NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
13/348451/KU/15878
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
13/348451/KU/15878
Disetujui Oleh :
Dr. Lily Arsanti Lestari, STP., MP Dian Caturini S., B.Sc., M.SC
NIP. 197503132005012001 NPU. 1120140020
ii
Pengaruh Pemberian Yogurt Ekstrak Seledri terhadap Perbaikan Tekanan
Darah Sistolik Tikus Sprague Dawley yang Diberi Pakan Tinggi Lemak
Teroksidasi
1
The Effect of Celery Extract Yogurt on Systolin Blood Pressure of Sprague
Dawley Rats Fed with High Oxidized Fatty Foods
Rudri Anisya Trisdini Indraprana, Lily Arsanti Lestari, Dian Caturini Setyoningrum
INTISARI
Background : High blood pressure or hypertension is a non-communicable disease
(PTM) that became one of the causes of death in Indonesia. According to WHO,
every year 17.,000 deaths occur due to hypertension in Indonesia. High systolic
blood pressure can lead to stroke and myocardial infarction despite normal diastolic
blood pressure. One of the causes of high systolic blood pressure is oxidized fat
consumption. Yogurt and celery have been shown to reduce hypertension.
Objective : To determine the effect of celery extract yogurt on systolic blood
pressure of mice fed high oxidized fatty foods (PTLO).
Method : This research is an quasi experimental research with pre-post control
group design. The subjects were 36 male Sprague Dawley rats of 8 weeks old with
weight 150-250 gram divided into 6 treatment group: normal control group, negative
control, treatmen I, treatment II, treatment II, treatment III, and treatmen IV. The
normal control group get standard food (AIN93M), while the others get PTLO for 14
days. The treatment group I was given ordinary yogurt as intervention, treatment II
get 0,5% celery extract yogurt, treatment III get 1% celery extract yogurt, and
treatment IV get 1,5% celery extract yogurt. The measurement of systolic blood
pressure was performed by non-invasive method using Spyghmomanometer S-2
version 6.90.
Result : Celery extract yogurt caused significant decreases in systolic blood
pressure of mice (P<0,001). 1,5% celery extract yogurt is the most optimal in
decrease systolic blood pressure of mice (27,3%) after 14 days.
Conclusion : Provision of 1,5% celery extract yogurt can be lower systolic blood
presure significantly.
2
I. PENDAHULUAN
3
II. METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi eksperimental
dengan pre-post with control group design. Subyek yang digunakan
adalah tikus jantan Sprague Dawley berusia 8 minggu dengan berat
badan 150-250 gram. Subyek dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kontrol
normal, kontrol negatif, perlakuan I, perlakuan II, perlakuan III, dan
perlakuan IV. Pemberian pakan tinggi lemak teroksidasi (PTLO) pada
semua kelompok, kecuali kelompok kontrol normal, dilakukan selama
14 hari. Setelah itu intervensi berupa yogurt, yogurt ekstrak seledri
0,5%, yogurt ekstrak seledri 1%, dan yogurt ekstrak seledri 1,5%
diberikan pada kelompok perlakuan I,II,III, dan IV selama 14 hari.
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada awal penelitian, pre, dan
post intervensi menggunakan metode non-invasif dengan alat
Spyghmomanometer S-2 version 6.90.
4
Kelompok Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
K1 83,40±2,70a
K2 82,80±2,77a
K3 84,60±3,85a
K4 85,00±6,04a
K5 88,00±3,61a
K6 86,80±2,59a
P 0,268
Keterangan :
*) Telah dilakukan uji homogeneity of variance
K1 = diberi pakan standar; K2 = diberi pakan tinggi lemak teroksidasi; K3 = diberi pakan tinggi lemak
teroksidasi serta yogurt; K4 = diberi pakan tinggi lemak teroksidasi serta yogurt dengan penambahan
ekstrak seledri 0,5%; K5 = diberi pakan tinggi lemak teroksidasi serta yogurt dengan penambahan
ekstrak seledri 1%; K6 = diberi pakan tinggi lemak teroksidasi serta yogurt dengan penambahan
ekstrak seledri 1,5%
Huruf yang berbeda diatas grafik menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata antar
kelompok
5
sehingga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
tekanan darah sistolik naik4,5.
K1
100.00 K2
80.00 K3
60.00 K4
K5
(mmHg)
40.00
K6
20.00
0.00
awal pre post
Masa Penelitian
6
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus
sebanyak 108 CFU/ml. setelah mengalami inkubasi, yogurt pada pH
4,0-4,30 memiliki jumlah bakteri mencapai 2 x 10 7 CFU/ml11. Pada
produk ini yang memiliki pH 4,0-4,1 diasumsikan memiliki jumlah
bakteri asam laktat sebanyak 2 x 107 CFU/ml.
Kelompok K4 – K6 juga mengalami penurunan tekanan darah
sistolik karena mendapat intervensi yogurt ekstrak seledri.
Penurunan tekanan darah sistolik optimal pada K6 yang mendapat
yogurt ekstrak seledri 1,5%. K6 mengalami penurunan sebanyak
27,3% atau 36,4 mmHg. Seledri mampu membantu yogurt dalam
perannya menurunkan tekanan darah sistolik tikus. Kandungan
pada seledri yang memiliki efek antihipertensi meliputi flavonoid
(apigenin), serat, saponin, dan mineral (magnesium dan kalium).
Apigenin dalam seledri bersifat vasodilator pembuluh darah.
Dalam menurunkan tekanan darah, apigenin memiliki mekanisme
kerja mirip dengan mekanisme antagonis kalsium. Apigenin akan
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel sehingga
menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan terjadi penurunan
tekanan darah7. Saponin pada seledri menurunkan tekanan darah
sistolik dengan menurunkan kolsterol dalam darah sehingga
tekanan perifer menjadi berkurang dan aliran darah menjadi
lancar7.
Selain flavonoid, seledri juga mengandung serat sebanyak
19,32 g/100 g yang berfungsi menurunkan tekanan darah. Serat
menurunkan tekanan darah dengan cara mengikat asam empedu
sehingga mencegah penyerapan kembali dari usus halus dan
meningkatkan ekskresinya melalui feses. Hal tersebut
meningkatkan konversi kolesterol dari serum darah menjadi asam
7
empedu dalam hati sehingga kolesterol dalam darah berkurang
dan tekanan perifer akan menjadi berkurang 7,8.
Pada seledri juga mengandung phthalides dan magnesium
yang dapat merelaksasi pembuluh darah 1. Magnesium dalam
seledri sebanyak 85 mg/100 g, berperan dalam memproduksi
prostasiklin dan NO sebagai vasodilator pembuluh darah 8.
Kandungan kalium (400 mg/100 g) yang terdapat pada seledri juga
memiliki kemampuan dalam menurunkan tekanan darah sistolik.
Mekanisme kalium menurunkan tekanan darah sistolik yaitu
dengan merelaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan
penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output jantung.
Kalium juga memiliki peran sebagai diuretika serta dapat
mengubah aktivitas sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron dengan
mengurangi sekresi renin sehingga menghambat pembentukan
angiotensin II dan vasokonstriksi pembuluh darah berkurang 8.
Pada penelitian ini, membuktikan bahwa kombinasi yogurt dan
seledri mampu memberikan efek penurunan tekanan darah sistolik
tikus. Hal tersebut disebabkan kandungan bakteri asam laktat pada
yogurt dan flavonoid, serat, saponin, serta mineral dalam seledri
mampu bekerja secara sinergis dalam menghambat pembentukan
angiotensin II dan meningkatkan produksi NO sehingga memicu
vasodilatasi pembuluh darah yang menghasilkan penurunan
tekanan darah sistolik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjut
mengenai efek yogurt ekstrak seledri pada manusia.
IV. KESIMPULAN
Yogurt ekstrak seledri mampu menurunkan tekanan darah
sistolik pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak teroksidasi.
Penurunan tersebut disebabkan oleh kandungan bakteri asam laktat
8
pada yogurt serta kandungan flavonoid, serat, saponin, dan mineral
pada seledri. Penurunan tekanan darah sistolik yang optimal terjadi
pada K6 yang mendapat intervensi yogurt dengan ekstrak seledri
1,5%.
V. DAFTAR PUSTAKA
9
1. Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Tradisional Jilid 2.
Jakarta:Trubus Agriwidjaya
2. Grossman, E. 2008. Does Increased Oxidatives Stress Cause
Hypertension?. Diabetes Care (2)31:S185
3. Gunawan, M.T. M.A., dan Arianti Rahayu. 2003. Analisis Pangan:
Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada
Minyak Kedelai Dengan Variasi Menggoreng. JSKA (6)3
4. Gutteridge, John MC., dan Halliwell B. 2000. Free Radicals and
Antioxidant in The Year 2000. Oxygen Chemistry Laboratory,
Royal Brompton Hospital, London. 899:136-47
5. Irawan, R. 2013. Hubungan Obesitas Terhadap Kadar
Malondialdehid (MDA) Plasma Pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Katzung, B.G. 1995. Farmakologi Dasar and Klinik. Agoes Edisi VI.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 558-67
7. Kotchen, T.A., Kotchen JM. 2006. Nutrition, Diet, and Hypertension
In: Shils ME. Modern Nutrition in Health and Disease 10 th Edition.
Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins p.1095-102
8. Santawati, F.V. 2010. Hubungan Asupan Serat Dengan Beberapa
Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskuler. [Artikel Penelitian].
Universitas Diponegoro
9. Sontia B., Touyz RM. 2006. A role of magnesium in hypertension.
Arch Bioch Biophys 458:33
10. Sudarmadji, S. 1982. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian Edisi
1. Yogyakarta: Liberty
11. Tamime, AY. 2002. Microbbiology of Starter Cultures Handbook of
Diary Microbiology 3th Edition. pp. 261-366. New York: Wiley
Science Inc.
12. Yamamoto, N., Akino, A. and Takano, T. 1994. Antihypertensive
effect of the peptidesderived from casein by an extracellular
proteinase from Lactobacillus helveticus CP790. J. Dairy Sci.
(77):917-922
13. Yunani, NK., Masdiana C Pandaga, dan Rositawati Indrati. 2012.
Efek Terapi Yogurt Susu Kambing Terhadap Kadar
Malondialdehyde (MDA) dan Gambaran Hispatologi Ginjal
Tikus (Rattus novergicus) Model Hipertensi Hasil Induksi
Deoxycorticoterone Acetate (DOCA)-salt. Artikel
Penelitian. Universitas Brawijaya
10