Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

oleh :

Kelompok 2

1. Ni Made Putri Saraswati (P07120418010)


2. Qibithia Maria Malik (P07120418014)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan JiWA dengan judul Laporan Pendahuluan
Waham. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini  juga untuk menambah
wawasan tentang Gangguan Penglihatan Akut itu sendiri. Kami menyadari bahwa
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan sem#ga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kamis, 06 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Waham……………………………………………… 2
B. Etiologi Waham……………………………………………….... 2
C. Jenis – Jenis Waham……………………………………………. 3
D. Tanda Dan Gejala Waham………………………….................... 4
E. Proses Terjadinya Waham………………………………………. 5
F. Asuhan Keperawatan Waham……………………....................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 16
B. Saran...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu
secara optimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan
perkembangan optimal individu-individu yang lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya
gejala klinis yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik,
yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman , tidak tentram dan
rasa nyeri), distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari),
atau meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya
adalah waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang
suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak coco
dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan
berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya
atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian waham?
2. Bagaimana etiologi waham ?
3. Apa saja jenis-jenis waham?
4. Bagaimana tanda dan gejala waham?
5. Bagaiamana proses terjadinya waham?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien waham ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian waham.
2. Untuk mengetahui etiologi waham.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis waham.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala waham.
5. Untuk mengetahui proses terjadinya waham.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien waham.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/ terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi
Anna Keliat, 2011 : hal. 165).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal. (Stuart dan Sunden, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis
oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya
adalah komputer yang dapat mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh
hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya) dan tetap
dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya .Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada skizophrenia.Semakin akut psikosis
semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat
divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan
individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan
alasan yang logis  (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut
diucapkan berulang -ulang.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan adanya abnormalitas perkembangan sistem
saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladatif.

2
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan
korteks limbic.
c. Neurotransmitter : abnormalotas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu.

C. Jenis – Jenis Waham


Jenis-jenis waham dapat dibagi sebagai berikut ini :
1. Waham Kebesaran
Yaitu menyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya
“Saya ini adalah salah satu keturunan dari ratu Elizabeth di Inggris lho.
“ atau.”saya pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat
sebelum Barak Obama”
2. Waham curiga
Yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contohnya “Saya tau anda ingin membunuh saya
karena iri dengan keberhasilan saya.”
3. Waham agama
Yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “
Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian serba
putih setiap hari.”
4. Waham somatik
Yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contohnya “ Saya terkena penyakit Kanker.” Setelah

3
dilakukan pemeriksaan ternyata tidak ditemukan tanda-tanda kanker
namun pasien tetap mengatakan ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “ Ini
kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

D. Tanda Dan Gejala Waham


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berfikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b.  Afek tumpul.
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif.
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal.
c. Depresi.
d. Ragu-ragu.
e. Mengancam secara verbal.
f. Aktifitas tidak tepat.
g. Streotif.
h. Impulsive.
i. Curiga.
4. Fisik
a. Higiene kurang.
b. Muka pucat.
c. Sering menguap.
d. BB menurun.

4
E. Proses Terjadinya Waham
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham
dapat terjadi pada orang –orang dengan status social dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
social dan ekonomi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham
terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia
ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
kembang (life span history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.
Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah
3. Fase control internal – eksternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa
– apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan

5
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dinyatakan klien itu
tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan, lingkungan hanya
menjadi pendengar fasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang – ulang. Dari siniah mulai
terjadilah kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super
ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi social).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau
kebutuhan – kebuthan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.

6
7. Proses terjadinya waham menurut Ns. Ali Mustofa dijelaskan dalam
pohon masalah sebagai berikut :
Kerusakan komunikasi verbal risiko tinggi mencederai
diri sendiri, orang lan,
lingkungan

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan
memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tengang
wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang
telah terbina jangan menyangkal, menolak atau menerima keyakinan
pasien.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-
ulang diungkapkan dan menetap.
b. Pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata.
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya.
e. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau dibicarakan oleh orang
lain.
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol
oleh orag lain atau ketakutan dari luar.

7
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain membaca
pikirannya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan waham.
b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri
rendah.
3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berubungan dengan waham....
a. Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
a) Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya
b) Tindakan:
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(topik, waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien :
katakan perawat menerima keyakinan klien "saya
menerima keyakinan anda" disertai ekspresi
menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai
ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindungi : katakan perawat akan menemani klien

8
dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas
harian dan perawatan diri.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
a) Rasional :
Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka
akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang
bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
b) Tindakan:
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan
untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas
sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada
klien bahwa klien sangat penting.
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
a) Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien
merasa nyaman dan aman
b) Tindakan:
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

9
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas,
marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika
mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas.
a) Rasional :
Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada
b) Tindakan:
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang
lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
a) Rasional :
Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek
dan efek samping obat
b) Tindakan:
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.

10
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6) Klien dapat dukungan dari keluarga.
a) Rasional :
Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan
mambentu proses penyembuhan klien
b) Tindakan:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan
dengan harga diri rendah
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan
meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
a) Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan).
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
a) Tindakan :

11
 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu
klien, utamakan memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a) Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah.
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
a) Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
a) Tindakan :
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
 Beri pujian atas keberhasilan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a) Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien.

12
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PASIEN WAHAM


SP 1 PASIEN
1. Identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Bicarakan konteks realita
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya
4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 PASIEN
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi/kemampuan yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien

SP 3 PASIEN
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & Sp2)
2. Pilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KELUARGA


SP 1 KELUARGA
1. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan proses terjadinya waham
3. Jelaskan tentang cara merawat pasien waham
4. Latih (simulasi) cara merawat
5. RTL keluarga/jadual untuk merawat pasien
SP 2 KELUARGA
1. Evaluasi kemampuan Sp 1
2. Latih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)
3. Susun RTL keluarga

13
SP 3 KELUARGA
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga : follow up dan rujukan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan disesuaikan
dengan rencana keperawatan dan strategi pelaksanaan yang telah
disusun.
5. Evaluasi
Lakukan evaluasi setelah dilakukannya implementasi. Contoh
lembar evaluasi sebagai berikut :

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN


KELUARGA DENGAN MASALAH WAHAM
NAMA PASIEN :
RUANGAN :
NAMA PERAWAT :
N KEMAMPUAN
TANGGAL
O
A Pasien
Berkomunikasi sesuai
1
dengan kemampuan
Menyebutkan cara
2 memenuhi kebutuhan yang
tidak terpenuhi
Mempraktikkan cara
3 memenuhi kebutuhan yang
tidak terpenuhi
Menyebutkan kemampuan
4
positif yang dimilik
Mempraktikkan kemampuan
5
positif yang dimiliki
Menyebutkan jenis jadwal
6
dan waktu minum obat
Melakukan jadwal aktivitas
7
dan minum obat sehari-hari
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian
waham dan proses terjadinya

14
waham
Menyebutkan cara merawat
2
pasien waham
Mempraktikkan cara
3
merawat pasien waham
Membuat jadwal aktivitas
4
dan minum obat untuk klien

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan
mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien

15
dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,
penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai
pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan
kenyataan  yang menyakitkan.  Proyeksi digunakan untuk melindungi
diri dari mengenal impuls yang tidak dapat di terima dari dirinya
sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan
telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran
rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan
harga diri mereka yang terluka. (kalpan dan Sadock 1997).
Tindakan keperawatan jiwa yang diberikan antara lain BHSP, tidak
mendukung atapun menyangkal Waham pasien, mempertahankan
pasien untuk tetap pada realita, mengajarkan cara minum obat dan
mempertahankan pengobatan, serta dapat juga diberikan tindakan
keperawatan untuk keluarga.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan jiwa, kita hendaknya memperhatikan
setiap aspek yang mungkin dapat mempengaruhi Waham seseorang,
seperti lingkungan, keluarga dan faktor-faktor lain yang mungkin
mendukung waham yang dialami. Sehingga dengan mengidentifikasi
setiap aspek yang mungkin berpengaruh, diharapakan tindakan
keperawatan yang diberikan sesuai dan dapat menghasilakan hasil
yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :
CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC

16
Ns. Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi dan
Mahasiswa Keperawatan.

http://ppnikesdambrw.wordpress.com/askep-jiwa-waham/ (diakses pada


tanggal 23 Desember 2013 pukul 22 : 27 wita)

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-
pasien-dengan-waham.html (diakses pada tanggal 23 Desember 2013
pukul 22 : 40 wita)

http://ahmadfirmanismail.blogspot.com/2012/06/askep-waham.html
(diakses pada tanggal 23 Desember 2013 pukul 22 : 45 wita)

17

Anda mungkin juga menyukai