B020104
Chintya Silaban
genet ika
Et rysha Aprilian
Preparasi Kromosom Fase Mit osis Markisa Ungu (Passiflora edulis) Variet as Edulis Sulawesi Selat an
Sept ian Bima
BioSMART ISSN: 1411-321X
Volume 2, Nomor 1 April 2000
Halaman: 20 - 27
ABSTRAK
This experiment was done rising the roots of Allium sativum L. (garlic) and Pisum sativum L. (pea). Aspects
investigated in the research are the steps of mitotic division and karyotiping. Semi permanent method is used on
making preparation with pre-treatment of 0.2% colchicines, fixation using 45% glacial acetic acid, hydrolysis using
1N chloride acid and dying with acetoorcein. The results suggest that pro-metaphase (c-metaphase) step is the most
suitable step for cytological observations (number, shape and size of chromosome) and karyotyping. The karyotype
formulae of Allium sativum is 2n = 16 = 16m, while for Pisum sativum is 2n = 14 = 14m. The size of chromosome of
both species is relatively large and disperse, it thus suitable for studying mitotic division.
ujung tunas bunga (Darnaedi, 1991; Darnaedi dkk., pembelahan mitosis dan pembuatan peta karyotipe.
1989). Penelitian meiosis biasanya hanya Preparat dibuat dengan metode squash semi
digunakan untuk menghitung jumlah kromosom, permanen (Darnaedi, 1991; Gunarsa, 1989; Okada,
sedang penelitian mitosis dapat digunakan untuk 1981; Radford dkk, 1974; Robert dan Short, 1979).
membuat karyotipe (Riesenberg dkk., 1987). Sifat Karyotipe dibuat mengikuti Ruas dkk. (1995),
morfologi kromosom pada pembelahan mitosis Davina dan Vernandes (1989) serta Robert dan
lebih stabil dari pada meiosis. Struktur penanda Short (1979). Adapun bentuk kromosom merujuk
seperti satelit, penyempitan, letak sentromer dan pada Levan dkk. (1964).
panjang lengan lebih jelas (Min dkk., 1984).
Senyawa mutagen dapat menghambat Penanaman Sediaan
pembelahan sel dan menyebabkan poliploid. Di Sumber sel meristematis penelitian ini adalah
dibungkus kertas aluminium dan disimpan dalam lemari es pertumbuhan akar tergantung umur umbi. Sedang
selama 2-4 jam. pada Pisum sativum akar akan tumbuh setelah 4-7
Pencucian. kolkisin dibuang dan dicuci akuades tiga kali. hari. Sebelum digunakan biji sebaiknya dicuci
Fiksasi. Akuades dibuang, diganti asam asetat glasial 45% dan untuk menghilangkan fungisida dan bakterisida
disimpan dalam lemari es bersuhu 5 oC selama 15 menit. yang biasa dibubuhkan pada biji/bibit. Dalam
Pencucian. asam asetat glasial 45% dibuang dan dicuci medium air senyawa ini dapat menghambat
akuades tiga kali.
pertumbuhan akar.
disimpan dalam oven bersuhu 60 oC selama ± 2 menit,
Hidrolisis. Akuades dibuang, diganti asam klorida 1N dan
terpencar-pencar, tidak terlalu tumpang tindih dan merupakan konsentrasi optimum. Pada konsentrasi
mudah diamati. Konsentrasi efektif kolkisin lebih rendah daya kerjanya kurang, sehingga harus
berkisar antara 0,01-1,00% untuk lama perendaman direndam lebih lama. Sedang pada konsentrasi lebih
6-72 jam. Konsentrasi tinggi atau perendaman tinggi dapat menguraikan nukleus beserta
lama, menyebabkan kromosom menggumpal. kromosom di dalamnya, sehingga bentuk inti
Tahap prometafase akibat pemberian kolkisin memanjang dan kromosom tidak dapat diamati
disebut juga c-metafase (colchicine (c-) metaphase) dengan sempurna. Kecepatan reaksi asam klorida
(Eigsti dan Dustin, 1957; Okada, 1981). meningkat sejalan dengan naiknya suhu. Suhu
tertinggi yang masih diperkenankan dalam prosedur
Fiksasi dengan Asam Asetat Glasial ini adalah 60oC.
