Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM


PERCOBAAN VII
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Oleh

NAMA : RIKHAL H.
NIM : FICI 09 004
KELOMPOK : LIMA (V)
ASISTEN : SARIPUDDIN

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasat renik.
Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga
untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan
faktor biotik.
Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi
pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi
mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan
pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada
pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah
yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan sel atau semakin banyaknya organisme yang
terbentuk. Mikroba akan semakin cepat pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang
disukai oleh mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor fisiko-kimia,
seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media, kontaminan dan
paparan radiasi yang bersifat inhibitor.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan kali ini yaitu bagaimana pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroba.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroba.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini yaitu dapat mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mikroba termasuk ke dalam kelompok jasad hidup yang sangat peka terhadap adanya perubahan
pada lingkungannya, sehingga dengan adanya perubahan yang kecil di dalam temperatur atau cahaya
misalnya akan cepat mempengaruhi kehidupan dan aktivitasnya. Tetapi mikroba juga termasuk
kelompok jasad hidup yang dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
lingkungan (Suryawiria, 1996).
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel
adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau
perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri
akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak
(multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya
merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan
mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan
kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006). Menurut Darkuni (2001) pertumbuhan
bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan
memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbedadan pada akhirnya
memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.
Kebanyakan mikroba dapat tumbuh pada kisaran sebesar pH 3 – 4 unit pH atau kisaran 1000 – 10000
kali konsentrasi ion hydrogen. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum sekisar pH 6 – 7.5,
Khamir mempunyai pH 4-5 dan tumbuh pada kisaran pH 2.5 – 8 dan kapang mempunyai pH
optimum antara 5 dan 7 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 3 – 8.5. Dalam fermentasi, control pH
penting sekali dilakukan karena pH yang optimum harus tetap dipertahankan (Ninis dan Mohammad,
2009).
Selain untuk menyediakan nutrien yang sesuai dengan kultivitas, mikroba juga perlu disediakan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum mikroba khususnya bakteri yang sangat
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda terhadap
kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivitas berbagai variasi mikroorganisme,
dibutuhkan suatu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Selain itu suhu juga
mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman suhu dapat
juga mempengaruhi atau merubah proses metabolik tertentu serta morfologi sel. Suhu inkubasi yang
memungkinkan pertumbuhan tersepat selama periode waktu yang singkat (12sampai 24 jam) yang
dikenal sebagai suhu pertumbuhan yang optimum. PH optimum pertumbuhan kebanyakan bakteri
terletak 6,5 sampai 7,5. Namun, beberapa yang dapat tumbuh dalam keadaan yang sangat masam
atau yang sangat alkalin. Kebanyakan yang mempunyai nilai PH minimum dan maksimum ialah 4
dan 9 (Pelczar, dkk., 1986).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 12 November 2011, pada pukul 09.00
WITA sampai selesai. Dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Kendari.

B. Pembahasan
Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik
kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan
struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan
ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan
pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut
disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian
eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian
dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi. Kecepatan pertumbuhan
merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu. Pertumbuhan mikroba dalam suatu
medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada
kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat
kimia toksik, panas atau radiasi.

Setiap spesies mikroba memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam melakukan pertumbuhan.
Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan sel atau semakin banyaknya organisme yang
terbentuk. Mikroba akan semakin cepat pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang
disukai oleh mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor fisiko-kimia,
seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media, kontaminan dan
paparan radiasi yang bersifat inhibitor. Dalam proses pertumbuhannya setiap makhluk hidup
membutuhkan nutrisi yang cukup serta kondisi lingkungan yang mendukung demi berlangsungnya
proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam
kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya
pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di
antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masing -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum,
optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah dimana
kegiatan mikroba masih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai /baik
untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan
untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati
setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium pada temperature 60oC; sebaliknya
bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah
dipanasi dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses sterilisasi untuk
membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm
dan temperatur 121oC di dalam autoklaf.
Bakteri memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri
berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1. Mikroorganisme psikrofilik yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat
tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC. Kebanyakan golongan ini tumbuh di tempat-
tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
2. Mikroorganisme mesofilik, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu
yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC.
3. Mikroorganisme termofilik, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang
tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di
tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan.
Percobaan kali ini bertujuan untuk megetahui pengaruh lingkungan seperti suhu/temperatur, tekanan
osmotik dan radiasi UV terhadap pertumbuhan mikroba. Dan dari hasil percobaan yang telah
dilakukan, terlihat bahwa mikroba yang tumbuh akan sesuai dengan pH yang diberikan. Pada tekanan
osmotik, semakin besar kadar atau persentase NaCl yang diberikan, akan semakin banyak pula
bakteri tumbuh yang ditandai dengan semakin keruhnya larutan. Sedangkan pada penyinaran UV,
mikroba yang tumbuh akan s.emakin sedikit dengan semakin banyaknya penyinaran UV yang
dilakukan terhadap mikroba tersebut.

BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa
pengaruh suhu/temperatur, tekanan osmotik dan radiasi UV merupakan beberapa faktor lingkungan
pertumbuhan mikroorganisme yang berdampak nyata terhadap mikroba tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Darkuni, M. N. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Universitas Negeri
Malang. Malang

Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI – Press. Jakarta.

Puspitasari, Ninis dan Sidik, Mohammad. 2009. “Pengaruh jenis Vitamin B dan Sumber Nitrogen
Dalam Peningkatan Kandungan Protein Kulit Ubi kayu Melalui Proses Fermentasi”. Seminar Tugas
Akhir S1 Teknik Kimia. UNDIP. Semarang.

Suharjono, 2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim
Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis.
Penerbit Alumni. Bandung.

faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa
zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah
tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan
lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni
yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin
banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu
sendiri.
Seperti makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya tidak lepas
dari pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu dapat berupa faktor fisika,
faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun, pertumbuham mikroba ini tidak hanya
dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Karena
ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba sangat tergantung pada
keadaan sekelilingnya.
Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan,
mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan untuk menunjang
pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai
tipe mikroba, tentunya diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang
sesuai. Maka dari itu dalam praktikum ini kami mencoba untuk melakukan suatu perlakuan
yang dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan apa saja yang sesuai pada pertumbuhan
mikroba.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara untuk mengetahui
faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.

C. Tujuan
Tujuan percobaan kali ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad.
Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler),
pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya
pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu
sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan
pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau
bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan
antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau
pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme
sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan
maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia
psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2008).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang
sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai
tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar dan Chan, 2006).
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah
sel yang berbedadan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva
pertumbuhannya (Darkuni, 2001).
Upaya pengendalian yang telah dilakukan meliputi penggunaan fungisida sistematik
dan perbaikan kultur teknis, namun hasilnya belum memuaskan (Manohara dan Kasim,
1996). Disamping itu pengendalian patogen secara kimiawi akan berdampak negatif
terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme non patogen. Patogen yang bersifat soil
borne seperti P. capsici kehidupannya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh interaksi
antara pathogen dengan faktor lingkungannya baik yang bersifat biotik maupun yang
bersifat abiotik (Sutrisno et al., 1976). Faktor abiotik dapat berupa kadar air, kelembaban,
pH, dan unsur hara, sedang faktor biotik berupa mikroba tanah baik dari golongan bakteri
maupun jamur. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor biotik dan abiotik itulah yang sangat
berpotensi untuk dimanipulasi sebagai faktor epidemik untuk tujuan pengendali (Zadoks
dan Scheim, 1979). Menurut Curl (1982) patogen yang bersifat soil borne kehidupannya
banyak berinteraksi dengan biota lain pada zone rhisofer maupun pada zone rhizoplane,
sehingga dengan demikian pengendalian hayati akan mempunyai prospek yang lebih baik.
Selanjutnya dikatakan bahwa berbagai agen hayati yang dapat digunakan antara lain
mikroorganisme antagonis dari kelompok jamur dan bakteri dan golongan pemangsa
(Collembola)(Jahuddin et al., 2007).
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi
dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme
yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan
terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka
tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian
enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim
tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan
makanan tersebut sudah ada. Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang
besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat.
Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam
kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan (Lestari et al., 2009).
Bakteri autotrofik menggunakan CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan bakteri
heterotrofik menggunakan senyawa organik, seperti asetat, piruvat, dan oksaloasetat
sebagai sumber karbon. Laju pertumbuhan bakteri yang bersifat autotrofik lebih lambat
dibandingkan dengan bakteri heterotrofik. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri
pengoksidasi amonia (Esoy et al., 1998). Derajat keasaman (pH) optimum untuk
pertumbuhan bakteri pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik berkisar dari 7,5 sampai
8,5 (Ratledge, 1994). Sedangkan bakteri yang bersifat heterotrofik lebih toleran pada
lingkungan asam, dan tumbuh lebih cepat dengan hasil yang lebih tinggi pada kondisi
dengan konsentrasi DO rendah (Zhao et al., 1999)(Agustiyani et al., 2004).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dalaksanakan pada tanggal 10 November 2012 hari Sabtu pukul
11.00-14.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Biokimia MIPA Universitas Haluoleo
Kendari.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah laminar, open, tabung reaksi,
gelas kimia, batang pengaduk, inkubasi dan ose.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah fernipan, NaCL (5% dan 15%),
media cair NA dan asam nukleat.

B. Pembahasan
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa
kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut
dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan
meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) meliputi pengaruh suhu, pH dan pengaruh
daya desinfektan dan faktor biotik yaitu antibiose.
Mikroba hanya dapat hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai. Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pertumbuhan mikroba di antaranya adalah pengaruh suhu,
pengaruh waktu, pengaruh suplai zat gizi, pengaruh aktivitas air, pengaruh ketersediaan
oksigen, faktor-faktor kimia (pengaruh daya desinfektan), pengaruh radiasi dan pengaruh
pH. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kimia yakni
tekanan osmotik dan faktor fisik yakni pengaruh suhu dan penyinaran UV terhadap
pertumbuhan mikroba dan media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba adalah
media cair.
Berdasarkan teori pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan,
mikroba dapat digolongkan ke dalam mikroba asidofilik, neutrofilik dan mikroba alkalinofilik.
Tiap mikroba mempunyai kisaran pH tertentu untuk pertumbuhannya. Biasanya pH untuk
bakteri 6.5-7.5, khamir 4.0-4.5, jamur benang dan aktinomisetes pada pH yang lebih luas
2.0-8.0. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan mikroba. Tapi
pada percobaan ini tidak dilakukan pengaruh tersebut, sehingga tidak dapat kita buktikan.
Selain itu mikroba juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya terhadap
oksigen, yakni mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen
untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob fakultatif adalah
mikroorganisme yang dapat hidup secara aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme
mikro aerofilik adalah mikrooganisme yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit
oksigen.
Faktor suhu merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim sangat peka terhadap temperatur
dalam menjalankan proses metabolisme. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh,
diketahui bahwa bakteri dapat tumbuh optimum pada suhu ruang yakni pada suhu 20-
30 oC, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada media cair menjadi kekeruhan.
Media yang disimpan pada suhu 50 oC juga terjadi perubahan menjadi keruh dan juga
terjadi pengurangan media. Dari pernyataan diatas bahwa bakteri pada suhu 50 oC juga
dapat hidup, hanya saja bakteri yang hidup disitu sangat sedikit jika dibandingkan dengan
pertumbuhan bakteri pada suhu ruang. Hal ini ditandai dengan adanya perbedaan tingkat
kekeruhan pada media yakni kekeruhan yang terjadi pada suhu ruang lebih banyak atau
lebih pekat dibanding pada suhu 50 oC. Lain halnya media yang ada pada suhu 4 oC,
terlihat bahwa tidak ada tanda-tanda kehidupan bakteri. Hal ini ditandai dengan tidak
adanya perubahan yang terjadi pada larutan atau media cair karena media terlihat jernih.
Dari uraian diatas dan hasil pengamatan bahwa bakteri tidak dapat hidup atau tumbuh pada
suhu yang terlalu rendah maupun suhu yang terlalu tinggi. Berdasarkan pada temperatur
tersebut, bakteri yang tumbuh pada percobaan ini adalah termasuk mikroba mesofil, yakni
mikroba yang dapat hidup atau tumbuh pada temperatur minimum 10 oC, optimum 25-37 oC
dan maksimum 55 oC.
Selain faktor suhu yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, dalam percobaan ini
juga dilakukan penyinaran terhadap pertumbuhan mikroba yang mana juga merupakan
faktor lingkungan yang dapat mempemgaruhi pertumbuhan mikroba tersebut. Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa semakin banyak penyinaran UV terhadap
pertumbuhan bakteri, maka semakin sedikit pula yang akan hidup atau tumbuh. Hal ini
ditandai dengan semakin jernihnya media yang disinari UV sebanyak 3 kali maupun 2 kali.
Tekanan osmotik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri karena
merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Faktor ini
biasa disebut dengan faktor-faktor kimia atau desinfektan. Dimana desinfektan merupakan
bahan kimia yang menyebabkan desinfeksi, yaitu proses untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme terutama yang bersifat patogen. Desinfektan
membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa
dan asam organik menyebabkan hancurnya bakteri. Pekat atau encernya konsentrasi pada
bahan kimia dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor
yang diperhitungkan. Berdasarkan hasil percobaan ini terlihat bahwa media semakin keruh
setelah penambahan bahan kimia yakni NaCl sebanyak 15 %. Berbeda halnya dengan
media yang ditambahkan dengan NaCl sebanyak 5%, media juga berubah menjadi keruh,
hanya saja kekeruhannya sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Jadi bakteri
akan lebih banyak tumbuh pada media apabila media tersebut di tambahkan lebih banyak
garam atau NaCl atau bahkan bahan-bahan kimia lainnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum ini maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh suhu/temperatur, tekanan osmotik dan radiasi UV merupakan
faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan dampak
yang ditimbulkan nyata terhadap mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiyani Dwi, Imamuddin Hartati, Farida Erni Nur dan Oedjijono, 2004, “Pengaruh pH dan
Substrat Organik Terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Pengoksidasi
Amonia”, Jurnal Biodiversitas, Vol. 5 (2).

Darkuni, M. N., 2001, Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi), Universitas Negeri
Malang, Malang.
Esoy, A., H. Odegaard and G. Bentzen, 1998, “The Effect of Sulphide and Organic Matter on The
Nitrification Activity In Biofilm Procces”, Jurnal Water Science Technology, Vol. 37 (1): 115-
122.

Jahuddin Rahmat, Baharuddin dan Kuswinanti Tutik, 2007, “Pengaruh beberapa Faktor Lingkungan dan
Bakteri Antagonis terhadap Tingkat Serangan Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophtor
Capsici) pada Tanaman Lada (Piper nigrum l.)”,Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan
PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, Sulawesi Selatan.

Lestari Erlina D. dan Utomo Setyo B., 2009, “Pengaruh Bioksida Pengoksidasi terhadap
Pertumbuhan Mikroorganisme pada Air Pendingin Sekunder RSG-Gas”, Jurnal SDM
Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176.

Pelczar, MJ dan ECS. Chan,2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid II, Penerbit Universitas
Indonesia (UI - Press), Jakarta.

Suharjono, 2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim
Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Suharni, Theresia Tri dkk., 2008, Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Zhao, H.W., D.S. Mavinic, W.K. Oldham, and F.A. Koch, 1999, “Controlling factors for
simultaneous nitrification and denitrification in a two-stage intermittent aeration process
treating domestic sewage”, Jurnal Water Resources, Vol. 33 (4): 961-970.

LAPORAN MIKROBIOLOGI UMUM


PERCOBAAN VII
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

OLEH :

NAMA : JUMAING
STAMBUK : FI CI 10 020
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : HANAS

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

Anda mungkin juga menyukai