Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI: MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

MATA KULIAH: ISU DAN MASALAH KEBIJAKAN PUBLIK KONTEMPORER


Dosen Pengampu: Prof. Dr. E. Mulyasa
mulyasa2000@gmail.com

Pertemuan Pertama

Sebuah Pengantar:

A. Pengertian Isu
Isu bisa disamakan dengan rumor, atau desas-desus yang berkembang di masyarakat, atau
dalam sekelompok orang. Isu terjadi ketika sebuah masalah terfokus pada satu pertanyaan
khusus yang mengarah pada pertikaian. Isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau
kebijakan yang dapat di perdebatkan atau mengacu kepada adanya suatu bibit permasalahan
yang kemudian menimbulkan perdebatan. Dengan demikian, isu menjurus kepada adanya
suatu masalah dalam suatu organisasi, lembaga, kelompok yang membutuhkan penanganan.
Dalam Wikipedia dikemukakan bahwa: Isu, rumor, atau desas-desus adalah
suatu konsekuensi terhadap tindakan yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat
menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal
atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislatif atau perundangan.
Menurut Barry Jones & Chase: isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap
diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik korporat
dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas,
isu adalah suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak
ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap organisasi dan berlanjut pada
tahap krisis. Dalam KBBI dikemukkan, bahwa: “isu n 1 masalah yang dikedepankan (untuk
ditanggapi dan sebagainya);  2 cak kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya; kabar angin; desas-desus”.
Isu merupakaan perbedaan pendapat yang diperdebatkan, masalah fakta, evaluasi,
atau kebijakan yang penting bagi pihak-pihak yang berhubungan. Lalu yang terakhir
didefinisikan bahwa isu merupakan sebuah konsekuensi dari tindakan yang diusulkan
seseorang atau pihak lain yang dapat membawa dampak dalam negosiasi pribadi dan
penyesuaian, sipil dan criminal litigasi, atau hal yang dapat menjadi sebuah masalah dari
kebijakan publik melalui legislatif aturan tindakan.
Regester dan Larkin, mengemukakan bahwa sebuah isu mempresentasikan suatu
kesenjangan antara praktek koorporat dengan harapan-harapan para stakeholdernya. Dengan
kata lain, sebuah isu yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau peristiwa, baik di
dalam maupun di luar organisasi, yang apabila dibiarkan akan menjadi efek yang signifikan
pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada target-trget organisasi tersebut di masa
yang akan datang. Di samping itu, kita juga pernah kata rumor, rumor merupakan beragam
informasi dengan berbagai versi yang tidak jelas siapa sumbernya, tidak jelas siapa yang
pertama kali menyampaikannya dan tidak jelas pula kabar atau informasi tersebut
mengandung kebenaran atau tidak., istilah seperti ini sama halnya dengan sebuah gossip,
selentingan atau hoax.

B. Penyebab Munculnya Isu


Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai yang
tengah berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Munculnya sebuah isu dapat disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut ini.
1. Ketidakpuasan sekelompok masyarakat.
2. Terjadinya peristiwa dramatis.
3. Perubahan sosial.
4. Kurang optimalnya kekuatan pemimpin.
Dari uraian di atas, tampak bahwa pengertian isu menjurus pada adanya masalah
dalam suatu perusahaan, organisasi, dan lembaga yang membutuhkan penanganan.
Perusahaan, organisasi, maupun lembaga (pemerintahan dan swasta) tidak pernah
mengharapkan munculnya isu; karena ketika muncul isu dapat dipastikan akan terjadi
kesenjangan perusahaan, organisasi, dan lembaga dengan publiknya.

C. Sumber Isu
Isu bisa bersumber dari internal dan eksternal. Isu internal adalah isu-isu yang
bersumber dari internal organisasi; biasanya hanya diketahui oleh pihak manajemen dan
anggota organisasi. Isu eksternal, yaitu isu-isu yang mencakup peristiwa-peristiwa atau fakta-
fakta yang berkembang di luar organisasi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung
pada aktivitas organisasi.

D. Jenis Isu
Isu dapat dibagi empat jenis: Isu Sensitif, Isu Strategis, Isu Populis, dan Isu
Campuran.
1. Isu Sensitif
Isu Sensitif adalah suatu informasi yang berpotensi menimbulkan kegaduhan masal akibat
'kesalahan' penulis mengolah informasi tersebut. Isu ini menyangkut sentimentalitas publik,
keyakinan religi dan identisas kolektif suatu kelompok, atau berkaitan masalah SARA (Suku,
Agama dan Ras), bencana alam/musibah kecelakaan/tragedi kematian massal, perlakuan
diskriminasi gender, ras, kondisi kesehatan fisik sosok personal, dan lain-lain. Masalah SARA
tak mengenal batas geografis dan ideologis politik namun mampu membuat heboh publik,
polemik dan konflik yang panjang, kegaduhan sosial, bisa melangkahi hukum positif yang
berlaku. Dan bahkan menimbulkan aksi-aksi anarkis di luar nurani dan nalar manusia.

2.Isu Strategis
Isu Strategis adalah Isu-Isu yang berkaitan denga kebijakan suatu otoritas, baik itu lembaga
dan non-pemerintah yang brskala luas (Daerah, Negara, kelompok/komunitas besar). Apa
yang muncul dari Isu strategis tersebut berdampak pada kehidupan publik secara luas,
sehingga Isu tersebut menarik perhatian publik. Contonya adalah Kenaikan harga BBM,
pemberlakuan undang-undang, peraturan, atau perda tertentu.

3. Isu Populis
Isu Populis adalah isu-isu klasik yang sering muncul berkaitan dengan sangkarut dan tren
gaya hidup, tokoh selebritis, hobby, entertainment, perkembangan iptek, produk terbaru dan
lain sebagainya. Jenis Isu ini selalu bisa muncul kapanpun dan bersifat 'rahasia' umum.

4. Isu campuran
Isu campuran merupakan campuran ketiga Isu di atas. Sebuah Isu yang bisa saja bermula dari
Isu Populis berkembang ke arah Isu Sensitif dan Strategis. Publik merasa tidak nyaman,
sekelompok orang/ organisasi masyarakat merasa tersinggung dan marah, Kelembagaan
negara/non pemerintah merasa dilecehkan. Polemik pun memunculkan kekacauan di tengah
masyarakat.

E. Tahapan Isu
Isu dan krisis perbedaannya sangat tipis. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi seorang yang
bergerak dalam bidang pemerintahan sangat penting untuk memahami tahap perkembangan
isu tersebut. Crabel & Vibbert, dan Gaunt & Ollenburger (dalam Kriyantono, 2012);
mengatakan, bahwa: isu sering berubah menjadi krisis melalui beberapa tahap, sebagai
berikut.

1. Tahap Origin (Potential Stage)

Pada tahap ini tidak ada isu yang tampak namun kondisi muncul dengan jelas yang berpotensi
untuk berkembangnya menjadi sesuatu yang penting. Isu terjadi dalam organisasi ketika
kelompok secara signifikan mempunyai permasalahan dalam perkembangannya secara
politik, kebijakan, ekonomi atau tren sosial. Dalam tahap ini harus diketahui apakah ini
termasuk isu yang penting atau tidak. Pada tahap ini, seseorang atau kelompok
mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberi opini. Ini adalah tahap penting yang
menentukan apakah isu dapat dikelola dengan baik atau tidak. Menurut Regester dan Larkin,
pada tahap ini, isu-isu belum menjadi perhatian pakar dan public secara luas, meskipun
beberapa pakar sudah mulai menyadarinya. Kecenderungan yang terjadi harus diidentifikasi
sejak awal.

2. Tahap Mediasi (Mediation Stage)

Pada tahap ini isu telah berkembang dan memberikan pengaruh terhadap organisasi secara
jelas. Organisasi masih dapat menjaga isu tidak berkembang dengan memperhatikan isu-isu
lainnya. Selain itu, organisasi harus mengelola arus informasi dengan memberikan informasi
dua arah yang cukup kepada masyarakat secara aktual dan benar. Pada tahap ini, isu
berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai dukungan public, yaitu ada kelompok-
kelompok yang lain saling mendukung dan memberikan perhatian pada isu-isu tersebut.
Tahap ini disebut juga tahap “emerging” (perkembangan). Mediasi bermakna bahwa orang-
orang atau kelompok yang mempunyai pandangan yang sama saling bertukar pikiran sehingga
membuat isu mulai meluas (amplifikasi). Pada tahap ini, tekanan-tekanan sudah mulai
dirasakan organisasi untuk menerima isu.

3) Tahap Organisasi (Organization Stage)

Tahap organisasi adalah dimana isu sedang berkembang dan menjadi topik pembicaraan yang
berkembang menjadi krisis. Publik akan membentuk jaringan untuk mendesak organisasi
melakukan suatu tindakan terhadap isu yang berkembang ini. Organisasi harus memberikan
penanganan yang cepat dan melibatkan stakeholder. Dalam tahap ini media memiliki peran
yang penting karena kemampuan komunikasi massanya. Organisasi perlu melakukan
pemantauan terhadap media. Diperlukan teknik Media Relations yang baik agar isu dapat
mereda dengan cepat. Tahap ini disebut tahap organisasi, karena public sudah mulai
mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Menurut Hainsworth, tahap ini
dapat dikatakan sebagai tahap krisis. Masing-masing pihak berupaya mempengaruhi
pengambil kebijakan untuk semakin terlibat, sebagai penengah/pemecah masalah yang lebih
memihak pada kelompok tertentu.

4) Tahap Resolusi (Resolution Stage)

Tahap Resolusi mengandung arti adanya anggapan bahwa isu telah selesai. Namun,
organisasi harus terus melakukan pemantauan untuk mencegah isu datang kembali. Pada
dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik, sehingga isu diasumsikan telah berakhir
sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan baru atau muncul
isu baru yang ternyata mempunyai keterkaitan dengan isu sebelumnya atau pada waktu
peringatan saat isu mulai muncul pertama kali

Lebih lanjut, dalam wikipedia dikemukakan tentang manajemen isu, dan pengendalian isu,
yang dapat dimaknai sebagai berikut.

F. Manajemen Isu
Manajemen isu dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Identifikasi Isu
Organisasi melakukan identifikasi dalam isu yang terjadi dengan mencari tahu sumber isu
berasal. Isu dapat diklasifikasikan berdasarkan:

a. Jenis: Ekonomi, sosial, politik, teknologi


b. Sumber respon: sistem bisnis, perusahaan, anak perusahaan, departemen dan industri
c. Geografi: lokal, regional, daerah, nasional, internasional
d. Kepentingan: segera, penting, sangat penting

2. Analisis

Bertujuan untuk menempatkan kepentingan isi isunya. Memanfaatkan pengalaman masa lalu
yang setidaknya memiliki kesamaan terhadap isu saat ini. Dapat dilakukan penelitian secara
kualitatif maupun kuantitatif.

3. Pemilihan Strategi

Tahapan ini organisasi menyiapkan aksi-aksi untuk menghadapi isu. Strategi yang diambil
dapat bersifat reaktif, adaptif dan dinamis.

4. Implementasi Program

Jika organisasi telah memiliki strategi dalam menghadapi isu, implementasikan program yang
telah dibuat dengan segera. Organisasi harus saling bekerjasama untuk menyediakan
dukungan yang maksimal sehingga tujuan dapat dicapai dengan cepat.

5. Evaluasi

Jika program telah dilaksanakan, lakukanlah evaluasi untuk menilai seberapa efektif program
yang telah dilaksanakan. Tetap lakukan monitoring isu untuk mencegah isu kembali
berkembang.

6. Pengendalian Isu
Isu dapat dikendalikan melalui empat tahap sebagai berikut.

a. Fase Kesadaran Diri


Organisasi harus mempelajari isu untuk melakukan penelitian secara terstruktur.

b. Fase Eksplorasi

Dalam fase ini telah adanya kepentingan yang meningkat mengenai isu. Tanggung jawab
khusus telah dibagikan dan pembentukan opini telah dimulai.

c. Fase Pembuat Keputusan

Organisasi telah melibatkan top management untuk mempertimbangkan tindakan dan


memutuskan secara tepat alternatif yang telah didapat.

d. Fase Implementasi

Fase dimana pengambilan keputusan telah dibuat dan telah dianggap tepat dimana selanjutnya
adalah melaksanakannya sesegera mungkin.

e. Fase Modifikasi

Evaluasi terhadap program yang tengah dilaksanakan untuk kemudian menyiapkan program
cadangan sebagai penyesuaian terhadap keadaan yang akan terjadi

f. Fase Penyelesaian

Fase relaksasi bagi organisasi, ketika adanya anggapan bahwa isu telah mereda dan dapat
menjadi positif jika perencanaan telah dilaksanakan dengan baik.

Isu yang muncul biasanya sesuatu yang bertentangan dan dapat menimbulkan
polemik tentang seseorang (individu) atau sebuah organisasi. Isu bisa muncul dalam bentuk
opini, yaitu pernyataan yang bisa dikemukakan melalui kata-kata, isyarat, atau cara-cara lain
yang mengandung arti tertentu. Misalnya, isu berkaitan dengan pemberlakuan suatu undang-
undang (UU) baru, semisal: Omni Buslaw, UU ketenagakerjaan, dan UU penanaman modal
asing. Isu mengenai kebijakan pemerintah terkait kesepakatan regional seperti ASIA
Community. Isu bisa muncul, misalkan berkisar pada nasib tenaga professional lokal sebagai
dampak dari kebijakan ekonomi regional itu. Cara menangani isu tersebut, memunculkan
kajian tentang manajemen isu.
Manajemen isu adalah proses manajemen yang bertujuan membantu melindungi
pasar, mengurangi risiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta mengelola image,
sebagai sebuah aset organisasi, baik untuk kepentingan organisasi itu sendiri maupun
kepentingan stakeholders. Manajemen isu meliputi serangkaian aktivitas yang
berkesinambungan.
Pada tahap pertama, sebuah issue muncul kepermukaan ketika sebuah organisasi atau
kelompok merasa berkepentingan terhadap suatu masalah (atau kesempatan). Sebagai contoh,
terjadi perkembangan tren politik, perubahan undang-undang, ekonomi dan sosial, perubahan
teknologi, dan sebagainya. Dari sudut pandang manajemen, tren harus diidentifikasi sebagai
asal kemunculan isu.
Kedua, menganalisis isu. Yang perlu dicermati, sumber isu bisa dari seorang
individu, bisa pula dari organisasi. Kegiatan pada tahap ini bertujuan, menentukan asal isu
tersebut yang seringkali sulit karena biasanya isu tidak muncul hanya dari satu sumber saja.
Disini, kemampuan riset, kualitatif maupun kuantitatif menjadi sangat penting. Tahap riset
dan analisa awal ini akan membantu mengidentifikasi apa yang dikatakan oleh individu dan
kelompok berpengaruh tentang isu-isu dan memberikan ide yang jelas pada manajemen.
Ketiga, pilihan strategi perubahan isu (Issue Change Strategy Options). Organisasi
tetap berfokus pada sikap lama dan tidak ingin melakukan perubahan (strategi perubahan
reaktif) atau organisasi melakukan strategi perubahan adaptif, yang berlandaskan pada
perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan dialog konstruktif untuk
menemukan sebuah bentuk kompromi atau akomodasi. Terakhir berkaitan dengan pilihan-
pilihan strategi adalah menjadikan organisasi sebagai pelopor pendukung perubahan. Ini yang
disebut dengan strategi dinamis.
Keempat, pemrograman tindakan terhadap isu setelah memilih salah satu dari ketiga
pendekatan di atas sebagai respon terhadap setiap isu, organisasi harus memutuskan kebijakan
yang mendukung perubahan yang diinginkan.
Kelima, yang tidak kalah penting adalah evaluasi. Dibutuhkan riset untuk
mengevaluasi hasil program yang didapat (actual) dibandingkan dengan hasil program yang
diinginkan.
Dinas Kominfo, sebagai badan publik dapat memberikan kontribusi terutama dalam
memantau opini publik yang berkembang, sehingga bisa menjadi referensi bagi manajemen
untuk melakukan kegiatan tahap pertama, mengidentifikasi isu. Selain itu, Dinas Kominfo
pun dapat memperkirakan, apa reaksi publik atas keputusan manajemen terkait dengan
tindakan/langkah-langkah yang akan diambil. Dinas Kominfo pun bisa memberikan
kontribusi untuk menyampaikan informasi kepada manajemen berdasarkan masukan dari
berbagai stakeholders untuk nantinya menjadi data penting manajemen. Terakhir yang tidak
kalah penting dalam kaitan dengan manajemen issue, Dinas Kominfo mengkomunikasikan
keputusan manajemen kepada stakeholder terkait penanganan isu tersebut.
Sejatinya itu semua menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam manajemen isu
yang tantangannya kian kuat, seiring derasnya informasi dalam kekinian. Kepiawaian aparatur
pengelola informasi dan komunikasi publik dalam mengelola isu sebagai sesuatu yang tidak
terbantahkan.
Membiarkan isu menggelinding tentunya menjadi menu yang tidak diingini, terutama
pemerintah. Tidak cukup bagi pemerintah melatih aparaturnya mengelola isu, namun perlu
tindak lanjut membangun struktur bangunan dengan penta helix, di mana unsur pemerintah,
masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha, dan media bersatu membangun
kebersamaan dalam pembangunan, terutama dalam mengelola itu.
Pemerintah mempunyai political power, untuk merumuskan sebuah kebijakan
melalui keputusan, sementara masyarakat atau komunitas disebut sosial power. Dalam hal ini,
masyarakat diharapkan terlibat dalam proses pembangunan. Sementara akademisi,  melalui
kekuatan knowledge power-nya menghadirkan ilmu yang mengantarkan hidup ini lebih cepat,
lebih nikmat, lebih murah, dan lebih berfaedah. Unsur lain yang juga berperan dalam
manajemen isu adalah pebisnis atau pengusaha,  dan yang juga tidak kalah pentingnya adalah
peranan media.

DAFTAR PUSTAKA

Afdhal, Ahmad Fuad. (2008). Tips dan Trik Public Relations. Jakarta: Grasindo.
Mulyasa, E. (2015). Revolusi Mental dalam Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2016). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Asara.
Kriyantono, Rachmat. (2012). Public Relation and Crisis Management: Pendekatan Critical
Public Relations Etnografi Kritis dan Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Regester, Michael, and Judy Larkin (2003). Risk Issues and Crisis Management in Public
Relations. New Delhi: Crest Publishing House.
Wikipedia
https://www.kompasiana.com/pebrianov/560cfa46f29673cd07b9db3e/mengenali-jenis-isu-
sebelum-membuat-artikel?page=all#sectionall.

Anda mungkin juga menyukai