Sel-sel meristematis yang dipotong dari organ Pewarnaan dengan Asetoorsein
hidup akan segera membentuk fase metabolik Kromosom mempunyai perbedaan mencolok
(interfase). Fiksasi bertujuan menghentikan proses dalam penyerapan warna. Hal ini sangat
ini serta mematikan sel dengan jalan mendenaturasi dipengaruhi jenis tumbuhan. Perbedaan tanggapan
protein dan asam nukleat. Kromosom yang terhadap reaksi warna ini menunjukkan perbedaan
terfiksasi akan mengkerut, mengeras dan gen dan protein yang dihasilkan. Asetoorsein sangat
mengendap sehingga tetap berada pada posisi cocok untuk ujung akar karena penetrasinya cepat,
semula seperti ketika masih hidup. Fiksasi yang serta tahan lama, namun dalam penyimpanan lama
terlalu lama atau terlalu asam akan menggumpalkan (misalnya setahun) penetrasinya turun, timbul
kromosom. Fiksasi juga menaikkan indek bias lapisan film di permukaan cairan dan mengendap.
komponen-komponen sel. Oleh karena itu dibutuhkan waktu lebih lama untuk
Asam asetat glasial 45% dipilih karena penetrasi serta harus digojok dan disaring sebelum
penetrasinya cepat, cukup 15 menit. Konsentrasi digunakan lagi. Endapan yang terbawa ujung akar
45% merupakan konsentrasi optimum. Pada menyebabkan terbentuknya bercak-bercak gelap
konsentrasi lebih rendah daya kerjanya berkurang, yang sangat mengganggu pengamatan di bawah
sehingga butuh waktu lebih lama dan pada mikroskop.
konsentrasi lebih tinggi dapat membengkakan Squash
kromosom. Fiksasi dengan asam asetat glasial Kualitas squash sangat menentukan kualitas
dilakukan dalam lemari es pada suhu 5oC. Suhu preparat. Squash yang baik menghasilkan preparat
rendah ini dimaksud untuk menghambat kerja yang hanya terdiri dari selapis sel, terpisah-pisah,
enzim-enzim pengurai menghidrolisis sel, misalnya tidak tumpang-tindih, tidak terpecah-pecah dan
lisosom. tidak terdenaturasi. Squash dilakukan dalam media
Pencucian dengan Akuades gliserin. Gliserin bersifat kental dan licin, sehingga
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan memudahkan proses squash serta sulit menguap
pengaruh perlakuan sebelumnya dan sehingga mampu menjaga kesegaran bahan.
mengembalikan bahan pada suhu kamar sebelum Pengamatan
diperlakukan lagi. Misalnya setelah irisan ujung Kualitas mikroskop cahaya identik dengan
akar difiksasi dengan asam asetat glasial 45% pada kecilnya nilai daya pisah, yaitu jarak minimum
suhu 5oC, dicuci terlebih dahulu dengan akuades antara dua titik yang masih dapat dibedakan dengan
sebelum dihidrolisis pada suhu 60oC. Akuades jelas. Nilai daya pisah sebanding dengan nilai
dipilih karena larut dalam semua kemikalia yang panjang gelombang sumber cahaya. Sehingga untuk
digunakan dalam metode squash ini, sehingga daya meningkatkan daya pisah digunakan filter yang
kerjanya efektif. meloloskan cahaya dengan panjang gelombang
Hidrolisis dengan Asam Klorida rendah, yaitu biru (λ=435-535) dan hijau (λ=490-
Dasar pemikiran metode squash adalah 535). Filter juga berguna untuk mempertinggi detail
melarutkan lamela tengah sel-sel meristimatis yang dan mengurangi kesilauan. Daya pisah berbanding
belum kuat perlekatannya. Sehingga sel dapat terbalik dengan indek bias sehingga untuk
dipisah-pisahkan hingga ketebalannya tinggal memperkecil daya pisah, digunakan minyak emersi
selapis saja. Hidrolisis dapat menggunakan asam yang indek biasnya lebih besar dari pada udara.
atau enzim hidrolase. Salah satu asam yang biasa Nilai daya pisah juga berbanding terbalik dengan
digunakan adalah asam klorida. Hidrolisis yang nilai “Numerical Aperture” (NA), sehingga
terlalu lama dapat mengurangi affinitas pewarna digunakan lensa objek dengan NA tinggi.
terhadap kromosom dan menyebabkan kromosom
terurai karena denaturasi protein dan asam nukleat. Pembelahan Mitosis
Asam klorida memiliki kemampuan melarutkan Pembelahan mitosis terdiri dari profase,
lamela tengah sangat tinggi. Konsentrasi 1N metafase, anafase dan telofase. Tahap-tahap ini
24 SETYAWAN dan SUTIKNO – Kromosom Allium sativun dan Pisum sativum
dalam kondisi alami hanya berlangsung beberapa pada mikrotubuli. Pada Allium sativum letak
menit. Para pakar memberi istilah prometafase kromosom lebih tersebar dan bentuk lekukan
untuk tahap antara profase dan metafase. Tahap ini sentromer lebih jelas, sedang pada Pisum sativum
merupakan kondisi terpenting untuk studi sitologi, letak kromosom agak tumpang tindih sehingga
karena pada prometafase bentuk, jumlah dan menyulitkan penghitungan jumlah, pengukuran dan
ukuran kromosom sangat memungkinkan untuk pengamatan bentuknya. Tahap ini merupakan fase
diteliti. Pembelahan mitosis difasilitasi terutama paling jelas untuk membuat karyotipe.
oleh benang-benang spindel mikrotubulin. Pada Metafase
gambar-gambar mikrofotografi keberadaan benang- Pada tahap ini mikrotubuli kinetokor menarik
benang tersebut sering tidak terlihat, karena kromosom ke bidang ekuator. Posisi mikrotubuli
pengaruh pra-perlakuan kolkisin yang tegak lurus dengan benang spindel sehingga letak
menghancurkannya. Namun keberadaan dan peran kromosom cenderung mendatar di bidang ekuator.
benang-benang tersebut dapat diduga berdasarkan Tahap metafase merupakan indikator umum studi
posisi kromosom dalam pembelahan. pendahuluan untuk mengetahui waktu terjadinya
Ukuran sel-sel meristematis Allium sativum pembelahan sel. Metafase paling mudah ditemukan,
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat vigoritas karena pada posisi ini kromosom mengumpul,
masing-masing sel yang berbeda-beda, tergantung sehingga biarpun ukurannya kecil tetap dapat
umur dan posisi sel. Sel-sel muda yang terletak dilihat. Duplikasi kromosom diawali pada tahap ini.
paling luar cenderung vigor dan besar, sedang sel Allium sativum memiliki ukuran kromosom lebih
yang lebih dalam cenderung lebih kecil. Pada saat panjang dari pada Pisum sativum, sehingga luasan
pembelahan, ukuran sel dapat mempengaruhi bidang ekuator yang tertutupi kromosom Allium
penyebaran kromosom. Sel yang ukurannya besar sativum lebih besar dari pada Pisum sativum.
cenderung memiliki cukup ruangan sehingga letak A n a f a s e
kromosom terpencar-pencar dan tidak tumpang Tahap anafase berlangsung secara cepat dan
tindih. Pada Pisum sativum vigoritas ini tidak tiba-tiba. Diawali terpisahnya pasangan kinetokor
banyak terjadi, sekalipun tetap ada beberapa sel pada masing-masing kromosom, lalu diikuti
yang higroskopis. Ukuran sel Pisum sativum jauh tertariknya kromatid secara pelan-pelan ke arah
lebih kecil dari pada ukuran rata-rata sel Allium kutub.
sativum, sehingga Allium sativum lebih mudah Telofase
diamati biarpun jumlah kromosomnya lebih Pada tahap telofase, dua kromatid anakan
banyak. mencapai kutub. Membran inti terbentuk kembali,
P r o f a s e menyelubungi masing-masing kelompok kromosom
Pada fase ini, kromatin yang larut dalam nukleus anakan. Kromatin yang mengecil menggembung
pada tahap interfase, secara bertahap terkumpul lagi. Nukleolus yang menghilang sejak profase
kembali membentuk kromosom yang jelas. terlihat kembali dan mitosis selesai dengan
Kemudian masing-masing mengalami duplikasi terbentuknya dua sel baru. Bentuk kromosom
membentuk pasangan kromatid, yang memiliki telofase pada Allium sativum dan Pisum sativum
urutan khas DNA di sentromer. Sentromer berperan tidak berbeda jauh. Hanya saja ukuran kelompok
penting pada pembelahan sel. Menjelang akhir kromosom Allium sativum lebih besar.
