Anda di halaman 1dari 8

Risiko

usaha tani

Oleh:
Ir. Yusak Maryunianta, MP
RESIKO USAHATANI
Usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai
usahawan yang mengorganisisr lahan atau tanah, tenaga kerja dan
modal yang ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa
berdasarkan pada pencarian pendapatan maupun tidak. Sebagai
usahawan dimana petani berhadapan dengan berbagai permasalahan
yang perlu segera diputuskan. Salah satu permasalahan tersebut adalah
apa yang harus ditanam petani agar nantinya usaha yang dilakukan
tersebut dapat memberikan hasil yang menguntungkan, dengan kata lain
hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah adanya
fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga (Soekartawi, 1993).
PERENCANAAN DAN RESIKO USAHATANI
Sebagai contoh, ketidakpastian akibat fluktuasi hasil pertanian dalam
agribisnis kedelai disebabkan faktor alam seperti hama dan penyakit,
curah hujan yang deras pada saat panen. Sedangkan ketidakpastian
akibat fluktuasi harga disebabkan oeh ketergantungan harga kedelai
lokal terhadap kedelai impor yang terus mengalami perubahan.
PERILAKU PETANI MENGHADAPI RESIKO

Perilaku petani dalam menghadapi resiko terbagi


dalam tiga macam fungsi utilitas (Lyncolin, 1995)
yaitu :
a. Fungsi utilitas untuk risk averter atau orang
yang enggan terhadap resiko
b. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau orang
yang netralterhadap resiko
c. Fungsi utilitas untuk risk lover atau orang yang
berani menanggung resiko
TEORI HUBUNGAN RESIKO DAN PENDAPATAN
 Pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan
pendapatan merupakan bagian yang penting dalam
pengelolaan usahatani. Hubungan ini biasanya diukur
dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan
batas bawah pendapatan. Koefisien variasi atau tingkat
resiko terendah merupakan perbandingan antara resiko
yang harus ditanggung oleh petani dengan jumlah
pendapatan yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah
modal yang ditanamkan dalam proses produksi.
 Koefisien variasi dapat juga digunakan untuk memilih
alternatif yang memberikan resiko paling sedikit dalam
mengharapkan suatu hasil (Kadarsa, 1995).
 Sedangkan batas atas pendapatan menurut Hernanto
(1998), adalah menunjukkan nilai nominal pendapatan
terendah yang mungkin diterima oleh petani.
 Menurut Lipsey (1995) menyatakan bahwa “kurva biaya rata-
rata jangka panjang berbentuk U atau membentuk cawan”.
Biaya yang semakin menurun dan kemudian naik. Perluasan
output dimungkinkan penurunan biaya per unit output. Hal ini
disebut sebagai biaya per unit output atau disebut
keekonomian skala (economic scale). Gambar kurva U sebagai
berikut:
PRINSIP IMPLEMENTASI ASURANSI PERTANIAN
Jika asuransi pertanian akan diterapkan, ada tiga prinsip
asuransi yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Risk spreading dan risk pooling, dimana risk
spreading berarti bahwa individu-individu petani
berbagi resiko yang sama dengan lembaga penyedia
asuransi dan risk pooling berarti bahwa individu-
individu petani yang mempunyai resiko berbeda
menggabungkan resikonya kedalam satu wadah
bersama (common pool).
2. Insurable risks, resiko harus layak secara ekonomis
untuk diasuransikan
3. Rational for buying insurance, artinya membeli
asuransi harus rasional secara ekonomi.
PRAKONDISI PENGEMBANGAN
Kredit UsahaASURANSI PERTANIAN
Tani dan Asuransi Pertanian diharapkan dapat
membantu kehidupan para petani menjadi lebih baik. Prakondisi
yang diperlukan untuk dapat membangun sebuah sistem
asuransi tanaman pada yang rasional bagi petani dan layak
secara ekonomi bagi lembaga penyedia asuransi antara lain:
1. Jumlah petani yang menjadi peserta asuransi harus cukup
besar, yang dapat dicapai dengan mewajibkan petani
penerima kredit usahatani (sekarang Kredit Ketahanan
Pangan = KKP) membeli polis asuransi pertanian.
2. Para petani harus setuju untuk melaksanakan teknologi yang
dianjurkan dan ada jasa bank penyalur kredit yang sekaligus
bertindak sebagai agen penjualan polis/sertifikat asuransi
dan distribusi dokumen klaim dan membayar klaim yang
telah disetujui oleh lembaga penyedia asuransi.
4. Dukungan secara total dari Departemen Pertanian, khususnya
dalam pelaksanaan inspeksi resiko dan penilaian kerugian dan
pengaturan asuransi tanaman padi sawah lebih baik dilakukan
secara terpusat.
5. Tersedianya tenaga ahli yang berpengalaman khusus mengenai
asuransi perrtanian yang harus dimiliki oleh lembaga penyedia
asuransi pertanian, seperti tenaga underwriter, tim inspeksi
resiko, tim agronomi dan tim penilai kerugian.
6. Perlu diadakan uji-coba terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
asuransi secara masal agar dapat dirumuskan model asuransi
yang sesuai dengan kondisi lapangan.
7. Dilakukan studi banding dengan beberapa negara yang sudah
berpengalaman dan berhasil dalam menyelenggarakan
asuransi pertanian baik dengan menggunakan fasilitas internet
atau langsung ke negara-negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai