Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal UNMUH Jember (Universitas Muhammadiya)

TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225


Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

Tanggal diterima Tanggal direvisi Tanggal Terbit


3 Februari 2019 27 Februari 2019 25 Maret 2019

Manhaj Tarjih Dan Tajdid :


Asas Pengembangan Pemikiran dalam Muhammadiyah

Bahar Agus Setiawan


Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Jember
E-mail : baharsetiawan@unmuhjember.ac.id

Abstract

This literature review aims at exploring both manhaj tarjih and tajdid in Muhammadiyah tradition as a
basis for developing reasonings. Islamic study within Muhammadiyah tradition is not only intended for use in
studying religious beliefs, but also as a process for understanding Islam more comprehensively, so that it can
optimize the value of Islam as ‘rahmatan lil alamin’ not only at the conceptual level but also, more
importantly, at the practical level in line with the philosophy of baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur.
The basis for developing thoughts in Muhammadiyah is predicated upon 16 main points, the rules of tarjih
based on ijma', qiyas, maslahah mursalah and al-urf, while the tarjih method covers bayani, burhani
and istislahi such as pertaining to reasoning for using bayani, burhani and irfani.

Keywords: Manhaj Tarjih and Tajdid, Thoughts Development, Muhammadiyah

Abstrak

Artikel ini yang merupakan kajian berbasis literatur bertujuan untuk mengeksplorasi manhaj
tarjih dan tajdid dalam tradisi Muhammadiyah sebagai asas dalam mengembangan pemikrian.
Kajian keislaman dalam Muhammadiyah tidak hanya diperuntukan dalam kerangka studi
agama an sich, tetapi sebagai proses untuk memahami Islam secara komprehensif sehingga
dapat menghadirkan Islam rahmatan lil alamin bukan hanya pada tataran konsep tetapi lebih
aplikatif sejalan dengan filosofi baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Asas pengembangan
pemikiran Muhammadiyah didasari atas 16 pokok uraian, kaidah tarjih merujuk pada ijma’,
qiyas, maslahah mursalah dan al-urf, sedangkan metode tarjih meliputi bayani, burhani dan
istislahi adapun berkaitan dengan pemikiran menggunakan bayani, burhani dan irfani.

Kata Kunci : Manhaj Tarjih dan Tajdid, Pengembangan Pemikiran, Muhammadiyah

PENDAHULUAN dianggap sebagai gerakan yang bertentangan


Kelahiran Muhammadiyah tidak bisa dengan tradisi masyarakat. Gaya dakwah dan
dilepaskan dari gerakan pembaharuan Islam. Sosok gerakan KH. Ahmad Dahlan yang banyak
KH. Ahmad Dahlan sebagai pencetus sekaligus dipengaruhi oleh tokoh-tokoh gerakan
sebagai inovator pola gerakan merupakan figur pembaharuan seperti Jamaludin Al-Afghani, Rasyid
central yang tidak bisa dilepaskan dalam Ridha, Muhammad Abduh dan tentu saja figur
memberikan warna dan ciri khas dalam gerakan central gerakan wahabiah yaitu Muhammad Ibn
Muhammadiyah. Pola gerakan Muhammadiyah Abdul Wahab. Pengaruh tokoh-tokoh tersebut
yang vis a vis kultur masyarakat jawa pada saat itu, tercermin dan dapat dilihat dari pola gerakan dan

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 35


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

gaya dakwah KH. Ahmad Dahlan yang cenderung bersifat komprehensif. Tidak hanya pada aspek
modert yang merujuk pada model Muhammad sosio-agama tetapi juga pada aspek yang lain
Abduh (Schacht, 1991) dan Rasyid Ridha, tetapi sehingga bagi Muhammadiyah menjadi keniscayaan
tanpa kompromi yang merujuk pada model menghadirkan pandangan-pandangan baru baik
Muhammad Ibn Abdul Wahab (Kim, 2010). Dalam dalam konteks keagamaan maupun dalam konteks
konteks Muhammad Ibn Abdul Wahab, tidak bisa sosial masyarakat.
dilepaskan atas perannya ketik Arab Saudi memulai Keinginan dalam menghadirkan perspektif
kebangkitan (Arab Renaissance) (Haj, 2002; dan pemahaman keagamaan yang selaras dengan al-
Dennerlein & Hamid, 2010). Qur’an dan Sunnah sebagai semboyan gerakan
Pengaruh gerakan pembaharuan Islam Muhammadiyah, peran Majlis Tarjih dan Tajdid
terhadap KH. Ahmad Dahlan sebagai figur central sebagai lembaga dalam Muhammadiyah memiliki
pada gerakan Muhammadiyah, melahirkan posisi yang central dan fundamental. Dalam
perspektif Muhammadiyah sebagai gerakan melakukan pembaharuan tentu Muhammadiyah
reformis modernis. Sehingga tiga ciri gerakan yang berpegang pada manhaj yang diyakininya. Manhaj
menjadi identitas Muhammadiyah yang terangkum tarjih dan tajdid merupakan proses Muhammadiyah
dalam triloginya yaitu sebagai gerakan Islam, yang berbasis metode dalam menghadirkan
dakwah dan tajdid. Realitas ini merujuk pada sosio- perspektif baru sesuai dengan al-Qur’an dan
agama di Indoensia, dimana tradisi tahayul, bid’ah Sunnah tentang seluruh aspek kehidupan
dan khurafat yang begitu kuat dalam terminologi bermasyarakat. Tidak hanya berkaitan dengan
Geertz disebut dengan istilah Islam Jawa (Tago, agama dan keagamaan tetapi behubungan dengan
2013). Disisi lain realitas sosio-pendidikan aspek pendidikan, politik, sosial, ekonomi dan lain
menunjukkan adanya dikotomi sistem pendidikan sebagainya. Sehingga istibat hukum yang dilahirkan
Islam dan sistem pendidikan umum, sehingga dalam Muhammadiyah selalu bersifat indepnden
melahirkan ketimpangan pada lulusan sekolah sebagai hasil tarjih dan tajdid dalam Muhammadiyah.
umum di satu pihak dan lulusan pesantren di lain Manhaj tarjih dan tajdid dalam Muhammadiyah
pihak (Nashir, 5 : 2016). dihasilkan dalam rangka mengaktualiasasikan Islam
Wajah Muhammadiyah sebagai gerakan secara kaffah sebagai bagian dari keinginan
modernis dan reformis dalam Islam memiliki menghadrikan islam rahmatal lil alamin sehingga cita-
karateristik yang unik, kesan doktriner namun cita Muhammadiyah baldatun toiyibatun wa rabbun
sistematis teologis, eksklusif namun inklusif, anti ghofur dapat diwujudkan.
jawa namun banyak hal dalam Muhammadiyah
merupakan perwujudan sifat baik orang jawa PEMBAHASAN
(Nakamura, 2012). Merujuk pada perspektif Pengertian Manhaj Tarjih dan Tajdid dalam
tersebut, maka Muhammadiyah dalam terminologi Muhammadiyah
sebagai sebuah institusi dan disisi lain sebagai Pengertian dan definisi manhaj selalu
sebuah idiologi mengahadirkan pola gerakan yang diidentikan dengan proses dalam mengemukakan

36 Bahar Agus Setiawan, Manhaj Tarjih dan Tajdid … Hal. 35 - 42


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

perspektif atau sudut pandang baik yang bersifat sekedar kuat-menguatkan suatu pendapat yang
individu (Fatwa et al., 2013)(Karim, 2015) maupun sudah ada, melainkan jauh lebih luas sehingga
kelompok/gerakan seperti manhaj salafi (Duderija, identik atau paling tidak hampir identik dengan kata
2010) dan lainnya. Istrilah manhaj secara etimologi ijtihad itu sendiri. Tarjih dalam perspektif
menurut Ibn Mansur dalam bukunya yang berjudul Muhammadiyah dimaknai sebagai “setiap aktifitas
“Lisan al-‘Arab” seperti yang dijelaskan Hajji Syed intelektual untuk merespons realitas sosial dan
Hussin, berasal dari kata “nahaja/‫– نھج‬yunahiju/ kemanusiaan dari sudut pandang agama Islam,
‫ ”ینھج‬yang mempunyai makna ‫( طریق‬cara/methode) khususnya dari sudut pandang norma-norma
(Haji Syed Hussin, 1996). Pendeknya istilah manhaj syariah.”
dapat disimpulakan dengan arti metode/jalan untuk Adapun makan tajdid Secara etimologi, tajdid
menentukan sebuah perspektif, sudut pandang, berasal dari Bahasa Arab “jaddada” yang artinya
pemahaman, hukum dan lainnya. memperbaharuhi, dan “tajaddada al-syai’”, artinya
Kata “ rojjaha – yurajjihu- tarjihan sesuatu itu menjadi baru. Sebagai contoh adalah
“ merupakan asal kata tarjih, bermakan mengambil kata-kata “jaddada al-wudûi”, artinya
sesuatu yang lebih kuat. Menurut istilah, tarjih memperbaharuhi wudhu, dan “jaddada al-’ahda”,
dalam perspektif persyarikatan, yaitu membanding- artinya memperbaharuhi janji. Dari sini, makna
banding pendapat dalam musyawarah dan tajdid memberikan gambaran pada pikiran kita
kemudian mengambil mana yang mempunyai terkumpulnya tiga arti yang saling berkaitan dan
alasan yang lebih kuat. tidak terpisah : 1) bahwa sesuatu yang
Istilah tarjih mempunyai makna pengambilan diperbaharuhi itu telah ada permulaannya dan
kesimpulan terhadap dalil syar’i yang lebih kuat dikenal oleh orang banyak, 2) bahwa sesuatu itu
diantara dalil-dalil yang ada yang secara dzahir telah berlalu beberapa waktu, kemudian usang dan
terlihat bertentangan. Tarjih juga dimaknai sebagai rusak, dan 3) sesuatu itu telah dikembalikan kepada
evaluasi terhadap berbagai pendapat fikih yang keadaan semula sebelum usang dan rusak (Zarkasyi,
sudah ada mengenai suatu masalah untuk 2013). Adapun landasan syar’i tentang tajdid yang
menentukan mana yang lebih dekat kepada esensi banyak dijadikan rujukan mengacu pada 3 hadist
al-Quran dan as-Sunnah dan lebih maslahat untuk yaitu :
diterima. Tarjih merupakan salah satu tingkatan ‫ث ِل َھ ِذ ِه ْاْل ُ َّم ِة عَلَى َرأْ ِس كُ ِ ِّل ِمائ َ ِة سَنَ ٍة َم ْن یُ َج ِ ِّد ُد لَھَا‬
ُ َ‫َّللا یَبْع‬
َ َّ َّ‫إِن‬
ijtihad dan berada pada level ijtihad yang rendah, ‫دِینَھَا‬
berdasarkan tingkat ijtihad yang mencangkup 4 Artinya :
“Seseungguhnya Allah SWT mengutus untukumat
macam yaitu : a. ijtihad mutlak dalam usul dan ini setiap awal seratus tahun orang yang
cabang; b. ijtihad dalam cabang; c. ijtihad dalam memperbarui agamanya” (HR. Abu Daud)”
mazhab; dan d. ijtihad tarjih. ُ ِ‫ب ا ْل َخل‬
،‫ق‬ ُ َ‫ف أ َ َح ِدكُ ْم كَ َما یَ ْخل‬
ُ ‫ق الث َّ ْو‬ ِ ‫ق فِي ج َْو‬ ُ َ‫اإلی َمانَ لَیَ ْخل‬
ِ َّ‫إِن‬
Perkembangan makna tarjih telah mengalami ‫اإلی َمانَ فِي قُلُوبِكُ ْم‬ ِ ‫َّللا أ َ ْن یُ َج ِ ِّد َد‬
َ َّ ‫سأَلُوا‬
ْ ‫فَا‬
reduksi makna dari makna asli dalam disiplin ilmu Artinya :
“Sungguh, iman itu dapat usang sebagaimana
usul fiqh, yakni tarjih tidak hanya diartikan kegiatan

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 37


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

pakaian dapat menjadi usang. Karenanya mohonlah bidang keagamaan maupun bidang sosial, politik,
selalu kepada Allah agar memperbaharui iman yang
pendidikan, kemasyarakat dan lainnya.
ada dalam jiwamu." (HR. Ath-Thabrani dan Al-
Hakim.)”
َ‫ْف نُ َج ِ ِّد ُد إِ ْی َمانَنَا قَا َل أ َ ْكثِ ُر ْوا ِم ْن قَ ْو ِل ال ِإلَه‬
َ ‫َج ِ ِّدد ُْوا ِإ ْی َمانَكُ ْم قَالُ ْوا َكی‬ Asas-Asas Ijtihad dalam Muhammadiyah
‫إِ َّال هللا‬. Secara historis, kemunculan larangan pada
Artinya : ahli fikih (fuqoha) tentang pelaksanaan ijtihad
“Perbaharuilah iman kalian semua!’ Para sahabat
bertanya, ‘Bagaimana caranya, Ya Rosulallah?’
terjadi sekitar abad 3 hijriah. Dampak nyata
Kemudian Rasulullah menjawab, ‘Perbanyaklah statemen ini menjadi penyebab kemunculan
membaca Lâ ilâh illâ Allâh.“ (HR. Ibnu Hanbal)”.
paradigma baru dalam dunia Islam yang dikenal
Pemaknaan tajdid juga mengacu pada dua
dengan era "Penutupan Pintu Ijtihad (insidad fii al-
konteks yaitu reformasi dan modernisasi (Jamil,
bab al-ijtihad)” atau ”gerbang ijtihad tertutup
1995). Hal ini tidak bisa lepas bahwa tajdid dapat
(Hallaq, 1984; Hasan, 2003). Dalam kondisi inilah
dilihat dalam aspek teologis dan historis. Dalam
fenomena “taqlid” merajalela sehingga
aspek teologis, dalam proses tajdid, landasan atau
memposisikan Islam sebagai peradaban yang terus
dasar-dasar keagamaan yang menjadi rujukan dalam
merosot. Muhamamdiyah sebagai gerakan
pelaksanaanya. Maka tujuan dalam dalam aspek
keagamaan di satu sisi dan gerakan sosial
teologis ini, tajdid merupakan proses untuk proses
kemasyarakatan disisi lain, melihat ijtihad
purifikasi (permurnian) (Bandarsyah, 2016).
merupakan dinamika yang haru selalu dilakukan
Sedangkan dalam aspek historis, tajdid merupakan
sehingga mampu menjawab tantangan dan
fakta sejarah peradaban Islam yang terjadi sebagai
problematika umat Islam. Gambaran kongkrit
upaya menggagas kembali upaya Islamic Revivalism.
dalam perspektif ini, adanya Majlis Tarjih dan
Lalu apa yang dimaksud dengan manhaj
Tajdid merupakan bukti kongkrit akan hal tersebut.
tarjih dan tajdid dalam Muhammadiyah? Untuk
Menurut Abdurrahman (2002), dalam
memberikan definisi yang baik dan mungkin tepat
Muhammadiyah, asas-asas ijtihad seperti yang
harus tidak bisa disimpulkan secara sederhana dari
dijelaskan dalam Pokok-Pokok Manhaj Tarjih
pengertian yang telah dideskripsikan. Dalam
Muhammadiyah memiliki 16 pokok pikiran yang
memberikan definisi/pengertian manhaj tarjih dan
terdeskripsi secara jelas.
tajdid Muhamadiyah harus merujuk pada konteks
institusi yang menaungi hal ini yaitu Majlis Tarjih
K a i d a h d a n M e t o d e Ta r j i h d a l a m
dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI). Ada
M u h a m m a d i ya h
6 tugas pokok yang dimiliki oleh MTPPI.
1). Kaidah Tarjih dalam Muhammadiyah
Berdasarkan deskripsi 6 tugas MTPPI,
Penggunaan kaidah hukum dalam
disimpulkan bahwa manhaj tarjih dan tajdid
pelaksanaan ijtihad/tarjih, tidak lepas untuk
Muhammadiyah adalah metode atau cara
merujuk pada konsep “maqasidi syari’ah”, sebagai
Muhammadiyah dalam melaksanakan tarjih (ijtihad)
makna dan tujuan yang dikehendaki dalam
dan tajdid (pemurnian dan modernisasi) baik dalam
mensyariatkan suatu hukum bagi kemaslahatan

38 Bahar Agus Setiawan, Manhaj Tarjih dan Tajdid … Hal. 35 - 42


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

umat manusia (Kamali & Origins, 2008; Auda, ِ ‫ص فِى ثُبُ ْو‬
‫ت‬ ُّ َّ‫ص فِى ُحك ِْمھَا بِ َواقِعَ ٍة فِ ْیھَا الن‬
َّ َ‫إِلحَاقَ َواقِعَ ٍة الَن‬
2008; Jamil, 1995). Dalam terminologi ‫الواقِعَتَی ِْن فِى ال ِعلَّ ِة‬
َ ‫اء‬ ْ ‫ال ُحك ِْم لَ َھا ِإل‬
ِ ‫ستِ َو‬
Muhammadiyah konsep sejalan dengan salah Artinya:
satu kaidah yang digunakan yaitu “maslahah “Menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada
nash hukumnya denga kejadian lain yang telah
mursalah”. Meskipun secara terminologi kedua ada nash hukumnya, untuk menetapkan hukum
istilah ini memiliki pengertian yang berbeda padanya karena samanya kedua kejadian itu
dalam ilatnya”.
namun memiliki kesamaan terakit dengan asas c) Maslahah Mursalah
kemaslahatan. Maslahah mursalah atau (maslahat
Kaidah atau yang lebih dikenal dengan muthlaqah) menurut Syarifudin (2012:64)
istilah teknik, dalam Muhamamdiyah untuk adalah:
ُ
melakukan ijtihad menggunakan 4 kaidah ِّ ‫س َال ِم‬
ْ ُ‫ي ِ َوالَ ی‬
‫ش َھ ُد‬ ْ ‫اإل‬
ِ ‫ع‬ِ ‫ال َمصَا ِل ُح ال ُم َال ِئ َمة ِل َمقَا ِصدِالشَّا ِر‬
disamping kaidah-kaidah yang sudah berlaku ِ ‫ع ِتبَا ِر أ َ ِو‬
ِ َ‫اإل الغ‬
‫اء‬ ْ َ ‫لَھَا أ‬
ِ ِ‫ص ُل َخا صٌّ ب‬
ْ ‫اإل‬
secara umum dalam Islam. 4 kaidah tersebut Artinya:
adalah : a). Ijma’; b). Qiyas; c). Maslahah Mursalah; “Kemaslahatan yang searah dengan tujuan syari’
al-Islami (Allah swt.), namun tidak petunjuk
dan d). Urf. khusus yang mengakuinya atau menolaknya”.
a) Ijma Adapun kontruksi kemaslahatan terbagi

Pengertian ijma’ ulama’ menurut Syaifuddin atas dua macam kaidah yaitu maslahah gharibah

(2012 : 48) adalah: dan maslahah mursalah (Haroen, 1997 : 119).


d) Urf
‫علَى ُحك ٍْم‬
َ ِ‫ي‬ ِّ ‫سالَ ِم‬
ْ ‫اإل‬ِ ‫ق ج َِمی ِْع ال ُم ْجت َ ِھ ِد ْینَ فِى العَالَ ِم‬ ُ ‫إِ ِت ِّفَا‬
‘Urf atau disebut juga adat menurut
ُ‫صلَّى هللا‬َ ِ‫ي‬ِّ ِ‫عص ٍْر ِمنَ العُص ُْو ِر بَ ْع َد َوفَا ِة النَّب‬ َ ‫ي ٍ فِى‬ ِّ ‫ش َْر ِع‬
definisi ahli ushul fiqh dalam Syarifuddin (2012 :
ِ‫الوقَائِع‬
َ َ‫علَ ْی ِه َوسَلَّ َم فِى َوا قِعَ ٍة ِمن‬
َ
71) adalah:
Artinya:
“Kesepakatan semua mujtahid di dunia Islam ‫ستَقَا َمتْ عَلَ ْی ِه‬
ْ ‫س فِى ُمعَا َم َال تِ ِھ ْم َوا‬
ُ ‫عتَا َدهُ النَّا‬ ْ ‫َما ِإ‬
tentang hukum syara’ pada suatu masa setelah
wafatnya Nabi saw. terhadap suatu kejadian”. ‫أ ُ ُم ْو ُرهُ ْم‬

Pemahaman terhadap deskripsi diatas Artinya:


“Sesuatu yang sudah dibiasakan oleh manusia dalam
menjelaskan bahwa ijma’ mengandung beberapa pergaulannya dan telah mantap dalam urusan-
unsur antara laian :1. Adanya kesepakatan urusannya”.

seluruh mujtahid dari kalangan umat Islam; 2. Adapun konsep ’Urf terbagi atas dua macam

Kesepakatan yang dilakukan harus dinyatakan yaiu ‘urf Qauli dan ‘urf fi’li (Syarifuddin, 1997 :

secara jelas; 3. Kesepakatan terjadi setelah 367-368).

wafatnya Rasulullah saw; dan 4. Yang disepakati 2). Metode Tarjih dalam Muhammadiyah

adalah hukum syara (Dahlan, 2011 : 146-147). Berkaitan dengan pelaksanaan tarjih, ada 3

b). Qiyas metode tarjih/ijtihad dalam Muhammadiyah yang

Qiyas memiliki 4 rukun(Syarifuddin, 2012 : meliputi :

52-53). (Qiyas menurut istilah ahli ushul dalam a) Ijtihad Bayani.

(Syarifuddin, 2012 : 52) adalah: Ijtihad bayani sebagai salah satu unsur yang

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 39


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

digunakan dalam pelaksanaan tarjih/ijtihad terkecuali bagi Muhammadiyah. Disisi lain,


dalam Muhammadiyah berkaitan erat dengan pengembangan pemikiran sebagai bentuk
konteks nash yang bersifat mujmal, baik dinamisasi sebuah pergerakan. Muhammadiyah
dikarenakan esensi maksud makna yang belum sebagai organisasi modern harus mampu
jelas maupun dikarenakan kalimat (lafadz) yang menunjukkan pengembangan pemikiran yang terus
memiliki makna bercabang/ganda (musytarak) tumbuh dan berkembang sebagai tradisi dan
atau disebabkan definisi lafal/kata yang memiliki kulturnya. Muhammadiyah dalam pengembangan
arti jumbuh (mutasyabih). pemikiran merujuk pada 3 metode yaitu bayani,
b) Ijtihad Qiyasi burhani dan irfani (Abbas, 2016). Perkembangan
Ijtihad qiyasi merupakan proses analogi suatu pemikiran dalam Muhammadiyah tidak lepas dari
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an mauapun konteks maslahah sebagai preferensi dalam
sunnah terhadap perkembangan problemtika perspektif Islam (Jalil, 2006). Pememahaman
hukum yang dihadapi oleh umat Islam. terhadap maslahah itu sendiri terdapat 2 sudut
Beberapa contoh praktek ijtihad qiyasi yaitu pandang yang berbeda, satu pada posisi maslahah
menganalogikan hukum zakat komoditas sebagai otoritas nash, disisi lain akal dapat berperan
sengon dengan zakat pertanian, aktif (Makiah, 2014).
menganalogikan hukum sabu-sabu ataupun Metode bayani secara etimologi sebagai
narkotika dengan hukum dasar haramnya kesinambungan (al-waslu): keterpilahan (al-fashlu):
khamr. jelas dan terang (al-zhuhur wa al-wudlhuh): dan
c) Ijtihad Istislahi kemampuan membuat terang dan generic (makiah,
Konsep Ijtihad istihlahi sebagai sebuah dasar untuk 2014). Epistimologi bayani secara etimologi berasal
memutuskan suatu hukum yang belum terdapat dari kata bayan merupakan pendekatan yang
nash-nya yang jelas dan khusus. Ijtihad istilahi merujuk pada teks, sehingga pengembangan
merujuk pada illat untuk kemaslahatan, seperti pemikiran dalam Muhammadiyah sebagai landasan
membolehkan pengelolaan tanah wakaf dengan dasarnya harus merujuk pada Al-qur’an dan
pertimbangan dapat menghasilkan dan sunnah. Adapun burhani dapat dimaknai sebagai
memelihara tanah tersebut dan lainnya. al-hujjah yang jelas (al-bayyinah/clear) serta dapat
Pendeknya pada konteks ijtihad ini, hukum dasar membedakan (distinc/al-fashl); demonstration
yang digunakan adalah alasan yang menuju (Inggris), yang mempunyai akar bahasa Latin:
kebaikan sesuai dengan aturan al-qur’an dan demonstratio yang bermakna memberi isyarat,
sunnah. sifat, keterangan, dan penjelasan (Abbas, 2016).
Berdasarkan deskripsi tersebut, penulis, memaknai
Metode Pengembangan Pemikiran dalam burhani sebagai proses penjelasan yang dapat
Muhammadiyah : Sebuah Refleksi Analisis membedakan dan memberikan penejlasa terhadap
Pengembangan pemikiran menjadi teks yang dikaji dengan penggunaan nalar/akal.
keniscayaan bagi eksistensi sebuah organisasi tidak Sedangkan pendekatan irfani yang mempunyai

40 Bahar Agus Setiawan, Manhaj Tarjih dan Tajdid … Hal. 35 - 42


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

makna yang semakna dengan kata ma’rifah, 3. Metode Tarjih Muhamamdiyah meliputi 3 hal
berkaitan dengan pengalaman atau pengetahuan yaitu : Ijtihad bayani, ijtihad qiyasi dan ijtihad
langsung dengan objek pengetahuan. Irfani lebih istislahi
dipahami sebagi pendekatan otentik yang bertumpu 4. Metode pengembangan pemikiran dalam
pada pengalaman intuisi sebagai pengetahuan yang Muhammadiyah meliputi : bayani, burhani dan
bersifat iluminasi (pencerahan)(Abbas, 2016). irfani.
Pendekatan bayani, burhani dan irfani
dalam terminologi kontemporer sebagai DAFTAR PUSTAKA
pendekatan yang bersifat multidisipliner dan
Abdurrahman, Asjmuni. 2002. Manhaj Tarjih
interdisipliner dalam memahami Islam sebagai Muhammadiyah : Metode dan Aplikasi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cet I.
sebuah agama secara komprehensif. Realitas ini
Abbas, A. F. (2016). Integrasi Pendekatan Bayâni,
dpat ditemukan dalam konsep spider web Amin Burhânî, dan ‘Irfânî dalam Ijtihad
Abdullah bahwa dalam memahami agama Islam Muhammadiyah. AHKAM:Jurnal Ilmu
Syariah.
berlaku pendekatan “integratif-interkonektif ” yang https://doi.org/10.15408/ajis.v12i1.979
menjadikan keterhubungan antar keilmuan agama Auda, J. (2008). Maqasid Al Shari’Ah: an
dan keilmuan umum (Musliadi, 2016). Merujuk Introductory Guide. IIIT Publishers.
pada deskripsi diatas, Muhammadiyah yang dikenal Bandarsyah, D. (2016). DINAMIKA TAJDID
DALAM DAKWAH MUHAMMADIYAH.
sebagai organisai modern dalam pengembangan Jurnal HISTORIA.
pemikiran tidak akan merujuk pada pendekatan Dennerlein, B., & Hamid, A. (2010). Reconfiguring
yang bersifat parsial tetapi komprehensif dan Islamic Tradition: Reform, Rationality, and
Modernity. Religion.
universal. Pengembangan pemikiran https://doi.org/10.1016/j.religion.2010.06.0
Muhammadiyah di era kontemporer bukan hanya 01
memikir pada tataran konseptual an sich, tetapi Duderija, A. (2010). Constructing the religious self
and the other: Neo-traditional salafi manhaj.
merujuk pada menghadirkan Islam sebagai rahmatan Islam and Christian-Muslim Relations.
lil alamin dengan perwujudan filosofinya dalam https://doi.org/10.1080/0959641090348187
9
kehidupan dengan slogan baldatun taoyyibatun
Fatwa, M., Gani, E., Syariah, D. F., Ilmu, D., Uin,
warabbun ghofur. H., & Riau, S. (2013). MANHAJ FATWA
SYEIKH MAHMÛD SYALTFatwa, M.,
Gani, E., Syariah, D. F., Ilmu, D., Uin, H., &
KESIMPULAN Riau, S. (2013). MANHAJ FATWA SYEIKH
Deskripsi dan pemaparan diatas dapat MAHMÛD SYALTÛT DALAM KITAB AL
FATÂWA. Hukum Islam.ÛT DALAM
disimpulkan beberapa hal antara lain : KITAB AL FATÂWA. Hukum Islam.
1. Pokok-pokok manhaj Tarjih dan Tajdid Haj, S. (2002). Reordering Islamic Orthodoxy:
Muhammadiyah berjumlah 16 pokok uraian. Muhammad ibn ’Abdul Wahhāb. The Muslim
World, 92(3–4), 333–370. https://doi.org
2. Kaidah manhaj tarjih Muhammadiyah /10.1111/j.1478-1913.2002.tb03747.x
meliputi : Ijma’, qiyas, maslahah mursalah dan urf. Haji Syed Hussin, S. A. (1996). Manhaj :
Pengertian dan Kepentingannya Kepada

Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam 41


TARLIM Jurnal Pendidikan Agama Islam P-ISSN : 2615-7225
Vol. 2 No. 1 Maret 2019 E-ISSN : 2621-847X

Dakwah. Jurnal Usuluddin.


Hallaq, W. B. (1984). Was the Gate of Ijtihad
Closed? International Journal of Middle East
Studies. https://doi.org/10.1017/S002074380
0027598
Hasan, a. (2003). An Introduction to Collective
Ijtihad (Ijtihad Jama’i): Concept and
Applications. American Journal of Islamic Social
Sciences.
Jalil, A. (2006). The Significances of Maslahah
Concept and Doctrine of Maqasid
(Objectives) Al-Shari’ah in Project
Evaluation. The Journal of Muamalat and Islamic
Finance Research.
Jamil, F. (1995). The Muhammadiyah and the
Theory of Maqasid al-Shariah. Studia
Islamika.
https://doi.org/10.15408/sdi.v2i1.841
Kamali, M. H., & Origins, T. (2008). Maqasid al-
Shari’ah Made Simple. International Inst.of
Advanced Islamic Studies,Malaysia.
Karim, A. (2015). Manhaj Imam Ahmad Ibn
Hanbal Dalam Kitab Musnadnya. Riwayah.
Kim, H.-J. (2010). Praxis and Religious Authority
in Islam: The Case of Ahmad Dahlan,
Founder of Muhammadiyah. Studia Islamika.
Makiah, Z. (2014). Epistemologi Bayani, Burhani,
dan Irfani dalam Memperoleh Pengetahuan
tentang Mashlahah. Syariah.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18592
/syariah.v14i2.217
Musliadi, M. (2016). EPISTEMOLOGI
KEILMUAN DALAM ISLAM: KAJIAN
TERHADAP PEMIKIRAN M. AMIN
ABDULLAH. Jurnal Ilmiah Islam Futura.
https://doi.org/10.22373/jiif.v13i2.69
Schacht, J. (1991). Muhammad Abduh. In
Encyclopaedia of Islam.
Tago, M. Z. (2013). Agama dan Integrasi Sosial
dalam Pemikiran Clifford Geertz. Kalam:
Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam.
Zarkasyi, A. F. (2013). Tajdid dan Modernisasi
Pemikiran Islam. Tsaqafah Jurnal Peradaban
Islam.

42 Bahar Agus Setiawan, Manhaj Tarjih dan Tajdid … Hal. 35 - 42

Anda mungkin juga menyukai