Anda di halaman 1dari 4

Administrative Committee on Coordination/Sub Committee on Nutrition (ACC/SCN) tahun

2000, diagnosis stunting dapat diketahui melalui indeks antopometri tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai atau
kesehatan. Stunting yaitu pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.

Pertumbuhan linier dapat dipengaruhi oleh etnis, genetik, hormonal, psikososial, nutrisi,
penyakit kronis, dan faktor lingkungan lainnya. Gangguan pertumbuhan linier akan berakibat
perawakan pendek. Perawakan pendek (short stature) didefinisikan sebagai tinggi badan <P 3
atau -2 SD kurva yang berlaku sesuai usia dan jenis kelamin.

Perawakan pendek dapat disebabkan oleh kondisi patologis atau non patologis sehingga
penting sekali seorang klinisi mengetahui bagaimana melakukan pendekatan klinis pada
kasus-kasus perawakan pendek. Perawakan pendek terbanyak adalah stunting. Stunting
dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin). Oleh karena itu, perlu
ditekankan bahwa stunting merupakan bagian dari perawakan pendek namun, tidak semua
perawakan pendek adalah stunting. Pengukuran tinggi badan sesuai dengan kaidah-kaidah
yang benar secara berkala dan kontinyu dibutuhkan untuk menilai apakah seorang anak
tumbuh normal atau terganggu. Dengan demikian, gangguan pertumbuhan dapat diketahui
apakah patologis atau tidak sehingga dapat ditentukan langkah lanjutan yang diperlukan.
Tidak semua perawakan pendek memerlukan terapi dan rujukan.

Pendekatan diagnosis dalam menghadapi anak dengan perawakan pendek diperlukan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang baik dan
terarah diperlukan agar dapat diketahui etiologi dan menghindari pemeriksaan yang tidak
perlu. Kriteria awal untuk mendiagnosis anak dengan perawakan pendek adalah:

- Tinggi badan <P3

Pemantauan tinggi badan dilakukan secara berkala dan kontinyu, sesuai dengan rekomendasi
yang dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tentang pemantauan tumbuh-
kembang anak. IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur
sampai 5 tahun dapat menggunakan kurva pertumbuhan WHO.
CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO

1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2
tahun), berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis
horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan
panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada
kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga
mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran
perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO

1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-rata


2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini
diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari
garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat
menggunakan tabel berikut ini.
Catatan :

1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal.
Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik
jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau
IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi
lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).

- Kecepatan tumbuh <P25

Fase pertumbuhan anak dibagi atas empat fase yaitu intrauterin, bayi, anak, dan pubertas.
Fase tersebut penting untuk diketahui dengan tujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan
spesifik pada masing-masing fase dan ada atau tidak adanya gangguan pertumbuhan seorang
anak.

- Perkiraan tinggi akhir dibawah tinggi potensi genetic

Perkiraan tinggi akhir berdasarkan mid-parental height dan potensi tinggi genetic

Pemeriksaan penunjang yang sederhana dan menentukan adalah menginterpretasikan data-data


tinggi badan dengan menggunakan kurva pertumbuhan yang sesuai. Oleh karena malnutrisi dan
penyakit kronik masih merupakan penyebab utama perawakan pendek di Indonesia, maka
pemeriksaan darah tepi lengkap, urin dan feces rutin, laju endap darah, elektrolit serum, dan
pemeriksaan usia tulang, merupakan langkah pertama dan strategis untuk mencari etiologi
perawakan pendek. Bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan skrining tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan khusus yaitu kadar hormon pertumbuhan, IGF-1, analisis kromosom, analisis
DNA, dan lain-lain sesuai indikasi.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai