LAPORAN PENDAHULUAN Myelodysplasia Syndrome Print Out
LAPORAN PENDAHULUAN Myelodysplasia Syndrome Print Out
MIODYSPLASIA
Oleh :
IIS INTAN LESTARI
P17320120509
C. Etiologi
1. Penyebab MDS
Penyebab MDS tidak diketahui, tetapi studi menunjukkan, bahwa ada faktor-faktor
risiko tertentu, terkait dengan terjadinya penyakit.
2. Faktor-faktor risiko sindrom myelodysplastic
Faktor-faktor lain, bahwa mungkin meningkatkan kemungkinan mengembangkan
MDS termasuk:
Kehadiran anggota keluarga dengan MDS;
Sindrom genetik tertentu:
Sindrom Down:
Fanconi Anemia;
Neutropenia bawaan;
Riwayat Keluarga gangguan trombosit;
Paparan dosis besar radiasi;
Paparan bahan kimia tertentu, seperti benzena;
Dampak dari pestisida;
Terapi radiasi atau kemoterapi untuk pengobatan kanker;
Merokok.
D. Manifestasi klinis
Ciri umum yang bisa ditemukan pada MDS ini adalah turunya kadar HB atau
trombosit atau bahkan leukosit serta eritrosit yang terkadang jauh melampaui jumlah
normalnya. Namun untuk lebih memastikan seseorang terkena MDS atau bukan
haruslah melalui pemeriksaan sumsum tulang belakang (BMP), dimana pada
pemeriksaan ini dapat diketahui kelainan kelainan bentuk sel serta perubahan
perubahan pada eritrosit dan neutrophil.
A. Patofisiologi
MDS berkembang ketika mutasi klonal mendominasi disumsum tulang, menekan sel
induk sehat. Mutasi klonal dapat terjadi akibat predisposisi genetik atau dari
kerusakan sel induk hematopoietik yang disebabkan oleh paparan terhadap salah satu
dari berikut ini: kemoterapi sitotoksik, radiasi, infeksi virus, bahan kimia genotoksik
(misalnya benzena). MDS dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder
terhadap penanganan kanker lain yang agresif, dengan paparan radiasi, agen alkilasi,
atau inhibitor topoisomerase II; Hal ini juga terjadi pada pasien dengan transplantasi
sumsum tulang autologous. Pada tahap awal MDS, penyebab utama sitopeni adalah
peningkatan apoptosis (kematian sel terprogram). Seiring perkembangan penyakit dan
berubah menjadi leukemia, mutasi gen lebih lanjut terjadi, dan proliferasi sel
leukemia menguasai sumsum sehat.
B. Pemeriksaan Penunjang
Diperkenalkan pada tahun 1997, IPSS diciptakan untuk menerjemahkan risiko
pengembangan penyakit pasien dari deskripsi yang luas ke dalam standar objektif.
IPSS mengidentifikasi tiga faktor penyakit pasien berikut:
1. The percentage of marrow leukemic blast cells (blasts).
2. The type of chromosomal changes, if any, in the marrow cells (cytogenetics).
3. The presence of one or more cytopenias (decrease in the number of cells circulating
in the blood)
Diagnosis Diferensial yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis differensial
adalah penyakit lain yang memiliki gejala pansitopenia. Penyakit yang memiliki
gejala pansitopenia adalah fanconi’s anemia, paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
(PNH), myelodysplastic syndrome (MDS), myelofibrosis, aleukemic leukemia, dan
pure red cell aplasia. Pemeriksaan sumsum tulang belakang (BMP) dilakukan untuk
mendiagnosa suatu penyakit yang berhubugan dengan kelaian sumsum tulang.
C. Penatalaksanaan
Terapi utama adalah hindari pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab. Tetapi
sering sulit untuk mengetahui penyebab karena etiologinya yang tidak jelas atau
idiopatik.
Terapi suportif diberikan sesuai gejala yaitu: (1) anemia, (2) neutropenia, dan (3)
trombositopenia.
1. Pada anemia. Pada anemia berikan tranfusi packed red cell jika hemoglobin
kurang dari 7g/dl, berikan sampai hb 9-10 g/dl1. Pada pasien yang lebih muda
mempunyai toleransi kadar hemogoblin sampai 7-8g/dl; untuk pasien yang lebih
tua kadar hemoglobin dijaga diatas 8g/dl4.
2. Pada neutropenia. Pada neutropenia jauhi buah-buahan segar dan sayur, fokus
dalam menjaga perawatan higienis mulut dan gigi, cuci tangan yang sering. Jika
terjadi infeksi maka identifikasi sumbernya, serta berikan antibiotik spektrum luas
sebelum mendapatkan kultur untuk mengetahui bakteri gram positif atau negatif.
Tranfusi granulosit diberikan pada keadaan sepsis berat kuman gram negatif,
dengan netropenia berat yang tidak memberikan respon terhadap pemberian
antibiotik.
3. Pada trombositopenia. Pada trombositopenia berikan tranfusi trombosit jika
terdapat pendarahan aktif atau trombosit kurang dari <20.000/mm.
Terapi jangka panjang terdiri dari: (1) Terapi imunosupresif, dan (2) terapi
transplantasi sumsum tulang.
1. Terapi transplantasi sumsum tulang lebih direkomendasikan sebagai terapi
pertama, dengan donor keluarga yang sesuai. Maka karena itu, terapi
imunosupresif direkomendasikan pada pasien: (a) lebih tua dari 40 tahun,
walaupun rekomendasi berdasarkan dokter dan faktor pasiennya, (b) tidak mampu
mentoleransi transplantasi sumsum tulang karena masalah penyakit atau usia tua,
(c) tidak mempunyai donor yang sesuai, (d) akan diterapi tranplantasi sumsum
tulang, tetapi sedang menunggu untuk donor yang sesuai, dan (e) memilih terapi
imunosupresif setelah menimbang faktor resiko dan manfaat dari semua pilihan
terapi.
2. Terapi imunosupresif adalah dengan pemberian anti lymphocyte globuline (ALG)
atau anti thymocyteglobulin (ATG), kortikosteroid, siklosporin yang bertujuan
untuk menekan proses imunologik. ALG dapat bekerja meningkatkan pelepasan
haemopoetic growth factor. Sekitar 40%70% dari kasus memberi respon terhadap
pemberian ALG. Terapi ATG dapat menyebabkan reaksi alergi, dengan pasien
mengalami demam, athralgia, dan skin rash sehingga sering diberikan bersamaan
dengan kortikosteroid. Siklosporin menghambat produksi interleukin-2 oleh sel-T
serta menghambat ploriferasi sel-T dari respon oleh interleukin-2. Pasien yang
diterapi dengan siklosporin membutuhkan perawatan khusus karena obat dapat
menyebabkan disfungsi ginjal dan hipertensi serta perlu diawasi hubungan
interaksi dengan obat lainnya.
Adapun pengobatan pada MDS ini umumnya hanya sebatas mengatasi gejala
gejala yang timbul saja seperti tranfusi darah jika kadar hb anjlog, juga tranfusi
trombosit jika kadarnya juga turun. Namun pada tingkat lanjut pengobatan bisa
dengan menggunakan sitostatika jenis Dacogen, Lenalidomide oral atau Hydroxyurea
(Hydrea). Menjaga pola hidup sehat dengan memperbaiki pola makan serta tidak
terlalu banyak melakukan aktifitas aktifitas yang berat konon dapat menyembuhkan
penyakit ini atau minimal menjaga penyakit ini agar tidak berkembang menjadi
leukemia akut.
D. Pathway
Myelodisplastic
syndrome (MDS)
Komposisi darah
jauh dibawah
normal