IDENTITAS
1. Program Sajian : Gereja
2. Pokok Bahasan : 2.1. Pengenalan Persekutuaan Gereja
3. Sub Pokok Bahasan : 2.1.1. Remaja mengenal persekutuan
4. Bahan Bacaan/Alkitab : 1 Kor 1: 10-17, Galatia 3: 28
5. Jenjang/ Sub Jenjang : Remaja / Remaja 3
6. Semester : Ganjil /1
7. WaktuPenyajian : 90 Menit
1. Persekutuaan Gereja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Persekutuan adalah hal bersekutu; persatuan;
perhimpunan; ikatan (orang-orang yang sama kepentingannya)
Gereja berasal dari bahasa portugis: Igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: Ekklesia yang
berarti dipanggil keluar (Ek: keluar; klesia dari kata kaleo: memanggil); kumpulan orang
yang dipanggil ke luar dari dunia. Gereja juga dapat diartikan sebagai umat atau lebih
tepatnya persekutuan orang kristen. Lebih lanjut gereja juga diartikan sebagai sebuah
perhimpunan atau pertemuaan ibadah umat Kristen.
Kehadiran umat yang membentuk persekutuan gereja adalah untuk memperstukan semua
orang kristen dan menjalankan tugas gereja yaitu melaksanakan karya Yesus Kristus
melalui mewartakan kerajaan Allah (karya keselamatanNya) kepada seluruh umat. Umat
mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di tengah masyarakat berupa persaudaraan, kerja
sama, dialog, solidaritas, perdamaian, keadilan, kesejahteraan, pengampuan, Kasih dll
(lihat Lukas 4: 18-19)
Dengan demikian persekutuan gereja dibentuk untuk semua orang kristen dengan segala
potensi atau kemampuan yang dianugerahkan Tuhan yang dibantu oleh Roh Allah yang
kudus bekerja sama menolong orang-orang yang mengalami kesulitan, bencana.
Dari gambaran di atas, jelas bahwa sampai saat ini dewan gereja-gereja Prostestan, Gereja
Ortodox Timur, gereja Rusia Ortodox ( Kecuali yang belum bergabung ialah gereja
katolik) Kantor pusat Dewan Gereja Dunia berkedudukan di Jenawa.
c. Tugas PGI
1. Memayungi gereja-gereja di Indonesia menuju terciptanya gereja kristen yang
esa
2. Bersama badan Kristen lain (MAWI) menyuarakan kepentingan umat kristen
dalam relasi dengan pemerintah
3. Membina hubungan dan kerjasama dengan semua umat beragama
4. Ikut berpartisipasi dan melayani dalam era reformasi.
V. LANGKAH2 KEGIATAN
Metode mengajar: Make and Match.
KEGIATAN KEGIATAN PENGASUH KEGIATAN ANAK WAKTU
VI. EVALUASI
1. Jelaskan dengan bahasa sederhana pengertian persekutuan gereja
2. Menguraikan sejarah, DGD, DGA, PGI dan Karismatik
3. Menyebutkan tujuan dan tugas DGD, DGA, PGI dan Karismatik
4. Memberikan contoh keikutsertaan remaja dalam gerakan Oikumenis
VII. KEPUSTAKAAN
I. IDENTITAS
1. Program Sajian : Gereja
2. Pokok Bahasan : Oikumene Semesta
3. Sub Pokok Bahasan : Kerjasama Oikumene dalam membangun Lingkungan
hidup dan masyarakat.
4. Bahan Bacaan/Alkitab : 1 Kor 12-14; Roma 12; Kejadian 2: 15, Imamat 25:1-5
5. Jenjang/ Sub Jenjang : Remaja / Remaja 3
6. Semester : Ganjil /1
7. WaktuPenyajian : 90 Menit
Langkah-langkah Pembelajaran
Metode mengajar: Diskusi
KEGIATA KEGIATAN PENGASUH KEGIATAN ANAK WAKTU
N
Kegiatan Memimpin bernyanyi bersama Bernyanyi bersama-sama 2 menit
awal “LAGU WASMI”
Doa bersama Doa bersama 3 menit
Pembagiaan ke masing-masing sub jenjang
Pengasuh mengabsen Remaja dan Remaja menyatakan kehadiran 70 menit
meminta Remaja menyatakan dengan mengucapkan ayat
kehadiran melalui penyebutan hafalan
Ayat hafalan, sekaligus mencari
tau alasan belum/tidak hadir.
