5 Tahun 1997
JUDUL PSIKOTROPIKA
LATAR BELAKANG 1. Convention On Psychotropic Substances 1971 (Konvensi
Psikotropika 1971).
2. Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and
Psychotropic Substances 1988 (Konvensi Pemberantasan
Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988).
DASAR HUKUM - Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UndangUndang Dasar
1945;
- UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1992 No 100, Tambahan Lembaran Negara No 3495);
- UU No 8 Tahun 1996 tentang Pengesahan Convention on
Psychotropic Substances 1971 (Konvensi Psikotropika 1971)
(Lembaran Negara Tahun 1996 No 100, Tambahan Lembaran
Negara No 3657);
KETENTUAN UMUM Definisi: psikotropika, pabrik, produksi, kemasan psikotropika,
peredaran, perdagangan, pedagang besar farmasi, pengangkutan,
dokumen pengangkutan, transito, penyerahan, lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan, korporasi, menteri
TUJUAN a. menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. memberantas peredaran gelap psikotropika.
MATERI a. produksi
MUATAN/ASPEK b. peredaran
YANG DIATUR c. ekspor dan impor
d. label dan iklan
e. kebutuhan dan pelaporan
f. pengguna psikotropika dan rehabilitasi
g. pemantauan prekusor
h. pembinaan dan pengawasan
i. pemusnahan
j. peran serta masyarakat
k. ketentuan pidana
l. ketentuan peralihan
m. ketentuan penutup
MATERI FARMASI Psikotropika, produksi, peredaran, penyaluran, penyerahan,
ekspor dan impor, kebutuhan dan pelaporan, pemusnahan
SANKSI Denda dan pidana
ATURAN 1. Ketentuan peralihan :
PERALIHAN/PENUTU - Pasal 73 : Semua peraturan perundang-undangan yang
P mengatur psikotropika masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan
peraturan yang baru berdasarkan UU ini
2. Ketentuan penutup :
- Pasal 74 : UU ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan UU ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
1
ASPEK UU No. 8 Tahun 1999
JUDUL PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil &
makmur
2. Aneka ragam barang –jasa menigkatkan kesejahteraan
masyarakat tanpa mengakibatkan kerugian konsumen
3. Pasar nasional harus menjamin kesejahteraan masyarakat, dan
LATAR BELAKANG /
kepastian mutu, jumlah, keamanan barang-jasa
ALASAN
4. Perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian,
DITERBITKAN
kemampuan, kemandirian konsumen untuk melindungi diri,
& sikap bertanggung jawab
5. Ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen
belum memadai
6. Perlu perangkat peratuan perundang-undangan
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, Pasal 33
Definisi : Perlindungan konsumen, konsumen pelaku usaha,
barang, jasa, promosi, imporbarang, impor jasa, Lembaga
KETENTUAN UMUM Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, Klausula baku,
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, Badan Perlindungan
Konsumen Nasional, Menteri
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan & kemandirian
konsumen untuk melindungi diri
2. Mengangkat harkat & martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang –
jasa
3. Meningkatkan permberdayaan konsumen akan hak –haknya
sebagai konsumen
TUJUAN
4. Menciptakan system perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hokum & keterbukaan informasi
& akses untuk mendapatkan informasi
5. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan
konsumen
6. Meningkatkan kualitas barang – jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang – jasa
Hak & kewajiban, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha,
ketentuan pencantuman klausula baku, tanggungjawab pelaku
MATERI MUATAN
usaha, pembinaan & pengawasan, badan perlindugan konsumen
/ASPEK YANG
nasional, Lembaga Perlindungan konsumen swadaya masyarakat,
DIATUR
penyelesaian sengketa, badan penyelesaian sengketa konsumen,
penyidikan, sanksi
Larangan memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
MATERI FARMASI
rusak,cacat atau bekas dan tercemar
SANKSI Pidana denda & penjara
ATURAN PERALIHAN 1. Berlaku setelah 1 tahun diundangkan
2
2. Peraturan perundang-undangan yang sudah ada yang
/ PENUTUP
bertujuan melindungi konsumen, tetap berlaku
5
Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika.
3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan prekursor
Narkotika
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahgunaa dan pecandu Narkotika.
MATERI MUATAN Ketentuan umum (definisi), dasar, asas dan tujuan (Pasal 2-4),
ruang lingkup (Pasal 5-7), Pengadaan (Pasal 9-14), impor dan
ekspor (Pasal 15-34), Peredaran (pasal 35-44), label dan
publikasi (Pasal 45-47), prokursor narkotik (Pasal 48-52),
pengobatan dan rehabilitasi (Pasal 64-72), penyelidikan,
penentuan, dan pemeriksaan disidang pengadilan(Pasal 73-103),
peran serta masyarakat (Pasal 104-108), penghargaan (pasal
109-110), Ketentuan pidana (Pasal 111-148), ketentuan
peralihan (Pasal 149-151), ketentuan penutup (Pasal 152-155).
MATERI FARMASI Definisi Narkotika, Prekursor Narkotika, produksi, ekspor,
impor, peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, surat
persetujuan impor dan ekspor, pengangkutan PBF, industri
farmasi, transito narkotika, pecandu narkotika, ketergantungan
Narkotika, penyalahguna, rehabilitasi medis, rehabilitasi
sosial,pemukafakatan jahat, penyadapan, kejahatan
terorganisasi, dan koperasi.
SANKSI Tindak Pidana Narkotika berupa denda dan penjara
ATURAN Bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional yang
PERALIHAN/PENUTUP dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi,
teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas,
dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama dikalangan
generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara sehingga UU No. 22 Tahun
1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk
menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut.
7
Tanggung jawab dan wewenang pemerintah; Tenaga kesehatan;
Asisten tenaga kesehatan; Jenis-jenis tenaga kesehatan;
Perencanaan, Pengadaan, dan Pendayagunaan tenaga kesehatan;
Konsil tenaga kesehatan RI; Registrasi dan Perizinan tenaga
kesehatan; Pembinaan praktik; Penegakan disiplin tenaga
MATERI MUATAN / kesehatan; Organisasi profesi; Tenaga kesehatan WNI lulusan
ASPEK YANG DIATUR luar negri; Tenaga kesehatan WNA; Hak dan kewajiban tenaga
kesehatan; Kewenangan tenaga kesehatan; Pelimpahan tindakan;
Standar profesi; Standar pelayanan profesi; Standar prosedur
operasional; Persetujuan tindakan; Rekam medis; Rahasia
kesehatan; Perlindungan hukum; Perselisihan; Pembinaan dan
pengawasan;
MATERI FARMASI Definisi : Tenaga kefarmasian
Teguran lisan; Peringatan tertulis; denda administratif;
SANKSI
pencabutan izin; Pidana denda; Pidana penjara
1. Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai tenaga kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku,
jika tidak bertentangan.
2. PP No. 32 Tahun 1996 dicabut.
ATURAN PERALIHAN
3. Sekretariat Konsil kedokteran Indonesia menjadi Sekretariat
/ PENUTUP
konsil tenaga kesehatan Indonesia setelah terbentuknya
konsil tenaga kesehatan Indonesia.
4. Pasal 4 ayat (2), Pasal 17, Pasal 20 ayat (4), dan Pasal 21
UU No. 29 Tahun 2004 dicabut.
11
PP ini berlaku pada tanggal di Undangkan agar setiap orang
mengetahuinya memerintahkan pengundangan PP ini
12
Negara Republik Indonesia No. 5062).
KETENTUAN UMUM Narkotika, tanaman narkotika, prekursor arkotika, surat
persetujuan import, surat persetujuan eksport, pengangkutan,
penanggungjawab pengangkutan, pengangkut, transito
narkotika, sarana pengangkut, produksi, duksi, import, eksport,
peredaran, pelabelan, izin edar, barang sitaan, pengambilan
sampel, pengujian sampel, penyimpanan, pengamanan,
penyerahan, pemusnahan, harta kekayaan, keluarga,
perlindungan, saksi, pelapor, menteri, bandan narkotika
nasional.
TUJUAN Melaksanakan UU No. 35 Tahun 2009.
MATERI MUATAN Transito Narkotika, pengelolaan barang sitaan, narkotika
temuan, hasil tindak pidana narkotika, pembinaan dan
pengawasan narkotika, ketentuan penutup.
SANKSI Sanksi administratif
ATURAN Pada saat PP ini mulai berlaku, ketentuan mengenai rencana
PERALIHAN/PENUTUP nasional, sudah ditetapkan dalam waktu paling lama 1 (satu)
Tahun sejak berlakunya PP ini.
Semua ketentuan yang berkaitan dengan syarat dan tata cara
penyimpanan, pengamanan, pengawasan, pengambilan dan
pengujian sampel, penyerahan dan pemusnahan barang sitaan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam PPan ini.
PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
20
Peraturan Mentri Kesehatan No. 246/Menkes/V/1990
Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional &
Pendaftaran Obat Tradisional Sudah Tidak Sesuai Dengan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi Serta
Kebutuhan Hukum
Berdasarkan Pertimbangan Sebagaimana Yang Dimaksud
Poin Diatas Perlu Menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
Tentang Industri & Usaha Obat
DASAR HUKUM A. UU No. 5 Tahun 1084 Tentang Perindustrian
B. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
C. UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil &
Menengah
D. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
E. PP No. 17 Tahun 19869 Tentang Kewenangan Pengaturan,
Pembinaan & Pengembangan Industri
F. PP No. 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi & Alat Kesehatan
G. PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi & Pemerintah Daerah
H. PP No. 13 Tahun 2009 Tentang Jenis & Tarif Atsa Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Departemen Kesehatan
I. PP No. 51 Tahun 2009 Tentangpekerjaan Kefarmasian
J. Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang
Kependudukan, Tugas & Fungsi Kewenangan Susunan
Organisasi & Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
K. PP No. 24 Tahun 2010 Tentang Kependudukan, Tugas &
Fungsi Kementrian Negara Serta Susunan Organisasi,
Tugas & Fungsi Esselon I.
L. KMK No 381/Menkes/Sk/Iii/2007 Tentang Kebijakan Obat
Tradisional Nasional.
M. KMK No 1144/Menkes/Per/Viii/2010 Tentang Organisasi
& Tata Kerja Kementrian Kesehatan
KETENTUAN UMUM Definisi Obat Tradisional, Cara Pembuatan Obat Yang Baik
(Cpotb), Industri Obat Tradisional (Iot), Industri Ekstrak Bahan
Alam (Ieba), Usaha Kecil Obat Tradisional (Ukot), Usaha Mikro
Obat Tradisional (Umot), Usaha Jamu Racikan, Usaha Jamu
Gendong, Menteri, Direktorat Jendral, Kepala Bpom & Kepala
Balai Besar Pom.
MATERI MUATAN/ Bentuk Industri & Usaha Obat Tradisional, Perizinan,
ASPEK YANG DIATUR Penyelenggaraan, Perubahan Status & Kondisi Sarana, Laporan,
Pembinaan & Pengawasan, Ketentuan Peralihan, Ketentuan
Penutup.
SANKSI Sanksi Administratif Berupa Peringatan, Peringatan Keras,
21
Perintah Penarikan Produksi dari Peredaran, Penghentian
Sementara Kegiatan atau Pencabutan Izin
KETENTUAN Permohonan Izin Industri & Usaha Obat Tradisional Yang
PERALIHAN Telah Diajukan Sebelum Berlakunya Peraturan Menteri Ini
Tetap Diproses Berdasarkan Ketentuan PMK No.
246/Menkes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Obat
Tradisional & Pendaftaran Obat Tradisional Ini Dinyatakan
Masih Berlaku Pada Saat Peraturan Menteri Ini Mulai
Berlaku,
PMK No. 246/Menkes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional & Pendaftaran Obat Tradisional,
Sepanjang Yang Menyangkut Izin & Usaha Industri Obat
Tradisional & Dinyatakan Tidak Berlaku
KETENTUAN Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal
PENUTUP diundangkannya, agar setiap orang mengetahuinya
memerintahkan pengundangan peraturan menteri ini, dengan
penempatannya dalam berita negara republik indonesia.
22
-pembatalan izin edar.
-penarikan dari peredaran dan/atau pemusnahan obat tradisonal
yang tidak memenuhi standard dan/atau persyaratan.
ATURAN PERALIHAN 1. PMK No.246/Menkes/Per/1990 tentang izin usaha Industri
/ PENUTUP Obat Tradisional dan pendaftaran Obat Tradisional.
2. Izin diperbaharui paling lama 2 tahun sejak PMK
diundangkan.
23
PREKURSOR FARMASI
LATAR BELAKANG / - PMK No. 785/Menkes/Per/V/1997 dan PMK No.
ALASAN 168/Menkes/Per/V/2005 tentang ekspor impor psikotropika &
DITERBITKAN prekursor farmasi perlu disesuaikan dgn prkembangan &
kebutuhan hukum;
- Berdasarkan psl 22 UU No. 35 Tahun 2009, perlu menetapkan
PMK tentang ekspor impor narkotika, Psikotropika &
Prekursor Farmasi.
DASAR HUKUM UU No. 8/1976; UU No. 8/1996; UU No. 5/1997; UU No. 7/1997;
UU No. 35/2009; UU No. 36/2009; UU No. 72/1998; PP No.
51/2009; PP No. 44/2010; KepPres No. 103/2001; PMK No.
1144/2010
KETENTUAN UMUM Definisi: Narkotika, Psikotropika, Prekursor, Prekursor Farmasi,
Impor, Ekspor, Surat Persetujuan Impor, Surat Persetujuan Ekspor,
Importir Produsen Psikotropika, Importir Produsen Prekursor
Farmasi, Importir Terdaftar Psikotropika, Importir Terdaftar
Prekursor Farmasi, Eksportir Produsen Psikotropika, Eksportir
Produsen Prekursor Farmasi, Eksportir Terdaftar Psikotropika,
Eksportir Terdaftar Prekursor Farmasi, Industri Farmasi, Pedagang
Besar Farmasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Kepala BPOM,
DirJen, Menteri.
TUJUAN Kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
MATERI MUATAN / Impor Nerkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Ekspor
ASPEK YANG DIATUR Nerkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Perubahan
SPI/SPE; Pencatatan dan Pelaporan; Pembinaan dan Pengawasan;
Sanksi; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup.
MATERI FARMASI Impor Nerkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Ekspor
Nerkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Perubahan
SPI/SPE; Pencatatan dan Pelaporan.
SANKSI Sanksi Administratif: Peringatan Tertulis, Penghentian Sementara,
Pencabutan Izin.
ATURAN PERALIHAN 3. Permohonan izin yg telah diajukan sebelum berlaku PMK
/ PENUTUP tetap di proses berdasarkan peraturan sebelumnya.
4. Izin yg dikeluarkan sebelumnya masih tetap berlaku
sampai masa berlaku berakhir.
25
izin kerja tenaga kefarmasian.
DASAR HUKUM UU No. 36 Tahun 2009, UU No. 44 Tahun 2009, UU No. 23
Tahun 2014, UU No. 9 Tahun 2015, UU No. 23 Tahun 2014,
UU No. 36 Tahun 2014, PP No. 72 Tahun 1998, PP No. 51
Tahun 2009, PP No. 35 Tahun 2015, PERMENKES No. 889
Tahun 2011, PERMENKES No. 64 Tahun 2015.
KETENTUAN UMUM Definisi : kesehatan,rumah sakit, pemerintah daerah, tenaga
kesehatan, pengamanan sed.farmasi dan alkes, pekerjaan
kefarmasian, Kementrian Kesehatan, registrasi, Izin praktik,
dan izin kerja Tenaga Kefarmasian, Organisasi dan Tata kerja
kementrian kesehatan.
TUJUAN 1. Nomenklatur yang berbunyi surat izin kerja harus dibaca dan
dimaknai sebagai SIP.
2. Setiap tenaga kefarmasin yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja.
MATERI MUATAN/ Registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian.
ASPEK YG DIATUR
MATERI FARMASI 4surat izin kefarmasian, SIPA apoteker, SIPTTK tenaga teknis
kefarmasian.
SANKSI Pidana dan sanksi
ATURAN PERALIHAN/ 1. Tetap di proses sesuai PERMENKES No. 31 Tahun 2016
PENUTUP 2. Registrasi, izin praktik, dan izin kerja kefarmasian
3. Dengan berlakunya peraturan ini, maka PERMENKES No.
889 Tahun 2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin
kerja kefarmasian diubah.
4. Peraturan berlaku pada tanggal ditetapkan.
27
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 24 dan Pasal 28 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
No. 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No. 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 No. 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 4844)
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5063);
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5072);
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/
VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
No. 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 No. 741)
KETENTUAN UMUM Definisi rumah sakit, rumah sakit umum, rumah sakit khusus,
izin mendirikan rumah sakit, izin oprasional rumah sakit,
pemerintah pusat, menteri, pemerintah daerah.
TUJUAN Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, perizinan rumah
sakit dan klasifikasi rumah sakit.
ISI Ketentuan umum, pendirian dan penyelenggaraan, bentuk
rumah sakit, klasifikasi rumah sakit.
SANKSI Sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
ATURAN PENUTUP a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 147/Menkes/Per/I/2010
tentang Perizinan Rumah Sakit.
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/Menkes/Per/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit, kecuali Lampiran II Kriteria
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus sepanjang belum diganti.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
2264/Menkes/SK/XI/2011 tentang Pelaksanaan Perizinan
Rumah Sakit; dan.
d. Semua peraturan pelaksanaan yang terkait dengan klasifikasi,
perizinan, dan penamaan Rumah Sakit sepanjang
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
28
ELEKTRONIK (E-CATALOGUE)
LATAR BELAKANG a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas, efisiensi dan
transparansi dalam proses pengadaan obat program Jaminan
Kesehatan Nasional dan obat program lainnya pada satuan
kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah, dan
Fasilitas Kesehatan baik pemerintah maupun swasta, telah
tersedia katalog obat yang dapat diakses di Portal Pengadaan
Nasional melalui Website
b. bahwa PMK No 48 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur E-
Purchasing Berdasarkan E-Catalogue perlu disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PMK tentang
Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik
(ECatalogue);
DASAR HUKUM 1. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. PMK No, 1144/Menkes/Per/lll/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah
dengan PMK No. 35 Tahun 2013;
4. PMK No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional;
5. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah No. 17 Tahun 2012 tentang E-
Purchasing;
TUJUAN Pengaturan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-
Catalogue) bertujuan untuk menjamintransparansi/keterbukaan,
efektifitas dan efisiensi proses pengadaan obat dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
1. meningkatkan transparansi/keterbukaan dalam proses
pengadaan barang/jasa;
2. meningkatkan persaingan yang sehat dalam rangka
penyediaan pelayanan publik dan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik;
3. meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pengelolaan
proses pengadaan barang/jasa.
MATERI MUATAN Berdasarkan Pasal 110 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telahdiubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun
2012,dikembangkan metode pengadaan obat melalui sistem E-
PurchasingObat.
.
MATERI FARMASI Pembelian obat secara elektronik (E-Purchasing) berdasarkan
sistem Katalog Elektronik (E-Catalogue) obat dilaksanakan oleh
PPK dan Pokja ULP atau Pejabat Pengadaan melalui aplikasi E-
Purchasingpada website Layanan Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE), sesuai Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 17 Tahun 2012 tentang
29
E-Purchasing.
SANKSI -
ATURAN Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat berdasarkan Katalog
PERALIHAN/PENUTUP Elektronik (E-Catalogue) ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan
pengadaan obat secara transparan di Satuan Kerja di bidang
kesehatan baik Pusat maupun Daerah dan FKTP atau FKRTL
pemerintahuntuk menjamin ketersediaan dan akses obat yang
aman,bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat.FKTP dan
FKRTL swasta yang melakukan pengadaan obat berdasarkan
Katalog Elektronik (E-Catalogue), prosedurnya dapat
menyesuaikan dengan langkah-langkah pada petunjuk
pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik
(E-Catalogue) secaramanual.
37
ASPEK PMK No. 1190 Tahun 2010
JUDUL Tentang Izin Edar Alkes dan PKRT
LATAR BELAKANG a. Memberi pengamanan dan melindungi masyarakat
b. Ketentuan izin edar alkes & PKRT perlu disesuaikan dgn
perkembangan dan kebutuhan hukum
DASAR HUKUM 1. UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemda, dgn perubahannya yg
ke-2 yaitu UU No.12 Tahun 2008
3. UU No.36-2009 tentang Kesehatan
4. PP No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alkes
5. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
antara Pemprov dan Pemda
6. PP No.13 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Bukan Pajak yang berlaku pada Depkes
7. PP No.24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara
8. PMK No.1575 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Depkes, dgn perubahannnya yg kedua No.439 Tahun 2009
KETENTUAN UMUM Definisi :
Alkes, PKRT, Produk Rekondisi/Produk Remanufakturing,
Perusahaan, PAK, Perusahaan RT, Izin Edar, Surat Ket.Impor,
Surat Ket.Izin Ekspor, Mutu, Penandaan, Etiket/label,
Pemerintah Pusat, Pemda, Menteri, Dirjen
TUJUAN 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety).
MATERI Izin Edar, Penandaan, Iklan, Pemeliharaan Mutu, Ekspor dan
MUATAN/ASPEK YG Impor, Perselisihan Keagenan, Peran Serta Masyarakat, Binwas,
DIATUR Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup.
MATERI FARMASI Alkes, PKRT, PAK, Izin Edar, Surat Ket.Impor dan Ekspor,
Penandaan, Etiket/label
SANKSI Sanksi Administratif terdiri berupa, Peringatan lisan;
Peringatan tertulis; Pencabutan izin.
Sanksi pidana, bila pelanggaran mengakibatkan seseorang
mengalami gangguan kesehatan yg serius.
ATURAN PERALIHAN PMK No.1184 Tahun 2004 tentang Pengamanan Alkes dan
PKRT masih berlaku s.d habis masa berlakunya
Permohonan izin edar yg sdng dlm proses, diselesaikan
berdasarkan ketentuan PMK No.1184 Tahun 2004.
Penyesuaian paling lambat 1 tahun sejak peraturan
ditetapkan
KETENTUAN Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, PMK No.1184 Tahun
PENUTUP 2004 tentang Pengamanan Alkes dan PKRT sepanjang
mengatur mengenai izin edar alkes dan PKRT dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
38
39
ASPEK PMK No. 1191 Tahun 2010
JUDUL PENYALURAN ALAT KESEHATAN (PAK)
a. menjamin mutu, keamanan, dan kemanfaatan alat kesehatan
yang didistribusikan kepada konsumen, perlu mengatur
LATAR BELAKANG / penyaluran alat kesehatan
ALASAN b. ketentuan mengenai penyaluran alat kesehatan yang telah
DITERBITKAN diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
1184/MenKes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Penyaluran Alat Kesehatan
DASAR HUKUM UU No. 8/1999, UU No. 32/2004, UU No. 36/2009, PP No.
72/1998, PP No. 38/2007, PP No. 13/2009, PerPres No. 24/2010,
PMK No. 1575/2005
KETENTUAN UMUM Definisi : Alat Kesehatan, Penyaluran Alat Kesehatan, Cabang
Penyaluran Alat Kesehatan, Toko Alat Kesehatan, Cara Distribusi
Alat Kesehatan, Pedagang Eceran Obat, Sertifikat Pemberitahuan
Ekspor, Sertifikat Bebas Jual, Menteri Dan Direktur Jenderal.
TUJUAN 1. Menjamin mutu dan keamanan alat kesehatan
2. Mengatur penyaluran alat kesehatan
MATERI MUATAN / Ruang lingkup, penyaluran ( meliputi : perizinan, syarat dan tata
ASPEK YANG DIATUR cara, izin cabang PAK, toko alat kesehatan, penyerahan alat
kesehatan, sarana dan prasarana, pemeriksaan dan pelaporan,
ekspor dan impor), pembinaan dan pengawasan (penarikan
kembali, pemusnahan, tindak administratif),
ATURAN PERALIHAN / 1. Izin PAK, izin Cabang PAK, izin sub PAK dan izin toko
PENUTUP alat kesehatan yang telah diterbitkan berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1184/MenKes/Per/X/2004
dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya.
2. PMK No. 1184/2004 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
41
Aspek PK BPOM No. 3 Tahun 2016
Judul PEDOMAN PELAKSANAAN TINDAKAN
PENGAMANAN SETEMPAT DALAM PENGAWASAN
PEREDARAN OBAT DAN MAKANAN DI SARANA
PRODUKSI, PENYALURAN DAN PELAYANAN OBAT
DAN MAKANAN
Latar Belakang a. bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu yang klarifikasi
dan konfirmasi lebih lanjut dalam pengawasan peredaran
obat dan makanan disarana produksi, penyaluran, dan
pelayanan obat dan makanan diperlukan tindakan
pengamanan setempat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan untuk memberikan kepastian hukum bagi
petugas dan/atau pemilik sarana produksi, penyaluran, dan
pelayanan obat dan makanan perlu menetapkan Peraturan
KBPOM tentang Pedoman Pelaksanaan Tindakan
Pengamanan Setempat dalam Pengawasan Peredaran Obat
dan Makanan di Sarana Produksi, Penyaluran, dan
Pelayanan Obat dan Makanan
Dasar Hukum 1. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
5. PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
6. PP No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan
7. PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
8. PP No. 44 Tahun 2010 tentang Prekursor Farmasi
9. PP No. 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
10. PP No. 3 Tahun 2013 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen Peraturan Presiden
No. 4 Tahun 2013 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen
11. PerMenKes No. 167/Kab/B.VII/72 tentang Pedagang
Eceran Obat sebagaimana telah diubah dengan
KepMenKes No. 1331/Menkes/SK/X/2002;
12. PerMeKes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah
diubah dengan KepMenKes No.
1332/MENKES/SK/X/2002;
13. PerMenKes No 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang
Industri Farmasi sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan 4 Menteri Kesehatan No. 16 Tahun 2013
14. PerMenKes No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang
PBF sebagaimana telah diubah dengan PerMenKes No. 34
Tahun 2014
15. PerMenKes No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan
Usaha Obat Tradisional
42
16. PKBPOM No. 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja BPOM sebagaimana telah
diubah dengan PKBPOM No. HK.00.05.21.4231 Tahun
2004;
17. PKBPOM No. 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM
Ketentuan Umum 1. Obat dan Makanan adalah obat, bahan obat, obat tradisional,
kosmetik, suplemen kesehatan, dan pangan olahan.
2. Sarana Produksi, Penyaluran, dan Pelayanan Obat dan
Makanan, yang selanjutnya disebut Sarana, adalah fasilitas
atau tempat dilakukannya produksi/pembuatan,
distribusi/penyaluran, dan/atau penyerahan/ pelayanan obat,
bahan obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan,
dan/ atau pangan olahan.
3. Pengamanan Setempat adalah tindakan yang dilakukan oleh
petugas BPOM, termasuk petugas unit pelaksana teknis di
lingkungan BPOM untuk melakukan inventarisasi,
pengambilan contoh untuk uji laboratorium, dan/atau
penyegelan dalam pengawasan peredaran Obat dan
Makanan, termasuk bahan baku dan/atau bahan pengemas.
4. Petugas BPOM, termasuk petugas unit pelaksana teknis di
lingkungan BPOM, yang selanjutnya disebut Petugas,
adalah PNS di lingkungan BPOM, termasuk unit pelaksana
teknis di lingkungan BPOM, yang diberi tugas melakukan
pengawasan peredaran Obat dan Makanan berdasarkan surat
perintah tugas.
Tujuan Untuk memberikan kepastian hukum bagi petugas dan/atau
pemilik sarana produksi, penyaluran, dan pelayanan obat dan
makanan perlu menetapkan Peraturan Kepala BPOM tentang
Pedoman Pelaksanaan Tindakan Pengamanan Setempat dalam
Pengawasan Peredaran Obat dan Makanan di Sarana Produksi,
Penyaluran, dan Pelayanan Obat dan Makanan
Materi PENGAMANAN SETEMPAT
PEMBUKAAN SEGEL
FORMAT BERITA ACARA
Saksi 1) Jika hasil uji laboratorium dan/atau verifikasi
penandaan/label atas Obat dan Makanan tidak memenuhi
standar/persyaratan dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan, harus ditindaklanjuti sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Jika hasil uji laboratorium dan/atau verifikasi
penandaan/label tidak memenuhi standar/ persyaratan
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan serta
menunjukkan adanya bukti permulaan yang cukup terhadap
adanya tindak pidana di bidang Obat dan Makanan, harus
segera dilakukan penyidikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
43
Ketentuan Penutup Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Badan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
44
JUDUL PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT DAN MAKANAN
KEDALAM WILAYAH INDONESIA
LATAR BELAKANG/ 1. Obat dan makanan yang masuk kewilayah Indonesia harus
ALASAN memiliki nomor izin edar
DITERBITKAN 2. Peraturan pengawasan pemasukan obat dan makanan perlu
disesuiakan dengan ketentuan terkini dibidang Impor
3. Perlu menetapkan peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat
dan Makanan tentang pengawasan pemasukan obat dan
makanan kedalam wilayah Indonesia
DASAR HUKUM - UU No. 8 Tahun 1999, UU No. 36 Tahun 2009
- UU No. 18 Tahun 2012, PP No. 72 Tahun 1998, PP No. 69
Tahun 1999, PP No. 28 Tahun 2004, PP No. 48 Tahun 2010,
PP No. 10 Tahun 2012, PP No. 10 Tahun 2008, Kepres No.
103 Tahun 2001, Kepres No. 110 Tahun 2001, PERMENKES
- No.1010/Menkes/Per/XI/2008, Permenkes
- No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010 Permenkes
- No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 Tahun 2010, Peraturan Mentri
Keuangan No 213/PMK.011/2011, Permenkes
- No. 1148/Menkes/Per/VI/2011, Permenkes No. 007 Tahun
2012, Permenkes No. 033 Tahun 2012, Keputusan Kepala
Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.02001/SK/KBPOM
Tahun 2001, peraturan kepala badan pengawasan obat dan
makanan No. HK.00.05.41.1384 Tahun 2005, Keputusan
Kepala bada pengawas obat dan makanan No
HK.00.05.23.4415 Tahun 2008, keputusan kepala badan
pengawas obat dan makanan No. HK. 00.05.23.4416 Tahun
2008, peraturan badan pengawas obat dan makanan No. HK.
03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011, peraturan kepala badan
pengawas obat dan makanan No. HK. 03.1.5.12.11.09955
Tahun 2011, peraturan kepala badan pengawas obat dan
makanan No. HK. 03.1.5.12.11.09956 Tahun 2011
KETENTUAN UMUM Definisi : obat dan makanan, Pemasukan obat dan makanan, surat
keterangan impor, obat, prodak biologi, obat tradisional, obat
kuasi, kosmetika, suplemen kesehatan, pangan olahan, izin edar,
batas kadaluwarsa, Kepala Badan
TUJUAN Lebih meningkatkan pengawasan pemasukan obat dan makanan
yang di impor ke dalam negeri
MATERI MUATAN / Tata cara permohonan, persetujuan pemasukan, dokumentasi,
ASPEK YANG DIATUR biaya, pemasukan kembali
MATERI FARMASI Definisi : obat dan makanan, pemasukan obat dan makanan, surat
keterangan impor, obat, produk biologi, obat tradisional, obat
kuasi, kosmetika, suplemen kesehatan, izin edar, batas
kadaluwarsa
SANKSI Pidana denda dan penjara
ATURAN Peraturan mengenai pemasukan obat dan makanan yang telah ada
PERALIHAN/PENUTUP masih berlaku selama tidak bertentangan dengan peraturan ini
45
JUDUL Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika
LATAR BELAKANG/ untuk melaksanakan ketentuan pasal 22 peraturan menteri
ALASAN kesehatan No. 1175/menkes/per/viii/2010 Tahun 2010 tentang izin
DITERBITKAN produksi kosmetika, perlu menetapkan peraturan kepala badan
pengawas obat dan makanan tentang pengawasan produksi dan
peredaran kosmetika
DASAR HUKUM - UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
- UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
- PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
Dan Alat Kesehatan;
- Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Peraturan
Presiden No. 64 Tahun 2005;
- Keputusan Presiden No. 110 Tahun 2001 tentang Unit
- Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen
- sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden No 52 Tahun 2005;
- KMK No. 386/Men.Kes/SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang
Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat
Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga,
dan Makanan - Minuman;
- PMK No. 1175/MENKES/PER/VI/2010 Tahun 2010 tentang
Izin Produksi Kosmetika;
- PMK No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tahun 2010 tentang
Notifikasi Kosmetika;
- Keputusan Kepala BPOM No. 02001/SK/KBPOM Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Kepala BPOM RI No.
HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
- Keputusan Kepala BPOM No. HK.00.05.4.3870 Tahun 2003
tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik;
- PK BPOM No. HK.03.42.06.10.4556 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik;
- PK BPOM No. HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang
Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika;
- PK BPOM No. HK.03.1.23.12.10.12123 Tahun 2010 tentang
Pedoman Dokumen Informasi Produk;
- PK BPOM No. HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Teknis Kosmetika;
- PK BPOM No. HK.03.1.23.04.11.03724 Tahun 2011 tentang
Pengawasan Pemasukan Kosmetika;
- PK BPOM No. HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetika;
- PK BPOM No. HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika;
KETENTUAN UMUM Definisi : kosmetika, produksi, pengolahan, pengemasan,
peredaran, kepala badan, petugas
46
TUJUAN 1. Pengawasan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a dilakukan terhadap:
a. industri kosmetika;
b. importir kosmetika;
c. usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak
produksi dengan industri kosmetika yang telah memiliki izin
produksi;
d. distribusi; dan
e. penjualan kosmetika melalui media elektronik.
47
APOTEKER ISTN ANGKATAN 34 TAHUN 2017
UU No. 5 Tahun 1997
UU No. 8 Tahun 1999
UU No. 13 Tahun 2003
UU No. 32 Tahun 2004
UU No. 35 Tahun 2009
UU No. 36 Tahun 2009
UU No. 36 Tahun 2014
UU No. 44 Tahun 2009
PP No. 20 Tahun 1962
PP No. 23 Tahun 2004
PP No. 25 Tahun 2011
PP No. 32 Tahun 1996
PP No. 40 Tahun 2013
PP No. 44 Tahun 2010
PP No. 51 Tahun 2009
PP No. 54 Tahun 2010
PP No. 72 Tahun 1998
PP No. 73 Tahun 2016
PP No. 93 Tahun 2015
PP No. 1189 Tahun 2010
PMK No. 006 Tahun 2012
PMK No. 007 Tahun 2012
PMK No. 9 Tahun 2017
PMK No. 10 Tahun 2013
PMK No. 13 Tahun 2014
PMK No. 31 Tahun 2016
PMK No. 35 Tahun 2014
PMK No. 56 Tahun 2014
PMK No. 63 Tahun 2004
PMK No. 75 Tahun 2014
PMK No. 472 Tahun 96
PMK No. 889 Tahun 2011
PMK No. 922 Tahun 1993
PMK No. 1010 Tahun 2008
PMK No. 1148 Tahun 2011
PMK No. 1175 Tahun 2010
PMK No. 1176 Tahun 2010
PMK No. 1190 Tahun 2010
PMK No. 1191 Tahun 2010
PMK No. 1799 Tahun 2010
PKBPOM No. 3 Tahun 2016
PKBPOM No. 18 Tahun 2015
PKBPOM No. 27 Tahun 2013
PKBPOM HK.03.1.23.12.11.10052 Tahun 2011
48