profase, mikrotubuli yang merupakan bagian
kerangka interfase dibongkar dan komponen Karyotipe Kromosom
utama mitosis, yaitu benang-benang spindel Dalam penelitian ini tata letak kromosom dalam
dibentuk. Benang-benang spindel membentuk dua sel Allium sativum lebih mudah diamati dari pada
kutub, terdiri dari mikrotubuli dan beberapa jenis Pisum sativum. Sebagian besar kromosom Allium
protein lain. sativum tidak mengalami pembengkokan/kontriksi
Prometafase (C-metafase) primer dan letaknya cenderung datar sejajar bidang
Prometafase dimulai secara mendadak karena pandang, sehingga bentuk, jumlah dan ukurannya
gangguan pada membran inti yang merusak dapat diamati dan diperkirakan dengan mudah.
kerangka interfase mikrotubuli, sehingga kantung Sebaliknya pada Pisum sativum kontriksi primer ini
membran inti robek. Dalam keadaan normal sisa- sangat kuat sehingga bentuk kromosom menyerupai
sisa kantung membran ini terlihat di sekitar benang huruf “V”, bahkan pada beberapa kromosom
spindel selama mitosis. Benang-benang spindel lengan-lengan ini hampir bersentuhan. Di samping
mikrotubuli yang terletak di luar dapat memasuki itu tata letak kromosom Pisum sativum sangat tidak
daerah inti. Pada saat yang sama protein majemuk beraturan, beberapa diantaranya terletak tegak lurus
khas yang disebut kinetokor di masing-masing terhadap bidang pandang, sehingga sangat
sentromer mencapai kematangannya dan menempel menyulitkan pengamatan.
BioSMART, Vol. 2, No. 1, April 2000, hlm. 20 - 27 25
10 µm
Gambar 1. Proyeksi kromosom Allium sativum.
10 µm
Gambar 2. Proyeksi kromosomPisum sativum
26 SETYAWAN dan SUTIKNO – Kromosom Allium sativun dan Pisum sativum
Data karyotipe Allium sativum dan Pisum sativum sativum kontriksi ini sangat kuat. Pada Allium
disajikan dalam tabel 1 dan 2. Allium sativum sativum terdapat sepasang kromosom berbentuk
memiliki rumus karyotipe 2n = 16 = 16 m, sedang submetasentris. Ukuran kromosom Allium sativum
Pisum sativum: 2n = 14 = 14m. Perbedaan cenderung lebih besar dari pada Pisum sativum. Hal
karyotipe menunjukkan adanya perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan total panjang
35,53 µm.
segregasi dan rekombinasi kromosom. Bentuk kromosom keduanya, masing-masing 197,2µm dan
kromosom kedua spesies ini didominasi tipe
metasentris. Pada Allium sativum kontriksi primer
cenderung dapat diabaikan, namun pada Pisum
Tabel 2. Data morfometri kromosom Allium sativum dan Pisum sativum
Parameter Pasangan kromosom
1 2 3 4 5 6 7 8 HCL
Ukuran absolut µm
Allium sativum
30,26 27,36 26,46 25,92 24,88 24,60 18,94 18,82 197,2
Ukuran relatif % 13,87 13,87 13,41 13,14 12,61 12,47 9,60 9,54 100
Rasio lengan L/S 1,09 1,17 1,31 1,17 1,19 1,21 0,72 1,93
Ukuran absolut µm
Pisum sativum
6,58 5,92 5,53 5,26 4,74 3,82 3,68 - 35,5
Ukuran relatif % 18,52 16,66 15,56 14,80 13,34 10,75 10,35 - 100
Rasio lengan L/S 1,22 1,14 1,15 1,10 1,12 1,07 1,15 -
Keterangan: HCL = haploid chromosome length. L/S = ratio long arm/short arm.
BioSMART ISSN: 1411-321X
Volume 2, Nomor 1 April 2000
Halaman: 20 - 27
Tabel 1. Ciri-ciri karyotipe Allium sativum dan Pisum sativum ukuran kromosom keduanya tidak terlalu jauh.
Rumus
Spesies karyotipe AsI% R KESIMPULAN