Anda di halaman 1dari 33

PEMBUATAN SIMPLISIA DAUN SIRIH

I. Tujuan
Agar dapat memberikan pembelajaran dalam pembuatan simplisia dari
mulai pengumpulan bahan sampai pemeriksaan hasil akhir

II. Prinsip
Berdasarkan uji simplisia

III. Teori

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau


bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya, daunnya biasa dimakan
dengan cara dikunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Sirih digunakan sebagai
tanaman obat (fitofarmaka) dan sangat berperan dalam kehidupan pada berbagai
upacara adat rumpun Melayu.

Tanaman sirih (Piper betle) atau sebutan lain seperti Sireh, Suruh, Sedah tentu
sangat dikenal luas dan popular sebagai tanaman yang banyak mempunyai
khasiat obat dan memiliki manfaat terhadap kesehatan.Dan sirih telah digunakan
sejak zaman nenek moyang kita terdahulu baik sebagai obat ataupun untuk
dikomsumsi rutin setiap hari (di beberapa daerah dikenal dengan kebiasaan
"nyirih").

Tanaman ini tumbuh memanjat, tinggi 5-15 m, helaian daun berbentuk bulat
telur.Bunga bentuk bulir di ujung cabang, panjang bulir 2,5-6 cm, biji membentuk
lingkaran. Ada 4 macam sirih, yaitu sirih berdaun hijau tua dengan rasa pedas
merangsang, sirih berdaun kuning, sirih kaki merpati, daun berwarna kuning
dengan tulang daun berwarna merah, dan sirih hitam yang ditanam khusus untuk
obat.Sirih tersebar di Indonesia dalam skala yang tidak terlalu luas,tumbuh di
ketinggian sampai 300 m dpl. Tumbuh liar di hutan jati dan hutan hujan.

Kandungan yang terdapat dalam daun sirihhijau sangat banyak. Beberapa


kandungan itu diantaranya adalah: fenil propana, minyak atsiri,
hidroksikavicol, estragol, kavicol, kavibetol, allylpyrokatekol, caryophyllene,
cyneole, cadinene, diastase, tanin, pati, seskuiterpena, terpennena dan gula. Semua
zat itulah yang membuat sirih menjadi tanaman yang kaya manfaat dan
kegunaannya karena dapat menyehatkan manusia.

Daun sirih memiliki manfaat antara alain : menahan pendarahan,


menyembuhkan luka pada kulit, sebagai obat saluran pencernaan, menguatkan
gigi, membantu membersihkan tenggorokan, memiliki kemampuan antiseptic,
sebagai antioksidasi dan fungisida, membantu melawan bakteri gram positif dan
negatif, mengobati sakit mata, mengobati pendarahan gusi dan mencegah gusi
berdarah, dan masih banyak manfaat lainnya.

BUDI DAYA

Perbanyakan tanaman menggunakan sulur.Turus diambil dari sulur di bagian


ujung atas sepanjang 40-50 cm. Untuk pertumbuhannya, sirih memerlukan
sandaran pohon hidup, seprti dadap, kapuk randu, kelor, waru atau gamal.Pohon
sandaran ditanam pada musim hujan sebelum menanam sirih, dengan jarak 1,5 m.
Tiap dua baris dibuat selokan atau parit untuk mengalirkan air karena sirih tidak
tahan terhadap tanah yang terlalu basah.Selokan digunakan juga untuk mengairi
sirih di musim kemarau.Bila sandaran sudah berakar baik, pada permulaan musim
hujan dibuat lubang di sekitar sandaran.

Turus ditanam sepanjang dua buku dan sisanya diikatkan pada tiang sandaran.
Cara lain ialah dengan memotong sulur panjang yang sudah dewasa pada
pangkalnya, daun dihilangkan kemudian sulur dibagi 3 atau 4 bagian dan ditanam
secara mendatar.Setelah turusberakar, cukup tiga sulur saja yang dibiarkan
tumbuh dan dipanjatkan diatas.Pemeliharaan yang baik menyebabkan sirih akan
bertahan selama bertahun-tahun dengan tetap memberikan hasil yang baik dari
ketiak daun akan tumbuh cabang dan ranting yang menggantung, bagian itulah
yang akan dipanen.

Bila tanaman telah terkena cahaya matahari, warna akan berubah menjadi kuning
kehijauan dan bila dikunyah terasa lebih pedas.Sirih yang tumbuh ditempat teduh,
daunnya berbentuk panjang, lemas, berwarna hijau segar, dan tidak begitu
pedas.Disamping cahaya matahari, macam pupuk juga mempengaruhi rasa
daun.Dianjurkan menggunakan pupuk kotoran ayam yang sifatnya dingin dan
daun yang dihasilkan berwarna kuning muda.Jika digunakan pupuk kotoran kuda,
sapi, atau kerbau, daunnya berwarna kuning tua.

Bila tanaman telah berumur satu tahun, dapat mulai dipanen, produksi tertinggi
akan diperoleh bila sirih telah mencapai ujung sandaran.Yang dipanen adalah
daun yang berasal dari sulur yang menggantung sebanyak 3 atau 4 ruas.Panen
dilakukan pagi sekali, ketika daun masih segar.Sulur yang telah dipanen diikat dan
dikemas dalam keranjang atau dengan memetik daun dari sulur kemudian tiap 25
lembar diikat menjadi satu.Untuk dikirim kedaerahlain, daun dibungkus dengan
daun atau pelepah pisang.

DEFINISI SIMPLISIA

Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi belum
mengalami pengolahan apapun atau telah diolah secara sederhana. Simplisia
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.

b. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

c. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia,
tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman
budidaya.Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di
hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain,
misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk
memproduksi simplisia.Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam
untuk tujuan produksi simplisia.Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas,
dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari
atau Tanaman Obat Keluarga.Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan
pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.
DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat,


tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan
mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan
suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa
aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan
perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan
yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.

b. Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak


berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati,


penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada
prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan
persyaratan.

d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat
dan lain-lain.

TAHAP PEMBUATAN

Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :

A. Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain


tergantung pada :

a. Bagian tanaman yang digunakan.

b. Umur tanaman yang digunakan.

c. Waktu panen.
d. Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di


dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang
terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal didalam bagian tanaman atau
tanaman pada umur tertentu. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan
waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Disamping waktu
panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam
sehari. Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen
pada pagi hari, dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari
perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif didalam
simplisia terhadap panas sinar matahari. Secara garis besar, pedoman panen
sebagai berikut :

1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti
kedawung, pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering
pula pemetikan pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak.

2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan


sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan pada buah seperti perubahantingkat kekeraan, missal
labu merah. Perubahan warna, misalnya asam, kadar air buah, misalnya
belimbing wuluh, jeruk nipis. Perubahan bentuk buah, misalnya mentimun,
pare.

3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya, pengambilan


dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari
vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam
kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman
yang diambil daun pucuk adalah kumis kucing.
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang
diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian
cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun
tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini
misal sembung.

5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan


dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat
pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada
musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim
kemarau.

6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis,pengambilan dilakukan


pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas
tanah berhenti, misalnya bawang merah.

7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan


dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas
tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum.
Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau
menggunakan mesin. Dalam hal ini keterampilan pemetik diperlukan, agar
diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak
merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik
perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak
digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif siniplisia seperti
fenol, glikosida dan sebagainya.

B. SORTASI BASAH

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-


bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya harus dibuang.Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi.Oleh Karena
itu, pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.

C. PENCUCIAN

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya


yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian sayur-sayuran
satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan
pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari
jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari
semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga
sejumlah mikroba.

Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan
mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus
Micrococcus Bacillus, Streptococcus Enterobacter dan Escherishia. Pada
simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit
luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah
mikroba biasanya terdapat pada permukaan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.

D. PERAJANGAN

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.


Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau atau dengan alat mesin perajang khusus sehingga
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap, sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena itu, bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur
dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk
mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya
jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan
untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam
pisau.Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama 1 hari.

E. PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia
pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik
lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif
sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung
kadar air tertentu.

Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik
yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950,
sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu
dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik.
Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan
etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya
diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air simplisia
kurang dari 10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau


menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama
proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara,
Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia
tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan
bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh
simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.

Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face


hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu
tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air
dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan
kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara


pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C,
tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang
mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan
cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang
atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada
dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan
buatan.

1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

1.1. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu,
biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di
Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan
dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara
terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl
suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini
hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya
rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat
memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada
kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut
kering. F'IDC (Food Technology Development Center IPB) telah
merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap
dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas
rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga
rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah
digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan
demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.

1.2. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari


langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan
mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2. Pengeringan Buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar


matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan
dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai
berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor,
mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan
atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas
rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang
sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.

Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan


mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu
pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai
contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran
dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10%
sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia
dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.

Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat
tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%,
sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan
dengan kadar air 10 sampai 12%.

F. SORTASI KERING

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum
sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal,
sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk
rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-
benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
G. PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN

Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor
luar dan dalam, antara lain :

1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan


perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi,
rasemisasi, dan sebagainya.

2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami


perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan
perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang
semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan
sebagainya.

3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat


disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi,
oto-oksidasi dan sebagainya.

4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka


simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga
rnakin lama makin mengecil (kisut).

5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila


disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara
sehingga menjadi kempal basah atau mencair.

6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai


sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing
(misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).

7. Serangga : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada


simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk dewasanya.
Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa
metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang
bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.

8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia
dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada
jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang
dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang
dapat mengganggu kesehatan.

IV. Alat dan Bahan

IV.1. Alat:

IV.1.1. Oven yang dilengkapi pengatur suhu

IV.1.2. Alat perajang seperti pisau / gunting bersih

IV.1.3. Loyang / wadah

IV.1.4. Kipas angin

IV.1.5. Stopwatch

IV.1.6. Neraca analitik

IV.2. Bahan:
IV.2.1. Daun sirih segar
IV.2.2. Air bersih

V. Prosedur
Daun sirih disortasi basah atau dipilih bagian yang akan dipakainya seperti
diambil daun yang masih segar dan dibuang daun yang sudah tua / kuning serta
batang daunnya. Kemudian daun sirih dicuci bersih sampai kotoran yang
menempel pada simplisia hilang atau tercuci. Daun sirih kemudian dirajang atau
digunting selebar kurang lebih 1 cm. Daun sirih yang sudah dirajang ini kemudian
diangin-anginkan dengan menggunakan kipas angin sampai air yang masih
menempel pada daun sirih habis menguap. Daun sirih yang sudah tidak basah ini
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam oven. Suhu oven diatur pada 60°C.
Daun sirih ini dioven selama kurang lebih satu hari atau sampai daun sirih benar-
benar kering. Daun sirih yang sudah kering menjadi simplisia ini disortasi kembali
yaitu dibuang daun yang terlalu kering dan dibuang juga pengotor-pengotor
lainnya yang mungkin masuk tercampur saat pengeringan. Simplisia daun sirih ini
kemudian ditimbang kembali sampai didapat bobot akhir simplisia. Simplisia
daun sirih yang sudah jadi ini dikemas dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.

VI. Data Pengamatan

Nama simplisia : piperis betle folium

Nama Lain : piper betle

Keluarga : piperaceae

VI.1. Klasifikasi Ilmiah:

Kerajaan: Plantae

Ordo: Piperales

Famili: Piperaceae

Genus: Piper
Spesies: Piper betle.

Sinonim: Chavica auriculata Miq. danArtanthe hixagona

VI.2. Pengumpulan bahan

Sumber bahan baku : tanaman budidaya

Bagian yang dipanen : daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda

Waktu panen : minimal berumur 4 bulan

Alasan waktu panen : pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan
panjang 15-20 cm. Daun tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda karena zat
aktifnya tinggi

VI.3. Sortasi basah


Jumlah simplisia pada saat sortasi basah : 94,34 gr

VI.4. Pencucian
Sumber air : Air bersih yang mengalir

VI.5. Perajangan
Alat perajang : Pisau bersih, tajam, dan gunting bersih
Ukuran perajangan : Bentuk rajangan daun kasar berwarna hijau muda,
lebar irisan sekitar 1 cm

VI.6. Pengeringan
Cara pengeringan : Menggunakan oven
Suhu pengeringan : 60°C
Lama pengeringan : 1 hari

VI.7. Sortasi kering


Jumlah simplisia pada saat sortasi kering : 22,51 gr
VII. Pembahasan

Pembahasan Alex

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan simplisia daun sirih
dengan bahan baku daun sirih segar. Awalnya dilakukan identifikasi proses
pengumpulan daun sirih ini. Sumber daun sirih ini adalah berasal dari tanaman
budidaya. Bagian tanaman yang diambil adalah daun yang tidak terlalu tua atau
muda yang berwarna hijau segar. Daun sirih yang dipakai ini dipanen pada saat
daun berumur kurang lebih enam bulan. Alasan waktu pemanenan adalah daun
sirih sudah relatif lebar dengan ukuran 19 – 20 cm dan umur daun yang tidak
terlalu tua atau muda yang memiliki kemungkinan kandungan zat aktif yang
relatif tinggi.

Daun simplisia yang sudah terkumpul ini kemudian dipilah / sortasi bagian
yang masih layak digunakan yaitu bagian daun yang masih segar berwarna hijau
cerah. Bagian daun yang kering atau kekuningan dibuang. Setelah dilakukan
sortasi, daun sirih basah ini kemudian ditimbang. Didapatkan daun sirih sebanyak
94,34 gram. Daun sirih ini kemudian dicuci bersih menggunakan air bersih yang
mengalir. Hal ini dimaksudkan agar kotoran-kotoran seperti pasir atau debu yang
menempel pada daun sirih akan hilang atau tercuci bersih.
Daun yang sudah dicuci bersih kemudian dirajang dengan ukuran lebar kurang
lebih 1 cm. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pengeringan, tidak memerlukan
suhu yang terlalu tinggi atau waktu yang terlalu lama. Perajangan dilakukan pada
setiap daun sirih yang sudah dicuci, dengan menggunakan alat perajang berupa
pisau atau gunting bersih.

Perlakuan selanjutnya adalah mengeringkan daun sirih yang sudah dirajang


dengan cara diangin-angin dengan menggunakan kipas angin atau didiamkan pada
suhu kamar sampai terlihat kering. Setelah dilihat cukup kering untuk dioven,
daun sirih ini kemudian dimasukkan ke dalam oven dan suhunya diatur pada
60°C. Pengeringan dilakukan bukan pada suhu di atas 60°C dimaksudkan agar
zat-zat aktif yang terdapat dalam daun sirih tidak rusak atau menguap.
Pengeringan dapat dilakukan pada suhu di bawah 60°C tetapi dengan cara
menaikkan tekanan pada sistem sehingga titik didih air dapat diturunkan.
Pengeringan ini dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang kering dengan
kadar air kurang dari 6% supaya simplisia dapat disimpan dalam jangka waktu
yang panjang tanpa ditumbuhi jamur.
Pembahasan Elvina
Salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obat-obatan yang
berasal dari tumbuhan adalah farmakognosi. Farmakognosi juga merupakancara
pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan
alam. Farmakognosi juga mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam
yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral.

Pada praktikum farmakognosi ini, dilakukan beberapa percobaan, yaitu


pembuatan simplisia dan pemeriksaan mutu seperti susut pengeringan simplisia,
pemeriksaan kadar abu simplisia dan skrining simplisia.

Pada percobaan pertamayaitupembuatan simplisia. Tanaman yang akan


dijadikan simplisia pada percobaan kali ini adalah simplisia daun sirih (piper
betle). Daun sirih merupakan salah satu tanaman obat yang dalam banyak
peminatnya baik dari kalangan agribisnis maupun pengusaha obat tradisional.Hal
ini disebabkan karena baik secara empiris maupun hasil penelitian medis
membuktikan bahwa dalam daun sirih terkandung berbagai macam senyawa kimia
yang berguna bagi kesehatan manusia.Perandaun sirih
dalam pengobatan tradisional mendorong para peneliti diberbagai belahan dunia
melakukan berbagai penelitian mengenai khasiat daun sirih.
Daun sirih banyak ditanam dihalaman, batang berwarna hijau
kecokelatan, permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodule/ruas
yang besar tempat keluarnya akar. Tumbuh memanjat dan bersandar pada batang
pohon lain, tinggi dapat mencapai 5 m – 15 m. Daun tebal tumbuh berseling,
bertangkai, daun berbentuk jantung dengan daun meruncing, tepi rata. Lebar 2,5
cm – 10 cm, panjang 5 cm – 18 cm, mengeluarkan bau aromatik bila diremas.
Bungan tersusun dalam bentuk bulir, merunduk, panjang 5 – 15 cm, sendiri-
sendiri diujung cabang ketiaak daun.
Daun sirih memiliki banyak khasiat, untuk pemakaian dalam
berguna untuk mengobati batuk, bronchitis, gangguan lambung (gastritis),
rheumatic, bengkak, menghilangkan bau badan, dan keputihan
( leucorrhoe).Sedangkan untuk
pemakaian luar daun sirih berguna untuk mengobati luka bakar,koreng
(Pyodermi), kurap kaki, bisul, mimisan, perdarahan gusi, mengurangi produksi
ASI (Air Susu Ibu) dan menghilangkan gatal.
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat
alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk.
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan
kecualidinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia mineral atau pelikan.Adapun simplisia yang dibuat pada praktikum ini
adalah simplisia nabati.Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa
tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.

Tahap-tahap pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi


basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dann
penyimpanan.

Dalam pengumpulan bahan baku, kita harus mengetahui darimana sumber


daun sirih tersebut berasal. Pada praktikum kali ini praktikan mendapatkan daun
sirih dengan cara membeli dari pedagang yang berjualan dipasar geger kalong,
bagian tanaman yang digunakan yaitu daun segar yang tidak terlalau tua maupun
tidak terlalau muda. Waktu panen daun sirih yang digunakan juga sangat erat
hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang
akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.Senyawa aktif tersebut
secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.

Daun sirih yang siap panen minimal berumur 4 bualn.Saat itu sirih terdiri atas
16 sampai 20 daun. Pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15
sampai 20 cm.Daun siap petik harus berumur 1 bulan, bersih dan warna
mengkilap. Daun yang dipetik berumur sedang, tidak terlalu tua atau muda,
karena zat aktifnya tinggi.Daun yang subur berukuran 10 cm dan 5 cm. Bila
dipegang, daun terasa tebal dan kaku (tidak lemas). Semakin tua warna daun,
semakin tebal. Semakin tebal daun, semakin kaku.Aroma daun tajam dan rasanya
pahit.Dalam sepekan panen sekali, tapi bila tanaman rimbun panen setiap hari
juga memungkinkan.Hindari memetik daun yang terkena cipratan tanah, terutama
pada waktu musim hujan.Pemetikan dimulai dari tanaman bagian bawah
menuju atas.Daun dipetik sekitar 60 cm dari permukaan tanah, dengan tujuan
meminimalkan bila ada kotoran atau debu yang menempel.
Bila daun dipetik sekitar 10 cm dari permukaan tanah, kotoran terlalu banyak
sehingga kurang layak panen. Semakin sering daun dipanen, semakin cepat tunas
tumbuh. Pemetikan sebaiknya pada pagi hingga pukul 11.00. Bila dipetik pada
sore hari, menghambat proses pengeringan. Pemetikan dilakukan dengan
menggunakan pisau tajam, bersih dan steril.

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkankotoran – kotoran atau


bahan – bahan asing lainnya dari bahan simplisia.Misalnya pada simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan – bahan sepertitanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainyaharus
dibuang.Pada praktikum kali ini sortasi basah dilakukan pula untuk memilih daun
yang layak untuk dijadikan simplisia, misalnya tua atau mudanya daun, serta
untuk memisahkan dari bahan atau pengotor yang tidak diinginkan.

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoranlainya yang


melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang
mengalir, air bersih yang digunakan misalnya air dari mata air, air dari sumur atau
air PAM.

Beberapa jenis bahansimplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan


bahan simplisiadilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan
dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
khusus sehingga diperoleh irisan atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.Pada perajangan daun sirih lebar irisan sekirtar 1 cm.

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak, sehingga dapat disimpan dalamwaktu yang lebih lama. Dengan
mengurangikadar air dan menghentikan reaksienzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan dijemur
dibawah sinar matahari langsung dan bisa juga dengan cara dioven. Pada proses
pengeringan kali ini, pengeringan tidak dilakukan secara manual dibawah sinar
matahari dikarenakan musim penghujan, maka dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan oven. Suhu yang digunakan pada oven yaitu suhu 600C, karena
pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik dimana metabolit yang terkandung
dalam simplisia tidak akan hilang.

Sortasi kering sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia.Tujuansortasi kering untuk memisahkan benda–benda asing seperti
bagian – bagian tanamanyang tidak diinginkan dan pengotor–pengotor lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

Selanjutnya simplisia yang telah jadi di simpan dan dikemas dalam wadah
plastik, dan disimpan pada tempat yang sejuk untuk menjaga mutu simplisia
tersebut untuk selanjutnya dilakukan percobaan lain yaitu pemeriksaan mutu
simplisia, yang meliputi kadar air simplisia, kadar abu simplisia, susut
penegringan dan skrining simplisia.
Pembahasan Erwin

Pada praktikum kali ini kelompok kami membuat simplisia daun sirih dari mulai
memetik samapai menjadi simplia yang kami lakukan. Daun sirih merupakan
tanaman khas atau Flora Identitas provinsi Kepulauan Riau. Tanaman yang konon
asli Indonesia dan tumbuh merambat pada batang pohon lain ini ditetapkan
sebagai maskot (identitas) provinsi kepulauan ini.

Sirih yang dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Piper betle, sejak dahulu
telah dimanfaatkan oleh masyarakat terutama dengan mengunyah daun atau
buahnya bersama gambir, pinang, dan kapur. Tanaman yang di Jawa disebut juga
sebagai suruh atau Sedah sedangkan di Sunda kerap dinamai seureuh termasuk
jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman sirih
(Piper betle) panjangnya mampu mencapai puluhan meter.

Bentuk daun sirih pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang.
Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna
hijau agak kecoklatan dengan permukaan kulitnya yang kasar dan berkerut-kerut.
Buah sirih (Piper betle) merupakan buah buni yang berbentuk bulat berwarna
hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.

Selain itu, ternyata sirih mempunyai berbagai khasiat dan manfaat


terutama sebagai obat-obatan herbal. Berbagai penyakit mulai batuk, sariawan,
sakit mata, eksim, bau mulut, hingga keputihan, sakit jantung, dan sifilis dapat
diobati dengan daun dan buah sirih.

Hal yang pertama kami lakukan dalam pembuatan simplisia ini yaitu kita
melakukan atau memilih daun yang kotor atau yang tidak layak di pisahkan
dengan daun yang layak seperti daun yang tidak layak yaitu daun yang busuk,
yang banyak ulat atau banyak yang sobek. Daun sirih yang bagus untuk membuat
simplisia yaitu daun yang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda juga
sekitar umur 4 bulanan daun sirih usdah siap di panen dan di jadikan simplisia
juga. Kenapa dalam waktu 4 bulan baik untuk di panen, karena pada usia 4 bulan
daun sirih sudah selektif dan lebat.

Setelah itu di pisakan kemudian di cuci atau sortasi basah dengan


menggunakan air bersih yang mengalir tujuanya untuk menghilangkan kotoran
atau bakteri yang menempel di daun sirih tersebut. Hindari pencucian yang terlalu
lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam
air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
Kemudian lakukan proses perajangan untuk memudahkan dalam proses
pengeringan, ika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan
alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan
Pengeringan dapat dilakukan yaitu dengan alat pemanas/oven pada suhu 40-50oC.
Pengeringan dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%.
Daun sirih yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan tidak
saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah daun sirih yang
dihasilkan.
Pembahsan Gustav

Pada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pasca panen pada
simplisia daun siri (piperis betle folium). Penanganan pasaca panen ini akan
berpengaruh terhadap mutu simplisia yang akan dibuat bahan baku obat. Untuk
mengetahui pengaruh pasca panen tanaman obat terhadap mutu dan kandungan
simplisia, dapat dilakukan uji kontrol kualitas simplisia. Uji-uji yang dilakukan
dalam praktikum ini meliputi uji kadar minyak atsiri, susut pengeringan, kadar
zat aktif dan uji kadr air. Uji ini dapat ditindaklanjuti sebagai standarisasi
simplisia untuk bahan obat.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi suatu simplisia karena tiap


simplisia mempunyai kandungan atau kadar abu yang berbeda-beda, dimana
bahan anorganik yang terdapat dalam simplisia tersebut ada yang terbentuk secara
alami dalam tumbuhan

Penanganan pasca panen tumbuhan obat pada intinya adalah membuat


simplisia yang baik, benar dan memenuhi syarat.Untuk itu perlu penanganan yang
teliti pada setiap tahap teknologi pasca panen. Tahap-tahap tersebut meliputi
sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan, dan penyimpanan

Pada sortasi basah, sirih harus dipisahkan dari Pencemar-pencemar lain seperti
gulma, rumput, tanah, kerikil.Daun sering terkontaminasi oleh bahan yang ringan
sehingga mudah terbawa oleh udara, seperti debu, mikroba, parasit, spora.Oleh
karena itu harus dilakukan sortasi basah berupa pencucian.

Tahap selanjutnya adalah pencucian.Pencucian dilakukan di air yang mengalir


yaitu dari sumur dan ledeng.Pencucian menggunakan air sumur perlu
memperhatikan pencemar yang mungkin timbul akibat mikroba.Beberapa bakteri
pencemar air yang perlu diketahui adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococus,
Streptococcus, Bacillus, Enterobacter, dan Escheria coli. Namun pencucian yang
dilakukan sebanyak tiga kali akan menurunkan mikroba sebanyak 58%. Pada
daun dalam keadaan basah mungkin masih terbapat pencemar mikroba. Namun
setelah pengeringan nanti pencermar tersebut akan berkurang secara drastis,
akibat sedikitnya kandungan air. Pencucian menggunakan fasilitas air air PAM
(ledeng) sering tercemar dengan kapur khlor. Jika airnya mengandung kapur klor,
akan menyebabkan suasana basa, sehingga kemungkinkan, kandungan alkaloid
dalam daun dapat terdegradasi menjadi asam ferulat.

Tahap pengubahan bentuk dilakukan dengan merajang rimpang secara


melintang dengan tebal kira-kira 3mm-4mm. Tujuan perajangan ini adalah untuk
memeperluas permukaan bahan baku, sehingga waktu pengeringan cepat kering.
Irisan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan
rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.
Dengan perajangan, akan terbentuk simplisia temulawak yang mempunyai bentuk
yang teratur, mudah dikemas dan mudah disimpan

Pada proses pengeringan, simplisia sirih yang telah dicucidi oven dengan suhu
sekitar 37’C. Secara umum , pengeringan bertujuan untuk mencegah kerusakan
kandungan zat aktif yang ada dalm tanaman sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Kerusakan tersebut akibat peruraian zat aktif secar
enzimatis seperti hidroliss, oksidasi dan polimerisasi, sehingga randemenya akan
turun. Pengeringan simplisia harus dilakukan secepatnya sebab aktivitas enzim
akan naik naik dengan adanya air dalam simplisia, apalagi air tersebut dari sisa
pencucian. Dengan pengeringan, kadar air yang terdapat dalam simplisia akan
berkurang sampai pada titik tertentu yang menyebabkan enzim-enzim menjadi
tidak aktif. Selain itu, dalam keadaan kering, dapt mencegah tumbuhnya jamur
dan bakteri. Kapang sudah dapat berkembang dengan baik pada simplisia dengan
kadar air sekitar 18%. Kadar air 10% sudah cukup untuk meperpanjang waktu
simpan simplisia.

Penjemuran secara tidak langsung ini bertujuan untuk menghindari kontak


langsung dengan pancaran sinar ultra violet.Simplisia ini ditempatkan pada rak
besi yang tebuka bagian sisi kanan, kiri, dan bawah, agar aliran atau sirkulasi
udara bagus. Selama penjemuran, simplisia terkadang dibalik-balik , agar
pengeringanya rata dan tidak terjadi face hardening, mengingat ketebalan irisan
daun sebesar 3mm-4mm. Pembolak-balikan simplisia selama pengeringan juga
untuk menghindari tumbuhnya jamur. Mengingat simplisia dijemur dengan
naungan kain hitam maka, kecepatan penguapan air dari simplisia terlalu lambat,
jadi harus sering dibalik agar simplisia tidak ditumbuhi jamur. Tumbuhnya jamur
pada proses pengeringan dapat mempengaruhi komposisi dari zat aktif.

Setelah pengeringan, dilakukan sortasi kering. Sortasi kering ini dengan


memilah-milah simplisia yang mempunyai penampilan yang bagus, bentuk dan
ukuran simplisia yang memenuhi syarat. Mengingat simplisia dijemur di
lingkungan luar, maka perlu diperhatikan adnaya pencemar. Pencemar tersebut
diantaranya adalah simplisia lain yang diterbangkan angin dan masuk dalam
wadah simplisia sirih.Serangga yang suka hinggap di simplisia, kotoran hewan
dan jenis sampah-sampah lain.

Tahap selanjutnya adalah pengepakan dan penyimpanan. Simplisia yang telah


kering, harus segera dikemas dan disimpan. Simplisia perlu ditempatkan dalam
suatu wadah agar tidak saling bercampur antar simplisia satu dengan yang lain.
Simplisia sirih ditempatkan dalam wadah nampan dan disimpan dalam keadaan
terbuka.Simplisia disimpan dalam suhu kamar yaitu pada suhu antara 15 o-
30oC.Kelembapan tidak diatur.Penyimpanan simplisia sirih ditempatkan dalam
almari tertutup.Hal ini mempunyai keuntungan yaiu mencegah angin masuk,
Serangga sukar masuk dan simplisia tidak terkena sinar matahariyang berlebihan,
namun sirkulasi udaranya kurang lancar.Penyimpanan simplisia secara terbuka,
kurang begitu melindungi simplisia, karena simplisia kontak langsung dengan
udara luar, sehingga kurang terjaganya kelembapan, keutuhan zat aktif dan
bentuknya.Dalam penyimpanannya simplisia tersebut harus diberi etiket. Etiket
tersebut minimal harus memuat nama simplisia, berat kering, berat basah, tanggal
pembuatan, lama pengeringan , jenis pengeringan, dan nama pembuat simplisia.

Pembahasan Neneng

Praktikum yang dilakukan kali ini adalah mengenai pembuatan simplisia daun
sirih.Pembuatan simplisia daun sirih ini mengalami beberapa tahap dalam
pengerjaannya. Tahap yang dilakukan dimulai dari proses pengumpulan bahan
baku sampai dengan tahap sortasi kering.

Pada tahap awal yaitu pengumpulan bahan baku, daun sirih yang digunakan
diperoleh dari hasil tanaman budidaya. bagian yang dipanen adalah daun yang
tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, hal ini bertujuan agar diperoleh kadar zat
aktifnya yang tinggi. Daun sirih tersebut kemudian diproses lebih lanjut ke tahap
sortasi basah. Jumlah simplisia yang telah mengalami sortasi basah adalah 94.34
gr. Tahap ketiga adalah proses pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan
tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih yang mengalir.

Tahap keempat adalah perajangan.Perajangan dilakukan dengan menggunakan


pisau bersih, steril, tajam, dan gunting bersih. Perajangan daun sirih dilakukan
agar diperoleh bentuk rajangan daun yang lebih kecil sehingga akan memudahkan
proses simplisia menuju tahap berikutnya. Perajangan bahan simplisia dilakukan
untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau dengan mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis hingga diperoleh ukuran yang dikehendaki.

Tahap kelima adalah pengeringan.Pengeringan ini dilakukan dengan


menggunakan oven yang ditaur pada suhu 60°C selama 1 hari. Proses pengeringan
ini termasuk kedalam pengeringan buatan karena tidak menggunakan sinar
matahari langsung. Keuntungannya adalah dengan menggunakan pengeringan
buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena
pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa
dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Pengeringan merupakan usaha untuk
menurunkan kadar air bahan simplisia sampai ketingkat yang diinginkan dan
menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat
aktif. Pengeringanjuga bertujuan untuk memudahkan dalam pengelolaan dan agar
lebih tahan disimpan dalam jangka cukup lama. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengeringan antara lain: waktu pengeringan, suhu
pengeringan, kelembapan udara di sekitarnya,kelembapan bahan atau kandungan
air dari bahan, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara,dan luas
permukaan bahan.Suhu pengeringan sangat berpengaruh terhadap kualitas,
terutama pada perubahan kadar fitokimia atau senyawa aktif. Hasil pengeringan
pada daun sirih menunjukkan bahwa kadar hidroksikhavikol dan eugenol
meningkat dengan kenaikan suhu pengeringan dari 40°C ke 70°C dan terjadi
dekomposisi bila suhu dinaikkan sampai 80°C. Pengeringan harus disesuaikan
dengan bahan tanaman yang akan dikeringkan. Jika bahan berasal dari akar, daun,
bunga,dan buah, maka suhu dan metodepengeringan perlu diperhatikan. Apabila
tidak ditangani secara benar akan mengakibatkan berkurangnya kadar zat
berkhasiat. Bahan yang berasal dari bunga dan daun harus tidak mengubah warna
dan aroma aslinya, karena daun dan bunga mudah mengalami kerusakan
selamapengeringan.Bila penanganannya salah akan terjadi perubahan warna
ataupun tercemar. Daun, herba,dan bunga dapat dikeringkan dengan kisaran suhu
20-40°C, kulit batang dan akarmasing-masing pada suhu 30 dan 65°C.
Tahap keenam adalah sortasi kering. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-
benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Ini
merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia. Hasil yang diperoleh setelah
simplisia daun sirih mengalami sortasi kering adalah 22,51 gr.

VIII. Kesimpulan

Dari praktikum pembuatan simplisia ini dapat disimpulkan bahwa pembuatan


simplisia dimulai dari pengambilan/ pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan, selain itu adapula pemeriksaan mutu yang mencakup pengujian
susut pengeringan, kadar air, kadar abu serta skrining simplisia.
Daftar Pustaka

Anonim, !995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun cara modern menganalisa


tumbuhan, Bandung ITB.

Mukherjee, P.K., 2002, Quality Control of Herbal Drugs, an approach to


evaluation ouf botanicals. New Delhi, Business Horizons.
LEMBAR KONTRIBUSI KERJA
1. Tujuan : Elvina Damayanti
2. Prinsip : Erwin Lutfi Amsori
3. Teori : Neneng Marlina
4. Alat dan Bahan : Alex Yanuar
5. Prosedur : Alex Yanuar
6. Data pengamatan : Erwin Lutfi Amsori
7. Pembahasan 1 : Alex Yanuar
Pembahasan 2 : Elvina Damayanti
Pembahasan 3 : Neneng Marlina S.
Pembahasan 4 : Gustav Ali Akbar
Pembahasan 5 : Erwin Lutfi Amsori
8. Kesimpulan : Elvina Damayanti
9. Daftar Pustaka : Neneng Damayanti
10. Editor : Neneng Damayanti
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai