Abstract
This literature review aims at exploring both manhaj tarjih and tajdid in Muhammadiyah tradition as a
basis for developing reasonings. Islamic study within Muhammadiyah tradition is not only intended for use in
studying religious beliefs, but also as a process for understanding Islam more comprehensively, so that it can
optimize the value of Islam as ‘rahmatan lil alamin’ not only at the conceptual level but also, more
importantly, at the practical level in line with the philosophy of baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur.
The basis for developing thoughts in Muhammadiyah is predicated upon 16 main points, the rules of tarjih
based on ijma', qiyas, maslahah mursalah and al-urf, while the tarjih method covers bayani, burhani
and istislahi such as pertaining to reasoning for using bayani, burhani and irfani.
Abstrak
Artikel ini yang merupakan kajian berbasis literatur bertujuan untuk mengeksplorasi manhaj
tarjih dan tajdid dalam tradisi Muhammadiyah sebagai asas dalam mengembangan pemikrian.
Kajian keislaman dalam Muhammadiyah tidak hanya diperuntukan dalam kerangka studi
agama an sich, tetapi sebagai proses untuk memahami Islam secara komprehensif sehingga
dapat menghadirkan Islam rahmatan lil alamin bukan hanya pada tataran konsep tetapi lebih
aplikatif sejalan dengan filosofi baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Asas pengembangan
pemikiran Muhammadiyah didasari atas 16 pokok uraian, kaidah tarjih merujuk pada ijma’,
qiyas, maslahah mursalah dan al-urf, sedangkan metode tarjih meliputi bayani, burhani dan
istislahi adapun berkaitan dengan pemikiran menggunakan bayani, burhani dan irfani.
gaya dakwah KH. Ahmad Dahlan yang cenderung bersifat komprehensif. Tidak hanya pada aspek
modert yang merujuk pada model Muhammad sosio-agama tetapi juga pada aspek yang lain
Abduh (Schacht, 1991) dan Rasyid Ridha, tetapi sehingga bagi Muhammadiyah menjadi keniscayaan
tanpa kompromi yang merujuk pada model menghadirkan pandangan-pandangan baru baik
Muhammad Ibn Abdul Wahab (Kim, 2010). Dalam dalam konteks keagamaan maupun dalam konteks
konteks Muhammad Ibn Abdul Wahab, tidak bisa sosial masyarakat.
dilepaskan atas perannya ketik Arab Saudi memulai Keinginan dalam menghadirkan perspektif
kebangkitan (Arab Renaissance) (Haj, 2002; dan pemahaman keagamaan yang selaras dengan al-
Dennerlein & Hamid, 2010). Qur’an dan Sunnah sebagai semboyan gerakan
Pengaruh gerakan pembaharuan Islam Muhammadiyah, peran Majlis Tarjih dan Tajdid
terhadap KH. Ahmad Dahlan sebagai figur central sebagai lembaga dalam Muhammadiyah memiliki
pada gerakan Muhammadiyah, melahirkan posisi yang central dan fundamental. Dalam
perspektif Muhammadiyah sebagai gerakan melakukan pembaharuan tentu Muhammadiyah
reformis modernis. Sehingga tiga ciri gerakan yang berpegang pada manhaj yang diyakininya. Manhaj
menjadi identitas Muhammadiyah yang terangkum tarjih dan tajdid merupakan proses Muhammadiyah
dalam triloginya yaitu sebagai gerakan Islam, yang berbasis metode dalam menghadirkan
dakwah dan tajdid. Realitas ini merujuk pada sosio- perspektif baru sesuai dengan al-Qur’an dan
agama di Indoensia, dimana tradisi tahayul, bid’ah Sunnah tentang seluruh aspek kehidupan
dan khurafat yang begitu kuat dalam terminologi bermasyarakat. Tidak hanya berkaitan dengan
Geertz disebut dengan istilah Islam Jawa (Tago, agama dan keagamaan tetapi behubungan dengan
2013). Disisi lain realitas sosio-pendidikan aspek pendidikan, politik, sosial, ekonomi dan lain
menunjukkan adanya dikotomi sistem pendidikan sebagainya. Sehingga istibat hukum yang dilahirkan
Islam dan sistem pendidikan umum, sehingga dalam Muhammadiyah selalu bersifat indepnden
melahirkan ketimpangan pada lulusan sekolah sebagai hasil tarjih dan tajdid dalam Muhammadiyah.
