Bab I Pembuatan Simplisia Daun Sirih
Bab I Pembuatan Simplisia Daun Sirih
I. Tujuan
Agar dapat memberikan pembelajaran dalam pembuatan simplisia dari
mulai pengumpulan bahan sampai pemeriksaan hasil akhir
II. Prinsip
Berdasarkan uji simplisia
III. Teori
Tanaman sirih (Piper betle) atau sebutan lain seperti Sireh, Suruh, Sedah tentu
sangat dikenal luas dan popular sebagai tanaman yang banyak mempunyai
khasiat obat dan memiliki manfaat terhadap kesehatan.Dan sirih telah digunakan
sejak zaman nenek moyang kita terdahulu baik sebagai obat ataupun untuk
dikomsumsi rutin setiap hari (di beberapa daerah dikenal dengan kebiasaan
"nyirih").
Tanaman ini tumbuh memanjat, tinggi 5-15 m, helaian daun berbentuk bulat
telur.Bunga bentuk bulir di ujung cabang, panjang bulir 2,5-6 cm, biji membentuk
lingkaran. Ada 4 macam sirih, yaitu sirih berdaun hijau tua dengan rasa pedas
merangsang, sirih berdaun kuning, sirih kaki merpati, daun berwarna kuning
dengan tulang daun berwarna merah, dan sirih hitam yang ditanam khusus untuk
obat.Sirih tersebar di Indonesia dalam skala yang tidak terlalu luas,tumbuh di
ketinggian sampai 300 m dpl. Tumbuh liar di hutan jati dan hutan hujan.
BUDI DAYA
Turus ditanam sepanjang dua buku dan sisanya diikatkan pada tiang sandaran.
Cara lain ialah dengan memotong sulur panjang yang sudah dewasa pada
pangkalnya, daun dihilangkan kemudian sulur dibagi 3 atau 4 bagian dan ditanam
secara mendatar.Setelah turusberakar, cukup tiga sulur saja yang dibiarkan
tumbuh dan dipanjatkan diatas.Pemeliharaan yang baik menyebabkan sirih akan
bertahan selama bertahun-tahun dengan tetap memberikan hasil yang baik dari
ketiak daun akan tumbuh cabang dan ranting yang menggantung, bagian itulah
yang akan dipanen.
Bila tanaman telah terkena cahaya matahari, warna akan berubah menjadi kuning
kehijauan dan bila dikunyah terasa lebih pedas.Sirih yang tumbuh ditempat teduh,
daunnya berbentuk panjang, lemas, berwarna hijau segar, dan tidak begitu
pedas.Disamping cahaya matahari, macam pupuk juga mempengaruhi rasa
daun.Dianjurkan menggunakan pupuk kotoran ayam yang sifatnya dingin dan
daun yang dihasilkan berwarna kuning muda.Jika digunakan pupuk kotoran kuda,
sapi, atau kerbau, daunnya berwarna kuning tua.
Bila tanaman telah berumur satu tahun, dapat mulai dipanen, produksi tertinggi
akan diperoleh bila sirih telah mencapai ujung sandaran.Yang dipanen adalah
daun yang berasal dari sulur yang menggantung sebanyak 3 atau 4 ruas.Panen
dilakukan pagi sekali, ketika daun masih segar.Sulur yang telah dipanen diikat dan
dikemas dalam keranjang atau dengan memetik daun dari sulur kemudian tiap 25
lembar diikat menjadi satu.Untuk dikirim kedaerahlain, daun dibungkus dengan
daun atau pelepah pisang.
DEFINISI SIMPLISIA
Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi belum
mengalami pengolahan apapun atau telah diolah secara sederhana. Simplisia
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia,
tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman
budidaya.Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di
hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain,
misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk
memproduksi simplisia.Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam
untuk tujuan produksi simplisia.Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas,
dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari
atau Tanaman Obat Keluarga.Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan
pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.
DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat
dan lain-lain.
TAHAP PEMBUATAN
c. Waktu panen.
d. Lingkungan tempat tumbuh.
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti
kedawung, pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering
pula pemetikan pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak.
B. SORTASI BASAH
C. PENCUCIAN
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan
mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus
Micrococcus Bacillus, Streptococcus Enterobacter dan Escherishia. Pada
simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit
luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah
mikroba biasanya terdapat pada permukaan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.
D. PERAJANGAN
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap, sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena itu, bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur
dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk
mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya
jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan
untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam
pisau.Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama 1 hari.
E. PENGERINGAN
Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik
yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950,
sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu
dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik.
Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan
etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya
diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air simplisia
kurang dari 10%.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
1.1. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu,
biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di
Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan
dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara
terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl
suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini
hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya
rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat
memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada
kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut
kering. F'IDC (Food Technology Development Center IPB) telah
merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap
dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas
rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga
rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah
digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan
demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.
2. Pengeringan Buatan
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat
tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%,
sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan
dengan kadar air 10 sampai 12%.
F. SORTASI KERING
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor
luar dan dalam, antara lain :
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia
dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada
jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang
dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang
dapat mengganggu kesehatan.
IV.1. Alat:
IV.1.5. Stopwatch
IV.2. Bahan:
IV.2.1. Daun sirih segar
IV.2.2. Air bersih
V. Prosedur
Daun sirih disortasi basah atau dipilih bagian yang akan dipakainya seperti
diambil daun yang masih segar dan dibuang daun yang sudah tua / kuning serta
batang daunnya. Kemudian daun sirih dicuci bersih sampai kotoran yang
menempel pada simplisia hilang atau tercuci. Daun sirih kemudian dirajang atau
digunting selebar kurang lebih 1 cm. Daun sirih yang sudah dirajang ini kemudian
diangin-anginkan dengan menggunakan kipas angin sampai air yang masih
menempel pada daun sirih habis menguap. Daun sirih yang sudah tidak basah ini
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam oven. Suhu oven diatur pada 60°C.
Daun sirih ini dioven selama kurang lebih satu hari atau sampai daun sirih benar-
benar kering. Daun sirih yang sudah kering menjadi simplisia ini disortasi kembali
yaitu dibuang daun yang terlalu kering dan dibuang juga pengotor-pengotor
lainnya yang mungkin masuk tercampur saat pengeringan. Simplisia daun sirih ini
kemudian ditimbang kembali sampai didapat bobot akhir simplisia. Simplisia
daun sirih yang sudah jadi ini dikemas dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Keluarga : piperaceae
Kerajaan: Plantae
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
Spesies: Piper betle.
Bagian yang dipanen : daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
Alasan waktu panen : pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan
panjang 15-20 cm. Daun tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda karena zat
aktifnya tinggi
VI.4. Pencucian
Sumber air : Air bersih yang mengalir
VI.5. Perajangan
Alat perajang : Pisau bersih, tajam, dan gunting bersih
Ukuran perajangan : Bentuk rajangan daun kasar berwarna hijau muda,
lebar irisan sekitar 1 cm
VI.6. Pengeringan
Cara pengeringan : Menggunakan oven
Suhu pengeringan : 60°C
Lama pengeringan : 1 hari
Pembahasan Alex
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan simplisia daun sirih
dengan bahan baku daun sirih segar. Awalnya dilakukan identifikasi proses
pengumpulan daun sirih ini. Sumber daun sirih ini adalah berasal dari tanaman
budidaya. Bagian tanaman yang diambil adalah daun yang tidak terlalu tua atau
muda yang berwarna hijau segar. Daun sirih yang dipakai ini dipanen pada saat
daun berumur kurang lebih enam bulan. Alasan waktu pemanenan adalah daun
sirih sudah relatif lebar dengan ukuran 19 – 20 cm dan umur daun yang tidak
terlalu tua atau muda yang memiliki kemungkinan kandungan zat aktif yang
relatif tinggi.
Daun simplisia yang sudah terkumpul ini kemudian dipilah / sortasi bagian
yang masih layak digunakan yaitu bagian daun yang masih segar berwarna hijau
cerah. Bagian daun yang kering atau kekuningan dibuang. Setelah dilakukan
sortasi, daun sirih basah ini kemudian ditimbang. Didapatkan daun sirih sebanyak
94,34 gram. Daun sirih ini kemudian dicuci bersih menggunakan air bersih yang
mengalir. Hal ini dimaksudkan agar kotoran-kotoran seperti pasir atau debu yang
menempel pada daun sirih akan hilang atau tercuci bersih.
Daun yang sudah dicuci bersih kemudian dirajang dengan ukuran lebar kurang
lebih 1 cm. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pengeringan, tidak memerlukan
suhu yang terlalu tinggi atau waktu yang terlalu lama. Perajangan dilakukan pada
setiap daun sirih yang sudah dicuci, dengan menggunakan alat perajang berupa
pisau atau gunting bersih.
Daun sirih yang siap panen minimal berumur 4 bualn.Saat itu sirih terdiri atas
16 sampai 20 daun. Pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15
sampai 20 cm.Daun siap petik harus berumur 1 bulan, bersih dan warna
mengkilap. Daun yang dipetik berumur sedang, tidak terlalu tua atau muda,
karena zat aktifnya tinggi.Daun yang subur berukuran 10 cm dan 5 cm. Bila
dipegang, daun terasa tebal dan kaku (tidak lemas). Semakin tua warna daun,
semakin tebal. Semakin tebal daun, semakin kaku.Aroma daun tajam dan rasanya
pahit.Dalam sepekan panen sekali, tapi bila tanaman rimbun panen setiap hari
juga memungkinkan.Hindari memetik daun yang terkena cipratan tanah, terutama
pada waktu musim hujan.Pemetikan dimulai dari tanaman bagian bawah
menuju atas.Daun dipetik sekitar 60 cm dari permukaan tanah, dengan tujuan
meminimalkan bila ada kotoran atau debu yang menempel.
Bila daun dipetik sekitar 10 cm dari permukaan tanah, kotoran terlalu banyak
sehingga kurang layak panen. Semakin sering daun dipanen, semakin cepat tunas
tumbuh. Pemetikan sebaiknya pada pagi hingga pukul 11.00. Bila dipetik pada
sore hari, menghambat proses pengeringan. Pemetikan dilakukan dengan
menggunakan pisau tajam, bersih dan steril.
Selanjutnya simplisia yang telah jadi di simpan dan dikemas dalam wadah
plastik, dan disimpan pada tempat yang sejuk untuk menjaga mutu simplisia
tersebut untuk selanjutnya dilakukan percobaan lain yaitu pemeriksaan mutu
simplisia, yang meliputi kadar air simplisia, kadar abu simplisia, susut
penegringan dan skrining simplisia.
Pembahasan Erwin
Pada praktikum kali ini kelompok kami membuat simplisia daun sirih dari mulai
memetik samapai menjadi simplia yang kami lakukan. Daun sirih merupakan
tanaman khas atau Flora Identitas provinsi Kepulauan Riau. Tanaman yang konon
asli Indonesia dan tumbuh merambat pada batang pohon lain ini ditetapkan
sebagai maskot (identitas) provinsi kepulauan ini.
Sirih yang dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Piper betle, sejak dahulu
telah dimanfaatkan oleh masyarakat terutama dengan mengunyah daun atau
buahnya bersama gambir, pinang, dan kapur. Tanaman yang di Jawa disebut juga
sebagai suruh atau Sedah sedangkan di Sunda kerap dinamai seureuh termasuk
jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman sirih
(Piper betle) panjangnya mampu mencapai puluhan meter.
Bentuk daun sirih pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang.
Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna
hijau agak kecoklatan dengan permukaan kulitnya yang kasar dan berkerut-kerut.
Buah sirih (Piper betle) merupakan buah buni yang berbentuk bulat berwarna
hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
Hal yang pertama kami lakukan dalam pembuatan simplisia ini yaitu kita
melakukan atau memilih daun yang kotor atau yang tidak layak di pisahkan
dengan daun yang layak seperti daun yang tidak layak yaitu daun yang busuk,
yang banyak ulat atau banyak yang sobek. Daun sirih yang bagus untuk membuat
simplisia yaitu daun yang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda juga
sekitar umur 4 bulanan daun sirih usdah siap di panen dan di jadikan simplisia
juga. Kenapa dalam waktu 4 bulan baik untuk di panen, karena pada usia 4 bulan
daun sirih sudah selektif dan lebat.
Pada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pasca panen pada
simplisia daun siri (piperis betle folium). Penanganan pasaca panen ini akan
berpengaruh terhadap mutu simplisia yang akan dibuat bahan baku obat. Untuk
mengetahui pengaruh pasca panen tanaman obat terhadap mutu dan kandungan
simplisia, dapat dilakukan uji kontrol kualitas simplisia. Uji-uji yang dilakukan
dalam praktikum ini meliputi uji kadar minyak atsiri, susut pengeringan, kadar
zat aktif dan uji kadr air. Uji ini dapat ditindaklanjuti sebagai standarisasi
simplisia untuk bahan obat.
Pada sortasi basah, sirih harus dipisahkan dari Pencemar-pencemar lain seperti
gulma, rumput, tanah, kerikil.Daun sering terkontaminasi oleh bahan yang ringan
sehingga mudah terbawa oleh udara, seperti debu, mikroba, parasit, spora.Oleh
karena itu harus dilakukan sortasi basah berupa pencucian.
Pada proses pengeringan, simplisia sirih yang telah dicucidi oven dengan suhu
sekitar 37’C. Secara umum , pengeringan bertujuan untuk mencegah kerusakan
kandungan zat aktif yang ada dalm tanaman sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Kerusakan tersebut akibat peruraian zat aktif secar
enzimatis seperti hidroliss, oksidasi dan polimerisasi, sehingga randemenya akan
turun. Pengeringan simplisia harus dilakukan secepatnya sebab aktivitas enzim
akan naik naik dengan adanya air dalam simplisia, apalagi air tersebut dari sisa
pencucian. Dengan pengeringan, kadar air yang terdapat dalam simplisia akan
berkurang sampai pada titik tertentu yang menyebabkan enzim-enzim menjadi
tidak aktif. Selain itu, dalam keadaan kering, dapt mencegah tumbuhnya jamur
dan bakteri. Kapang sudah dapat berkembang dengan baik pada simplisia dengan
kadar air sekitar 18%. Kadar air 10% sudah cukup untuk meperpanjang waktu
simpan simplisia.
Pembahasan Neneng
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah mengenai pembuatan simplisia daun
sirih.Pembuatan simplisia daun sirih ini mengalami beberapa tahap dalam
pengerjaannya. Tahap yang dilakukan dimulai dari proses pengumpulan bahan
baku sampai dengan tahap sortasi kering.
Pada tahap awal yaitu pengumpulan bahan baku, daun sirih yang digunakan
diperoleh dari hasil tanaman budidaya. bagian yang dipanen adalah daun yang
tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, hal ini bertujuan agar diperoleh kadar zat
aktifnya yang tinggi. Daun sirih tersebut kemudian diproses lebih lanjut ke tahap
sortasi basah. Jumlah simplisia yang telah mengalami sortasi basah adalah 94.34
gr. Tahap ketiga adalah proses pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan
tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih yang mengalir.
VIII. Kesimpulan