QUR’AN
Dosen Pengampu: Ustadz Fahman
1
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN LAPORAN :.........................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................4
PERKEMBANGAN TAFSIR SETIAP ZAMAN (Ibrahim hasan
faiz faqihudin)......................................................................................5
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................5
BAB II : PEMBAHASAN................................................................7
BAB III : PENUTUP......................................................................16
PENGERTIAN ILMU MUNASABAT (Muhamad salman farisi,
Muhamad Luthfi hs).........................................................................17
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................17
BAB II: PEMBAHASAN...............................................................18
BAB III: PENUTUPAN.................................................................21
PENGERTIAN ORIENTALIS ( Fairuz Ahmad ).........................22
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................22
BAB II:PEMBAHASAN................................................................24
BAB III: PENUTUP.......................................................................32
ILMU HUKUM DALAM ALQUR’AN (Ahmad ksatria, Ade
mulyadi).............................................................................................33
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................33
BAB II: PEMBAHASAN...............................................................34
BAB III: PENUTUP.......................................................................40
PENGERTIAN DAN TUJUAN DI TURUNKANNYA
ALQUR’AN ( Farhan nafies, Fajrin fahri )....................................41
2
BAB 1:PENDAHULUAN..............................................................41
BAB II: PEMBAHASAN...............................................................42
BAB III: PENUTUP DAN KESIMPULAN.................................49
MEMAHAMI KAIDAH PENAFSIRAN AlQUR’AN (Abyan
usman, Ibnu khayr ahmad)..............................................................50
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................50
BAB II : PEMBAHASAN..............................................................50
BAB III : PENUTUP DAN KESIMPULAN................................54
OTENTISITAS ALQUR’AN(FAUZAN RISKIAWAN,ZAKI
NASRUL)...........................................................................................55
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................55
BAB II: PEMBAHASAN...............................................................56
BAB III: PENUTUP DAN KESIMPULAN.................................61
ASBABUN NUZUL ALQUR’AN (FARID TAUFIK)...................62
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................62
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................63
BAB 3 PENUTUP...........................................................................67
DAFTAR PUSTAKA........................................................................68
3
KATA PENGANTAR
4
PERKEMBANGAN TAFSIR SETIAP ZAMAN (Ibrahim
hasan faiz faqihudin)
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kajian terhadap tafsir al-Qur’an mengalami proses yang cukup panjang
dalam sejarah perkembangan ilmu tafsir, dari masa formalisme Islam hingga
kontemporer. Proses penafsiran pada setiap masa memiliki kecenderungan
berbeda, sehingga akan menghasilkan produk tafsir yang berbeda pula.
5
riwayat baik dari al-Qur’an itu sendiri atau riwayat dinukil dari hadist, isri’iliyat
maupun pendapat sahabat, mengawali proses awal
C. Siapa saja para mufassir – mufassir itu? Dan buku apa saja yang telah mereka
karang?
2
Muhammad Husein Adh-Dhahaby, at-Tafsir wa al-Mufassirun, (Beirut: Dar Kitab alIslamy, 1998),
21
6
BAB II : PEMBAHASAN
I. Perkembangan tafsir setiap zaman
1. Para penafsir adalah orang-orang yang menjadi saksi hidup pada masa
pewahyuan Nabi Muhammad saw.
3
Yayan Rahtikawati, Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia,
2013) hal. 31.
4
Ibid, hal. 31
5
Jalaluddin al-Suyuṭi, Al-Itqan fî Ulum al-Qur’an, (Bairut: DKI, 2012) hal. 173.
6
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN, Al Quran Kita: Studi Ilmu, Sejarah, dan Tafsir Kalamullah,
(Kediri: Lirboyo Press, 2011) hal. 201-202
7
2. Penafsiran umumnya disampaikan melalui lisan (oral tradition) kecuali
pada masa akhir periode ini yang telah menggunakan catatan-catatan
sederhana.
3. Selain riwayat, penafsiran disandarkan pada bahasa dan budaya Arab yang
masih digunakan dan disaksikan pada zamannya.
Abdullah ibn Abbas yang wafat pada tahun 68 H, adalah tokoh yang
biasa dikenal senagai orang pertama dari sahabat nabi yang menafsirkan alQur’an
setelah nabi Muhammad saw. Ia dikenal dengan julukan “Bahrul Ulum” (Lautan
Ilmu), Habrul Ummah (Ulama’ Umat), dan Turjamanul Qur’an (Penerjemah Al-
Qur’an) sebagaimana telah diriwayatkan di atas, bahwa nabi pernah berdo’a
kepada Allah agar Ibnu Abbas diberi ilmu pengetahuan tentang ta’wil al-Qur’an
(lafadz-lafadz yang bersifat ta’wil dalam al-Qur’an).7
7
Ahmad Syurbasyi, Studi tentang sejarah perkembangan tafsir al-qur’an al-karim,(Jakarta : Kalam
Mulia, 1999) hal. 87.
8
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009) hal. 183.
8
kuno. Dan di dalam al-Qur’an telah ditetapkan adanya sebagian kalimat-kalimat
mu’arabah (kata-kata asing yang diarabkan).9
Dalam berpendapat tentang tafsir dari suatu ayat, para sahabat juga tidak
menggunakan kehendak nafsunya sendiri atau dengan pemikiran tercela,
melainkan menggunakan pemikiran yang terpuji.
9
Ibid.,hal 88.
10
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) hal. 173.
11
Ibid., hal. 174.
12
Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, hal. 57
9
bernama Ibnu Jarir at-Tabari. Ibnu Jarir inilah yang menjadi bapak bagi para
mufassir sesudahnya (lebih dikenal dengan at-Tabari).13
a. Kitabullah.
c. Pendapat sahabat.
d. Pengambilan dari Ahlil Kitab berdasar apa yang datang didalam Kitab mereka.
e. Ijtihad dan pemahaman yang diberikan Allah SWT. kepada para tabi’in untuk
mengetahui makna al-Qur’an.
13
Tim Penyusun, Mukadimah Al-Qur’an Dan Tafsirnya,(Jakarta: Departemen Agama RI, 2008) hal.
49
10
Pada era modern juga di tandai dengan perkembangan sains dan
tekhnologi yang demikian pesat terutama yang terjadi di dunia barat. Berkat
kemajuan dunia barat, entah langsung atau tidak langsung, setelah perkembangan
pemikiran tafsir mengalami kemunduran pada era pertengahan Islam, pada era
modern ini perkembangan pemikiran tafsir mengalami kebangkitan kembali.
Secara teoritis, tafsir berarti usaha untuk memeperluas makna teks al-
Qur’an. Sedangkan secara praktis berarti usaha untuk mengadaptasikan “tekas
Qur’an dengan situasi kontemporer seorang mufassir. Berarti tafsir modern adalah
usaha untuk menyesuaikan ayat-ayat al-Qur’an dengan tuntutan zaman.
Sedangkan “kontemporer” bermakna sekarang atau modern. Dapat di artikan pula
bahwa tafsir modern adalah merekontruksi. Kembali produk-produk tafsir klasik
yang sudah tidak memiliki relevansi dengan situasi modern.15
Ada banyak sekali para ulama-ulama yang hidup pada era modern ini
hanya meringkas, mengomentari dan mengulang dari warisan-warisan yang
hampir punah tersebut tidak terkecuali dalam bidang tafsir. Yang mengalami
kemandegan paradigma sepeninggal Fakh al-Din al-Razi. Kemudian ada juga
yang menafsirkan al-Qur’an hanya beberapa penggal ayat atau surat saja, dan
itupun di percaya sebagai nukilan dari kitab-kitab sebelumnya.Di seberang lain,
Muhammad Ali Assyaukani melalui kitab tafsir fath al-Qodirnya melanjutkan dan
menyempurnakan tradisi tafsir di kalangan syi’ah pada saat geliat penafsiran
mengalami kemandegan di kalangan SUNNI.
11
Perjalanan tafsir masih akan, lebih panjang lagi Setiap masa perjalanan
tafsir selalu di lingkupi oleh situasi dan kondisi yang berada disekitar mufassir.
Metode pun tetap terus berkembang dengan berbedanya cara pandang satu
mufassir dalam melihat kondisi dan situasi dengan mufassir lainnya. Tafsir tetap
akan terus bergerak selama keilmuan itu sendiri masih terus bergerak serta
kebudayaan manusia tidak jalan di tempat.16
Tafsir al-Thabari
Berjumlah 12 jilid, adalah tafsir tertua. Tafsir ini telah menjadi referensi
utama bagi para mufassirin terutama penafsiran binnaqli/biiriwayah. Penjelasan
Rasulullah, pendapat shahabat, dan tabiin menjadi dasar utama penjabaran, untuk
kemudian ulama ini mengupasnya secara detail disertai analisa yang tajam.
Apabila dalam satu ayat, muncul dua pendapat atau lebih, maka akan
disebutkan satu persatu lengkap dengan dalil dan riwayat para shahabat dan tabi'in
yang mendukung masing-masing pendapat, untuk selanjutkan mentarjih (memilih)
mana yang lebih kuat dari sisi dalilnya. Di samping itu, juga dijabarkan harakat
akhir, mengistimbat hukum jika ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum.
Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir adalah adalah alumnus akhir
madrasah tafsir dengan atsar. Ulama ini juga tercatat salah seorang murid
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah RA (wafat tahun 774 H).Tafsir Alquran Ibnu
Katsir terdiri dari 10 jilid. Penafsirkan ayat-ayat Alquran dilakukan dengan sangat
teliti, yang menukil perkataan para salafus shaleh.
12
Dia menafsirkan ayat dengan ibarat yang jelas dan mudah dipahami,
menerangkan ayat dengan ayat yang lainnya dan membandingkannya agar lebih
jelas maknanya.Selain itu, disebutkan pula hadis-hadis yang berhubungan dengan
sebuah ayat, serta penafsiran para shahabat dan tabi'in. Beliau juga sering
mentarjih di antara beberapa pendapat yang berbeda, juga mengomentari riwayat
yang sahih atau yang dhaif (lemah).
Tafsir Al-Qurtuby
Secara keseluruhan, kitab tafsir ini terdiri dari 11 jilid, lengkap dengan
daftar isinya. Menurut beberapa ulama, keistimewaan dari kitab tafsir ini yakni
membuang kisah dan sejarah, dan diganti dengan hukum serta istimbat dalil, juga
menerangkan qiroat, nasikh dan mansukh. Gaya penulisannya khas ulama fikih.
Beliau banyak menukil tafsir dan hukum dari para ulama salaf, dengan
menyebutkan pendapatnya masing-masing.
Al-Qurtubi.
Nama lengkapnya, Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakar bin Faraj Al-
Quttubi, seorang ahli tafsir yang terkenal yang banyak diambil pendapatnya oleh
ahli-ahli tafsir generasi sesuadahnya. Lahir di Cordova (Andalusia) pada tahun
486 H/1093 M, dan wafat di Maushul pada tahun 567 H/1172 M.
Al-Fakhrur Razi.
13
Nama lengkapnya, Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Al Husain
Fakhrudin Ar-Razi. Lahir pada tahun 544 H/1210 M. seorang ulama ahli tafsir
yang sangat luas pengetahuannya dalam urusan ilmu umum dan syariat. Di masa
hidupnya, kitab tafsirnya telah menjadi kajian umum.
Az-Zamakhsyari.
Al-Baidhawi.
Nama lengkapnya, Nashir bin Nashiruddin Abu Said Abdullah bin Umar.
Meninggal pada tahun 685 H/1286 M. Seorang ahli tafsir yang sangat luas
pengetahuannya. Sebagian susunannya ialah Anwarut Tanzil, yang terkenal
dengan Tafsir Al-Baidhawi.
Ibnul ‘Arabi.
As-Suyuti.
14
termasuk pakar sejarah dan ahli ilmu bahasa arab. Kitab susunannya lebih dari
500 buah dalam berbagai bidang keilmuan termasuk tafsir.
Ibnu Katsir
Nama lengkapnya, Imaduddin Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir Al
Qurasyi Ad Dimasqi. Lahir pada tahun 701 H/1302 M, Wafat Tahun 744 h/1373
M. seorang ahli hadis yang sangat terkemuka dalam urusan fiqih. Diantara kitab
susunan yang sangat berharga dalam tafsir, adalah Tafsir Al Quranul Adhim atau
yang terkenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir sebanyak 4 jilid.
Ar-Raghib Al Asfahani.
15
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara kongrit dapat
dikatakan bahwa tafsir al-Qur’an setiap zamannya terdapat perkembangan tafsir
yang sangat pesat baik pada metode dan coraknya yang kemudian lahir berbagai
ulama-ulama tafsir pada setiap masanya.
Pada masa Rasulullah saw dan pada awal pertumbuhan Islam sifatnya
pendek-pendek dan ringkas. Hal ini dikarenakan penguasaan bahasa Arab yang
murni pada saat itu cukup untuk memahami gaya bahasa al-Qur’an (Ushlub
Kalam al-Qur’an). Dan kemudahannya terdapat pada saat makna yang ada dalam
al-Qur’an jika para sahabat biunging maka bisa langsung betanya kepada nabi
Muhammad saw. Dalam penyampaiannya, tidak semua ayat dalam al Qur’an
dijelaskan oleh Nabi saw. Adapun Bentuk-bentuk penafsiran yang dilakukan oleh
Rasulullah saw adalah menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an yang
lain dan juga menggunakan hadis dalam menafsirkan suatu ayat.
16
Dari hal yang kita bahas ini mengenai Munasabat di dalam Al-Qur’an
dalam bidang Ulumul Qur’an. Munasabat fii Qur’an adalah ilmu yang
berhubungan dengan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat
atau surat yang sebelumnya atau sesudahnya.
RUMUSAN MASALAH
Apa Pengertian Ilmu Munasabat?
TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui Ilmu Munnnasabat
17
Dalam Bahasa Indoonesia kata muqarabah diartikan dengn kecocokan atau
kesesuaian atau hubungan pertalian dan lebih sederhananya adalah pendekatan.
Terkait yang mencakup arti ini memilik hubungan yang sangat erat seprti
hubunngan dua orang yang mempunyai ketertaitan dengan sebelumnya atau
sesudahnya yang di sebut nasab. Maka sari itu kata-kata munnasabat bisa
diartikan kecocokan,kesesuaian,kedekatan,hubungan, atau pertalian. Dan apabila
didefinisikan “adanya hubungan atau saling keterkaitan antara dua hal pada salah
satu aspek dari berbagai aspek-aspek lainya”
18
Munasabat antara awal dan akhir sebuah surat
Contoh: Akhir surat al-fatihah berkaitan erat dengan awal surat al-baqarah. Jika
akhir surat al-fatihah mengandung do’a agar umat islam di beri jalan yang lurus,
yaitu jalan orang-orang yang di beri nikmat, maka awal surah al-baqarah
menjawab do’a tersebut dengan petunjuk agar umat islam berpedoman pada al-
qur’an. Orang yang menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidupnya akan
mendapat nikmat dan tidak di murkai Allah. Contoh lain ialah munasabat antara
awal surat al-hadiid dengan akhir surat al-waqi’ah, yang mana keduanya sama-
sama berbicara tentang kesucian Allah SWT.
Munasabat antara satu ayat dengan ayat yang lainnya dalam sebuah surat Contoh:
Surat Al-baqarah ayat 1-20. Kedua puluh ayat itu membicarakan tiga kelompok
sosial, yaitu orang-orang Mukmin (1-5), orang-orang kafir (6-7), dan orang-orang
munafik (8-20). Pada setiap kelompok dibicarakan pula sifat-sifat ketiga
kelompok tersebut. Jika suatu surat sangat pendek, mka seluruh ayatnya saling
mendukung. Misalnya surat al-ikhlas yang terdiri dari 4 ayat, keterkaitan antara
ayat sangat terlihat dan semuanya saling mendukung.
Munasabat antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayatContoh:
19
Munasabat antara nama dan isi yang mendominasi sebuah surat
Kajian tentang munasabat model ini tidak banyak menjadi perhatian. Oleh
karena itu, kitab-kitab khusus tentang munasabat seperti ini sangat sulit di
dapatkan. Adapun segi munasabat yang di cari dan di bahas terletak pada adanya
keterkaitan maknawi, seperti adanya keterkaitan yang terjadi antara maudhu’-
maudhu’nya (tema-tema pokok), antara kalimat ‘am (umum) dan khas (khusus),
maupun pada keterkaitan makna yang terjadi dalam hukum konsekwensi logis
yang muncul karena adanya kwalitas dan paa keterkaitan lafadz baik yang serupa
atau berlawanan.[3]
20
Pentingnya mencari dan menemukan keberadaan ilmu munasabat ini
adalah untuk melihat struktur dan susunan ayat maupun surat sehingga pesan-
pesan dan maksud dari pesan tersebut lebih mudah di pahami.
21
PENGERTIAN ORIENTALIS ( Fairuz Ahmad )
BAB I: PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sudah menjadi kenyataan bahwa setiap muslim yang beriman menyakini
bahwa al-Qur‟an adalah firman Allah SWT dan menjadi sumber ajaran Islam
yang pertama dan utama. Kitab suci ini menempati posisi sentral, bukan saja
dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga merupakan inspirator,
pemandu, dan pemadu gerakan-gerakan umat Islam1 hingga akhir zaman. Karena
demikian halnya, maka pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur‟an melalui
penafsiranpenafsirannya, mempunyai peranan yang signifinakan bagi maju
mundurnya umat. Penafsiran-penafsiran yang telah ada, baik yang klasik maupun
yang tergolong modern, semuanya mencerminkn perkembangan serta corak
pemikiran bagi penafsirnya.
Ini berarti bahwa tafsir al-Qur‟an berkembanga terus seakan tidak pernah
terhenti. Perkembangan ini sendiri cukup bervariasi, karena setiap zaman
menghasilkan historisitas, penemuan, wacana dan teori penafsiran al-Qur‟an yang
berbeda dengan zaman lainnya. Dalam kajian ilmu, tafsir berbagai periodisasi,
klasifikasi ataupun kronologi interpretasi al-Qur‟an ditawarkan untuk
mempermudah menjelaskan apa itu tafsir al-Qur‟an dan bagaimana
perkembangannya, baik yang dilakukan oleh ulama muslim maupun cendekiawan
Barat, namun usaha-usaha tersebut tidak membuat teori tentang tafsir itu sendiri
final.
22
mendirikan perguruan tinggi yaitu Institut Pengkajian Islam di Universitas McGill
di Montrreal, Canada.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
23
BAB II:PEMBAHASAN
PENGERTIAN ORIENTALIS
24
tempat dia mengumpulkan informasi mengenai agama-agama tua yang
monoteistis itu pastilah pihak kurang terpelajar. Terlebih khusus guru-guru
pembimbingnya dalam bidang Kristen. Kita mungkin kurang bergairah
menyaksikan keterlaluan banyak khayali, kekurangan logika, kemiskinan
pemikiran yang tak dapat di bantah dan banyak hal lainya di dalam al-Qur’an,
tetapi semuanya itu bukanlah efek-efek bagi pihak yang mendengarkan
Muhammad pada masa dulu di saat perhatian mereka terpaku pada satu tujuan.
Bahkan semua itu terlihat baru bagi mereka, tergetar oleh kengerian dan
kegembiraan mendengarkan neraka dan surga. Maka bagi banyak orang yang
berpikiran sederhana seperti itu, kelemahan dalam al-Qur’an tidaklah kelihatan,
karena tekanan tentang soal-soal neraka dan surga itu berpengaruh kuat. Apalagi
mereka cuma mendengarkan kepingan demi kepingan dan dari waktu ke waktu.”
“Soal kini apakah dia (Muhammad) itu seorang penipu yang tiada berprinsip?
Apakah seluruh ra’yu dan wahyu dari pihaknya itu suatu kepalsuan yang sengaja
diatur? Apakah seluruh sistemnya itu suatu rangkaian kelicikan belaka?
25
sisipan-sisipan. Wahyu yang termuat didalamnya berasal dari berbagai tempo,
tempat di depan berbagai individu.”
Dari pandangan Reinhart Dozy di atas itu, tampak bahwa ia mengakui Al-Qur’an,
dengan mengemukakan bukti-bukti yang rasional sekali, bahwa orang-orang pada
masa Nabi Muhammad SAW, memiliki kemampuan ingatan yang kuat, tapi
dibalik itu ia lupa memperhitungkan bahwa ayat al-Qur’an merupakan bagian
bacaan di dalam setiap shalat.
26
bahwa alQuran bersumber dari tradisi Yahudi, karena muncul dalam suasana
polemic dengan Yahudi-Kristen, dan kenabian Muhammad saw. bersumber dari
(meniru) ajaran pendeta Tahudi di Madinah mengenai kenabian Musa.
Untuk melihat pengaruh agama Yahudi dan Kristen secara khusus dalam
al-Qur‟an yaitu pada surah al-Baqarah dan surah Ali-Imran. Dia berpendapat
bahwa kedua surah itu diambil Muhammad saw. dari Kitab Talmud dan Bibel.
Pendapat yang lain menyatakan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah
memberikan bibit pengetahuan pada Muhammad, kemudian dari padanya
diproduksi al-Qur‟an. Dia menurunkan derajat al-Qur‟an sebagai perkataan
Muhammad sedangkan hadis adalah ucapan sahabat. Kepercayaan akan al-Qur‟an
sebagai firman Tuhan hanya dipropagandakan oleh generasi sesudah Muhammad
27
Contoh Pemikiran Abraham Geiger tentang Nabi Muhammad dan al-
Qur’an: Isu klasik yang menarik untuk dibahas kembali adalah soal pengaruh
Yahudi, Kristen, Jahiliyyah dan sebagainya terhadap kemunculan Islam dan isi
kandungan al-Qur’an. Abraham Geiger (1810-1874), adalah yang pertama kali
menggunakan pendekatan pengaruh Yahudi terhadap al-Qur’an. Geiger
berpendapat bahwa al-Qur’an merupakan kitab yang tidak murni, sebab di
dalamnya terdapat berbagai tradisi yang berkembang ketika al-Qur’an diturunkan,
baik itu Yahudi, Nashrani, dan Jahiliyyah. Selain itu, Geiger juga menyatakan al-
Qur’an hanyalah refleksi Nabi Muhammad SAW dari tradisi dan kondisi
masyarakat Arab saat itu. Dari sini, tampak Geiger mengklaim bahwa al-Qur’an
adalah hasil inspirasi Nabi Muhammad SAW. Wahyu yang diturunkan kepada
beliau bukan secara literal, melainkan dalam bentuk ide yang kemudian
dibahasakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam kata lain Geiger memposisikan Yahudi sebagai otoritas yang lebih
tinggiuntuk menilai Islam. Sehingga, ia menganggapbahwa Islam hanya
mengadopsi tradisi semitik yang sebelumnya sudah tersebar di
Arabia. Kesimpulan Geiger ini didapatnya setelah ia melakukan kajian historis-
kritis terhadap al-Qur’an dengan analisis komparatif antaraYahudi dan Islam.
Kajian Geiger ini menginspirasi para orientalis setelahnya seperti Theodor
Noldeke, John Wansbrough, Hartwig Hirschfeld dan lainnya.
Mereka melakukan hal itu secara suka rela dan tidak ada pemaksaan oleh
Khalifah Utsman bin Affan. Ini sekaligus menjustifikasi ketiadaan kebebasan
qira'at dan keharusan untuk berpegang pada riwayat sahabat.
28
riwayat-riwayat yang shohih Membantah pendapat Goldziher dan Jeffery
mengenai lahirnya qira'at, Muhammad Musthofa al-A'zami mengatakan bahwa
"ketika perbedaan muncul-hal ini sangat jarang terjadi- maka kedua kerangka
bacaan (titik dan syakal) tetap mengacu pada Mushaf 'Utsmani, dan tiap kelompok
dapat menjustifikasi bacaannya atas dasar otoritas mata rantai atau silsilah yang
berakhir kepada Nabi Muhammad Saw." Hal ini senada dengan pendapat Shabur
Syahin, menurutnya, "Qiraat pada dasarnya adalah riwayat-riwayat yang berkaitan
dengan cara Nabi Saw dalam membaca alQur'an, baik yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip umum maupun yang berkaitan dengan riwayat-riwayat yang
bersifat parsial. Jadi, tulisan Arab bukanlah penyebab lahirnya perbedaan qira'at.
Akan tetapi adanya perbedaan qira'at sangat membantu untuk mendalami qira'at-
qira'at yang sahih dengan situasinya pada waktu penulisan mushaf utsmani,
misalnya tidak adanya titik dan syakal.
29
Berbagai bantahan dari dunia Islam dikemukakan untuk menangkis
tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh para orientalis. Bantahan-bantahan
tersebut datang dari para cendekiawan-cendekiawan muslim, seperti Fazlur
Rahman, MM.Azami dan lain sebagainya. Di samping itu, penulis juga akan
mengemukakan bantahan terhadap apa yang dituduhkan oleh orientalis tersebut.
Sedangkan mengenai tuduhan bahwa hadits dan isnad itu adalah buatan
umat Islam pada abad kedua, penulis mengutip sesuatu yang dikemukakan Azami.
M. M. Azami telah memaparkan secara rinci tentang bukti adanya tradisi tulis-
menulis pada masa awal Islam. Menurutnya, beberapa sahabat yang telah
melakukan tradisi penulisan hadits, misalnya Ummu al-Mu’minin Aisyah,
Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Amr bin al-’Asy, Umar bin
Khattab dan Ali bin Abi Thalib.
Namun kesadaran umum kaum muslimin untuk menulis ini baru mencuat
ke permukaan setelah terinpirasi oleh kebijaksanaan Umar bin Abdul Aziz, yang
pada periode inilah, pentingnya penulisan hadits Nabi Muhammad SAW baru
terasa. Fenomena ini juga diperkuat oleh statemen orientalis lainnya, seperti Fuad
Seizgin yang telah memberi ulasan tentang problem autentisitas hadits.
Menurutnya, di samping tradisi oral hadits, sebenarnya juga telah terjadi tradisi
tulis hadits pada zaman Nabi Muhammad, kendatipun para sahabat sangat kuat
hapalannya.
30
58 H. Ia juga tidak pernah bertemu Abd Malik bin Marwan sebelum tahun 81 H.
Di segi lain, pada tahun 67 H. Palestina berada dibawah kekuasaan Abd Malik bin
Marwan. Sedangkan orang-orang Bani Umayyah pada tahun 68 H berada di
Makkah. Sumber sejarah juga menunjukkan bahwa pembangunan kubah al-
Shakhra itu baru dimulai tahun 69 H.
31
Darmalaksana mencatat beberapa hal yang dianggap sebagai kekeliruan orientalis
dalam memandang hadits, yaitu:
Washington Irving
Reinhart Dozy
32
ILMU HUKUM DALAM ALQUR’AN (Ahmad ksatria,
Ade mulyadi)
BAB I: PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Al quran merupakan kitab suci terakhir bagi umat islam yang merupakan
pedoman hidup bagi seluruh umat manusia di dunia. Sebagai pedoman hidup,
alquran tentunya memiliki banyak ilmu yang terkandung di dalamnya. Bahkan
bisa dibilang bahwa alquran merupakan sumber dari semua ilmu di dunia. Karena
alquran adalah kitab yang paling sempurna dan diturunkan untuk
menyempurnakan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
Salah satu ilmu yang terkandung di dalam alquran adalah ilmu humaniora.
Ilmu humaniora atau ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya.
Ilmu humaniora memiliki banyak cabang lagi, diantaranya teologi, hukum,
filsafat, sejarah, filologi, lingustik, sastra, seni, psikologi, arkeologi, antropologi,
dan kajian budaya.
Makalah ini akan membahas tentang apa saja ilmu humaniora yang
terkandung dalam alquran. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan
kita semua tentang ilmu humaniora dan dapat menambah ketakwaan kita kepada
Allah swt. Yang telah menurunkan alquran yang menjadi pedoman hidup kita ini.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat disampaikan dari latar belakang yng telah
dijelaskan sebelumnya adalah:
33
Bagaimanakah ilmu sastra yang terkandung dalam alquran?
TUJUAN PENULISAN
Tujuan saya menulis makalah ini adalah :
Secara garis besar, hukum Islam memuat dua hal pokok, yaitu apa yang
harus dilakukan oleh hamba dalam membina hubungannya dengan penciptanya,
dan apa yang harus ia lakukan dalam membina hubungan baik dengan sesama
manusia dan lingkungan sekitarnya. Berhubung dua hal ini memiliki posisi yang
sama, yaitu sebagai realisasi ibadah kepada Allah, maka keduanya perlu dinamai
dengan istilah yang berbeda.
Apa yang pertama biasa disebut sebagai ibadah langsung, mahdah, atau
ibadah murni, karena ibadah macam ini tertuju kepada Allah belaka. Hukum Islam
yang memuat masalah ini disebut fiqih ibadah. Sedangkan ibadah tidak langsung
ini dikenal dengan istilah ibadah ijtima’iyah, ibadah sosial, atau ibadah gairu
mahdah, yang memuat aturan-aturan tentang hubungan antar-manusia. Karenanya,
34
hukum Islam yang berisi tuntunan-tuntunan ini disebut sebagai fiqih muamalah
dalam arti yang luas14 .
35
Di dalam al-Qur'an Allah Swt menampilkan beraneka ragam kisah. Dari
bentuk (shighat) yang berakar dari qasha, yaqashu dan qishashan berjumlah 30
kali dalam berbagai surat dan ayat. Sedangkan bukan kalimat secara langsung kata
yang berakar dari qassha, tetapi ayat tersebut menceritakan peristiwa tersebut
secara langsung terdapat dalam al-Qur'an sebanyak 15 kali., Makkiyah 11 surah
dan Madaniyah 4 surah.
Dari segi waktu Ditinjau dari segi waktu kisah dalam al-Qur'an ada tiga, yaitu:
Kisah hal ghaib yang terjadi di masa lalu. Contohnya:
Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin, atau iblis
seperti diungkapkan dalam (QS. Al-A'raf: 13-14).
Kisah ghaib yang terjadi pada masa yang akan datang. Contohnya:
Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti yang diungkapkan dalam al-
Qur'an surah al-Qari'ah, surah al-Zalzalah, dan lainnya.
36
Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan di neraka seperti di ungkapkan
dalam al-Qur'an surah al-Ghasyiah dan lainnya.
Dari segi materi Ditinjau dari segi materi, kisah-kisah (Qashash) dalam al-Qur'an
ada tiga diantaranya yaitu: Kisah-kisah para nabi terdahulu
Bagian ini berisikan seruan dan ajakan para nabi kepada kaumnya,
mukjizat-mukjizat dari Allah Swt yang memperkuat dakwah mereka, sikap orang-
orang yang memusuhinya, serta tahapan-tahapan dakwah perkembangannya, dan
akibat yang menimpa orang beriman dan orang yang mendustakan para nabi.
Contohnya:
Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad juga disebutkan dalam
Al Qur'an, salah satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah
melakukan penyerbuan ke Makkah yang bertujuan untuk menghancurkan Ka'bah,
yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Contoh yang lainya yaitu:
37
Kisah tentang perang Badar dan Uhud (QS. Ali Imran).
Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang
yang tidak disebutkan kenabiannya. Contohnya:
karena gaya bahasanya yang sangat indah dan tinggi, alquran disebut-sebut
sebagai karya sastra terbaik di dunia. Oleh karena itu alquran adalah pengantar
ilmu sastra yang sangat baik. Banyak kaum muslimin yang dengan tekun
mempelajari kitab suci alQur’an sebagai karya sastra, dan mengungkapkan rahasia
keindahannya dan kemukjizatannya.
38
kalam ilahi yang diturunkan sebagai petunjuk hidup manusia di dunia , bukan
ciptaan manusia.
Bangsa Arab sangat menikmati keindahan ayat demi ayat dalam al-Qur’an,
mereka seakan hanyut dengan keindahan sastranya. Sehingga, merekapun malu
membuat karya sastra seperti yang selama ini mereka bangga-banggakan. Dan
kini karya yang mereka buat terpengaruh dengan al-Qur’an, baik itu dari segi
makna, lafadh, susunan dan gaya bahasa.
Puisi
Puisi pada masa permulaan Islam mempunyai tujuan yang berbeda dengan
masa jahiliyah, jika pada masa jahiliyah tema-tema puisi berkisar tentang
tasybih/ghazal, hammasah/fakhr, madh,rosta’, hijaa’, I’tidhar, wasf, dan ḥikmah,
maka tema-tema puisi pada masa permulaan Islam adalah sebagai berikut:
Natsr (Prosa)
Periode awal Islam merupakan kelanjutan dari priode jahiliyah. Ada tiga
jenis prosa yang berkembang pada masa ini, yaitu: khutbah, kitabah, dan matsal.
Pada masa ini kedudukan puisi mulai tergeser oleh prosa, terutama khutbah. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
15
Ahmad Hashimi. Jawahir al-Adab (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003),hlm. 286-287
39
pembahasan baik sosial politik, pendidikan dan sebagainya. Penjelasan kebijakan
politik dan hukum khalifah.16
Di dalam Hukum Islam, hukum yang memuat masalah ini disebut fiqih
ibadah. Sedangkan ibadah tidak langsung ini dikenal dengan istilah ibadah
ijtima’iyah, ibadah sosial, atau ibadah gairu mahdah, yang memuat aturan-aturan
tentang hubungan antar-manusia. Karenanya, hukum Islam yang berisi tuntunan-
tuntunan ini disebut sebagai fiqih muamalah dalam arti yang luas.
Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang memiliki bahasa yang indah dan
sebagai mukjizat yang digunakan untuk menundukkan kesombongan bangsa
Arab. Sejak al-Qur’an turun, bangsa Arab yang sebelumnya sangat
membanggabanggakan bahasa dan sastranya, kini lumpuh tak berdaya di hadapan
keindahan bahasa al-Qur’an. Bahkan, al-Qur’an sangat berpengaruh terhadap
bahasa dan sastra Arab
16
Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan lintas budaya, (Malang: UIN Malang
Press),hlm.259
40
PENGERTIAN DAN TUJUAN DI TURUNKANNYA
ALQUR’AN ( Farhan nafies, Fajrin fahri )
BAB 1:PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Alhamdulillahi Rabbi Al-Alamin, segala puji bagi Allah Subhanallahu Wa
Ta’ala tuhan semesta alam, yang telah memberikan kepada kami nikmat kesehatan
dan kesempatan hingga kami dapat menyelasaikan makalah kami ini. Sholawat
serta salam kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benerang yang dengan
mukjizatnya kita dapat merasakan hidayahnya yang menjadi pedoman hidup umat
muslim di dunia.
RUMUSAN MASALAH
Pokok serta inti permasalahan dan pembahasan makalah ini ditulis secara runtut
sebagaimana berikut:
41
Isi dan kandungan yang ada di dalam Al-Qur’an
TUJUAN PEMBAHASAN
Mengetahui tujuan diturunkannya al qur’an
17
Artikel “Pengertian Al-Qur’an”, oleh Admin-Yusron,
https://belajargiat.id/author/admin-yusron/ ,2017.
18
Muhammad bin Bahadir Al-Zarkasi, Al-Burhaan fii ‘uluumi Al-Qur’an, Lebanon, Dar al-
Kutb Al-Ilmiyyah, 2011, h.34
19
Pembahasan keummian Nabi, “Muhammad the Illiterate Prophet: An Islamic Creed in
Al-Qur’an and Qur’anic Exegesis”, Edinburgh: Edinburgh University Press, 2002, vol 4, no 1, h.4.
42
Dari sekian banyaknya pengertian mengenai apa itu Al-Qur’an memiliki
inti yang sama yaitu kitab suci pedoman umat islam. Pengertian-pengertian
tersebut diambil dari julukan-julukan Al-Qur’an yang terdapat didalamnya, seperti
Al-Qur’an, Al-Kitab, Al-Furqan, Ad-Dzikr, At-Tanzil. Seperti contohnya saja di
Q.S Asy-Syu’ara ayat 192 yang berbunyi:
Al-Qur’an
Al-Kitab
Al-Furqaan
Ad-Dzikr
At-Tanziil
20
Q.S Asy-Syuaraa’ ayat 192
43
Sedangkan at-tanziil artinya yang diturunkan, maksudnya adalah Al-
Qur’an ini diturunkan kepada Allah SWT kepadda Nabi Muhammad SAW
melalui perantara malaikat Jibriil secara Mutawaatir.
Hukum Syariat
Aqidah
44
tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu
yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT
adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya
terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.22
Akhlaq
adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq dan menjadikan manusia memiliki akhlaq yang baik. Setiap
manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi
laranganNya.23 Dan akhlaq merupakan pembahasan mengenai hubungan manusia
dengan manusia atau habluu-n mina an naas.
Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari
pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau
dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam
ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam.
Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di
bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu
menjalankannya.24
22
Ibid. https://roelwie.wordpress.com
23
Ibid. https://roelwie.wordpress.com
24
https://roelwie.wordpress.com/isi-kandungan-alquran/ .
45
gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan
kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.25
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik
yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang
mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang
baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhbaar.26
Ilmu-ilmu yang tedapat dalam Al-Qur’an teah banyak terkuak dan menjadi
suatu kebenaran yang benar-benar nyata adanya. Mulai dari penemuan atom yang
menjadi unsur terkecil yang ada dimuka bumi, hingga tata surya yang tercantum
di dalam Al-Qur’an memang telah terkuak kebenaranya dan menjadi ilmu
pengetahuan yang kini pelajari di bangku-bangku pembelajaran.
46
banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan
tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi
walaupun tidak di sentuh api, cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada
Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”28
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar”.29
28
Q.S An-Nuur: 35
29
Q.S Al-Baqarah: 23
30
Q.S At-Tahaa: 1-3
47
mengimplikasikan Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, yang akan dbagi
menjadi 3 pembagian, yaitu dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan
keluarga, dan kehidupan bermasyarakat.
Al-Qur'an dan hadis adalah pedoman dan petunjuk arah kehidupan umat
Islam. Jadi merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam untuk mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena barang siapa tidak mau mengambil Al-
Qur'an sebagai pedoman dalam hidupnya maka orang tersebut akan tersesat dan
merugi kelak di akhirat.
48
BAB III: PENUTUP DAN KESIMPULAN
KESIMPULAN
Inti dari pembahasan diatas merupakan isi dari kandunga-kandungan Al-
Qur’an yang berupa hukum-hukum syariat, aqidah, akhlaq, doroangan untuk
berpikir atau ilmu pengetahuan, kisa-kisah, tadzkir, dan ibadah. Yng mana harus
dilaksanakan oleh setiap kaum-kaum muslimin dan muslimat.
PENUTUP
Kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya untukmengimani kitab-kitab
suci serta firman-firmannya, bukan hanya Al-Qur’an, tetapi juga taurat, zabur,
injil beserta nabi-nabi nya. Yang menjadikan semua itu salah satu dari rukun
iman, jika tak sempurna rukun imannya tak sempurna pula islamnya. Serta
menjalankan apa yang dikandung dalam kitabnya yang berbentuk hukum syariat
dan ibadah dan lain-lain, agar makin bertambah iman kita kepada yang maha
Kuasa.
49
MEMAHAMI KAIDAH PENAFSIRAN AlQUR’AN
(Abyan usman, Ibnu khayr ahmad)
BAB I: PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dalam upaya lebih memperdalam suatu ilmu pengetahuan setiap orang
dituntut untuk mengetahui dasar-dasar umum dan kekhasan ilmu pengetahuan
tersebut. Selain itu, ia dituntut pula untuk memiliki pengetahuan yang cukup dan
mendalam tentang beberapa ilmu lain yang berkaitan dengannya. Hal ini
dimaksudkan agar dalam upaya lebih memperdalam pengetahuan tentang ilmu itu,
ia tidak mengalami kesulitan yang menyebabkan pengkajiannya terhadap suatu
ilmu tidak mencapai sasarannya.
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian Kaidah Dan Tafsir
Qowaid al tafsir merupakan kata majemuk: terdiri dari kata qowaid dan
Tafsir.qowaid secara etimologis,merupakan jamak dari kata qo’idah atau kaidah
dalam Bahasa Indonesia. Kata qo’idah sendiri secara semantic,berarti asas, dasar,
pedoman atau prinsip32. Secara Bahasa tafsir mengikuti wazan taf’il berasal dari
kata al-fasr yang berarti menjelaskan atau mengungkapkan.
50
ilmu yang membahas tentang cara mengungkapkan lafadh-lafadh Al-Qur’an,
tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri atau
tersusun, serta makna-makna yang dimungkinkannya ketika dalam keadaan
tersusun serta hal-hal yang melengkapinya.
Secara terminologis terdapat banyak difinisi yang di ungkap oleh para ahli,
seperti Syaikh Az-Zarqani yang mengungkapkan bahwa tafsir adalah “suatu ilmu
yang membahas perihal Al-Qur’an dari segi dalalahnya sesuai maksud Allah
ta’ala berdasar kadar kemampuan manusiawi. Begitu pula imam Al-Qurtubi yang
mengatakan, tafsir adalah penjelasan tentang lafadz”.
Ibn ‘Abbas, yang dinilai sebagai seorang sahabat Nabi yang paling
mengetahui maksud firman-firman Allah, menyatakan bahwa tafsir terdiri dari
empat bagian:
51
dan sebagiannya tidak dapat dipertanggung jawabkan otentisitasnya, tetapi juga
“karena Nabi saw. Sendiri tidak semua menafsirkan ayat Al-Qur’an”. Sehingga
tidak ada jalan lain kecuali berusaha untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an
berdasarkan kaidah-kaidah disiplin ilmu tafsir, serta berdasarkan kemampuan,
setelah masing-masing memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Kelima: tidak memperhatikan konteks, baik asbabun nuzul, hubungan antar ayat,
maupun kondisi sosial masyarakat.
33
M. Quraish shihab, Membumikan al-qur’an jilid 2 (Jakarta : Lentera Hati, 2011), hlm. 642
52
KORELASI KAIDAH TAFSIR DENGAN BAHASA ARAB
Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa arab. Hal tersebut jelas
menunjukkan bahwa keterkaitan antara kaidah tafsir dengan bahasa arab sangatlah
erat. Kaidah tafsir melalui bahasa arab bertujuan untuk memahami makna yang
terkandung di dalam al-Qur’an sehingga secara kebahasaan dapat di mengerti. Hal
ini yang nanti akan berpengaruh pada setiap arti kosakata pada kesatuan ayat.
Misalnya tentang fungsi-fungsi huruf wawu dan perbedaannya dengan tsumma
dan fa’.
Demikian juga makna yang dikandung oleh setiap kata atau bentuk kata
seperti kala 34kini/mendatang (mudhari’), kala lalu (madhy), atau perbedaan
kandungan makna antara kalimat yang berbentuk verbal sentence maupun
nominal sentence.
Contoh ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kaidah tafsir dengan Bahasa Arab,
sebagai berikut:
ْ ه فَأُولَئِكَ يَ ْق َرءُونَ ِكتَابَهُ ْم َواَل يuِ ِس بِإ ِ َما ِم ِه ْم فَ َم ْن أُوتِ َي ِكتَابَهُ بِيَ ِمين
ُظلَ ُمونَ فَتِياًل ٍ يَوْ َم نَ ْدعُوا ُك َّل أُنَا
Artinya: “(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat
dengan imamnya, dan barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan
kanannya Maka mereka Ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak
dianiaya sedikitpun”.(QS.Al-Isra’:71)
Penjelasan:
Kata imam dalam ayat tersebut dipahami sebagai bentuk jamak dari
kata umm yang berarti ibu. Pelajaran yang ditarik dari ayat tersebut, pada hari
kiamat orang akan dipanggil disertai dengan nama ibu. Pemanggilan dengan nama
ibu, bukan nama ayah ini untuk menjaga perasaan Nabi Isa. Ada beberapa ulama
juga yang menjelaskan Kata imamah di dalam ayat ini dipahami sebagai
“pemimpin”, bukan sebagai umm/ibu. Walaupun jika dipahami lebih dalam,
bentuknya adalah plural. Jadi, pada hari akhir nanti orang-orang akan dipanggil
besertakan,pemimpinnya,bukan,ibunya.
34
M quraish shihab membumikan alqur’an jilid dua
53
Kaidah-kaidah tafsir melalui ushul fiqih dijadikan pedoman dalam
menerapkan hukum syari’at islam mengenai perbuatan manusia,yang bersumber
dari dalil-dalil agama yang rinci dan jelas. Adapun tujuan ushul fiqih adalah
menerapkan kaidah-kaidah dan pembahasannya terhadap dalil-dalil terperinci
untuk mendatangkan hukum syari’at islam yang diambil dari dalil-dalil tersebut.35
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
memahami al-Qur’an tidak cukup hanya menggunakan pendekatan bahasa, karena
terkait dengan pesan-pesan nya yang tidak selalu tersurat tetapi juga tersirat yang
membutuhkan ilmu-ilmu yang mendukung. Dalam menafsiri al-
Qur’an pun harus menggunakan kaidah-kaidah atau rumus yang telah ada,
sehingga meminimalisasi penafsiran yang seenaknya. Keterkaitan antara kaidah
penafsiran dengan bahasa arab begitu erat sebab al-Qur’an menggunakan bahasa
arab. Begitu pula 36keterkaitannya dengan ushul fiqh karena penafsirannya
berhubungan dengan pengambilan hukum.
35
Ahmad Izzan,2009,Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an,Humaniora:Bandung.
36
Abd.Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Penafsiran Al-Qur’an, hlm.117
54
belum dibukukan tetapi masih ditulis diatas batu, dipelepah-pelepah kurma sesuai
dengan tersedianya alat-alat tulis pada zaman tersebut
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW?
TUJUAN PEMBAHASAN
Mengetahui pengertian tentang pengumpulan/kodifikasi qur’an
Mengetahui pengumpulan al qur’an pada masa nabi Muhammad dan masa abu
bakar ash shiddiq
55
dan terkadang dimaksudkan sebagai “penulisan keseluruhannya, huruf demi
huruf, kata demi kata, ayat demi ayat dan surat demi surat (penulisan). Yang
kedua ini medianya adalah shahifah-shahifah dan lembaran-lembaran lainnya,
sedangkan yang pertama medianya adalah hati dan dada.
Dari paparan di atas telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur’an sebagai
Kitab Suci kaum muslim dibukukan (dikodifikasi) hingga menjadi mushaf yang
surat-surat, ayat-ayat dan tanda bacaannya tersusun seperti yang sekarang kita
gunakan, telah melalui tahapan-tahapan dan proses yang cukup lama, diantaranya
yaitu tahap pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW,
kemudian melalui proses pembukuan pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shiddiq serta melalui proses penyempurnaan bacaan dan penggandaan Al-Qur’an
yang dilakukan pada masa menjabatnya Utsman bin Affan sebagai Khalifah.37
Masa itu para sahabat dikenal memiliki daya ingat yang kuat dan hafalan
yang cepat. Sehingga pada masa itu banyak sahabat yang hafal Al-Qur’an
diantaranya keempat Khulafaur Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi
37
https://badjangsasak.wordpress.com/2009/11/03/k odifikasi-alquran-dan-
sejarahnya/
38
Mabahits fi ulum al-Qur’an: Manna’ Khalil al-qattan, 2001, hal.118-119.
56
Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darda’, dan
lainnya.
Ayat-ayat Al-Qur’an ketika itu tidak dihimpun dalam satu mushaf, tetapi
ditulis pada sarana yang mudah didapat seperti pelepah korma, bata-bata tipis,
lembaran dari kulit, pecahan batu dan sebagainya. Tulisan-tulisan tersebut
disimpan dirumah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mengangkat beberapa
sahabat untuk menulis, agar setiap wahyu turun langsung dapat ditulis dan bisa
dijadikan dokumentasi. Mereka adalah Abu Bakar, Usman, Umar, Ali, Muawiyah,
Abban ibn Sa’id, Khalid ibn al-Walid, Ubay ibn Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit
ibn Qais dan lain lain.
39
http://imrocemprutz.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sejarah-penghimpunan-al-quran.html
40
http://www.geocities.com
57
peperangan dan menyebabkan banyak sahabat yang hafal Al-Qur’an meninggal di
medan perang.41
41
http://imrocemprutz.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sejarah-penghimpunan-al-quran.html
42
Al-Qaul al-Daqîq fî Sîrah wa ‘Ashr al-Shiddîq, Muassasah al-Risalah Kairo: Ahmad Ahmad
Ghalusy, 2007 hal. 405
43
Al-Mausû’ah al-Qur’âniyyah al-Mutakhashshashah, Kairo: Majelis A’la,. 2009 hal. 205
44
https://danadahlani.wordpress.com/2015/04/05/periodisasi-kodifikasi-al-quran-dari-zaman-nabi-
hingga-era-globalisasi/
45
http://imrocemprutz.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sejarah-penghimpunan-al-quran.html
46
Ibid, hal. 622 no. 4986
58
Setelah seluruh ayat dinyatakan lengkap, perkamen-perkamen manuskrip
yang telah terkumpul tersebut kemudian dijilid menjadi satu dan disimpan di
kediaman Abu Bakar. Al-Qur’an yang terkumpul ini sudah mencakup al-ahruf al-
sab’ah48sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi SAW. Mushaf Abu Bakar
tidak lagi memuat ayat-ayat yang telah dinaskh dan juga catatan tafsir yang ditulis
beberapa sahabat. Urutan ayat dan suratnya pun sudah disesuaikan dengan
petunjuk Nabi, bukan urutan nuzulnya. Mushaf Abu Bakar ini telah diakui
keafsohan dan kevalidannya oleh para sahabat.
Tim penulis ini berhasil menyalin shuhuf dari Hafshah dalam beberapa
jumlah (25H) untuk dikirim ke beberapa daerah Islam untuk dijadikan standar
bagi sealuruh umat Islam. Menurut sebagian pendapat ada lima mushaf standar
selain di tangan Khalifah yang dikirim ke beberapa kota, yakni ke kota Mekkah,
Damaskus, Kuffah, Bashrah dan Madinah. Kemudian diinstrusikan bahwa semua
shuhuf dan mushaf Al-Qur'an selain Mushaf Utsman yang berbeda segera dibakar
atau dimusnahkan. Semua umat Islam menyambut baik dan mematuhi instruksi
ini. Setelah tim selesai menyalin Al-Qur'an, shuhuf Hafsah dikembalikan kepada
Hafsah.49
Yang membedakan antara kedua jenis penghimpunan periode dua dan tiga adalah:
47
Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Dâr al-hadîts, Kairo: Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, 2006
hal. 164
48
Menyambung Laju Peradaban, Kumpulan Esai Mahasiswa Indonesia di Mesir, Kairo:
Informatika, 2012
49
http://ijansuryadi.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-perkembangan-al-quran.html
59
Sementara tujuan penghimpunan Al Qur’an pada masa ustman adalah
menyatukan Al-Qur’an seluruhnya pada satu mushaf, melihat kekawatiran
pertentangan qiro’at dikalangan umat islam yang bisa memecah-belah mereka.
Dengan upaya Ustman bin Affan ini, tampak kemaslahatan umum. Kaum
muslimin lebih terealisir ketika mereka dapat bersatu di bawah satu kalimat dan
perpecahan serta permusuhan dapat dielakan.50
KESIMPULAN
Pengumpulan AL-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW TIdak banyak
mendapatkan masalah, karena ketika Nabi mendapatkan wahyu, para sahabat yang
50
http://imrocemprutz.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sejarah-penghimpunan-al-quran.html
60
telah ditunjuk (diantaranya Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin mas’ud, Muadz bin
Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin Maqal) langsung menghafal dan menulisnya
pada kulit binatang, pelepah kurma, lempengan batu, ataupun pada tulang- tulang
binatang.
61
dari apa yang sedang dibahas pada ayat itu. Karena dibalik turunnya suatu ayat
memiliki sebab dan alasan masing-masing.
Asbāb An-Nuzūl merupakan salah satu pokok bahasan dalam studi Ilmu-
ilmu al-Qur‟an. Ilmu ini memberikan peranan yang sangat penting dalam
menafsirkan al-Qur‟an, bukan hanya untuk memahami suatu ayat, mengetahui
hikmah dibalik penetapan suatu hukum, tetapi juga menginformasikan realitas
sosial-budaya masyarakat pada masa turunnya al-Qur‟an.
Perumusan Masalah
Darimana sumber yang didapat dari Asbāb An-Nuzūl
Tujuan Pembahasan
Agar mengetahui sumber yang dijadikan alasan Asbāb An-Nuzūl
62
Agar memahami fungsi dari Asbāb An-Nuzūl
BAB 2 PEMBAHASAN
Pengertian dari Asbāb An-Nuzūl
Kata asbab an-nuzul merupakan kata majemuk yang terdiri atas dua suku
kata, yaitu asbab dan nuzul. Adapun asbab adalah jamak dari kata sababun yang
artinya sebab. Sedangkan al-nuzul yang artinya turun. Kedua suku kata ini dalam
ilmu gramatika bahasa Arab disebut tarkib al-idhafiy. Makna tekstual dari dua
kataitu adalah sebab-sebab turun.
Dari dua definisi asbabun nuzul yang dikemukakan di atas, dapat di tarik
suatu pengertian bahwa yang menjadi “asbab” itu adakalanya terjadi suatu
peristiwa yang membutuhkan penjelasan hukum, atau adanya suatu pertanyaan
yang di ajukan kepada Nabi saw, kemudian turun suatu ayat untuk menjelaskan
hukum dari peristiwa atau pertanyaan tersebut. Makna peristiwa (waqi‟ah) dalam
definisi di atas dapat dipahami dalam bentuk pertengkaran, kesalahan yang
dilakukan, pujian atas suatu sikap dan pemecahan masalah . Meskipun demikian,
tidak mesti seluruh ayat-ayat al-Qur‟an mempunyai asbabun nuzul.
63
berita lain yang terkait dengan hadis. Oleh karenanya, untuk menentukan validitas
asbabun nuzul diperlukan kritik sanad sebagaimana dalam ilmu hadis, sehingga
akan didapatkan pengetahuan asbabun nuzulyang kuat ataupun yang secara
historis lemah karena sulit dibenarkan oleh fakta-fakta.
Muhammad bin Sirin berkata: “Aku bertanya kepada Ubaidah tentang ayat
dari Al-Qur‟ān. Ia menjawab: “Bertakwalah kepada Allah dan katakanlah yang
benar. Orang-orang yang mengetahui tentang perihal kepada siapa ayat diturunkan
telah pergi”
51
Al-Wahidi, Asbāb Nuzūl Al-Qur`ān (Beirūt: Dār al-Kutub al-„Ilmiyah, 2001), hlm. 11
64
Bentuk redaksi yang menerangkan asbāb an-nuzūl terkadang berupa
pernyataan tegas mengenai sebab dan terkadang pula berupa pernyataan yang
hanya mengandung kemungkinan mengenainya.
Bentuk redaksi pertama ialah jika perawi mengatakan االيةكذا ذي ٌوزول سبت
(sebab turun ayat ini adalah begini), atau menggunakan)تعقيبية فبءkira-kira seperti
“maka”, yang menunjukkan urutan peristiwa) yang dirangkaikan dengan kata
“turunlah ayat”, sesudah ia menyebutkan peristiwa atau pertanyaan. Misalnya, ia
سئل رسول اهلل صلى اهلل عل ًي وatau) begini peristiwa terjadi telah (حدث كذا
:mengatakan )االية فىزل كذا عه سلمRasulullah ditanya tentang hal begini, maka
turunlah ayat ini”. Kedua bentuk tersebut merupakan pernyataan yang jelas
tentang asbāb an-nuzūl dan tidak mengandung pengertian yang lain.
65
Lafal ayat ini secara tekstual menunjukkan bahwa seseorang boleh
melaksanakan salat menghadap kemana saja, tidak diwajibkan baginya untuk
menghadap al-Bait al-Haram baik dalam berpergian maupun di rumah. Akan
tetapi jika ia mengetahui bahwa ayat ini turun bagi orang yang berpergian atau
pun orang yang salat dengan hasil ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya salah tidak
sesuai dengan yang di maksud, maka ia akan memahami bahwa maksud ayat di
atas adalah memberikan keringanan bagi musafir dalam salat sunnah atau
terhadap orang yang berijtihad dalam menentukan arah kiblat, kemudian salat dan
ternyata hasil ijtihadnya salah dalam menentukan arah kiblat. Diriwayatkan dari
Ibnu Umar RA bahwa ayat ini turun berkaitan dengan salat musafir yang sedang
dalam kendaraan dan kendaraan itu mengarah kemanapun.
66
pelaku, masa dan tempatnya, semua itu merupakan faktor-faktor pengokohan
sesuatu dan terpahatnya dalam ingatan. 53
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Asbāb An-Nuzūl merupakan salah satu pokok bahasan dalam studi Ilmu-
ilmu al-Qur‟an. Ilmu ini memberikan peranan yang sangat penting dalam
menafsirkan al-Qur‟an. Dengan Asbāb An-Nuzūl, kita dapat mengetahui latar
belakang turunnya suatu ayat. Tidak semua ayat dalam al-Quran terdapat Asbāb
An-Nuzūlnya dikarenakan terdapat ayat-ayat yang sifatnya hanya sebagai
pembawa kabar saja.
Asbab Al-Nuzûl ini hanya bisa ditentukan berdasar riwayat marfû yang
shahîh dari Rasulullah Saw atau dari sahabat, karena riwayat dari sahabat dalam
permasalahan ini adalah berkedudukan marfu ‟. Sebagian ulamapun ada yang
memasukan riwayat dari tabi‟in sebagi bagian dari sumber rujukan asbabun nuzul
yang bisa dipegang. Dengan mengetahui asbab nuzūl dapat membantu dalam
memahami sebuah ayat sehingga para mufassir pun dapat dengan mudah
menafsirkan suatu aya
DAFTAR PUSTAKA
A'zami (al), M. Musthofa. The Histoy of the Qur'anic Text, ter. Sohirin solihin
dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
53
Asbab Al-Nuzul Dalam Tafsir Pendidikan, Oleh: Rudi Ahmad Suryad
67
Badawi, Abdurrahman. Ensiklopedi Tokoh Orientalis, terj. Amroeni Drajat.
Yogyakarta: LKis, 2003.
Dausri (al), 'Abdullah b. Ibn Baz b. Ali Dzofar. Atsaru Ikhtilafi al-qira'at fi al-
Ahkam al-Fiqhiyyah. Mesir: Daar al-hadyi al-Nabawi, 2005.
Hashimi (al), Ahmad. Jawahir al-Adab. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003.
Syarifudin, Amir dan Ismail Muhammad Syah. (2002). Filsafat Hukum Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wargadinata, Wildana. dan Fitriani Laily. Sastra Arab dan Lintas Budaya.
Malang: UIN Malang Press, 2008.
68
Rahtikawati Yayan,Rusmana Dadan,2013, Metodologi Tafsir al-Qur’an,
(Bandung : Pustaka Setia)
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN,2011, Al Quran Kita: Studi Ilmu, Sejarah, dan
Tafsir Kalamullah, (Kediri: Lirboyo Press)
Tim Forum Karya Ilmiah Raden,2013, Al Qur’an Kita; Studi Ilmu, Sejarah, Dan
Tafsir Kalamullah, (Kediri; Lirboyo Press)
69