Anda di halaman 1dari 12

Asas exes de

pouvoir
Annisa Widiyanti
8111420462
Ketidakwenangan adalah
bentuk paling sederhana
dari melampaui wewenang
di luar batas wewenang
(excès de pouvoir)
Asas ini terkenal dengan istilah excess
de pouvoir, asas ini memberikan
petunjuk agar badan/pejabat
pemerintah tidak boleh bertindak atas
susuatu yang bukan wewenangnya
atau menjadi wewenang pejabat/badan
pemerintahan lain.
Asas tidak menyalahgunakan wewenang
asas tidak menyalahgunakan kewenangan
adalah asas yang mewajibkan setiap
badan/pejabat pemerintah tidak
menggunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan yang
lain dan tidak sesuai dengan tujuan
pemberian kewenangan tersebut, dan/atau
tidak mencampuradukan kewenangan.
Relevansi Pasal 10 ayat (1) huruf e
mengenai tindakan menyalahgunakan
kewenang juga dapat ditemukan dengan
mengacu kepada Pasal 17 huruf c UU AP
2014, ada 3 unsur larangan
penyalahgunaan wewenang yaitu: , meliputi:

1. Larangan melampaui wewenang;


2. Larangan mencampur-adukkan
wewenang
3. Larangan bertindak sewenang-
wenang.

Pasal 18 ayat (1) UU AP 2014, yang


dimaksud melampaui wewenang yaitu
apabila Keputusan dan/atau Tindakan
yang dilakukan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan:

1. melampaui masa jabatan atau


batas waktu berlakunya
Wewenang;
2. melampaui batas wilayah
berlakunya Wewenang; dan/atau
3. bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Kemudian Pasal 18 ayat (2) UU AP 2014


menyebutkan bahwa suatu Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan
dikategorikan mencampuradukkan
Wewenang apabila Keputusan dan/atau
Tindakan yang dilakukan:

1. di luar cakupan bidang atau


materi Wewenang yang diberikan;
dan/atau
2. bertentangan dengan tujuan
Wewenang yang diberikan.

Selanjutnya Pasal 18 ayat (3) UU AP


2014 menyebutkan; Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dikategorikan
bertindak sewenang-wenang apabila
Keputusan dan/atau Tindakan yang
dilakukan:

1. tanpa dasar Kewenangan;


dan/atau
2. bertentangan dengan Putusan
Pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap

Menurut Prof. Jean Rivero dan Prof. Waline,


pengertian penyalahgunaan kewenangan dalam
Hukum Administrasi dapat diartikan dalam 3
wujud, yaitu:

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang


bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan
kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;
2. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut
adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari
tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh Undang-Undang atau
peraturan-peraturan lain;
3. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur yang
seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah
menggunakan prosedur lain agar terlaksana;

asas tidak menyalahgunakan wewenang


memberikan kewajiban kepada setiap Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan untuk:

Tidak melampaui wewenang yang diberikan artinya setiap Badan dan


atau Pejabat Pemerintahan dalam membuat keputusan dan atau
melakukan perbuatan-perbuatan, dilarang melampaui masa jabatan
atau batas waktu berlakunya Wewenang dan/atau dilarang melampaui
batas wilayah berlakunya Wewenang; dan/atau dilarang bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tidak mencampuradukkan wewenang artinya bahwa setiap Badan dan
atau Pejabat Pemerintahan dalam membuat keputusan dan atau
melakukan perbuatan-perbuatan dilarang menjalankan wewenang di
luar cakupan bidang atau materi wewenang yang diberikan; dan/atau
bertentangan dengan tujuan Wewenang yang diberikan.
Tidak bertindak sewenang-wenang artinya bahwa setiap Badan dan
atau Pejabat Pemerintahan dalam membuat keputusan dan atau
melakukan perbuatan-perbuatan dilarang tanpa dasar Kewenangan;
dan/atau bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
Ultra vires dalam arti sempit (narrow ultra vires) juga memiliki dua cabang, yaitu :
a) substantive ultra vires - including so called implied ultra vires (ultra vires
subtantif – juga disebut ultra vires tersirat); dan
b) procedural ultra vires. (ultra vires prosedural).

Selanjutnya ultra vires dalam arti luas (broad ultra vires) juga memiliki dua
cabang, yaitu :

a) abuse of power (penyalahgunaan wewenang), yang melingkupi :

(1) bad faith (itikad buruk);


(2) improper purpose (tujuan yang tidak baik/tidak layak);
(3) irrelevant considerations (pertimbangan yang tidak relevan);
(4) manifest unreasonableness (nyata-nyata tidak masuk akal);
(5) lack of proportionality (kurangnya proporsionalitas);
(6) uncertainty (ketidakpastian); dan
(7) no evidence (tidak ada bukti).

b) failure to exercise power. (kegagalan dalam menjalankan wewenang), yang


melingkupi :

(1) fettering discretion (mengendalikan kebijaksanaan)


(2) acting on a policy (bertindak berdasarkan suatu kebijaksanaan)
(3) acting under dictation (bertindak berdasarkan dikte/perintah)
(4) sub-delegation (sub-delegasi)
(5) estoppel. (pengabaian - tidak melaksanakan isi perjanjian karena kurang jelas).
1. Moyens d'illégalité externe (Sarana ilegalitas eksternal), merupakan cara/
sarana yang diambil dari pelaksanaan tindakan, yang meliputi :

a) incompétence de l'auteur de l'acte (ketidakwenangan pelaku tindakan - badan


pemerintah) yang bisa bersifat material, teritorial atau temporal;
b)vice de forme (dont le défaut de motivation) - cacat bentuk (termasuk
kurangnya motivasi);
c)vice de procedure (cacat prosedur);
d)vice dans la composition d'un organisme dont l'avis à recueillir est obligatoire.
(cacat dalam komposisi organisasi yang pendapatnya harus/wajib disatukan).

2. Moyens d'illégalité interne (Cara /Sarana ilegalitas internal), merupakan


sarana legalitas internal yang diambil berdasar sifat buruk yang terkait dengan
konten, hingga substansi tindakan, yang meliputi :

a)violation directe de la règle de droit: (pelanggaran langsung terhadap supremasi


hukum);
b)erreur de fait : pour qu'un acte soit légal il faut que les faits sur lesquels il est
fondé existent. (kesalahan fakta: untuk suatu tindakan yang legal, fakta-fakta
yang mendasari itu harus ada.);
c)erreur sur la qualification juridique des faits (kesalahan pada karakterisasi/
kualifikasi fakta hukum );
d)erreur de droit : substitution des moyens par la decision (kesalahan hukum :
penggantian permohonan dengan keputusan);
e)le détournement de pouvoir (penyalahgunaan wewenang), digunakan oleh badan
administrasi dalam kekuasaan/wewenang pengambilan keputusan untuk tujuan selain
dari yang kekuasaan/wewenangnya diberikan.
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA!

Anda mungkin juga menyukai