Anda di halaman 1dari 3

Nama: Anna Santha Theresia Karo

NIM: 200502060
Mata Kuliah: Manajemen Agribisnis

Latihan Soal:

1. Apa yang dimaksud dengan risiko dalam agribisnis?


2. Apa yang dimaksud dengan ketidakpastian dalam agribisnis?
3. Bagaimana hubungan antara risiko dengan return?
4. Apa perbedaan antara risiko harga dengan risiko keuangan dalam agribisnis?
5. Mengapa dalam berbisnis di bidang pertanian timbul kondisi ketidakpastian, sehingga
para investor enggan untuk berinvestasi?
6. Jelaskan pengertian bahwa risiko dan ketidakpastian merupakan faktor eksternalitas!

Jawab:

1. Risiko yang dimaksud dalam agribisnis adalah seperti risiko penurunan produksi
pertanian yang dapat disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, angin topan, gempa
bumi dan bencana lainnya seperti kebakaran, serangan parasit dan penyakit tanaman,
pencurian dan kesalahan dalam penerapan teknik budidaya. Ada juga risiko kehilangan
nilai yang terjadi karena degradasi kualitatif, perubahan harga yang disebabkan oleh
perubahan kondisi pasokan atau perubahan kondisi ekonomi secara umum. Dalam
agribisnis, pelaku dapat menghadapi risiko, seperti risiko produksi (penurunan volume
dan kualitas produk), risiko aset, risiko keuangan, risiko kerugian akibat kecelakaan,
bencana alam dan faktor alam lainnya, kerugian dalam kemitraan dan kerugian akibat
hubungan kerja. Lalu, risiko perubahan harga juga merupakan risiko yang sering kali
terjadi kepada para pelaku sistem agroindustri.
Ada 6 jenis risiko dalam usaha agribisnis, yaitu, risiko produksi, risiko harga, risiko
keuangan/kredit, risk kelembagaan, risiko teknologi, dan risiko personal.
2. Ketidakpastian didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam situasi atau peristiwa masa
depan yang tidak dapat diprediksi dengan pasti. Pengambil keputusan mungkin memiliki
pengetahuan atau tingkat keyakinan tentang kemungkinan yang akan muncul, sehingga
jika berbagai kemungkinan yang akan muncul diberikan kesempatan yang sama, maka itu
bisa dinyatakan sebagai ketidakpastian. Misalnya, karena meningkatnya ketidakpastian,
petani tidak menggunakan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan, sehingga hasil panennya
rendah. Karena ketidakpastian, petani tidak mau mengembangkan usahanya untuk
meningkatkan peralatan dan efisiensi kerja. Ketidakpastian juga berimplikasi pada
manajemen petani.
3. Dapat dikatakan bahwa risiko adalah peluang kemungkinan dimana return yang diterima
tidak sesuai dari yang diharapkan. Dalam hal investasi, kerugian seperti membuang-
buang uang. Risiko berarti kemungkinan hasil yang tidak diinginkan atau yang
berlawanan yang terjadi. Sedangkan return (profitabilitas) adalah keuntungan yang akan
diperoleh atau dapat diartikan sebagai kompensasi. Dalam investasi, kompensasi bisa
dicapai dengan inflasi (kenaikan harga komoditas). Hubungan antara risiko dan return
adalah:
 Berbentuk linier atau searah.
 Semakin tinggi tingkat pengembalian, semakin besar risikonya.
 Semakin besar aktivitas yang kita tempatkan dalam keputusan investasi, semakin
besar risiko yang terlibat dalam investasi tersebut.
 Kondisi linier hanya mungkin terjadi di pasar normal.
4. Risiko keuangan dalam agribisnis adalah dampak yang ditimbulkan oleh cara petani
mengelola keuangannya. Petani harus menjalankan usahanya dengan modal sendiri,
proses produksi membutuhkan waktu dan petani harus mengantisipasi segala
kemungkinan biaya dan risiko yang terjadi sebelum usahanya dapat diproduksi dan
dipasarkan. Yang mengakibatkan potensi masalah arus kas yang diperburuk oleh
kurangnya akses petani ke layanan kredit, layanan asuransi, dan biaya pinjaman yang
tinggi. Begitu pula dengan proses peminjaman yang rumit dapat diklasifikasikan sebagai
risiko keuangan. Sementara risiko harga dapat dipengaruhi oleh perubahan harga
produksi atau input yang digunakan. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah
berjalan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat dikaitkan dengan proses produksi di bidang
pertanian, sehingga kebutuhan
input memiliki harga yang berbeda setiap periodenya. Kemudian adanya perbedaan
permintaan baik di lini konsumsi nasional maupun internasional. Perubahan harga yang
dialami pelaku pertanian akan mempengaruhi minat dan kemauan pelaku untuk
memproduksi jenis komoditas.
5. Karena adanya resiko institusional yang dihasilkan oleh hal yang tak terduga, seperti
perubahan peraturan yang mempengaruhi aktivitas petani. Perubahan peraturan, jasa
keuangan, tingkat pembayaran dukungan harga atau pendapatan dan subsidi secara
signifikan dapat mengubah profitabilitas kegiatan pertanian. Terutama untuk
impor/ekspor rezim dan untuk tunjangan khusus, yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi petani yang dapat membatasi aktivitas produsen dan membebankan
biaya pada produsen.
6. Ketidakpastian dan risiko merupakan faktor eksternal, yaitu dimana hal ini adalah hal
yang sulit dikendalikan oleh produsen (petani). Sumber utama ketidakpastian adalah
fluktuasi produksi (kuantitas dan kualitas), selera konsumen dan fluktuasi harga. Selain
itu, agribisnis juga masih menghadapi risiko iklim dan cuaca yang kurang baik (kering,
banjir atau bencana lain), hama dan penyakit yang mengganas dan iklim usaha yang tidak
kondusif. Namun, karena impor relatif kecil, maka sektor agribisnis masih tetap bisa
tumbuh positif.

Anda mungkin juga menyukai