Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PRODUKSI TANAMAN PANGAN ALTERNATIF

Gembili (Dioscorea esculenta L.)

Disusun oleh:
Nama : Kiranawaty Naibaho (E1J019067)
A.Ryo Samboja (E1J018094)
Roberto Oktavianus Sigalingging (E1J019028)
Dosen : Hesti Pujiwati, Dr., SP, M.Si.
Edhi Turmudi,Ir.,MS
Mata Kuliah : Teknik Produksi Tanaman Pangan Alternatif

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita, sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “Gembili
(Dioscorea esculenta L.)” dengan baik.Adapun tujuan Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Produksi Tanaman Pangan Alternatif.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hesti Pujiwati, Dr., SP, M.Si. selaku Dosen
matakuliah Produksi Tanaman Pangan Alternatif, yang telah membimbing penulis dan
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan
pembaca. Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak menutup kemungkinan adanya membuat
kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih bagus lagi kedepannya.
Atas perhatian dan partisipasinya kami selaku penulis makalah ini mengucapkan
terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................

1.3 Tujuan....................................................................................................................................

1.4 Manfaat...................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................

2.1 .................................................................................................................................................

2.2 .................................................................................................................................................

2.3 .................................................................................................................................................

2.4 .................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pangan merupakan faktor yang essensial dalam kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan
pangan utama di Indonesia dipenuhi dari beras, jagung, sagu, ubi kayu dan ubi jalar. Selain
pangan utama tersebut, masih banyak jenis pangan lain namun belum dimanfaatkan secara
optimal. Salah satunya adalah umbi gembili. Gembili tersebar di beberapa wilayah seperti
Papua dan dapat menjadi alternatif pangan utama masyarakat. Papua memiliki biodiversitas
yang sangat tinggi sebagai sumber pangan, sagu dikenal sebagai makanan pokok masyarakat
Papua yang tinggal di daerah Pantai, sedangkan masyarakat di daerah pegunungan umumnya
mengkonsumsi ubi jalar, talas dan gembili (Rauf,2009).
Gembili (Dioscorea sp) adalah salah satu marga dari suku Discoreacea yang
merupakan tanaman lokal/spesifik dan banyak ditemukan di dataran Papua. Di dunia ini
terdapat sekitar 600 jenis dan yang sudah diketahui manfaatnya di kawasan Asia dan Afrika
terdapat 18 jenis (Burkill dalam Lingga, 1996). Sedangkan di Indonesia terdapat 33 aksesi
dan belum dikarakterisasi (BB-Biogen, 2004). Di Merauke Terdapat 17 kultivar gembili yang
dibudidayakan suku Kanum (Rauf dan Lestari, 2009), penanamannya menggunakan pola
tradisional dengan waktu tanam September-November dan gembili ini merupakan makanan
pokok. Pengembangan tanaman gembili menyebar dari dataran tinggi dan lembah, termasuk
di Lembah Baliem (Kabupaten Jayawijaya) sampai Pegunungan Tengah (Tolikaran), dataran
rendah Merauke dan wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura.
Gembili dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat karena memiliki kandungan gizi
yang kurang lebih sama dengan komoditi pangan lain. Spesies yang banyak ditemui adalah D.
alata dan D. esculenta. Walaupun memiliki kandungan gizi tinggi, gembili biasanya ditanam
dalam jumlah terbatas. Hal ini disebabkan ketersediaan bibit yang terbatas, rasa yang belum
digemari oleh masyarakat, kandungan gizi yang belum diketahui masyarakat, umur panen
yang cenderung lama sekitar 7-9 bulan dan tehnik budidaya yang tidak dimiliki oleh seluruh
masyarakat (Rumawas, 2004).
Tanaman gembili dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Di
negara tropis basah, gembili bersama dengan ubi kayu menjadi makanan berkarbohidrat dari

3
berjuta penduduk (Sastrahidayat dan Soemamo, 1991). Nilai gizi gembili tidak jauh berbeda
dibanding dengan ubi kayu segar. Gembili mempunyai nilai kalori 95 ka V I00 g atau sekitar
dua per lima bagian dari nilai kalori ubi kayu dan sekitar seperlima bagian dari nilai kalori
tepung beras (Suhardi dkk, 2002).
Gembili dan ubi kayu te1ah menjadi sumber bahan pangan sekunder yang penting
dibeberapa negara tropis. Di Afrika Se1atan gembili selain digunakan sebagai bahan pangan
juga dijadikan bahan baku pembuatan alkohol (Suhardi dkk, 2002). Kurangnya pengetahuan
pengolahan gembili mengakibatkan gembili bukan menjadi bahan komoditi meskipun dalam
musim-musim tertentu banyak dijual di pasar tradisional. Gembili biasanya ditanam dalam
jumlah terbatas, meskipun penduduk sangat menyukainya. Hal ini disebabkan ketersediaan
bibit terbatas dan umur panennya agak lama, yaitu 7−9 bulan.
Gembili masuk dalam spesies Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill. Gembili disebut
juga Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam. Nama Lokal gembili adalah ubi aung (Jawa
Barat), ubi gembili (Jawa Tengah), kombili (Ambon). Komponen kimia terbesar pada gembili
adalah air kemudian karbohidrat. Karbohidrat pada gembili tersusun atas gula, amilosa dan
amilopektin. Komponen gula tersusun atas glukosa, fruktosa dan sukrosa sehingga
menyebabkan rasa manis. Protein pada gembili tersusun atas asam amino yang jumlahnya
rendah yaitu asam amino sulfur (metionin dan sistein), lisin, tirosin dan triptofan, sedangkan
asam amino yang lain jumlahnya besar.
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap terigu menyebabkan meningkatnya
permintaan gandum dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, pemanfaatan bahan pangan lokal
perlu ditingkatkan untuk mengurangi laju impor dan memperkuat ketahanan pangan
Indonesia. Indonesia kaya akan umbi-umbian diantaranya umbi gembili. Umbi gembili
dianggap sebagai umbi inferior yang pengembangannya belum optimal. Umbi gembili dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber nutrisi dan pangan fungsional. Umbi gembili
temasuk dalam genus Dioscorea mengandung komponen bioaktif berupa glukomanan yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung fungsional (Myoda et al.,2006).
Umbi gembili mempunyai masa simpan setelah pemanenan kurang lebih 2 minggu,
dengan umur masa simpan yang tergolong singkat sehingga diperlukan suatu usaha untuk
memperpanjang masa simpan dan menambah daya guna dari umbi gembili. Salah satu cara
pengolahan yang tepat dengan menjadikan umbi gembili menjadi tepung yang memiliki umur

4
simpan lebih lama, dan dapat digunakan sebagai tepung komposit dalam pembuatan suatu
produk. Namun umbi gembili sebagaimana umbi-umbian akan mengalami proses pencoklatan
yang disebabkan bereaksinya enzim fenolase dengan oksigen diudara. Menurut Sintianingrum
F (2012) bahwa tepung gembili dengan perlakuan perendaman larutan asam sitrat 5% selama
24 jam memiliki nilai WHC yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tepung gembili
kontrol dan perlakuan blanching sehingga diharapkan produk yang dihasilkan lebih empuk
dan mengembang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan Latar belakang tersebut maka terdapat rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
2. Bagaimana klasifikasi dan morfologi tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)?
3. Bagaimana cara budidaya tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)?
4. Bagaiman tantangan dan potensi budidaya tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui sejarah tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
2. Mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
3. Mengetahui cara budidaya tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
4. Mengetahui tantangan dan potensi budidaya tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)

1.4 MANFAAT
Manfaat makalah ini Untuk penulis adalah :
1. Memenuhi tugas Produksi Tanaman Pangan Alternatif
2. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang sejarah tanaman gembili,
klasifikasi dan morfologi tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.), cara budidaya
tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.), potensi dan permasalahan tanaman Gembili
(Dioscorea esculenta L.).
Manfaat makalah ini Untuk Pembaca adalah:
1. Menambah Pengetahuan dan wawasan pembaca sejarah tanaman gembili, tentang
klasifikasi dan morfologi tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.), cara budidaya
5
tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.), potensi dan permasalahan budidaya tanaman
gembili.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
Gembili (Dioscorea sp) adalah salah satu marga dari suku Discoreacea yang
merupakan tanaman lokal/spesifik dan banyak ditemukan di dataran Papua. Di dunia ini
terdapat sekitar 600 jenis dan yang sudah diketahui manfaatnya di kawasan Asia dan Afrika
terdapat 18 jenis (Burkill dalam Lingga, 1996). Sedangkan di Indonesia terdapat 33 aksesi
dan belum dikarakterisasi (BB-Biogen, 2004). Di Merauke Terdapat 17 kultivar gembili yang
dibudidayakan suku Kanum (Rauf dan Lestari, 2009), penanamannya menggunakan pola
tradisional dengan waktu tanam September-November dan gembili ini merupakan makanan
pokok. Pengembangan tanaman gembili menyebar dari dataran tinggi dan lembah, termasuk
di Lembah Baliem (Kabupaten Jayawijaya) sampai Pegunungan Tengah (Tolikaran), dataran
rendah Merauke dan wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura.
Beberapa jenis gembili yang tumbuh dan berkembang di Papua sampai saat ini,
khususnya dipetani etnis Kanume (Merauke), etnis Sentani dan etnis Kemtuk (Kabupaten
Jayapura masih memberi nama lokal. Jenis-jenis gembili tersebut mempunyai karakter yang
berbeda-beda. Seleksi jenis tanaman tanpa koleksi dan konservasi akan menyebabkan
hilangnya sumber-sumber gen yang di masa datang. Hal ini dapat menyebabkan punahnya
keragaman plasma nutfah gembili di Provinsi Papua karena belum ada upaya pelestarian.
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
Gembili (Dioscorea esculenta L.Burkill) merupakan umbi dari keluarga
Dioscoreacea. Kelompok Dioscoreaceae yang ada di Indonesia meliputi Dioscorea alata,
Dioscoreahispida, Dioscorea pentaphylla, dan Dioscorea bulbilfera. Keluarga Dioscoreacea
mempunyai keunggulan dapat tumbuh di bawah tegakan hutan tetapi sampai saat ini masih
merupakan tanaman subsiten, yaitu bukan tanaman pokok yang dibudidayakan, karena
pemanfaatannya masih terbatas. Keunggulan dari kelompok Dioscorea adalah mengandung
senyawa bioaktif atau senyawa fungsional, selain komponen yang berperan sebagai bahan
pangan (Harijono, 2010).
Gembili merupakan jenis tumbuhan yang berbuah di bawah tanah. Jenis umbi yang
tumbuhnya merambat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m dengan batang berduri di
sekitar umbi dengan duri yang berwarna hitam dan daun berwarna hijau. Umbi gembili

1
menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, berwarna coklat
muda dan berkulit tipis. Umbi tersebut berwarna putih bersih dengan tekstur menyerupai ubi
jalar dan rasa yang khas (Richana, 2004). Umbi hasil buangan dan kulit kupasan umbi juga
dapat digunakan untuk pakan ternak atau sebagai cadangan makanan saat terjadi paceklik.
Umbi tanaman gembili umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat setelah dimasak
atau dibakar. Umbi tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran sayuran
setelah dimasak, direbus atau digoreng, dan dijadikan makanan pokok pengganti beras.
Tanaman gembili merupakan jenis tanaman yang berasal dari keluarga gadung
gadungan, atau salah satu jenis umbi umbian yang tersebar luas di wilayah Indonesia.
Memiliki bentuk yang relatif lebih kecil dari jenis umbi lainnya sehingga membuatnya
disebut “lesser yam” dalam bahasa Inggris. Sama halnya dengan jenis umbi yang lain,
gembili merupakan jenis umbi an yang mana merupakan tanaman melilit ke arah kanan, bila
kita melihatnya dari atas maka lilitannya seperti searah dengan jarum jam. Budidaya dari
tanaman ini mungkin masih ada dan Relatif lebih sedikit sehingga akan sedikit sulit untuk
dijumpai dipasaran. Berikut adalah klasifikasi lebih rinci mengenai tanaman gembili ini.
Kingdom : Plantae
Sub Kindom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophytha
Divisi : Tracheophytha
Sub Divisi : Spermathopyhtina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Dioscoreales
Famili : Dioscoceae
Genus : Diosco L.
Spesies : Dioscorea Elculenta (liur.) Burkill
Morfologi Tanaman Gembili
Tanaman gembili ini memiliki beberapa jenis, namun yang paling banyak dijumpai
adalah jenis gembili gajah yang memiliki bentuk menjari serta ukuran yang lebih besar dari
jenis yang lain, ada juga gembili teropong yang bentuknya bulat menyerupai teropong, dan

2
gembili ketan yang berbentuk bulat dan kecil akan tetapi memiliki rasa yang enak dan pulen
saat disantap.
1. Morfologi Akar Tanaman Gembili
Morfologi yang pertama berasal dari akar tanaman gembili, perlu diketahui bersama bahwa
tanaman gembili ini termasuk jenis tanaman yang memanjat. Yang mana pada tanaman liar
memiliki arti akar akar yang berduri, sedangkan pada tanaman gembili pada akarnya tidak
terlalu banyak memiliki akar.
2. Morfologi Batang Tanaman Gembili
Morfologi yang selanjutnya yaitu batang pada tanaman gembili, pada batang tanaman ini
memiliki bentuk yang tegak dan pada bagian atasnya tidak berduri, selain itu tanaman yang
satu ini dapat tumbuh dengan panjang 3 sampai 5 meter, batangnya yang berdiri tegak
membuat tanaman ini terlihat kokoh. Tanaman gembili berbentuk perdu yang memanjat atau
membelit, tingginya antara 3-5m. Batangnya bulat, berbulu halus, ada yang berduri, dan ada
yang tidak berduri (Richana, 2012).
3. Morfologi Daun Tanaman Gembili
Tentunya daun pada sebuah tanaman memiliki peran yang sangat penting salah satunya untuk
melakukan fotosintesis. Pada tanaman gembili sendiri daunnya berselang seling seperti
membentuk sebuah organ jantung, selain itu daunnya merupakan daun tunggal yang memiliki
warna hijau segar, pangkal daunnya berlekuk dan permukaan daun berbulu halus (Richana,
2012).
4. Morfologi Bunga Tanaman Gembili
Bunga merupakan salah satu hal penting yang ada pada tanaman karena bungalah yang akan
memberikan keindahan pada tanaman. Adapun untuk morfologi Bunga pada tanaman ini,
dimana bunga jantan terletak pada ketiak daun. Dan bunga betina letaknya dibawah ketiak
daun, memiliki bentuk yang melengkung menambah kesan cantik pada tanaman yang satu
ini. Bunganya tersusun dalam bulir yang berwarna hijau kekuningan (Richana, 2012).
5. Morfologi Buah Tanaman Gembili
Morfologi yang terakhir yaitu buah pada tanaman gembili. Buah pada tanaman gembili ini
bentuknya mirip seperti ubi jalar, yang mana ukurannya sama dengan kepalan tangan orang
dewasa. Buahnya sendiri memiliki warna coklat muda dan dagingnya memiliki warna putih.
Untuk satu tanaman gembili bisa menghasilkan 5 sampai 20 buah gembili. Buah gembili

3
yang sudah tua akan memiliki bentuk yang silindris, kulit buah nya sendiri cukup tipis dan
teksturnya agak kasar.
2.3 Budidaya Tanaman Gembili (Dioscorea esculenta L.)
a. Syarat Tumbuh Gembili
Tanaman gembili dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian sekitar 0 hingga 900 meter di
atas permukaan laut serta memiliki curah hujan sekitar 875 mm hingga 1750 mm per tahun.
b. Bibit Persiapan Gembili
Tanaman gembili dapat diperbanyak dengan menggunakan umbi yang minim bertunas
dua. Selain itu, pembibitan dapat menggunakan sistem stek batang.
c. Persiapan Lahan Tanam Tanaman Gembeli
Tanah pada lahan yang akan digunakan untuk melakukan budidaya gembili ini terlebih
dahulu, dibersihkan atau tanaman pengganggu lainnya lalu gemburkan dengan cara
dicangkuli atau dibajak. Jika sudah, selanjutnya buatlah guludan atau bedengan. Kemudian
buatlah jarak tanam yang ideal tiap bibit gembili yaitu sekitar 90 cm x 130 cm jika
menggunakan bedangan, sedangkan jarak tanam yang ideal untuk menanam gembili pada
guludan yaitu 90 cm x 90 cm.
d. Cara Menanam Gembili
Jika semuanya sudah siap, selanjutnya lakukan penanaman segera. Bibit gembili bertunas
ditanam sedalam 5 cm lalu timbun kembali dengan tanah. Selain itu lakukan pemulsaan
dengan menggunakan jerami atau rumput kering agar membantu keberhasilan pemupukan.
e. Cara Merawat Tanaman Gembeli
Penyiraman dapat dilakukan secara rutin selama seminggu sekali. Selain itu, lakukan
pemupukan. Pemupukan berfungsi untuk melengkapi kebutuhan unsur hara mikro dan bahan
organik lainnya yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Pemupukan ini dapat dilakukan
dengan menggunakan pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk organik cair dan lain
sebagainya. Pemupukan pada tanaman gembili ini sebaiknya dilakukan seminggu sekali pada
musim kemarau dan 3 hari sekali pada musim hujan.
f. Masa Panen dan Pasca Panen Gembeli
Gembili dapat dipanen setelah berumur 6 hingga 9 bulan dengan ditandai sekitar daun yang
menguning. Jika sudah masuk masa panen, maka gembili harus segera dipanen jangan
ditunda-tunda karena umbi gembili cepat mengeras.

4
2.4 Potensi dan Permasalahan Budidaya Tanaman Gembili (Dioscorea Esculenta L.) Di
Indonesia
1. Potensi
Gembili memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama atau lebih dari
kandungan yang ada pada padi/nasi. Nasi mengandung karbohidrat sekitar 28%, sementara
umbi gembili mengandung 22,5% (Godam 2012), 31,3% (Prabowo et al. 2014), 27 ± 37%
(Rudiyanto 2015). Artinya, ketika nasi dijadikan sebagai makanan pokok karena
mengandung unsur karbohidrat sebagai sumber energi, maka harapannya gembili yang juga
mengandung unsur karbohidrat pun dapat menjadi pilihan atau alternatif makanan pokok
masyarakat yang memang daerahnya bukan penghasil padi, seperti masyarakat lokal Papua.
Umbi gembili umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat setelah dimasak atau
dibakar, umbi tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran sayuran setelah
dimasak, direbus atau digoreng, dan dijadikan makanan pokok pengganti beras (Prabowo et
al. 2014). Dari unsur gizi lainnya yang terkandung dalam nasi seperti protein, lemak,
kalsium, dan serat, gembili juga memiiki kandungan unsur gizi tersebut . Umbi gembili
memiliki kandungan gizi yang bervariasi sesuai dengan spesies dan varietasnya. Komponen
terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat sebesar 27 ± 37% (Rudiyanto 2015).
Gembili mempunyai rendemen tepung umbi dan tepung pati tertinggi (24,28% dan
21,4%) dibanding umbi-umbian lainnya. Ditinjau dari hasil rendemennya, gembili sangat
berpotensi untuk dijadikan tepung maupun pati. Gembili dapat dipakai sebagai makanan
tambahan atau makanan pengganti untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras
(Yuwono 2015). Umbi gembili mempunyai prospek sebagai produk tepung umbi (24,28%)
maupun tepung pati (21,44%). Ubi gembili memiliki kadar protein yang tinggi dengan kadar
viskositas rendah, sehingga baik untuk dikembangkan sebagai tepung komposit untuk produk
pangan. Setelah gembili diolah menjadi tepung gembili, selanjutnya dapat dikreasikan lagi
menjadi mie, kue, bolu, dan lainnya. Selain itu gembili juga dapat diolah menjadi keripiki
gembili yang dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dibamdingkan menjual gembili
tanpa pengolahan. Maka dari itu potensi gembili sebagai pangan alternatif sangat tinggi
untuk dikembangkan ke depannya. Ubi gembili baik digunakan sebagai bahan produk kue
atau roti lainnya karena viskositas puncak rendah dan kadar protein tinggi (Richana dan

5
Sunarti 2004). Kandungan pati yang tinggi pada gembili berpotensi dikembangkan menjadi
pati termodifikasi sebagai bahan substitusi terigu dan bahan tambahan makanan, seperti
bahan pengemulsi, pembentuk, penegas aroma dan rasa, pengisi, pengikat, dan pengental
(Herlina 2013).
Umbi Dioscorea umumnya mengandung lendir kental yang terdiri atas glikoprotein
dan polisakarida larut air, yang merupakan bahan bioaktif yang berfungsi sebagai serat
pangan larut air dan bersifat hidrokoloid yang bermanfaat untuk menurunkan kadar glukosa
darah dan kadar total kolesterol (LDL) (Trustinah dan Kasno 2013). Polisakarida larut air
yang terdapat dalam gembili dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan yang
berfungsi penstabil emulsi, pembentuk gel, pembentuk buih dan sebagai bahan pengisi
(Subagio et al. 2009). Senyawa bioaktif berupa dioskorin dan diosgenin bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Kandungan senyawa bioaktif tersebut dapat meningkatkan mekanisme
pertahanan tubuh, pencegah penyakit metabolik (hiperkolesterolemia, dislipidemia, diabetes
dan obesitas), peradangan, dan kanker (Prabowo et al. 2014).
Untuk masa depan, ketergantungan terhadap nasi atau padi diharapkan dapat
dikurangi karena kandungan karbohidrat antara keduanya hampir sama. Potensi gembili
sebagai pangan alternatif perlu lebih disosialisasikan dan dibudayakan oleh masyarakat
Indonesia, khususnya di Papua yang bukan merupakan daerah penghasil padi. Produksi umbi
gembili dapat mencapai 60–70 t/ha/tahun, dibanding dengan padi yang produksinya sekitar
5–10 t/ha/musim tanam, sehingga untuk dua sampai tiga kali tanam dalam setahun dapat
diperoleh sekitar 15–30 t/ha (Sulistyono dan Marpaung 2004). Dari perbandingan ini terlihat
bahwa potensi produksi gembili dalam setahun melebihi padi hingga dua kali lipat dan
diharapkan menjadi komoditas alternatif makanan pokok pengganti beras. Kegiatan promosi
dan sosialisasi dari semua pihak diharapkan dapat menjadikan Provinsi Papua berdaulat
pangan dengan umbi-umbian local, khususnya gembili dan menjadi primadona makanan
pokok. Pangan lokal diharapkan dapat menjadi tumpuan atau penyangga ketahanan pangan di
tingkat regional maupun nasional (Rauf dan Lestari 2009).
2. Permasalahan
Berdasarkan analisis situasi dilapangan, maka permasalahan utama budidaya tanaman
gembili adalah sebagai berikut:
1. Belum mengetahui bagaimana cara mengolah umbi gembili dalam peningkatan nilai tambah

6
untuk menambah pendapatan keluarga.
2. Harga jual umbi gembili murah karena petani atau warga hanya menjual umbi gembili hasil
pertanian secara langsung.
3. Kurangnya pengenalan masyarakat terhadap tanaman gembili

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gembili (Dioscorea sp) adalah salah satu marga dari suku Discoreacea yang
merupakan tanaman lokal/spesifik dan banyak ditemukan di dataran Papua. Di dunia ini
terdapat sekitar 600 jenis dan yang sudah diketahui manfaatnya di kawasan Asia dan Afrika
terdapat 18 jenis (Burkill dalam Lingga, 1996). Gembili (Dioscorea esculenta L.Burkill)
merupakan umbi dari keluarga Dioscoreacea. Kelompok Dioscoreaceae yang ada di
Indonesia meliputi Dioscorea alata, Dioscoreahispida, Dioscorea pentaphylla, dan Dioscorea
bulbilfera. Gembili memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama atau lebih dari
kandungan yang ada pada padi/nasi. Nasi mengandung karbohidrat sekitar 28%, sementara
umbi gembili mengandung 22,5% (Godam 2012), 31,3% (Prabowo et al. 2014), 27 ± 37%
(Rudiyanto 2015). Artinya, ketika nasi dijadikan sebagai makanan pokok karena
mengandung unsur karbohidrat sebagai sumber energi, maka harapannya gembili yang juga
mengandung unsur karbohidrat pun dapat menjadi pilihan atau alternatif makanan pokok.
Agar mudah dikreasikan menjadi makanan atau minuman yang bernilai ekonomi tinggi
langkah pertama adalah merubah umbi gembili menjadi tepung gembili. Dengan menjadi
tepung maka gembili bisa mudah disimpan, tahan lama, dan mudah untuk dikreasikan
menajadi makanan atau minuman.

3.2 Saran
Meningkatkan prospek dari gembili sebagai tanaman pangan alternatif harus didukung oleh
berbagai sektor yaitu masyarakat dan pemerintah. Pemerintah harus lebih memperkenalkan
tanaman pangan alternatif ini dan masyarakat mampu membudidayakan dan mengolah
dengan berbagai olahan yang populer.

8
DAFTAR PUSTAKA
Godam (2012) Isi kandungan gizi gembili-komposisi nutrisi bahan makanan. [Online] Tersedia
pada: http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-gembili-komposisi-nutrisi
bahan makanan [Diakses 23 Oktober 2016].

Prabowo, A.Y., Estiasih, T. & Purwantiningrum, I. (2014) Umbi gembili (Dioscorea esculenta
L.) sebagai bahan pangan mengandung senyawa bioaktif: Kajian pustaka. Jurnal Pangan
dan Agroindustri, 2 (3), 129–135.

Rudiyanto, A. (2015) Gembili sebagai potensi bahan pangan di Indonesia. [Online] Tersedia
pada: https://biodiversitywarriors.org/m/article.php?idj=3 627 [Diakses 13 September
2016].

Yuwono, S.S. (2015) Gembili (Dioscorea esculenta L.). [Online] Tersedia pada:
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/06/gembili-dioscorea-esculenta-l/ [Diakses 3
September 2017].

Herlina, N.N. (2013) Produksi pati gembili (Dioscorea esculenta L.) termodifikasi dan
aplikasinya untuk produk pangan. Laporan Hasil Penelitian, Universitas Jember.

Richana, N. & Sunarti, T.C. (2004) Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan tepung pati
dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili. Jurnal Pascapanen, 1 (1), 29–37.

Trustinah & Kasno, A. (2013) Uwi-uwian (Dioscorea) : pangan alternatif yang belum banyak
dieksploitasi. [Online] Tersedia pada: http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/uwi
uwian-dioscorea-pangan-alternatif-yang-belum-banyak-dieksploitasi/ [Diakses 14
September 2017].

Subagio, A., Ginting, E., Trustinah & Herlina, N.N. (2009) Eksplorasi polisakarida larut air dari
umbi gembili (Dioscorea esculenta L.) dan aplikasinya untuk produk pangan. [Online]
Tersedia pada: http://www.litbang.pertanian.go.id/ ks/one/326/file/-eksplorasi-
9
polisakarida.pdf [Diakses 3 September 2017].

Sulistyono, E. & Marpaung, J. (2004) Studi karakter umbi dan kandungan nutrisi Dioscorea spp.
Jurnal Agronomi Indonesia, 32 (2), 39–43.

Rauf, A.W. & Lestari, M.S. (2009) Pemanfaatan komoditas pangan lokal sebagai sumber pangan
alternatif di Papua. Jurnal Litbang Pertanian, 28 (2), 54–62.

Harijono, T. Estiasih, W. B. Sunarharum, dan I. S. Rakhmita. 2010. Karakteristik Kimia Ekstrak


Polisakarida Larut Air dari Umbi Gembili (Dioscorea Esculenta) yang
Ditunaskan.Juranal Teknologi Pertanian, 11(3): 162-169.

10

Anda mungkin juga menyukai