Menyanyikan lagu : … ( dipilih Remaja bernyanyi bersama
Kegiatan Remaja )
inti Berdoa sebelum membaca Alkitab Berdoa mengikuti doa yang
( oleh Remaja) dipandu pengasuh
Membaca alkitab Membaca bacaan Alkitab secara
1 Kor 12-14; Roma 12; Kejadian bergilir
2: 15, Imamat 25:1-5
Apresepsi Pengasuh Sekolah Remaja menyimak dan
1. Minggu menyampaikan mengkritisi
apersepsi sesuai kesepakatan
bersama saat bimbingan
Pengasuh
2. Pengasuh menyampaikan
Pokok Bahasan , Sub Pokok Remaja mencermati dan mencatat
Bahasan dan Tujuan
Penyajian Khusus dari materi
yang akan dibahas pada saat
ini. Kerjasama Oikumene
dalam membangun
Lingkungan hidup dan
masyarakat
V. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian Oikumene
2. Sebutkan bentuk dari Oikumene Semesta
3. Jelaskan peran remaja dalam oikumene semesta
1
John Haba dan Lilis Mulyani, (2001). Nagari Dan Krama Desa. Studi Mengenai Pemilihan Struktur Antara
Prilaku Elit Dan Masyarakat Lokal Di Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB –LIPI)
mungkin memiliki arti yang sama dengan penyebutan “marga” untuk menyebut rumpun keluarga
bagi orang-orang Batak di Sumatera Utara.
Dalam kaitan dengan negeri-negeri atau desa-desa di Maluku maka dapat dijelaskan bahwa
negeri terbentuk dari penggabungan beberapa soa yang masing-masing soa dipimpin oleh Kepala
Soa. Sedangkan Soa merupakan gabungan beberapa matarumah. Menurut Pattikayhatu.J.A.
(1997)2 bahwa Aman atau Hena atau Negeri dibentuk oleh beberapa Soa. Soa sendiri dibentuk
atas penggabungan beberapa rumah tua atau matarumah. Rumah tua atau matarumah adalah
rumpun keluarga yang berasal dari suatu leluhur yang sama berdasarkan garis keturunan
kebapaan atau patrilineal. Selain itu persekutuan matarumah-matarumah yang tergabung dalam
soa maka negeri-negeri di Maluku juga merupakan persekutuan wilayah yang dimiliki oleh
matarumah-matarumah dan soa-soa yang terdapat dalam suatu wilayah negeri.
Dengan demikian, suatu negeri merupakan persekutuan territorial geneologis yang di dalamnya
terdapat Soa yang merupakan gabungan dari beberapa mata rumah. Suatu Negeri adalah
persekutuan teritorial yang terdiri dari beberapa Soa yang pada umumnya berjumlah paling
sedikit tiga (Ziwar Effendi, 1987:31)3.
Seluruh aktifitas adat yang dilakukan oleh Soa/Matarumah selalu terpusat di sebuah rumah adat
yang disebut Baileo. Baileo adalah rumah adat Maluku. Negeri-negeri di Maluku memiliki
arsitektur Baileo yang berbeda, namun fungsinya sama. Baileo dibuat dengan bahan yang kuat,
dan dilengkapi dengan ornamen khas Maluku. Baileo tidak berdinding dan merupakan rumah
panggung, yakni posisi lantainya berada di atas permukaan tanah. Lantai yang tinggi ini
mempunyai makna bahwa agar roh-roh nenek moyang memilii tempat dan derajat yang tinggi
dibandingkan masyarakat. Di rumah adat Baileo terdapat banyak ukiran dan ornamen yang
bergambar dua ekor ayam yang berhadapan dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri dan
kanan. Ukiran tersebut memiliki makna kedamaian dan kemakmuran. Ukiran tersebut dibuat
dengan maksud roh nenek moyang yang menjaga kehidupan masyarakat. Ukiran lainnya
adalah bulan, bintang, dan matahari yang berada di atap dengan warna merah, kuning, dan hitam.
Ukiran tersebut bermakna kesiapan Baileo (sebagai balai) dalam menjaga
keutuhan adat beserta hukum adatnya.
2
Pattikayhattu J.A,1997. Sejarah Asal Usul dan Terbentuknya Negeri-Negeri Di Pulau Ambon. Ambon:
LembagaKebudayaan Daerah Maluku.
3
Ziwar Effendi, 1987.Hukum Adat Ambon-Lease.Jakarta:PT Pradya Paramitha.
Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan masyarakat. Baileo adalah identitas setiap negeri di Maluku selain
Masjid atau Gereja. Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat
upacara adat, sekaligus sebagai balai warga. Sebagai rumah adat, baileo merupakan tempat
pertemuan semua masyarakat adat yang ada pada suatu negeri sesuai dengan Soa/Matarumahnya
masing-masing. Masing-masing Soa yang terdiri dari beberapa fam/marga memiliki tempat
tersendiri di dalam baileo. Bahkan pada negeri-negeri tertentu, ada fam/marga yang tercatat pada
tiang-tiang baileo yang berfugsi sebagai indentitas maupun tingkat dan kedudukan dalam
struktur adat.
Mengetahui fungsi dan makna Soa/Matarumah maupun Baileo, menunjukan pada indentitas dan
kedudukan suatu fam/marga dalam strata sosial maupun adat. Sudah merupakan ciri masyakat
patriakal untuk dikenal dari fam/marga yang merupakan bagian dari Soa/Mataumah sebagai
identitas dirinya.
Kekristenan yang bertumbuh dalam pengenalan diri didalam Kristus Yesus itulah identitas diri
sebagai remaja Kristen ditengah-tengah dunia. Ibarat ID card, kita dikenal berdasarkan ciri
kekristenan yag ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.
VI. EVALUASI
1. Menjelaskan arti Soa/Matarumah dan Baileo !
2. Apa makna Soa/Matarumah dan Baileo bagi remaja dalam mengembangkan
kehidupan sosial dan budaya?
3. Apa makna identas diri sebagai seorang remaja Kristen?
Setelah proses penyajian (pembelajaran) dari satu pokok bahasan selesai, Remaja diharapkan
memiliki kemapuan (kompetensi) berikut : “Mengetahui Kebijaka Perlidungan Anak dan
Hak Anak”
VI. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian anak!
2. Jelaskan pengertian perlindungan anak!
3. Jelaskan bentuk-bentuk perlindungan anak !
4. Jelaskan pengertian hak anak!
5. Jelaskan bentuk-bentuk hak anak!
6. Jelaskan pentingnya perlindungan anak dan hak-haknya !
7. Jelaskan bentuk-bentuk kekerasan yang sering dialami anak dan pencegahannya !
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Alkitab
2. Ajaran Gereja
3. Undang Undang no 23 Tahun 2002 UU no 35 tahun 2014
4. Konvensi PBB untuk HAk-hak Anak
5. Upaya pencegahan kekerasan Kepada Anak, Rabiah Al Adawiah.
https://www.researchgate.net/publication/342932593_Upaya_Pencegahan_Kekerasan_
terhadap_Anak
CONTOH KASUS
SuaraJabar.id - Seorang pria yang bekerja sebagai petugas kesehatan tega mengurung anaknya
sendiri di dalam sebuah tong. Bocah malang itu dibiarkan telanjang serta kaki dan
tangannya dirantai. Bocah berusia 11 tahun itu telah mengalami penyiksaan satu tahun lamanya.
Ia dipasung dan dibiarkan kelaparan di dalam tong tersebut. Kaki anak laki-laki ini sampai
bengkak gara-gara rerpaksa selalu berdiri di dalam tong yang ukurannya sempit. Menyadur The
Sun, Selasa (2/2/2021) kepolisian Brasil berhasil menyelamatkan seorang bocah lelaki yang
dipasung di dalam drum oleh keluarganya sejak usia 10 tahubn Pihak kepolisian berhasil
menyelamatkan korban pada 30 Januari lalu. Ia dievakuasi dalam keadaan kekurangan gizi dan
kelaparan. Bocah ini mengaku sudah tiga hari tidak diberi makan. Berdasarkan keterangan
polisi, bocah lelaki itu dipaksa berdiri di dalam drum setiap hari, bahkan disuruh buang air kecil
dan besar di dalamnya.
I. IDENTITAS
1. Program sajian : Konteks
2. Pokok bahasan : 3.3. Menjaga dan Merawat Kehidupan
3. Sub Pokok Bahasan : 3.3.1. Remaja dan LGBTIQ
4. Bahan Bacaan : Roma 1 : 27
5. Jenjang/ Sub Jenjang : Remaja / Remaja 3
6. Semester : Ganjil /1
7. Waktu Penyajian : 90 Menit
Perubahan yang dialami remaja terjadi pada fisik dan psikis. Selama pubertas, karakteristik
utama adalah terjadinya perkembangan alat kelamin primer dan alat kelamin sekunder.
Perkembangan jenis kelamin sekunder meliputi pengembangan ciri seperti dada dan pinggul
lebih luas pada anak perempuan dan pertumbuhan rambut dan perubahan suara pada anak
laki-laki, dan pertumbuhan rambut diketiak dan disekitar daerah pinggang). Berdasarkan
pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan ciri-ciri utama seseorang memasuki masa
remaja adalah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan dari segi fisik dan psikis yaitu,
perkembangan pada alat kelamin primer dan alat kelamin sekunder, serta perubahan pada
sikap dan perilaku.
2. Pengertian LGBTIQ
LGBTIQ adalah singkatan dari: Lesbian, Gay, Bi-sex, Transgender, Intersexual, Queer.
a. Lesbian adalah orientasi seksual seorang wanita yang hanya mempunyai hasrat kepada
sesama wanita.
b. Gay adalah orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat kepada sesama
pria.
c. Bi-sex adalah sebuah orientasi seksual seorang pria/wanita yang menyukai baik pria
maupun wanita.
d. Transgender adalah sebuah orientasi seksual seorang pria atau wanita dengan
mengidentifikasi dirinya menyerupai pria atau wanita.
e. Interseksual adalah mereka yang secara fisik memiliki dua jenis alat kelamin.
f. Queer adalah sebutan bagi orang yang belum jelas orientasi seksualnya walaupun sering
dianggap aneh bahkan sebagai homoseksual.
Jadi LGBTIQ adalah mereka yang memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan
masyarakat pada umumnya.
3. Ajaran Gereja ( GPM) tentang LGBTIQ
Sikap gereja terhadap warganya yang memiliki orientasi seksual (LGBTIQ) disesuaikan
dengan tiga kategori orientasi seksualnya.
Pertama, orientasi seksual sebagai bagian dari karya penciptaan Allah yang sudah ada
sejak ia dilahirkan. Dalam hal ini, gereja harus mengakui dan menerima mereka
sebagaimana adanya.
Ke dua, orientas seksual yang diakibatkan oleh pengalaman traumatis. Dalam hal ini,
gereja harus mendampingi dengan melakukan pastoral holistik secara intensif untuk
menyembuhkan.
Ke tiga, orientasi seksual yang dimotivasi oleh komersialisasi diri. Dalam hal ini, gereja
menolak perilaku tersebut karena merupakan sebuah tindakan amoral yang bertentangan
dengan iman Kristen. Gereja perlu melakukan pendampingan pastoral transformatif kepada
mereka (Kej. 19; Im. 18:22, 20:13; Rm. 1:26-27; 1 Kor. 6:9-10, 1 Tim. 1:9-10, dan Yud.
1:7, Luk. 5:32; Yoh. 8:7-11; 9:3).)
B. Contoh Sikap sebagai Remaja Kristen terhadap sesama ciptan Tuhan penyandang
LGBTIQ
Karena LGBTIQ terlepas dari dampak yang ditimbulkan, adalam manusia ciptaan Allah
maka adalah suatu kewajiban bagi Remaja Kristen untuk menghargai mereka dengan
keputusan mereka, akan tetapi disisi lain tetap menjaga diri sesuai dengan tujuan
penciptaan Allah yaitu memuliakan Allah dengan menjamin dan memelihara
kelangsungan hidup seluruh ciptaan sesuai rencana Allah.
Memelihara kelangsungan hidup Manusia dengan cara melahirkan keturunan yang
unggul dalam bidang tertentu sesuai kompetensi masing masing remaja agar dapat
terus bertahan sehingga tetap memuliakan Allah Sang Pencipta.
Contoh, Tidak membuli teman yang memiliki kecenderungan sikap agak menyimpang,
dll.
VI. EVALUASI.
1. Jjelaskanlah pengertian remaja dan tahap perkembangannya.
2. Menjelaskan arti LGBTIQ
3. Menerangkan Ajaran GPM tentang LGBTIQ
4. Memberikan contoh berperilaku yang benar selaku Remaja Kristen
VII. DAFTAR PUSTAKA.
1. Alkitab.dan Ajaran GPM
2. https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17886/2/T1_712013086_BAB
%20II.pdf
3. https://www.kompasiana.com/zatihulwanisabrinapanjaitan/5def937dd541df12d57ccb92/f
enomena-lgbt-di-kalangan-remaja?page=all
4. Fenomena LGBT di Kalangan Remaja dan Tantangan Konselor di Era Revolusi Industri
4.0 Yasrial Chandra chandrayasrial@gmail.com STKIP PGRI Sumatera Barat
Rahmawati Wae Rahmawae89@gmail.com IAIN Bukit Tinggi.
5. file:///C:/Users/USER/Downloads/444-Article%20Text-897-1-10-20190714%20(1).pdf
I. IDENTITAS
1. Program sajian : Konteks
2. Pokok bahasan : 3.3. Menjaga dan Merawat Kehidupan
3. Sub Pokok Bahasan : 3.3.2. Remaja dan Disabilitas
4. Bahan Bacaan : Lukas 14 : 12 – 14; Yohanes 9:1-11
5. Jenjang/ Sub Jenjang : Remaja / Remaja 3
6. Semester : Ganjil /1
7. WaktuPenyajian : 90 Menit
II. TUJUAN UMUM PENYAJIAN (TUP)
Setelah proses penyajian (pembelajaran) dari satu pokok bahasan selesai, Remaja diharapkan
memiliki kemampuan (kompetensi) berikut : “ Memahami Menjaga dan Merawat Kehidupan”
III. TUJUAN KHUSUS PENYAJIAN (TKP)
Setelah proses penyajian Remaja diharapkan memiliki kemampuan :
1. Menjelaskan arti disabilitas !
2. Menjelaskan jenis-jenis disabilitas!
3. Menjelaskan etika bergaul dengan para disabilitas!
4. Menjelaskan pandangan remaja terhadap para disabilitas !
IV. URAIAN MATERI
1. Disabilitas
a. Defenisi Disabilitas
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual
atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011
Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas).
Istilah disabilitas berasal dari bahasa inggris yaitu different ability yang artinya manusia
memiliki kemampuan yang berbeda. Terdapat beberapa istilah penyebutan menunjuk
pada penyandang disabilitas, Kementerian Sosial menyebut dengan istilah penyandang
cacat, Kementerian Pendidikan Nasional menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus
dan Kementerian Kesehatan menyebut dengan istilah Penderita cacat.
b. Jenis-jenis Penyandang Disabilitas
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Penyandang
Disabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Cacat Fisik
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh,
antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara. Cacat
fisik antara lain: a) cacat kaki, b) cacat punggung, c) cacat tangan, d) cacat jari, e)
cacat leher, f) cacat netra, g) cacat rungu, h) cacat wicara, i) cacat raba (rasa), j) cacat
pembawaan.
Cacat tubuh atau tuna daksa berasal dari kata tuna yang berarati rugi atau kurang,
sedangkan daksa berarti tubuh. Jadi tuna daksa ditujukan bagi mereka yang memiliki
anggota tubuh tidak sempurna.
Cacat tubuh dapat digolongkan sebagai berikut:
Menurut sebab cacat adalah cacat sejak lahir, disebabkan oleh penyakit,
disebabkan kecelakaan, dan disebabkan oleh perang.
Menurut jenis cacatnya adalah putus (amputasi) tungkai dan lengan; cacat
tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan; cacat tulang punggung;
celebral palsy; cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh orthopedi;
paraplegia.
2) Cacat Mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat bawaan
maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b) gangguan psikiatrik
fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik dan epilepsi.
3) Cacat Ganda atau Cacat Fisik dan Mental
Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus. Apabila
yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu penyandang cacatnya.
Menurut Reefani (2013:17), penyandang disabilitas dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Disabilitas Mental
Disabilitas mental atau kelainan mental terdiri dari:
1) Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan
tanggungjawab terhadap tugas.
2) Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence
Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient)
di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
3) Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi
belajar (achievment) yang diperoleh.
b. Disabilitas Fisik
Disabilitas Fisik atau kelainan fisik terdiri dari:
1) Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tuna daksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang
yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio
dan lumpuh.
2) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam
dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
3) Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
4) Kelainan Bicara (Tunawicara). Tunawicara adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit
bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti
oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motorik yang
berkaitan dengan bicara.
c. Tunaganda (disabilitas ganda)
Tunaganda atau penderita cacat lebih dari satu kecacatan (cacat fisik dan mental)
merupakan mereka yang menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan, misalnya
penyandang tuna netra dengan tuna rungu sekaligus, penyandang tuna daksa disertai
dengan tuna grahita atau bahkan sekaligus.
2. Remaja dan Disabilitas
Masa remaja adalah suatu masa yang kompleks, merupakan masa pencarian jati
diri, penuh dengan gejolak-gejolak emosi, baik yang positif maupun negatif.
Banyak hal menarik jika mengamati perkembangan usia remaja ini. Mulai dari
sifatnya yang ingin mendapatkan perhatian sampai dengan cara bergaul yang tidak
jarang dapat merugikan mereka. Namun, hal ini mungkin saja akan berbeda jika
yang menghadapi adalah remaja yang mengalami disabilitas fisik. Remaja yang
terlahir dan bertumbuh dengan tubuh yang sehat sempurna, tentu menjadi dambaan
setiap insan. Namun ada sebagian di antara mereka yang tidak dapat memperoleh
hal itu lantaran memiliki keterbatasan fisik yang tidak dapat dihindari, seperti
kecacatan atau kelainan pada fisiknya yang secara umum dikenal sebagai penyadang
disabilitas.
Mereka adalah bagian dari diri kita yang harus dihargai walaupun dengan segala
keterbatasan fisik. Untuk itu perlu sikap penerimaan yang positif agar kaum disabilitas
tidak merasa tersisihkan atau terabaikan.
Ada aturan atau etika bergaul yang harus remaja terapkan dalam berinteraksi dengan
kaum disabilitas antara lain :
1. Bertanyalah dulu sebelum membantu.
Apabila sebuah lingkungan aksesibel, mereka biasanya mampu melakukan segala
sesuatu dengan baik. Seorang penyandang cacat dewasa mengharapkan dirinya
diperlakukan sebagai pribadi mandiri. Karenanya, jangan pernah beranggapan
bahwa seseorang itu membutuhkan pertolongan hanya karena ia cacat. Tawarkan
bantuan kita hanya ketika melihat mereka saat membutuhkannya. Lalu, bertanyalah
kepadanya bagaimana kita dapat membantunya sebelum melakukannya.
2. Peka terhadap kontak fisik.
Beberapa di antaranya tergantung pada kedua tangan mereka untuk menjaga
keseimbangan. Memegang kedua tangannya walaupun kita bermaksud
membantunya justru dapat membuatnya kehilangan keseimbangan. Hindarilah
menepuk kepala seseorang atau memegani kursi rodanya, skuter, atau tongkatnya.
Penyandang cacat menganggap alat bantu mereka sebagai bagian dari hak
privasinya.
3. Pertimbangkanlah sebelum berbicara.
Sebaiknya kita langsung kepada mereka, bukan pendamping/penerjemah bahasa
isyaratnya. Ngobrol santai dengan mereka merupakan hal yang baik. Berbicaralah
kepadanya sebagaimana yang kita lakukan juga kepada orang lain. Sebagian
mereka akan merasa kita memprlakukannya mereka bukan sebagai manusia apabila
bertanya tentang kecacatannya.
4. Jangan berasumsi.
Mereka adalah pengambil keputusan terbaik mengenai apa yang dapat/tidak mereka
lakukan. Janganlah mengambil keputusan untuk mereka mengenai bagaimana
mereka terlibat dalam aktivitas tertentu. Mengabaikan seseorang karena berasumsi
tentang keterbatasannya dapat menjadi pelanggaran terhadap hak mereka.
5. Bahasa atau istilah.
Ucapan dan tulisan kita mampu meningkatkan martabat mereka atau malah
sebaliknya. Beberapa kata dan frasa tidak mengenal cakupan yang luas mengenai
kemampuan mereka. Mereka tidak butuh atau tidak ingin dikasihani, dianggap
"istimewa" atau "berani" apabila berhasil menyelesaikan kegiatan/pekerjaan sehari-
hari.
V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN
Metode mengajar: Ceramah/Sharing
KEGIATA KEGIATAN PENGASUH KEGIATAN ANAK WAKTU
N
Kegiatan Memimpin bernyanyi bersama Bernyanyi bersama-sama 2 menit
awal “LAGU WASMI”
Doa bersama Doa bersama 3 menit
Pembagiaan ke masing-masing sub jenjang
Pengasuh mengabsen Remaja Remaja menyatakan
dan meminta Remaja kehadiran dengan
menyatakan kehadiran melalui mengucapkan ayat hafalan
penyebutan Ayat hafalan,
sekaligus mencari tau alasan
belum/tidak hadir.
Kegiatan Menyanyikan lagu : … ( dipilih Remaja bernyanyi bersama
inti Remaja )
Berdoa sebelum membaca Berdoa mengikuti doa
Alkitab ( oleh Remaja) yang dipandu pengasuh
Membaca alkitab Membaca bacaan Alkitab
Lukas 14:12-14 secara bergilir
Apresepsi Pengasuh Sekolah Remaja menyimak dan
Minggu menyampaikan mengkritisi
apersepsi sesuai kesepakatan
bersama saat bimbingan
Pengasuh
Pengasuh menyampaikan
Pokok Bahasan , Sub Pokok Remaja mencermati dan
Bahasan dan Tujuan mencatat
Penyajian Khusus dari materi
yang akan dibahas pada saat
ini.
1. Pengasuh menanyakan 1. Remaja mengkritisi
kepada remaja , tentang apa pernyataan Pengasuh
yang diketahui remaja
tentang disabilitas
2. Pengasuh meluruskan 2. Remaja menyimak
jawaban remaja dan dan menctat bagian yang
Menjelaskan arti disabilitas perlu dan penting.
sesuai uraian materi.
3. Pengasuh menanyakan 3. Remaja berpikir
kepada remaja tentang
dan menjawab sesuai
jenis-jenis disabilitas.
pengetahuan remaja
4. Pengasuh memberikan
pujian/ penghargaan dan
meluruskan jawaban remaja 4. Remaja bersyukur
5. Pengasuh menjelaskan jenis dan mencatat bagian
jenis disabilitas sesuai penjelasan pengasuh.
uraian materi.
6. Pengasuh menjelaskan etika 5. Remaja menyimak
bergaul dengan para dan mencatat.
disabilitas.
7. Pengasuh meminta remaja 6. Remaja
mengkritisi bagian yang menyimak , dan
belum dipahami. mencatat.
8. Pengasuh meminta masing 7. Remaja
masing remaja mengkritisi/ bertanya.
Menjelaskan pandangan
remaja terhadap para
disabilitas ! 8. Remaja menyimak
9. Pengasuh Menjelaskan dan menyampikan
sesuai uraian materi dan pandangannya
meminta remaja mengkritisi
bagian yang belum
dipahami.
10. Pengasuh meluruskan 9. Remaja mencatat
pendapat remaja dan dan menyampaikan
meminta remaja untuk pandangannya.atau
mencatat bagian yang pertanyaan
pnting dari pernyataan
10. Remaja
mencermati , dan
mencatat penjelasan
Pengasuh.
VI. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian ekonomi global!
2. Jelaskan ciri-ciri globalisasi ekonomi!
3. Jelaskan dampak dari globalisasi ekonomi !
4. Jelaskan contoh globalisasi ekonomi !
5. Sebutkan upaya yang dilakukan dalam menghadapi globalisasi ekonomi !
6. Menjelaskan pengaruh globalisasi terhadap peningkatan taraf hidup!
Setelah proses penyajian (pembelajaran) dari satu pokok bahasan selesai, Remaja diharapkan
memiliki kemampuan (kompetensi) berikut : “ Mengembangkan Proses Belajar Kreatif Berbasis
Kearifan Lokal”
VI. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian belajar!
2. Jelaskan hubungan antara keterampilan membaca, menulis dan berpikir kritis!
3. Jelaskan arti model pembelajaran kreatif!
4. Jelaskan arti model pembelajaran berbasis kearifan lokal!