Tanker Ship
MT.TIPAL
Disusun Oleh :
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami menyatakan bahwa mahasiswa di bawah ini:
Nama : Habib Susilo
NIM : 21090118140108
Program Studi : S1 Teknik Perkapalan
Fakultas : Teknik Universitas Diponegoro
Judul : Laporan Perhitungan Tugas Desain Kapal I
Engine room Layout
Telah menyelesaikan Tugas Desain Kapal 1 “Engine Room Layout”
Menyetujui,
Habib Susilo
Fahrul Luqman Sani
NIM. 21090118140108
NIM. 21090117120011
Universitas Diponegoro
Habib Susilo
21090118140108 i
Tugas Desain I 2020
General Arrangement
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas laporan ini . Laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Tugas Desain Kapal I “Engine Room Layout” dan mata kuliah
lain yang bersangkutan dan mendukung.
Penulis mengaharapkan semoga nantinya laporan ini dapat berguna bagi ketuntasan nilai
penulis dalam mata kuliah Tugas Desain Kapal I “Engine Room Layout”, serta penulis juga
berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pembaca dan dapat dimengerti dengan
mudah.
Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini dan
juga penulisan laporan - laporan yang akan dibuat dikemudian hari , terimakasih.
Habib Susilo
21090118140108
Habib Susilo
21090118140108 i
Tugas Desain I 2020
General Arrangement
DAFTAR ISI
Habib Susilo
21090118140108 ii
Tugas Desain I 2020
General Arrangement
Habib Susilo
21090118140108 iii
Tugas Desain I 2020
General Arrangement
Habib Susilo
21090118140108 iv
Tugas Desain I 2020
General Arrangement
Habib Susilo
21090118140108 v
TUGAS DESAIN KAPAL I 2020
ENGINE ROOM LAYOUT
BAB I
GAMBARAN UMUM
1.3.1 Displacement
Adalah jumlah volume air yang dipindahkan oleh berat suatu benda yang
berada dalam air (tenggelam). Secara garis besar, displacement adalah bobot mati
dari sebuah kapal (berat konstruksi baja, outfitting dan machinery) ditambah dengan
persediaan bahan bakar dan muatan dalam kapal (termasuk crew dan akomodasinya).
Displacement didapat dengan rumus:
Disp = Lpp x B x T x Cb
Selain lambung terdapat juga notasi untuk instalasi mesin dan berikut adalah
beberapa persyaratan dalam mesin
Tabel 1.3 Notasi Persyaratan Instalasi mesin
Simbol Keterangan
SM Instalasi mesin dan semua instalasi yang tercakup
oleh klasifikasi memenuhi persyaratan peraturan
konstruksi BKI atau peraturan lain yang dianggap setara
A-SM Instalasi untuk kapal tanpa penggerak sendiri dan
alat apung memenuhi persyaratan peraturan BKI atau
peraturan lain yang dianggap setara
Tabel 1.4 Notasi untuk jangkar dan perlengkapan jangkar sesuai standar BKI
Sedangkan untuk penjelasan notasi kelas yang digunakan pada kapal ini adalah
sebagai berikut :
▪ Lambung
= Lambung kapal dibangun dibawah pengawasan dan sesuai dengan
peraturan klasifikasi selain BKI yang diakui
▪ Lambung Kapal
A100 = Lambung kapal seluruhnya sesuai dengan persyaratan dan
peraturan konstruksi dari BKI atau badan klasifikasi lain yang dianggap
setara
▪ Peralatan Jangkar
= Kapal yang perlengkapan jangkarnya yaitu jangkar, rantai jangkar,
dan mesin jangkar memenuhi persyaratan Peraturan Konstruksi BKI
▪ Instalasi Mesin
SM =Instalasi mesin dan semua instalasi yang tercakup oleh klasifikasi
memnuhi persyaratan peraturan konstruksi BKI atau peraturan lain yang
dianggap setara
▪ Lambung
CSR = Untuk kapal muatan curah dengan panjang L > 90 meter sesuai
IACS akan diberikan notasi CSR (Common Structural Rulles)
Berikutnya unsur terpenting dari sebuah kapal adalah notasi daerah pelayaran
hal ini untuk membatasi daerah pelayaran sesuai dengan konstruksi kapal yang telah
ditetapkan oleh BKI. Berikut notasi daerah pelayaran :
Tabel 1.6 Notasi Pelayaran
Notasi Pelayaran Keterangan
Samudra Daerah pelayaran tak terbatas untuk semua Samudra
P Samudra terbatas Daerah pelayaran dengan syarat terdekat ke pelabuahn
perlindungan dan jarak dari pantai tidak melebihi 200 mil laut.
Biasanya untuk dareah pelayaran Asia Tenggara, Laut Tengah,
Lauth Hitam, Laut Karibia atu laut lain yang sama kondisinya
Selain notasi daerah pelayaran juga terdapat notasi jenis steel yang digunakan
pada kapal tersebut. Berikut notasinya.
Tabel 1.7 Notasi Jenis Steel yang digunakan
Notasi Keterangan
HTS High Tansile Steel
AL Aluminium
FRP Fiber Reinforced
K Kayu
➢ Berat baja badan kapal (berat korpus) yaitu berat badan kapal, bangunan atas
(superstructure) dan perumahan geladak (deck house)
➢ Berat peralatan yaitu berat dari seluruh peralatan antara lain jangkar, rantai
jangkar, mesin jangkar, tali temali, capstan, mesin kemudi, mesin winch, derrick
boom, mast, ventilasi, alat-alat navigasi, life boat, davit, perlengkapan dan
peralatan dalam kamar-kamar, dll.
➢ Berat mesin penggerak beserta instalasi pembantunya yaitu berat motor induk,
motor Bantu, ketel, pompa-pompa, separator, botol angina, cooler, intermediate
shaft, propeller shaft, bantalan-bantalan poros, reduction gear, dan keseluruhan
peralatan yang ada di kamar mesin.
Dari data tugas desain 1, berat LWT didapat sebesar 242,86 Ton.
(data didapat dari TD 1, Rencana Umum)
1.3.5. Payload
Merupakan kapasitas cargo atau penumpang yang dapat diangkut oleh kapal.
Berat payload diusahakan semaksimal mungkin agar dapat memuat muatan yang
banyak sehingga keuntungan yang diperoleh besar. Berat payload didapat sebesar
7880,2185 ton.
(data didapat dari TD 1, Rencana Umum)
Perhitungan tahanan kapal ini menggunakan metode holtrop (1984), Dalam menghitung
tahanan kapal dengan menggunakan metode holtrop ada beberapa komponen tahanan yang harus
kita tentukan. Komponen – komponen tahanan tersebut antara lain menentukan :
1. Tahanan gesek ( Rv )
2. Tahanan gelombang ( Rw )
3. Perhitungan hubungan model dengan kapal (model ship allowance) RCA
RT = Rv + Rw + RCA
Rw
= ½.ρ.V2 .Cf.(1+k).Stot + W + ½.ρ.V2 . Stot . CA
W
V 2 S TOT C F (1 + k ) + C A +
1
RW
= 2
W
W
Dimana diperoleh tahan total kapal sebesar :
V S tot C F (1 + k ) + C A + W W
1 2 R
Rt =
2 W
B. Perhitungan SHP (Shaft Horse Power) dan DHP (Delivery Horse Power)
Untuk SHP dengan metode Holtrop harus ditentukan efisiensi propulsinya.
SHP = EHP/Pc
Pc = Propulsive coefiscient
Pc = Hx R x O
H = Hull efficiency
H = 1,2194 ( diambil dari tabel 6 PNA vol II Hal 161)
O = Open propeller efficiency (efisiensi Propeller)
O = 0,666 ~ 0,653 ( diambil dari tabel 6 PNA vol II Hal 161)
O = 0,6356
R = Relative-rotative efficiency
R = 1,010 ~ 1,014 ( diambil dari tabel 6 PNA vol II Hal 161)
R = 1,014
Setelah masing – masing efisiensi propulsi diketahui maka quasi-propulsive coefficient (
D ) dapat diketahui.
Pc = H x O x R
= 1,2194 x 0,6356 x 1,014
Pc = 0,7859
Setelah D diketahui maka SHP dapat dihitung dengan cara :
SHP = EHP / Pc
= 1495,6480 / 0,7859
= 1903,0990 hp
DHP = SHP x 0.98
= 1903,0990 x 0.98
= 1865,0370 hp
Dari berbagai jenis bahan bakar yang dipakai mesin induk, yang lebih banyak digunakan
adalah cair (petroleum fuels). Selain mudah diperoleh juga murah.Yang penting adalah
sesuai dengan mesin sehingga memperpanjang umur mesin tersebut.
6) Fuel Consumption
Mesin induk yang dipilih seharusnya memerlukan bahan bakar sehemat mungkin/tidak
boros karena bisa mengurangi biaya operasional kapal.
7) Fractional Power and Transient Performance
Kemampuan mesin saat beroperasi, baik pada saat kapal di pelabuhan dengan kecepatan
rendah maupun saat kapal berlayar dengan kecepatan penuh juga perlu dipertimbangkan.
8) Interrelations with Auxilaries
Keberadaan mesin bantu dalam melayani kebutuhan mesin induk, cargo handling, ship
handling, dan lain-lain juga harus diperhatikan.
9) Reversing Capability
Kemampuan bermanuver dari mesin induk untuk menghentikan kapal maupun
membelokkan kapal berpengaruh terhadap olah gerak kapal sehingga mendapat perhatian
khusus.Hal ini terkait dengan tipe propeller yang dipakai.
10) Operating Personnel
Jumlah maupun crew yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin induk dan
kemampuan mengoperasikannya merupakan hal yang juga harus diperhatikan.
11) Costs
Biaya instalasi mesin maupun biaya operasionalnya merupakan faktor yang sangat
penting karena berpengaruh terhadap ekonomis kapal.
12) Rating Limitations
Tabel 1.10. Engine speed classifications.
Specifications Piston Speed [rpm] Shaft Speed [rpm]
Low speed 1000 – 1200 100 – 514
Medium speed 1200 – 1800 700 – 1200
High speed 1800 – 3000 1800 – 4000
Tabel 1.11. Keuntungan dan kerugian mesin putaran rendah dan putaran tinggi.
Tinjauan Putaran Rendah Putaran Tinggi
• Lebar : 2237 mm
• Tinggi : 3387 mm
• Cylinder bore : 255 mm
• Piston stroke : 400 mm
C1 = 1 (in general)
C2 = 1 (in general)
C3 = 1 (for NACA-profiles and plate rudder)
C4 = 1 (for rudder outside the propeller jet)
Maka:
A = 1 x 1 x 1 x 1 x (1,75 x 106,62 x 7,15)/100
= 13,34 m2
a) Luas bagian balansir kemudi (A’) = 23% x A
= 23% x 13,34
= 3,068 m2
b) Tinggi kemudi (h)
h = 0,7 x T
= 0,7 x 7,15
= 5,005 m
c) Lebar kemudi (b)
c = A/h
= 13,34 / 4,29
= 3,109 m
d) Lebar bagian balansir (bi)
bi = A’/h
= 4,746 / 6,027
= 0,787 m
e) Diameter propeller
D = 0,6 x T
= 0,6 x 7,15 m
= 4,29 m
f) Diameter bos poros propeller
d = 1/6 x D
= 1/6 x 4,29 m
= 0,715 m
g) Jarak dasar sampai bos poros Propeller:
maka:
QR = Cr x r
= 262253,6994 x 0,522
= 136896,4311 Nm
Dt = 4,23 Qr / Kr (mm)
Dt = 216,46 mm ≈ 220 mm
Lebar : 960 mm
Tinggi : 960 mm
BAB II
HULL
1. Jarak gading normal (ao ) antara 0,2 L dibelakang FP sampai dengan sekat
ceruk buritan ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut
a = jarak gading normal
ao = 2L + 480 mm dimana: L = 106,62 m
ao = 2 x 106,62 + 480mm
ao = 693,24 mm
Jarak gading didepan sekat tubrukan dan dibelakang sekat ceruk buritan tidak boleh
lebih dari 600 mm.
2. Jarak gading didepan sekat tubrukan dan dibelakang sekat ceruk buritan tidak
boleh lebih dari 600 mm. Jarak yang diambil 600 mm.
3. Jarak gading dikamar mesin diambil 600 mm.
2.1.2 Penentuan tinggi double bottom
Berdasarkan peraturan (BKI 2014, Vol.II, Sec.24 Chap.A.3.2.3) tinggi dasar ganda
kapal Tanker < 5000 DWT ditentukan dengan rumus:
h = B / 15 m
= 18,54 / 15 m
= 1236 mm hmin= 0,76 m
= 1236 mm
diambil tinggi dasar ganda 1236 mm
Tinggi double bottom dikamar mesin disesuaikan dengan peletakan untuk pondasi
mesin, pondasi mesin direncanakan setinggi 1,236 m.
Perhitungan Dudukan Mesin (Engine Bed)
Pelat dudukan kamar mesin diletakkan sesuai dengan letak gading gading kapal.
Ketebalan dudukan dirumuskan sebagai berikut:
1. Wrang penumpu pada kamar mesin
h
Tebal = + 4(mm) Tebal minimal
100
h = 55 x B – 45 (mm)
B = Lebar Kapal (m)
hmin = 180 mm
Tebal = 55 B − 45 + 4(mm)
100
t = P + 14 (mm)
750
Dimana :
P = daya mesin x 0,74
= 3000 x 0,74
= 2220 kw
t = (2220 /750) + 14
= 16,96 mm 17 mm
Luas pondasi kamar mesin :
AT = P + 70 (cm2 )
75
AT = (2220 /75) + 70
AT = 99,6 cm2
a. Ruang muat no. I berjarak 11,088 m atau 4 jarak gading besar terletak pada
gading no. 124 sampai gading no. 140.
a. Ruang muat no. II berjarak 13,86 m atau 5 jarak gading besar terletak pada
gading no. 104 sampai gading no. 124.
b. Ruang muat no. III berjarak 11,2 m atau 5 jarak gading besar terletak pada
gading no. 84 sampai gading no. 104
c. Ruang muat no. IV berjarak 13,86 m atau 5 jarak gading besar terletak pada
gading no. 64 sampai gading no. 84.
d. Ruang muat no. V berjarak 13,6 m atau 5 jarak gading besar terletak pada
gading no. 44 sampai gading no. 64.
2.3 Tanki
Tangki yang salah satu sisinya adalah pelat sisi kapal, sedangkan sisi yang lain
merupakan seka membujur kapal yang bukan pada bidang paruh kapal sehingga
terbentuk sebuah ruangan bervolume.
➢ Tangki Ballast V
Dengan rumus pendekatan (Reff: Ship Resistance and Propulsion, hal 168) sebagai
berikut:
Z = Cst . {Cdk (L.B.H . 35/105 )1/6 + Ceng (BHP/103 )1/5 } + Cdet
Dimana:
Z = jumlah crew
Cst = Coefisien Steward Dept 1,2 – 1,33
Cdk = Coefisien Deck Dept 11,5 – 14,5
Ceng = Coefisien Engine Dept 8,5 – 11,0 Diesel
11,0 – 15 Turbine Single
13,73 – 16,5 Turbine Double
Cdet = Cadangan = 1,00
Maka:
Z = Cst . {Cdk (L.B.H . 35/105 )1/6 + Ceng (BHP/103 )1/5 } + Cdet
Z = 1,2.{ 11,5 .(106,62. 18,54.9,91.35/105))1/6 + 9 (2400/103)1/5} + 1
Z = 32 J00umlah crew ditetapkan sebanyak 18 orang.
6) Bintara (petty officer) untuk satu kamar bisa untuk dua orang max.
7) Kelas dapat satu kamar bisa untuk 3 orang untuk kapal-kapal biasa
8) Ukuran tempat tidur :
a. Ukuran minimal : (1900 x 680) mm2
b. Jarak tempat tidur tak boleh di letakan berjajar, sehingga tak ada jarak
cukup diantaranya
c. tempat tidur tidak boleh lebih dari dua susun, dengan tempat tidur bawah
jaraknya minimal 300 mm dari lantai, untuk tempat tidur atas terletak di
tengah tempat tidur bawah dan langit- langit
d. Tempat tidur tidak boleh di letakan memanjang kapal, apabila tersusun dua
di mana side ligth terpasang di situ, jadi hanya boleh satu tempat tidur saja.
9) Sleeping room tidak boleh diletakan memanjang kapal, sleeping room untuk
radio officer/ operator, harus mempunyai ruang tidur yang letak dan keadanya
sesuai dengan tugasnya di kapal. Bila ada auto alarm, sleeping room untuk
radio officer harus cukup dekat dengan radio room dan dapat dicapai dalam
waktu 30 detik. Jarak horizontal 50 yard ~ 30 detik, bila ada tangga, Jarak
vertical di kalikan 3 (Jarak datarx3).
10) Perencanaan kamar tidur.
B. Mess Room
Persyaratan :
1) Setiap kapal harus punya mess room accommodation yang cukup
2) Kapal berukuran > 1000 BRT harus dilengkapi dengan mess room yang
terpisah antara lain :
a. Master officer (Perwira)
b. Petty officer (bintara) deck department dan engine department
c. Tingkatan lain department dan engine department
Untuk catering department bisa menggunakan fasilitas mess room
tersebut, tetapi untuk kapal > 500 BRT dengan crew Catering department
lebih 5 orang harus dipertimbangkan adanya mess room terpisah
3) Mess room harus dilengkapi dengan meja, kursi dan perlengkapan lain
yang bisa menampung seseluruh crew kapal pada saat yang bersamaan (
jumlah crew = jumlah kursi )
C. Sanitary Accomodation
Ketentuan untuk sanitary accomodation :
1) Setiap kapal harus diperlengkapi dengan sanitary accomodation, minimal 1
toilet, 1 wash basin dan 1 bath tub/shower untuk 8 orang ABK.
2) Untuk kapal 1000 BRT, harus dilengkapi minimal 4 WC.
3) Pada radio room harus terdapat sanitary accomodation.
D. Hospital Accomodation
Ketentuan dalam merencanakan hospital accommodation :
1) Kapal dengan ABK lebih dari 15 orang dan berlayar lebih dari 3 hari maka
harus dilengkapi dengan hospital accomodation.
2) Fasilitas sanitair untuk ruang ini harus disediakan tersendiri.
F. Ruang Navigasi
Terdiri dari chart room, wheel house dan radio room yang terletak pada tempat
yang tertinggi pada bangunan atas kapal
1) Wheel House
Pandangan wheel house ke arah depan dan samping tidak boleh terganggu
dan garis pandang ke arah haluan harus memotong garis air tidak boleh
1,25 panjang kapal.
2) Chart Room
➢ Diletakan di belakang wheel house
➢ Ukurannya tidak boleh 8 x 8 ft ( 2,4 x 2,4 m)
9) CO2 room pada main deck yang berfungsi mengalirkan CO2 ke pipa-pipa
untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran di salah satu ruangan.
Biasanya gas CO2 dialirkan ke ruangan yang tidak terus menerus ditempati
crew, seperti ruang mesin dan ruang dokumen.
10) Pantry, Laundry.
Merk : HATLAPA
System : Electro – hydraulic
driven
Tipe : POSEIDON
Torsi : 160-1280 KNm
Derajat Sudut : 2 x 35O or 2 x 45o
Diameter tongkat kemudi : 250 – 500 mm
Berat : 3450 – 3750 kg
2.5.2 Windlass
Menurut BKI vol III 2013 bab 14.B.11 derek jangkar harus mampu menghasilkan tenaga
angkat atau tarik nominal sebesar :
Z = 4.25 d2
dimana :
Z = gaya angkat/tarik nominal (kg)
d = diameter rantai jangkar = 50 mm
➢ Merk : Roll-Roys
➢ Type : W1 Double Cablelifter Windlass
➢ Motor : 15 kW
➢ Weight : 3000 kg
BAB III
GENERAL SERVICE SYSTEM
kapal karena dapat mengganggu berbagai hal, misalnya muatan kapal kondisi lantai kapal
dan lain sebagainya. Sistem bilga terdiri dari pipa sebagai komponen utama dan piting
sebagai komponen bantu. Bahan pipa bilga pipa besiyang dilapisi galvanis. Ukuran
diameter dan tebal pipa tergantung dari jumlah air yang akan dibuang. Jumlah pompa
bilga paling sedikit dua buah. Pemasang perpipaan bilga dilengkapi dengan komponen -
komponen pipa.
Perhitungan Diameter Pipa Utama Bilga
Dameter Pipa Utama Bilga
dm = 1.68 L(B + H ) + 25mm
(Berdasarkan BKI 2000 Sec 11 N 2.2)
Dimana:
B = 18,54 m
H = 9,71 m
Lpp = 106,62 m
dm =112,81 mm = 4,44 inch
5,75 2
Qmin= dm m3 /h
10 3 (Berdasarkan BKI 2000 Sec 11 N 2.2)
Pompa General service yang digunakan terdiri dari 4 pompa; 3 pompa kombinasi dan 1
pompa oily bilge kombinasi tersebut antara lain :
Bilga-Ballast pump
Bilga-Fire pump, dan
Ballast-Fire pump
= 10,786 kW
= 14,665 HP
Pompa General service yang digunakan terdiri dari 4 pompa; 3 pompa kombinasi
dan 1 pompa oily bilge kombinasi tersebut antara lain :
Bilga-Ballast pump
Bilga-Fire pump, dan
Ballast-Fire pump
1. Pompa Ballast-Bilga menggunakan pompa dengan spesifikasi berdasarkan hitungan
pompa ballast, karena kapasitas pompa ballast lebih besar dari pompa bilga.
= 13,436 HP
Spesifikasi pompa yang dipilih adalah sbb :
Merk pompa Taiko Pump
Model VS-S Centrifugal
Maks Kapasitas Pompa 50-800 m3 /h
Maks Head Pompa 90 m
Frekuensi 60 Hz
Putaran 1800 rpm
Daya 45 Kw
BAB IV
FUEL OIL SYSTEM
Sistem bahan bakar berfungsi untuk memberikan pelayanan kebutuhan bahan bakar mesin
induk dan mesin bantu. Sistem perpipaan bahan bakar dibedakan menjadi sistem transfer dan
sistem suplai bahan bakar. Sistem bahan bakar secara umum terdiri dari fuel oilsupply, fuel oil
purifiering, fuel oil transfer dan fuel oil drain piping system. Sistem bahan bakar adalah suatu
sistem yang digunakan untuk mensuplai bahan bakar dari storage tank ke service tank, daily
tank dan kemudian ke mesin induk dan mesin bantu.
Jenis bahan bakar yang digunakan di kapal dapat berupa heavy fuel oil (HFO), medium
diesel oil (MDO), ataupun solar biasa tergantungjenis mesin dan ukuran mesin. Untuk sistem
yang menggunakan bahanbakar HFO untuk opersionalnya, sebelum masuk ke mesin utama
(main engine) HFO harus diatur dahulu untuk penyesuaian viskositas,temperatur dan tekanan.
Berikut persyaratan umum bahan bakar :
- Viskositas pada 40º C max ( mm 2 / s ) 11
- Berat spesifik max ( gr/ ml ) 0.9
- Water content max ( % vol ) 0.30
- Sulphur content max ( % mass ) 2.0
- Ash content max ( % mass ) 0.01
- Sediment max ( % mass ) 35
- Carbon content max ( % mass ) 0.25
- Flash point min ( º C ) 60
- Pout point upper summer max (º C ) 6
- Winter max (º C ) 0
- Jika bahan bakar ( DO ) disimpan ( pada bunker ) kandungan airnya lebih dari 0.2 %
volume, maka bahan bakar tersebut harus ditangani separator.
= 35,3237 m3
2. Berat Lubricant oil (Wlo)
a (EHPMe + EHPAe) Cl
Pl =
V 1000
Cl = Koefisien berat minyak lumas
= 0,0025 Kg/HPjam (0,002 ~ 0,0025)
1060 (2352 + 470,40 ) 0,0025
Pl =
12,44 1000
Pl = 0,6012 Ton
Untuk cadangan minyak lumas ditambah 10% :
Pl = 110% x 0,6012
Pl = 0,6614 Ton
Spesifikasi volume minyak lumas = 1,25 m3 /ton
Vl = 0,6614 / 1,25
Vl = 0,5291 m3
= 34,6311 + 9,622
= 44,25 m3
dikendalikan secara otomatis tergantung dari suhu bahan bakar. Hal ini dilakukan
untuk untuk menghindari :
▪ Olahan dari lumpur endapan karena pemanasan, koil pemanas harus diatur pada
jarak yang cukup dari dasar tangki.
▪ Pembentukan lapisan aspal ( untuk bahan bajar HFO )
▪ Pembentukan deposit karbon pada permukaan pemanas tidak boleh lebih dari
1,1 watt/cm2 .
Pompa ini berfungsi untuk memindahkan bahan bakar dari settlingtank ke dairy
tank. Dengan penggerak mesin listrik pompa ini harus memiliki screw yang tahan
terhadap panas yang cukup tinggi, dan tidak dipasang didekat separator. Volume edar
harus diatur sehingga dapat sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Pompa supply
terdiri dari booster pump dan circulation pump.
▪ Booster Pump
Q = A x v = (π x D2 /a) x v
D = √(4 x Q/ π x v) m
Q pompa= 20,98 m3 /h = 0.0058 m3 /dt (menurut project guide)
D = 0.029 m ; 28.72 mm; 1.13 inchi
Jenis pompa yang dipilih adalah dengan type pompa gear pump dengan Spesifikasi:
Alat ini berfungsi untuk memisahkan bahan bakar dengan air. Bahan bakar yang
dibersihakan dialirkan ke daily tank
sedangkan air dan kotoran dialirkan ke
sludge tank. Karena kondisi bahan bakar
yang sangat buruk, digunakan dua tingkat
separator yang akan digunakan. Separator
pada prinsipnya dilengkapi 2 buah dengan
jenis yang sama, dimana 1 buah digunakan untuk service separator dan yang kedua
digunakan untuk stan by separator.
Kapasitas dan jam kerja separator disesuaikan dengan DO transfer pump karena
peralatan ini direncanakan bekerja bersamaan. Kapasitas DO separator ( Qs ) adalah
Qs = Qtp = 1,765 m3 / jam
Q = 137,441 / 0,25
= 594,764 m3 /jam
Kecepatan fluida diambil = 2,5 m/detik
Q =V.A
A =137,441 / 594,764
= 0,25 m3
A = r2
r2 = A/
= 0,25 / 3,14
r = 0,08 m
Jadi diameter pipa (d) = 2 r
= 2 . (0,08)
= 0,16 m = 16 cm
4.3.2. Centrifuge
Centrifuge adalah alat penyaringan bahan bakar. Pada sistem ini fungsi
centrifuge adalah untuk mengolah vahan bakar. Dua buah centrifuge harus terpasang
untuk vahan bakar jenis HFO dengan kapasitas 0,015 /kwh atau 0,1 l/BHP sedamgkan
untuk DFO tidak harus ada.
Dari project guide, disyaratkan bahwa ukuran tanki harian dibuat untuk suplay
bahan bakar 8 – 12 jam operasi. Pengisian terhadap tanki harian direncanakan 12 jam
sekali. Agar tanki tidak terjadi kekosongan selama masa pengisian tanki, maka
kapasitas tanki ditambah 1 jam.
Volume tanki harian ( Vth ) adalah
Vth = Vst
waktuoperasi ( jam)
= 137,441 / 13
= 10,572 m3
Volume sebesar 10,572 m3 adalah volume tanki harian untuk motor induk dan
motor Bantu, sedangkan volume masing – masing tanki adalah :
Volume Tanki Harian untuk Motor Induk ( Vthi )
Vthi = ( SFC x BHP x t x 10-6 ) / ρ
= (180 x 2640 x 12 x 10-6 ) / 0,98
= 5,819m3
Volume Tanki Harian untuk Motor Bantu ( Vthb )
Vthb = Vth – Vthi
= 10,572 – 5,819 m3
= 4,754 m3
4.3.10. Viscosimeter
Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat kekentalan vahan bakar yang akan
diinjeksikan pada mesin induk. Untuk cairan dengan viskositas yang bervariasi dengan
kondisi aliran, alat yang disebut Rheometer yang digunakan. Alat ukur kekentalan
hanya mengukur di bawah satu kondisi aliran.
Secara umum, baik cairan tetap diam dan benda bergerak melalui itu, atau objek
diam dan cairan bergerak melewatinya. Hambatan yang disebabkan oleh gerakan
cairan dan permukaan adalah ukuran viskositas. Kondisi aliran harus memiliki nilai
yang cukup kecil Bilangan Reynolds untuk itu menjadi aliran laminar.
dilengkapi dengan suatu katup dan satu pipa ke ppa pembuangan. Jika elemen dari
saringan diangklat untuk dibersihkan, ruangan dalam filter ini harus dikosongkan. Hal
ini menghindari partikel mengendap pada rumah saringan, sehinggga menyebabkan
berpindahnya kotoran tadi ke minyak yang telah bersih yang disaring pada filter
tersebut. Ukuran filter permukaan beban penyaringan harus tidak boleh lebih dari
1l/cm2 h.
bersinggungan. Selain itu minyak pelumas juga berfungsi sebagai fluida pendinginan pada
beberapa mesin.
Karena dalam hal ini mesin diesel yang digunakan termasuk dalam jenis mesin
dengan kapasitas pelumasan yang besar, maka 53emper pelumasan untuk bagian – bagian
atau mekanis mesin dibantu dengan pompa pelumas. Sistem ini digunakan untuk
mendinginkan dan melumasi engine bearing dan mendinginkan piston. Sistem pelumas
atau lubrication oil 53emper terdiri dari main lubrication oil system, turbocharger
lubrication oil system , cylinder lubrication oil system, rocker arm lubrication oil system,
chamshaft lubrication oil system, generator lubrication oil system, lubrication oil transfer
system, lubrication oil purification system, stern tube lubrication system, oil purification
oil 53 emper.
pada level konstan yang ditentukan untuk memperoleh viskositas yang sesuai dengan
yang diinginkan pada inlet main diesel engine. Kemudian lubrication oil yang dialirkanke
main engine bearing dan kemudian dialirkan kembali ke lubrication oil sump tank.
setiap bagian dari main diesel engine cylinder liners melalui plunger pump yang dipasang
di dalam cylinder oil lubrication. Viskositas yang digunakan untuk pelumas silinder adalah
berdasarkan standar pelumas SAE 50 dengan TBN 70. Adapun pemakaian minyak silinder
sesuai spesifikasi dari mesin adalah sebesar 0,8 gram/kwh atau 0,6 gram/BHP-Jam.
Siste pelumas dan silinder pelumas diisi ke setiap tank melalui lubrication oil filling
conection pada upper deck dan minyak ditransfe ke setiap service tank melalui transfer
pump atau hand pump.
Ada 2 macam system purification oil yaitu batch purification dan by pass
purification. Batch purification adalah 54emper dimana lubrication oil pertama ditransfer
dari dari lubrication oil sump tank ke lubrication oil settling tank oleh lubrication oil
transfer pump dan dialirkan ke oil sump tank melalui purifier. Sistem ini digunakan dalam
kuantitas yang besar pada purification saat kapal di pelabuhan dalam waktu yang pendek .
By-pass purification mempunyai 2 metode purification, yaitu:
❖............................................................................................................................Continues
Purification yang diaplikasikan untuk main diesel engine pada saat berlayar di laut
normal, dimana lubrication oil sump I dialirkan ke tangki melalui purifier.
❖............................................................................................................................Diaplikasik
an untuk generator engine lubrication oil system dimana beberapa lubrication oil dari
sisi discharge pada generator engine lubrication oil pump dan dipurifikasi.
Stand-by Lubrication Oil Pump digunakan pada saat dimana motor belum jalan.
Dengan demikian pompa minyak pelumas yang digerakkan mesin juga belum bekerja.
Untuk pelumasan awal dipakai stand-by lubrication oil pump sebagai pre-lubrication oil
pump.
Design data sesuai dengan project guide:
Design data sesuai dengan project guide
Merk : Taiko
Type : NHG
Kapasitas yang dibutuhkan : 0,25 - 30 m3 / jam
Tekanan : up to 0,6 MPa
Daya : 7,5 kW
Separator digunakan untuk memisahkan minyak pelumas dari air dan kotoran.
Kapasitas separator disesuaikan dengan kapasitas sump tank dan waktu pengoperasian
direncanakan setiap satu jam, maka kapasitas adalah 1,52 m3 /jam. Lubrication oil supply
separator pump digunakan untuk mentransfer LO dari pump tank ke separator. Kapasitas
disesuaikan dengan kapasitas separator.
Qsp ( kapasitas separator pump ) = Qs = 102,65 m3 /jam
Salah atu fungsi dari sirkulasi minyak lumas adalah untuk mendinginkan permukaan
bantalan dengan membawa keluar panas yang ditimbulkan oleh gesekan. Suhu minyak
yang masuk ke tangki penekan tidak boleh melebihi 120 0 F. Pelumas yang meninggalkan
carter tidak boleh melebihi 1600 F dalam keadaan apapun juga. Jadi suhu yang diambil
dengan penggunaanya dalam mesin yang sesuai dengan kenaikan suhu 40 0 F. Untuk cooler
dirancang dengan ketentuan kalor margin 5% dari spesifikasi dan margin luasan pertukaran
panas 15%.
Volume minyak pelumas untuk keperluan lain, misalnya untuk reduction gear dan motor
bantu dihitung berdasarkan pada “Machine Outfitting Manual” adalah sebagai berikut:
VL = (0.1 – 0.2) Vss
= 0,2 x 2,296 = 0,459 m3
- Volume Storage Tank ( Vst )
BAB VI
COOLING WATER SYSTEM
Selain kedua sistem diatas juga dikenal sistem pendinginan terpusat (central cooling
system) yang digunakan untuk mendinginkan perlengkapan mesin induk dan mesin bantu.
Pada bagian sistem pendinginan air tawar berupa sistem tertutup dengan semua komponen
dihubungkan paralel dengan pompa sirkulasi air tawar yang terpisah.
