Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP

PEMBANGUNAN SEKTOR PARIWISATA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu Administrasi Pembangunan
Dosen Pengampu: Dr. Drs. Tjahjanulin Domai, MS.

Disusun Oleh:
Amelya Zerindaputri (185010101111010)
Aida Nur Affifah (185030101111014)
Nurul Wukfiah Rahmah (185030107111009)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu Administrasi
Pembangunan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Tjahjanulin Domai,
MS selaku dosen mata kuliah Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu Administrasi Pembangunan yang
telah memberikan amanah kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Dalam kesempatan
ini juga, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi menyelesaikan makalah ini.

Penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
menerima kritik dan masukan dari pembaca. Dengan menyelesaikan makalah ini penulis
mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat membantu pembaca memahami tentang Analisis Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Pembangunan Sektor Pariwisata.

Malang, 23 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 3

1.4 Manfaat Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Administrasi Pembangunan 4

2.2 Virus Corona (COVID-19) 5

2.2 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan 5

2.3 Prinsip-prinsip Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan 7

BAB III PEMBAHASAN 10

3.1 Sektor Pariwisata Indonesia 10

3.1.1 Kondisi Sektor Pariwisata Indonesia selama Pandemi Covid-19 10

3.2 Strategi Pemerintah dalam Memulihkan Sektor Pariwisata Pasca Pandemi 12

3.2.1 Strategi Pemerintah dalam Upaya Pemulihan Sektor Pariwisata Selama Pandemi di
Berbagai Daerah 18

BAB IV PENUTUP 22

4.1 Kesimpulan 22

DAFTAR PUSTAKA 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata hingga saat ini masih menjadi sektor prioritas pemerintah karena dinilai mampu
menjadi lokomotif pergerakan perekonomian bangsa. Sektor pariwisata bahkan menjadi salah satu
penyumbang devisa nasional terbesar ketiga setelah ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan
batubara. Pengelolaan sektor pariwisata pun terus dikembangkan oleh pemerintah, melalui
berbagai kebijakan dilakukan pemerintah untuk membuat pariwisata Indonesia lebih maju dan
dikenal di mata dunia. Pada tahun 2015 tercatat 10,23 juta wisatawan mancanegara datang ke
Indonesia dan pada tahun 2019 jumlahnya meningkat menjadi 16,11 juta. Sektor pariwisata
Indonesia pada tahun 2018 berhasil tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan tertinggi yaitu ke
9 di dunia, peringkat 3 di Asia, dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara menurut The World Travel
& Tourism Council (WTTC). Selain itu, berdasarkan Laporan The Travel & Tourism
Competitiveness Report, pada World Economic Forum, pada tahun 2019 peringkat indeks daya
saing pariwisata Indonesia di dunia naik dari 42 di tahun 2017 menjadi 40 di tahun 2019 dari 140
negara (www.travel.kompas.com).

Devisa dari sektor pariwisata pada tutup buku 2018 meningkat mencapai angka US$19,29
miliar atau hampir menembus target tahun ini sebesar US$20 miliar. Kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDB tahun 2018 mencapai 4,50%, dan tahun 2019 mencapai 4,80%
(www.pelakubisnis.com). Sedangkan, sejak tahun 2015 kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB
sebesar 4,25%, tahun 2016 sebesar 4,13%, dan tahun 2017 sebesar 4,11% (bps.go.id). Jadi, rata-
rata kontribusi sektor pariwisata terhadap PBD sejak tahun 2015 hingga 2019 adalah sebesar
4.36%, hal ini menunjukkan kemampuan sektor pariwisata di Indonesia menjadi motor penggerak
perkonomian. Oleh karena itu sangat penting sekali bagi pemerintah untuk mengelola sektor
pariwisata yang dengan baik dapat menjadi country branding dan mampu meningkatkan
penerimaan devisa serta dapat menarik pergerakan sektor lainnya. Kontribusi sektor pariwisata
bagi perekonomian dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator yaitu penerimaan devisa dan
jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Indonesia menunjukkan tren peningkatan dari tahun
ke tahun. Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting sejalan dengan perkembangan dan
kontribusi yang diberikan sektor pariwisata melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah,

1
pengembangan wilayah. imaupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja serta
pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di Indonesia.

Salah satu isu strategis pembangunan pariwisata adalah bagaimana meningkatkan


kontribusi pariwisata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di
daerah tujuan wisata. Secara umum, makin besar kontribusi sektor pariwisata terhadap
perekonomian suatu wilayah, makin besar pula kontribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji seberapa besar
kontribusi pariwisata terhadap perekonomian dan bagaimana meningkatkan kontribusi sektor
pariwisata dalam perekonomian. Namun, memasuki akhir tahun 2019, dunia diguncang dengan
meluasnya virus baru yang menyebar dari Tiongkok hingga berbagai negara di dunia. Semenjak
meluasnya virus yang diberi nama Covid-19, yang kini telah menjadi pandemi, selain berdampak
pada sektor perekonomian negara di dunia. Covid-19 adalah wabah global yang berdampak buruk
pada dimensi manusia dan sosial. Setelah menyebar dari Cina, pandemi meluas dengan cepat ke
210 negara termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 adalah kejutan besar bagi ekonomi global
termasuk Indonesia. Ekonomi mengalami penurunan setidaknya untuk paruh pertama tahun ini
dan mungkin lebih lama jika tindakan penahanan wabah Covid-19 tidak efektif. Pandemi Covid-
19 menyebabkan gangguan pada rantai pasok global, dalam negeri. Guncangan permintaan
konsumen dan dampak negatif di sektor-sektor utama seperti perjalanan dan pariwisata. Dampak
wabah Covid-19 tidak diragukan lagi akan terasa di seluruh rantai nilai pariwisata.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas kami penulis merasa tertarik melakukan penulisan
tentang “Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pembangunan Sektor Pariwisata”

1.2 Rumusan Masalah


Berdаsаrkаn lаtаr belаkаng yаng diurаikаn diаtаs, mаkа penulis mengemukаkаn rumusаn mаsаlаh
sebаgаi berikut:
1. Bagaimana kondisi sektor pariwisata di Indonesia selama pandemi covid-19?
2. Bagaimana strategi pemerintah dalam memulihkan sektor pariwisata pasca pandemi covid-
19?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dibuatnya makalah
ini, yaitu:

2
1. Untuk mengetahui kondisi sektor pariwisata di Indonesia selama pandemi covid-19
2. Untuk mengetahui strategi pemerintah dalam memulihkan sektor pariwisata pasca pandemi
covid-19
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Dapat memberikan informasi tentang kondisi sektor pariwisata di Indonesia selama
pandemi covid-19
2. Dapat memberikan informasi tentang strategi pemerintah dalam memulihkan sektor
pariwisata pasca pandemi covid-19

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Administrasi Pembangunan


Definisi administrasi pembangunan menurut beberapa ahli sebagai berikut. Menurut
Hiram S. Phillips (1968), administrasi pembangunan ad alah “rather than the traditional term of
public administration to indicate the need for a dynamic process designed particularly to meet
requirements of social and economic changes”. Pernyataan ini berarti “lebih baik daripada masa
tradisional administrasi publik untuk menunjukkan kebutuhan terhadap suatu proses dinamis
yang didesain secara khusus untuk mendapatkan syarat perubahan sosial dan ekonomi”. Menurut
Mustopadidjaja (1976), administrasi pembangunan adalah “ilmu dan seni” tentang pembangunan
suatu sistem administrasi negara dilakukan sehingga sistem administrasi tersebut mampu
menyelenggarakan berbagai fungsi umum pemerintahan dan pembangunan secara efisien dan
efektif.
Menurut J.B. Kristadi (1998), administrasi pembangunan adalah administrasi negara yang
mampu mendorong ke arah proses perubahan, pembaharuan, dan penyesuaian serta pendukung
suatu perencanaan. Menurut Sondang P. Siagian (1982: 4), administrasi pembangunan adalah
seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupan bangsa
tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Bintoro
Tjokrohamidjojo (1976: 14) menegaskan bahwa administrasi pembangunan mempunyai dua
fungsi yaitu: pertama, p enyusunan k ebijak an p enyem purnaan ad m inistrasi negara (the
development of administration), meliputi bidang organisasi, kelembagaan, kepegawaian,
ketatalaksanaan, dan sarana-sarana administrasi. Kedua, penyempurnaan administrasi untuk
mendukung perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta p elak sanaannya
secara efek tif. Asp ek k ed ua ini d inam ak an (the administration of development process) atau
administrasi proses pembangunan.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa administrasi
pembangunan adalah seluruh proses yang akan dilakukan oleh administrator dalam upaya untuk
mendorong dan untuk memberikan suatu pengawasan terhadap masyarakat ke arah modernisasi
dan kebaikan yang multi-dimensional secara terpadu dan administratif. Menurut Irving
Swerdlow dan Saul M. Katz (1963), beberapa ciri administrasi pembangunan adalah sebagai
berikut:
a. Adanya suatu orientasi administrasi untuk mendukung pembangunan. Administrasi terhadap
perubahan ke arah keadaan yang dianggap lebih baik. Keadaan yang lebih baik bagi negara-
negara yang baru berkembang dinyatakan sebagai usaha ke arah modernisasi, pembangunan
bangsa, dan pembangunan sosial ekonomi. Dalam administrasi pembangunan, diberikan uraian
mengenai keterkaitan administrasi dengan aspek-aspek pembangunan di bidang politik, ekonomi,
sosial-budaya, dan lain-lain.
b. Adanya peran administrator sebagai unsur pembangunan. Peranan serta fungsi pemerintah
sangat erat kaitannya dengan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Administrator juga

4
dapat menciptakan suatu sistem dan praktik administrasi yang membina partisipasi dalam
pembangunan.
c. Perkembangan, baik dalam ilmu maupun pelaksanaan perencana pembangunan memiliki
orientasi yang semakin besar dalam memberikan perhatian terhadap aspek pelaksanaan rencana.
Suatu perencanaan yang berorientasi pada pelaksanaannya lebih banyak memerhatikan aspek
administrasi dalam aspek pembangunannya.

2.2 Virus Corona (COVID-19)


Virus Corona (Covid-19) Diawal tahun 2020 dunia digemparkan dengan merebaknya virus
baru yaitu Coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease
2019 (COVID-19). Diketahui asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok, ditemukan pada
akhir Desember 2019.Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan dengan
satu pasar seafood atau live market di Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok (Huang, et al., 2020 dalam
Yuliana, 2020). World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute
respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus
disease 2019 (COVID-19) (WHO, 2020 dalam Yuliana, 2020). Penyebaran COVID-19 di
Indonesia saat ini sudah semakin meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara yang
diiringi dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian. Peningkatan tersebut berdampak pada
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat
Indonesia, sehingga diperlukan percepatan penanganan COVID-19 dalam bentuk tindakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka menekan penyebaran COVID-19 semakin
meluas. Tindakan tersebut meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah
yang diduga terinfeksi COVID-19 termasuk pembatasan terhadap pergerakan orang dan/atau
barang untuk satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Pembatasan tersebut paling sedikit dilakukan melalui pelibura sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tetang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Penanganan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) Himbauan Pemerintah).

Menurut World Health Organization coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius

5
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Corona virus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. Gejala-
gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya
yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien 13 meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung
tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau
penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang
dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi
tetapi hanya memiliki gejala ringan.Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil
pulih tanpa perlu perawatan khusus.Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita
sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan
kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes,
atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun, siapa pun
dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit yang serius. Orang dari segala usia yang
mengalami demam dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri/tekanan
dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera mencari pertolongan
medis. Jika memungkinkan, disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan atau
fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang
tepat (WHO, 2019).

2.2 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


Bryant and White (dalam Suryono, 2010:2) menyebutkan bahwa pembangunan adalah upaya
meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya dengan memiliki lima
implikasi utama, yaitu
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan manusia secara optimal, baik individu
maupun kelompok (capacity).
2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan, kemerataan nilai dan
kesejahteraan (equity).
3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya
sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk
kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan
(empowerment).

6
4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri
(sustainability).
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara satu kepada negara lain,
menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan saling menghormati
(interdependence).
Lima prinsip dasar pembangunan di atas harus berorientasi pada pembangunan yang
berwawasan people centered development (pembangunan yang berpusat pada rakyat), yang berarti
adanya proses pembangunan dengan tujuan peningkatan kemampuan manusia dalam menentukan
masa depannya (Suryono, 2010:3). Menurut Sharpley (2000:2), konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) merupakan kolaborasi dari kata Inggris, ”development”
(pembangunan) dan, Pariwisata Berkelanjutan 3 “sustainability” (berkelanjutan). Salah satu pihak
yang memberikan rumusan konseptual tentang hal itu adalah World Commissions for
Environmental and Development (WCED). Menurutnya, pembangunan berkelanjutan adalah:
pembangunan yang menjamin pemenuhan kebutuhan setiap generasi dengan tanpa mengorbankan
generasi selanjutnya.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan antar generasi itu, terdapat empat hal yang harus
diperhatikan, yaitu: (a) Kemampuan daya dukung ekosistem terhadap upaya pemenuhan
kebutuhan; (b) Kemampuan melindungi dan melanjutkan kualitas kehidupan; (c) Jaminan
dukungan sumber daya (manusia dan alam) di masa mendatang, dan (d) Sinergitas kebutuhan antar
generasi secara berkelanjutan, (Baiquni, 2002:35). Secara teoritik, sinergisitas dan integrasi dari
semua elemen ini harus terjadi sejak masa perencanaan, penyusunan, pengambilan keputusan,
sampai penerapan kebijakan. Disinilah letak aspek terpenting dari nilai pembangunan
berkelanjutan tersebut. Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan implementasi dari
semua komponen di atas pada objek dan subjek pariwisata. Menurut Federation of Nature and
National Parks, (1993) penyatuan komponen tersebut, atau dikatakannya sebagai pembangunan
pariwisata berkelanjutan, didefinisikan sebagai: bentuk aktivitas integrative dari pembangunan,
pengelolaan, dan aktivitas pariwisata. Integratif ini dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya
sumber daya alam dan budaya, kemudian integritas lingkungan, sosial, dan ekonomi secara
konsisten, untuk tujuan kesejahteraan dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan.
Pembangunan pariwisata harus didukung daya dukung ekologis yang berkelanjutan, dengan
mengedepankan prinsip ekonomi, azas keadilan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

7
Mandat serupa juga terungkap dan ditekankan dalam pertemuan-pertemuan tingkat dunia seperti:
WTO (World Tourism Organisation) dan Agenda 21 tersebut. Berdasarkan mandat dan konsensus-
konsensus mereka, pada akhirnya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, ditetapkan
berdasarkan syarat dan kriteria tertentu. Syarat dan kriteria tersebut diantaranya:
1. Secara ekologi berkelanjutan, yaitu: pembangunan pariwisata tidak menimbulkan efek
negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu konservasi merupakan kebutuhan yang harus
diupayakan untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan
wisata.
2. Secara sosial dapat diterima, yaitu: mengacu kepada kemampuan masyarakat lokal untuk
menyerap aktivitas pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial.
3. Secara kultural bersifat adaptif, artinya: masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan
budaya wisatawan yang cukup berbeda (tourist culture). Secara ekonomis menguntungkan,
artinya: keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Perjalanan sejarah pembangunan pariwisata mencatat, bahwa
sangat sulit mewujudkan persyaratan tersebut. Pada kenyataannya, banyak pembangunan
pariwisata yang jauh dari mandat dan syarat berkelanjutan tersebut.

2.3 Prinsip-prinsip Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan


Prinsip-prinsip ini merupakan prasyaratan dan berperan sebagai pedoman dasar yang
berfokus pada etika Pariwisata Berkelanjutan dan Pariwisata Bertanggung jawab yang perlu
ditaati oleh setiap destinasi maupun organisasi Pariwisata lainnya. Dalam hal ini masyarakat
dipersyaratkan untuk:Mampu mengendalikan, mengontrol pembangunan pariwisata melalui
keterlibatannya secara langsung dalam penyusunan visi pembangunan pariwisata; Menemu kenali
sumber daya untuk dipelihara dan dilestarikan; Menetapkan sasaran dan strategi baik untuk
pembangunan maupun management pariwisata; dan berperan serta dalam
pelaksanaan/implementasi dari strategi yang telah ditetapkan, demikian juga dalam pengurusan
operasional sarana Infrastruktur, pelayanan dan fasilitas pariwisata. Pembangunan Pariwisata
harus mampu menciptakan lapangan kerja yang bermutu. Adapun pemenuhan terciptanya
lapangan kerja bermutu sebagaimana dimaksud merupakan bagian integral dari pembangunan
Pariwisata. Bagian dari proses keberhasilan mencapai lapangan kerja bermutu tersebut adalah
upaya untuk menjamin bahwasanya sebanyak mungkin sarana Pariwisata seperti hotel, restauran,
toko dll.

8
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder),
kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan
masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta
promosi.
1. Partisipasi. Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan
pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi
sumbersumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-
tujuan dan strategistrategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.
2. Keikutsertaan Para Pelaku (Stakeholder Involvement). Para pelaku yang ikut serta dalam
pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis
dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima
dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal. Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang
berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel,
restoran, dsb. Seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
4. Penggunaan Sumber daya yang berkelanjutan. Pembangunan pariwisata harus dapat
menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatankegiatannya harus
menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara
berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan,
pembangunan dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat
diwujudkan.
5. Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat. Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat
diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara
pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja
sama dalam wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari
tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.
6. Daya Dukung. Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi
daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus
sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan.

9
7. Monitor dan Evaluasi. Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata
berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta
pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak
pariwisata.
8. Akuntabilitas. Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada
kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat
lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas
serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.
9. Pelatihan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-
program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan
meningkatkan keterampilan bisnis, vocational, dan profesional. Pelatihan sebaiknya
meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-topik
lain yang relevan.
10. Promosi. Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan
dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat
setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk
mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi
pengunjung.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sektor Pariwisata Indonesia


Pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia,
namun pencapaian di sektor ini masih belum optimal. World Economic Forum (WEF) pada
tahun 2013 menempatkan Indonesia pada peringkat 6 dan 38 dari 140 negara di dunia untuk
kepemilikan sumber daya alam dan budaya. Peringkat ini berada jauh di atas negara tetangga,
seperti Thailand dan Malaysia. Indeks daya saing harga pariwisata Indonesia pada tahun
2013 menempati peringkat 9 dari 140 negara (Arrazy, 2020).

Sektor pariwisata memilki peran yang signifikan terhadap perekonomian di Indonesia.


Pariwisata merupakan industri multi komponen, tidak dapat dilepaskan dengan sektor ekonomi
lain. Selama tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia
mencapai 16,11 juta kunjungan atau naik 1,88 persen dibanding jumlah kunjungan wisman
pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 15,81 juta kunjungan. Jumlah
kunjungan wisman ini terdiri atas wisman yang berkunjung melalui pintu masuk udara sebanyak
9,83 juta kunjungan, pintu masuk laut sebanyak 4,16 juta kunjungan, dan pintu masuk darat
sebanyak 2,11 juta kunjungan (BPS, 2020).

3.1.1 Kondisi Sektor Pariwisata Indonesia selama Pandemi Covid-19


Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak akibat adanya pandemi
COVID-19. Berdasarkan data BPS (2021), terdapat penurunan jumlah wisatawan yang cukup
signifikan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara (egsa.geo.ugm.ac.id).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memaparkan di bulan Januari-Juli 2021, jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara sekitar 937,75 ribu pengunjung. Terlihat penurunan yang
sangat drastic daripada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2020 sekitar 4,05 juta pengunjung, dan
16,11 juta wisatawan mancanegara di tahun 2019 (Kemenkraf).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia secara kumulatif selama periode Januari-November 2020 hanya mencapai 3,89 juta
kunjungan, lebih redah dari periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar 14,73 juta
wisatawan mancanegara atau mengalami penurunan tajam sebesar 73,60 persen. Jumlah
kunjungan wisman ini terdiri atas wisman yang masuk melalui pintu udara sebesar 1,68 juta

11
kunjungan, pintu masuk laut 972,02 ribu kunjungan, pintu masuk darat sebanyak 1,23 juta
kunjungan (Arrazy, 2020).
Berdasarkan kebangsaannya, terdapat 5 negara yang paling banyak berkunjung ke
Indonesia pada tahun 2020 yaitu Timor Leste, Malaysia, Singapura, Australia, dan China.
Sebagian besar negara-negara tersebut adalah negara tetangga, kecuali China

Dikutip dari (egsa.geo.ugm.ac.id)

Pandemi COVID-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif di


Indonesia. Penurunan jumlah wisatawan yang signifikan tersebut sangat berpengaruh pada kondisi
perekonomian karena pariwisata berperan penting dalam meningkatkan pendapatan negara,
devisa, dan lapangan pekerjaan. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses
keluar-masuk Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar
Rp. 20,7 miliar (Kemenkraf.go.id). Penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata juga sangat
menurun. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, proyeksi devisa
pariwisata yang dihasilkan pada tahun 2020 sebesar 3,4 M US$, jumlah ini menurun sebesar 79,1%
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 16,9 M US$ (Kemenkraf).
Penurunan wisatawan mancanegara tentunya berdampak langsung pada okupansi hotel-
hotel di Indonesia. Tingkat penghunian kamar (TPK) klasifikasi hotel bintang di Indonesia pada
bulan November 2020 rata-rata sebesar 40,14 persen. Presentase TPK tertinggi di provinsi
Lampung yaitu 59,14 persen, diikuti oleh Provinsi Gorontalo yaitu 58,80 persen, dan Kalimantan
Tengah sebesar 58,21 persen, sedangkan Bali tercatat memiliki presentase terendah yaitu 9,32
persen. TPK bulan november tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 18,44 poin jika

12
dibandigkan dengan TPK bulan November 2019 yaitu sebesar 58,58 persen. Penurunan
TPK ini terjadi di seluruh Provinsi terkecuali Provinsi Gorontalo yang meningkat sebesar
10,01 poin dan Provinsi Kalimantan Utara yan mengalami kenaikan sebesar 0,16 poin
(Arrazy, 2020). Sedangkan penurunan TPK tertinggi adalah Provinsi Bali yaitu 50,14 poin,
diikuti oleh Provinsi Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Maluku Utara masing-masing sebesar 31,92
poin, 23,87 poin, dan 22,51 poin. Sementara itu, penurunan terendah adalah Provinsi
Kalimantan Tengah yaitu 0,23 poin, diikuti oleh Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,29
poin dan Provinsi Maluku sebesar 1,56 poin (Arrazy, 2020). Dampak pandemi Covid-19 pada
sektor pariwisata Indonesia juga terlihat dari pengurangan jam kerja. Sekitar 12,91 juta orang di
sektor pariwisata mengalami penurunan jam kerja, dan 939 ribu orang di sektor pariwisata
sementara tidak bekerja. Di sisi lain, pandemic covid-19 juga berdampak langsung pada berbagai
lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Menurut data BPS 2020, sekitar 409 ribu tenaga kerja
kehilangan pekerjaan (Kemenkraf.go.id).

3.2 Strategi Pemerintah dalam Memulihkan Sektor Pariwisata Pasca Pandemi


Berikut ini merupakan arahan Presiden dan Wakil Presiden RI terkait Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif 2021 (Kemenkraf):

1. Akselerasi Pembangunan Infrastruktur di 5 Destinasi Prioritas


2. Penyiapan Calendar of Event di setiap Destinasi terurama di 5 Destinasi Super Prioritas
3. Implementasi Aspek K4 pada setiap Destinasi Pariwisata sehingga Wisatawan merasa Aman
dan Nyaman
4. Ekonomi Kreatif Lokomotif Penciptaan Lapangan Pekerjaan, terutama untuk Sektor yang
Menyerap dan Menggerakan Ekonomi
Dikutip dari Kemenkraf.go.id, Pemerintah saat ini telah menetapkan destinasi super
prioritas yang merupakan bagian dari program “10 Bali Baru”. Nantinya destinasi-destinasi
tersebut tak hanya dapat menjadi daya tarik wisatawan saja, namun juga menumbuhkan ekosistem
ekonomi kreatif yang melibatkan warga setempat. 5 destinasi super prioritas tersebut ialah:

1. Dana Toba, Sumatera Utara, yang merupakan danau vulkanik terbesar du dunia
2. Candi Borobudur, Jawa Tengah, yang merupakan objek wisata tunggal tanah air yang paling
banyak dikunjungi wisatawan.
3. Mandalika, Nusa Tenggara Barat, yang menjadi tuan rumah ajang balap dunia MotoGP 2021
13
4. Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, terdapat pulau Komodo sebagai habitat asli komodo
satu-satunya di dunia.
5. Likupang, Sulawesi Utara, wisata bahari dengan pantau dan panorama bawah laut yang
indah.
Dampak pandemi covid-19 terhadap sektor pariwisata sangatlah signifikan, sehingga
diperlukan langkah-langkah yang strategis untuk memulihkan sektor pariwisata. Adapun
langkah yang ditempuh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenkarekraf) adalah memperbaiki penawaran dan permintaan dengan enam langkah di
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif diantaranya adalah (Arrazy, 2020):

1. Mempersipakan destinasi wisata

Kita harus bisa melakukan pengembangan dan pengelolaan destinasi pariwisata nasional
dalam menarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pengembangan dan
pengelolaan destinasi dilakukan secara komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan yang
dilakukan berdasarkan prioritas sesuai permintaan pasar. Terlebih lagi dengan kondisi New
Normal setelah Pandemi Covid-19, diperlukan kesiapan Destinasi untuk memperhatikan aspek
kebersihan, keselamatan, dan keamanan, serta implementasi protokol kesehatan. Selain itu
Visitor Management juga memainkan peranan penting dalam upaya pengelolaan destinasi pasca
Covid19.

2. Membangun infrastruktur sektor pariwisata

Dikutip dari bpiw.pu.go.id, Kementerian PUPR terus melaksanakan pembangunan


infrastruktur di lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas yakni
Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur),
dan Likupang (Sulawesi Utara), dan Mandalika-Lombok (Nusa Tenggara Barat). Meski di
tengah pandemi Covid-19 komitmen untuk membangun infrastruktur di lima KSPN tersebut
tetap dilakukan. Kepala BPIW Kementerian PUPR Hadi Sucahyono menjelaskan untuk KSPN
Danau Toba sedang dilakukan beberapa pembangunan infrastruktur seperti pelebaran alur sungai
di Tano Ponggol Kabupaten Samosir. Hal ini dilakukan agar kapal pesiar dapat melintas di Pulau
Samosir.

14
Selain itu juga dibangun jembatan. “Ada juga pengembangan Kampung Huta Ulos Hutaraja dan
Huta Siallagan dan pembangunan integrated rest area di Lumban Pea dan Lumban Julu. Dengan
adanya integrated rest area, maka produk lokal dapat dipasarkan di sana,” ujar Hadi saat
melakukan pertemuan dengan Bank Indonesia melalui video conference, Kamis, 22 Oktober
2020. Sedangkan untuk KSPN Borobudur, terdapat beberapa dukungan infrastruktur antara
lain pembangunan empat pintu gerbang menuju Candi Borobudur. Selain itu
dilakukan peningkatan kualitas rumah untuk dijadikan homestay. Kementerian PUPR juga turut
mendukung persiapan perhelatan akbar MotoGP yang akan dilaksanakan di Nusa Tenggara
Barat tahun depan. Dukungannya berupa pembangunan jalan akses dari bandara menuju
Mandalika, tempat digelarnya balapan internasional tersebut. Tidak hanya itu, dukungan
pembangunan infrastruktur sektor PUPR juga dilakukan untuk KSPN Labuan Bajo seperti
pengembangan kawasan wisata Batu Cermin, Air Terjun, dan Puncak Waringin. “Jaringan jalan
juga diperbaiki termasuk ke arah pelabuhan baru, Pak Presiden minta pelabuhan dipindahkan
dari Labuan Bajo. Pulau Rinca, tempat habitat komodo sedang ditata demikian juga di Kampung
Ujung,” ucap Hadi. Kemudian, untuk KSPN Likupang, Kementerian PUPR membuat jalan
akses dari bandara menuju kawasan wisata seperti Pantai Paal. Disamping itu, BPIW saat ini
sedang menyusun Integrated Tourism Master Plan (ITMP) untuk KSPN Danau
Toba, Borobudur, dan Lombok. Penyusunan ITMP tersebut mendapat bantuan dari Bank Dunia.
Tahun depan, akan dilanjutkan dengan penyusunan ITMP untuk KSPN Labuan Bajo, Bromo-
Tengger-Semeru, dan Wakatobi. “Bila bicara ITMP maka melibatkan beberapa instansi, yakni
Kementerian PUPR, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, dan BKPM (Badan Koordinasi
Penanaman Modal),” ucap Hadi. Dalam menyusun ITMP ini menurut Hadi ada beberapa
komponen yang dibuat, yakni komponen analisis kelembagaan, supply dan demand, analisi
kondisi awal, serta peluang dan hambatan. “Kita membuat skenario pertumbuhan. Kemudian
kita menerima berbagai masukan dari pemangku kepentingan seperti Pemerintah Daerah, tokoh
masyarakat, dan perguruan tinggi, serta kalangan lainnya melalui Focus Group
Discussion (FGD),” ujarnya.

Pemangku kepentingan terutama Pemerintah Daerah dilibatkan dalam proses perencanaan


dan pemrograman pembangunan infrastruktur sektor PUPR jangka pendek melalui Konsultasi
Regional (Konsultasi Regional). Dalam dialog tersebut, dari Departemen Kebijakan Ekonomi
dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia diwakili Bambang Satya Permana, Warsono, dan

15
Agung. Warsono menjelaskan bahwa data-data yang diberikan BPIW terkait perkembangan
dukungan terhadap Lima KSPN Super Prioritas tersebut diperlukan dalam
proses assesment yang sedang dilakukan dalam rangka melihat secara detail investasi dari sektor
pariwisata, karena berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Dikutip dari Katadata.co.id,
meski penyebaran pandemi corona atau Covid-19 masih berlangsung di Indonesia, pemerintah
tetap melanjutkan proyek infrastruktur di sektor pariwisata. Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah mengkaji ulang semua proyek infrastruktur,
namun ada dua sektor yang dikecualikan, yakni sektor pariwisata dan logistik. Secara garis besar,
fokus pemerintah saat ini terdiri dari tiga hal, yakni pembangunan infrastruktur di kawasan
pariwisata. Kedua, penerapan protokol kesehatan yang ketat, seiring dengan pelonggaran yang
ditetapkan pemerintah. Ketiga, mendukung integrasi sektor pariwisata yang dikelola BUMN.

Dikutip dari Viva.co.id, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
mengungkapkan alasan utama terkait tetap fokusnya pemerintahan Presiden Joko Widodo
mengerjakan proyek-proyek infrastruktur di tengah masa pandemi COVID-19. Direktur
Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga,
menjelaskan pembangunan itu penting dilakukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi
Indonesia dari dampak pandemi COVID-19. Saat ini, pembangunan infrastruktur dikatakannya
difokuskan pemerintah di 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau yang dikenal
dengan Bali Baru. KSPN ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016.
"Direktorat Jenderal Cipta Karya juga berkomitmen untuk mendukung pengembangan
infrastruktur di 10 lokasi itu," kata dia secara virtual, Senin 28 September 2020.

Dengan mempersiapkan infrastruktur di kawasan itu, dia mengklaim bahwa Indonesia bisa
mendatangkan 22,3 juta wisatawan mancanegara dan juga mendorong 350-300 juta kunjungan
wisatawan domestik pada 2024. "Sehingga setelah wabah COVID-19 berakhir kita sudah siap
dan tidak kehilangan peluang untuk sesegera mungkin untuk memulihkan kondisi ekonomi kita,"
tegas Dannis. Selain itu, pembangunan infrastruktur dikatakannya juga dapat meningkatkan daya
beli masyarakat di tengah masa pandemi. Caranya dengan memanfaatkan program padat karya
tunai yang melibatkan masyarakat umum. "Kementerian PUPR melanjutkan program padat
karya tunai 2020 dan dilanjutkan 2021 hampir Rp18 triliun di 2021 semakin besar. Dilaksanakan
melalui pembangunan infrastruktur yang melibatkan masyarakat dan warga setempat," tutur dia.

16
3. Implmentasi dan monitoring penerapan protokol CHSE di daerah

CHSE merupakan singkatan dari Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety


(Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan). CHSE dibuat berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Protokol Kesehatan di tempat dan fasilitas umum dalam rangka
pencegahan dan pengendalian covid-19. Tujuannya untuk meningkatkan upaya pencegahan dan
pengendalian Covid-19 bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka mencegah
terjadinya episenter atau kluster baru selama masa pandemi. Di kutip lewat laman
Kemenparekraf, CHSE diterapkan khusus pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk
mencegah penyebaran virus corona (Tobias, 2021).

4. Menciptakan dan membangun daya tarik wisata.


5. Meningkatkan citra pariwisata Indonesia yang berdaya saing

Dikutip dari Rencana Strategis Kemenkraf 2020-2024, Strategi ini menitikberatkan pada
pembangunan citra (branding) pariwisata nasional meliputi citra bangsa (national branding),
citra daerah/wilayah di Indonesia (regional branding) maupun citra destinasi pariwisata
Indonesia (destination branding). Pengembangan citra dilakukan secara bertahap, mulai dari
pengenalan, peningkatan awareness hingga citra pariwisata Indonesia menjadi top of mind
tujuan pariwisata dunia. Tentunya tidak semua destinasi membutuhkan branding. Beberapa
destinasi yang sudah menjadi branded destination hanya memerlukan pemeliharaan untuk
menjaga agar citra tersebut tetap baik. Sedangkan beberapa destinasi yang belum dikenal,
khususnya destinasi pariwisata baru, memerlukan upaya pencitraan yang lebih komprehensif
sesuai segmen pasar yang ditargetkan. Dalam rangka memasarkan destinasi (destination
marketing) dapat melalui penyelenggaraan event (baik event dalam negeri maupun event luar
negeri) untuk membangun pasar dan meningkatkan daya saing suatu destinasi. Diharapkan citra
suatu destinasi akan lebih baik dalam persepsi pengunjung melalui penyelenggaraan event.
Pembangunan citra pariwis ata yang dilaks anakan Kemenparekraf/Baparekraf merupakan
bagian dari Kampanye Pencitraan Indonesia yang merupakan suatu upaya membangun
gambaran atau citra positif Indonesia terhadap Barang dan/atau Jasa, Pariwisata, dan
Penanaman Modal di dalam dan di luar negeri melalui single nation branding. Dengan adanya
single nation branding yang kuat diharapkan akan dapat menarik wisatawan dan investasi asing.

17
6. Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dikutip dari Rencana Strategis Kemenkraf 2020-2024, Kehadiran teknologi berperan


penting dalam mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbagai hal, salah
satunya sektor pariwisat. Perubahan perilaku wisatawan terlihat ketika search and share 70%
sudah melalui perangkat digital. Terutama perilaku generasi Y dan Z yang semakin digital dalam
kehidupan sehari-harinya yang dikenal dengan always connected traveler yang artinya
dimanapun berada dan kapanpun bisa saling terkoneksi menggunakan device maupun mobile.
Oleh karenanya, digital marketing akan digunakan dalam pemasaran pariwisata dengan
berkolaborasi dengan konten creator dan influencer. Digital marketing akan dilaksanakan di paid
media, owned media, social media dan endorser. Selain itu, promosi juga akan dilakukan dengan
menggunakan film sebagai media promosi dengan bekerjasama dengan para film maker.
Promosi pariwisata melalui film dapat memberikan dampak positif bagi destinasi wisata yang
dimunculkan dalam film, antara lain adanya peningkatan yang signifikan dalam sektor
pariwisata, mulai dari awareness masyarakat terhadap destinasi wisata, peningkatan popularitas,
sampai pada peningkatan jumlah pengunjung wisata tersebut.

7. Melakukan penguatan komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif

Dikutip dari Rencana Strategis Kemenkraf 2020-2024, Strategi ini fokus kepada penguatan
komunitas maupun kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif. Peran masyarakat sangat
penting dalam pegembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Berjalannya komunitas dan
kelembagaan masyarakat di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif akan mampu mendorong
pertumbuhan bidang ini secara signifikan, merata dan menyeluruh. Tentunya strategi ini tidak
hanya mengupayakan pembentukan kelembagaan maupun komunitas baru, namun juga
mengupayakan kelembagaan dan komunitas masyarakat tersebut aktif dan menjalankan peran
penting dalam menumbuhkembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif nasional. Dalam
pelaksanaannya pengautan komunitas dan kelembagaan pariwisata mempertimbangkan
pengarustamaan gender. Terutama dalam peningkatan kapasitas perempuan untuk terlibat dalam
mata rantai usaha pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain langkah tersebut pemerintah
menyiapkan program lain yaitu meyipakan program dana hibah pariwisata dalam rangka
membantu Pemerintah Daerah serta industri pariwisata seperti hotel dan restoran yang saat
ini mengalami tekanan secara finanasial serta pemulihan terhadap penurunan Pendapatan Asli

18
Daerah (PAD) akibat pandemi covid-19. Total dana yang digelontorkan mencapai Rp. 3,3
triliun sebagai upaya pemerintah menjaga keberlangsungan ekonomi sektor pariwisata. Dana
Hibah Pariwisata merupakan hibah dana melalui mekanisme transfer ke daerah yang
ditujukan kepada pemda serta usaha hotel dan restoran di 101 daerah kabupaten/kota yang
berdasarkan beberapa kriteria, yaitu ibukota 34 provinsi, berada di 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas (DPP) dan 5 Destinasi Super Prioritas (DSP), daerah yang termasuk 100
Calendar of Event (COE), destinasi branding, juga daerah dengan pendapatan dari Pajak
Hotel dan Pajak Restoran (PHPR) minimal 15 persen dari total PAD tahun anggaran 2019.
Dana Hibah Pariwisata ini akan dilaksanakan hingga bulan Desember 2020. Peningkatan
ekspor dan digitalisasi pemasaran produk ekonomi kreatif (ekraf) menjadi salah satu langkah
pemerintah dalam upaya memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Arrazy, 2020).

3.2.1 Strategi Pemerintah dalam Upaya Pemulihan Sektor Pariwisata Selama Pandemi di
Berbagai Daerah
3.2.1.1 Strategi pertahanan dan pengelolaan pariwisata di Bali
Dalam penelitian Paramita dan I. Bagus Gede Paramita (2020), mengemukakan bahwa
dalam masa pandemic di era ne wnormal ini pariwisata di Bali menerapkan standar kebersihan dan
keamanan yang memadai bagi wisatawan, memberikan alternatif pola berwisata baru (Elistia,
2020):

a. High Standard Security: Peningkatan standar keamanan seperti pengecekan barang


bawaan, pemasangan cctv di setiap sisi objek wisata di seluruh Bali, dan penambahan
tenaga keamanan seperti satpam maupun pecalang (tenaga keamanan desa adat di Bali) di
seluruh objek wisata.
b. High Standard Sanitation: daerah wisata di Bali diharuskan untuk meningkatkan standar
sanitasi yang dimiliki karena ini menjamin daya tarik suatu daerah wisata. Para pelaku
pariwisata akan menciptakan standar sanitasi yang harus dimiliki suatu objek wisata seperti
kebersihan toilet, sarana cuci tangan, ketersediaan masker, pengukur suhu badan,
pengecekan surat keterangan sehat dan vaksinasi.
c. Staycation: mendorong hotel-hotel di Bali untuk memberikan fasilitas ekstra seperti
berbagai kelas khas Bali seperti kursus yoga, tari Bali, memasak makanan khas Bali, dan
meditasi. Memberikan atraksi tambahan seperti berbagai tarian Bali, tradisi dan upacara

19
khas Bali sehingga para wisatawan mampu mengenal Bali atau melepas kerinduan
mengenai Bali dengan standar keamanan yang tinggi.
d. Solo travel tour: memberikan pelayanan terbaik bagi para turis dengan mengatur tempat
duduk di dalam mobil, menyediakan hand sanitizer, sabun cuci tangan, tissue di setiap
mobil dan juga mengutamakan moda transportasi pribadi untuk kelompok kecil.
e. Wellness tour: Wellness tour ini menawarkan keseimbangan sempurna antara tujuan yang
menakjubkan, kegiatan peremajaan, dan pengalaman makanan sehat sehingga akan
membantu wisatawan yang kembali ke rumah dengan perasaan lebih baik daripada ketika
mereka sebelum bepergian pergi. Wellness tour ini seperti spa, yoga, meditasi, melukat
(pembersihan diri ke sumber mata air yang disucikan), merasakan kuliner sehat dan paket
wisata spiritual (meliputiperjalanan ke pura-pura suci di Bali).
f. Virtual tourism: Teknologi yang berkembang dalam bidang pariwisata yaitu meningkatnya
platform atau aplikasi digital yang mampu memberikan pengalaman nyata berwisata ke
objek-objek wisata di Bali.
3.2.1.2 Penerapan Pariwisata Melalui Virtual Tourism
Wisata virtual ini merupakan metode baru dalam mengurangi kejenuhan saat pandemic.
Tempat-tempat wisata di Indonesia yang menyuguhkan wisata virtual. Oleh karena itu penerapan
wisata ini juga belum merata ke seluruh daerah. Baik dalam negeri maupun luar negeri. Di
Indonesia sendiri sudah banyak wisata virtual baik yang telah dibuat sebelum pandemi terjadi,
maupun yang baru dibuat saat adanya pandemi. Berikut ini beberapa contoh wisata virtual yang
terdapat di Indonesia (Elistia, 2020):

1. Kebun Raya Bogor (Jawa Barat): Tur virtual ini diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia sebagai pengelola Kebun Raya. Tur ini tersedia sejak Oktober
tahun 2019, di situs Vtkrb.pddi.lipi.go.id dalam bentuk audiovisual dan foto 360 derajat
interaktif. Foto juga dilengkapi dengan tombol informasi yang jika diklik akan
menampilkan data dan informasi menarik perihal lokasi yang dilihat pengunjung. Hal
tersebut dibuat untuk memudahkan pengunjung dalam mengakses situs.
2. JKT Good Guide (Jakarta): Tur virtual terjadwal dan berbayar ini diinisiasi oleh komunitas
wisata JKT Good Guide. Peserta tur diajak berkeliling ke lokasi-lokas seperti Kota Tua
Jakarta, Monas, hingga sejumlah toko kopi populer di Ibu Kota. Tur dilakukan
menggunakan aplikasi Google Street, dilengkapi dengan pemandu yang akan memberi

20
penjelasan kepada peserta melalui aplikasi Zoom. Untuk mengetahui bagaimana panduan
mengikuti tur bisa melihat Instagram @jktgoodguide.
3. Taman Impian Jaya Ancol (Jakarta): Pengelola kawasan Taman Impian Jaya Ancol
mengadakan tur virtual dalam bentuk video dengan cara live streaming instagram.
Pengunjung diajak berjalan-jalan di sejumlah lokasi rekreasi di Ancol, seperti Pantai Ancol
dan Ocean Dream Samudra. Video juga dilengkapi dengan penjelasan oleh pemandu. Tur
ini juga terjadwal, sama seperti tur sebelumnya. Untuk mengetahui jadwal tur pengunjung
dapat melihatnya di Instagram @ancoltamanimpian.
4. KA Wisata (Yogyakarta): Anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia, PT Kereta Api
Pariwisata, juga mengadakan tur virtual ke sejumlah obyek wisata di beberapa kota. Tur
ini sudah dilaksanakan dua kali dan merupakan tur berbayar, dengan lokasi di gedung
Lawang Sewu Semarang dan di Yogyakarta. Biaya yang dibayar peserta akan didonasikan
sebagian untuk masyarakat yang terkena dampak virus corona. Tur diselenggarakan
menggunakan aplikasi Zoom dengan peserta yang sangat terbatas. Biasanya aplikasi zoom
dapat menampung maksimal 300 peserta. Untuk mengetahui informasi tentang bagaimana
panduan mengikuti tur dapat dilihat di Instagram @kawisata.
3.2.1.3 Revitalisasi pengembangan parisiwata di kota bima dalam menghadapi pandemic
covid-19
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah dari 10 (sepuluh) daerah pariwisata
prioritas dalam revitalisasi pengelolaannya mengelompokan wisata menjadi 3, yaitu (Elistia,
2020):
a. Pengelompokkan Wisata Air,
b. Kelompok Wisata Hiburan, dan
c. Kelompok Wisata Alam.
3.2.1.4 Aplikasi Augmented Reality Tourism di Batam
Aplikasi mobile interaktif menggunakan Augmented Reality berbasis penanda dan memberikan
informasi dan peta lokasi pariwisata di Batam (Saragih, 2020). Penelitian ini memanfaatkan
Android Studio untuk mengembangkan prototipe aplikasi mobile, Kudan AR SDK untuk
Augmented Reality, dan Adobe XD untuk membuat desain antarmuka. Target pengguna aplikasi
interaktif ini adalah wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Augmented Reality
memberikan partisipasi interaktif pengunjung di situs pariwisata. Aplikasi seluler yang diusulkan

21
diharapkan menjadi pendekatan normal baru di sektor pariwisata setelah pandemi COVID-19 di
Batam (Elistia, 2020).

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang kami bahas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak akibat adanya pandemi
COVID-19. Pandemi COVID-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi
kreatif di Indonesia. Penurunan jumlah wisatawan yang signifikan tersebut sangat
berpengaruh pada kondisi perekonomian karena pariwisata berperan penting dalam
meningkatkan pendapatan negara, devisa, dan lapangan pekerjaan. Adanya pembatasan
sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar-masuk Indonesia, menyebabkan
penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar Rp. 20,7 miliar. Penerimaan
devisa negara dari sektor pariwisata juga sangat menurun. Menurut Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, proyeksi devisa pariwisata yang dihasilkan pada tahun
2020 sebesar 3,4 M US$, jumlah ini menurun sebesar 79,1% jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 16,9 M US$.
2. Adapun langkah yang ditempuh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenkarekraf) adalah memperbaiki penawaran dan permintaan dengan enam
langkah di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif diantaranya adalah mempersipakan
destinasi wisata, membangun infrastruktur sektor pariwisata, implmentasi dan monitoring
penerapan protokol CHSE di daerah, menciptakan dan membangun daya tarik wisata,
meningkatkan citra pariwisata Indonesia yang berdaya saing, pemanfaatan teknologi dalam
mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif, dan melakukan penguatan
komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif

23
DAFTAR PUSTAKA

Arrazy, M. (2020). Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan (JDEP). JDEP (Jurnal Dinamika
Ekonomi Pembangunan), 3(2), 368-375.
Badan Pusat Statistik. (2020). Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional
Desember 2019. Berita Resmi Statistik,13, 1–16.
Badan Pusat Statistik. 2021. Proporsi Kontribusi Pariwisata Terhadap PDB (Persen), 2015-2017
Bagas. (2020). Pengaruh Pandemi Virus Corona Disease 2019 (Covid19) Dan Penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (Psbb) Terhadap Frekuensi Pengujung Wisata
Tanjung Palette Kabupaten Bone. Skripsi. Universitas Hasanuddin
Bpiw.pu.go.id. 2020. Kementerian pupr tetap Berkomitmen Membangin Infrastruktur di Lima
KSPN Super Prioritas Meski di Masa Pndemi Covid-19. Diakses melalui
https://bpiw.pu.go.id/article/detail/kementerian-pupr-tetap-berkomitmen-
membangun-infrastruktur-di-lima-kspn-super-prioritas-meski-di-masa-pandemi-
covid-19 pada tanggal 24 September 2021 pada pukul 16.00 wib.
Egsa.geo.ugm.ac.id. 2021. Pariwisata Indonesia di Tegah Pandemi. Diakses melalui
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2021/02/11/pariwisata-indonesia-di-tengah-pandemi/ pada
24 September 2021 pukul 14.23 wib.
Elistia. (2020). Perkembangan dan Dampak Pariwisata di Indonesia Masa Pandemi Covid- 19.
Prosiding Konferensi Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (KNEMA),
1177(9), 1–16.
Katadata.co.id. 2020. Erick Thohir Proyek Infrastruktur Pariwisata Tetao Jalan Saat Corona.
diakses melalui https://katadata.co.id/agungjatmiko/berita/5ec4fe92be8ff/erick-thohir-
proyek-infrastruktur-pariwisata-tetap-jalan-saat-corona pada tanggal 24 September
2021 pada pukul 15.36 wib.
Kemenkraf.go.id. 2021. Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi. Diakses melalui
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-Indonesia-di-Tengah-
Pandemi pada 24 September 2021 pada pukul 12.50 wib.
Kemenkraf.go.id. 2021. Infografik 5 Destinasi Super Prioritas. Diakses melalui
https://kemenparekraf.go.id/rumah-difabel/Infografik:-5-Destinasi-Super-Prioritas
pada tanggal 24 September 2021 pada pukul 15.30 wib.

24
Kompas.com. 2019. Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia Tahun 2019 Naik. Diakses pada 23
September 2021 melalui link
https://travel.kompas.com/read/2019/09/05/173751627/indeks-daya-saing-pariwisata-
indonesia-tahun-2019-naik?page=all
Kreatif, E., Pandemi, P., Uno, H. S. S., & Ba, B. (n.d.). Strategi pemulihan pariwisata dan ekonomi
kreatif pasca pandemi.

Pelakubisnis.com. 2019. Sektor Pariwisata Mampu Tekan CAD. Diakses pada 23 September 2021
melalui link https://pelakubisnis.com/2019/12/sektor-pariwisata-mampu-tekan-cad/
Sunarta, Nyoman., Arida, Nyoman. (2017). Pariwisata Berkelanjutan. Bali: Cakra Press
Tobias, B. C. (2021). Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah Pandemi Covid-19. VIII (1).
Viva.co.id. 2021. Infrastruktur Pariwisata Tetap Dibangun Saat Pandemi Ini Alasannya. Diakses
melalui https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1306449-infrastruktur-pariwisata-tetap-
dibangun-saat-pandemi-ini-alasannya?page=3&utm_medium=page-3 pada tanggal 24
September 2021 pukul 16.00 wib.

25

Anda mungkin juga menyukai