174-Article Text-19483-1-10-20200207
174-Article Text-19483-1-10-20200207
62-68
Studi Literatur
Wening Widjajanti
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Jl. Hasanudin No.123, Mangunsari, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah
Korespondensi: weningwidjaja@gmail.com
DOI : https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.174
Tanggal diterima 27 Agustus 2018, Revisi pertama 30 Agustus 2018, Revisi terakhir 10 Desember 2019, Disetujui 13
Desember 2019, Terbit daring 3 Januari 2020
Abstract. Leptospirosis is a zoonotic disease caused by Leptospira bacteria and is transmitted by rats. The disease is mostly found
in the tropics and sub tropics in the rainy season. Leptospirosis occurs because of the complex interaction between disease carriers,
host and the environment. Leptospira bacteria can infect humans through injuries that exist in the soles of the feet and also the
human mucosa. Humans with poor health behaviors have the potential to be infected with this bacteria. Likewise, poor sanitation
supports the occurrence of leptospirosis in humans. The diagnosis of leptospirosis is done by Rapid Diagnostic Test, Polymerase
Chain Reaction, Microscopic Agglutination Test, and others. Treatment of leptospirosis in the form of doxycycline, and intravenous
penicillin G. Hemodialysis and mechanical respiratory ventilation are given in case of renal failure and bleeding in the lungs.
Prevention of leptospirosis is done by prevention in animals as a source of infection, transmission routes and humans.
Keywords: epidemiology, diagnosis, prevention, leptospirosis
Abstrak. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dan ditularkan oleh tikus.
Penyakit ini kebanyakan ditemukan di wilayah tropis dan sub tropis pada musim penghujan. Leptospirosis terjadi karena
adanya interaksi yang kompleks antara pembawa penyakit, tuan rumah/pejamu dan lingkungan. Bakteri Leptospira dapat
menginfeksi manusia melalui luka yang ada di kulit dan mukosa tubuhnya. Manusia dengan perilaku kesehatan yang buruk
berpotensi untuk terinfeksi bakteri ini. Demikian juga dengan sanitasi yang buruk mendukung terjadinya kasus leptospirosis
pada manusia. Diagnosis leptospirosis dilakukan dengan Rapid Diagnostic Test, Polymerase Chain Reaction, Microscopic
Agglutination Test, dan lainnya. Pengobatan leptospirosis berupa doksisiklin dan penisilin G intravena. Hemodialisis dan
pemberian ventilasi pernafasan mekanis diberikan jika terjadi gagal ginjal dan perdarahan pada paru-paru. Pencegahan
leptospirosis dilakukan dengan pencegahan pada hewan sebagai sumber infeksi, jalur penularan dan manusia.
Kata kunci : epidemiologi, diagnosis, pencegahan, leptospirosis
DOI : https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.174
Cara sitasi : Widjajanti W. Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan Leptospirosis.
(How to cite) J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2019;5(2): 62-68.
62
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019
63
Widjajanti W. Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan...
64
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019
Bakteri masuk ke tubuh Demam, sakit kepala, nyeri Demam dan gejala lainnya Demam timbul kembali dan
melalui luka atau permukaan otot, mual secara tiba-tiba; sembuh sementara, sebelum melibatkan susunan saraf
mukosa; Leptospira dapat diisolasi dari memasuki masa imun. pusat (meningitis);
flagel bakteri membantu darah, cairan serebro spinal; Antibodi Leptospira mulai
proses penetrasi ke jaringan. Sebagian besar penderita membersihkan Leptospira
tidak nampak kuning, hanya dar jaringan kecuali pada
5-10% saja. ginjal;
Leptospira keluar melalui urin
dalam jangka waktu yang
lama
65
Widjajanti W. Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan...
untuk mencegah leptospirosis adalah dengan sehat menjadi tantangan utama untuk mencegah
menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat terjadinya leptospirosis. Masyarakat yang memiliki
tinggal, supaya tidak menjadi sarang tikus, pengetahuan yang baik tentang leptospirosis akan
termasuk tempat penyimpanan air, penanganan memiliki sikap yang baik juga dan diharapkan
sampah yang benar sehingga tidak menjadi sarang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat.
tikus.1,28 Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan
pemberian sosialisasi kepada masyarakat tentang
Pada manusia, pencegahan yang bisa dilakukan
bahaya dan cara pencegahan leptospirosis.
dengan menjaga kebersihan individu setelah Sosialisasi dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
beraktivitas di lokasi yang berisiko terpapar maupun kader kesehatan yang ada di masyarakat
leptospirosis; pendidikan kesehatan untuk melalui ceramah, penempelan poster, penyebaran
menggunakan alat pelindung diri bagi pekerja yang leaflet.
bekerja di lingkungan yang berisiko leptospirosis;
menjaga kebersihan kandang hewan peliharaan; Pengurangan Risiko Leptospirosis
membersihkan habitat sarang tikus;
Kejadian leptospirosis biasanya terjadi pada daerah
pemberantasan hewan pengerat bila kondisi
dengan sanitasi lingkungan yang buruk, rendahnya
memungkinkan dan pemberian kaporit atau
perilaku hidup bersih dan sehat dan keberadaan
sodium hipoklorit pada air tampungan yang akan
tikus pembawa bakteri Leptospira di lingkungan
digunakan oleh masyarakat.1,44,45 Selain itu perlu
tersebut. Untuk mengurangi risiko terjadinya
juga dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat
leptospirosis dapat dilakukan dengan memperbaiki
akan bahaya penyakit ini, terlebih bagi kelompok
kondisi lingkungan yang buruk dan meningkatkan
masyarakat yang memiliki risiko tinggi dan juga
perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk melakukan
penyedia pelayanan kesehatan.45,46
pemberantasan tikus sangat sulit untuk
dilaksanakan, mengingat keberadaan tikus yang
Pembahasan tersebar di berbagai tempat dan kondisi.
Tantangan yang Dihadapi
Penyakit Leptospira atau leptospirosis ringan pada Kesimpulan dan Saran
dasarnya tidak berbahaya jika mendapat
Leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan
pengobatan dengan cepat dan tepat. Lain halnya
dengan leptospirosis sedang dan/atau berat yang oleh bakteri Leptospira baik kepada manusia
perlu penanganan khusus. Permasalahan yang maupun hewan. Penyakit ini terjadi karena adanya
dihadapi adalah gejala dan tanda leptospirosis ini interaksi yang kompleks antara pembawa penyakit,
sangat mirip dengan gejala dan tanda penyakit tuan rumah/pejamu dan lingkungan. Bakteri
demam dengue atau demam berdarah dengue, Leptospira bersifat komensal pada ginjal mamalia,
malaria dan scrub thypus, sehingga membuat tenaga termasuk tikus. Manusia dapat terkena
medis kurang tepat dalam melakukan penegakkan leptospirosis jika ada bakteri Leptospira yang masuk
diagnosis. Kurang tepat dalam menegakkan ke dalam tubuhnya melalui luka pada kulit maupun
diagnosis berakibat kurang tepat dalam pemberian mukosa tubuh. Lingkungan dengan sanitasi yang
pengobatan kepada pasien. Peningkatan buruk mendukung terjadinya leptospirosis.
kemampuan tenaga medis untuk menegakkan Pencegahan leptospirosis dilakukan dengan
diagnosis leptospirosis sangat diperlukan, supaya
meminimalisir masuknya bakteri ini ke tubuh
penderita dapat segera ditangani dengan cepat dan
manusia dengan memiliki perilaku hidup bersih dan
tepat. Selain itu alat untuk mendiagnosis
leptospirosis secara cepat dan tepat juga harus sehat dan juga menjaga kesehatan lingkungan
tersedia di pelayanan kesehatan primer sekitar.
masyarakat, misanya berupa RDT.
Ucapan Terima Kasih
Kebersihan diri dan lingkungan juga sangat
berpengaruh terhadap kejadian leptospirosis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah yang Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor
bekerja dan beraktivitas di tempat yang berisiko dan Reservoir Penyakit dalam memfasilitasi
terkena leptospirosis cenderung untuk penulisan naskah publikasi ini.
mengabaikan perilaku hidup bersih dan sehat.
Padahal perilaku hidup bersih dan sehat adalah
kunci utama untuk mencegah terjadinya Kontribusi Penulis
leptospirosis. Peningkatan pengetahuan WW berperan sebagai kontributor utama dalam
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan penulisan artikel ini, mulai dari mengkonsep,
66
JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019
67
Widjajanti W. Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan...
29. Handayani FD, Ristiyanto, Yuliadi B, Sukarno, 42. Aulia R. Hubungan Antara Strata PHBS Tatatan
Muhidin. Distribusi dan Faktor Risiko Lingkungan Rumah Tangga dan Sanitasi Rumah Dengan
Penularan Leptospirosis di Kabupaten Demak, Kejadian Leptospirosis. Unnes J Public Heal.
Jawa Tengah. J Vektora. 2006;II(2):4–17. 2014;3(3):1–10.
30. Ikawati B, Nurjazuli. Analisis Karakteristik 43. Pramestuti N, Ikawati B, Astuti NT. Populasi Tikus
Lingkungan Pada Kejadian Leptospirosis di dan Pengetahuan Masyarakat tentang Tikus dan
Kabupaten Demak Jawa Tengah Tahun 2009. Penyakit yang Ditularkan di Kecamatan Berbah
Media Kesehat Masy Indones. 2010;9(1):33–40. Kabupaten Sleman. Balaba. 2012;8(02):33–6.
31. Ramadhani T, Yunianto B. Reservoir dan Kasus 44. Ristiyanto, Heriyanto B, Handayani FD,
Leptospirosis di Wilayah Kejadian Luar Biasa. Trapsilowati W, Pujiyanti A, Nugroho A. Studi
Kesehat Masy Nas. 2011;7(4):162–8. Pencegahan Penularan Leptospirosis di Daerah
Persawahan di Kabupaten Bantul, Daerah
32. Anies, Hadisaputro S, Sakundarno MS, Suhartono. Istimewa Yogyakarta. Vektora. 2013;V(1):34–40.
Lingkungan dan Perilaku pada Kejadian
Leptospirosis. Media Med Indones. 45. Pujiyanti A, Trapsilowati W, Ristiyanto.
2009;43(Nomor 6):6–11. Determinan Perilaku Pada Kejadian Leptospirosis
di Kabupaten Demak Jawa Tengah Tahun 2008.
33. Sunaryo, Widiastuti D. Mapping of leptospirosis Media Litbangkes. 2014;24(3):111–6.
risk factor based on remote sensing image in
Tembalang, Semarang City, Central Java. Heal Sci 46. WHO. Human leptospirosis: guidance for
Indones. 2012;3(1):45–50. diagnosis, surveillance and control. WHO Libr.
2003;45(5):1–109.
34. Nuraini S, Saraswati LD, Adi MS, S HS. Gambaran
Epidemiologi Kasus Leptospirosis di Kabupaten
Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. J Kesehat Masy.
2017;5(1):226–34.
35. Sunaryo. Distribusi Spasial Leptospirosis Di
Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Bul Penelit
Kesehat. 2014;42(3):161–70.
36. Ramadhani T, Yunianto B. Karakteristik Individu
dan Kondisi Lingkungan Pemukiman di Daerah
Endemis Leptospirosis di Kota Semarang.
Aspirator. 2010;2(2):66–76.
37. Pertiwi SMB, Setiani O, Nurjazuli. Faktor
Lingkungan Yang Berkaitan Dengan Kejadian
Leptospirosis di Kabupaten Pati Jawa Tengah. J
Kesehat Lingkung Indones. 2014;13(2):51–7.
38. Fraga TR, Carvalho E, Isaac L, Barbosa AS.
Leptospira and Leptospirosis. In: Molecular
Medical Microbiology: Second Edition. 2014. p.
68