umum di satu pihak dan lulusan pesantren di lain Manhaj tarjih dan tajdid dalam Muhammadiyah
pihak (Nashir, 5 : 2016). dihasilkan dalam rangka mengaktualiasasikan Islam
Wajah Muhammadiyah sebagai gerakan secara kaffah sebagai bagian dari keinginan
modernis dan reformis dalam Islam memiliki menghadrikan islam rahmatal lil alamin sehingga cita-
karateristik yang unik, kesan doktriner namun cita Muhammadiyah baldatun toiyibatun wa rabbun
sistematis teologis, eksklusif namun inklusif, anti ghofur dapat diwujudkan.
jawa namun banyak hal dalam Muhammadiyah
merupakan perwujudan sifat baik orang jawa PEMBAHASAN
(Nakamura, 2012). Merujuk pada perspektif Pengertian Manhaj Tarjih dan Tajdid dalam
tersebut, maka Muhammadiyah dalam terminologi Muhammadiyah
sebagai sebuah institusi dan disisi lain sebagai Pengertian dan definisi manhaj selalu
sebuah idiologi mengahadirkan pola gerakan yang diidentikan dengan proses dalam mengemukakan
perspektif atau sudut pandang baik yang bersifat sekedar kuat-menguatkan suatu pendapat yang
individu (Fatwa et al., 2013)(Karim, 2015) maupun sudah ada, melainkan jauh lebih luas sehingga
kelompok/gerakan seperti manhaj salafi (Duderija, identik atau paling tidak hampir identik dengan kata
2010) dan lainnya. Istrilah manhaj secara etimologi ijtihad itu sendiri. Tarjih dalam perspektif
menurut Ibn Mansur dalam bukunya yang berjudul Muhammadiyah dimaknai sebagai “setiap aktifitas
“Lisan al-‘Arab” seperti yang dijelaskan Hajji Syed intelektual untuk merespons realitas sosial dan
Hussin, berasal dari kata “nahaja/– نھجyunahiju/ kemanusiaan dari sudut pandang agama Islam,
”ینھجyang mempunyai makna ( طریقcara/methode) khususnya dari sudut pandang norma-norma
(Haji Syed Hussin, 1996). Pendeknya istilah manhaj syariah.”
dapat disimpulakan dengan arti metode/jalan untuk Adapun makan tajdid Secara etimologi, tajdid
menentukan sebuah perspektif, sudut pandang, berasal dari Bahasa Arab “jaddada” yang artinya
pemahaman, hukum dan lainnya. memperbaharuhi, dan “tajaddada al-syai’”, artinya
Kata “ rojjaha – yurajjihu- tarjihan sesuatu itu menjadi baru. Sebagai contoh adalah
“ merupakan asal kata tarjih, bermakan mengambil kata-kata “jaddada al-wudûi”, artinya
sesuatu yang lebih kuat. Menurut istilah, tarjih memperbaharuhi wudhu, dan “jaddada al-’ahda”,
dalam perspektif persyarikatan, yaitu membanding- artinya memperbaharuhi janji. Dari sini, makna
banding pendapat dalam musyawarah dan tajdid memberikan gambaran pada pikiran kita
kemudian mengambil mana yang mempunyai terkumpulnya tiga arti yang saling berkaitan dan
alasan yang lebih kuat. tidak terpisah : 1) bahwa sesuatu yang
Istilah tarjih mempunyai makna pengambilan diperbaharuhi itu telah ada permulaannya dan
kesimpulan terhadap dalil syar’i yang lebih kuat dikenal oleh orang banyak, 2) bahwa sesuatu itu
diantara dalil-dalil yang ada yang secara dzahir telah berlalu beberapa waktu, kemudian usang dan
terlihat bertentangan. Tarjih juga dimaknai sebagai rusak, dan 3) sesuatu itu telah dikembalikan kepada
evaluasi terhadap berbagai pendapat fikih yang keadaan semula sebelum usang dan rusak (Zarkasyi,
sudah ada mengenai suatu masalah untuk 2013). Adapun landasan syar’i tentang tajdid yang
menentukan mana yang lebih dekat kepada esensi banyak dijadikan rujukan mengacu pada 3 hadist
al-Quran dan as-Sunnah dan lebih maslahat untuk yaitu :
diterima. Tarjih merupakan salah satu tingkatan ث ِل َھ ِذ ِه ْاْل ُ َّم ِة عَلَى َرأْ ِس كُ ِ ِّل ِمائ َ ِة سَنَ ٍة َم ْن یُ َج ِ ِّد ُد لَھَا
ُ ََّللا یَبْع
َ َّ َّإِن
ijtihad dan berada pada level ijtihad yang rendah, دِینَھَا
berdasarkan tingkat ijtihad yang mencangkup 4 Artinya :
“Seseungguhnya Allah SWT mengutus untukumat
macam yaitu : a. ijtihad mutlak dalam usul dan ini setiap awal seratus tahun orang yang
cabang; b. ijtihad dalam cabang; c. ijtihad dalam memperbarui agamanya” (HR. Abu Daud)”
mazhab; dan d. ijtihad tarjih. ُ ِب ا ْل َخل
،ق ُ َف أ َ َح ِدكُ ْم كَ َما یَ ْخل
ُ ق الث َّ ْو ِ ق فِي ج َْو ُ َاإلی َمانَ لَیَ ْخل
ِ َّإِن
Perkembangan makna tarjih telah mengalami اإلی َمانَ فِي قُلُوبِكُ ْم ِ َّللا أ َ ْن یُ َج ِ ِّد َد
َ َّ سأَلُوا
ْ فَا
reduksi makna dari makna asli dalam disiplin ilmu Artinya :
“Sungguh, iman itu dapat usang sebagaimana
usul fiqh, yakni tarjih tidak hanya diartikan kegiatan
pakaian dapat menjadi usang. Karenanya mohonlah bidang keagamaan maupun bidang sosial, politik,
selalu kepada Allah agar memperbaharui iman yang
pendidikan, kemasyarakat dan lainnya.
ada dalam jiwamu." (HR. Ath-Thabrani dan Al-
Hakim.)”
َْف نُ َج ِ ِّد ُد إِ ْی َمانَنَا قَا َل أ َ ْكثِ ُر ْوا ِم ْن قَ ْو ِل ال ِإلَه
َ َج ِ ِّدد ُْوا ِإ ْی َمانَكُ ْم قَالُ ْوا َكی Asas-Asas Ijtihad dalam Muhammadiyah
إِ َّال هللا. Secara historis, kemunculan larangan pada
Artinya : ahli fikih (fuqoha) tentang pelaksanaan ijtihad
“Perbaharuilah iman kalian semua!’ Para sahabat
bertanya, ‘Bagaimana caranya, Ya Rosulallah?’
terjadi sekitar abad 3 hijriah. Dampak nyata
Kemudian Rasulullah menjawab, ‘Perbanyaklah statemen ini menjadi penyebab kemunculan
membaca Lâ ilâh illâ Allâh.“ (HR. Ibnu Hanbal)”.
paradigma baru dalam dunia Islam yang dikenal
Pemaknaan tajdid juga mengacu pada dua
dengan era "Penutupan Pintu Ijtihad (insidad fii al-
konteks yaitu reformasi dan modernisasi (Jamil,
bab al-ijtihad)” atau ”gerbang ijtihad tertutup
1995). Hal ini tidak bisa lepas bahwa tajdid dapat
(Hallaq, 1984; Hasan, 2003). Dalam kondisi inilah
dilihat dalam aspek teologis dan historis. Dalam
fenomena “taqlid” merajalela sehingga
aspek teologis, dalam proses tajdid, landasan atau
memposisikan Islam sebagai peradaban yang terus
dasar-dasar keagamaan yang menjadi rujukan dalam
merosot. Muhamamdiyah sebagai gerakan
pelaksanaanya. Maka tujuan dalam dalam aspek
keagamaan di satu sisi dan gerakan sosial
teologis ini, tajdid merupakan proses untuk proses
kemasyarakatan disisi lain, melihat ijtihad
purifikasi (permurnian) (Bandarsyah, 2016).
merupakan dinamika yang haru selalu dilakukan
Sedangkan dalam aspek historis, tajdid merupakan
sehingga mampu menjawab tantangan dan
fakta sejarah peradaban Islam yang terjadi sebagai
problematika umat Islam. Gambaran kongkrit
upaya menggagas kembali upaya Islamic Revivalism.
dalam perspektif ini, adanya Majlis Tarjih dan
Lalu apa yang dimaksud dengan manhaj
Tajdid merupakan bukti kongkrit akan hal tersebut.
tarjih dan tajdid dalam Muhammadiyah? Untuk
Menurut Abdurrahman (2002), dalam
memberikan definisi yang baik dan mungkin tepat
Muhammadiyah, asas-asas ijtihad seperti yang
harus tidak bisa disimpulkan secara sederhana dari
dijelaskan dalam Pokok-Pokok Manhaj Tarjih
pengertian yang telah dideskripsikan. Dalam
Muhammadiyah memiliki 16 pokok pikiran yang
memberikan definisi/pengertian manhaj tarjih dan
terdeskripsi secara jelas.
tajdid Muhamadiyah harus merujuk pada konteks
institusi yang menaungi hal ini yaitu Majlis Tarjih
K a i d a h d a n M e t o d e Ta r j i h d a l a m
dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI). Ada
M u h a m m a d i ya h
6 tugas pokok yang dimiliki oleh MTPPI.
1). Kaidah Tarjih dalam Muhammadiyah
Berdasarkan deskripsi 6 tugas MTPPI,
Penggunaan kaidah hukum dalam
disimpulkan bahwa manhaj tarjih dan tajdid
pelaksanaan ijtihad/tarjih, tidak lepas untuk
Muhammadiyah adalah metode atau cara
merujuk pada konsep “maqasidi syari’ah”, sebagai
Muhammadiyah dalam melaksanakan tarjih (ijtihad)
makna dan tujuan yang dikehendaki dalam
dan tajdid (pemurnian dan modernisasi) baik dalam
mensyariatkan suatu hukum bagi kemaslahatan
umat manusia (Kamali & Origins, 2008; Auda, ِ ص فِى ثُبُ ْو
ت ُّ َّص فِى ُحك ِْمھَا بِ َواقِعَ ٍة فِ ْیھَا الن
َّ َإِلحَاقَ َواقِعَ ٍة الَن
2008; Jamil, 1995). Dalam terminologi الواقِعَتَی ِْن فِى ال ِعلَّ ِة
َ اء ْ ال ُحك ِْم لَ َھا ِإل
ِ ستِ َو
Muhammadiyah konsep sejalan dengan salah Artinya:
satu kaidah yang digunakan yaitu “maslahah “Menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada
nash hukumnya denga kejadian lain yang telah
mursalah”. Meskipun secara terminologi kedua ada nash hukumnya, untuk menetapkan hukum
istilah ini memiliki pengertian yang berbeda padanya karena samanya kedua kejadian itu
dalam ilatnya”.
namun memiliki kesamaan terakit dengan asas c) Maslahah Mursalah
kemaslahatan. Maslahah mursalah atau (maslahat
Kaidah atau yang lebih dikenal dengan muthlaqah) menurut Syarifudin (2012:64)
istilah teknik, dalam Muhamamdiyah untuk adalah:
ُ
melakukan ijtihad menggunakan 4 kaidah ِّ س َال ِم
ْ ُي ِ َوالَ ی
ش َھ ُد ْ اإل
ِ عِ ال َمصَا ِل ُح ال ُم َال ِئ َمة ِل َمقَا ِصدِالشَّا ِر
disamping kaidah-kaidah yang sudah berlaku ِ ع ِتبَا ِر أ َ ِو
ِ َاإل الغ
اء ْ َ لَھَا أ
ِ ِص ُل َخا صٌّ ب
ْ اإل
secara umum dalam Islam. 4 kaidah tersebut Artinya:
adalah : a). Ijma’; b). Qiyas; c). Maslahah Mursalah; “Kemaslahatan yang searah dengan tujuan syari’
al-Islami (Allah swt.), namun tidak petunjuk
dan d). Urf. khusus yang mengakuinya atau menolaknya”.
a) Ijma Adapun kontruksi kemaslahatan terbagi
Pengertian ijma’ ulama’ menurut Syaifuddin atas dua macam kaidah yaitu maslahah gharibah
seluruh mujtahid dari kalangan umat Islam; 2. Adapun konsep ’Urf terbagi atas dua macam
Kesepakatan yang dilakukan harus dinyatakan yaiu ‘urf Qauli dan ‘urf fi’li (Syarifuddin, 1997 :
wafatnya Rasulullah saw; dan 4. Yang disepakati 2). Metode Tarjih dalam Muhammadiyah
adalah hukum syara (Dahlan, 2011 : 146-147). Berkaitan dengan pelaksanaan tarjih, ada 3
(Syarifuddin, 2012 : 52) adalah: Ijtihad bayani sebagai salah satu unsur yang
makna yang semakna dengan kata ma’rifah, 3. Metode Tarjih Muhamamdiyah meliputi 3 hal
berkaitan dengan pengalaman atau pengetahuan yaitu : Ijtihad bayani, ijtihad qiyasi dan ijtihad
langsung dengan objek pengetahuan. Irfani lebih istislahi
dipahami sebagi pendekatan otentik yang bertumpu 4. Metode pengembangan pemikiran dalam
pada pengalaman intuisi sebagai pengetahuan yang Muhammadiyah meliputi : bayani, burhani dan
bersifat iluminasi (pencerahan)(Abbas, 2016). irfani.
Pendekatan bayani, burhani dan irfani
dalam terminologi kontemporer sebagai DAFTAR PUSTAKA
pendekatan yang bersifat multidisipliner dan
Abdurrahman, Asjmuni. 2002. Manhaj Tarjih
interdisipliner dalam memahami Islam sebagai Muhammadiyah : Metode dan Aplikasi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cet I.
sebuah agama secara komprehensif. Realitas ini
Abbas, A. F. (2016). Integrasi Pendekatan Bayâni,
dpat ditemukan dalam konsep spider web Amin Burhânî, dan ‘Irfânî dalam Ijtihad
Abdullah bahwa dalam memahami agama Islam Muhammadiyah. AHKAM:Jurnal Ilmu
Syariah.
berlaku pendekatan “integratif-interkonektif ” yang https://doi.org/10.15408/ajis.v12i1.979
menjadikan keterhubungan antar keilmuan agama Auda, J. (2008). Maqasid Al Shari’Ah: an
dan keilmuan umum (Musliadi, 2016). Merujuk Introductory Guide. IIIT Publishers.
pada deskripsi diatas, Muhammadiyah yang dikenal Bandarsyah, D. (2016). DINAMIKA TAJDID
DALAM DAKWAH MUHAMMADIYAH.
sebagai organisai modern dalam pengembangan Jurnal HISTORIA.
pemikiran tidak akan merujuk pada pendekatan Dennerlein, B., & Hamid, A. (2010). Reconfiguring
yang bersifat parsial tetapi komprehensif dan Islamic Tradition: Reform, Rationality, and
Modernity. Religion.
universal. Pengembangan pemikiran https://doi.org/10.1016/j.religion.2010.06.0
Muhammadiyah di era kontemporer bukan hanya 01
memikir pada tataran konseptual an sich, tetapi Duderija, A. (2010). Constructing the religious self
and the other: Neo-traditional salafi manhaj.
merujuk pada menghadirkan Islam sebagai rahmatan Islam and Christian-Muslim Relations.
lil alamin dengan perwujudan filosofinya dalam https://doi.org/10.1080/0959641090348187
9
kehidupan dengan slogan baldatun taoyyibatun
Fatwa, M., Gani, E., Syariah, D. F., Ilmu, D., Uin,
warabbun ghofur. H., & Riau, S. (2013). MANHAJ FATWA
SYEIKH MAHMÛD SYALTFatwa, M.,
Gani, E., Syariah, D. F., Ilmu, D., Uin, H., &
KESIMPULAN Riau, S. (2013). MANHAJ FATWA SYEIKH
Deskripsi dan pemaparan diatas dapat MAHMÛD SYALTÛT DALAM KITAB AL
FATÂWA. Hukum Islam.ÛT DALAM
disimpulkan beberapa hal antara lain : KITAB AL FATÂWA. Hukum Islam.
1. Pokok-pokok manhaj Tarjih dan Tajdid Haj, S. (2002). Reordering Islamic Orthodoxy:
Muhammadiyah berjumlah 16 pokok uraian. Muhammad ibn ’Abdul Wahhāb. The Muslim
World, 92(3–4), 333–370. https://doi.org
2. Kaidah manhaj tarjih Muhammadiyah /10.1111/j.1478-1913.2002.tb03747.x
meliputi : Ijma’, qiyas, maslahah mursalah dan urf. Haji Syed Hussin, S. A. (1996). Manhaj :
Pengertian dan Kepentingannya Kepada