Sedangkan pada bagian sistem pendingin air laut mensirkulasikan air laut dari sea chest,
melalui pusat pendingin air tawar atau central freshwater cooling kemudian dibuang kelaut
melalui overboard discharge. Sistem ini memiliki keuntungan dapat mengurangi
penggunaan anti korosi dan perawatan (maintenance) Adapun kerugian dari sistem ini
adalah adanya penambahan beban listrik akibat adanya pompa sirkulasi dan biaya awal
(capitol cost) dari peralatan yang relatif tinggi.
A = r2
r = 0,0806 m
Jadi diameter pipa (d) = 2 r
= 2 . (0,0806)
= 0,161 m = 16,11 cm
Pompa direncanakan : 2 unit
Direncanakan menggunakan Cooling Water Pump dengan data spesifikasi sebagai
berikut :
Merk : Taiko pump
Tipe : EHC
Kapasitas : 40-280 m3 /jam
Total head : Up to 70 m
Daya : 7,5 kW
suhu yang tinggi dapat terkurangi dengan sirkulasi/pertukaran udara. Selain itu
mengendalikan suhu pertukaran udara, tergantung dari tekanan udara yang bersirkulasi
dan kelembaban udara, untuk mengurangi kandungan air di udara terutama di daerah
tropis.
5. Heat exchanger
Heat exchanger; alat ini merupakan alat penukar kalor yang digunakan untuk
mendinginkan minyak pelumas, pendingin udara, pendingin air tawar pendingin mesin.
Alat ini harus dapat menjamin suhu air yang keluar dari mesin dan yang akan masuk ke
mesin.
6. Sistem pendingin internal pada mesin induk
Sistem pendingin internal pada mesin induk, untuk dapat melakukan start dengan
heavy fuel oil, sistem air pendingin harus mengalami pemanasan awal sampai
temperaturnya mendekati temperatur kerja dari mesin induk atau minimal 70 o C. sistem
air pendingin terdiri dari sebuah low temperature (LT) circuit dan sebuah high
temperature (HT) circuit. LT circuit meliputi pendingin silinder, turbocharger dan
pendingin udara tingkat pertama. Temperatur dalam HT circuit dikendalikan oleh
thermostatic valve
BAB VII
STARTING AIR & COMPRESSED AIR SYSTEM
N = 19,65 kW
Jumlah kompresor direncanakan 2 unit.
c) Kapasitas udara Bantu
Q = 1.7 J x ( Pa – Pe )
= 1.7 x 673,34 x (30.58 – 13.25 )
= 19837,27 liter/jam ( 0,33 m3 / menit )
d) Daya kompresor Bantu
N = {(2 x 1.4 x 10328.24 x 0,33 )}/{( 1.4 – 1 ) x 0.75 x 6120 x ( 305810.4/10328.24)
(1.4-1)/ 2 x1.4 - 1}
N = 13,51 kW
Maka harga tersebut kemudian dipilih :
- Merk : Sauer & Sohn
- Tipe : WP 81 L
- Jumlah Stages : 3 buah
- Panjang : 1345 mm
- Lebar : 945 mm
- Tinggi : 900 mm
- Daya / Power : 19,6 kW
BAB VIII
SANITARY & SEWAGE
SYSTEM
Watm =
= 958,0297
Lama bongkar muat diperkirakan 1 hari, sehingga air minum yang dibutuhkan
selama bongkar muat tersebut adalah :
wafww =19x 1 x 21
W atmc = 4562,046
Kebutuhan air tawar untuk mandi dan cuci selama bongkar muat adalah :
wfww =19 x 1 x 100
=1900 kg
Jadi kebutuhan total air tawar untuk mandi dan cuci
watmc total = 4562,046 + 1900
= 6462,046 Kg
= 6,462 ton
c. Kebutuhan air tawar untuk pendingin motor induk
R
watm i = P c m e 10 −3 1,3
Vs
Di mana :
Watm =
= 593,3157
d. Kebutuhan air tawar untuk pendingin motor bantu
watmb = (0,1 – 0,2) watmi
= 0,2 x 593,3157 kg
= 118,663 kg
e. Kebutuhan air tawar untuk memasak
R
W =Z C
atc c Vs x 24 atc
dimana :
Zc = jumlah anak buah kapal
= 19 orang
R =Radius pelayaran Surabaya - Jurong
= 767 seamile
Vs =Kecepatan dinas kapal
= 11,72 knots
Catc = kebutuhan pemakaian
= 6 kg/orang/hari
sehingga :
= 273,723 kg
PEMILIHAN PERALATAN
DAFTAR PUSTAKA
Indra Kusna Djaja, dkk., 2008, Teknik Konstruksi Kapal Baja Jilid 2, Jakarta, Dinas Pendidikan
dan Bebudayaan.
https://www.cat.com/en_ID/products/new/power-systems/marine-power-systems.html
https://www.taiko-kk.com/en/product/index.html
LAMPIRAN
• Compressor
• Windlass
• Bilga Fire
• Feed Pump
• Lubricant Pump
• Cooling Pump
• SEAWAG