Anda di halaman 1dari 13

Mata kuliah : Kesehatan Ternak

Dosen : drh. Anak Agung Putu Joni W., M.Si b

Makalah Kesehatan Ternak


“Biosekuriti Pada Peternakan di Indonesia”

SALSABILA TAUFIQ
05.03.19.1861
2D

PRODI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN


KESEJAHTERAAN HEWAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
(POLBANGTAN) GOWA
BONE
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan .............................................................................................. 1

II. PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Pengertian Biosekuriti ...................................................................... 3

B. Sejarah Perkembangan Biosekuriti .................................................. 5

C. Permasalahan Dan Bagaimana Solusi Dalam Penerapan Biosekuriti

Di Indonesia............................................................................................ 6

III. PENUTUP ......................................................................................... 9

A. Kesimpulan ...................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan idayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul Biosekuriti Pada Peternakan di Indonesia. Terima
kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen terkait yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung sehingga bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bone, 10 April 2021

Penulis

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan berkembang pesatnya industri di Indonesia salahsatunya


dalam bidang peternakan perlu mendapatkan perhatian baik dari
pemerintahan maupun masyarakat, hal ini mengingat pentingnya
kebutuhan daging dan hasil peteranakan lainnya di masyarakat. Terkait
hal ini tentunya tidak terhindar dari beberpa masalah, salahsatunya pada
masalah kesehatan ternak yang dapat mempengaruhi produksi ternak itu
sendiri. Kerugian yang ditimbulkan oleh gangguan penyakit pada usaha
peternakan tidak hanya kematian, tetapi juga pertumbuhan lambat,
produksi telur yang menurun bahkan terhenti sama sekali.
Salahsatu upaya yang diterapkan yaitu menerapkan sistem
Biosekuriti, Biosekuriti ini merupakan segala tindakan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan perlindungan dan keamanan pada makhluk
hidup (ternak). Lalu apakah sistem biosekuriti ini sudah diterapkan di
Indonesia ? dan kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan sistem ini
? Penjelasan lebih lanjutnya akan dijelaskan di makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah


dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud biosekuriti ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan biosekuriti ?
3. Apa saja permasalahan dan bagaimana solusi dalam penerapan
biosekuriti di Indonesia ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari makalah ini yaitu :


1. Mengetahui apa yang dimaksud biosekuriti.

1
2. Mengetahui sejarah perkebangan biosekuriti.
3. Mengetahui permasalahan dan bagaimana solusi dalam penerapan
biosekuriti di Indonesia .

2
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Biosekuriti

Salsahsatu aspek penunjang dalam keberhasilan industri peternakan


yaitu dengan memperhatikan kesehatan ternak dengan sisitem biosekuriti.
Secara etimologi Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan
security (pengamanan atau perlindungan). Sedangkan terminologi
merupakan pengendalian, penanganan, dan pengamanan terhadap
makhluk hidup. Saat ini biosekuriti telah diterapkan pada berbagai jenis
peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme
penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan.
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk
mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk
mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan
bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare).
Berdasarkan Tesis Rusny (2013) bahwa penerapan biosekuriti
sangat penting sebagai salah satu aspek dasar program keamanan
pangan di industri dan penerapan biosecuriti dapat meningkatkan
kesehatan ternak dan menjadikannya lebih produktif. Bahkan WHO
membenarkan dan mendukung penerapan biosekuriti ini sebagai tindakan
penerapan manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi
potensi penyebaran penyakit, misalnya virus flu burung pada hewan atau
manusia.
Biosekuriti bukan satu – satunya upaya pencegahan terhadap
serangan penyakit, akan tetapi Biosekuriti merupakan garis pertahanan
pertama terhadap penyakit. Biosekuriti sangat penting untuk
mengendalikan dan mencegah berbagai penyakit yang mematikan.
Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu set program kerja dan
prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan penyebaran
hama dan jasad renik berbahaya di sekitar. Sederhananya tujuan

3
biosekuriti adalah meminimalkan keberadaan penyebab penyakit,
meminimalisir kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk
semang, menekan tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit.
Dalam penerapan biosekuriti ini ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Mencegah kuman tidak masuk
2. Mencegah kuman tidak berkembang
3. Mencegah kuman tidak menyebar
Prinsip diatas Meliputi deteksi, diagnosis, dan mitigasi penyakit
maupun cedera yang merupakan upaya untuk memutuskan respons yang
tepat dan cepat terhadap serangan kuman baik secara biologis ataupun
kimiawi.
Beberapa elemen dalam biosekuriti, yaitu :
1. Isolasi
Isolasi ini merupakan Tindakan, perlakuan serta penanganan
terhadap kotoran hewan, hewan yang sakit, baru masuk, yang sehat, dan
hewan yang mati.
2. Pengawasan pergerakan
Tindakan terhadap lalu lintas kendaraan dan pengunjung,
perlakuan terhadap lalu lintas peralata, perlakuan terhadap lalu lintas
pakan dan tindakan terhadap rodensia, serangga, burung liar, dan hewan
lain.
3. Kebersihan dan desinfeksi
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kebersihan ternak, baik
kebersihan petugas, kebersihan kandang, bahkan hewan itu sendiri.
Keberhasilan sistem biosekuriti tergantung dari cara
pelaksanaannya. Wabah penyakit dapat masuk peternakan karena
pelaksanaan biosekuriti yang tidak dilakukan dengan baik.

4
B. Sejarah Perkembangan Biosekuriti

Manusia sudah sejak lama mengidentifikasi penggunaan bahan-


bahan biologi yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.4,5
Penggunaan mayat, baik binatang maupun manusia, sebagai racun
terhadap sumber air minum musuh dilakukan bangsa Yunani pada tahun
300 SM dan oleh bangsa Amerika pada tahun 1155 dan 1863 saat perang
saudara. Pada tahun 1346-1347, bangsa Mongolia menggunakan mayat
busuk sebagai penyebar pes untuk mengusir bangsa Genoa di kota Kaffa,
Laut Hitam. Wabah pes (the black death) tersebut menyebabkan sepertiga
penduduk Eropa meninggal. Pada tahun 1767, bangsa Inggris dan
Perancis yang melawan suku Indian di Amerika Utara menyebarkan
selimut yang telah dicemari virus cacar. Pada Perang Dunia I, tentara
Jerman menggunakan bakteri antraks dan glander untuk menginfeksi
ternak yang dikirim ke tentara sekutu. Selain itu, tentara Jerman juga
menggunakan kolera untuk memerangi Italia.
Sekelompok teroris juga menggunakan bahan biologi. Di London,
seorang Bulgaria meninggal akibat tertusuk ujung payung yang
sebelumnya telah dibubuhi risin. Di Amerika Serikat 751 orang mengalami
disentri karena makan salad yang dicemari Salmonella oleh pengikut
sekte Rajneeshee di restoran di Oregon. Senjata biologi menggunakan
Clostridium botulinum dan antraks pernah digunakan oleh sekte Aum
Shinrikyo di ruang kereta bawah tanah Tokyo, Jepang. Pengiriman amplop
berisi antraks juga pernah dilakukan pada tahun 2001 di enam negara
bagian Amerika Serikat dan distrik Kolombia. Kejadian tersebut
menyebabkan 5 dari 11 orang yang terinfeksi antraks paru meninggal, dan
11 orang lainnya menderita antraks kulit.
Upaya bioterorisme juga pernah terjadi di Indonesia berupa
pengiriman amplop berisi serbuk putih menyerupai antraks di Kedutaan
Besar RI di Canberra, Australia dan Kantor Departemen Luar Negeri di
Jakarta. Meskipun demikian, tidak ditemukan bakteri antraks dalam serbuk

5
putih tersebut. Berdasarkan kasus bioterorisme dan penggunaan bahan
biologi berbahaya pada masa lampau dan sekarang (mungkin juga akan
terjadi pada masa mendatang), konsep biosecurity perlu diterapkan di
Indonesia. Penerapan konsep tersebut dapat dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan bahan biologi
berbahaya, apalagi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat
padat dan letak geografis yang strategis.

C. Permasalahan Dan Bagaimana Solusi Dalam Penerapan


Biosekuriti Di Indonesia
Penerapan biosekuriti di Indonesia mulai diterapkan dari berbagaii
bidang salahsatunya peternakan. Hal ini berkiblat pada aspek hukum di i
Indonesia tentang Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2014, tentang
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan.
 Pasal 24 ( Ayat 2 )
Pencegahan penyakit hewan dilakukan dengan Tindakan
pengebalan, mengoptimalkan kondisi tubuh dan biosekuiri.
 Pasal 27
Bioskuriti sebagaimana dilakukan dengan cara pemisahan
sementara hewan baru dan hewan lama, hewan sakit dan hewan sehat,
pembersihan dan desinfeksi, pembatasan lalu lintas orang, barang, produk
hewan dan pembawa penyakit hewan lainnya dalam unit usaha atau
perusahaan peternakan.
Menurut data Kementerian Pertanian, memberitakan bahwa
“Kementan dan FAO dorong peternak unggas terapkan Biosekuriti 3 Zona
pada tahun 2019” jadi dapat disimpulkan bahwa sudah ada langkah
pendorong penerapan biosekuriti di Indonesia. Peternak Layer bersama
FAO Indonesia di Lampung, Kamis (20/6), menjelaskan penerapan
Biosecurity 3 zona sangat penting karena dapat mengendalikan
penggunaan antimikroba pada unggas serta mengurangi risiko terjadinya
penyakit infeksi. "Hal ini dapat meningkatkan keuntungan bagi para

6
peternak karena akan mengurangi risiko kematian khususnya dari virus flu
burung," kata Ketut. Adapun penerapan Biosecurity 3 Zona adalah praktik
pengelolaan perunggasan yang baik dan berstandar dengan membagi
area peternakan menjadi tiga, yakni zona merah, kuning dan hijau. Zona
merah dikategorikan sebagai area dengan risiko tinggi (high risk) karena
terindikasi adanya pencemaran kuman maupun bakteri.

Namun penerapan biosekuriti di Indonesia ini belum dikelola secara


optimal dan sistematis dikarenakan kurangnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat, peternak dan pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya peran
biosekuriti dalam kesuksesan produksi ternak itu sendiri. Setiap
peternakan menunjukkan kurang atau hampir sama sekali tidak ada
peternak yang melakukan penerapan biosekuriti dengan baik, kebanyakan
peternak hanya melakukan penerapan biosekuriti pada beberapa tindakan
dan bahkan ada sama sekali yang tidak menerapkan biosekuriti satu pun.
Hal inilah yang menjadi tantangan untuk para penyuluh mengenai
bagaimana tindakan yang harus diambil agar para peternak mau
menerapkan biosekuriti dengan baik dan yang menjadi permasalahan
utama tentunya kurangnya pemahaman para peternak mengenai
penerapan biosekuriti.

Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu


Pengetahuan Hayati (LIPI), mengatakan Aspek biosekuriti di Indonesia
masih terabaikan, sebagai contoh laju deforestasi mencapai 1,8 juta
hektar per tahun membuat hilangnya spesies endemik tumbuhan dan
hewan asli Indonesia. Selama ini, Indonesia lebih banyak menaruh
perhatian pada keamanan hayati atau biosafety sehingga aspek
biosekuriti terabaikan,” ungkapnya. Dirinya menjelaskan, aspek biosekuriti
penting untuk mencegah berkurangnya populasi spesies lokal akibat
hama, penyakit, atau spesies asing invasif dari luar wilayahnya.

Hal itu terjadi karena belum ada regulasi biosekuriti, Undang-Undang


Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan

7
belum memuat biosekuriti, akibatnya tidak ada lembaga khusus
biosekuriti, beberapa lembaga karantina yang menerapkannya belum
terintegrasi satu sama lain. Kurangnya jumlah tenaga lapangan untuk
melayani wilayah Indonesia yang sangat luas menjadi satu permasalahan
yang cukup serius kita memerlukan pengawasan yang ketat, karena
negara kita punya ribuan pelabuhan ilegal, petugas kita minim, perkuat
keamanan dengan regulasi.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut perlunya kerjasama dari


semua pihak, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Biosekuriti
bukan tanggung jawab orang lain melainkan kita semua harus
bertanggung jawab untuk menerapkan perubahan yang diperlukan.

8
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara etimologi Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup)
dan security (pengamanan atau perlindungan). Sedangkan
terminologi merupakan pengendalian, penanganan, dan
pengamanan terhadap makhluk hidup.
2. Berdasarkan kasus bioterorisme dan penggunaan bahan biologi
berbahaya pada masa lampau dan sekarang (mungkin juga akan
terjadi pada masa mendatang), konsep biosecurity perlu diterapkan
di Indonesia. Penerapan konsep tersebut dapat dilakukan sebagai
upaya untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan bahan
biologi berbahaya, apalagi mengingat jumlah penduduk Indonesia
yang sangat padat dan letak geografis yang strategis.
3. Penerapan biosekuriti di Indonesia ini belum dikelola secara optimal
dan sistematis dikarenakan kurangnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat, peternak dan pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya
peran biosekuriti dalam kesuksesan produksi ternak itu sendiri.

B. Saran

Pentingnya penerapan biosekuriti di Indonesia tentunya dengan


kerjasama dari semua pihak. Biosekuriti bukan tanggung jawab orang lain
melainkan kita semua harus bertanggung jawab untuk menerapkan
perubahan yang diperlukan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Swacita, I. B. N. 2017. BIOSEKURITI. Denpasar: Universitas Udaya

Hadi, U. K. 2001. Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam


Poultry Indonesia. Desember 260: 88-90. Bogor: IPB

Sudarmono, P. P. 2015. Biosecurity dalam Kedokteran dan Kesehatan.


Biosecurity dalam Kedokteran Vol. 3, No. 1, April 2015. Depok :
Universitas Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai