Oleh:
Zaman dahulu orang terbiasa menggunakan bahan perekat alami yang ada di sekitar
mereka khususnya bahan perekat yang mudah didapatkan seperti nasi. Orang terbiasa
merekatkan amplop dengan mengoleskan beberapa tumbukan butir nasi. Ide ini tercetus karena
nasi memiliki sifat lengket yang menjadi dasar penggunaannya sebagi bahan perekat sederhana.
Jenis perekat berbahan dasar karbohidrat ini dinamakan lem kanji yang juga bisa didapatkan dari
jagung, gandum, dan kentang. Selain lem kanji, ada beberapa jenis perekat lainnya seperti lem
binatang, lem protein, lem kasein dan lem getah dari polimer alamiah yang terdapat pada getah
tanaman seperti tanaman nangka.
Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman buah yang berasal dari
India dan menyebar luas ke berbagai daerah tropis, terutama Indonesia. Tanaman ini memiliki
nama yang berbeda–beda dan bervariasi tergantung wilayah maupun daerahnya. Tanaman
nangka ini merupakan tanaman yang tergolong ke dalam jenis buah tahunan yang masih
berfamili dengan Malvales dan juga termasuk ke dalam ordo Urticales. Selain itu, tanaman ini
dapat dengan mudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis, serta ketinggian berapa pun.
Penelitian terhadap getah nangka yang pernah dilakukan memberikan informasi bahwa
getah nangka larut dengan baik dalam aseton. Getah nangka juga mengandung polimer seperti
poliisoprena dan polisakarida yang dapat digunakan sebagai campuran bahan perekat.
Berdasarkan informasi ini, dapat diketahui bahwa getah buah nangka bukanlah bagian yang
kurang berguna.
Gambar 1.2 Siswa bekerja untuk melakukan ekstraksi getah dari buah nangka.
Getah buah nangka yang telah didapatkan tidak dapat langsung dipergunakan karena
mengandung bakteri yang dapat meyebabkan terjadinya proses pembusukan. Namun, proses
pembusukan dapat dicegah dengan cara pemanasan yang dapat juga mengurangi kadar air dalam
getah sehingga getah menjadi lebih awet dan tidak membusuk serta dapat meningkatkan daya
rekat dari getah. Proses pemanasan dengan teknologi modern dapat dilakukan dengan teknologi
pasteurisasi. Tetapi, penggunaan teknologi ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga
pada penelitian ini, proses pemanasan dilakukan dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan
menggunakan pembakar spiritus (Gambar 1.3) dimana getah yang telah diperoleh dipanaskan
dalam gelas beaker sampai mendidih untuk membunuh bakteri yang menyebabkan proses
pembusukan. Setelah dipanaskan getah didiamkan sampai berbentuk seperti permen karet.
Proses selanjutnya adalah pembuatan dua buah sampel kayu berukuran 4.5 cm x 5.5 cm
yang dipasangkan penggantung (Gambar 1.4).
Setelah direkatkan, sampel kayu didiamkan selama tiga hari sebelum dilakukan pengujian
daya rekat. Pengujian dilakukan dengan menggantungkan pemberat besi sebesar 200 g yang
terus ditambahkan setiap harinya selama tujuh hari. Pada hari kedelapan, pemberat yang
digantungkan ditambahkan sebesar 1 kg setiap harinya selama 2 hari lalu sampel uji dibebani
sampai mengalami kegagalan daya rekat.
Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil :
1. Kedua sampel uji dapat menahan dengan baik beban yang digantungkan selama 9 hari
(Gambar 1.6)
Gambar 1.6 Kedua sampel sedang diuji dengan menggantungkan beban selama 9 hari.
2. Sampel uji 1 dapat menahan beban sebesar 14 kg sebelum mengalami kegagalan daya rekat
sedangkan sampel uji 2 dapat menahan beban sebesar 10 kg sebelum mengalami kegagalan
daya rekat.
Gambar 1.7 Sampel uji 1 yang mampu menahan beban hingga 14 kg.
Adhesi adalah serangkaian proses fisika yang terjadi pada bagian antar muka
dari dua bagian bahan yang disambung, yang menghasilkan gaya tarik menarik antara dua bagian
bahan tersebut. Kekuatan adhesi adalah gaya yang dibutuhkan untuk melawan gaya pemisah
bidang kontak pada bahan yang akan disambung.
Adapun faktor-faktor yang menentukan kekuatan ikatan perekat adalah sebagai berikut:
1. Faktor mekanis
Faktor ini dapat menyediakan ikatan adhesi yang kuat karena area antar muka yang lebih luas
dan interlocking bahan pada permukaan micro-void.
2. Faktor kimia
Faktor ini dapat berupa ikatan ion dan ikatan kimia.
Dari hasil penelitian dan pengujian ini dapat dilihat bahwa getah buah nangka yang
diaplikasikan pada kayu memiliki daya rekat yang baik. Hal ini ditunjukkan dari kemampuan
getah dalam merekatkan kayu yang dibebani secara terus-menerus selama 9 hari tanpa
mengalami kegagalan yang menandakan adanya kekuatan adhesi yang baik.
Untuk pembebanan penuh, analisa terhadap jenis kegagalan daya rekat perlu dilakukan.
Adapun jenis-jenis kegagalan daya rekat yang dapat terjadi adalah kegagalan struktur, kegagalan
adhesif, dan kegagalan kohesif (Gambar 1.8)
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Getah buah nangka dapat digunakan sebagai bahan perekat alami pada material kayu
2. Penggunaan getah buah nangka sebagai bahan perekat pada material kayu memberikan
daya rekat yang dapat menahan beban gantung sebesar +/- 8 kg.
3.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, pengunaan getah dapat dicampurkan zat tambahan
sehingga getah memiliki daya rekat yang lebih kuat dan tahan lama.
2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui kegunaan lain dari getah buah
nangka selain sebagai perekat.
DAFTAR PUSTAKA