Eliza Bab1
Eliza Bab1
SKRIPSI
Oleh :
IMAM FAHRUDI IMRAN
153210061
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya penjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal
penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di desa Tmabakrejo” dapat
terselesaikan sesuai waktunya.
Peneliti meyakini dan percaya bahwa dalam penyusunan proposal
penelitian ini tidakakan terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka
peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada: H. Imam Fatoni, SKM.,MM
selaku ketua STIkes ICMe Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
selaku Ketua Program Studi S1 Keperatan STIKes ICMe Jombang, Bapak H.
Imam Fatoni, SKM.,MM selaku Pembimbing 1 dan Ibu Agustina
maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing 2 telah bersedia
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan
motivasi sehingga terselesainya penelitian ini.
Peneliti menyadari baahwa dalam penyusunan proposal ini masih belum
sempurna, maka dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini, peneliti
berharap supaya proposal penelitian ini bermanfaat baik bagi semua khalayak
umum.
Jombang, 05 Mei 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Oleh
Imam Fahrudi Imran
STIKes Icme
Terapi musik klasik merupakan salah satu terapi yang dapat mempengaruhi
penurunan tekanan darah pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penagaruh
terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Pondok
pesantren lansia Desa Pulo lor Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini menggunakan one grup pre post test design. Populasi dalam
penelitian semua lansia penderita hipertensi dengan sampel 25 responden. Teknik
sampling menggunakan simple random sampling . Instrument penelitian menggunakan
alat ukur SOP dan Tensimeter. Pengolahan data editing, coding, scoring, dan tabulating.
Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
viii
ABSTRAK
By :
Imam Fahrudi Imran
STIKes Icme
Mozart classical music therapy is one of the therapies that can affect the decrease
in blood pressure in the elderly. The purpose of this study was to analyze the affect of
mozart classical music therapy on decreasing blood pressure in the elderly in the elderly
islamic boarding school in Pulo Lor Village, Jombang District, Jombang Regency
This research design uses one group pre test post test design. Population in this
study all elderly people with hypertension with a sample of 25 respondent. Sampling
technique using simple random sampling. Research instruments using SOP and
tensimeter measuring instruments. Editing data processing, coding, scoring, and
tabulating. Data analysis using wilcoxon test.
The results of blood pressure research before being given music therapy showed
that most elderly stage 1 hypertension were 13 respondents (52,0%) and blood pressure
after being given music therapy nearly half of the elderly stage 1 hypertension were 12
respondents (48,0%). Wicoxon test p value 0,00 where p value <0,05 so H1 accepted.
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumenep Madura Jawa Timur pada tanggal
15januari 1995putra dari Bapak Ach. Saidi dan Ibu Raoda, penulis merupakan
putra pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 2009 penulis lulus dari SDN BATU PUTIH LAOK II, pada
tahun 2012 penulis lulus dari MTS NURUL MUCHLISHIN, pada tahun 2015
penulis lulus dari SMA NAHDLATUL ULAMA SUMENEP, pada tahun 2015
penulis terpilih masuk STIKES “ Insan Cendekia Medika “ dan penulis memilih
program S1 Keperawatan dari lima program studi yang ada di STIKES ICME
Jombang. Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
x
MOTTO
“Saya tidak bisa mengubah arah angin, namun saya bisa menyesuaikan pelayaran
saya untuk selalu menggapai tujuan saya”
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Dalam…………………………………………………………. ii
Lembar Persetujuan…………………………………………………... iii
Lembar Pengesahan…………………………………………………... iv
Daftar Riwayat Hidup……………………………………………….... v
Kata Pengantar………………………………………………………... vi
Daftar Isi……………………………………………………………...... vii
Daftar Tabel………………………………………………………….... x
Daftar Gambar……………………………………………………….... xi
Daftar Lampiran………………………………………………………. xii
Daftar Lamabang……………………………………………………… xiii
Daftar Singkatan………………………………………………………. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 4
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………..... 4
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia………………………………………………………. 6
2.1.1 Definisi lansia………………………………………………... 6
2.1.2 Batasan umur lansia………………………………………...... 6
2.1.3 Memahami mitos dan realitas lansia.................................…..... 7
2.1.4 Mitos-mitos penuaan…………………………………….…… 8
2.1.5 Realita lansia……………………………………………….... 9
2.1.6 Tipologi manusia lanjut usia………………………………..... 18
2.2 Konsep Hipertensi…………………………………………............... 20
2.2.1 Definisi hipertensi……………………………………………. 20
2.2.2 Macam-macam hipertensi…………………………………..... 21
2.2.3 Klasifikasi hipertensi………………………………………… 22
2.2.4 Penyebab hipertensi………………………………………….. 23
2.2.5 Patofisiologi hipertensi……………………………………..... 26
xii
2.2.6 Komplikasi…………………………………………………... 28
2.2.7 Pencegahan hipertensi………………………………………... 29
2.2.8 Pengobatan hipertensi………………………………………... 29
2.3 Konsep Terapi Musik Klasik……………………………………… . 30
2.3.1 Definisi musik klasik………………………………………....30
2.3.2 Unsur musik………………………………………………......31
2.3.3 Musik klasik………………………………………………..... 32
2.3.4 Tujuan diberikan musik klasik………………………………. 33
2.3.5 Manfaat terapi musik klasik…………………………………. 33
2.3.6 Pengaruh musik klasik pada otak…………………………..... 34
2.3.7 Terapi musik klasik………………………………………….. 35
2.3.8 Proses dan langkah-langkah terapi musik…………………..... 35
2.3.9 Pengukuran terapi musik…………………………………...... 37
2.4 Jurnal relevan…………………………………………...................... 37
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual……………………………………………….. 40
3.2 Hipotesis…………………………………………………………..... 41
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian…………………………………………………….... 42
4.2 Rancangan Penelitian……………………………………………...... 42
4.3 Waktu Dan Tempat Penelitian…………………………………….... 43
4.4 Populasi,Sampel,Sampling………………………………………...... 43
4.5 Kerangka Kerja Penelitian……………………………………….... .44
4.6 Identifikasi Variabel……………………………………………........ 46
4.7 Definisi Operasional……………………………………………….... 46
4.8 Pengumpulan Data Analisa Data…………………………………... 48
4.9 Etika Penelitian………………………………………………….... .. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.1 klasifikasi Hipertensi menurut European Society
Of cardiology...................................................... 22
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1Kerangka konseptual pengaruh terapi musik klsik terhadap
penurunan tekanan darah ………………………………….. 21
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian pengaruh terapi musik
Terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia ……….......................................................................... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR LAMBANG
1. % : Persen
2. ( ) : Dalam kurung
3. ‘’’’ : Petik
4. ≥ : Lebih besar dari sama dengan
5. ≤ : Kurang dari sama dengan
6. ˃ : Lebih dari
7. ˂ : Kurang dari
8. N : Jumlah soal
9. n : Jumlah responden
10. n1 : Jumlah sampel
11. N1 : Jumlah Populasi
12. n : Jumlah seluruh sampel
13. N : Jumlah seluruh populasi
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN
dengan degeneratif juga secara progesif (Aini Nurul et al, 2017). Salah satu
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Wulandari K, 2018).
dikonsumsi seumur hidup. Kondisi ini menyebabkan efek samping yaitu mual,
muntah, pusing, takikardi dan palpitasi yang berbahaya pada tubuh (Kandarini,
2016). Atas dasar itu banyak terapi non farmakologi yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, salah satu terapi non farmakologi yaitu dengan terapi
musik klasik mozart bermanfaat untuk kesehatan fisik, mental dan menurunkan
tekanan darah, terapi ini sangat praktis (mudah dilakukan) serta ekonomis untuk
dilakukan pada lansia, dari pada terapi non farmakologi lainnya (Aini Nurul et al,
2017).
1
2
35-44 tahun 24,8% usia 45-54 tahun 35,65 usia 55-64 tahun 45,95 usia 67-74
masyarakat indonesia dengan hipertensi sebesar 30,9%. Hipertensi yang ada pada
perempuan sebesar 32,95 sedangkan pada laki laki sbesar 28,7% untuk
sedangkan pealensi endeita di jawa timur sebanyak 20,43% (dinas kesehatan jawa
dan fungsional dalam tubuh. Salah satunya mengalami kerusakan seperti pada
meningkatnya tekanan darah darah suatu arteri bisa terjadi melalui beberapa cara,
yaitu: jantung memompa lebih berat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
sehingga tidak dapat mengembang pada saat memompa darah melalui arteri
pembulu darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabka naiknya tekanan,
inilah yang terjadi pada lanjut usia dimana dinding arteri telah menebal dan kaku
2
3
karena arterisklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tbuh
Musik klasik mozart dipercaya mampu memberikan efek positif bagi kehidupan
manusia berkat alunan nadanya (Hariyanto, 2017). Pengobatan terapi musik juga
tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan
memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek
rileks dan menidurkan (Nusela dan djaafar, 2010). Selain itu musik klasik juga
endorfin sehingga dapat mengurangi nyeri (Champell, 2011) Peneliti dari the
neuro melalui MRI scan membuktikan bahwa otak melepas zat dopamin hormon
yang terkait dengan sistem otak, memberikan perasaan kenikmatan dan penguatan
3
4
melakukan terapi musik dalam kapasitas yang tidak berlebihan (Natalina, 2013).
judul tentang pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Pondok Pesantren Lansia Desa Pulo Lor Kecamatan
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi
musik klasik mozart terhadap penurunan darah pada lansia penderita hipertensi?
klasik mozart dapat menurunkan tekanan darah, khususnya pada lansia yang
4
5
keperawatan
umum khususnya bagi lansia penderita hipertensi dan bagi perawat untuk
dijadikan informasi dan edukasi sebagai salah satu terapi untuk mengatasi
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
3. Menuut Dra. Jos Masdani (psikolog UI) tedapat empat fase, yaitu: petama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun keempat (fase senium) ialah usia
6
7
4. Menuut Prof. Dr. Koesoemato Styonegoro masa lanjut usia (getiatric age):
> 65 than atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendi dibagi
menjadi tia batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun). Old (75-80), dan
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
seseorang yang telah mencapai usia lebih da 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
ang keliru tentang pengetian dan mitos mengenai lanjut usia (lansia),
sehingga hal tesebut dapat merugikan pada lansia itu sendiri. Anggapan
dan pandangan yang keliru itu menimbulkan stigma bagi para lansia di
berbeda dengan orang lain, lansia tidak dappat belajar keterampilan baru
serta tidak perlu pendidikan dan latihan, lansia sukar memaham infomasi
baru, lansia tidak produktif dan menjadi beban masyarakat, lansia tidak
berdaya, lansia tidak dapat mengambil keputusan, lansia tidak butuh cinta
dan tidak perlu relasi seksual, lansia tidak menikmati kehidupan sehinga
atau cacat, lansia menghabiskan uang untuk berobat, serta lansia sama
dengan pikun.
7
8
sangat kental, seperti anak, cucu, dan sanak saudara dari para lansia, pada
pandangan yang keliru sepeti di atas, tak jarang bisa memengaruhi anggota
sehingga para lansia memiliki hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan
kondisi, usia, jenis kelamin, dan status sosial mereka dalam masyarakat.
Salah satu cara untuk menghindari anggapan dan pengertian yang salah
atau keliru tentang lansia yaitu dengan melihat realita yang ada di
masyarakat.
dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya pada usia muda
seperti lansia penuh dengan stres karena kemiskinan dan bebagai keluhan
8
9
kepala dan bawel. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua lansia
memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta
disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu dari otak. Akan tetapi, dalam
disertai kerusakan pada otak . mereaka masih tetap sehat dan segar dan
bebeapa hal beikut: lansia berbeda dengan oang lain, lansia tdak dapat
belajar keterampilan baru serta tidak perlu pendidikan dan latihan, lansia
suka memahami infomasi baru, lansia tidak produktif dan menjadi beban
9
10
lansia tidak butuh cinta dan tidak perlu relasi seksual, lansia tdak
tahap lanjut usia dapat dikatakan sebagai orang yang beruntung. Mereka
mereka yang disebut lansia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun yang
sebagaimana dikatakan oleh W.M Roan (1990), diberi batasan yang lebih
spesifik yaitu 65-75 tahun yang disebut old, 76-90 tahun disebut old-old,
kereta api dapat potongan khusus, beberapa tempa wisata memberi karcis
gatis bagi pengunjung lansia, dibandara atau stasiun kereta api disediakan
loket atau jalan khusus bagi lansia, hal itu bukan dimaksudkan
mereka. Kita semua tentu setuju bahwa para lansia tersebut harus
dihormati. Sebagai orang timur, oang yang sudah tua lebih-lebih yang
10
11
dengan orang yang lebih muda. Dalam adat jawa, lansia sebagai pinisepuh
atau sesepuh, yaitu orang yang memiliki kehormatan yang tinggi dan bila
dan objektif. Bahkan dalam proses belajar bersama para lansia tersebut
justru sering terjadi teladan yang memberikan motifasi yang tinggi bagi
dan keterampilan baru merupaka hal yang yang biasa, baik dengan
dan keterampilan yang dimiliki lansia, makin banyak pula hal-hal yang
lansia adalah sumber pengetahuan dan keterampilan yang sangat baik dan
11
12
mereka justu memiliki sumber energi yang tetap kuat untuk belajar, meski
pandangan yang mengatakan bahwa lansia itu jompo, rapuh, tdak perlu
belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, sehingga dianjurkan untuk
dan distres serta putus harapan pada lansia. Para anggoota keluaga
saja yang disukainya sehingga tetap menjaga harga diri, matabatnya, serta
merasa dirinya berguna bagi yang lain. Agar lansia tetap eksis dalam
keluaga dan masyarakat maka perlu pendidikan dan latihan, dalam arti
lingkungan.
12
13
kesesama lansia atau orang lain yang lebih muda tentang hal-hal baru yang
yang belum memiliki tunjangan sosial untuk hari tua. Para lansia akan
ini jutaan orang bekerja mendapat bayaran, namun ada juga jutaan oang
cacat, lansia yang sangat tua, guu suka relawan dan banyak lagi, baik yang
bayaran namun memilii arti yang sangat penting dalam masyaakat kaena
13
14
yang perlu diingat adalah bahwa lansia amat memerlukan dukungan dari
yang muda. Sebaliknya, mereka selalu menjadi teladan bagi orang muda,
pedapat yang mengatakan lansia itu tidak berdaya, sebab dalam kenyataan
lansia tetap eksis dan terus berjuang daai kehidupan yang lebih baik. Kalau
bahwa lansia tidak mau tinggal diam ada saja yang ingin dikerjakannya.
Terkadang memang ada yang menjadi loyo dan pasrah, mereka ini
umumnya lansia yang pada masa mudanya sudah terkuras oleh tugas-
tugas berat dan tingkat pendidikan yang relatif rendah, sehingga pada masa
mereka tidak merasa tesisih dan tetap memiliki harga diri. Sangatlah keliru
saja dirumah. Cara demikian justru akan memperburuk kondisi lansia dan
14
15
keputusan. Hal ini berlaku bagi siapa saja, baik orang dewasa atau lansia.
keputusan. Sebagai contoh, bila seorang anak atau cucu masih memilki
kakek-nenek dan akan mengadakan hajatan akan selalu minta doa dan
restu dan nasehat dalam mengambil keputusan penting. Nasehat dari orang
yang sudah lanjut usia ini akan di pegang teguh dan dilaksanakan oleh
anak cucunya. Hal yang perlu diperhatikan agar lansia mampu mengambil
percaya diri.
Ketujuh, lansia tidak butuh cinta dan relasi seksual. fungsi psikis
setiap orang, baik fungsi kognitif, afektif, dan konatif (psikomotoik) serta
dengan baik, apalagi bila sering mendapat stimulasi secara teratur dalam
memiliki pasangan. Oleh karena itu, adalah tindakan keliru jika lansia
15
16
orang lain. Agar gairah hidup tetap berkobar, lansia perlu berinteraksi
ria. Sayangnya, sering kali anak muda tidak tertaik melakukan hal itu.
dapat bergembira. Pada dasarnya tidak ada orang didunia ini yang
kondisi stres atau depresi. Semua orang ingin hidup senang, bahagia dan
hari tua. Itulah sebabnya sejak muda orang sudah bekerja keras, agar di
hari tua nanti mendapat pensiun dan tabungan yang ukup untuk menikmati
termotiasi untuk belajar sampai S3. Kiranya usaha keras untuk mencari
hidup hari tua dan bahagia atau menjadi lansia yang dapat bergembira.
16
17
Dukungan dari keluarga terdekat dapat saja berupa anjuran yang bersifat
kepadanya sehingga lansia tidak mudah stress dan cemas. Perlu dipahami
bahwa setelah orang mencapai masa lansia, baik fisik maupun mental
sosial secara perlahan mengalami perubahan, namu hal itu dapat ditahan
kesehatan secara periodik. Kalau oang percaya bahwa dirinya sehat, maka
dia akan memiliki gairah hidup yang baik dan tidak menunjukkan rasa
banyak lansia yang masih gagah, masih mampu bekerja keras, bahkan
gampang sakit) atau sakit atau cacat, tetapi hal itu berlaku untuk semua
orang, bahkan oang muda juga ada yang memiliki kondisi semacam itu.
saat ini bergradasi dari lebih sehat, sehat, sehat sakit (ill health), sakit dan
17
18
untuk anak, dewasa, remaja, maupun lansia. Jadi sebenanya bukan lansia
saja yang mudah sakit-sakitan atau cacat, orang pada umumunya pun bisa
demikian.
bukan berati mereka adalah oang yang sakit sakitan. Untuk menjaga
kesehatan tentu juga memelukan obat, namun hal itu bukan berarti
pejalanan hidup sampai usia 70 tahun ke atas pasti memiliki kadar gula,
garam, dan lemak dalam tubuh yang lebih banyak, sehingga menjadi
tidak semua lansia mengalami pikun (senile). Pikun ini adalah penyakit
(patologis) pada orang tua, yang ditandai dengan menurunnya daya ingat
jangka pendek. Dalam kehidupan manusia, daya ingat akan berubah sesuai
dengan usia, sehingga orang menjadi lansia ia tidak akan cepat mengingat
sesuatu, terutama hal baru. Namun, anggapan bahwa lansia sama dengan
18
19
perubahan daya ingat dan banyak hal yang memengaruhi daya ingat
manusia. Pada usia berapa saja daya ingat akan berkurang ketajamannya
jika orang tersebut dalam keadaan lelah, stress, cemas, khawatir, depresi,
sakit atau jiwanya tidak tenang. Demi menjaga agar daya ingat lansia tidak
cepat berubah secara frontal, karena kondisi fisik dan usia, lansia harus
mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah, dan tipe bingung. Pertama, pada lansia
menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik. Ketiga, lansia tipe pasah cenderung
meneima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap tebitlah
19
20
acuh.
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu, seta tipe putus asa
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya, antara lain tipe
militan dan srius, tipe marah/frustasi (the angry man), dan tipe putus asa
(self heating man). Ada juga pendapat yang menggolongkan lansia dalam
dengan bantuan tidak langsung, lanjut usia dibantu oleh badan sosial, lanjut
usia panti sosial tresna werda, lanjut usia yang dirawat di rumah sakit, dan
aktiitas normal sehari-hari. Apakah tanpa bantuan orang lain mereka dapat
membesihkan kama, tempat tidur, lemari, menguni pintu dan jendela, dan
aktiitas lain-lain? Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keadaan
20
21
2.2 Hipertensi
melebihi batas normal dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan
dibagi dalam dua golongan, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi
95% dari hipertensi. Hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau sistem tubuh.
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Ari Asep
Pangestu, 2006).
adalah peningkatan tekanan darah yang secara terus menerus dan sehingga
21
22
1. Hipertensi primer
untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum ada satu
2. Hipertensi sekunder
darah. Kurang dari 10% pasien menderita jenis hipertensi ini. Pada
tekanan darah.
22
23
23
24
berlebih serta stres. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan pada
hipertensi seperti jenis kelamin, keturunan, ras dan usia. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dikendalikan seperti kurang olah raga atau aktivitas,
2013).
terjadinya hipertensi. Stres yaitu suatu reaksi tubuh dan psikis terhadap
debar. Reaksi psikis terhadap stres yaitu frustasi, tegang, marah, dan
2017).
24
25
1. Usia
kurang elastis ketikan tekanan melalui dinding arteri meningkat. Hal ini
2. Ras
Hipertensi primer lebih sering terjadi pada kulit hitam dari pada
mempunyai nilai renin yang lebih rendah dan penurunan eksresi natrium di
4. Tingkat stress
otak.
5. Tingkat aktivitas
25
26
6. Diabetes mellitus
Dua per tiga orang dewasa yang mengalami diabetes mellitus jiga
menderita diabetes dan obesitas menjadi 2-6 kali lebih besar dari pada
8. Obesitas
9. Merokok
Peran rokok dalam tekanan darah merupakan hal yang kompleks yang bisa
2002).
26
27
setiap hari. Konsumsi alkohol dua gelas ayau lebih setiap hari
arteri meliputi kontrol sistem saraf yang kompleks dan hormonal yang
dan tahanan vaskular perifer. Hal lain yang ikut dalam pengaturan tekanan
menurun.
medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang
27
28
peningkatan darah oleh faktor ginjal (Figur 5.4). Renin yang dilepaskan oleh
retensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi perasaan haus.
sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat
stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat (Figur 5.3 A),
pada penurunan curah jantung. Hal lain dari pengaruh stimulasi baroreseptor
28
29
(Muttaqin, 2009).
2.2.6 Komplikasi
seperti:
1. Stroke
yang lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak,
dan hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak menjadi 80%.
2. Kerusakan pengelihatan
3. Payah jantung
Kerusakan ini dapat terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik
jantung.
4. Kerusakan ginjal
29
30
lain :
kesehatan dan juga daya tahan tubuh. Karena jika sudah menderita
3 kali.
3. Rajin mengkonsumsi makanan dan buah buahan yang kaya serat seperti
antara lain :
30
31
a. Dengan minum obat thaizide diuretic. Karena obat ini tergolong bekerja
b. Beta blocker obat ini bekerja dengan menghambat kerja noradrenalin yang
d. Penghambat ACE
e. Alfha blocker
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”.
membantu atau menolong orang lain. Kata “musik” dalam terapi musik
31
32
dan musik klasik (Aditia, 2012, dalam Pratiwi, Desi Ratnasari, 2014).
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih,
2005).
1. Suara
– aspek dasar suara dalam musik dijelaskan dalam tala (tinggi nada),
durasi (beberapa lama suara ada), intensitas dan timbre (warna bunyi).
2. Nada
Suara dapat dibagi – bagi ke dalam nada yang memilik tinggi nada tertentu
32
33
jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap
(Rahmawati, 2005).
4. Melodi
dapat dibunyikan sendiri yaitu tanpa iringan atau dapat merupakan bagian
musik klasik (Sheppard, 2005). Musik klasik adalah komposisi musik yang
lahir dari budaya Eropa sekitar 1750 – 1825. Biasanya musik klasik
oleh barok, rokoko, dan romantic. Pada era inilah nama – nama besar seperti
Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya – karyanya yang berupa sonata,
simfoni, komerto solo, string kuartet, hingga opera (Mcneill, 2008). Selain
itu musik klasik juga diartikan sebagai semua musik dengan keindahan
intelektual yan tinggi dari semua zaman, baik itu berupa simfoni, Mozart,
cantata Bach, atau karya – karya abad 20. Istilah “keindahan intelektual” itu
33
34
Bagi setiap orang. Dalam pengertian ini, musik dari era modern
musik klasik, tergantung dari sisi mana musik tersebut dapat dinikmati.
Terapi musik akan memberi makna yang berbeda bagi setiap orang
4. Meningkatkan memori
kedekatan emosional.
sakit.
34
35
tubuh.
7. Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang dapat
dan spiritual. Musik memiliki pengaruh besar terhadap pikiran. Hal ini
tersebut terbukti dari efek yang tercipta dari musik tersebut, ada musik
penting, yaitu bit (beat), ritme, dan harmonis. Beat dapat mempengaruhi
roh. Setiap musik yang kita dengarkan walaupun hal tersebut tidak sengaja
kearah mana saja. Musik yang didengarkan akan merangsang system syaraf,
35
36
social.
penelitian yang dilakukan para ahli telah membuktikan bahwa musik dapat
ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang
ketenangan yang mebuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan
menidurkan (Nuseha dan Djaafar, 2010). Selain itu musik klasik berfungsi
36
37
guru, psikolog, maupun orang tua yang memiliki anak ataupun kerabat yang
2. Assesmen
37
38
3. Rencana Perlakuan
hasil assesmen yang dilakukan. Jika lansia lebih banyak terhambat dalam
segi fisik maka terapi musik yang diberikan haruslah bersifat untuk
diingat oleh lansia jika sasaran atau objek telah mengalami perubahan atau
atau objek belum menunjukan perubahan yang berarti maka perlu dilakukan
Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola getar
dasar. Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar
tubuh atau pola getar dasar memiliki efek penyembuhan yang hebat pada
(tempo atau durasi) (Heather, 2010: 40). Contohnya pitch yang tinggi,
dengan rhytm cepat dan volume yang keras akan meningkatkan ketegangan
otot dan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, pada pitch yang
rendah dengan rhythm yang lambat dan volume yang rendah akan
38
39
rendahnya kualitas suara yang diukur dalam Hertz, yaitu jumlah daur
minggu setiap hari pukul 10:00 sesuai dengan Satuan Operasional Prosedur
tekanan darah kembali. Proses terapi dibimbing langsung oleh peneliti dan
2.4.1 Mubarok. (2017) dengan judul “pengaruh terapi musik klasik jawa
ini adalah lansia yang berusia 60-80 tahun dengan jumlah 30 lansia.
menggunakan uji paired T Test diperoleh mean sistol pre test 153 mmHg,
post test 146 mmHg dan diastol pre test 101 mmHg, post test 97 mmHg
dan diperoleh nila p value sistol =0,001 dan p value diastol =0,002 artinya
ada pengaruh terapi musik klasik jawa terhadap penurunan tekanan darah
39
40
pada lansia.
2.4.2 Erlisa, (2017). Dengan judul “ Perbedaan tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik klasik mozart pada lansia di Panti Werdha
dengan menggunakan rancangan penelitian yaitu one group pre dan post
dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 45-75 tahun dengan jumlah
Berdasarkan uji wilcoxon match pairs test signed rank test. Didapatkan
nilai Z sebesar -5.349 karena Z hitung <Z table yaitu -5.349 <1,96 untuk
tekanan systole pre tekanan systole post, didapatkan nilai sebesar -3.921
karena Z hitung < Z table yaitu -5.349 < 1,96 dan diperoleh nilai p value
sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari nilai (0.05) yang kita pakai
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik mozart pada lansia
2.4.3 Hariyanto, (2017). Dengan judul “Perbedaan tekanan darah sebelum dan
40
41
signifikan atau nilai p value =0,037< α (0,05) yang berarti ada perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik mozart
pada lansia.
41
42
BAB III
Tekanan darah
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
: Berhubungan
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia di Pondok Pesantren Lansia
Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
42
43
pengobatan hipertensi ada 2 cara yaitu farmakologi dan non farmakologi salah
satunya yaitu terapi non farmakologi melalui terapi musik. Tekanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, bentuk tubuh, emosi,
sikap dan lain-lain. Setelah di observasi ulang akan di dapatkan hasil tekanan
3.2 Hipotesis
patokan dugaan atau hasil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan pada
darah.
tekanan darah.
43
44
BAB 4
METODE PENELITIAN
atau metode yang mana tentang penelitian tersebut. Jenis penelitian yang
menggunakan pendekatan metode one group pre post test design. one group
pre post test design merupakan cara pengukuran terhadap satu kelompok
Keterangan :
X : Perlakuan
44
45
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret sampai bulan juli 2019.
4.4.1 Polulasi
lansia.
4.4.2 Sampel
n= N
1 + N (d2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
45
46
n= N
1 + N(d2)
= 32
1 + 32(0,05)2
= 32
1+ 32(.0,0025)
= 32
1,25
= 25
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian lansia
dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
undian semua jumlah populasi seperti arisan dan yang keluar dari undian
46
47
(hidayat, 2010).
Penyusunan proposal
Populasi
Semua lansia di Pondok Pesantren Lansia Desa Pulo Lor Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang yang berusia 45-74 tahun sejumlah 32 lansia
Sampel
Sebagian lansia di posyandu lansia di Pondok Pesantren Lansia Desa Pulo
Lor Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sejumlah 25 lansia
Sampling
Purposive Sampling
Desain Penelitian
Pre Experiment dengan pendekatan One Group Pre Post Test
Designe
Pengumpulan Data
Editing,coding, scoring,tabulating
Analisa Data
Univariate, Bivariate, Uji wilcoxon
47
48
Identifikasi Variabel
4.5.1 Variabel independent (Bebas)
variabel lain. Suatu keadaan yang menciptakan suatu dampak pada variablel
ditemukan oleh variabel lain. Faktor yang diamati dan struktur untuk
lansia.
berikut :
48
49
49
50
dengan hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif
maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Alat ukur dalam penelitian ini
tekanan darah dan peneliti melakukan tabulasi data serta analisa data.
sebagai berikut:
kepada pengurus yayasan Pondok Pesantren Lansia Darus Syifa Desa Pulo
5. Mencari tempat yang nyaman dan tenang agar tidak terganggu pada saat
50
51
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Coding
yang biasanya berupa angka (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini peneliti
1. Data umum
a. Jenis kelamin
Laki-laki : K1
Perempuan : K2
b. Usia
45-49 tahun : U1
60-65 tahun : U2
51
52
>60 tahun : U3
2. Data Khusus
1. Sistolik 140-160
2. Diastolik 90-100
1. Sistolik >160
2. Diastolik >100
c. Scoring
d. Tabulating
tertentu menurut sifat - sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa
data telah diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format
100 % = seluruhnya
76 % - 99 % = Hampir seluruhnya
50 % - = Setengah responden
52
53
1. Analisis Univariate
Analisa data tes tingkat stres pada lansia kemudian dianalisis untuk
P=SP x 100 %
SM
Keterangan :
SM = skor maksimal S
2. Analisis bivariate
53
54
0,05 p value > α (0,05) maka H 0 diterima atau H 1 ditolak, yang berarti tidak
ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia. P value < α (0,05) maka H 0 ditolak atau H 1 diterima, yang berarti
ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia.
1. Informed Consent
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
54
55
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2014).
55
56
BAB 5
Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi gambaran
secara umum lokasi penelitian gambaran umum responden (jenis kelamin dan
umur) dan data khusus yang berkaitan dengan tekanan darah. Data data tersebut
25 lansia.
Bab ini akan membahas pula tentang bagaimana pengaruh terapi musik
56
57
orang (88,6%)
57
58
tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik mozart hampir dari
58
59
diberikan terapi musik klasik mozart pada lansia di Pondok Lansia Darus
Tabel 5.5 Tabulasi silang dan analisis tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan terapi musik klasik mozart pada lansia di Pondok
Lansia Darus Syifa Kabupaten Jombang pada bulan Juli 2019
responden (16,7%).
59
60
Dari hasil uji statistik Wilcoxon Test diperoleh angka signifikan atau
nilai P Value= 0,000 yang berarti <(0,05), maka H 1 diterima yang berarti
5.2 Pembahasan
terapi musik klasik mozart pada lansia di Pondok lansia Darus syifa
60
61
yang sudah memasuki lanjut usia dari umur 60 tahun merupakan usia
yang mendekati akhir siklus sampai akhir kehidupan. Pada masa ini
61
62
2014).
terapi musik klasik mozart pada lansia di Pondok lansia Darus syifa
darah.
62
63
(Hariyanto, 2017).
berubah kuantitasnya sesuai umur wanita secara alimi, yang mulai terjadi
yang sudah memasuki lanjut usia dari umur 60 tahun merupakan usia
63
64
(Champell, 2011)
5.2.3 Pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah
Hasil uji statistik Wilcoxon Test diperoleh angka signifikan atau nilai
64
65
pikiran. Hal ini terbukti dari efek yang tercipta dari musik tersebut, ada
bagian yang penting yaitu beet, ritme dan harmonis. Beet dapat
stadium 1.
65
66
66
67
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan dijelaskan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
pengaruh terapi musik klasik mozart terahadap penurunan tekanan darah pada
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik mozart sebagian besar
2. Tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik mozart hampir dari
3. Ada pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap penurunan tekanan darah
6.2 Saran
67
68
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Djohan, 2006. Terapi Musik, Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta : Galang Pres
Erlisa, 2017. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Terapi
Musik Klasik Mozart Pada Lansia Di Panti Werdha Pangesti Malang.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang.
Guyton dan Hall, 2014. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Penerjemah:
Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Pusat Data Dan Informasi : Jakarta Selatan
69
70
Rukiyati, 2013. Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Muhamadiyah Palembang.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiya Palembang
Vita, 2017. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi
Musik Klasik (Mozart) Pada Lansia Hipertensi Stadium 1 Di Desa
Donowarih Karangploso Malang, Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang
70
71
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
mengenai “pengaruh terapi musik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi
dalam penelitian saya ini. Informasi yang didapatkan saya jamin kerahasiaan dan
hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan saya gunakan
saya mohon untuk menanda tangani lembar persetujuan menjadi responden terlampir
Hormat saya,
71
72
Lampiran 2
Mengetahui,
Peneliti Responden
72
73
Lampiran 3
73
74
Lampiran 4
74
75
Lampiran 5
SOP
(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
Judul : Pemberian terapi musik klasik mozart
Tujuan : Untuk mengukur penurunan tekanan darah pada lansia
Tempat : Di Pondok Pesantren Lansia Desa Pulo lor Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang
Waktu : 45 menit
Sasaran : Lansia usia 45 – 59 tahun
Metode : Menggunakan Test Musik Klasik Mozart
PROSEDURE
No. Tahap Peneliti Waktu
75
76
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI LANSIA DENGAN HIPERTENSI
A. Data KarakteristikResponden
Nama (Inisial) :
Usia :
JenisKelamin :
LembarObservasiTekananDarah
No
Hari/Tanggal TekananDarah TekananDarah
Sebelum terapi musik Sesudah terapi musik
10
76
77
Lampiran 7
TABULASI DATA
77
78
KETERANGAN KODE
Normal 1
Prehipertensi 2
Hipertensi stadium 1 3
Hipertensi stadium 2 4
78
79
Lampiran 8
Statistics
Tekanan Darah Tekanan Darah
Sebelum Sesudah Terapi
Jenis Kelamin Usia Terapi Musik Musik
N Valid 25 25 25 25
Missing 0 0 0 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki Laki 5 20.0 20.0 20.0
Perempuan 20 80.0 80.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Usia 51-60 22 88.0 88.0 88.0
Usia >60 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
Tekanan Darah Sebelum Terapi Musik * Tekanan Darah Sesudah Terapi Musik Crosstabulation
Tekanan Darah Sesudah Terapi Musik
Prehiperten Hipertensi Hipertensi
Normal si Stadium 1 Stadium 2 Total
Tekanan Prehipertensi Count 3 3 0 0 6
Darah Expected Count 1.0 1.9 2.9 .2 6.0
Sebelum
% Within Tekanan
Terapi
Darah Sebelum 50.0% 50.0% .0% .0% 100.0%
Musik
Terapi Musik
% Of Total 12.0% 12.0% .0% .0% 24.0%
Hipertensi Count 1 5 7 0 13
Stadium 1 Expected Count 2.1 4.2 6.2 .5 13.0
% Within Tekanan
Darah Sebelum 7.7% 38.5% 53.8% .0% 100.0%
Terapi Musik
% Of Total 4.0% 20.0% 28.0% .0% 52.0%
Hipertensi Count 0 0 5 1 6
Stadium 2 Expected Count 1.0 1.9 2.9 .2 6.0
% Within Tekanan
Darah Sebelum .0% .0% 83.3% 16.7% 100.0%
Terapi Musik
% Of Total .0% .0% 20.0% 4.0% 24.0%
Total Count 4 8 12 1 25
Expected Count 4.0 8.0 12.0 1.0 25.0
% Within Tekanan
Darah Sebelum 16.0% 32.0% 48.0% 4.0% 100.0%
Terapi Musik
% Of Total 16.0% 32.0% 48.0% 4.0% 100.0%
85
86
Ranks
N Mean Rank Sum Of Ranks
Tekanan Darah Sesudah Negative Ranks 14a 7.50 105.00
Terapi Musik - Tekanan Positive Ranks 0b .00 .00
Darah Sebelum Terapi
Ties 11c
Musik
Total 25
A. Tekanan Darah Sesudah Terapi Musik < Tekanan Darah Sebelum Terapi Musik
B. Tekanan Darah Sesudah Terapi Musik > Tekanan Darah Sebelum Terapi Musik
C. Tekanan Darah Sesudah Terapi Musik = Tekanan Darah Sebelum Terapi Musik
Test Statisticsb
Tekanan Darah
Sesudah Terapi
Musik -
Tekanan Darah
Sebelum
Terapi Musik
Z -3.638a
Asymp. Sig. (2-
.000
Tailed)
A. Based On Positive Ranks.
B. Wilcoxon Signed Ranks Test
86