Askep Emfisema PK 3
Askep Emfisema PK 3
Di ruang IGD
OLEH :
Fitrotun Nisa’
(0117046)
Di ruang IGD
Hari :
Tanggal :
Pembimbing pendidikan
Npp
KONSEP
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Emfisema paru adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan
adanya kondisi klinis berupa melebarkan saluran udara bagian distal bronkhiolus
jaringan.(Somantri, 1996)
Emfisema adalah perubahan anatomis dari parenkim paru yang ditandai oleh
(Asih, 2003)
Emfisema adalah penyakit yang ditandai dengan pelebaran dari alveoli yang
2. Faktor Resiko
Emfisema disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian
kasus emfisema. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial ekonomi dan
status pekerjaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat dengan
lokasi pertambangan, perokok pasif atau terkena polusi udara (Reeves,dkk, 2001).
3. Klasifikasi
a. Emfisema Centriolobular
biasanya pada region paru atas, inflamasi berkembang pada bronkiolus tetapi
Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan biasanya termasuk pada paru
c. Emfisema Paraseptal
Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi dari
dari pneumotorak spontan. Paracinal timbul pada orang tua dan klien dengan
dispnea dan infeksi pulmoner serta sering kali timbul kor pulmonal (CHF
4. Etiologi
a. Merokok
b. Keturunan
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak pada
emfisema kecuali pada penderita dengan enzim alfa 1-antitripsin. Kerja enzim
ini menetralkan enzim proteoitik ysng sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih
jauh dapat dicegah. Defisiensi alfa 1-antitripsin adalah suatu kelainan yang
paru dalah penderita yang memiliki gen S atau Z. Emfisema paru akan lebih
c. Infeksi
gejalanya pun menjadi lebih berat. Infeksi saluran pernafasan atas pada
bronkhitis kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang
d. Hipotesis Elastase-Antielastase
Struktur paru akan berubah dan timbulah emfisema. Sumber elastase yang
1-antitripsin menjadi menurun. Akibat yang ditimbulkan karena tidak ada lagi
kehilangan rekoil elastisitas jalan napas, dan kolaps bronkhiolus, serta penurunan
emfisema.
Pada paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan
paru ke luar (yang disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada)
Keseimbangan timbul karena kedua tekanan tersebut, volume paru yang terbentuk
disebut functional residual capacity (FRC) yang normal. Bila elastisitas paru
berkurang timbul keseimbangan baru yang menghasilkan FRC yang lebih besar.
Volume residu bertambah pula, tetapi VC menurun. Pada orang normal sewaktu
terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang,
cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan
menutup dan dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi
yang tidak seimbang. Namun, semua itu tergantung pada kerusakannya. Mungkin
saja terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusinya baik
sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak sama
dan merata. Atau dapat dikatakan juga tidak ada keseimbangan antara ventilasi
berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk
melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan kronis
Individu dengan emfisema akan mengalami obstruksi kronis yang ditandai oleh
peningkatan tahanan jalan napas aliran masuk dan aliran keluar udara dari paru.
negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat adekuat yang harus
peningkatan (barrel chest). Hal ini terjadi akibat hilangnya elastisitas paru karena
Pada bebrapa kasus, barrel chest terjadi akibat kifosis dimana tulang belakang
bagian napas secara abnormal bentuknya membulat atau cembung. Beberapa klien
Pada penyakit lebih lanjut, otot-otot abdomen juga ikut berkontraksi saat
vital total (VC) mungkin normal, tetapi rasio dan volume ekspirasi kuat dalam 1
detik dengan kapasitas vital (FEV1:VC) rendah. Hal ini terjadi karena elastisitas
alveoli sangat menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya bagi klien untuk
menggerakkan udara dari alveoli yang mengalami kerusakan dan jalan napas yang
(Muttaqin, 2008).
Emfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi sedikit
Pada umur 25 – 35 tahun mulai timbul perubahan pada seluruh nafas kecil dan
fungsi paru. Umur 35 – 45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45 – 55
tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri. Pada umur 55 –
60 tahun sudah ada korpulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan nafas dan
a. Dispnea
c. Pada perkusi : hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru.
ekspirasi.
membungkuk.
f. Bentuk menahun.
7. Komplikasi
jugularis, atau nyeri apada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
(Nowak,2004; Muttaqin,2008)
8. Pathofisiologi
ekspirasi dengan volume udara lebih besar demi memenuhi kebutuhan metabolik
pada saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi sehingga ventilasi menjadi
terbatas.
9. Pathway
10. Pemeriksaan Diagnostik
b. Uji fungsi paru: lihat pada asma; kapasitas total paru (TLC: Total
meningkat.
c. Analisa Gas Darah : PaO₂ (parsial O2) menurun, PaCO₂ (parsial CO2) normal
akibat hiperventilasi.
g. EKG saat latihan fisik, tes stres : membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
11. Penatalaksanaan
a. Pentalaksanaan Keperawatan
mencakup :
1) Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja
napas
5) Dukungan psikologis
b. Penatalaksanaan Medis
terletak pada otot polos saluran nafas memiliki efek samping terhadap
katarak.
hari, dengan 24 jam lebih baik. Modalitas ini dapat menghilangkan gejala-
Somantri, 2009).
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
Data Subyektif
a. Anamnesa
Dispnea adalah keluhan utama emfisema dan mempunyai serangan
(onset) yang membahayakan. Klien biasanya mempunyai riwayat merokok,
bentuk kronis yang lama, mengi serta nafas pendek dan cepat ( takipnea ).
Gejala – gejala diperburuk oleh infeksi pernafasan. Perawat perlu mengkaji
obat – obat yang biasa diminum klien, memeriksa kembali setiap jenis obat
apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
b. Identitas
1) Identitas Pasien : nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, umur,
tanggal MRS, golongan darah, suku/bangsa, agama, pendidikan, alamat,
no RM, diagnosa medis, lingkungan tempat tinggal
2) Identitas Penanggungjawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan emfisema untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk produktif, berat
badan menurun.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Keluhan
batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering di
keluhkan. Tanyakan selama keluhan batuk muncul, apakah ada keluhan
lain.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawat perlu
mengarahkan atau menegakkan pertanyaan untuk membedakan antara
sesak nafas yang di sebabkan oleh gangguan pada sistem pernafasan dan
sistem kardiovaskuler.
Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak napas, maka dapat
dibedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak. Pengkajian ringkas dengan
menggunakan PQRST dengan lebih memudahkan perawat dalam
melengkapi pengkajian.
a) Proviking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab sesak nafas.
b) Quality of pain : apa sesak nafas yang di rasakan atau di
gambarkan klien.
c) Region : dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan ?
d) Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa sesak yang di rasakan
klien
e) Time : berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita bronkitis atau infeksi pada saluran pernafasan atas,
keluhan batuk lama pada masa kecil, dan penyakit lainnya yang
memperberat emfisema
3) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi emfisema diturunkan dan perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah di alami oleh anggota keluarga lainnya .
Data Primer
1) Inspeksi
klien biasanya tampak mempunyai bentuk dada barrel chest ( akibat udara
Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas
2) Palpasi
3) Perkusi
diafragma menurun.
4) Auskultasi
kadar oksigen yang rendah ( hiposemia ) dan kadar karbon dioksida yang
eksersional).
pengumpulan sekresi ini . setelah infeksi ini terjadi klien mengalami mengi
2. Diagnosa Keperawatan
batuk efektif.
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah serangkain kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi ke dalam status
kesehatan yang mengambarkan kriteria hasil yang di harapkan .
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah di lakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan di lakukan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. A Tgl. MRS : 30 Juni 2020
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis : Emfisema Panlobular
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku / Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sidoarjo
2. Riwayat Keperawatan Klien
a) Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sesak nafas sejak setengah jam yang lalu.
b) Riwayat Keperawatan Sekarang :
Pasien datang ke IGD pada tanggal 30 Juni 2020 dengan keluhan sesak nafas
sejak setengah jam yang lalu
c) Riwayat keperawatan yang lalu :
Pasien mengatakan 11 tahun yang lalu di diagnosa menderita emfisema
panlobular
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
3. Pengkajian primer
a) Keadaan umum
keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, GCS 4,5,6, .
b) Tanda – tanda Vital
Suhu tubuh : 38,3 ºC Nadi : 68x / mnt
TD : 130/80 mmHg Respirasi : 32x / mnt
c) Airway
- Tidak ada sumbatan jalan nafas
- Tidak tedapat secret
- Tidak terdapat nyeri telan
d) Breathing
- RR 32x/menit
- Sesak nafas
- Terdapat suara nafas tambahan (ronchi di lapang paru bagian kanan,
whezzing)
- Terpasang O2 nassal 4 Lpm
e) Circulation
- Tekanan darah 130/80mmHg
- Nadi 68x/menit
- Kulit pucat
- Turgor kulit baik
- CRT <2 detik
- Akral hangat
f) Pemeriksaan kepala dan leher :
1) Kepala dan rambut :
- Bentuk bentuk : simetris dan oval, tidak ada benjolan, tidak ada
lesi,beruban , bersih ,rambut lurus.
- Keluhan yang berhubungan : tidak ada
2) Mata :
- Konjungtiva anemis
- Sclera putih
- Bentuk mata bulat
- Pupil isiokor
- Gerak bola mata normal
- Pandangan agak kabur
- Tidak ada benjolan dan tidak nyeri tekan
3) Hidung :
- Bentuk hidung simetris
- Pernafasan cuping hidung ( - )
- Hidung bersih dan tidak ada secret
- Terpasang O2 nassal 4 Lpm
- Tidak ada benjolan dan tidak nyeri tekan
4) Telinga :
- Bentuk telinga simetris
- Tidak terdapat serumen
- Telinga kenyal
- Tidak ada benjolan dan tidak nyeri tekan
5) Mulut & leher :
- Mukosa bibir kering
- Sianosis ( + )
- Tidak terdapat nyeri telan dan nyeri tekan
- Tidak terdapat pembesaran vena jugularis
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar teroid
6) Pemeriksaan Integumen ( Kulit )
Kulit bewarna pucat, bersih, tidak ada lesi, turgor kulit baik, CRT < 2, akral
hangat
7) Pemeriksaan Thoraks / Dada
Jantung :
- Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
- Palpasi : Teraba normal.
- Perkusi : suara jantung redup
- Auskultasi : bunyi jantung normal S1 S2 tunggal, irama jantung reguler
Paru :
- Inspeksi : Simetris, statis
- Palpasi : Sterm fremitus kanan=kiri
- Perkusi : suara paru sonor
- Auskultasi : terdapat suara tambahan ( ronchi di lapang paru bagian
kanan, whezzing ( + ).
8) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat luka
Palpasi : terdapat nyeri tekan di bagian abdomen kanan, skala nyeri 7, tidak
teraba pembesaran hepar ,tidak teraba pembesaran ginjal.
Perkuasi : Hipertimpani
Auskultasi : Bising usus 16x/menit
9) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Tidak terdapat luka genetalia dan anus, tidak terdapat benjolan, terpasang
dower kateter ( ± 600 cc ) warna kuning, bau amoniak, terdapat pembesaran
skrotum, genetalia dan anus bersih, tidak ada nyeri tekan di genetalia dan
anus
10) Pemeriksaan ekstremitas
Bentuk ekstremitas atas bawah kanan kiri simetris kekuatan otot 5 4
5 5
4. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : Emfisema pamlobular Pola nafas tidak efektif
klien mengatakan sesak sejak berhubungan dengan
setengah jam yang lalu Dipengaruhi oleh hipoksia/ sesak nafas
Do : rokok,polusi, infeksi
RR : 32x/menit
Terdapat suara nafas tambahan Ketidak seimbangan
( ronchi bagian kanan , elastisitas dan
elastisitase
whezzing ) , Terpasang O2
nassal 4 Lpm
Menghilangnya
kemampuan
mengembangkan paru
secara elastis
Penyempitan saluran
nafas
Gangguan pertukaran
gas tidak seimbang
5. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoksia / sesak nafas
6. Intervensi
No Diagnosa Tujuan & kriteria hasill Intervensi
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
efektif berhubungan keperawatan selama 1x24 (1.01011) :
dengan hipoksia / jam, maka pola napas Observasi
sesak nafas membaik dengan kriteria - Monitor pola napas
hasil: (mis : frekuensi,
Pola napas membaik kedalaman, usaha
Berat badan meningkat napas)
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawtan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan edisi 9.
Jakarta : EGC
Muttaqin,Arif.2012.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika.
http://www.ziddu.com/download/64755169/pathway-emfisema.doc.html
Davey. 2010. At a Glance Medicine: Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Jakarta: Erlangga
Guyton dan Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9: Insufesiensi Pernapasan.
Jakarta: EGC
Kumar dkk. 2014. Buku Ajar Patologi Jilid 2 Edisi 7: Paru dan Saluran Napas Atas.
Jakarta: EGC