar, edema lamina Misoprostol adalah analog prostaglandin. Pemberiannya
propria dan ekspansi serabut otot polos ke arah mukosa. dapat mengimbangi penurunan produksi prostaglandin
Ekspansi dianggap abnormal bila sudah mencapai kira- akibat OAINS. Sayangnya efek samping obat ini sangat
kira sepertiga bagian atas. Tanpa informasi yang jelas mengganggu, sehingga penggunaannya terbatas.
tentang konsumsi OAINS gambaran histopatologi seperti
ini sering disebut sebagai gastropati reaktif.
REFERENSI

PENGELOLAAN Allison MC, Howaston AG, Caaroline MB et al. Gastrointestinal


damage associated with the use of nonsteroidal antiimplamantory
Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gasropati drugs. NL Med J. 1992;.327:749-63.
Doxon MF Genta RM, Yardley JH, Correa P. Classification and
OAINS ringan dapat sembuh sendiri walaupun OAINS
grading of gastritis, the Update Sydney System. International
tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2 (ARH2) atau PPI
Workshop on the Histopatology of Gastritis, Houston 1995.
dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Harus hati-hati Am J Surg Pathol. 1996;20:1131.
menggunakan ARH2 pada pasien yang harus Genta RM. Gastritis and gastropathy. In: Yamada I editors.
menggunakan OAINS jangka lama ARH2 temyata mampu Gastroenterology. 4th edition Lippincott Williams and Wilkins;
mencegah timbulnya komplikasi berat OAINS pada saluran 2003. p. 1394-415.
cerna atas.
81
TUKAK GASTER
Pengarapen Tarigan

PENDAHULUAN dekade keenam. Insidensi dan kekambuhan/rekurensi saat


ini menurun sejak ditemukan kuman Helicobacter pylori
Lambung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi (H. pylori) sebagai penyebab dan dilakukan terapi
menerima makanan/minuman, menggiling, mencampur dan eradikasi. Di Britania Raya sekitar 6 - 20% penduduk
mengosongkan makanan kedalam duodenum. Lambung menderita tukak pada usia 55 tahun, sedang prevafensinya
yang selalu berhubungan dengan semua jenis makanan, 2 - 4%. Di USA ada 4 juta pasien gangguan asam-pepsin,
minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasi kronik. prevalensi l2%o pada pria dan 10% perempuan dengan
Lambung dilindungi terhadap faktor iritan oleh lapisan angka kematian pasien I 5.000 pertahun dan menghabiskan
mukus/mukus barier, epitel, tetapi beberapa faktor iritan dana $10 Milyar/tahun.
seperti makanan minuman dan obat anti inflamasi non Secara klinis tukak duodeni lebih sering dijumpai dari
steroid (OAINS), alkohol dan empedu yang dapat pada tukak gaster. Pada beberapa rregata seperti Jepang
menimbulkan defek lapisan mukus dan terjadi difusi balik dijumpai lebih banyak tukak gaster daripada tukak duodeni.
ion H*, sehingga timbul gastritis akut/kronik dan hrkak Pada autopsi tukak gaster dan duodeni dijumpai hampir
gaster. Dengan ditemukannya kuman H. pylori sebagai sama banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
penyebab gastritis dan tukak peptik, saat ini dianggap H. Autopsi biasanya dilakukan pada usia lanjut, dimana
pylori merupakan penyebab utama tukak gaster, di samping pemakaian obat OAINS meningkat, sehingga kejadian
OAINS, dan penyebab yang jarang adalah Sindroma tukak gaster juga meningkat.
Zollinger Ellison dan penyakit Crohn duodenal. Tukak gaster ukuran lebih besar dan lebih menonjol,
sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering /mudah
dijumpai dibandingkan tukak duodeni.
DEFINISI
FISIOLOGI GASTER
Tukak gaster jinak adalah suatu gambaran bulat atau semi
bulat/oval, ukuran > 5 mm kedalaman sub mukosal pada
mukosa lambung akibat terputusnya kontinuitas/ AnatomiGaster
integritas mukosa lambung. Tukak gaster merupakan luka Epitel gaster terdiri dari rugae yang mengandung gastric
terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan pits/lekukan berukuran mikroskopis. Setiap rugae
dasar tukak ditutupi debris. bercabang menjadi empat atau lima kelenjar gaster dari sel
- sel epitel khusus. Susunan kelenjar tergantung letak
anatominya. Kelenjar di daerah cardia terdiri < 5 % kelenjar
EPIDEMIOLOGI gaster mengandung mukus dan sel-sel endokrin' Sebagian
terbesar kelenjar gaster (75o/o) terletak didalam mukosa
Tukak gaster tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi oksintik mengandung sel-sel leher mukosa, parietal, chief,
berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, endokrin dan sel enterokromafin. Kelenjar pilorik
dijumpai lebih banyak pada pria meningkat pada usia lanjut mengandung mukus dan sel-sel endokrin (termasuk sel -
dan kelompok sosial ekonomi rendah dengan puncak pada sel gastrin) dan didapati di daerah antrum.
514 GAIITROENTEROIOGI

Sel parietaljuga dikenal sebagai sel oksintik biasanya membran sel. Lapisan mukosa yang tidak tembus air
didapati di daerah leher atau isthmus atau kelenjar oksintik. merintangi difusi ion dan molekul seperti pepsin.
Sel parietal yang tidak terangsang, punya sitoplasma Bikarbonat memiliki kemampuan mempertahankan
tubulosvesikel dan kanalikuli intraselular yang berisi perbedaan pH yakni pH l-2 di dalam lumen lambung
mikrovili ukuran pendek sepanj ang permukaan atas/apikal. dengan pH 6-7 di dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat
Enzim H*, Kt-Af'Pase didapati didaerah membran dirangsang oleh Ca**, PG, cholinergik dan keasaman
tubulovesikel. Bila sel dirangsang, membran ini, dan lumen
membran apikal lainnya diubah menjadi jaringan padat dari
kanalikuli intraselular apikal yang mengandung mikrovili Sel epitel permukaan adalah perlahanan kedua dengan
kemampuan:
ukuran panjang. Selaesi HCI dari kanikuli ke lumen lambr.urg
memerlukan energi besar berasal dari pemecahan H*, K*-
. Menghasilkan mukus.
AIP oleh enzim H*, K*-AIP ase o, terjadi pada permukaan
. Transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonat
yang dapat mempertahankan pH intraselular (pH 6-7).
atas kanalikuli yang dihasilkan 30-,40% jumlah total
mitokandria.
. Intracellular tight junction
Bila pertahanan pre epitel dapat ditembus oleh faktor
agresif maka sel epitel yang berbatasan dengan daerah
yang rusak berpindah/migrasi memperbaiki kerusakan/
restitusi. Proses ini bukan pembelahan sel, memerlukan
Pori-pori lambung sirkulasi darah yang baik dan mileu alkali. Beberapa faktor
(foveolus)
I mukus permukaan perhrmbuhan memegang peran seperti : EGF, FGF, TGFcr
dalam membanfu proses restitusi.
Kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki melalui
proses restitusi dilaksanakan melalui proliferasi sel.
Sel leher m ukosa Regenerasi sel epitel diatur oleh PG, FGF dan TGFu,.
Berurutan dengan pembaruan sel epitel, terjadi
.= pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) dalam
o areal kerusakan. FGF dan VEGF (Vascular Endothelial
Growth Factor) memegang peran penting dalam proses
Io
angiogenesis ini.
Sistem mikrovascular yang rapi didalam lapisan sub
mukosa lambung adalah komponen kunci dari pertahanan/
perbaikan sistem sub epitel. Sirkulasi yang baik yang dapat
menghasilkan bikarbonat/HCO, untuk menetralkan HCl
Gambar 1. Susunan dari sel oksintik kelenjar lambung (dikutip yang disekresi sel parietal, memberikan asupan
dari Harrison)
mikronutrien dan oksigen sertamembuang hasil metabolik
toksik.
Faktor Pertahanan Mukosa Gastro Duodenal PG yang banyak ditemukan pada mukosa lambung,
Epitel gaster mengalami iritasi terus menerus oleh 2 faktor dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat memegang
perusak: peran sentral pada pertahanan dan perbaikan sel epitel
1). Perusak Endogen (HCl, pepsinoger/pepsin dan garam lambung, menghasilkan mukus-bikarbonat, menghambat
empedu);
2). Perusak Eksogen (obat-obatan, alkohol dan bakteri).
Untuk penangkal iritasi tersedia sistem biologi canggih,
dalam mempertahankan keutuhan dan perbaikan mukosa
lambung bila timbul kerusakan. Sistem pertahanan mukosa
gastroduodenal terdiri dari 3 rintangan yakni: Pre epitel,
epitel, post epitel/sub epitel.
Lapisan pre epitel berisi mukus-bikarbonat bekerja sebagai
rintangan fisikokemikal terhadap molekul seperti ion
hidrogen, mukus yang disekresi sel epitel permukaan
mengandung 95 %o air dan campuran lipid dengan
glikoprotein. Mucin, unsur utama glikoprotein dalam ikatan
dengan fosfolipid, membentuk lapisan penahan akl Gambar 2. Komponen pertahanan dan perbaikan mukosa
hidrofobik dengan asam lemak yang muncul keluar dari gastroduodenal (dikutip dari Harrison)
TUI(AKGASTER 515

sekresi sel parietal, mempertahankan sirkulasi mukosa dan dan kolesistokinin). Dalam keadaan fisiologi fase - fase
restitusi sel epitel. tersebut berlangsung secara bersamaan.

Fisiologi Sekresi Gaster


HCI dan pepsin produk yang paling utama yang dapat
menimbulkan kerusakan mukosa lambung. Sekresi asam
basal dalampola sirkadia, tertinggi terjadi pada malam hari
dan terendah pada pagi hari. Faktor kolinergik melalui
nenus vagus dan faktor histaminergik melalui sumber lokal
digaster mempengaruhi produksi asam basal tersebut.
Sekresi asam akibatperangsangan dihasilkan dalam tiga
fase yang berbeda tergantung sumber rangsang (sefalik,
gastrik dan intestinal).
Penglihatan, penciuman dan rasa dari makanan merupakan
Gambar 4. Mekanisme sekresi asam lambung dan faktor-faktor
komponen fase sefalik melalui perangsangan nen'us vagus.
yang mempengaruhi
Fase gastrik terjadi pada saat makanan masuk kedalam
lambung, komponen sekresi adalah kandungan makanan yang
PATOFISIOLOGI TUKAK PEPTIK
terdapat di dalamnya (asam amino dan amino bentuk lain)
yang secara langsung merangsang sel G untuk melepaskan
gastrin yang selanjutnya mengaktivasi sel-sel parietal melalui FaktorAsam Lambung " NoAcid No Ulcef'Schwarct
mekanisme langsung maupun mekanisme tidak langsung. 1910; Pengaturan Sekresi Asam Lambung pada Sel
Peregangan dinding lambung memicu pelepasan gastrin dan Parietal
produksi asam. Sel pariteal/oxyntic mengeluarkan asam lambung HCl, sel
Fase terakhir (intestinal) sekresi asam lambung dimulai peptik / zimogen mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCI
pada saat makanan masuk kedalam usus dan diperantarai dirubah jadi pepsin dimana HCI dan pepsin adalah faktor
oleh adanya peregangan usus dan pencampuran agresif terutama pepsin dengan mileu pH < 4 (sangat
kandungan makanan yang ada. agresif terhadap mukosa lambung). Bahan iritan akan
Beberapa cara untuk menghambat sekresi asam juga menimbulkan defek barier mukosa dan terjadi difusi balik
berlangsung bersamaan. Somatostastin, suatu hormon ion H*. Histamin terangsang untuk lebih banyak
gastrointestinal yang dilepaskan sel - sel endokrin mengeluarkan asam lambung, timbul dilatasi dan
didapati pada mukosa gaster (sel-sel D) dalam rangka peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan
merespon HCl. Somatostatin dapat menghambat produksi mukosa lambung, gastritis akut/kronik dan tukak gaster.
asam melalui mekanisme langsung (sel - sel parietal) Membran plasma sel epitel lambung terdiri dari lapisan
maupun tidak langsung (menurunkan pelepasan histamin lipid bersifat pendukung barier mukosa. Sel
- lapisan
dari sel- sel seperli enterokromafin (ECL) dan menimbulkan parietal dipengaruhi faktor genetik, yaitu seseorang dapat
pelepasan gastrin melalui sel - sel G). Faktor rangsang mempunyai massa sel parietal yang besar/sekresi lebih
tambahan yang dapat mengimbangi sekresi asam, antara banyak. Tukak gaster yang letaknya dekat pilorus atau
lain neural (sentral dan perifer) dan hormonal (sekretin dijumpai bersamaan dengan tukak duodeni/antral
gastritis biasanya disertai hipersekresi asam, sedangkan
bila lokasinyapada tempat lain di lambung/pangastritis
biasanya disertai hiposekresi asam.

Asam arakidonal Shay and Sun : Balance Theory 1974 t


Tukak terjadi bila terjadi gangguan keseimbangan antara
faktor agresif/asam & pepsin dengan defensif (mukus,
cox.l I YI cox2 bikarbonat, aliran darah, PG ), bisa faktor agresifmeningkat
Pertahanan I I I lnflamasi
atau faktor defensif menurun.
j'Pembentukan''Penyebab'

Helycobacter pylori (Hpl, " NO HP No Ulcer " Warren


and Marshall 1983
HP adalah kuman patogen gram negatif berbentuk batang
/spiral, mikoaerofilik berflagela hidup pada permukaan
Gambar 3. Skema pembentukan Prostaglandin Er-(PGEr) dan
Prostacylin (PGl,) (dikutip dari Harrison) epitel, mengandung urease (Vac A, cag A, PAI dapat
516 GASTROENTEROI.OGI

mentrans lokasi cag A kedalam sel host), hidup diantrum, Garis besar pengobatan tukak peptik adalah eradikasi
migrasi ke proksimal lambung dapat berubah menjadi kuman HP serta pengobatan/pencegahan gastropati
kokoid suatu bentuk dorman bakteri. Infeksi kuman Hp OAINS.
akut dapat menimbulkan pan gastritis kronik diikuti atrofi
sel mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal dan
hipoasiditas. Proses ini dipengaruhi oleh faktor host,
lamanya infeksi (lokasi, respon inflamasi, genetik), baheri
(virulensi, strukfur, adhesin, porins, enzim (urease vac A,
cagA, dll ) dan lingkungan (asam lambung, OAINS,
empedu dan faktor iritan lainnya) dan terbentuklah
gastritis kronik tukak gaster, Mucosal Associated
Lymphoid Tissue (MAII) hmfoma dan Kanker Lambung.
HP dapat menyebabkan gastritis kronis aktif tipe B dan
tukak peptikum. Bakteri Hp ini merupakan keluarga dari
Campylobacter yatg digambarkan pertama kali oleh
Gambar 5. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelainan
Marshall pada tahun 1983. HP merupakan penyebab gastroduodenal dan malt limfoma
terbanyak dari tukak pada antrum gaster dan tukak
duodeni, dan selanjutnya kuman ini berperan untuk
terbentuknya MALL
Tukak gaster kebanyakan disebabkan infeksi HP
(30-60%) dan OAINS sedangkan tukak duodenum hampir
90% disebabkan oleh HP, penyebab lain adalah Sindrom
Zollinger Elison. 4 Ulcercaenic(obals
FU Obat
Kebanyakan kuman patogen memasuki barrier dari Oesteoporosis,sigarel
emosional,ge m pa
Epitel: - Pre epile
mukosa gaster, tetapi HP sendiri jarang sekali memasuki bum i/perang
CO PD,sirosis,G G K) - Epitel
- Posl ep tel
epitel mukosa gaster ataupun bagian yang lebih dalam
dari mukosa tersebut. Biasanya infeksi HP yang terjadi
bersifat asimtomatik dimana diperkirakan terdapat dua
milliar penduduk menderita infeksi Hp. Teladinya penyakit Gambar 6. Berbagai penyebab tukak peptik
ataupun asimtomatik tergantung kepada dua hal, yaitu
faktor host dan adanya perbedaan genetik dari strain HP
yang ada. GAMBARAN KLINIS
Bila Hp bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi
adalah Hp dapat bertahan di dalam suasana asam di Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh
lambung; kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindroma kllinik /
lambung, danpada akhirnyaHp berkolonisasi di lambung kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cema seperti
tersebut. Sebagai akibatnya Hp berploriferasi dan dapat mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa / terapan,
mengabaikan sistem mekanisme pertahanan tubuh yang rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa
ada. Pada keadaan tersebut beberapa faktor dari Hp kenyahg.
memainkan peranblr penting diantaranya urease memec ah Dispepsia secaraklinis dibagi atas : 1).Dispepsia akibat
urea menjadi amoniak yang bersifat basa lemah yang gangguan motilitas; 2). Dispepsia akibat tukak;
melindungi kuman tersebut terhadap mileu asam HCl. 3).Dispepsia akibat refluks; 4). Dispepsia tidak spesifik
Pada dispepsia akibat
gangguan motilitas keluhan yang
Antrum paling menonjol adalah perasaan
predominant kembung, rasa penuh ulu hati
gastritis
setelah makan, cepat merasa
kenyang disertai sendawa. Pada
dispepsia akibat refluks keluhan
yang menonjol berupa perasaan
nyeri ulu hati dan rasa seperti
terbakar, harus disingkirkan
adanya pasien kardiologis.
Pasien tukak peptik
TUI(AKGASTER 517

memberikan ciri ciri keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi
tidak nyamanldiscomfort disertai muntah. Pada tukak brushing dengan biopsi melalui endoskopi.
duodeni rasa sakit timbul waktu pasien merasa lapar, rasa Biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak minimal
sakit bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit 4 sampel unhrk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil
hilang setelah makan dan minum obat antasida (Hunger sampel dari 3 kuadran dari dasar, pinggir dan sekitar tukak
Pain Food Relle/: HPFR). Rasa sakit tukak gaster timbul (minimal 3x2 : 6 sampel). Dengan ditemukannya kuman
setelah makan, berbeda dengan tukak duodeni yang merasa Helicobacter pylori sebagai etiologi hrkak peptik maka
enak setelah makan, rasa sakit tukak gaster sebelah kiri dan dianjurkan pemeriksaan tes CLO, serologi, dan UBT
rasa sakit tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut. dengan biopsi melalui endoskopi.
Rasa sakit bermula pada satu titik (pointing sign) aktrimya Gambaran radiologi suatu tukak berupa craterkawah
difus bisa menjalar kepunggung. Ini kemungkinan dengan batas jelas disertai lipatan mukosa yang teratur
disebabkan penyakit bertambah berat atau mengalami keluar dari pinggiran tukak dar. niche dan gambaran suatu
komplikasi berupa penetrasi tukak keorgan pankres. proses keganasan lambung biasanya dijumpai suatu
Walaupun demikian rasa sakit saja tidak dapat filling defect Gambaran endoskopi untuk suatu tukak jinak
menegakkan diagnosis tukak gaster karena dispepsia berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin
nonilkus juga bisa menimbulkan rasa sakit yang sama, juga dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari
tidak dapat digunakan lokasi sakit sebelah kiri atau kanan pinggiran tukak. Gambaran tukak gaster akibat keganasan
tengah perut. Adapun tukak akibat obat OAINS dan tukak adalah'. Boorman I/polipoid, B-IVulceratif, B-IIVinfi ltratif,
pada usia lanjut/manula biasanya tidak menimbulkan B-IV/linitis plastika (scirrhus). Karena tingginya kej adian
keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya berupa keganasan pada tukak gaster (70o/o)maka dianjurkan untuk
perdarahan dan perforasi. Muntah kadang timbul pada dilakukan biopsi dan endoskopi ulang setelah 8- 12 minggu
tukak peptik disebabkan edema dan spasme seperti tukak terapi eradikasi.
kanal pilorik (obstruksi gastic outlet). Tukak prepilorik Kelebihan endoskopi dibanding radiologi: 1). Lesi kecil
dan dudodeni bisa menimbulkan gastric outlet obstruction diameter < 0.5 cm dapat dilihat, dilakukan pembultan foto
melalui terbentuknya fibrosis/oedem dan spasme. dokumentasi adanya tukak. 2).Lesi yang ditutupi oleh
gumpalan darah dengan penyemprotan air dapat dilihat.
3). Radiologi tidak dapat memastikan apakah suatu tukak
Pemeriksaan Fisis
ganas atau tidak, tidak dapat menenhrkan adanya kuman
Tukak tanpa komplikasi jarang menunjukkan kelainan fisik.
HP sebagai penyebab tukak.
Rasa sakit/nyeri ulu hati, di kiri garis tengah perut, terjadi
Sugesti seseorang menderita penyakit tukak perlu
penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat
dipikirkan bila ditemukan: l). Adanya riwayat pasien tukak
dijumpai pada tukak gaster tanpa komplikasi. Nilai ramalan
dalam keluarga, 2). Rasa sakit klasik dengan keluhan yang
untuk tanda fisik ini kurang berarti. Perasaan sangat nyeri,
spesifi k, 3 ). Faktor predisposisi seperti pemakaian OAINS,
nyeri tekan perut, perut diam tanpa terdengar peristalik
perokok berat dan alkohol, 4). Adanya penyakit kronik
usus merupakan tanda peritonitis. Goncangan perut atau
seperti PPOK dan sirosis hati, 5). Adanya hasil positif
succusion splashing dijumpai 4 - 5 jam setelah makan
kuman HP dari serologi/IgG anti HP atau UBT.
disertai muntah-muntah yang dimuntahkan biasanya
makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya
merupakan landa adanya retensi cairan lambung, dari
DIAGNOSIS
komplikasi ttkaV gas tri c o u tl et o b s truct i o n atat stenosis
pilorus. Takikardi, syok hipopolemik, tanda dari suatu
Diagnosis tukak gaster ditegakkan berdasarkan: 1).
perdarahan. Laboratorium tidak ada yang spesifik untuk
Pengamatan klinis, dispepsia (sakit dan discomfort),
penyakit tukak gaster.
kelainan fisik yang dijumpai, sugesti pasien tukak. 2). Hasil
pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopD. 3).
Pemeriksaan Penunjang: Radiologi dan Hasil biopsi untuk pemeriksaan tes CLO, histopatologi
Endoskopi kumanHp.
Pemeriksaan radiologi dengan barium meal kontras ganda Diferensial diagnosa tukak peptik: 1). Dispepsia non
dapat digunakan dalam menegakkan diagnosis tukak tukak; 2). Dispepsia fungsional; 3). Tumor lambung/saluran
- akhir ini berhubung para ahli radiologi
peptik, tetapi akhir cerna atas proksimal; 4). Gastro esophageal reflux
sudah lebih memantapkan diri pada radiologi disease (GERD); 5). Penyakit vaskular; 6). Penyakit
intervensional dan pakar gastroenterologi sudah pankreato bilier; 7). Penyakit Gastroduodenal Crohn's
mengembangkan diri sedemikian maju dalam bidang
diagnostik dan terapi endoskopi maka untuk diagnostik KomplikasiTukak
tukak peptik lebih dianjurkan pemeriksaan endoskopi. Di Komplikasi menurun setelah datatgnya obat ARH2/PPI
samping itu untuk memastikan diagnosa keganasan tukak dan terapi eradikasi kuman HP. Komplikasi terdiri atas: 1).
518 GAIIIROENTEROI.OGI

Perdarahan; 2). Perforasilpenetrasi; 3). Obstruksilstenosis. kesembuhan tukak; 3). Mencegah kekambuhan/rekurensi
Perdarahan. Insiden 15 - 2syo,meningkat pada usia lanjut tukak; 4). Mencegah komplikasi
(> 60 tahun) akibat adanya penyakit degeneratif dan Walaupun tukak gaster atau tukak duodeni sedikit
berbeda dalam patofisiologi tetapi respon terhadap terapi
meningkatnya pemakaian OAINS Qlo/otanpa simtom dan
tanda penyakit sebelumnya). Sebagian besar perdarahan
sama. Tukak gaster biasahya ukurannya lebih besar,
akibatnya memerlukan waktu terapi yang lebih lama. Untuk
berhenti spontan, sebagian memerlukan tindakan endoskopi
pengobatan tukak gaster sebaiknya dilakukan biopsi untuk
terapi, bila gagal dilanjutkan dengan tindakan operasi (5%
menyingkirkan adanya suatu keganasan/kanker lambung.
dari pasien yang memerlukan tranfusi darah). Pantozol./PPl
2 amp/l00 cc NACI}.9 drips selama 10 jam secaraparenteral
Terapi terdiri dari: l). Non medikamentosa, 2).
Medikamentosa, 3). Tindakan operasi.
dan diteruskan beberapa hari dapat menurunkan kejadian
ulang perdarahan, pemberian transfusi dengan
memperhatikan tanda-tanda hemodinamik : 1). Tekanan darah Non Medikamentosa
sistol < 1 00 mmHg; 2). IB < l0 gr %; 3). Nadi > I 00 / menit;
Istirahat. Secara umum pasien tukak dianjurkan
4). HT < 30 / jam dianjwkan pemberian transfusi dengan
pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada
darah segar sampai HT > 30.
komplikasi baru dianjurkan rawat inap di rumah sakit. Di
Perforasi, rasa sakit tiba tiba, sakit berat, sakit difus Inggris 25%o pasien tukak peptik dengan keluhan tanpa
pada perut. Insidensi 6-7Yo, hanya 2-3o/o mengalami pengobatan bisa bekerja normal,50%opasien tukak dengan
perforasi terbuka ke peritoneum, l0olo tanpa keluhan / tanda keluhan, disertai pengobatan bisa bekerja normal, sedang
perforasi dan lloh disertai perdarahan tukak dengan 25Yo dengan komplikasi harus rawat inaplrumah sakit.
mortalitas yang meningkat. Insiden perforasi meningkat Penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap
pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan walaupun mekanismenya belum jelas, kemungkinan oleh
meningkatnya penggunaan OAINS. Perforasi tukak gaster bertambahnya jam istirahat berkurangnya refluks empedu,
biasanya ke lobus kiri hati, dapat menimbulkan fistula stres dan penggunaan analgetik. Stres dan kecemasan
gastro kolik. Penetrasi adalah suatu bentuk perforasi yang memegang peran dalam peningkatan asam lambung dan
tidak terbukaltanpa pengeluaran isi lambung karena penyakit tukak. Walaupun masih ada silang pendapat
tertutup oleh omentumlorgan perut di sekitar. Terapi mengenai hubungan stres dengan asam lambung,
perforasi : dekompresi, pemasangan nasogastrlk tub e, sebaiknya pasien hidup tenang dan menerima stres
aspirasi cairan lambung terus menerus, pasien dipuasakan, dengan wajar.
diberi nutrisi parenteral total dan pemberian antibiotika Secara klnik pasien dengan keluhan dispepsia (tidak
diikuti tindakan operasi. mempunyai simtom alarm dan usia di bawah 45 tahun ).
Dapat dilakukan terapi empiris : I ). Dismotilitas like,kehtrtart
Stenosis piloriU Gastric O utlet O bstruction: Insidensi
cepat kenyang/rasa penuh diberi prokinetik,antasida,ARH2/
l-2 % dai pasien tukak. Keluhan pasien akibat obstruksi
PPI, 2). Refluks like,rasa terbakar ulu hati diberi prokinetik
mekanik berupa cepat kenyang, muntah berisi makanan
PPVdosis ganda, j). Ucer like, keluhan nyeri, muntah sakit
tak tercerna, mual, sakit perut setelah makanipost
tengah malan[IPFR diberi PPVARH2, 4). Tidakjelas diberi
prandial, berat badan turun.
terapi campuran.
Kejadian obstruksi bisa temporer akibat peradangan
Selain melalukan terapi empiris pada pasien dispepsia
daerah peri pilorik timbul odema, spasme. Ini akan membaik
uninvestigated dapat dilakukan pendekatan melalui 3 cara:
bila keradangan sembuh. Penghambat pompa proton (PP!
amp dalam 100 cc NaCl0.9 diberi selama 10 jam dan dapat
l. Empiris, berdasarkan simtom predominan (tidak ada
tanda alarm dan umur < 40 tahun ).
diteruskan selama beberapa hari (7- I 0 hari) hingga obstruksi
hilang.
2. Test and treat (periksa HP dengan UBT, serologi
validated) dan bila HP (+) diberi terapi eradikasi.
Bisa obstruksi permanen akibat fibrosis dari suatu tukak
sehingga mekanisme pergerakan antro duodenal terganggu.
3. Prompt endoskopi (> 55%);investigated dispepsia
(ada tanda alarm, umur > 40 tahun). Terapi berdasarkan
Terapi : dekompresi, pasang nasogastrik tube, darr
lesi yang dijumpai.
aspirasi isi lambung, puasa/TPN, dilanjutkan dengan
pemasangan balon dilatasi dengan endoskopi dan bila Diet. Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang
gagal dilakukan tindakan operasi piloroplasti. mengandung susu tidak lebih baik daripada makanan
biasa, karena makanan halus dapat merangsang
pengeluaran asam lambung . Cabai, makanan merangsang,
TERAPI makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa
sakit pada beberapa pasien tukak dan dispepsia non
Tujuan terapi adalah : 1 ). Menghilangkan keluhan/simtom tukak, walaupun belum didapat bukti keterkaitannya.
(sakit atau dispepsia) ; 2). Menyembuhkan/memperbaiki Pasien kemungkinan mengalami intoleransi terhadap
TUKAKGASTTER 519

beberapa jenis makanan tertentu atau makanan tersebut tidur 3 jam setelah makan). Efek samping berinteraksi
mempengaruhi motilitas gaster. Dalam hal ini dianjurkan dengan obat digitalis, INH, barbiturat, salisilat dan kinidin.
pemberian makanan dalam jumlah yang moderat atau Antasida yang mengandung calcium carbonat
menghindari makanan tersebut. Pandangan masa kini menimbulkan MAS /Milk Alkaline syndrome
makanan tidak mempengaruhi kesembuhan tukak. (hiperkalsemia, hipefosfatemia, renal calcinosis) dan
Beberapa peneliti menganjurkan makanan biasa, lunak, progresi kearah gagal ginjal.
tidak merangsang dan diet seimbang. t
Obat penangkal kerusakan mukus
Merokok menghalangi penyembuhan tukak gaster
kronik, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, Koloid bismuth (Coloid Bismuth Subsitrat/CBS dan
menambah keasaman bulbus duodeni, menambah refluks Bismuth SubSalisilatlBSS). Mekanisme kerja belum jelas,
duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pilorus sekaligus kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama
meningkatkan kekambuhan tukak. Merokok sebenamya protein pada dasar tukak dan melindunginya terhadap
tidak mempengaruhi sekresi asam lambung tetapi dapat pengaruh asam dan pepsin, berikatan dengan pepsin
memperlambat kesembuhan luka tukak sertra meningkatkan sendiri, merangsang sekresi PG bikarbonat, mukus. Efek
angka kematian karena efek peningkatan kekambuhan samping jangka panjang dosis tinggi khusus CBS neuro
penyakit saluran pernafasan, penyakit paru obstruksi toksik.
menahun (PPOM) dan penyakit jantung koroner. Obat ini mempunyai efek penyembuhan hampir sama
Alkohol belum terbukti mempunyai bukti yang dengan ARH2 serta adanya efek bakterisidal terhadap
merugikan. Air jerukyang asam, coca cola, bir, kopi tidak Helicobacter pylori sehingga kemungkinan relaps
mempunyai pengaruh ulserogenik pada mukosa lambung berkurang.
tetapi dapat menambah sekresi asam lambung dan belum Dosis : 2 x 2 tablet sehari. Efek samping tinj a berwarna
jelas dapat menghalangi penyembuhan tukak dan kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan
sebaiknya diminum jangan sewaktu perut kosong. perdarahan.
Perubahan gaya hidup dan pekerjaan kadang-kadang Sukralfat. Suatu komplek garam sukrosa dimana grup
menimbulkan kekambuhan penyakit tukak. hidroksil diganti dengan aluminium hidroksida dan sulfat.
Obat-obatan. OAINS sebaiknya dihindari. Pemberian Mekanisme keq' a kemungkinan melalui pelepasan kutub
secara parenteral (supositoria dan injeksi) tidak terbukti aluminium hidroksida yang berikatan dengan kutub positif
lebih aman. Bila diperlukan dosis OAINS diturunkan atau molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada
dikombinasi dengan ARH2/ PPl/misoprostrol. Pada saat dasar tukak, yang melindungi tukak dari pengaruh agresif
ini sudah tersedia COX 2 inhibitor yang selektif untuk asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesa prostaglandin,
penyakit OA/RA yang kurang menimbulkan keluhan kerjasama denganEGF, menambah sekresi bikarbonat dan
perut. Pemakaian aspirin dosis kecil untuk pasien mukus, meningkatkan daya pertahanan dan perbaikan
kardiovaskular belum menjamin tidak terjadi kerusakan mukosal. Efek samping konstipasi, tidak dianjurkan pada
mukosa lambung. Penggunaan parasetamol atau kodein gagal ginjalkronik. Dosis :4x 1 gram sehari.
sebagai analgetik dapat dipertimbangkan. Prostaglandin. Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam
Garis besar pengobatan tukak gaster saat ini dengan lambung menambah sekresi mukus, bikarbonat dan
melakukan eradikasi HP dan pencegahan/pengobatan meningkatkan aliran darah mukosa serta pertahanan dan
OA]NS. perbaikan mukosa. Efek penekanan sekresi asam lambung
kurang kuat dibandingkan dengan ARH2. Biasanya
Medikamentosa digunakan sebagai penangkal terjadinya tukak gaster pada
pasien yang menggunakan OAINS. PGE,/misoprostol
Antasida. Pada saat sudah jarang digunakan,
ini antasida
yang telah diakui oleh FDA.
antasida sering digunakan untuk menghilangkan keluhan
Dosis 4 x 200 mgatart2 x 400 mgpagi dan malam hari.
rasa sakit/dispepsia. Pada masa lalu sebelum kita kenal
Efek samping diare, mual, muntah dan menimbulkan
adanya ARH2 yg dapat memblokir pengeluaran asam,
kontraksi otot uterus/ perdarahan sehingga tidak
antasida adalah obat satu satunya untuk tukak peptik.
dianjurkan pada perempuan yang bakal hamil dan yang
Preparat yang mengandung magnesium dapat menginginkan kehamilan.
menyebabkan BAB/tidak berbentuk/loose, tidak
dianjurkan pada gagal ginjal karena menimbulkan Antagonis reseptor H2IARII2 (simetidin, ranitidine,
hipermagnesemia dan kehilangan fosfat sedangkan famotidine, Nizatidine), struktur homolog dengan histamin.
alumunium menyebabkan konstipasi dan neurotoksik tapi Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel
bila kombinasi kedua komponen saling menghilangkan efek parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk
samping sehingga tidak terjadi diare, ataupun konstipasi. mengeluarkan asam lambung. Inhibisi ini bersifat reversibel.
Dosis: 3 x 1 tablet,4 x 30 cc (3 kali sehari dan sebelum Pengurangan sekresi asam post prandial dan nokturnal,
520 GASIIROENTEROII)GI

yaitu sekresi nokturnal lebih dominan dalam rangka maksimal 2 - 6 j am dam lamanya efek ke4' a 7 2 -9 6 jam. PPI
penyembuhan dan kekambuhan tukak/sikardian. menggangu absorpsi dari obat ampisilin, ketonazole, besi
Dosis terapeutik : dan oksigen.
Simetidin : dosis 2 x 400 mg atau 800 gr malam hari Dosis:
Ranitidin 300mgmalamhari. . Omeprazole2 x20mglstandard dosis atau I x 40 mg I
Nizatidine I x300mgmalamhari double dosis
Famotidin l x40mgmalam hari . Lansoprazole/Parfioprazol2 x40 m{standard dosis atau
Roksatidin 2 x 7 5 mg atat 1 50 mg malam hari I x 60 mg/double dosis.
Dosis terapetik dari keempatARH2 dapat menghambat Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
sekresi asam dalam potensi yang hampir sama, tapi efek kenaikan gastrin darah dan dapat menimbulkan tumor
samping Simetidin lebih besar dari Famotidin karena dosis karsinoid pada tikus percobaan belum terbukti pada
terapeutik lebih besar. manusia. Rabeprazol, Esomesoprazol pantoprazol
Dosis pemeliharaan: simetidin 400 mg dan rarftidin 150 sebaiknya jangan dikombinasi dengan penggunaan
mg, Nizatidine 150 mg, roks alidini 5 mg malam hari.
walfarin, penitoin dan diazepam.
Efek samping sangat kecil antara lain agranulositosis, PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel
pansitopenia, neutropenia, anemia dan trombositopenia kanalikuli, menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien
(0,01 s/d 0,2 %), ginekomastia, konfusi mental khusus pada
tukak, mengurangi aktivitas faktor agresif pepsin dengan
usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dijumpai terutama pH>4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh triple drugs
pemberian simetidin. reglmen
Proton pump inhibitorlPPl (Omeprazol, Lansoprazol,
Pantoprazol R abeprazol, Esomesoprazol). Omeprazol dan
Lansoprazol obat terlama digunakan, keasaman labil dalam PENATALAKSANAAN INFEKSI HELICOBACTER
bentuk enterik coated granules, dipecah dalam usus PYLORI
denganpH 6. Rabeprazole danPantoprazole enterik coated
tablet, lipofilik terperangkap kedalam sistem SeleksiKhusus
tubolovesikular dan kanalikuli.
Pasien dengan HP positif yang mendapat terapi eradikasi,
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim
dibagi menjadi tiga kelompok:
K*H*- ATPase yang akan memecah K*H*- ATP
menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan Sangat dianjurkan: tukak duodeni, tukak gaster, pasca
asam HCI dari kanalikuli sel parietal kedalam lumen larnbung. reseksi kanker lambung dini, limfoma MAUT.
Esomeprazol adalah sangat potensial karena punya Dianjurkan: dispepsia tipe tukalq gastritis kronik aktifberat
isomir optikal S dan R. Efek penekan sekresi asam PPI (gambaran PA), gastropati OAINS, gastritis erosiva berat,
gastritis hipertrofik.

Tidak dianjurkan: Pasien asimtomatik (Kelompok Studi


Jenis HP Indonesia, KSHPI)
obaUmekanisme Saat ini beberapa konsensus telah disepakati antara
penghambatan
asam lambung
lain; NlH/National Institute of Health consensus
development (USA), American Digestive Health
Antasida Mylanta, Maalox 100-140 meq/L 1

&3haftermeals Foundation, European Maastricht Consensus, Asia


and hs Pacffic Consensus Conference, KSHPI Indonesia
Antagonis reseptor H2 Cimetidine 400 mg bid (Kelompok Studi HP Indonesia).
Ranitidine
Famotidine 300 mg hs Konsensus: HP pada tukak peptik dianjurkan untuk
Nizatidine dieradikasi, tidak tergantung apakah episode pertama
40 mg hs
300 mg hs
atau tidak, keparahan keluhan, terdapatnya faktor
Penghambat pompa Omeprazole 20mgld pemberat seperti OAINS atau sedang masa remisi tukak.
proton Lansoprazole 30mg/d Tukak dengan HP positif (serologi validated & UBT),
Rabeprazole 20mg/d
Pantoprazole 40mg/d dianjurkan untuk dieradikasi. MALT Limfoma akan
Esomeprazole 20mgld mengalami kesembuhan lebih separuhnya bila dieradikasi
Obat pelindung Sucralfate l gqid HP. Eradikasi HP pada dispepsia non tukak untuk
mukosa sukralfat
mencegah keganasan lambung atau pasien GERD dimana
Analog prostaglandin Misoprostol 200 pg qid
Obat yang
pemakaian obat harus diberi waktu lama masih
Bismuth Sub See anti H. pylori
mengandung bismut salicylate (BSS) kontroversial.
TUKAKGASITER 521

Terapi Dual dengan Antibiotik dapat dianjurkan, bila belum juga berhasil dianjurkan kultur
Seandainya akan diberikan terapi diial antara PPI/ARH2 dan tes sensitivitas.
dengan salah satu antibiotik tidak dianjurkan karena : efek Tukak gaster refrakter adalah tukak yang belum sembuh
eradikasi sangat minimal kurang dari 80Yo dan cepat walaupun telah diberi terapi eradikasi penuh selama 14
menimbulkan resisten kuman hari diikuti pemberian PPI selama 10 minggu lagi(totall2
minggu) dengan syarat: l). obat tetap dimakanlcompli-
ance;2). bukan suatu keganasan; 3). tidak sedang
Regimen Terapi
mengalami infeksi HP, tidak menggunakan OAINS dan
Terapi Ttipel. Secara historis regimen terapi eradikasi yang bukan perokok berat; 4). diagnosa benar ( bukan Crohn's,
pertama digunakan adalah: Bismuth, Metronidazol, SZE,amyloidosis, sarcaidosis, TBC, syphilis) bukan
Tetrasiklin. Regimen tipel terapi @PI 2x I Amoxicilin 2x I 000,
, keganasan.
Klaritromisin 2x500, Metonidazol 3x500, Tetrasiklin 4x500) Tukak refrakter bisa sembuh lebih 90% bila dosis PPI
yang banyak digunakan saat ini: ditingkatkan/dosis ganda Omeprazole 40 gram,
1. Proton pump inhibitor @PI) 2xI +Amoksisilin 2 x 1 000 + lansoprazole 60 mg bila ini pun masih gagal dilakukan
Klaritromisin 2x500 regimen terbaik tindakan operasi elektif.
2. PPI2xl + Metronidazol 3x500 + Claritromisin 2 x 500 Untuk daerah dengan resistensi yang tinggi terhadap
(bila alergi penisilin) metronidazol, maka dapat digantikan dengan regimen PPI
3. PPI2xl + Metronidazol 3x500 + amoksisilin 2 x 1000: + Bismuth + Tetrasiklin + amoxicilin. Bila Bismuth tidak
kombinasi yang termurah tersedia diganti dengan triple drugs. (PPI, Amox,
4. PPI2xl + Metronidazol3x500 + Tetrasiklin 4 x 500 bila klaritromisin).
alergi terhadap klaritromisin dan penisilin

Dari laporan-laporan uji klinis di berbagai negara, obat


golongan PPI mempunyai efek yang hampir sama dalam TINDAKAN OPERASI
terapi eradikasi HP.
l. Elektip (tukak refrakter I gagal pengobatan)
Dosis: 2. Darurat (komplikasi : perdarahan, perforasi, stenosis
. PPI (Omeprazol) 2x 20mg pilorik)
. Amoksisilin 2x l000mg 3. Tukak gaster dengan sangkaan keganasan (corpus dan
. Klaritromisin 2 x 500 mg fundus, 70%keganasan).
. Metronidazol 3 x 500 mg Tindakan Operasi saat ini frekuensinya menurun akibat
. Tetrasiklin 4x 500 mg keberhasilan terapi medikamentosa dan endoskopi terapi.
. Bismuth 4x 120 mg Tukakrefrakter saat ini jarang dijumpai.
Lama pengobatan eradikasi HP I minggu Prosedur operasi yang dilakukan pada penyakit tukak
(esomesoprazol), 5 hari rabeprazole. Ada anjuran lama gaster ditentukan adanya penyertaan tukak duodenum:
pengobatan eradikasi 2 minggu, untuk kesembuhan tukak, l). Tukak antrum dilakukan anterektomi (termasuk
bisa dilanjutkan pemberian PPI selama 3-4 minggu lagi. tukaknya) dan Bilroth 1 anastomosis gastroduodenostomi,
Keberhasilan eradikasi sebaiknya di atas 90%. Efek bila disertai TD dilakukan vagotomi. Tingginya kejadian
samping triple terapi 20-30 %. rekurensi tukak paska operasi maka prosedur ini kurang
Kegagalan pengobatan eradikasi biasanya karena diminati. 2). Tukak gaster dekat EG junction tindakan
timbulnya efek samping dan compliance danresisten kuman. operasi dilakukan lebih radikal/sub total gastrektomi
Infeksi dalam waktu 6 bulan paska erasikasi biasanya suatu dengan Roux-en-Y/esofago gastro j ejunostomi (prosedur
rekrudensi dengan infeksi kuman lain. Csendo). Bila keadaan pasien kurang baik lokasi tukak
Tujuan eradikasi HP: l). Mengurangi keluhan/simtom, proksimal dilakukan prosedur Kelling Madlener termasuk
2). Penyembuhan tukak, 3). Mencegah kekambuhan (4% anterektomi, biopsi tukak intra operatif dan vagotomi,
dibanding 59%TL, 6% dibandine6T% ITD). rekurensi tukak30o/r.
Eradikasi selain dapat mencegah kekambuhan tukak Komplikasi operasi :
juga mencegah perdarahan dan keganasan. . Primer akibat perubahan anatomi gaster paska operasi
. Semakin radikal tindakan operasi semakin kurang
Terapi kuadripel. Jika gagal dengan terapi tripel, maka
kekambuhan tukak tapi semakin meningkat komplikasi
dianjurkan memberikan regimen terapi kuadrupel yaitu: PPI
pasca operasl.
2 x sehari, Bismuth Subsalisilat 4x2 tab, ]llfNZ 4x250,
Tehasiklin 4x500, bila bismuth tidak tersedia diganti dengan Morbiditas operasi < l-5 yo, mortalitas <1 o/o

tripel terapi. l. tukakrekurensi/kambuh


Kombinasi PPI, amoxicilin dan rifabutin selama l0 hari 2. sindrom afferent loop
hasil > 80% tereradikasi pada pasien yang telah resisten 3. sindrom dumping
522 GAIITROENTEROI.OGI

4. diare pasca vagotomi REFERENSI


5. gastropati refluks empedu (belum terbukti refluks
menyebabkan tukak, terapi cisapride) Aldreson H, Loivokene K, Sillakivi I et al. Associaton of cag A and
6. malabsorbsi dan maldigestif vac A genotypes of Helicobacter pylori with gastric disease in
Estonia. J Clin Microbyol. 2002;40(l):40-1.
7. adenokarsinoma lambung (refluks alkali, proliferase
Backert S, Schwarz T, Miehlke S, et al. Functional analysis of the
bakteri, hipoasiditas, endoskopi ulangan dilakukan
cag A pathogenecity island in Helicobacter pylori isolated from
untuk mendeteksi timbulnya keganasan). patients with gastritis, peptic ulcer and gastric cancer. Infection
and Immunity. 2004;72(2): 1043 56.
Bergman MP, Engering A, Smits HH, et al. Helicobacter pylori
PROBLEM KHUSUS TUKAK GASTER modulates T helper Cell 1/T helper cell 2 balance through
phase-variable interaction between lippopolysaccharide and DC
- SIGN. J Exp Med. 2004;200(8):979-90.
Tukak Stres (Sfress Ulcer) Dixon M.F. Helicobacter pylori and acid peptic disease in Helicobacter
pylori, It's role in gastrointestinal disease. In: AIRAXON, The
Dijumpai erosi yang multipel pada daerah fundus dan
Centre for Digestive Diseases, The General Inhlmary at Leeds,
korpus lambung yang biasanya tanpa keluhan/ editor. UK: Science Press; 1994. p. 18-33.
asimtomatik. Kadang - kadang disertai hematemesis atau Faller G, Steininger H, Kranzlein J, et al. Antigastric autoantibodies
melena. Konfirmasi diagnosis lebih baik dengan endoskopi in Helicobacter pylori infection: implications of histological
karena letak tukak stres agak superfisial kadang - kadang and clinical parameters of gastritis. Gut. 1997;41:619-23.
ditutupi gumpalan darah yang tidak akan terlihat dengan Ikeneoue E, Maeda S, Ogura K, et al. Determination of Helicobacter
foto lambung. Tukak stres sering dijumpai pada kasus - pylori vilurence by simple gene analysis of the cag pathogenecity
island. Clin and Diagnos Lab Immunol 2001;8(1):181 6.
kasus berat yang dirawat diunit gawat darurat yar,g
Kato S, Sugiyama T, Kudo M, et al Cag A antibodies in Japanese
biasanya akibat luka bakarlCurlingb ulcer, juga pada children with nodular gastritis or peptic ulcer disease. J Clin
pasien gangguan sirkulasi otak atau operasi otak/ Microbyol. 2000;38(1): 68-70.
Cushingb ulcer. Konsensus Nasional Penanggulangan Infeksi Helicobacter pylori.
Bagaimana mekanisme timbulnya suatu tukak stres Kelompok Studi Helikobater pilori Indonesia. Jakarta: KSHPI
belum jelas, kemungkinan akibat kurang baiknya sirkulasi PGl; t996. p.6-7.
darah kelambung / renjatan, pengaruh garam empedu dan Pounder R. Peptic ulceration. International. 1994;7 (26):225 -30.
Sharma MR Ahuja V. Current management of acid peptic disorder
malnutrisi. Tidak dijumpai adanya hipersekresi asam
JIACM. 2003;4(3):228-33.
lambung dan luka biasanya sembuh dalam beberapa hari.
Spiro HM. Gastric ulcer. Clinical gaskoenterology. 4s ed. New York:
McGraw Hill Inc; 1993. p. 283-93.
Stromber E, Edebo A, Svennerholm A-M, Lindholm C. Decreased
Tukak Akibat ObaU Drug lnduced UlcerlGastropati
epithelial cytokine response in the duodenal mucosa of
OA'NS
Helicobacter pylori-infected duodenal ulcer patients. Clin and
Terapi tukak gastropati OAINS. Intervensi pengobatan : Diagnos Lab Immunol. 2003 ;10(1):116-24.
. mencegah timbulnya tukak (selektip Cox2 inhibitor)l Tarigan P. Tukak gaster. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-3.
profilaksis (Misoproston 4x250 IPPI pada gastropati Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. p. 132-8.
OAINS menyembuhkantukak akif (OAINS distop diberi Tarigan P, Zah. LH, Siregar G, Rahmat I dkk. Helicobacter pylori
ARH2/PPI, OAINS diteruskan diberi PPI. dan keterkaitannya dengan penyakit gastroduodenal. Naskah
. Infeksi Helicobacter pylori (eradikasi bila tukak aktif lengkap PIT IV-2003 Ilmu Penyakit Dalam FK-USU. Medan:
FK-USU; 2003. p. 206-17.
atau pernah menderita tukak peptik).
Valle J.D Peptic ulcer disease and related disorders. In: Fauci AS,
Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL,
et al, editors. Harrison's principles of internal medicine. l5s ed
Vol 1. New York: Mc Graw Hill Inc; 2001. p. 1649;l-7.
82
TUKAK DUODENUM
H.A.M. AK|I

PENDAHULUAN makin tua umur, prevalensi makin meningkat dan


perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2:1.
Penyakittukakpeptik (TP) yaitu tukak lambung (TL) dan Pada pasien dispepsia kronik tersebut di atas, terdapat
tukak duodenum (TD) merupakan penyakit yang masih 367 pasien menggunakan OAINS ditemukan tukak peptik
banyak ditemukan dalam klinik terutama dalam kelompok l lT orang (48 .2o/o);64pasien diperiksa,F/Tylori diiemukan
umur di atas 45 tahun. 5 9 4o/o p asien p o s iti f.
.

Karel Schwarz pada tahw I 9 1 0 membuat suait dictum Dari waktu ke waktu manajemen TP makin lebih baik
yang terkenal berkenaan dengan TP yaitu No acid peptic seiring dengan ditemukannya faktor-faktor penyebab yang
activity, no ulcer dan sampai saat ini masih tetap relevan ditunjang dengan kemajuan dalam bidang farmasi yang
perannya dalam patogenesis TD, walaupun beberapa berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat yang
etiologi lain telah diketahui seperti Helicobacter pylori sangat berpotensi untuk penyembuhan tukak peptik,
(H.pylori) dan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). antara lain Reseptor antagonis H2 (HrReceptor
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab utama AntagonistGIrM)) Penghambat pompa proton (Proton
TP/TD adalah H.pylorl sehingga penyakit ini disebut juga Pump Inhibitor (PPl), mucus promotor, free radical
sebagai Acid H.pylori disease, namun demikian peranan inhibitors, antibiotik untuk eradikasi H.pylori dan obat-
faktor-faktor lain dalam kejadian TPjelas ada sehingga TP obat lainnya.
dikatakan sebagai penyakit multifaktor. Pada tulisan ini dibahas mengenai Tukak Duodenum
Patogenesis terjadinya TP adalah ketidakseimbangan (TD) dari aspek etiologi, patogenesis, gambaran klinik,
antara faktor agresifyang dapat merusakmukosa dan faktor diagnosis dan manaj emen.
defensif yang memelihara keutuhan mukosa lambung dan
duodenum.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
DEFINISI
Seperti telah disinggung di atas bahwa etiologi TD yang
Tukakpeptik/TP secara anatomis didefinisikan sebagai suahr telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak
defek mukosa/submukosa yar,g berbatas tegas dapat pertahanan mukosa adalah Helicobacter pylori, obat anti
menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa inflamasi non-steroid, asam lambung/pepsin dan faktor-
sehingga dapat terjadi perforasi. Secara klinis, suatu hrkak faktor lingkungan serta kelainan satu atau beberapa faktor
adalah hilangnya epitel superfisial atau lapisan lebih dalam pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.
durgan diameter> 5mmyang dapat diamati secara endoskopis
atau radiologis.
Faktor - faktor Agresif
Pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
terhadap 1615 pasien dengan dispepsia kronik pada Helicohacler pylori, Helicobacter pylori adalah bakteri
Subbagian Gastroenterologi RS Pendidikan di Makassar gram negatifyang dapat hidup dalam suasana asam dalam
ditemukan prevalensi TD sebanyak l4yo,TD danTL 5o/o; lambung/ duodenum (antrum, korpus dan bulbus),
umur terbanyak antara 45-65 tahun dengan kecenderungan berbentuk kuwalS-shaped dengan ukuran panjang sekitar

523
524 GAIITROENTEROI.OGI

3 pm dan diameter 0,5 pm, rriempunyai satu atau lebih flagel terjadi kerusakan pada D sel yang mengeluarkan
pada salah satu ujungnya. Bakteri ini ditularkan secara somatostatin, yaiag fungsinya mengerem produksi
feko-oral atau oral-oral. Di dalam lambung terutama gastrin. Akibat kerusakan sel-sel D, produksi somatostatin
terkonsentrasi dalam antrum, bakteri ini berada pada menurun sehingga produksi gastrin akan meningkatyang
lapisan mukus pada permukaan epitel yang sewaktu-waktu merangsang sel-sel parietal mengeluarkan asam lambung
dapat menembus sel-sel epitel/antar epitel. yang berlebihan. Asam lambung masuk ke dalam
Bila terjadi infeksi H.pylori, maka bakteri ini akan duodenum sehingga keasaman meningkat menyebabkan
melekat pada permukaan epitel dengan bantuan adhesin duodenitis (kronik aktif) yang dapat berlanjut menjadi tukak
sehingga dapat lebih efektif merusak mukosa dengan duodenum.
melepaskan sejumlah zat sehingga terjadi gastritis akut Asam lambung yang tinggi dalam duodenum
yang dapat berlanjut menjadi gastritis kronik aktif atau menimbulkan gastrik metaplasia yang dapat merupakan
duodenitis kronik aktif. Untuk terjadi kelainan selanjutnya tempat hidup H.pylorl dan sekaligus dapat memproduksi
yang lebih berat seperti tukak atau kanker lambung asam sehingga lebih menambah keasaman dalam
ditentukan oleh virulensi H.pylori dan faktor-faktor lain, duodenum. Keasaman yang tinggi akan menekan produksi
baik dari host sendiri,maupun adanya gangguan fisiologis mukus dan bikarbonat, menyebabkan daya tahan mukosa
lambung/duodenum. lebih menurun dan mempermudah terbentuknya tukak
Walaupun infeksi H.pylori mempunyai prevalensi yang duodenum.
tinggi, di mana lebih dari 50o/o penduduk dunia dikatakan Defek/inflamasi pada mukosa yang terjadi pada infeksi
terinfeksi, terutama masyarakat dengan tingkat kesehatan H. pylori
atau akibat OAINS akan memudahkan difusi
lingkungan yang rendah, namun hanya sebagian kecil yang balik asam/pepsin ke dalam mukosa/jaringan sehingga
menunjukkan gejala klinik yang lebih berat seperti TP memperberat kerusakan jaringan. Pada patogenesis TD,
(TD,TL), kanker lambung atau MALT limfoma. maka asam lambung yang berlebihan merupakan faktor
Apabila terjadi infeksi H.pylori, host akan memberi utama terjadinya tukak sedangkan faktor lainnya
respons untuk mengeliminasi/ memusnahkan bakteri ini merupakan faktor pencetus.
melalui mobilisasi sel-sel PMN/ limfosit yang menginfiltrasi
Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS). Obat
mukosa secara intensif dengan mengeluarkan bermacam-
antiinflamasi non-steroid (OAINS) dan asam asetil salisilat
macam mediator inflamasi atau sitokin, seperti
(acethyl salcylic acid: ASlt) merupakan salah satu obat
interleukin 8, gamma interferon alfa, tumor nekrosis factor
yang paling sering digunakan dalam berbagai keperluan,
dan lainJain, yang bersama-sama dengan reaksi imun yang
seperti anti piretik, anti inflamasi, analgetik, antitrombotik
timbul justru akan menyebabkan kerusakan sel-sel epitel
dan kemoprevensi kanker kolorektal. Pemakaian OAINS/
gastroduodepal yar,g lebih parah namun tidak berhasil
mengeliminasi bakteri dan infeksi menja(i kronik.
ASA secara kronik dan r6guler dapat menyebabkan
terjadinya risiko perdarahan gastrointestinal 3 kali lipat
Seperti diketahui bahwa setelah H.pylori berkoloni
secara stabil terutama dalam antrum, maka bakteri ini akan
dibanding yang bukan pemakai. Pada usia lanjut,
penggunaan OAINS/ASA dapat meningkatkan angka
mengeluarkan bermacam-macam sitotoksin yang secara
kematian akibat terjadinya komplikasi berupa perdarahan
langsung dapat merusak epitel mukosa gastroduodenal,
atau perforasi dari rukak.
seperti vacuolating cytotoxin (Vac A gen) yang
menyebabkan vakuolisasi sel-sel epitel, cytotoxin Pemakaian OAINS/ASA bukan hanya dapat
associated gen A lCagA gen). Di samping it:l, H.pylori menyebabkan kerusakan struktural pada gastroduodenal,
juga melepaskan bermacam-macam enzim yang dapat tetapi juga pada usus halus dan usus besar berupa
merusak sel-sel epitel, seperti urease, protease, lipase dan infl amasi, ulserasi atau perforasi.
fosfolipase. Sitotoksin dan enzim-enzim ini paling Patogenesis terjadinya kerusakan mukosa terutama
bertanggung-jawab terhadap kerusakan sel-sel epitel. gastroduodenal penggunaan OAINS/ASA adalah akibat
CagA gen merupakan petanda virulensi H.pylori dan efek toksik/iritasi langsung pada mukosa yang memerangkap
hampir selalu ditemukan pada TP. OAINS/ASA yang bersifat asam sehingga terjadi kerusakan
Urease memecahkan urea dalam lambung menjadi epitel dalam berbagai tingkat, namun yang paling utama
amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan pro- adalah efek OAINS/ASA yang menghambat ke{ a dai enzlm
tease dan fosfolipase ,A.2 menekan sekresi mukus siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat sehingga
menyebabkan daya tahan mukosa menurun, merusak menekan produksi prostaglandin/prostasiklin. Seperti
lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel dan melalui diketahui, prostaglandin endogen sangat berperan/berfungsi
kerusakan sel-sel ini, asam lambung berdifusi balik dalam memelihara keuffian mukosa dengan mengatur aliran
menyebabkan nekrosis yang lebih luas sehingga terbentuk darah mukosa, proliferasi sel-sel epitel, sekresi mukus dan
tukakpeptik. bikorbanat, mengatur fungsi immunosit mukosa serta sekresi
H.pylori yang terkonsentrasi terutama dalam antrum basal asam lambung.
menyebabkat antrum predominant gastritis sehingga Sampai saat ini dikenal2 jenis isoenzim siklooksigenase
TI.'XAKDUODENI,'M 525

(COX) yaitu COX- I dan COX-2. prevalensi tukak duodenum meningkat seperti sindrom
. COX-I ditemukanterutamadalam gastrointestinal,juga Zollinger Elison, mastositosis sistemik, penyakit Chron
dalam ginjal, endotelin, otak dan trombosit; dan berperan dan hiperparatiroidisme. d). Faktor genetik.
penting dalam pembentukan prostaglandin dari asam
arakidonat. COX-I merupakan house-heeping dalam
saluran cerna gastrointestinal. FAKTOR.FAKTOR DEFENSIF
. COX-2 ditemukan dalam otak dan ginjal, yang juga
bertanggung jawab dalam respons infl amasi/injuri. Apabila terjadi gangguan satu atau beberapa dari faktor
pertahanan mukosa, maka daya tahan mukosa akan
Kerusakan mukosa akibat hambatan produksi menurun sehingga mudah dirusak oleh faktor agresifyang
prostaglandin pada penggunaan OAINS/ASA melalui 4 menyebabkan terj adinya TD/TP.
tahap, yaitu : menurunnya sekresi mukus dan bikarbonat,
Ada 3 faktor pertahanan yang berfungsi memelihara
terganggunya sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa, daya tahan mukosa gastroduodenal, yaittr :
berkurangnya aliran darah mukosa dan kerusakan a) Faktorpreepitel terdiridari :
mikrovaskular yang diperberat oleh keq'a sama platelet dan . mukus dan bikarbonal yang berguna untuk
mekanisme koagulasi.
menahan pengaruh asam lambung / pepsin.
Endotel vaskular secara terus-menerus menghasilkan . Mucoid cap,yaiht suatu struktur yang terdiri dari
vasodilator prostaglandin E danI, yang apabila terjadi mukus dan fibrin, yang terbentuk sebagai respons
gangguan atau hambatan (COX-l) akan timbul terhadap rangsangan infl amasi.
vasokonstriksi sehingga aliran darah menurun yang . Active surfoce phospholipid yang berperan untuk
menyebabkan nekrose epitel. meningkatkan hidrofobisitas membran sel dan
Hambatan COX-2 menyebabkan peningkatan meningkatkan viskositas mukus.
perlekatan leukosit PMN pada endotel vaskular b) Faktor epitel
gastroduodenal dan mesenterik, dimulai dengan pelepasan . kecepatan perbaikan mukosa yang rusak, di mana
protease, radikal bebas oksigen sehingga memperberat terjadi migrasi sel-sel yang sehat ke daerah yang
kerusakan epitel dan endotel. Perlekatan leukosit PMN rusak untuk perbaikan
menimbulkan statis aliran mikrovaskular, iskemia dan . pertahanan selular, yaitu kemampuan untuk
berakhir dengan kerusakan mukosa./tukak peptik. memelihara electrical gradient dan mencegah
Titik sentral kerusakan mukosa gastroduodenal pada pengasaman sel.
penggunaan OAINS/ASA berada pada kerusakan . kemampuan transporter asam-basa untuk
mikrovaskular yang merupakan kerja sama antara COX-1 mengangkut bikarbonat ke dalam lapisan mukus dan
danCOX-2. jaringan subepitel dan untuk mendorong asam
Beberapa faktor risiko yang memudahkan terjadinyaTDl keluarjaringan.
tukak peptik pada penggunaan OANS adalah: . faktor perhrmbuhan, prostaglandin dan nitrit oksida.
. umur tua (> 60 tahun) c) Faktor subepitel
. riwayat tentang adanya tukak peptik sebelumnya . aliran darah (mikrosirkulasi) yang berperan meng-
. dispepsia kronik angkut nutrisi, oksigen dan bikarbonat ke epitel sel.
. intoleransi terhadap penggunaan OAINS sebelumnya . Prostaglandin endogen menekan perlekatan dan
. jenis, dosis dan lamanya penggunaan OAINS ekstravasasi leukosit yang merangsang reaksi
. penggun€un secara bersamaan dengan kortikosteroid, inflamasi jaringan.
antikoagulan dan penggunaan 2 j enis OAINS bersamiuul
. penyakit penyerta lainnya yang diderita oleh pemakai
OAINS GAMBARAN KLINIS
Penting untuk diketahui bahwa tukak peptik yang
terjadi pada penggunaan OAINS, sering tidak bergejala Gambaran klinik TD sebagai salah satu bentuk dispepsia
dan baru dapat diketahui setelah terjadi komplikasi organik adalah sindrom dispepsia, berupa nyeri dan atau
seperti perdarahan atau perforasi saluran cerna. rasa tidak nyarnan (discomfort) pada epigastrium.

Beberapa faktor lingkungan atau penyakit lain yang Anamnesis. Gejala-gejala TD memiliki periode remisi dan
dapat merypakan faktor risiko terjadinya tukak duodenum, eksaserbasi, menjadi tenang berminggu-minggu- berbulan-
yaitu: a). merokok (tembakau, sigaret) meningkatkan bulan dan kemudian te{adi eksaserbasi beberapa minggu
kerentanan terhadap infeksi H. py I o r i dengat menwunkan merupakan gejala khas.
faktor pertahanan dan menciptakan miliu yang sesuai untuk Nyeri epigastrium merupakan gejala yang paling
H.pylori.b). faktor stres, malnutrisi, makanan tinggi garam, dominan, walaupun sensitivitas dan spesifitasnya sebagai
defisiensi vitamin. c). beberapa penyakit tertentu di mana marker adanya ulserasi mukosa rendah.
526 GASTROENTEROI.OGI

Nyeri seperti rasa terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit/ KOMPLIKASI
tidak nyaman yang mengganggu dan tidak terlokalisasi;
biasanya terjadi setelah 90 menit -3 jam post prandial dan Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya adalah:
nyeri dapat berkurang sementara sesudah makan, minum . Perdarahan: hematemesis/melena dengan tanda syok
susu atau minum antasida. Hal ini menunjukkan adanya apabila perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi
peranan asam lambung/pepsin dalam patogenesis TD. yang kronik menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Nyeri yang spesifftpada T5YopasienTD adalah nyeri . Perforasi: nyeri perut menyeluruh sebagai tanda
yang timbul dini hari, antara tengah malam dan jam 3 dini peritonitis
hari yang dapat membangunkan pasien. . Penetrasi tukak yang mengenai pankreas: timbul nyeri
Pada TD, nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke tiba-tiba tembus kebelakang.
punggung perlu diwaspadai adanya penetrasi tukak ke . Gastric outlet obstructionblla ditemukan gejala mual
pankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan menetap dan muntah, perut kembung dan adanya suara deburan
mengenai seluruh perut perlu dicurigai suatu perforasi (succusion spalsh) sebagai tanda retensi cairan dan
Pada TP umuflrnya, apabila gejala mual dan muntah udara, dan berat badan menurun.
timbul secara perlahan tetapi menetap, maka kemungkinan . Keganasan dalam duodenum (walaupunjarang).
terjadi komplikasi obstruksi pada outlet.
Sepuluh persen dari TP (TD), khususnya yang
disebabkan OAINS menimbulkan komplikasi (perdarahan/ TATALAKSANA
perforasi) tanpa adanya keluhan nyeri sebelumnya
sehingga anamnesis mengenai penggunaan OANS perlu Pada umumnya manajemen atau pengobatan tukak peptik/
ditanyakan pada pasien. TD dilakukan secara medikamentosa, sedangkat cara
Tinja berwarna seperti ter (melena) harus diwaspadai pembedahan dilakukan apabila terjadi komplikasi seperti
sebagai suatu perdarahan tukak. perforasi, obstruksi dan perdarahanyang tidak dapat
Pada dispepsia kronik, sebagai pedoman untuk diatasi.
membedakan antara dispepsia fungsional dan dispepsia Tujuan dari pengobatan adalah : 1).
organik seperti TD, yaitu pada TD dapat ditemukan gejala menghilangkan gejala-gejala terutama nyeri epigastrium,
peringatan (alarm symptom) antara lain berupa: 2). mempercepat penyembuhan tukak secara sempurna,
. umur>45-50 tahun keluhanmunculpertamakali 3). mencegah terjadinya komplikasi, 4). mencegah
. adanya perdarahan hematemesis/ melena terj adinya kekambuhan.
. BBmenurun> 10oZ
. anoreksia./ rasa cepat kenyang
. Penggunaan Obat-obatan
riwayat tukak peptik sebelumnya
. muntah yang persisten TD a,l<tbat H.pylori. Untuk mencapai tujuan terapi, maka
. anemia yang tidak diketahui sebabnya eradikasi H.pylori merupakan tujuan utama. Walaupun
antibiotik mungkin cukup untuk terapi TD dengan
Pemeriksaan fisis. Tidak banyak tanda fisik yang dapat
ditemukan H.pylori, namun kombinasi dengan
ditemukan selain kemungkinan adanya nyeri palpasi epi-
Penghambat pompa proton (PPI) dengan 2 jenis antibiotik
gastrium, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.
Qriple therapy) merupakan cara terapi terbaik.
Kombinasi tersebut adalah :
a. PPI 2xl(tergantungmgpreparatyarg
DIAGNOSIS dipakai)
amoksisilin 2xl g/rrai
Diagnosis pasti tukak duodenum dilakukan dengan klaritromisin 2x500mg
pemeriksaan endoskopi saluran cema bagian atas dan
b. PPI 2xl
sekaligus dilakukan biopsi lambung untuk deteksi H.pylori
amoksisilin 2xl glhai
atau dengan pemeriksaan foto barium kontras ganda.
metronidazol 2x500mg
c. PPI 2xl
klaritromisin 2x500mglhai
DIAGNOSIS BANDING metronidazol 2x500mg
Masing-masing diberikan selama 7-10 hari.
. Dispepsia non ulkus
. Tukaklambung Jenis-jenis preparat dan kemasan PPI yang ada:
. Penyakitpankreatobilier Omeprazol 20m9, rabeprazol 10mg, pantoprazol 40mg,
. Penyakit Chron's pada gastroduodenal larvoprazol 30mg dan esom eprazol 20 I 40m9.
. Tumor saluran cerna bagian atas H.pylori disertai penggunaan OAINS. Eradkasi H.pylori
TI,'KAKDUODENI,'M 527

sebagai tindakan utamatetap dilakukan dan bila mungkin - cimetidin 2x40Omglhaiatau lx800mgpadamalam
OAINS dihentikan, atau diganti dengan OAINS spesifik hari
COX-Z inhibitor yang mempunyai efek merugikan lebih - ranitidin diberikan 300mg sebelum tidur malam atau
kecil pada gastroduodenal. Walaupun harus 2xl50mglhxr
diperhitungkan efek samping COX -2 inhibitor pada - famotidin diberikan 40mg sebelum tidur malam atau
jantung 2x20mglhan.
Penyembuhan akan tetap sama pada TP kawa H.pylori Masing-masing diberikan selama 8-12 minggu dengan
sendiri atau bersama-sama dengan OAINS yaitu dengan penyembuhan sekitar 90%.
menggunakan PPI untuk meningkatkan pH lambung di . Proton Pump Inhibitor (PP!. Merupakan obat pilihan
atas 4. Penggunaan OAINS terus-menerus setelah eradikasi untukPTP, diberikan sekali sehari sebelum sarapanpagi
H.pylori perlu diberikan PPI sebagai upaya pencegahan atau jika perlu 2 kali sehari sebelum makan pagi dan
terj adinya komplikasi. makan malam, selama 4 minggu dengan tingkat
penyembuhan di atas 90%o.
TD akibat OAINS. Penggunaan OAINS terutama yang
Obat lain seperti sukralfat 2l gr sehari, atau 4x 1 gr sehari
memblokir kerja COX-I akan meningkatkan kelainan
berfungsi menutup permukaan tukak sehingga
struktural gastroduodenal. Oleh karena itu penggunaan
menghindari iritasi/pengaruh asam-pepsin dan garam
OAINS pada pasien-pasien dengan kelainan
empedu; dan di samping itu mempunyai efek tropik.
muskuloskeletal yang lama harus disertai dengan obat-
obat yang dapat menekan produksi asam lambung seperti
reseptor antagonis H2 (HrRA) atau PPI dan diupayakan Diet
pH lambung di atas 4 atat dengan menggunakan obat Walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap
sintetik prostaglandin (misoprostol 200 pglharl) sebagai berbagai bentuk diet yang dipakai pada masa lalu, namun
sitoprotektif apabila penggunaan OAINS tidak dapat pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada tukak
dihentikan. yang aktif perlu dilakukan
Pencegahan/meminimalkan efek samping OAIN, yaitu: Makan dalamjumlah sedikit dan lebih sering,lebihbaik
. jika mungkin menghentikan pemakaian OAINS, daripada makan yang sekaligus kenyang.
walaupun biasanya tidak memungkinkan pada penyakit Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran
artritis seperti osteoartritis (OA), reumatoid arfitis (RA). asam lambung/ pepsin, makanan yang merangsang
. penggunaan preparat OAINS (prodrug, OAINS terikat timbulnya nyeri dan zat-zat lain yang dapat mengganggu
pada bahan lain seperti nitrit oxide Q{Ol) pertahanan mukosa gastroduodenal.
. pemberian obat spesifik COX-2 inhibitor walaupun hal
ini tidak 100% mencegah efek samping pada
gastroduodenal REFERENSI
. pemberian obat secara bersamaan dengan pemberian
OAINS seperti H2RA, PPI atau prostaglandin Bebb J, James MW, Atheron J. Gastritis and peptic ulcer, medicine
international far east edition. Gastroenterol. 2003 ;3(l): 1 3-6.
TD non-Il.pylori non-OAINS. Pada TD yang hanya Carroll M, Li B UK. (2004) Peptic ulcer disease. In: Liacouras CA,
disebabkan oleh peningkatan asam lambung, maka terapi Konop R, Li B UK et al, editors. Available from URL: http://
dilakukan dengan memberikan obat yang dapat www.emedicine.com./ gastroenterology.
menetralisir asam lambung dalam lumen atau obat yang Chey WD, Scheiman JM. Peptic ulcer disease. Lange current diag-
menekan produksi asam lambung dan yang terbaik adalah nosis & treatment in gastroenterology. 2"d edition. In:
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Large medical
PPI.
books. New York: McGraw-Hill; 2003. p.323-41.
. Antasida. Obat ini dapat menyembuhakan tukak namun Del Valle J. Peptic ulcer disease and related disorders. Harrison's
dosis biasanya lebih tinggi dan digunakan dalamjangka principles of intemal medicine. In: Kasper DL, Braunwald E,
waktu lebih lama dan lebih sering (tujuh kali sehari Fauci AS, et al, editors. 16'h edition. New York: McGraw-Hill
dengan dosis total 1008 mEq/hari) dengan komplikasi Inc.; 2005. p.1746-62.
diare yang mungkin terjadi. Dari penelitian lain dimana Devlin SM, Meddings J. (2004) Duodenal ulcer. In: Qureshi WA,
antasida sebagai obat untuk menetralisir asam, cukup Talavera F, Anand BS, et al, editors. Available from IIRL : http:/
/www.emedicine.com,/ gastroenterology.
diberikan 120-240 n,Bqlhari dalam dosis terbagi.
Foral PA, Nystrom KK, Wilson A-F, et al. (2003). Gastrointestinal-
. H2 Receptor Antagonist (H2RA). Obat ini berperan related adverse effects of COX-2 inhibitors. Available from URL:
menghambat pengaruh histamin sebagai mediator untuk http://www.ttmed.com/ gastroenterology.
sekresi asam melalui reseptor histamin-2 pada sel Goh KL. Pathogenesis and mangement of peptic ricer by Helicobacter
parietal, tetapi kurang berpengaruh terhadap sekresi pylori. lnternational symposium on dyspepsia, Bali Indonesia
asam melalui pengaruh kolinergik atau gastrin 2002. Available froni URL : http://www.ttmed.com/
postprandial. Beberapa jenis preparat yang dapat gasto- enterology_asian pacific.
Hawkey CJ (2002). NSAIDs and gut damage. Available from URL:
digunakan seperti:
528 GAIIIROENTEROI.OGI

http://www.ttmed.comi gastroenterology.
Modlin IM, Sachs G. Gastric and duodenal ulcer. In: Schnetztor,
Verlag GmbH D, Konstanz M, editors. Acid related disease
biology and treatment. 1998. p. 197-264.
Modlin IM, Sachs G. Helicobacter pylori. In: Schnetztor, Verlag
GmbH D, Konstanz M, editors. Acid related disease biology and
treatment. 1998. p. 315-65.
Soll AH. (2002) Clinical manifestations of peptic ulcer disease.
Available from URL : http://wmtr.uptodate.com/ gastroenterol-
ogy.
Soll AH. (2002) Overview of the natural history and treatment of
peptic ulcer disease. Available from URL: http://wrilw.uptodate.cor/
gastroenterology.
Tarnawski AS. (2003) Gene therapy for ulceration of the
gastrointestinal tract. Available from URL: http:l
www.ttmed. com/gastroenterology.
83
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Dharmika Djojoningrat

LATARBEI-AKANG Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu


tertentu dapat dialami oleh seseorang. Berdasarkan
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering penelitian pada populasi umum didapatkan bahwal5-30o/o
dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. Diperkirakan orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa
bahwa hampir 30 % kasus pada praktek umum dan 60%o hari. Dari data pustaka Negara Barat didapatkan angka
pada praktek gastroenterologist merupakan kasus prevalensinya berkisar 7-4loh, tapi hanya l0-20%o yang
dispepsia ini. Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan akan mencari pertolongan medis 1. Angka insiden dispepsia
sejak akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan diprakirakan ant ara l-8o/o. Belum ada data epidemiologi di
atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau Indonesia.
rasatidaknyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, Secara garis besar, penyebab sindrom dispepsia ini
cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit
dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindroma atau organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung
keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai empedu dll) dan kelompok di mana sarana penunjang
penyakit, tentunya termasuk pula penyakit pada lambung, diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi,
yang diasumsikan oleh orang awam sebagai penyakit endoskopi, laboratorium) tidak dapat memperlihatkan
maagllambung. Penyakit hepato-pancreato-bilier adanya gangguan patologis struktural atau biokimiawi.
(hepatitis, pankreatitis kronik, kolesistitis kronik dll ) Atau dengan kata lain, kelompok terakhir ini disebut
merupakan penyakit tersering setelah penyakit yang sebagai gangguan fungsional.
melibatkan gangguan patologik pada esogafo-gastro-
duodenal (tukak peptik, gastritis dll ) . Beberapa penyakit
diluar sistem gastrointestinal dapat pula bermanifest dalam DEFINISI
bentuk sindrom dispepsia, seperti yang cukup kita harus
waspadai adalah gangguan kardiak ( inferior iskemia/infark Dalam referensi, cukup banyak definisi untuk dispepsia.
miokard), penyakit tiroid, obat-obatan dan sebagainya Misalnya istilah ini dikaitkan dengan keluhan yang
berhubungan dengan makan, atau keluhan yang oleh
pasien mataupun dokternya dikaitkan dengan gangguan
Esofago-gastro- Tukak peptik, gastritis kronis, gastritis saluran cema bagian atas. Dalam konsensus Roma II tahun
duodenal NSAID, keganasan 2000, disepakati bahwa definisi dispepsia sebagai berikut;
Obat-obatan Antiinflamasi non-steroid, teofilin, digitalis, Dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the
antibiotik
Hepato-bilier Hepatitis, kolesistitis, kolelitiasis, keganasan,
upper abdomen. Formtlasi keluhan nyeri atau tidak
disfungsi sfingter Odii nyaman menjadi suatu yang relatif, terlebih lagi bila
Pankreas Pankreatitis, keganasan diekspresikan dalam bahasa yarrg berbeda. Jadi disini
Penyakii sistemik Diabetes melitus, penyakit tiroid, gagal diperlukan sekali komunikasi yang baik dalam anamnesis
lain ginjal, kehamilan, penyakit jantung
sehingga seorang dokter dapat menangkap apa yang
koroneriiskemik
Gangguan Dispepsia fungsional, iritable bowel dirasakan pasien dan mempunyai persepsi yang relatif
fungsional syndrome
sama. Dalam definisi, lamanya keluhan tidak ditetapkan.

529
530 GASTROENTEROIIrcI

Hanya tentunya untuk keperluan suatu penelitian hal ini syndrome. Ketiga penyakit ini mempunyai kecenderung
perlu ditetapkan. gejala yang tumpang tindih sehingga perlu dicermati
Seperti dikemukakan diatas bahwa kasus dispepsia (terutama dalam anamnesis ), karena akan berdampakpada
setelah eksplorasi penunjang diagnostik, akan terbukti pengobatan yang berbeda.
apakah disebabkan gangguan patologis organik atau
bersifat fungsional. Dalam konsensus Roma III (tahun
2006) yatg khusus membicarakan tentang kelainan
PATOF!SIOLOGI
gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional
didefinisikan sebagai; Berbagai hipotesis mekanisme telah diajukan untuk
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah menerangkan patogenesis te{adinya gangguan ini. Proses
makan, cepat kenyang, nyeri ulu hatilepigaskik, rasa patofi siologik yang paling banyak dibicarakan dan potensiel
terbakar di epi gastrium. berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah;
2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk Hipotesis asam lambung dan inflamasi, hipotesis gangguan
didalamnya pemeriksaan endoskopi saluran cerna motorik, hipotesis hipersensitivitas viseral, serta hipotesis
bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab tentang adanya gangguan psikologik atau psikiatrik.
keluhan tersebut.
3. Keluhan ini te{adi selama 3 bulan dalam wakhr 6 bulan
terakhir sebelum diagnosis ditegakkan. SekresiAsam Lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai
Jadi disini ada batasan waktu yang ditujukan untuk
tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun
meminimalisasikan kemungkinan adanya penyebab
dengan stimulasi pentagastrin, yatg rata-rata normal.
organik. Seperti dalam algoritme penanganan dispepsia,
Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung
bahwa bila ada alarm symploms seperti penurunan berat
terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak diperut.
badan, timbulnya anemia, melena, muntah yang prominen,
maka merupakan petunjuk awal akan kemungkinan adanya
penyebab organik yang membutuhkan pemeriksaan H e I i c o b a cte r py I o ri (Hpl
penunjang diagnostik secara lebih intensif seperti Peran infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia
endoskopi dan sebagainya. fungsional belum sepenuhnya dimengerti dan diterima.
Dalam usaha untuk mencoba kearah praktis Dari berbagai laporan kekerapan Hp pada dispepsia
pengobatan, dispepsia fungsional
ini dibagi menjadi 3 fungsional sekitar 50%o dan tidak berbeda bermakna
kelompok yaitu; dengan angka kekerapan Hp pada kelompok orang sehat.
1. Dispepsia tipe seperti ulkus, dimana yang lebih Memang mulai ada kecenderungan untuk melakukan
dominan adalah nyeri epigastrik. eradikasi Hp pada dispepsia fungsional dengan Hp positif
2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas, dimana yang lebih yang gagal dengan pengobatan konservatif baku.
dominan adalahkeluhankembung, mual , muntah, rasa
penuh, cepat kenyang.
Dismotilitas Gastrointestinal
3. Dispepsia tipe non-spesifik, dimana tidak ada keluhan
Berbagai studi melaporkan bahwa pada dispepsia
yang dominan.
fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung,
Sebelum era konsensus Roma II, ada dispepsia tipe adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus),
refluks dalam alur penanganan dispepsia. Tapi saat ini gar,qgloan akomodasi lambung waktu makan, disritmia
kasus dengan keluhan tipikal refluks, seperti adarrya heart- gaster dan hipersensitivitas viseral. Salah satu dari keadaan
burn atau regurgitasi, langsung dimasukkan dalam alur / ini dapat ditemukan pada setengah sampai duapertiga
algoritme penyakit gastroesophageal reflux disease. Hal kasus dispepsia fungsional. Perlambatan pengosongan
ini disebabkan oleh sensitivitas dan spesivitas keluhan lambung terjadi pada 25-80o% kasus dispepsia fungsional ,
itu yang tinggi untuk adanya proses refluks tetapi tidak ada korelasi antara beratnya keluhan dengan
gastroesofageal. derajat perlambatan pengosongan lambung. Pemeriksaan
manometri antro-duodenal mrmperlihatkan adanya
abnormalitas dalam bentuk post antral hipomotilitas
SINDROMA TUMPANG TINDIH (OVERLAP prandial, disamping juga ditemukannya disfungsi motorik
SyNDROMES) usus halus. Perbedaan patofisiologi ini diduga yang
mendasari perbedaan pola keluhan dan akan
Hal ini mencuat menjadi penting dalam klinis praktis, karena mempengaruhi pola pikir pengobatanyang akan diambil.
adanya keluhan yang tumpang tindih antara kasus Pada kasus dispepsia fungsional yang mengalami
dispepsia, kasus refluks gastroesofageal (keduanya berasal perlambatan pengosongan lambung berkorelasi dengan
dari saluran cema bagian atas ) dan kasus irritable bowel keluhan mual, muntah dan rasa penuh di ulu hati.
DISPEFSIAFUNGSIONAL
531

Sedangkan kasus dengan hipersensitivitas terhadap Psikologis


distensi lambung biasanya kan mengeluh nyeri, sendawa Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi
dan adanya penurunan berat badan. Rasa cepat kenyang gastrointestinal dan mencetuskan keluhan pada orang sehat.
ditemukan pada kasus yang mengalami gangguan Dilaporkan adanya adanya penr.runan kontraktilitas lambung
akomodasi lambung waktu tnakan 11. Pada keadaan yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres
normal, waktu makanan masuk lambung terjadi relaksasi sentral. Tapi korelasi antara faktor psikologik stres
fundus dan korpus gaster tanpa meningkatkan tekanan kehidupan, fungsi otonom dan motilitas tetap masih
dalam lambung. Dilaporkan bahwa pada penderita kontroversial. Tidak didapatkan personaliti yang
dispepsia fungsional terjadi penurunan kemampuan karakteristik untuk kelompok dispepsia fungsional ini
relaksasi fundus postprandialpada400/o kasus 14. Konsep dibandingkan kelompok kontrol. S/alaupun dilaporkan dalam
ini yang mendasari adanya pembagian sub grup dispepsia studi terbatas adanya kecenderungan pada pada kasus
fungsional menjadi tipe dismotilitas, tipe seperti ulkus dan dispepsia fungsional terdapat masa kecil yang tidak bahagia,
tlpe campuran. adanya sexual abuse, atau adanya gangguan psikiatrik.

Ambang Rangsang Persepsi


GAMBARAN KLINIS
Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk
reseptor kimiawi, reseptor mekanik dan no ciceptor. Dalam
Karena bervariasinya jenis keluhan dan kuantitas/
studi tampaknya kasus dispepsia ini mempunyai
kualitasnya pada setiap pasien, maka banyak disarankan
hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster
untuk mengklasifikasi dispepsia fungsional menjadi
atau duodenum. Bagaimana mekanismenya, masih belum
beberapa subgrup didasarkan pada keluhan yang paling
dipahami. Penelitian dengan menggunakan balon
mencolok atau dominan.
intragastrik didapatkan hasil bahwa 50% populasi . Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai nyeri pada
dispepsia fungsional sudah timbul rasa nyeri atau tidak
malam hari dikategorikan sebagai dispepsia fungsional
nyaman diperut pada inflasi balon dengan volume yang
tipe seperti ulkus ( ulcer like $tspepsia)
lebih rendah dibandingkan volume yang menimbulkan rasa . Bilakembung, mual, cepatkenyangmerupakankeluhan
nyeri pada populasi kontrol .
yang paling sering dikemukakan, dikategorikan sebagai
dispepsia fungsional tipe seperti dismotilitas
DisfungsiAutonom (dismotility like dyspepsia )
Disfungsi persyarafan vagal diduga berperan dalam . Bila tidak ada keluhan yang bersifat dominan'
hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dispepsia dikategorikan sebagai dispepsia non-spesifik.
fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan
Perlu ditekankan bahwa pengelompokan tersebut
dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung waktu
hanya untuk mempermudah diperoleh gambaran klinis
menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan
pasien yang kita hadapi serta pemilihan alternatif
akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang .
pengobatan awalnya.

Aktivitas Mioelektrik Lambung


Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan PENUNJANG DIAGNOSTIK
elektrogastrografi berupa tachygastria, bradygastria pada
lebih kurang 40% kasus dispepsia fungsional, tapi hal ini Pada dasarnya langkah pemeriksaan penunjang diagnostik
bersifat inkonsisten. adalah untuk mengeksklusi gangguan organik atau
biokimiawi. Pemeriksaan laboratorium (gula darah, fungsi
Hormonal tiroid, fungsi pankreas dsb ), radiologi (barium meal, USG)
Peran hormonal belum jelas dalam patogenesis dispepsia dan endoskopi merupakan langkah yang paling penting
fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon untuk eksklusi penyebab organik ataupun biokimiawi.
motilin yang menyebabkan gangguan motilitas Untuk menilai patofisiologinya, dalam rangka mencari dasar
antroduodenal. Dalam beberapa percobaan , progesteron, terapi yang lebih kausatif, berbagai pemeriksan dapat
estradiol dan prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot dilakukan, walaupun aplikasi klinisnya tidakjarang dinilai
polos daq memperlambat waktu transit gastrointestinal. masih kontroversi. Misalnya pemeriksaan pH-metri untuk
menilai tingkat sekresi asam lambung, manometri untuk
Diet dan faktor lingkungan menilai adanya gangguan fase III Migrating Motor
C ompl ex, elektrogastrografi, skintigrafr atat penggunaan
Adanya intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi
pada kasus dispepsia fungsional dibandingkan kasus pellet radioopak untuk mengukur waktu pengosongan
kontrol. lambung, Helicobacter pylori dan sebagainya.
532 GAIITROENTEROI.OGI

TERAPI gastroesofageal yang tidak terdeteksi. Respons terbaik


terlihat pada kelompok dispepsia fungsional tipe seperti
Pendekatan umum ulkus.
Luasnya lingkup menejemen pada kasus dispepsia
fungsional menggambarkan bahwa adanya ketidakpastian Sitoproteksi
dalam patogenesisnya. Adanya respon plasebo yang Obat ini, misalnya misoprostol, sukralfat, tidak banyak
tinggi (sekitar 45%) mempersulit untuk mencari regimen studinya unhrk memperoleh kemanfaatan yang dapat dinilai.
pengobatan yang lebih pasti.
Penjelasan dan reassurance kepada pasien mengenai
Prokinetik
latar belakang keluhan yang dialaminya, merupakan
Termasuk golongan ini adalah metoklopramid (antagonis
langkah awal yang penting. Buat diagnosis klinik dan
reseptor dopamin D2), domperidon (antagonis reseptor
evaluasi bahwa tidak ada penyakit serius atau fatalyatg
D2 yang tidak melewati sawar otak ) dan cisapride (agonis
mengancarnnya. Coba jelaskan sejauh mungkin tentang
reseptor 5-HT4). Dalam berbagai studi metaanalisis, baik
patogenesis penyakit yang dideritanya. Evaluasi latar
domperidon dan cisapride mempunyai efektivitas yangbaik
belakang faktor psikologis. Nasehat untuk menghindari
dibandingkan plasebo dalam mengurangi nyeri epigashik,
makanan yang dapat mencetuskan serangan keluhan.
cepat kenyang, distensi abdomen dan mual .
Sistem rujukan yang baik akan berdampak positif bagi
perjalanan penyakit pada kasus dispepsia fungsional.
Metoklopramid yang tampaknya cukup bermanfaat
pada dispepsia fungsional, tapi terbatas studinya dan
hambatan efek samping ekstrapiramid al-nya.
Dietetik Cisapride tergolong agonist reseptor 5-HT4 dan
Tidak ada dietetik baku yang menghasilkan penyembuhan antagonis 5-HT3, yang s ecarametaanalisis memperlihat kan
keluhan secara bermakna. Prinsip dasar menghindari angka keberhasilan dua kali lipat dibandingkan plasebo.
makanan pencefus serangan merupakan pegangan yang Beraksi pada pengosongan lambung dan disritmia
lebih bermanfaat. Makanan yang merangsang, seperti lambung. Masalah saat ini adalah setelah diketahuinya
pedas, asam, tinggi lemak, kopi sebaiknya dipakai sebagai efek sampingnya pada aritmia jantung, terutama
pegangan umum secara proporsional danjangan sampai perpanj angan masa Q-l sehingga pemakaianny a berada
menurunkan/mempengaruhi kualitas hidup penderita. Bila dalam pengawasan .
keluhan cepat kenyang, dapat dianjurkan untuk makan
porsi kecil tapi sering dan rendah lemak.
Obat Lain-lain
Adanya konsep peran hipersensitivitas viseral dalam
MEDIKAMENTOSIS patogenesis dispesia fungsional, membuka peran obat-
obatan yang bermanfaat dalarn menghilangkan persepsi
rasa nyeri. Dalam be6erapa penelitian, dosis rendah
Antasid antidepresair golongan trisiklik dilaporkan dapat
Antasid merupakan obat yang paling umum di konsumsi menurunkan keluhan dispepsia terutama nyeri abdomen.
oleh penderita dispepsia, tapi dalam studi metaanalisis, Kappa agonist fedotoxine dapat menurunkan
obat ini tidak lebih unggul dibandingkan plasebo. hipersensitivitas lambung dalam studi pada volunteer serta
pada beberapa studi dapat menurunkan keluhan pada
Penyekat H2 reseptor kasus dispepsia fungsional , walaupun manfaat kliniknya
Obat ini juga umum diberikan pada penderita dispepsia. masih dipertanyakan. Obat golongan agonis 5-HTl
Dari data studi acak ganda tersamar, didapatkan hasil yang (sumatriptan dan buspiron ) dapat memperbaiki akomodasi
kontrovesi. Sebagian gagal memperlihatkan manfaatrtya lambung dan memperbaiki keluhan rasa cepat kenyang
pada dispepsia fungsional, dan sebagian lagi berhasil. setelah makan.
Secara meta-analisis diperkirakan manfaat terapirlya 20o/o
diatas plasebo. Masalah pokok adalah kriteria inklusi pada Psikoterapi
berbagai penelitian, danjuga kemungkinan masuknya kasus Dalam beberapa studi terbatas, tampaknya behavioral
penyakit refluks gastroesofageal. Umumnya manfaatnya t h er ap y memperlihatkan man faatny a p ada kasus disp ep s ia
ditujukan r.rntuk menghilangkan rasa nyeri ulu hati. fungsional dibandingkan terapi baku.

Penghambat pompa proton


Obat ini tampaknya cukup superior dibandingkanplasebo PROGNOSIS
pada dispepsia fungsional, walaupun pada banyak studi
secara tidak sengaja juga terlibat kasus penyakit refluks Dispepsia fungsional yang ditegakkan setelah
DISPEPSIAFUNGSIONAL
s33

pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat, mempunyai Magelada JR. Manometric evaluation of functional upper gut
symptoms.Gastroenterology I 985;88: 1223
prognosis yang baik.
Tack J. Role of impaired gastric accomaodation to a meal in
functional dyspepsia. Gastroenterology 1998;1 15:1346
Mayer EA. Basic and clinical aspect of visceral hyperalgesia.
RINGKASAN Gastroenterolo gy 1994;107 :27 1 -93
Tack J. Symptoms associated with hypersensitivity to gastric
Diagnosis dispepsia fungsional didasarkan pada keluhan/ distention in functional dyspepsia. Gastroenterolgy
simptom/sindroma dispepsi a dimana pada pemeriksaan 2001;l2l:526
Talley NJ. Non ulcer dyspepsia. In. Yamada T ed. Textbook of
penunjang baku dapat disingkirkan kausa organiki
Gastroenterology.Philadephia: JB Lippincot Company; 1995.
biokimiawi, sehingga masuk dalam kelompok penyakit t446-55
gastrointestinal fungsional . Mempunyai patofisiologi Parkman HP. Electrogastrography and gastric emptying
yang kompleks dan multifaktorial, dimana tampaknya scintigraphy are complementary for assessment of dyspepsia.
berbasiskan gangguan pada motilitas atau hipersensitivitas J Clin Gastroenterol 1997;24:214
viseral. Modalitas pengobatannyapun menjadi luas, Greydanus MP. Neurohormonal factors in functional
berdasarkan komplesitas patogenesisnya, serta lebih dyspepsia. Gastroenterology 1991;100:131 1-18
Camilleri M. gastric and autonomic responses to stress in functional
kearah hanya menurunkan/menghilangkan simptom.
dyspepsia. Dig Dis Sci 1986;31:1169-77
Pilihan pengobatan berdasarkan pengelompokan gejala Talley NJ. Functional Gastroduodenal disorder' In. Drossmann DA
utama dapat dianjurkan, walaupun masih dapat ed. The functional GI Disorders. Virginia: Degnon
diperdebatkan manfaatnya. Associated;200 0 :299 -327
Camilleri M. gastric and autonomic responses to stress in
functional dyspepsia. Dig Dis Sci 1986;31:1169-77
Mearin f. Placebo in functional dyspepsia ; symptomatic,
REFERENSI
gastrointestinal motor, and gastric sensorial responses' Am j
gastroenterol 1999 ;9 4;l 16.
Talley NJ. Dyspepsia and dyspepsia subgtoup: a population based
Nyren O. Absence of therapeutic benefit from antacid or cimetidine
study. Gastroenterology 1992;1O2:1259-6't
on non ulcer dyspepsia. N Engl J Med 1986;314:339-42
Drossman DA, Rome II. The functional Gastrointestinal Elta GH. Comarison of coffee intake and coffee induced
Disorders Diagnosis, pathophysiology and treatment:A multi-
symptoms in patients with duodenal ulcer, nonulcer dyspepsia
national consensus. Degnon Associated . Virginia. 2000.
and normal controls. Am j gastroenterol 1990;85:1339
Tack J, Talley NJ, Camilleri M et al. Functionale Gastroduodenale
Nyren O. Absence of therapeutic benefit from antacid or cimetidine
disorders. Gastroenterology 2006;130:1466.
on non ulcer dyspepsia. N Engl J Med 1986;314:339-42
Talley NJ. Dyspepsia and dyspepsia subgroups; a population based
Dobrilla G. Drug treatment of functional dyspepsia; meta analysis
study. Gastroenterology 1992;102:1259 -68
of randomized controlled clinical trials. J Clin Gastroenterol
Colin-Jones DG. Management of dyspepsia; report of a working
1989;ll:169-7'7
party Lancet 1988;l:576-79.
Blum AI-, Arnold R et al. treatment of functional dyspesia with
Collen MJ. Basal gastric acid secretion in non-ulcer dyspepsia. Dig
omeprazole and ranitidine. Gastroenterology 1997 ;110:A73
Dis Sci 7989;34:657-64 PD. Prospective, double blind
Gudjonsson H. Efficacy of sucralfate in treatment of non ulcer
treatment of Hp in patients with non-ulcer dyspepsia. dyspepsia: a double blindplacebo controlled study. Scand J
Gastroenterology 1 99 6 ;109 : 4123
gastroenterol 1993 ;28:969
Bates S. Blocked and non-blocked acid secretion and reported pain
Veldhuyzen van Zartet SJ. Effrcacy of cisapride and domperinoe in
in ulcer, non-ulcer dyspepsia and normal subjects. functional dyspepsia; a meta analysis. Am J Gastroenterol
Gastroenterolgy 1989 ;97 :3'7 6-8I
2001 ;96:6 89
Talley NJ. What role does Helicobacter pylori piay in non-ulcer
Kellow JE. Efficacy of cisapride therapy in functional
dyspepsia. Gastroenterology 7997 ;l13:s67'68
dyspepsia. Aliment pharmacol ther 1995;9:153-60
Tucci A. Helicobacter pylori infection and gastric function in pa-
Mertz H. Effect of amitriptyline on symptoms, sleep and
tients with chronic idiophatic dyspepsia. Gastroenterology
visceral perception in patients with functinal dyspepsia. Am J
1992;103:7 68-73
Gastroenterol 1998;93: 1 60
Stanghellini V. fasting and post prandial GI motility in ulcer and
Read NW, Abitbol JL, Bardhan KD et al. Effrcacy and safety of the
non-ulcer dyspepsia. Gut 1992;33:184-90
peripheral kappa agonist fedotoxine versus placebo in
Tack J, Pathophysiology and treatment of functional
treatment of functional dyspepsia. Gt 1997;41:664
dyspepsia. Gastroenterology 2004;127 :1239.
Tack J. Influence of sumatriptan on gastric fundus tone and of the
Talley NJ. Can symptoms discriminate among those with delayed or
[erception of gastric distention in man. Gut 2000;46:468
normal gastric emptying in dysmotility like dyspepsia ? Am J
Bates S, Sjoden P, Nyren O. Behavioural treatment of non ulcer
Gastroenterol 200 I ;9 6 : 1 422
dyspepsia. Scand J Behav Ther 1988;17:155.
84
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN menunjukkan prevalensi diare kronik sebesar l5o/o dari


seluruh pemeriksaan kolonoskopi selama 2 tahun (1995-
Berdasarkan waktu, diare dapat dibagi atas akut dan kronik. I 996). Talley dkk melaporkan prevalensi diare kronik pada
Diare akut, sudah jelas masalahnya baik dari segi populasi usia lanjut yaitu antara 7o/o sampai dengan 14o/o.
patofisiologi dan pengobatan, di mana penyebab Diperkirakan pada masyarakat Barat didapatkan prevalensi
terbanyak yaitu infeksi. Sedangkan pada diare kronik, diare kronik4-5%.
diagnosis dan pengobatannya lebih rumit daripada diare
akut. Angka morbiditas diare kronik diantara semua
penderita diare yang dirawat di rumah sakit di Jakartautara
PATOFISIOLOGI
sekitar lo/o. Diare kronik merupakan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya sangat multi kompleks.
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari
Mengingat banl,aknya penyakit yang dapat menyebabkan
mekanisme/patofrsiologi dibawah ini :
diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus
l. Diare Osmotik: terjadi peningkatan osmotik isi lumen
dilakukan, maka sangat penting bagi dokter untuk dapat
USUS.
memilih yang benar-benar co s teffec t iv ene s s.
2. Diarc Sekretorik terjadi peningkatan sekresi cairan usus.
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi
gangguan pembentukan micelle empedu.
DEFINISI 4. Defek sistem perhrkaran anion/transport elektrolit aktif
di enterosit: terjadi penghentian mekanisme transport
Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja
ion aktif (padaNa+-K+AIP ase) di enterosit, gangguan
berbentuk cairan atalu setengah cair (setengah padat),
absorbsi Na+ dan air.
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atat200 mll24 jam. Definisi ini tidak menunjuk
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal: terjadi
motilitas yang lebih cepat, tak teratur sehingga isi usus
pada berapa frekuensi diarenya, tetapi definisi lain tetap
tidak sempat diabsorbsi.
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer atau air ini
6. Gangguan permeabilitas usus: teg'adi kelainan morfologi

dapatltanpa disertai lendir dan darah.


usus pada membran epitel spesifik sehingga
permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar
Diare kronikyaihr diare yang berlangsung lebih dari 15
terhadap air dan garam/elektrolit terganggu.
hari. Batasan waktu ini merupakan kesepakatan untuk
mempercepat pemastian diagnosis dan pengobatan, 7. Eksudasi cairan, elektrolit dan mukus berlebihan: terjadi
peradangan dan kerusakan mukosa usus.
sedangkan pakar atau pusat studi lain ada yang mengusulkan
lebih dari 2 minggu atau 3 minggu atau I bulan dll.

KLASIFIKASI
EPIDEMIOLOGI
Diare kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan
Data divisi gastroenterologi FKUI/RSUPNCM Jakarta patofisiologi diatas menjadiT macamdiare yang berbeda.

534
PENDEK!ffAT{ DIAGNOSTIK DIARE KRONIK 535

Berdasarkan etiologi infeksi atau tidak, diare kronik ETIOLOGI


dapat dibagi atas infektifdan non-infektif. Berdasarkan
adaltidaknya kelainan organik pada pemeriksaan, diare Etiologi diare kronik sangat beragam dan tidak selalu hanya
kronik dibagi atas organik dan fungsional. Istilah disebabkan kelainan pada usus. Kelainan yang dapat
organik ditujukan pada diare yang jelas ditemukan menimbulkan diare kronik a.l. kelainan endokrin, kelainan
adanya kelainan histologi atau biokimia usus, hati, kelainan pankreas, infeksi, keganasan dll. Etiologi
sedangkan fungsional ditujukan pada diare karena terbanyak dari diare kronik di negara-negara berkembang
kelainan idiopatik, diet dan gangguan motilitas. termasuk Indonesia yaitu infeksi. Hal ini berbeda dengan
Berdasarkan karakteristik tinja, diare kronik dapat dibagi etiologi terbanyak di negara maju yaitu penyakit usus
atas steatore, diare berdarah dan diare dengan tinja tidak inflamatorik. Walaupun telah diusahakan secara maksimal,
berdarah tidak steatore. American Gastroenterological diperkirakan sekitar l0 - l1%openderita diare kronik tidak
Association (AGA) membagi diare kronik berdasarkan dapat ditetapkan etiologinya, mungkin disebabkan
karakteristik tinja juga a.l. air(watery), inflamatorik dan kelainan sekresi atau mekanisme neuro endokrin yang
lemakffatty). Diare air terbagi atas sekretorik dan belum diketahui. Etiologi diare kronik berdasarkan
osmotik. patofisiologi dapat dilihat pada Tabel 1. Etiologi diare

Jenis diare Etiologi


1. Diare Osmotik Eksogen
1. Makan cairan yang aktif osmotik, sulit diabsorbsi seperti: katartik sulfat dan fosfat

2. dll.), anti
konvulsan
s(Biguanide),
diuretika, theofillin.
B Endogen
1. Kongenital:
o Penyakit malabsorbsi spesiflk:
Kelainan transport kongenital(jarang): malabsorbsi glukosa-galaktosa (tidak adanya karier
monosakarida) dan kloridea kongenital (pertukaran anion Cl dengan bikarbonat didalam
ileum dan kolon terganggu dan Cl bertindak sebagai cairan yang tidak dapat diabsorbsi).
o Penyakit malabsorbsi umum:
-
Abetaliproteinemia dan hipobetalipoproteinemia
-
Limfangiektasiakongenital, penyakitinklusimikrovilus
- Defisientsienterokinase
-
lnsufisiensi pankreas (Fibrosis kistik atau sindrom Schwachman)
2. Didapat:
o Penyakit malabsorbsi sPesifik:
-
Defisiensi disakaridase pasca enteritis
-
Malabsorbsi karbohidrat dengan berbagai penyebab(intoleransi makanan): defisiensi

makan jamur
yakit mukosa
ah reseksi
usus ekstensif dan selama enteritis infeksi.
- lnsufl siensi pankreas(alkoh ol]1, bacterial overgrowth, penyakii parasit (Giardia,
Coccrdlosrs), penyakit inflamatorik (enteritis eosinofilik, mastositosis), malnutrisi protein-
kalori, sindrom usus pendek, lelunoile al bypass
. Waktu pengosongan lambung yang berlebihan
2. Diare Sekretorik
A. lnfeksi:
1 Toksigenik(Enterotoksin): Vibio choterae-Eltor, Escherichia coli Shigella
dysenteriaelflexneri, staphylococcus aureus, clostridium peffrin as aeruginosa,
Yersinia enterocolica, Candida Albicans.
2. lnvasif ke mukosa: Shigel/osls, Sa/monel/osts, E Coll invasif patogen(E/EC),Entamoeba

B. N Ca medule Vilosa, Kolera


P ), tumor/sin
c. H inE, Chole ergik, Serotonin,
Calcitonine, Gastric lnhibitory Polypeptide, Glucagon, P substansi.
D. Katartik: hidroksi asam empedu (asam dioksilat dan kenodioksilat) dan hidroksi asam
lemak(resinoleat kastroli)
E. Kolitis mikroskopik(limfositik), kolagen
F. Lain-lain: Dioctyl natrium sulfoiuccinaat, diare asam empedu karena pasca kolesistektomi, reseksi
ileum makanan. enterokolitis iskemik.
s36 GAIITROENTEROIOGI

Jenis diare Etiologi


3. Malabsorbsi asam Maldigesti intraluminal: Sirosis hati, obstruksi saluran empedu, pertumbuhan bakteri yang
empedu, berlebihan(Bacteial Overgrowfh), lnsufisiensi eksokrin pankreas, insufisiensi eksokrin pankreatik
malabsorbsi lemak kronik, Fibrosis kistik, Somatostatinoma.
B Malabsorbsi mukosa: Obat(colchichine, cholestyramine, neomycin, PAS, NSAID), Penyakit infeksi
(Giardia, Cryptosporidium, lsospora, Strongyloides, Mycobacterium avium, penyakit infeksi kronik
pada agammaglobulinemia,AlDS), Penyakit sistem imun (systemic mastocytosis, gastroenteritis
eosinofilik), spru tropik, spru seliak, dermatitis herpetiformis, penyakit Whipple, Abetalipoproteinemia.
c Obstruksi pasca mukosa: limfangiektasia intestinal kongenital atau didapat karena trauma, limfoma,
karsinoma atau penyakit Whipple.
D Campuran: sindrom usus pendek(shott bowel), penyakit metabolik (tirotoksikosis, insufisiensi adrenal,
malnutrisi protein-kalori), enterokolitis radiasi.

A lnfeksi usus
4 Defek sistem
pertukaran B Kongenital:
anion/transport
1. Diare klorida kongenital
elektrolit aktif di
2. Diare karena kelainan transport Na+ usus
enterosit

Motilitas dan waktu Sindrom kolon iritabel(psikogen), hipertiroid, diabetes mellitus dengan polineuropati otonom,
transit usus abnormal skleroderma, amiloidosis, pasca reseksi lambung & vagotomi, sindrom karsinoid, obat prostigmin.

A. Penyakit Seliak
6 Gangguan
permeabilitas usus B. Penyakit usus inflamatorik
c. lnfeksi usus(Bakteri Shige//a & Salmonella)
7. Eksudasi
Kolitis ulseratif, Penyakit Crohn, Amubiasrs, Shige/osis, Kampilobakteiasrs, Yersrniasis, Enterokolitis
Cairan,elektrolit dan
mukus berlebihan radiasi, Candidiasls, Tuberkulosis usus, Kanker usus, Kolitis pseudomembran.

konik berdasarkan lokasi atau organ yang mengalami Powell DWmembagi etiologi diare kronik atas 5 macam
kelainan dapat dilihat pada Tabel 2. Etiologi diare kronik (lihat Tabel4 ).
berdasarkan karakteristik tinja dapat dilihat pada Tabel 3.

1 Kelainan pankreas: Fibrosis kistik, (Profern Energy Malnutrition) PEM, Pankreatitis kronik, Defisiensi enzim
2 Kelainan hati: Atresia bilier, lkterus obstruktif, Hepatitis kronik, Sirosis hati.
3 Kelainan usus:
A. Usus halus: Stagnant loop syndromes, Anomali kongenital, Usus pendek(short bowef, lnflamasi (enterokolitis
nekrotikans, penyakit Crohn, Enteropati pasca enteritis), lnfeksi (Bakteri: Salmonella,Yersinia, Campylobacfec Parasit:
Giardia lamblia, Coccidiosis, Cacing tambang; Jamur: Candida albicans; Spru tropik; Bacteial overgrowth),
lmunodefisiensi (kongenital, didapat), lntoleransi protein(susu, kedelai, gluten: spru seliak), Defek metabolik(deflsiensi
ensim disakaridase: laktose, sukrose: malabsorbsi glukosa-galaktosa; kloridea kongenital; defisiensi enterokinase; a/hipo-
betalipoproteinemia), Diare asam empedu (setelah kolesistektomi, setelah reseksi ileum), Makan karbohidrat yang
sangat banyak atau malabsorbsi karbohidrat,Laksans (mengandung anion yang tidak diabsorbsi: natrium sulfat, natrium
fosfat, atau natrium sitrat, magnesium), Wheat starch, Fiber, Lactulose, Alergi makanan, Steatorea karena malabsorbsi
lemak diusus, pengobatan dan zal campuran makanan(biasanya obat antibiotika, antihipertensi, anti aritmia,
antineoplastik, antasida yang mengandung magnesium, pemanis: sorbitol/fructose, ethanol, kafein), tumor,
idiopatik(fungsional), iskemik.
B. Usus besar: lnfeksi (Sa/monella, Shigella, Entamoeba histolytica, Cytomegalovirus, Mycobacterium tuberculosis dll.),
Kolisit ulseratif, Penyakit Crohn, Enterokolitis nekrotikans ("NEC"), Enterokolitis pseudomembranosa:C/osfnUrum difficile,
Adenoma vilosa rektosigmoid, Penyakit inflamatorik lain: kolitis mikroskopik (limfositik) - kolitis kolagen, Kanker kolon,
Enterokolitis radiasi, Diare idiopatik(fungsional), lnkontinensia feses, Penyakit usus iskemik.
C. Sirkulasi: Limfangiektasia, Neoplasma.
D. Neurogen: Penyakit Hirschprung, Disautonomiafamilial.
E. Humoral -endokrin: lnsufisiensi adrenal, Hipoparatiroidisme, Hipertiroidisme, Neoplasia (ganglio neuroma, neuroblastoma,
limfoma), tumor neuroendokrin(Sindrom Zollinger-Ellison: gastrinoma, Vipoma, kolera pankreatik, tumor karsinoid,
karsinoma medulla tiroid, mastositosis sistemik, pheochromocytoma), diabetes.
F. Diare kongenital: Defisiensi pertukaran klorida-bikarbonat, Defisiensi pertukaran natrium-hidrogen, Penyakit inklusi
mikrovilus, Karena operasi sebelumnya(gastrektomi, vagotomi, kolesistektomi, reseksi usus).
G. Penyakit infiltratif: Skleroderma, Amiloidosis, Limfoma usus difus
PENDEKAIAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK s37

A. Tinja berlemak / Steatorea


- Penyakit pankreas: pankreatitis kronik, karsinoma pancreas, insufisiensi pankreas (defisiensi lipase).
- Penyakit mukosa usus halus: Spru tropik, Penyakit Crohn, Enteritis radiasi, penyakit seliak, limfoma usus, limfangiektasia
- Defisiensi garam empedu kualitatif atau kuantitatif:
a. Penyakit hati kolestatik: sirosis bilier primer, kolangitis sklerosing, hepatitis neonatal.
b. Pertumbuhan bakteri berlebihan (Bacterial Overgrowth) di usus halus.
- Sindrom Pasca gastrektomi
. PEM
- lnfeksi: TBC usus, Pertumbuhan bakteri anaerob berlebihan ("Bacterial Overgrowth")
B Tinja berdarah
- Penyakit usus inflamatorik(Kolitis ulseratif, Kolitis Crohn)
- Kanker kolon & polip kolon.
- Lesi anal dll
- lnfeksi: Bakteri: Shlge//a, Salmonella, Campylobacter, Tuberkulosis kolon, Yersrnla.
Parasit: Proiozoa:Amuba(E histolytica), Giardia lamblia.
nfestasi Cacing: T ich u ri s
I tric hi ura, Schrstosomtasrs.
- Kolitis/proktitis radiasi.
- Kolitis iskemik kronik
- Efek samping obat antibiotik: Kolitis pseudomembran
C Tinja tidak berdarah dan tidak berlemaUsteatorea
1. Tinja cair atau seperti air(Watery Stool)
- Kolitis mikroskopik (limfositik) & kolagen.
- lntoleransi laktosa
- Diare karena obat: antibiotika(mis.neomisin, ampisilin, klindamisin, sitostatik)
- Diare pasca reseksi usus: reseksi ileum terminal dll.
- lnfeksi usus halus: karena jamu (candida), bakteri(pertumbuhan bakteri berlebihan, salmonella dll.), parasit(giardia
lamblia, cacing askaris, cacing tambang)
- Alergi makanan
- PEM
- Defek imun primer (imunodefisiensi SlgA)
- Penyakit Hirschprung, volvulus, malrotasi, poliposis dll
- Diare kolera pankreati k(Vipoma) Villous adenom a, Carcinoma medulla flrord, Ganglioneuroma, Pheochromocytoma,
Tumor Karsinoid.
Tinja encer/lem bek (semrsof@
- Obat eksogen seperti penggunaan laksans berlebihan dan makanan/obat tertentu (misal prostigmin, antasida
mengandung magnesium dll).
- lnfeksi usus: Parasit (misal giardiasis,Cacing tambang dll), Bakteri(Sa/monella, Campylobacter jejuni, Yersinia,
Pertumbuhan bakteri berlebihan, TBC usus), Jamur(Candida).
- lnfeksi HIV dengan superimposisi patogen usus seperti Ctyptospoidium dan lsospora belli
- Gangguan motilitas:
a. Neuropati otonom diabetik
b. Tirotoksikosisatau hipertiroid
c Penyakit divet1ikular
d. Skleroderma
e. Amyloidosis
f. Pasca reseksi gaster atau vagotomi
- lntoleransi makanan
- Sindrom usus iritatif (lBS/psikogen)
- Sindrom karsinoid
- Malabsorbsi karbohidrat: Defisiensi disakaridase (laktose, sukrose), bahan makanan yang tidak diabsorbsi (wheaf
sfarch, fiber, laktulose, sorbitol, fruktose)
- Obat-obat dan pencampur makanan: Antibiotika, obat antihipertensi, obat antiaritmia, antineoplastik
antasida(mengandung magnesium)
- Pemanis(sorbitol, fruktose), etanol, kafein.
- lnsufisiensiadrenal.
- lnkontinensia fekal
- Alergi makanan
538 GAIIIROENTEROI.OGI

1. Steatorea(malabsorbsi lemak):
a. Maldigesti intralumenal:
'1. Sirosis dan obstruksi saluran empedu
2. Pertumbuhan bakteri berlebihan(Bacteial overgrowth)
3. lnsufisiensi eksokrin pankreas
4. lnsufisiensi eksokrin pankreas kronik
5. Fibrosis kistik
6. Somatoslatinoma
b Malabsorbsi mukosa:
1. Obat: colchicine,cholestyramine, neomycin,paraaminosalicylic acid (PAS), dan NSAID.
2. Penyakit infeksi: Parasit(Giardia, Cryptospoidium, lsospora, cacing Strongy/oides, mycobacterium avium,
agammaglobulinemias, AIDS.
3. Penyakit sistim imun: mastositosis sistemik, gastroenteritis eosinofilik
4. Spru tropik
5. Spru Celiac
6. Dermatitis herpetiformis
7. PenyakitWhipple
8. Abetalipoproteinemia
c. Malabsorbsi pasca mukosa: Limfangiekasia intestinal
d. Steatorea pada penyebab campuran:
1.
Sindrom usus pendek
2.Penyakit metabolik: tirotoksikosis, insufisiensi adrenal, malnutrisi protein kalori, penyakit hati.
Diare cair/air yang respon terhadap puasa:
a. Masukan cairan yang tidak dapat diabsorbsi:
-Diare karena magnesium
-Diare anion natrium
b. Malabsorbsi karbohidrat:
-Diare karena sorbitol and fruktose
-Waktu transit usus yang cepat{Rapid intestinal transit)
-Malabsorbsi glucose-galactose
c. Diare asam empedu:
-Penyakit berat, reseksi, atau operasi bypass ileum distal: pada penyakit Crohn atau adhesi pasca operasi.
-Malabsorbsi asam empedu primer: kongenital or didapat
-Malabsorbsi asam empedu setelah operasi abdomen atas, baik vagotomi trunkal atau kolesistektomi
d. Diare pasca vagotomi
Diare cair/airyang dapat respon atau tidakterhadap puasa(Diare dengan patofisiologi campuratau tidak jelas):
a. Sindrom kolon iritatif(/mtable Bowel Syndrome)
b. Alergi makanan
c. Kolitismikroskopik:
- Kolitis kolagen dan mikroskopik
- Enterokolitis eosinofilik perikript
4 Diare cair/air yang tidak respon terhadap puasa(Diare sekretorik mumi):
a. Sindrom Karsinoid
b. Gastrinoma
c. Vipoma or Sindrom Watery Diarrhea-Hypokalemia-Achlorhydria (WDHA)
d. Karsinoma Medulla Tiroid
e. Glucagonoma
f. Adenoma villosa
S. Mastocytosissistemik
h. Diare factitious
i. Diare idiopatik kronik dan Sindrom kolera pseudopankreataik
j. Diare Diabetikum
k. Diare Alkoholik
l. Diare sekretorik kongenital
Diare lnflamatorik:
a. Penyakit Usus lnflamatorik: Penyakit Crohn pada usus halus & besar atau kolitis ulseratif
b. Gastroenteritiseosinofilik
c. Alergi susu dan protein kacang kedelai
d. Enteropati kehilangan protein (Protein-Losing Enteropathy)
e. . Enterokolitis radiasi kronik
f. Penyakit lain: trombosis arteri atau vena mesenterika akut, iskemi vaskuler mesenterika kronik, tuberkulosis dan
histoplasmosis gastrointestinal, sindrom Behcet atau sindrom Churg-Strauss, penyakit graft-vercus-hostd,sease akut
setelah transplantasi sumsum tulano aloqenik, Enterokolitis netropenik, sindrom Cronkhite-Canada.
PENDEKIITAN DIAGNOSTIK DL{RE KRONIK s39

PENDEKATAN DIAGNOSTIK ke sindrom usus iritabel (IBS). Sedangkan diare pada


malam hari lebih mengarah ke kelainan organic. Diare
Mengingat etiologi yang begitu beragam dan banyak, kita akut yang terus berlanjut menj adi kronik dengan riwayat
harus berhati-hati dalam memilih macam pemeriksaan. bepergian, mengingatkan pada diare t,xis (travellerb
Pemeriksaan yang kita anjurkan harus cosl effectiveness diarrhea) atau spru tropik. Keluhan diareyang lama >
tapi membantu menegakkan diagnosis penyakit. Walaupun 1 tahun mengarahkan kita pada diare fungsional.
demikian kita juga harus berhati-hati dalam membuat Pertanyaan apakah diarenya kontinyu atau intermiten
kesimpulan etiologi diare kronik, karena dalam 1 kasus diare & onset terjadinya diare mendadak atau bertahap dari
kronik dapat ditemukan 2 atau lebih etiologi dan/ atau ringan ke berat perlu ditanyakan juga. Onset diareyatg
patofisiologi penyakit, misal diare kronik yang disebabkan mendadak dapat disebabkan infeksi cyclospora atau
kanker kolon disertai infeksi ameba dan malabsorbsi lemak- intoleransi laktosa(setelah enteritis viral). Diare setelah
karbohidrat dll. makan menunjukkan adanya refleks gastro-kolika yang
Pemeriksaan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu meningkat, banyak ditemukan pada penderita sindrom
pemeriksaan tahap awal (dasar) yang meliputi anamnesis, usus iritabel (IBS). Diare yant terus menerus tiap hari
pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah sederhana, tinja serta lebih sering pada penyakit organik. Sedangkan pada
urin, dan lalu pemeriksaan tahap lanjutan yang lebih rumit. sindrom usus iritabel(IBS) seringkali berselang antara
Dengan pemeriksaan tahap awal kita sudah dapat buang air besar normal dan diare.
menetapkan masalah, bahkan diagnosis kerja, sehingga
2. Bentuktinja: Bila terdapat minyak dalam tinja, tinja
pemilihan pemeriksaan tahap lanjutan lebih terarah.
pucat (steatorea) menunjukkan insufi siensi pankreas
Bahkan adakalanya dapat ditegakkan diagnosis etiologi
dan kelainan proksimal ileosekal. Tinja yang
hanya dengan pemeriksaan awal saja (80% kasus diare
mengambang pada air toilet dan flatus berlebihan
kronik). Tuj uan pemeriks aan tahap aw al yaitu memb edakan
mengarahkan adanya malabsorpsi karbohidrat atau
penderita menjadi diare organik atau fungsional. Bila
steatorea. Tinja yang mengambang disebab(an tinja
dengan pemeriksaan awal ini belum membantu
tersebut mengandung gas pada malabsorpsi
menunjukkan diagnosis pasti, perlu dilakukan pemeriksaan
karbohiddrat atau minyak pada steatorea. Diare seperti
lanjutan.
air dapat terjadi akibat kelainan pada semua tingkat
Pemeriksaan tahap awal dan lanjutan tersebut dapat
sistem pencernaan, tapi terutama dari usus halus.
dilakukan selama berobat rawat jalan atau rawat inap di
Adanya makanan yang tidak tercerna merupakan
rumah sakit, tergantung keadaan umum penderita.
manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja
Pada penderita rawat indp selain pemeriksaan tahap
dan dinding usus, yang disebabkan cepatnya waktu
awal dan lanjutan dapat dilaktrkanjuga beberapa prosedur
transit usus. Bau asam menunjukkan penyerapan
tambahan. Biasanya kita harus memastikan apakah
karbohidrat yang tidak sempurna.Kita harus dapat
pemeriksaan yang telah dilakukan pada rawat jalan benar
membedakan perdarahan yang disertai diare(campur)
atau tidak, dan bila tidak maka harus mengulang beberapa
dengan diare lalu diikuti darah menetes
pemeriksaan termasuk pengumpulan tinja . Setelah itu
belakangan(tidak campur) atau dengan perdarahan
harus ditentukan apakah penderita mengalami diare mumi
yang menyertai tinja normal. Pada kolitis infektif dan
atau tidak, apakah respon/tidak terhadap puasa(lihat
kolitis ulseratif perdarahan disertai dengan diare,
prosedur tambahan evaluasi penderita rawat inap).
sedangkan diare diikuti darah menetes belakangan
menunjukkan adanya hemoroid. Perdarahan yang
menyertai tinja normal terd apat padakeganasan, polip,
PEMERIKSAAN DASAR Pasien dengan diare air lebih dari 1 liter perhari lebih
disebabkan penyakit usus halus atau kombinasi
penyakit kolon dan usus halus atau keadaan
Anamnesis hipersekretorik.
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis
etiologik. Dalam melakukan anamnesis, perlu ditanyakan 3. Keluhan lain yang menyertai diare: Deskripsi dan lama
hal- hal seperti: keluhan harus diperinci karena diperlukan dalam
1. Waktu dan frekuensi diare: Diare pada malam hari atau menegakkan diagnosis kausa diare. a). Nyeri abdomen:
sepanjang hari, tidak intermiten, atau diare timbul merupakan kelainan yang tidak khas, dapat terjadi pada
mendadak, menunjukkan adanya penyakit organik. kelainan organik maupun fungsional. Pada diare karena
Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga mengarahkan penyakit organik, lokasi nyeri menetap sedangkan pada
kita pada penyakit organik. Perasaan ingin buang air diare fungsional(psikogenik) nyeri dapat berubah-ubah
besar yang tidak bisa ditahan mengarah ke penyakit baik tempat maupun penyebarannya. Penyebab nyeri
inflamatorik. Diare yang terjadi pagi hari lebih banyak organik penyakit usus inflamasi (IBD), iskemia
a.1.
berhubungan dengan stres, hal ini biasanya mengarah mesenterika. Penyebab nyeri fungsional antara lain
540 GAIITROENTEROIIrcI

sindrom usus iritabel (IBS). Nyeri abdomen yang keluarganya atau manifestasi alergi lain seperti
disebabkan kelainan usus halus berlokasi disekitar pusat asmabronkial dll. Beberapa epidemi diare kronik di
dan kolik/nyeri yang disebabkan kelainan usus besar Amerika Serikat berhubungan dengan minuman susu
dapat terletak di suprapubik, kanan atau kiri bawah. mentah atauairyang tidak diobati (tidak steril). Alkohol
Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat merupakan penyebab diare yang umum di negara barat
pada usus atau adanya komplikasi abses. Penekanan (terutama pada peminum berat/alkoholisme). Diare
serta infiltrasi ke saraf pada keganasan dapat juga memberat setelah makanan berlemak mengarahkan
menimbulkan nyeri terus menerus. Kram abdomen pemikiran ke steatorea.
disertai tinja kemerahan(frotlry) biasa didapatkan pada
giardiasis, b). Demam: sering menyertai infeksi atau
6. LainJain : Berat badan menurun dapat te{adi pada diare
organik maupun fungsional, disebabkan napsu makan
keganasan, c). Mual dan muntah: dapat menunjukkan
yang memrrun, tetapi yang paling banyak ditemukan
infeksi, d). Penurunan ber4t badan disertai riwayat
yaitu pada malabsorpsi nutrien, neoplasma dan iskemi
dehidrasi atau hipokalemi menunjukkan adanya
usus. Pada sindrom usus iritabel (IBS) didapatkan
penyakit organik (terutama bila penurunan berat badan
banyak keluhanyalgmenyertai diare a.l. perut begah,
lebih 5 kg), e).Mengedanwaktu defikasi: lebihbanyak
nyeri daerah anus setelah defekasi, mual, sendawa dll.
pada diare fungsional.
Hal ini jarang didapatkan pada diare karena kelainan
4. Obat Banyak obat dapat menimbulkan diare misal: organik. Faktor-faktor agresif sebagai faktor pencetus
Laksan, Antibiotika (neomisin dll.), anti kanker, anti atau pemberat diare seperti makanan /minuman dan
depresan, Anti hipertensi(beta blocker ACE inhibitor, stres harus selalu dicari dan ditanyakatpada pasien.
Hidralazine), Anti konvulsan (Valproic Acid), Obat Faktor-faktor mitigasi sebagai faktor pengurang atau
penunrn kolesterol (cholestyramine dll), obat diabetes pereda diare a.l. makanan/minuman dan obat-obat
melitus (biguanide), Obat saluran cerna (Antasida warung jugaperlu ditanyakan. Diare yang terjadi setelah
Mg++, Antagonis reseptor H2, Prostaglandin eksogen, operasi, mungkin disebabkan pertumbuhan bakteri
5 -ASA), colchicine, diuretika, teofilin, prostigmin dll. berlebihan (bacterial overgrowth) dalam usus, infeksi
Diare karena laksan ini dikenal sebagai diare bekas operasi atau malabsorbsi garam empedu. Pada
factitious. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba pemotongan ileum terminal dan kolon bagian kanan
untuk membantu menegakkan diagnosis. Bila diare yang panjang dapat timbul diare karena berkurangnya
berhenti dengan dihentikannya obat, maka permukaan absorbsi, berkurangnya transit time,
kemungkinan besar diare disebabkan oleh obat tersebut. malabsorbsi asam empedu dan bile acid pool yang
5. Makanan/minuman: berkurang (cenderung menjadi steatorea yang tidak
Makanan dapat menimbulkan diare melalui mekanisme respons terhadap cholestyramine). Reseksi usus yang
osmotik yang berlebihan atau proses alergi. Diare dan lebih pendek(< 100 cm) dapat menimbulkan diare karena
mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan asam empedu disebut enteropati kolereik. Diare ini timbul

kuat adanya intoleransi laktosa dan sindrom usus setelah makan, biasanya tinj a + 300 gran/24 jam, lemak
iritabel. Diare yang terjadi setelah makan makanan yang tinja kurang dai 15-20 graml24 jam,pH tinja lebih dari
osmotiknya tinggi menunjukkan adanya diare osmotik 6,8 dan respons terhadap puasa danlatal
karena makanan tersebut. Seperti halnya obat-obatan, cholestyramine. Diare setelah radioterapi menunjukkan
terhentinya diare setelah penghentian bahan makanan adanya kolitis radiasi atau malabsorbsi. Anemia kronik
yang dicurigai(puasa per oral) dapat menunjang yang menyertai diare dapat disebabkan penyakit seliak,
diagnosis. Diare membaik setelah puasa, mengarahkan penyakit inflamasi usus non spesifft atau defisiensi
pemikiran kita pada penyebab malabsorbsi makanan. imunoglobulin. Anamnesis diare berupa air yang sangat
Diare tidak membaik setelah puasa, mengarahkan hebat tanpa gejala yang jelas kearah infeksi dapat
pemikiran kita pada penyebab enteropati eksudatif disebabkan oleh tumor endokrin penyebab diare misal
(penyakit usus inflamatortk:in/lammatory bowel karsinoma meduler tiroid dan diare hormonal lain seperti
IIBD),atau keadaan hipersekretorik.
dis eas e vipoma, sindrom karsinoid dll. Tumor penghasil hormon
Diare karena malabsorbsi karbohidrat dapat intermiten tersebut seperti kolera pankreatik dll. memiliki tinja lebih
dan biasanya disertai gejala kembung, flatus dan kram dari 0,7 liter dal an24 jarn T0olo kasus memiliki tiqj a lebih
abdomen. Makanan yang mengandung sorbitol dari 3 liter per 24 jam danv olume tinja I 0 - 2 I liter dalam
(pemanis tak dapat diabsorbsi) atau sirup jagung 24 jam pernah dilaporkan. Hipokalemia juga sering
(mengandung fmktose) bersifat aktif osmotik dan dapat didapatkan pada diare karena tumor penghasil
menimbulkan diare, karena itu perlu ditanyakan pada hormon(l00% kasus) dan 93olo kasus memiiiki kadar
penderita apakah dikonsumsi/tidak. kalium di bawah 2,5 mmol,4. Adenoma vilosajuga dapat
Penderita dengan riwayat diare terhadap makanan menimbulkan diare dan kehilangan elektrolit melalui
tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam pelepasan sekretagog yang belum dapat diidentifikasi
PENDEKITTA{ DIAGNOSTIK DIARE KRONIK 54t

atau produksi prostaglandin 82. Adanya anggota


keluarga lain yang menderita diare infeksi merupakan
petanda adanya infeksi sebagai faktorpenyebab diare. Penyakit Gejala klinik
Ada tidaknya inkontinensia fekal harus dipastikan, Disfungsi pankreas
karena beberapa pasien mengeluh diare bila problem Pankreatitis/kanker pankreas Nyeri abdomen tengah,
Sindrom Zollinger Ellison tromboflebitis migrasi
utamanya adalah gangguan buang air besar. Adanya
Penyakit tukak lambung yang
penyakit sistemik lain seperti hipertiroidi, tidaUsulit sembuh
diabetes melitus, penyakit kolagen-vaskular, penyakit Penyakit usus halus
Penyakit seliak, dermatitis Badan kecil, menarche
inflamasi lain, sindrom turnor, penyakit penurunan herpetiformis terlambat, ulkus mulut
kekebalan imun seperti HlY-acquired immuno Penyakit Whipple Erupsi kulit yang gatal-panas
deficiency syndrome (AIDS) dan penyakit autoimun Amiloidosis karena artritis Poliartritis dengan pigmentasi
reumatoid Poliartritis
lain harus dicari. Adanya riwayat transfusi darah, lskemi mesenterik Angina abdominal
penggunaan obat intravena, pekerjaan atau kegiatan Penyakit Crohn Ulkus mulut, ulkusifistel
lebih sering terpapar HIY dan penggunaan obat-obat perianal,
obstruksi usus sub-akut,
imunosupresif harus ditanyakan. Indikator yang masa abdomen
memperkuat adanya etiologi fungsional dari diare kronik Limfadenopati limfoma
antara lain. lama diare(Z 1 tahun), kurang bermaknanya Defisiensi garam empedu
Sirosis bilier lkterus
pemrrunan berat badan( . 5 kg), tidak adanya diare Kolangitis sklerosing
malam hari dan mengedan pada waktu defftasi memiliki Pasca-gastrektomi
spesifitas 70%. Pasca-gastrektomi (Bilroth ll) Parut abdomen dengan atau
lanpa blind loop

Pemeriksaan FisiUManifestasi Klinik


Kebanyakan gejala klinik tidak spesifik dan menunjukkan Tinja yang mengambang selain karena steatorea d@at juga
adanya malabsorbsi nutrien & defi siensi vitamin/elektrolit disebabkan karena adanya produksi gas oleh bakteri.
(Tabel 5). Tetapi adanya gejala klinik tertentu merurnjukkan Diare berdarah memrnjukkan bahwa penyakit mengenai
adanya penyakit tertentu (Tabel 6). rektum atau kolon kiri. Hal ini menunjukkan adanya ulserasi
Meskipun 3 nutrien utama (lemak, karbohidrat dan mukosa. Gejala klinik tergantung dari etiologi.
protein) dapat mengalami malabsorbsi, Gejala klinik diare tidak berdarah tidak steatorea juga
gejala klinik biasanya mengikuti malabsorbsi tergantung etiologi. Penderita dengan sindrom usus iritabel
karbohidrat atau lemak. Malabsorbsi protein atau asam (IBS) biasanya keadaan umumnya baik dan keluhan mereka
amino (azotorea) dapat terjadi tidak terlihat secara klinik tidak sesuai dengan keadaan umuflmya. Diare lebih sering
kecuali berat sekali sehingga menimbulkan malnutrisi atau pagihai,jarang malam hari dan berganti-ganti dengan
kerusakan transport asam amino yang menimbulkan konstipasi dan disertai nyeri abdomen.Penyakit ini
penyakit sistemik kongenital. Malabsorbsi elektrolit dan biasanya disertai dispepsia fungsional dan keluhan non-
air juga merupakan bagian dari patofisiologi diare spesifik tak jelas lainnya. Seringkali penderita dapat
malabsorbsi. menghubungkan antara presipitasi dan tercetusnya diare
Tanda-tanda steatorea (lemak berlebihan dalam tinia) dengan periode stres atau ketegangan. Gejala-gejalanya
yaitu tinja berwarna muda, berbau busuk, cenderung akan berkurang bila mereka santai atau sedang dalam
mengambang dan sulit dibersihkan dengan siraman air. liburan. Diare kadang-kadang merupakan gejala utama
Kadang-kadang terlihat kilauan lemak dipermukaan air. Hal penderita tirotoksikosis, sehingga kita harus berhati-hati
ini menunjukkan adanya maldigesti atau malabsorbsi lemak. bila adapenderita diare kronik disertai pembesaran kelenjar
gondok atau berdeb ar-debar, gemetar an/ tr emor, penunman
berat badan dan suhu badan meningkat dll biasanya
disebabkan hiperfungsi kelenjar tiroid. Kebiasaan memakai
Gejala Klinik Defisiensi laksans kadang-kadang sangat sulit didiagnosis.
Berat Badan turun Lemak/protein/kalori Kolitis mikroskopik, limfositik dan kolagen ditandai
Edema/berkurangnya otot Protein dengan adarya diare air kronik dengan gambaran
Kulit kering bersisik Asbm lemak esensial
endoskopi normal, timbul lebih sering pada wanita umur
Anemia Besi, asam folat, vit B12
Glositis, dermatitis Asam nikotinat 50-60 tahun.
Parestesia, neuropati perifer Vitamin B1 & B'12 Diare tidak berdarah, tidak steatore tersebut biasanya
Cenderung memar, berdarah Vit K
kontinyu atau intermiten, dengan remisi dan relaps timbul
Buta malam Vit A
Kelemahan K+, Na+, Mg++ spontan atau dalam pengobatan. Kadangkala timbul nyeri
Tetani, nyeri tulang Kalsium kolik abdomen, nausea atau muntah. Keadaan umum
Kehilangan rambut Zinc, protein
penderita biasanya baik, pemeriksaan laboratorium normal.
542 GAIiIROENTEROI.OGI

Gejala klinlk alarm yang mengarahkan penyebab (<250 mOsm,/kg) menunjukkan kontaminasi tinja dengan
penyakit organik antara lairi: riwayat diare berlangsung air atau urine atau adanya fistula gastrokolika dan
kurang dari 3 bulan, diare predominan malam hari atau terminumnya cairan hipotonik. Osmolalitas tinja > 290
kontinyu dan penurunan berat badan yang bermakna. mOsm/kg sering disebabkan metabolisme bacterial dari
Tidak adanya gejala alarmtersebut ditamb ah gejala-gejala karbohidrat tinja selama penyimpanan tinja (sampai 600
yang masuk dalam kriteria Manning atau roma dan mOsm/kg).
pemeriksaan fisik normal, lebih mengarah pada gangguan Untuk melihat ad,anya steatorea perlu dilakukan
usus flrngsion al, tapi hanya memiliki spesifi sita s 52-7 4o/o. pengukuran kadar lemak dalam tinja 24 jam atau 72 jam
dan tidak dapat menyingkirkan penyakit usus inflamatorik secara kuantitatif dan pemeriksaan kualitatif lemak tinja
(BD). dengan pewamaan Sudan. Tes pewarnaan Sudan sangat
sensitif untuk mendeteksi malabsorbsi asam lemak (test
pertama) dan trigliserida (test kedua). Karena itu bila test
C. Pemeriksaan Tinja
Harus diperhatikan benar apakah tinja berbentuk airlcair, Sudan kedua (dan test pertama) pemeriksaan tersebut
setengah cairllembek, berlemak atau bercampur darah.
positif, klinisi harus mencurigai adanya maldigesti
Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adanya
trigliserida makanan (insufisiensi pankreas, reseksi usus
leukosit, eritrosit, parasit (ameba, giatdia, cacing/telur
halus). Hasil test Sudan kedua yang negative tidak
mengeksklusi insufisiensi pancreas. Mineral oil dan
cacing). Adanya gelembung lemak memberi dugaan kearah
bahan lemak tidak terabsorbsi, sucrose polyester dapat
malabsorbsi lemak yang mengarah ke penyakit pankreas
menyebabkan hasil Sudan (tes pertama dan kedua) positif
dll. Adanya amylum yang banyak dalam tinja menunjukkan
Jumlah lemak tinja yang berhubungan dengan diet orang
adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit dalam tinja
Amerika normal (mengandung 75 - 100 gr lemaklhari) yaitu
menunjukkan adanya luka, kolitis ulseratif, polip atau
< 7 gr I 24 jam. Jumlah lemak tersebut didapat dari
keganasan dalam usus atau kadang infeksijuga. Leukosit
perhitungan 1 00-( I 00x0,95)+2, dimana 0,95 merupakan
dalam tinja menunjukkan adanya kemr.rngkinan infeksi atau
koefisien absorbsi lemak dan 2 gram lemak diekskresi
inflamasi usus. Pemeriksaan pH tinja perlu dilakukan bila
melalui tinja pada absorbsi lemak nol. Bila penderita
ada dugaan malabsorbsi karbohidrat, dimana pH tinja
menghasilkan > 14 gram lemak/24 jam, dia jelas mengalami
dibawah 5,5 (asam) disertai tes reduksi positif menunjukkan
steatorea. Jika kandungan lemak tinja perhari diantaraT
adanya intoleransi karbohidrat / glukosa. pH diantara 6,0
dan 13 gram, steatorea merupakan akibat sekunder dari
- 7,5 ditemukanpada sindrom malabsorpsi asam amino etiologi diare yang lain. Pemeriksaan lemak tinja kualitatif
dan asam lemak. Pewamaan dengan gram perlu dikerjakan
dengan pewarnaan Sudan memiliki sensitivitas 90% jika
untuk mencari kemungkinan infeksi oleh bakteri, jamur dll.
lemak tinj a lebih dari l0 gram/24 jarn.
Pemeriksaan darah samar (occult blood test) yang positif,
Berat tinja lebih dari 400 gram/24 jam menunjukkan
kelainan lemak tinja dan tes phenolphthalein tinja positif adanya penyakit organik. Diare amebik dapatberupa cair./
mengarahkan pada diagnosis penyakit usus inflamatorik air atat berdarah dan dapat berlangsung tahunan, dengan
("IBD"), diare malab sorbsi, atau diar e fa c t it i o u s. Analisis ditemukannya leukosit pada finja. Setengah kasus
tinja ini merupakan pemeriksaan yang relatif murah dan steatorea mengalami diare cair,lan karena sekresi air dan
mudah tetapi sering terdapat positifmaupun negatif palsu. elektrolit kolol dapat dicetuskan olah asam lemak dan asm
Oleh karena itu sebaiknya diperiksakan 2 contoh sekaligus hidroksi lemak.
atau2kalipada hari berlainan secara berturut-turut. Harus Tidak ada satu pemeriksaanpun yang dapat
dimintakan pemeriksaan tinja dengan cara pemekatan mengidentifikasi penderita dengan kasus sindroma usus
sehingga kemungkinan positif lebih besar. Diare dengan iritatif (irritable bowel syndrome), sehingga eksklusi
volume banyak dan berbau busuk menunjukkan adanya kelainan patologi lain setelah semua pemeriksaan hasilnya
infeksi, dan bila terdapat keadaan demikian, dapat langsung negatif akan menunjang diagnosis.
dilakukan pemeriksaan kultur tinja untuk bakteri atau jamur. Pemeriksaan tinja untuk giardia penting untuk
Harus diingat bahwa pemeriksaan fisik dan tinja normal dilakukan, walaupun hasil tinja mungkin akan negatifpalsu.
tidak selalu menyingkirkan kelainan organik. Pemeriksaan Seringkali pengobatan percobaan (triat) dengan metro-
beda osmotik tinja (stool osmot'lc gap) dapat dilakukan nidazole menolong dan dapat mendiagnosis giardiasis.
untuk membedakan diare osmotik dengan sekretorik. Diare pada pendeita Human Immunodeficiency Wrus
Rumus beda osmotik tinja ("stool osmotic Eap"):290 - 2 (HIV) dengan atau tanpa Acquired Immunodeficiendy
([Na*] + [K*]) mOsm,&g tinja. Pada diare osmotik beda Syndrome (AIDS) biasa disebabkan infeksi di usus (75-
osmotik tinja lebih dari 50 mOsm per kg air tinja sedang 85% kasus). Pada penderita dengan infeksi HIV ini perlu
pada diare sekretorik beda osmotik tinja kurang dari 50 dilakukan pemeriksaan tinja untuk menemukan organisme
mOsm per kg air tinja2. Pemeriksaan osmolalitas cairan tinja yang jarang seperti Cryptosporidium atat Isospora belli.
mungkin berguna untuk kasus diare yang tidak dapat Analisis tinja untuk mendeteksi adanya penggunaan
dijelaskan penyebabnya. Osmolalitas titja yang rendah obat laksans sebagai penyebab diare kronik faktisius perlu
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK 543

dilakukan bila tidak ditemukan penyebab. Pemeriksaan gastrinoma (Zollinger-Ellison) , perlu diperiksa kadar
yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan tinja adanya gastrin dalam darah (meningkat). Jika diare lebih dari I
phenolphthalein, emetin, bisacodyl dan metabolitnya liter per hari dan terlebih ada hipokalemia, maka
dengan tes kromatografi atau kimia. diperlukan pemeriksaan kadar v as o activ e int es tinal
Pemeriksaan Head of Meal Transit Time (HOMTT) polpeptide SIP), kalsitonin, glukagon, histamin dalam
dipakai untuk menilai transit time usus secara kasar. darah. Kadar VIP yang tinggi menunjukkan adanya
Normal transit time bila waktu dari pasien menelan setengah tumor vipoma. Calcitonin untuk mendiagnosis
cangkir corn kernel atat I kaleng beet sampaitinja terlihat karsinoma medulare tiroid, glukagon untuk
berwama merah, berkisar antara 1 2 j am s I d 22 jam. Transit mendiagnosis tumor glukagonoma.
time usus cepat bila waktu penelanan sampai warna merah Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan bila ada
pada tinja berlangsung kurang dari 12 jam. kecurigaan penyakit diabetes melitus.
Pemeriksaan parasit tinja harus dilakukan antara lain: Pemerikaan serologik yang berguna dalam menunjang
Giardia lambilia, Entamoeba histolytica dll. Pemeriksaan diagnosis termasuk tes antibody antinuclear, antibodi
tinja untuk mendeteksi adanya insufisiensi pankreas yaitu Imunoglobulin (Ig)A dan IgG antigliadin dan antibodi
pemeriksaan elastase tinja. Pemeriksaan m arker tinjatnttk IgA antiendomysial, antibodi cytoplasmic
mendeteksi adanya inflamasi gastrointestinal seperti antineutrophil perinuclear, tipe HLA dan antibody
lactoferrin dan calprotectin masih dalam penelitian. terhadap HIV dan Entamoeba histolytica.
' Pemeriksaan serologik untuk spru seliak tidak hanya
untuk diagnosis tetapi juga untuk evaluasi pasien
Pemeriksaan Laboratorium Lain setelah pengobatan. Pada penyakit spru seliak ini dapat
1. Darah: Idealnya pemeriksaan darah ini dilalarkan setelah diperiksa antibody IgA atau IgG antigliadin dan anti-
pemeriksaan tinja, bila pemeriksaan tiirja saja belum body antiendomysial. Antibodi antinuclear digunakan
mengarahpada diagnosis. Laju endah darah (LED) yang untuk mendiagtosis vaskulitis, skleroderma, spru seliak,
tinggi, kadar hemoglobin yang rendah, kadar albumin kolitis mikroskopilq hipotiroidisme, enteropati autoimun.
serum yang rendah menunjukkan adanya penyakit Antibodi cytoplasmic antineutrophil perinuclear
organik. LED dan CRP yang tinggi ditemukan pada digunakan untuk mendiagnosis kolitis ulseratif.
penyakit usus inflamatorik (IBD). Pada anemia (hemo- Pemeriksaan tipel HLA-DR berguna untuk konfirmasi
globin turun), perlu diperiksa apakah ada defisiensi diagnosis spru seliak, spru yang refrakter atau tidak
vitamin B 12, asam folat , defisiensi besi karena gangguan tergolongkan, mungkin penyakit Crohn dan kolitis
absorbsi. Leukositosis mengarahkan pada adany a ulseratif. Jika ada kemungkinan kuat penyakit dasar
inflamasi. Sedangkan eosinofilia ditemukan pada infeksi HIV pada penderita dengan diare kronik, maka
neoplasma, alergi, penyakit kolagen vaskular, infestasi skrining pemeriksaan infeksi HIV dalam darahpenting
parasit dan gastooenteritis atau kolifis eosinofilik. dilakukan. Titer antibody terhadap E.histolytica
Kadar asam folat yang rendah menunjukkan penyakit digunakan untuk mendiagnosis amebiasis kolon dan /
seliak. Kadar B 12 rendah menunjukkan pertumbuhan atau hati.
bakteri berleblhan (bacterial overgrowtfr) dalam usus Hipoalbuminemia, Laju endap darah yang tinggi dan
halus. Kadar albumin rendah menunjukkan tanda anemia memiliki spesifitas tinggi rurtuk adanya penyakit
kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, organik. Adanya defisiensi besi merupakan indikator
kolon dan pada sindrom malabsorbsi. Pada semua sensitif enteropati usus halus, terutama penyakit seliak,
keadaan diatas perlu konfirmasi dengan biopsi. tetapi bukan merupakan test yang spesifik.
Eosinofil meningkat pada gastroenteritis eosinofilik, Bila dicurigai adanya hipersensitifterhadap gluten yang
alergi makananatau infeksi parasit di usus. disebut penyakit seliak, diusulkan pemeriksan IgG
Pemeriksaan serologis terhadap ameba harus antigliadin, antibodi IgA antiendomysial (EMA),
dilakukan. Bila dicurigai infeksi Campylobacter jejuni antibodi retikulin, dan IgG anti tissue transglutaminase
dapat dilakukan pemeriksaan serologis (IgG) terhadap (trc).
Campylobacter jejuni. Pada penderita dengan
kecurigaan infeksi kronik/perlu diperiksa juga 2. Urin: Untuk menunjang diagnosis sindrom/tumor
kemungkinan imunodefisiensi. karsinoid ("flushing" kulit dll), dapat dilakukan
Selain Hemoglobin, perlu diperiksa juga tes darah pemeriksaan kadar 5-HIAA urin 24 jam.
lengkap, hitung jenis, LED untuk melihat adanya Itanillylmandelic acid (VMA) atau metanefrin urin
inflamasi, infeksi di usus. Elektrolit, Nitrogen urea darah untuk pheochromocytoma. Histamine urine wtuk
("BUN"), kreatinin perlu juga diperiksa. Untuk penyakit sel mast dan karsinoid usus proksimal. Untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid, perlu diperiksa kadar penggunaan laksan golongan antrhraquinone dapat
TSHdarah, T3 uptake & T4 serum. Biladidapatkanulkus diperiksa urine dengan pemeriksaan kromatografi dan
duodenum bersamaan diare yang mengarah pada kimia-
544 GAITTROENTEROLOGI

Pemeriksaan Lain kelainan inflamatorik mikroskopik (kolagen) yang


Beberapa negara maju atau pusat studi yang maju dimana menimbulkan diare. Pada pemeriksaan kolonoskopi
penghasilan masyarakat umumnya mampu, menganjurkan penderita sindrom usus iritatif akan terlihat adanya
memasukkan pemeriksaan BNO (foto polos abdomen), mukus berlebihan dan spasme sigmoid, walaupun
Barium enema ata:u follow through dan sigmoidoskopi mukosa usus normal. Melanosis coli, diskolorasi hitam
(dengan biopsi) kedalam pemeriksaan tahap awal. Tapi dari mukosakolon, merupakan gambaran dari kebiasaan
unfuk negara berkembang seperti Indonesia, secara umum makan laksans.
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut masih dimasukkan
Barium follow throagh dan/atau Enteroclysisz
kedalam pemeriksaan tahap lanjutan. Kecuali pada keadaan
Pemeriksaan rontgen ini dilakukan bila ada kecurigaan
khusus, dimana penderitanya mampu dan fasilitas
kelainan pada ileum & jejunum. Pada pemeriksaan
memungkinkan, maka pemeriksaan tersebut dapat
Barium follow through, interpretasi gambaran usus
dilakukan. Dari suatu studi didapatkan bahwa 99,7yo
lebih sulit daripada barium enema, karena itu gambaran
diagnosis kelainan usus dibuat berdasarkan biopsi bagian
normal belum dapat menyingkirkan diagnosis.
distal kolon dengan pemeriksaan sigmoidoskopi fleksibel
Pemeriksaan enteroclysis atau pemeriksaan usus halus
arfiara lain kolitis mikroskoik, penyakit Crohn, melanosis
kontras ganda merupakan pemeriksaan rontgen yang
coli, kolitis ulseratif dan infeksi Clostridium Dfficile.
lebih teliti dari pemeriksaan barium follow through,
karena kelainan yang minimal/dini dapat lebih terlihat.
Pada kedua pemeriksaan rontgen ini, bila hasilnya
PEMERIKSAAN LANJUTAN
normal, tapi kitamasih curiga adanyapenyempitan atau
Pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan penunjang masa, sebaiknya dilakukan laparotomi. Penyakit Crohn
dibawah ini tidak semua diperlukan pada diare kronik. usus halus dini, seringkali sulit didiagnosis secara
Urutan pemeriksaan ini tidak menggambarkan makin radiologi, karena itu perlu pemeriksaan enteroclysis
pentingnya pemeriksaan, tetapi disesuaikan dengan untuk lebih mendapatkan mukosa lebih teliti lagi.
perkiraan diagnosis yang sudah didapat pada pemeriksaan 4. Gastroduodenrj ej unoskopi:
awal. Tidak semua pemeriksaan ini dapat dilakukan di Pemeriksaan ini dilakukan setelah pemeriksaan rontgen
Indonesia. barium follow through atao enteroclysis atat barium
enema atau kolonoskopi dan masih dicurigai adanya
Pemeriksaan anatomi usus kelainan pada gaster, duodenum dan jejunum.
1. Barium enema kontras g anda (C olon in loop) dan BNO : Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada penderita
Pemeriksaan BNO dilakukan untuk melihat adanya steatorea atalu adanya malabsorbsi. Bersamaan
kalsifrkasi pankreas dan dilatasi kolon. Pemeriksaan pemeriksaan ini dapat dilakukan biopsi mukosa
barium enema kontras ganda dilakukan untuk melihat lambung, duodenum dan jejunum proksimal sehingga
adanya kelainan di kolon dan ileum tenninal, akan tetapi dapat diketahui diagnosis histopatologiknya. Bagian
+ llyo kasus kelainan dini/minimal (misal polip kecil usus halus lebih bawah tak mungkin dibiopsi, sehingga
atau keganasan kolon dini atau kolitis tanpa ulkus) tidak bila ada kecurigaan didaerah ini harus dilakukan
terdiagnosis. laparotomi. Biopsi jejunum penting dilakukan untuk
menentukan adanya infeksi giardiasis.
2. Kolonoskopi dan ileoskopi: Pemeriksaan ini tidak
dilakukan rutin pada setiap diare kronik, tetapi Endoscopic Retrograde Cholangi Pancrealography
membantu dalam menegakkan diagnosis terutama dalam (ERCP): Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
mendapatkan diagnosis patologi anatomi dengan biopsi adanya kelainan pankreas. Bila pada BNO sudah tampak
mukosa usus. Pemeriksaan ini dapat langsung dilakukan kelainan kalsifikasi pankreas, ERCP tak diperlukan lagi.
tanpa didahului pemeriksaan barium enema atau Biopsi pada papilla vateri diperlukan untuk melihat adal
dilakukan setelah pemeriksaan barium enema bila masih tidaknya keganasan.
belum jelas kelainan anatomis kolon. Dengan
6. Sidik Indium 111 leukosit: Pemeriksaan ini sangat baik
pemeriksaan kolonoskopi dapat diketahui penyebab
untuk melihat adanya inflamasi usus secara cepat, tetapi
diare apakah keganasan atau hanya inflamasi penyebab
tidak dapat membedakan macam inflamasi. Prinsipnya
perdarahan masif/tersam ar, dapat ditentukan apakah
yaitu daerah yang abnormalpada saluran cerna akan
sudah terjadi displasi atau keganasan pada kolitis yang
menerima Indium 1 I 1, sedangkan daerah yang normal
lama. Selain itu, ditemukannya darah pada pemeriksaan
tidak tampak karena tidak menerima Indium I I 1.
ini dapat menyingkirkan penyakit fungsional (non-
organik). Pada kolitis mikroskopik (kolagen) walaupun 7- Ultrasonografi abdomen: Pemeriksaan ini untuk melihat
gambaran kolon dan ileum normal secara endoskopik, kelainan pankreas (pankreatitis kronik, kanker pankreas
tetapi secara histopatologik dapat ditemukan adanya dll.), hati (sirosis hati, hepatoma dll.), curiga limfoma
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KRONIK
545

malignum dan TBC usus. Pemeriksaan ini memiliki 4. TesNapas (Breathlest)zC cholyl glycine breath: tes
sensitivitas hanya 50-60% terhadap pankreatitis kronik. ini penting juga untuk menilai fungsi ileum, keberhasilan
Pada penyakit Crohn, kadang dapat ditemukan pengobatan atau fungsi usus yang tersisa setelah
gambaran penebalan dinding usus. Pada kanker kolon reseksi luas. Jumlah Cl4 yang diekskresi di tinja dapat
yang besar atau sudah metastase dapat ditemukan membedakan antara bacterial overgrowth dengan
adanya masa abdomen secara USG. malabsorbsi.
. Bile acid breath : mengalat kadar CO2 napas setelah
8. Sidik perut (CT-Scan abdomen): Pemeriksaan ini pemberian sejumlah dosis C-xylose. Pemeriksaan ini
dilakukan bila pemeriksaan ultrasonografi belum dapat
dapat menunjukkan perkembangan bakteri pada
dengan jelas menyokong diagnosis kelainan pankreas,
usus halus.
hati, keganasan saluran cerna/metastasenya atau masa . H2 breath: mengukur kadar H2 napas, dapal
abdomen yang belum jelas asalnya dll. Pemeriksaan ini
menentukan adany a maldigesti
memiliki sensitivitas 74-90% terhadap penyakit . malabsorbsi, intoleransi laktosa, orocaecal transit
pankreas.
time dar adanya pertumbuhan bakteri yang
9. Arteriografi/angiografi mesenterika superior dan berlebihan (bacteqial overgrowth) di usus.
inferior: Pemeriksaan ini unhrk menentukan sumbatan . taC-triolein absorption: pemeriksaan alternative
arteri mesenterika yang menimbulkan kolitis iskemik' untuk malabsorbsi lemak, menilai adanya lipolisis
dan absorbsi. Sensitivitas 85-100% dan spesifisitas
10. Enteroskopi: Pemeriksan enteroskopi akhir-akhir ini >g\yo,akan tetapi pemeriksaan ini tidak baik untuk
dapat menggantikan pemeriksaan rontgen usus halus
penderita diabetes mellitus, penyakit hati atau
follow through,karena lebih jelas dalam mendiagnosis obesitas.
kelainan-kelainan organik di usus halus (lebih sensitif
dan spesifik daripada rotgen follow through), dapat 5. Tes Kehilangan protein: Protein dicerna di dalam
melakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dan lumen usus menjadi polipeptida dan asam arnino oleh
dapat melakukan terapi seperti polipektomi dll. enzim pancreas sebelum absorbsi aktif' Malabsorbsi
preduk-produk tersebut jarang terjadi bila tidak ada
ll.Magnetic resonance cholangio pancreatography malabsorbsi lemak atau karbohidrat. Dua metode yang
(MRCP) Beberapa studi melaporkan bahwa MRCP
telah dipakai untuk menilai kehilangan protein dari
sama sensitifnya dengan ERCP dalam mendeteksi
usus antara lain faecal clearance of a,- antitrypsin
penyakit pancreas (pankreatitis kronik dan karsinoma
alau radiolabelled al bumin.
pankreas). Pengembangan terbaru pemeriksaan MRI
pankreatografi setelah stimulasi secretin dapat Tes Malabsorbsi asam empeda (Bile Acid Malabsotp'
mendeteksi kelainan pancreas fungsional dan struktural. tion) '. Malabsorbsi asam empedu dapat dinilai melalui
pengukuran turnover asam empedu yang dilabel
L2. Endosonografi atau endoscopic ultrasound (EUS).
radioisotop, pengukuran metabolit serum atau
Pemeriksaan ini dilaporkan memiliki sensitivitas yang
pengukuran kuantitatif asam empedu yang diekskresi.
tinggi dalam mendeteksi penyakit pankreas dini tetapi
Pemeriksaan pertama untuk mengtkw faecal recovery
jarang digunakan karena keterbatasan penggunaannya
oftaC glycocholate dalam fjnja selama48-72 jam setelah
dalam klinik dan mahal.
menelan secara oral marker tersebut. Pengukuran
konsentrasi serum metaboit asam empedu contohnya
Fungsi usus dan pankreas 7 - hy dr oxy - 4 - ch o l es t en- 3 - one,menghindari
1. ileum dan jejunum: Tes D-xylose, digr.rnakan
Tes fungsi penggunaan radilolabels dan telah diteliti hasilnya
untuk menilai integritas & fungsi absorbsi usus halus. sesuai hasil pemeriksaan
75
S e homo t auro chol at e (1
s
Se-
Pengukuran kadar lemak dalam tinja, untuk melihat HCAT). Tes ?5Se-HCAI merupakan test yang paling
kemampuan absorbsi lemak oleh usus. banyak dipakai membutuhkan penelanan obat sintetis
2. Tes fungsi pankreas: Tes sekretin-kolesistokinin, yaitu
75 Se-HCAT tersebut yang merupakan konjugasi
tes yang banyak dipakai, tes ini memakai infus terus alamiah asam empedu adsam taurocholat. Fraksi yang
menerus dengan hormon-hormon tersebut, lalu diukur tertinggal dinilai dengan gamma cameraT hari setelah
pengeluaran bikarbonat dan ensim. Tes ini sangat pemberian ral. Nilai kurang dari l5oh menunjukkan
membantu menilai fungsi pankreas pada diare berlemak adanya malabsorbsi asam emPedu.
(steatorea). Tes PABA, untuk menilai fungsi eksokrin 7. Tes small and large bowel transit limei D r a r e
pankreas . Tes elastase- 1 feses, digunakan unfuk menilai karena percepatan transit time ttsus dapat disebabkan
fungsi eksokrin pankreas juga. oleh keadaan pasca bedah (vagotomy, gastrektomi),
3. Tes schilling: Tes ini digunakan untuk mendiagnosis kelainan endokrin (karsinoid, hipertiroid, diabetes),
dehsiensi vitamin B 12 dan infeksi usus halus yang luas. penyakit usus halus infrltratif, sindrom usus iritabel.
546 GAIITROENTEROI.OGI

Berbagai metode yang digunakan mengukur transit membedakan osmotik dan sekretorik.
time orosekal (orocaecal transit timelOCTT) a.l. Urutan prosedur tambahan yang dianjurkan antaralait:
rontgen usus dengan brarium, scintigrafi radionuclide Hari ke 1 : Pemastian dan pelajari ulang hasil-hasil evaluasi
dan lactulose hydrogen breath test. Metode scintigrafi diagnostik selama rawat jalan Pengukuran berat atau vol-
dapat memakai makanan solid (telur dan roti) dan cairan ume tinja pada diit normal Skrining laksan urin dengan
yang dilabel ee'technetium atau rrrindium-diethylene pemeriksaan thin-layer chromatograpfty Pemeriksaan
triamine pentacetic acid, dan waktu yang terukur bagi alkalnisasi tinja Pengukuran natrium, kalium, sulfat, fosfat
substrat radioaktif mencapai caeum dicatat. Hasil tinja, osmolalitas tinja, penghitungan beda osmotik tinja
pemeriksaan tes ini sesuai dengan hasil lactulose ("stool osmotic gap") Hari ke 2-4: Ptasa 72 jam dengan
hydrogen breath test. Tes transit time kolon dapat hidrasi intravena (Jika diare berhenti total dalam 24 jam,
menggunakan marker radioopaque atau scintigrafi . tidak perlu dilanjutkan puasanya. Diare sekretorik
seringkali berkurang denganpuasa, tapi berlangsung terus
8. Tes permeabilitas usus
dengan tinja lebih 200 gramper 24 jam. Monitor berat tinja
Tes ini masih dalam penelitian.
24 jamtiaphaiHari ke 5-8: Berikan diet mengandung lemak
75-100 gram dalam 24 jam Monitor rerataberat tinja dan
Pemeriksaan lain kadar lemak tinjadalam24jam pada hari ke 6, 7 dan 8.
1. Petanda tumor. Pemeriksaan Carcino Embryonic
Antigen (CEA) untuk mengetahui adanya keganasan
pada pankreas dan kolon. Pemeriksaan Ca 19-9 untuk PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK
mengetahui adanya keganasan pankreas, tapi kadang
juga meningkat pada keganasan kolon. AGA merekomendasikan pendekatan sistematik tahap awal
2. Pemerikslan thinJuyer chromatography urine. unf,tk dan lanjut yang dapat dilihat pada Gambar I dan2
memeriksa adanya pemakaian obat pencahar bisacodyl,
phenolphthalein, anthraquinones dapat dilalokan untuk
menentukan etiologi diare.
3. Pemeriksaan ELISA tinja untuk menentukan antigen
giardia, assay alkalinisasi (untuk phenolphthalein),
pengukuran natrium, kalium, sulfat, fosfat tinja.
4. Tes untuk alergi makanan gastrointestinal. Antibodi
terhadap makanan dalam tinja dan sekresi usus halus
dapat dideteksi untuk mendiagnosis alergi makanan.

Diare
III. PROSEDUR TAMBAHAN EVALUASI PENDERITA inflamatorik
RAWATINAP
Ekr."tork I losrotial

Donowitz M dkk mengusulkan prosedur tambahan Gambar 1. Algoritme tahap awal diare kronik
evaluasi diagnostik pada penderita rawat inap, antara lain
penderita diberikan diet/makanan seperti dirumah, dan fDjar-..r.tik
dilakukan pemeriksaan berat tinja 24 jam. Jika tinja lebih
-____l- I

Y
dari 0,5 kg dalam 24 jam,lebih mengarahpadapenyakit Eksklusi infeksi
t Andisb___l
organik. Jika tinja kurang dari 0,2 kg dalam24 jun,pendeita
Eksklusi penyakit
tidak mengalami diare, mungkin mengalami inkontinensia, Stuktural
sindrom usus iritabel (IBS) atau penyakit rektum. Lalu
evaluasi diagnostik berikutnya yaitu puasa 72 jam. Tinja
24 jam dihitung, terutama selama hari kedua dan ketiga
puasa, yang dapat membedakan diare osmotik dari Pe rcobaan kolestiram in
untuk diare asam
sekretorik. Diare yang berhenti pada puasa menunjukkan
bahwa penyebab diare yaitu bahan yang dimakan secara
Diare inflamatorik
langsung atau tidak langsung. Etiologinya yaitu
penggunaan laksan atau karbohidrat yang tidak dapat
Eksklusi penvakit struktural Eksklusi oenvakit struktural
diabsorbsi, asam empedu atau asam lemak dll. (Tabel 4).
Penyakit diare sekretorik ditujukan pada diare yang tetap Eksklusi infeksi Eksklusi insufisiensi eksokrin
berlangsung atau berhenti parsial setelah puasa 48 jam.
Beda osmotik tinja (stool osmotic gap) dapat juga Gambar 2. Evaluasi tahap lanjut diare kronik
PENDEKATAN DIAGNOSTIK DIARE KROMK 547

PENUTUP 11. Rani A. Pendekatan Diagnosis Pasien Diare Kronik. Simposium


Diare Kronik. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu
Kesulitan dalam mendiagnosis etiologi dan patofisiologi Penyakit Dalam 1997. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. lakarta.l997'. 9l-9.
diare kronik merupakan tantangan dalam praktek dokter
12. Simadibrata M. Patofisiologi dan etiologi diare kronik. Naskah
sehari-hari karena etiologi dan patofisiologinya sangat lengkap Siang Klinik Penyakit Dalam: "Diagnostik & Peranan
beragam. Anamnesis riwayat penyakit, latar belakang Nutrisi Pada Diare Kronik". Bagian Ilmu Penyakit Dalam
penderita, kelainan pemeriksan hsik yang didapatkan perlu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto
dipelajari secara seksama agar dapat ditentukan jenis Mangunkusumo. 3 April 1997.

pemeriksaan penunjang diagnostik yang sistematik, terarah 13. Powell DW. Approach to the patient with diarhea. in:Yamada
T-Alpers DH- Owyang C-Powell DW-Silverstein FE. Textbook
dan c o s t effe c tiv ene s s.
of Gastroenterology Volume 1. Second edition. JB Lippincott
Co.Philadelphi a:7 99 5 :8 13 - 63.
14. Simadibrata MK. Pendekatan diagnostic diare kronik. Dalam:
REFERENSI Sudoyo AW-setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK-Setiati S eds.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. edisi ke 4. Pusat
l. Daldiyono. Pendekatan diare kronik pada orang dewasa. in: Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006 .
Sulaiman HA-Daldiyono-Akbar HN-Rani AA eds. 357 -65.
Gastroenterologi Hepatoiogi. CV Infomedika. Jakarta. 1990: 15. Binder HJ. Causes of Chronic Diarrhea. NEJM 2006;355:236-9.
34-44. 16 Mayer EA. Irritable Bowel Syndrome. NEJM 2008; 358: 1692-
2. Donowitz M, Kokke FT, Saidi R. Evaluation of patients with 9.
chronic diarrhea. N Engl J Med 1995; 332 (ll):725-9. 17. AGA. American gastroenterological association medical
3. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) position statement: Guidelines for the evaluation and manage-
Akut. dalam: Suharyono - Boediarso-Halimun EM eds. Balai ment of chronic diaffhea. Gastroenterology 1999; 116:1461-3.
Penerbit FKUI. Jakarta. 1988: 5l-76. 18. Bonis PA, LaMont JT. Approach to the patient with chronic
4. Schiller LR. Chronic dianhea. Gastroenterology 2004;127:287- diarrhea. Available from url: http://www.uptodateonline com/
93. patients/content/topic.do?topicKey:-pppp"3rs mdz9#2.
5. Sutoto,Moechtar MA,Karyadi,Brotowasisto. Morbidity and 19. Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, Playford R
mortality on diarrhoeal disesases in North Jakart, an urban et.al. Guidelines for the investigation of chronic diarrhea,2"d
area. South East J.Trop Med Publ helth 1982: 405-11. edition. Gut 2003;52 (Supplement 5):v1-v15; doi:10.1136/
6. Ammon IfV, Soergel KH. Diarrhea. in: Berck JE-Haubrich WS- gut.52.suppl_5.v 1.
Kalser MH-Roth JlA-Schaffner F eds. Bockus Gastroenterol- 20. Giardia. Available from url: http://www.
----.
Diarc%o20ktoriU Giar dia%20- %2OMicrobeWiki.htm.
ogy Volume 1. 4th edition. WB Saunders. Philadelphia. 1985:
125-41. 21. Habba, SF. Chronic diarrhea: identifliing a new syndrome. Am J
7. Geraedts AAM. De waarde van het niet-invasieve onderzoek bij Gastroenterol 2000; 95:.2140.
patienten met chronische diarree. Academisch Proefschrift ter 22. Gtrctant RL, Van Gilder T, Steiner Ts, Thielman NM, Stutsker
verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit van L, Tauxe RV et.al. Practice guidelines for the management of
Amsterdam.Nederland. 1987. infectious diarrhea. Chron Infect Dis 2001; 32:331-50.
8. Teh Lip Bin. Diarrhoea. in: Guan R-Kang Jy-Ng HS eds. 23. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. Use of
Management of Common Gastroenterological Problems. endoscopy in diarrheal illnesses. GIE 2001; 54:821-3.
a Malaysia & Singapore perspective. second edition. MediMedia 24. da Silva JGN, Brito TD, Damiao AOMC, Laudanna AA, Sipahi
Asia. Singapore. 1995: 7 4-82. AM. Histologic study of colonic mucosa in patients with chronic
9. American Gastroenterological Association Clinical Practice and diarrhea and normal colonoscopic findings. J Clin Gastroenterol
Practice Economics Committee. AGA Technical review on the 2006; 40: 44-8.
evaluation and management of chronic diarrhea. 25. Surawicz CM, Ochoa B. Diarrheal diseases. http://www.acg.gi.orgl
Gastroenterology 1999;1 16: 1464-86. patientsi gihealth/ pdfi diarrheal.pdf 36k 27/Jan12008.
1 0. Schiller LR. Diarrhea. Medical Clinics of North America 2000;84: 26. Hecker LM, Saunders DR, Losh D. Diarrhea. Available from url:
t259 -7 4 . http ://www.Diarco/o2Dkr onlklDIARRHEA.htm
85
DIARE AKUT
Marcellus Simadibrata K, Daldiyono

PENDAHULUAN tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15 hari agar dokter


tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada diare dengan lebih tepat.
dewasa. Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar
mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30
99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperhrakan 8.000.000 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan
pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat antara diare akut dankronik, dimana lama diare kronikyang
di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari).
yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Kematian Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi.
yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian Sedangkan diare non infektif bila tidak ditemukan infeksi
diare pada anak-anak atau usia lanjut usia, dimana kesehatan sebagai penyebab pada kasus tersebut.
pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang- Diare organik adalah bila ditemukan penyebab
berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik.
berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab
dibandingkan negara maju. organik.

DEFINISI KLASIFIKASI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: l. lama waktu
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), diare: akut atau kronilq 2.mekanisme patofisiologis: osmotik
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari atau sekretorik dll), 3. berat ringan diare : kecil atau besar,
200 gram ata;.r 200 mU24 janr. Defrnisi lain memakai kriteria 4. penyebab infeksi atau tidak: infektifatau non-infektif,
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kati per dan 5. penyebab organik atau tidak: organik atau
hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai fungsional.
lendir dan darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari
l5 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology ETIOLOGI
Organisation global guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cairilembek dengan Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain
jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanaq efek
l4hai. obat-obat dan lain-lain. (Tabel l)
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari Menurut World Gastroenterology Organisation
I5 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas
beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare empat penyebab: bakteri, virus, parasit dan non-
tersebut, adayang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, infeksi.

s48
DIAREAKUT s49

EPIDEMIOLOGI
lnfeksi
1. Enteral Pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS
Persahabatan dari 1 Nopember 1993 s.d 30 April 1994
. Bakteri: Shigella sp, E.coli patogen, Salmonella sp, Vibio
cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jeiuni, V. Hendarwanto,Setiawan B dkk. mendapatkan etiologi
parahaemoliticus, VNAG.,Staphylococcus aureus, infeksi seperti pada Tabel 2.
Streptococcus, Kebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, World Gastroenterology Organisation global guide-
Profeus dll.
. lines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang
Virus: Rotavirus, Adenovirus,Norwalk virus, Norwalk like
virus, cytomegalovrrus (CMV), echovirus, virus HlV. berhubungan dengan vehicle dan gejala klinik (Table 3
o Parasit: - Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia dan Tabel 4).
lamblia, Cryptospoidium parvum, Balantidium coli.
. Worm: A.lumbricoides, Cacing tambang, Trichuis
tichiura, S.stercorals, cestodlasts dll.
. Etiologi Frekuensi (%)
Fungus:Kandida/moniliasis
E.coli 38,29
2. Parenteral: Otitis media akut (OMA), pneumonia.Iraveler's Vibio cholerae Ogawa 18,29
diarrhea: E. coli, Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba Aeromonas sp 14,29
histolytica dll. Shigella flexneri 6,29
Makanan: Salmonella sp 5,71
. lntoksikasi makanan: Makanan beracun atau Entamoeba histolytica 5,14
mengandung logam berat, makanan mengandung Ascais lumbricoides 3,43
bakteri/ toksin: Clostidium perfingens, B.cereus, Rotavirus 2,86
S.aureus, Strepfococcus anhaemo lyticus dll. Candida sp 1,71
o Alergi: susu sapi, makanan tertentu. Vibrio NAG 1,14
o Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida Tichuris trichiura 1,14
(glukosa,laktosa, galaktosa), Plesiomonas shigelloides 0,57
disakarida(sakarosa,laktosa), lemak: rantai panjang An cy I osto m a d u od e n al i s 0,57
trigliserida protein: asam amino tertentu, celiacsprue B/asfocystis hominis 0,57
gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk,
vitamin & mineral

lmunodefisiensi: hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia(Bruton), penyakit granulomatose
PATOFISIOLOGUPATOM EKAN ISM E
kronik, defisiensi lgA, imunodefisiensi lgA heavycombination.
Terapi obat. antibiotik, kemoterapi, antasid dll.
Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/
tinggi terapi radiasi.
patomekanisme sebagai berikut: l). Osmolaritas intraluminal
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik
(neuropati diabetik). yang meninggi, disebut diare osmotik; 2). Sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3).
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak; 4). Defek
sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
KEADAAN RISIKO DAN KELOMPOK RISIKO 6). Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding
TINGGI YANG MUNGKIN MENGALAMI DIARE usus, disebut diare inflamatorik; 8). Infeksi dinding usus,
INFEKSI disebut diare infeksi.
Diare osmotik: diare tipe ini disebabkanmeningkatnya
l. Baru sajabepergiarVmelancong : ke negaraberkembang, tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
daerah tropis, kelompok perdamaian dan pekerja disebabkan oleh obat-ob atl zat kjmia yang hiperosmotik
sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair) (a.1. MgSO4, Mg(OII)2, malabsorpsi umum dan defek dalam
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase,
makanan laut dan shell fish, terutama yang mentah, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
Restoran dan rumah makan cep at saji ffas t food),banket Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh
danpiknik meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara
risiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks (Gay bowel klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
syndrome) sindrom defisiensi kekebalan didapat sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
(Acquired immune deficiency syndrome) dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe
4. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: ini antara lain karena efek enterotoksin p ada infeksi Wbrio
institusi kejiwaan/mental, rumah rumah perawatan, cholerae, atat Escherichia coli, penyakit yang
rumahsakit. menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan
550 GAITTROENTEROI.OGI

Perantara (vehiclel Patogen klasik


Air (termasuk sampah makanan pada air tersebut) Vibrio cholerae, Norwalk agenl, Giardia lamblia dan
Cryptospoidium species
Makanan
Poultry Salmonella, Campylobacter dan Shigella species
Sapi Enterohemorrhagic E coli, Taenia saginata
Babi Cacing pita
Makanan laut dan she//fish(termasuk Vibrio chole rae, Vibrio parahaemolyticus dan Vibriovulnificus,
sushl dan ikan mentah ) Salmonella species, cacing pita dan cacing anisakiasis
Keju Listeria species
Telur Salmonella species
Makanan dan krim mengandung Sta phyl ococcus dan Clostridiu m, Sal monel I a
mayonnarse
Pie Salmonella, Campylobacter, Cryptosporidium dan Giardia species

Binatang ke manusia (binatang piaraan dan livestock) Kebanyakan bakteri enterik, virus dan parasit

Manusia ke manusia (termasuk kontak seksual)


Pusat perawatan harian Shigella, Campylobacter, Cryptosporidium dan Giardia species,
virus, clostridium difficile
Rumah sakit, antibiotik atau kemoterapi C. difficile
Kolam renang Giardia dan CryptosponUrum species
Bepergian/melancong ke luar negeri E.coli berbagai tlpe, Sa/monella, Shigella, Campylobacter, Giardia
dan Cryptospondlum species, Entamoeba histolytica

Mikroorganisme

1. Organisme penghasil toksin Usus halus


foksin preformed
Bacillus cereus, Staphylococcus +++-++++ +-++ +++-++++, air
aureus, Clostidium peiingens
Enterotoksin
Vibio cholerae, enterotoxigenic ++-++++ +-++ +++-++++, air
E.coli(ETEC), Klebsiella
pne umoniae, Aeromon as species
Cytotoksin
Clostidium difficile +++-++++ +-+++, biasa
air, kadang
berdarah
Hemorrhagic E coll -+ +-++++ +-+++, awal
air, cepat
berdarah
2. Organisme Enteroadherent Usus halus
Ente ropathoge nic dan enteroadherent -+ +-+++ +-++, air
E col/, Organisme Giardia,
Cry ptospori d i os i s, cacing

3. Organisme invasif Kolon


lnflamasi minimal lleum
Rotavirus dan virus Norwallk +-++ ++-+++ +++-++++ +-+++, air terminal
lnflamasi variabel
Sal monella, Ca mpylobacter, dan -+++ +-++++ ++-++++ +++-++++, air
Aeromonas species, Vlbno atau berdarah
parahaemolyticus, Ye rsi n i a
enterocolitica
lnflamasi berat
Shigella species, ente roi nv a sive +-++++ +-++,
E coli, berdarah
Entamoeba histolytica
DIAREAKUT 55r

absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya
sodium sulfosuksinat dll). penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: Diare memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan karena infekti bakteri/parasit terdiri atas:
hati.
Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik).
Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V.cholerae Eltor
di enterosit: diare tipe ini disebabkan adanya hambatan Enterotoxigenic E.coli (ETEC) dan C. Perfringens. V
mekanisme transport aktif Na+K+ AIP ase di enterosit
Cholerae eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
dan absorpsi Na+ dan air yatg abnormal.
mukosausus halus l5-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan
ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas nikotinamid adenin dinukleotid padad dinding sel usus,
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di sehingga meningkatkan kadar adenosisn 3',5'-siklik
usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: dia-
monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan
betes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan
oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus Diare karena bakterilparasit invasif (enterovasil). Bakteri
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe yang merusak (invasif)antar a lair' Enteroinvasive E. co li
ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena (EIEC), S alm on el I a, Shigell a, Yer s ini a, C. p erfrin gens tipe
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa
berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif.
gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau
halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) ata.u demikian infeksi kuman - kuman ini dapat juga
non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn) bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman
Diare infeksi: Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu
tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh S.paratyphi B, Styphimurium, S enterridilis, S
bakteri dibagi atas non-invasif (tidakmerusakmukosa) dan choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu
invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif E.his tolitika dan Glamblia.
menye-babkan diare karena toksin yang disekresi oleh
bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh
diare toksigenik a.l. kolera (Eltor). Enterotoksin yang DIAGNOSIS
dihasilkan kum an Wbrio cholare/eltor merupakan protein
yarg dapat menempel pada epitel usus, yang lalu Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksan
membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di fisik dan pemeriksaan penunjang.
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida
yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan Anamnesis
kalium. Mekanisme absorpsi ion nafiummelalui mekanisme Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala
pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan
klorida (diikuti ionbikarbonat, air, natrium, ionkalium) dapat diarenya berlangsung kurang.dari 15 hari. Diare karena
dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion natrium penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air,
(diiringi oleh ai1 ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). dan sering berhubungan dengan malabsorpsi, dan
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon
glukosa yang diabsorpsi secara aktifoleh dinding sel usus. seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang.
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan
PATOGENESIS khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
tinja yang sering, bisa aiE malabsorptif, atau berdarah
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
infeksi yaitu faktor kausal(agent) dan faktor pejamu(host). patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon
Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk lebih mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas
menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen
tangkis atau lingkungan internal saluran cema antataTain: bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami
keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
552 GASTROENTEROI.OGI

makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan pasien belum jatuh dalam presyok.
karena toksin yang dihasilkan. Parasit yang tidak
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8oZ BB): turgorburuk,
menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan
suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi
Crypt o s poridium, biasanya menyebabkan rasa tidak
cepat, napas cepat dan dalam.
nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin
berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas dan Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda
kembung. dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
dalr Shigella, dan organisme yang menghasilkan
sitotoksin seperti Clostridium difficile and Pemeriksaan Fisis
enterohemorrhagic E coli (serotipe Ol57 H7) Kelainan-kel ainany angditemukan pada pemeriksaan fi sik
menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organisme
sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada
Yersinia seringkali menginfeksi ileum terminal dan
menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah
bawah, menyerupai apendisitas akut. Infeksi dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas.
Campylobacter j ejuni sering bemanifestasi sebagai diare,
Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang
demam dan kadangkala kelumpuhan anggota badan dan
penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau
badan(sindrom Guillain-Barre). Keluhan lumpuh pada
tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek
"clue" bagi penentuan etiologi.
dokter karena ketidaktahuan masyarakat.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang
menginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti Pemeriksaan Penunjang
virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat
menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E coli, atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan
protozoa, and helminths. Beberapa organisme seperti beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut
Campylobacter, Aeromonas, Shigella, atd Vibrio species a.l. pem.eriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
(misal, V p arahemo lyticus) menghasilkan enterotoksin dan hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit
juga menginvasi mukosa usus; pasien karena itu serum, Ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan
menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam pemeriksaar EnzymJinked immunos orbent assay @LISA)
beberapajam atau hari. mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombo- foto x-ray abdomen. (Gambar 1)
sitopenik trombotik (TTP) dapat timbul pada infeksi Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki
dengan bakteri E coli etterohemorrhagic dan Shigella , jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
terutama anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan Iimfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada
bakteri enterik lain dapat disertai sindrom Reiter (arlritis, infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki
uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutro-
glomerulonefritis. Demam enterik, disebabkan Sa lmo n e I I a penia dapat timbul pada salmonellosis.
Qphi atau Salmonella paraQphi, merupakan penyakit Ureum dan kreatinin diperiksa untk memeriksa adanya
sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai demam kekurangan volume cairan dan mineral tubuh Pemeriksaan
tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala tinja dilakukan untuk melihatadatya leukosit dalam tinja
respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur
kemerahan (rash). cacing dan parasit dewasa.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik
terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak dalam 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di
kecil dan lanj ut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran
haus yang meningkat, berkurangnyajumlah buang air kecil toksin C/oslridium dfficile.
dengan wama urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan
perubahan orlostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare
ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada
kebingungan- dan pusing kepala. sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat
sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3
mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena
tingkatan:
kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma didaerah
Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5%'BB)z gambaran kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika
klinisnya turgor kurang, suara serak(vox cholerica) , mukosa terlihat inflamasi berat.
DIAREAKUT 55J

Anam nesis

Lama Nyeri abdomen Penyakit lain


Karakteristik tinja
Epidemiologi Kolitis akut
Air
Bepergian makanan Penyakit ususinflamas o ba t-o bat
Berdarah
air

Pemeriksaan
fisik
Umum
Keseim bangan Abdom en Pem eriksaan rektal
Cairan Nyeri tekan Fecal occult blood
Panas Distensi tesf
Nutrisi

Pemeriksaan awal
Nontoksik Terapi simtomatik
Toksik
Lama penyakit Cairan rehidrasioral
Penyakit berjalan
se be nta r
0bat antidiare
teru s
Darah ditinja Tidak berdarah
Tidak nyeri tekan Tidak respons Respons
Dehidrasi

Replesicairan/
e le ktro lit

Evaluasi
Laboratorium
Pem eriksaan darah tepi lengkaP Kimia darah
Pem eriksaan tinja
Hemokonsentrasi E lektro lit
Pem. Telur dan parasit
Diferensial leukosit Ureum
Antigen Giardia
K re atin in
Toksin clostridium difficile
Serologiameba

Leu kosit tin ja


Sigmoidoskopi atau Postif Negatif

Kultur tinja

Terapi antibiotik em pirik


Terapi spesifik

Gambar 1. Algoritme untuk evaluasi pasien dengan diare akut

PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI a. Dehidrasi berat: BJ plasma I ,032 - I ,040


b. Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028 - 1,032
Deraj at dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan; c. Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025 - 1,028
l. Keadaan klinis: ringan, sedang dan berat (telah 3. PengukuranCentral Venous Pressure (CVP):
dibicarakan di atas) Bila CVP +4 s/d +l I cm H2): normal
2. Berat Jenis Plasma: Pada dehidrasi BJ plasma meningkat Syok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H2O
554 GAIIIROENTEROI.OGI

DIAGNOSIS BANDING kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,


penatalaksanaarlyangagresif seperti cairan intravena atau
Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit
dapat memberikan pengobatanyang lebih baik. Pasien dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral
diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai demam/ murah, efektifdan lebih praktis daripada cairan intravena.
tinja berdarah dan diare akut yang tidak disertai demam/ Cairan oral antara lain: pedialit, oralit dll. Cairan infus antara
tinja berdarah. lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50 - 20 0 rdkgBBl24
jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
Pasien Diare Akut Disertai Demam dan Tinja Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai
Berdarah dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi
Observasi umum: diare sebagai akibat mikroorganisme ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami
infasif lokasi sering di daerah kolon, diarenya berdarah kekurangan cairan 2-5%o dari berat badan. Sedang bila
sering tapi jumlah volume sedikit, sering diawali diare air. pasien kehilangancatran5-8o/o dari Berat Badan. Berat bila
Patogen: l). Shigella spp (disentri basiler, shigellosis), 2). pasien kehilangan cairan 8-10% dari Berat Badan.
Campylobacterjejuni, 3). Salmonella spp, Aeromonas Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
hydrophila, V.parahaemolyticus, Plesiomonas yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
s hige I I o i de s, Yersinia. Macam-macam pemberian cairan :
Diagnosis: l). Diferensiasi klinik sulit, terutama 1. BJ plasma dengan rumus:
membedakan dengan penyakit usus inflamatorik idiopatik
non infeksi, 2).Banyak leukosit di tinja(patogen invasif),
BJ plasma - 1,025
3). Kultur tinja untuk Salmonella, Shigella, Kebutuan cairan x Berat badan x 4 ml
Campylobacter, Yersinia,4). Darah tebal untuk malaria
0,001

Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja 2. Metode Pierce berdasarkan klinis:
Observasi umum: patogen non-invasif( tinja air banyak, Dehidrasi ringan, kebutuhan catran : 5%o xBeratbadan
tidak ada leukosit tinja), seringa disertai nausea, kadang (ke)
vomitus,,lebih sering manifestasi dari diare turis(85% Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan: 80% x Berat badan
kasus), padakasus kolera, tinja seperti cucianbera, sering (kc)
disertai muntah. Dehidrasi berat, kebutuhan cairan: l0% x Berat badan
Cic)
Patogen: ETEC, penyebab tersering dari diare tluris,2.
1.
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l. (Lihat
Giardia lamblia, 3. Rotavirus, virus Norwalk, 4. Eksotoksin
Thbel5)
Preformed dari S.aureus, Bacillus cei'eus, Clostridium
p erfringens (lipe A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi Skor
oleh lama inkubasi yang pendek 6 jam, 5. Penyebab lain: Kebutuhancairan: x l0oh x kgBBxlliter
Wbrio parahaemolyticus (ikan laut dan shell fish yang 15
tidak cukup didinginkan), Vibrio cholerae(kolera), Bahan
toksik pada makanan(logam berat misal preservatif kaleng, Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya
nitrit, pestisida, histamin pada ikan), jamur, kriptosporidium, diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi
Isospora belli (biasa pada pasien HIV positif meskipun sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan
dapat terjadi juga pada manusia normal). cairan per intravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral
Diagnosis: Tidak ada leukosit dalam tinja, kultur melalui selang nasogastrik atau intravena.
tinja(sangat rendah pada diare air), tes untuk ETEC tidak
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan
biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan parasit
cairan melalui infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi
untuk tinja segar, sering beberapa pemeriksaan ulangan ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan
dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia per oral atau selang nasogastrik , kecuali bila ada kontra
indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai.
Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik
PENATALAKSANAAN dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium
Bikarbonat dan 1,5 g KCI setiap liter. Contoh oralit generik,
Penatalaksan aan pada diare akut antara lain :
renalyte, pharolit dll.
Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kebufuhan cairan menurut rumus BJ plasma atau skor
DIAREAKUT 555

saset diberikan tiapdiare/BAB encer sampai diare berhenti.


c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3
Klinis skor
x l tablhari.
Rasa haus/muntah 1

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1 Obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2 penyakit yang ringan, self limited disease karena virus
Frekuensi nadi > 120 kali/menit 1

Kesadaran apati 1
atau bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2 dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empirik
Frekuensi napas > 30 kaliimenit 1
diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami
Facies cholerica 2
Vox choleica 2
infeksi bakteri invasif, diare turis (traveler's diarrhea) atau
Turgor kulit menurun 1 imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (misal
Washer woman's hand 1
siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini
Ekstremitas dingin
baik terhadap bakteri patogen invarsif termasuk
1

Sianosis 2
Umur 50 - 60 tahun -1 Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan
Umur > 60 tahun -2 Aeromonas species. Sebagai alternatif yaitu kotrimoksazol
(trimetoprim/sulfametoksazol, I 60/800 mg 2 xlltari, ata,u
eritromisin 250 - 500 mg 4 x/hari. Metronidazol 250 mg 3 ></
hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigasi
Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar giardiasis.
tercapatirehidrasi optimal secepat mungkin. Untuk turis tertentu yang bepergian ke daerah risiko
b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg/hari) dapat
diberikan berdasarkan kehilangatcairar, selama 2 jam dipakai sebagai profilaktik yang memberikan
pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak perlindungan sekitar 90Yo. Obat profilaktik lain termasuk
ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat trimetoprim- sulfametoksa zol dan bi smuth sub salisilat.
diganti cairan per oral. Patogen spesifik yang harus diobati a.l. Wbrio cholerae,
c. Jam berikutrya pemberian cairan diberikan berdasarkan Clostridium dfficile, parasit, travelerb diaruhea, dan
kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible water infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis,
/oss (IWL) klamidiosis, and herpes simpleks). Patogen yang
mungkin diobati termasuk Wbrio non koler4 Yersinia,
Diet. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila dan Campylobacter, dan bila gejala lebih lama pada
muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum infeksi A er o m o n a s, P I e s i om o n as dan E c o I i ent erop ath o -
minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan genic. Obatpilihan bagi diare karena Clostridium dfficile
mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu yaitu metronidazol oral 25-500 mg 4 xlhai selama 7- I 0
sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase hari. Vankomisin merupakan obat alternatif, tetapi lebih
transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. mahal dan harus dimakan oral karena tidak efektif bila
Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
diberikan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi
Obat anti-diare. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala- pemberian per oral. Obat antimikroba dapat dilihat pada
gejala. a). Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal Tabel 6.
loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium.
Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki
efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan KESIMPULAN
obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada
pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan
bismuth. Obat antimotilitas penggunaatnya harus hati- pemeriksaan klinis yang baik untuk menentukan
hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi diagnosis penyebab diare akut dan adaltidaknya dehidrasi.
Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat Penatalaksanaan diare akut terdiri dari rehidrasi, diet, obat
memperlama penyembuhan penyakit. b)..Obat yang anti diare dan obat anti mikroba bila penyebabnya
mengeraskan tinj a: atapulg ite 4 x 2 tab lhari,smectite 3 x 1 infeksi.
556 GAIITROENTEROI.OGI

Penyebab Terapi
Shrge//osls (serius) Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari; 3 hari
S.(para) typhi Siprofloksasin 500 mg, 2kalilhafi;10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750 mg 4 kali/hari; 14 hari (alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960 mg 2kalilhai;14 hari (alternatif 2)
Sa/monel/osls lain Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari; 10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750 mg 4 kali/hari;(alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960 mg kali/hari; 14 hari (alternatif 2)
Campylobacter (keluhan serius dan persisten) Eritromisin 250 mg 4 kali/hari; 5 hari
Klaritromisin 250 mg 4 kali/hari; 5 hari
Yersinia Doksisiklin 200 mg hari ke-1; lalu '100 mg 1 kali hari; 4 hari
Ko-trimoksazol 960 mg 2 kalilhari; 5 hari (alternatif 1)
Siprofloksasin 500 mg 2 kalilhari 5 hari (alternatif 2)
Disentri amebik Tinidazol 2 g 1 kalilhari; 3 hari (pilihan ke 1)
Metronidazol 750 mg 2kalilhari;5 hari (alternatif 1)
(diikuti oleh diloksanid furoat 500 mg 3 kali/hari; 10 hari)
Vibrio cholerae Siprofloksasin 1 g sekali sehari
Vibramisin 300 mg satu kali sehari
Giardia lamblia Tinidazol 2 gr satu kali sehari
Schrstosoma spp Praziquantel 40 mg/kg sekali sehari
Stron gy I oi de s stercoral is Albendazol 400 mg 1 kali/hari; 3 hari
lvermekin 150-200 mikrogram/kg satu kali sehari
Tiabendazol 25 mg/kg 2kalilhal. (maks. 1500 mg per dos)
Trichurs trichiura Mebendazol 100 mg 2 kali/hari. 3 hari
Cryptosporidiosis sembuh spontan dengan staus imun normal. Jika Paromomisin 500-1000 mg 3 kali/hari; 14 hari
p$amu immunocompromised dengan diare persisten Azitromisin 500 mg '1 kali/hari; 3 hari
Cyclospora Ko-trimoksazol 960 mg 3 kali/hari; 14 hari
lsospora belli Ko-trimoksazol 960 mg 3 kali/hari; 14 hari
Clostridium difficile Metronidazol 500 mg 3 kali/hari; 7-10 hari (ika diperlukdn)
Biasanya penyembuhan spontan setelah menghentikan antibiotik Vancomisin 125 mg 4 kali/hari; 7 -1 0 hari (alternatifl
Catatan; Salmonella typhl multiresistan dan mikroorganisme multiresistan, terutama di negara berkembang. Terapi dengan amoksisilin
dan ko{rimoksazol tidak efektif di beberapa negara. Lama terapi antimikroba dalam literatur.

REFERENSI Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 1997.


Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPNCM;1997.p.91-9.
Boediarso A. Pendekatan diagnostik-etiologik diare kronik.In: Schiller LR. Diarrhea. Med Clin North Am. 2000;84:1259-74.
Suharyono,Sunoto-Firmansyah A eds. Penanganan mutakhir Sellin JH. Intestinal electrolyte absorption and secretion. In: Feldman
beberapa penyakit gastrointestinal anak. Pendidikan Tambahan M, et al, eds. Sleisenger & Fordtran's gastrointestinal and liver
Berkala IKA ke XVI FKUI. Jakarta September 30th-October disease: pathophysiology, diagnosis, management. 6th ed.
1st 1988.h. 57-68. Philadelphia:WB Saunders; I 998.p. I 45 1-71.
Daldiyono. Diare. Dalam: Sulaiman HA-Dsdaldiyono, Akbar HN-Rani Simadibrata M et al. Chronic diarrhea in adult. Asian Pacific Con-
AA eds. Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta.CV Infomedika. gress of Gastroenterology. Yokohama-Japan. 1996.
1990.p. 2l-33. Simadibrata M. Pengobatan farmakologis diare kronik. In:Markum
Gangarosa RE, Glass RI, Lew JF, Boring JR. Hospitalizations MS, Sudoyo AW, Effendy S, Setiati S, Gani RA Alwi I eds.
involving gastroenteritis in the United States, 1985: the spe- Naskah lengkap pertemuan ilmiah tahunan ilmu penyakit dalam
cial burden of disease among the elderly. Am J Epidemiol. 1997. Bagran Iimu Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM;1997.p.
1992;135: 281-90 101-9.
Garthright WE, Archer DL, Kvenberg JE. Estimates of incidence Soffer EE. Diarrhea. In: Andreoli TE, et al, eds. Cecil essentials of
and costs of intestinal infectious diseases in the United States. medicine. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2001.p.31620.
Public Health Rep. 1998; 103: 107-15. Suharyono. Penatalaksanaan mutakhir diare kronik. In:Suharyoho-
Hendarwanto. Diare akut karena infeksi. In: Noer HMS, Waspadji S, Sunoto-Firmansyah A eds. Penanganan Mutakhir Beberapa
Rachman AM, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, Alwi I eds. Penyakit Gastrointestinal Anak.Pendidikan Tambahan Berkala
Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I. Edisi ketiga. Balai Penerbit IKA ke XVI FKUI. Jakarta September 3Oth-October lst 1988.h.
FKUI. Jakarta. 1997.h. 451-7. 69-73.
Junadi P, Soemasto AS, Amels H. eds. Kapita selekta kedokteran. Teh Lip Bin. Diarrhoea. in: Guan R-Kang JY, Ng HS eds. Manage-
Edisi kedua. Media Aesculapius FKUI. 1982. ment of Common Gastroenterological Problems.a Malaysia &
Morgenroth K, Kozuschek W, Hotz J. Pancreatitis. deGruyter. Singapore perspective. second edition Singapore.MediMedia
. Berlin-NewYork. 1991. Asia. 1995.p. 74-82.
Rani AA. Pendekatan diagnosis pasien diare kronik. In: Markum World Gast/ronterology Organisation. Global guidelines 2005.
MS, Sudoyo AW-Effendy S, Setiati S-Gani RA, Alwi I eds. Naskah
86
POHP KOLON
H.A. Fuad Bakry F

PENDAHULUAN Hampir semua karsinoma kolon timbul dari adenoma.


Proses ini dinamakan adenoma- cars inoma s equence.
Istilah polip kolon dalam klinik dipakai untuk Menurut penyelidikan mengenai adenoma, perubahan ke
menggambarkan tiap kelainan yang jelas (any circum' arah keganasan menjadi lebih mungkin bila adenoma
scribed lesion), yang menonjol di atas permukaan mukosa tersebut berukuran lebih besar, bila berupa adenoma
yang mengelilinginya. villosa atau displasia epitel berat.
Bentuk, besar, dan permukaan polip dapat berbeda- Poliposis kolon merupakan suatu polip adenomatosa
beda. Ada yang bertangkai, disebtrt pedunculated polyp tetapi penyakit ini di Indonesia jarang ditemukan dan
dan ada yang tidak bertangkai dan mempunyai dasar yang diturunkan menurut hukum Mendel. Bila salah satu dari
lebar, disebut sessile polyp. Walaupun secara makroskopis orang tua menderita poliposis, kira-kira 50 %o dari
beberapa jenis polip dapat diketahui akan tetapi untuk keturunannya akan menderita penyakit ini. Sebelum
mengetahui secara pasti jenis polip, diperlukan polip mulai nampak, daerah-daerah dengan proliferasi
pemeriksaan histologis. Ini penting sekali karena jenis- atipik sudah dapat ditemukan pada biopsi mukosa
jenis polip berbeda secara klinis terutama dalam hal potensi rektum. Ini kemudian tumbuh menjadi polip
untuk menjadi ganas. Polip kolon-rektum lebih sering adenomatosa. Biasanya terdapat ratusan sampai ribuan
ditemukan dari pada polip lambung-duodenum. polip pada poliposis familial. Perdarahan, banyak lendir
Polip pada usus besar dibagi atas: 1). Polip non-epitelial, dan tenesmus menunjukkan adanya transformasi
2). Polip epitelial. keganasan.
Polip non-epitelial berasal dai jaingan limfoid, otot
halus, lemak dan saraf. Misalnya polip limfoi d,yang sessile
dan submukosa, terdapat pada bagian distal rektum dan
tidak ganas. Polip limfoid ini terjadi karena peradangan
lokal.
Polip epitelial lebih sering terdapat. Dapat dibagi atas
4 golongan : 1). Adenoma atau golongan neoplastik. Jenis
ini sangat penting karena potensinya untuk menjadi
ganas. 2). Hamartoma. 3). Polip karena peradangan
(inflammatory polyps). 4). Polip hiperplastik (hyper
plastic polyp). Gambar 1. Polip kolon

Adenoma. Terdapat 3 jenis Adenoma, yaitu: a). Adenoma


tubular, b). Adenoma villosa, c). Adenoma tubulo-villosa. Ilamartoma merupakan suatu malformasi, terdiri atas suatu
Adenoma tubular yang khas ialah kecil, sferis dan campuranjaringan yang secara noflnal terdapat di bagian
bertangkai dengan permukaan y ang licin. A d en o m a v i I I o s a badan tersebut. Pada usus besar ada 2 macamhamartoma
biasanya besar dan sessil dengan permukaan yang tidak yang dikenal, akan tetapi jarang terdapat, yaitu: a).polip
licin. Sedangkan adenoma tubulo-villosa adalah campuran juvenil (Juvenile polw), b). polip pada Sindrom Peutz-
\
dari kedua jenis adenoma tadi. Jeghers.

557
558 GASIROENTEROI.OGI

Polip juvenil biasanya terdapat pada anak-anak,


walaupun tidak selalu demikian. Sebagian besar timbul di
rektum bagian distal sampai 5 cm dari rektum, biasanya
hanya satu atau sedikit jumlahnya. Juvenile polyposis
syndrome yaitu keadaan dimana ada polip di lambung,
usus kecil dan usus besar jarang terdapat. Makroskopis IVukosa normal Transposisi Epitelial Polip adenoma

kelihatan sebagai polip kecil sampai 2 cm, bundar dengan


permukaan yang licin dan merah terang.
Polip pada sindrom Peutz-Jegher sebagian besar
terdapat pada usus kecil akan tetapi pada 15 %o, polip
terdapat juga di kolon. Polip tersebut sessile atau
bertangkai, permukaan kas ar dan lobulated, tidakmenjadi
Karsinom a insit! Karsinoma infasif
ganas.

Inflammatory polyps, terdapat pada peradangan kronik Adeno karsinoma

seperti penyakit Crohn, kolitis ulseratif, disentri basilaris, Karsinoma insitu

amebiasis dan skistosomiasis. Polip-polip ini dapat


berbentuk yang aneh-aneh. Walaupun kelihatannya
bertangkai akan tetapi sukar dibedakan antaratangkai dan
kepala. l[,luskularis
It4 u kos a

Polip hiperplastik atau metaplastik. Biasanya multiple dan


sessile, timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Dapat Gambar 2. Perubahan polip adenoma menjadi karsinoma
ditemukan di semua bagian usus besar, akan tetapi lebih
sering terdapat di rektum. Biasanya kecil, lebih kecil dari
0,5 cm, warnanya sama dengan mukosa di sekitamya atau metal snare polip ditangkap dan dijerat pada pada tempat
lebih pucat. yang tidak terlalu dekat dasamya karena bahaya heat ne-
crosis pada dinding usus, akan tetapi juga tidak boleh
terlalu tinggi dan perlu cukup ke bawah supaya sebanyak
POLIPEKTOMI mungkin tangkai terpotong. Perlu dijaga supaya kepala
polip tidak menyentuh dinding usus berhadapan karena
Berhubungan dengan kemungkinan keganasan, tiap polip dapat menyebabkan nekrosis. Kemudian dengan aliran
perlu diangkat dan dikirim ke patologi anatomi untuk listrik polip dapat dipotong.
pemeriksaan, begitu pula polip kecil. Sejak permulaan tahun Biasanya dengan cara ini polip yang bertangkai besar
tujuh puluhan, polipektomi secara endoskopik dapat s ampai 2 cm dap at diatgkat. Lebih be sar d ai 2 cm samp ai
dikerjakan dengan koagulasi-elektris. Pengalaman 4 cm sulit untuk ditangkap dengattsnare. Untukpolip yang
menunjukkan, bahwa prosedur tersebut cukup aman dan besar ini atau yang lebih besar lagi, bila keadaan pasien
tidak sulitbila dike{akan oleh seorang ahli endoskopi yang tidak memungkinkan untuk dioperasi dapat diusahakan
terlatih dan berpengalaman. Sebaiknya polip tidak dibiopsi polipektomi secara piece meal, jadi sedikit demi sedikit,
karena spesimen biopsi kurang representatif. atau dike{akan dalam beberapa tahap. Untuk mengeluarkan
Suatu adenoma villosa yang lebih besar dari 2 cm lebih polip yang sudah dipotong dapat dilaksanakan dengan
baik tidak dikeluarkan secara polipektomi endoskopik, penyedotan pada ujung endoskop. Akan tetapi dengan
tetapi perlu dilakukan reseksi oleh ahli bedah. cara ini kadang-kadang polip dapat terlepas lagi dan harus
Sebelum polipektomi, usus harus dibersihkan dengan dicari-cari lagi. Sebaiknya polip dikeluarkan dengan
baik dan tidak boleh kotor. Usus yang tidak bersih retrieval forceps, ata.o ditangkap dengan s nare tanpa aliran
mengandung banyak gas-gas seperti metan dan hidrogen lisnik.
yang dapat menimbulkan peledakan bila terkena aliran Komplikasi yang dapat timbul dengan polipektomi
listrik. Premedikasi biasanya tidak diperlukan. Kadang- endoskopik adalah: perdarahan, perforasi, refleks vago-
kadang diperlukan diazepam atau buskopan secara vagal, eksplosi. Eksplosi tidak akan te{adi bila usus bersih
intravena. Endoskop dimasukkan sampai dekatpolip yang dan lebih aman lagi bila dipakai COr. Refleks vago-vagal
akan dikeluarkan. Bila lebih dari satu polip yang akan sangatjarang terjadi. Bila dikerjakan dengan hati-hati dan
dikeluarkan dalam satutahap, kitamulai denganpolip yang memperhatikan semua petunjuk-petunjuk teknis yang
paling proksimal. Kolon dikembangkan dengan suatu fu- diperlukan untuk polipektomi, komplikasi perdarahan atat
ert gas seperti CO, yang tidak mudah terbakar untuk perforasi akan berkurang.
menghindari ledakan karena gas-gas yang biasanya Bila polip ternyata ganas dan jaringan karsinoma sudah
terdapat di usus besar, terutama metan. Dengan suatu didapat pada tepi potongan atau menembus muskularis
FOLIPKOLON 559

mukosa maka harus dikeijakan reseksi pada bagian usus REFERENSI


tersebut. Pada karsinoma in situ tidak perlu tindakan
reseksi akan tetapi sangat dianjurkan untuk kontrol Corman ML. Polipoid disease. Colon and rectal surgery. 2'd edition.
endoskopi secara terafur. p.345-85.
Luk GD. Colonic polyp: benign and premalignant neoplasma of the
Pada adenoma, walaupun tidak ganas, diperlukan pula
colon. In: Yamada I Alpers DH, Owyang C, Powell DW, Silverstein
kontrol endoskopi. Demikian pula pada polip-polip lain FE, editors. Textbook of gastroenterology. Volume 2. 2"d edition.
akan tetapi dalam hal ini kontrol tidak perlu terlalu sering, Philadelphia: JB Lippincott Co; 1995. p. l9ll- 43.
misalnya cukup sekali setahun. Robbins Cortran. The gastrointestinal kact-colon: pathologic basis
Tidak terlalu sukar untuk mengeluarkan polip secara of disease. International student. p. 987-91.
endoskopi. Akan tetapi dokter yang mengerjakan Rosai J. Ackerman's surgical pathology. Mosby Year Book; 1966. p.

polipektomi perlu dilatih dahulu untuk menghindari 7 s4-66.


Scwartz SL Neoplastic disease. Principles of surgery. 6n edition.
terjadinya komplikasi seperti perdarahan, perforasi atau
New York: Mc Graw Hill; 1994. p. 1259-71.
eksplosi. Dengan polipektomi dapat dicapai : l). mencegah Simadibrata R. Polip kolon. In: Soeparman, editor. Ilmu penyakit
perdarahan dari polip. 2). mencegah terjadinya karsinoma. dalam. Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 149-51.
3). tidakjarang merupakan diagnosis danpengobatan dini Taylor L. Colon polyps and colon cancer. Med Int. 1986;2(9):1063--6.
karsinoma kolon/rektum. Taylor L. Colon polyps and colon cancer. Med Int. 1990;3:3300-4.
Way L\{. Polyps of the colon and rectum. Current surgical diagnosis
and treatment. 1Oth edition. A Lange Medical Book. 1994. p.
662-7.
87
KOLITIS INFEKSI
Nizam Oesman

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada selain kista juga mengeluarkan trofozoit, namun bentuk
kolon, yang berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama di luar tubuh
sebagai berikut: manusla.
a. Kolitis infeksi, misalnya: shigelosis, kolitis tuberkulosa,
Patofisiologi. E.histolytica terdapat dalam dua bentuk
kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis karena
yaitu: kista dan trofozoit yang bergerak. Penularan terjadi
virus/bakteri/parasit lain.
melalui bentuk kista yang tahan suasana asam. Di dalam
b. Kolitis non-infeksi, misalnya: kolitis ulseratif, penyakit
lumen usus halus, dinding kista pecah mengeluarkan
Crohnb, kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis
trofozoit yang akan menjadi dewasa dalam lumen kolon.
mikroskopik, kolitis non-sp esifik (s impl e colitis).
Akibat klinis yang ditimbulkan bervariasi, sebagian besar
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang asimtomatik atau menimbulkan sakit yang sifatnya ringan
sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu sampai berat.
kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis tuberkulosa. Di Berdasar pola isoenzimnya, E.histolytica dibagi
samping itu dibahas pula kolitis pseudomembrun yang menjadi golongan zyrnodeme patogenik dan zymodeme
timbulnya terkait dengan pemakaian antibiotik, dan infeksi non patogenik. Walaupun mekanismenya belum
E. coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu seluruhnya jelas, diperkirakan trofozoit menginvasi dinding
penyebab utama diare kronik di Jakarta. usus dengan cara mengeluarkan enzim proteolitik. Pasien
dalam keadaan imunosupresi seperti pemakai steroid
memudahkan invasi parasit ini. Penglepasan bahan toksik
KOLTTTS AMEBTK (AMEB|ASIS KOLON) menyebabkan reaksi inflamasi yang menyebabkan
destruksi mukosa. Bila proses berlanjut, timbul ulkus yang
Batasan. Peradangan kolon yang disebabkan oleh bentuknya seperti botol undermined, kedalaman ulkus
protozoa Entamoeba histolytica. mencapai submukosa atau lapisan muskularis. Tepi ulkus
menebal dengan sedikit reaksi radang. Mukosa di antara
Epidemiologi. Prevalensi amebiasis di berbagai tempat
ulkus terlihat normal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian
sangat bervariasi, diperkir akan l0o/o populasi terinfeksi.
kolon, tersering di sekum, kemudian kolon asenden dan
Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia
sigmoid, kadang-kadang apendiks dan ileum terminalis.
merupakan host sekaligus reservoir utama. Penularannya
Akibat invasi amuba ke dinding usus, timbul reaksi
lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan
imunitas humoral dan imunitas cell-mediated amebisidal
perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat
berupa makrofag lymphokine-activated serta limfosit
hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang
jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi sitotoksik CD8. Invasi yang mencapai lapisan muskularis
dinding kolon dapat menimbulkan jaringan granulasi dan
individual mempermudah penularannya.
terbentuk massa yang disebut ameboma, sering terjadi di
Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi jaringan,
sekum atau kolon asenden.
hanya mengeluarkan kista pada tinjanya. Kista tersebut
dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Sedangkan Gejala klinis. Gejala klinis pasien amebiasis sangat
pada pasien dengan infeksi amuba akut/kronik yang invasif bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat dengan

s60
KOLITISIIYFEKSI s61

gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif. Beberapa jenis Untuk identifftasi kista dilakukan pemeriksaan tinja dengan
keadaan klinis pasien amebiasis adalah sebagai berikut: pengecatan trichrome, bila perlu dengan teknik konsentrasi
l. Carrier (cyst passer) : ameba tidak mengadakan invasi tinja.
ke dinding usus, tanpa gejala atau hanya keluhan ringan Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi adanya
seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang kadang antibodi terhadap ameba, positif pada 85-95o/o pasien
diare. Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dengan infeksi ameba yang invasif.
dalam waktu satu tahun, sisanya (10%) berkembang Pemeriksaan endoskopi bermanfaat untuk menegakkan
menjadi kolitis ameba. diagnosis pada pasien amebiasis akut. Pemeriksaan
2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan. sebaiknya dilakukan dini sebelum dilakukan terapi. Ulkus
demam ringan, diare ringan dengan tinja berbau busuk yang terjadi bentuknya khas, berupa ulkus kecil, berbatas
serta bercampur darah dan lendir, keadaan umum pasien jelas, dengan dasar yang melebar (underminefi, dan
baik. dilapisi dengan eksudat putih kekuningan. Mukosa di
3. Disentri ameba sedang: kram perut, demam, badan sekitar ulkus biasanya normal. Bentuk trofozoit biasanya
lemah, hepatomegali dengan nyeri spontan. dapat ditemukan pada dasar ulkus dengan cara mengerok
4. Disentri ameba berat : diare disertai banyak darah, demam atau aspirasi kemudian diperiksa dengan mikroskop setelah
tinggi, mual, anemia. diberi larutan garam fisiologis.
5. Disentri ameba kronik: gejala menyerupai disentri ameba Pemeriksaan radiologi tidak banyak membantu, karena
ringan, diselingi dengan periode normal tanpa gejala, gambarannya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Bila
berlangsung berbulan-bulan sampai berlahun-tahun, terbentuk ameboma tampak sebagai fi I ling defec t.
neurastenia, serangan diare biasanya timbul karena Diagnosis banding. Kolitis amebik sangatperlu dibedakan
kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna. dengankolitis ulserosa atau kolitis Crohn karena
pemberian kortikosteroid pada kollitis amebik
menyebabkan penyebaran organisme dengan cepat dan
Algoritme Diagnosis Kolitis Amebik dapat menimbulkan kematian pasien.
Diagnosis banding yang lain adalah kolitis karena
Tes tinla untuk darah tersamar -------+ Negatif infeksi Shigella, Salmonella, Campylo bacter, Yersinia,
rl
+v
E. coli patogen, dan kolitis pseudomembran.

Positif Pemeriksaan bisa dihentikan Komplikasi


I
1. Intestinal. Berupa perdarahan kolon, perforasi,
i peritonitis, ameboma, infu susepsi, dan striktur.
Pemeriksaan tinja segar (minimal 3 spesimen): mencari trofozoit,
2. Ekstraintestinal. Dapatterjadi
abses hati, amebiasis kulit,
Pewarnaan trichome untuk kista
pemeriksaan serologi anti ameba
amebiasis pleuropulmonal, abses otak, limpa, atau
organ lain.

Penatalaksanaan
1. Karier asimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen
losr+s (luminal agents) arrtata lain: Iodoquinol
Kolonoskopi & biopsi (diiodo- hidroxyquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20
(Utamakan tepiulkus) hari atau Paromomycine 500 mg 3 kali sehari selama l0
hari
I 2. Kolitis ameba akut. Metronidazol7 50 mgtiga kali sehari
P os itif
selama 5 -10 hari, ditambah dengan obat luminal tersebut
J di atas.

Lakukan pengobatan dengan amebisidal 3. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya: abses hati


ameba). Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5 -
Gambar 1. Algoritme diagnosis kolitis amebik 10 hari ditambah dengan obat luminal tersebut di atas.
Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal ekstra-
intestinal tidak terbukti lebih efektifpenggunaan dari
satu macam obat.
Diagnosis. Pada pasien yang dicurigai mengidap amebia-
sis kolon, pertama kali diperiksa adanya eritrosit dalam Beberapa obat yang juga dapat digunakan untuk
tinja, bila positif, pemeriksaan dilanjutkan (lihat algoritma amebiasis ekstra intestinal antaralain: I ). Kloroquin fosfat
1 gram perhari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg,41ari selama
diagnosis). Pemeriksaan tinja segar yang diberi larutan
garam fisiologis, dilakukan minimal pada 3 spesimen tinja 19 hari. 2). Emetin I mg/kgBB/hari IM (maksimal60 mg)
yang terpisah, untuk mencari adanya bentuk trofozoit. selama l0 hari. Emetin merupakan obat yang efektif untuk
562 GAIITROENTEROI.OGI

membunuh trofozoit di jarin gan atau yangberada di dinding disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare,
usus, tetapi tidak bermanfaat untuk ameba yang berada di dengan konsistensi tinja biasanya lunak (tidak cair), disertai
lumen usus. Beberapa dasawarsa yang lalu emetin sangat eksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymor-
populer namun saat ini telah ditinggalakan karena efek phonuclear (PIvtN) dan darah.
toksiknya, yaitu dapat menimbulkan mual muntah, diare, Kolon merupakan tempat utama yang diserang
kram perut, nyeri otot, takikardia, hipotensi, nyeri prekardial, Shigella namunileum terminalis dapat juga terserang. Pada
dankelainan EKGberupaInversi getombang T dan interval kasus yang sangat berat dan mematikan kuman dapat
QT memanjang, sedangkan aritmia dan QRS yang melebar ditemukan jugapada lambung serta usus halus.
jarang ditemukan. Disarankan pasien yang mendapatkan Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini
obat ini dalam keadaan tirah baring dengan pemantuan menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
EKG. Hindari penggunaan emetin bila terdapat kelainan di dalamnya. Perluasan invasi kuman ke sel disekitarnya
ginjal, jantung, otot, sedang hamil, atau pada anak-anak, melalui mekanisme cell to cell transfer. Walaupun lesi awal
kecuali bila obat yanglain gagal. terjadi di lapisan epitel respons inflamasi lokal yang
menyertai cukup berat, melibatkan leukosit PMN dan
makrofag. Hal tersebut menyebabkan edema, mikroabses,
DISENTRI BASTLER (SHIcELLOSIS) hilangnya sel goblet, kerusakan arsitektur jaringan dan
ulserasi mukosa. Bila penyakit berlanjut, terjadi
Batasan. Infeksi akut ileum terminalis dan kolon yang penumpukan sel inflamasi pada lamina propria, dengan
disebabkan oleh bakteri gerus Shigella. abses pada kripta merupakan gambar an y ang utama.
S. dysenteriae, S./lexneri danS. sonnei menghasilkan
Epidemiologi. Infeksi Shigella mudah terjadi di tempat eksotoksin antara lain ShETl, ShET2, toksin Shiga, yang
pemukiman padat, sanitasi jelek, kurang ai1 dan tingkat mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik.
kebersihan perorangan yang rendah. Di daerah endemik Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen
infeksi Shigell a merupakan I 0 -l 5% penyebab diarc pada sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel epitel mukosa
anak. Sumber kuman Shigella yang alamiah adalah kolon dan memperberat gejala klinis.
manusia walaupun kera dan simpanse yang telah dipelihara Kuman Sftrgella jarargmelakukan penetrasi ke jaringan
dapat juga tertular. Jumlah kuman untuk menimbulkan di bawah mukosa sehingga jarung menyebabkan
penyakit relatif sedikit, yaitu berkisar antara 10-100 kuman. bakteriemia- Walaupun demikian pada keadaan malnukisi
Oleh karena itu sangat mudah terjadi penularan secara dan pasien immuno-compfomized dapat terjadi
fecal-oral, baik secara kontak langsung maupun akibat bakteriemia. Selain itu dapat pula terjadi kolitis hemoragik
makanan dan minuman yang terkontaminasi. dan sindrom hemolitik uremik (SHU). SHU diduga akibat
Di daerah tropis termasuk Indonesia, disentri biasanya adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh
meningkat pada musim kemarau di mana S.Jlexnerii kuman Shigella. Infeksi Shigella menimbulkan imunitas
merupakan penyebab infeksi terbanyak. Sedangkan di humoral yang protektif untuk spesies yang sama.
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat prevalensinya
meningkat di musim dingin. Prevalensi infeksi oleh Gejala klinis. Masa tunas berkisar antara7 jamsampai7
S. Jlexnerii di negara tersebut telah menurun sehingga hari. Pada dasamya gejala klinis Shigeleosis bervariasi.
saat ini S. sonnei adalah yang terbanyak. Lama gejala reruta7 haipada orang dewasa, namun dapat
berlangsung sampai 4 minggu. Disenki basiler yang tidak
Mikrobiologi, Shigella termasuk kelompok entero- diobati dengan baik dan berlangsung lama gejalanya
bacteriaceae,yang bersifat gram negatif, anaerob fakultatif
menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien
dan sangat mirip dengan Escherichia coli. Beberapa sifat
mengeluh nyeri perut bawah, rasa panas rektal, diare
yang membedakan kuman ini dengan Z'. coli adalahkwan
disertai demam yang bisamencapai40"C. Selanjutnya diare
ini tidak bergerak aktif, tidak memproduksi gas dalam berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir,
media glukosa dan pada umumnya laktosa negatif. tenesmus, dan nafsu makan menurun. Pada anak-anak
Dikenal 4 spesies Shigella dengan berbagai mungkin didapatkan demam tinggi dengan atau tanpa
serotipenya yaitu: S. dysenteriae (l 2 serotipe), S. Jlexnerii kejang, delirium, nyeri kepala, kaku kuduk, dan letargi.
(14 serotipe), S. boydii (15 serotipe) dan S. sonnei (l Pengidap pasca-infeksi pada umumnya berlangsung
serotipe). Keempat spesies Shigella itu secara berurutan kurang dari 4 minggu. Walaupun jarang terjadi telah
disebut sebagai golonganA, B, C, dan D. dilaporkan adanya pengi dap Shigella yang mengeluarkan
Gejala klinis terberat teq'adi pada infeksi S. dysenteriae, kuman bersama feses selama bertahun. Pengidap kronik
kuman ini juga sering menyebabkan wabah di negara tersebut biasanya sembuh sendiri, dan dapat mengalami
sedang berkembang. Sedangkan gejala klinis yang teringan gejala shigellosis yang intermiten.
adalah akibat infeksi S. sonnei.
Diagnosis. Perlu dicurigai adanya Shigel/osls pada pasien
Patofisiologi. Semua strain kuman S& igella menyebabkan yang datang dengan keluhan nyeri abdomen bawah, rasa
KOLXTISINFEKSTI s63

panas rektal, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja sefalosporin generasi III terutama pada pasien dengan
menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit PMN. Untuk gejala klinik yang berat.
memastikan diagnosis dilakukan kultur dan bahan tinja 3. Pengobatan simtomatik. Hindari obat yang dapat
segar atau hapus rektal. Sigmoidoskopi dapat memastikan menghambat motilitas usus seperti narkotika dan
diagnosis adanya kolitis, namun pemeriksaan tersebut derivatnyA, karena dapat mengurangi eliminasi bakteri,
pada umumnya tidak diperlukan, karena menyebabkan dan memprovokasi terjadinya megakolon toksik. Obat
pasien merasa sangat tidak nyaman. Indikasi untuk simtomatik yang lain diberikan sesuai dengan keadaan
melakukan sigmoidoskopi adalah bila segera diperlukan ' pasien antara lain analgetik-antipiretik dan antikomulsi.
kepastian diagnosis apakah gejala yang terjadi merupakan
disentri atau manifestasi akut kolitis ulserosa idiopatik.
Dalam keadaan tersebut, biopsi harus dikerjakan dalam ESCHERICHTA COt' (PATOGEN)
waktu 4 hari dari saat gejala. Pada fase akut infeksi
Shigella, tes serologi tidak bermanfaat. Batasan. Infeksi kolon oleh serotipe Escherichia coli
Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan tertentu (O157:H7) yang menyebabkan diare berdarah/
kolitis ulseratif. Demikian pula pemeriksaan barium enema, tidak.
sigmoidoskopi, dan histopatologi juga tidak dapat Epidemiologi. Karena pemeriksaan laboratorium untuk E
membedakannya. Perbedaan utama adalah kultur Shigella Coli patogen jarang dilakukan, maka angka kejadiannya
yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan di Amerika
pengobatan dengan antibiotik yang adekuat. Serikat sekitar 21.000 orang terinfeksi setiap tahunnya. Di
Canada danAmerika Serikat, E Coli (O157:H7) lebih sering
Diagnosis Banding
.' diisolasi pada pasien diare dibandingkan dengan Shigella
Salmonelosis
. demikian juga pada pasien diare kronik di Jakatta.
SindromdiarekarenaenterotoksinE col/i
. E. coli patogen tersebut didapatkan pada usus temak
Kolera
. sehat (sekitar lo/o), penularan ke manusia sbhingga
Kolitis ulserosa
menyebabkan KLB (kejadian luar biasa/outbreaks) adalah
Komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa lewat daging yar,g terkontaminasi pada saat
komplikasi intestinal dan ekstraintestinal. Komplikasi penyembelihan, daging tersebut kemudian digiling dati
intestinal biasanya berupa megakolon toksik, perforasi kurang baik dalam proses pemanasannya. Cara penularan
intestinal, dehidrasi renjatan hipovolemik dan malnutrisi. lain adalah lewat air minum yang tercemar, tempat berenang
Sedangkan komplikasi ekstraintestinal yang telah yang tercemar, dan antar manusia.
dilaporkan cukup banyak, di anlaranya adalah batuk, pilek, Masainkubasirerata3-4hai.namundapatteqadrarfiata
pneumonia, meningismus, kejang, neuropati perifer, 1-8 hari. E. Coli patogen dapat ditemukan pada pasien
sindrom hemolitik uremik, trombositopenia, reaksi sampai 3 minggu setelah sembuh namun tidak pernah
leukemoid, dan artritis (sindrom Reiter). ditemukan pada orang sehat (bukan flora normal pada
manusia).
Penatalaksanaan
l. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan Patofisiologi. Mekanisme terjadinya diare dan sindrom
elektrolit. Sebagian besar pasien disentri dapat diatasi hemolitik uremik (SHU) pada pasien yang terinfeksi E.
dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare berat, coli patogen masih belum jelas. Diduga E. coli patogen
disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan melekat pada mukosa dan memproduksi toksin (Shiga-
sehingga tidak dapat dilakukan rehidrasi oral harus like toxins) yang bekerja secara lokal dan sistemik.
dilakukan rehidrasi intravena. Kerusakan pembuluh darah kolon akibat toksin tersebut
2. Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik menyebabkan lipopolisakarida dan mediator infl amasi
sepenuhnya berdasarkan beratnya penyakit yaitu dapat beredar dalam tubuh dan memicu terjadinya SHU.
pasien dengan gejala disentri sedang sampai berat, Anak di bawah lima tahun dan manula lebih sering
diare persisten serta perlu diperhatikan pola sensitivitas mengalami SHU dari pada orang dewasa. Tidak
kuman didaerah tersebut. Beberapajenis antibiotikyang didapatkan kekebalan yang protektifterhadap infeksi E.
dianjwkan adalah: coli patogen.
. ampisilin 4 kali 500 mg per hari, atau Gejala klinis. Manifestasi klinis infeksi E. coli patogen
. kotrimoks azol2kali2tablet per hari, atau sangat bervariasi, dapat berupa: infeksi asimtomatik, diare
. tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari. tanpa darah, diare berdarah (hemorrhagic colitis), Sl{U,
Dilaporkan bahwa pada daerah tertentu di Indonesia purpura trombositopenik, sampai kematian.
kuman Shigella telah banyak yang resisten dengan Gejala klasik adalah nyeri abdomen yang sangat
antibiotika tersebut di atas sehingga diperlukan (seyere abdominal cramp), diare yang kemudian diikuti
antibiotika lain seperti golongan kuinolon dan diare berdarah dan sebagian dari pasien disertai nausea
564 GASTROENTEROLTOGI

dan vomiting. Pada umumnya suhu tubuh pasien sedikit KOLITIS TUBERKULOSA
meningkat atau noflnal, sehingga dapat dikelirukan sebagai
kolitis non infeksi. Batasan. Infeksi kolon oleh kuman Mycobacterium
Pemeriksaan tinj
pasien biasanya penuh dengan darah,
a tuberculosae.
namun sebagian pasien tidak mengandung darah sama
sekali.
Epidemiologi. Lebih sering ditemukan di negara
Pada pemeriksaan barium enema dapat terlihat berkembang dengan penyakit tuberkulosis yang masih
gambaran thumbprinting pattern pada colon ascenden menjadi masalah kesehatan masyarakat.
dan atau transversum akibat adanya edema atau Patofisiologi. Penyebab terbanyak Mycobacterium
pendarahan submukosa. tuberculosae, biasanya lewat tertelannya spufum yang
Pada pemeriksaan kolonoskopi didapatkan gambaran mengandung kuman. Kadang-kadang akibat minum susu
mukosa yang edematous dan hiperemia, kadang kadang yang tercemar Mycobacterium bovis. Terdapat hubungan
ditemukan ulserasi superfisial. Dapat dijumpai pula tingginya frekuensi tuberkulosis saluran cerna dengan
pseudomembran sehingga menyerupai infeksi C. dfficile. beratnya tuberkulosis paru. Timbul 3 bentuk kelainan: l)
Pemeriksaan patologi menunjukkan gambaran infeksi ulseratif pada 60Yo kasus, lesi aktif berupa tukak
atau iskemik d engan pola patchy kadartgkadang dijumpai superfisial; 2) hiperhopik pada l0% kasus, bentuk lesinya
mikrotombi fibrin. berupa parut fibrosis, dan massa yang menonjol
Gejala biasanya membaik dalam seminggu, namun menyerupai karsinoma; 3) ulserohipertropik pada 30o/"
dapat pula terjadi SHU (sekitar 6 o/o daripasien) antara2- kasus, terdapat ulserasi dengan fibrosis yang merupakan
12 hari dari onset diare. SHU ditandai dengan anemia bentuk penyembuhan. Semua bagian saluran cerna dapat
hemolitik mikroangiopatik, trombositopenia, gagal ginjal terinfeksi, namun lokasi yang tersering (85 -90% kasus)
dan gejala saraf sentral. Komplikasi neurologik berupa adalah di daerah ileosekal.
kejang, koma, dan hemiparesis terjadi pada sekitar
seperempat dari pasien SHU. Sedangkan hemodialisis Gejala klinis. Keluhan paling sering (pada 80-90% kasus)
adalah nyeri perut kronik yang tidak khas. Dapat terjadi
diperlukan oleh sekitar setengah dari pasien. Faktor risiko
diare ringan bercampur darah, kadang-kadang konstipasi,
terjadinya SHU antara lain: Balita/manula, diare berdarah,
febris, leukosit yang meningkat, pengobatan dengan obat anoreksia, demam ringan, penurunan berat badan, atau
anti motilitas. Prediktor keparahan SHU antara lain teraba massa abdomen kanan bawah. Pada sepertiga
kasus ditemukan kuman pada tinja, tetapi pada pasien
meningkatnyajumlah lekosit, gejala gastrointestinal yang
dengan tuberkulosis paru aktif adanya kuman padatinja
berat, cepat timbul anuria, usia di bawah 2 tahun. Mortalitas
antara3-5Yo.
mungkin hanya berasal dan kuman yang tertelan bersama
sputum.
Purpura trombositopenik mempunyai gejala yang mirip
dengan SHU namun dengan gejala gagal ginjal dan Diagnosis. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
kelainan neurologik yang lebih ringan. Biasanya ditemukan ditemukannya kuman tuberkulosis di jaringan, baik dengan
pada dewasa pemeriksaan mikroskopik langsung atau atas dasar hasil
Diagnosis. Setiap pasien dengan diare berdarah kultur biopsi jaringan. Sedangkan diagnosis dugaan
seyogyanya dicurigai sebagai infeksi E. coli patogen.
adanya kolitis tuberkulosa adalah bila didapatkan
tuberkulosis paru aktif dengan penyakit ileosekal.
Demikian pula dengan pasien dengan kemungkinan tertular
Pada pemeriksaan barium enema dapat ditemukan
E. coli patogen walaupun mengalami diare tanpa darah
juga patut dicurigai. Kultur dengan agar sorbitol- penebalan dinding, distorsi lekuk mukosa, ulserasi,
stenosis, pseudopolip, atau massa mirip keganasan di
MacConkey dan aglutinasi dengan O157 anti serum
sekum. Mungkin pula terbentuk fistula diusus halus.
merupakan sarana yang murah unhrk memastikan diagnosa
infeksi E. coli patogen.
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang penting
untuk membantu menegakkan diagnosis kolitis
Diagnosis banding. Kolitis pseudomembran dan kolitis tuberkulosa. Dengan kolonoskopi didapatkan visualisasi
infeksi yang lain. lesi secara langsung, sekaligus melakukan biopsi untuk
pemeriksaan kultur dan histopatologi. Pada tuberkulosis
Penatalaksanaan. Pengobatan infeksiE coli patogettidak
spesifik, terutama pengobatan suportif dan simtomatik. kolon biasanya ditemukan penyempitan lumen, dinding
Komplikasi SHU dilaporkan lebih banyak terjadi pada kolon kaku, ulserasi dengan tepi yang iregular dan
edematous.
pasien yan! mendapat antibiotik dan obat yang
menghambat motilitas. Di samping itu pemberian
Tes tuberkulin untuk menunjang diagnosis
tuberkulosis paru di daerah endemikkurang bernilai.
kotrimoksazol dilaporkan tidak mempunyai efek yang
signifikan terhadap perjalanan gejala gastrointestinal, Diagnosis banding. Penyakit Crohn, amebiasis,
ekskresi organisme dan komplikasi SHU. divertikulitis, dan karsinoma kolori.
KOLITISINFEKSI 505

Komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi berupa isolar C.dfficile menghasilkan kedua toksin tersebut.
perdarahan, porforasi, obstnrksi intestinal, terbentuknya Kuman yang tidak menghasilkan toksin tidak
fi stula, dan sindrom malabsorpsi. Komplikasi yang sering menyebabkan kolitis maupun diare. Pemeriksaan toksinA
terjadi adalah obstruksi (+ 30% kasus) intestinal. Mula- dan toksin B diambil dan sediaan tinja, dengan metode
mula berupa obstruksi parsial yang kemudian berkembang ELISA masing-masing spesifitasnya 98,60/o dan 100%o.
menjadi obstruksi total.
Gejala Klinis. Kolitis mungkin sudah timbul sejak sehari
Penatalaksanaan. Diperlukan kombinasi 3 macam atau setelah antibiotik digunakan, tetapi mungkin pula baru
lebih obat anti tuberkulosis seperti pada pengobatan muncul setelah 6 minggu antibiotik di hentikan. Gejala yang
tuberkulosis paru, demikian pula lama pengobatan dan paling sering dikeluhkan adalah diare cair disertai kram
dosis obatnya. Kadang-kadang perlu tindakan bedah perut. Diare yang terjadi dapat ringan, tetapi biasanya
untuk mengatasi komplikasi. Beberapa obat anti banyak, sampai 10-20 kali sehari. Mual muntah jarang.
tuberkulosis yang sering dipakai adalah: ditemukan. Sebagian besar pasien mengalami demam
. NH 5-10 mglkgBB atau400 mg sekali sehari. walaupun dapat terjadi hiperpireksia, umumnya suhu tidak
. Etambutol 15-25 mglkgBB atau 900-1200 mg sekali sehari. melampaui 38"C. Terdapat leukositosis, sering sampai
. Rifampisin 10 mg/kgBB atau 450-600 mg sekali sehari. 50.000/mm Pada beberapa pasien mungkin hanya diawali
. Pirazinainid 25-35 mgkgBB ataul,5-2 g. sekali sehari. demam dan leukositosis, sedangkan diare baru muncul
beberapa hari kemudian. Temuan lain meliputi nyeri tekan
abdomen bawah, edema, dan hipoalbuminemia. Yang lebih
KOLITIS PSEUDOMEMBRAN sering terjadi adalah kolitis ringan. Pada kasus yang berat
dapat terjadi komplikasi berupa dehidrasi, edema anasarka,
Batasan. Kolitis pseudomembran adalah peradangan gangguan elektrolit, megakolon toksik, atau perforasi
kolon akibat toksin yang ditandai dengan terbenhrknya kolon. Penggunaan narkotik atau antiperistaltik
lapisan eksudatif (pseudomembran) yang melekat di meningkatkan risiko megakolon. Tedesco. (1982)
permukaan mukosa. Disebut pula sebagai kolitis terkait melaporkan gejala klinis yang ditemukan pada kolitis
antibiotik sebab umumnya timbul setelah menggunakan pseudomembran seperti yang tertera pada Tabel 1.
antibiotik.
Etiologi. Walaupun umumnya timbul sebagai komplikasi
pemakaian antibiotik, namun kolitis pseudomembran ini Gejala Frekuensi
telah ditemukan sebelum era antibiotik. Yang dianggap Diare cair 90-95%
sebagai kuman penyebab adalah Clostridium dfficile, Diare berdarah 5-10%
toksin yang dikeluarkan mengakibatkan kolitis. Mekanisme Nyeri perut kram 80-90%
Demam 80%
pasti antibiotik menjadikan usus lebih rentan terhadap C. Leukositosis 80Yo
dfficile belum jelas. Penjelasan yang paling mungkin Nyeri tekan abdomen 1O-20Yo

adalah penekanan flora usus normal oleh antibiotik


memberi kesempatan tumbuh dan terbentuknya kolonisasi
C. dfficile disertai pengeluaran toksin.
Diagnosis. Jika ditemukanpasien diare selama atau setelah
Epidemiologi. C. dfficile ditemukan di tinja 3 -5oh orang menggunakan antibiotik perlu dipikirkan terjadinya kolitis
dewasa sehat tanpa kelainan apapun di kolon nya. Kolitis pseudomembran. Diagnosis kolitis pseudomembran dapat
pseudomembran bisa mengenai semua tingkat umur. cepat dibuat dan akurat dengan melakukan pemeriksaan
Kemungkinan tidak di laporkannya kolitis pseudomembran kolonoskopi. Sensitivitasnya tinggi dan merupakan alat
karena untuk menegakkan diagnosis perlu kolonoskopi diagnostik definitif. Jika ditemukan lesi khas kolitis
dan pemeriksaan toksin kuman di tinja. Penularan bisa pseudomembran, seyogyanya tetap dilakukan biopsi untuk
secara kontak langsung lewat tangan atau perantaraan pemeriksaan histopatologi. Secara tipikal, diawali dengan
makanan minuman yang tercemar. Semua jenis antibiotik, lesi kecil (2-5 mm) putih atau kekuningan, diskret, timbul,
kecuali aminoglikosida intravena, potensial menimbulkan mukosa di antaranya seringkali terlihat normal atau
kolitis pseudomembran, namun yang paling sering adalah mungkin menunjukkan berbagai derajat eritema,
ampisilin, klindamisin, dan sefalosporin. granularitas, dan kerapuhan. Jika lesi membesar, terbentuk
Patogenesis. C. dfficile menimbulkan kolitis dengan cara pseudomembran yang luas berwama kuning keabu-abuan
toxin-mediated. Kuman mengeluarkan dua toksin utama, dan jika diambil dengan forsep biopsi terlihat mukosa di
toksin A dan toksin B. Toksin A merupakan enterotoksin bawahnya mengalami ulserasi.
yang sangat berpengaruh terhadap semua kelainan yang C. dfficile ntmbuh pada 95% biakan tinja pasien kolitis
terjadi, sedangkan toksin B adalah sitotoksin dan tidak pseudomembran yang terdiagnosis secara kolonoskopi.
melekat pada mukosa yang masih utuh. Sebanyak 75% Hasil biakan positif tidak diagnostik, karena pada pasien
566 GAIIIROENTEROIIrcI

yang berada di rumah sakit tanpa kolitis ditemukan biakan diusahakan kembalinya flora normal usus dengan
C. dfficile positif sebesar 10-25%. Sebagai standarbaku memberikan kuman laktobasilus atau ragi
adalah ditemukannya toksin B di tinja, sehubungan (S ac ch ar omy c es b ou I ar d ii) selama beberapa minggu.
dengan efek sitopatik toksin B pada kulturjaringan. Karena
pemeriksaan ini memakan waktu dan mahal, biasanya
cukup memeriksa terdapatnya toksin A dengan metode REFERENSI
ELISA.
Gambaran histopatologi kolitis pseudo membran Azim T, Islam LN, Raidemam RC, Hamadani I, Khanum N, Sarker
bervariasi tergantung beratnya penyakit dan saat kapan MS. Salarir MA, Albert MI. Peripheral blood neutrophil responses
biopsi dikerjakan. Price dan Davies (1977), membagi lesi in children with Shigellosis. Clin Diagn Lab Immunol.
1995;2:616.
menjadi 3 tipe (Tabel2). Lesi tipe 3 yangditandai dengan
Bartlett IG. Psoudomebraneus enterocolitis and antibiotic-associ-
nekrosis total mukosa tidak khas karena C. dfficile, dapat
ated colitis. In: Sleissenger MH, Fordtran IS, editors. Gastrointes-
terjadi pula pada kasus berat lainnya, misalnya kolitis tinal disease: pathophysiology, diagnosis, management. 5h ed.
iskemia. Philadelphia:WB Saunders; 1993. p. 1181.
Chan KL, Sung IV, Hsu R, Liew CT. The association of the amoebic
colitis and chronic ulcerative colitis. Singapore Med J.
I 995;36:303.
Lesi Klasifikasi Histopatologi
Chun D, Chandrasoma P. Kiyabu M. Fulminant amoebic colitis: a
Vulkano Tipe I Nekrosis epitelial fokal dengan morphologic study of four cases. Dis Colon Rectum.
PMN dan fibrin tersebar di dalam 1994;37 :535.
lumen.
Glandular fipe 2 Pelebaran kelenjar dengan PMN Chuah SK, Sheen IS, Changchien CS. Chiu KW, Fan KD. Risk fac-
dan musin, dilapisi tors associated with fulminant amoebic colitis. Formos Med
pseudomembran. mukosa Assoc.1996;95:446.
sekitarnya tidak terkena Fekety R, Shah AB. Diagnosis and treatment of Clostridium diffrcile
Nekrosis Tlpe 3 Nekrosis mukosa total dengan
colitis. JAMA. 1993;269:7 l.
mukosa dilapisi pseudomembran
yang tebal Haque R, Huston CD., Hughes M, et al. Amebiasis. N Engl J Med.
2003; 348:1565.
Hsu YB, Chen FM, Lee PR, Yu SC, Chen KM, Yao YT, Hsu HC.
Fulminant amoebiasis: a clinical evaluation.
Diagnosis banding. Kolitis pseudomembran perlu Hepatogastroenterol. 1995; 42:109.
Islam MM, Azad AK, Bardhan PK, Raqib R, Istam D. Pathology of
dibedakan dengan kasus diare akibat kuman patogen lain,
shigellosis and its complications. Histopathology. 1994;24:65.
efek samping penggunaan obat yang bukan antibiotik,
Jacobs NF Jr. Antibiotic-induced diarrhea and pseudomembranous
kolitis non-infeksi, dan sepsis intra abdominal. colitis. Postgrad Med J. 1995;95:1-11.
Penatalaksanaan. Tindakan awal terpenting adalah Kumar N, Govil A, Puri AS, Gulati R, Iain M, Rawal KK, Gupta R.
Tuberculosis in ulcerative colitis: bird in the bush. Trop
menghentikan antibiotik yang diduga menjadi penyebab,
Gastroenterol. 1995;15:219.
juga obat yang mengganggu peristaltik, dan mencegah
La Hatte LI. Tedesco FI, Schuman BM. Antibiotic-associated injury
penyebaran nosokomial. Pada kasus yang ringan keadaan to the gut. In: Hausbrich WS, Schaffner F, Berk JE. editors.
sudah bisa teratasi dengan penghentian antibiotik disertai Bockus gastroenterology. 5th edition. Philadelphia: WB Saunders;
pemberian cairan dan elektrolit. Pada kasus dengan gejala- 1995. p.657.
gejala yang lebih berat seyogyanya dilakukan pemeriksaan Raqib R, Lindberg AA, Wretlind B. Bardhan PK, Andersson U,
deteksi toksin C. dfficile dan terapi spesifik per oral Aldersson I. Persistence of local clokine production in shigello-
sis in acute and convalescent stages. Infect Immun. 1995;63:289.
menggunakan metronidazol atau vankomisin.
Shimizu S, Tada M, Kawai'K. Endoscopic ultrasonography in In-
Pada kolitis ringan sampai sedang digunakan flammatory bowel diseases. Gashointest Endosc Clin North Am.
metronidazol dengan dosis peroral2l}- 500 mg empat kali 1 995:5:85 1.

sehari selama 7-10 hari Pada kasus dengan kolitis yang Simadibrata M, Tytgat GNJ, Yuwono V, et al. Microorganisme dan
berat menggunakan vankomisin per oral. dosisnya 125- parasit pada diare kronik infektif. Acta Med Indones.
500 mg empat kali sehari selama 7-14 hari. Alternatif 2004;36:218.
pengobatan lainnya menggunakan kolestiramin untuk Spiro HM. Clinical gastroenterology: pseudomembranous entero-
colitis. 4th edition. New York: McGraw-Hrll; 1993. p. 425.
mengikat toksin yang dihasrlkan C. dfficile, tetapiobat ini
Tedesco FI, Corless JK, Brownstein RE. Rectal sparing in antibiotic-
juga mengikat vankomisin; diberikan peroral dengan dosis
association pseudomembranous colitis: a prospective study.
4 gramtigakali sehari selama 5-10 hari. Gastroenterol. 1982;83 : 1259.
Pada kasus yang berhasil disembuhkan, ternyata dalam ljaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial resistence of
beberapa minggu atau bulan kemudian sebanyak 15-35% bacterial pathogens associated with diarrheal patients in
kambuh. Dianjurkan setelah pengobatan spesifik Indonesia. Am J Trop Med Hyg. 2003;68:666.
88
TUMOR KOLOREKTAL
MurdaniAbdullah

PENDAHULUAN Penyakit tersebut paling banyak ditemukan di Amerika


Utara, Australia, Selandia Baru dan sebagian Eropa.
Tumor Kolorektal dapat dibagi dalam dua kelompok yakni Kejadiannya beragam di antara berbagai populasi etnik,
polip kolon dan kanker kolon. ras atau populasi multietnikJmulti rasial. Secara umum
Polip adalah tonjolan di atas permukaan mukosa. Polip didapatkan kejadian kanker kolorektal meningkat tajam
kolon dapat dibagi dalam 3 (tiga) tipe yakni neoplasma setelah usia 50 tahun. Suatu fenomena yang dikaitkan
epitelium, nonneoplasma dan submukosa (Tabel 1). Makna dengan pajanan terhadap berbagai karsinogen dan gaya
klinis yang penting dari polip ada dua yakni pertama hidup.
kemungkinan mengalami transformasi menj adi kanker
kolorektal dan kedua dengan tindakan pengangkatan
polip, kanker kolorektal dapat dicegah.

Kolon asendial
Epitelium Kolon
8,7Y0%
Submukosa Desendial
Neoplasia Nonneoplasia 44 10/
I LI /0
Premaligna Mukosa Limfoid hiperplasia
Tubular Hiperplastik Pneumatosis
cystoides intestinalis
Tubulo Villousum lnflamatosa Colitis cystica
profunda
Villosum Pseudo polip Lifoma Sigmoid
Displasia rendah Hamartoma karsinoid Re 9,7 0k

Displasia berat Juvenille Lesi metastasis 51,5%


(karsinoma intra
mukosa)
Maligna /
Gambar 1. Distribusi kanker kolorektal menurut lokasi di kolon
Peutz - Leiomioma
karsinoma Jeghers
sebanyak 73o/o dapal dideteksi dengan pemeriksaan
Karsinomatosus Hemangioma rektosigmoidoskopi (Data Unit Endoskopi, Divisi Gastroenterologi
Polip maligna Dan lain-lain Fibroma Departemen llmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta 2005).
Endometriosis
Dan lain-lain
Kanker kolorektal adalah penyebab kematian kedua
terbanyak dari seluruh pasien kanker di Amerika Serikat.
INS!DEN DAN EPIDEMIOLOGI Lebih dari 150.000 kasus baru, terdiagnosis setiap tahunnya
di AS dengan angka kematian per tahun mendekati angka
Secara epidemiologis, kanker kolorektal di dunia mencapai 60.000.
urutan ke-4 dalam hal kejadian, dengan jumlah pasien laki- Di AS umumnya rata-rata pasien kanker kolorektal
laki sedikit lebih banyak daripada perempuan dengan adalah berusia 67 tahun dan lebih dari 50% kematian terjadi
perbandingan 19,4 dan 15,3 per 100.000 penduduk pada mereka yang berumur di atas 55 tahun.

567
568 GASITROENTEROI.OGI

Di Indonesia, seperti yang terdapat pada laporan


registrasi kanker nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pelayanan Medik Departmen Kesehatan bekerja sama 1. Probably related
dengan Perhimpunan Patologi Anatomik Indonesia, -Konsumsi diet lemak tinggi
didapatkan angka yang agak berbeda. Hal yang menarik -Konsumsi diet lemak rendah
2. Possibly related
di sini adalah kecenderungan untuk umur yang lebih muda - Karsinogen dan mutagen
dibandingkan dengan laporan dari negara barat. Untuk Heterocyclic amines
usia di bawah 40 tahun data dari Bagian PatologiAnatomik Hasil metabolisme bakteri
FKLII didap atk an angka 3 5,2 6 5oh.
- Bir dan konsumsi alkohol
- Diet rendah selenium
3. Probably protektif
- Konsumsi serat tinggi (wheat bran, cellulose, lignin)
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
- Diet kalsium
- Aspirin dan OAINS
- Aktivitas fisik (BMl rendah)
Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks 4. Possibly protektif
arfiara faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor - Sayuran hijau dan kuning
genetik mendominasi yang lainnya pada kasus sindrom - Makanan dengan karoten tinggi
- Vitamin C dan E
herediter seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP) - Selenium
dan Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer - Asam folat
(HNPC), Kanker kolorektal yang sporadi muncul setelah 5. Cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor,
6. Hormone Replacement Therapy (estrogen)
melewati rentang masa yang lebih panjang sebagai akibat
faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik
yang berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker
kolorektal (herediter vs sporadi) tidak muncul secara berhubungan dengan risiko mendapat kanker kolorektal
mendadak melainkan melalui proses yang dapat yang lebih rendah. Meskipun anti-oksidan seperti vitamin
diidentifikasikan pada mukosa kolon (sepeni: displasia A, E dan C dianggap dapat menurunkan risiko kanker,
adenoma). namun sebuah penelitian prospektif gagal membuktikan
penurunan insiden polip pada kelompok yang mendapat
suplemen vitamin tersebut.
PENGARUH LINGKUNGAN

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan FAKTORGENETIK


berperan penting pada kejadian kanker kolorektal. Risiko
mendapat kanker kolorektal meningkat pada masyarakat Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan
yang bermigrasi dari wilayah dengan insiden kanker keganasan kolorektal di antaranya sindroma poliposis.
kolorektal yang rendah ke wilayah yang insidennya Namun demikian sindroma poliposis hanya terhitung
tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa lingkungan <lo/o dari semua kanker kolorektal. Selain itu terdapat
sentrum perbedaan pola makanan berpengaruh pada Hereditary Non-polyposis Colorectal Cancer (HNPCC
karsinogenesis. atau Sindroma Lynch) terhitung 2-3o/o dari kanker
Beberapa faktor lingkungan yang berperan pada proses kolorektal. KKR terjadi sebagai akibat dari kerusakan
karsinogenesis dapat dilihat pada Tabel 2. genetik pada lokus yang mengontrol pertumbuhan sel.
Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien Perubahan dari kolonosit normal menjadi jaringan
berhubungan dengan kanker kolorektal. Penelitian adenomatosa dan akhirnya karsinoma kolon melibatkan
epidemiologi menunjukkan bahwa lemak hewani, terutama sejumlah mutasi yang mempercepat pertumbuhan sel.
dari sumber daging merah, berpengaruh pada kejadian Terdapat dua mekanisme yang menimbulkan instabilitas
kanker kolorektal. Penelitian pada binatang yang diberikan genom dan berujung pada kanker kolorektal yakni : 1).
diet lemak tinggi meningkatkan proliferasi kolonosit dan Instabilitas kromosom (Cromosamal instability atalu
pembentukan tumor. CIN); 2). Instabilitas mikrosatelit (microsatellite
Transformasi sel tampaknya melalui peningkatan instability atau MIN).
konsentrasi empedu dalam kolon dan ini telah diketahui Umumnya asal kanker kolon melalui mekanisme CIN
sebagai promotor kanker lagipula pada masyarakat dengan yang melibatkan penyebaran material genetik yang tak
konsumsi serat rendah disertai dengan insiden kanker kolon berimbang kepada sel anak sehinggatimbulnya aneuploidi.
yang tinggi. Keseringan minum alkohol meningkatkan 2 Instabilitas mikrosatelit (MN) disebabkan oleh hilangnya
sampai 3 kali lipat kejadian kanker kolon. Sebaliknya aktivitas perbaikan ketidakcocokan atau mismatch repair
masyarakat yang mengkonsumsi ikan laut memiliki insiden (MMR) dan merupakan mekanisme terbentuknya kanker
kanker kolorektal yang rendah. Diet folat tinggi padaHNPCC.
TUMORKOI.OREKf,AL
s69

INSTABILITAS KROMOSON perbaikan ketidakcocokan (MMR) ini tampaknya masih


memerlukan mutasi sebelum mengalami karsinogenesis oleh
Instabilitas kromosom (Cromosamal instability atau CIN) karena semua sel kolon mempunyai satu gen yang lengkap
yang mempakan hasil perubahan-perubahan besar pada maka mutasi somatik kedua diperlukan sebelum fungsi
kromosom seperti translokasi, amplifikasi, delesi dan MMR hilang. Mekanisme s econd hit irtiyang menjelaskan
berbagai benhrk kehilangan alel lainnya disertai dengan tidak munculnya poliposis pada HNPCC. Sekarang ini 5
hilangnya heterozigositas (LOH) pada DNA yang gen MMR telah diidentifikasi yaitu: h MSH2, h MLHI, h
berdekatan dengan lokasi kelainan-kelainan tersebut. PMS,hPMSrdan hMSH6.
Awal dari proses dari kejadian KKR yang melibatkan HNPCC dapat dibedakan dari KKR sporadis biasanya
mutasi somatik terjadi pada gen Adenomatous Polyposis muncul pada usia lebih muda (+ 40 th), risiko mendapat
Coli (APC). Kelainan pada APC yang sporadik maupun tumor sinkronous lebih tinggi (18% vs 60/,),letak tumor
yang familial sepertifamilial adenomatous poQposis (F AP). sebelah kanan (60% -80%vs25%) dan lebih sering tumor
GenAPC mengatur kematian sel dan mutasi pada gen ini mucinosa (35% vs 20%), HNPCC dibagi dalam2 varian
menyebabkan pengobatan proliferasi yang selanjutnya yaitu'. Sindroma Lynch I dan II . Syndroma Lynch I terisolir,
berkembang menjadi adenoma. Mutasi pada proto KKR muncul awal sedangk at s indr o m a Lyracfr II, mukosal
oncogene selular K-ras yang biasanya terjadi pada bersamaan dengan karsinoma ditempat lain (misalnya en-
adenoma kolon yang berukuran besar akan menyebabkan dometrium, ovarium, traktus urinarius, lambung dan usus
gangguan pertumbuhan sel yang tidak normal. halus).
Transisi dari adenoma menjadi karsinoma merupakan
akibat dari mutasi gen supresortumorp53. Dalamkeadaan
normal protein dari gen p53 akan menghambat proliferasi FAKTOR GENETIK LAINNYA
sel yang mengalami kerusakan DNA. Mutasi gen p53
menyebabkan sel dengan kerusakan DNA tetap dapat Sejumlah faktor familial lainnya yang tidak diturunkan
mengalami replikasi yang menghasilkan sel-sel dengan melalui pola Mendelian dapat meningkatkan kekerapan
kerusakan DNA yang lebih parah. Replikasi sel-sel dengan KKR. Riwayat KKR saudara kandung (/irst degree)
kehilangan sejumlah segmen pada kromoson yang berisi meningkatkan risiko KKR (RR: | ,7 2: 95o/o Cl: 1 ,34-2,19).
beberapa alele (misal loss of heterozygosifi). Hal ini dapat Efek ini berganda bilamana pasien KKR di keluarga dekat
menyebabkan kehilangan gen supresor tumor yang lain berusia < 45 tahun (RR 5,37;95%CI1,98-14,6).
seperti DCC (deleted in colon cancer) yang merupakan
tahap akhir dari trasformasi ke arah keganasan.
Seringkali sel-sel ini punya kemampuan untuk PENYAKIT PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
menginvasi dan bermetastasis yang merupakan titik awal DENGAN KKR
keganasan. Karsinogenesis kolon tidak selalu
membutuhkan semua jenis mutasi tersebut di atas dan IBD. Khususnya colitis ulcerative berhubungan dengan
tampaknya masih ada kerusakan genetik yang lain yang meningkatnya risiko KKR. Risiko KKR tergantung rentang
berperan namun belum ditemukan sampai saat ini' waktu dan luasnya inflamasi. Demikian juga pasien pasien
Bagaimanapun juga model mutasi yang dijelaskan di atas kanker serviks yang menjalani radioterapi atau pasien
dapat menjadi landasan kerangka konsep untukmemahami kanker kandung kemih yang menjalani uretero-
proses karsinogen KKR. sigmoidektomi mempunyai risiko untuk mendapat KKR
yang lebih tinggi. Keadaan klinis lainnya yar,g
berhubungan dengan KKR meliputi bakterimia oleh
INSTABILITAS MIKROSATELIT DAN HN PCC Streptokokus group D, infeksi skistosoma haematobium
dan akromegali.
Instabilitas mikro satelit (mi c r o s at e ll i t e ins t a b i I ity ata,u
Prevensi primer. Beberapa jenis obat minum telah
MIN) dimana terjadi peningkatan risiko terjadinya mutasi-
dipelajari dan memiliki kemampuan menghambat KKR. Di
mutasi noktah Qtoint mutations) yang mempengaruhi satu
antara obat-obat ini yang paling efektifadalah aspirin dan
atau lebih pasangan basa DNA secara acak sepanjang
obat anti inflamasi non-steroid lainnya yang juga bersifat
genom.
menghambat proliferasi sel melalui supresi sintesis
Berbeda dengan KKR yang sporadis, HNPCC adalah
prostaglandin. Suplemen asam folat dankalsium berakibat
akibat dari instabilitas mikrosatelit dimana mutasi pada gen
penurunan risiko timbulnya polip adenomatosa dan KKR.
MMR (Mrsz atch repair) yang berfungsi memperbaiki
Estrogent replacement therapy mempunyai hubungan
gangguan replikasi DNA dan berakibat pada pembenflrkan
dengan penunman risiko KKR pada perempuan.
kanker. Protein yang dihasilkan oleh gen MMR dapat
mendeteksi dan memperbaiki gangguan replikasi DNA pada Penapisan. Alasan melakukan penapisan KKR adalah
sel (fase pasca mitosis). Sel-sel yang kehilangan aktivitas untuk deteksi dini, lesi yang masih terbatas superfisial
570 GAIITROENTEROI.OGI

Kolon Normal E pite liu m Adenoma Karsinoma

f il
h iperprolife ratif

il fr
Ab no rm a litas Abnorm alitas lnaktifasi K-ras. Psngh3pusan penghapusan Akum ulasi laniut terhadao
APC Methilation APC mutasl DCC p53 -a6no-ifi eFas-dEile-tlk
hMSH2 hMSH2
hM LH,I hMLH 1

(Sindrom hereditas)

Gambar 2. Perubahan genetik yang terjadi selama evolusi kanker kolorektal

pada individu yang asimptomatik untuk meningkatkan Lesi superficial yang tidak mencapai lapisan muskularis
angka kesembuhan dari pembedahan. atau KGB dianggap sebagai stadium A (T,NoMo), tumor
Modalitas untuk penapisan KKR di antaranya tes darah yang merasuk iebih dalam namun tidak menyebar ke KGB
samar feses, pemeriksaan enema barium kontras ganda. dikelompokkan sebagai stadium B 1 (TrN.MJ. Bila tumor
Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Kolonoskopi terbatas sampai lapisan muskularis disebut stadium B2
dianggap yang paltngcost effecllve dan dianjurkan setiap 10 (T3N0N4). Bila hrmor menginfiltasi serosa dan KGB disebut
tahun bagi individu dengan risiko rata-rata. Sementara untuk stadium C (TII'M,), dan bila terdapat anak sebar di hati,
kelompokrisiko yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan setiap paru, atau tulang mempertegas stadium D (T_N.M,). Bila
3-5 tahun. status metastasis belum dapat dipastikan maka sulit
Akhir-akhir ini telah ditemukan cara-cara baru untuk menentukan stadium. Oleh karena itu pemeriksaan
mengetahui adanya perubahan genetik mukosa kolon mikroskop terhadap spesimen bedah sangat penting dalam
dengan pemeriksaan feses di antaranya adalah pemeriksaan menentukan stadium.
COX-2 pada feses.

.
uesKflDsl
Bertahan
STADIUM, FAKTOR PROGNOSTIK DAN POLA . 5 tanun
TNM Derajat nrstopatorogr
%l
PENAPISAN
TrNoMo Kanker terbatas >90
pada
Prognosis dari pasien KKR berhubungan dengan dalamnya
mukosa/submukosa
penetrasi tumor ke dinding kolon, keterlibatan KGB Br Tz NoMo I Kanker mencapai 85
regional atau metastasis jauh. Semua variabel ini digabung muskularis
Bz TsMoNo il Kanker cenderung 70-80
sehingga dapat ditentukan sistem staging yang awalnya masuk atau
diperhatikan oleh Dukes. (Tabel3) dan diaplikasi dalam melewati lapisan
serosa
metode klasifikasi TNH dalam hal ini, T menunjukkan c T,NrMo ilt Tumor melibatkan 35-65
kedalaman penetrasi tumor, N menandakan keterlibatan KGB regional
D T, NrMl IV Metastasis 5
kelenjar getah bening dan M ada tidaknya metastasisjauh.
TUMORKOI.OREIS:AL 571

Umumnya rekurensi kanker kolorektal terjadi dalam 4 ruta harapathidup setelah ditemukan metastasis berkisar
tahun setelah pembedahan sehingga harapan hidup rata- 6-9 bulan (hepatomegali & gangguan pada hati) atau 20-
rata 5 tahun dapat menjadi indikator kesembuhan. Indikator 30 bulan (nodut kecil dihati yang ditandai olehpeningkatan
buruknya prognosis kanker kolorektal setelah menjalani CEA dan gambaran CT-Scan).
operasi dapat dilihat pada Tabel 4.

GAMBARAN KLINIS

Keluhan dan Tanda


Kebanyakan kasus KKR didiagnosis pada usia sekitar 50
tahun dan umumnya sudah memasuki stadium lanjut
sehingga prognosis juga buruk. Keluhan yang paling
Derajat ll sering dirasakan pasien KKR di arfiaranya: perubahan pola
buang air besar, perdarahan per anus (hematokezia dan
konstipasi).
KKR umumnya berkembang lamban, keluhan dan
tanda-tanda frsik timbul sebagai bagian dari komplikasi
seperti obstruksi. Pendarahan invasi lokal kakheksia.
Obstruksi kolon biasanya terjadi di kolon transversum.
Kolon descenden dan kolon sigmoid karena ukuran
lumennya lebih kecil daripada bagiat kolon yang lebih
proksimal.
Obstruksi parsial awalnya ditandai dengan nyeri
123456789
Tahun setelah diagnosis ditegakkan
abdomen. Namun bila obstruksi total terjadi akan
menyebabkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi.
Gambar 3. Nilai rata-rata relatif survival pasien kanker
KKR dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang
kolorektal
rapuh dan mengalami ulserasi. Meskipun perdarahan
umunnya tersamar namun hematochesia timbul pada
sebagian kasus. Tumor yang terletak lebih distal umumnya
disertai hematozia atau darah tumor dalam feses tetapi
Sebaran tumor ke KGB regional tumor yang proksimal sering disertai dengan anemia
Jumlah KGB regional yang terlibat defesiensi besi.
Penetrasi tumor ke dinding usus
Diferensiasi yang buruk (histologi)
Invasi lokal dari tumor menimbulkan tenesmus,
Perforasi hematuria, infeksi saluran kemih berulang dan obstruksi
Pencepatan tumor ke.iaringan sekitar uretra. Abdomen akut dapat terjadi bilamana tumor
lnvasi ke vena
Titik CEA > 5,0 mg/ml pra operasi tersebut menimbukan perforasi. Kadang timbul fistula
Aneuploidi antara kolon dengan lambung atau usus halus. Asites
Kehilangan kromosom yang spesifik (misal kehilangan Alela
pada kromosom 18q) maligna dapat terjadi akibat invasi tumor ke lapisan serosa
Catatan: CEA = Carsinoembryonic Antigen.
dan sebaran ke peritoneal. Metastasis jauh ke hati dapat
menimbulkan nyeri perut, ikterus dan hipertensi portal.

Kanker kolorektal umunnya menyebar ke KGB regional PENDEKATAN DIAGNOSIS


atau ke hati melalui sirkulasi vena portal. Hati merupakan
organ yang paling sering mendapat an'ak sebar KGB.
Sepertiga kasus KKR yang rekuren disertai dengan me- Prosedur Diagnosis pada Pasien dengan Geiala
KKR ditemukan Keberadaan kanker kolorektal dapat dikenali dari beberapa
tastasis ke hati dan duapertiga pasien
tanda seperti: anemia mikrositik, hematokezia, nyei perut,
metastasis di hati pada waktu meninggal. KKR jarang
berat badan turun atau perubahan defekasi, oleh sebab
bermetastasis ke paru. KGB superklavikula tulang atauotak
tanpa ditemukan anak sebar di hati terlebih dahulu.
itu perlu segera dilakukan pemeriksaan endoskopi atau
radiologi. Temuan darah samar di feses memperkuat
Pengecualian terjadi bilamana tumor dapat terletak di dis-
dugaan neoplasia namun bila tidak ada darah samar tidak
tal rektum, sel tumor dapat menyebar melalui pleksus vena
dapat menyingkirkan lesi neoplasma.
paravertebrae kemudian dapat mencapai paru atau KGB
superklavikula tanpa melewati sistem vena porla. Rata- Laboratorium. Umumnya pemeriksaan laboratorium pada
572 GAIITROENTEROIOGI

Derajat Kedalaman Frekuensi Survival Beban tumor


Korsinoma
invansi 3 tahun 5 tahun
Musculads
musosae

Karsinoma Submucosa
in situ
Noninvasif
.^-v::.?,?R!s Musculais 100%
- -"-\--\'-
Peicolic fat
-
Sercsa
propna

A1 )

Muscularis
Noninvasif
musosae

1SYo 83% 950/t100%


- ---<S,.
a --a .- Musculais
_ _ _\?-._o. ...-. propria

B( )
Noninvasif
31% 7S% BOY"-85Yo

c([D Noninvasif
23Yo 56% 50%-70%

D(rv)

Noninvasif 30% 50k 5Yo-1SYo

Gambar 4. Klasifikasi kanker kolorektal menurut Dukes-Turnbull

pasien adenoma kolon memberikan hasil normal. Pemeriksaan lumen barium teknik kontras ganda merupakan
Perdarahan intermitten dan polip yang besar dapat alternatif lain untuk kolonoskopi namun pemeriksaan ini
dideteksi melalui darah samar feses atau anemia defisiensi sering tak bisa mendetaksi lesi berukuran kecil. Enema
Fe. barium cukup efektif untuk memeriksa bagian kolon di balik
Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan enema barium striktur yang tak terjangkau dengan pemeriksaan
kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip kolon kolonoskopi.
dengan spesifisitas 85%. Bagian rektosigmoid sering sulit Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan
untuk divisualisasi meskipun bila dibaca oleh ahli radiotogi mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus
senior. Oleh karena itu pemeriksaan rektosigmoidoskopi melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan.
masih diperlukan. Bilamana ada lesi yang mencurigakan Pemeriksaan kolon yang lengkap dapat mencapai>95%o
pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk biopsi. pasien. Rasa tidak nyaman yang timbul sangat bergantung
TUMORKOI.OREXMAL 513

tvaluasi histologi. Adenom diklasifikasikan sesuai dengan


gambaran histologi yang dominan. Yang paling sering
Karsinoma adalah adenoina tubular (85%), adenoma tubulovilosum
(10%) dan adehom serrata (l%). Terhuan sel atipik pada
Shouldered adenoma dikelompokkah menjadi ringafr, sedang dan berat.
margill Gambaran atipik berat menunjukkan adanya fokus
karsinomatosus namun belum menyentuh membran
Rektum basalis. Bilamana sel ganas menembusi membran basalis
tapi tidakmelewati muskularis mukosa disebut Karsinoma
Gambar 5. Gambar kanker kolon dengan menggunakan intra mukosa. Secara umum, risiko displasi berat atau
pemeriksaan barium enema
adenokarsinoma berhubungan dengan ukuran polip dan
dominasi jenis vilosum.

pada operator untuk itu sedikit obat penenang intravena Penapisan pada pasien tanpa gejala. Sebenarnya KKR
akan sangat membantu meskipun ada risiko perforasi dan dapat diobati bilamana terdekteksi pada stadium dini. Saat
perdarahan, tetapi kejadian seperti ini <0,5%. Kolonoskopi ini usaha tersebut diarahkan untuk mendeteksi adenoma
dengan enema barium, terutama unfuk mendeteksi lesi kecil preneoplastik dan kanker dini. Sejumlah negara sudah
seperti adenoma. memulai penapisan pada masyarakat luas sebelum ada
Masalah biaya sering dipersoalkan pada pengunaan gejala.
kolonoskopi untuk pemeriksaan penapisan sejumlah studi Penapisan pada masyarakat luas dilakukan dengan
telah membuktikan bahwa kolonoskopi merupakan beberapa cara seperti: tes darah samar dari feses dan
pemeriksaan yang paling akurat dan satgat cost ffictive sigmoidoskopi. Pilihan pemeriksaan penapisan untuk
untuk pemeriksaaan pasien yang simptomatik. masyakarat luas meliputi :

Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien . FOBT (Fecal Occult Blood kst) setahun sekati
yang diperkirakan adapolip kolon. Kolonoskopi mempunyai . Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun
sensitivitas (95%) dan spesifisitas (99%) paling tinggi . Enema barium kontras ganda setiap 5 tahun
dibanding modalitas yang lain untuk mendeteksi polip . Kolonoskopi setiap l0 tahun
adenomatosus. Di samping itu dapat melakukan biopsi dan
tindakan polipektomi untuk mengangkat polip. Secara Telah dibuktikan bahwa penapisan KKR dengan
endoskopi sulit unhrk membedakan jenis-jenis polip secara modalitas tersebut di atas dapat mendeteksi kanker dini,
histologi, oleh karena itu biopsi dan polipektomi penting lebih lanjut beberapa penelitian terkini membuktikan adanya
untuk menegakkan diagnosis secara histologi. peningkatan masa harapan hidup pasien KKR.

Gambar 6. Polip adenomatousa berbentuk sesil dan tindakan polipektomi dengan teknik lifting, snaring and cut setla
pengeluaran polip menggunakan jaring
574 GAII'IROENTEROI.OGI

Gambar 7. A. Polip adenomatous B. Karsinoma dengan diferensiasi baik C.Karsinoma dengan diferensiasi kurang
baik.

adenomatosus dengan atipia berat menjadi kanker


lp (pedunculated) membutuhkan waktu rata-rata 4 tahun sementara bila atipia
Protruding type sedang 11 tahun.
tsp (semipeduncutaled)

ls (sessile)
Pengobatan
Non-prokuding type:
Kemoprevensi. Obat Antiinflamatori Nonsteroid (OAN)
Superlicial elevated --!Eg- lla termasuk aspirin dianggap berhubungan dengan
Large lia (<lomm): Granular (LST_G) K penurunan mortalitas KKR. Beberapa OAIN seperti
also called f
Laterallv soreadino o sulindac dan Celecoxib telah terbukti secara efektif
(LST) - tumor Non'granular (LST-NG) m
-t!==- o menurunkan insidens berulang:rya adenoma pada pasien
s
Flattype : llb k dengan FAP (Familial Adenomatous polyposis). Data
o
p epidemiologi menunjukkan adanya penurunan risiko
llc
-rf i
kanker dikalangan pemakai OAIN namun bukti yang
Depressed Combination with other type,exampl€
+=+ lla+llc
mendukung manfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya
untuk mencegah KKR sporadik masih lemah.
Gambar 8. Klasifikasi kanker kolorektal dini
Endoskopi dan operasi. Umumnya polip adenomentasi
dapat diangkat dengan tindakan polipektomi. Bila ukuran
Modalitas lain untuk penapisan KKR di ar:/tarar,ya <5 mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau
virtual kolonoskopi atau kolonograpi dengan atau elektrokoagulasi bipolar. Di samping polipektomi KKR
memanfaatkan alat CT Scan muhislice. Cara ini sangat dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi
menjanjikan namun kemampuannya untuk mendeteksi polip adalah tumor d.i caecum, kolon asendend, kolon
berukuran <I
cm rendah baik spesifisitas maupun transfersum tetapi lesi di fleksura lienalis dan kolon
sensitivitasnya. desenden di atasi dengan hemikolektomi kiri.
Caralain adalah upaya mendeteksi mutasi genetik sel- Tumor di sigmoid dan rekhrm proksimal dapat diangkat
sel kolon yang didapat melalui pemeriksaan feses seperti dengan tindakan LAR (Zow Anterior Resection). Angka
COX-} dan adanya proto onkogenes semacam K-ras. mortalitas akibat operasi sekaitar 5o/o tetapi bila operasi
dike{akan secara emergensi maka angka mortalitas menjadi
lebih tinggi. Reseksi terhadap metastaJis di hati dapat
PENATAI-AKSANAAN memberikan hasll 25-35Yo rata-rata masa bebas tumor
(diseas e free survival rate).
Perjalanan alami Terapi ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi
Meskipun adenoma kolon merupakan lesi premaligna, kuratif akan mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan
namun perjalanan menjadi adenokarsinoma belum dimaksudkan untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR
diketahui. Literatur lama dari laporan pengamatan jangka setelah operasi. Pasien Dukes A jarang mengalami
panj ang menunjukkan bahwa perkembangan menj adi rekurensi sehingga tidak perlu terapi ajuvan. Pasien KKR
adenokarsinoma dari polip I cm 3o/o setelah 5 tahun, 8% Dukes C yang mendapat levamisol dan 5 FU secara
setelah l0 tahun, dan 24%o setelah 20 tahtn diagnosis signifikan meningkatkan harapan hidup dan masa interval
ditegakkan. bebas tumor (diseasefree interttal). Kemoterapi ajuvan
Pertumbuhan dan potensi menjadi ganas bervariasi tidak berpengaruh pada KKR Dukes B.
secara substansial. Rata-rata waktu yang dibutuhkan Irinotecan (CPT 1l) inhibitor topoisomer dapat
untuk perubahan adenoma menjadi adenokarsinoma memperpanjang masa harapan hidup. Oxaliplatin analog
adalah 7 tahun. Laporan lain menunjukkan polip platinum juga memperbaiki respon setelah diberikan 5FU
TUMORKOI.OREI(f,AL s75

dala leucovorin. Manajenen KKR yang non-reseksibel Principles of Internal Medicine. 15s Ed. McGraw-Hill. New
. Nd-YAG foto koagulasi laser York. 2003.
. Self expanding metal endoluminal stent
Sonnenberg A, Delco F, Inadomi JM. Cost effectiveness of
colonoscopy in screening for colorectal cancer. Ann Intern
Med 2000;133:573
Sudoyo AW. Kanker Kolorektal Usia Muda etnik Jawa, Sunda,
REFERENSI Makassar, dan Minang di Indonesia: Kajian Klinikopatologi dan
Immunohistokimia Instabilitas Mikrosatelit. Disertasi. Program
Bresalies RS. Maligaant & Premalignant Lesions of The Colon. In: Studi Doktor Ilmu Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universi-
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH. Current Diagnosis & tas Indonesia. Iakarta 2005
Treatment in Gastroenterology. 2"d Ed. McGraw-Hill Co. New Toribara NW, Sleisenger MH. Screening for Colorectal Cancer. N
York. 2004. Eng J Med. 1995;332(13):861-7
Calvert PM, Frucht H. The Genetic of Colorectal Cancer. Ann Int Vogestein B, Fearon ER, Hamilton SR, et al. Genetic alterations
Med,, 2002;137 (7): 603 -12 during colorectal-tumor development. N Eng J Med
Kanaoka S, Yoshida K, Takai ! et al. Fecal COX-2 Assay is Useful 1988;319:325-32
for Colorectal Cancer Screening. Gastroenterology. 2005; 128 Yamada T, Haster WL, Inadomi JM, Anderson MA, Brown RS.
(4) Suppl 2: Wl583. Handbook of Gastroenterology. 2'd ed. Lippincot Williams &
Mayer RJ. Gastrointestinal Tract Cancer. In: Braunwald E, Fauci AS, Wilkins. Philadelphia. 2005.
Kasper DL, Hauss SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison's
89
TUMOR GASTER
Ju us

EPIDEMIOLOGI FAKTOR RISIKO

Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Faktor risiko kanker gaster antara lain helicobacter
Tumor jinak lebih jarang daripada tumor ganas. Tumor pylori, diet tinggi nitrat (nitrosamin) sebagai pengawet,
jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2-0,4 Yo makanan yang diasap dan diasinkan, rokok, atrofi
dan jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor lambung
ganas didapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor Di samping itu ada juga faktor-faktor risiko yang
jinak. Tumor ganas yatg terbanyak adalah mempermudah : 1). Seks, kanker gaster pada pria2kali
adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga lebih sering daripada perempuan, 2). umur, kebanyakan
tumor saluran cema di Amerika Serikat setelah tumor kolon kanker lambung pada umur 50-70 tahun dan jarang di
dan pankreas. bawah umur 40 tahun, 3). alkohol, 4). operasi lambung
Selama beberapa dasawarsa terakhir angka kematian sebelumnya, 5). polip lambung, 6). sindrom kanker
turun tajam sampai 30o/o, iti disebabkan kejadian penyakit familial
ini menurun diAmerika Serikat dan EropaBarat, tetapi tetap
menjadi masalah di Jepang, EropaTimur, danAmerikaLatin.
Pada Gambar 1 didapatkan kematian penyakit tumor ganas KLASIFIKASI
gaster di berbagai negara pada tahun 1970.
Di negara lain selain Jepang, kelangsungan hidup lebih
Tumor gaster dapat dibagi atas 2 kelompok yaitu :
dari 5 tahun setelah pembedahan tumor gaster kurang
dari l0%o, sedangkan di Jepang dapat mencapai 9}Yokarena
adanya peningkatan cara diagnostik (endoskopi dan Tumor Jinak
endoskopi ultrasound). Dapat dibagi atas 1). Tumor jinak epitel, 2).Tumor jinak
non epitel. Thmor Jinak Epitel. Tumor jinak epitel biasanya
berbentuk polip dan dapat dibagi atas :
Angka Kematian per 100 000 Pria
a. Adenoma : Terisolasi, bagian dari adenoma
generalisata gastrointestinal
b. Adenoma hiperplastik. Polipoid sirkumskrip, difus
c. Adenoma heterotropik. Tumor pankreas aberan,
bruninoma
Aden oma. Adenoma sering te r dap at terb atas pada lambung,
tetapi dapat merupakan bagian polip adenoma generalisata
pada saluran cema. Didapatkan pada lo/o dari pasien yang
dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Terutama
didapatkan pada pria, biasanya usia dewasa. Biasanya
Gambar 1. Angka kematian kanker gaster (age adjusted) pada berbentuk polip yang bertangkai, dengan permukaan licin,
berbagai bangsa besamya hanya beberapa cm. Umumnya tanpa keluhan,

576
kadang-kadang timbul perdarahan yar,E dapat sub-tipe: a.
(Elevated type). Tampak sedikit elevasi
menyebabkan anemia. Lokasi tumor yang tersering daerah mukosa lambung, hampir seperti tipe 1, terdapat sedikit
pilorus dan antrum (s}%),fundus (20%),kurvatura minor elevasi serta dan lebih meluas dan melebar, b . (Flat type).
(20%) dankardia (10%). Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan y' lling defect terlihat perubahan pada warna mukosa, c. (Depressed
dengan tepi teratur dan bertangkai. Pemeriksaan type). Didapatkan permukaan yang ireguler dan pinggir
gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan yang tidak rata (ireguler) hiperemis / pendatahan;3). Tipe
lokasinya terutama di daerah antrum dan angulus. Setiap III (Excovated typ") . Menyerupai Bormann II (tumor ganas

polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan biopsi untuk lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti IIc + III atau
melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa keluhan, III + IIc dan IIa + IIc.
sebail,mya dilakukan pemantauan secara teratur' Jika terlihat Advanced gastric cancer (karsinoma gaster laniut).
adanya komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi. Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :

Adenoma hiperplastik. Pada gastritis atrofi kronis 1).Bormann I. Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang
permukaan mukosa dan alveolar berubah menjadi sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di
hiperplasia. Bentuknya dapat berupa sess ile atat discrette- sekitar tumor atrofi dan ireguler; 2).Bormann II. Merupakan
non infiltrating carcinomatous ulcer dengan tepi ulkus
Adenoma heterotropik 1). Anomali pankreas paling sering serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.
didapatkan, kira-kira 0,5Yo dari autopsi. Lebih sering Dasar ulkus terlihat nekrosis dengan wama kecoklatan,
ditemukan pada pria antara umur 25-55 tahun- Lokasi keabuan, dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus
terbanyak di daerah antrum dan pilorus. Biasanya pankreas tampak sangat hiperemis; 3). Bormann III. Berupa
aberan ini kecil (diameter I cm). Pemeriksaan radiologis infiltrating carcinomatous ulcer. IJkasnya mempunyai
dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis. 2). dinding dan terlihat adanya infrltrasi progresif dan difus;
Bruninoma. Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni 4). Bormann IV. Berupa bentuk diffus infiltrating type,tidak
dan pada pemeriksaan radiologis didapatkan polip multipel
terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada
dan kadang-kadang didapatkan di daerah pilorus dan
seluruh mukosa.
antrum.

Tumor Jinak non epitel. Tumorjinak non epitel ini penting


Tipe lProtruded
karena sering menimbulkan komplikasi berupa ulserasi dan
perdarahan. Tipe llSuperficial
ll a Elevated
Tumor neurogenik. Sering didapatkan Schwannoma
ll b Flat
yang tumbuh dalam submukosa dan menonjol ke dalam llC Depressed
lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa cm, dapat
Tipe lll Excavated
terjadi ulserasi dan pendarahan. ---
Leiomioma. Sering didapatkan pada pasien dewasa COMBINATIONS
pada otopsi. Biasanya tunggal dengan diameter 2 cm di TipellC+lll
daerah antrum dan pilorus, dapat menyebabkan hipertrofi
Tipe lll+ ll C
pilorus stenosis.
Fibroma. Biasanya kombinasi dengan tumor lain seperti
neurofrbroma, miofibroma, lipofibroma dan lain-lain. Gambar 2. klasifikasi kanker gaster dini menurut Japan
Fibroma ini lebih jarang ditemukan danpada Schwannoma. gastroenterological endoscopy society (Murakami, I 971 )'
Gejala yang sering timbul adalah perdarahan dan rasa nyeri
Lipoma. Lipoma ini didapatkan pada autopsi lebih
kurang 0,03%. Lipoma tumbuh di dalam submukosa dengan PATOGENESIS
keluhan rasa nyeri dan kadang-kadang ada perdarahan.
Seperti pada umumnya tumor ganas di tempat lain,
penyebab tumor ganas gasterjuga belum diketahui secara
Klasifikasi Tumor Ganas pasti. Faktor yang mempermudah timbulnya tumor ganas
Early gastric cancer. Berdasarkan hasil pemeriksaan gaster adalah perubahan mukosa yang abnormal, antara
radiologi, gastroskopi, dan pemeriksaan histopatologis lain seperti gastritis atrofi, polip di gaster, dan anemia
dapat dibagi atas : 1). Tipe I (protruded type). Tumor ganas pernisiosa. Di samping itu, pengaruh keadaan lingkungan
yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan mungkin memegang peranan penting terutama pada
submukosa yang berbentuk polipoid' Bentuknya ireguler, penyakit gaster seperti di negara Jepang, Chili, Irlandia,
permukaan tidak rata, perdarahan dengan atalu tatpa Australia, Rusia, dan Skandinavia. Ternyata pada orang
ulserasi; 2). Tipe II (superficial typ"), dapat dibagi atas 3 Jepang yang telah lama meninggalkan Jepang, frekuensi

577
578 GAIITROENTEROI.OGI

tumor ganas gaster lebih rendah. 5. Berbentuk linitisplastika (10 %)


- 15
Dapat disimpulkan bahwa kebiasaan hidup mempunyai 6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas
peran penting, makanan panas dapat merupakan faktor
timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang diasap
dan ikan asin yang mungkin mempermudah timbulnya GEJALA KLINIS
tumor ganas gaster.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor Keluhan utama tumor ganas gaster adalah berat badan
herediter, golongan darah teutama golongan darah A, dan menurun (82 %), nyeri epigastrium (63 Yo),mltrfiah(41oh),
faktor infeksi H. pylori. keluhan pencernaan (40 %), anoreksia (28 %), keluhan
umum (25 %), disfagia (l 8 %), nausea (l 8 %), kelemahan
(17 %), sendawa (10 o/o),hematemesis (7 %), regurgitasi (7
PATOLOGI %) dan lekas kenyang (5 %). (Gambar 3).
Kanker gaster dini jarang mempunyai keluhan dan sulit
Kebanyakan kanker gaster adalah adenokarsinoma (90- untuk dideteksi. Gejala yang ditimbulkan oleh metastasis
99%o), y ang lan limfoma, leiomiosarkoma, adenoxanthoma, dapat berupa perut membesar (asites), ikterus obstruktif,
dan lain-lain. Kebanyakan lokasi tumor pada daerah nyeri tulang, gejala neurologis dan sesak napas, dan dapat
antropilorik, kurvatura minor lebih sering daripada pula berupa ileus obstruktif.
kurvafuramayor.
Karsinoma gaster berasal dari perubahan epitel pada
membran mukosa gaster, yang berkembang padabagian
r00
bawah gaster, sedangkan pada ahofi gaster didapatkan
' BB
bagian atas gaster dan secara multisenter. lFNvari
| - Muntah
Karsinoma gaster terlihat beberapa benhrk:
1. Seperempatnya berasal dari propia yang berbentuk Anoreksia
----Kehitangan
fungating dan tumbuh ke lumen sebagai massa
r----l----------=
2. Seperempatnya berbentuk tumor yang berulserasi T-----r
Disfagia
Nausea
3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan
otot r----- Ruktus

4. Penyebarannya melalui dinding yang dicemari ----------:l


Hematemesis
Regurgitasi
penyebaran pada permukaan (8%). ------------l
: Mudah kenyang

Gambar 3. Keluhan pada kanker gaster

Tumor Primer
Tis Carcinoma in situ DlAGNOSIS
T1 lnvasi ke lamina propria atau sub mukosa
T2 lnvasi ke muskularis propria
T3 Penetrasi ke serosa Pemeriksaan tr'isis. Pemeriksaan fisis dapat membantu
T4 lnvasi ke organ sekitar diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Di
Metastasis Kelenjar Limfe Regional
daerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan
N0 None jika telah terjadi metastasis ke h ati,terabahatiyang ireguler,
N1 Metastasis ke kelenjar perigastrik 3 cm dari tumor primer
dan kadang - kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
N2 Metastiasis ke kelenjar limfe perigastrik lebih dari 3 cm
dari pinggir tumor primer (sepanjang lambung kiri, Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang penting adalah
common hepatic,limpa atau arteri celiac)
Metastasis jauh pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi seperti
M0 None terlentang, tengkurap, oblik yang disertai dengan
M1 Metastasis jauh kompresi.
Stagrng
Gastroskopi dan biopsi. Pemeriksaan gastroskopi banyak
0 Tis NO MO
I T1 N0-1 MO sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya tumor
T2 NO MO gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi
il T1 N2 MO
T2 N,I MO
ditemukan 94 o/o pasien dengan tumor ganas gaster
T3 NO MO sedangkan dengan sitologi lavase hanya didapatkan 50
ilt r2 N2 MO %.
T3 N1-2 MO
T4 N0-1 MO Endoskopi ultrasound. Dengan alat ini dapat dilihat
IV T4 N2 MO
T1-4 N'l-2 M,I
penjalaran tumor per lapis, seperti sub mukosa, muskularis
mukosa, dan sub serosa.
TI,'MORGASTER 579

Pemeriksaan darah pada tinja. Pada tumor ganas gaster sebagai paliatif, perbaikan obstruksi, nyeri lokal dan
sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), perdarahan, dengan dosis kurang dari 40 gy.
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
Sitologi. Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung
dapat memastikan tumor ganas lambung dengan hasil 80-
Amerika Serikat Jepang
90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan Staging (1982-1987) (1s71-1985)
pemeriksaan gastroskopi dan biopsi. dari n Kasus Syr n Kasus &Yr
Penyakit (Y.l Survival (%) Surttival
(Yol (Y.l
r 2oo4 (18,1) 5o,o 1435 (45,7) 90,7
KOMPLIKASI [ 17e6 (16,2) 29,0 377 (',t1,e) 71,7
il 3s45 (35,6) '13,0 693 (21,8) 44,3
Perforasi. Dapat te{adi perforasi akut dan perforasi laonis' lv 3342 (30.'1) 3.0 653 (20;56) 9,0

Hematemesis. Hematemesis yang masif danmelena dapat


terjadi pada tumor ganas gaster sehingga dapat
menimbulkananemia. PROGNOSIS
Obstruksi. Dapat terjadi pada bagian bawah lambung Dengan dikenalnya kanker gaster dini dengan pemeriksaan
dekat daerah pilorus yang disertai keluhan muntah-muntah
gastroskopi, prognosisnya lebih baik dari keadaan lanjut.
Adhesi. Jika tumormengenai dinding lambung dapat terjadi Faktor yang menehrkan prognosis adalah derajat invasi
perlengketan dan infrltrasi dengan organ sekitarnya serta dinding gaster, adanya penyebaran ke kelenjar limfe,
menimbulkan keluhan nyeri perut. metastasis di peritoneum dan tempat lain'
Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk
Penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas,
polipoid kemudian yang berbentuk ulserasi, dan yang pal-
dan kolon.
ing jelek bentuk scirrhous. Penyebaran karsinoma gaster
sering ke hati dankemudianmelalui kelenjar di sekitar gaster,
arteri hepatika dan celiac, pankreas dan hilus sekitar limpa.
PENGOBATAN Dapat juga mengenai tulang, paru, otak, dan bagian lain
saluran cema.
Tindakan yang paling tepat adalah pembedahan setelah Hanya 10% kanker gasteryang terbatas pada lambung
sebelumnya ditetapkan apakah masih operabel atau tidak. pada saat dibuat diagnosis :
Semakin dini dibuat diagnosis semakin baik. Beberapa . 80%disertaipembesarankelenjarlimfe
tindakan yang dapat dilakukan adalah : . 4\yo telah terjadi penyebaran pada peritoneum
Pembedahan. Jika penyakit belum menunjukkan tanda . 33o/o telah terjadi metastasis pada hati pada waktu
penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. dibuat diagnosis
Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan masih Prognosis di Amerika Serikat sangat jelek, angka
dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reseksi kuratif akan harapan hidup 5 tahun antara 5-15% dan kebanyakan
berhasil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak
waktu dibuat diagnosis sudah dalam keadaan yang lanjut,
ada sisa kanker pada irisan lambung, reseksi jaringan sedangkan di Jepang prognosis lebih baik karena tindakan
sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limpa diagnostikyang lebih dini (90%).
secukupnya.
Kemoterapi. Pada tumor ganas gaster dapat dilakukan
pemberian obat tunggal atau kombinasi kemoterapi. Di REFERENSI
antara obat yang digunakan adalah 5 FU, trimetroxote,
mitomisin C, hidrourea, epirubisin, dan karmisetin dengan Albert SR, Cerometes A, Van de Velde JH. Gastric cancer :

epidaniology, patology and treatment. Armals of Oncology. 2003;


hasil l8%-30%. 14:1131-6.
Kombinasi terapi telah memberikan hasil lebih baik sebesar Bajetta E, Bazzorri R, Maridini L et al. Adjuvant chemotherapy in
gastric cancer : S-years result of a randomized study by the
53 %. Regimen FAM (5 FU, doksorubisin, mitomisin C ),
Italic trials in medical oncology (ITMO) Group. Annals of
adalah kombinasi yang sering digunakan. Kombinasi lain Oncology. 2002; 13: 299-309.
yang digunakan adalah EAP (etoposid, doksorubisin, Boeing H. Epidemiological research in stomach cancer : progress
sisplatin ) over the last 10 years. Journal of Cancer Riset and Clinical
Oncology. 1991; 133-43.
Radiasi. Pengobatan dengan radiasi kurang berhasil' 1.
Chang HM, Jung KH, Kim TJ et al. A phase III randomized trial of
Resektabel dapat diberikan 40-50 gy. 2. Kasus lanjut radiasi 5-fluorouracil, doxorubicine, and mitomicyn C versus 5 fluo-
580 GAIITROENTEROIIrcI

rouracil alone itr curatively resected gastric cancer Annals of Muretho PgSanano F, Slaccioli HP, Barbauli I et al. An endogastric
Oncology. 2002; 13: 177'l-85. capsule for measuring tumor markers in gastric juice: an
Falcone A. Future strategies and adjuvant treatment of gastric evalttation of the safety and efficacy of a new diagnostic too1.
cancer. Annals of Oncology. 2003; 14: ll45-7. Ann Oncol. 2003; 14: 105-9.
Fuchs CS, Mayer RI. Gasfio carcinoma. N Engl J Medicirie. 1995; I: Park SH, Kim DJ, Heo JS et al. Post operative chemoradiotherapy
335: 32-41. for gastric cancer. Am Oncol. 2003; 74: 1373-7
Goldstone AR, Quirke P, Dixon MF. Helicobacter pylori infection Parsonet J, Hanssen S, Rodriguez L et al. Helicobacter pylori
and gastric cancer. Journal of Pathology. 1996; 129-3'7. infection and gastric limphoma. N Engl J Med.1994; 1262-71.
Kirklod JM, Latsin Ml Yasko JM. Current cancff therapeutic. 2nd Roder JD, Bottcher K, et al. For the German gastric caricer study
Ed. Churchill Livingstone; 1996. group: classification of regional lymph node metastatic from
Kosughi T. Prognosis of early gastric cancer.Gastroenterology. 1970; gastric carcinoma. Cancer. 1998;82(4):621 -3 l.
58:429-43. Shirakabe H. Double contrast studies of the stomach. Tokyo:
Landish SH, Morrey I Bolden S et al. Cancer statistic. Ca-A Cancer Bunkodo Co Ltd; 1971.
Journal for Clinician. 1999; 8-31. Stomach. In : American joint committee on cancer: AJCC cancer
Levi E, Luchini F, Gonzalez JR et al. Monitoring falls in gastric staging manual. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven Publishers,
cancer mortality in europe. Ann Oncol. 2004; 13:338-45. 5th ed;1997.p.71-6.
90
KOLITIS RADIASI
Dadang Makmun

PENDAHULUAN diterima, cara dan frekuensi pemberian, keadaan nutrisi


pasien, umur, adanya penyakit vaskular serta ada tidaknya
Sejak ditemukannya sinar X oleh Wilhelm Rdntgen pada operasi saluran cerna sebelumnya.
tahun 1895 telah dilaporkan terjadinya kerusakan jaringan Kerusakanjaringan akibat radiasi dapat dibedakan atas
tubuh manusia karena radiasi. Pada permulaan kerusakan akibat whole body irradiation dan localized
diperkenalkannya terapi radiasi, diketahui terjadinya irradiation.
hiperemis kulit serta terbakamya jaringan kulit akibat
radiasi. Dengan dikembangkannya teknik radiasi
supervoltase, kerusakan kulit akibat radiasi tidak lagi terjadi
Whole Body lrradiation
Akibat radiasi dengan dosis lebih dari 600 radtedadigeiala
walaupun dengan dosis yang lebih tinggi. Namun timbul
awal berupa nausea, vomitus serta penurunan sekresi asam
masalah baru yaitu terjadinya kerusakan jaringan yang
Iambung. Ini akan diikuti dengan destruksi difus dari
lebih dalam, termasuk saluran cerna. Di lain pihak, hampir
50% pasien kanker mendapatkan terapi radiasi dalam
mukosa saluran cerna (terutama usus halus) serta
gangguan pada sumsum tulang belakang, terganggunya
program pengobatannya, baik secara tersendiri maupun
fungsi mukosa saluran cerna, perubahan flora usus serta
dalam kombinasi dengan tindakan operasi atau kemoterapi.
dapat diikuti oleh kehilangan cairan dan elektrolit bahkan
Kolitis radiasi (juga dikenal dengan sebutan proktitis
dapat terjadi sepsis akibat pertumbuhan mikroorganisme
radiasi) adalah penyakit peradangan kolon sebagai
fakultatif. Jika dosis radiasi kurang dari 150 rad, keluhan
komplikasi abdominal dan pelvis akibat terapi radiasi
dapat hilang dengan sendirinya.
terhadap kanker ginekologi (karsinoma serviks), urologi
(karsinoma prostat, kandung kemih dan testis) dan rektum.
Walaupun kolon relatif radioresisten, namun insiden Localized lrradiation
kerusakan jaringan akibat radiasi lebih tinggi dibanding Dalam keadaan akut akan terjadi kerusakan sel-sel epitel
segmen usus yang lain. Ini terjadi karena umumnya dosis mukosa serta sel-sel endotel pembuluh darah saluran cerna
yang diberikan untuk terapi tumor pada daerah ini lebih yang diikuti dengan edema submukosa akibat peningkatan
tinggi serta akibat rektum dan sigmoid relatif terfiksir permeabilitas kapiler. Dalam fase akut jarang ditemukan
(imobilitas) di daerah ini. ulkus. Jika dosis yang diberikan relatif kecil, semua
Earnest dan kawan-kawan melaporkan bahwa akhir- kerusakan ini akan reversibel tanpa sekuele.
akhir ini terdapat peningkatan angka kejadian kolitis Dengan meningkatnya dosis radiasi, dalam fase lanjut
radiasi. Hampir 75o/o dari pasien tumor di daerah pelvis akan terjadi ulserasi yang ekstensif dan persisten serta
yang menjalani radioterapi menunjukkan tanda-tanda kolitis terjadi pelebaran ireguler dari pembuluh-pembuluh darah
radiasi. kecil yang disebut sebagai teleangiektasia. Dapat terjadi
perubahan epitel yang progresif sehingga terjadi atrofi,
fibrosis bahkan bisa timbul striktur serta trombosis yang
PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIK menyebabkan iskemi jaringan. Pada kasus-kasus tertentu
dapat terjadi fistula bahkan perforasi. Sebagian penulis
Te{adinya kolitis radiasi bergantung dari dosis radiasi yang melaporkan timbulnya efek karsinogenesis sebagai akibat

581
582 GAIITROENTEROI.OGI

lanjut dari terapi radiasi, namun mekanismenya belum Penatalaksanaan kolitis radiasi, terutama dengan
diketahui. kerusakan yang berat, sampai saat ini masih merupakan
Manifestasi klinik kolitis radiasi dapat dibagi atas gejala masalah. Pada umumnya, terapi dimulai dengan pemberian
akut dan gejala kronik. Gejala akut dapat berupa mual-mual, steroid enema, sulfasalazin/mesalazin serta sukralfat
muntah, diare dan tenesmus. Umumnya terjadi dalam kurun enema. Suatu studi prospektif menunjukkan beberapa
wakhr 6 minggu setelah selesai radiasi. Sangat jarang terjadi keuntungan klinis bila sulfasalazin oral dikombinasikan
perdarahan pada fase akut ini. Keluhan umumnya dengan steroid enema dibandingkan dengan pemberian
berkurang dengan pengurangan dosis atau frekuensi sukralfat enema sendiri. Hasil pengobatan akan lebih baik
pemberian serta hilang dalam waktu 2-6 bulan. bila sulfasalazit oral dikombinasikan dengan steroid
Gejala kronik biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama enema dan sukralfat enema. Akhir-akhir ini dilaporkan
pasca radiasi, umumnya 6-9 bulan setelah terapi radiasi tentang efektifitas terapi oksigen hiperbarik, instilasi
selesai. Pada beberapa pasien gejala dapat timbul setelah formalin serta ablasi laser per-endoskopi. Saclaiders dan
lebih dari sepuluh tahun pasca radiasi. Gejala yang timbul kawan-kawan (1995) melaporkan bahwa pemakaian
biasanya berupa hematokezia, diare, kolik dan tenesmus. formalin secara topikal cukup aman dan efektif untuk
Pasien dengan perdarahan minimal umumnya tidak pengobatan proktitis hemoragik akibat radiasi.
memerlukan transfusi darah, 7 0/o diantaranya mengalami Pengalaman kami di Divisi Gastroenterologi
remisi spontan, hanya kira-kira 5%o yang memerlukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto
tindakan pembedahan. Namun pada pasien dengan derajat Mangunkusumo, pasien-pasien kolitis radiasi derajat I dan
kerusakan lebih berat yang memerlukan tranfusi darah, II memberikan respon yang cukup baik pada pengobatan
angka remisi spontan kecil sekali (0-20%), 50%o di arizranya dengan steroid enema dikombinasikan dengan sukralfat
memerlukan tindakan pembedahan dengan angka kematian enema dan mesalazin enema.
yang tinggi (60%). Pada pasien dengan kerusakan berat umumnya
Ada dua mekanisme yang dapat menjelaskan pengobatan medikamentosa menemui kegagalan sehingga
patofisiologi timbulnya keluhan dan gejala kolitis radiasi tidak jarang harus mengalami pembedahan karena
yaitu nekrosis mukus dan kerusakan vaskular submukosa. perdarahan yang tidak dapat dikendalikan, stenosis atau
Keluhan-keluhan biasanya disebabkan kerusakan mukosa, fistula.
tetapi sebagian lagi dapat diakibatkan oleh perubahan
sfingter ani interna karena kerusakan pada pleksus
misenterikus. REFERENSI

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN Cengiz et al. Sucralfate in the prevention of radiation mucositis. J.
Clin gastroenterol 1999: 28: 40-3
Diagnosis umunnya ditegakkan berdasarkan anamnesis Eamest DL, Trier JS. Radiation enteritis and colitis, in Sleisinger
yang cermat, pemeriksaan fisik, endoskopi saluran cerna and Fordstran (eds): Gastrointestinal Disease. WB Saunders
Company, Philadelphia, London, Yol.2. 1993: 1256-69.
(rektosigmoidoskopi/kolonoskopi) dan pemeriksaan
Nostrant TT, Robertson JM, Lawrence TS. Radiation Injury, in
histopatologi. Jika pemeriksaan endoskopi sulit dilakukan
Yamada T et al (eds), Textbook of Gastroenterology. JB
(oleh karena striktur hebat atau fistula), dilakukan Lippincott Company. 2"d Edition. 1995: 2524-35.
pemeriksaan barium enema. Saclaiders TT, et al. Formalin installation for refractory radiation
Pada pemeriksaan kolonoskopi dapat ditemukan induced hemorrhagic proctitis. Dis Colon Rectum, 1996. 39:
adanya gambaran teleangiektasia, edema, ulkus, strikfur t96-9
bahkan fistula, mukosa yang kaku serta mudah berdarah. Seow-Choen R Goh H, Eu I! Ho YH, Tay SI{A simple and effective
treatment for hemorrhagic radiation proctitis using formalin.
Kottmeier (1964) membagi gejala kolitis radiasi atas 4
Dis Colon Rectum 1993; 36: 135-8.
derajat, yait:u Derajatl : Keluhan ringan serta didapatkan
Tytgat GNJ. Future clinical development of sucralfate, prevention
kelainan mukosa minimal, Derajatll : Diare yang sering and therapy of irradiation induced discomfort and mucosal
disertai mukus dan darah. Pada kolonoskopi didapatkan damage. In Hollander D, Tytgat GNJ (eds). Sucralfate, from
jaringan nekrosis, ulkus atau stenosis sedang Derajat III : base to the bed side. Plenium Medical Book Company. New
Stenosis rektum berat sehingga memerlukan kolostomi, York and London. l" Edition, 1995:339-49.
Derajat IV : Didapatkan fistula. Welton ML. Anorectal Diseases. In Friedman SL, McQuaid KR,
Grendell JH, (Eds). Current Diagnosis and Treatment in
Gastroenterology. McGrawHill Companies. Second Edition.
2003:452-79.
91
TRRTTABLE BOWEL STVDROME (IBS)
Chudahman Manan, Ari Fahrial Syam

DEFINISI 1/3 kasus IBS. Keluhan-keluhan IBS muncul setelah I


bulan infeksi. Penyebab IBS paska infeksi antara lain
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah salah satupenyakit virus, giardia atau amuba. Pasien IBS paska infeksi
gastrointestinal fungsional. Pengertian lrritable Bowel biasanya mempunyai gejala perut kembung, nyeri
Syndrome (IBS) sendiri adalah adanya nyeri perut, distensi abdomen dan diare.
dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik.
Gejala yang dapat muncul pada pasien dengan IBS cukup
bervariasi. Disisi lain pemeriksaan fisik dan laboratorium KRITERIA DIAGNOSIS
yang spesifik pada pasien IBS tidak ada, oleh karena itu
penegakkan diagnosis IBS kadang kala tidak mudah. Diagnosis IBS sendiri didasarkan pada konsensus atau
Kejadian dari IBS mencapai 15 % dari pendudukAmerika, kesepakatan yang tervalidasi dan tidak ada pemeriksaan
hal ini didasarkan pada gejala yang sesuai dengan kriteria penunjang khusus untuk menentukan diagnosis dari IBS
IBS. Kejadian IBS lebih banyak pada perempuan dan tersebut. Saat ini kriteria diagnosis yang digunakan adalah
mencapai 3 kali lebihbesar dari laki-laki. Kepustakaan lain kriteria Rome III yang dipublikasi sejak tahun 2006. Kriteria
menyebutkan bahwa angka prevalensi IBS bisa mencapai ini didasarkan pada adanya keluhan berupa rasa tidak
3,6 -21,8 % dari jumlahpenduduk dengatrata-ratallYo. nyaman atau nyeri yang telah berlangsung sedikitnya
selama 3 hari/bulan selama 3 bulan pertama (tidak perlu
berurutan) dan telah berlangsung dalam 3 bulan terakhir
ETIOLOGI dan tidak bisa dijelaskan oleh adanya abnormalitas secara
kelainan struktur maupun biokimiawi. Selain itu terdapat
Sampai saat ini tidak ada teori yang menyebutkan bahwa sedikitnya 2 dari 3 hal berikut ini yaitu nyeri hilang setelah
IBS disebabkan oleh satu faktor saja. Penelitian-penelitian defekasi, perubahan frekuensi dari defekasi (diare atau
terakhir mengarah unhrk membuat suatu model terintegrasi konstipasi) atau perubahat dari bentuk feses. (Tabel 1)
sebagai penyebab dari IBS. Banyak faktor yang Nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang
menyebabkan terjadinya IBS antara lain gangguan dirasakan oleh pasien dengan IBS biasanya selalu
motilitas, intoleransi makanan, abnormalitas sensoris, membawa pasien tersebut unfuk mencarikan pertolongan
abnormalitas dari interaksi aksis brain-gut, dan tentunya hal ini akan mengurangi kualitas hidup dari
hipersensitivitas viseral, dan pasca infeksi usus.
Adanya IBS predominan diare dan IBS predominan
konstipasi menunjukkan bahwa pada IBS terjadi suatu
perubahan motilitas. Pada IBS tipe diare terjadi Nyeri atau tidak nyaman diperut yang berulang sedikitnya 3
peningkatan kontraksi usus dan memendeknya waktu tran- hari per bulan selama 3 bulan terakhir disertai gejala berikut:

sit kolon dan usus halus. Sedang pada IBS tipe konstipasi Membaik dengan defekasi
terjadi penurunan kontraksi usus dan memanjangnya Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi dari defekasi
Onset berhubungan perubahan bentuk feses.
waktu transit kolon dan usus halus.
IBS yang terjadi paska infeksi dilaporkanhampirpada

583
s84 GAIIIROENTEROI.OGI

pasien itu sendiri dan cenderung menjadi tidak produktif.


Diare juga gejala utama IBS yang selalu membawa pasien
IBS predominan nyeri
untuk datang ke dokter, keluhan diare itu tentunya tidak . Nyeri difosa iliaka, tidak dapat dengan tegas
menyenangkan. Keluhan konstipasi yang juga menjadi menunjukkan lokasi sakitnya
keluhan utama pasien IBS tipe konstipasi biasanya disertai . Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan
oleh kembung serta rasa nyaman di ulu hati. . Nyeri hilang setelah defekasi
Setelah melakukan anamnesis yang lengkap dan . Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi
mencocokan dengan kriteria yang ada dilakukan . Nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit
IBS predominan diare
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
o Diare pada pagi hari sering dengan urgensi
Pemeriksaan laboratorium meliputi darah perifer lengkap,
o Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi
biokimia darah serta pemeriksaan fungsi hati dan IBS predominan konstipasi
pemeriksaan hormon tiroid pada pasien deng an gejala diar e o Terutama wanita
kronisnya yang menonjol. Diagnosis IBS ditegakkan jika o Defekasi tidak lampias
keluhan sesuai kriteria Rome III dan tidak ditemukan o Biasanya feses disertai lendir tanpa darah
kelainan organik lain. Sebagian besar kasus yang telah IBS alternafihg pattern
memenuhi kriteria Rome III tanpa gejala alarm seperti yang
o Pola defekasi yang berubah-ubah: diare dan konstipasi
disebutkan di atas biasanya tidak ditemukan kelainan
o Sering feses keras dibagi hari diikuti dengan beberapa
kali defekasi dan feses menjadi cair pada sore hari
struktural. Pada pasien IB S dengan dominasi keluhan diare
pemeriksaan kolonoskopi diikuti biopsi mukosa kolon perlu
dilakukan untuk menyingkirkan adanya kolitis
milaoskopik. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Selain kriteria Roma III, secara praktis sering juga
digunakan kriteria Manning yang lebih sederhana dan Beberapa penyakit harus dipikirkan sebagai diferensial
menitik beratkan pada keadaan pada onset nyeri antara diagnosis dari IBS karena penyakit-penyakit ini juga
lain adanya buang air besar yang cair dan peningkatan mempnnyai gejalayang lebih kurang sama seperti IBS.
frekuensi buang air besar saat timbulnya nyeri. (Tabel 2 ). Beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan untuk
Dari masing-masing gejala yang terdapat pada kriteria mencari penyebab nyeri perut dan dihubungkan dengan
Manning sebenarnya mempunyai interpretasi masing- kemungkinan IBS sebagai penyebab dapat dilihat pada
masing. Adanya feses cair disertai frekuensi defekasi yang Tabel4.
meningkat pada saat nyeri menginterpretasikan bahwa Pada IBS diare sering didiferensial diagnosis dengan
terjadi perubahan fungsi intestinal. Sedang adanya nyeri defisiensi laktase. Kelainan lain yang juga harus dipikirkan
yang berkurang setelah defekasi menunjukkan bahwa adalah kanker kolorektal, divertikulitis, inflammatory bowel
nyeri berasal dari gastrointestinal bawah. Adanya disease (IBD), obstruksi mekanik pada usus halus atau
kembung menunjukkan bahwa kondisi sakit ini agakrrya kolon, infeksi usus, iskemia, maldigesti dan malabsorbsi
bukan kelainan organik. Adanya rasa tidak lampias serta endometriosis pada pasien yang mengalami nyeri
menginterpretasikan bahwa rektum iritable. Sedang saat menstruasi.
adanya lendir pada saat defekasi menunjukkan bahwa Ada beberapa tanda alarm yarg harus diperhatikan
rektum teriritasi. sehingga diagnosis lebih menjurus kearah suatu penyakit
Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa organik dari pada IBS yaitu antara lain onset umur lebih
subgrup sesuai dengan keluhan dominan yang ada pada besar dari 55 tahun, riwayat keluhan bertama kali kurang
seseorang pada Subgrup IBS yang sering digunakan dari 6 bulan, perjalanan penyakitnya progresifatau sangat
membagi IBS menjadi 4 yaitu IBS predominan nyeri perut, berat, gejala-gejala timbul pada malam hari, perdarahan
IBS predominan diare, IBS predominan konstipasi dan IBS per anus, anoreksia, berat badan furun, riwayat keluarga
alternating pattern. (Tabel 3) menderita kanker, pada pemeriksaan fisik ditemukan

Gejala yang sering didapat pada penderita IBS yaitu : Apakah nyeri yang dirasakan hanya pada satu tempat
. Feses cair pada saat nyeri atau berpindah-pindah?
o Frekuensi buang air besar bertambah pada saat nyeri (Pada IBS berpindah-pindah)
. Nyeri berkurang setelah buang air besar Seberapa sering merasakan nyeri?
o Tampak abdomen (Pada IBS tidak tentu)
distensi
Dua gejala tambahan yang sering mucul pada pasien IBS :
a Berapa lama nyeri dirasakan? (Pada IBS sebentar)
o Lendir saat buang air besar a Bagaimana keadaan nyeri jika pasien buang air besar
o Perasaan tidak lampias saat buang air besar atau flatus?
(Pada IBS akan lebih nyaman)
I RRI TABIE, BOWEL SYTIDROME s85

kelainan misal adanya distensi abdomen, anemia atau ragayangteraltr merupakan kunci penting yang juga harus
demam. Apabila tanda-tanda alarm ini ditemukan selain diperhatikan agar pasien dengan IBS dapat menyesuaikan
gejala-gejala IBS maka penyebab organikharus dipikirkan diri dengan keluhan-keluhan yang ada.
terlebih dahulu sehingga pemeriksaan laboratorium dan
Obat-obatan. Obat-obatan yang diberikan untuk IBS
pemeriksaan penunjang lain harus segera dilakukan.
terutama untuk menghilangkan gejala yang timbul antara
lain untuk mengatasi nyeri abdomen, mengatasi konstipasi
, mengatasi diare dan obat antiansietas. Sampai sejauh ini
TATAI-AKSANA tidak ada obat tunggal yang diberikan untuk pasien IBS,
obat-obatan ini biasanya diberikan secara kombinasi.
Penataksanaanpasien dengan IBS meliputi modilftasi diet, Untuk mengatasi nyeri abdomen sering digunakan
intervensi psikologi dan farmakoterapi. Ketiga bentuk antispasmodik yang mempunyai efek antikolinergik dan
pengobatan ini harus berjalan bersamaan. Dalam lebih bermanfaat pada nyeri perut setelah makan, tetapi
memberikan obat-obatan harus selalu diingat bahwa obat- umunya kurang bermanfaat pada nyeri kronik disertai gejala
obatan mempunyai efek samping dan yang juga akan konstipasi. Obat-obatan yang sering dan sudah beredar
memperburuk kondisi psikis pasien. di Indonesia antara lain mebeverine 3x135 mg, hiosinN-
Diet. Modif,ftasi diet terutama untuk peningkatan konsumsi butilbromida 3x10 mg, Chlordiazepoksid 5 mg/klidinium 2,5
serat ditujukan pada IBS dengan konstipasi. Disisi lain mg 3x1 tab, alverine 3x30 mg dan obat antispasmodik
pada pasien dengan IBS tipe diare konsumsi serat terbaru dan juga sudah digunakan di Indonesia otolium
dikurangi. Pada IBS tipe konstipasi peningkatan konsumsi bromida.
serat juga dsertai konsumsi air yang meningkat disertai Untuk IBS konstipasi, laksatifosmotik seperti lakhrlosa,
aktivitas olah raga rutin. magnesium hidroksida terutama pada kasus-kasus dimana
Beberapa makanan atau minuman tertentu juga dapat konsumsi tinggi serat tidak membantu mengatasi
mencetuskan tet'adinya IBS pada beberapa pasien oleh konstipasi. Obat-obatan laksatif stimulan biasanya tidak
karena itu harus dihindarkan. Beberapa makanan dan dipergunakan karena akan memperburuk rasa nyeri abdo-
minuman yang sering mencetuskan IBS antara lain men pasien. Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor agonis, obat
gandum, susu, kafein, bawang, coklat danbeberapa sayur- IBS tipe konstipasi yang relatif baru dan sudah beredar di
sayuran. Biasanya jika keluhan menghilang setelah Indonesia bekerja untuk meningkatkan akselerasi usus
menghindari makanan dan minuman yang dicurigai sebagai halus dan meningkatkan waktu transit feses di kolon dan
pencetus bisa dicoba untuk dikonsumsi lagi setelah 3 juga disebutkan dapat meningkatkan sekresi cairan usus.
bulan dengan jumlah diberikan secara bertahap. B eberapa penelitian menunjukkan bahwa te gaserod
memperbaiki gejala pasien secara global dan meningkatkan
Psikoterapi. Pasien dengan IBS biasanya mempunyai rasa frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Tegaserod
cemas yang tinggi atas penyakitnya. Karena biasanya rasa
biasanya diberikan dengan dosis 2x 6 mg selama 10-12
sakit di perut, buang air besar cair atau susah buang air minggu. Tetapi saat ini tegaserod sudah ditarik dari
besar itu datangnya tiba-tiba. Umumnya pasien IBS selalu
perederan karena efek samping pada jantung walau
berpikiran bahwa ada sesuahr penyakit organik yang terj adi
sebenarnya obat ini cukup efektifdalam penangani kasus-
pada tubuhnya. Penjelasan atas penyakit IBS dan kasu IBS tipe konstipasi khususnya pada wanita.
meyakinkan bahwa penyakit IBS yang dialami pasien Untuk IBS tipe diare beberapa obat juga dapat
adalah penyakit yang dapat diobati dan tidak digunakan antara lain loperamid dengan dosis 2-16 mg
membahayakan kehidupan merupakan kunci utama perhari.
keberhasilan pengobatan pasien. Pemeriksaan Dalam pengobatan pasien dengan IBS kadang-kadang
laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang telah dipergunakan obat-obatan yang sebenarnya tidak
dilakukan yang telah menyingkirkan kemungkinan dibutuhkan oleh pasien dan ini sebaiknya menjadi perhatian
penyakit organik harus disampaikan dan juga menambah
dokter. IBS bukan disebabkan oleh jamur dan infeksi
keyakinan pasien bahwa pasien sebenarnya hanya sehingga antibiotika dan antijamur tidak dibutuhkan.
menderita IBS saja tidak ada penyakit lain apalagi penyakit
Begitu juga enzim, malabsorbsi bukan penyebab IBS
kanker.
sehingga suplementasi ensim pada pasien dengan IBS
Pasien-pasien dengan IBS harus selalu diingatkan untuk
kurang tepat.
dapat mengendalikan stresnya. Pasien diminta unhrk tidak
bekerja berlebihan dan mengenyampingkan waktu
istirahatnya, menyediakan waktu yang cukup untuk dapat
melakukan buang airbesar secara teratur diluar waktu sibuk PROGNOSIS
bekerja dan juga yang terpenting selama makan disediakan
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-
waktu yang cukup agar makan yang dilakukan dapat
gejala pasien IBS biasanya akan membaik dan hilang
dilakukan dalam ketengangan dan tidak terbtru-buru. Olah
586 GAIITROENTEROIOGI

setelah 12 bulan pada 50 o/o kasus, dan hanya kurang dari Horwitz BJ, Fisher RB. Irritable bowel syndrome. N Engl J Med.
5 %o yarry akanmemburuk dan sisanya dengan gejalayang 2001;,344:1846-50.
menetap. Manning AP, Thompsom WG Heaton KW et al. Towards positive
diagnosis of the irritable bowel. BMJ. 1978;2:653-4.
Rani AA, Syam AF. Diagnosa Initable Bowel Syandrome (IBS):
masalah praktis deirgan kriteria diagnosis. In: Simadibrata S,
REFERENSI Syam AF, editor. Update in gastroenterology 2005. Jakarta:
PIP Departemen IPD FKUI; 2005. p. 49-53.
Bennett EJ, Piese C, Palmer K, et al. Functional gastrointestinal Talley NJ, Boyce PM, Jones M. Predictors of health care seeking
disorders: psychological, social and somatic features. Gut. for irritable bowel syndrome: a population based study. Gut.
1998;42:414-20. 1997;41:394-8.
Camilleri M, Choi M-G. Irritable bowel syndrome. Aliment Travis SPL, Ahmad I Collier J, Steinhart AH. Gastroenterology
Pharmacol Ther. 1997;11 :3-15. (Pocket Consultant). 3rd edition. Oxford: Blackwell Publish-
Drossman DA, McKee DC, Sandler RS, et al. Psychosocial factors ing; 2005.
in the irritable bowel syndrome: a multivariate study of patients Vanner SJ, Depew WT, Paterson WG et al. Predictive value of the
and nonpatients with irritable bowel syndrome. Gastroenterol- Rome criteria for diagnosing the irritable bowel syndrome. Am
ogy.1988;95:701-8. J Gastroenterol. 1999:94:2912-7.
Heaton KW, Thompson. Irritable bowel syndrome. Oxford: Health
Press;1999.
92
HEMOROID
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN PATOGENESIS

Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakat atau
banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Di inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-
RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994) faktor risiko/pencetus.
dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan
(26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar
piles, ambeien, wasir atau southern pole disease dalam yang salah (lebihbanyakmemakai jamban duduk, terlalu
istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini antara lama duduk dijamban sambil membaca, merokok),
lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas,
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor
(tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan
serta adanyabenjolan di dubur, perdarahan melalui dubur
tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal),
dan lainJain. Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh
dukun-dukun wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir- usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum
akhir ini karena kasusnya makin banyak semua dokter
diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki
air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
faktor risiko cukup banyak antara lain kurang mobilisasi, kurang olah ragalimobilisasi.
lebih banyak tidur, konstipasi, Cara buang air besar yang
tidak benar, kurang minum air, kurang makanan berserat
(sayur dan buah), faktor genetika/keturunan, kehamilan, KLASIFIKASI DAN DERAJAT
penyakit yang meningkatkan tekanan intraabdomen
(tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna
Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan
dan interna. Hemoroid interna dibagi berdasarkan
gambaran klinis atas:
secara medik dan secara bedah bergantung pada
derajatnya.
1. Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak
prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop.

DEFINISI
2. Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh spontan
darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus 3. Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan
dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit Jan
(subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas 4. Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan
atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada dan cenderung untukmengalami trombosis dan infark.
di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid
Biasanya struktur anatomis anal canal masih normal. eksterna (diluar/di bawah linea dentata) dan hemoroid

587
s88 GAIiIROENTEROI.OGI

interna (didalam/di atas linea dentata). Untuk melihat risiko penatalaksanaan non farmakologis, farmakologis, dan
perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis
stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai
menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada
anoskopik hemoroid interna juga dapat dibagai atas 4 kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi.
derajat hemoroid. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk
hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua
derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan
DIAGNOSIS medis.

Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis


Penatalaksanaan medis non farmakologis.
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup,
keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan klasifikasi
perbaikan pola makan dan minum, perbaiki polalcara
hemoroid (derajat I sampai dengan derajat 4) dan
defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan
pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid
yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat
dapat disebabkan adanya tumor di dalam abdomen atau
hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management
usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya selain program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat
memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga apakah
tambahan, pelincin feses, dan perubahan perilaku buang
di usus halus atau dikolon ada kelainan misal tumor atau
air 2. Untuk memperbaiki defikasi dianjurkan menggunakan
kolitis. Untuk memastikan kelainan di usus halus posisi jongkok (squatting) sewaktu defrkasi. Pada posisi
diperlukan pemeriksaan rontgen usus halus atau jongkok temyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus
enteroskopi. Sedangkan untuk memastikan kelainan di
ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih
kolon diperlukan pemeriksaan rontgen Barium enema atau
ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar rekhrm.
kolonoskopi total.
Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan
vena hemoroid, dan akan memperparah timbulnya
hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan
PENATA!.AKSANAAN mengedan lebih banyak. Bersamaan dengan program BMP
di atas, biasanyajuga dilakukan tindakan kebersihan lokal
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan
dengan cara merendam anus dalam air selama 10- I 5 menit,
medis dan penatalaksaanaan bedah. Penatalaksanaan
2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini maka eksudat yang
medis terdiri dari nonfarmakologis, farmakologis, tindakan
lengket atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan.
minimal inyasiye.
Eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan
a. Penatalaksanaanmedis nonfarmakologis: Penatalaksanaan
iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
nonfarmakologis bertujuan untuk mencegah
perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur,
b. Penatalaksanaan medis farmakologis: Penatalaksanaan
banyak bergerak, dan banyak jalan.Dengan banyak
bergerakpola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan
ini bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau
banyak minum 30-40 mVkgBBlhari untuk melembekkan
menghilangkan keluhan dan gejala.
tinja. Pasien harus banyak makan serat antara lain buah-
c. Tindakan medis minimal invasive'. tindakan untuk
buahan, sayur-sayuran, cereal. dan suplementasi serat
menghentikan atau memperlambat perbwukan penyakit
komersial bila kurang serat dalam makanannya.
dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak
terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau Penatalaksanaan medis farmakologis. Obat-obat
ligasi hemoroid atau terapi laser. farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu
d. Tindakan bedah: Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama: memperbaiki defekasi, kedua: meredakan keluhan
pertama yang bertujuan untuk menghentikan atau subyektif, ketiga: menghentikan perdarahan, dan keempat:
memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk menekan atau mencegah timbulnyakeluhan dan gejala.
mengangkat jaringan yang sudah lanjut.
1. Obat memperbaiki defekasi: Ada dua obat yang diikutkan
Yang dibicarakan pada makalah ini hanya penatalaksanaan dalam BMP yaitu suplemen serat (fiber supplement)
medis, sedangkan penatalaksanaan bedah tidak kami dan pelincir atau pelicin tinj a (s tool softener). Suplemen
masukkan. serat komersial yang banyak dipakai antara lain
psyllium atau isphagula Husk yang berasal dari kulit
biji Plantago ovata yang dikeringkan dan digiling
PENATALAKSANAAN MEDIS menjadi bubuk. Dalam saluran cerna bubuk ini agak
menyerap air dan bersifat sebagai bulk laxative, yarg
Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan
HEX'OROID 589

peristalsis. Efek samping antara lain kentut, kembung 4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid:
dan konstipasi, alergi, sakit perut dan lain-lain. Untuk Caspite (1994) melakukan uji klinik pada 100 pasien
mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna hernoroid akut yang membandingkan diosminthesperidin
dianjurkan minum air yang banyak. dan plasebo, dengan rancangan tersamar ganda dan
Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain teracak. Diosminthesperidin dan plasebo diberikan tiga
natrium dioktil sulfosuksinat. Natrium dioctyl kali2 tablet selama 4 hari, lalu 2kali2 tablet selama 3
sulfosuccinal bekerja sebagai anionic surfactant, hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi
merangsang sekresi mukosa usus halus dan pada kedua kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan
meningkatkan penetrasi cairanke dalam tinja. Dosis 300 lebih nyata pada kelompok Diosminthesperidin
mglhai. (p<0,001). Diosminthesperidin memberi perbaikan yang
nyata terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan
Obat Simtomatik: Pengobatan simtomatik bertujuan
prolaps.
menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau karena kerusakan kulit didaerah anus. Obat Disimpulkan pada penelitian ini bahwa pengobatan
pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas dengan ardium 500 menghasilkan penyembuhan keluhan
(lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptik lemah. dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut bila
Untuk menghilangkan nyeri, tersedia sediaan yang dibandingkan plasebo.
mengandung anestesi lokal. Bukti yang meyakinkan Tanaponsathorn dan Vajrabukka (1992) melakukan uji
akan anestesi lokal tersebut belum ada. Pemberian klinik terkontrol, acak dan tersamar ganda yang
anestesi lokal tersebut dilakukan sesingkat mungkin membandingkan daflon dengan plasebo pada pasien
untuk menghindarkan sensitisasi atau iritasi kulit anus.
hemoroid interna, akut, derajat I dan2, dan semua pasien
mendapat suplemen serat. Jumlah setiap kelompok 50
Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam
orang. Daflon atau plasebo diberikan 3 kali sehari 4 tablet
bentuk ointment atau suppositoria. Bila perlu dapat
selama 4 hari pertama, kemudian 2 kali 2 tablet selama 10
digunakan sediaan yang mengandung kortikosteroid
untuk mengurangiradang daerah hemoroid atau anus.
hari. Hasil penelitian yaitu pada hari ke 4 Daflon
memberikan perbaikan gejala obyektif yang bermakna
Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk
secara statistik (p<0.01), tetapi tidak bermakna dalam
hemoroid intema, sedangkan sediaan ointment/krem
perbaikan keluhan subyektif. Pada hari I 4 pengobatan tidak
digunakan untuk hemoroid eksterna.
ada perbedaan yang bermakna dalam perbaikan gejala
Obat menghentikan perdarahan: Perdarahan obyektif dan keluhan subyektif. Dua kasus hemoroid
menandakan adanya luka pada dinding anus atau dikeluarkan dari penelitian pada hari ke 4, karena kondisi
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. kliniknya memburuk. Tidak ditemukan efek samping daflon
Pemberian serat komersial misal psyllium pada pada penelitian ini.
penelitian Perez-Miranda dkk (1996) setelah 2 minggu Godeberge (1994) melakukan uji klinik terkontol, acak,
pemberian terrry ata dapat men gurangi perdarahan dan tersamar gand yar.g membandingkan
hemoroid yang terjadi dibandingkan plasebo. Szent- diosminthesperidin dengan plasebo pada pasien hemoroid
Gyorgy memberikan citrus bioflavanoids yang berasal akut dan kronik. Masing kelompok terdiri atas 60 orang,
dari jeruk lemon dan paprika pada pasien hemoroid dan masing subyek menerima ardium atau plasebo 2 kali 2
berdarah, ternyata dapat memperbaiki permeabilitas tablet selama 2btlan Pasien diperiksa pada hari pertama,
dinding pembuluh darah Bioflavonoids yang berasal dan 2 bulan kemudian. Hasil penelitian yaitu terjadi
dari jeruk lemon antara lain diosmin, heperidin, rutin, penurunan serangan hemoroid yang bermakna secara
naringin, tangeretin, diosmetin, neohesperidin, statistik pada kelompok dibandingkan plasebo. Pada
quercetin. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid kelompok daflon 40% pasien mendapat satu kali serangan
yaitu campuran diosmin (90%) danhesperidin (10%), hemoroid selama 2 btlan pengobatan, dengan lama
dalam bentuk micronized. Bukti-bukti yang mendukung ser angan 2,6 + I, I hari. Sedangkan pada kelompok plasebo
penggunaan bioflavonoid untuk menghentikan angka serangan itu adalah 70o/r, dan lama serangan 4,6 +
perdarahan hemoroid antara lain penelitian Ho dkk I ,6 hari. Skor keseluruhan keluhan merutrun dari 6,6 ke 1,1
(1995) meneliti efek daflon 500 mg 3xper hari dalam pada kelompok ardium dan dari 6,1 ke 4,0 pada kelompok
mencegah perdarahan sekunder setelah hemoroidektomi plasebo (p<0.01) pada akhir pengobatan. Skor keselumhan
pada 228 pasien hemoroid dengan prolaps menetap. gejala, masing-masing turun dai 4,9 dan 4,5 ke 0,9 dan
Pada kelompok daflon perdarahan sekunder lebih sedikit 2,9(<0.01). Tidak ada efek samping yang nyata dengan
dibandingkan kelompok plasebo. diosminthesperidin
Ho dkk (2000) melakukan penelitian daflon pada hemoroid Rani AA dkk dalam penelitiannya melakukan studi
yang diobati dengan ligasirubber band selama 3 bulan. pemberian micronized flavonoid (Diosmin + Hesperidin)
Pada kelompok daflon didapatkan perdarahan ulang yang (R/Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien
lebih sedikit dibandingkan kontrol. hemoroid kronik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
s90 GASIROENTEROI.OGI

penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan REFERENSI


dibanding sebelum pengobatan secara bermakna.
Perdarahan juga makin berkurang pada akhir pengobatan Cospite M. Double-blind, placebo-controlled evaluation of clinical
dibanding awal pengobatan. activity and safety of ardium in the treatment of acaute
hemorrhoids. Angiol J Vasc Dis 1994;45(Suppl): 566-73.
Penatalaksanaan minimal invusive. Penatalaksanaan Godeberge P. Ardium in the treatment of hemorrhoidal disease: A
hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non farmakologis, demonstrated effrcacy in comparison with placebo. Angiology.
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain J Vasc Dis 1994:45(supp. Pafi 2): 574-8.
tindakan skleroterapi hemoroid, ligasi hemoroid, Hemorrhoids.http://digestive.niddk.nih. gov/ddiseases/pubs/hemor-
pengobatan hemoroid dengan terapi laser. rhoids/index.htm.p. 1 -5.
Ho YH, Foo CL, Sew-Choen, Goh HS. Prospective randomized
Penulis dkk pada tahun 1993-1995di RSCM dalam
controlled trial of a micronized flavonidic fraction to reduce
penelitiannya melakukan skleroterapi pada 18 pasien bleeding after haemorrhoidectomy. Br J Surg 1995:82:1034-5.
hemoroid menggunakan obat aethoxysclerol lYzo/o, Ho YH, Tan M, Seow-Choen F. Micronized purified flavonidic frac-
anoskop logam dan jarum spinal no 26 dan spuit 1cc. Tiap tion compared favorably with rubber band ligation and fibre
hemoroid interna disuntik masing-masing 0,5 - lml alone in the management of bleeding hemorroids. Dis Col Rect
aethoxysclerol. Dari penelitian ini didapat bahwa dengan 2000; 43: 66-9.
skleroterapi aethoxy scl erol didapatkan pengecilan deraj at Hulme-Moir M, Bartolo DC. Hemorroids. Gastroenterol Clin North
hemoroid pada minggu 4 sampai dengan 5 setelah Am 2001;30: 183-97
Johanson JF. Nonsurgical heatment of hemorrhoids. J Gastrointest
skleroterapi 3-5 kali. Komplikasi yang didapatkan yaitu
SwE 2002;6: 290-4
sakit pada anus waktu buang air besar, dan ulkus. Junadi B Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam:
Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUL 1982.p.
362-4.
PENCEGAHAN Laporan hasil kolonoskopi Subagian gastroenterology Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM tahun 1993-1994(tak
dipublikasi).
Yang paling baik dalam mencegah hermoroid yaitu
MIMS gastroenterology guide Indonesia. Premiere edition 2004/
mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah ke luar,
2005.
di mana hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan Muchtar A. Terapi Medikamentosa Hemoroid. Dalam: Simposium
mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan sehari hemoroid. Perhimpunan dokter spesialis bedah Indonesia
mau ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, cabang Jakarta(IKABI JAYA)Klub Eksekutif Persada. Jakarta.
dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu 2000.
mengurangi konstipasi dan mengedan. Rani AA, Makmun D, Abdullah M. Pengobatan diosmin dan
Hesperidin pada hemoroid kronik. 2000. (Unpublished)
Ali IA, Daldiyono
Simadibrata M, Djojoningrat D, Manan C, Rani AA,
H. Skleroterapi hemoroid. Pharos Bulletin 1995;4: 13-5.
KESIMPULAN Soehendro B. Sklerosing Hemoroid. Dalam: Simposium sehari
hemoroid. Perhimpunan dokter spesialis bedah Indonesia cabang
Hemoroid merupakan penyakit pembuluh darah vena yang Jakarta (IKABI JAYA) Klub Eksekutif Persada. Jakarta. 2000.
banyak ditemukan pada manusia sehari-hari. Perez M, Gomez CA, Leon-Colombo I Pajares J, Mate-Jimenes J.
Effect of frber supplements on internal bleeding hemorrhoid.
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan
Hepatogastroenterology 1996;12:. 1540-7.
medis (non-farmakologis, farmakologis, minimal invasive),
Tanapongsathorn W, Vajrabukka T. Clinical trial of oral
dan bedah. diosmin(Daflon) in the treatment of hemorrhoids. Dis Col Rect
1992; 35: 1085-8.
93
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE:
ALUR DI.AGNOSIS DAN PENGOBAIANNYA
DI INDONESI.A
Dharmika Djojoningrat

PENDAHULUAN penduduk di negara Barat). Dari segi ras, IBD banyak


terdapat pada orang Yahudi. IBD cenderung terjadi pada
InJlammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit kelompok sosial ekonomi tinggi, bukanperokok, pemakai
inflamasi yang melibatkan saluran cerna denganpenyebab kontrasepsi oral dan diet rendah serat.
pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara garis Di Indonesia belum dapat dilakukan studi epidemiologi
besar IBD terdiri dari 3 jenis , yaitu Kolitis Ulseratif (KU, ini. Data yang ada berdasarkan laporan Rumah sakit
Ulcerative Colitis),Peuyakit Crohn @C, Crohnb Disease), (Hospital Based).Databersumber Rumah Sakit di Jakarta
dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dapat dilihat pada Tabel 1. Sangat mungkin terjadi variasi
dimasukkan dalam kategori lndetenninate Colitis. Hal ini akurasi diagnosis antar laporan, mengingat akan
untuk secara praktis membedakannya dengan penyakit terdapatnya perbedaan sarana diagnostik penunjang yang
inflamasi usus lainnya yang telah diketahui penyebabnya tersedia. Sarana diagnostik di Pusat Rujukan akan dapat
seperti infeksi, iskemia dan radiasi. menegakkan diagnosis secara tepat dan segera menerapkan
pengobatan definitifnya. Tetapi sistem rujukan di
Indonesia belum berkembang secara optimal sehingga
EPIDEMIOLOGI sebegian besar kasus terduga IBD akan mengalami under-
diagnosed atau justru dapat terjadi over-diagnosed
Inflammatory Bowel Disease merupakan penyakit dengan tentang IBD. Disini diperlukan suatu sistem di bawah
kekerapan tinggi di negara-negara Eropa atau Amerika. kewenangan profesi agar pasien tidak mengalami over-
Laporan sekitar tahun 1990-an didapatkan angka insiden treatment atat under-treatment. Diperlukan suatu
untuk kolitis ulseratiflpenyakit crohn di Eropa ll,8l7,O, konsensus profesi agar kasus IBD di Indonesia dapat
Norwegia I 3,6/5, 8, Beland a 10,0 I 6,9, Jepang 1,9 I 0,5, Italia teridentifftasi secara lebih baik dan mendapat pengobatan
5,212,3 per 100.000 orang. Jadi terdapat perbedaan tingkat
kekerapan antara negara Barat (bahkan berbeda antara
Eropa Utara dan selatan) dengan rregara Asia Pasifik.
Sumber Data
Sedangkan untuk angka prevalensi didapatkan di
o/o * o/o'
RSCM tahun 1991 -'1995 2,8 ,4
Copenhagen 161,2 I 44,4, Italia l2l / 40, Jepang 1 8, I /5,8, 1
RSCM tahun '1996 25o/o** 5,5 % *
Singapura 6,013,6. Penyakit IBD cenderung mempunyai Dharmika D, Gastroenterologi 5,5 % *- 2,0 o/o **
puncak usia yang terkena pada usia muda (umur 25-30 Hepatologi tahun 2000
M. Simadibrata "Tesis Doktor'' 5,2 o/o * 5,2 o/o *
tahun) dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara Tahun 2000
perempuan dan laki-laki. Selain adanya perbedaan . Dari total kolonoskopi
geografis di atas, tampaknya orang kulitputih lebihbanyak ** Dari total kasus kolitis
*** Dari total kasus diare kronik; berdarah & nyeri perut
terkena dibandingkan kulit hitam (untuk populasi

591
592 GAIITROENTEROL/OGI

lebih optimal. Dipihak lain proses pencatatan dan tsD 25,9/o


pelaporan akan lebih seragam dan dapat lebih amuba l4,8%o
Kolitis
dipertanggung jawabnya untuk suatu penelitian Divertikulosis 7,4Yo
epidemiologik, baik dalam populasi maupun data Rumah Karsinoma 3,7%
Sakit. Lain-lain
Dari data di unit endoskopi pada beberapa Rumah Sakit @harmika, APCDE 2000 Hong Kong)
di Jakarta (RS Cipto Mangunkusumo, RS Tebet, RS Siloam
Diagnosis akhir pada 72 kasus dengan dominant nyeri
Gleaneagles, RS Jakarta) didapatkan data bahwa kasus IBD
perut
terdapat pada 12,2o/o dari kasus yang dikirim dengan diare
IBS 63,9/o
kronik, 3,9% dari kasus dengan hemalochezia,25,9%o dai Kolitis 9,7o/o
kasus dengan diare kronik, berdarah, nyeri perut.
Divertikulosis 8,3Yo
Sedangkan pada kasus dengan nyeri perut didapatkan
Polip 5,50h
sebesar 2,8olo.
Ileitis Crohn's 2,80h
Tuberkulosis rA%
LainJain
(Dharmika D. 1999 Div. Gastroenterology Departmenl
of Internal Medicine University of Indonesia)

ETIO.PATOGENESIS

Sampai saat ini belum diketahui etiologi IBD yang pasti


maupun penjelasannya yar,g memadai mengenai pola
distribusinya. Secara konsep dasar dapat diilustrasikan
Gambar 1. Data dari rumah sakit. Colonoscopy examination as
initial screening. seperti di bawah ini.

A: 1993 (121exam.)
B: 1994 (204 exam.) l-K---;,;;-l
C: 1995 (195 exam.) I i,'ir"r"", I r-._ -.\
D. 1996-98 (385 exam.)
j/2t
f*--*l ' I

(Dharmika, APCDE 2000 Hong Kong) Ptoleases


=-:-----r
Leu kotri Kerusakan langsung
A u toim un
Diagnosis akhir pada 196 kasus diare kronik Virus
Ba kteri
Kolitisinfektif 45,404 a" Proiein, dll

Kolitis amuba 3,604


Adenokarsinoma 4,loh
Kolitis Iskemik 3,60/0
rBD 122% Gambar 1. Patogenesis terjadinya IBD
Lain-lain 3l,lYo
@harmika, APCDE 2000 Hong Kong)
Tidak dapat disangkal bahwa faktor genetik memainkan
Diagnosis akhir pada 129 kasus hematokezia peran penting dengan adanya kekerapan yang tinggi pada
Hemoroid 49,6Yo
anakkembar dan adanya keterlibatan familial. Teori adanya
Polip l0,8oh peningkatan permeabilitas epitel usus, terdapatnya anti
Divertikulosis 9,3Yo
neutrofil sitoplasmivc autoantibodi, peran nitrik oksida
Kolitis Infektif 9,3Yo
dan riwayat infeksi (terutama mikobakterium
IBD 3,9YO
paratuberkulosis) banyak dikemukakan. Yang tetap menjadi
Karsinoma 3,lYo masalah adalah hal apa yang mencetuskan keadaan
Kolitis amuba 2,304
tersebut. Defek imunologisnya kompleks, antara interaksi
Kolitislskemik 2,304
antigen eksogen, kemudahan masuk antigen (termasuk
Lain-lain permeabilitas usus) dan kemungkinan disregulasi
(Dharmika , APCDE 2000 Hong Kong)
mekanisme imun pasien IBD 8,9- 14. Secara umum
Diagnosis akhir pada 54 kasus diare kronik yang diperkirakan bahwa proses patogenesis IBD diawali oleh
disertai darah dan nyeri perut adanya infeksi, toksin, produk bakteri atau diet intralumen
Kolitis Infektif 31,5% kolon, yang terjadi pada individu yang rentan dan
F6$qssu rrrufiru) qebs{ glbsF$l rrugrr r[$Ferrq {er?epflt. broaea rugsursrar ?Gcsls firufiru slsn qsrubsp ara{errrly sFlps{
rurrFoze Folou bsqs beureuyzrrsu euqozFobr' qsu beurysrsu nuprF IBD' 2eps8rsu peasr psutrs rueurbs6$u bsrsrueler
sgs 1rgs6u).s berqvrspsu ber-gunur' beurysrsu Fougrer IUteFel' JIq$F sqs bsrsureler l$por.eforJrrru ),uu8 zbeergy
5c1p11)rpqsr (py1) IsuE grgsasrysu bsq$ UreFffeuar qrsrc> lepbr Bsrupsr$u qerurFrrru ln8s gsbsl sgs bsqs gsana
ursfibnu rueuelsbgsu f$ze l6rur?r' Zecsl$ flruflru Drzc$?s br.olsrs' Fsqsl pear zernru qsbsl lerlsqr bsgs Fsefie IBD,
nulng geberlnsu begorusu Fep6rp$?r1su beu8opslsu gsgsr peruoBJoprf Je6o?r{' 1.ED' gorupoerl' C-\s$c\v\6
?rrrrgr Fr.r{6rrn 61rur6 zeps8sr Esrupsrsu s6{l^lts? beutrsyrl yqsutrs $puouusJr$ra bsrsrueler Jsrporslouflrrr gsJ$rr psJ
KIUI6 IBD trsu8 6rourp-c6esz6tp$?r-r.ewrzr' qrnaspsysu
gqs6lsrsu8 gsbsl p{sq1 eboulsu' peuBsu al1s1 be4sJsusu CVUU BV5V14 TVBO6VIO6I N UU

Es?e r.Grurzr 1u1 gsbsl qrzopspFsu olep beu8opslsu 1e1sbr


5er]qsusu p1rur6 BD qrlsuqsr oJclJ t$zc sF{rtqsu reurrar.
Isqc\s\Ns\\s$\s co\!\\z plls ?flJr{ grpeqsFsu'
srlsr fiu{fiF ?crueulsls qrus?rr6Frru qslsru ysle8orr
gelelsudsu: ++ aeuud' + gsqsua' +\-lsrsuA' O ltqsK sqs
).srgr rueupeqsysu sb$F$p Folrlre rl?cr.v1rf beutrs6r1 6ropu
Er2{nls2r +\- ++ rueuqsbqgsu qrsBuoalz 1gp' ursar4< qsluru {ep$b peuKff{utr$,
ErpLoere + ++
e[sunlous o ?0oY 6erurnr86ursubeutrq<4 g4e6zr pou4<trsu8 euqeun6 1ul' Actclslr
BCLer{Si {LSrU2UJnLSl +\- ++ plalobslolo8r6 bru gqsy lsrsuB ar{r{ rru1nF ureutrruEprq<su
f6er peLerts,{ ae0ueu1s1 0 ++ suslorur trsu8 zsurs' ),srgl gr qus\$N l\co-c$ec$\' berueuK?srru
Irlp6[Frrlo?r? Esagourleagusy' trsu8 ureurbnu].sr breqleyzl
qsu rsgrolo8rF' enlll flu1rr6 ruerrrpeq$l(su 56 geu8su
qsu 1rrpc+fiJozr.? fizfi?' G$rupslsu Flrura'pspgsu eugoa6obry
(qsuln8s ueBsrs perpeurpsuB Jsruutrs) zebe4r 6o14rz Irr[6Far
gelelsuasu: ++ 26rJUa'+ KsqsuA'+ylsrsua'O {tqsK sqs qeu8su beutrqq{ pp trsu8 aeuu8 grpurr6su qr Iuqouezrs
yle0sloyary golou + +\- beu8elspnsu trsu8 crrFffb rueursrgst fiu1rrF rucrupeqsywutrv
EK2{LE rule2frusl + + ygsuls Esrup lsu Flrur? IBD trsu8 perlsuvar un. rueurerpq<su
Ke{€Llrps{su reK{nuJ a2"\ ?0oY
Ke{eLlrps{su n2n2 ps,lnz +\- ++
2{euoare\e{uK{nl + ++
/,vDouE?tv
tr2{nls2r +V ++ CVWBV6V]4 KrIN|e IBD DV14 bEBhIV2VrVHVl4 DI
[/\|szas spqourcu 0 ++
7treu bernl + ++
HcuJs{ocp6srs ++ +
Drsle KLourK ++ ++ lrrzs z6pnt bsareu'
beummrsu persl psquu' lerspsu).s ursrasr ru$srupqory,cu gsu
6Fzg.$lurce{rus1' gegneuar qrsre' u},eu spgoureu. U4rrJser)
beurlsrsu qerusru' qs{s JspoJslorrfiru' rusrurfe?f$?r
(qr.opxz 3, grzsazs Scgrrrg lsqsx) lsu8 qlqs?sr-l olep sgsu).s
runynl asrubsr suorepsl (;rpe15)'
6olouoz6obrg)' aelmr88s qrbs6sr p.4er.ls ),su8 1ep1p abeerg1<
spn 1eilsql bsqs eeruns ze8ureu ?srJm$u ceurs'runlsr qsu psyne (1lgs6 lerlsu8ysn olep {cFUrF beruerr6zssu
zegsuBysu bsqs bC l€prp per,rsusar trsrp qsb${ urelrps{F$u bC pq tcrceprr{ lepry enllf lcrlcplp plls sqs Fe{cqrpstsu flan?
sue{orurK e$fnsu ceurs trsu8 lerlrpsl bsgs gn sg$lsp Folou) rurrFo?s qvu lnszutrs pv8lsu nana ),suB torllpsl' 1epb1 bsqs
Esrupsrsu ygura bsgu bC' Hsl rur grzepspFrru qe{uprr?r re1sfll urfiqsp qeu8su urcr{l$l &.sgse1 persl uu8suu},s yezl
Gsrupsrsu fl1ule KO lcl${lt leplp eers8sru grpsuqruB6su Er"or'rrqr' Zccsls Euqoe6obrg beinlslsu s6grulsz beu).s6$ Kn
fe$q$su bslolo8la l,suB squ aeberg Bsu88nsu un1r.lel. op4rl6zr ae4s perqsrubs6 bsqs grupnp).s Q$c\sL\$\ o c\-
Esrupsrsu Feeq$su ura{eru{< }.su8 guprl ?epsBsr gstubs6 1e zrtrsu8
gsuarunrq aeplBBs qsbsrl tueuruprrJysru U?+nls qsu
6olsu8llra' pl
esurbruB I{n feu{nutrs gr?6r{$r qeuBsu berng repgl lcprp urcucoloF' H$l Ir{ grecpspFsu olep erfs{
rrler{r?) broqerurs EsuBreuoanuJ' errlcuJs uoqozfiru qsu urernbsysu psy ).su8 6srs6leqzgg (1euusar4< beusuvJ) 7treu
pepersbs runurlcep?r eFzlr.s ru{62{rusJ aeberlr sqrrlra' bsqe bC ze1sru EelsJs rrrurrrrr qr slsu sqsuls gzpys
ruerrbs6su rusur1e?+s?l Iqlul? BD trsu8 bqruB nrumu qeu8su psu),s rueppslysu lsbrasu rur4<oas'
plsre 6rou1y ),su8 gr?cr.Isr spn lsubs qsrsp qsu utreu bernl 6o1ou trsu8 prlrpsg fcer rurr6oes pcrarls{ gr1rle qsu rcurpurs
rru8suuls aersu8su ber1srus aeansr qeu8su bsulsu8utrs
CVflBVBVl4 KTIUIK trsu8 peqsurpsp p6r.q aecsrs Ersgnsl aegsb ruru88n' B6r.st
geu8su zersuBur be4uus trsuB persl qsnbmr quur4sr uuBw
(<Jszrgywr gsslors)' 6e{ qsusu beuls6rl gn qsbsl qr runpl
Ir?fi2' gerslst persgr),s rrucrrJrs lw8 prluqr qsu IsUr eugvb gsrsp
aepru8Bs {e{$ql Fe?Fsge broaea ruU$rus?r bsqs qruEuB uu8gu' pcrgs?sq<su $6Freuur qrsre' uqqgqsprtrv qerusru'
glbeuBsrnpr oJep tsflor Eeueg6' qcleF rrurru) pu8ynu8su' Der-qq fFUrK Kn qsbsi qrpsQ slvz persl' aeqsu8 qyu

IIA}NYINITYLOB},BOil{ETDIYiIEZ: VTNTDWCIIIO?I?DY}'{bEUCOR\/IYU}iIYDI IIAI)0II-{,EEIV


?d3
594 GASTROENTEROI.OGI

proses inflamasi gastrointestinal yang mempengaruhi RADIOLOGI


proses digesti/absorpsi.
Juga tidak terdapat perbedaan yang spesifik antara Teknik pemeriksaan radiologi kontras ganda merupakan
gambaran laboratorium PC dan KU. Data laboratorium lebih pemeriksaan diagnostikpada IBD yang saling melengkapi
banyak berperan untuk menilai derajat aktivitas penyakit dan dengan endoskopi. Barium kontras ganda dapat
dampaknya pada status nutrisi pasien. Penurunan kadar IIb memperlihatkan lesi striktur, fistulasi, mukosa yang
, Ht dan besi serum dapat menggambarkan derajat kehilangan ireguler, gambaran ulkus dan polip, ataupun perubahan
darah lewat saluran cema. Tingginya laju endap darah dan C distensibilitas lumen kolon berupa penebalan dinding
reactive Protein yang positif menggambarkan aktivitas usus dan hilangnya hqustrae. Interpretasi radiologik tidak
inflamasi, serta rendahnya kadar albumin mencerminkan sta- berkorelasi dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan
tus nutrisinya yang rendah. radiologik merupakan kontraindikasi pada KU berat
karena dapat mencetuskan megakolon toksik. Foto polos
abdomen secara sederhana dapat mendeteksi adanya
ENDOSKOPI dilatasi toksik yaitu tampak lumen usus yang melebar
tanpa material feses didalamnya. Untuk menilai adanya
Pemeriksaan endoskopi mempunyai peranpenting dalam di- keterlibatan usus halus dapat dipakai metode enteroclysis
agnosis dan penatalaksanaan kasus IBD. Akurasi diagnostik yaitu pemasangan kanul naso-gastrik sampai melewati
kolonoskopi pada IBD adalafi,89% dengan 4%okesalahan ligamentum treitz sehingga barium dapat dialirkan secar
danT%ohasll meragukan. Adapun garnbaran endoskopik KU kontinu tanpa terganggu oleh kontraksi pilorus. Peran
dan PC yang karakteristik dapat dilihat pada Thbel 4. CT scan dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan pada
PC dalam mendeteksi adanya abses ataupun fistula.

HISTOPATOLOGI
Lesi inflamasi (hiperemia, ulserasi dll ) +
Bersifat kontinu adanya skip area
(adanya mukosa normal di antara lesi) 0 +++ Spesimen yang berasal dari operasi lebih mempunyai nilai
Keterlibatan rektum +++ + diagnostik daripada spesimen yang diambil secara biopsi
Lesi mudah berdarah +++ +
per-endoskopik. Terlebih lagi bagi PC yang lesinya bersifat
Cobblestone appearence I pseudopolip + +++
(Sifat ulkus) transmural sehingga tidak terjangkau dengan teknik biopsi
Terdapat pada mukosa yg inflamasi +++ + per-endoskopik.gambaran khas untuk KU adalah adanya
Keterlibatan ileum 0 ++++
abses kripti, distorsi kripti, infiltrasi sel mononukleus dan
Lesi ulkus bersifat diskrit + +++
Bentuk ulkus polimorfonuklear di lamina propria. Sedangkan pada PC
Diameter > 1 cm + +++ adanya granuloma tuberkuloid (terdapat pada 20-40Yo
Dalam + +++
+++
kasus) merupakan hal yang karakteristik di samping adanya
Bentuk linier (longitudinal ) +
Aphtoid 0 ++++ infiltrasi sel makrofag dan limfosit di lamina propria serta
Keterangan : 0 = tidak ada ) ++++ sangat diagnostik ulserasi yang dalam.
(karakteristik)

ALUR DIAGNOSIS
Pada dasarnya KU merupakan penyakit yang
melibatkan mukosa kolon secara difus dan kontinu, dimulai Secara praktis diagnosis IBD didasarkan pada : 1).
dari rektum dan menyebar/progresif ke proksimal. Data Anamnesis yang akurat mengenai adanya perjalanan
dari beberapa rumah sakit di Jakarta didapatkan bahwa penyakit yang akut disertai eksaserbasi kronik-remisi
lokalisasi KU adalah 80% pada rektum dan rektosigmoid, diare, kadang berdarah, nyeri perut, serta ada riwayat
12 % kolon sebelahki(lefi sidecolitis),dat8 %melibatkan keluarga; 2).Gambaranklinikyang sesuai seperti di atas;
seluruh kolon (pan-kolitis). Sedangkan PC bersifat 3). Data laboratorium yang menyingkirkan penyebab
transmural, segmental dan dapat terjadi pada saluran cerna inflamasi lain, terutama untuk Indonesia, adanya infeksi
bagian atas, usus halus ataupun kolon. Dari data yang gastrointestinal. Eksklusi penyakit Tuberkulosis sangat
ada, dilaporkanllo/o kasus PC terbatas pada ileo-caecal, penting mengingat gambaran kliniknya mirip dengan PC.
33% ileo-kolon dan 560/o hanya di kolon. Daerah ileo- Tidak ada parameter laboratorium yang spesifik untuk
caecal merupakan daerah predileksi untuk beberapa IBD; 4). Temuan endoskopik yang karakteristik dan
penyakit yaitu PC, TBC, amoebiasis. Dari datayang ada didukung konfirmasi histopatologik; 5). Temuan
dilaporkan bahwa lesi kolonoskopik terbatas pada ileo- gambaran radilogik yang lCras; 6). Pemantauan perjalanan
caecal disebabkan oleh 17,6oh PC, 23,50 TBC, 17,6o klinik pasien yang bersifat akut-remisi-eksaserbasi
amoebiasis dan 3 5,4%okarena kolitis infektif. kronik.
INFLAIIIMATORY BOWEL DIASES: ALUR DIAGNOSIS DAN PENGOBAIANNYA DI INDONESIA 595

Realitas permasalahan di Indonesia dalam hal DIARE KRONIK


diagnosis kasus IBD adalah tidak tersedianya fasilitas Sesuai dengan algoritme tingkat pertama dan kedua

penunjang diagnostik seperti endoskopi dan radiologi


G ASIR OS KO PI
K0L0N0SK0Pl +

HISTOPATOLOGI
Sesuai IBD Bila perlu
FOLLOW THROUGH
BARIUM ENEMA |;;-,ffi]
DEFIN ITIF IBD USG/CT SCAN

Gambar 5. Case frndrng kasus IBD tingkat tiga/rujukan, di mana


fasilitas lengkap

secara merata. Dalam keadaan demikian, selain faktor sistem


G;r^r*^ -l rujukan, maka harus ditingkatkan kemampuan klinik dalam
penlnlnunu xlntr
] I
menegakkan diagnosis pereksklusionum untuk
Gambar 2. Alur diagnosis IBD memperoleh kasus terduga IBD. Sebagian besar penyakit
infeksi dapat disingkirkan/ditegakkan berdasarkan
Alur case finding kasus IBD di pelayanan gambaran klinik dan laboratorium (atau radiologi) yang
kesehatan lini pertama dan sarana rujukan tersedia.

Kasus diare kronik dan atau nyeri perut


PENGOBATAN

LABORATORIUM: KLINIS:
Sesuai inflamasi dan bukan infeksi Sesuai lBD, ada riwayat dalam Mengingat bahwa etiologi dan patogenesis IBD belum
atau parasit kelua rg a jelas, maka pengobatannya lebih ditekankan pada
penghambatan kaskade proses inflamasi (kalau tidak dapat
dihilangkan sama sekali).
Telah diberikan pengobatan atau antibiotik adekuat tapi klinis tetap
kronik-kam buhan
Waspadai adanya keganasan atau TBC usus
Pengobatan Umum
SEBAGAI KASUS TERDUGA IBD
Dengan dugaan adanya faktor/agen proinflamasi dalam
bentuk bakteri intralumen usus dan komponen diet sehari-
hari yang dapat mencetuskan proses inflamasi kronik pada
ISU SIRATEGIS : Terapi ex juvantibus SISTEI\,I RUJU KAN
kelompok orang yang rerltan, maka diusahakan untuk
Gambar 3. Case frndrng kasus IBD di pelayanan kesehatan lini
mengeliminasi hal tersebut dengan cara pemberian
pertama (primary care\l antibiotik, lavase usus, mengikat produksi bakteri,
mengistirahatkan kerja usus, dan perubahan pola diet.
Metronidazole cukup banyak diteliti dan cukup banyak
bermanfaat pada PC dalam menurunkan derajat aktivitas
penyakitnya pada keadaan aktif. Sedangkan pada KU
jarang digunakan antibiotik sebagai terapi terhadap agert
proinflamasinya. Di samping beberapa konstituen diet
yang harus dihindari karena dapat mencetuskan serangan
BARIUM ENEMA BARIUM MEAL &
(coloN tN LooP) FOLLOW THROUGH
USG dan CT SCAN (seperti wheat, cereal yeast dan produk peternakan),
Sesuai IBD
Sesuai IBD Sesuai IBD terdapat pula konstituen yang bersifat antioksidan yang
dalam penelitian dilaporkan bermanfaat pada kasus IBD
yaitu glutamin dan asam lemak rantai pendek.
Mengingat penyakit ini bersifat eksaserbasi konik, maka
SEBAGAI DIAGNOSIS KERJA IBD
edukasi pada pasien dan keluarganya sangat diperlukan.

Obat Golongan Kortikosteroid


Sampai saat ini obat golongan glukokortikoid merupakan
obat pilihan unnrk PC (untuk semua deraj at) dan KU deraj at
sedang dan berat. Pada umumnya pilihan jatuh pada
Gambar 4, Case finding kasus IBD tingkat kedua di mana tidak
ada fasilitas endoskopi prednison, metilprednisolon (bentuk preparat per-oral) atau
s96 GAIITROEITITEROI.OGI

steroid enema. Pada keadaan berat, diberikan kortikosteroid terletak pada unsur sulfapiridin-nya. Dosis rata-rata 5-ASA
parenteral. Untuk memperoleh tujuan konsentrasi steroid untuk mencapai remisi adalah 2-4 gram perhari, yang
yang tinggi pada dinding usus dengan efek sistemik (dan kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sesuai
efek sampingnya) yang rendah, saat ini telah dengan kondisi pasien.
dikembangkan obat golongan glukokortikoid non-sistemik
dalam pengobatan IBD. Dalam hal ini dapat dipakai obat
Obat Golongan lmunosupresif
budesonide baik dalam bentuk preparat oral lepas lambat
Obat ini dipakai bila dengan 5-ASA dan kortikosteroid
ataupun enema. Dosis rata-ratayarrg banyak digunakan
gagal mencapai remisi. Obat golongan ini seperti; 6-
untuk mencapai fase remisi adalah setara dengan 40-60
merkaptopurin, azatioprin siklosporin dan metotreksat
mg prednison, yang kemudian dilakukan tappering dose
setelah remisi tercapai dalam waktu 8-12 minggu Surgikal. Peran surgikal bila pengobatan konservatif/
medikamentosa gagal atau terjadinya komplikasi
(perdarahan, obstruksi ataupun megakolon toksik).
Obat Golongan Asam Amino Salisilat
Obat yang sudah lama dan mapan dipakai dalam
pengobatan IBD adalah preparat sulfasalazin yang
merupakan gabungan sulpiridin dan aminosalisilat dalam ALGORITME TERAPI DAN RUJUKAN
lkatanazo. Preparat ini akan dipecah di dalam usus menjadi
sulfapiridin dan S-acetil salicylic acid (5-ASA). Telah Mengingatbahwa etiopatogenesis IBD belum jelas, maka
diketahui bahwa yang bekerja sebagai agen anti inflamasi pengobatannya lebih ditekankan pada penghambatan
adalah 5-ASA ini. Saat ini telah ada preparat 5-ASA mumi kaskade proses inflamasi. Dengan dugaan adanya faktor/
, baik dalam bentuk sediaan lepas lambat ( di Indonesia, agen proinflamasi yang dapat mencetuskan proses
Salofalk) ataupun gabungan 5-ASA dalam bentuk ikatan inflamasi kronikpada kelompok rentan, maka diusahakan
diazo. Pada preparat lepas lambat, 5-ASA akan dilepas pada mengeliminasi hal tersebut dengan cara pemberian
situasi pH > 5 (adi dalam hal ini di lumen usus halus dan antibiotik, lavase usus, pengikat produk bakteri,
kolon). Baik sulfasalazin maupun 5-ASA mempunyai mengistirahatkan kerja usus dan perubahan pola dietetik.
efektivitas yang relatif sama dalam pengobatan IBD, hanya Pada prinsipnya, pengobatan IBD ditujukan pada serangan
efek samping lebihrendahpada 5-ASA. Hal ini disebabkan akut dan terapi pemeliharaan waktu fase remisi. Obat baku
telah diketahui bahwa efek samping pada sulfasalazin pertama mengandung komponen 5-acetil salicilic acid

SE DANG BERAT

k Ya Tidak

Rujuk :

G a stro en te rolog i
Perbaikan ?
Tidak Ya

Tappering sleroid Tappering steroid


+/- 5-ASA + 5-ASA

Rujuk : Gastroenterologi imunosupresan atau surgikal

Gambar 4. Algoritme terapi penyakit Crohn di pelayanan kesehatan lini pertama


INFLAMMATORY BOWEL DIASES: ALUR DIAGNOSIS DAN PENGOBATAT{IIYA DI INDONESIA 597

R IN GAN.S E DAN G SE DAN G.B ERAT

F.""-l
Tatalaksana khusus
Perbaikan ? Rujukan surgikal
Ya Tidak Tid ak Ya Tidak

Tappeing steroid

I + 5-ASA
I
[*,,*
I
I
Rawat: I

Perbaikan ?

Tidak Ya Tidak

I
Rujuk: Rujuk pro rawat:
Gastroenterolog i,
steroid lV
lmunosupresan

Ya Perbaikan ?

Gambar 5. Algoritme terapi kolitis ulseratif di pelayanan kesehatan lini pertama

(5-ASA) dan obat kortikosteroid (baik sistemik maupun tidaknya komplikasi atau tingkat respon terhadap
topikal). Blla gagal, maka diberikan obat lini kedua yang pengobatan konservatif.
pada umumnya bersifat imunosupresif (seperti 6-
merkaptopurin, azaliopin siklosporin dan metotreksat),
anti-TNF (infliximab). Preparat 5-ASA dapat dalam bentuk REFERENSI
oraVsistemik atau supositoria/enema. Pada kasus tertentu
atau terjadi komplikasi perforasi, perdarahan masif, ileus Daldiyono, DharmikaDjojoninglat. IBD: Hospital based data and
karena stenosis, megatoksik kolon, maka diperlukan endoscopic assessment of disease activity in Jakarta, Indonesia.
intervensi surgikal. J Gastroenterol Hep. 2000;15:B 10
Djojoningrat D. Penyakit Inflamasi kolon di RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Dalam : Akil HAM ed. Pertemuan
KOMPL!KASI
ilmiah VIII PPHI dan Konas PEGI & PGI 1995. Yayasan Masa
depan, L995:277-85
Dalam perjalanan penyakit ini, dapat terjadi komplikasi: Egan LJ. Advances in the treatment of Crohn's disease.
1). Perforasi usus yang terlibat, 2). Terjadinya stenosis Gastroenterolo gy 200 4 ;126: 1 57 4 -8 I
usus akibat proses fibrosis, 3). Megakolon toksik Greenberg GR. Oral budesonide as maintenance treatment for Crohn
(terutama pada KU), 4). Perdarahan, 5). Degenerasi disease. Gastroenterology 1996;\10:45-51
maligna. Diperkirakan risiko terjadinya kanker pada IBD Hanuer SB. Medical therapy for Ulcerative Colitis 2004.
lebihkurang l3%. Gastroenterolo gy. 20O4 ;l 26 : I 5 82 -92
Hommes DW. Endoscopy in IBD. Gastroenterology. 2004;126:.1561-
tt
PROGNOSIS Loftus EV. Clinical epidemiology of IBD. Gastroenterology.
2004;126:1504-17
Pada dasamya, penyakit IBD merupakan penyakit yang Podolsky DK. Inflammatory Bowel Disease. N Eng J Med.
bersifat remisi dan eksaserbasi. Cukup banyak dilaporkan 2002;347 :417 -29
adanya remisi yang bersifat spontan dan dalam jangka Sands BE. From sl,rnptoms to diagnosis: Clinical distinctions among
waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada various forms of intestinal inflammation. Gastroenterolgy.
94
PANKREATITIS KRONIK
Marcellus Simadibrata K.

PENDAHULUAN dibuktikan sebagai penyebab pembentukan presipitat


protein. 2). Penyebab nyeri pada pankreatitis kronik tidak
Walaupun di Indonesia ditemukan tidak sebanyak jelas. Peningkatan tekanan pada sistem saluran pankreas,
pankreatitis akut, pankreatitis kronik merupakan penyakit tegangan kapsul dan inflamasi perineural berperan pada
yang cukup sulit ditangani. Di negara-negara Eropa dan nyeri tersebut. 3). Alkohol: konsumsi alkohol yang kronis
Amerika, pankreatitis kronik cukup banyak ditemukan dan dapat langsung menimbulkan kerusakan sel asinar
berhubungan dengan banyaknya konsumsi alkohol. pankreas, atau terlebih dulu menimbulkan presipitasi
Di Jerman diperkirakan I orang penduduk meminum protein dan kalsifikasi intraduktal pankreas lalu
alkohol antara 10-12 liter perlahunnya, sehingga hal ini menimbulkan kerusakan sel asinarpankreas dan stagnasi/
menyebabkan tingginya komplikasi pankreatitis. hambatan sekresi serta inflamasi/fibrosis. Stagnasi
sekresi pankreas menimbulkan dilatasi duktus
pankreatikus. Inflamasi/fibrosis pankreas menimbulkan
EPIDEMIOLOGI kerusakan sel islet pankreas yang lalu menimbulkan
insufisiensi endokrin pankreas. Kerusakan sel acinar
konik di negara maju/ industri kira-kiri
Insidens pankreatitis pankreas menimbulkan langsung insufisiensi eksokrin
4-6 per 100.000 penduduk per tahun. Dan makin tahun pankreas atau melalui nekrosis fokal baru menimbulkan
insidens ini cenderung meningkat. Prevalensi penyakit ini insufisiensi eksokrin. Setelah nekrosis fokal pankreas
diantara25-3} per 100.000 penduduk dewasa. selain menimbulkan insufisiensi eksokrin pankreas juga
dapat menimbulkan pembentukan pseudokista. 4).
Komplikasi pankreatitis kronik:
ETIOLOGI a. Pseudokista: komplikasi ini merupakan berupa rongga
intrapankreatik atau parapankreatik tanpa dinding epitel
Etiologi antaralainl. l). Pankreatitis kronik karena alkohol pembatas yang dapat berhubungan dengan sistem
(75%), 2). P ankeatitis tropikal kronik(terbanyak ditemukan duktus pankreatikus. Pseudokista ditemukan pada 30-
di negara-negara berkembang terutama negara tropis). 50% pasien dengan pankreatitis kronik. Biasanya
Penyebabnya karena asupan protein dan mineral yang pseudokista dengan diameter > 5 cm cenderung timbul
kurang dan buruk ditambah adanya toksin, 3). Idiopatik komplikasi lain. Pseudokista dapatjuga secara spontan
(25%), 4). Herediter ( 1 %). mengecil atau menghilang seluruhnya.
b. Tukak duodenum: komplikasi ini timbul lebih sering pada
pankreatitis kronik. Hal tersebut disebabkan oleh
PATOGENESIS hipersekresi relatif dari asam lambung karena
berkurangnya sekresi bikarbonat dari pankreas.
Terjadinya pankreatitis kronik karena: 1). Defisiensi c. Keganasan/kanker pankreas: Pankreatitis kronik
lithostatin: Protein lithostatin disekresi oleh pankreas, merupakan suatu keadaan prekanker, karena risiko
berguna untuk mempertahankan kalsium dalam cairan kanker pankreas dan ekstra pankreas sedikit meningka?
pankreas sehingga tetap cair. Defisiensi lithostatin ini lebih banyak.

s98
PANRE.'I|ITNSKRONIK 599

GAMBARAN KLINIS gejala klinis utama, maka tes direk dari fungsi pankreas
merupakan indikasi jika pemeriksaan pencitraan canggih
Yang banyak dikeluhkan oleh pasien yaitu: negatif hasilnya. Tes-tes ini secara khusus diperlukan
Nyeri/sakit perut epigastrium: Perjalanan nyeri/sakit untuk memonitor perjalanan pankreatitis kronik dan setelah
perut tak dapat diramalkan. Penurunan nyeri dan pankreatitis akut untuk memastikan diagnosis banding
pe{alanan insufisiensi eksokrin dan endokrin tidak berjalan (pankreatitis akut atau eksaserbasi akut dari pankreatitis
secara paralel. Nyeri perut biasa turun naik dan timbul laonik).
intermiten dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Tes fungsi pankreas direk merupakan pemeriksaan
Nyeri perut lokalisasinya berada di abdomen tengah dan yang sangat sensitif dan spesifik, tetapi invasif dan
kiri atas, seringkali menjalar ke punggung. Episode nyeri membutuhkan banyak tenaga.
dapat dipicu oleh konsumsi alkohol danJatat makanan Pemeriksaan analisis lemak tinja: Setelah menyingkirkan
berlemak yang banyak. Hanya 5-10% kasus pankreatitis penyebab lain dari steatorea, pemeriksaan kuantitatif
kronik tak mengalami nyeri perut. ekskresi lemak tinja merupakan pemeriksaan adanya
Diare, steatorea: Berkurangnya sekresi enzim pankreas insufisiensi eksokrin pankreas. Pemeriksaan ini dapat
menimbulkan gangguan pencernaan yang kemudian memastikan apakah terapi suplementasi enzim pasien
menimbulkan diare osmotik dan bila kandungan lemak pankreatitis kronik sudah adekuat atau belum.
dalam tinja tinggi disebut steatorea. Pemeriksaan metabolisme glukosa: pemeriksaan kadar
gula darah puasa dan postprandial cukup untuk
Distensi dan kembung: kandungan diet yang mencapai mendiagnosis insufiensi endokrin pankreas.
kolon dimetabolisme oleh bakteri hingga terbentuk gas. Pemeriksaan preoperatif fi.rngsi pankreas : Pemeriksaan
Pada pankreatitis kronik terjadi distensi dan kembung
fungsi eksokrin dan endokrin pankreas membantu dalam
karena banyaknya gas yang terbentuk sebelum diare.
menentukan rencana operasi antara reseksi dan drainase.
Penurunan berat badan: hal ini terjadi karena insuhsiensi Jika fungsi pankreas sangat terganggu bera!, tidak
eksokrin pankreas atau berkurangnya asupan makanan diperlrkan untuk menyisakan jaringan pankreas.
karena takut dan nyeri perut.
- -ffitrt memeriksa morfologi pankreas diperlukan
pemeriksan ultrasonografr, Endoscopic retrograde
Ikterus: ikterus ini dapat timbul sebagai akibat dari steno-
cholangiopancreatography (ERCP), Magnetic
sis saluran bilier pada fase eksaserbasi akut pankreatitis
Resonance Cholangiopancreatograpfry (MRCP),
laonik. Bila inflamasi menghilang, ikterus juga menghilang
Computed tomographyl Magnetic Resonance Imaging
secara spontan.
abdomen dan foto polos abdomen.
Kalsifikasi pada foto abdomen polos biasanya
memastikan diagnosis pankreatitis kronik, akan tetapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG pemeriksaan ini hanya memiliki sensitivitas 30o/o dalam
mendeteksi pankreatitis kronik karena tidak semua
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien pankreatitis kronik disertai kalsifftasi. Pemeriksaan canggih
pankreatitis kronik yaitu amilase-lipase serum yang yang paling penting dalam menunjang diagnosis yaitu
biasanya menunjukkan peningkatan tidak lebih dari 3 x Ultrasonografi pankreas dan abdomen atas, CT-scan
batas normal. Kadar amilaseJipase serum yang normal tidak abdomen atas, ERCP dan MRCP. MRI 1,5 teslah abdomen
menyingkirkan pankretitis kronik. atas sensitivitas dan spesifisitasnya hampir sama dengan
Untuk memeriksan fungsi pankreas diperlukan CT scan abdomen.
pemeriksaan tes fungsi pankreas indirek, tes fungsi Pemeriksaan lain yang tidak begitu akurat kadang
pankreas direk, analisis lemak tinja dan tes toleransi glukosa diperlukan a.l. pemeriksaan kontras barium saluran cerna
oral (oral glucose tolerance test:OGTT). atas (ika dicurigasi stenosis duodenum sebelum bedah),
Tes fungsi pankreas indirek antara lain pemeriksaan angiografi(bila ketika direncanakan operasi ada komplikasi
enzim chymotryps in dan elastase- I tinja, tes pancreolauryl vaskular).
dan tes NBT-PABA biasanya dapat mendeteksi hanya Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen, biasa
gangguan fungsi pankreas sedang sampai berat. Hasil ditemukan dilatasi duktus pankreatikus, pseudokista,
positif palsu dapat terjadi dengan pemeriksaan ini atau kalsifrkasi dan kelainan pankreas yang terisolasi atau difus.
disebut insufisiensi pankeas sekunder antara lain Sebagai tambahan, komplikasi ekstrapankreas seperti
disebabkan keadaan pasca reseksi lambung atau pada pelebaran duktus bilier, dilatasi vena porta atau lienalis
penyakit-penyakit usus halus, malabsorpsi usus. dan asites dapat ditemukan. Tahap dini pankreatitis kronik
Konsentrasi enzim tinja dapat berkurang pada semua tipe biasanya tidak dapat didiagnosis dengan ultrasonografi
diare. Tes indirek pankreas tersebut perlu dilalarkanpada l]]1.
diare yang tidak jelas penyebabnya atau pada steatorea. Pada pemeriksaan CT-scan abdomen ditemukan
Jika pankreatitis kronik dicurigai dengan nyeri perut sebagai kelainan-kelainan seperti pada ultrasonografi . CT-scan lidak
600 GASTTROENTEROI.OGI

lebih superior daripada ultrasonografi . 2. Terapi insufisiensi eksokrin pankreas: bila ada
Pada pemeriksan ERCP, dapat ditemukan gambaran penurunan berat badan, steatorea dan gas usus
iregularitas dari duktus pankreatikus, batu, stenosis, berlebihan merupakan indikasi diberikan suplementasi
abnormalitas duktus pankreatikus dan bilier, dan enzim pankreas. Enzim pankreas yang dipilih yaituymtg
kadangkala pseudokista pankreas bila berhubungan mengandung lipase tinggi, dilindungi terhadap sekresi
dengan sistem duktus pankreatikus. Pemeriksaan ini asam lambung (enteric coated), berukuran partikel kecil,
merupakan teknik pencitraan yang paling sensitif dan merupakan enzimyang cepat dilepas pada usus halus
spesifik dalam mendeteksi atau menyingkirkan pankreatitis atas dan tidak dicampur/ditambahkan dengan asam
kronik. empedu. Selain itu dapat diberikan suplementasi
vitamin a.l. vitamin yang larut lemak (A,D,E,K) pada
steatorea berat dan vitamin B pada kasus defisiensi
DIAGNOSIS vitamin B pada alkohol kronik.
3. Terapi insufisiensi endokrin pankreas: berikan insulin,
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan obat oral antidiabetikyanghanya efektif sementara
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang serta (transien).
pemeriksaan canggih. Penatalaksanaan endoskopi operatif: diperlukan untuk
drainase, ekstraksi batu pankreas dan adanya striktur
duktus pankreatikus.
PENATALAKSANAAN Pembedahan: setengah pasien pankreatitis kronik
membutuhkan pembedahan dengan tujuan menghilangkan
Tujuan terapi pankreatitis kronik yaitu mengurangi nyeri nyeri perut dan komplikasinya. Yang dilakukan pada
perut dan mencegah atau mengobati insufisiensi eksokrin pembedahan a.l. reseksi pankreas, drainase.
dan endokrin pankreas yang terjadi. Penatalaksanaan endoskopi operatif dan pembedahan
Penatalaksanaan terdiri dari non-farmakologik, lebih ditujukan untuk mengatasi komplikasi pankreatitis
farmakologik, endoskopi operatif dan pembedahan. kronik. Endoskopi operatif untuk pankreatitis laonik yaitu
Penatalaksanaan non-farmakologik terdiri dari : 1).
a.l. pemasangan stent pada stenosis duktus pankreas dan/
Perbaiki keadaan umum, bila lemah dirawat. 2). Hentikan atau duktus bilier per endoskopik, penghancuran/
konsumsi alkohol bila penyebabnya alkoholisme, sekalian fragmentasi batu duktus pankreatikus dengan extracor-
untuk mengurangi nyeri perutnya. 3). Diet untuk poreal shockwaves (ESWL) diikuti dengan pengangkatan
insufisiensi eksokrin pankreas dan insufisiensi endokrin hancuran/fragmen batu per endoskopik, dan drainase
pankreas. Dietnya rendah lemak, diet kecil tapi sering, perendoskopik dari pseudokista merupakan tindakan yang
hindari makanan yang secara individu tidak dapat dapat dilakukan aktrir-akhir ini. Pada trombosis vena lienalis
ditoleransi. Pada steatorea, berikan makanan yang dan varises fundus yang berdarah, dapat dilakukan
mengandung Medium-chain *iglycerides (MCT). Bila tindakan penyuntikan histoacryl, splenektomi. Pada efusi
gula darahtinggi (diabetes) diberikan diet diabetes dengan pleura, asites terjadi pada eksaserbasi akut pankreatitis
jumlah kalori dihitung seperti pasien diabetes melitus 25- kronik, bila membaik regresi terjadi spontan. Bila menetap
3 0 kalori/kgBB/hari. 4). Penerangan/edukasi penyakitnya dapat timbul hstula dan perlu pembedahan setelah ERCP/
yang kronis dan mengganggu kualitas hidup. MRCP.
Penatalaksanaan farmakologik terdiri dari:
l. Terapi nyeri perut: berikan obat analgetik, enzim
pankreas misal pankreoflat ) creon)tripanzim dll. PROGNOSIS
Nyeri perut ringan: diberikan obat analgetik yang
bekerjaperifer a.l. asam asetil salisilat sampai 4 x 0,5 - Sangat sedikit pasien meninggal karena pankreatitisnya
1,0 g, metamizole sampai 4 x 0,5- 1,0 g. Dapat juga sendiri. Penyebab utama dari kematian adalah penyakit
diberikan spasmolitik a.l. N-butylscopolamine kardiovaskular dan kanker.
supositoria sampai 5 x l0 mg.
Nyeri perut sedang: diberikan kombinasi analgetik yang
bekerja perifer (asam asetil salisilat/metamizole) dengan KESIMPULAN
analgetik yang bekerja sentral (tramadol oral atau
supositoria sampai 400 mg/hari. Diagnosis pankreatitis kronik ditegakkan berdasarkan
Nyeri perut berat: diberikan kombinasi analgetik yang anamnesis adanya nyeri perut, diare berlemal/steatorea,
bekerja perifer dengan analgetik yang bekerja sentral, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang adanya
dapat diberikan antidepresan a.1. buprenorphine oral kalsifikasi pankreas, kelainan yang ditemukan pada
sampai4x2tablet atau sublingual 4 x 0,2 mg. pemeriksaan canggih.
PANXREilITIISIRONIK 601

Penatalaksanaan pankreatitis kronik terdiri dari non-


farmakologik, farmakologik, endoskopi operatif dan
pembedahan.

REFERENSI

Lankisch PG, Buchler M, Mossner J, Muller-Lissner S. A primer of


pancreatitis. Germany: Springer; 1997. p. 34-68.
Owyang C. Chronic Pancreatitis. in : Yamada T, Alpars DH,
Kaplowitz N, Laine L, et al, editors. TextTextbook of Gastro-
enterology. volume two, 4th edition. philaclelphia: Lippincott
William & Wilkins;203.p.2061-90.
Varadarajulu S, Hawes RH. Chronic pancreatitis, stones, and
strictures. In: Ginsberg GG, Kochman ML, Norton I, et al,
editors. Clinical Gastrointestinal Endoscopy. Elsevier:
2005.p.785-806
e5
PENYAKIT DIVERTIKULAR
H.A.M. AKiI

PENDAHULUAN Epidemiologi
Prevalensi PD menurut umur ternyata ditemukan semakin
Di negara-negara maju, penyakit divertikular (PD) tua usia, semakin tinggi kejadian PD; sedangkan pada usia
merupakan kelainan yang sering ditemuk an, y aitu 30-5 5o/o < 40 tahun ke bawah jarang ditemukan.
dari populasi; dan disebut sebagai penyakit defisiensi Prevalensi PD pada laki-laki obesitas usia < 40 tahun
serat. Sebaliknya di negara berkembang seperti Afrika dan ditemukan 2-5ol0, usia 60 tahun 30%o,usiadi atas 70 tahun
Asia, PD jarang ditemukan oleh karena makanan yang 50Yodandi atas 80 tahun menjadi 80%.
dikonsumsi mengandung banyak serat. Divertikel dapat Menurut jenis kelamin, PD pada usia < 50 tahun lebih
terjadi sepanjang saluran cema tetapi terutama dalam kolon, banyak ditemukan pada lakiJaki difaading perempuan usia
khususnya kolon sigmoid. 50-70 tahun perempuan sedikit lebih banyak dari laki-laki
dan usia > 70 tahun perempuan lebih sering daripada laki-
laki. Pada pemeriksaan kolonoskopi terhadap 876 pasien di
Definisi
RS. Pendidikan di Makassar, ditemukan 25 pasien (2.85%)
Penyakit divertikular merupakan suatu kelainan, di mana
PD dengan perbandingan lakiJaki dan perempuan 5 : 3 , unur
terjadi hemiasi mukosa/submukosa dan hanya dilapisi oleh
rata-rata 63 tahun dengan prosentasi terbanyak pada usia 60-
tunika serosa pada lokasi dinding kolon yang lemah yaitu
69 tahun, hematokezia merupakan gejala terbanyak dan
tempat di mana vasa rekta menembus dinding kolon.
Herniasi dari mukosa/submukosa dan ditutupi oleh
lokalisasinya terutama di kolon bagian kiri (sigmoid/
desenden).
lapisan serosa yang tipis disebut Pseudodivertikular atau
false divertikular; biasanya bersifat acquired (didapat
setelah lahir). Apabila semua dinding kolon mengalami Etiologi dan Patogenesis
herniasi disebut true divertikular dan biasanya bersifat Menurut Painter dan Burkitt pada tahun 1960, penyebab
kogenital (dibawa dari lahir). te{adinya PD adalah kurangnya serat dan rendahnya residu
Beberapa istilah yang berhubungan dengan PD : dalam makanan yang dikonsumsi karena telah diolah di
. Divertikulosis: ditemukan satu atau lebih divertikel pabrik, seperti gandum, biji-bijian, konsumsi gula, tepung,
dalamkolon daging dan makanan kaleng yang banyak sehingga
. Divertikula: biladitemukanbanyakdivertikel menyebabkan perubahan milieu interior dalam kolon.
. Predivertikular: teq'adihemiasimokosa,/submukosadan Pendapat ini diperkuat oleh penelitian-penelitian
masih tetap berada pada dinding kolon dan belum selanjutnya dimana terbukti bahwa kurangnya serat dalam
seluruhnya herniasi melewati dinding kolon. makanan merupakan faktor utama terjadinya PD sehingga
Peridivertikulitis merupakan respons inflamasi yang disebut sebagai penyakit defisiensi serat.
melampaui divertikulum itu sendiri. Konsumsi makanan yang berserat tinggi, terutama serat
. Divertikulitis: merupakan perforasi dari divertikulum yang tidak larut (selulosa) yang terkandung dalam biji-
yang diikuti oleh infeksi dan inflamasi yang menyebar bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan, akan berpengaruh
ke dinding kolon, epiploic appendage, mesenterium pada pembentukan tinja yang lebih padat dan besar
organ-organ sekitar atau mikro/makro perforasi bebas sehingga dapat memperpendek waktu transit feses dalam
ke kawm peritonium. kolon dan mengurangi tekanan intraluminal yang

602
PENYAKITDIVERTIKULAR 603

mencegah timbulnya divertikel. Di samping itu, serat palpasi, ini merupakan landa adanya iritasi-inflamasi
penting dalam fungsi fermentasi bakteri dalam kolon dan peritoneal akibat terjadinya mikroperforasi atau
merupakan substrat utama dalam produksi asam lemak makroperforasi dengan peritonitis generalisata.
rantai pendek yang berpengaruh pada pengadaan energi Kemungkinan teraba adanya massa bila proses inflamasi
yang dibutuhkan mukosa kolon, menghasilkan atau menjadi p:legmon atau abses.
mempengaruhi pertumbuhan mukosa dengan cara Perforasi terjadi apabila tekanan intraluminal meningkat
meningkatkan aliran darah. atau oleh karena divertikel tersumbat oleh feses/ bahan
Pada mereka yang mengkonsumsi kurang serat akan makanan sehingga terjadi erosi pada dinding divertikel
menyebabkan penunrnan massa feses menjadi kecil-kecil yang berlanjut dengan inflamasi, nekrosis fokal dan
dan keras, waktu transit kolon yang lebih lambat sehingga berakhir dengan perforasi. Manifestasi klinik perforasi
absorbsi air lebih banyak dan output yang menurun tergantung dari besarnya perforasi dan kemampuan tubuh
menyebabkan tekanan dalam kolon meningkat untuk untuk melokalisimya. Perforasi kecil (mikroperforasi) yang
mendorong massa feses keluar mengakibatkan segmentasi dapat dilokalisir akan menyebabkan timbulnya plegmon
kolon yang berlebihan. atau abses, dan apabila perforasi tidak dapat dilokalisir
Segmentasi kolon yang berlebihan akibat kontraksi otot akan menyebabkan perforasi bebas.
sirkuler dinding kolon untuk mendorong isi lumen dan Perdarahan pada divertikel paling sering berupa
menahan passase dari material dalam kolon merupakan perdarahan yang masif pada 30-50%o kasus, sedangkan
salah satu faktor penyebab terjadinya PD. perdarahan yang ringan terj adipada3}%o kasus dan sekitar
Pada segmentasi yang meningkat akan terjadi oklusi 15% pasien akan mengalami perdarahan sekali selama
pada kedua ujung segmen sehingga tekanan intraluminal hidup. Perdarahan biasany a teqadi tiba-tlba terutama pada
meningkat secara berlebihan terjadi herniasi mukosa/ divertikel yang berlokasi pada kolon sebelah kanan (80%)
submukosa dan terbentuk divertikel. tanpa disertai adanya gejala nyeri abdomen dan70'80Yo
Hal lain yang berpengaruh pada kejadian divertikel berhenti spontan.
adalah faktor usia di mana pada usia lanjut terjadi Herniasi pada mukosa/submukosa yang hanya dibatasi
penurunan tekanan mekanik dinding kolon sebagai akibat oleh lapisan mukosa yang tipis dengan vasd recta yaflE
perubahan stmktur kolagen dinding usus. Beberapa faktor menembus dinding kolon, dapat mengalami inflamasi
lingkungan yang diduga berpengaruh pada kejadian kronik akibat iritasi dari isi atau material dalam kolon
divertikel adalahkonsumsi daging (red meat) berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur dan perdarahan.
dan makanan tinggi lemak. Merokok, minum kopi (kafein) Perdarahan dari PD harus dibedakan dengan
dan alkohol, tidak terbukti berpengaruh pada kejadian perdarahan dari wasir, gangguan non-neoplastik dan kanker
divertikel; namun merokok dan penggunaan obat kolorektal.
antiinfl amasi non-steroid (asetaminofen) meningkatkan Obstruksi total pada PD jarang ditemukan, dan hanya
risiko timbulnya komplikasi. sekitar l0%o dari obstruksi usus besar. Obstruksi parsial
Distribusi divertikel dalam kolon, antara lain: kolon lebih sering ditemukan sebagai akibatkombinasi dari edema
sigmoid 95%, hanya sigmoid65yo,dekat sigmoid (sigmoid (kolonik, perikolonik), kompresi dari abses, spasme usus
normal) 4o%, seluruh k olon 7 o/o. besar atau oleh karena inflamasi kronik.
Fibrosis yang berulang dan progresif dapat
menyebabkan obstruksi total, dan sulit dibedakan dengan
Gambaran Klinik dan Komplikasi
obstruksi akibat neoplasma dalam kolon.
Penyakit divertikular pada umumnya tidak memberikan
Fistel dapat terjadi pada 2% PD yang berkomplikasi.
gejala klinik pada 70-75oh pasien. Apabila timbul
Pernbenhrkan fi stel berawal dari proses inflamasi lokal dengan
divertikulitis (15-25%) dengan komplikasinya, akan abses, yang secara spontan dapat meletus sehingga terjadi
menimbulkan nyeri perut pada kuadran kiri bawah, demam
perforasi ke organ sekitar atau ke kulit. Fistel umunnya
dan leukositosis yang merupakan gejala penting walaupun
tunggal, namun dapat multipel pada 8% pasien, lebih sering
tidak spesif,tk.
ditemukan pada laki-laki dan pada pasien dengan gangguan
Pada divertikulitis dapat terjadi inflamasi dalam
immonologis.
berbagai tingkat, mulai dari inflamasi lokal subklinis sampai
Fistel yang sering terjadi adalah fistel kolovesikal 65%
terjadi peritonitis generalisata akibat perforasi sebagai dengan gejala pneumaturia, kolovaginal 25%o,
komplikasi.
kolokutaneus dan koloenterik.
Komplikasi akibat divertikulitis dapat te4adi pada 25%o
Klasifikasi stadium klinik divertikulitis akut menurut
kasus berupa plegmon,abses, perdarahan, perforasi berupa
Hinchey:
mikro/makro perforasi, obstruksi usus dan fistula. . Stadiuml : Peridivertikular plegmon dengan
Pada pemeriksaan fisis. PD biasanya tidak memberi tanda mikoabses
fisik, namun kemungkinan ditemukan nyeri palpasi pada . Stadiumll : Perikolikataupelvikmakroabses
perut kiri. Bila ditemukan nyeri rebound yangjelas pada . Stadiumlll : Peritonitis generalisatapurulenta
604 GAITTROENTEROIIGI

. StadiumlV: Peritonitis feeulen generalisata dengan inflammatory bowel disease (IBD), kolitis iskemik,
feses apendisitis, penyakit radan gpanggal pelvic inflammation
Klasifikasi ini sering digunakan dalam menggambarkan drsease @ID), hemoroid.
beratnya divertikulitis untuk tujuan managemen medikal
atau operasi.
TATALAKSANAPD

DIAGNOSIS Pengobatan Konservatif


Serat : pemberian makanan berserat/ cereal bran sebagai
Pada PD yang asimptomatik, diaposis biasa ditemukan suplemen dalam makanan pada pengobatan asimptomatik
secara kebetulan pada pemeriksaan barium enema, dan simptomatik PD, tidak hanya dapat mencegatr terjadinya
endoskopi atau pada pemeriksaan CT scan untuk tujuan divertikel namun sekaligus dapat mengurangi dan
lain. Pada PD dengan divertikulits, 6G?0% diagnosis dibuat memperbaiki gejala-gejala serta mencegah timbulnya
berdasarkan gejala khas berupa nyeri perut kuadran kiri komplikasi.
bawah disertai demam, leukositosis dan adanya massa . cerual branpalingbermanfaatdalammenunrnkanwaktu
pada palpasi. transit di sepanjang saluran cerna
Pada pemeriksaan,f-rcy aMomen, pasien divertikuliti s . menguriangi makan daging dan lemak
akut 3G.50% dapat ditemukan kelainan berupa dilatasi usus . memperbanyak makan sayuran dan buatr-buahan
keeilfusus besar yang merupakan tanda ileus, tanda-tanda . tarnbahan serat 3G40 grarn/hari atau pemberian laktulosa
obstruksi, densitas jaringan lemak mengindikasikan adanya yang dapat meningkatkan berat feses (sebagai osmotik
p/egmonlabses. laksatifpada simptomatikPD) 2 x l5 mlhari
Pemeriksaan dengan CT scan dapat memberikan . pemberian antibiotik rifaximin yang kurang diabsorbsi
gambaran yang lebih defenitif dengan evaluasi keadaan ditambah suplemen serat dapat mengurangi gejala PD
usus dan mesenterium yang lebih baik dibanding dengan yang tidak berkomplikasi.
pemedksaan USG aMomen, dengan sensitivitas 69-89%
Pada DivertikulitisAkut Dilakukan Upaya : mengurangi
dan spesifitas ?5-100%. Hasil pemeriksaan CT dapat
intake oral, pernberian cairam/elekholit intavena, p€mb€rian
ditemukan penebalan dinding kolon, streaky mesenteric
antibiotik spekfrum luas (termasuk meng-cover bakteri
/at dan tanda abses/plegmon. anaerob). Cara tersebut di atas diharapkan a+at mengatasi
Pada pemeriksaan USG aMomen ditemukan ganrbaran
inflamasi akut divertikulitis. Metaloproteinase dapatb€A€ran
penebalan dinding kolon dan massa yang kistik.
sebagian dalam patofi siologi terbentuknya PD dan mrmgkin
Pemeriksaan dengan kontras enema pada keadaan
akan menrpakan salah satu pilihan terapi masa depan dengan
divertikulitis akut dilakukan apabila cara non-invasif tidak
pemberian anti-metalloproteinase, obat anti-kolinergik
memberi kejelasan dengan sensitivitas 62-9% dengan,false
(bekerja pada saraf otonom intrinsik/ekstrinsik) dan anti-
negativc 2-15%.
spasmodik (bekerja secara langsung pada otot polos
Pemeriksaan endoskopi fflexibel sigmoidoscope'S
saluran cerna) digunakan untuk mengurangi nyeri pada
merupakan pemeriksaan dengan kontra indikasi relatif
PD tetapi hasilnya tidak menentu sehingga tidak dianjurkan
berhubung pada pemompaan udara ke dalam kolon akan
sebagai salatr satu terapi.
meningkatkan tekanan sehingga dapat terjadi perforasi.
Endoskopi dapat dilakukan setelah 6-8 minggu terjadi
resolusi dari divertikulitis. Bila terjadi perdarahan, Tindakan Operatif
diagrrosis dilakulran berdasarkan s elective angiagram alrtl Pada rmrumnya tindakan dengan penanganan konsrvatif
dengan scan radioisotop. Kolonoskopi dapat dilakukan dapat dilakukan pada PD dengan komplikasi divertikulitis,
pada perdarahan sedang yang berhenti sendiri, setelah namun apabila komplikasi divertikulitis berlanjut maka
l2-24jun. tindakan operasi dilakukan, baik operasi elektif mauprm
Kolonoskopi tetap merupakan cara diagnostik yang operasi danrrat berdasarkan keadaan sebagai berikut a).
penting terutama untuk membedakan sumber perdarahan perforasi bebas dengan peritonitis generalisata, b).
seperti kanker kolorektal atau kelainan lainnya. obstruksi, c). abses yang tidak dapat diresolusi melalui
piranti perkutan, d). fistula, e). pengobatan konservatif
tidak berhasil dan keadaan pasien yang makin memburuk.
DIAGNOSIS BANDING

Berbagai keadaan dalam kolon dapat merupakan diagno- REFERENSI


sis banding PD dan tergantung dmi lokalisasinya, antara
lain: karsinoma kolorektal, pielonefritis, sin&,om usus iritatif Afzal NA, Thomson M. Diverticular disease in adoleseence. Best
irrilable bowel syndrome (IBS), penyakit inflamasi usus ptactice and research clinieal gastroeaterology. Elsevier Sci-
PEI{YAISTDIVER'NXULAR 605

ence; 2002. p.621-34. Place RI, Simmang CL. Diverticular disease, Best practice and re-
Akit HAM. Penyakit divertikular. Buku ajar ilmu penyakit dalam. search clinicsl gastroenterologr. Elsevier Science; 2(X)2. p. I35-
Jilid 2. Edisi ke-3. In: Slamet Suyono dkh editor. Jakara: Balai 48.
Penerbit FKUI. p. 130-4. Sherif A. (20fi) Diverticulitis. In: Qurashi WA, Tblavera F, Anand
Jun S, Stollman N. Epidemiology of diverticular disease. Best prac- BS, et al, eds. Availablg from URL: htp://www.emedicine.com/
tice and research clinical gastroenterology. Elsevier Science; gastroenterology.
2002. p, 529-42. Stabile BE, Arnell TD. Diverticular disease of the colon. Lange
Murphy T, Hunt RH, Fried M, et al. Diverticular disease. OMGE current diagnosis & heatment in gastroenterology. 2nd edition.
practice guideline. World Gastroenterology News. 2003;8:5 1- In: Friedman SI. McQuaid K& Grcndell JH, editon, New York:
s8. McGraw-Hill; 2003. p. 436-51.
Murray CD, Emmanuel AV. Medical management of diverticular Turner S, Probert CS. Diverticular disease, medicine international
disease. Best practice and research clinical gastroenterology. gastroenterology. 2003 ;3 :62-3,
Elsevier Science; 2002. p.6ll-20.
96
PENYAKIT VASKULAR MESENTERIKA
Syadra Bardiman Rasyad

PENDAHULUAN mencakup iskemia usus halus dan iskemia usus besar


(kolitis iskemia), tetapi juga lambung (gastritis erosi
Penyakit vaskular mesenterika (PVM) merupakan suatu akuFstres), hati (hepatitis iskemia), pankreas (pankreatitis
masalah yang serius dan sering terjadi, dapat bersifat fatal iskemia) dan kandung empedu (beberapa bentuk dari
hingga menyebabkan kematian, baikyang disebabkan oleh kolesistitis akalkulosa). (Thbel l)
sumbatan secara anatomis dari makrovaskular mesenterika Klasifftasi PVM berdasar etiologi (Tabel 2). Seringkali
maupun vasospasme patofisiologis pada tingkat PVM secara akut disebabkan oleh suatu penghentian aliran
mikrovaskular. Dengan makin baik dan majunya masuk arteri danjuga seringkali sekunderterhadap embo-
penatalaksanaan dari pasien yang sakit parah dengan lus arteri mesenterika superior (AMS) atau salah satu dari
berbagai penyebab apapun pada saat ini, maka didapatkan cabang :utamarrya. Insufisiensi arteri mesenterika kronis
pula proporsi yang lebih besar dari pasien yang diketahui dapat bermanifestasi secara klinis seperti angina usus.
dengan diagnosis PVM yang jelas dan terjadi secara
mendadak.
Pemahaman, pengenalan dan penalatalaksanaan yang
tepat dari PVM selanjutnya menjadi penting.
Organ Keadaan

Usus halus lskemia mesenterika


Usus besar Kolitis iskemia
DEFINISI Lambung Gastritis erosif (stres) akut
Hepar Hepatitis iskemia
Pankreas Pankreatitis iskemia
Penyakit vaskular mesenterika adalah suatu keadaan Kandung empedu Kolesistitis akalkulosa
insufisiensi vaskular mesenterika yang teq'adi karena aliran
darah ke satu atau lebih organ gastrointestinal berkurang
unhrk mempertahankan kebutuhan nutrisinya. Biasanya
keadaan ini merupakan akibat pengurangan pada aliran
darah splanknik atau iskemia splanknik, tetapi pada Sumbatan
Arteri
beberapa kasus keadaan ini disebabkan oleh suatu - Akut
peningkatan kebutuhan nutrisi sekunder terhadap suatu Global (trombosis atau emboli)
keadaan hipermetabolik yang hebat seperti misalnya pada Segmental (biasanya emboli)
sepsis.
- Kronik
Angina usus (biasanya aterosklerotik)
Vena (trombosis akut)
Strangulasi (segmental, secara predominan pada sistem
venosa)
KLASIFIKASI Tanpa Sumbatan
lskemia mesenterika bukan sumbatan
(nonocclusive mesenteric ischemia = IMNO)
Klasifftasi PVM yang ini dibuat berdasarkan
ada pada saat
Enterokolitis nekrotisasi neonatal
anatomi dan etiologinya. Secara anatomi, sindrom klinik (neonatal necrotizing enterocollts = NNE)
yang berhubungan dengan iskernia splanknik tidak hanya

606
PEIIYAKIT VASKULAR MESENTRII(A 607

Keadaan ini hampir selalu menunjukkan iskemia global pada bed vaskular yang mengalami perfusi), bukan
dari jaringan pembuluh darah mesenterika, biasanya akibat pengurangan dari aliran.
sumbatan setidak-tidaknya 2 dai 3 pembuluh darah
splanknik utama; arteri seliaka, arteri mesenterika superior
Tingkatan Gedera
dan arteri mesenterika inferior. Aliran darah mungkin cukup
Tingkatan dari cedera terjadi dari lapisan yang paling
untuk mempertahankan kexbutuhan metabolik yang
superf,rsial dari dinding usus (puncak vilus) sampai lapisan
minimal, tetapi tidak cukup untuk memenuhi peningkatan y atgyalglebih dalam (muskularis propria). Iskemra yang
kebutuhan metabolik yang lebih besar pada suatu kegiatan
lebih hebat atau lebih lama menyebabkan edema sub-
yang lebih berat seperti misalnya pada olahraga.
epitelial, diikuti dengan pelepasan yang sebenarnya dari
Sumbatan vena jarangterjadi, biasanya sebagai akibat
sel epitel, yang dimulai dari puncak vilus. Bahkan dengan
trombosis akut. Keadaan ini dapat menyebabkan suatu
iskemia yang lebih lama menyebabkan nekrosis mukosa
keparahan klinis, berkisar dari episode yang sembuh
diikuti oleh kerusakan lapisan
secara keseluruhan,
sendiri sampai kejadian yang lebih berat. submukosa, dan akhirnya muskularis propria,
Bentuk yang paling sering dari iskemia mesenterika
menyebabkan nekrosis transmural.
adalah sumbatan karena penjepitan usus halus, biasanya
akibat suatu pita yang lengket. Pada sebagian besar
laporan dari pasien yang dioperasi terhadap sumbatan Cedera Reperfusi
usus halus seaara menyeluruh, penjepitan terjadi pada Meskipun hipoksia berperan dalam organ yang mengalami
2040%. cedera selama hipoperfusi (berkurangnya suplai darah ke
Iskemia mesenterika non-oklusif (IMNO) merupakan organ) yang menyebabkan iskemia, kebanyakan cedera
suatu kejadian klinis dan patologis yang berbeda akibat tetap bertahan tidak hanya selama periode iskernia itu
vasokontsriksi splanknik dalam respon terhadap sendiri, tetapi juga selama reperfusi (kembali normalnya
syok kardiogenik atau hipovolemik, dan kemungkinan suplai darah ke organ). Meskipun oksigen tidak ada selama
bentuk lain dari stres fisiologis sistemis yang hebat. Pada iskemia, tapi tiba-tiba secara mendadak menjadi berlebihan
orang dewasa, vasospasme mesenterika ini juga dapat pada saat reperfusi.
mencetuskan iskemia mesenterika akut, terutama bila Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa blokade
ini tumpang tindih dengan keberadaan suatu sumbatan dari metabolit oksigen toksik secara bermakna memperbaiki
pembuluh darah kronis sebelumnya yang tanpa cederapaska iskemia.
gejala.
Enterokolitis nekrotisasi neonatal (ENN), merupakan Faktor- faktor Toksik pada Lumen
suatu keadaan kompleks dan belum dipahami bena\yalg Fungsi utama dari saluran cerna adalah mencerna dan
terjadi secara predominan pada bayi prematur akibat stres mengabsorpsi jaringan binatang dan tumbuhan yang
fisiologis yang hebat, dan kemungkinan merupakan suatu ditelan atau tertelan. Untuk memungkinkan proses ini,
manifestasi yang unik dari iskemia mesenterika sejumlah substansi korosif yang kuat disekresikan ke
non-oklusif. Meskipun etiologi dari keadaan ini multifaktor, dalam lumen, tapizat ini juga dapat menyebabkan cedera
ada bukti bahwa iskemia usus vasospatik mempunyai jaringan lokal dan sistemik bila barier epitel usus rusak.
peranan yang penting. Faktor ini mencakup asam hidroklorida, garam empedu,
bakteri, toksin bakteri, protease dan sistem enzim
pencernaan lainnya.
MEKANISME CIDERA USUS ISKEMIA
Penyembuhan Pasca Cedera lskemia
Iskemia telah lama dianggap sebagai mekanisme utama
Penyembuhan jaringan pasca cedera iskemia ditentukan
dari cedera organ splanknik yang terjadi akibat oleh patensi mikrovaskulatur dari usus. Jika iskemi terjadi
hipoperfusi mesenterika. Pada tahun-tahun terakhir,
cukup lama dengan suatu cedera mikrovaskular dan
sejumlah mekanisme lain telah ditemukan yang juga
konsekuensi terjadinya trombosis, maka akan terjadi
berperan penting. Ini mencakup metabolit oksigen yang
nekrosis progresif permanen yang menyebabkan
toksik, neutrofil, protease lumenal yang toksik, bakteria
kehilangan integritas dari propria muskularis dan
dan toksin.
menyebabkan kehilangan integritas dinding usus.
Pemberian antikoagulan pra-pengobatan dapat mencegah
Cedera Hipoksia trombosis, usus kecil dapat mentolerir iskemia yang te{adi
Hipoksia itu sendiri dapat secara bermakna memberikan yang kemudian disusul dengan penyembuhan lebih cepat
andil terhadap cedera yang terlihat setelah iskemia. dan sempuma. Data juga menunjukkan bahwa migrasi sel
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kejadian yang mukosa memberikan perbaikan secara bermakna terhadap
penting adalah gangguan dari konsumsi oksigen (hipoksia mukosa setelah iskemia.
608 GAIIIROENTEROI.OGI

PENGARUH SISTEMIK DARI ISKEMIA USUS SINDROM ISKEMIA SPLANKNIK

Hemodinamik Gastritis Stres Erosi Akut


Volume sirkulasi splanknik dewasa mengandung kira-kira Etiologi dan patofisiologi. Pada beberapa pasien yang
1400 ml atau 30% dari volume darah sirkulasi, hingga jika menderita stres fisiologis berat (hipotensi, trauma multipel,
terjadi gangguan distribusi volume darah splanknik akan luka bakar luas), erosi akut pada mukosa lambung sering
memberikan efek sistemik yang penting. te{adi dalam beberapajam, tetapi biasanya beberapa hari
Pada keadaan syok, respons tahanan vaskular utama setelah kejadian akut. Penelitian endoskopis pada pasien-
dari tubuh secara keseluruhan dimediator di usus. Respons pasien perawatan intensif dengan penyakit kritis
ini merupakan salah satu cara yang penting di mana menunjukkan 100% terjadinya ulkus mukosa. Sebagian
tekanan darah sistemik dipertahankan. Konstriksi besar dari lesi ini hilang dalamT-L7 hai, tetapi perdarahan
pembuluh darah vena pasca kapiler secara efektif masif dapat terjadi jika terjadi erosi.
menurunkan volume dari pengumpulan darah pada bed Meskipun etiologi dari ulkus stres bersifat multifaktor,
splanknik. Hasilnya adalah suatu "autotransfusi" yang pengurangan aliran darah mukosa lambung tampaknya
meningkatkan pre-load jantung dan bertindak merupakan faktor utama yang mendasarinya. Mekanisme
mempertahankan curah j antung. Mekanisrne hemodinamik yang sebenarnya dari iskemiayang dapat menyebabkan
ini, sebagian besar dimediator oleh sistem saraf simpatis, mukosa lambung mengalamiulkus belum diketahui dengan
yang bertindak sebagai baris pertama dari pertahanan jelas. Metabolit oksigen toksik (radikal bebas) yang
terhadap hipovolumea akut. mengatur perfusi tampaknya berperan penting. Beberapa
prostaglandin kemungkinan bersifat protektif.
Mediator Sirkulasi yang Berasal dari Splanknik Konsekuensi dari iskemia ini adalah kehilangan resistensi
(Faktor Toksik yang Didapat dari Usus) mukosa terhadap difirsi kembali asam. Iskemi mukosa dapat
Perhatian besar difokuskan pada peranan saluran cerna diperberat oleh keberadaan asam intralumen sehingga
dalam mempertahankan status hipermetabolik yang dapat meningkatkan cidera, tapi sebaliknya apabila pH
terlihat pada pasien dengan stres hebat dan pasien paska intragastrik dapat fipertahankan di atas 4.0 maka akan
operasi. Karena barier mukosa usus gagal, banyak faktor memrrunkan insidens perdarahan dan angka kematian.
yang berasal dari usus masuk kedalam aliran limfe, portal Secara patologis, lesi awal akan terlihat sebagai suatu
dan kemungkinan sirkulasi sistemik. Konsekuensinya area fokal hiperemia dan warna pucat pada fundus yang
bukan hanya gangguan hemodinamik sistemik tetapi juga kemudian berkembang menjadi suatu lesi erosi yang
cedera organ non-splanknik yang jauh. sebenarnya. Lesi dapat juga terjadi pada antrum dan
duodenum tetapi biasanya tidak begitu luas.
Toksin bakteri dan bakteri. Seperti dibicarakan, bakteri
intrinsik dapat mengalami translokasi dari lumen usus ke Epidemiologi. Ulkus stres biasanya terjadi pada suatu
dinding usus, nodus limfatikus mesenterika, hati dan portal perawatan intensif dalam jangka waktu yang lama setelah
dan bahkan sirkulasi sistemik. Patofisiologi awal suatu trauma hebat, perdarahan, syok kardiogenik, luka bakar
kebocoran endotoksin lebih mungkin, daripada translokasi hebat atau stres fisiologis hebat lainnya. Ulkus stres
bakteri itu sendiri. Pada penelitian hewan dan manusia seharusnya dibedakan dari cedera mukosa yang terlihat
yang sakit kritis menunjukkan bahwa endotoksin portal, setelah cedera neurologis atau minum obat. Ulkus Cushing
dan juga endotoksin level sistemik sangat meningkat. Dari terjadi dengan cedera neurologis yang secara klinis dan
semua temuan ini menyokong hipotesis dimana bakteri patofrsiologis berbeda dari ulkus stres yang cenderung
usus normal kemungkinan berhubungan dengan efek fatal merupakan ulkus tunggal yang terjadi pada kurvatura
dari iskemia usus. mayor dari lambung, dan sering dihubungkan dengan
hipersekresi asam yang masifatau perforasi. Sebaliknya,
Mediator peradangan yang berasal dari usus lainnya. lesi dari ulkus stres sering multipel, bergelanggang dan
Cedera iskemia dapat menyebabkan pelepasan sejumlah berbatas tegas, biasanya terletak pada fundus lambung
mediator peradangan sistemik yarg dapat memberikan dan kadang-kadang terdapat juga ulkus yang sama pada
andil terhadap cedera organ yang jauh. Model penelitian antrum dan duodenum. Ulkus ini paling sering dihubungkan
yang paling banyak adalah pada sindrom distres dengan perdarahan daripada perforasi. Ulkns Curling,
pemapasan pada orang dewasa (ARDS:adult respiratory dihubungkan dengan cedera luka bakar, yang secara
dystress syndrome), dimana metabolit oksigen toksik dan patofisiologis mirip dengan ulkus stres pada pasien yang
komplemen fragmen (terutama C5a) telah diambil untuk bukan lukabakar.
mediator cedera ini. Metabolit asam arakidonat juga telah
digunakan pada efek sistemik dari cedera iskemia usus. Gambaran klinis. Meskipun lesi ini dapat ditunjukkan
Jelas bahwa cedera usus lokal secara sistemik dapat secara endoskopi pada pasien yang sakit sangat parah,
menyebabkan cedera organ yang jauh. manifestasi klinik yang sebenarnya jarang. Perdarahan
PEIYYAKIT VASKUI.AR MESENTRIKA 609

gastro intestinal bagian atas merupakan komplikasi dari Pankreatitis !skemia


ulkus stres yang paling ditakuti oleh dokter. Meskipun
Etiologi dan patofisiologi. Pankreatitis iskemia
tes guaiac-positif didapati padal5Yo dari aspirat lambung
didefi sinisikan sebagai pankreatitis akut yang berkembang
pasien ICU, namun secara klinis kejadian perdarahan
setelah suatu periode gangguan pada sirkulasi, bila tidak
bermakna yang memerlukan transfusi, terjadi kurang dari
ada faktor predisposisi lain yang ditemukan. Iskemia
3%. Biasanya perdarahan baru terjadi setelah beberapa
splanknik yang terjadi pada pasien syok atau hipotensi
hari di rumah sakit. Kemungkinan ini disebabkan karena
telah diimplikasikan pada permulaan dari beberapa kasus
fungsi gastrointestinal kembali normal yang berarti
penyakit pankreas klinik.
normalnya kembali sekresi asam pada pasien yang mulai
Ada beberapa faktor etiologi dari pankreatitis iskemi,
sembuh dari penyakit kritis. Hal ini dapat dilihat pada
yaitu hipovolemia, tromboemboli, vasokonstriksi splangnik
selang nasogastrik yang berwarna merah gelap dengan
sekunder terhadap pelepasan pressor, diuretik,
konsistensi guaiac-positif. Dengan pengobatan medis
ateroemboli, hiperkalsemia, trauma operasi dan syok
yang adekual (H2 bloker, antasida atau sukralfat)
elektrik. Pintas jantung-paru (CPB: cardiopulmonary W-
Tapi kadang-kadang
sebagian kasus sembuh spontan.
pass) adalah faktor predisposisi terhadap pankreatitis,
perdarahan tidak bisa berhenti dan mengancam
dikarenakan aliran rendah, perfusi non pulsatil, hipotermia
kehidupan, hal ini tentunya memerlukan pengobatan yang
dan sludging vena. Meskipun tidak ada penelitian yang
lebih spesifrk.
dipublikasikan langsung mengevaluasi peranan dari
Pengobatan. Penatalaksanaan progresif termasuk vasopressor pada etiologi pankreatitis iskemia, aksis
memperbaiki hemodinamik, pembilasan dengan NaCl dan renin-angiotensin sangat diaktivasi oleh perfusi non
netralisasi asam. Setiap usaha dilakukan dengan prinsip pulsatil dari CPB yang dihubungkan paling umum dengan
untuk mempertahankan volume sirkulasi darah yang pankreatitis iskemia.
adekuat, mencegah syok dan hipotensi, dan mengobati Secara patologi, temuan yang paling umum adalah
sepsis yang mana semua upaya tersebut dilakukan untuk hiperemia, bruising, perdarahan mikroskopis, fokal
mencegah memberatnya iskemia mukosa gaster. nekrosis dan edema interstitiel yang ditemukan post-
Netralisasi asam lambung dengan antasid, blokade mortem pada pankreas pasien yang meninggal karena
reseptor histamin atau penghambat pompa proton syok.
terbukti efektif. Pada pH lambung di atas 5, 99o/o asam
Epidemiologi. Pasien yang berisiko terhadap pankreatitis
lambung di buffer dan aktivitas enzim digestif pepsin
iskemi adalah mereka yang mengalami periode syok
secara efektif dihambat. Sebagian besar pasien
menetap dan selanjutnya mendapat resusitasi. Meskipun
perdarahannya berhenti dengan pengobatan yang relatif
insidens biokimia dari pankreatitis (terutama
sederhana ini dan beberapa penelitian menunjukkan
hiperamilasemia) setelah hipotensi yang bermakna
penumnan yang bermakna insiden perdarahan klinis
mungkin mendekati 80%, manifestasi klinik dari penyakit
dengan cara ini.
terlihat pada lebih sedikit pasien. Lagipula, pasien yang
Jika perdarahan terus berlanjut, dapat dilakukarl cara
mengalami CPB risikonya meningkat untuk pankreatitis
non-operatif 1 ainrrya,seperti koagulasi dengan endoskopi
pascaoperasi, dengan sebanyak 4%o dari mortalitas yang
atau infus vasopresin (pitresin) dengan arteriografi, atau
terlihat setelah operasijantung yang berhubungan dengan
bahkan embolisasi. Dengan cara tersebut 80-90% dari
komplikasi ini. Hiperamilasemia terlihat pada separuh
pasien dapat dihentikan perdarahannya. Sisanya adalah
pasien yang mendapat CPB, tetapi pada beberapa analisis
sejumlah kecil pasien yang gagal dihentikan kasus dari isoenzim amilase menghasilkan bahwa pada
perdarahannya walaupun telah dilakukan penatalaksanaan
proporsi yang bermakna peningkatan ini disebabkan oleh
non-operatif agresif. Tindakan operasi membawa peningkatan level dari amilase salivarius. Penelitian lain
mortalitas yang tinggi (30%) dan seharusnya dilakukan menunjukkan hubungan yang baik antara total serum
hanya setelah semua usaha pada cara non-operatifgagal.
amilase dengan manifestasi klinik pankreatitis.
Bila tidak dapat dihindari, seharusnya segera dilakukan
tindakan operasi berupa gastrektomi total. Gambaran klinik. Beberapa pasien dengan pankreatitis
iskemi adalah asirnptomatik dan dibuktikanhanya dengan
Prognosis. Prognosis pasien ini adalahjelek, tetapi lebih otopsi mengalami pankreatitis. Gejala yang paling sering
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya adalah nyeri abdomen dan nausea. Distensi lambung dan
daripada ulkus gaster itu sendiri. Lebih dari 80% berhasil ileus dapat terjadi beberapa hari setelah syok. Demam
dikontrol dengan pengobatan konservatif dan 80% dari derajat rendah mungkin }uga ada, tetapi tidak spesifik.
sisanya yang 20%o terkontrol secara berhasil dengan Walaupun jarang, keadaan dapat berkembang menjadi
pengobatan yang lebih invasif, tetapi non-operatif. Dengan pankreatitis fulminan, nekrosis pankreatitis dan bahkan
demikian hanya kira-kira l0% dari pasien dengan masalah pembentukan abses.
ini mengalami dampak yang fatal dari perdarahan ulkus
stres. Diagndsis. Diagnosis pantr<reatitis iskemia sulit ditegakkan.
610 GAITTROENTEROI.OGI

Hiperamilasemia merupakan temuan laboratorium yang Secara patologis, kolon menunjukkan penebalan, ulkus
paling umum, sering pertama kali tampak 24-48 jarrt setelah mukosa dan stenosis. Ada perbedaan cedera dari mukosa
periode syok. Peningkatan amilase tidak jarang setelah ke muskularis propria.
syok, namun tidak spesifik untuk pankreatitis. Analisis
dari isoenzim amilase dan pankreatik amilase mungkin Epidemiologi. Kolitis iskemia biasanya pada usia
pertengahan atau usia lanjut. Sering dijumpai adanya
bermanfaat. Demam dan lekositosis dapat terjadi dan klinisi
harus membedakan keadaan ini dari krisis intra abdominal,
riwayat penyakit jantung iskemia atau insufisiensi arteri
perifer. Pasien dengan kelainan jaringan ikat, diabetes
seperti iskemia atau perforasi usus.
melitus atau penyakit kolon sebelumnya mempunyai risiko
Pemakaian rutin dari CT scan generasi baru dengan
terhadap penyakit ini. Kasus spontan dari kolitis iskemia
dan tanpa kontras intravena membanfu dalam menegakkan
cenderung terjadi pada penyakit yang parah dan pasien
diagnosis pankreatitis. Seringkali, diagnosis ditegakkan
yang imunitasnya menurun, sering menderita penyakit
dengan laparotomi atau autopsi.
sistemik yang menyebabkan aliran darah menjadi lambat.
Pengobatan. Seperti halnya pankreatitis yang disebabkan Seringkali ada riwayat nyeri perut bagian bawah
oleh etiologi yang lebih umum, pengobatan untuk sebelumnya yang sembuh secara spontan.Inijuga dapat
pakreatitis iskemia tidak spesifik dan kebanyakan terjadi pada pelari maraton pada semua tingkat usia,
suportif. Istirahat usus (puasa), dekompresi lambung terutama perempuan dan pecandu cocain.
(selang nasogastrik) dan nutrisi parenteral kemungkinan
menguntungkan. Pada kasus yang berat, antibiotik Gambaran klinis. Ada tiga pola dasar gejala klinik, yang
paling umum yaitu pasien mengalami kram dan atau nyeri
dianjurkan, meskipun trial kontrol pada pasien dengan
perut bagian bawah pada daerah fosa iliaka sinistra. Pola
bentuk yang lebih kontroversial dari pankreatitis ringan
kedua yang juga sering ditemukan adalah mual, muntah,
gagal menunjukkan keuntungan dari pemakaian antibiotik
profilaksis. Seperti pada sindrom iskemia splanknik diare dan keluamya darah atau mukus melalui rektum.
lainnya, pengobatan lebih ditujukan pada pemrmnan Dapat terjadi suatu abdomen akut dengan tanda-tanda
penyebab yang potensial dari vasokonstriksi splanknik.
peritonitis sebagai tanda yang muncul pertama. Pada
Dengan kontrol dari penyakit yang mendasarinya, sebagian kecil pasien menunjukkan penyakit yang
sebagian besar pasien sembuh tanpa gejala sisa yang subklinis dengan adanya suatu striktura pada usus.
berarti. Pasien mengalami demam ringan dan takikardia.
Sebagian besar pasien tidak tampak sakit berat. Adanya
nyeri tekan yang sering pada daerah fosa iliaka sinisffa
Kolitis lskemia dan sering terlihat darah pada pemeriksaan rektum. Pasien

Etiologi dan patofisiologi. Kolitis iskemi semakin banyak


yang tidak jelas keluhannya sangat sulit dievaluasi.
diketahui sejak tahun 1960 dengan perkembangan dari Diagnosis. Perubahan laboratorium biasanya tidak khas,
pada operasi aneurisma aortia. Penyakit iskemia kolon dapat selalu ditemukan leukositosis ringan. Diagnosis kolitis
terjadi sekunder akibat berbagai penyebab, termasuk iskemia paling mudah ditemukan dengan sigmoidoskopi
cedera arteri iatrogenik, aliran darah yang lambat, fl eksibel (kolonoskopi). Endoskopis cenderung menolak
peningkatan tekanan intralumen atau trombosis spontan melakukan endoskopi pada pasien ini, karena takut terjadi
dari arteri atau vena utama yang mensuplai kolon. perforasi, namun dengan cata yang hati-hati dan
Penyebab yang paling umum dari kolitis iskemia adalah meminimalkan tiupan udara, hal tersebut dapat
gangguan iatrogenik dari AMI pada waktu operasi aorta. diminimalkan. Mukosa akan tampak normal sampai
Ini terjadi sebanyak 3-5%o dari pasien yang mengalami kedalaman skop 12-15 cm, disebabkan adanya sirkulasi
penempatan kemb ali aorta tanpaimplantasi. Kolitis iskemi kolateral arteri rektalis media. Kemudian tampak mukosa
dapat terjadi secara spontan dari berbagai penyebab lain menjadi edema, berdarah, rapuh dan adanya hrkak. Hasil
seperti penyakit aterosklerosis dan aliran darah rendah. biopsi dapat menunjukkan suatukolitis iskemia yang khas
Tidak seperti iskemi usus yang kecil, kolitis iskemia non- apabila dilakukan saat proses akut. Kolitis iskemia kronik
iatrogenikjarang terjadi akibat oklusi yangjelas dari aliran menyebabkan deposisi hemosiderin, suatu temuan
masuk arteri, tetapi sebagai akibat tekanan perfusi diagnostik pada biopsi.
menurun, vasokonstriksi atau keduanya. Seperti pada usus Pemeriksaan barium enema dapat menunjukkan suatu
halus, vasokonstriksi ini secara luas dimediator oleh aksis lesi peradangan da/, kolon secara segmental. Gambaran
renin-angiotensin. Dishibusi cidera biasanya segmental, spesifik berupa thumbprinting (cetakat jari) yang
tetapi dapat melibatkan seluruh kolon, tergantung pada merupakan indikasi adanya edema mukosa, serta
penyebab yang mendasarinya. Beberapa keadaan dari pembentukan kantung dan penyempitan segmen yang
kolitis iskemia tidak dikenali secara klinik, dan beberapa di terkena. Angiografi tidak diperlukan untuk diagnosis kolitis
arfiaralya tidak memerlukan obat khusus atau intervensi iskemia dan sering dapat membingungkan. Kadang-kadang
operasi. dapat juga ditemukan sumbatan AMI pada orang sehat.
PEITYAKIT VASKULAR MESENTRIKA 611

Pengobatan. Sebagian besar kasus kolitis iskemia pernapasan, pemakaian sedasi dan analgesia sering
memerlukan pengobatan suportif saj a. Memperbaiki menutupi tanda klinik yang jelas. Distensi, demam yang
kondisi kardiovaskular, hindari vasokonstriktor splanknik, tidak dapat dijelaskan, bising usus negatif dan
dekompresi nasogastrik dan antibiotika sistemik yang perburukan penyakit yang tidak diharapkan pada seluruh
mencakup flora usus merupakan pengobatan dasar. keadaan klinis merupakan tanda klinis yang paling penting
Pengamatan yang seksama dan pemeriksaan abdomen dalam mendiagnosis kolesistitis akalkulosa.
ulang adalah penting. Pemeriksaan kolonoskopi ulang Diagnosis. Biasanya ada leukositosis, tetapi sering
dapat dilakukan untuk melihat efek pengobatan. sekunder terhadap penyakit yang mendasarinya. Nilai
Pemakaian obat-obatan seperti vasodilator dan glukagon laboratorium lainnya juga tidak khas. Sering kali demam
telah dicoba tetapi hasilnya tidak begitu baik. yang tidak dapat dijelaskan atau peningkatan leukosit
Indikasi untuk operasi bila ada peritonitis, sepsis, membuat ahli klinik mempertimbangkan diagnosis penyakit
perdarahan dari ulkus yang dalam dan obstruksi serta bila ini. Peningkatan ringan level bilirubin dalam serum, alkalin
pada kolonoskopi ulang menunjuk kan penyakit yang fospatase dan transaminase kadang-kadang terlihat.
bertambah berat. Tindakan operasi yang optimal adalah Ultrasound dan CT dapat membantu dalam menunjukkan
dengan melakukan reseksi segmen yang jelas mengalami diagnosis dengan menentukan pembesaran kandung
iskemi dan mengangkat ulung usus yang tersisa (atau empedu dengan penebalan dinding (6 mm) dan adanya
secara alternatif, pembentukan Hartmann's pouch). Upaya cairanp erich o I ecy s tic y ang mttrtgkin tampak sebagai halo.
revaskularisasi ataupun anastomosis primer tidak Nyeri tekan pada palpasi, dengan alat ultrasound, adanya
menunjukkan hasil yang baik terhadap penyakit kolitis gambaran ekogenisitas yang medium pada pankreas, difus,
iskemia. homogen, tak berbayang, menunjukkan pus pada lumen
kandung empedu yang semuanya dianggap temuan positif.
Prognosis. Beberapa kasus kolitis iskemia sembuh
Dengan menggunakan kriteria ini, sensitivitas 98%
spontan, tetapi pada sejumlah kecil pasien terus mengalami
dilaporkan untuk diagnosis dari kolesistitis akaikulosa
pembentukan striktura setelah episode iskemia. Pada kasus
dengan menggunakan ultrasound. Diagnostik aspirasi
ini diperlukan suatu pengamatan yang seksama dari
perkutaneus dari kandung empedu mungkin juga bermakna,
perjalanan penyakit sambil dipersiapkan suatu tindakan
tetapi tetap kontroversial. Scintigrafi empedu kurang
operasi elektif.
bermakna karena umumnya positif pada populasi pasien
ini, bahkan dengan tidak adanya kolesistitis.
Kolesistitis Akalkulosa
Pengobatan. Tidak seperti kolesistitis pada penyakit batu
Etiologi dan patofisiologi. Kolesistitis akalkulosa empedu, pada kolesistitis akalkulosa peranan pengobatan
merupakan kolesistitis nekrosis yang terjadi tanpa adanya medis tidak ada. Pengobatan adalah berupa kolesistektomi
batu empedu. Seringkali terjadi pada penyakit yang kritis, bila diagnosis sudah ditegakkan. Prosedur kolesistektomi
syok, trauma atau pasien pasca operasi. Etiologi dari bersifat kontroversial, beberapa penulis melaporkan angka
kolesistitis akalkulosa jelas multifaktor, tetapi tampak mortalitas yang tinggi dengan kolesistostomi dibandingkan
bahwa iskemia non-oklusifberperan penting pada sejumlah dengan kolesistektomi konvensional. Penundaan tindakan
kasus. Obstruksi dari duktus sistikus, narkotik dan operasi sering menyebabkan terjadinya ganggren yang
sejumlah faktor lain (tromboksan A2, letilr:otrien, platelete- progresif pada kandung empedu, dapat terjadi perforasi
activating factor, tumor necrosis factor) juga terlibat. dan peritonitis. Bila diobati dengan tepat, dapat
Stasis empedu, seperti yang terjadi pada puasa yang lama menurunkan angka kematian (10 -15%).
dan nutrisi parenteral, kemungkinan merupakan penyebab Beberapa penelitian yang telah dilakukan temyata
pada beberapa kasus. menunjang tindakan profilaksis terhadap kolesistitis
akalkulosa. Caranya adalah dengan pengosongan reguler
Epidemiologi. Pasien dengan penyakit yang parah, paling
dari kandung empedu dengan memberikan diet tinggi lemak
berisiko untuk terjadinya kolesistitis akalkulosa. Yaitu
atau pemberian kolesistokinin intravena.
mereka yang mengalami operasi emergensi. Puasa yang
lama, nutrisi parenteral, ventilasi dengan tekanan positif,
dan trauma hebat semuanya berhubungan dengan sindrom Hepatitis Iskemia
inijuga.
Etiologi dan patofisiologi. Hepatitis iskemia didefinisikan
Gambaran klinis. Diagnosis klinis dari kolesistitis sebagai insufisiensi yang berhubungan dengan nekrosis
akalkulosa seringkali sulit. Pada pasien dengan penyakit sentrilobuler, yang tampak setelah terjadi syok sirkulasi.
yang parah atau cedera dan pada pasien yang status Juga diketahui sebagai syok hepar atau insufisiensi hepar
neurologisnya terganggu, keluhan nyeri kuadran kanan pasca trauma dengan gambaran histopatologis yang
atas dan nausea merupakan gejala yang paling sering sangat khas.
dilaporkan. Pada pasien-pasien dengan alat bantu Di antara organ-organ splanknik, hati mempunyai
6t2 GASIIROENTEROI.OGI

keunikan, yaitu mendapat suplai darah dai2 sumber yang serum enzim biasanya normal. Kedua adalah cedera hati
sangat berbeda kandungan oksigen relatifnya, tetapi tidak yang ditandai dengan berbagai perubahan berupa
dalam responsnya terhadap iskemia. Kira-kira 2/3 suplai peningkatan dalam aminotransferase, alkali fosfatase dan
darah disediakan oleh sirkulasi port a, yang dalamkeadaan laktat dehidrogenase. Peningkatan bilirubin biasanya
istirahat mempunyai campuran oksigen vena dengan berlangsung 2 sampai 3 hari sebelum peningkatan enzim
kej enuhan 3 5 Yo sampai 50Yo. Tetapi selama syok kej enuhan dan jarang lebih tinggi dari 5-10 mgldl. Abnormalitas
ini turun 6Yo sampai dengan l|Yo,yang disebabkan oleh laboratorium ini biasanya hilang dalam l-2 mnggl. Ketiga
peningkatan kehilangan oksigen pada bed splanknik, dan adalah fase penyembuhan yang biasanya terjadi secara
kemudian ditambah lagi dengan menurunnya (secara spontan apabila penyebab iskemia hati disingkirkan.
disproporsional) aliran arteri hepatika dan darah vena
porta dalam respons terhadap syok. Meskipun di bawah Diagnosis. Diagnosis dipastikan dengan adanya
peningkatan level transaminase serum dan bilirubin tanpa
keadaan normovolemik, sumbatan yang tersembunyi baik
pada arteri hepatika ataupun vena porta akan menyebabkan adanya bukti penyakit hati atau empedu primer.
Pada beberapa kasus, hepatitis iskemia sukar dibedakan
vasodilatasi kompensasi dalam bed dari pembuluh yang
lain (disebut respons buffer arteri hepatika) kedua bed dengan penyakit hepatobiliaris karena penyebab lain dan
secara bersama-sama akan memberikan respons selama bahkan dapat tumpang tindih. Keadaan tumpang tindih
periode syok, kaiena mekanisme homeostatik tumpang ini tidak hanya membuat diagnosis menjadi lebih sulit
tindih dengan respon selektif dari kedua bed pembuluh bahkan dapat memperburuk dampaknya.
darah terhadap angiotensin II. Sebagai akibatnya, hepar Pada sebagian besar kasus, penyakit traktus biliaris
sebagai organ yang aktif secara metabolik dengan seharusnya disingkirkan dengan sonografi atau
kebutuhan oksigen yang tinggi dalam keadaan normal, kolangiografi.
berada dalam keadaan sakit untuk mentolerir periode syok Pengobatan. Pengobatan hepatitis iskemia sangat
yang lama. supportif. Elemen yang paling penting, seperti pada semua
Meskipun faktor awal penyebab hepatitis iskemia sindrom iskemia splanknik, adalah pencegahan dari
adalah anoksia, tapi tampaknya pengaturan metabolit serangan iskemia dan melakukan intervensi bila serangan
oksigen toksik (radikal bebas) pada reperfusi mungkin terjadi.
berperan penting juga. Sel-sel hepatosit dan endotel Tindakan yang penting adalah hindari obat
vaskularhati kaya akan xantin oksidase, selanjutnya enzim vasokonstriktor, kontrol cairan dan hemodinamik sistem
dan juga substratnya (O2, hipoksanthin) akan keluar dan fungsijantung serta pelihara kejenuhan oksigen yang
selama reperfusi. adekuat. Sepsis merupakan faktor yang dapat
Epidemiologi. Hepatitis iskemia pertama kali dikenal dalam memperburuk keadaan dan seharusnya dihindari atau
hubungannya dengan syok kardiogenik dan gagal jantung secara agresif segera diobati.
kongestif, seringkali setelah serangan infark jantung akut. Prognosis. Gangguan fungsi hati pada hepatitis iskemia
Karena penatalaksanaan pasien dengan perdarahan dan biasanya tidak mengancam kehidupan. Pada penyakit yang
syok kardiogenik yang membaik, maka sering teq'adi suatu sangat parah, cedera hati dapat mengakibatkan kegagalan
gangguan insufisiensi hati yang tersembunyi dan tidak multi organ dan bahkan kematian. Jika pasien tetap hidup,
terdiagnosis dalam satu atau dua hari setelah kondisi disfungsi hati biasanya sembuh.
hipotensi pada syok kardiogenik itu dapat diatasi dengan
baik.
Dua kelompokutama dari pasien yang berisiko terhadap Embolus Arteri Mesenterika Akut
hepatitis iskemia adalah: pasien yang menderita penyakit Etiologi dan patofisiologi. Infark mesenterika akut paling
kardiovaskular dengan manifestasi baik sebagai gagal sering disebabkan oleh suatu sumbatan emboli atau
jantung atau aritmia, atau pasien yang menderita hipotensi
trombotik dari satu atau lebih pembuluh mesenterika.
sekunder terhadap perdarahan atau sepsis. Insidens Emboli arteri biasanya berasal dari jantung dan tedadi pada
dilaporkan sangat bervariasi, tetapi terlihat ada hampir dari 75% kasus.
peningkatan yang bermakna dari bilirubin hampir 33%
Sebagian besar emboli terjadi pada pasien yang
dari pasien yang mengalami episode hipotensi yang berat. mengalami atrial fibrilasi. Trombus mural seteiah infark
Gambaran klinis. Manifestasi klinik hepatitis iskemia jantung juga merupakan suatu sumber yang sering dari
berupa ikteius dengan peningkatan sementara level emboli perifer. Aorta proksimal juga dapat menunjukkan
transaminase dalam serum setelah periode hipotensi. plaque ateromatosa ke arah bawah yang menyebabkan
Perjalanan penyakit hepar iskemia dapat dibagi dalam embolisasi perifer. Emboli terhadap arteri mesenterika su-
3 fase yang berbeda : Pertama adalah awal cedera hati perior (AMS) terjadi kira-kira 5%o dari semua kasus
yang dimulai dengan gangguan hemodinamik dan berakhir embolisasi arteri perifer. Embolus biasanya berada sedikit
dengan perbaikan aliran normal. Selama fase ini level distal dari AMS, dengan demikian menyumbat pembuluh
PEIIYAKIT VASKI,'LAR MESENTRIKA 613

beberapa sentimeter dari asalnya. Seringkali, embolus Pasien yang mengalami emboli mesenterika seringkali
menempel ke cabangyanglebih distal, menyumbat tempat mengalami atrial frbrilasi, mempunyai riwayat kardioversi
asalnya dari kolika media, kolika kanan atau bahkan dari atau menderita infark jantung yang luas.
cabang perifer yang lebih kecil.
Gambaran klinis. Pada pasien dengan nyeri perut akut
Epidemiologi. Risiko untuk terjadinya emboli mesenterika yang disebabkan emboli mesenterika sering ditemukanpula
ini adalah pada pasien berusia lanjut, orang-orang dengan emboli di tempat lain seperti sekeliling mata, kaki dan kuku.
penyakit pembuluh darah aterosklerotik yang tersebar Tanda-tanda vital biasanya noflnal pada awalnya, namun
yang telah ada sebelumnya, mereka yang punya riwayat keluarnya cairan ke intralumen segera akan menyebabkan
strok, infark jantung dan insufrsiensi vaskular perifer dehidrasi dengan manifestasi klinis sebagai takikardi, out-
(Tabel3). put :urirre msnurun, dan bahkan hipotensi. Demam derajat
rendah, kadang-kadang di bawah 38"C mungkin juga
dijumpai.

Diagnosis. Diperlukan suatu kecepatan dan ketepatan


Oklusi arteri diagnosis pada emboli mesenterika akut ini karena
Emboli (15% - 40% dari kasus)
sebagiar-r besar pasien yang berisiko dengan usia lanjut
- Kejadian emboli sebelumnya
- Fibrilasi atrial (kardioversi terakhir) ini hanya mempunyai sedikit cadangar, fisiologis,
- RHD sehingga onset dari serangan sangat cepat dan berakibat
- Artificial valve
fatal sampai pada kematian. Arteriografi tidak hanya dapat
- Ml (infark jantung) terakhir
- lnstrumentasi vaskular terakhir memastikan diagnosis dari iskemia mesenterika pada pasien
- Kateterisasi jantung yang berisiko tersebut, tetapi juga menunjukkan kondisi
- Angiografi
anatomis yang dapat membantu ahli bedah untuk
- Angioplasti
Trombosis (15%-650/,) merencanakan usaha rekonstruksi sebelum laparotomi.
- Dikenal sebagai penyakit vaskular Dengan alasan ini maka kalau fasilitas arteriografi tersedia,
- Aterosklerosis
pasien seharusnya segera mendapatkan arteriografi
- Diseksi aorta
- Vaskulitis (termasuk SLE) sebelum tindakan operasi.
- Trauma Temuan yang paling sering pada atteriografi. adalah
- Statushiperkoagulasi
sumbatan AMS di tempat asal dari arteri kolika media.
- Dehidrasi
Trombosis Vena (2% - 20%l Vasospasme yang berhubungan dehgannya dan keadaan
Status Hiperkoagulasi sirkulasi kolateral mungkin dijumpai. Vasospasme ini dapat
- Hormon atau kehamilan menyulitkan dalam keberhasilan palatalaksanaan operasi
- Karsinoma dan karsinomatosis
dari lesi ini, seperti dibicarakan padabagian selanjutnya.
- Polisitemia
- Koagulopati
Pengobatan. Setelah diagnosis dari emboli mesenterika
- Defisiensi Protein S
- Defisiensi Protein C ditegakkan, diindikasikan melakukan laparotomi yang
- Dehidrasi tepat. Pada laparotomi, ahli bedah dapat menemukan
Obstruksi Vena
nekrosis yang sesungguhnya dari usus tersebut, dari
- Hipertensi portal
- Sindrom Budd-Chiari duodenum sampai rektum.
- Karsinoma Penatalaksanaan operasi terdiri dari pembentukan
Aliran darah splangnik rendah kembali aliran masuk arteri jika memungkinkan, penilaian
- CHF (gagal jantung kongestif)
- SYok yang akurat dari usus yang sehat dan reseksi segmen
Obstruksi Usus iskemia. Pada kasus emboli arteri mesenterika superior
Trauma (AMS), aliran paling baik dibentuk kembali dengan
Skleroterapi
mengisolir AMS proksimal pada titik dimana pulsasi berhenti,
Vasospasme (5Yo-25Yol
Dehidrasi membuat suatu insisi transversal pada pembuluh darah dan
Syok memindahkan /mengangkat embolus dan bekuan yang ada
CHF dengan kateter balon embolektomi. Setelah arteri
Tamponade perikardial
Cardiopulmonary by pass
dibersihkan, seharusnya dibilas dengan Na heparin. Pulsasi
Dialisis seharusnya merupakan bukti pada cabang distal AMS
Obat-obat vasokonstriksi :
setelah embolektomi yang berhasil.
Digitalis glikosid , Pada beberapa kasus, infus dari vasodilator seperti
B-adrenergik antagonist
ct-adrenergik agonis papaverin digunakan untuk mengatasi vasospasme yang
Vasopresin sering menyertai embolektomi, dan heparinisasi seringkali
Kokain digunakan untuk membantu mencegah trombosis sekunder
terhadap trauma endotel dan juga mengobati sumber yang
614 GASiIROENTEROI.OGI

mendasari embolus. diagnosis trombosis arteri mesenterika dan untuk


Setelah revaskularisasi, usus yang tidak sehat harus merencanakan suatu tindakan operasi. Sumbatan
direseksi karena jika usus tersebut dibiarkan, usus ini umumnya terjadi pada bagian pertama dari AMS, dengan
mungkin bertindak sebagai sumber sepsis. aksis AMS dan seliaka tersumbat. Disini dijumpai
pembuluh darah kolateral yang besar dari AMI dan arteri
Prognosis. Kematian pada penyakit emboli pembuluh
lumbalis yang dapat berarti bahwa ini proses iskemia kronis
darah mesenterika tinggi, bervariasi dari 50-90%. Bila
yang sudah terjadi lebih dulu (proses akut dan kronis telah
manifestasi sistemik berat telah terjadi, disertai dengan
mengalami tumpang tindih).
iskemia intestinal yang mengalami gangren berarti pasien
masuk ke stadium lanjut. Upaya terbaik yang harus Pengobatan. Setelah diagnosis trombosis mesenterika
dilakukan dalam upaya penyelamatan pasien adalah segera ditegakkan, biasanya diindikasikan laparotomi. Pada
melakukanreseksi dan mulai memberikan nutrisi parenteral. laparotomi, usus tampak iskemia dengan jarak yang
Namun lebih dari pada itu semua, hal yang paling bervariasi, tergantung pada sirkulasi kolateral. Jika
efektif untuk hasil yang baik adalah pencegahan, sumbatan 2 dari 3 pembuluh darah mesenterika sebelumnya
diagnosis yang cepat dan pengobatan dini yang agresif. terjadi, maka trombosis akut dari pembuluh darah yang
tersisa dapat menyebabkan iskemia dari lambung dan
rektum.
Trombosis Arteri Mesenterika Akut
Seperti pada penyakit emboli penatalaksanaan operasi
Etiologi dan patofisiologi. Sumbatan oleh trombus pada terdiri dari pembentukan kembali aliran masuk arteri,
suplai vaskular mesenterika terjadi kira-kira l}-llYo dari penilaian viabilitas usus dan reseksi segmen yang
kasus iskemi mesenterika akut. Trombosis mesenterika akut mengalami iskemi. Pada kasus trombosis AMS,
biasanya terjadi ditempat lesi aterosklerosis yang ada revaskularisasi seringkali lebih sulit, biasanya memerlukan
sebelumnya atau abnormalitas anatomis lain. Penurunan pintas vena safena dari lesi yang tersumbat. Prosedur ini
pada curah jantung, sekunder terhadap dehidrasi atau dimulai dengan mobilisasi bagian keempat dari duodenum
perdarahan, atau setelah infark jantung, seringkali dari ligamentum treitz, memungkinkan penutupan kira-kira
mendahului episoda trombotik. AMS proksimal sampai aorta. Segmen pendek dari vena
Epidemiologi. Trombosis arteri mesenterika seringkali saphena kemudian dilakukan interposisi dari aorta
terjadi pada kondisi aliran darah vaskular yang lambat infrarenal ke bagian yang sesuai dari AMS. Tempat
(lihat Tabel 3). Pasien tertentu yang berisiko untuk alternatif dari aliran ke dalam cangkokan berupa aorta
terjadinya trombosis mesenterika adalah usia lanjut, supra seliaka dan arteri hepatika dekstra. Pada beberapa
aterosklerotik dengan penyempitan pada daerah proksimal kasus yang sangat berat usaha yang bersifat heroik ini
AMS, pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF), dan tidak diindikasikan karena irreversibilitas cedera
pasien dengan infark jantung sebelumnya. Status gastrointestinal, atatkeadaan dari pasien ini. Pada pasien
hiperkoagulasi (polisitemia vera, dehidrasi, sindrom pasca ini operasi lebih diarahkan terhadap reseksi dari semua
splenektomi, karsinoma), diseksi aortadan trauma juga usus yang tidak sehat.
dihubungkan dengan trombosis arteri mesenterika. Pengobatan trombolitik juga telah disarankan sebagai
pengobatan trombosis arteri messnterika, terutama jika
Gambaran klinis. Trombosis arteri mesenterika dapat iskemia didiagnosis secara tepat, namun nampaknya ada
terjadi secara lebih tersembunyi dibandingkan emboli hal-hal yang membatasi manfaatrya yaitu risiko perdarahan
mesenterika akut. Rasa nyeri mungkin lebih bersifat dan kemungkinan pelepasan faktor-faktor lumen yang
perlahan pada mulanya dengan intensitas lebih ringan toksik dari lumen usus.
sampai sedang. Gambaran fisik sama dengan sumbatan
Prognosis. Kematian pada trombosis vaskular mesenterika
emboli dini, dengan sedikit nyeri tekan pada daerah yang
masih tinggi, berkisar 70-90%. Revaskularisasi yang
dirasakan nyeri, distensi lambung ringan dan bising usus
berhasil dapat dihubungkan dengan hasil jangka panjang
hipoaktif dengan adanya abdomen yang lembek. Tanda-
yang baik. Pemberian nutrisi penunjang parenteral yang
tanda aterosklerosis sistemik berupa pulsus perifer yang
berkurang atau bruit, seringkali ditemukan. Gambaran
baik dan adekuat pasca operasi akan meningkatkan
keberhasilan kesembuhan pada pasien ini.
tingkat lanjut sama dengan infark mesenterika dari penyakit
emboli.

Diagnosis. Sama dengan prinsip yang digunakan dalam Trombosis Vena Mesenterika (TVM)
mendiagnosis emboli mesenterika. Penyakit trombotik Etiologi dan patolisiologi. Trombosis vena mesenterika
seringkali terjadi jauh lebih tersembunyi. Seperti halnya mungkin merupakan hal yang idiopatik atau secara
dengan penyakit emboli arteri, tes laboratorium, dan foto sekunder terjadi akibat sejumlah kelainan klinis tertentu.
polos biasanya mempunyai nilai diagnostik hanya setelah Kelainan hiperkoagulasi turunan, berupa defisiensi
infark terjadi. Arteriografi penting untuk memastikan protein S, protein C, dan anti trombin III telah diketahui
PENYAKIT VASKI.'LI\R MESENTRIKA
615

merupakan penyebab yang sering, padahal sebelumnya maka segera dilakukan operasi.
diklasifikasikan sebagai idiopatik. Sumbatan vena Pada laparotomi, tampak usus menebal, edema,
sekunder dapat terjadi mungkin akibat trauma, status berdarah danterisi dengan cairanwama hitam, memberikan
hiperkoagulasi atau iritasi intra-peritoneal. warna usus yang berwarnamaroon (merah genteng), usus
Trombosis akut dari vena mesenterika diikuti oleh yang sakit mirip dengan loop strangulasi. Reseksi
hiperemia, edema, dan perdarahan sub-serosa pada usus seharusnya dilakukan, dengan perhatian terhadap daerah
yang sakit (seperti gambaran infark hemoragik). Lumen yang dieksisi di luar area infark yang ditemukan, karena
usus dengan cepat terisi dengan cairan hitam seperti darah. bila ditemukan juga trombosis vena didaerah tersebut,
Timbunan cairan sangat menonjol dalam kasus sumbatan tetapi tidak dilakukan reseksi ataureparasi, maka laparatomi
vena dan mungkin bersifat masif. Dengan sumbatan vena kedua seringkali diindikasikan pada kasus ini karena
yang ekstensif, trombosis sekunder dari sirkulasi arteri trombosis dapat berkembang dengan baik setelah operasi.
mungkin juga terjadi. Sebagai akibatnya, tempat pertama Setelah operasi, antikoagulan dengan heparin dan war-
dari sumbatan, apakah arteri atau vena, tidak pernah dapat farin seharusnya diberikan. Pengobatan ini biasanya
ditentukan. Lagipula, phlebitis septik sekunder terhadap diteruskan dalam jangka waktu yang panjang. Sebagai
peradangan (pieloflebitis) dari sistem porta dapat terjadi tambahan, jika trombosis sifafirya idiopatik, evaluasi yang
dan menimbulkan emboli septik pada hepar. seksama dari fungsi pembekuan darah pasien dan riwayat
keluarga seharusnya dilakukan. Pada beberapa kasus,
Epidemiologi. Meskipun hampn 50% dankasus trombosis
klinikus harus waspada terhadap suatu proses keganasan
vena mesenterika (TVM) adalah idiopatik, namun pasien
yang tersembunyi.
yang berisiko dapat diidentifikasi (lihat Tabel 3). Pasien
dengan hipertensi portal, dehidrasi atau dengan sumber Prognosis. Hasil operasi untuk trombosis vena mesenterika
sepsis intraperitoneal (apendisitis, penyakit usus yang sedikit lebih baik dibanding sumbatan arteri. Sifat seg-
meradang, divertikulitis) berisiko terhadap trombosis mental yang sering terjadi dari sumbatan mungkin
sekunder, seperti pasien pada status hiperkoagulasi. menyebabkan hasilnya lebih baik. Seperti halnya dengan
Laporan juga telah menjelaskan TVM sebagai suatu iskemi arteri, diagnosis dini dan intervensi operasi yang
komplikasi dari skleroterapi endoskopi. tepat merupakan kunci penanganan yang berhasil.

Manifestasi klinis. Awitan suatu trombosis vena


mesenterika cenderung tersembunyi. Gejalanya berupa Sindrom Disfungsi Organ Multipel (SDOM)
nyeri abdomen yang tidak jelas, diare (sering berdarah) Etiologi dan Patofisiologi. Sindrom disfungsi organ
dan muntah. Sering gejala yang non spesifft ini diikuti multipel (SDOM) dulunya disebut mullisystem organ
oleh kegagalan sirkulasi seperti terjadinya hipovolemia.
failure (MSOF). Kompleks ini mencakup cedera jaringan
Pada pemeriksaan fisik adanya nyeri tekan perut secara pertama, adult respiratory dystress syndrome (ARDS) dan
umum dan distensi yang terjadi kemudian. Dan kemudian hipermetabolisme, diikuti dengan kegagalan organ lain
akan terjadi peritonitis yang sesungguhnya bila infark (Tabel 4). Ini menyebabkan sebagian besar pasien yang
transmural atau perforasi telah terjadi. dirawat di ICU menetap lebih lama dari 5 hari dan
Diagnosis. Kadang-kadang awitan yang tersembunyi dari menyebabkan kematian dengan angka lebih dari 90oh
trombosis vena mesenterika menyebabkan keterlambatan pasien-pasien bedah yang dirawat di ICU. Lagipula,
dalam diagnosis. Tes laboratorium seringkali didapatkan perawatan pasien dengan SDOM membutuhkan sumber
leukositosis dan peningkatan hematokrit, yang merupakan tenaga manusia berkwalitas dan biaya yang tinggi.
cerminan dari hemokonsentrasi. Seperti halnya dengan
sumbatan arteri, serum marker lainnya biasanya hanya
berubah seperti perkembangan iskemi menjadi infark. Foto
polos sering menunjukkan dilatasi, fluid-filled loop of Organ gastrointestinal
bowel (cairar bebas pada rongga peru|. Edema mukosa - Usus halus - iskemi mukosa non oklusif
- Usus besar - kolitis iskemi
lebih menonjol daripada sumbatan arteri. Modalitas - Lambung - gastritis stres
diagnostik non-invasif dari MRI dan CT kadang-kadang - Hati - hepatitis iskemi
dapat memberikan diagnosis dini dari TVM, sehingga - Kandung empedu - kolesistitis akalkulosa
- Pankreas - pankreatitis iskemia
memungkinkan pemberian antikoagulan secara dini.
Organ non gastrointestinal
Akhirnya, sebagian besar pasien menunjukkan indikasi - Paru - adult respiratory disfress syndrome
yang jelas unttrk laparatomi. - Jantung - kontraksi ototjantung turun
- Ginjal - gagal ginjal
Pengobatan. Beberapa kasus trombosis vena segmental - SSP - obtundatio
atau parsial dapat diobati dengan antikoagulan terutama - Sistim pembekuan - disseminated intrsvasculer
coagulation
bila diagnosis dapat ditegakkan secara dini. Bila - Sistem imun - aktivasi mediator peradangan
diagnosis infark vena sesungguhnya telah ditegakkan,
616 GAIITROENTEROI.OGI

Kejadian yang menyebabkan SDOM adalah cedera lokal dimana saja. Pada setiap kasus, kehilangan fungsi barier
akibat trauma, infeksi atau hipoperfusi, kemudian terjadi ini kemungkinan basis dari kenyataan bahwa usus
respons radang lokal, kemungkinan sebagai akibat aktivasi merupakan motor dari kegagalan organ multipel.
plalnlet, cedera endotel, pelepasan mediator radang dan
aktivasi sistem pembekuan. Sebagai akibatnya, komplemen, Epidemiologi. Pasien yang berisiko terhadap SDOM
koagulasi dan sistem kalikrein diaktivasi, menyebabkan adalah mereka yang mengalami stres fisiologis hebat, yaitu
status hipermetabolik, dengan peningkatan hebat konsumsi trauma, perdarahan, gagal jantung, bypass jantang-paru,
oksigen dan kebutuhannya. Seringkali paru-paru merupakan penyakit yangparah, luka bakar atau operasi yang besar.
organ portama yang gagal (ARDS) dan menyebabkan Meskipun laparotomi atau laparoskopi eksplorasi telah
ketergantungan ventilator jangka panjang. Kemudian direkomendasikan pada pasien yang menunjukkan
diikuti kegagalan organ lain seperti ginjal, sistem imun, pemburukan progresif tanpa suatu sumber yang jelas,
saluran cema dan hati, menyebabkan gagalnya sistem kardio tindakan ini tidak ditunjang dengan penelitian yang pasti.
vaskular, sepsis dan meninggal. Gambaran kliiris. Sindrom disfungsi organ multipel
Meskipun karakteristik hemodinamik dan metabolik dari merupakan suatu sindrom yang progresif berupa
SDOM menunjukkan hal yang mirip sepsis dengan berbagai terjadinya kegagalan organ secara serentak. Waktu
penyebab, beberapa dari pasien ini tidak menunjukkan kejadiannya bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa
sumber sepsis dan hasil kultur ulang negatif. Meskipun bulan dan dapat dijelaskan dalam berbagai stadium.
dengan penatalaksanaal yang baik terhadap kontaminasi Stadium awal secara klinis sama dengan sepsis, ada demam
bakteri dan sumber sepsis, namun tetap saja dapat te{adi dan leukositosis. Pada stadium kedua, kegagalan organ
suatu sindrom dari kegagalan organ multipel. Secarajelas, progresif menjadi jelas dan terdeteksi adatya ekstraksi
beberapa dari pasien ini mengalami sepsis dari sumber oksigen sistemik. Pada stadium ini, mortalitasnya hampir
sepsis endogen pada proses yang sedang berlangsung. mencapai 50%o. Jika penyakit ini terus berlanjut, akan te{adi
Kemungkinan ini disebabkan sekunder dari bakteremia kegagalan organ lebih lanjut, dan akhirnya terjadi kolaps
persisten dan endotoksemia dari GI tract-nya sendiri. kardiovaskul at y ang menyebabkan kematian.
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, kerusakan barier
mukosa GI tract merupakan port d'entry lidak hanya untuk Diagnosis. Tidak ada tes laboratorium atau rontgen yang
bakteri tetapi juga endotoksin dan faktor lumen lainnya bersifat diagnostik dari SDOM. Diagnosis harus ditegakkan
yang memberikan andil terhadap respons peradangan dengan evaluasi dari seluruh gambaran klinis dengan
sistemik dan cidera organ jauh. Sesungguhnya, telah perhatian yang diberikan secara khusus terhadap status
dianjurkan bahwa pemeliharaan barier mukosa GI tract imunologis dan pulmoner.
dengan pemberian makanan secara enteral dapat membanfu Pengobatan. Tidak ada pengobatan khusus untuk
menurunkan mortalitas pada suatu perawatan kritis, kegagalan organ multipel. Tindakan non-spesifik berupa
sedangkan pemberian nutrisi penunjang parenteral dapat pencegahan dan pengobatan penunjang masih merupakan
meningkatkan insidens translokasi bakteri akibat dari atrofi pengobatan utama disertai evaluasi agresif terhadap
USUS.
kemungkinan sumber infeksi. Sejumlah pengobatan
Dari semua etiologi yang diusulkan terhadap SDOM, eksperimental sedang dievaluasi, termasuk nutrisi, aspek
cedera reperfusi iskemi terhadap barier mukosa usus imunologis dan obat penunjang kardiovaskular. Beberapa
superfisial tampaknya yang paling mungkin. Pasien yang di antaranya dalam penelitian klinis dan segera
diperkirakan mengalami syok sirkulasi, hipoksia, sepsis dipersiapkan untuk pemakaian secara luas.
dan bentuk awal yang lain dari stres fisiologis yang hebat
tetap mengalami iskemia non-oklusifringan dari usus yang Prognosis. Saat ini mortalitas SDOM telah mengalami
sering tidak berkembang ke arah nekrosis usus yang penurunan dari hampir 90Yo beberapa tahun yang lalu
sebenarnya. Meskipun proses ini tidak secara langsung menjadi 34-40% saat ini, walaupun tetap merupakan suatu
dikenal secara klinik, hal ini sering menyebabkan kerusakan sumber mortalitas utama di ICU.
mukosa dengan hilangnya fungsi barier epitel.
Setelah fungsi barier hilang, translokasi bakteri dan
kemungkinan toksin lumen lainnya, difasilitasi pada tikus Sindrom Kompresi Arteri Seliaka
yang mengalami syok hemoragik, rangkai menyeluruh dari Etiologi dan patofisiologi. Kasus pertama yang diduga
kejadian ini terlihat dan dicegah dengan pra pengobatan sindrom kompresi arteri seliaka (disebutjuga sindrom liga-
dengan allopurinol, menunjukkan bahwa radikal bebas, mentum arkuata mediana) dilaporkan dari Finlandia tahun
diatur dari xantin oksidase pada reperfusi, mungkin 1963 pada seorang laki-laki usia 57 tahun yang menderita
berperan penting. Tidak diketahui apakah ini adalah bakteri, nyeri perut kronik dan stenosis seliaka. Sejak saat itu
toksin atau enzim pencemaan yang memediator cedera perhatian ahli klinik mulai ditujukan pada kasus yang
sistemik atau apakah agen ini sebagai pencetus pelepasan berhubungan dengan pasien yang mengalami nyeri perut
mediator peradangan dari usus itu sendiri, hepar atau kronik dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan.
PETiTYAIST VASKI,JI.AR MESENTRIKA 617

Seperti yang dijelaskan oleh Ha{ola, sindrom ini berupa lskemia Mesenterika Non-oklusif (IMNO)
nyeri perut kronik yang disebabkan penyempitan arteri
Etiologi dan patofisiologi. Mekanisme mendasar yang
seliaka akibat kompresi serabut ligamentum arcuata
menyebabkan IMNO adalah suatu vasokonstriksi
mediana diafragma. Pada laparotomi, pembuluh darah
splanknik selektif yang sebetulnya merupakan otoregulasi
tampak normal, tetapi tertekan oleh pita fibrosa dari liga-
normal dari aliran darah pada milrosirkulasi usus. Hasilnya
mentum. Meskipun tidak diragukan bahwa perbaikan
adalah iskemi intestinal karena tubuh mengatur aliran darah
secara subjektifpada nyeri abdomen terlihat pada beberapa
usus secara tidak langsung terhadap organ vital lainnya.
pasien setelah prosedur ini, tapi tidakjelas apakah secara
Vasokonstriksi splanknik yang hebat terjadi pada keadaan
objektif aliran darah arteri seliaka ini membaik.
syok kardiogenik, hemoragik dan bentuk lain dari stres
Iritasi dari serabut saraf otonom viseral dengan
fisiologis yang hebat. Mediator humoral, terutamaAngio-
konstriksi otot diafragma juga telah diusulkan sebagai
tensin II dan kemungkinan vasopresin, secara langsung
penyebab dari sindroma ini, namun simpatektomi atau
memediator respon ini. Kolon kanan tampaknya sangat
ganglionektomi temyata tidak selalu memperbaiki keadaan.
peka terhadap IMNO.
Epidemiologi. Kebalikan dari pasien dengan penyakit
Epidemiologi. Sejak pengenalan pertama dari IMNO pada
aterosklerosis, pasien ini sering lebih muda dengan usia
tahun 1958, kesadaran klinis dari masalah ini berkembang
rata-ratalimapuluhan saat diagnosis, laki-laki lebih sedikit
dengan baik. Laporan awal menyatakan bahwa IMNO
dibanding perempuan dengan ratio 1:3.
terjadi kira-kira 10-20% dari semua kasus iskemi
Gambaran klinis. Sebagian besar pasien mengalami nyeri mesenterika. Laporan lebih baru, menunjukkan bahwa
abdomen, tetapi kurang dari separuh yang mengalami insiden mungkin mencapai 50ol0. Tingginya angka ini
gejala angina intestinal klasik. Sisanya menunjukkan mungkin karena makin membaiknya pengertian tentang
berbagai sindrom nyeri abdomen yang tidak jelas. Diare, sindrom klinik ini dan dapat pula disebabkan penurunan
nausea dan muntah sering dijumpai. Beberapa pasien nilai ambang unhrk memasukkan pasien kedalarn,kategori
berhubungan dengan kehilangan berat badan yang diagnostik ini. Walaupun sebagian besar pasien pada syok
bermakna (dikarenakan menghindari makanan pada bulan- sirkulasi mengalami penurunan perfu si splanknik, namun
bulan sebelumnya). tetap sulit untuk membedakan respons homeostatik nor-
Diagnosis. Diagnosis sindrom ini sulit ditegakkan, diperlukan mal ataukah respon patologi yang menunjukkan suatu
kecermatan dan pengalaman untuk mendapatkan hasil yang iskemi usus. Pada beberapa penelitian lain temyata insiden
memuaskan. Selanjutrya, dianjurkan pasien menjalani seri yang sesungguhnya dari IMNO mungkin menurun,
pemeriksaan saluran cema bagian atas seperti, small bowel kemungkinan ini karena makin meningkatnya penggunaan
follow-through, barium enernq, ERCP (endoscopic kateter arteri pulmonar dan agen vasodilator untuk
retrograde cholangio- pancreatography), urografi memonitor dan mengoptimalkan sistem hemodinamik
intravena dan CT scan perut. Jika pemeriksaan ini gagal, pada peraw atan intensif modem.
dapat dilakukan arteriografi . Arteriografi seliaka selektif yang Infarkjanturg, gagaljantung kongestif aritmiajantung,
menunjukkan kompresi dari arteri seliaka proksimal, AMS operasi besar alat dalam, peritonitis, dialisis kronis,
dan AMI biasanya tampak normal. hipovolumia dan syok merupakan faktor predisposisi
Ultrasonografi dupleks merupakan tes yang kurang pasien IMNO, juga pada penggunaan digitalis glikosid
invasif untuk memastikan diagnosis penyempitan (yang potent dan merupakan vasokonstriktor splanknik
pembuluh darah mesenterika. MRI juga digunakan untuk yang selektif), vasopresor, diurgtik dan pemakaian kokain.
mengukur kecepatan aliran darah mesenterika dan mungkin Gambaran klinis. Tanda-tanda dan gejalayang ada dari
bermanfaat dalam mengidentifikasi calon untuk operasi. IMNO dapat sama dengan penyakit trombus mesenterika
Pengobatan. Keberhasilan pengobatan ditentukan oleh akut, seperti adanya gejala kram perut, nyeri abdomen
kebebasan seluruh aksis seliaka hingga sampai ke sekitar pusat yang kemudian menetap, nyeri tumpul. Onset
trifurcatio dari perangkap serabut ligamentum arkuata serangan seringkali secara klinis sangat tersembunyi
mediana. Sebagai tambahan, dilakukanjuga mobilisasi dan secara klinis. Lagipula, beberapa dari pasien ini mungkin
eksisi jaringan saraf peri-seliaka baik bagian sisi aksis tidak menunj ukk an gej ala y angnyata, nyeri abdomen difu s,
seliaka, dilatasi arteri seliaka intra-operatif melalui arteri malabsorpsi dan maldigesti dengan ileus yang semuanya
lienalis. Jika diperlukan dapat dilakukan rekonstruksi arteri umumnya terlihat pada pasien dengan IMNO. Sayangnya,
seliaka dengan reseksi dan reanastomosis primer, atau temuan ini tidak spesifik untuk suatu dignosis IMNO.
dengan cangkok pintas.
Diagnosis. Peningkatanjumlah leukosit dan abnormalitas
Prognosis. Ditenhrkan oleh keberhasilan dekompresi aksis elektrolit telah dilaporkan sampai 75%o daripasien IMNO.
seliaka dan dilatasi atau rekonstruksi ditangan ahli bedah Tapi data ini tidak begitu spesifik, karena hal ini dapat pula
berpengalaman. Hilangnya gejala dalamwaktu yang lama mencerminkan keparahan penyakit yang mendasarinya
telah dilaporkan pada 70-80% pasien. atau menunjukkan adanya nekrosis usus yang
618 GASTROENTEROI.OGI

sesungguhnya. Foto polos abdomen hanya menggambar- status perfusi yang optimal untuk viabilitas usus. Operasi
kan pola gas yang non-spesifik. disesuaikan terhadap evaluasi dan reseksi dari usus yang
Kunci keberhasilan penatalaksanaan dari masalah ini mengalami nekrosis. Jika reseksi usus dilakukan, operasi
teiletak pada indeks kecurigaan yang tinggi, diperkuat lagi kedua mungkin diperlukan untuk menilai viabilitas
dengan diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat. selanjutnya, terutama jika ketidakstabilan hemodinamis
Secara praktis, ini berarti bahwa bila pasien dengan yang mendasarinya tet'adi.
penyakit yang kritis sebelumnya, kemudian didapatkan
Prognosis. Angka kematian IMNO tinggi (> 90%) dan
nyeri abdomen non-spesifik dan distensi usus, maka sebagian besar disebabkan keparahan dari penyakit yang
diagnosis iskemi mesenterika seharusnya difikirkan dan
mendasarinya. Tapi dengan tindakan yang agresif
dipertimbangkan untuk dilakukan angiografi.
dikombinasi dengan arteriografi yang baik dapat
Diagnosis radiografi dari vasospasme splanknik adalah
menurunakan mortalitas sampai 5 0%.
dengan arteriografi mesenterika superior selektif.
Keberadaan lesi atherosklerosis seringkali mengkomplikasi
interpretasi ini. Gambaran yang khas melibatkan spasme Obstruksi Strangulasi
yang jelas dari pembuluh darah makroskopis (bukan lesi Etiologi dan patofisiologi. Obstruksi strangulasi
yang bertanggung jawab terhadap iskemia), serta melibatkan pembuluh darah gabungan dari suatu segmen
kehilangan dari blush arteri normal dari pembuluh darah usus yang mengalami kompresi mekanis ekstrinsik. Proses
mikro dinding usus. ini dapat melibatkan usus halus (obstruksi usus halus
Pengobatan. Penatalaksanaan awal dari pasien yang mekanis), kolon (sigmoid atau volvulus cecal), atau
dicurigai mengalami IMNO diaratrkan pada koreksi kelainan lambung (hernia paraesofagus dengan volvulus).
yang mendasari terj adinya vasospasme mesenterika. Patofisiologi strangulasi melibatkan aliran darah vena
Selanjubrya memperbaiki volume intravaskular dan curah dara arteri, keadaan ini diduga terjadi sekunder terhadap
jantung. Seterusnya resusitasi volume, redttksi after load, dilatasi yang hebat dan masif dari segmen usus dehgan
hindari obat vasokonstriksi (termasuk digitalis) dan peningkatan tekanan intra lumen yang cukup untuk
pertama-tama mengganggu aliran vena, kemudian aliran
kadang-kadang obat inotropik tertentu. Sebagai tambahan,
dekompresi lambung, pemberian oksigen dan antibiotik arteri. Dilatasi segmental sering menyebabkan volvulus
merupakan tindakan penunjang selanjutnya. Diupayakan dan menyebabkan pemendekan suplai vaskular segmen-
menghindari setiap tindakan yang meningkatkan aktivasi tal utama bagi loop yang terlibat, dengan konsekuensi
aksis renin-angiotensin, sekresi vasopresin atau sistem iskemia. Kadang-kadang segmen yang mengalami
saraf simpatis. Setelah diagnosis dengan arteriografi pelintiran akan secara spontan mengecil sendiri meskipun
mesenterika, diberikan injeksi bolus tolazolin (25 mg) atau bilamana terjadi strangulasi yang sesungguhnya, hal
papaverin (60 mg) yang diberikan selama 20 menit. tersebut jarang sekali mengecil tanpa intervensi operasi.
Dilakukan arteriogram ulang untuk menilai respons Epidemiotogi. Strangulasi usus adalah keadaan yang sering
pengobatan, biasanya dapat dilihat suatu perbaikan pada teq'adi, tapi juga yang paling dapat diobati. Diperkirakan
vasospasme. Setelah injeksi bolus, dilanjutkan dengan jepitan terjadi pada 20-4Oo/o dari pasien-pasien
infus berkelanjutan dari papaverin (30-60 mg/jam) dan pascaoperasi obstruksi usus halus. Adanya strangulasi
pasien dibawa kembali ke ICU dengan kateter AMS obstruksi pada usus halus dapat meningkatkan angka
ditempafirya. Pengobatan kemudian dilanjutkan selama 12- mortalitas mendekati dua kali lipat.
24 jam dengan perhatian diarahkan terhadap tanda-tanda
Gambaran klinis dan diagnosis. Diagnosis obstruksiusus
perbaikan klinis (penurunan distensi abdomen,
sendiri biasanya mudah. Pengenalan dini dari obstruksi
kembalinya peristaltik usus dengan mendengar bising usus
strangulasi secara klinis atau laboratoris akan sangat
dan defekasi), penurunan rasa nyeri dan perbaikan
menguntungkan dalam penata laksanaannya. Rasa nyeri
sepsis atau keadaan umum.
yang kontinyu seperti kolik, demam, takikardi, tanda-tanda
Operasi berperan penting meskipun peranannya
fisik dari peradangan peritonium parietal, leukositosis,
sekunder dalam penatalaksanaan iskemi non-oklusif.
hiperkalemia, hiperfosfaternia, dan peningkatan serum enzim
Diagnosis dan arteriografi terapeutik yang terlambat serta
merupakan tanda-tanda yang dapat membedakan iskemi
laparotomi yang tidak tepat kemungkinan dapat
usus. Hal yang sulit adalah membedakan antara pasien
memperburuk vasospasme splanknik, dengan demikian
dengan penjepitan dini dan pasien yang mengalami obsnrksi
arteriogram sebelum laparotomi adalah penting. Jika
sederhana.
abdomen terbuka dan penyakit iskemia non-oklusif
diketahui, abdomen seharusnya ditutup danpasien dibawa Pengobatan. Penyebab yang mendasari obstnrksi (adhesi,
ke ruang angiografi untuk mendapat arteriografi dan infus hernia, karsinoma) harus dikoreksi dengan operasi dan
vasodilator. Jika dilakukan laparotomi, keputusan untuk setiap segmen dari usus yang tidak sehat direseksi. Pada
reseksi dilakukan setelah penilaian usus yang cermat pada beberapa keadaan anastomosis primer adalah tepat. Bila
PENYAXXT.VASKI.'LAR MFSENTRIKA 6t9

berhubungan dengan sepsis intraperitoneal atau kolon tanda dan gejala ileus atau obstruksi, tanda-tanda sistemik
yang tersumbat, suafu ostomi dan rekonstruksi terencana berupa apneu, bradikardia, hipotermi dan letargi. Tanpa
merupakan pilihan yang lebih baik. pengobatan, bayi dapat mengalami perforasi intestinal,
sepsis, asidosis dan hipotensi.
Prognosis. Angka kematian pada pasien dengan
obstruksi intestinal secara dramatis meningkat dengan Diagnosis. Tes laboratorium pada diagnosis ENN non-
kejadian nekrosis usus. Laparotomi, penurunan segmen spesifik. Trombositopenia dengan atautanpa DIC sering
yang mengalami jepitan dan reseksi dari semua usus yang terlihat, juga adanya leukopenia, asidosis metabolik
tidak sehat memberikan hasil yang terbaik. refrakter dan hiponatremia.
Gambaran radiografi yang berupa gas pada dinding usus
dapat untuk menegakkan diagnosis, namun temuan ini tidak
Enterokolitis Nekrotisasi Neonatal (ENN) selalu terlihat terutama pada bayi yang tidak makan.
Etiologi dan patofisiologi. Enterokolitis nekrotisasi Pneumoperitoneum yang sesungguhnya mungkin juga
neonatal (ENN) merupakan suatu penyakit yang terjadi, meskipun temuan ini juga tidak spesifik untuk ENN.
mengancam kehidupan yang hanya terjadi pada bayi Pengobatan. Diagnosis dini dan pengobatan non-operatif
prematur dengan stres yang hebat. Penyakit ini ditandai yang baik, menunjukkan keberhasilan pada penatalak-
dengan distensi lambung, berak darah, muntah (dengan sanaan sejumlah kasus ENN. Pengobatan penyakit ini
kegagalan menelan makanan) dan keadaan klinis yang sama dengan IMNO pada dewasa, tetapi tanpa pemakaian
buruk. Insiden ENN meningkat dengan meluasnya vasodilator atau angiografi. Hipovolemia seharusnya
perawatan intensif neonatus modern dan pengobatan dikoreksi, istirahatkan usus (puasa dan nasogastrik
agresif pada bayi prematur. dekompresi) dan pemberian antibiotik sistemik. Nutrisi
Etiologi yang tepat dari ENN tidak jelas, tetapi parenteral juga seharusnya dimulai sejak dini, pasien
tampaknya hal awal yang mendasarinya adalah dipuasakan selama I 0- 1 4 hari. Seringkali tindakan tersebut
vasokonstriksi splangnik sekunder terhadap stres cukup untuk memungkinkan regenerasi dari mukosa yang
fisiologis yang hebat. Tampaknya ada 2langkah proses cedera dan mencegah perkembangan sekunder terhadap
patofisiologi : vasokonstriksi mesenterium menyebabkan infark transmural. Sebagian besar ahli gastroenterologi
iskemi, dan suafu cedera mukosa awal yang kemungkinan meyakini bahwa operasi seharusnya dilakukan hanya pada
mengganggu fungsi bariernya. Kejadian awal ini diikuti sebagian kasus yang parah yang mengalami perkembangan
oleh perkembangan dari lesi mukosa yang reversibel menjadi infark transmural, dengan atau tanpa perforasi.
menjadi infark transmural, yarg berhubungan dengan Tindakan operasi adalah berupa reseksi usus yang
sejumlah faktor lain seperti makanan pertama bayi dengan nekrotik, ileostomi dekompresi dan rekonstruksi.
formula susu non ASI, adanya pertumbuhan yang
berlebihan dari bakteri ftuman Klebsiella) dan kemungkinan Prognosis. Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang
yang paling penting adalah ketidak mampuan sistem tepat, keberhasilannya mencapai 60-80%. Bila terjadi
kekebalan tubuh. Kemungkinan tidak sempurnanya sistem perforasi dan sepsis sistemik yang hebat, maka angka
kekebalan bayi prematur memungkinkan lesi yang mortalitas me ncap ai 5 0%o.

reversibel (nekrosis epitel) berkemb arrg yang disebabkan


oleh invasi bakteri menjadi infark /ransmural ireversibel. lskemia Mesenterika Kronis (Angina lntestinalis)
Secara histologis, usus menunjukkan nekrosis iskemia
Etiotogi dan patofisiologi. Angina intestinalis merupakan
dengan mukosa yang lebih sering terkena (sama dengan
sindrom klinis dari nyeri abdomen setelah makan, yang
iskemiamesenterika).
sifatnya intermiten, berasal dari obstnrksi kronis arteri
Epidemiologi. ENN dapat te{adi dengan pola endemik dan splanloik (biasanya aterosklerosis). Penyakit ini analog
epidemik pada ICU yang sama. Jenis kelamin, ras, status dengan angina pektoris dan claudicatio calf, dlua
sosial ekonomi ibu, geografi dan musim semuanya tidak manifestasi yang lebih umum dari hipoksia jaringan yang
mempunyai efek pada insidens dari ENN. Jarang terlihat bersifat episodik.
ENN pada bayi yang dilahirkan setelah masa kehamilan Angina intestinalis yang sebenarnya merupakan suatu
35-36 minggu. Prematuritas, pemberian makanan non ASI masalah klinis yang sangat jarang. Bila angina intestinalis
dan stres fisiologis hebat, seperti bayi yang mengalami terj adi, hampir selalu akibat penyempitan aterosklerotik
RDS, merupakan faktor predisposisi yang penting. yang hebat dari pembuluh splanknik mayor, yang
berhubungan dengan oklusi dari I atat2 pembuluh yang
Gambaran klinis. Gambaran klinis klasik dari ENN adalah
tersisa. Derajat stenosis arteri yang ditemukan pada
perburukan yang membahayakan dari bayi prematur yang
autopsi usus kebanyakan tidak sesuai dengan gejala
berusia lebih muda dari 2-3 minggu. Terjadi distensi
kelainan saluran cerna selama pasien hidup.
lambung, bayi tidakmaumakan dan dapatmengalami diare
berdarah atau feses dengan bercak darah, adanyatanda- Epidemiologi. Pasien yang berisiko mengalami iskemia
620 GASTROENTEROI,OGI

mesenterika lconis adalah mereka yang mengalami penyakit pada pasien, maka tindakan operasi biasanya
arteri perifer difus, risiko akan meningkat bila pasien dipertimbangkan untuk menyingkirkan rasa sakit dan
mengalami hiperkolesterolemia dan diabetes. Penyakit ini menghindari infark. Operasi dilakukan berupa end
didapatkan pada usia pertengahan dan usia lanjut. arterektomi, cangkokan pintas baik dengan prostese atau
materi autogen dan implantasi kembali dari pembuluh
Gambaran klinis. Angina intestinalis dikenal dengan
mesenterika distal ke segmen aortayang sehat. Tindakan
gejala klinis yang disebut triad klinis yaitu nyeri sesudah
yang lebih disukai adalah cangkokan pintas dari AMS
makan, kehilangan berat badan kronis dan takut makan
dengan vena safena autolog atau material prostetik;
(sitofobia). Gejala-gejala ini sangat khas dan penting untuk
keuntungan yang jelas dari jaringan autolog belum
diagnosis. Rasa nyeri berupa kram, analog dengan an-
ditunjukkan untuk revaskularisasi viseral, seperti yang
gina pectoris. Diare dan konstipasi mungkin ada disertai
dilakukan untuk ginjal dan revaskularisasi ekstremitas.
anoreksia. Pemeriksaan fisik tidak spesifik kecuali untuk
Kontroversi terjadi terhadap ketepatan pintas pembuluh
penurunan berat badan yang kronis dan temuan lain yang
tunggal dibandingkan dengan rekonstruksi beberapa
berhubungan dengan manifestasi aterosklerosis secara
pembuluh darah.
umum. Dapat ditemukan peningkatan peristaltik selama
Angioplasti transluminal perkutaneus telah dilakukan
serangan.
dalam mengobati iskemia mesenterika kronis. Risiko dan
Diagnosis. Diagnosis dicurigai bila pasien mengalami insiden kegagalan teknis berupa diseksi pembuluh darah,
penurunan berat badan dengan nyeri abdomen setelah meningkat pada vaskularisasi mesenterika. Dengan alasan
makan. Diperlukan pemeriksaan arteriograf,r biplanar untuk ini, pemakaian angioplasti di sini belum mendapatkan
memungkinkan visualisasi dari pembuluh-pembuluh penerimaan secara luas.
viseral. Meskipun diagnosis yang tepat tidak dapat
Prognosis. Angka kematian dari angina mesenterika
dilakukan berdasarkan arteriografi saja, temuan dari
berkisar dari 3-30% dan lebih 90% dari yang diobati tetap
penyempitan yang hebat pada beberapa pembuluh viseral
hidup dan nyeri abdomennya hilang, berat badannya
dengan formasi kolateral yang ekstensif dan diperkuat
bertambah dan kebiasaan makannya normal kembali.
dengan gambaran klinis yang khas, cukup untuk
mewaspadai pengobatan. Yang paling penting, pasien
harus j elas mengalami kehilangan berat badan yang drastis .

Pemeriksaan ultrasound doppler duplex memegang REFERENSI


peran pada evaluasi selanjutnya dari aliran mesenterika.
Bastidas JA, Reilly PM, Bulkiey GB. Mesenteric vascular
Teknik non-invasif ini secara eksperimental digunakan
insufficiency. Handbook of gastroenterology. Philadelphia:
untuk menghitung aliran darah mesenterika, dengan Lippincott-Raven Publishers; 1998.p. 65 4-62.
kesalahan laporan 10%. Gas usus dan obesitas merupakan Cooper Bl Hall MJ, Barry RE. Penyakit usus halus dan usus besar:
faktor-faktor yang mendukung. Sayangnya teknologi ini iskemik intestinal. Manual gastroanterologi. Alih bahasa: Lyndon
belum berkembang secara utuh dan belum tersedia secara Saputra. Jakarta: Binarupa Aksara; 1989.p. 145-51.
universal. Satu laporan kasus tindakan provokatifuntuk Daldiyono Hardjodisastro. Kolitis iskemik. Gastroenterologi-
hepatologi. Cetakan ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto; 1997. p.
mendiagnosis iskemi mesenterika kronis dengan tindakan
1 84-96.
pemeriksaan pH intralumen pada usus halus setelah tes
Glickman RM, Isselbacher KJ. Diseases of the small intestine.
makan. Harrison's principles of intemal medicine. Sth Edition. McGraw-
Pengobatan. Tidak ada pengobatan medis yang efektif Hill Kogakusha; 797 7.p. 1544-45;1562.
Silen W. Acute intestinal obstruction. Harrison's principles of
untuk angina intestinalis. Jika seluruh modalitas yangada
internal medicine. 8th Edition. McGraw-Hill Kogakusha;
belum bisa untuk menegakkan diagnosis nyeri abdomen 1977.p.1567-70.
97
PENYAIST TROPIK INFEISI GASTROINTESTINAL
Marcellus Simadibrata K, Achmad Fauzi

PENDAHULUAN esofagus dapat pula sebagai manifestasi klinik infeksi


oportunistik pada AIDS (Acquired Immunodeficiency
Penyakit infeksi mengakibatkan lebih dari 13 juta kematian Syndrome). Di Amerika Selatan, mega-esofagus penyakit
setiap tahun dan merupakan penyebab mortalitas utama Chagas harus dipertimbangkan sebagai pgnyebab
pada negara-Legara yar,g kurang maju/sedang disfagia. Striktur,zat kimia korosif,dan benda asing
berkembang, yang umumnya terletak pada daerah hopis (misalnya tulang ikan) juga merupakan kausa yang penting
dan subtropis. Dampak yang berat dari penyakit infeksi di pada gangguan menelan.
negara-negara berkembang terutama disebabkan kepadatan
penduduk, keadaan kesehatan dan perumahan serta akses
Perdarahan saluran cerna. Perdarahan saluran cerna
bagian atas dapat disebabkan oleh ulkus peptik, gastritis,
untuk pertolongan medis yang kurang memadai. Meskipun
esofagitis, dan karsinoma gaster atau karsinoma esofagus.
telah memasuki millenium ketiga, temyata masih terdapat
Gastritis, gastritis erosif, dan ulkus gaster dapat berkaitan
kesenjangan di antara standar sanitasi, higiene, dan
dengan obat-obatan, misalnya pemakaian kortikosteroid
pendidikan di negara berkembang dengan tingkat yang
dibutuhkan bagi terhapusnya insiden penyakit infeksi, dan OAINS (obat antiinflamasi non-steroid). Infeksi
yang semuanya berkaitan dengan keadaan sosio-ekonomi bakteri Helicobacter Pylori telah diketahui sebagai
yang masih jauh di bawah sempurna. penyebab utama inflamasi dan/ulserasi gaster dan
Penyakit tropik infeksi gastrointestinal (di negara- duodenum. Varises esofagus juga sering ditemukan
negara tropis dan subtropis) berasal dari berbagai infeksi sebagai penyebab haematemesis di bany ak daerah/negaru
- virus, bakteri, mikosis, protozoa, dan cacing. Diare tropik, minimal sekitar 25o/o dari semua kasus-kasus
merupakan gejala infeksi yang sering dan sangat penting, haematemesis, penyakit hati yang mendasarinya dapat
berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas di negara merupakan akibat lanjut dari infeksi kronik hepatitis virus,
berkembang, bahkan sangat berdampak pada penduduk atau fibrosis hati akibat schistosomiasis.
negara maju terutama bagi merekayang sering bepergian Perdarahan saluran cema bagian bawah dapat terjadi
atau melancong, sehingga dikenal sebagai diare orang akibat infeksi seperti tuberkulosis, shigellosis, E. Coli,
b ep ergian/p el ancong(Tr av el I ers' D iarrho ea). campylobacter, salmonelosis, amebiasis, helminthiasis,
maupunHIV/AIDS.
Nyeri abdomen. Di negara-rrcgaramaju, nyeri abdomen
MANIFESTASI KLINIS berat umumnya disebabkan oleh appendisitis, adenitis
mesenterik, ulkus peptik perforasi, kolesistitis, dan
Diare merupakan gejala klinik utama penyakit tropik infeksi
obstruksi intestinal (umumnya akibat perlekatan atau
gastrointestinal, namun demikian terdapat pula gejala-
keganasan). Spektrum kausa nyeri abdomen di daerah
gejala lainnya, yait:u disfagia, perdarahan saluran cerna,
tropik lebih luas lagi, yang harus dipertimbangkan sebagai
nyeri abdomen, malabsorpsi, tropical sprue, dan
kausa nyeri abdomen berat, yaitu: tuberkulosis
travellers'diarrhea.
abdominal, tifoid (termasuk perforasi tifoid), ruptur kista
Disfagia. Kandidiasis esofagus cukup sering ditemukan hidatidosa, kolitis amuba (termasuk perforasi), abses hati
sebagai penyebab disfagia di daerah tropik, kandidiasis amuba (dapat terjadi ruptur hati), obstnrksi intestinal karena

621
622 GAIITROENTEROIffI

cacing Ascaris lumbricoide,s, ascariasis ektopik (dapat khusus terhadap makanan dan airharus diutamakan karena
menyebabkan obstruksi kandung empedu atau pankreas), infeksi patogen seperti crystoporydium saat ini belum
krisis slctle cell anemia, ruptur limpa, sindrom infeksi dapat diterapi.
strongyloidiasis. Pada pasien dengan gejalayang berat dan/atau diare
berdarah, I - 3 hari pemberian quinolon (norfloxacin 2 x
Malabsorpsi. Malabsorpsi dapat merupakan gambaran dari
400 mg/hari, ciprofloxacin 2x500mglhai. atau ofloxacin 2
infeksi Giardia lamblia, Strongyloides stercoralis,
x 300 mg/ hari; selama 3 hari), TMP-SMX (2 x 160/800 mg,
tuberkulosis intestinal, dan AIDS. Keadaan defisiensi
selama 3 hai), atan azithromisin 500 mg qd, selama 3 hari,
laktase sementara pasca infeksi akut diare sering pula
dianjurkan sesuai dengan pola resisten antibiotika lokal.
sebagai penyebab malabsorpsi,susu serta produk susu
Obat antimotilitas dapat mengurangi gejala, dan meskipun
sebaiknya dihindari, namun yoghurt biasanya dapat
pernberiannya aman bersama antibiotik, tampaknya hanya
ditoleransi, karena kandungan bakteri laktase yang tinggi.
sedikit membantu efektivitasnya.
Tropical sprue. Dlkenal sebagai malabsorpsi tropikal Diare merupakan manifestasi klinis yang paling sering
terutama terjadi di India, Asia tenggara, daerah Karibia, ditemukan pada penyakit hopik infeksi gastrointestinal.
danAmerika Tengah. Gejala yang timbul adalah diare tak Di negara berkembang, rotavirus diperkirakan merupakan
berdarah,kadang-kadang disertai steatorhea, sering penyebab sekitar 60% penyakit diare. Pada infeksi bakteri,
disertai kembung perut dan penumnan berat badan yang yang paling utama adalah kuman E. Colipatogenik, yang
signifikan. Biopsi duodenum biasanya menunjukkan juga cukup sering adalah Campylobacter, Yersinia, dan
keadaan atrofi villous. Penyakit ini umumnya berlangsung Salmonella. Shigella merupakan kausa utama disentri
lama dan melemahkan. Terapi dengan tetrasiklin dan asam bakteri, menyebabkan l5o/okematian akibat kasus diare.
folat umumnya cukup efektif. Kolera dan Vibrio spp masih berkaitan dengan timbulnya
kejadian wabah. Gambaran klinis, patogen penyebab, serta
Diare. Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan
terapi pada diare infeksi yang umum te{adi di daerah tropis
mortalitas di daerah tropik, menyebabkan lebih dari 6 juta
dan subtropis, dapat dilihat pada Tabel I dan2.
kematian setiap tahun, dan sangat berkaitan dengan
higiene yang buruk serta kontaminasi infeksi air dan
makanan. Patogen penyebab sangat bervariasi, dapat
berupa virus, bakteri, maupun parasit. Apapun etiologinya, INFEKSIGACING
tatalaksana utama diare adalah hidrasi adekuat dan
Manifestasi klinik infestasi cacing bergantung pada
keseimbangan elektrolit.
patogenitas parasit, respons imun hospes, dan banyaknya
Traveler's Diarrhea. Merupakan suatu penyakit self-lim- cacing. Manusia dengan jumlah cacing tertentu sering
iling yang berhenti sendiri, umumnya tidak memerlukan asimptomatik walaupun pada keadaan tertentu satu ekor
terapi atau profilaksis. Kuman penyebab bervariasi sesuai cacing dapat juga menimbulkan gangguan yang
geografi wilayah dan patogen spesifik harus dicari serta mengancam jiwa, misalnya bila seekor cacing ascaris
dipastikan, meskipun umumnya patogen yang paling lumbricoides dewasa mengobstruksi duktus pankreatikus.
sering menyebabkan infeksi adalah enterotoxigenic E. coli Beberapa parasit manusia seperti cacing pita daging,
(ETEC), enteroaggregative E. coli (EaggEC), dan Taenia Saginata, beridaptasi sangat baik dengan
Campylobacter spp. Infeksi virus sebagai kausa diare, hospesnya dan hanya menimbulkan sedikit sekali tanda-
terutama rotavirus, sangat mungkin pula lebih sering dari tanda keberadaan penyakit meskipun ukurannya sangat
yang selama ini diketahui. besar. Cacing lain menimbulkan kerusakan,iaringan yang
Meskipun prof,rlaksis dengan kuinolon dianjurkan pada cukup bermakna dengan efek-efek toksik langsung atau
para pelancong dengan risiko tinggi (misalnya mereka yang dengan memicu respons imun yang merusak. Secara umum,
terinfeksi HIY, pasien In/lammatory Bowel Disease, dia- semakin banyak parasit yang dikandung, semakin tinggi
betes melitus, penyakit jantung dalam pemakaian diuretik, kemungkinanpenyakit.
serta mereka yang dalam terapi anti-ulkus yang poten), Gejala klinik dan tanda-tanda infeksi traktus
risiko dan beban biayanya harus pula dipertimbangkan. gastrointestinal yang ditimbulkan oleh infestasi cacing dan
Efek samping berkaitan dengan antibiotika profilaksis, protozoa sangat bervariasi. Gejala dan tanda yang mungkin
seperti fotosensitivitas, rashl alergi,diare terkait antibiotik, adalah nyeri perut, diare dan penurunan berat badan.
dan mual, dapat saja lebih berat daripada potensi manfaat Karena itu, gambaran klinis menjadi rumit mengingat
yang diharapkan untuk pencegahan traveler' diarrhea. kenyataan bahwa orang yang tinggal di daerah tropis dapat
Profilaksis lain yang terbukti efektifadalah doksisiklin dan terinfeksi oleh beberapa spesies parasit sekaligus serta
trimetoprim-sulfametoxazol (TMP-SMX), namun saat ini oleh bakteri enteropatogen dan virus.
pemakaiannya terbatas karena meningkatnya resistensi. Secara umum diagnosis parasit intestinal termasuk
Umumnya kasus-kasus travelers' diarrhea berespon cacing ditegalCcan dengan menemukan kista, telur, dan larva
efektif sangat cepat terhadap terapi antibiotik. Perhatian dalam feses. Pemeriksaan serologi kadang-kadang
PEIIYAKITIROPIK GASTROINTESTIITAL 623

Jalur Transmisi
lnkubasi
Umum
Demam *tlflL" .."y,:i1 'T"i:T*' -P:,:i!il
EestrHeme
GambaranKrinik
Laln
""llli"n pada Tinja
Bakteri
Salmonella spp 6-72 jam Wabah, kontaminasi +++ ++ +++ Dapat
makanan menyebar ke
sendi dan
pembuluh
darah
aterosklerotik
pada pasien
bakteremia
Campylobacter 'l-7 hari Daging ayam yang ++ +++ ++
spp dimasak tidak
matang
Shigella spp 16-72 jam Transmisi orang ke +++ +++ ++ +++ +++ +++ Sering dengan
orang tenesmus
E.coli yang 1-9 hari Wabah kontaminasi +l- +++ +++ ++ + +++ Secara klasik
memproduiksi makanan,terutama menunjukkan
toksin shiga hamburger tidak suatu diare
matang, tauge berdarah yang
mentah tidak demam
(afebrile)
C. difficile Bervariasi Nosokomial, + +++ + 50% leukositosis
pemakaian antibiotik
Non cholera 12-24 jam Seafoodlmakanan ++ ++ ++
Vibio spp laut

Yersinia spp 1-11 hari Kontaminasi +++ ++ Dapat tampil


makanan sebagai
limfadenitis
mesenterika
Parasit
Entamoeba Beruariasi Kausa yang jarang
histolyttca dari infeksi pada
pelancongan/
travel-associated
infection
Cryptosporidium 7-'l0hari Wabah,kontaminasi Diare yang sulit
atr diatasi pada
pasren
tmmunocompromr
sed berat; tanda
peradangan feses
pada pasien-
pasren negara
berkembang
Cyclospora 16-72 jam Wabah kontaminasi ++ +++ 90oh fatigue
makanan, traavel
associafed
Giardia 16-72 jam Kontaminasi air +l- ++ ++
Virus
Norovirus 16-72)am Musim dingin pada +++ +++ Muntah lebih
komunitas padat, sering pada anak-
ikan tidak matang anak. Diare pada
dewasa
Rotavirus 26 hari +++

Keteranoan:
+ : jarang; ++ : cukup Sering; +++ : serlng:
- : tidak tampaU jarang sekali

digunakan untuk kepentingan survei epidemiologi dan pejamu perantara sekunder tempat larva berkembang
bermanfaat terutama untuk diagnosis sistiserkosis. menjadi kista, biasanya dalam otot. Manusia terinfeksi
Pemeriksaan DNA juga dikembangkan wfi:k membedakan cacing pita melaui konsumsi daging atau ikan yang tidak
antara Taenia saginata dengan Taenia solium. matang dimasak. Infeksi larva juga dapat terjadi melalui
telur yang dimakan, misalnya sistiserkosis.
Gacing Pita Spesies cacing pita yang umumnya menginfeksi
Cacing pita merupakan hermafrodit pipih bersegmen manusia adalah Taenia saginata, Tqenia solium,
denganukuran 10 mm-20 mm. Kepalanya (scolex) melekat sistiserkosis, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta,
pada mukosa usus halus melalui penghisap atau pengait. dan Dpylidium caninum. Sistiserkosis adalah suatu
Kectalilrymenolepis ndna, semua cacing pita memerlukan keadaan dimanatelw Thenia solium,cacing pita babi, yang
624 GASTROENTEROI.OGI

Patogen Antibiotika Keterangan


BAKTER!
Nontifoid Terapi tidak dianjurkan untuk penyakit ringanisedang lnfeksi yang berat atau ekstraintestinal
Bila berat atau risiko tinggi memerlukan pemberian antibiotik yang lebih lama
Salmonella spp o Fluoroquinolon (siprofloksasin 2x500m9, norfloksasin
2x400m9, levofloksasin 1x500mg selama 5 hari)
o TMP-SMX 160/800 mg,2x sehari, 5-7 hari
o Seftiakson 100 mg/kg (max 1 g) per hari
Campylobacter . Eritromisin (40 mg/kg, max 500 mg, 4X sehari, selama 5 Terapi antibiotika pada pasien tanpa komplikasi
hari) hanya efektifjika diberikan dalam 4 hari sejak
o Azitromisin 1X500m9, untuk 1-3 hari terjadi diare. Semua pasien dengan penyakit berat
atau dengan gangguan sistem imun harus
mendapat terapi tanpa mengindahkan lamanya
gejala. Meningkatnya kejadian resistensi terhadap
kuinolon; resistensi terjadi selama terapi
Shigella o Fluorokuinolon (siprofloksasin 2x500 mg p.o., Efek dari terapi pada terjadinya sindrom hemolitik
norfloksasin 2x400mg p.o, Levofloksasin 1x500mg) uremia pada anak masih belum diketahui
semua selama 3 hari
o TMP-SMX 2x160/800 mg p.o selama 1-3 hari
E Coll (enterotoksi- Antibiotika biasanya tidak diperlukan Jarang dilakukan pemeriksaan mikrobiologi
genik, Jika sakit berat : spesifik. Menurunnya toleransi terhadap TMP-SMX
enteropatogenik, . Fluorokuinolon (siprofloksasin 2x500 mg p.o.,
enteroinvasiO atau norfloksasin 2x400mg p o, Levofloksasin 'lx500mg)
terapi empiris dari semua selama 3 hari
'traveler's diarrhea' . TMP:SMX 2x160i800 mg p.o selama 1-3 hari jika
pada beberapa dapat diterima
daerah . Rifaksimin 3x200mg p.o untuk traveler's diarrhea'
Toksin-Shiga Obat antimotilitas dan antibiotika harus dihindari Penggunaan antibiotika berhubungan dengan
terjadinya sindrom hemolitik uremia pada anak
Antibiotika yang menyebabkan harus dihentikan Penggunaan vankomisin oral tidak dianjurkan
Metronidazol 3x500 mg selama 10 hari karena efek resistensi terhadap antimikroba tetapi
kadang-kadang diperlukan

Vibrio Untuk Kolera, prioritas utama terapi adalah rehidrasi Obat yang sama harus aktif melawan kuman vibrio
o Doksisiklin 300m9 p o dosis tunggal spp non kolera, tetapi terapi tidak dibutuhkan pada
o Fluorokuinolon (siprofloksasin 500 mg p.o., norfloksasin penyakit ringan atau sedang
400m9 p.o ) dosis tunggal
o Eritromisin (12,5m9/kg, max 500 mg,
Selama 3 hari)
. Azitromisin (20m9/kg max 1g p.o dosis tunggal
Yersinia Antibiotika biasanya tidak diperlukan lnfeksi berat atau ekstraintestinal memerlukan
Jika sakit berat atau pada pasien dengan gangguan sistem pemberian antibiotika lebih lama
tmun:
. Fluorokuinolon (siprofloksasin 2x500 mg p.o.,
norfloksacin 2x400mg p.o, Levofloksasin 1 x500mg)
semua selama 3 hari
. TMP-SMX 2x160/300 mg p.o selama 3-5 hari jika
dapat diterima
o Doksisiklin 100m9 p.o dosis tunggal
PARASIT
Entamoeba Histolitica o Metronidazol 3x750mg selama 5 - 10 hari atau tinidazol Durasi yang sama untuk abses hati amuba
29 dosis tunggal berhubungan dengan angka kesembuhan 90o/o;
o Paromomisin 3 x 500 mg selama 7-10 hari atau mungkin memerlukan aspirasi atau pemberian
iodokuinol 3 x 650m9 selama 20 hari yang lebih lama
Cryptosporidium Pasien immunocompromised atau penyakit berat Tak ada terapi yang dapat diandalkan; status imun
. Paromomisin dan azitromisin atau Nitazoksanid dapat pejamu sangat penting dalam menentukan hasil
efektif terapi
Pasien dengan AIDS
. Optimalisasi terapi antiretroviral untuk mencapai
rekonstitusi immunitas
Cyclospora . TMP-SMX 2 X 160/800 mg po 7 - 10 hari Paromomisin bermanfaat pada wanita hamil;
Cayetenensrs . TMP-SMX 2 X 160/800 mg po 7 - 10 hari furazolidon, nitazoksanid, dan albendazol juga aktif
lsospora belli . M6tronidazol 3 X 250 - 500 mg 7 - 10 hari
Giardia . Tinidazol 2 g dosis tunggal
PEITYAKIT TROPIK GASTROINTESTTT.IAL
62s

termakan oleh manusia, memproduksi kista di dalam Terapi Ancylostoma duodenale dan Necator qmericsnus :
jaringan otak dan jaringan tubuh lain. Neurosistiserkosis . Mebendazol 2 X 100 mg selama 3 hari.
yang biasanya ditandai dengan kejang yang dapat . Albendazol 400 mg, dosis tunggal.
berulang, merupakan penyebab epilepsi yang penting di . Pirantel pamoat I I mg/kgBB (maximum 1 g), dosis
Afrika dan Amerika Selatan. tunggal.
Pengobatan yang diberikan pada infeksi cacing pita . Preparatbesi oral untuk anemia.
adalah prazikuantel (10 mglkg). Hymenolepis nana Terapi Tiikuriasis
memerlukan dosis 25 mg/kg dosis tunggal. Niklosamid, Mebendazol 500 mg atau albendazol400 mg, dosis tunggal.
dosis tunggal ( 500mg bila BB<1 I kg; 1 g: BB 1 1-34 kg; 1,5 Mebendazol lebih efektif daripada albendazol. Pada kasus
g: BB > 34kg;2 g untuk dewasa) juga efektif. Albendazol
berat mebendazol diberikan 3 X 100 mg selama 3 hari.
juga efektif untuk mengobati taeniasis intestinal, Nitoksamid juga dikatakan efektif untuk trikuriasis.
sistiserkosis, dan kista hidatidosa. Nitazoksamid juga
efektif untuk infeksi Taenia saginata.
REFERENSI
Cacing Tanah
Askariasis (ascaris lumbricoides), Ancylostoma Cheng AC, McDonald JR, Thielman NM. Infectious diarrhea in
duo denale, Necator americ anus, Trikuriasis (Tric huris developed and developing countries. J Clin Gastroenterol 2005; 39
(9) :757 - 69.
trichiura), Strongyloides stercoralis, merupakan
Cook GC. Problem gastroenterologi daerah tropis. In: Salim IV,
golongan cacing yang siklus hidupnya bergantung pada
Bani AP, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1991.
suatu periode siklus perkembangan di luar tubuh manusia, Dupont HL. Travelers' diarrhea and foodbome diseases' In: Surawicz
secara khusus di dalam tanah. Pneumonitis askaris adalah C, Owen RL. Gastrointestinal and hepatic infections'
suatu keadaan pada saat migrasi larva askaris melalui paru- Philadelphia: W.B. Saunders Company 1995.p. 565 '73.
paru, gejala yang ditimbulkannya dapat berupa demam, Gill G, Beeching N. Tropical medicine, 5th ed. Blackwell Science

batuk, sesak napas, mengi, urtikaria, serta nyeri dada, Ltd, 2005.
Greenberg HB, Matsui SM, Holodniy M. Sma1l intestine: Infections
sianosis, dan hemoptisis pada kasus yang berat.
with common bacterial and viral pathogens. In: Yamada T, Alpen
Terapi Askariasis DH, Laine L et al. (eds). Textbook of Gastroenterologn 4'h ed'
. Albendazol 400 mg, dosis tunggal. Pada infeksi berat New York: Lippincot Williams & Wilkins 2003.p. 1466 - 85.
hai. Keystone JS, Kozarsky PE. Health advice for Intemational travel. In:
dapat diberik an 2 -3
Kasper DL,Fauci AS, Braunwald E et al. (eds). Harrison's Principle of
. Mebendazol2X l00mg,selama3hari.
Intemal Medicine. 16 th edition. New York: McGraw-Hill 2005.p.
. Piperazin 25 mgkgBB,maksimum dosis pada dewasa
?50
725 - 31.
Velez RL, Huerga H, Turrientes MC. Infectious diseases in
. Pirantel pamoat l0 mg/kg, maksimum I g, dosis tunggal. immigrants from the perspective of a tropical medicine referral
. Nitazoksanid 2 X 500 mg untuk dewasa. unit. Am J Trop Med 2003; 69 (1) : 115 - 21'

Anda mungkin juga menyukai