Anda di halaman 1dari 38

Membangun Kemandirian

Industri Farmasi Nasional


Buku Analisis Pembangunan Industri - Edisi II 2021
Membangun Kemandirian
Industri Farmasi Nasional
Buku Analisis Pembangunan Industri - Edisi II 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B. Kondisi Industri Farmasi....................................................................................................... 3
BAB II KINERJA INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL .............................. 8
A. Pertumbuhan PDB................................................................................................................ 8
B. Ekspor dan Impor Industri Farmasi .................................................................................... 13
C. Investasi Industri Farmasi .................................................................................................. 15
BAB III PERMASALAHAN DAN TANTANGAN INDUSTRI FARMASI NASIONAL ................. 20
A. Kemampuan Industri Farmasi Nasional ............................................................................. 20
B. Peran Research and Development Dalam Industri Farmasi............................................... 21
C. Pengembangan Bahan Baku Obat ................................................................................ 28
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 31
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 31
B. Rekomendasi Kebijakan ..................................................................................................... 33

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang sampai dengan tahun 1958, jumlah


Industri farmasi di Indonesia diawali tenaga asisten apoteker mulai
dengan berdirinya pabrik farmasi bertambah dengan jumlah yang relatif
pertama di hindia timur pada tahun 1817, lebih besar. Di tahun ini jumlah
bernama NV. Chemicalien Rathkamp & apoteker mengalami peningkatan yang
Co kemudian NV. Pharmaceutische luar biasa. Apoteker Indonesia juga
Handel Vereneging J. Van Gorkom & Co. bukan hanya berasal dari pendidikan
pada tahun 1865. Dalam kurun waktu 50 dalam negeri saja, tetapi juga dari luar
tahun, Indonesia kemudian meluncurkan negeri.
industri farmasi modern pertama, yaitu 3. Periode 1958-1967.
pabrik kina di Bandung pada tahun 1896. Pada periode ini perkembangan
Walaupun usianya lebih dari satu abad, industri farmasi di Indonesia
namun perkembangan industri farmasi di mengalami peningkatan yang cukup
Indonesia dibilang relatif lebih lambat signifikan, karena dikeluarkannya
dibandingkan negara lainnya. Undang-Undang Penanaman Modal
Perkembangan industri farmasi mulai Asing (PMA) pada tahun 1967 dan
mencuat pada masa kemerdekaan. Undang-Undang Penanaman Modal
Tenaga apoteker pada masa penjajahan Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1968.
umumnya berasal dari Denmark, Austria, Undang-undang inilah yang telah
Jerman dan Belanda. mendorong perkembangan industri
farmasi Indonesia hingga saat ini.
Dalam perkembangannya, secara Dewasa ini, industri farmasi di
ringkas industri farmasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu
mengalami beberapa tahapan periode industri yang berkembang cukup pesat
sebagai berikut: dengan pasar yang terus berkembang
1. Periode Masa Penjajahan. dan merupakan pasar farmasi
Periode ini dapat dikatakan sebagai terbesar di kawasan ASEAN.
tonggak sejarah kefarmasian di Namun sayangnya dengan peraturan
Indonesia. Hal ini diawali dengan dalam undang-undang penanaman
pendidikan asisten apoteker semasa modal tersebut, industri farmasi
pemerintahan Hindia Belanda. masih menghadapi berbagai hambatan
2. Periode Setelah Kemerdekaan. yang cukup berat. Hal ini disebabkan
Setelah dijajah lebih dari 3,5 abad, karena adanya sistem penjatahan
industri farmasi mulai berkembang bahan baku obat, sehingga industri
setelah kemerdekaan Indonesia. yang dapat bertahan hanyalah industri
Periode setelah perang kemerdekaan yang memperoleh bagian jatah bahan

1
baku, atau mereka yang mempunyai dalam JKN, dan bahkan sebagian
relasi kuat dengan luar negeri. obat-obatan ini kemudian disediakan
secara gratis untuk warga negara
4. Periode Tahun 1980
yang memenuhi syarat saat berobat.
Melihat keterpurukan yang sempat
terjadi dalam industri farmasi, Akibatnya, jumlah pasien JKN terus
Pemerintah mengeluarkan Peraturan meningkat pesat sedangkan jumlah
Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 pasien yang menanggung biaya
tentang perubahan atas PP No. 26 pengobatannya sendiri justru menjadi
Tentang Apotek. Juga mengeluarkan cenderung stagnan. Walaupun pada
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun akhirnya banyak pasien yang akhirnya
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. lebih memilih menanggung biaya
Tak hanya itu, Pemerintah juga kesehatan sendiri karena tak ingin
mengeluarkan peraturan yang berlama-lama menunggu saat
mengatur tentang pemberian izin memanfaatkan JKN.
Apotek. Peraturan ini terus berubah
6. Perkembangan Industri Farmasi di
mulai dari UU No.3/1953 tentang
Saat Pandemi Covid-19
pembukaan apotek sampai dengan
Wabah COVID-19 ini sebenarnya
Keputusan Menteri Kesehatan
menciptakan peluang untuk
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
mendorong produksi farmasi dalam
perubahan PERMENKESRI
negeri. Namun akibat ketergantungan
No.922/Menkes/PER/X/1992 tentang
pada bahan baku impor yang sekitar
ketentuan dan tata cara pemberian
60 persennya diimpor dari Cina, maka
izin apotik sesuai dengan
pandemi Covid 19 justru menurunkan
perkembangan dunia bisnis dan ilmu
produksi industri farmasi Indonesia
serta teknologi yang berkembang saat
hingga 60 persen di bulan Mei 2020.
itu.
Efek positif pandemi Covid-19 bagi
5. Periode 2014 – sekarang industri farmasi adalah adanya
Diluncurkan Jaminan Kesehatan relaksasi aturan yang sangat
Nasional (JKN) pada tahun 2014, sejak membantu industri farmasi.
tahun 2014 pasar farmasi Indonesia
Pandemi COVID-19 yang terjadi mulai
mengalami evolusi secara signifikan.
awal tahun 2020 menjadikan
Karena sebenarnya JKN dinilai cukup
kebutuhan akan vitamin, suplemen
mengganggu industri farmasi dalam
dan obat herbal untuk meningkatkan
negeri, meskipun mampu memperluas
daya tahan tubuh secara umum
cakupan pasar dan menyediakan
meningkat, sehingga industri farmasi
akses layanan dan perawatan
yang bermain di sektor tersebut
kesehatan bagi masyarakat luas. Hal
memperoleh pertumbuhan yang cukup
ini disebabkan karena pemerintah
besar, ditandai dengan PDB Industri
menetapkannya harga yang cukup
Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
ketat untuk obat-obatan yang diterima
yang tumbuh paling tinggi di antara 15

2
(lima belas) kelompok Industri 2016 menjadi 14 industri di tahun 2019.
Pengolahan Nonmigas pada 2020, Dari seluruh industri tersebut terbagi
yaitu mencapai 9,39% (yoy), menjadi tiga jenis perusahaan yaitu
pertumbuhan ini juga meningkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar swasta domestik dan Multi-National
8,48% (yoy). Kontribusi Industri Kimia, Company (MNC), di mana sebagian besar
Farmasi dan Obat Tradisonal juga merupakan perusahaan swasta
meningkat pada 2020 sebesar 10,75% domestik.
terhadap PDB Industri Pengolahan
Nonmigas dibanding kontribusi Garafik 1.
Jumlah Industri Farmasi dan
sebesar 9,56% di tahun 2019. Pertumbuhan PDB Industri Farmasi
Sepanjang tahun 2020, permintaan (2015-2019)
komoditas farmasi dan alat kesehatan 240 20

mengalami peningkatan signifikan 230


15,9
sebagai respon dari masyarakat 230
16
223
maupun pemerintah untuk 220
mengantisipasi dan mengatasi 11,3 215 12

Pandemi COVID-19. Peningkatan 210 9,0

penjualan tertinggi yaitu pada 209


6,9 8
198
komoditas personal protective 200
4,5
sebesar 50,3% dari sebelumnya hanya 4
190
sebesar 0,1%. Sedangkan peningkatan
permintaan terbesar komoditas 180 0

kesehatan yaitu untuk masker sebesar 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Industri Farmasi Pertumbuhan Industri Farmasi
12,6%, hand sanitizer 3,1% dan hand
soap 2,1%. Sumber: Kementerian Kesehatan, BPS

Sementara itu, dengan jumlah penduduk


sebesar 270 juta jiwa, merupakan yang
B. Kondisi Industri Farmasi terbesar di Asia Tenggara dan menjadi
Industri Farmasi di Indonesia memiliki terbesar keempat dunia, Indonesia
peluang yang besar untuk tumbuh, memiliki ukuran pasar farmasi yang
ditandai dengan semakin bertambahnya sangat besar. Indonesia merupakan
jumlah industri farmasi di Indonesia, di pangsa pasar farmasi terbesar di
mana dalam periode 5 tahun terakhir kawasan ASEAN, yaitu mencapai 27,8%
(2015 – 2019), industri farmasi dalam dari total pangsa pasar ASEAN atau
negeri telah bertambah sebanyak 132 mencapai USD 5,93 miliar pada tahu 2014.
industri baru, yakni dari sejumlah 198 Secara global pasar farmasi dikuasai
industri pada tahun 2015 meningkat oleh negara maju seperti Amerika
menjadi 230 industri pada tahun 2019, Serikat, Jepang, Tiongkok, serta negara-
sedangkan industri bahan baku obat juga
meningkat dari sejumlah 8 industri pada

3
Grafik 2.
Pasar Farmasi Terbesar Dunia (USD Miliar)
350
316
300

250

200
17

150

99
100
7
6 5
50 3
16
6 4
0

Pasar Farmasi (USD miliar) Pengeluaran Kesehatan (% GDP)

Sumber: Business Monitor International, 2014

negara di kawasan Eropa, sedangkan peningkatan yaitu dari Rp. 65,9 triliun
pasar farmasi Indonesia berada di pada 2016 menjadi Rp. 88,36 triliun pada
peringkat ke-26 dunia. 2019 menunjukkan meningkatnya
permintaan dan konsumsi terhadap obat-
Sementara 73% pangsa pasar farmasi
obatan. Hal ini disebabkan karena
nasional didominasi oleh perusahaan
kesadaran masyarakat Indonesia yang
farmasi lokal. Kondisi ini merupakan hal
terus meningkat tentang pentingnya
yang sangat membanggakan karena
kesehatan dan perlunya obat-obatan.
hanya satu-satunya negara di kawasan
Selain itu juga didorong oleh peningkatan
ASEAN di mana perusahaan lokal
pendapatan masyarakat kelas menengah
mendominasi pangsa pasar. Negara lain
yang juga meningkat, yang meningkatkan
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand
daya beli mereka terhadap obat-obatan
pangsa pasar farmasinya dikuasai oleh
dan suplemen kesehatan. Pasar sektor
Perusahaan Asing/Multi-National
farmasi diperkirakan juga akan terus
Company.
meningkat beberapa tahun mendatang
Mengingat obat-obatan (farmasi) dengan adanya implementasi Jaminan
merupakan kebutuhan utama dengan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia
tingkat urgensi kebutuhan yang tinggi, Sehat (JKN-KIS). Program ini terus
sehingga kebutuhan terhadap produk ditingkatkan untuk menjangkau
farmasi akan meningkat seiring dengan masyarakat luas dan ditargetkan akan
bertambahnya jumlah penduduk dan memberikan jaminan kesehatan bagi
tidak terpengaruh dengan pasang seluruh masyarakat Indonesia, sehingga
surutnya kondisi ekonomi di suatu jumlah peserta JKN-KIS akan semakin
negara. Tren total market share sektor bertambah dari tahun ke tahun. Dengan
farmasi di Indonesia mengalami bertambahnya kepesertaan, maka

4
Grafik 3.
Konsumsi Obat Negara-Negara ASEAN (USD/Kapita)
250
235,1

200

149,2
150

100

73,8
66,1
50 41,2
33,1
23,2
14,9 14,4
7,2
0

Brunei Singapura Malaysia Thailand Vietnam Filipina Indonesia Kamboja Laos Myanmar
Darussaslam

Sumber: Business Monitor International, 2014

permintaan obat-obatan juga meningkat pertumbuhan industri farmasi Indonesia


untuk memenuhi kebutuhan pasar. di masa mendatang. Berdasarkan potensi
tersebut, Industri Farmasi Indonesia
Indonesia diperkirakan masih
berada pada posisi ke 20 besar di dunia
mempunyai pertumbuhan yang cukup
pada tahun 2017 serta diperkirakan
tinggi di sektor farmasi, mengingat
meningkat pada posisi ke 19 pada tahun
konsumsi obat per kapita Indonesia
2020.
paling rendah di antara negara-negara
ASEAN. Rendahnya konsumsi obat per Secara global, perdagangan produk
kapita Indonesia tidak hanya disebabkan farmasi dunia terus mengalami
karena rendahnya daya beli tapi juga pola peningkatan, selama 4 tahun (2016-2019),
konsumsi obat di Indonesia berbeda ekspor produk farmasi seluruh dunia
dengan di negara-negara ASEAN lainnya. menunjukkan tren peningkatan 7,8% dari
Di Malaysia misalnya, pola penggunaan USD 492 miliar pada tahun 2016 menjadi
obat lebih mengarah pada obat paten. USD 611 miliar pada tahun 2019. Pasokan
Harga obat paten jauh lebih mahal produk farmasi di pasar dunia didominasi
dibandingkan dengan harga obat branded oleh negara-negara Eropa dan Amerika
generic. Serikat. Negara-negara Eropa Barat
menguasai perdagangan farmasi secara
Dengan makin membaiknya pendapatan
dominan, hal ini dikarenakan banyaknya
per kapita dan sistem jaminan kesehatan
pemain di sektor farmasi yang berasal
Indonesia yang semakin berkembang,
dari kawasan tersebut, seperti Swiss,
maka nilai peredaran obat di Indonesia
Belanda dan Belgia, kemudian baru
akan besar. Keadaan ini tentu akan
diikuti Amerika Utara dan Asia. Tiongkok
mempunyai korelasi positif dengan

5
dan India merupakan dua big player Asia produk di Uni Eropa dan Amerika Serikat
berdasarkan pangsa pasar jumlah cukup tinggi dan memberikan tambahan
volume produk farmasi. biaya yang tidak sedikit. Uni Eropa sudah
memiliki like standards dengan Amerika
Pada tahun 2019, sepuluh negara
Serikat sehingga Uni Eropa dapat
eksportir produk farmasi terbesar
mengembangkan pasarnya dengan pesat
memasok sekitar 77% dari total
di antar Uni Eropa sendiri dan di pasar
permintaan dunia. Jerman menduduki
Amerika Serikat.
peringkat pertama dengan nilai ekspor
sekitar USD 89,6 miliar pada tahun 2019, Peningkatan penjualan farmasi dunia
kemudian disusul Swiss dan Amerika juga didukung oleh data IQVIA
Serikat, dengan nilai ekspor masing- (perusahaan yang menyediakan data dan
masing USD 83,0 miliar dan USD 53,6 analitik untuk industri kesehatan), yang
miliar. Big player Asia yaitu India dan menunjukkan bahwa penjualan farmasi
Tiongkok masing-masing berada di dunia meningkat sebesar 4,6% selama
peringkat 11 dan 15 dengan kontribusi periode 5 tahun terakhir (2016-2020), dan
2,7% dan 1,5%. Sedangkan Indonesia diperkirakan akan terus meningkat
hanya menguasai kurang dari 0,1% mencapai USD 1,6 triliun pada tahun 2025.
pangsa pasar dunia atau sebesar USD Pertumbuhan pasar farmasi ini
556 juta pada 2019, dan menunjukkan tren disebabkan oleh berbagai macam
penurunan ekspor produk farmasi ke permintaan akan kesehatan dunia,
seluruh dunia sebesar 0,8% selama 2016- peningkatan kelayakan hidup di dunia
2019. Keadaan ini menyebabkan juga mengakibatkan peningkatan
Indonesia hanya menempati urutan ke- permintaan produk farmasi.
44 pada tahun 2019.
Peningkatan pasar farmasi juga didorong
Research and Development (R&D) oleh respon terhadap penanganan
merupakan kunci utama pengembangan pandemi COVID-19. Total pengeluaran
farmasi sehingga mengakibatkan suatu kumulatif untuk vaksin COVID-19 sampai
negara dapat meningkatkan penetrasi dengan tahun 2025 diperkirakan
pasar produk farmasinya. Kenyataan mencapai USD 157 miliar, yang didorong
inilah yang mendorong negara-negara oleh gelombang awal pelaksanaan
Eropa dan Amerika Serikat menjadi vaksinasi yang diharapkan akan selesai
pemasok utama produk farmasi di pasar pada tahun 2022 (mencapai sekitar 70%
dunia. Hal ini ditunjukkan dengan tren populasi dunia). Pada tahun-tahun
positif peningkatan ekspor pada masing- berikutnya, suntikan penguat akan
masing negara pemasok utama (kecuali dilakukan setiap dua kali setahun untuk
Inggris). Selain itu, kemampuan meningkatkan daya tahan dan kekebalan
melakukan penetrasi pasar juga terhadap kemunculan varian virus baru.
didukung oleh kemampuan menyajikan Pengeluaran untuk vaksin pada tahun
dan mengikuti kepatuhan peraturan 2021 diperkirakan menjadi yang tertinggi
dalam pasar tersebut. Standardisasi mencapai USD 54 miliar dengan

6
kampanye vaksinasi besar-besaran yang yang disebabkan oleh meningkatnya
sedang dilakukan di seluruh dunia. persaingan dan volume vaksin.
Selanjutnya pengeluaran untuk vaksin
diperkirakan akan menurun hingga
menjadi USD 11 miliar pada tahun 2025,
Tabel 1.
Pasar Ekspor Produk Farmasi Dunia

Nilai Ekspor (USD Miliar) Cumulative


Rank Negara Eksportir Share Trend
2016 2017 2018 2019 Share
1 Jerman 75,2 83,0 95,7 89,6 14,7% 14,7% 6,9%
2 Swiss 67,1 70,4 75,2 83,0 13,6% 28,2% 7,3%
3 Amerika Serikat 46,8 44,9 48,3 53,6 8,8% 37,0% 4,9%
4 Irlandia 31,8 38,3 53,5 53,4 8,7% 45,7% 20,8%
5 Belgia 41,9 42,6 47,5 52,7 8,6% 54,4% 8,3%
6 Perancis 30,5 31,5 33,9 35,6 5,8% 60,2% 5,5%
7 Italia 21,2 25,5 27,8 33,6 5,5% 65,7% 15,7%
8 Inggris 32,6 32,7 30,1 27,1 4,4% 70,1% -6,1%
9 Belanda 16,6 23,6 22,1 24,9 4,1% 74,2% 12,2%
10 Denmark 12,5 12,9 14,4 17,5 2,9% 77,0% 11,9%
11 India 13,0 12,9 14,3 16,3 2,7% 79,7% 8,0%
12 Spanyol 10,9 11,4 11,6 12,8 2,1% 81,8% 5,2%
13 Austria 8,6 9,0 9,9 11,2 1,8% 83,6% 9,3%
14 Swedia 7,2 7,8 8,7 10,2 1,7% 85,3% 12,5%
15 Tiongkok 7,0 7,4 8,9 9,2 1,5% 86,8% 10,4%

44 Indonesia 0,6 0,6 0,5 0,6 0,1% -0,8%

Dunia 492,0 525,6 579,9 611,3 100% 100% 7,8%

Sumber: Trademap, diolah Pusdatin

7
BAB II
KINERJA INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL

A. Pertumbuhan PDB industri yang mengalami perlambatan


Akibat pandemi Covid-19 pada tahun pertumbuhan secara sangat berarti, dan
2020, pertumbuhan industri nonmigas di dua kelompok industri lainnya
Indonesia mengalami kontraksi sebesar mengalami kenaikan pertumbuhan, yaitu
2,52%, sementara pada tahun 2019 Industri Kimia, Farmasi dan Obat
pertumbuhan industri ini mencatatkan Tradisional; serta Industri Logam Dasar.
pertumbuhan positif sebesar 4,34%. Pada tahun 2020, pertumbuhan kelompok
Terjadinya kontraksi pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Industri Nonmigas pada tahun 2020 Tradisional mencapai sebesar 9,39%
disebabkan karena terjadinya kontraksi (yoy), yang tidak saja meningkat dari
pertumbuhan pada sebagian besar pertumbuhan sebesar 8,48% (yoy) pada
kelompok industri. Dari total lima belas tahun 2019, tetapi juga merupakan
(15) kelompok industri, sebagian besar pertumbuhan kelompok industri tertinggi
sebanyak sebelas (11) kelompok industri di antara kelompok industri lainnya. Oleh
mengalami pertumbuhan negatif karena itu Industri Farmasi, yang
(kontraksi), dan hanya empat (4) tercakup di dalam Industri Kimia,
kelompok industri yang mencatatkan Farmasi, dan Obat Tradisional, saat ini
pertumbuhan positif. Dan dari empat dianggap merupakan bagian yang cukup
industri yang mengalami pertumbuhan penting bagi keberlangsungan Sektor
positif, terdapat dua (2) kelompok
Grafik 4.
Industri yang Mengalami Kenaikan Pertumbuhan pada Tahun 2020 (%, yoy)
10 9,39
8,99
8,48
8

5,87 5,87
6

4,53
4
2,83

-2 -1,42
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Logam Dasar

2017 2018 2019 2020

8
industri Pengolahan di Indonesia, dan namun sejak triwulan IV 2017 hingga
menyebabkan industri farmasi triwulan III 2018 industri ini sempat
dimasukkan ke dalam industri strategis mengalami kontraksi pertumbuhan
yang menjadi fokus pengembangan (penurunan) rata-rata sebesar 4,4%
industri secara keseluruhan. (yoy).
Jika dilihat dari perkembangannya, Jika dilihat berdasarkan KBLI 2 digit,
kenaikan pertumbuhan pada kelompok pada tahun 2019 kenaikan pertumbuhan
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Tradisional sudah terjadi sejak tahun Tradisional terutama terjadi pada Industri
2019, yaitu dari pertumbuhan negatif Bahan Kimia dan Barang dari Bahan
sebesar 1,42% pada tahun 2018. Secara Kimia yang naik dari pertumbuhan
triwulanan, industri ini pada triwulan I negatif sebesar 4,18% pada tahun 2018
2019 kembali mencatatkan pertumbuhan menjadi pertumbuhan positif sebesar
yang relatif tinggi, yaitu sebesar 11,53% 8,2% pada tahun 2019. Sedangkan
(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan
sebesar 6,86% (yoy) pada triwulan IV Obat Tradisional naik dari pertumbuhan
2018. Sebelumnya, selama tahun 2015 positif sebesar 4,46% pada tahun 2018
hingga triwulan II 2017 industri ini selalu menjadi pertumbuhan positif sebesar
mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, 9,03% pada tahun 2019. Kecuali pada

Grafik 5.
Pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional (%, yoy)

20

14,96
15
12,73
11,53
10,30
8,45
10 8,77 8,65

6,86
5,59
5,26 5,04 4,76
5

-2,93 -2,79
-5
-5,45
-6,24

-10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2017 2018 2019 2020

9
Grafik 6.
Pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional KBLI 2 Digit (%, yoy)

25
22,60

20

15,94
14,8
15
11,33
9,28 9,03
10
11,95 7,19 6,85

3,82 4,43 4,46


5 2,88 3,52 3,48 8,20

-5
-4,84 -4,18

-10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

Industri Farmasi, Produk Obar Kimia dan Obat Tradisional

tahun 2013, kenaikan pertumbuhan Begitu juga dengan pertumbuhan yang


Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan tinggi pada tahun 2020 diperkirakan
Obat Tradisional cenderung selalu lebih sangat didukung oleh pertumbuhan
tinggi sejak tahun 2011, yang berdampak Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan
pada semakin berkurangnya dominansi Obat Tradisional, yang di masa pandemi
Industri Bahan Kimia dan Barang dari Covid 19 ini mengalami peningkatan
Bahan Kimia dalam Industri Kimia, permintaan. Karena dengan adanya
Farmasi dan Obat Tradisional (IKFOT) pandemi, kebutuhan vitamin, suplemen
secara keseluruhan. Jika pada tahun dan obat herbal untuk meningkatkan
2014 kontribusi Industri Bahan Kimia dan kekebalan tubuh secara umum
Barang dari Bahan Kimia pada IKFOT meningkat, sehingga industri farmasi
masih sebesar 72,42% dan Industri yang bermain di sektor tersebut
Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat memperoleh pertumbuhan yang cukup
Tradisional sebesar 27,58%, maka pada besar.
tahun 2019 kontribusi Industri Bahan
Namun, di lain pihak, adanya pandemi
Kimia dan Barang dari Bahan Kimia pada
menyebabkan turunnya kunjungan
IKFOT turun menjadi sebesar 65,97% dan
pasien ke fasilitas kesehatan karena
Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan
adanya kekhawatiran pasien akan
Obat Tradisional naik menjadi sebesar
terinfeksi COVID-19 ketika berkunjung ke
34,03%

10
fasilitas kesehatan. Masyarakat lebih asal Cina dan India, mengalami hambatan
memilih untuk melakukan konsultasi yang cukup berarti karena adanya
secara daring (online), dan obat-obatan lockdown, sehingga berdampak kepada
dikirim ke tempat tinggal lewat apotek. pertumbuhan produksi industri ini.
Bahkan ada juga masyarakat yang
Untuk menghadapi kesulitan di industri,
memilih untuk menunda penanganan
pemerintah memberikan insentif pajak
penyakit mereka. Hal ini telah membuat
dan subsidi untuk memicu pertumbuhan
permintaan obat-obatan dari rumah sakit
industri, termasuk industri farmasi.
berkurang secara signifikan hingga 50-
Insentif pajak barang dan jasa yang
60%, yang selanjutnya berdampak
dipergunakan untuk penanganan
terhadap menurunnya kapasitas dan
pandemi dari Kementerian
utilitas produksi industri farmasi.
Perekonomian diberikan melalui
Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi
Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Indonesia memprediksikan bahwa ada
Nomor 143/PMK.03/2020, yang
sekitar 2.000 - 3.000 karyawan yang
ditetapkan pada 1 Oktober 2020.
dirumahkan sebagai dampak dari
Peraturan menteri tersebut menyatakan
menurunnya kapasitas dan utilitas
bahwa insentif pajak yang diberikan
produksi di Industri Farmasi. Selain itu,
diantaranya adalah pajak penghasilan
akibat pandemi, pasokan bahan baku
(PPh) pasal 21 ditanggung pemerintah,
obat impor yang bertumpu pada supplier
Grafik 7.
Distribusi Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Berdasarkan KBLI 2 Digit (%)
80

72,42
70,28
70 68,74 68,04
66,14 65,97

60

50

40
33,86 34,03
31,26 31,96
29,72
30 27,58

20

10

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
Industri Farmasi, Produk Obar Kimia dan Obat Tradisional

*) Share terhadap PDB Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

11
Grafik 8.
Perkembangan Distribusi Kelompok Industri Terbesar Terhadap Industri Pengolahan
Nonmigas (%)
45

38,3
40

36,4
35,5
34,3
35

32,8
30,8
29,7
29,5

29,0
28,9

30
28,2

25

20

15
11,4
11,0

11,0
10,9

10,8
10,7

10,7

10,7
10,5

10,5

10,5

10,5

10,5

10,4
10,2

10,2
10,0

10,0

10,0
9,9

9,9
9,7

9,6
9,5

9,5
9,3

9,3

9,3
9,2

9,1
8,9

10
8,8

7,6
5

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Industri Makanan dan Minuman
Industri Alat Angkutan
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
pembebasan PPh pasal 22 impor, Peralatan Listrik. Selanjutnya, akibat
pengurangan angsuran PPh pasal 25, pandemi Covid 19 yang menaikkan
serta percepatan pengembalian pajak produksi Industri Kimia, Farmasi dan
pertambahan nilai. Obat Tradisional (IKFOT) sebesar 9,39%
pada tahun 2020, menyebabkan
Sementara itu, dengan pertumbuhan
kontribusi industri ini juga naik menjadi
yang relatif tinggi sejak tahun 2019 lalu,
sekitar 10,7%. Oleh karena itulah industri
maka kontribusi PDB Industri Kimia,
farmasi dimasukkan ke dalam industri
Farmasi dan Obat Tradisional (IKFOT)
strategis yang menjadi fokus
terhadap PDB Industri Nonmigas juga
pengembangan sektor industri
terus mengalami kenaikan, dan sejak
pengolahan secara keseluruhan.
tahun 2019 kontribusi industri ini
menempati nomor 2 terbesar setelah
Industri Makanan dan Minuman, dengan
kontribusi sebesar 9,6%. Sebelumnya
pada tahun 2018 kontribusi industri masih
nomor 4 terbesar, setelah Industri
Makanan dan Minuman; Industri Alat
Angkutan; dan Industri Barang Logam;
Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan

12
B. Ekspor dan Impor Industri Farmasi nilai ekspor industri farmasi Indonesia ke
Ekspor Industri Farmasi, Produk Obat seluruh dunia.
Kimia dan Obat Tradisional mengalami Sementara itu, perkembangan tren impor
tren peningkatan selama periode 3 tahun Industri Farmasi juga mengalami
(2018 – 2020) sebesar 2,68%, di mana peningkatan selama 2018 – 2020 secara
pada tahun 2020, nilai ekspor industri nilai, akan tetapi mengalami penurunan
farmasi mencapai USD 635,3 juta dari secara volume pada periode tersebut.
senilai USD 602,5 juta pada tahun 2018. Secara nilai, impor Industri Farmasi
Sedangkan secara volume, ekspor meningkat dari USD 1,52 miliar pada
industri farmasi mengalami tren tahun 2018 menjadi USD 1,68 miliar pada
penurunan sebesar 7,02% yaitu dari 52,6 tahun 2020. Sedangkan secara volume,
ribu ton pada 2018 turun menjadi 45,5 impor Industri Farmasi sebesar 75,46
ribu ton pada 2020. Berdasarkan negara, ribu ton pada tahun 2020, turun dari 75,86
lima negara terbesar tujuan ekspor ribu ton pada tahun 2018. Dengan nilai
industri farmasi semuanya merupakan impor yang naik sedangkan secara
negara-negara di Asia, yaitu Singapura, volume turun, menunjukkan bahwa
Jepang, Filipina, India dan Thailand, terjadi kenaikan harga produk-produk
dengan kontribusi ekspor dari kelima farmasi yang diduga dikarenakan
negara tersebut mencapai 58% terhadap kelangkaan barang selama pandemi

Garafik 9.
Kinerja Perdagangan Industri Farmasi (Juta USD)
1.000

500
644 632 603 609 635

-
2016 2017 2018 2019 2020

-500 -640
-767 -789
-922
-1.049
-1.000

-1.284
-1.399 -1.398
-1.525
-1.500
-1.684

-2.000
Ekspor Impor Neraca

13
COVID-19 seiring meningkatnya tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa
permintaan terhadap obat-obatan dan kebutuhan farmasi termasuk bahan
suplemen kesehatan. Impor Industri bakunya sebagian besar masih berasal
Farmasi terbesar berasal dari Tiongkok, dari luar negeri (impor). Defisit Industri
Amerika Serikat, Jerman, India, dan Farmasi terbesar terjadi dengan
Perancis yang memang merupakan big Tiongkok mencapai USD 416,9 juta pada
player industri farmasi di dunia. tahun 2020. Impor Industri Farmasi dari
Tiongkok menunjukkan peningkatan dari
Ketimpangan antara nilai ekspor dan nilai
tahun ke tahun. Selama 10 tahun terakhir
impor Industri Farmasi di mana nilai
(2011-2020), rata-rata pertumbuhan
impor lebih besar daripada ekspornya,
impor Industri dari Tiongkok hampir
hal ini menyebabkan neraca
mencapai 7% per tahun hingga menjadi
perdagangan Industri Farmasi
USD 1,68 miliar pada 2020.
mengalami defisit dari tahun ke tahun.
Selama 2016 – 2018, neraca perdagangan Defisit ini terutama disumbangkan oleh
industri farmasi mengalami peningkatan defisit neraca perdagangan Bahan
defisit. Setelah pada 2019 defisit neraca Farmasi, yang pada tahun 2020 mencapai
perdagangan Industri Farmasi sebesar USD 729,3 juta atau naik sebesar
berkurang, maka pada 2020 defisit 37,4% dari defisit sebesar USD 530,9 juta
neraca perdagangan meningkat kembali, pada tahun 2019, hal ini dikarenakan
hingga mencapai USD 1,05 miliar pada ekspor bahan farmasi menurun di tahun

Garafik 10a.
Kinerja Perdagangan Bahan Farmasi (Juta USD)
400

200
179,0 179,7
153,5 142,7
0
2017 2018 2019 2020

-200

-400
-546,6 -530,9

-600 -672,8
-710,6 -729,3
-725,6

-800 -826,3
-871,9

-1.000
Ekspor Impor Neraca

14
Garafik 10b.
Kinerja Perdagangan Produk Farmasi (Juta USD)
600

489,8
400 451,7 448,1 427,7

200

0
2017 2018 2019 2020

-200

-211,2 -233,5 -243,0


-400 -308,2

-600 -662,9 -681,6 -670,7

-797,9
-800

-1.000
Ekspor Impor Neraca

2020 dibandingkan 2019, sedangkan 2020, akan tetapi investasi sektor


impornya justru naik sehingga industri mengalami peningkatan yang
mengakibatkan defisit yang lebih dalam cukup signifikan sebesar 26,4%, dari
di tahun 2020. Sementara itu defisit senilai Rp. 215,9 triliun pada 2019 menjadi
neraca perdagangan Produk Farmasi Rp. 272,9 triliun pada 2020. Capaian nilai
pada tahun 2020 tercatat sebesar USD investasi sektor industri pada 2020
308,2 juta, atau naik dari defisit sebesar menyumbang 33% dari total nilai
USD 243,0 juta pada tahun 2019. investasi nasional yang mencapai Rp.
Tingginya ketergantungan bahan baku 826,3 triliun.
impor merupakan permasalahan penting
Peningkatan investasi sektor industri ini
yang dihadapi oleh industri farmasi di
terutama didukung oleh kenaikan
Indonesia. Diperkirakan sekitar 90-95%
investasi penanaman modal asing (PMA)
bahan baku industri farmasi nasional
sebesar 32,7% pada tahun 2020 dengan
masih didatangkan dari luar negeri.
nilai investasi Rp. 190,1 triliun, tumbuh
dibanding capaian investasi PMA tahun
2019 yang senilai Rp. 143,3 triliun.
C. Investasi Industri Farmasi Realisasi investasi industri tersebut
Meskipun pertumbuhan PDB industri berkontribusi mencapai 46,1% dari total
pengolahan nonmigas mengalami investasi PMA nasional sebesar Rp. 412,8
kontraksi sebesar 2,52% (yoy) di tahun triliun pada tahun 2020. Ini menunjukkan

15
Grafik 11.
Investasi Sektor Manufaktur (Juta Rp.)
400

335,8

300
274,8 272,9

229,1 222,3 215,9

200 190,1
175,6

138,7 143,3

106,8
99,2
100 83,6 82,8
72,7

0
2016 2017 2018 2019 2020

PMA Manufaktur PMDN Manufaktur Total Investasi Manufaktur

Sumber: BKPM, diolah Pusdatin

bahwa di tengah pandemi, Indonesia dibandingkan dengan tahun 2019.


masih menjadi tujuan investasi bagi para Kenaikan investasi terbesar terjadi pada
pelaku industri global. Industri Logam Dasar dengan
peningkatan sebesar Rp. 33,9 triliun atau
Begitu pula dengan kepercayaan diri para
sebesar 58,2%, sehingga pada tahun 2020
pelaku industri nasional untuk terus
realisasi investasinya mencapai Rp. 92,2
berekspansi, ditunjukkan dengan nilai
triliun. Investasi Industri Logam Dasar
capaian penanaman modal dalam negeri
juga memiliki kontribusi terbesar
(PMDN) sektor industri meningkat
terhadap investasi sektor industri
sebesar 14,0% dari senilai Rp. 72,7 triliun
mencapai 33,8% pada tahun 2020.
pada 2019 tumbuh menjadi Rp. 82,8 triliun
Investasi Industri Logam Dasar
pada 2020. Capaian investasi PMDN
didominasi oleh PMA mencapai 92,5%
sektor industri ini menyumbang 20% dari
senilai Rp. 85,3 triliun pada tahun 2020.
total nilai PMDN nasional sebesar Rp.
Realisasi PMA Industri Logam Dasar
413,5 triliun pada tahun 2020.
terbesar berada di Sulawesi Tengah
Apabila dilihat menurut jenis industri, dengan nilai investasi mencapai USD 5,6
sebagian besar mengalami kenaikan miliar, disusul oleh Sulawesi Tenggara
investasi pada tahun 2020 bila USD 3,5 miliar, Maluku Utara USD 3,3

16
Grafik 12.
Kenaikan/Penurunan Terbesar Investasi Sektor Manufaktur Tahun 2020 terhadap
2019 (Triliun Rp.)
40

33,91

30

20

10,55
10
7,47 7,08
4,40

0
-1,26 -1,79 -2,04 -2,19
-3,95

-10
Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Alat Industri
Logam Dasar Produk dari Kertas dan Bahan Kimia Kendaraan Barang Farmasi, Komputer, Angkutan Makanan
Batubara Barang dari dan Barang Bermotor, Galian Bukan Produk Obat Barang Lainnya
dan Kertas dari Bahan Traiter dan Logam Kimia dan Elektronik
Pengilangan Kimia Semi Trailer Obat dan Optik
Minyak Bumi Tradisional

Sumber: BKPM, diolah Pusdatin

miliar, Kepulauan Riau USD 1,6 miliar, dan mengalami penurunan terbesar ke-4 dari
Banten USD 1,1 miliar, sedangkan seluruh jenis industri pada tahun 2020
realisasi PDMN terbesar berada di Jawa setelah penurunan pada Industri
Barat dengan nilai investasi Rp. 9,1 triliun. Makanan Rp. 4,0 triliun; Industri Alat
Kenaikan investasi Industri Logam Dasar Angkutan Lainnya Rp. 2,2 triliun; serta
ini seiring dengan program pemerintah Industri Komputer, Barang Elektronik
untuk memperkuat hilirisasi industri. dan Optik Rp. 2,0 triliun. Penurunan
investasi Industri Farmasi, Produk Obat
Sementara itu, investasi Industri
Kimia dan Obat Tradisional terutama
Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat
disebabkan oleh tajamnya penurunan
Tradisional justru mengalami penurunan
investasi PMA sebesar 72,9% atau turun
di tahun 2020 sebesar 32,7% atau turun
Rp. 1,6 triliun. Sedangkan investasi PMDN
Rp. 1,8 triliun sehingga menjadi Rp. 3,7
hanya turun 6,8% senilai Rp. 227,8 miliar.
triliun pada 2020 dari senilai Rp. 5,5
triliun pada 2019. Dengan demikian, maka
nilai investasi Industri Farmasi, Produk
Obat Kimia dan Obat Tradisional

17
Grafik 13.
Investasi PMA dan PMDN Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
6 600%

500%
5

400%

4
300%
Triliun Rp.

3 200%

100%
2

0%

1
-100%

0 -200%
2016 2017 2018 2019 2020

PMA PMDN Pertumbuhan PMA Pertumbuhan PMDN

Sumber: BKPM, diolah Pusdatin

Berdasarkan asal investasi PMA, terutama disebabkan oleh menurunnya


Belanda berada di urutan teratas dengan investasi PMDN yang memiliki porsi lebih
kontribusi sebesar 23,2% dari investasi besar dibandingkan PMA. Investasi
PMA Industri Farmasi, Produk Obat Kimia PMDN Industri Farmasi, Produk Obat
dan Obat Tradisional pada tahun 2020. Kimia dan Obat Tradisional pada Triwulan
Kemudian disusul investasi dari Jepang I 2021 tercatat senilai Rp. 92,9 miliar atau
yang menyumbang 19,3%, Swiss 18,6%, turun 85,7% (yoy) dibandingkan dengan
Korea Selatan, 14,2%, dan Amerika triwulan yang sama tahun sebelumnya,
Serikat 10,2%. dan juga turun 71,95% (q to q)
dibandingkan dengan triwulan IV 2020.
Penurunan investasi Industri Farmasi,
Sementara itu, investasi PMA Industri
Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat
berlanjut sampai Triwulan I 2021, di mana
Tradisional pada Triwulan I 2021 yang
total investasi (PMA dan PMDN) tercatat
senilai USD 3,9 juta turun 69,2% (yoy)
sebesar Rp. 150,3 miliar atau turun bila
dibandingkan Triwulan I 2020 dan juga
dibandingkan Triwulan I 2020 sebesar
turun 64,8% dibandingkan dengan
81,9% (yoy) dan juga turun bila
triwulan sebelumnya.
dibandingkan dengan Triwulan IV 2020
sebesar 69,45% (q to q). Penurunan
investasi pada Triwulan I 2021 ini

18
Grafik 14.
Perkembangan Investasi Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
(Miliar Rp.)

2500 250%
219,9%
2.050,1
2000 200%

1.671,3
1.597,3
1500 150%

1000 882,1 866,5 100%


832,4
757,2

21,0% 492,1
500 50%

150,3

0 0%
-4,4%
-14,2%
-500 -50%
-43,2%
-51,7%
-59,4%
-75,9%
-1000 -81,9% -100%
I II III IV I II III IV I
2019 2020 2021

Investasi Industri Farmasi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: BKPM, diolah Pusdatin

19
BAB III
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN INDUSTRI FARMASI
NASIONAL

A. Kemampuan Industri Farmasi yaitu negara dengan industri farmasi


Nasional yang inovatif, yaitu ditandai dengan
Kondisi positif yang dialami industri banyaknya paten obat yang dihasilkan,
farmasi nasional meski berada pada serta kategori A yaitu negara dengan
masa pandemi Covid-19 belum dapat kemampuan memproduksi massal obat
menghilangkan beberapa permasalahan jadi dan sudah fokus pada riset dan
dan tantangan yang dihadapi industri pengembangan.
farmasi nasional. Tipe Negara Kategori Kemampuan Nama-Nama Negara
Amerika Serikat, Swiss,
A Skala Besar, Fokus R&D Perancis, Inggris, Belanda dan
Data Gabungan Perusahaan Farmasi Jepang
Denmark, India, Spanyol,
B Industri Farmasi Inovatif
Indonesia (GPFI) menunjukkan bahwa C1
Kanada, China, Austria
Kemampuan reproduksi bahan baku obat & Indonesia, Kuba, Polandia, dan

terdapat kurang lebih 200 industri


obat jadi Mesir
Arab Saudi, Iran, Malaysia,
C2 Kemampuan reproduksi obat jadi
Bangladesh
farmasi di Indonesia dengan total nilai C3 Tanpa Industri Farmasi
Bahrain, Luksemberg, Qatar, dan
Suriname
penjualan pada tahun 2019 sebesar Rp 80
triliun. Angka sebesar itu, terbilang Tantangan lainnya adalah layanan
masih rendah dibandingkan dengan kesehatan di Indonesia yang belum
industri farmasi lainnya. Selain itu, fakta merata. Menurut data Kementerian
lainnya adalah bahwa 95 persen bahan Kesehatan Direktorat Jenderal
baku obat (BBO) di Indonesia adalah Pelayanan Kesehatan per Februari 2021,
masih diimpor. Impor tersebut adalah jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia
berasal dari China sebanyak 70%, India sebanyak 2.925. Pulau Jawa sendiri
20%, dan sisanya adalah dari Amerika memiliki 1.244 rumah sakit, atau sekitar
Serikat dan Uni Eropa. Impor terjadi 45,9% dari seluruh rumah sakit yang ada
mengingat BBO domestik belum di Indonesia. Bahkan Kalimantan Utara
memenuhi standar yang ada. menjadi provinsi dengan jumlah rumah
sakit terendah hanya memiliki 11 rumah
Ketergantungan akan BBO impor sakit. Selain belum meratanya layanan
menjadikan industri farmasi nasional kesehatan seperti rumah sakit, apotek
belum mampu untuk meningkatkan juga masih didominasi di pulau Jawa.
status peringkatnya dari C1 menjadi B
atau A. Dalam pengkategorian industri Berdasarkan data rekapitulasi Apotek
farmasi dunia, Indonesia berada pada Indonesia dari Kementerian Kesehatan
kategori C1 yaitu negara yang sudah Republik Indonesia, jumlah apotek yang
mampu melakukan reproduksi bahan tersedia pada tahun 2018 adalah
baku obat dan obat jadi. Namun belum sebanyak 24.874 unit, dengan Jawa Barat
mampu untuk masuk pada kategori B sebagai daerah yang memiliki jumlah

20
apotek terbanyak yaitu 4.298. Dengan B. Peran Research and Development
masih terkonsentrasinya akses layanan Dalam Industri Farmasi
kesehatan seperti rumah sakit dan juga Industri farmasi merupakan industri yang
apotek di pulau Jawa, hal ini menjadi padat pengetahuan (knowledge-based
tantangan tersendiri sehingga diperlukan industry), yang ditandai dengan besarnya
inovasi layanan kesehatan agar dapat biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
dirasakan secara merata oleh seluruh research and development (R&D)
masyarakat Indonesia di berbagai terutama terkait dengan upaya untuk
daerah. menemukan obat baru. Sebagaimana
Penduduk Indonesia yang sangat data yang dirilis oleh JRC (European
tersebar luas dan layanan kesehatan Commission's Joint Research Centre),
yang belum merata telah diikuti pula belanja R&D di sektor Farmasi dan
dengan munculnya peredaran obat palsu. Bioteknologi menjadi yang terbesar
Jaminan kelengkapan dan keaslian obat dibandingkan dengan sektor yang lain,
masih belum terstandar. Menurut World dengan kontribusi mencapai 19,1%
Health Organization (WHO), peredaran terhadap total belanja R&D seluruh
obat palsu di Indonesia masih sangat sektor pada tahun 2016. Lebih lanjut,
tinggi hingga dapat mencapai 25% dari menurut laporan Industrial R&D
total obat yang beredar. Investment Scoreboard yang dirilis oleh
Industrial Research and Innovation

Grafik 15.
Ranking Belanja R&D Menurut Sektor (Miliar EURO)
- 20 40 60 80 100 120 140

Pharmaceuticals & Biotechnology


Technology Hardware & Equipment
Automobiles & Parts
Software & Computer Services
Electronic & Electrical equipment
Industrial Engineering
Chemicals
Aerospace & Defense
General Industrials
Health Care Equipment & Services
Leisure Goods
Banks
Construction & Materials
Oil & Gas Producers
Fixed Line Telecommunications

EU USA Japan Other countries

Sumber: The 2016 EU Industrial R&D Investment Scoreboard. European Commission

21
Monitoring and Analysis (IRIMA) melalui beberapa langkah yang harus
menyatakan bahwa 22 dari 50 ditempuh serta melibatkan berbagai
perusahaan dengan pengeluaran R&D disiplin ilmu. Secara garis besar,
terbesar di dunia di tahun 2016 adalah di penelitian dan pengembangan suatu obat
sektor farmasi, dengan 6 diantaranya melewati beberapa tahapan sebagai
bergerak di bidang biotech (Amgen, berikut:
Biogen, Celgene bersama AstraZeneca,
1. Sintetis dan Screening Molekul
Bristol-Myers dan Merck US).
Pengembangan bahan obat dapat
R&D pada industri farmasi adalah dilakukan dengan sintesis atau isolasi
serangkaian proses penelitian dan dari berbagai sumber yaitu dari
pengembangan yang ditujukan untuk tanaman, jaringan hewan, kultur
menemukan produk farmasi baru atau mikroba, maupun dengan teknik
memperbaiki kualitas produk yang telah bioteknologi. Pada tahap ini berbagai
ada antar lain meliputi safety, molekul atau senyawa yang
effectiveness, dan acceptance. R&D berpotensi sebagai obat disintesis,
sangat terkait dengan perkembangan dimodifikasi atau bahkan direkayasa
IPTEK yang mutakhir sehingga untuk mendapatkan senyawa atau
diperlukan update ilmu & informasi bagi molekul obat yang diinginkan. Pada
personel R&D. R&D merupakan ujung tahap ini, ribuan senyawa mungkin
tombak inovasi produk yang sangat menjadi kandidat potensial untuk
berperan terhadap daya saing produk. dikembangkan sebagai pengobatan
Produk yang memiliki value yang tinggi medis. Namun, hanya sejumlah kecil
adalah knowledge-based products, yaitu senyawa terlihat menjanjikan dan
produk-produk yang memiliki diteruskan untuk studi lebih lanjut.
keunggulan dalam penerapan teknologi Hasil dari prosedur screening ini
sehingga produk tersebut akan memiliki disebut sebagai senyawa utama, yaitu
keunikan yang sulit ditiru oleh produk merupakan kandidat utama untuk obat
lain. Sedangkan Industri farmasi sendiri baru.
merupakan sektor yang paling inovatif
Selanjutnya dilakukan pendekatan
dan intensif dalam penelitian (Antonakis
senyawa secara komputasi (in silico).
dan Achilldelis, 2001) dengan
Salah satunya yaitu penambatan
karakteristik belanja R&D yang besar
molekul secara kimiawi. Pendekatan
dibandingkan dengan industri yang lain
secara kimiawi komputasi dapat
(Sampurno, 2007). Sehingga dapat
digunakan untuk memprediksi
disimpulkan bahwa R&D (Penelitian dan
aktivitas struktur, interaksi yang
Pengembangan) produk farmasi sangat
terjadi antara struktur dengan molekul
penting untuk bertahan dalam
target atau antara sesama molekul
persaingan industri farmasi.
obat.
Proses penemuan obat baru
Setelah mendapatkan senyawa obat
memerlukan jalan yang panjang serta
yang sesuai, dibuat rancangan formula

22
agar obat dapat dihantarkan dengan menggunakan hewan utuh dapat
baik pada target obat. Sediaan tablet diketahui apakah obat menimbulkan
merupakan sediaan yang paling efek toksik pada dosis pengobatan
populer karena mudah dalam atau obat tersebut aman digunakan.
penanganannya dan cenderung lebih Penelitian toksisitas merupakan cara
ekonomis. Namun kini mulai potensial untuk mengevaluasi:
bermunculan teknologi penghantaran - Toksisitas yang berhubungan
obat tertarget dalam bentuk inhalasi dengan pemberian obat akut atau
khususnya untuk gangguan saluran kronis.
pernapasan. - Kerusakan genetik (genotoksisitas
atau mutagenisitas).
Kemudian dilakukan percobaan untuk
- Pertumbuhan tumor
mengumpulkan informasi tentang:
(onkogenisitas atau
- Cara obat diresep, didistribusikan,
karsinogenisitas).
dimetabolisme dan diekskresikan
- Kejadian cacat waktu lahir
- Manfaat potensi dan mekanisme
(teratogenisitas).
aksi
- Dosis terbaik Selain toksisitasnya, uji pada hewan
- Cara terbaik rute pemberian obat dapat mempelajari sifat
(seperti melalui mulut atau injeksi) farmakokinetik obat meliputi absorpsi,
- Efek samping (sering disebut distribusi, metabolisme dan eliminasi
sebagai toksisitas) obat. Semua hasil pengamatan pada
hewan tersebut menentukan apakah
2. Uji Praklinis
calon obat tersebut dapat diteruskan
Merupakan persyaratan uji untuk
dengan uji pada manusia atau tidak.
calon obat. Dari uji ini diperoleh
Ahli farmakologi bekerja sama dengan
informasi tentang efikasi (efek
ahli teknologi farmasi dalam
farmakologi), profil farmakokinetik
pembuatan formula obat,
dan toksisitas calon obat. Pada
menghasilkan bentuk-bentuk sediaan
mulanya yang dilakukan pada uji
obat yang akan diuji pada manusia. Di
praklinis adalah pengujian ikatan obat
samping uji pada hewan, untuk
pada reseptor dengan kultur sel
mengurangi penggunaan hewan
terisolasi atau organ terisolasi (in
percobaan telah dikembangkan pula
vitro), selanjutnya pengujian praklinis
berbagai uji in vitro untuk menentukan
dilakukan pada hewan utuh (in vivo).
khasiat obat contohnya uji aktivitas
Hewan yang baku digunakan adalah
enzim, uji antikanker menggunakan
hewan dengan galur tertentu dari
cell line, uji anti mikroba pada
mencit, tikus, kelinci, marmot,
perbenihan mikroba, uji antioksidan,
hamster, anjing atau beberapa uji
uji antiinflamasi dan lain-lain untuk
menggunakan primata. Hewan-hewan
menggantikan uji khasiat pada hewan.
ini sangat berjasa bagi pengembangan
obat. Karena hanya dengan

23
Akan tetapi, belum semua uji dapat Setelah melewati uji pra klinis, maka
dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas senyawa atau molekul kandidat calon
sampai saat ini masih tetap dilakukan obat tersebut menjadi IND
pada hewan percobaan, belum ada (Investigational New Drug) atau obat
metode lain yang menjamin hasil yang baru dalam penelitian. Setelah calon
dapat menggambarkan toksisitas pada obat dinyatakan mempunyai
manusia. Disamping itu, uji pada kemanfaatan dan aman pada hewan
hewan percobaan ini juga dirancang percobaan maka selanjutnya diuji
dengan perhatian khusus pada pada manusia (uji klinis).
kemungkinan pengujian obat itu lebih
3. Uji Klinis
lanjut pada manusia atau uji klinis.
Uji klinis pada manusia terdiri dari 4
Oleh karenanya, pada uji pra-klinis ini
fase, yaitu:
dirancang dengan pertimbangan:
- Lamanya pemberian obat itu a. Fase I, calon obat diuji pada
menurut dugaan kepada manusia. sukarelawan 25 – 50 orang sehat
- Kelompok umur dan kondisi fisik untuk mengetahui apakah sifat
manusia yang dituju, dengan yang diamati pada hewan
pertimbangan khusus untuk anak- percobaan juga terlihat pada
anak, wanita hamil atau orang manusia. Pada fase ini ditentukan
lanjut usia. hubungan dosis dengan efek yang
- Efek obat menurut dugaan pada ditimbulkannya dan profil
manusia. farmakokinetik obat pada manusia.
b. Fase II, calon obat diuji pada pasien
Hasil uji toksisitas tidak dapat
tertentu 100 – 200 orang, diamati
digunakan secara mutlak untuk
efikasi pada penyakit yang diobati.
membuktikan keamanan suatu bahan/
Yang diharapkan dari obat adalah
sediaan pada manusia, namun dapat
mempunyai efek yang potensial
memberikan petunjuk adanya
dengan efek samping rendah atau
toksisitas relatif dan membantu
tidak toksik. Pada fase ini mulai
identifikasi efek toksik bila terjadi
dilakukan pengembangan dan uji
pemaparan pada manusia.
stabilitas bentuk sediaan obat.
Faktor-faktor yang menentukan hasil c. Fase III, melibatkan kelompok
uji toksisitas secara in vivo dapat besar pasien sekitar ribuan orang,
dipercaya adalah pemilihan spesies di sini obat yang dikembangkan
hewan uji, galur dan jumlah hewan, dibandingkan efek dan
cara pemberian sediaan uji, pemilihan keamanannya terhadap obat
dosis uji, efek samping sediaan uji, pembanding yang sudah diketahui.
teknik dan prosedur pengujian Selama uji klinik banyak senyawa
termasuk cara penanganan hewan calon obat dinyatakan tidak dapat
selama percobaan. digunakan. Keputusan untuk
mengakui obat baru diberikan oleh

24
badan pengatur nasional, dengan sediaan liposom, tablet salut
melampirkan data dokumen uji enterik, mikroenkapsulasi dan
praklinis dan klinis yang sesuai lain-lain.
dengan indikasi yang diajukan, Kemajuan dalam teknik
efikasi dan keamanannya harus rekombinasi DNA, kultur sel dan
sudah ditentukan dari bentuk kultur jaringan telah memicu
produknya (tablet, kapsul dan lain- kemajuan dalam produksi bahan
lain) yang telah memenuhi baku obat seperti produksi insulin
persyaratan produk melalui dan lain-lain. Setelah calon obat
kontrol kualitas. Di Indonesia dapat dibuktikan berkhasiat
keputusan hasil pengujian sekurang-kurangnya sama dengan
dikeluarkan oleh Badan Pengawas obat yang sudah ada dan
Obat dan Makanan (BPOM), di menunjukkan keamanan bagi si
Amerika Serikat oleh FDA (Food pemakai maka obat baru diizinkan
and Drug Administration), di untuk diproduksi oleh industri
Kanada oleh Health Canada, di sebagai legal drug dan dipasarkan
Inggris oleh Medicine and dengan nama dagang tertentu
Healthcare Product Regulatory serta dapat diresepkan oleh
Agency (MHRA), di negara Eropa dokter.
lain oleh European Agency for the
d. Fase IV, setelah obat dipasarkan
Evaluation of Medicinal Product
masih dilakukan studi pasca
(EMEA) dan di Australia oleh
pemasaran (post marketing
Therapeutics Good Administration
surveillance) yang diamati pada
(TGA).
pasien dengan berbagai kondisi,
Pengembangan obat tidak terbatas berbagai usia dan ras, studi ini
pada pembuatan produk dengan dilakukan dalam jangka waktu
zat baru, tetapi dapat juga dengan lama untuk melihat nilai terapeutik
memodifikasi bentuk sediaan obat dan pengalaman jangka panjang
yang sudah ada atau meneliti dalam menggunakan obat. Setelah
indikasi baru sebagai tambahan hasil studi fase IV dievaluasi masih
dari indikasi yang sudah ada. Baik memungkinkan obat ditarik dari
bentuk sediaan baru maupun perdagangan jika membahayakan
tambahan indikasi atau perubahan sebagai contoh cerivastatin suatu
dosis dalam sediaan harus obat antihiperkolesterolemia yang
didaftarkan ke Badan POM dan dapat merusak ginjal, Entero-
dinilai oleh Komisi Nasional Penilai vioform (kliokuinol) suatu obat anti
Obat Jadi. Pengembangan ilmu disentri amuba yang pada orang
teknologi farmasi dan biofarmasi Jepang menyebabkan kelumpuhan
melahirkan new drug delivery pada otot mata (SMON disease),
system terutama bentuk sediaan fenil propanol amin yang sering
seperti tablet lepas lambat, terdapat pada obat flu harus

25
diturunkan dosisnya dari 25 mg Pasal 106 Undang-Undang Nomor 36
menjadi tidak lebih dari 15 mg Tahun 2009 tentang Kesehatan
karena dapat meningkatkan menyatakan bahwa sediaan farmasi dan
tekanan darah dan kontraksi alat kesehatan hanya dapat diedarkan
jantung yang membahayakan pada setelah mendapat izin edar. Penandaan
pasien yang sebelumnya sudah dan informasi sediaan farmasi dan alat
mengidap penyakit jantung atau kesehatan harus memenuhi persyaratan
tekanan darah tinggi, troglitazon objektivitas dan kelengkapan serta tidak
suatu obat antidiabetes di Amerika menyesatkan. Industri farmasi sebagai
Serikat ditarik karena merusak pelaku usaha dalam menjalankan
hati. usahanya harus mempunyai kewajiban
Obat yang akan diedarkan di wilayah memberikan informasi yang benar, jelas
Indonesia wajib memiliki Izin Edar. dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
Setelah melakukan serangkaian dari obat yang di produksi serta memberi
pengujian penemuan dan pengembangan penjelasan penggunaan, menjamin mutu
obat. Selanjutnya dilakukan registrasi obat yang diproduksi dan
demi mendukung keamanan obat yang diperdagangkan berdasarkan ketentuan
akan dikembangkan dengan standar mutu yang berlaku. Semua
mendapatkan nomor registrasi sehingga proses ini semata mata demi menjamin
keamanan konsumen lebih terjaga. keamanan produk yang akan digunakan
oleh masyarakat.

26
Penemuan obat baru chemotherapeutica sangatlah mahal dan perlu investasi
(New Chemical Entity/NCE) saat ini jangka panjang, tidak heran umumnya
cenderung mengalami penurunan, industri farmasi di Indonesia jarang
karena diberlakukannya syarat yang melakukan riset sampai ditemukan obat
sangat ketat untuk dapat diterima, baru hingga dipasarkan. Sedangkan hasil
diregistrasi dan diijinkan beredar sebagai pengembangan obat tidak selalu seperti
obat. Hal ini berlaku di negara-negara yang diharapkan, tergantung khasiatnya,
Eropa, Amerika Serikat dan negara- aman dan tidak menimbulkan efek
negara maju lainnya. Persyaratan ketat samping yang membahayakan. Sebagai
ini memerlukan penelitian farmakologi gambaran, dari 10 ribu senyawa kandidat
dan keamanan yang jauh lebih luas dan obat yang diteliti, hanya 1 senyawa obat
dengan sendirinya memerlukan biaya yang berhasil dipasarkan dan sampai ke
yang sangat tinggi. Jangka penemuan pasien. Ketidakpastian inilah yang
obat baru sejak awal ditemukan suatu membuat tidak banyak perusahaan yang
bahan kimia baru sampai menjadi obat berani berinvestasi dalam
baru yang diijinkan beredar memerlukan pengembangan obat.
waktu 10 – 12 tahun dan biaya penelitian
Selain itu, anggaran penelitian Indonesia
lebih kurang USD 750 – 850 juta (Rp.10,5
yang berasal dari APBN dan non-APBN
– 11,9 Triliun).
masih minim, anggaran penelitian di
Dari sisi biaya, dengan proses yang Indonesia hanya berkisar 0,25% dari
panjang, menemukan suatu obat baru

27
produk domestik bruto (PDB) nasional tumbuh dan bersaing di pasar
atau sekitar Rp. 30,8 triliun. Anggaran global;
penelitian ini masih lebih rendah dari d. memberikan nilai tambah yang
negara ASEAN lain seperti Vietnam, tumbuh progresif di dalam negeri,
Thailand dan Malaysia. atau memiliki potensi untuk
tumbuh pesat dalam kemandirian;
C. Pengembangan Bahan Baku Obat e. memperkuat, memperdalam, dan
Sebagian besar industri farmasi di menyehatkan struktur industri; dan
Indonesia sampai saat ini masih fokus f. memiliki keunggulan komparatif,
pada sektor hilir, kebanyakan industri penguasaan bahan baku, dan
farmasi masih melakukan formulasi teknologi.
produk akhir menjadi sediaan farmasi, 2. Kriteria kualitatif, terdiri dari:
sedangkan bahan bakunya sekitar 96% a. memperkokoh konektivitas
masih didatangkan dari luar negeri, baik ekonomi nasional;
untuk bahan baku aktif (Active b. menopang ketahanan pangan,
Pharmaceutical Ingredients/API) kesehatan dan energi; dan
maupun bahan pembantu (excipient). c. mendorong penyebaran dan
Dari data yang dirilis oleh BPOM tahun pemerataan industri.
2021, hanya ada sekitar 5,8% atau 13
industri yang memproduksi bahan baku Berdasarkan kriteria tersebut pula,
obat dari seluruh industri farmasi di industri farmasi masuk ke dalam
Indonesia. kelompok Industri Andalan, yakni industri
prioritas yang berperan besar sebagai
Industri farmasi telah ditetapkan sebagai penggerak utama (prime mover)
salah satu dari sepuluh industri prioritas perekonomian di masa yang akan datang.
dalam Rencana Induk Pengembangan Selain memperhatikan potensi sumber
Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. daya alam sebagai sumber keunggulan
Penetapan industri prioritas didasarkan komparatif, industri andalan tersebut
pada kriteria kuantitatif dan kualitatif: memiliki keunggulan kompetitif yang
mengandalkan sumber daya manusia
1. Kriteria kuantitatif, terdiri dari:
yang berpengetahuan dan terampil, serta
a. memenuhi kebutuhan dalam negeri
ilmu pengetahuan dan teknologi.
dan substitusi impor, atau memiliki
potensi pasar yang tumbuh pesat di Namun, impor di sektor farmasi masih
dalam negeri; sangat besar, pemenuhan bahan baku
b. meningkatkan kuantitas dan obat yang berasal dari impor masih di
kualitas penyerapan tenaga kerja, atas 90%. Impor bahan baku obat
atau berpotensi dan/atau mampu terbesar berasal dari Tiongkok (60%),
menciptakan lapangan kerja kemudian diikuti impor dari India (30%),
produktif; sedangkan sisanya berasal dari Amerika
c. memiliki daya saing internasional, Serikat dan negara-negara benua Eropa.
atau memiliki potensi untuk Sementara itu, biaya bahan baku (bahan

28
aktif, bahan tambahan dan bahan 1. Kurangnya dukungan kimia dasar yang
pengemas) menyumbang sekitar 25-30% digunakan untuk proses sintesis obat
dari seluruh biaya produksi obat yang serta untuk proses isolasi, pemisahan,
terdiri dari biaya bahan baku, biaya pemurnian obat pada obat yang
operasional, biaya marketing dan diproduksi secara bioproses.
promosi, biaya distribusi serta biaya lain 2. Industri bahan baku obat memerlukan
(administrasi). Dengan besarnya porsi investasi yang besar dengan tingkat
impor bahan baku obat, maka sangat kegagalan yang tinggi (ketidakpastian
terpengaruh oleh kurs rupiah, apabila keberhasilan pengembangan bahan
rupiah melemah, maka biaya impor akan baku obat).
semakin bertambah. 3. Perkembangan jenis obat dan
turunannya yang sangat cepat,
Pengembangan bahan baku obat di
sehingga diperlukan research and
Indonesia terutama terkendala dengan
development yang mumpuni.
teknologi dan kemampuan sumber daya
4. Kurangnya sinergi antara Academia –
manusia. Kemandirian bahan baku obat
Business – Government (ABG).
saat ini masih sangat sulit
5. Pasar bahan baku nasional yang relatif
diimplementasikan di Indonesia,
kecil dibandingkan dengan kapasitas
dikarenakan masih sangat sedikit sekali
minimal produksi untuk satu industri
bahan baku obat terutama hasil sintesa
bahan baku obat sehingga tidak akan
(berasal dari bahan kimia) yang
dapat memenuhi skala ekonomi.
diproduksi di Indonesia, mengingat
kurangnya dukungan dari industri kimia Dalam rangka pengembangan bahan
hulu. Peluang yang lebih besar berada baku obat, dibutuhkan sinergi yang baik
pada pengembangan bahan baku obat antar Academic, Business dan
berbasis bioteknologi, dengan Government (ABG). Perlu untuk
memanfaatkan kekayaan meningkatkan peran masing-masing
keanekaragaman hayati di Indonesia stakeholder. Penelitian di bidang
yang merupakan sumber daya yang pengembangan bahan baku obat masih
potensial di sektor farmasi. sangat sedikit, berdasarkan data
Keanekaragaman hayati tanaman, mikro Kemenristek Dikti pada tahun 2015, dari
organisme dan biota laut berkorelasi total sekitar 13.000 kegiatan penelitian,
langsung dengan keragaman kimia yang hanya ada 11 riset yang terkait dengan
memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan bahan baku obat, dan
pengembangan obat. masih dalam skala laboratorium
sehingga belum banyak dapat
Permasalahan yang dihadapi dalam
dimanfaatkan oleh industri. Pelaku
pengembangan bahan baku obat antara
industri perlu bekerja sama dengan para
lain: 1
peneliti serta membutuhkan investasi

1
Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat,
Permenkes Nomor 87 Tahun 2013.

29
dalam pengembangan obat. Sedangkan insentif terhadap industri serta adanya
peran pemerintah adalah dengan jaminan pasar domestik.
dukungan insentif penelitian, kebijakan

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan Kemenperin juga telah menerbitkan


Industri Kimia, Farmasi dan Obat Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
Tradisional menunjukkan pertumbuhan 16 Tahun 2020 tentang Ketentuan dan
positif sejak tahun 2019, bahkan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat
mengalami kenaikan pertumbuhan pada Kandungan Dalam Negeri (TKDN) Produk
2020 menjadi 9,39% dari sebesar 8,48% Farmasi. Penerapan TKDN bagi industri
pada tahun 2019. Industri farmasi juga farmasi juga dipandang sebagai upaya
masih sangat berpotensi untuk memacu serta merangsang pelaku
dikembangkan, mengingat besarnya industri untuk membangun industri
pasar domestik di Indonesia, dan juga bahan baku obat (Active Pharmaceuticals
untuk peningkatan ekspor produk- Ingredients) di dalam negeri.
produk farmasi. Berdasarkan potensi dan Namun, pengembangan industri yang
kekuatan yang dimiliki, industri farmasi memproduksi bahan baku obat masih
termasuk dalam salah satu industri sangat lambat, sebagian besar industri
prioritas yang ditetapkan dalam Rencana farmasi sampai saat ini masih fokus pada
Induk Pengembangan Industri Nasional sektor hilir, kebanyakan masih
(RIPIN) 2015-2035, di mana salah satu melakukan formulasi produk akhir
tujuan RIPIN adalah mewujudkan menjadi sediaan farmasi. Secara ringkas
kedalaman dan kekuatan struktur gambaran kondisi Industri Farmasi di
industri, mewujudkan industri yang Indonesia dapat dilihat dari Analisa SWOT
mandiri, berdaya saing dan maju. Namun, di bawah ini:
ketergantungan bahan baku obat menjadi
salah satu hal yang harus diperhatikan Kekuatan:
dalam mendukung upaya kemandirian 1. Populasi Indonesia yang besar, yaitu
industri farmasi. sekitar 274 juta penduduk,
merupakan yang terbesar di ASEAN,
Pemerintah telah melakukan berbagai atau nomer empat terbesar di dunia.
upaya dalam mengembangkan bahan 2. Terjadi peningkatan total Market Size
baku obat dalam rangka mendukung pada sektor farmasi, yang
kemandirian industri farmasi. menunjukkan tingginya permintaan
Pemerintah telah menyusun Peta Jalan dan tingkat konsumsi obat-obatan.
Pengembangan Bahan Baku Obat melalui 3. Tingkat kesadaran masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Indonesia yang terus meningkat
Tahun 2013, kemudian Instruksi Presiden tentang pentingnya kesehatan dan
Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2016 perlunya obat-obatan.
tentang Percepatan Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

31
4. Meningkatnya pendapatan 4. Kecuali pandemi COVID-19, terjadi
masyarakat kelas menengah, yang tren peningkatan penyakit tidak
meningkatkan daya beli mereka menular di Indonesia, sehingga akan
terhadap obat-obatan dan suplemen mendorong peluang di sektor
kesehatan. kesehatan, terutama industri obat-
5. Terjadinya pertumbuhan industri obatan.
farmasi yang cukup berarti, terutama 5. Program vaksinasi nasional dengan
dipicu oleh permintaan obat produksi vaksin nasional
imunomodulator dan suplemen menggunakan bahan baku vaksin
kesehatan; Sinovac dari Tiongkok diproduksi
oleh Bio Farma;
Kelemahan:
6. Industri Farmasi masuk kedalam
1. Industri farmasi membutuhkan 90-
program “Making Indonesia 4.0”, yang
95% bahan baku obat (BBO) impor
ditujukan untuk meningkatkan
yang meningkatkan harga produksi
efisiensi produksi dan daya saing
dan ketergantungan pada dua
produk dalam negeri, juga untuk
pemasok bahan baku, yaitu india dan
membangun kemandirian di sektor
china.
kesehatan;
2. Kurang berkembangnya teknologi
7. Kebijakan baru pemerintah untuk
dan keahlian human capital pada
pembebasan bea masuk dan pajak
industri Farmasi.
impor barang untuk penanganan
3. Kurangnya insentif dari pemerintah
pandemi COVID-19, bisa menurunkan
untuk mendukung berkembangnya
biaya bahan baku dan biaya produksi
industri bahan dasar farmasi.
8. Adanya relaksasi pajak dan subsidi
4. Kurangnya alokasi biaya untuk
bagi pelaku usaha pada industri
research and development dan
Farmasi. Insentif ini ada di Peraturan
kurangnya ilmuwan yang ahli.
Kementerian Perindustrian no 16
Peluang: tahun 2020.
1. Terus meningkatnya penanaman
Tantangan:
modal investasi pada sektor farmasi
1. Layanan kesehatan di Indonesia yang
dan jasa kesehatan secara
belum merata.
keseluruhan;
2. Keberadaan apotek juga masih
2. Alokasi APBN 2021 yang berjumlah
terbatas, dan masih didominasi di
169,7 Triliun untuk anggaran
pulau Jawa.
kesehatan termasuk di dalamnya
3. Peredaran obat palsu di Indonesia
untuk program vaksinasi nasional
masih sangat tinggi, hingga dapat
dan program asuransi kesehatan
mencapai 25% dari total obat yang
(JKN);
beredar.
3. Adanya pengembangan industri yang
menghasilkan Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI);

32
B. Rekomendasi Kebijakan hingga pada akhirnya dapat
1. Mendorong peningkatan investasi menguasai teknologi farmasi terkini
Industri Farmasi terutama pada secara penuh.
industri kimia dasar yang 5. Peningkatan kualitas SDM dalam
memproduksi bahan baku obat, rangka penguasaan ilmu
sehingga dapat mengurangi pengetahuan dan teknologi untuk
ketergantungan impor atas bahan melakukan penelitian terkait dengan
baku obat. pengembangan obat baru, selain itu
2. Memberikan insentif dan fasilitasi juga perlu pengembangan terhadap
untuk menarik investasi, melalui tax inovasi untuk mengembangkan
allowance, tax holiday, serta super industri farmasi. Peningkatan
deductible tax yang diberikan bagi kualitas SDM dilakukan baik di
industri yang terlibat dalam program industri farmasi, institusi pendidikan,
vokasi dan inovasi melalui research maupun pemerintah. Penelitian-
and development (R&D) maupun penelitian yang dilakukan harus
pengurangan bea masuk. sesuai dengan persyaratan/standar
yang berlaku terutama di industri,
3. Diperlukan transformasi industri
sehingga hasil penelitian tersebut
farmasi dari yang semula
dapat dikomersialisasikan.
mengandalkan bahan baku impor
baik bahan aktif (Active 6. Adanya jaminan terhadap
Pharmaceutical Ingredients/API) penyerapan bahan baku obat dalam
maupun bahan tambahan (eksipien), negeri, dibandingkan dengan bahan
menjadi industri farmasi berbasis baku impor yang lebih murah
riset yang dapat melakukan dikarenakan teknologi yang lebih
penelitian dan pengembangan obat maju maupun proses yang lebih
baru, sesuai dengan karakteristik efisien. Meningkatkan penggunaan
industri farmasi yang padat bahan baku dalam negeri untuk
pengetahuan (knowledge-based kebutuhan produksi obat dalam
industry) yang mengandalkan R&D negeri dengan memprioritaskan
untuk meningkatkan daya saing. penggunaan produk sediaan farmasi
dalam negeri melalui e-tendering
4. Diperlukan kolaborasi untuk
dan e-purchasing berbasis e-
menguasai teknologi farmasi terkini,
catalogue.
baik kolaborasi dengan
institusi/lembaga dalam negeri
maupun institusi/lembaga luar
negeri. Diharapkan pada proses
kolaborasi ini secara bertahap
industri farmasi Indonesia mampu
meningkatkan kompetensinya
melalui proses transfer teknologi,

33
Pusat Data dan Informasi
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53, Lt. 3
Hotline: (021) 5265029
www.kemenperin.go.id

Anda mungkin juga menyukai