Rekayasa Ide - Kimia Instrumentasi - Kelompok 2
Rekayasa Ide - Kimia Instrumentasi - Kelompok 2
DOSEN PENGAMPU :
AGUS KEMBAREN, M.SI.
Disusun Oleh:
KELOMPOK II
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide yang merupakan tugas dari mata kuliah “Kimia
Instrumen”. Serta terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dosen pengampu
mata kuliah ini,bapak AGUS KEMBAREN, M.SI..yang telah banyak memberikan arahan
mengenai tugas ini pada kelas Kimia dik C 2018.
Dalam memenuhi tugas ini, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang
mungkin tidak kami sadari secara langsung. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan sebagai bentuk perubahan yang lebih baik kepada
kami. Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penyusun khususnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fungsi dan kegunaan Spektroskopi NMR dalam bidang kimia.
2. Mengetahui prinsip yang perlu diketahui dari tata cara penggunaan Spektroskopi NMR
1.4 Manfaat
1. Dengan rekayasa ide ini maka wawasan mahasiswa dalam tata cara penggunaan
Spektroskopi NMR.
2. Memperkuat pemahaman mahasiswa tentang Spektroskopi NMR.
1
BAB II
PEMBAHASAN
• Untuk setiap inti yang memiliki spin, jumlah kedudukan spin adalah tertentu dan ditentukan
oleh bilangan kuantum spin inti I. Bilangan ini adalah tetap untuk setiap inti.
• Untuk inti dengan bilangan kuantum spin I, terdapat kedudukan spin berjumlah 2I + 1 yang
berkisar dengan perbedaan dari + I hingga –I. Kedudukan spin individu sesuai dengan
urutan –I, (-I +1),.....(I-1), I.
Spektroskopi 13C NMR menghasilkan informasi struktur mengenai karbon-karbon dalam sebuah
molekul organik.
Dalam spektroskopi 1H NMR kita bekerja dengan isotop hidrogen alamiah dengan kelimpahan
99,985 %, atom hidrogen alamiah adalah 1H,
sedangkan atom karbon dalam alam 98,9 % adalah 12C, suatu isotop yang intinya tak mempunyai
spin (I = 0).
Karbon -13 hanya merupakan 1,1 % atom karbon yang terdapat di alam ( I = ½).
13
Disamping itu transisi dari paralel ke antiparalel dari sebuah inti C adalah transisi energi
rendah.
2
Spektra 13C NMR hanya dapat diperoleh dengan spektrometer yang sangat sensitif. Kelimpahan
13
C yang rendah akan mengurangi kerumitan spektra 13C dibandingkan spektra 1H NMR.
13
Untuk menentukan spektra C luas di bawah puncak tidak perlu sebanding terhadap jumlah
atom-atom karbon yang ekuivalen, akibatnya spektra 13C tidak dapat di integrasikan.
13 13
Terdapat dua tipe utama spektrum C NMR. Tipe spektrum C NMR off resonansi,interaksi
antar karbon yang berdekatan diabaikan, tetapi karbon dapat berinteraksi dengan proton yang
diikat oleh masing-masing karbon menyebabkan terjadinya spliting yang menunjukkan puncak
(n + 1), n = jumlah H, oleh karena itu sinyal masing- masing karbon dari :
karbon metil (CH3-C) akan muncul 4 puncak
karbon metilen (-CH2-) akan muncul 3 puncak
karbon metil (-CH- ) akan muncul 2 puncak
karbon kuarterner (-C-) akan muncul 1 puncak
Spektrum 13C NMR off resonansi ini memiliki keuntungan, karena langsung dapat membedakan
jenis-jenis karbon, namun akan menjadi sangat rumit apabila banyak terdapat sinyal karbon yang
saling overlap.
Tipe spektrum karbon yang kedua adalah spektrum dekopling-proton 13C, adalah suatu spektrum
dimana 13C tidak terkopling dengan 1H, jadi tidak menunjukkan pemisahan spin-spin.
Dekopling dapat dicapai secara elektronis dengan menggunakan suatu radio frekuensi kedua
terhadap sampel. Energi tambahan tersebut menyebabkan terjadinya interkonversi cepat antara
keadaan spin paralel dan antiparalel dari proton-proton tersebut.
13
Akibatnya sebuah inti C hanya melihat suatu rata-rata dari dua keadaan spin proton dan
isyaratnya tak akan terurai.
Karena tak ada penguraian dalam suatu spektrum dekopling-proton, maka isyarat untuk tiap
kelompok atom karbon yang ekuivalen secara magnetik akan muncul sebagai suatu singlet.
Untuk membedakan jenis karbon, metil, metilen, metin, dan karbon kuarterner digunakan
13
analisis spektrum DEPT C NMR atau NMR dua dimensi (HMQC = korelasi antara proton-
karbon satu ikatan). Ada tiga jenis spektrum DEPT 13C NMR, yaitu :
DEPT 90o = hanya muncul sinyal C-H
DEPT 135o = muncul sinyal CH dan CH3 masing-masing berharga positif, sedangkan sinyal CH2
akan muncul sebagai sinyal berharga negatif.
3
GAGASAN IDE YANG PERNAH ADA DALAM PENGGUNAAN NMR
Identifikasi struktur senyawa sitotoksik dan fungisid dari spons Stylissa flabelliformis
Telah dilakukan penelitian identifikasi struktur senyawa sitotoksik dan fungisid dari
spons Stylissa flabelliformis. Identifikasi senyawa aktif dilakukan menggunakan spektroskopi
UV, MS, 1H-NMR dan 13C-NMR.
Hasil penentuan struktur berdasarkan spektra ultraviolet tampak, massa, proton dan karbon
NMR serta penelusuran pustaka disimpulkan bahwa senyawa aktif sitotoksik dan fungisid dari
spons Stylissa flabelliformis adalah jaspamide. Spons termasuk organisme multiseluler dan
merupakan invertebrata laut dengan tingkat paling rendah. Sebagian besar spons hidup di laut
(80%), sedangkan sisanya hidup di air tawar. Spons dapat ditemukan di semua daerah kawasan
laut dari katulistiwa sampai kutub, di laut dangkal maupun dalam (Hooper, 1997)
Spons Stylissa flabelliformis berwarna merah dengan bentuk tipis dan lunak, permukaan berpori
dengan tonjolan tak beraturan pada seluruh tubuh, bagian dalam tubuh berwarna putih
kekuningan. Klasifikasi spons ini adalah sebagai berikut: Kerajaan Animalia, Divisi Porifera,
Kelas Demospongiae, Anak Kelas Ceractinomorpha, Bangsa Halicondrida, Suku Axenellida,
Marga Stylissa.
4
senyawa aktif menunjukkan adanya 34 karbon dalam struktur senyawa aktif diantaranya 4 atom
karbonil yang downfield terletak pada λ173,99; 172,19 ; 170,03 dan 168,63 ppm. Kompleksitas
puncak di tingkat upfield dapat dianalisis dengan tehnik DEPT (Distortionless Enhancement
trough Polarization Transfer) (Gambar 6), sehingga jumlah –CH3, -CH2, -CH dan karbon
kuartener dapat ditentukan. Dari data spektrum DEPT diketahui tipe karbon yaitu 6 karbon –
13
CH3, 4 karbon –CH2 dan 14 karbon –CH. Dari pengurangan jumlah karbon dari data C-NMR
13
dan C-NMR DEPT tehnik dapat diketahui jumlah karbon kuartener adalah 10. Spektrum 1H-
NMR dalam DMSO-d6
Spektrum 1H-NMR senyawa aktif menunjukkan jenis dan jumlah proton yang terdapat
pada senyawa aktif. Aromatik proton terlihat pada rentang δ 6-8 ppm, proton-proton metil
nampak pada daerah 3 ppm ke bawah, sedangkan proton metilen terlihat pada rentang δ 4-6
ppm.
Data 1H-NMR senyawa aktif yang disusun berdasarkan data spektrum 1H-NMR (Gambar
10) dan data NMR dua dimensi yaitu HMQC, HMBC=Heteronuclear Multiple Bond
Connectivity (Gambar 8) dan COSY= Correlated Spectroscopy (Gambar 9) tidak nampak
adanya perbedaan dengan data jaspamide dari pustaka (Crews et al., 1986; Zabrieskie et al.,
1986 dan Zampella A, et al., 1999) sehingga senyawa aktif diidentifikasi sebagai jaspamide
(Tabel III). Puncak –CH3 pada C34 terletak pada daerah yang lebih downfield karena berikatan
dengan atom nitrogen (s, 2,95 ppm).
5
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah rimpang K. pandurata yang diperoleh dari Surakarta
pada bulan Januari 2012. Bakteri yang digunakan merupakan bakteri isolat klinis meliputi
bakteri Gram positif (Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif
(Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, Shigella
dysentriae, Vibrio cholerae) yang diperoleh dari laboratorium mikrobiologi POLTEKES
Bandung. Media kultur bakteri (Oxoid) Muller Hinton Broth (MHB) dan Muller Hinton Agar
(MHA), NaCl, pelarut organik teknis yang diredestilasi yaitu n-heksana, etil asetat, aseton dan
metanol, kloroform p.a (pro analisis), DMSO p.a, silika gel Merck 60 G, silika gel Merck F254,
pelat KLT aluminium berlapis silika gel Merck 60 GF254, serta pereaksi penampak noda pada
KLT yaitu larutan 1,5% (b/v) Ce(SO4)2 dalam H2SO4 2N. Alat yang digunakan spektrometer
NMR Agilent DD2 yang beroperasi pada 500 MHz (1H) dan 125 (13C), neraca, laminar,
inkubator, autoklav, spektrometer Bio-Rad x Mark.
• Ekstraksi dan Pemurnian
Serbuk rimpang K. pandurata (2 kg) dimaserasi dengan 10 L aseton pada suhu kamar selama 24
jam (3x). Ekstrak aseton hasil maserasi disaring dan filtratnya diuapkan menggunakan rotary
evaporator pada tekanan rendah, menghasilkan ekstrak aseton pekat berupa gum berwarna coklat
sebanyak 256 g. Ekstrak aseton pekat sebesar 20 g difraksinasi dengan KCV menggunakan
campuran eluen n-heksana:EtOAc mulai dari perbandingan 10:0; 9:1; 8:2; 7:3; 1:1; 4:6 dan 0:10.
Isolasi dan identifikasi senyawa
Isolasi komponen kimia rimpang K pandurata dengan menggunakan metode maserasi,
kromatografi kolom cair vakum dan kromatografi radial diperoleh dua senyawa turunan calkon
yaitu panduratin A (1) dan 4-hidroksipanduratin A (2). Berdasarkan penelusuran literatur kedua
senyawa tersebut bukanlah senyawa baru. Senyawa 1 dan 2 diidentifikasi dengan analisis data 1H
NMR (500 MHz) dan 13C NMR (125 MHz) dalam pelarut CDCl3 dan CD3OCCD3.
Data spektrum NMR untuk masing-masing senyawa akan dihitung dengan menggunakan
spektroskopi.
Spektroskopi NMR yang digunakan kemudian berlanjut ke dalam uji SPEKTROSKOPI MASSA
Prinsip dasar kerja spektroskopi massa Spektroskopi massa berfungsi untuk :
6
• mendeteksi dan mencatat nilai massa relative (m/z) dan kelimpahan isotopnya
(%) atau intensitasnya
2.4 Konteks Sosial
Ide yang dikemukakan oleh penulis dapat dipraktekkan oleh para praktikan apabila dalam
praktikumnya dilengkapi dengan Spektroskopi NMR, mahasiswa yang belajar materi Kimia
Instrument terkait spektroskopi NMR akan lebih memahami pengaplikasian dan cara mengelola
datanya , karena perangkat yang diperlukan dapat dipersiapkan secara berkelompok oleh para
praktikan atau mahasiswa. Di zaman era globalisasi pelajar harus diberi bekal pengetahuan
tentang penggunaan tegnologi maupun alat instrument kimia maupun fisika dalam belajar dan
praktikum baik melalui Buku Panduan Praktikum, animasi ataupun video dalam belajar
Praktikum agar belajar materi kimia dan prakteknya akan jadi lebih mudah bagi para pelajar.
7
BAB III
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN
8
BAB IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA
9
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ide yang dikemukakan oleh penulis dapat dipraktekkan oleh para praktikan apabila dalam
praktikumnya dilengkapi dengan Spektroskopi NMR, mahasiswa yang belajar materi Kimia
Instrument terkait spektroskopi NMR akan lebih memahami pengaplikasian dan cara mengelola
datanya , karena perangkat yang diperlukan dapat dipersiapkan secara berkelompok oleh para
praktikan atau mahasiswa. Di zaman era globalisasi pelajar harus diberi bekal pengetahuan
tentang penggunaan tegnologi maupun alat instrument kimia maupun fisika dalam belajar dan
praktikum baik melalui Buku Panduan Praktikum, animasi ataupun video dalam belajar
Praktikum agar belajar materi kimia dan prakteknya akan jadi lebih mudah bagi para pelajar.
5.2. Saran
Semoga rekayasa ide ini dapat digunakan seperlunya dalam menambah wawasan si
pembaca mengenai Spektroskopi NMR
10
DAFTAR PUSTAKA
Crews, P., Manes., l.V and Bohler, M., 1986, Jasplakinolide, a Cyclodepsipeptide from The
Marine Sponges Jaspis sp, Tetrahedron Lett. 27(25) : 2797-2800
Hooper, J.N.A., 1997, Sponge Guide: Guide to Sponge Collection and Identification, pp : 33-38,
version March, Quensland Museum, Brisbane.
Marliyana, S. D., Syah, Y. M., & Mujahidin, D. (2017). Aktivitas antibakteri secara in vitro
terhadap bakteri isolat klinis turunan calkon dari rimpang Kaempferia pandurata.
ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, 13, 41-51.
11