Anda di halaman 1dari 3

ANGSA BERTELUR EMAS

Pada zaman dahulu kala, ada sepasang suami istri yang memiliki pekerjaan petani.
Mereka hidup sangat sederhana. Mereka hanya memiliki sedikit sawah dan seekor angsa yang
memenuhi kebutuhan mereka sehari hari. Dan itu dirasa cukup oleh mereka. Mereka sangat
bersyukur dengan kecukupan yang diberikan sang maha pencipta untuk kehidupan mereka

Mereka memiliki seekor angsa yang setiapharinya memberi mereka telur. Mereka sangat
behagia karena memiliki angsa itu. Pada suatu hari, telur angsa yang keluar aneh, petani itu
menemukan telur emas yang keluar dari angsa itu. Dan ia pun kaget aka napa yang dia saksikan.
Petani itu langsung memanggil istrinya dengan sangat senang

“bu, ibu” panggil petani itu

“iya pak ada apa?” ibu menghampiri petani itu

“ibu harus lihat ini bu. Sekarang kita kaya raya bu”

“bapa dapet ini dari mana pak?”

“bapa dapat ini dari angsa kita bu. Dia menghasilkan telur emas untuk kita” dengan penuh rasa
senang, suami istri itupun saling berpelukan. Mereka sangat Bahagia karena kehidupan mereka
seketika berubah. Mereka mampu membeli apapun yang mereka inginkan. Semua yang dulu
tidak bisa dibeli mereka, kini semuanya sangatlah mudah.

Angsa itu terus memberikan telur emas setiap harinya kepada petani itu.

Namun pada suatu hari,petani itu merasa apa yang ia dapat harus lebih lagi. Dan ia
sedang mencari jalan untuk mendapatkan yang lebih dari angsa itu

Sampai akhirnya sang petani mendapatkan ide untuk membelah angsa itu. Dengan tujuan
agar dia mendapatkan emas yang ada didalam tubuh angsa

“bu, lebih baik kita belah dua angsa itu. Kita ambil emas emas yang ada di dalam perut angsa itu.
Aku yakin banget emasitu masih sangat banyak didalam perutnya” ucap petani itu memberi ide

“betul juga pak. Saya juga yakin kita akan semakin kaya jika memiliki semua telur emas dari
perut angsa itu

Karena keserakahan mereka, merekapun menangkap angsa yang telah menghidupi


mereka selama ini dengan telur telurnya. Angsa itu ditangkap dan dibelah oleh sang petani.
Namun ternyata, setelah di belah, didalam tubuh angsa itu tidak ada emas sedikitpun. Dan
akhirnya mereka menyesal karena angsa yang harusnya mereka sayang kini sudah menjadi
bangkai dan tidak akan memberi mereka telur lagi. Mereka sangat menyesal dengan apa yang
mereka lakukan
SI RUSA DAN SI KULOMANG

Pada jaman dahulu di sebuah hutan di kepulauan Aru, hiduplah sekelompok rusa. Mereka
sangat bangga akan kemampuan larinya. Pekerjaan mereka selain merumput, adalah menantang
binatang lainnya untuk adu lari. Apabila mereka itu dapat mengalahkannya, rusa itu akan
mengambil tempat tinggal mereka.

Ditepian hutan tersebut terdapatlah sebuah pantai yang sangat indah. Disana hiduplah
siput laut yang bernama Kulomang. Siput laut terkenal sebagai binatang yang cerdik dan sangat
setia kawan. Pada suatu hari, si Rusa mendatangi si Kulomang. Ditantangnya siput laut itu untuk
adu lari hingga sampai di tanjung ke sebelas. Taruhannya adalah pantai tempat tinggal sang siput
laut.

Dalam hatinya si Rusa itu merasa yakin akan dapat mengalahkan si Kulomang. Bukan
saja jalannya sangat lambat, si Kulomang juga memanggul cangkang. Cangkang itu biasanya
lebih besar dari badannya. Ukuran yang demikian itu disebabkan oleh karena cangkang itu
adalah rumah dari siput laut. Rumah itu berguna untuk menahan agar tidak hanyut di waktu air
pasang. Dan ia berguna untuk melindungi siput laut dari terik matahari.

Pada hari yang ditentukan si Rusa sudah mengundang kawan-kawannya untuk


menyaksikan pertandingan itu. Sedangkan si Kulomang sudah menyiapkan sepuluh teman-
temannya. Setiap ekor dari temannya ditempatkan mulai dari tanjung ke dua hingga tanjung ke
sebelas. Dia sendiri akan berada ditempat mulainya pertandingan. Diperintahkannya agar teman-
temanya menjawab setiap pertanyaan si Rusa.

Begitu pertandingan dimulai, si Rusa langsung berlari secepat-cepatnya mendahului si


Kulomang. Selang beberapa jam is sudah sampai di tanjung kedua. Nafasnya terengah-engah.
Dalam hati ia yakin bahwa si Kulomang mungkin hanya mencapai jarak beberapa meter saja.
Dengan sombongnya ia berteriak-teriak, “Kulomang, sekarang kau ada di mana?” Temannya si
Kulomang pun menjawab, “aku ada tepat di belakangmu.” Betapa terkejutnya si Rusa, ia tidak
jadi beristirahat melainkan lari tunggang langgang.

Hal yang sama terjadi berulang kali hingga ke tanjung ke sepuluh. Memasuki tanjung ke
sebelas, si Rusa sudah kehabisan napas. Ia jatuh tersungkur dan mati. Dengan demikian si
Kulomang dapat bukan saja mengalahkan tetapi juga memperdayai si Rusa yang congkak itu.
(Aneke Sumarauw, “Si Rusa dan Si Kulomang,” Cerita Rakyat dari Maluku

Anda mungkin juga menyukai