Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut tersering yang
menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas
kerja. Penyakit ini dapat terjadfi secara primer ataupun merupakan kelanjutan
manifestasi infeksi saluran nafas bawah lainnya misalnya sebagai perluasan
bronkiektasis yang terinfeksi.
DEFENISI
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi
yang akan meniumbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
ANATOMI PARU
Struktur dasar jalan nafas telah ada sejak lahir dan berkembang selama neonates
dan dewasa menjadi sistem bronkhopulmonal. Jalan nafas pada setiap usia tidak
simetris. Apabila dibagi menjadi dua bagian, ada perbedaan bentuk dan jumlah
cabang yang tergantung dari lokasinya. ariasi tersebut menyebabkan implikasi
fisiologi yang berbeda. Alur yang berbeda menybabkan perbedaan resistensi terhadap
aliran udara, sehingga menyebabkan distribusi udara atau partikel yang terhisap tidak
merata.cabang dari bronkus mengalami pengecilan uikuran dan kehilangan kartilago,
yang kemudian disebut bronkhiolus. !ronkhiolus termiunalis membuka saat
pertukaran udara dalam paru-paru.
Jalan nafas dilapisi oleh membrane epitel yang berganti secara bertahap dari epitel
kolumner bertingkat bersilia di bronkus menjadi epitel kubus bersilia pada area
tempat pertukaran udara. Sillia berfungsi untuk menghantarkan mucus dari pinggir
jalan nafas ke faring. Sistem transport mukosilier ini berperan penting dalam
mekanisme pertahanan paru. Sel goblet pada trakhea dan bronchus memproduksi
musin dalam reticulum endoplasma kasar dan apparatus golgi. Sel goblet meningkat
jumlahnya pada beberapa gangguan seperti bronkhitis kronis yang hasilnya terjadfi
hipersekresi mucus dan peningkatan produksi sputum.
"nit pertukaran udara #terminal respiratory$ terdiri dari bronkhiolus distal sampai
terminal % bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Perubahan anatomik-fiio!o"ik item #ernafaan #a$a uia !an%ut
Pada orang-orang sehat, perubahan anatomic-fisiologik tersebut merupakan
bagian dari proses menua. "sia lanjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi
merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses
menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut.
"ntuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah
disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh penyakit yang menyertai
proses menua, ada & kriteria yang harus dipenuhi %
'. (emunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal,
artinya umum terjadi pada setiap orang.
). Proses menua disebabkan oleh faktor interistik, yang berarti perubahan
fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di
dalam sel dan bukan oleh faktor luar.
*. Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsur lambat
dan tidak dapat berbalik lagi.
&. Proses menua bersifat proses kemunduran atau kerusakan #injury$.
Perubahan anatomik-fiio!o"ik &tem #ernafaan
Pada usia lanjut terjadi perubahan- perubahan anatomik yang mengenai hampir
seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ yang
bersangkutan.
'( Perubahan anatomik &tem #ernafaan
+ang mengalami perubahan adalah %
a. ,inding dada % tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan
mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut
epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
b. -tot-otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi.
c. Saluran nafas % akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastic bronkus
dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. .incin-cincin tulang
rawan bronkus mengalami perkapuran
d. Struktur jaringan parenkim paru % bronkiolus, duktus alveolaris, dan alveolus
membesar secara progresif, terjadi emfisema dinding saluran nafas perifer
kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim
paru mengurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia
lanjut dapat klarena menurunnnya tegangan permukaan akibat pengurangan
daerah permukaan alveolus.
)( Perubahan-#erubahan fiio!o"ik item #ernafaan
Perubaha fisiologik #fungsi$ pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain %
a. /erak pernafasan % adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume
rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitude pernafasan
menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. (elemahan otot pernafsan
menimbulkan penurunan kekuatan garak nafas, lebih-lebih apabila terdapat
deformitas rangka dada akibat penuaan.
b. ,istribusi gas. Perubahan struktur anatomi saluran nafas akan menimbulakn
penumpukan udara dalam alveolus #air trapping$ ataupun gangguan
pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.
c. olume dan kapasitas paru menurun. 0al ini disebabkan karena beberapa
faktor % kelemahan otot nafas, elastisitas jaringan parenkimparu menurun,
resistensi saluran nafas #menurun sedikit$. Secara umum dikatakan bahwa
pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.
d. /anguan transportasi gas.
Pada usia lanjut penurunan Pa-) secara bertahap, yang penyebabnya terutama
karena adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Selain itu diketahui
bahwa pengambilan -) oleh darah dari alveoli #difusi gas$ dan transport -) ke
jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi saat melakukan olah raga.
Penurunan pengambilan -) maksimal disebakan antara lain karena % berbagai
perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan karena
berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
e. /angguan perubahan ventilasi paru.
Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya
penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun
pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan
berupa penuruna Pa-), peninggian Pa-), perubahan p0 darah arteri dan
sebagainya.
Faktor-faktor &an" mem#erburuk fun"i #aru
Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa faktor
yang dapat memperburuk fungsi paru, antara lain%
'. 1aktor merokok
2erokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran
nafas. Pada tingkat awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi dan terjadi
penurunan nilai 3P' yang besarannya tergantung pada beratnya penyakit
paru tadi. Pada tingkat lanjut dapat terjadi obstruksi yangt irreversible, timbul
penyakit paru obstruksi kronik #PP-($.
). -besitas
(elebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pada
obesitas, biasanya terjadi penimbu4nan lemak pada leher, dada, dan dinding
perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada, berakibat penurunan
volume paru atau terjadi keterbatasan gerakan pernafasan #restriksi$ dan
timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif
*. 5mobilitas
5mobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot
berkontraksi, sehinngga kapasitas vital paksa atau volume paru akan relative
berkurang. 5mobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada usia lanjut
dapat memperburuk fungsi paru #ventilasi paru$. 1aktor-faktor lain yang
menimbulkan imobilitas paru, misalnya efusi pleura, pneumotoraks, tuymor
paru dan sebagainya. Perbaikan fungsi paru dapat dilakukan dengan
menjalankan olah raga secara intensif.
&. -perasi
6idak semua operasi #pembedahan$ mempengaruhi faal paru. ,ari
pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh
faal paru adalah % pembedahan toraks #jantung dan paru$, pembedahan
abdomen bagian atas, dan anestesi atau jenis obat anestesi tertentu.
Perubahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi,
distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya
perubahan patofisiologik paru pasca bedah mudah menimbulkan
komplikasi paru % atelektasis, infeksi atau sepsis dan sejenisnya mudah
terjadi kematian kerena timbulnya gagal nafas.
7. 5nfeksi paru
5nfeksi paru terutama yang berulang akan memperjelek fungsi paru.
Pato"enei #en&akit #aru #a$a uai !an%ut
2ekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat dijelaskan atau
dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan-perubahan tersebut adalah%
'. Perubahan anatomik-fisiologik
,engan adanya perubahan anatomik-fisiologik sistem pernafasan, ditambah
adanya faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya beberapa macam
penyakit paru% bronkhitis kronis, emfisema paru, PP-(, 6! paru, kanker paru,
dan sebagainya.
). Perubahan daya tahan tubuh
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karena
melemahnya fungsi limfosit ! dan 6, sehingga penderita rentan terhadap kuman-
kuman patogen, virus, proto8oa, bakteri atau jamur.
*. Perubahan metabolik tubuh
Pada orang usia lanjut sering terjadi perubahan metabolik tubuh, dan paru dapat
ikut mengalami perubahan. Penyebab tersering adalah penyakit-penyakit yang
bersifat sistemik, d
iabetes mellitus, uremi, artritis rematoid dan sebagainya. 1aktor usia perannya
tidak jelas, tetapi lamanya menderita penyakit sistemik mempunyaio andil untuk
timbulnya kelainan paru.
&. Perubahan respon terhadap obat
Pada orang usia lanjut, bisa terjadi bahwa penggunaan obat-obat tertentu akan
memberikan respons atau perubahan pada paru dan saluran nafas, yang mungkin
perubahan-perubahan tadi tidak terjadi pada usia muda. .ontoh, yaitu penyakit
paru akibat idiosinkrasi terhadap obat yang sedang digunakan dalam pengobatan
penyakit yang sedang dideritanya, yang mana proses tadi jarang terjadi pada usia
muda.
7. Perubahan degeneratif
Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak dapat dielakkan
terjadinya pada individu-individu yang mengalami proses penuaan. Penyakit paru
yang timbul akibat proses #perubahan$ degeneratif tadi, misalnya terjadi
bronchitis kronis, emfisema paru, penyakit paru obstruktif menahun, karsinoma
paru yang terjadi pada usai lanjut dan sebagainya.
9. Perubahan atau kejadian lainnya
Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia lanjut yang
dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan timbulnya penyakit
paru tertentu pada usia lanjut, misalnya %
a. (ebiasaan merokok di masa lalu dan sekarang
2erokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan-
perubahan struktur pada saluran nafas, juga dapat menurunkan fungsi
sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan saluran nafas,
sehingga memudahkan timbulnyainfeksi pada paru dan saluran nafas.
Selain itu merokok juga dapat pula memudahkan timbulnya keganasan
paru, PP-(, bronchitis kronik dan sebagainya.
b. Pengaruh atau akibat kekurangan gi8i
Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan tubuh,
terutama respons imun seluler. 5ni merupakan konsekuensi lanjut atas
terjadinya invulusi kelenjar timus pada usia lanjut. Proses involusi
kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang beredar dalam
peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan limfosit 6
berkurang dan limfosit 6 yang beredar dalam peredaran darah juga
berkurang. 5munitas humoral pada usia lanjut juga terdapat perubahan
yang berarti, bahkan terdapat peninggian kadar autoantibodi. 5gA dan 5g/
terdapat peningkatan, sedangkan 5gm mengalami penurunan.
PNEUMONIA PADA LANSIA
Pada usia lanjut resiko terjadinya infeksi saluran nafas bagian bawah #5SPA$,
khususnya pneumonia cukup tinggi. (ejadian pneumonia pada usia lanjut tergantung
pada tiga hal,ialah % #a$ kondisi fisik penderita #umumnya daya tahan tubuh rendah
atau immunocompromised conditions$: #b$ lingkungan dimana mereka berada
#komunitas atau lingkungan rumah sakit: #c$ kuman penyebabnya atau virulensinya.
Secara epidemiologik, pneumonia pada usia lanjut juga dibedakan menjadi
pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial.
Penyebab pneumonia pada usia lanjut dapat bermacam-macam, yang paling
sering penyebabnya adalah kombinasi beberapa kuman. Pada usia lanjut, pneumonia
komunitas sewring disebabkan oleh bakteri gram positif, sebagian besar adalah oleh
kuman strep. Pneumonia. Pneumoni nosocomial sering terjadi sebagai komplikasi
pada pemasangan alat-alat #misalnya endotracheal tube$.
Penyebab pneumonia nosokomal pada usia lanjut kebanyakan adalah bakteri
gram negative. Pada usia lanjut, persentase bakteri gram negatif sebagai penyebab
pneumonia lebih tinggi dariopada usia muda. Pneumonia aspirasi juga sering terjadi
pada pada usia lanjut, kebanyakan terjadi pada pasien yang bed rest atau penurunan
kesadaran. Pada kasus-kasus pneumonia aspirasi, kuman penyebab infeksi sukar
diketahui, tetapi pada 4;< kasus-kasus tadi terdeteksi kuman-kuyman anaerob pada
aspiratnya.
Pada pneumonia usia lanjut, kebanyakan berbentuk bronco pneumonia,
sedangkan pneumonia lobaris tercatat pada '=-*=< kasus. #harasawa,'>4>$
Pada usia lanjut, apabila menderita infeksi akut, Onset penyakit berlangsung
pelan-pelan, tidak mendadak seperti pada usia muda. (eluhan utamanya adalah
demam ringan, batuk dengan produksi sputum pada 9=< kasus. Pada *=< kasus
keluhan permulaannya hanya berupa kelemahan dan anoreksia, tanpa demam yang
nyata. Permulaan penyakit yang pelan-pelan tadi disebabkan karena menurunnya
aktivitas fisik usia lanjut dan biasanya karena adanya dehidrasi. Suatu kenyataan,
penderita yang waktu masuk rumah sakit demamnya ringan, sesudah mendapat
rehidrasi di rumah sakit dan tekanan darahnya menjadi normal baru muncul demam.
/ambaran klinik penderita pneumonia pada usia lanjut sering tidak menunjukkan
gambaran yang nyata. ,ilaporkan terdapat penurunan kesadaran pada )=< kasus,
distensi abdomen 7< kasus, tanda dehidrasi pada 7=<kasus. Penurunan kesadaran
tidak ada kolerasi dengan perubahan tekanan darah, tetapi mempunya kolerasi dengan
kondisi dehidrasi yang mungkin ada pada penderita. (elainan fisik yang la8im
ditemukan pada penderita pneumonia, misalnya perkusi redup?pekak pada daerah
paru yang terkena kelainan, ronki basah, dan suara nafas bronkhial.
Pemeriksaan laboratorium pada sebagian besar kasus menunjukkan jumlah
leukosit normal atau sedikit meninggi, kadang-kadang leukositosis. (elainan lain
yang dapat ditemukan adalah peningkatan ureum darah #pada *=< kasus$,
peningkatan ringan serum transaminase #pada )=< kasus, dan peningkatan kretinin
dan gula darah dapat terjadi. ,itemukan pula hiponatremidan hipofosfatemi.
Pada pneumonia usia lanjut nilai Pa-) rendah, seperti pada orang sehat. Pada
pneumonia usia lanjut, penurunan nilai Pa-) lebih besar disbanding pada pneumonia
usia muda. 0al ini terjadi karena proses penuaan, yaitu terdapatnya penambahan
perfusi darah ke lobus paru. 0al inilah yang memudahkan terjadinya gagal nafas pada
kebanyakan penderita pneumonia usia lanjut.
,iagnosis pneumonia pada usia lanjut ditegakkan atas dsara anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. ,iagnosis kadang-kadang sulit
dilakukan karena gambaran klkinik dan pemeriksaan penunjang hasilnya memberi
gambaran tidak khas.
6idak ada gambaran patognomonik untuk pneumonia pada usia lanjut. Adanya
frekuensi pernafasan )& kali atau lebih, terutama apabila disertai demam, kelemahan
atau anoreksia pada seorang usia lanjut merupakan petunjuk cukup bermakna
terhadap adanya pneumonia pada usia lanjut.
,iagnosis banding pada pneumonia pada usia lanjuty, ytang perlu dipikirkan ialah
% gagal jantung, emboli paru, sindroma kegawatan nafas orang dewasa, pneumonia
aspirasi lambung, dan keganasan paru.
Pengobatan pneumonia dilakukan dengan pemberian antibiotik dan pengobatan
umum seperti #terapi oksigen, terapi hidrasi, dan fisioterpi$. Antibiotik merupakan
kunci utama pengobatan pneumonia. 6ujuan pemberian antibiotik adalah untuk
membunuh kuman penyebab pneumonia. Pemberian antibiotik harus berdasarkan
petunjuk penemuan kuman apa yang menjadi penyebab infeksinya #hasil kultur
sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibiotik$.
!erhubung satu dan lain hal, misalnya %penyakit penderita sangat serius, dan perlu
pengobatan segera, kuman penybab infeksi belum dapat diketahui pasti menjelang
terapi, sehingga antibiotik pemberiannya dalakukan secara empirik. Pengbatan
empirik ini harus didasarkan atas diagnosis mikrobiologi empirik. ,engan cara ini
diagnosis yang dibuat diharapkan dapat menunjukkan spektrum kuman penyebabnya,
sehingga antibiotik yang tepat dan rasional dapat dipilih dan hasilnya dapat
diandalkan.
!ila penyakit ringan atau sedang, antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila
berat diberikan secara parenteral. Pengobatan umumnya diberika selama ;-'= hari
pada kasus tanpa komplikasi atau antibiotic diteruskan sampai * hari bebas panas.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis.
0idrasi penderita harus diperhatikan. Pada keadaan penyakit yang ringan
rehidrasi dapat dilakukan secara oral, sedangkan pada penyakit yang berat, rehidrasi
dilakukan secara parenteral menggunakan larutan elektrolit. Pada pneumonia usia
lanjut, fisioterapi harus diberikan. Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita
perlu diubah-ubah untuk menghindari timbulnya pneumonia hipostatik, kelemahan
dan dekubitus.

Anda mungkin juga menyukai