BAB II
PEMBAHASAN
A. Preseptorship
1. Definisi
Perceptor adalah seseorang yang mengajar, meberikan bimbingan, dapat
memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung
pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu
tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan traineer pada peran
barunya.
3. Manfaat Preceptorship
Dalam program preceptorship dapat memberikan manfaat baik kepada
preseptor/ guru preseptee atau murid, ara lulusan yang baru, yaitu:
a. Peningkatan pengalaman preceptee dalam perawatan pasien
b. Peningkatan diri preseptor dalam memecahkan sebuah kasus
c. Peningkatan rasa keercayaan diri ppreceptee
d. Peningkatan wawasan perseptor dalam memberikan bimbingan.
4. Kriteria Preceptor
Tidak semua individu atau medio dapat memiliki kriteria yang sama
sebagai preceptor. Preceptor adalah individu yang mempunyai pengalaman
bekerja minimal 12 tahun di bidang yang sama atau bidang yang yang
masih berhubungan. Keterampilan komunikasi dan kepemimpinan,
kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung
perkembangan profesional merupakan hal terpenting dalam preceptorship.
Secara garis besar kriteria preceptor adalah:
a. Berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya.
b. Berjiwa kepemimpinan.
c. Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik.
d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
e. Mendukung perkembangan profesional.
f. Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran
dalam penerapan model Preceptorship.
g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja
asertif.
h. Fleksibilitas untuk berubah.
i. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.
Komponen Preceptorship
Program preceptorship terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: a.Orientasi
ke tatanan klinis, b.Dukungan dan supervisi di bidang klinis,
c.Pengembangan lebih lanjut dari keterampilan yang berkaitan dengan
ketatanan klinis.
5. Tahap-tahap Preceptorship
a. Awal wawancara:
1) Menjelaskan hasil yang ingin di capai dalam bimbingan.
2) Menjelaskan dukungan dan mekanisme bimbingan.
3) Mengidentifikasi aktivitas dan cara belajar yang akan proses
bimbingan.
b. Wawancara intermediate
Dengan preceptee dan preceptor menentukan:
1) Tinjauan bimbingan dan bukti terdokumentasi.
2) Topik diskusi yang intensif.
3) Dokumen bukti belajar yang sesuai.
c. Akhir wawancara:
1) Mengevaluasi hasil bimbingan.
2) Rencana tahap selanjutnya dari pengembangan profesional.
3) Preceptor memberi feedback atau masukan serta evaluasi selama
interaksi.
4) Mengkaji respons preceptee selama proses bimbingan.
5) Gunakan siklus reflektif untuk belajar dari pengalaman preceptee.
B. Mentorship
1. Definisi
Mentoring adalah pasangan intens dari orang yang lebih terampil
atau berpengalaman dengan orang keterampilan atau pengalaman sedikit,
dengan tujuan yang disepakati oleh orang yang mempunyai pengalaman
lebih sedikit untuk menambah dan mengembangkan kompetensi yang
spesifik. (M Murray and M Owen, 1991).
Mentoring adalah sebuah proses dari rangkaian pembentukan
karakter manusia, dari mentoring akan dihasilkan berbagai hal dan yang
terpenting adalah ketangguhan karakter. Mentoring adalah perilaku –
perilaku atau proses yang dipolakan dimana seseorang bertindak sebagai
penasehat kepada orang lain.
Mentoring merupakan salah satu sarana yang didalamnya terdapat
proses belajar. Orientasi dari mentoring itu adalah pembentukan karakter
dan kepribadian seseorang sebagai mentee (peserta mentoring) karena
adanya seseorang mentor dalam suatu wadah atau organisasi.
Seorang mentor biasanya adalah seorang yang lebih tua dan selalu
lebih berpengalaman, yang membantu dan memandu pengembangan
individu yang lain. Bimbingan seorang mentor ini tidak dilaksanakan
karena adanya maksud untuk keuntungan pribadi.
Mentorship adalah suatu hubungan antara 2 orang yang
memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi,
melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang
didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan,
kepercayaan, penghargaan dan keinginan untuk belajar dan berbagi
(Rolfe-Flett, 2001; Spencer, 1999 dikutip dalam Werdati, 2007).
Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran
dimana mentor mampu membuat mentee yang tadinya tergantung
menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang
diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri
fenomena praktek keperawatan dimana hal ini diharapkan dapat
membangun kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang
merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah (Nurachmach,
2007)
Adapun 5 karakteristik mentorship yaitu sifat hubungan yang
menguatkan dan memberdayakan, menawarkan serangkaian fungsi
menolong/membantu untuk memfasilitasi pembinaan dan memberikan
dukungan, perannya meliputi keterkaitan antara aspek personal,
fungsional dan hubungan, dan tujuan individu (mentee) dan fungsi
penolong ditetapkan oleh individu yang terlibat, serta bisa saling memilih
(siapa mentor dan mente) dan diidentifikasi fase hubungannya. Hal ini
akan memberikan kenyamanan bagi mentor maupun menti dalam
membangun hubungan dan bagi pengembangan diri.
2. Tipe mentoring
Terdapat dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :
a. Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan,
pengajaran, pelatihan dan konseling.
b. Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program – program
terstruktur dimana mentor dan mentee memilah dan memadukan
kegiatan mentoring melalui proses – proses yang bersifat normal.