Anda di halaman 1dari 236

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT
JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 5 JAKARTA PUSAT

STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR


DI BIDANG PRASARANA PELAYARAN

Laporan Akhir
Jakarta, November 2013

PT Anditama Infocon
Consultant – Supplier – General Trading
Jl. Dewi Sartika No.4, Cililitan – Jakarta Timur 13840
Telepon. (021)80885356 Fax. (021)80885356
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati Konsultan memanjatkan puji syukur ke


hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan Laporan Akhir pekerjaan “Studi Penyusunan
Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran”.

Indonesia merupakan negara kepulauan di mana masing-masing pulau


dipisahkan oleh lautan sehingga transportasi laut merupakan salah satu
pilihan moda transportasi antar pulau baik untuk mengangkut kendaraan,
barang maupun penumpang. Prasarana merupakan salah satu bagian
penting untuk menunjang kelancaran dari transportasi laut. Gagasan yang
melatari tajuk permasalahan ini timbul karena belum adanya
standardisasi pada prasarana pelayaran. Karena itu Konsultan bermaksud
untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan melakukan studi, analisis dan
menyusun konsep standar di bidang prasarana pelayaran.

Laporan Akhir ini menyajikan hasil penyusunan konsep standar


prasarana pelayaran berdasarkan hasil analisis data primer dan sekunder.

Konsultan menyampaikan terima kasih kepada Badan Penelitian dan


Pengembangan Kementerian Perhubungan, Tim Pengarah dan
Pendamping, dan kepada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum
namun telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi ini.

Jakarta, November 2013

PT Anditama Infocon
ABSTRAK

Prasarana pelayaran merupakan salah satu bagian penting untuk


menunjang kelancaran transportasi laut. Prasarana pelayaran dan
transportasi laut merupakan dua komponen yang saling terkait dan saling
menunjang dalam setiap kegiatannya. Namun pada saat ini prasarana
pelayaran belum memiliki standar yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam kegiatan yang berkaitan dengan transportasi laut. Untuk menjaga
kelancaran, keamanan, dan ketertiban dalam menjalankan fungsi
transportasi laut, diperlukan suatu konsep standar prasarana pelayaran
yang sesuai dan mengacu pada aturan nasional dan internasional.
Standar-standar tersebut antara lain (1) Standar Fasilitas dan Peralatan di
Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional;
(2) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal
Pesiar tipe Yacht; (3) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis;
(4) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; (5)
Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; (6)
Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; (7)
Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; (8) Standar Dermaga
Untuk Pelayanan Kapal Roro; (9) Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di
Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; (10) Standar
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya;
(11) Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); (12)
Standar Car Terminal; (13) Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan
Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Analisis dan evaluasi dalam studi ini
dilakukan secara komprehensif, dengan pendekatan deskriptif dan
kuantitatif yang ditunjang oleh data primer hasil pengukuran,
pengamatan dan wawancara serta data sekunder berupa kepustakaan dan
peraturan perundang-undangan.

Kata Kunci: kepelabuhanan, pelayaran, standardisasi, keselamatan.


ABSTRACT

Shipping infrastructure is one important key for supporting maritime


transport. Shipping infrastructure and maritime transport are the two
interrelated components that mutually support in every activity. But at
this moment, shipping infrastructure has no a standard that can be used
as a reference in activities related to maritime transport. To maintain the
continuity, safety and regularity in performing the functions of maritime
transport, suitable shipping infrastructure standards which refer to
national and international regulations are required. These standards
include (1) Standard of Facilities and Equipment for Cruise Ship and
International Passenger Service; (2) Standard of Facilities and
Equipment for Yacht; (3) Standard of Berthing Facility for Interisland
Ship; (4) Standard of Berthing Facility for Dry Bulk Cargo Ship and
Handling Service; (5) Standard of Berthing Facility for Liquid Bulk
Cargo Ship and Handling Service; (6) Standard of Berthing Facility for
Container Ship and Handling Service; (7) Standard of Berthing Facility
for Lolo Ship Service; (8) Standard of Berthing Facility for Roro Ship
Service; (9) Standard of Facilities for Particular Land Area Functioned
as Port (Dry Port);(10) Standard of Private Terminal for Hazardous
Cargo; (11) Standard of Facilities for Dredged Material Dumping area;
(12) Standard of Car Terminal; (13) Standard of Storage Facility for
Port Generated Waste and Garbage. Analysis and evaluation of this
study will be conducted in a comprehensive manner, with descriptive
approach and quantitative means which are supported by primary data
(measurements, observations and interviews) and secondary data in the
form of textbooks, references and legislation.

Keywords: seaport, shipping, standardization, safety.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


ABSTRAK ........................................................................................... iii
ABSTRACT............................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1-1
A. Latar Belakang ............................................................ 1-1
B. Maksud dan Tujuan..................................................... 1-2
C. Ruang Lingkup............................................................ 1-2
D. Lokasi Studi ................................................................ 1-3
E. Sistematika Penyajian ................................................. 1-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 2-1
A. Peraturan Perundangan ............................................... 2-1
B. Studi Terdahulu ......................................................... 2-11
C. Literatur Lainnya ...................................................... 2-49
D. Terminologi Standar Menurut Referensi .................. 2-56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 3-1
A. Rancangan Studi ......................................................... 3-1
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................... 3-2
C. Pendekatan Penelitian ................................................. 3-2
D. Uraian Metodologi ...................................................... 3-3
BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI ... 4-1
A. Pelabuhan Tanjung Priok ............................................ 4-1
B. Pelabuhan Tanjung Perak ......................................... 4-28
C. Pelabuhan Makassar.................................................. 4-60
D. Pelabuhan Teluk Bayur ............................................. 4-76
E. Pelabuhan Benoa ..................................................... 4-101
viii

F. Terminal Peti kemas Bandung ................................ 4-114


BAB V ANALISIS ......................................................................... 5-1
A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan
Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional ................ 5-1
B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis ................... 5-6
C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah .. 5-8
D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas
5-11
E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan
Roro .......................................................................... 5-13
F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang
Berfungsi Sebagai Pelabuhan.................................... 5-15
G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk
Barang Berbahaya ..................................................... 5-17
H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) 5-18
I. Car Terminal ............................................................. 5-20
J. Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari
Kegiatan Pelabuhan .................................................. 5-20
BAB VI KESIMPULAN ................................................................. 6-1
A. Kesimpulan ................................................................. 6-1
B. Saran ........................................................................... 6-2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 7-1
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Materi terkait dalam Studi Standarisasi di Bidang
Prasarana Transportasi Laut, 2010 ......................... 2-12
Tabel 2.2 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang
(m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang
Internasional Kelas A............................................. 2-13
Tabel 2.3 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang
(m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang
Internasional Kelas B ............................................. 2-16
Tabel 2.4 Materi terkait dalam Studi Standarisasi di Bidang
Kepelabuhanan, 2011............................................. 2-26
Tabel 2.5 Terminal peti kemas di pelabuhan-pelabuhan yang
disurvey.................................................................. 2-27
Tabel 2.6 Ukuran dermaga dan kedalaman kolam Pelabuhan
Utama ..................................................................... 2-29
Tabel 2.7 Luas lapangan penumpukan sesuai arus peti kemas .. 2-
30
Tabel 2.8 Jumlah crane minimal sesuai arus peti kemas ....... 2-31
Tabel 2.9 Peralatan Terminal Peti kemas di Pelabuhan-Pelabuhan
............................................................................... 2-36
Tabel 2.10 fasilitas pendukung transhipment peti kemas ........ 2-36
Tabel 2.11 Penerapan RSNI di lokasi survey TK Batubara ..... 2-39
Tabel 2.12 Materi terkait dalam Studi Penyusunan Konsep Standar
di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012..................... 2-43
Tabel 2.13 Data Fasilitas di 18 Lokasi Pelabuhan Tujuan Kapal
Pesiar...................................................................... 2-53
Tabel 2.14 Annex dalam MARPOL 73/78 ............................... 2-56
Tabel 4.1 Data trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok ......... 4-6
Tabel 4.2 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun
terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok ....................... 4-7
x

Tabel 4.3 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok 2009-


2010 ......................................................................... 4-8
Tabel 4.4 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok 2011-
2012 ......................................................................... 4-8
Tabel 4.5 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun
terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok ..................... 4-10
Tabel 4.6 Data Dermaga Curah Kering Pelabuhan Tanjung
Priok ....................................................................... 4-13
Tabel 4.7 Data Fasilitas Terminal Peti kemas JICT............... 4-17
Tabel 4.8 Fasilitas dan Peralatan RF Pelabuhan Tanjung Priok 4-
20
Tabel 4.9 Data volume limbah Tanjung Priok ....................... 4-23
Tabel 4.10 Data Penampungan Sampah di Pelabuhan Tanjung
Priok ....................................................................... 4-26
Tabel 4.11 Tenaga Kerja Kebersihan di Pelabuhan Tanjung
Priok ....................................................................... 4-26
Tabel 4.12 Mitra Kerja dan Alat Angkut yang digunakan untuk
Penampungan Sampah Pelabuhan Tanjung Priok . 4-27
Tabel 4.13 Data Volume Sampah yang Terangkut Dari LPS
Pelabuhan Tanjung Priok Januari s/d Desember 2011
dalam satuan m3 ..................................................... 4-27
Tabel 4.14 Fasilitas Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak .... 4-30
Tabel 4.15 Fasilitas Terminal Jamrud ...................................... 4-33
Tabel 4.16 Peralatan Terminal Jamrud .................................... 4-33
Tabel 4.17 Fasilitas Terminal Nilam ....................................... 4-35
Tabel 4.18 Peralatan Terminal Nilam Timur Multipurpose..... 4-35
Tabel 4.19 Fasilitas Terminal Mirah ........................................ 4-37
Tabel 4.20 Peralatan Terminal Mirah ...................................... 4-37
Tabel 4.21 Fasilitas Terminal Kalimas .................................... 4-38
Tabel 4.22 Fasilitas Terminal Berlian ...................................... 4-40
Tabel 4.23 Fasilitas Lapangan PT BJTI ................................... 4-40
Tabel 4.24 Fasilitas Peralatan PT BJTI .................................... 4-41
Tabel 4.25 Produksi PT BJTI................................................... 4-42
xi

Tabel 4.26 Kinerja Bongkar Muat PT BJTI 2012 .................... 4-42


Tabel 4.27 fasilitas terminal peti kemas surabaya. .................. 4-43
Tabel 4.28 Standar kinerja PT TPS.......................................... 4-43
Tabel 4.29 Data Kunjungan dan Tonase Kapal di Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya ........................................ 4-44
Tabel 4.30 Data Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya ................................................................ 4-45
Tabel 4.31 Data Perbandingan Arus Bongkar Muat Barang (Cargo
Flow) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ........ 4-46
Tabel 4.32 Fasilitas Kade Perak (Roro) ................................... 4-50
Tabel 4.33 Data trafik kapal di Pelabuhan Makassar............... 4-63
Tabel 4.34 Data Trafik Penumpang di Pelabuhan Makassar ... 4-63
Tabel 4.35 Data Trafik Barang di Pelabuhan Makassar .......... 4-64
Tabel 4.36 Data Dermaga di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar
............................................................................... 4-69
Tabel 4.37 Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan
Makassar ................................................................ 4-70
Tabel 4.38 Dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur ...................... 4-79
Tabel 4.39 Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Teluk Bayur . 4-
82
Tabel 4.40 Trafik barang berdasarkan komoditi melalui Pelabuhan
Teluk Bayur ........................................................... 4-84
Tabel 4.41 Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Kering di
Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012.............. 4-89
Tabel 4.42 Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Cair di
Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012.............. 4-91
Tabel 4.43 Arus peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur. .......... 4-92
Tabel 4.44 Kegiatan Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat DUKS
Pertamina Pelabuhan Teluk Bayur Tahun 2012 .... 4-95
Tabel 4.45 Trafik Kapal di Pelabuhan Benoa 2008-2012 ...... 4-104
Tabel 4.46 Trafik Penumpang di Pelabuhan Benoa 2008-2012. . 4-
105
Tabel 4.47 Trafik Barang di Pelabuhan Benoa 2008-2012 .... 4-106
Tabel 4.48 TUKS Barang Berbahaya di Pelabuhan Benoa ... 4-110
xii

Tabel 4.49 Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan


Benoa. .................................................................. 4-111
Tabel 4.50 Data fasilitas Terminal Peti kemas Bandung ....... 4-115
Tabel 5.1 Rangkuman Data Fasilitas Pelayanan Kapal dan
Penumpang............................................................... 5-1
Tabel 5.2 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang
(m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Kapal
Pesiar........................................................................ 5-5
Tabel 5.3 kebutuhan luas terminal penumpang ....................... 5-6
Tabel 5.4 rangkuman data dermaga perintis. ........................... 5-6
Tabel 5.5 dimensi tipikal kapal perintis ................................... 5-7
Tabel 5.6 Rangkuman data Dermaga Curah Kering ................ 5-8
Tabel 5.7 Rangkuman data Dermaga Curah Cair .................... 5-9
Tabel 5.8 Rangkuman data Dermaga Peti kemas .................. 5-11
Tabel 5.9 Dimensi tipikal Kapal Peti kemas .......................... 5-13
Tabel 5.10 Rangkuman data Dermaga Multipurpose .............. 5-14
Tabel 5.11 Rangkuman Data Dry Port .................................... 5-15
Tabel 5.12 Daftar TUKS di Lokasi Survey.............................. 5-17
Tabel 5.13 Data Pembuangan Hasil Keruk di Lokasi Survey. . 5-19
Tabel 5.14 Fasilitas penampungan limbah di lokasi survey .... 5-21
Tabel 5.15 Fasilitas penampungan sampah di lokasi survey ... 5-21
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Peta Orientasi Lokasi Studi...................................... 1-3


Gambar 2.1 Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas A .. 2-
15
Gambar 2.2 Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas B .. 2-
18
Gambar 2.3 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering secara
umum ..................................................................... 2-19
Gambar 2.4 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem
sederhana ............................................................... 2-20
Gambar 2.5 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem
canggih ................................................................... 2-21
Gambar 2.6 Tata letak tipikal Terminal Curah Cair secara
keseluruhan ............................................................ 2-23
Gambar 2.7 Tata letak tipikal Peralatan Bongkar Muat pada
dermaga Terminal Curah Cair ............................... 2-23
Gambar 2.8 Tata letak tipikal dermaga Terminal Curah Cair ... 2-24
Gambar 2.9 Tata letak tipikal Fasilitas Darat Terminal Curah
Cair ........................................................................ 2-24
Gambar 2.10 Kegiatan transhipment peti kemas merupakan bagian
dari arus peti kemas total ....................................... 2-27
Gambar 2.11 Sketsa definisi perhitungan panjang dermaga ........ 2-28
Gambar 2.12 Sketsa definisi lebar apron dermaga. ..................... 2-30
Gambar 2.13 Ilustrasi penumpukan peti kemas sisterm truck trailer
dan reach stacker/forklift ....................................... 2-32
Gambar 2.14 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem straddle
carrier .................................................................... 2-32
Gambar 2.15 Ilustrasi penumpukan peti kemas sisterm RTG/RMG
dengan head truck .................................................. 2-33
Gambar 2.16 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG
dengan Shuttle-carrier ........................................... 2-33
Gambar 2.17 Standar sistem penanganan batubara. .................... 2-38
xiv

Gambar 2.18 Sistem penanganan batubara sederhana. ................ 2-38


Gambar 2.19 Standar sistem penanganan di terminal khusus CPO. 2-
40
Gambar 2.20 Halaman depan Paparan Wamen Perhubungan pada
International Cruise Workshop 2012..................... 2-50
Gambar 2.21 Grafik jumlah kunjungan kapal berdasarkan
lokasinya ................................................................ 2-51
Gambar 2.22 Jumlah Penumpang Kapal Pesiar di Beberapa Tujuan
Wisata di Indonesia 2009-2012 ............................. 2-51
Gambar 2.23 Sampul buku Standar Konstruksi Dermaga. .......... 2-54
Gambar 2.24 Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga. ...... 2-55
Gambar 3.1 Metode pelaksanaan pekerjaan ................................ 3-2
Gambar 4.1 Lokasi terminal pada Kawasan Tanjung Priok ........ 4-2
Gambar 4.2 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok ..................... 4-2
Gambar 4.3 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok (lanjutan) .... 4-3
Gambar 4.4 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok ................... 4-3
Gambar 4.5 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok (lanjutan) ... 4-4
Gambar 4.6 Dermaga di Terminal III Tanjung Priok .................. 4-4
Gambar 4.7 Penempatan peralatan bongkar muat di Pelabuhan
Tanjung Priok .......................................................... 4-5
Gambar 4.8 Orientasi dermaga kapal penumpang Tanjung Priok
pada citra satelit ....................................................... 4-9
Gambar 4.9 Dokumentasi Terminal Penumpang Tanjung Priok 4-11
Gambar 4.10 Trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok .............. 4-12
Gambar 4.11 Trafik peti kemas tahun 2008-2011 ....................... 4-14
Gambar 4.12 Orientasi Lokasi Terminal Peti kemas Koja .......... 4-15
Gambar 4.13 Terminal peti kemas Koja pada peta satelit ........... 4-16
Gambar 4.14 Denah Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Tanjung
Priok ....................................................................... 4-18
Gambar 4.15 Pembangunan Car Terminal tahun 2011 ............... 4-18
Gambar 4.16 Kondisi di depan dermaga Car Terminal............... 4-19
xv

Gambar 4.17 Standard Operational Procedure Pengelolaan Limbah


B3 di Reception facilities (RF) Cabang Pelabuhan
Tanjung Priok ........................................................ 4-21
Gambar 4.18 Kapal tunda dan tongkang di RF Tanjung Priok ... 4-24
Gambar 4.19 Oil Boom dan tangki di RF Tanjung Priok ............ 4-24
Gambar 4.20 Prosedur pengumpulan sampah dan penampungan
sampah dari kegiatan pelabuhan ............................ 4-25
Gambar 4.21 Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di
Tanjung Priok ........................................................ 4-28
Gambar 4.22 Orientasi Pelabuhan Tanjung Perak pada Peta Provinsi
Jawa Timur ............................................................ 4-29
Gambar 4.23 Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak ................... 4-29
Gambar 4.24 Citra satelit Terminal Jamrud Tanjung Perak ........ 4-31
Gambar 4.25 Layout Terminal Jamrud Tanjung Perak ............... 4-32
Gambar 4.26 Citra satelit Terminal Nilam Tanjung Perak .......... 4-34
Gambar 4.27 Layout Terminal Nilam Tanjung Perak ................. 4-34
Gambar 4.28 Citra satelit Terminal Mirah Tanjung Perak .......... 4-36
Gambar 4.29 Layout Terminal Mirah Tanjung Perak ................. 4-36
Gambar 4.30 Citra satelit Dermaga Berlian ................................ 4-39
Gambar 4.31 Layout Dermaga Berlian ........................................ 4-39
Gambar 4.32 Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di
Dermaga Jamrud Utara .......................................... 4-47
Gambar 4.33 Gedung terminal penumpang lama yang kini sudah
dibongkar ............................................................... 4-47
Gambar 4.34 Kondisi eksisting pekerjaan Pembangunan Terminal
Penumpang Modern di Pelabuhan Tanjung Perak . 4-48
Gambar 4.35 Tampak depan dan tampak dalam Terminal Penumpang
Sementara Tanjung Perak ...................................... 4-48
Gambar 4.36 Fasilitas di Terminal Penumpang Sementara Tanjung
Perak ...................................................................... 4-49
Gambar 4.37 Aktivitas muat curah kering pangan (atas) dan semen
(bawah) di Dermaga Jamrud Selatan ..................... 4-51
Gambar 4.38 Aktivitas muat curah cair CPO di Dermaga Nilam
Timur Konvensional .............................................. 4-51
xvi

Gambar 4.39 Dermaga peti kemas di Terminal Nilam Timur


Multipurpose .......................................................... 4-52
Gambar 4.40 Dokumentasi terminal peti kemas PT BJTI ........... 4-52
Gambar 4.41 Dokumentasi Terminal Peti kemas PT TPS........... 4-53
Gambar 4.42 Aktivitas bongkar muat peti kemas secara Lo-Lo di
Dermaga Jamrud .................................................... 4-53
Gambar 4.43 Dokumentasi fasilitas RF Tanjung Perak. ............. 4-55
Gambar 4.44 Standard Operating Procedure Penerimaan,
Penyimpanan dan Pengeluaran Limbah B3 di RF
Tanjung Perak. ....................................................... 4-56
Gambar 4.45 Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar di Sulawesi
Selatan.................................................................... 4-61
Gambar 4.46 Tata letak Pelabuhan Makassar .............................. 4-61
Gambar 4.47 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan
Soekarno Pelabuhan Makassar .............................. 4-62
Gambar 4.48 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan
Hatta Pelabuhan Makassar ..................................... 4-62
Gambar 4.49 Denah Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar 4-65
Gambar 4.50 Dokumentasi limbah oli dari kapal dan kegiatan
pelabuhan yang ditampung dengan drum di Pelabuhan
Makassar ................................................................ 4-74
Gambar 4.51 Gambar Detail Fasilitas Penampungan Limbah Oli
dalam drum-drum .................................................. 4-75
Gambar 4.52 Layout Pelabuhan Teluk Bayur ............................. 4-77
Gambar 4.53 Dokumentasi Dermaga 01 (atas) dan Dermaga 02
(bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. ........................... 4-79
Gambar 4.54 Dokumentasi Dermaga 03 (atas) dan Dermaga 04
(bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. ........................... 4-80
Gambar 4.55 Dokumentasi Dermaga 05 (atas) dan Dermaga 07
(bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. ........................... 4-80
Gambar 4.56 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur. ............ 4-81
Gambar 4.57 Dokumentasi Dermaga Khusus Semen Teluk Bayur. 4-
90
Gambar 4.58 Lokasi Dumping area Pelabuhan Teluk Bayur. ..... 4-97
xvii

Gambar 4.59 Citra satelit Pelabuhan Benoa. ............................. 4-102


Gambar 4.60 Dokumentasi Dermaga Timur Pelabuhan Benoa. 4-107
Gambar 4.61 Dokumentasi Lahan Reklamasi untuk sandar Kapal
Curah Pasir Pelabuhan Benoa. ............................. 4-108
Gambar 4.62 Dokumentasi Dermaga Umum (Selatan) Pelabuhan
Benoa. .................................................................. 4-109
Gambar 4.63 Dokumentasi Jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa.... 4-
111
Gambar 4.64 Dokumentasi Dumping area (Reklamasi) Pelabuhan
Benoa. .................................................................. 4-112
Gambar 4.65 Fasilitas Penampungan Limbah Pelabuhan Benoa. ... 4-
113
Gambar 4.66 Dokumentasi Fasilitas Penampungan Sampah
Pelabuhan Benoa.................................................. 4-113
Gambar 4.67 Citra satelit Terminal Peti kemas Bandung ......... 4-114
Gambar 4.68 Dokumentasi Terminal Peti kemas Bandung. ...... 4-116
1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prasarana merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang
kelancaran dari transportasi laut. Angkutan perairan dengan
pelabuhan merupakan husbandry yang saling terkait dan menunjang
dalam setiap kegiatannya. Hal ini tertuang dalam UU Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyebutkan bahwa
kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau
barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan
intra dan antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan
daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.

Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan


pelayaran memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan
pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang,
menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan nasional, dan
memperkukuh ketahanan nasional. Pembinaan kepelabuhanan dalam
satu kesatuan Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang ditujukan
untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan
keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa kepelabuhanan,
menjamin kepastian hukum dan kepastian usaha, mendorong
profesionalisme pelaku ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi
teknologi angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya
saing dengan tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum.

Prasarana transportasi laut mutlak dibutuhkan untuk mendukung


kelancaran kegiatan transportasi laut dalam satu sistem transportasi
laut yang terpadu. Dengan demikian diperlukan standar yang sesuai
dengan mengacu kepada konvensi internasional dan aturan nasional.
1-2

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Studi
Menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang
prasarana pelayaran.

2. Tujuan Studi
Tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran.

C. Ruang Lingkup
Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi penyusunan standar
prasarana pelayaran, antara lain:

1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk


Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional:
a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk
Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang
Internasional.
b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk
Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht.
2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis;
3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah:
a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang
Curah Cair;
b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang
Curah Kering;
4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti
kemas;
5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal
Lolo dan Roro:
a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo;
b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro;
6. Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port)
yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan;
7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk
Barang Berbahaya;
8. Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area);
9. Standar Car Terminal;
10. Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari
Kegiatan Pelabuhan.
1-3

D. Lokasi Studi
Kegiatan penelitian dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makassar,
Padang dan Benoa. Peta orientasi lokasi studi diberikan pada
Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Peta Orientasi Lokasi Studi

E. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Laporan Pendahuluan ini terdiri dari 6 (enam)
Bab, Daftar Pustaka dan Lampiran sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab I adalah bagian ini, menguraikan latar belakang masalah,


rumusan masalah maksud, tujuan serta indikator keluaran dan
keluaran, lokasi penelitian, lingkup pekerjaan, jangka waktu
pelaksanaan dan sistematika penyajian. Uraian mengenai hal-hal
tersebut disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Bab II Tinjauan Pustaka

Bagian ini menyajikan pustaka dan literatur yang akan digunakan


sebagai dasar pelaksanaan studi. Pustaka dan literatur tersebut
meliputi hasil studi terdahulu, buku-buku teks yang berkaitan dengan
subyek penelitian, aspek legalitas dalam bentuk peraturan-peraturan
1-4

dan undang-undang serta codes dari negara lain yang terkait dan
terminologi atau glossary standar.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi pelaksanaan pekerjaan


dari masing-masing kegiatan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan pada bab
ini terdiri dari kegiatan persiapan, pengumpulan data sekunder,
kegiatan survey dan pengamatan lapangan, kegiatan pengolahan data
hasil survey, kegiatan evaluasi dan analisis data hasil survey, serta
kegiatan penyusunan konsep standar.

Bab IV Hasil Pengumpulan Data dan Informasi

Pada bab ini diuraikan data yang telah diperoleh berdasarkan


kegiatan survey lapangan.

Bab V Analisis

Pada bab ini diuraikan analisis data survey dan literatur yang
digunakan sebagai dasar penyusunan konsep standar.

Bab VI Kesimpulan

Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil analisis dan penyusunan
konsep standar yang telah dilakukan.

Daftar Pustaka
2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Peraturan Perundangan

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran


Aturan yang ada di dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran meliputi aturan mengenai penyelenggaraan
kepelabuhanan secara perinci mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Kepelabuhanan.
Undang-Undang ini mendefinisikan kepelabuhanan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan
ketertiban arus lalu-lintas kapal, penumpang dan/atau
barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
perpindahan intra- dan/atau antarmoda serta mendorong
perekonomian nasional dan daerah dengan tetap
memperhatikan tata ruang wilayah. Pelaksanaan fungsi
pelabuhan tersebut diatur oleh suatu sistem kepelabuhanan
yang disebut tatanan kepelabuhanan nasional. Hal-hal yang
diatur dalam Undang-undang ini antara lain penjelasan
pelaku-pelaku kegiatan pelayaran beserta kewajiban,
tanggung-jawab, perizinan, pemberdayaan, aturan main,
hingga sanksi administratif baik untuk pelaksana, pengontrol
maupun pihak penyedia jasa lainnya yang terkait dengan
angkutan di perairan. Sisi-sisi pengaturan pelaksanaan lebih
lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan
Menteri, dan peraturan pelaksanaan lainnya.

b. Terminal.
Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam
sandar, dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat
penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang,
dan/atau tempat bongkar muat barang. Dalam sistem fasilitas
pelabuhan, terminal merupakan salah satu fasilitas pokok
yang harus tersedia di pelabuhan. Selain terminal yang
dimaksud dalam penjelasan di atas, ada pula jenis-jenis
2-2

terminal lain yakni terminal khusus, dan terminal untuk


kepentingan sendiri. Terminal khusus adalah terminal yang
terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan
bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan
sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Terminal untuk
kepentingan sendiri adalah terminal yang terletak di dalam
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari
pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan usaha pokoknya.

Kedua terminal tersebut dapat dibangun untuk menunjang


kegiatan tertentu di luar Daerah Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan. Terminal khusus dan
terminal untuk kepentingan sendiri dapat saja digunakan
untuk keperluan yang berkaitan dengan pelayaran luar negeri
bila telah ditetapkan oleh menteri. Terminal-terminal seperti
ini ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat.
Pertimbangan pembangunan, perizinan dan aturan
pengoperasian, serta persyaratan pengubahan status diatur
sedemikian rupa agar penggunaan terminal seperti ini dapat
dilaksanakan dengan baik dengan pola integrasi yang teratur.

2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun


2009 Tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
Menurut Permen LH 5/2009 tentang Pengelolaan Limbah di
Pelabuhan, Pengelola dapat menerima dan/atau mengelola
limbah yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal
dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan.
Limbah tersebut meliputi:

a. minyak;
b. material cair dan/atau padat berbahaya dalam bentuk curah;
c. kemasan bekas bahan berbahaya;
d. limbah cair domestik;
e. sampah;
f. emisi;
g. limbah elektronik; dan/atau
h. limbah bekas kapal.

Pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk


seluruh atau sebagian jenis limbah.
2-3

3. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang


Kepelabuhanan

a. Kegiatan-kegiatan (fungsi) pelabuhan.


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang digunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang,
dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta berbagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda
transportasi.

Pelabuhan memiliki peran sebagai simpul dalam jaringan


transportasi sesuai dengan hierarkinya, pintu gerbang
kegiatan perekonomian, tempat alih moda transportasi,
penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan, tempat
distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang, dan
sarana perwujudan Wawasan Nusantara dan kedaulatan
negara.

Secara hirarki, pelabuhan dibagi menjadi tiga yaitu sebagai


berikut:

1) Pelabuhan Utama; Pelabuhan Utama adalah pelabuhan


yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut
dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang,
serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antarprovinsi.

2) Pelabuhan Pengumpul; Pelabuhan Pengumpul adalah


pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut
dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antarprovinsi.

3) Pelabuhan Pengumpan; Pelabuhan Pengumpan adalah


pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut
2-4

dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan


pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.

b. Perbandingan kelas pelabuhan.


Pelabuhan terdiri atas dua jenis yakni Pelabuhan Laut, dan
Pelabuhan Sungai dan Danau. Pelabuhan Laut didefinisikan
sebagai pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani
kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan
yang terletak di laut atau di sungai. Sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya, angkutan laut terdiri atas pelabuhan
utama, pengumpul, dan pengumpan. Pelabuhan utama
digunakan untuk melayani angkutan laut, dan angkutan
penyeberangan dalam negeri dan luar negeri. Pelabuhan
Pengumpul digunakan untuk melayani angkutan laut dan
angkutan penyeberangan antarprovinsi dan/atau antarnegara.
Sedangkan Pelabuhan Pengumpan dapat diklasifikasikan
lagi menjadi Pelabuhan Pengumpan regional dan lokal.
Pelabuhan Pengumpan regional digunakan untuk melayani
angkutan laut dan angkutan penyeberangan antar
kabupaten/kota dalam satu provinsi. Pelabuhan pengumpan
lokal digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan
penyeberangan antar kabupaten/kota dan/atau
antarkecamatan dalam satu kabupaten/kota.

Sedangkan Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan


yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau
yang terletak di sungai dan danau. Pelabuhan sungai dan
danau dapat digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan antar provinsi dan/atau antar negara, antar
kabupaten/kota dalam satu provinsi, maupun penyeberangan
antar satu kabupaten/kota. Pola pengoperasian dan
pengembangan pelabuhan di Indonesia diatur dalam
Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang berlaku untuk
jangka panjang.

Fasilitas yang dapat ditemukan di pelabuhan terdiri dari


fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di daratan dan
perairan.
2-5

Fasilitas pokok pelabuhan di daerah daratnya terdiri dari


dermaga, gudang lini 1, lapangan penumpukan lini 1,
terminal penumpang, terminal peti-kemas, terminal roro,
fasilitas penampungan dan pengolahan limbah, fasilitas
bunker, fasilitas pemadam kebakaran, fasilitas gudang untuk
bahan/barang berbahaya dan beracun, dan fasilitas
pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan sarana bantu
navigasi pelayaran. di perairan, fasilitas pokoknya terdiri
dari alur pelayaran, perairan tempat labuh, kolam pelabuhan
untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, perairan
tempat alih muat kapal, perairan untuk kapal yang
mengangkut bahan/barang berbahaya dan beracun (B3),
perairan untuk kegiatan karantina, perairan alur penghubung
intrapelabuhan, perairan pandu, dan perairan untuk kapal
pemerintah.

Sedangkan fasilitas penunjang yang tersedia di daratannya


terdiri dari kawasan perkantoran, fasilitas pos dan
telekomunikasi, fasilitas pariwisata dan perhotelan, instalasi
air bersih, listrik, dan telekomunikasi, jaringan jalan dan rel
kereta api, jaringan air limbah, drainase dan sampah, areal
pengembangan pelabuhan, tempat tunggu kendaraan
bermotor, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan
fasilitas umum lainnya. Fasilitas penunjang di perairan
terdiri dari perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka
panjang, perairan untuk fasilitas pembangunan dan
pemeliharaan kapal, perairan tempat uji coba kapal
(percobaan kapal), perairan tempat kapal mati, perairan
untuk keperluan darurat, perairan untuk kegiatan
kepariwisataan dan perhotelan.

4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun


2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Hirarki pelabuhan dalam PP 61/2009 telah diperbaharui melalui
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013
tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dengan
kriteria sebagai berikut:

a. Pelabuhan Utama.
1) kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar
internasional;
2) berada dekat dengan jalur pelayaran internasional
± 500 mil dan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
2-6

3) memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya


minimal 200 mil;
4) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta
terlindung dari gelombang
5) kedalaman kolam pelabuhan minimal –9 m LWS;
6) berperan sebagai tempat alih muat peti kemas, curah,
general cargo, atau penumpang internasional;
7) melayani Angkutan peti kemas sekitar
300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara;
8) memiliki dermaga peti kemas, curah, atau general cargo,
minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat peti
kemas, curah, atau general cargo, serta lapangan
penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai.
9) berperan sebagai pusat distribusi peti kemas, curah,
general cargo, atau penumpang, di tingkat nasional dan
pelayanan angkutan peti kemas internasional;

b. Pelabuhan Pengumpul.
1) kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan
pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhan
wilayah;
2) memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya
setidaknya 50 mil;
3) berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
4) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta
terlindung dari gelombang;
5) berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota
provinsi dan kawasan pertumbuhan nasional;
6) kedalaman minimal pelabuhan –7 m LWS;
7) memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan
dan peralatan bongkar muat;
8) berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas,
curah, general cargo, atau penumpang nasional;
9) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan
barang umum nasional;

c. Pelabuhan Pengumpan Regional.


1) berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan
pemerataan pembangunan antarprovinsi;
2) berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota
serta pemerataan dan peningkatan pembangunan
kabupaten/kota;
2-7

3) berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah


provinsi;
4) berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan
Pengumpul dan Pelabuhan Utama;
5) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan
barang dari/ke Pelabuhan Pengumpul dan/atau
Pelabuhan Pengumpan lainnya;
6) berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota
dalam propinsi;
7) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta
terlindung dari gelombang;
8) melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota
dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) provinsi;
9) berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ±25 mil;
10) kedalaman maksimal pelabuhan –7 m-LWS;
11) memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m;
12) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional
lainnya 20 – 50 mil.

d. Pelabuhan Pengumpan Lokal.


1) Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota
dan pemerataan serta peningkatan pembangunan
kabupaten/kota;
2) Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota;
3) Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan
terlindung dari gelombang;
4) Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota
dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota;
5) berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan
Utama, Pelabuhan Pengumpul, dan/atau Pelabuhan
Pengumpan Regional;
6) berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di
daerah terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah terbatas
yang hanya didukung oleh moda transportasi laut;
7) berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi
laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan
berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai
terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar
muat kebutuhan hidup masyarakat di sekitarnya;
8) berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi
laut reguler kecuali keperintisan;
9) kedalaman maksimal pelabuhan –4 m-LWS;
2-8

10) memiliki fasilitas tambat atau dermaga dengan panjang


maksimal 70 m;
11) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal
lainnya 5 – 20 mil.

5. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 Tentang


Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia
Inti dari peraturan ini adalah pemberian kemudahan bagi kapal
wisata (yacht) asing yang berkunjung ke Indonesia, dalam
rangka mengembangkan industri wisata bahari dan
meningkatkan perekonomian masyarakan pesisir, pulau-pulau
kecul dan perairan pedalaman. Beberapa pokok dari peraturan ini
adalah sebagai berikut:

a. Kapal wisata (yacht) asing beserta awak kapal dan/atau


penumpang termasuk barang bawaan dan/atau kendaraan
yang akan memasuki wilayah perairan Indonesia dalam
rangka kunjungan wisata diberikan kemudahan di bidang
Clearance and Approval for Indonesian Territory (CAIT),
kepelabuhanan, kepabeanan, keimigrasian, dan karantina
(Pasal 2 ayat (1)).

b. Kemudahan ini diberikan bagi kapal wisata asing yang


berkunjung melalui 18 (delapan belas) pelabuhan tertentu
(Pasal 4 ayat (1)).

c. Kapal wisata asing diwajibkan untuk:


 Memenuhi ketentuan kepabeanan tentang impor
sementara,
 Memiliki izin tinggal,
 Menjalani pemeriksaan karantina,

d. Dalam rangka peningkatan kunjungan kapal wisata asing,


Pemerintah dapat memberikan dukungan fasilitas berupa:
 Penyiapan alur pelayaran,
 Kemudahan dalam pembangunan marina atau
terminal khusus,
 Pembangunan dermaga,
 Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran,
 Kemudahan untuk fasilitas perawatan dan perbaikan
kapal,
 Dan fasilitas lainnya sesuai kebutuhan.
2-9

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2011


Tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri
Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya
(Pasal 1 butir 3). Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah
terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan
bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan usaha pokoknya (Pasal 1 butir 4).

Daerah Lingkungan Kerja adalah wilayah perairan dan daratan


pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara
langsung untuk kegiatan pelabuhan (Pasal 1 butir 5). Daerah
Lingkungan Kepentingan adalah perairan di sekeliling Daerah
Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk
menjamin keselamatan pelayaran (Pasal 1 butir 6).

Secara keseluruhan Peraturan ini mengatur tentang syarat


penetapan lokasi terminal khusus, syarat pembangunan terminal
khusus, syarat pengoperasian terminal khusus, syarat-syarat
terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri,
syarat-syarat Terminal untuk Kepentingan Sendiri serta
pembinaan, pengendalian dan pengawasan terminal khusus,
terminal untuk kepentingan sendiri.

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2011


Tentang Pengerukan Dan Reklamasi

a. Terminologi.
1) Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar
perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang
dikehendaki atau untuk mengambil material dasar
perairan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu

2) Reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau


pesisir yang mengubah garis pantai dan/atau kontur
kedalaman perairan

3) Kapal Keruk adalah kapal dengan jenis apapun yang


dilengkapi dengan alat bantu, yang khusus digunakan
2-10

untuk melakukan pekerjaan pengerukan dan/atau


reklamasi

4) Daerah Buang adalah lokasi yang digunakan untuk


tempat penimbunan hasil kerja keruk

b. Persyaratan Teknis Pengerukan.


Berdasarkan pasal 5 ayat 1, persyaratan teknis pengerukan
meliputi Desain teknis, Peralatan keruk, Metode kerja dan
Lokasi pembuangan hasil keruk (dumping area).

1) Desain Teknis.
Berdasarkan pasal 5 ayat 2, desain teknis meliputi:
a) layout (peta bathymetry);
b) profil/potongan memanjang dan melintang;
c) lebar alur, luas kolam, dan kedalaman sesuai dengan
ukuran kapal yang akan melewati alur pelayaran;
d) alignment alur-pelayaran;
e) slope/kemiringan alur-pelayaran;
f) hasil survey jenis material keruk;
g) lokasi dan titik koordinat geografis area yang akan
dikeruk; dan
h) volume keruk.

2) Peralatan Keruk.
Berdasarkan pasal 5 ayat 3, peralatan keruk meliputi:
a) Jenis kapal keruk hopper; dan
b) Non hopper.

3) Metode Kerja.
Berdasarkan pasal 5 ayat 4, metode kerja paling sedikit
memuat:
a) Tata cara pelaksanaan pekerjaan pengerukan;
b) penggunaan peralatan;
c) jadwal pelaksanaan pekerjaan pengerukan; dan
d) produktifitas kerja.
2-11

c. Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area).


Berdasarkan pasal 5 ayat 5, lokasi pembuangan hasil keruk
(dumping area) tidak diperbolehkan di:

1) alur-pelayaran;
2) kawasan lindung;
3) kawasan suaka alam;
4) taman nasional;
5) taman wisata alam;
6) kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
7) sempadan pantai;
8) kawasan terumbu karang;
9) kawasan mangrove;
10) kawasan perikanan dan budidaya;
11) kawasan pemukiman; dan
12) daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Pasal 6, lokasi pembuangan juga harus


memenuhi syarat:

1) kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter LWS


dan/atau jarak dari garis pantai lebih dari 12 (dua belas)
Mil;
2) didasarkan pada studi lingkungan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup.

8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 Tentang


Reception facility
Perpres 29/2012 merupakan penyempurnaan dari Instruksi
Presiden terkait ratifikasi Annex I dan Annex II MARPOL.
Dalam Perpres ini dilakukan pengesahan Annex III, IV, V dan VI
MARPOL. Dengan dikeluarkannya Perpres ini, maka Indonesia
telah mewajibkan diri secara penuh untuk memenuhi seluruh
ketentuan yang diatur dalam MARPOL.

B. Studi Terdahulu

1. Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut,


2010
Studi Standardisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut yang
disusun pada tahun 2010 menghasilkan beberapa Rancangan
2-12

Standar Nasional Indonesia di bidang prasarana transportasi laut


yaitu:

a. Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A.


b. Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B.
c. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas A.
d. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas B.
e. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas C.
f. Standar Rambu-rambu Pelabuhan.
g. Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Hub Internasional.
h. Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Internasional.
i. Standar Terminal Curah Cair.
j. Standar Terminal Curah Kering.

Dari kesepuluh RSNI tersebut, terdapat 4 (empat) materi yang


berkaitan dengan studi yang akan dilaksanakan, seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Materi terkait dalam Studi Standardisasi di


Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010

No. Studi terdahulu yang relevan Studi saat ini


1 Standar Terminal Penumpang Standar Fasilitas dan
Internasional Kelas A Peralatan di Pelabuhan
untuk Pelayanan Kapal
Pesiar dan Penumpang
Internasional
2 Standar Terminal Penumpang Standar Fasilitas dan
Internasional Kelas B Peralatan di Pelabuhan
untuk Pelayanan Kapal
Pesiar dan Penumpang
Internasional
3 Standar Terminal Curah Cair Standar Dermaga untuk
Pelayanan Kapal dan
Barang Curah
4 Standar Terminal Curah Standar Dermaga untuk
Kering Pelayanan Kapal dan
Barang Curah
2-13

a. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional


Kelas A.

Analisis Rancangan Standar Terminal Penumpang


Internasional Kelas A merupakan hasil adopsi dari CTDS.
Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal
yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan
lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu
dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas
terminal penumpang Internasional Kelas A berdasarkan
studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut.

Tabel 2.2 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai


fungsi ruang (m²/penumpang) untuk
Terminal Penumpang Internasional Kelas A
Ruang m²/penumpang
Ruang Esensial
(n)
Ruang Umum (f1) 3
Ruang Pelaporan (f2) 0.5
Ruang Tunggu Keberangkatan 1.5
(f3)
Ruang Tunggu Kedatangan 1
(f4)
Sumber: Adopsi dari The Air Transport Association (IATA), 2005.

Dari pemilihan kebutuhan ruang m²/penumpang tersebut


kemudian dibuat rumus luas ruang esensial sebagai berikut:

Gedung Terminal A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6

 Ruang Umum (Public Hall), A1 = n x f1


 Ruang Pelaporan (Check-in), A2 = n x f2
 Ruang tunggu keberangkatan, A3 = n x f3
 Ruang tunggu kedatangan, A4 = n x f4
 Area Konsesi/Kios, A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4
 Ruang Utilitas, A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% xA4
 Parkir, A = E x f x h

Dimana:
A = luas lahan parkir.
E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan.
F = jumlah kendaraan per penumpang (0.5).
H = kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²)
2-14

Terminal Penumpang Internasional Kelas A dengan


kapasitas minimum 800 orang didapatkan hasil perhitungan
sebagai berikut:

 Ruang Umum (Public Hall) = 2.400 m²


 Ruang Pelaporan (Check-in)= 400 m²
 Ruang tunggu keberangkatan = 1.200 m²
 Ruang tunggu kedatangan = 800 m²
 Area Konsesi/Kios = 980 m²
 Ruang Utilitas = 480 m²
 Parkir = 10.000 m²

Sehingga didapatkan luas areal gedung terminal 6.300 m²


dan luas areal Parkir kendaraan antar / jemput & intermodal
10.000 m².

Dari Luasan Bangunan, Luasan Parkir dan Intermoda serta


Kebutuhan Fasilitas-Fasilitas di Terminal Penumpang
Internasional Kelas A maka disusun contoh denah dari
terminal penumpang tersebut. Denah terminal penumpang
Internasional Kelas A disajikan pada Gambar 2.1.
2-15

F
3.00 71.00 8.00 23.00

16.25 18.75
E
D

60.00
C B
B
A

25.00
19.50
105.00

18.00
Jalan J

100.00

100.00
G G H I
18.00

Jalan J

Legenda :
Ruang Umum I Tempat Parkir Cadangan
Ruang Semi Steril J Jalan
Ruang Steril Ruang Konsesi
Tempat Parkir Loket Tiket
A Ruang Umum Cargo
B Pemeriksaan Pintu, x-ray-cam Pos kesehatan
C Ruang Lapor Diri Pos Keamanan
D Ruang Tunggu Kedatangan Ruang Info
E Ruang Tunggu Keberangkatan
F Sistem Penanganan Bagasi
G Kendaraan Umum Dan Intemoda Toilet
H Kendaraan Pribadi Pepohonan

Gambar 2.1 Denah Terminal Penumpang Internasional


Kelas A
2-16

b. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional


Kelas B.
Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional
Kelas B merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada
beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang
terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain
yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari
standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas
terminal penumpang Internasional Kelas B berdasarkan studi
dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut.

Tabel 2.3 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai


fungsi ruang (m²/penumpang) untuk
Terminal Penumpang Internasional Kelas B
Ruang Esensial Ruang m2/penumpang
(n)
Ruang Umum (f1) 3
Ruang Pelaporan (f2) 0.5
Ruang Tunggu Keberangkatan 1.5
(f3)
Ruang Tunggu Kedatangan 1
(f4)
Sumber: adopsi dari The Air Transport Association (IATA), 2005.

Dari pemilihan kebutuhan ruang m²/penumpang tersebut


kemudian dibuat rumus luas ruang esensial sebagai berikut:

Gedung Terminal A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6

 Ruang Umum (Public Hall) A1 = n x f1


 Ruang Pelaporan (Check-in)A2 = n x f2
 Ruang tunggu keberangkatan A3 = n x f3
 Ruang tunggu kedatangan A4 = n x f4
 Area Konsesi/ Kios A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4
 Ruang Utilitas A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% xA4
 Parkir A=Exfxh

Dimana:
A = luas lahan parkir.
E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan.
f = jumlah kendaraan per penumpang (0.5).
h = kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²).
2-17

Terminal Penumpang Internasional Kelas B dengan


kapasitas minimum 400 orang didapatkan hasil perhitungan
sebagai berikut:

 Ruang Umum (Public Hall) = 1.200 m²


 Ruang Pelaporan (Check-in) = 200 m²
 Ruang tunggu keberangkatan = 600 m²
 Ruang tunggu kedatangan = 400 m²
 Area Konsesi/ Kios = 490 m²
 Ruang Utilitas = 240 m²
 Parkir = 5.000 m²

Sehingga didapatkan luas areal gedung terminal 3.200 m²


dan luas areal Parkir kendaraan antar / jemput & intermodal
5.000 m².

Dari Luasan Bangunan, Luasan Parkir dan Intermoda serta


Kebutuhan Fasilitas-Fasilitas di Terminal Penumpang
Internasional Kelas B maka disusun contoh denah dari
terminal penumpang tersebut. Denah terminal penumpang
Internasional Kelas B disajikan pada Gambar 2.2.
2-18

F
67.00 6.00 7.00

12.00 14.00
E
D
B

45.00
C B
B
A

19.00
14.50
80.00

18.00
Jalan J

100.00

50.00
G G H I

18.00

Jalan J

Legenda :
Ruang Umum J Jalan
Ruang Semi Steril Ruang Konsesi
Ruang Steril Loket Tiket
Tempat Parkir Pos kesehatan
A Ruang Umum Pos Keamanan
B Pemeriksaan Pintu, x-ray-cam Ruang Info
C Ruang Lapor Diri
D Ruang Tunggu Kedatangan Ruang Karantina
E Ruang Tunggu Keberangkatan Bea Cukai
F Sistem Penanganan Bagasi
G Kendaraan Umum Dan Intemoda Toilet
H Kendaraan Pribadi Pepohonan
I Tempat Parkir Cadangan

Gambar 2.2 Denah Terminal Penumpang Internasional


Kelas B

c. Rancangan Standar Terminal Curah Kering.


Standar yang akan dianalisis adalah untuk terminal curah
kering batubara. Batubara merupakan produk yang banyak
didistribusikan melalui angkutan laut. Saat ini perusahaan-
perusahaan memiliki kecenderungan membangun Pelabuhan
Khusus Batubara, karena penyimpanan dan penanganan
2-19

batubara relatif mudah. Perencanaan terminal curah kering


melalui adopsi dari berbagai sumber yaitu:

 (UNCTAD)-Port Development: a handbook for


planners in developing countries 2nd edition revised and
expanded (1985)
 (UNCTAD)-Suitable development for ports (1993)
 (ISPS) Code-International Ship & Port Facility Security
 (IMO)-Comprehensive Manual on port reception
facilities (IMO-597E) (1999)
 (IMO)-BLU Code: Code of Practice for the Safe
Loading and Unloading of Bulk Carriers (IMO-266E)
(1998)

Bentuk zoning terminal curah kering untuk satu unit


sandaran dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini.

Keterangan gambar: 1. Terminal curah kering fasilitas darat; 2.


Loading platform; 3. Sistem tambat; 4. Tongkang.
Gambar 2.3 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering
secara umum
2-20

1
2

6
5

13
14 9

7
8 10 11
12
15

16

Keterangan gambar:
1. Pintu gerbang
2. Pos keamanan
3. Perkantoran
4. Area parkir
5. Lapangan penumpukan 1
6. Lapangan penumpukan 2
7. Kolam penampungan aliran drainase dari area terminal
8. Loading platform
9. Jembatan timbang
10. Ruang kontrol terbuka
11. Area supply air
12. Kran
13. Buldozer 1
14. Buldozer 2
15. Sistem tambat
16. Tongkang
Gambar 2.4 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering
dengan sistem sederhana
2-21

1
2

11 3

8
12
9 10

13 14
5

15
16 6 7
17

18

19

Keterangan gambar:
1. Pintu gerbang 11. Reclaimer
2. Pos keamanan 12. Stacker
3. Perkantoran 13. Buldozer 1
4. Area parkir 14. Buldozer 2
5. Jembatan timbang 15. Kolam penampungan aliran
drainase dari area terminal
6. Ruang kontrol 16. Conveyor system
terbuka
7. Area supply air 17. Loading platform
8. Lapangan 18. Sistem tambat
penumpukan 1
9. Lapangan 19. Tongkang
penumpukan 2
10. Lapangan
penumpukan 3
Gambar 2.5 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering
dengan sistem canggih

d. Rancangan Standar Terminal Curah Cair.

1) Tangki.
Desain dan analisis tanki disesuaikan berdasarkan
kebutuhan dengan mengacu kepada API 650/653 Oil
Storage Tank Design and Analysis. Tipikal tangki
2-22

penyimpanan untuk ekspor LNG berkapasitas 300 000


barrel atau 47.750 m3.

2) Pipa.
Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah atau samping
jetty dengan tujuan lalu lintas di jetty tidak terganggu.
Pipa yang berada di platform dinaikkan ke atas jetty guna
memudahkan penyambungan pipa-pipa. Pipa uap untuk
membersihkan tangki kapal dan pipa suplai air tawar
ditempatkan di sisi pipa utama. Rentang pipa yang
menggantung tidak lebih dari 4-12 m.

3) Rumah Pompa.
Rumah pompa diletakkan terpisah dari kantor tetapi
tidak berjauhan, dan diletakkan dekat dengan jetty.

4) Jetty.
Tipikal jetty yang digunakan untuk terminal curah cair
adalah tipe jetty L atau T dan tipe jetty jari. Jetty harus
dilengkapi dengan fasilitas:

a) Loading arm
b) Daerah layanan
c) Bangunan pelayanan
d) Derek jetty
e) Cerobong api khusus untuk terminal curah cair LNG
f) Tipikal dimensi platform 20 x 35 m2.

Tipe jetty jari dipasang dengan platform dan mooring


dolphin terpisah. Jarak minimum dari kapal ke dolphin
adalah 30 m.
2-23

Terminal Curah Cair


(Faslitas Darat)

Terminal Curah Cair


(Faslitas Laut)

Gambar 2.6 Tata letak tipikal Terminal Curah Cair


secara keseluruhan
X1 X2

3
1
2 4
5
6

.
Keterangan gambar: (1) Rak pipa; (2) Pipa; (3) Pagar; (4)
Walkways; (5) Balok; (6) Pile cap/poer; (7) Tiang pancang;
(X1) Panjang rak sistem pipa; (X2) Panjang walkways
Gambar 2.7 Tata letak tipikal Peralatan Bongkar
Muat pada dermaga Terminal Curah
Cair
2-24

2
3
1 4
5

Keterangan gambar: (1) Mooring dolphin; (2) Catwalk; (3)


Dolphin; (4) Breasting Dolphin; (5) Fender
Gambar 2.8 Tata letak tipikal dermaga Terminal
Curah Cair
1 5 2

3 4
6

10
7
8 11

9
12
13

15

14

16

18
17
Keterangan gambar: (1) Pintu gerbang 1; (2) Pintu gerbang 2;
(3) Pos keamanan 1; (4) Pos keamanan 2; (5) Ruang kontrol
terbuka; (6) Jembatan timbang; (7) Area perkantoran; (8)
Filling station; (9) Rumah pompa; (10) Gen set; (11) Boiler;
(12) Area supply BBM; (13) Concrete ring beam; (14)
Tangki; (15) Area sistem pemadam kebakaran; (16) Piping
system; (17) Pos keamanan 3; (18) Pintu masuk menuju ke
arah jetty
Gambar 2.9 Tata letak tipikal Fasilitas Darat
Terminal Curah Cair

2. Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011


Studi Standardisasi di Bidang Kepelabuhanan yang disusun pada
tahun 2011 menghasilkan beberapa Rancangan Standar Nasional
Indonesia di bidang kepelabuhanan, yaitu:
2-25

a. Standar Fasilitas Transshipment Peti kemas Pada Pelabuhan


Utama
b. Standar Fasilitas Transshipment General cargo Pada
Pelabuhan Utama
c. Standar Pelayanan Jasa Penumpukan di Gudang Tertutup
d. Standar Fasilitas Pemeliharaan dan Perawatan Kapal di
Pelabuhan
e. Standar Sistem Manajemen Perawatan Fasilitas Pelabuhan
f. Standar Perhitungan Kinerja Pelayanan Kapal Dan Barang di
Pelabuhan
g. Standar Terminal Khusus (TK) Batubara
h. Standar Terminal Khusus (TK) CPO.
i. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)
Batubara
j. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO.
k. Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah
Kapal di Pelabuhan Utama.

Standar Peralatan Bongkar Muat Peti kemas secara


Konvensional di Pelabuhan.

Dari keduabelas RSNI tersebut, terdapat 6 (enam) materi yang


berkaitan dengan studi yang akan dilaksanakan, seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.4.
2-26

Tabel 2.4 Materi terkait dalam Studi Standardisasi di


Bidang Kepelabuhanan, 2011
No. Studi terdahulu yang Studi saat ini
relevan
1 Standar Fasilitas Standar Dermaga untuk
Transshipment Peti kemas Pelayanan Kapal dan
Pada Pelabuhan Utama Barang Peti kemas
2 Standar Terminal Khusus Standar Dermaga untuk
(TK) Batubara Pelayanan Kapal dan
Barang Curah
3 Standar Terminal Khusus Standar Dermaga untuk
(TK) CPO Pelayanan Kapal dan
Barang Curah
4 Standar Terminal Untuk Standar Dermaga untuk
Kepentingan Sendiri Pelayanan Kapal dan
(TUKS) Batubara Barang Curah
5 Standar Terminal Untuk Standar Dermaga untuk
Kepentingan Sendiri Pelayanan Kapal dan
(TUKS) CPO Barang Curah
6 Standar Fasilitas Standar Penampungan
Penampungan dan Limbah dan Sampah dari
Pengelolaan Limbah Kegiatan Pelabuhan
Kapal di Pelabuhan
Utama

a. Standar Fasilitas Transhipment Peti kemas Pada


Pelabuhan Utama.
Transshipment peti kemas di pelabuhan atau terminal peti
kemas hanya menangani jumlah/prosentase tertentu dari arus
kontainer total (total container throughput), dan setelah
penyimpanan sementara di lapangan penumpukan, peti
kemas segera diangkut kembali oleh kapal lain untuk
pengiriman selanjutnya.

Diagram yang menggambarkan proses penanganan peti


kemas dari laut ke darat melalui terminal ditunjukkan pada
gambar berikut ini. Dapat dilihat bahwa transshipment peti
kemas merupakan bagian dari proses penanganan peti kemas
yang terbatas di hingga ke terminal. Sementara arus keluar-
masuk (ekspor-impor) ke darat melibatkan juga angkutan
darat (hinterland transport).
2-27

Sisi Dermaga/Laut Pelabuhan/Terminal Sisi Darat

TRANSSHIPMENT

Transpor hinterland
transshipment stack (truck/trailer, KA)
petikemas

ekspor (outbond) ekspor

impor (inbond) impor

arus petikemas total (TEU’s/tahun)


(volume petikemas yang
ditangani/tahun)

Gambar 2.10 Kegiatan transshipment peti kemas


merupakan bagian dari arus peti kemas total
Tabel 2.5 Terminal peti kemas di pelabuhan-
pelabuhan yang disurvey

Terminal Peti kemas di pelabuhan yang disurvei adalah


sebagai berikut:
1) Pelabuhan Tanjung Priok
a) PT Jakarta International Container Terminal
(JICT).
b) TPK Koja.
c) PT MTI (Multi Terminal Indonesia).
d) Terminal Operasi 3.
2) Pelabuhan Belawan
Belawan International Container Terminal
3) Pelabuhan Tanjung Perak
a) Terminal Berlian, dikelola oleh PT Berlian Jasa
Terminal Indonesia (BJTI)
b) Terminal Peti kemas Surabaya, dikelola oleh PT
Terminal Peti kemas Surabaya (TPS)
4) Pelabuhan Makassar
Terminal Peti kemas Makassar (TPM)

1) Fasilitas Utama.
Fasilitas utama pendukung kegiatan transshipment peti
kemas di pelabuhan utama minimal terdiri dari fasilitas
yang disebutkan pada bagian berikut:
2-28

a) Dermaga.
Panjang dermaga harus mengikuti kriteria teknis
sesuai dengan panjang rata-rata kapal terbesar yang
dilayani, termasuk memperhitungkan persyaratan-
persyaratan ruang yang diperlukan untuk peralatan
tambat labuh yang aman antara lain fendering,
mooring dan jarak aman antar kapal. IMO
(International Maritime Organization)
mengusulkan persamaan berikut untuk menghitung
panjang dermaga.

Lw  n  LOA  n  1  10%  LOA (1)


dimana
Lw = panjang dermaga
LOA = panjang total kapal (length overall)
N = jumlah tambatan
10% x LOA 10% x LOA 10% x LOA
LOA LOA

kapal kapal

dermaga

Gambar 2.11 Sketsa definisi perhitungan panjang


dermaga

Ukuran kolam dermaga harus memenuhi ketentuan


untuk kebutuhan olah gerak kapal dan kedalaman
yang cukup sesuai dengan draft kapal pengangkut
peti kemas terbesar yang dilayani. Sebagai
pedoman, Pelabuhan utama yang melayani kapal
peti kemas berkapasitas 5.000 TEUs, memerlukan
panjang total dermaga minimal 350 meter dan
kedalaman kolam dermaga 15 meter.

Panjang dermaga dan kedalaman kolam untuk


transshipment peti kemas Pelabuhan Utama
minimal adalah 200 m dengan kedalaman 11m dari
2-29

praktek yang ada1, namun sesuai dengan


Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 disajikan pada
Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Ukuran dermaga dan kedalaman kolam


Pelabuhan Utama
Panjang Kedalaman
Hirarki
Dermaga Kolam Min.
Pelabuhan
Min. (meter) (meter LWS)
Utama Primer 350 -12,00
Utama Sekunder 250 -9,00
Utama Tersier 150 -7,00
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan
Nasional.

b) Apron.

Lebar apron yang aman (ad) dan nyaman untuk


operasional alat angkut (truk dan KA) yang diukur
dari berth line dermaga sampai dengan sisi gudang
laut (gudang lini I) atau lapangan penumpukan
sebagai berikut (lihat Gambar 2.12). (Quin,1972).

 Lebar apron minimum 3,00 m


 dengan crane dan 1 jalur KA 20,00 m
 dengan 2 jalur truk trailer 8,00 m
 dengan 1 jalur KA dan 1 jalur truk trailer 9,00 m
 dengan 2 jalur KA dan 1 jalur truk trailer 13,00
m
 dengan crane dan 2 jalur KA 25,00 m

1
sumber: http://www.internationalpsa.com/factsheet/map.html
2-30

ad
Lapangan
penumpukan

berth line/tepi dermaga

Gambar 2.12 Sketsa definisi lebar apron


dermaga.

c) Lapangan Penumpukan.

Kebutuhan luas lapangan penumpukan peti kemas


yang disarankan untuk pelabuhan utama menurut
Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 diberikan pada
Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Luas lapangan penumpukan sesuai


arus peti kemas
Hirarki Arus Peti Luas
Pelabuhan kemas Lapangan
(TEUs/tahun) Penumpukan
(Ha)
Utama Primer 3 juta-3,5 juta 15
Utama 1,5 juta 10
Sekunder
Utama Tersier Tidak diperinci Tidak diperinci
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan
Nasional.
2-31

d) Fasilitas Penanganan Peti kemas.

Tabel 2.8 adalah kebutuhan peralatan minimal


(crane) yang disyaratkan sesuai dengan arus peti
kemas menurut Kepmenhub No. 53 Tahun 2002.

Tabel 2.8 Jumlah crane minimal sesuai arus


peti kemas
Hirarki Arus Peti Peralatan Jumlah
Pelabuhan kemas
(TEUs/tahun)
Utama 3 juta-3,5 juta crane 4 unit
Primer
Utama 1,5 juta crane 2 unit
Sekunder
Utama Tidak mobile Tidak
Tersier diperinci crane / diperinci
ship gear
50 ton
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan
Nasional

Jenis peralatan tergantung pada sistem bongkar muat


peti kemas yang digunakan. Secara umum sistem
bongkar muat peti kemas yang biasa digunakan
adalah:

 Sistem truck trailer/forklift dan reach stacker


 Sistem straddle carrier
 Sistem Rubber-tyre gantry (RTG) dan/atau rail-
mounted gantry (RMG)
 Campuran dari ketiga sistem di atas

Sistem truck trailer dan reach stacker/forklift paling


ekonomis diterapkan pada terminal kecil
berkapasitas antara 60.000-80.000 TEUs per tahun
dan luas lapangan penumpukan tak terbatas. Gambar
menunjukkan sistem truck trailer dan reach
stacker/forklift.
2-32

Gambar 2.13 Ilustrasi penumpukan peti kemas


sistem truck trailer dan reach
stacker/forklift

Sistem straddle carrier adalah sistem penanganan


peti kemas yang cocok untuk terminal dengan luas
lapangan penumpukan yang terbatas. Sistem
straddle carrier dapat menumpuk peti kemas 3
hingga 4 tumpukan dan merupakan sistem yang
paling optimal dari segi kecepatan untuk terminal
yang menangani arus peti kemas 100.000 hingga
3.000.000 TEUs per tahun. Gambar 2.14 adalah
ilustrasi penanganan peti kemas sistem straddle
carrier.

Gambar 2.14 Ilustrasi penumpukan peti kemas


sistem straddle carrier

Sistem RTG/RMG bisa menyusun peti kemas 5-9


blok dalam 4-6 tumpuk. Sistem ini ekonomis untuk
terminal yang menangani peti kemas lebih dari
2-33

200.000 TEUs per tahun dan luas lapangan


penumpukan terbatas atau mahal. Gambar 2.15 dan
Gambar 2.16 masing-masing adalah ilustrasi sistem
RTG dan/atau RMG dengan head truck dan shuttle
carrier.

Gambar 2.15 Ilustrasi penumpukan peti kemas


sistem RTG/RMG dengan head
truck

Gambar 2.16 Ilustrasi penumpukan peti kemas


sistem RTG/RMG dengan Shuttle-
carrier

Peralatan sisi laut Terminal peti kemas adalah Quay-


side Gantry Crane (QGC). Kapasitas minimum
QGC yang disyaratkan adalah:
 Daya angkat: 40 ton
 Jangkauan ke sisi laut: 32,5 m
 Tinggi hoist di bawah spreader: 25 m
 Lebar track: 15-18 m
2-34

 Jangkauan ke sisi darat: 15 m


 Jarak bebas di bawah crane: 12 m

Kapasitas/kemampuan crane dinyatakan dalam


Gross Crane Rate (GCR) yang dinyatakan dengan:
TCH
GCR 
TWH

TCH, Total Container Handled = jumlah peti kemas


(masuk atau keluar) yang ditangani

TWH, Total Worked Hours = seluruh waktu yang


diperlukan crane untuk menangani peti kemas,
termasuk idle time.

Untuk Pelabuhan utama primer, Kepmenhub No.


KM 53 Tahun 2002 mensyaratkan minimal 4 unit
crane dengan arus peti kemas total (transit dan non
transit) antara 3 juta-3,5 juta TEUs/tahun. Jika dari
volume tersebut dianggap 20% adalah peti kemas
transit, maka arus peti kemas transit adalah 600.000-
700.000 TEUs/tahun, rata-rata = 650.000
TEUs/tahun.

Produktivitas 1 unit crane rata-rata adalah 0,5


TEUs/menit atau 30 TEUs/jam atau 262.800
TEUs/tahun. Jumlah crane yang diperlukan adalah
650.000/262.800 = 2,47 3 unit.

Peralatan sisi darat Terminal peti kemas adalah


sebagai berikut:

(1) Rubber-tyred Gantry (RTG) Crane dan Rail-


mounted Gantry (RMG) Crane

RTG dan RMG crane atau biasa disebut dengan


transtainer adalah crane peti kemas yang berupa
portal lebar beroda karet (RTG) atau sistem rel
(RMG). Alat ini dapat menumpuk peti kemas 5-
9 blok dalam 4-6 tingkat. Kapasitas RTG yang
disarankan untuk transshipment peti kemas di
Pelabuhan utama adalah minimal 35 ton. Jumlah
RTG/RMG yang ideal adalah 3 unit untuk 1
2-35

buah QGC, sehingga untuk 3 unit QGC


diperlukan 9 unit RTG/RMG.

(2) Straddle carrier

Straddle carrier adalah kendaraan pengangkut


peti kemas berbentuk portal persegi empat
panjang beroda karet. Straddle carrier hanya
dapat menumpuk hingga 2 atau 3 tingkat.
Kapasitas minimal straddle carrier untuk
pelabuhan utama berkisar antara 30-35 ton. Satu
buah QGC biasanya cukup ideal dilayani oleh 3-
5 unit straddle carrier.

(3) Forklift, reach stacker dan side loader

Forklift, reach stacker dan side loader


merupakan kendaraan khusus pengangkut peti
kemas yang dapat menyusun peti kemas di
lapangan penumpukan. Reach stacker juga
dapat digunakan untuk memuat peti kemas ke
truk trailer.

(4) Head truck dan container chassis

Head truck adalah truk semi-trailer yang


memiliki sambungan permanen atau semi
permanen sehingga dapat berbelok tajam. Untuk
mengangkut peti kemas, head truck dilengkapi
dengan container chassis yang dapat di lepas.

(5) Shuttle-carrier

Shuttle-carrier merupakan kendaraan


pengangkut peti kemas generasi terbaru yang
merupakan pengembangan dari straddle carrier
sehingga dapat bermanuver lebih baik sehingga
memiliki produktivitas yang tinggi.
2-36

Tabel 2.9 Peralatan Terminal Peti kemas di


Pelabuhan-Pelabuhan
Nama
Container Crane/ Quay Gantry
Pelabuhan &
Crane
Terminal
Utama Primer (UP)=4 buah
RSNI
Utama Sekunder(US)=2 buah
Tanjung Priok
JICT 21 buah
TPK Koja 6 buah
PT MTI 4 (35 ton)
TO3
Belawan 5=40 ton
(BICT) 1=35 ton
Tanjung Perak
BJTI
TPS 11 buah
Makassar
(TPM)
Sumber: Hasil Survey, 2011.

2) Fasilitas Pendukung.
Fasilitas pendukung disajikan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 fasilitas pendukung transshipment peti


kemas
RSNI T. Priok Belawan T. Perak
Kantor
ada ada ada
administrasi
Kantor
ada ada ada
Pabean
Refrigerator ada ada ada
Menara
ada ada ada
pengawas
Bengkel
perawatan ada ada ada
Penyedia
jasa
ada ada Ada
bongkar
muat
2-37

Tabel 2.10 (lanjutan)

RSNI Makassar Tenau


Kantor
ada ada
administrasi
Kantor
ada Tidak ada
Pabean
Refrigerator ada
Menara
ada ada
pengawas
Bengkel
perawatan ada ada
Penyedia
jasa Tidak
ada
bongkar diketahui
muat

b. Standar Terminal Khusus (TK) Batubara.


Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal
Khusus merupakan hasil adobsi dari Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 ‘Terminal Khusus
dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri’ serta untuk
Batubara merupakan hasil adopsi dari Standardisasi
Terminal Curah yang dikeluarkan oleh UNCTAD.

Standar sistem penanganan batubara disajikan pada Gambar


2.17. Sistem dilengkapi dengan peralatan khusus untuk
loading/unloading dan untuk menumpuk batubara. Sistem
terdiri dari penanganan batu bara dari darat untuk dikapalkan
dengan kapal khusus pengangkut material curah dan
sebaliknya.
2-38

Penumpukan/Stockpile

Stacker-Reclaimer

Truk/ Conveyor Conveyor


kereta Transfer Loading Kapal
api Unloader Curah
Ship Loader

Barge Conveyor
Unloader - Muat langsung
conveyor

Barge LAPANGAN PENUMPUKAN

Penumpukan/Stockpile

Stacker-Reclaimer

Truk/ Conveyor Conveyor


kereta Loading Transfer Kapal
api loader Curah
Ship Loader

Conveyor, Conveyor
Barge
Loader Muat langsung

Barge

Gambar 2.17 Standar sistem penanganan batubara.


Standar sistem penanganan batubara sederhana dengan
kapasitas yang lebih kecil ditunjukkan oleh flow chart
berikut.

Penumpukan/St Barge/
Truk Loading
ockpile Kapal
Dozer Dozer, Barge/Ship
/Stacker Loader Loader

Penumpukan/St Barge/
Truk Loading ockpile Kapal
Loader Dozer, Barge/Ship
Loader Unloader

Gambar 2.18 Sistem penanganan batubara sederhana.


2-39

Tabel 2.11 Penerapan RSNI di lokasi survey TK


Batubara

No Standar Fasilitas Kaltim Prima Coal


Fasilitas Sisi Laut
1 Alur pelayaran 
2 Kolam sandar -18 m
3 Tempat labuh kapal 
Sarana bantu navigasi
4 
pelayaran
Perairan untuk keperluan
5 Tidak diketahui
darurat
Fasilitas Sisi Darat
6 Fasilitas tambat -18 m
7 Lapangan penumpukan 
8 Fasilitas bongkar muatan -
Stacker-reclaimer
Fasilitas penumpukan dan 1.350 ton per jam
9
pengambilan dan reclaimer 3.350
ton per jam
Dua ship loaders
dengan kapasitas
10 Fasilitas muat
nominal 4.700 ton
per jam
Fasilitas bunker bahan
11 Tidak diketahui
bakar
Fasilitas pemadam
12 
kebakaran
13 Fasilitas pengaman debu 
Jaringan drainase dan
14 
pengolahan air buangan
15 Perkantoran 

nstalasi air bersih, listrik, 


16
dan telekomunikasi
17 Jaringan jalan 
18 Timbangan 
2-40

c. Standar Terminal Khusus (TK) CPO.


Standar sistem penanganan CPO ditunjukkan oleh diagram
berikut ini.

Gambar 2.19 Standar sistem penanganan di terminal


khusus CPO.

Temperatur penanganan CPO yang direkomendasikan


selama transportasi perlu dijaga antara 32°C hingga 40°C,
sementara untuk proses loading/unloading, dibutuhkan
temperatur lebih tinggi antara 50°C hingga 55°C sementara
suhu penyimpanan berkisar dari 37°C hingga 45°C.

Saat dibutuhkan pemanasan, perubahan maksimum


temperatur selama 24 jam tidak boleh melampaui 5°C.
Minyak tidak boleh dipanaskan dan didinginkan berulang-
ulang karena akan menyebabkan penurunan kualitasnya.
Berat jenisnya bervariasi antara 0.8 dan 0.95, tergantung
pada jenis minyak dan juga temperaturnya.

Terminal khusus di Indonesia terdiri dari berbagai macam


usaha. Standar terminal khusus meliputi segi keselamatan
pelayaran untuk pemilihan lokasi, pembangunan dan operasi
yang sudah diatur dalam peraturan Menteri nomor 51 tahun
2011.

d. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)


Batubara dan CPO.
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal
untuk Kepentingan sendiri hampir sama dengan Rancangan
Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal Khusus yang
2-41

merupakan hasil adopsi dari Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor PM 51 Tahun 2011 ‘Terminal Khusus dan Terminal
untuk Kepentingan Sendiri’ serta untuk Batubara dan CPO
merupakan hasil adopsi dari Standardisasi Terminal Curah
yang dikeluarkan oleh UNCTAD.

Namun dari rancangan tersebut ada bagian-bagian fasilitas


yang dihilangkan, hal ini karena TUKS berada pada DLKr
maupun DLKp Pelabuhan Umum yang sebagian fasilitas
telah disediakan oleh Pelabuhan umum. Fasilitas-fasilitas
tersebut antara lain Alur pelayaran, tempat labuh kapal dan
sarana bantu navigasi pelayaran.

e. Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan


Limbah Kapal di Pelabuhan Utama.
Pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan
merupakan bagian dari pelaksanaan Konvensi Internasional
tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran dari kapal yang
kemudian dimodifikasi oleh Protokol 1978 (selanjutnya
disebut MARPOL 73/78). Protokol ini telah diratifikasi oleh
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 46
Tahun 1986 tanggal 9 September 1986. Dan untuk
mendukung program Ecoport Kementerian Perhubungan
maka pelabuhan-pelabuhan di wilayah Indonesia perlu
adanya fasilitas penampungan dan pengelolaan limbah
kapal. Selama ini fasilitas tersebut tidak berfungsi dengan
baik sehingga aktivitas pengelolaan limbah dikelola oleh
berbagai pihak dari luar pelabuhan. Hal-hal seperti ini perlu
ditertibkan agar sistem kendali mutu pengelolaan limbah
dapat diatur dengan baik sehingga nantinya limbah tersebut
tidak membawa dampak negatif ke lingkungan pelabuhan.

Kriteria pelabuhan yang harus dilengkapi fasilitas Reception


facility adalah:

1. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak


mentah dimuat ke dalam tanker minyak yang mana
tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera
melakukan ballast tidak lebih dari 72 jam atau lego
jangkar pada perairan pelabuhan (DLKR dan atau
DLKP) atau yang menempuh perjalanan minimal 1200
mil laut.
2-42

2. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga di mana


minyak selain minyak mentah curah dimuat pada tingkat
rata-rata lebih dari 1000 metrik ton per hari.

3. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang


mempunyai halaman untuk perbaikan kapal atau fasilitas
tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning.

4. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang


menangani kapal-kapal harus di lengkapi pula dengan
tangki sludge sebagaimana dalam peraturan 17 Annex I
MARPOL 73/78.

5. Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor


berminyak dan jenis-jenis residu lainnya, yang tidak
dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I
MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

6. Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang


berhubungan dengan residu minyak yang tidak dapat
dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I
MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

7. Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang


melakukan kegiatan perbaikan dan pembersihan tangki
kapal tanker pengangkut bahan kimia.

3. Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana


Pelayaran, 2012

a. Umum.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana
Pelayaran yang disusun pada tahun 2012 menghasilkan
beberapa Konsep Standar di bidang prasarana pelayaran
yaitu:

1) Standar Teknis Menara Suar;


2) Standar Teknis Rambu Suar;
3) Standar Teknis Pelampung Suar;
4) Standar Teknis Tanda Siang;
2-43

5) Standardisasi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible


(peluit, gong, lonceng, dan sirene);
6) Standar Penerangan di Dermaga, Lapangan
Penumpukan dan Gudang Pelabuhan Laut;
7) Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat;
8) Standar Prasarana/Pangkalan Armada Penjaga Laut dan
Pantai Berdasarkan Kelasnya;
9) Standar Peralatan Pemadam Kebakaran di Pelabuhan
Laut Utama;

Dari kesembilan konsep standar tersebut, terdapat 1 (satu)


kajian yang relevan dengan studi ini, yakni Standar Dermaga
untuk Pelayaran Rakyat (Tabel 2.12).

Tabel 2.12 Materi terkait dalam Studi Penyusunan


Konsep Standar di Bidang Prasarana
Pelayaran, 2012
Studi terdahulu yang Studi saat ini
relevan
Standar Dermaga untuk 1. Standar Dermaga untuk
Pelayaran Rakyat Pelayanan Kapal Perintis
2. Standar Dermaga untuk
Pelayanan Kapal dan
Barang Curah;
3. Standar Dermaga untuk
Pelayanan Kapal dan
Barang Peti kemas;
4. Standar Dermaga
Multipurpose Untuk
Pelayanan Kapal Lolo dan
Roro.

b. Kajian Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat.

1) Umum.
Penyusunan standar dermaga Pelra difokuskan pada
dermaga dengan struktur deck-on-pile. Dermaga dengan
struktur ini telah distandarkan oleh Kementerian
Perhubungan dalam Standar Dermaga, 2010.

2) Jenis kapal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2010 tentang Angkutan di Perairan Pasal 99 butir 4, jenis
2-44

kapal yang dilayani oleh dermaga pelayaran rakyat


adalah:

(1) kapal layar (KL) berbendera Indonesia yang laik laut


dan digerakkan sepenuhnya dengan tenaga angin;

(2) kapal layar motor (KLM) tradisional berbendera


Indonesia yang laik laut berukuran sampai dengan
500 GT yang digerakkan oleh tenaga angin dan
motor; atau

(3) kapal motor (KM) berbendera Indonesia yang laik


laut yang laik laut berukuran sampai dengan 35 GT.

3) Tonase kapal.

Ukuran kapal biasanya diungkapkan dalam tonase mati


(deadweight tonnage, DWT) dan tonase kotor (gross
tonnage, GT).

DWT didefinisikan sebagai berat maksimum barang


yang dapat dimuat ke atas kapal dalam satuan ton
(OCDI, 1999). GT adalah ukuran kapasitas isi kapal
berdasarkan konvensi Internasional dari IMO Tahun
1969 tentang International Convention on Tonnage
Measurement of Ships; untuk kapal-kapal non-konvensi
berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan
tercantum dalam Surat Ukur Kapal yang dinyatakan
sebagai tonase kotor. (Sumber:
http://www.dephub.go.id).

Tonase kapal Pelra lazim dinyatakan dalam satuan GT,


yang merupakan fungsi dari volume lambung kapal.
Dalam perencanaan kekuatan struktur dermaga, DWT
kapal perlu diketahui untuk menghitung gaya tambat dan
sandar kapal. Menurut Technical Standards and
Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan
(OCDI, 1999), DWT kapal dapat dihitung berdasarkan
korelasi antara GT dan DWT sebagai berikut:

DWT = GT/0,541

Dengan demikian untuk kapal Pelra terbesar dengan


GT=500, DWT kapal adalah 500/0,541 = 925 ton.
2-45

4) Dimensi kapal.

Untuk penentuan standar dimensi dermaga, perlu


ditentukan dimensi kapal yang dapat dilayani.
Berdasarkan Standard Design Criteria for Ports in
Indonesia (Dirjen Hubla, 1984), Dimensi kapal Pelra
adalah:

Panjang 25-39 m
Lebar 5,5-7,5 m
Draf maksimum 2,2-2,5 m

5) Dermaga Bongkar-Muat dan Dermaga Tambat.


Untuk pelayanan maksimal kepada kapal Pelra, idealnya
terdapat dermaga bongkar-muat dan dermaga tambat
(parkir) yang terpisah.

Standar ini mengatur dermaga yang dimaksudkan


sebagai dermaga bongkar-muat dengan posisi kapal
sandar sejajar sisi panjang dermaga.

Posisi kapal di dermaga tambat (parkir) adalah tegak


lurus atau membentuk sudut dengan sisi panjang
dermaga untuk memaksimalkan jumlah kapal yang
tambat.

Kondisi yang ada sering mengharuskan kapal Pelra


melakukan bongkar-muat dan tambat pada dermaga
yang sama dalam posisi membentuk sudut dengan sisi
panjang dermaga atau berbanjar sejajar sisi panjang
dermaga. Kondisi ini tidak efektif baik untuk kegiatan
bongkar-muat barang maupun naik-turun penumpang,
karena perlu melalui beberapa kapal untuk mencapai
bibir dermaga.

6) Dimensi dermaga.

a) Dimensi dermaga.

Dimensi dermaga Pelra dirancang untuk dapat


melayani semua jenis kapal Pelra. Struktur bawah
(tiang pancang, karena yang diatur oleh standar ini
hanya struktur deck on pile) tetap harus bervariasi,
diperhitungkan terhadap kondisi tanah setempat.
2-46

Demi kesederhanaan, dalam penyusunan standar


ditetapkan satu ukuran struktur atas tipikal dermaga
Pelra. Ukuran ini ditentukan mengacu pada ukuran
kapal terbesar yakni:
Panjang 39,0 m
Lebar 7,5 m
Draf 2,5 m

b) Elevasi acuan vertikal (chart datum, CD).

Sebagai acuan dimensi vertikal dermaga (elevasi


vertikal nol) harus diambil elevasi pasang surut
terendah setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas
yang berwenang.

c) Elevasi dermaga.

Elevasi dermaga diukur terhadap elevasi acuan


vertikal (CD) dengan memperhitungkan tunggang
pasang surut dan gelombang mengikuti rumus
sebagai berikut:

Hd =MHHW + 2/3 Hmax + tinggi jagaan

Keterangan:
Hd Tinggi dermaga terhadap MLLW
(meter)
Hmax Tinggi gelombang maksimum
(meter)
Tinggi jagaan Tinggi bebas di atas geladak
lambung timbul, minimum 0,9
meter.

d) Kedalaman perairan.

Kedalaman perairan diukur terhadap elevasi acuan


vertikal (CD) dengan memperhitungkan draf kapal
Pelra saat bermuatan penuh mengikuti rumus
sebagai berikut:

d = draftmax + 0,3 meter


Keterangan:
d kedalaman perairan di depan
dermaga
2-47

draftmax draf kapal terbesar dalam kondisi


sarat muatan

Karena dimensi maksimum kapal Pelra sudah


ditentukan, kedalaman perairan di dermaga Pelra
dapat dinyatakan dengan angka tetap, yakni 2,8 m

e) Panjang dan lebar dermaga dan trestle.

Sesuai panjang maksimum kapal Pelra telah


ditentukan, panjang dermaga Pelra ditetapkan
sebagai berikut

Ldermaga = LOA + 30 meter untuk 1 kapal


= 39 + 30 = 69 meter

Ldermaga = n (LOA + 15 meter) + 15 meter


untuk n kapal
= n (39 + 15) +15 = 54 n + 15
meter

Lebar dermaga Pelra ditetapkan minimal 10 meter.


Jika kondisi setempat mengharuskan, dibangun
trestle (jembatan penghubung) untuk
menghubungkan dermaga dengan darat.

Trestle tunggal terhubung dengan dermaga di


tengahnya. Dalam hal dipilih trestle tunggal, lebar
dermaga harus diperhitungkan untuk
memungkinkan kendaraan operasional berputar di
atas dermaga.

Trestle ganda terhubung dengan dermaga di kedua


ujungnya. Dalam hal dipilih trestle ganda, lebar
dermaga dapat dipilih minimal (10 meter) karena
kendaraan operasional dapat berjalan satu arah di
trestle dan dermaga.

7) Kekuatan struktur.

a) Umum.

Kekuatan dermaga Pelra dirancang untuk kuat


menahan semua beban dan gaya yang mungkin
2-48

bekerja padanya: berat sendiri, beban operasional,


dan gaya lingkungan.

b) Berat sendiri dermaga dan kelengkapannya.

Dalam perhitungan kekuatan struktur dermaga,


semua komponen bangunan dan kelengkapan
dermaga harus diidentifikasi ukuran dan materialnya
sehingga dapat dihitung berat sendirinya.

Komponen bangunan dermaga dan kelengkapan


dermaga mencakup

a) Pelat;
b) Balok;
c) Kepala tiang;
d) Tiang pancang;
e) Bollard (titik tambat);
f) Fender (bantalan sandar);
g) Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di
dermaga);
h) Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan
pada dermaga, misalnya pipa air, pipa bahan
bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan
lain-lain).

c) Beban operasi.

Beban operasional merupakan beban hidup yang


besarnya tergantung pada pemakaian dermaga, yang
meliputi:

a) Beban yang bekerja pada lantai dermaga:


aktivitas pejalan kaki, kendaraan, alat berat
untuk bongkar-muat.
b) Beban dari operasi kapal: Sandar, Tambat.
c) Beban lingkungan

Gaya lingkungan yang harus diperhitungkan


mencakup angin, arus, gempa dan gelombang.
2-49

8) Perhitungan kekuatan struktur.

Perencanaan struktur dermaga harus mematuhi standar


sebagai berikut atau standar terbaru yang
menggantikannya.

1) SK SNI 03 - XXXX – 2002 (Tata cara perencanaan


struktur kayu untuk bangunan gedung) untuk
dermaga kayu.

2) SNI 03-2847-2002 (Tata cara perhitungan struktur


beton untuk bangunan gedung) untuk dermaga
beton.

3) SNI 03-1729-2002 (Tata cara perencanaan struktur


baja untuk bangunan gedung) untuk dermaga baja.

4) SNI 03-1726-2002 (Standar perencanaan ketahanan


gempa untuk struktur bangunan gedung) untuk
perhitungan gempa.

5) Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan


kekuatan makro struktur harus dilaksanakan
menggunakan perangkat lunak yang diakui luas
dalam praktek jasa konstruksi.

9) Gambar Tipikal.
Gambar tipikal dermaga mengacu pada Standar
Dermaga 2010 yang diterbitkan oleh Kementerian
Perhubungan. Gambar tipikal ini disajikan sebagai acuan
informatif. Gambar rencana aktual dapat berbeda dari
gambar tipikal karena kekhasan kondisi setempat atau
ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang.

C. Literatur Lainnya

1. Paparan Wakil Menteri Perhubungan Dalam International


Cruise Workshop 2012

Dalam International Cruise Workshop 2012, Wakil Menteri


Perhubungan Bambang Susantono, Ph.D memaparkan materi
dengan judul ”The Readiness Of Ports In Anticipating Cruise
Calls To Indonesia”.
2-50

Gambar 2.20 Halaman depan Paparan Wamen


Perhubungan pada International Cruise
Workshop 2012

Beberapa informasi yang dapat diambil dari materi paparan ini


adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Kapal Pesiar di Indonesia.


Terdapat lebih dari 70 lokasi tujuan kapal pesiar di
Indonesia. 25 di antaranya dapat mengakomodasi kapal
pesiar di pelabuhan dengan fasilitas berstandar internasional.
Jumlah kunjungan kapal pesiar pada tahun 2012
diperkirakan mencapai 200 kunjungan dengan 118.800
penumpang.

b. Statistik Jumlah Penumpang berdasarkan Lokasi


Kunjungan Kapal Pesiar.
Lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah Nusa
Tenggara yang mencapai 26% dari seluruh kunjungan kapal
pesiar.
2-51

Gambar 2.21 Grafik jumlah kunjungan kapal berdasarkan


lokasinya

Secara statistik terdapat kecenderungan peningkatan jumlah


penumpang di lokasi kunjungan kapal pesiar, kecuali di
Jakarta, yang dapat dilihat pada gambar berikut.
60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

0
2009 2010 2011 2012

Bali Lombok P. Komodo


Semarang Jakarta

Gambar 2.22 Jumlah Penumpang Kapal Pesiar di


Beberapa Tujuan Wisata di Indonesia 2009-
2012
2-52

c. Milestone.
Kapal Pesiar Legend of the Seas (Royal Carribean
International) adalah kapal pesiar terbesar yang pernah
sandar di Indonesia, yakni di Pelabuhan Benoa pada awal
2012. Panjang kapal ini adalah 264 meter, yang sandar
dengan bantuan kapal pandu dan kapal tunda. Kapal ini
mengangkut 1.751 penumpang dan 756 awak kapal.

d. Dukungan Pemerintah.
Pemerintah Indonesia menyediakan fasilitas dan
infrastruktur untuk menyokong kedatangan kapal pesiar
melalui beberapa langkah:

 Penerbitan lisensi untuk marina atau terminal khusus


 Penerbitan Clearance and Aproval for Indonesian
Territory (CAIT) dan Port Clearance
 Pembangunan Terminal Penumpang
 Pengerukan alur dan kolam pelabuhan
 Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
 Pelayanan docking dan perawatan kapal pesiar
 Penerbitan Peraturan Presiden Nomor 79/2011
tentang Kunjungan Kapal Pesiar di Indonesia.

Perpres 19/2011 menetapkan 18 lokasi pelabuhan yang dapat


dikunjungi kapal pesiar. Data fasilitas di pelabuhan tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
2-53

Tabel 2.13 Data Fasilitas di 18 Lokasi Pelabuhan


Tujuan Kapal Pesiar
No Pelabuhan Dermaga Terminal
Penumpang
Panjang Lebar Draft Luas Kapasitas
(m) (m) (m (m2) (orang)
LWS)
1 Belawan 115 20 -8,5 2298 2230
2 Benoa 290 20 -9 1400 600
3 Kupang 223 15 -8 760 500
4 Kumai 255 10 -6 500 200
5 Tarakan 400 25 -9 300 150
6 Nunukan 250 20 -8 800 400
7 Bitung 567 15 -12 2145 1000
8 Ambon 576 15 -8 1060 1000
9 Batam 117 10 -9 1000 500
10 Tual 285 8 -10 1300 1000
11 Sorong 291 20 -9 2000 900
12 Biak 322 20 -12 400 180
13 Teluk 1540 20 -7 1608 2000
Bayur
14 Tanjung 173 10 -6 300 100
Pandan
15 Nongsa 250 12 -9 1700 -
Point
Marina,
Batam
16 Sunda 310 25 -4 V -
Kelapa
17 Tenau, 100 15 -6 V 442
Kupang
18 Saumlaki 120 8 -6 2100 200

2. Keputusan Dirjen Hubla Tentang Trayek Kapal Perintis


2013
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor:
AL.I08/1/10/D.JPL-12 Tentang Jaringan Trayek dan Kebutuhan
Kapal Pelayaran Perintis Tahun Anggaran 2013 serta Ketentuan-
Ketentuan Pelaksanaannya menetapkan 80 (delapan puluh)
trayek Pelayaran Perintis yang tersebar di 19 provinsi dan 32
pangkalan di seluruh Indonesia. Ukuran kapal yang dibutuhkan
berkisar antara 200-1000 DWT atau 133-1200 GT.
2-54

3. Standar Konstruksi Dermaga, Departemen Perhubungan,


2010
Pada tahun 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan
Kementerian Perhubungan telah menerbitkan buku Standar
Konstruksi Dermaga. Buku ini memberikan pedoman dimensi
dermaga dan trestle untuk beberapa pilihan ukuran kapal, mulai
dari 500 DWT sampai 10.000 DWT. Selain menetapkan
persyaratan dimensi dermaga, buku ini juga memberikan acuan
terkait persyaratan penulangan struktur beton dermaga dan
ukuran bollard yang digunakan. Sampul dan contoh isi buku
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.23 Sampul buku Standar Konstruksi Dermaga.

Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga ditunjukkan pada


gambar berikut ini.
2-55

Gambar 2.24 Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga.

4. Konvensi Internasional Marpol 73/78


Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran dari
Kapal Tahun 1973 dan Protokol Konvensi Tahun 1978
(International Convention For the Prevention of Pollution From
Ships, 1973, as modified by the Protocol of 1978 relating
thereto)—selanjutnya disingkat MARPOL 73/78—adalah asal
mula diberlakukannya ketentuan lebih lanjut terkait penyediaan
Reception facility di pelabuhan.

MARPOL 73/78 bertujuan untuk mengurangi pencemaran laut


dengan mengatur atau melarang pembuangan limbah dari kapal.
Konvensi ini mensyaratkan tersedianya Reception facility yang
memadai di pelabuhan. Jenis dan ukuran fasilitasnya tergantung
pada kebutuhan kapal yang datang secara rutin ke pelabuhan
tersebut.

MARPOL 73/78 terdiri dari 20 (dua puluh) pasal, 2 (dua)


protokol dan 6 (enam) annex yang berisi peraturan tentang
pencegahan pencemaran limbah dari kapal. Jenis pencemar yang
diatur dalam masing-masing annex dan tanggal mulai berlaku
wajibnya disajikan pada Tabel 2.14.
2-56

Tabel 2.14 Annex dalam MARPOL 73/78


Tanggal Perlu
Annex Sumber pencemar
diwajibkan RF
I Minyak 2/10/1983 Ya
II Bahan cair beracun dalam 6/4/1987 Tidak
bentuk curah
III Bahan berbahaya dalam 1/7/1992 Ya
kemasan
IV Limbah cair domestik 27/9/2003 Ya
V Sampah 31/12/1988 Ya
VI Udara 19/5/2005 Ya

MARPOL 73/78 dalam bentuk aslinya hanya menetapkan bahwa


Annex I dan II wajib dilaksanakan oleh negara yang telah
meratifikasi atau menerima MARPOL 73/78. Penerapan annex
lainnya bersifat pilihan; tiap negara dapat memutuskan sendiri
kapan annex tertentu diterapkan. Sesuai dengan ketentuan pada
Article 15 dari MARPOL 73/78, suatu annex pilihan ditetapkan
sebagai kewajiban dalam jangka waktu 12 bulan setelah
dipenuhinya kriteria/kuota anggota konvensi. Pada saat ini
keenam annex tersebut sudah memenuhi kriteria ini sehingga
sudah berlaku wajib bagi setiap negara yang mengakui annex
tersebut.

Di Indonesia, seluruh ketentuan dalam MARPOL 73/78 dan


keenam annex-nya harus dipenuhi, setelah dikeluarkannya
beberapa peraturan sebagai berikut:

a. Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1986 tentang


Pengesahan MARPOL 73/78 berikut Annex I dan II yang
diundangkan pada tanggal 9 September 1986.

b. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 tentang


Pengesahan Annex III-VI MARPOL 73/78 yang
diundangkan pada tanggal 20 Maret 2012.

D. Terminologi Standar Menurut Referensi


Hasil kajian pustaka berkaitan dengan terminologi standar dapat
diuraikan sebagai berikut.
2-57

1. Definisi

Beberapa pengertian mengenai standar dari berbagai sumber,


dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Standarisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas,


dan sebagainya) dengan pedoman (standar) yg ditetapkan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia-online).

b. Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,


menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara
tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. (Peraturan
Pemerintah Nomor: 102 Tahun 2000).

c. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang


dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan
masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya. (Peraturan Pemerintah
Nomor: 102 Tahun 2000).

d. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang


ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan berlaku
secara nasional. Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI) adalah rancangan standar yang dirumuskan oleh
panitia teknis setelah tercapai konsensus dari semua pihak
yang terkait.

e. Standar atau lengkapnya standar teknis suatu norma atau


persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal
yang menciptakan kriteria, metode, proses dan praktik
rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula
berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang
digunakan untuk kalibrasi.

f. Standardisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas,


dsb) dengan pedoman (standar) yang telah ditentukan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka)

g. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,


menerapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara
2-58

tertib dan bekerja sama dengan pihak yang terkait. (Peraturan


Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/M-
IND/PER/5/2006)

h. Sistem Standardisasi Nasional (SSN) adalah tatanan jaringan


sarana dan kegiatan standardisasi yang serasi, selaras dan
terpadu serta berwawasan nasional, yang meliputi penelitian
dan pengembangan standardisasi, perumusan standar,
penetapan standar, pemberlakuan standar, penerapan
standar, akreditasi, sertifikasi, metrologi, pembinaan dan
pengawasan standardisasi, kerjasama, informasi dan
dokumentasi, pemasyarakatan serta pendidikan dan
pelatihan standardisasi. (Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia Nomor: 19/M-IND/PER/5/2006).

i. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang


dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. (Peraturan
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/M-
IND/PER/5/2006)

2. Ketentuan Dalam Standar


Empat ketentuan dalam standar adalah sebagai berikut:

a. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek,


mudah dimengerti oleh para pelaksananya;

b. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan),


proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar
struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan
lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana
suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan
hasil dari dua komponen lainnya.

c. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem


dalam organisasi. Pernyataan standar mengandung apa yang
diberikan kepada pelanggan, bagaimana staf berfungsi atau
bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen
2-59

tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak


akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak
memadai.

d. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang.


Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah
dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah
mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi).
Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui
penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya
tingkat mutu yang tinggi.

3. Komponen Standar
Komponen-komponen standar meliputi:
a. Standar Struktur;
b. Standar Proses;
c. Standar Outcomes;

Pada dasarnya, ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan


optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus
dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus
diterima, disamping ada standarlain yang secara terarah dan
berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau
disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai
seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili
keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik,
dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin
hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.

4. Manfaat Penetapan Standar


Manfaat dari ditetapkannya suatu standar adalah:
a. Standar dapat mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa;
b. Memelihara keselamatan publik dan perlindungan
lingkungan;
c. Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing;
d. Melancarkan transaksi (perdagangan) dan pencapaian
kesepakatan dagang (kontrak);
e. Dalam era globalisasi, sebagai alat seleksi entry barriers &
entrance facilitation/tools;
f. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan
anggota masyarakat dan perorangan mengetahui
bagaimanakah tingkat pelayanan yang
2-60

diharapkan/diinginkan. Karena standar tertulis sehingga


dapat dipublikasikan/diketahui secara luas;
g. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan
berlaku sebagai tolak ukur untuk memonitor kualitas kinerja;
h. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus
ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi
lokal;
i. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada
pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik;
j. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf;
k. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik
pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan
pendidikan.

5. Terminologi Standar Dalam Studi Ini


Berdasarkan referensi-referensi yang telah disebutkan pada sub
bab sebelumnya, maka diambil definisi standar dalam pekerjaan
ini yaitu:

Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan


termasuk tata cara dan metode khususnya yang terkait dengan
segala sesuatu yang berhubungan dengan transportasi laut.
3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Studi
Studi ini bermaksud menganalisis dan merumuskan konsep standar
di bidang prasarana pelayaran dengan tujuan tersusunnya 10 konsep
standar di bidang prasarana pelayaran, yakni:

1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan


Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional;
2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis;
3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah;
4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas;
5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo
dan Roro;
6. Standar Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang
Berfungsi Sebagai Pelabuhan;
7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk
Barang Berbahaya;
8. Standar Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area);
9. Standar Sistem Informasi Pelabuhan;
10. Standar Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan
Pelabuhan.

Berdasarkan maksud dan tujuan ini, dirancang suatu studi dengan


metode pengumpulan data terkait standar yang akan disusun.
Pengumpulan data ini berupa data primer dan sekunder dari beberapa
pelabuhan yang dijadikan sampel.

Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah dan dianalisis dengan


metode deskriptif dan kuantitatif. Analisis didukung oleh data
sekunder berupa perundangan dan literatur lainnya. Hasil analisis ini
adalah parameter-parameter yang terukur dan selanjutnya disusun ke
dalam naskah standar prasarana.

Keseluruhan rancangan studi ini terangkum ke dalam suatu skema


yang diberikan pada Gambar 3.1.
3-2

Persiapan

Data Sekunder Pengumpulan Data Survey dan


Wawancara

Studi Literatur Pengolahan Data

Analisis Data

Perumusan RSNI

Gambar 3.1 Metode pelaksanaan pekerjaan

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan ke 5 (lima) lokasi pelabuhan yang dianggap
representatif terhadap konten standar yang akan disusun. Kelima
pelabuhan tersebut adalah:

1. Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta


2. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya
3. Pelabuhan Teluk Bayur, Padang
4. Pelabuhan Benoa, Denpasar
5. Pelabuhan Makassar

Waktu pelaksanaan pengumpulan data ini, dimulai dari persiapan


survey hingga verifikasi data, dialokasikan selama 6 (enam) minggu.

C. Pendekatan Penelitian

1. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
formulir permohonan data. Dalam formulir ini tercantum data-
data yang diperlukan sesuai konteks konsep standar yang akan
disusun. Agar formulir ini lebih terarah, maka untuk setiap
narasumber disusun formulir yang berbeda sesuai dengan
3-3

kewenangan dan kemungkinan tersedianya data yang akan


diminta kepada narasumber tersebut.

Apabila diperlukan, juga akan digunakan instrumen dalam


bentuk kuesioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan
dan permintaan data terkait konten standar yang akan disusun.
Pertanyaan dalam kuesioner ditujukan untuk memperoleh
informasi yang mungkin tidak dapat diperoleh melalui
permintaan data dan untuk lebih mempertegas data yang
diperoleh.

2. Teknik Analisis
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dari kelima lokasi yang disurvey. Data ini juga
dibandingkan dengan data sekunder lainnya yang mungkin
diperoleh selama proses pekerjaan berlangsung. Dari
perbandingan ini selanjutnya dipilih parameter-parameter yang
dapat dibakukan dalam naskah standar.

Analisis data lapangan akan dilakukan sesuai dengan metode-


metode baku yang telah teruji dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode analisis yang
digunakan meliputi metode deskriptif kualitatif dan metode
kuantitatif.Pendekatan dalam analisis akan dilakukan secara
deduktif (analitis) maupun induktif (sintetis).

Pada metode deskriptif kualitatif hasil penelitian berikut hasil


analisisnya diuraikan secara narasi, Kemudian dari analisis
tersebut diambil suatu kesimpulan. Sebaliknya pada metode
kuantitatif, penarikan kesimpulan baru dapat dilakukan setelah
sejumlah varibel data dianalisis menggunakan perhitungan
statistik dan/atau formula-formula empiris terkait.

Dalam pelaksanaannya metode deskriptif kualitatif dan metode


kuantitatif akan saling menunjang sehingga kesimpulan yang
diperoleh dapat lebih dipertanggungjawabkan.

D. Uraian Metodologi

1. Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap yang sangat penting dalam
pelaksanaan seluruh metode kerja. Dalam tahap ini semua
langkah kerja harus sudah direncanakan secara matang, dan
3-4

semua komponen pelaksanaan kerja dipersiapkan. Komponen ini


setidaknya terdiri atas:

a. Tenaga ahli dan pendukung,


b. Peralatan pendukung pekerjaan kantor dan mobilisasi,
dan
c. Formulir permohonan data untuk kegiatan pengumpulan
data.

2. Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data sekunder.


Data sekunder yang dikumpulkan adalah acuan kepustakaan
seperti peraturan perundangan, pedoman, hasil studi
terdahulu dan tulisan ilmiah lainnya. Data sekunder ini
nantinya digunakan dalam studi literatur dan perundangan.

b. Kunjungan lapangan.
Kegiatan kunjungan lapangan dilaksanakan untuk
mengetahui kondisi saat ini dari fasilitas yang akan dibuat
konsep standarnya. Berdasarkan kondisi saat ini dapat
diketahui apakah fasilitas yang ada sudah memadai sehingga
dapat diterapkan dalam kandungan konsep standar.
Kunjungan lapangan juga dilaksanakan untuk
mengumpulkan data sekunder yang mungkin tersedia di
lokasi yang dikunjungi. Lokasi kunjungan lapangan adalah 5
(lima) sampel pelabuhan yang dinilai dapat mewakili kondisi
saat ini pelabuhan di Indonesia, yaitu Pelabuhan Tanjung
Priok, Tanjung Perak, Makassar, Teluk Bayur dan Benoa.
Pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada ketersediaan
fasilitas yang relevan dengan konsep standar yang akan
disusun.

3. Studi Literatur dan Perundangan


Studi literatur dan perundangan dilaksanakan untuk
menginventarisasi unsur standar yang sudah ada dan dapat
diadopsi dalam penyusunan konsep standar. Selain itu hasil studi
literatur dan perundangan juga diharapkan dapat menjadi dasar
untuk membuat standar yang berlandaskan hasil kajian ilmiah
dan sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3-5

4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan untuk menyusun seperangkat data
secara terstruktur sehingga memudahkan langkah analisis data.
Hal ini diperlukan mengingat data yang diperoleh dari setiap
lokasi mungkin sekali tidak seragam, sehingga perlu diolah lebih
lanjut sebelum digunakan dalam analisis.

5. Analisis Data
Analisis Data dilaksanakan untuk menyimpulkan unsur apa saja
yang dapat distandarkan dalam naskah konsep standar. Analisis
dilakukan dengan cara membandingkan data-data yang telah
diolah dan hasil studi literatur, dan menarik benang merah
keterkaitan antara kondisi saat ini dengan kondisi seharusnya.

6. Perumusan Konsep Standar


Perumusan Konsep Standar adalah tujuan akhir dari studi ini.
Konsep Standar dirumuskan berdasarkan kesimpulan dari
analisis data, dan disusun secara terstruktur mengacu pada
Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) yang telah diterbitkan
oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
BAB IV

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN


INFORMASI
A. Pelabuhan Tanjung Priok

1. Informasi Pelaksanaan Survey


Survey Pelabuhan Tanjung Priok dilaksanakan pada tanggal 17-
22 Juni 2013. Instansi terkait yang dikunjungi dalam kunjungan
lapangan di Pelabuhan Tanjung Priok adalah:

a. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok


b. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok
c. Terminal Peti kemas Koja
d. Jakarta International Container Terminal

2. Gambaran Umum Pelabuhan


Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan terbesar dan tersibuk
di Indonesia yang terletak di Tanjung Priok, Jakarta Utara,
Provinsi Jakarta. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang
arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar
pulau serta arus penumpang. Pelabuhan Tanjung Priok juga
merupakan pelabuhan Internasional termaju di Indonesia yang
masuk dalam wilayah kerja PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).

Denah lokasi terminal di kawasan Tanjung Priok pada citra


satelit ditunjukkan pada Gambar 4.1.
4-2

PT. MTI Terminal ITerminal II Terminal III PT. JICT TPK Koja Car Terml.

Gambar 4.1 Lokasi terminal pada Kawasan Tanjung Priok

Gambar 4.2 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga


Serbaguna Nusantara, Dermaga KBN, Dermaga Batching Point
Selatan, Dermaga 003 s/d 004 Utara, Dermaga 001 s/d 003
Selatan, Dermaga 007 Utara dan Dermaga 005 s/d 007 di
Terminal I Pelabuhan Tanjung Priok.

Gambar 4.2 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok

Gambar 4.3 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga Walie


Jaya, Dermaga Kalimati dan Dermaga Utama VTP/MTI di
Terminal I Pelabuhan Tanjung Priok.
4-3

Gambar 4.3 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok


(lanjutan)

Gambar 4.4 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga 100 s/d


107 di Terminal II Pelabuhan Tanjung Priok.

Gambar 4.4 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok


4-4

Gambar 4.5 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga 108 s/d


115, Dermaga 200, Dermaga 200 s/d 203, dan Dermaga JICT II
di Terminal II Pelabuhan Tanjung Priok.

Gambar 4.5 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok


(lanjutan)

Gambar 4.6 menunjukkan lokasi dan dimensi Dermaga 207X,


Dermaga 208 s/d 211, Dermaga Pertamina Gulf/212-213,
Dermaga Gudang Arang/300, dan Dermaga TBB 301 s/d 305 di
Terminal III Tanjung Priok.

Gambar 4.6 Dermaga di Terminal III Tanjung Priok


4-5

Gambar 4.7 menunjukkan penempatan peralatan bongkar-muat


di Pelabuhan Tanjung Priok.

Gambar 4.7 Penempatan peralatan bongkar muat di


Pelabuhan Tanjung Priok

3. Trafik Pelabuhan

a. Data trafik kapal 5 (lima) tahun terakhir.


Data traffic kapal 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan
Tanjung Priok tidak dibedakan berdasarkan jenis kapalnya
(pesiar, penumpang internasional, perintis, curah cair, curah
kering, peti kemas, Lolo, Roro barang berbahaya).

Data ini ditunjukkan pada tabel berikut ini.


4-6

Tabel 4.1 Data trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok

No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012

Unit 4,508 4,687 4,489 4,588


1 Pelayaran Luar Negeri
GT 61,465,032 67,953,098 73,147,578 78,206,546
Unit 11,871 12,549 14,199 14,072
2 Pelayaran Dalam Negeri
GT 29,525,940 33,872,357 39,194,606 40,760,227
Unit 0 0 0 0
3 Pelayaran Rakyat
GT 0 0 0 0
Unit 0 0 0 0
4 Pelayaran Perintis
GT 0 0 0 0
Unit 158 188 226 172
5 Kapal Negara/ Tamu
GT 563,384 670,826 912,991 641,817
Unit 133 33 0 0
6 Kapal Lainnya
GT 24,544 6,087 0 0
Unit 16,67 17,457 18,914 18,832
JUMLAH
GT 91,578,900 102,502,367 113,255,175 119,608,590

Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok.


4-7

b. Data trafik penumpang 5 (lima) tahun terakhir.


Pada pelabuhan Tanjung Priok data trafik penumpang tidak
dibedakan antara penumpang local maupun kapal pesiar
karena kapal pesiar yang tambat di Pelabuhan Tanjung Priok
sangat jarang. Untuk data penumpang Internasional di
Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada, karena kapal
Internasional yang pernah tambat di Pelabuhan Tanjung
Priok adalah kapal Pesiar.

Data trafik penumpang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima)


tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok
THN KPL DEB. EMB. TOT
(Unit) (Orang ) (Orang) (Orang)
2008 1,238 299,891 275,605 575,496
2009 1,265 227,927 192,845 420,772
2010 1,116 200,146 205,532 405,678
2011 1,105 224,259 202,961 427,220
2012 979 210,159 186,853 397,012
TOTAL 8,326 1,907,559 1,840,521 3,748,080

c. Data trafik barang 5 (lima) tahun terakhir.


Data trafik barang 5 (lima) tahun terakhir yang didapatkan
dari Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada
tabel berikut.
4-8

Tabel 4.3 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung


Priok 2009-2010
No. Uraian Sat 2009 2010
1 General cargo Ton 8.366.494 8.934.858
2 Bag Cargo Ton 1.483.985 1.596.935
3 Curah Cair Ton 7.846.171 7.549.626
4 Curah Kering Ton 11.400.432 11.930.399
5 Peti kemas Ton 11.724.538 14.126.160
TEUs 1.509.338 1.865.257
A. Isi 20' Box 763.332 915.500
B. Isi 40' Box 206.119 248.558
C. Kosong 20' Box 260.102 351.458
D. Kosong 40' Box 36.833 50.592
6 Lain - Lain Ton 0 0
Ton 40.821.620 44.137.978
Jumlah Box 1.266.386 1.566.108
TEUs 1.509.338 1.865.257

Tabel 4.4 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung


Priok 2011-2012

No. Uraian Sat 2011 2012


1 General cargo Ton 9.734.704 11.025.842
2 Bag Cargo Ton 2.641.590 2.342.314
3 Curah Cair Ton 9.687.979 9.072.334
4 Curah Kering Ton 12.080.489 12.862.926
5 Peti kemas Ton 18.623.910 22.688.710
TEUs 2.442.496 3.046.891
A. Isi 20' Box 1.238.077 1.474.751
B. Isi 40' Box 309.202 397.060
C. Kosong 20' Box 442.497 536.086
D. Kosong 40' Box 71.759 120.967
6 Lain - Lain Ton 0 0
Ton 52.768.673 57.992.126
Jumlah Box 2.061.535 2.528.864
TEUs 2.442.496 3.046.891
4-9

4. Hasil Survey

a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan


Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional.
Terminal penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok tidak
dikhususkan untuk pelayanan kapal pesiar namun untuk
semua kapal penumpang. Fasilitas khusus untuk kapal pesiar
pun tidak ada, karena jumlahnya tidak banyak, dan juga
waktu singgahnya singkat.

Orientasi posisi dermaga untuk kapal penumpang di


Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Orientasi dermaga kapal penumpang


Tanjung Priok pada citra satelit

Data fasilitas pelabuhan untuk kapal pesiar di Tanjung Priok


adalah sebagai berikut:

1) Fasilitas Penumpang
a) Ruang Ibu Hamil dan Menyusui;
b) Ruang Penyandang Cacat;
c) Kanopi dan Facade Cladding;
d) Aluminium Terminal Nusantara I&2;
e) Dropping Area;
f) Area Parkir;
g) Gate In dan Out;
h) Taman di seputar area Terminal Penumpang
4-10

2) Terminal Nusantarapura 1
a) Luas Lantai Dasar 3.744,05 M2
b) Luas Lantai Atas 2.643,62 M2
3) Terminal Nusantarapura 2
a) Luas Lantai dasar 7.336,23 M2
b) VIP 256.50 M2
c) Kantor, Bank & Toilet 1.165 M2
d) Ruang Debarkasi/embarkasi 5.914,73 M2
4) Area Parkir
a) Luas Area Parkir 12.282,69 M2
b) Kapasitas Area Parkir 240-270 unit kendaraan mini
bus; 12-15 unit Bis; 8 unit Taxi; 46 unit Motor.
c) Area Dropping Penumpang 1.492,50 M2

Data kapal pesiar tidak dicatat tersendiri namun menjadi satu


dengan data kapal penumpang yang lain. Kapal pesiar yang
terkadang sandar di terminal penumpang maupun di dermaga
barang menyulitkan pengelola pelabuhan untuk mendata
kapal pesiar tersendiri.

Data trafik kapal dan penumpang ditunjukkan pada Tabel


4.5.

Tabel 4.5 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima)


tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok

KPL DEB. EMB. TOT


THN
(Unit) (Orang ) (Orang) (Orang)
2008 1,238 299,891 275,605 575,496
2009 1,265 227,927 192,845 420,772
2010 1,116 200,146 205,532 405,678
2011 1,105 224,259 202,961 427,220
2012 979 210,159 186,853 397,012
JUMLAH 8,326 1,907,559 1,840,521 3,748,080

Rencana pengembangan pelabuhan terkait pelayanan kapal


penumpang tidak terbatas hanya kapal pesiar masih berupa
wacana, sehingga pengelola pelabuhan tidak dapat
memberikan data.
4-11

Dokumentasi Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung


Priok ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.9 Dokumentasi Terminal Penumpang


Tanjung Priok

b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis.


Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelabuhan
Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok tidak
disinggahi angkutan pelayaran perintis.

c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Kering.
Data arus kedatangan kapal yang diperoleh di Pelabuhan
Tanjung Priok hanya dibedakan antara kapal peti kemas
dengan non peti kemas, sehingga sulit untuk mengetahui
kapal yang tambat dengan jenis tertentu.

Gambar 4.10 menunjukkan trafik kapal di Pelabuhan


Tanjung Priok.
4-12

Gambar 4.10 Trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok


4-13

Pelayanan kapal dan barang curah kering di Pelabuhan


Tanjung Priok dikelola pada Dermaga 001 sampai dengan
Dermaga 213.

Data fasilitas dermaga curah kering di Pelabuhan Tanjung


Priok adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Data Dermaga Curah Kering Pelabuhan


Tanjung Priok

Panjang Lebar Kedalaman


Dermaga
(m) (m) (m)
001 GD s/d 003 slt 310 15 6
109 GD & 110 GD 321 15 8
111 178 16 8
113 GD 640 25 8
201 GD s/d 202 320,4 14 9
GD
203 185,5 18,5 9
212-213 322,8 11 9

Pelayanan kapal dan barang curah cair di Pelabuhan Tanjung


Priok dikelola pada Dermaga GD 003 sampai Utara 004.
Dermaga ini berukuran panjang 356 m, lebar 16 m dan
kedalaman rencana 6 m.

d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti


kemas.
Pelabuhan Tanjung Priok melayani kapal dan barang peti
kemas pada beberapa terminal, yakni pada UTPK (Unit
Terminal Peti kemas) Tanjung Priok, Terminal Peti kemas
Koja dan PT Jakarta International Container Terminal.

1) Pelabuhan Tanjung Priok.


Data arus kedatangan peti kemas 5 (lima) tahun terakhir
di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
4-14

Sumber: Ari Henryanto, Port of Tanjung Priok: Challenges in Running Indonesia’s Largest Port.

Gambar 4.11 Trafik peti kemas tahun 2008-2011


4-15

Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan


Tanjung Priok ditempatkan pada Terminal I, II dan III.

2) Terminal Peti kemas Koja.


TPK Koja adalah salah satu pelabuhan peti kemas yang
beroperasi di kawasan Tanjung Priok. Orientasi lokasi
TPK Koja ditunjukkan pada Gambar 4.12.

LOKASI PEKERJAAN

0 200 400 1000 2000m


Skala

TPK Koja
WILAYAH TERMINAL II
WILAYAH BOGASARI
WILAYAH TERMINAL III

WORKSHOP KEPANDUAN
D 101 U

D 115

D
WILAYAH PT MTI
200
KOMPLEK JL. ALOR
TNI-AL
PT. BSA
GD 114

EX KSJ

D 214 D 300

EX TERMINAL
KOMPLEK

BESI BEKAS
D 213
AIRUD PT. MAL

PMB IV
TNI AL
PT. DKB EX PT PERINTIS
ASPALINDO
Terminal Peti Kemas KOJA
DIV. KPL CPT
JL. PANAMBANGAN

WILAYAH TERMINAL I
JL. ACEH

JL. AMBON

CAR TERMINAL
JL. ALAS

GD 202

D 212
ALAM
PT. PBI
PT BOGASARI
ADIPURUSA
EX PT Dwipahasta Utamaduta

Jakarta
GD 113

Ex. DLN International Container


PELNI JL. POMBO
Gate Pombo

Terminal (JICT 1)
D 211

SMART

PMB III
Ex PT Walie Jasa P
GD 203

B&C
GD 112

MIKIE EX AKR

WALIE JAYA
D 007
D ER M A G A B E T ON

ADIPURUSA
PT. DKP
PT PNP
UKMB
B E T ON
D ER M A G A

PT. DKB
ADHIGUNA
GD 007

Ex Roro Sam


PT PNP


Ex PT Jelajah
Laut Nusantara

PT. GRAHA


TERMINAL PENUMPANG

PENUMPANG

SEGARA


PMB II
TERMINAL


PARKIR

(JICT II) PT ADHIGUNA S.E


JL. KALIMANTAN

Ex. PT AGUNG RAMA


GD 006

GD 110

JL. BANGKA

GD 304

JL. TEMBUS
GD 209
JL. PADAMARANG

PT. JTT
PT MTI
JL. BITUNG

Ex. PT PRIMANATA
JL. PANAITAN

JL. ALAS

GD 207X

PT. SAMUDERA
GD 109

Ex. PT UCL
005

GD 208

INDONESIA

PMB I
GD

PT. AIRIN
JL. SINDANG LAUT
Ex. B & C

KBN KARANTINA
KOLINLAMIL
JL. PALMAS
JL. RAYA PELABUHAN PT. SAMUDERA
JL. PANAITAN

PT. EASTERN
INDONESIA

JL. DIGUL
JL. RAYA PELABUHAN
KESEHATAN
PT. PELNI KPPP
PT BOGASARI POLYMER
JL. AMBON SELATAN

GRAHA
POS IX JL. RAYA PELABUHAN
JL. PADAMARANG

EX. GESSURY LLOYD


ORGANDA

SAMUDRA Ex. PMK


JL. KALIMANTAN SELATAN

KANTOR CABANG PT. PUL


BANK
JL. PABEAN

BEA & CUKAI EX. RUMAH MAKAN


JL. AYUNG

BUMI PUTRA BEA & CUKAI EX. VTP

PERTAMINA
LAP . EX OFFICE PT. LBS
EX PT. TSJ

PT. DHU
KOTERM A CENTRE PT DHU EX ADMIRAL LINES
GD CFS

/ BCA MASAJI KARGOSENTRA TAMA


Office Area EX PT DAHAN E X PT JBY

S TAM AN
TKBM
DISHIDROS
DM SWEATER

MASJID PT. SABINDO

PT.DJAKARTA LLOYD VEEM

Ex. PT PELOPOR /

PT PELINDO II
PALIAT JL. JAMPEA

PLTU
005 X
EX PT DAHAN KANTOR ARSIP JL. BANDA
JL. PENJALAI

PT. SARI
JASA

DWIPA MANUNGGAL KONTENA


JL. PASOSO
PT. SARI GUDANG
JL. BANGKA

JASA
GUPER PMK PT AD IPURUSA
CDC
AGUNG RAYA
GD 004

PT. RAMA ADI


PUTRA

PT TJETOT

PT TJETOT POS III KARANTINA KARANTINA


PT. TEMPURAN MAS HEWAN IKAN RUKO ENGGANO
POS VIII
TERMINAL
JL. ENGGANO
II
JL. NUSANTARA

PMC
GD 003

BULOG
Ex. GD

JL. PALIAT

API
PT. KBS

AIR
LAP .EX. PT GLORIUS/ YON
ETA
PLTU Ex. KANTIN
003 X

Ex PT . Dj asa
Sum at er a
Ex PT . Enggano
Sam o sir
JL.
PULAU
PAYUNG

. KER
GD 002

B&C
Ex. PT. J as a Nu r ani

KALIJAPAT V
Ser v ice

STA
I
JL. NUSANTARA

Ex. PT. BJI EX. PRIMANATA


DLN

Ex. PT. KPI Ex. PT. AT


Ex. UKS
Bahtera Jaya POS I
AIRUD HIJAU
GD 001

PT HARAPAN JAYA
PT.
PKL
PT. INGGOM Ex. PT. KBM
Ex. PT. EIM
JALUR

NATA
TADI
PT MBL
MAR
. RE
LAKS
PT SALIM IVOMAS JL.
RI

WILAYAH MASAJI KARGOSENTRA


A NU
. EK

PT SINDULANG
EX PT INGGOM

WILAYAH RF
PT

PT. DKB WILAYAH PERTAMINA


PT RUKINDO PT. PACIFIC PAINT

FISHING

SAMUDRA

ANCOL PT
DARMA

CARAKA
LAUT

SANDI
PT

Gambar 4.12 Orientasi Lokasi Terminal Peti kemas


Koja

Citra satelit TPK Koja ditunjukkan pada Gambar 4.13.


4-16

200 m

Gambar 4.13 Terminal peti kemas Koja pada peta


satelit

Peralatan bongkar muat yang beroperasi di dermaga peti


kemas TPK Koja adalah:

- 3 units Post-Panamax type Quayside Cranes (QCC)


- 3 units Panamax type Quayside Cranes (QCC)
- 22 units Rubber-Tyred Gantry Cranes (RTG).

Dalam pengoperasiannya, kegiatan bongkar muat peti


kemas di TPK Koja murni hanya terhadap peti
kemasnya, dan tidak ada pelayanan bongkar muat isi dari
peti kemas.

Dermaga Peti kemas Koja berukuran panjang 650 m,


lebar 40 m dan kedalaman 14 m.

Awalnya dahulu terdapat fasilitas pipa air dan bahan


bakar namun jarang kapal yang tambat menggunakan
fasilitas tersebut sehingga saat ini fasilitas pengisian air
dan bahan bakar tidak ada, namun alatnya masih terdapat
di pelabuhan.
4-17

3) Jakarta International Container Terminal.


Data yang diperoleh dari PT JICT adalah data dermaga,
lapangan penumpukan dan peralatan, yang ditunjukkan
pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data Fasilitas Terminal Peti kemas


JICT

Uraian Keterangan
Lokasi Terminal 1 Terminal 2
Berth Length (m) 1.640 500
Berth Draught (m) 11 – 14 8.6
CY Area (Ha) 45.50 9.24
CY Capacity (TEUs) 43.471 5.894
Reefer (380 V) (Plugs) 260 68
QCC (Unit) 16 3
RTGC (unit) 63 11
Forklift (unit) 8 6
Head truck (unit) 129 13
Reach stacker (unit) 4 1
Side loader (unit) 6 -
Chassis (unit) 112 21

e. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro.


Kapal Roro yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan
Tanjung Priok terdiri atas Kapal roro penumpang dan kapal
roro non penumpang yang didesain untuk mengangkut
kendaraan. Dermaga untuk Roro adalah Dermaga di depan
Gudang 105 s/d 107. Dermaga ini berukuran panjang 529,5
m, lebar 25 m dan kedalaman existing -7 m LWS.

f. Fasilitas Car Terminal.


Tanjung Priok memiliki terminal khusus bongkar muat
kendaraan atau Car Terminal. Denah dari foto udara
ditunjukkan pada Gambar 4.14.
4-18

Yard F
2,5 Ha Yard C Yard E, 5 Ha
1,7 Ha

Building
2 Floor
1 Ha x 3 Yard B
0,5 Ha 12,8 Ha
Here
We Are
Temporary Landing
1,8 Ha (Yard A)

220 m

– 11 m LWS
- Operating Started : 2007
- Total Capacity : 7.070 slot
- Average Dwelling Time : 7 days
- Throughput 2011 : 250.000 unit

Sumber: Ari Henryanto, Port of Tanjung Priok: Challenges in Running


Indonesia’s Largest Port.

Gambar 4.14 Denah Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan


Tanjung Priok

Denah Car Terminal dari citra satelit ditunjukkan pada


Gambar 4.15.

Extended 2 Floors in car park building

WareHouse/ Shed (3000 m2)


Fungsi untuk:
- gudang spare part
- gudang general cargo
- luxury car slot
- minor repair slot Fungsi untuk:
- pre delivery inspection (PDI) - minor assembling
- pre voyage arrangement stall area
Extended Yard : 2,5 Ha

Sumber: Google earth; Paparan PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok.

Gambar 4.15 Pembangunan Car Terminal tahun 2011

Data fasilitas Car Terminal adalah sebagai berikut:


1) Kedalaman alur perairan -14 m LWS
2) Dermaga I, panjang 88 m’, kedalaman -12m LWS
3) Dermaga II, panjang 220 m’, kedalaman -12m LWS
4) Tempat Parkir Terbuka:
4-19

a. Yard A (Temporary Landing) 1,8 Ha, Kapasitas


= 1.000 units
b. Yard B 0,5 Ha, Kapasitas = 180 units
c. Yard C 1,7 Ha, Kapasitas = 740 units
d. Yard E 5,0 Ha, Kapasitas = 2.500 units
e. Yard F 2,5 Ha, Kapasitas = 1.100 units
5) Gedung Parkir 2 lantai 3,0 Ha, Kapasitas = 1.550 units
6) Kapasitas total 7.070 units
7) Fasilitas lainnya
a. Jalan akses 500m
b. Gudang 3.000 m2
c. Car wash 3 lines
d. Kantor dan workshop 1 unit
e. Gate in/out 6 ways
f. Service Point 2 units
g. Yard Sweeper 2 units

Kondisi di depan Car Terminal ditunjukkan pada Gambar


4.16.

Sumber: http://www.panoramio.com/photo/9562814, diunduh 24 Juni 2013.

Gambar 4.16 Kondisi di depan dermaga Car Terminal

g. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Tidak ada perbedaan sarana dan prasarana untuk
penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan maupun
4-20

limbah dari kapal yang tambat di pelabuhan. Data fasilitas


RF Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Fasilitas dan Peralatan RF Pelabuhan


Tanjung Priok

No Sarana Unit Kapasitas


1. Kapal tunda 2 @ 350 hp.
2. Tongkang limbah 3 195-300 m³
3. Tanki penampungan 1 25 ton
4. Separator 1 5 m³ /hour
5. Oil boom 1 200 meter
6. Fasilitas jembatan 1 6 meter
7. Dermaga beton 1 tongkang 6 meter

Kegiatan penampungan limbah mengacu pada SOP yang


tercantum pada Gambar 4.17 dan Surat Edaran Kepala
Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok terkait
penanganan limbah B3 di RF.
Gambar 4.17 Standard Operational Procedure Pengelolaan Limbah B3 di Reception facilities (RF) Cabang Pelabuhan
Tanjung Priok
4-21
4-22

Prosedur kegiatan pengumpulan dan penampungan limbah


dari kegiatan pelabuhan adalah:

1) Dalam Pelaksanaan Pengambilan/pengumpulan limbah


B3 kapal Cabang Pelabuhan Tanjung Priok telah
memiliki ijin sebagai Pengumpul dan Penyimpanan
Sementara limbah B3 dari KLH.

2) Dalam pelaksanaan kegiatan pengambilan limbah B3


kapal Cabang Pelabuhan Tanjung Priok mengeluarkan
manifest sebagai bukti alur limbah B3 berjalan sampai
ke pembuangan terakhir dan akan melaporkan hasil
Neraca kegiatan limbahnya ke KLH per 3 (tiga) bulan

3) Setiap kapal yang menyerahkan limbah minyaknya ke


Pelabuhan Tanjung Priok akan menerima Sertifikat
Penyerahan Limbah yang dikeluarkan resmi dari KLH
dan sebagai pertanggungjawabannya dalam setiap 3
(tiga) bulan harus melaporkan ke KLH.

4) Bahwa setiap kapal yang akan menyerahkan limbahnya


sesuai ketentuan yang berlaku harus melalui ke
Pengelolaan Reception facilities PT. Pelabuhan
Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok.

5) Para Pengumpul limbah posisinya harus menghubungi


Reception facilities Cabang Pelabuhan Tanjung Priok
karena Pemilik kapal atau agen kapal untuk
membuang/menyerahkan limbahnya ke RF Pelabuhan.

6) Dalam penyerahan Sertifikat Penyerahan Limbah B3


pihak-pihak yang berhak menandatangani adalah
Pengelolaan RF dan Syahbandar sebagai
pertanggungjawaban atas pengelolaan limbah minyak
kotor dari kapal.

7) Cabang Pelabuhan Tanjung masih menunggu Sertifikat


Penyerahan Limbah yang berlogo Garuda dari KLH
karena dalam proses pencetakan karena perubahan
struktur baru di kantor kesyahbandaran utama Tanjung
Priok dan untuk sementara menggunakan sertifikat
penyerahan limbah dengan logo Pelindo
4-23

8) Penambahan armada pengangkutan baru Kapal tunda


Tanjung VII dan Tongkang RF 1

Rencana pengembangan fasilitas penampungan limbah yang


telah/akan digunakan di RF Tanjung Priok adalah:

1) Penambahan armada baru kapal tunda dan tongkang


baru

2) Pemberian sertifikat penyerahan limbah B3 kepada


pemilik kapal atau agen kapal kepada setiap kapal yang
membuang limbahnya ke pelabuhan Tanjung Priok.

3) Perputaran limbah dari pengambilan limbah kapal di


pelabuhan sampai pembuangan akhir menggunakan
manifest yang dilaporkan ke KLH 3 (tiga) bulan melalui
neraca limbah.

4) Mempunyai ijin pengumpul dan penyimpanan


sementara limbah B3 dari KLH.

5) Penambahan fasilitas oil boom.

6) Adanya Surat Edaran dari Kantor Kesyahbandaran


Utama No.UM.062/11/2/SYB.TPK-2012 tanggal 31
Oktober 2012 tentang Penanganan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) Melalui Reception
facilities di Pelabuhan Tanjung Priok.

Data volume limbah ditunjukkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data volume limbah Tanjung Priok

Tahun Pengambilan Pengeluaran


2006 6.068 5.601
2007 7.464 7.153
2008-2011 - -
2012 4.191 4.191
2013 2.804 2.804
Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok.

Gambar 4.18 menunjukkan kapal tunda dan tongkang yang


beroperasi di RF Tanjung Priok.
4-24

Gambar 4.18 Kapal tunda dan tongkang di RF Tanjung


Priok

Gambar 4.19 menunjukkan fasilitas RF berupa oil boom dan


tangki yang beroperasi di RF Tanjung Priok.

Gambar 4.19 Oil Boom dan tangki di RF Tanjung Priok

h. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Tanjung
Priok mengacu pada SOP yang ditunjukkan pada Gambar
4.20.
BAK SAMPAH
LPS
BAK SAMPAH
TPA

BAK SAMPAH
29 Bak Sampah Yang Tersebar LPS
di 21 Lokasi INCENERATOR
Dan 214 Bak Sampah Kecil Yang BAK SAMPAH
Tersebar di Gudang, Terminal
Operator dan masing-masing pos
BAK SAMPAH
LPS
BAK SAMPAH

GEROBAK TRUK
(MITRA) (MITRA)

PENGAWASAN
OLEH PELINDO

Gambar 4.20 Prosedur pengumpulan sampah dan penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan
4-25
4-26

Data penampungan sampah di Pelabuhan Tanjung Priok


ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Data Penampungan Sampah di Pelabuhan


Tanjung Priok
Tempat Jumlah Keterangan
Sampah
Bak sampah 19 Tersebar di 17 titik
Fiber Bin 20 Untuk organik/non-organik;
Outdoor.
Stainless Bin 29 Untuk organik/non-organik;
Indoor.
Drum 93

Data tenaga kerja kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok


ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11 Tenaga Kerja Kebersihan di Pelabuhan


Tanjung Priok
Uraian Keterangan
Pengumpul di TPS 2 orang
Pengangkut 9 orang (3 mobil @3 orang/mobil)
1 orang mandor
Tenaga lapangan 128 orang
51 orang (pekerja lepas)

Mitra kerja dan alat angkut yang digunakan untuk


penampungan sampah pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan
pada Tabel 4.12.
4-27

Tabel 4.12 Mitra Kerja dan Alat Angkut yang


digunakan untuk Penampungan Sampah
Pelabuhan Tanjung Priok
Uraian Keterangan
Mitra
Pangkalan I Barat CV. Yosit Anugrah
Pangkalan I Timur dan II PT. Ernist Wiraguna
Barat
Pangkalan II Timur dan III PT. Arthapura
Kendaraan
Truk ¾ 3 buah milik Mitra (PT.
Arthapura)
Dump truck 2 buah milik PT. Pelindo II
Gerobak
Mitra
TO I 12 buah
TO II 12 buah
TO III 15 buah
PHL (Pekerja Harian Lepas) 12 buah

Data volume sampah di Pelabuhan Tanjung Priok


ditunjukkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Data Volume Sampah yang Terangkut Dari


LPS Pelabuhan Tanjung Priok Januari s/d
Desember 2011 dalam satuan m3
Kertas Sampah
Bulan Plastik Jumlah
/kardus dapur
Januari 868 1.085 2.108 4.061
Februari 784 980 1.904 3.668
Maret 930 1.116 2.015 4.061
April 840 1.050 2.040 3.930
Mei 868 1.085 2.108 4.061
Juni 911 1.080 1.950 3.930
Juli 840 1.050 2.040 3.930
Agustus 868 1.085 2.108 4.061
September 900 1.080 1.950 3.930
Oktober 868 1.085 2.108 4.061
November 840 1.050 2.040 3.930
Desember 930 1.116 2.015 4.061
TOTAL 10.436 12.862 24.386 47.684
4-28

Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di kawasan


Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Dokumentasi fasilitas penampungan


sampah di Tanjung Priok

B. Pelabuhan Tanjung Perak

1. Informasi Pelaksanaan Survey


Survey di Surabaya dilakukan pada tanggal 29 Mei - 4 Juni 2013.
Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi adalah:

e. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak


f. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak
g. PT Terminal Peti kemas Surabaya
h. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia

2. Gambaran Umum Pelabuhan


Pelabuhan Cabang Tanjung Perak adalah Pelabuhan Surabaya
yang terletak pada posisi 112° 43’ 22” BT dan 7° 11’ 45” LS,
tepatnya di Selat Madura sebelah Utara kota Surabaya yang
meliputi daerah perairan seluas 1.574,3 Ha dan daerah daratan
seluas 574,7 Ha. Orientasi lokasi diberikan pada Gambar 4.22.
4-29

Gambar 4.22 Orientasi Pelabuhan Tanjung Perak pada Peta


Provinsi Jawa Timur

Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak ditunjukkan pada


Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak

Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu


gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan
distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya
untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan
didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial
4-30

maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran


interinsulair Kawasan Timur Indonesia.
Pelabuhan Tanjung Perak Memiliki 5 (lima) terminal, yakni:
1. Terminal Jamrud
2. Terminal Mirah
3. Terminal Berlian
4. Terminal Nilam
5. Terminal Kalimas

Data dermaga, gudang dan lapangan di kelima terminal tersebut


ditunjukkan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Fasilitas Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak


Panjang
Lapangan
Terminal Dermaga Gudang (m2)
(m2)
(m)
Jamrud 2.190 33.604 39.160
Mirah 640 11.920 13.174
Berlian 1.620 3.032 38.600
Nilam 930 - 34.880
Kalimas 2.270 6.060 3.520

a. Terminal Jamrud.
Terminal Jamrud terdiri atas 3 (tiga) zona dermaga, yakni
Jamrud Utara, Jamrud Selatan dan Jamrud Barat. Citra satelit
Terminal Jamrud ditunjukkan pada Gambar 4.24.
4-31

Gambar 4.24 Citra satelit Terminal Jamrud Tanjung


Perak

Layout Terminal Jamrud ditunjukkan pada Gambar 4.25.


Layout Terminal Jamrud
4-32

1200

JAMRUD UTARA 1.200 m

15
15
GAPURA
108 107 106 104 102 101 100 SURYA

10 m
JL JAMRUD UTARA ADPEL

2
109

RAT

210
JL JAMRUD SELATAN

BA
BUS KOTA PT.PAL SBY

RUD
119 121 122 124 125 126
PELABUHAN

JAM
15
JAMRUD SELATAN 800 m III
200 202 ASDP
800

203
201
204

PERAK
U

KP3
17C A A1 17
0 50 100 150m JALAN TEMBUS

Gambar 4.25 Layout Terminal Jamrud Tanjung Perak


4-33

Peruntukan Terminal Jamrud adalah pelayanan Pelayaran


Samudera dan Antarpulau, dengan jenis muatan General
cargo dan Curah Kering. Terminal Jamrud Utara pada sisi
timurnya melayani Angkutan Penumpang. Data Fasilitas
Terminal Jamrud ditunjukkan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Fasilitas Terminal Jamrud


Uraian Jamrud Jamrud Jamrud
Utara Selatan Barat
Luas 1,8 Ha 1,17 Ha 0,32 Ha
Draft 10 mLWS 8,5 mLWS 7,0 mLWS
Panjang apron 1200 m 780 m 210 m
Lebar apron 15 m 15 m 15 m
Luas gudang - 24.783 m2 -
Jumlah gudang 3 3 -
Luas lapangan - 56.271 m2 -
penumpukan
Peruntukan Samudera Antarpulau Antarpulau
(GC, CK) (GC) (CK)
&
Penumpang

Untuk pelayanan bongkar muat General cargo dan Curah


Kering, Terminal Jamrud dilengkapi peralatan berupa Grab,
Hopper, Shore Crane dan Harbour Mobile Crane. Jumlah
dan kapasitas peralatan tersebut ditunjukkan pada Tabel
4.16.

Tabel 4.16 Peralatan Terminal Jamrud


Peralatan Jumlah Kapasitas
Grab 21 8 ton
Hopper 24 8 ton
Shore crane 1 -
Harbour Mobile Crane 4 45 ton

b. Terminal Nilam.
Terminal Nilam terdiri atas 2 (dua) zona terminal, yakni
Terminal Nilam Timur Konvensional dan Terminal Nilam
Timur Multipurpose. Citra satelit Terminal Nilam
ditunjukkan pada Gambar 4.26.
4-34

Gambar 4.26 Citra satelit Terminal Nilam Tanjung Perak

Layout Terminal Nilam ditunjukkan pada Gambar 4.27.

UKAN
Layout Terminal Nilam

N
ARA

LATA
NGER
860

NG UT

NG SE
TAMBATAN NILAM 800 m

S PE
15
INDOMIX

KURU
DINA

KURU
501 SILO

N
KINMA
500 PUSRI

APAT
503 502

APAT
PEMU
JL PR

JL PR
STORAGE
OPEN
M
BB

JL NILAM TIMUR
AIR

N
PT. BOGASARI

KINMA
HC

207A
RA

1072 1072

PEMU
767
CU

PLTU

JL NILAM BARAT
PERTAMINA

JALUR PIPA
KALI PERAK
U

SHOP
WORK

0 50 100 150m

Gambar 4.27 Layout Terminal Nilam Tanjung Perak

Terminal Nilam Timur Konvensional melayani Pelayaran


Antarpulau dengan jenis muatan General cargo, Curah
Kering dan Curah Cair. Terminal Nilam Timur Multipurpose
hanya melayani muatan Peti kemas. Data fasilitas di
Terminal Nilam ditunjukkan pada Tabel 4.17.
4-35

Tabel 4.17 Fasilitas Terminal Nilam


Uraian Nilam Timur Nilam Timur
Konvensional Multipurpose
Luas 1,4 Ha 4,8 Ha
Draft 8 mLWS 9 mLWS
Panjang apron 930 m 320 m
Lebar apron 15 m 15 m
Luas gudang - -
Jumlah gudang 3 -
Luas lapangan - 3.500 TEUs
penumpukan
Peruntukan Antarpulau (GC, Peti kemas
CK, CC)

Untuk melayani bongkar muat General cargo, Curah Kering


dan Curah Cair, Terminal Nilam Timur Konvensional
dilengkapi peralatan berupa Stigger dan Flexible Hose
sebanyak masing-masing 1 (satu) unit.

Untuk melayani bongkar muat Peti kemas, Terminal Nilam


Timur Multipurpose dilengkapi peralatan berupa Container
Crane, Rubber Tyred Gantry Crane (RTG) dan
Truk/Chassis, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Peralatan Terminal Nilam Timur


Multipurpose
Peralatan Jumlah Kapasitas
Container Crane 3 35 ton
Rubber Tyred Gantry Crane 5 40 ton
Trucking 12 8,35 ton

c. Terminal Mirah.
Terminal Mirah terletak di sebelah selatan Terminal Jamrud.
Citra satelit Terminal Mirah ditunjukkan pada Gambar 4.28.
4-36

Gambar 4.28 Citra satelit Terminal Mirah Tanjung Perak

Layout Terminal Mirah ditunjukkan pada Gambar 4.29.

Layout Terminal Mirah


U

300

JL TANJUNG PERAK BARAT

JL TANJUNG PERAK TIMUR


0 30 60 125m
310

301
330
TAMBATAN MIRAH 640 m

303 302
IR
PARK

AIRUD RESERVOIR INDUK


BENGKEL POOL
PAT
TAN
TEM
JL. IN

PERBEKALAN

KARANTINA

TUMBUHAN

DIVISI USTER SG
TUMBUH
GUDANG

PN PERTAMINA
GARDU HUBUNG
(LISTRIK)
JL PRAPAT KURUNG UTARA

JL PRAPAT KURUNG SELATAN

Gambar 4.29 Layout Terminal Mirah Tanjung Perak


4-37

Terminal Mirah diperuntukkan untuk melayani Pelayaran


Antarpulau dengan muatan General cargo. Data fasilitas
Terminal Mirah ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19 Fasilitas Terminal Mirah


Uraian Keterangan
Luas 1,6 Ha
Draft 7 mLWS
Panjang apron 640 m
Lebar apron 25 m
Luas gudang 11.920,35 m2
Jumlah gudang 4
Luas lapangan 13.174,40 m2
penumpukan
Peruntukan Antarpulau (GC)

Untuk pelayanan bongkar muat General cargo, Terminal


Mirah dilengkapi peralatan berupa Rubber Tyred Gantry
Crane (RTG) dan Reach stacker, seperti ditunjukkan pada
tabel berikut ini.

Tabel 4.20 Peralatan Terminal Mirah


Peralatan Jumlah Kapasitas
Ship crane - -
Barge crane - -
Rubber Tyred Gantry Crane 2 40,6 ton
Reach stacker 3 -

d. Terminal Kalimas.
Terminal Kalimas adalah terminal yang terletak di muara
Sungai Kalimas, melayani Pelayaran Antarpulau, dan
diperuntukkan bagi Kapal Lokal dan Kapal Layar Motor.
Data fasilitas Terminal Kalimas ditunjukkan pada tabel
berikut ini.
4-38

Tabel 4.21 Fasilitas Terminal Kalimas


Uraian Keterangan
Luas 3,4 Ha
Draft 9,5 mLWS
Panjang apron 2270 m
Lebar apron 15 m
Luas gudang 6060 m2
Jumlah gudang 4
Luas lapangan 3520,00 m2
penumpukan
Peruntukan Kapal Lokal & Kapal Layar Motor

e. Terminal PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia.


PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT BJTI) merupakan
anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III (Persero).
PT BJTI Sejak tahun 2002 dipercaya mengelola Terminal
Berlian Tanjung Perak Surabaya dan Terminal Peti kemas di
Tenau sejak awal tahun 2012. Sebagai operator pelabuhan
selama satu dekade, PT BJTI telah banyak dipercaya oleh
berbagai perusahaan Indonesia maupun mancanegara dalam
pengelolaan peti kemas internasional, terminal peti kemas
domestik, terminal curah kering, layanan intermoda, dan
berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya.

Pendirian PT BJTI dilakukan melalui proses pemisahan


(Spin Off) dari salah satu unit bisnis PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia III Cabang Tanjung Perak yaitu Divisi Usaha
Terminal Serbaguna (DUTS) yang berfokus pada layanan
“Kargo dan Kontainer” di terminal konvensional. DUTS
telah beroperasi sejak 1974.

Status PT BJTI sebagai terminal operator pelabuhan


dikukuhkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KP. 410 Tahun 2010 Tanggal 27 September 2010
tentang pemberian ijin usaha kepada PT.Berlian Jasa
Terminal Indonesia sebagai Badan Usaha Pelabuhan. Citra
satelit Terminal BJTI ditunjukkan pada Gambar 4.30.
4-39

Gambar 4.30 Citra satelit Dermaga Berlian

Layout terminal BJTI ditunjukkan pada Gambar 4.31.

EX. BIM
ASEMA PERKERASAN LAHAN PAVING JALAN KELUAR DAN MASUK Layout Terminal Berlian
EKS. BIMASENA TERMINAL BERLIAN = 16.000 m²
KPLP TERMINAL NILAM + PAGAR = 1.912 m² (DIKERJAKAN OLEH TG. PERAK)
AN
UKIM

PERKERASAN LAHAN PENAMBAHAN PAGAR


DOCKING AREA EKS. KPLP + PAGAR = 1.726 m² PK. INTERNASIONAL
PEM

(PRE MEMORY) PANJANG = 160 + 160 m'


16

PERKERASAN LAHAN PEMINDAHAN FASILITAS


EKS. RUKINDO + PAGAR BEHANDLE UNTUK BEA & CUKAI
10
12.000 m² 5,8 x 11,5 m
700 TAMBATAN BERLIAN BARAT 700 m
TEMAS
690

660

TANTO
630

600

570

540

MERATUS
510
TAN

480

450

420

390

360

330

300

270

240

210

180

150

120
A
SELA

TAMBATAN BERLIAN UTARA 140 m


90

60
UTAR

30

00
16

33 23 140
NG

28
NG

16
KURU

H. MAST
H. MAST
KURU

H. MAST CCTV
GARDU H. MAST
PT. TSP 120
2 UNIT TRANA TAINER
STRIPPING & STUFFING
AT

KONDISI RUSAK
APAT
PRAP

PT. GLOBAL PUTRA CFS


PR

34.5x47.5
JL.

90
JL.

8860

140
GATE IN 60
GATE OUT

SIPIL ITS
GATE IN OUT H. MAST
PARKIR ALAT BERAT
KANTOR PT. UEPN

SEPEDA MOTOR
CCTV
BEHANDLE

PT. BERLIAN PENTA GUDANG CURAH KERING


TANDON AIR

25

PT. SUMA LAUT PERKASA 30


± 3.000 m²
PT. UEPN POS JAGA
H. MAST
25 229 23
POS JAGA
TOWER KOMP
POS JAGA

00
13

PT.
180

210

240

270

300

330

360

390

420

450

480

510

540

570

600

630

660

690

720

750

780
00

30

60

90

120

150

UEPN

HANDYMAX / RORO / CURAH CAIR PANAMAX (200 m) PETIKEMAS INTENASIONAL (175 m)


175 200 175
785

TAMBATAN BERLIAN TIMUR 785 m


1. PEMBANGUNAN KANTOR 3 LANTAI :
A. LANTAI 1 (700 m²)
- KOPERASI TKBM, KP3, KPLP
B. LANTAI 2 (700 m²)
- BEA & CUKAI, PT. UEPN, PERHUTANI & PENGGUNA JASA
C. LANTAI 3 (700 m²)
U

- PT. BJTI
2. MEUBEULAIR + AC + TOWER KOMP + PINDAH INST. IT
0 25 50 100m 3. PEMINDAHAN & PEMBENAHAN EKS. KANTOR OPRS
4. PARKIR MOBIL (2.300 m²)

Gambar 4.31 Layout Dermaga Berlian

Data Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini.


4-40

Tabel 4.22 Fasilitas Terminal Berlian


Deskripsi Posisi Wharf LWS
International Container Vessels East 540 -9,6
Berlian M
Domestic Container Vessels West 700 -8
Berlian M
North 140 M -6,5
Berlian
Ocean Going Dry Bulk & East 240 -9,6
General cargo Vessels Berlian M

Fasilitas lapangan di Terminal PT BJTI ditunjukkan pada


tabel berikut ini.

Tabel 4.23 Fasilitas Lapangan PT BJTI


Deskripsi Luas
International Container 4,3 Ha
Yard
Domestic Container Yard 1,2 Ha
Container Freight Station 800 M2
(CFS)
Consolidation 1,755 M2
Stripping & Stuffing 625 M2

Fasilitas peralatan di Terminal PT BJTI ditunjukkan pada


tabel berikut ini.
4-41

Tabel 4.24 Fasilitas Peralatan PT BJTI


Alat Keterangan
Stevedoring Type Lifting Jumlah
Capacity
Harbour Mobile Crane
I. Gottwald * 260 Swl 40 Ton 1 Unit
* 280 Swl 60 Ton 1 Unit
* 4406 Swl 100 Ton 4 Unit
II. Liebbherr * 280 Swl 100 Ton 2 Unit
* 400 Swl 104 Ton 3 Unit
* 420 Swl 120 Ton 3 Unit
Total : 14 Unit
Container Stacking Spesifikasi Jumlah
Rubber Tyred / Rtg 6 Row, 6 Tier 5 Unit
6 Row, 4 Tier 4 Unit
Reach stacker * Kapasitas 40 Ton 6 Unit
Top Leader * Kapasitas 30 Ton 1 Unit
Specific Equipment Kapasitas Jumlah
Grab 5 Ton 5 Unit
7 Ton 2 Unit
10 Ton 2 Unit
15 Ton 6 Unit
Hopper 5 Ton 7 Unit
10 Ton 6 Unit
20 Ton 3 Unit
Timbangan 60 Ton 2 Unit
Armada Trailer 38 Unit

Produksi PT BJTI berupa arus barang ditunjukkan pada Tabel 4.25.


4-42

Tabel 4.25 Produksi PT BJTI


Produksi Satuan 2008 2009 2010
PK DN Teus 738.867 722.311 702.117
PK LN Teus 83.016 103.403 127.432
GC M3 77.446 83.774 235.87
CK Ton 1.679.831 1.962.585 2.661.280
CC Ton 596.797 484.709 355.484
Batubara Ton 47.543 - -
Mobil Unit 27.891 25.458 371.721
Depo PK Box 279.438 557.817 437.871
Bunkering M/Ton 21.181 24.141 23.495
Forwarding Box 23.875 27.285 45.055
Produksi Satuan 2011 2012
PK DN Teus 664.257 802.219
PK LN Teus 128.431 110.572
GC M3 77.113 22.696
CK Ton 3.316.324 2.387.300
CC Ton 429.481 557.835
Batubara Ton 15.206 172.534
Mobil Unit 37.345 37.913
Depo PK Box 394.71 228.402
Bunkering M/Ton 20.058 17.730
Forwarding Box 44.417 35.878
Sumber: PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

Kinerja bongkar muat PT BJTI ditunjukkan pada tabel


berikut ini.

Tabel 4.26 Kinerja Bongkar Muat PT BJTI 2012


Realisasi Triwulan
Uraian Satuan
I II III IV
PK Konv B/S/H 15 15 15 15
PK Int B/S/H 43 43 44 46
GC T/G/H 27 24 25 27
CK T/S/D 4.060 4.326 4.291 5.411
CC T/S/D 2.297 2.711 2.812 2.952
Roro U/S/D 612 644 582 592
Uraian Satuan
Sumber: PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
4-43

f. Terminal PT. Terminal Peti kemas Surabaya.


PT Terminal Peti kemas Surabaya adalah anak perusahaan
PT Pelabuhan Indonesia III yang dikhususkan untuk
pelayanan peti kemas. Secara geografis, TPS berlokasi di
bagian barat Pelabuhan Tanjung Perak dengan koordinat
7;12;S, 112;40E, di bagian ujung alur pelayaran di antara
pulau Jawa dan pulau Madura sepanjang 25 mil.

Lebar minimum alur adalah 80 meter, kedalaman minimum


pada saat air surut adalah 9.5 meter. Alur pelayaran tersebut
ditandai dengan jelas, dan disediakan layanan kepanduan
selama 24 jam nonstop.

Data Terminal PT TPS ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.27 fasilitas terminal peti kemas Surabaya.


Uraian Keterangan
Panjang Dermaga 1.000 m’
Internasional
Panjang Dermaga Domestik 400 m’
Lebar Dermaga 50 m’
Terminal Internasional – -10,5 mLWS
Draft
Terminal Domestik – Draft - 7,5 mLWS
Container Yard 49 Ha
Container Freight Station 16.500 m2
Sumber: PT Terminal Peti kemas Surabaya.

Untuk mempertahankan pelayanannya, PT TPS menetapkan


suatu standar kinerja bongkar muat seperti tertera pada tabel
berikut ini.

Tabel 4.28 Standar kinerja PT TPS


Kinerja Internasional Domestik
Boxes Crane Hours (BCH) 25 18
Boxes Ships Hours (BSH) 40 15
Boxes Vessel Working Hours 50 15
(BVWH)
Truck Round Time 30 Menit
Sumber: PT Terminal Peti kemas Surabaya.
4-44

3. Trafik Pelabuhan

a. Data Trafik Kapal.


Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode
2008-2012. Data yang diperoleh dikelompokkan menurut
tonase, jumlah ship call, jenis pelayaran dan jenis muatan.

Tabel berikut ini menunjukkan data kunjungan dan tonase


kapal di Pelabuhan Tanjung Perak.

Tabel 4.29 Data Kunjungan dan Tonase Kapal di


Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012

1 SAMUDERA :
- Ship Call ( unit's ) 1,721 1,805 1,911 1,965 2,040
- DWT ( ton's ) 33,064,650 42,928,967 38,944,274 41,737,340 46,830,037

2 INTERINSULER :
- Ship Call ( unit's ) 9,254 9,300 8,395 7,757 10,584
- DWT ( ton's ) 25,932,766 27,712,342 25,926,685 23,945,619 38,919,702

3 KHUSUS :
- Ship Call ( unit's ) 57 62 51 45 0
- DWT ( ton's ) 2,434,533 2,230,065 2,174,989 1,982,448 0

4 PELRA :
- Ship Call ( unit's ) 847 700 703 730 776
- DWT ( ton's ) 222,341 183,753 156,875 103,002 77,855

JUMLAH :
- Ship Call (unit's) 11,879 11,867 11,060 10,497 13,400
- DWT (ton's) 61,654,290 73,055,127 67,202,823 67,768,409 85,827,594

Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak


Surabaya.

b. Data Trafik Penumpang.


Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode
2008-2012. Data trafik penumpang dapat dilihat pada tabel
berikut.
4-45

Tabel 4.30 Data Arus Penumpang di Pelabuhan


Tanjung Perak Surabaya
Satuan : Jiwa
TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012

A. TURUN :
1 Umum 557,815 459,019 785,914 415,670 406,504
2 Turis - - - - 1,080
3 Transmigrasi - - - - -
4 T KI 8,455 7,465 2,360 - -
566,270 466,484 788,274 415,670 407,584

B. NAIK :
1 Umum 533,032 445,773 283,361 434,292 373,106
2 Turis - - - - 1,080
3 Transmigrasi 1,043 2,024 676 - -
4 T KI - - - 934 934
534,075 447,797 284,037 435,226 375,120

1,100,345 914,281 1,072,311 850,896 782,704

Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak


Surabaya.

c. Data Trafik Barang.


Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode
2008-2012. Data arus bongkar muat ditunjukkan pada tabel
berikut.
4-46

Tabel 4.31 Data Perbandingan Arus Bongkar Muat


Barang (Cargo Flow) di Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya
Satuan : Ton
TAHUN
NO URAIAN
2008 2009 2010 2011 2012

1 Angkutan L.N
1. Impor / Bongkar 14,247,400 13,495,462 15,319,130 16,837,696 19,458,902
2. Ekspor / Muat 7,830,295 7,636,467 7,728,427 7,676,545 7,518,144
22,077,695 21,131,929 23,047,557 24,514,241 26,977,046

2 Angkutan D.N
1. Bongkar 8,081,008 8,570,380 8,427,599 9,957,047 11,941,517
2. Muat 8,307,291 8,489,340 8,178,923 10,381,563 13,234,455
16,388,299 17,059,720 16,606,522 20,338,610 25,175,972

3 Angkutan PELRA :
1. Bongkar 92,996 90,573 53,947 36,222 41,283
2. Muat 185,571 191,503 157,446 115,984 125,908
278,567 282,076 211,393 152,206 167,191

Jumlah Bongkar 22,421,404 22,156,415 23,800,676 26,830,965 31,441,703


Muat 16,323,157 16,317,310 16,064,796 18,174,092 20,878,507

38,744,561 38,473,725 39,865,472 45,005,057 52,320,209

Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak


Surabaya.

4. Hasil Survey

a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan


Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional.
Dermaga Jamrud Utara dapat digunakan untuk sandar kapal
pesiar, dengan panjang dermaga 500 m, dan kedalaman -9
mLWS. Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di
Dermaga Jamrud Utara ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-47

Gambar 4.32 Dokumentasi kegiatan sandar kapal


penumpang di Dermaga Jamrud Utara

Sebelumnya dermaga ini memiliki dua gedung terminal


penumpang untuk transit penumpang yaitu Gapura Surya
seluas 5.060 m2 dengan kapasitas 1.200 orang dan Gapura
Nusantara seluas 4.950 m2 dengan kapasitas 1.500 orang.
Kedua fasilitas tersebut telah sesuai dengan standar ISPS
Code dan dilengkapi dengan X-Ray dan Walk Through
Metal Detector untuk keselamatan dan keamanan serta
tempat parkir kendaraan yang memadai.

Dokumentasi Terminal Penumpang lama sebelum dibongkar


ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.33 Gedung terminal penumpang lama yang


kini sudah dibongkar
4-48

Pada saat ini sedang dilaksanakan pembangunan Terminal


Penumpang Modern. Letaknya adalah pada lokasi terminal
lama, yang sudah dibongkar dan ditutup untuk sementara.
Dokumentasi pembangunan Terminal Penumpang Modern
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.34 Kondisi existing pekerjaan Pembangunan


Terminal Penumpang Modern di Pelabuhan
Tanjung Perak

Saat ini aktivitas pelayanan penumpang dialihkan ke


Terminal Penumpang Sementara yang dibuat pada satu
gudang di Dermaga Jamrud. Dokumentasi Terminal
Penumpang Sementara ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.35 Tampak depan dan tampak dalam Terminal


Penumpang Sementara Tanjung Perak

Dokumentasi fasilitas di dalam Terminal


Penumpang Sementara Tanjung Perak ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
4-49

Gambar 4.36 Fasilitas di Terminal Penumpang


Sementara Tanjung Perak

b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis.


Trayek Kapal Perintis yang melalui Pelabuhan Tanjung
Perak adalah Trayek R-11. Kapal yang digunakan untuk
trayek ini adalah KM Amukti Palapa dengan ukuran kapal
500 DWT.

Selain KM Amukti Palapa yang berpangkalan di Surabaya,


Pelabuhan Tanjung Perak juga disinggahi oleh KM Sabuk
Nusantara 27 dengan ukuran kapal 500 DWT. KM Sabuk
Nusantara 27 melayani Trayek R-12 dengan pangkalan di
Pelabuhan Tanjung Wangi.

Kapal Perintis di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Kade


Perak yang fungsi utamanya adalah sebagai Dermaga Roro.

Data fasilitas Kade Perak ditunjukkan pada tabel berikut ini.


4-50

Tabel 4.32 Fasilitas Kade Perak (Roro)


Uraian Besaran
Luas Terminal Penumpang :
-Embarkasi 2.371,65
M2
-Debarkasi 201,50 M2
-Teras Sisi Barat 294,25 M2
Kapasitas Terminal Penumpang 700 Orang
Draft -7,2
M.LWS
Panjang Dermaga 140 M
Luas Lapangan Parkir :
-Truk (Besar dan Kecil) 3.870 M2
-Sedan / Sejenis 515 M2
-Kendaraan ex bongkaran 1.912,5
M2
Kapasitas Parkir Mobil 250
Kendaraan
Tempat Ibadah (Musholla) 32 M2
Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak.

c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Kering.
Kapal dan Barang Curah Kering di Pelabuhan Tanjung Perak
dilayani di Terminal Jamrud Utara, Jamrud Barat dan Nilam
Timur Konvensional.

Pelabuhan Tanjung Perak melayani muatan curah kering


baik jenis pangan maupun non pangan. Dokumentasi
aktivitas bongkar muat curah ditunjukkan pada gambar
berikut.
4-51

Gambar 4.37 Aktivitas muat curah kering pangan (atas)


dan semen (bawah) di Dermaga Jamrud
Selatan

d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Cair.
Kapal dan Barang Curah Cair di Pelabuhan Tanjung Perak
dilayani di Terminal Nilam Timur Konvensional.
Dokumentasi ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.38 Aktivitas muat curah cair CPO di Dermaga


Nilam Timur Konvensional

e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti


kemas.
Kapal dan Barang Peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak
dilayani di Terminal Nilam Timur Multipurpose, Terminal
PT BJTI dan Terminal PT TPS.
4-52

Dokumentasi dermaga dan aktivitas bongkar muat peti


kemas di dermaga Nilam Timur Multipurpose ditunjukkan
pada gambar berikut.

Gambar 4.39 Dermaga peti kemas di Terminal Nilam


Timur Multipurpose

Dokumentasi Terminal PT BJTI ditunjukkan pada gambar


berikut.

Gambar 4.40 Dokumentasi terminal peti kemas PT BJTI

Dokumentasi Terminal PT TPS ditunjukkan pada gambar


berikut.
4-53

Gambar 4.41 Dokumentasi Terminal Peti kemas PT TPS

f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Lolo.


Kapal dan barang lolo di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani
di Terminal Jamrud. Dimensi Dermaga Jamrud sudah
ditunjukkan pada Tabel 4.15 di halaman 4-33.

Gambar 4.42 Aktivitas bongkar muat peti kemas secara


Lo-Lo di Dermaga Jamrud

g. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro.


Kapal Roro di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di
Terminal Jamrud dan Kade Perak. Dimensi Dermaga Jamrud
sudah ditunjukkan pada Tabel 4.15 di halaman 4-33. Data
fasilitas Kade Perak sudah ditunjukkan pada Tabel 4.32 di
halaman 4-50.
4-54

h. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang


Berfungsi sebagai Pelabuhan.
Di Pelabuhan Tanjung Perak, dryport dikelola oleh PT
Terminal Peti kemas Surabaya. Namun dengan dimilikinya
dermaga di areal dryport tersebut, kini pelabuhan tersebut
berkembang fungsinya menjadi pelabuhan laut (seaport).
Data Terminal PT TPS sudah ditunjukkan pada Tabel 4.27
di halaman 4-43.

i. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang


Berbahaya.
TUKS Barang Berbahaya yang beroperasi dalam Wilayah
Tanjung Perak adalah TUKS PT Pertamina dan TUKS PT
Aneka Kimia Raya.

j. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area).

1) Prosedur dan Kriteria Penentuan Lokasi Dumping


area.
Berdasarkan keterangan dari Pihak Otoritas Pelabuhan
Utama Tanjung Perak, selama ini tidak ditentukan lokasi
spesifik untuk pembuangan material keruk. Lokasi
pembuangan material keruk (dumping area) di
Pelabuhan Tanjung Perak mengacu pada Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011
tentang Pengerukan dan Reklamasi.

2) Kegiatan Pengerukan dan Lokasi Pembuangannya.


Kegiatan Pengerukan di Lingkungan Pelabuhan Tanjung
Perak dilakukan pada Alur Kalimas dan Kolam Dermaga
Jamrud. Pelaksanaannya dilakukan bergantian setiap
tahun, sehingga masing-masing lokasi dikeruk setiap
dua tahun sekali.

Berdasarkan keterangan dari Pihak Otoritas Pelabuhan


Utama Tanjung Perak, selama ini tidak ditentukan lokasi
spesifik untuk pembuangan material keruk. Lokasi
pembuangan material keruk (dumping area) di
Pelabuhan Tanjung Perak mengacu pada Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011
tentang Pengerukan dan Reklamasi.
4-55

k. Fasilitas Car Terminal.


Pelabuhan Tanjung Perak tidak memiliki fasilitas khusus
Car Terminal. Namun demikian pelayanan bongkar muat
kendaraan dilaksanakan di Terminal Berlian yang dikelola
oleh PT BJTI.

l. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Limbah dari kegiatan pelabuhan di Tanjung Perak dikelola
bersama dengan limbah dari kapal pada Reception facility
(RF). RF Tanjung Perak berlokasi di Jalan Nilam Barat.
Limbah dari kegiatan pelabuhan biasanya dihasilkan dalam
jumlah kecil, sehingga penampungannya dilakukan
menggunakan Intermediate Bulk Container (IBC). Gambar
IBC untuk penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.43 Dokumentasi fasilitas RF Tanjung Perak.

Standard Operational Procedure untuk penampungan limbah


di RF Pelabuhan Tanjung Perak ditunjukkan pada gambar
berikut.
4-56

Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak.

Gambar 4.44 Standard Operating Procedure Penerimaan,


Penyimpanan dan Pengeluaran Limbah B3
di RF Tanjung Perak.

m. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Data fasilitas penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan
di Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebagai berikut:

Pemilahan dan Pewadahan


Jenis pewadahan : Tempat sampah = 184
buah

Sistem pewadahan : Tercampur dan Terpisah


Untuk pewadahan dengan : Ya / Tidak
sistem terpisah, apakah
sampahnya sudah
4-57

terpisah sesuai
peruntukannya ?
Jenis Pewadahan : Organik = 30 buah
Non Organik = 30 buah
Letak Wadah
Setiap ruangan : Ada / Tidak
Tercampur / Terpisah
Setiap lantai : Ada / Tidak
Tercampur / Terpisah
Setiap gedung : Ada / Tidak
Tercampur / Terpisah
Penempatan Pewadahan : Ruang Tunggu = 40 buah
Halaman = 50 buah
(Terminal Penumpang,
Term Penumpang Ro-Ro,
dermaga, kantor)
Tempat Parkir = 40 buah
Jalan Lingkungan = 10
buah
Toilet = 44 buah (Term
Penumpang Pelni dan Ro-
Ro, Kantor Cabang = 20
buah)
Pengumpulan
Proses pengumpulan : Setiap hari / Tidak setiap
hari
Sampah dari setiap : Secara terpisah / secara
pewadahan besar gabungan
dimasukkan
Sampah dimasukkan ke : Plastik (hanya untuk B3)
dalam Diikat / tidak diikat
Dikumpulkan / dipisahkan
Pemindahan dan Pengangkutan
Jenis alat pengumpul : September 2012
Mobil = 6 buah
Motor sampah = 0 buah
Gerobak = 0 buah
Diantar sendiri = 0 buah
Lain-lain (container
sampah) = 28 buah

Desember 2012
Mobil = 6 buah
Motor sampah = 0 buah
4-58

Gerobak = 0 buah
Diantar sendiri = 0 buah
Lain-lain (container
sampah) = 28 buah

1 mobil pembersih sampah


dan pengangkut sampah
(sweeper)

Waktu pengumpulan : Pagi / Siang / Sore / Malam


Frekuensi pengumpulan : Setiap hari / Tidak setiap
hari
Sistem pengumpulan : Tercampur / Terpisah
Cara pengumpulan : Rutin / Tergantung
permintaan
Petugas Kebersihan : 216 orang
pengumpul
Desember 2012
Ditambah 2 org operator
mobil sweeper
(216 orang + 2 org) = 218
orang
Data TPS
Jumlah Total TPS : 2 (dua) buah
Nama/ Posisi Lokasi TPS : Depo Jalan Kalimas
Depo Jalan Tembaga
Bak Penampung :
Jenis Bak : Beton = 2 buah
Container = 28 buah
Tanpa bak = 0 buah
Dimensi (cm) : Untuk Beton
Depo Kalimas
Panjang : 12 m
Lebar : 8 m
Tinggi : 2 m

Depo Tg Tembaga
Panjang : 15 m
Lebar : 15 m
Tinggi : 2 m

Untuk Container
Panjang : 3,51 m
Lebar : 1,9 m
4-59

Tinggi : 1,45 m
Sifat : Permanen (Depo) dan
Mobile (Container sampah)
dan mobil sweeper
(pembersih jalan dan
pengangkut sampah ke TPS.
Kondisi Fisik : Baik / Sedang / Rusak /
Tidak ada
Kondisi Lingkungan : Banyak lalat / Bau / Berair /
Bersih / Kotor
Sistem Penampung : Tercampur / Terpisah
Sumber sampah yang : Dari lokasi pelabuhan
masuk (wilayah pelabuhan :
sampah rumah tangga,
perkantoran, non medis
rumah sakit, sampah taman
Tercampur dengan luar
pelabuhan
Sistem Pengangkutan
Frekuensi pengangkutan : <1/2/3/4/5/6/7/>
dalam mingguan
Alat angkut : Motor = 0 unit
Dump Truck = 4 unit
Arm Roll Truck = 2 unit
Jadwal Angkut : Pagi / Siang / Sore / Malam
Kapasitas pengangkutan : Seluruhnya terangkut /
Tidak seluruhnya terangkut
Cara pengangkutan : Rutin / Tergantung
permintaan
Petugas Kebersihan : 28 orang
pengangkutan
Pengelola pengangkut : Dinas Kebersihan /
Kelurahan /
Lain-lain (PT PELINDO
III)
Volume Sampah
Volume jenis sampah : < 1 m3 / 1-5 m3 / 6-10 m3 /
masuk (m3/hari) > 10 m3
Komposisi jenis sampah : Organik (60 %)
masuk Plastik (5 %)
Kertas / karton (10 %)
Logam/Kaleng (5 %)
Botol (5 %)
4-60

Lainnya/Sisa Bongkar Muat


(15 %)
Prasarana komposisi di : Ada / Tidak ada
TPS Berfungsi / Tidak berfungsi

C. Pelabuhan Makassar

1. Informasi Pelaksanaan Survey


Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi pada survey di
Pelabuhan Makassar adalah:

a) Kantor Otoritas Pelabuhan Makassar


b) PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar.

2. Gambaran Umum Pelabuhan


Pelabuhan Makassar berada pada posisi 05° 07' 18” LS / 119° 24'
27” BT dan merupakan salah satu cabang yang ada di PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia Wilayah IV (PT Pelindo IV).
Secara administratif Pelabuhan Makassar terletak di Kelurahan
Ujung Tanah Kecamatan Wajo, Kota Makassar.

PT (Persero) Pelindo IV membawahi 19 cabang, 3 Unit


Pelayanan Kepelabuhanan (UPK), 1 Terminal Peti kemas dan 5
Pelabuhan Kawasan. Masing-masing pelabuhan memiliki
karakteristik, potensi dan hinterland yang beragam.

Pelabuhan Makassar berstatus Pelabuhan Utama dan merupakan


salah satu dari 25 pelabuhan strategis di Indonesia yang memiliki
posisi penting di Kawasan Indonesia Timur. Orientasi lokasi
Pelabuhan Makassar disajikan pada Gambar 4.45.
4-61

Sumber: Encarta, 2013.

Gambar 4.45 Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar di


Sulawesi Selatan

Citra Satelit Pelabuhan Makassar disajikan pada Gambar 4.46.

Gambar 4.46 Tata letak Pelabuhan Makassar


4-62

Tata letak dermaga Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar


ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

DERMAGA 100

DERMAGA 101
ARI
DIK
BER
DERMAGA 102 PT.

L
D
DERMAGA 103 M
E
1
TU
N U PIN
DERMAGA 104 T

F J
DERMAGA 105 S
V
O

A B
P C

JA
G

LA
C

NT
Q

OL
H
R C

2
TU
PIN

3
TU
PIN
ARA
PANGKALAN SOEKARNO
SANT
JL. NU 0 40 80 100 120 140

Gambar 4.47 Tata letak dermaga dan peruntukannya di


Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar

Tata letak dermaga Pangkalan Hatta ditunjukkan pada gambar di


bawah ini.

Gambar 4.48 Tata letak dermaga dan peruntukannya di


Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar

3. Trafik Pelabuhan

a. Trafik Kapal.
Trafik kapal yang diperoleh adalah untuk kapal pesiar dan
kapal peti kemas. Data trafik kapal ditunjukkan pada tabel
berikut ini.
4-63

Tabel 4.33 Data trafik kapal di Pelabuhan Makassar


Uraian Sat 2008 2009 2010
Pesiar Call 0 7 4
GT 0 200.179 138.840
Peti kemas Call 681 813 813
GT 3.931.329 4.744.709 5.421.276
Roro Call 2.015 1.904 1.901
GT 5.648.723 5.434.084 6.072.558
Uraian Sat 2011 2012
Pesiar Call 3 0
GT 85.791 0
Peti kemas Call 666 986
GT 4.540.121 6.363.128
Roro Call 2.001 1.858
GT 6.622.248 6.810.370
Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.

b. Trafik Penumpang.
Trafik penumpang yang diperoleh adalah trafik penumpang
kapal pesiar dan trafik penumpang lokal (Pelayaran
Nusantara, Pelayaran Rakyat dan Pelayaran Perintis). Data
trafik penumpang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.34 Data Trafik Penumpang di Pelabuhan


Makassar
Satuan: Orang

Uraian Satuan 2008 2009


Kapal Pesiar Debarkasi/embarkasi 0 8.848
Lokal Debarkasi 384.438 370.580
Embarkasi 552.041 525.396
Uraian Satuan 2010 2011
Kapal Pesiar Debarkasi/embarkasi 7.482 2.652
Lokal Debarkasi 294.289 180.076
Embarkasi 386.379 238.048
Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.

c. Trafik Barang.
Trafik barang yang diperoleh adalah trafik barang curah
kering, curah cair dan peti kemas. Data trafik barang
ditunjukkan pada tabel berikut.
4-64

Tabel 4.35 Data Trafik Barang di Pelabuhan Makassar


Satuan: T/M3

Uraian Realisasi
2008 2009 2010 2011 2012
Curah 1.843.281 2.438.152 62.005 53.490 79.575
Cair
Curah 1.843.281 2.438.152 62.005 53.490 79.575
kering
peti 12.495 30.876 52.839 65.415 42.856
kemas
Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.

4. Hasil Survey

a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan


Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional.
Kegiatan kapal pesiar dan penumpang di Pelabuhan
Makassar dilayani di Dermaga Umum pada Pangkalan
Soekarno. Denah terminal penumpang ditunjukkan pada
Gambar 4.49.
4-65

LAUT

11.00
DERMAGA
33
10.00 20.00 7.50

1.00
9
10
11
32
7.50

12
31

3.50
7.50 13
7
2.00
30
5.00

5.00
1 29

8
2.50

2.50 2.50
5.00

2 28

3.00
3 4 5
20.00

3.00
2.50

5.00
4.00

27 26
6

3.50
22
7.50

14 15 19 25

5.00
4.00
17 21

3.00 3.00
5.00

18 20 23
16 24

10.00 10.00 10.00 12.00 6.00

DENAH TERMINAL PENUMPANG


PELABUHAN MAKASSAR
Skala 1:100

ALUR KEBERANGKATAN
PENUMPANG
ALUR KEDATANGAN
PENUMPANG

1. POLIKLINIK 18. CHECK-IN PENUMPANG LN


2. TANGGA KE ANJUNGAN PENGANTAR 19. BERANDA DAN PINTU MASUK PENUMPANG DOMESTIK
3. TOILET 20. CHECK-IN PENUMPANG DOMESTIK
4. TOILET 21. LOKET TIKET ( PELNI )
5. MUSHOLA 22. RUANG ADPEL ( STAFF ADPEL )
6. RUANG SUPER VISOR PELINDO 23. PINTU EMBARKASI DOMESTIK
7. RUANG TUNGGU PENUMPANG LN 24. PINTU KELUAR PENUMPANG DAN TRANSIT
8. RUANG TUNGGU PENUMPANG DOMESTIK 25. BANGSAL PENJEMPUT PENUMPANG
9. TOILET 26. BANGSAL PENERANGAN TRANSIT
10. TOILET 27. PENERANGAN DAN INFORMASI
11. TOILET 28. TANGGA KE ANJUNGAN PENGANTAR
12. TOILET 29. POLIKLINIK
13. MUSHOLA 30. POS JAGA
14. KIOS 31. PETUGAS
15. KIOS 32. MESS
16. PINTU EMBARKASI LN 33. PINTU MASUK DEBARKASI
17. BERANDA DAN PINTU MASUK PENUMPANG LN

Gambar 4.49 Denah Terminal Penumpang Pelabuhan


Makassar
4-66

Fasilitas utama Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar


terdiri dari:

1) Lapangan Parkir
2) Ruang Tunggu Penumpang
1) Luas total: 4.000 m2 (200 x 20)
2) Ruang tunggu domestik: 500 m2 (50 x
(embarkasi): 10)
internasional: 200 m2
(20 x 10)
3) Beranda depan: lebar 3 m, panjang 200
m.
4) Ruang kedatangan 60 m2 (10 x 6),
(debarkasi): ruang/bangsal terbuka
5) Ruang transit: tidak tersedia
(penumpang transit
menggunakan ruang
kedatangan)
6) Anjungan pengantar: ±700 m2 lantai 2 (di
atas ruang embarkasi);
berbagi dengan kios-
kios agen travel/tiket
kapal.
7) Kapasitas total: 1.600 orang (ruang
tunggu dan beranda
depan)
8) Tahun Pembuatan: 1981
9) Konstruksi: Lantai Keramik,
dinding tembok, partisi
multiplex
10) Atap: rangka baja, penutup
atap aluminium
11) Kondisi Bangunan: 60 - 75%
3) Dermaga Sandar.
Selain fasilitas utama terdapat pula fasilitas-fasilitas
pendukung terminal penumpang lainnya yang menambah
kelancaran, kenyamanan, dan keamanan pengguna jasa,
yaitu:

1) Fasilitas penyedia jasa komersial.


2) Sistem Keamanan.
3) Ramp dan jalur khusus untuk penyandang cacat
4) Rambu-rambu petunjuk arah, larangan, dan informasi
4-67

5) Satuan pengamanan pelabuhan pada waktu penumpang


naik-turun

Sistem pengamanan yang diterapkan di Pelabuhan Makassar


meliputi: Pedagang asongan dan K5 dilarang memasuki
halaman terminal, Pemeriksaan tiket penumpang (sebelum
check-in), Loket/meja check-in penumpang, Pagar mobile
untuk memisahkan penumpang naik dan turun, Pemisahan
jalur dan pintu khusus untuk penumpang masuk dan keluar.

Satuan tenaga medis lengkap dengan mobil ambulans Sistem


pengamanan yang diterapkan di Pelabuhan Makassar
meliputi: Pedagang asongan dan K5 dilarang memasuki
halaman terminal, Pemeriksaan tiket penumpang (sebelum
check-in), Loket/meja check-in penumpang, Pagar mobile
untuk memisahkan penumpang naik dan turun, Pemisahan
jalur dan pintu khusus untuk penumpang masuk dan keluar.

Karena apabila kapal pesiar tambat, penumpang tidak


membawa barang banyak maka fasilitas yang ada adalah
tangga/Garbarata namun biasanya kapal sudah memiliki
fasilitas tangga sehingga tangga di Pelabuhan tidak
digunakan.

Ada wacana perpindahan terminal penumpang dari


Pelabuhan Makassar ke Kabupaten Takalar ± 50 km dari
Pelabuhan Makassar maksimal 2 tahun ke depan yaitu tahun
2015 sudah pindah.

b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis.


Trayek Kapal Perintis yang melalui Pelabuhan Makassar
adalah Trayek R-32 dengan ukuran kapal 500 DWT.
Pelabuhan Makassar juga disinggahi oleh Kapal Trayek R-
51 (KM Kie Raha I, 500 DWT), R-54 (750 DWT), R-13 (KM
Entebe Express, 500 DWT), R-14 (500 DWT), R-25 (750
DWT), R-26 (750 DWT), R-27 (500 DWT), R-28 (500
DWT), R-29 (750 DWT), R-30 (750 DWT), .

c. Dermaga untuk Kapal dan Barang Curah Kering.


Dermaga curah kering di Pelabuhan Makassar adalah
Dermaga 101 Pangkalan Soekarno. Barang curah kering
yang terdapat di Pelabuhan adalah batubara dan pupuk. Arus
kedatangan kapal diinventarisasi menjadi satu kesatuan yaitu
4-68

kapal barang, tidak dibeda-bedakan antara cargo, curah


kering dan curah cair.

Data fasilitas dermaga adalah sebagai berikut:

1) Peralatan bongkar muat di atas dermaga terdiri dari:


- 3 unit crane darat (25 ton, 35 ton dan 40 ton)
- 2 unit Forklift (7 ton)
- 3 unit Forklift (2 ton)
- 2 unit Restacker (45 ton)
- 1 unit head truck (45 ton)
- 4 unit hopper
- 4 unit rib
2) Produktivitas dermaga untuk pelayanan kapal curah
kering adalah 25 ton/gang/hour.
3) Elevasi dermaga +3m.
4) Kedalaman perairan di depan dermaga -9m.
5) Ukuran dermaga 101: 330x11m2, dibangun tahun 1917
kondisi 69,35%
6) Data bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada
dermaga:
- pipa air 20-30 ton/kapal barang dan 400 ton untuk
kapal penumpang
- pipa bahan bakar 4.184.600 liter/bulan untuk 60
kapal/bulan.

d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Cair.
Dermaga curah cair di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga
102 Pangkalan Soekarno.Data yang diperoleh untuk
dermaga kapal dan barang curah di Pelabuhan Makassar
adalah sebagai berikut:

1) Dermaga curah cair melayani kapal jenis tanker


2) Data arus kedatangan kapal curah cair 5 (lima) tahun
terakhir:
- Untuk aspal aspalindo 1 call/bulan,
- multi trading pratama 1 call/bulan,
- sawit dan gula tetes 2 bulan sekali.
3) Peralatan bongkar muat berupa pipa 100-150 ton.
4) Jenis muatan curah cair yang ditangani adalah:
- Aspal
- Kelapa sawit
4-69

- Gula tetes
5) Produktivitas dermaga adalah 100-150 ton/jam
6) Data pasang surut di Pelabuhan

Arah arus pasang surut utara ke selatan dan sebaliknya,


pasang tertinggi 180 dm, terendah 5 dm. tinggi muka air
laut rata-rata (MSL) 0,90 m. Karakteristik dari pasang
surut di pelabuhan Makassar adalah semidiurnal /
diurnal. Di area terminal umum dan terminal peti kemas
Pelabuhan Makassar, pasang tertinggi 1,8 m LWS,
terendah 0,9 m LWS.

7) Elevasi dermaga+3m
8) Data kedalaman perairan di depan dermaga-9m
9) Ukuran dermaga 102:230x11 m2, dibangun pada tahun
1917
10) Data bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada
dermaga:
- pipa air 20-30 ton/kapal barang dan 400 ton untuk
kapal penumpang
- pipa bahan bakar 4.184.600 liter/bulan untuk 60
kapal/bulan.

e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti


kemas.
Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan
Makassar dialokasikan di Pangkalan Hatta dan dikelola oleh
PT Terminal Peti kemas Makassar.

Data dermaga peti kemas di Pangkalan Hatta Pelabuhan


Makassar ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.36 Data Dermaga di Pangkalan Hatta


Pelabuhan Makassar

Dermaga Container Hasanuddin


Panjang (m) 850 210
Lebar (m) 30 15
Draft (m LWS) -12 -12
Kapasitas (ton/m2) 25.500 3.150
Peruntukan Peti kemas Roro
Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.
4-70

Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan Makassar


ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.37 Produktivitas dermaga peti kemas


Pelabuhan Makassar

Kinerja Container per Crane output BOR


ship working
hours (NCR)
Satuan Unit Box/Hour %
2008 31,29 31 30,15
2009 32,37 25 31,36
2010 34,15 26 33,40
2011 38,00 27 30,89
2012 27 34,25
Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.

Data yang diperoleh terkait dermaga pelayanan kapal dan


barang peti kemas di Pelabuhan Makassar adalah sebagai
berikut:

1) Jenis kapal yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan peti


kemas Makassar adalah Kapal Semi Peti kemas dengan
kapasitas maksimal 3.000 TEUs
2) peralatan bongkar muat di atas dermaga adalah Gantry
crane (CC) 7 unit
3) Fasilitas utama yang terdapat di terminal Peti kemas
Makassar:
Jembatan Timbang : 4 unit
Kapasitas : 60 ton
Genzet : 3 unit (325 KVA)
Gantry Crane : 7 unit
Transtainer : 14 unit
Reach stacker : 2 unit
Side loader : 1 unit
Top Loader : 1 unit
Forklift : 2 ton ( 6 unit); 5 ton ( 1
unit),7 ton ( 1 unit)
Head truck : 22 unit
Chassis : 20 feet (16 unit), 40 feet (20
unit)
Mobil PMK : 1 unit
Tangki Limbah : 1 unit
4-71

Kedalaman Kolam : -11 MLWS


Panjang dermaga : 850 meter
Lebar dermaga : 9 meter
Luas dermaga : 7.650 m2
Container Yard : 126.400 m2
Kapasitas : 380.000 TEUS/tahun
Gudang CFS : 1 buah
Kapasitas : 4.000 M2
Workshop : 750 m2
Area parkir : ± 50 unit
Area pabean : 6.000 m2
Reefer Plug : 36 plug
Voltage : 380 volt/unit
Reservoir : 1.000 ton
Tangki BBM : 2 unit (1.400 Lt)
Mobil Tangki : 1 Unit
4) Jenis bongkar muat barang peti kemas yang dilayani oleh
pelabuhan adalah stevedoring, haulage trucking,
cargodoring
5) Data pasang surut di Pelabuhan
 Pasang surut air tertinggi: 1,8 meter
 Pasang surut air terendah: 0,9 meter
6) Spesifikasi dermaga
 Elevasi 15 meter dari permukaan laut
 kedalaman perairan di depan dermaga-11m
 Dimensi dermaga 850 x 9 m2
7) Utilitas dan aksesoris yang tersedia di dermaga adalah
bolder, dapra, pipa air tawar, pipa bahan bakar

f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro.


Dermaga untuk pelayanan kapal roro di Pelabuhan Makassar
terletak di Dermaga 103 Pangkalan Soekarno. Informasi
yang diperoleh terkait dermaga roro di Pelabuhan Makassar
adalah sebagai berikut:

1) Jenis kapal roro yang dilayani oleh dermaga di


Pelabuhan adalah kapal roro penumpang, kendaraan dan
barang.
2) Peralatan bongkar muat roro yang tersedia berupa crane
darat dan forklift.
3) Produktivitas dermaga untuk pelayanan kapal Roro
adalah 30 unit/jam untuk mobil barang dan 50-100
unit/jam untuk mobil baru
4-72

4) Spesifikasi dermaga Roro Pelabuhan Tanjung Perak


adalah sebagai berikut:
 Elevasi dermaga +3m
 Kedalaman perairan di depan dermaga-9m
 Dimensi dermaga 290 x 11 m2 dengan kapasitas
3,19 ton/m2
5) Utilitas yang tersedia pada dermaga adalah pipa air 20-
30 ton/kapal barang, pipa air berkapasitas 400 ton untuk
kapal penumpang dan pipa bahan bakar 4.184.600
liter/bulan untuk 60 kapal/bulan.

g. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang


Berbahaya.
TUKS barang berbahaya yang terdapat di Pelabuhan
Makassar adalah TUKS Pertamina. Letaknya adalah pada
ujung utara Pangkalan Soekarno dekat Dermaga 100.

h. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area).


Informasi yang diperoleh terkait pembuangan hasil keruk di
Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut:

1) Selama lima tahun terakhir belum pernah ada


pengerukan.
2) Prosedur kerja dimulai dengan kajian kegiatan
pengerukan dan pembuangan hasil keruk kemudian
meminta ijin ke pusat (Kementerian Perhubungan).
Setelah ijin didapatkan kemudian meminta ijin ke
syahbandar untuk melakukan kegiatan pengerukan dan
pembuangan hasil keruk di laut. Apabila pembuangan
dilaksanakan di darat maka permohonan ijin ditambah
dengan ijin reklamasi.
3) Alat yang digunakan untuk pembuangan hasil keruk
adalah kapal keruk.
4) Lokasi Pembuangan terletak pada koordinat 05° 10, 50’
S 119° 20,20’ E, dengan kedalaman perairan 32 m
5) Jenis material keruk yang pernah tercatat adalah pasir
bercampur lumpur
6) Kriteria lokasi pembuangan sesuai dengan Permen
mengenai Pengerukan.
4-73

i. Fasilitas Car Terminal.


Dermaga yang melayani kegiatan Car Terminal di
Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 103 Pangkalan
Soekarno. Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Makassar
adalah sebagai berikut:

1) Fasilitas tambat
2) Lapangan parkir
3) Fasilitas bongkar muat
4) Fasilitas bongkar dari land carrier
5) Fasilitas parkir
6) Fasilitas muat dan bongkar kapal
7) Fasilitas pemadam kebakaran
8) Fasilitas pencucian kendaraan
9) Jaringan drainase dan pengolahan air buangan
10) Ruang kantor
11) Instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi
12) Jaringan jalan

Fasilitas pada butir 2 di atas terdiri dari 3 lantai. Masing-


masing lantai mampu menampung 220 mobil. Untuk lantai
dasar/1 digunakan sebagai tempat parkir kendaraan berupa
truk. Lantai 2 dan 3 digunakan sebagai parkir mobil. Apabila
jumlah bongkar/muat terlalu banyak sehingga bangunan
parkir tidak mencukupi maka tempat parkir dapat
dilaksanakan di lapangan. Bangunan parkir dan lapangan
parkir untuk kendaraan sendiri saat ini masih dalam proses
pembangunan dan direncanakan akan selesai bulan Juli.

j. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Informasi yang diperoleh terkait fasilitas penampungan
limbah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Makassar
adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan dari Pelabuhan yang menghasilkan limbah oli


adalah kapal tunda, kapal pandu serta bengkel.
2) Prosedur pengumpulan limbah adalah limbah diambil
oleh pihak ketiga yang berkeinginan untuk
memanfaatkan limbah tersebut. Karena limbah oli
memiliki nilai sehingga pihak ketiga tersebut tidak ada
kontrak dengan Pelindo IV Cabang Makassar.
4-74

3) Kegiatan pelabuhan yang menghasilkan limbah adalah


kegiatan bengkel dan kapal tunda dengan volume 2 drum
oli/bulan.
4) Limbah yang lama tidak diambil oleh pihak ketiga
disediakan tempat penampungan.

Dokumentasi limbah oli di Pelabuhan Makassar ditunjukkan


pada gambar berikut ini.

27/7/2011

Gambar 4.50 Dokumentasi limbah oli dari kapal dan


kegiatan pelabuhan yang ditampung dengan
drum di Pelabuhan Makassar

Dimensi fasilitas penampungan limbah oli di Pelabuhan


Makassar ditunjukkan pada gambar berikut ini.
DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM

Plat Bunga tebal 3mm


Profil Baja WF 200x100 Profil Baja WF 200x100

Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 150x100


Profil Baja WF 200x100 Profil Baja WF 200x100

0.80
Plat Baja tebal 3/4 Inchi Plat Baja tebal 3/4 Inchi
Anker Ø 1 Inchi Anker Ø 1 Inchi

4.60 2.00

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING

Profil Baja WF 200x100

DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM


Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 150x100

2.00
2.00
Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 150x100
DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 200x100

Profil Baja WF 200x100

4.60 4.60
RANGKA KONSTRUKSI
TAMPAK ATAS

0 0.5 1 2
4-75

Gambar 4.51 Gambar Detail Fasilitas Penampungan Limbah Oli dalam drum-drum
4-76

k. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Informasi yang diperoleh terkait fasilitas penampungan
limbah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Makassar
adalah sebagai berikut:

1) Tempat penampungan sampah sementara ada di tiga


titik: terminal penumpang, Kantor Pelabuhan Indonesia
IV Cabang Makassar dan di samping bengkel. Sampah
diangkut oleh pihak ketiga dengan jumlah 20 kubik per
hari di TPS kemudian di bawa ke pembuangan akhir di
daerah Goa. Sampah pelabuhan 8-10 kubik atau 2 kali
rate saat padat, dan 1 kali rate saat sepi. Tidak ada kajian
pengembangan fasilitas penampungan sampah karena
penanganan sampah hanya melalui kontrak dengan
pihak ketiga.
2) Sampah diangkut oleh pihak ketiga dengan jumlah 20
kubik per hari di TPS kemudian di bawa ke pembuangan
akhir di daerah Goa.
3) Sampah pelabuhan 8-10 kubik atau 2 kali rate saat padat,
dan 1 kali rate saat sepi
4) Tidak ada kajian pengembangan fasilitas penampungan
sampah karena penanganan sampah hanya melalui
kontrak dengan pihak ketiga.

D. Pelabuhan Teluk Bayur

1. Informasi Pelaksanaan Survey


Survey Pelabuhan Teluk Bayur Padang dilaksanakan pada
tanggal 25-28 Juni 2013. Instansi terkait yang dikunjungi dalam
kunjungan lapangan di Pelabuhan Teluk Bayur adalah:

a. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)


Kelas II Teluk Bayur.
b. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Teluk Bayur.

2. Gambaran Umum Pelabuhan


Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan yang berada di
Propinsi Sumatera Barat. Layout Pelabuhan Teluk Bayur
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-77

Gambar 4.52 Layout Pelabuhan Teluk Bayur


4-78

Pelabuhan Teluk Bayur telah memberikan pelayanan kepada


masyarakat Kota Padang khususnya dan Sumatera Barat pada
umumnya, hal ini menjadikan Pelabuhan Teluk Bayur yang
berada di Kecamatan Padang Selatan, harus mampu
menyediakan pelayanan kepada masyarakat maupun kepada
perusahaan yang berkepentingan langsung dengan Pelabuhan
Teluk Bayur.

Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu cabang dari PT.


(Persero) Pelabuhan Indonesia II yang berada pada koordinat
1° 00` 04" S dan 100° 19' 03" E dengan luas tanah 534 Ha.
Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan laut yang terbuka
untuk perdagangan internasional. Pelabuhan ini meliputi
beberapa hubungan kegiatan ekonomi di Sumatera Barat,
termasuk Muara Padang dan Air Bangis.

Sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan


perekonomian daerah, Pelabuhan Teluk Bayur terus
meningkatkan dan melaksanakan sarana dan prasarana baru yang
dirancang untuk mempercepat proses kelancaran kapal dan
kargo.

Saat ini pelabuhan dilengkapi dengan alat untuk menangani


berbagai barang seperti batu bara, semen, clinker dan minyak
sawit mentah. Pelabuhan juga memroses kargo yang dapat
dikemas dalam wadah, seperti kayu manis, teh, cetakan, furniture
dan karet yang merupakan komoditas ekspor utama ke Negara
Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika.

Data dimensi dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan


pada tabel di bawah ini.
4-79

Tabel 4.38 Dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur


Dermaga Panjang Lebar Kedalaman
(m) (m) (mLWS)
Dermaga 01 150.00 13.00 -10
Dermaga 02 148.00 20.40 -10
Dermaga 03 142.00 20.40 -10
Dermaga 04 126.00 20.40 -10
Dermaga 05 107.50 26.00 -10
Dermaga 06 114.50 26.00 -10
Dermaga Khusus Semen 98.00 20.00 -10
Dermaga Semen Timur 150.00 20.00 -11
Dermaga Semen Barat 150.00 20.00 -11
Dermaga Beton Umum 175.00 20.00 -10
Dermaga Khusus Batubara 217.00 23.00 -10
Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Teluk Bayur.

Dokumentasi Dermaga 01 dan 02 Teluk Bayur ditunjukkan pada


gambar berikut ini.

Gambar 4.53 Dokumentasi Dermaga 01 (atas) dan Dermaga


02 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur.

Dokumentasi Dermaga 03 dan 04 Teluk Bayur ditunjukkan pada


gambar berikut ini.
4-80

Gambar 4.54 Dokumentasi Dermaga 03 (atas) dan Dermaga


04 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur.

Dokumentasi Dermaga 05 dan Dermaga 07 Teluk Bayur


ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.55 Dokumentasi Dermaga 05 (atas) dan Dermaga


07 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur.
4-81

Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur ditunjukkan pada


gambar berikut ini.

Gambar 4.56 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur.

3. Trafik Pelabuhan

a. Data Trafik Kapal 5 (lima) tahun terakhir.


Data trafik kapal yang dibutuhkan selama 5 (lima) tahun
terakhir adalah:
1. Kapal Pesiar
2. Kapal Penumpang Internasional
3. Kapal Perintis
4. Kapal Curah Cair
5. Kapal Curah Kering
6. Kapal Peti kemas
7. Kapal Lolo
8. Kapal Roro
9. Kapal Barang Berbahaya yang dilayani oleh TUKS

Data tersebut di atas tidak diperoleh karena kurangnya data


trafik kunjungan berbagai jenis kapal di Pelabuhan Teluk
Bayur pada arsip kantor KSOP. Namun untuk rekap
kunjungan kapal secara umum, konsultan memperolehnya
dari PT. Pelindo II Teluk Bayur.
4-82

Tabel 4.39 Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Teluk Bayur

Sumber: Divisi Rendal dan Operasional PT. Pelindo II Cabang Teluk Bayur 2013.
4-83

b. Data Trafik Penumpang 5 (lima) tahun terakhir.


Kunjungan penumpang ke Pelabuhan Teluk Bayur dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan,
karena tidak maksimalnya fungsi dari Terminal Penumpang
“Nan Tongga” di Pelabuhan Teluk Bayur dan kunjungan
kapal penumpang yang masuk melalui pelabuhan Teluk
Bayur sangat jarang sekali. Seperti pada pembahasan sub
bab. 1.2 Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Perintis,
dapat dilihat trayek kapal perintis melayani mulai dari daerah
Teluk Bayur menuju daerah-daerah terpencil di Kepulauan
Mentawai, Nias dan Bengkul, sebagian besar kedatangan dan
keberangkatan penumpang dari dan ke kota Padang melalui
dermaga di Pelabuhan Muaro Padang dan Pelabuhan Bungus
di Teluk Kabung, meskipun pada trayek kapal perintis
disebutkan dari Teluk Bayur.

c. Data Trafik Barang 5 (lima) tahun terakhir.


Data trafik barang yang melalui Pelabuhan Teluk Bayur
selama 5 (lima) tahun terakhir yang diperoleh merupakan
Daftar Trafik Barang Berdasarkan Komoditi secara umum
yang melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Teluk
Bayur bukan data bongkar muat trafik barang berdasarkan
jenis kapal yang datang, data trafik barang tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut.
4-84

Tabel 4.40 Trafik barang berdasarkan komoditi melalui Pelabuhan Teluk Bayur

REALISASI
NO JENIS KOMODITI SATUAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 5 6 7 8 9
1 Alat Berat Ton 228 - 1.937 1.763 1.288
2 Aspal Ton - 2.116 1.058 1.058 3.175
3 Bantalan Rel KA Ton - - 3.494 - 964
4 Batu Bara Ton 1.233.211 625.734 1.155.125 2.289.994 741.036
5 Batu Kapur Ton 8.000 - 5.132 - -
6 Batu Split Ton - -
7 BBM Ton 2.386.520 2.445.281 2.492.110 3.019.811 3.411.397
8 Beras Ton 72.867 62.747 57.051 67.786 52.237
9 Besi - besi Ton 874 5.641 28.088 29.547 21.301
10 Biji / Batu Besi Ton 5.586 174.090 505.698 856.209 315.780
11 Bungkil Ton 225.482 303.396 254.291 283.569 241.227
12 Cangkang Sawit Ton 145.004 134.177 187.129 245.711 171.417
13 Coper Slag Ton 116.688 126.596 135.042 116.682 144.513
14 Cokelat Ton 30 - 1.525 6.799
15 CPO Ton 1.388.767 1.582.690 1.637.800 1.690.107 1.767.850
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
Error! Reference source not found. (lanjutan)

REALISASI
NO JENIS KOMODITI SATUAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 5 6 7 8 9
16 Garam Ton 33.230 17.305 34.800 21.680 20.000
17 Gencar Ton 95.447 43.090 76.138 97.388 88.805
18 Gerbong KA Ton - 130 - - -
19 Gula Pasir Ton 1.900 - 8.964 - -
20 Gypsum Ton 248.479 189.519 198.656 264.555 219.621
21 Jagung Ton - - 36.180 18.800 12.059
22 Kaca Ton 2.699 4.249 4.470 7.000 2.706
23 Kapuk Ton - - - - -
24 Karet Ton 191.885 102.200 216.672 195.384 191.722
25 Kayu Log Ton 13.990 13.171 4.239 18.295 10.352
26 Kedelai Ton - - 6.600 33.529
27 Klinker Ton - 107.768 63.005 - 287.791
28 Kopra Chips Ton - - - -
29 Obsidian Ton 11.784 9.856 3.152 - -
30 Pasir Besi Ton 43.800 95.054 24.184 - 7.620
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
4-85
4-86

Error! Reference source not found. (lanjutan)

REALISASI
NO JENIS KOMODITI SATUAN
2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 5 6 7 8 9
31 Pupuk Ton 411.220 275.366 400.767 485.262 363.792
32 Semen Ton 3.266.318 3.065.423 3.167.632 2.995.755 3.029.375
33 Tepung Terigu Ton - - - 4.323 -
34 Tiang Pancang Ton 1.500 438 102 - 4.520
35 Mobil Unit - - - - 2.096
36 Peti kemas Ton 729.322 682.742 711.244 7.337.791 1.006.417
Jumlah 10.638.827 10.072.839 11.418.194 20.060.633 12.163.431
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
4-87

4. Hasil Survey

a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan


Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional.
Data yang dibutuhkan pada topik Standar Fasilitas dan
Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan
Penumpang Internasional meliputi:
1) Data Sarana dan Prasarana di Pelabuhan untuk
Kapal Pesiar
2) Data Sarana dan Prasarana di Pelabuhan untuk
Kapal Penumpang Internasional
3) Standar Kinerja Pelayanan Kapal Pesiar dan
Penumpang Internasional
4) Evaluasi Kinerja Pelayanan selama 5 (lima) tahun
terakhir.

Untuk pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional


di Pelabuhan Teluk Bayur ini tidak ada dermaga khusus. Jika
ada kunjungan Kapal Pesiar dan Kapal Penumpang
Internasional maka kapal akan berlabuh di dermaga
Multipurpose yang kosong.

b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis.


Kondisi wilayah Sumatera Barat merupakan suatu
kepulauan, dengan kondisi lebih banyak perairan, maka
transportasi utama yang digunakan adalah transportasi
sungai dan laut.
Untuk melayani kebutuhan sarana dan prasarana transportasi
sungai dan laut tersebut oleh pemerintah pusat dan daerah
melengkapi sarana transportasinya dengan kapal perintis.
Kebutuhan prasarana seperti dermaga khusus untuk sandar
kapal perintis ini seharusnya mempunyai standar tertentu,
namun karena belum adanya aturan khusus dari pemerintah
daerah untuk membuat dermaga khusus sebagai tempat
sandar kapal perintis yang melayani kebutuhan transportasi
di wilayah perairan Sumatera Barat, dermaga yang
digunakan adalah Dermaga Multipurpose. Kapal Perintis
yang digunakan adalah Kapal 750 DWT/GT. Jaringan
angkutan laut Kapal Perintis 2013 di Sumatera Barat ada 2
(dua) trayek yaitu trayek R-2 dan R-3 yaitu Sebagai Berikut:
4-88

Trayek R-2
Teluk Bayur -40- Panasahan/Painan -90- Sikabaluan -17-
Labuhan Bajau -40- Sogologolo -15- Saeru -16- Boluta -24-
P.Tello -48- Teluk Dalam -49- Sirombu -20- Hinako -15-
Afulu -15- Lahewa -40- Gunung Sitoli -59- Singkil -33- P.
Banyak -112- P. Simeulu/Sinabang -70- Tapak Tuan PP.
(Jarak Mil 1406, Lama Pelayaran 20 hari, Jumlah Voyage
selama satu tahun 18 Voyage, Ukuran Kapal 750 DWT/GT,
480 Coaster).
Trayek R-3
Teluk Bayur -40- Panasahan -80- TuaPejat -30- Pei-Pei/Tlk.
Katurai -25- Simalepet/Siberut -20- Muara Saibi -15-
Sikabaluan/Pokai -15- Labuhan Bajau -15- Singapokna -15-
Betaet 15- Singapokna -10- Labuhan Bajau -15-
Sikabaluan/Pokai -15- Muara Saibi -14- Simalepet/Siberut -
30- Pei-Pei/Tlk. Katurai -40- TuaPejat -80- Panasahan -40-
Teluk Bayur.
Teluk Bayur -40- Panasahan -80- TuaPejat -25- Sioban -20-
Berilau -30- Pasapuat/Simangayak -18- Sikakap -20-
Malakopak -15- Bake/Bulasat -20- Sinakak -120- Pulau Baai
/Bengkulu PP.
(Jarak Mil 1290, Lama Pelayaran 20 hari, Jumlah Voyage
selama satu tahun 19 Voyage, Ukuran Kapal 750 DWT/GT,
480 Coaster).
Kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh Kapal Perintis
umumnya bahan pangan dan sembako. Jumlah kunjungan
Kapal Perintis selama 5 tahun terakhir di Pelabuhan Teluk
Bayur telah ditunjukkan pada tabel kunjungan kapal.

c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Kering.
Pelayanan barang curah kering yang dilayani oleh Pelabuhan
Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.41 Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Kering di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012

REALISASI
NO JENIS KOMODITI SATUAN
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Batu Bara Ton 456.216 1.233.211 625.734 1.155.125 2.289.994 741.036
2 Batu Kapur Ton - 8.000 - 5.132 - -
3 Batu Split Ton - - -
4 Besi - besi Ton 816 874 5.641 28.088 29.547 21.301
5 Biji / Batu Besi Ton 6.000 5.586 174.090 505.698 856.209 315.780
6 Bungkil Ton 198.014 225.482 303.396 254.291 283.569 241.227
7 Cangkang Sawit Ton 80.813 145.004 134.177 187.129 245.711 171.417
8 Coper Slag Ton 27.045 116.688 126.596 135.042 116.682 144.513
9 Klinker Ton 63.125 - 107.768 63.005 - 287.791
10 Obsidian Ton 4.000 11.784 9.856 3.152 - -
11 Pasir Besi Ton 105.983 43.800 95.054 24.184 - 7.620
12 Semen Ton 3.322.183 3.266.318 3.065.423 3.167.632 2.995.755 3.029.375
Jumlah 4.264.195 5.056.747 4.647.735 5.528.478 6.817.467 4.960.060
4-89

Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.


4-90

Daftar barang curah kering di atas tersebut merupakan


komoditi tetap yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan
Teluk Bayur dalam jumlah yang cukup banyak. Beberapa
barang curah kering tersebut dilayani di dermaga khusus,
seperti semen di Dermaga Semen Timur Barat dan Dermaga
Khusus Semen milik PT. Semen Padang dan Batu Bara milik
PT. Bukit Asam di Dermaga Batu Bara (DKB). Bagi
Dermaga Khusus Semen dan Dermaga Khusus Batu Bara
izin sandarnya dikeluarkan oleh dua perusahaan tersebut. PT.
Pelindo II Teluk Bayur hanya kepada pengurusan
administrasinya saja.

Dokumentasi dermaga semen di Pelabuhan Teluk Bayur


ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.57 Dokumentasi Dermaga Khusus Semen


Teluk Bayur.

d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Cair.
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah
penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di Indonesia.
Pengiriman CPO dari Propinsi Sumatera Barat dan daerah
hinterlandnya banyak dilakukan melalui Pelabuhan Teluk
Bayur Padang. Pelayanan barang curah cair yang dilayani
oleh Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.42 Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Cair di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012.

REALISASI
NO JENIS KOMODITI SATUAN
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 BBM Ton 2.257.738 2.386.520 2.445.281 2.492.110 3.019.811 3.411.397
2 CPO Ton 1.109.155 1.388.767 1.582.690 1.637.800 1.690.107 1.767.850
Jumlah 3.366.893 3.775.287 4.027.971 4.129.910 4.709.918 5.179.247
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
4-91
4-92

Dua jenis barang curah cair BBM dan CPO adalah komoditi
yang bongkar muatnya dilakukan di Dermaga Untuk
Kepentingan Sendiri (DUKS), untuk BBM dilaksanakan di
Dermaga milik Pertamina dan kegiatan bongkar muat serta
pengiriman CPO keluar kota Padang dan ekspor banyak
melalui dermaga 7 (tujuh) Pelabuhan Teluk Bayur yang
dikhususkan untuk komoditi CPO. Dermaga ini di buat pada
tahun 2007 dengan jenis konstruksi beton pada lantai dan
tiang pancangnya menggunakan Tiang pancang beton pada
kedalaman -10 pada MLWS.

Spesifikasi Jetty CPO adalah sebagai berikut:

1) Platform 30 m x 20 m
2) Trestle 445 m x 2.5 m
3) Breasting dolphin (2 unit) 7 m x 7 m
4) Mooring dolphin (2 unit) 4 m x 4 m
5) Konstruksi lantai beton dan pondasi tiang pancang
6) Tahun Pembuatan 2007

Untuk inventaris instalasi pipa air yang terdapat di Dermaga


khusus CPO bisa dilihat pada Tabel 1.9 menggunakan pipa
bahan besi cor sepanjang 590 meter dan 2 buah Gate Valve
masing-masing berdiameter 6”.

e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti


kemas.
Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Teluk
Bayur dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan,
seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.43 Arus peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur.

Tahun Tonase
2007 685.391
2008 729.322
2009 682.742
2010 711.244
2011 7.337.791
2012 1.006.417
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Kelas II Teluk Bayur.
4-93

Dermaga yang digunakan untuk pelayanan kapal dan barang


peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur dilakukan di dermaga
multipurpose dengan lapangan penumpukan peti kemas
seluas 62.500,18 m².

f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Lolo.

Kapal Lolo merupakan kapal yang kegiatan bongkar dan


muat barangnya dilakukan memanfaatkan kuli atau kran
(load on- load off). Cara ini membutuhkan waktu bongkar
muat yang lebih lama disertai berbagai perangkat pendukung
seperti gudang, forklift, dan sejumlah tenaga bongkar muat
yang jumlahnya tidak sedikit serta biaya yang cukup besar.
Kapal yang demikian ini masih tetap digunakan sampai saat
ini, namun di Pelabuhan Teluk Bayur tidak memiliki standar
khusus Dermaga Multipurpose untuk pelayanan Kapal Lolo.

g. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro.


Kapal Roll On - Roll Off atau yang lebih dikenal sebagai
kapal Roro, tetapi belakangan ini angkutan sungai yang
dulunya hanya digunakan untuk angkutan tradisional ini
digunakan untuk mengangkut batubara dengan
menggunakan tongkang/barge yang ditarik/didorong dengan
menggunakan kapal tunda. Dermaga Multipurpose di
Pelabuhan Teluk Bayur bisa digunakan untuk bermacam
keperluan berbagai jenis kapal yang akan sandar, oleh karena
itu tidak ada standar khusus bagi Dermaga Multipurpose
untuk pelayanan Kapal Roro.

h. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang


Berfungsi sebagai Pelabuhan.
Di daerah Propinsi Sumatera Barat Umumnya dan Kota
Padang khususnya tidak mempunyai Lokasi wilayah tertentu
pada daratan yang difungsikan sebagai Pelabuhan (Dry Port)

i. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang


Berbahaya.
Terminal Untuk Kepentingan Khusus (TUKS) di Pelabuhan
Teluk Bayur yaitu:
1) TUKS PT. Pertamina Persero. PT. Pertamina (Persero)
Terminal Transit Teluk Kabung ini berada di Jl. Raya
Padang Painan KM 24 Padang. TUKS ini merupakan
4-94

terminal transit untuk kebutuhan pasokan di SPBU Kota


Padang.
2) TUKS PT. Bukit Asam. Terminal milik PT. Bukit Asam
beralamat di Jl. Tanjung Priok No.1 Teluk Bayur,
Sumatera Barat.
3) TUKS PT. Semen Padang. TUKS PT. Semen Padang
terletak di Jl. TanjungPriokNo.1Teluk Bayur, Sumatera
Barat.

Selain TUKS Pertamina, Pelabuhan Teluk Bayur tidak


memiliki TUKS untuk barang berbahaya, karena jumlah
bongkar muat barang kategori berbahaya yang masuk hanya
sedikit, oleh karena itu tidak ada standar khusus untuk TUKS
barang berbahaya.

Data kegiatan kunjungan kapal dan bongkar muat di TUKS


Pertamina ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.44 Kegiatan Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat DUKS Pertamina Pelabuhan Teluk Bayur Tahun 2012

KUNJUNGAN KAPAL B/M BARANG


NO BULAN
DATANG BERANGKAT B/M BARANG M JUMLAH
1 JANUARI 30 30 115.456.867 46.918.989 162.375.856
2 FEBRUARI 36 30 152.905.217 42.871.070 195.776.287
3 MARET 28 28 111.575.074 40.510.157 152.085.231
4 APRIL 27 27 139.616.636 37.372.010 176.988.646
5 MEI 24 24 106.345.610 38.406.311 144.751.921
6 JUNI 30 30 125.835.669 51.576.056 177.411.725
7 JULI 27 27 148.973.547 49.213.625 198.187.172
8 AGUSTUS 31 31 166.947.485 49.213.625 216.161.110
9 SEPTEMBER 25 25 88.508.000 45.139.869 133.647.869
10 OKTOBER 28 28 155.332.543 53.475.296 208.807.839
11 NOVEMBER 24 24 178.027.869 37.101.020 215.128.889
12 DESEMBER 25 25 100.108.467 62.756.472 162.864.939
JUMLAH 335 329 1.589.632.984 554.554.500 2.144.187.484
4-95

Sumber: Divisi Rendal dan Operasional PT. Pelindo II Cabang Teluk Bayur 2013.
4-96

j. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area).


Kedalaman areal kolam pelabuhan di Pelabuhan Teluk
Bayur kedalaman kolam pelabuhan ± 8 – 9 meter, sedangkan
kedalaman standar kolam pelabuhan seharusnya di atas 10
meter. Untuk menunjang pelayanan pelabuhan yang
maksimal, maka operator pelabuhan dalam hal ini PT.
Pelindo II Teluk Bayur Padang melakukan pengerukan satu
kali dalam dua tahun.

Hasil pekerjaan pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur


dilaksanakan oleh PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang
bekerja sama dengan kontraktor PT. PP (Pembangunan
Perumahan). Penentuan lokasi tempat pembuangan hasil
pengerukan (dumping area) berada pada koordinat
01°01’25’’ LS dan 100°20’25’’ BT dengan radius sebaran
seluas ± 1.200.000 m² atau seluas lingkaran dengan jari-jari
sepanjang 618 m/0,33 mil dari titik posisi, dengan daya
tamping material kerukan sebanyak ± 287.000 m³ dengan
ketinggian endapan rata-rata ± 25 cm. hal ini ditetapkan
berdasarkan pada kecepatan arah angin, sedimentasi, TSS
(parameter padat tersuspensi), kedalaman lokasi pengerukan
serta jarak lokasi penumpukan dengan bibir pantai idealnya
dibuang pada jarak 12 mil dari daratan dan/atau pada
kedalaman lebih dari 20 m, atau lokasi lainnya setelah
mendapat rekomendasi atau izin dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut melalui Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan setempat. Layout Pembuangan Hasil
Keruk (Dumping area) yang diperoleh konsultan
ditunjukkan pada gambar berikut:
4-97

Gambar 4.58 Lokasi Dumping area Pelabuhan Teluk Bayur.


4-98

Standar pembuangan hasil pengerukan dilakukan di perairan


laut yang berjarak ± 10-15 Km dari Kolam Pelabuhan Teluk
Bayur dengan kedalaman 23-26 meter. Proses pembuangan
hasil pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur yang berada
di atas Hopper Barge, dimana proses kerja peralatan Hopper
Barge dengan cara membuka bagian bawah Split Hopper
Barge secara perlahan-lahan yang nantinya bahan material
yang berada di atas Hopper Barge akan terjatuh ke dasar laut
bersamaan dengan terbukanya Split Hopper Barge. Proses
pembuangan dilakukan secara menyebar tidak pada satu
titik, sesuai dengan dumping area yang telah ditentukan serta
pembuangan material keruk juga melihat keadaan arus laut,
proses pembuangan baru dilakukan pada saat arus laut dalam
keadaan tidak terlalu bergelombang. Dampak sebaran
material akibat pembuangan hasil pengerukan diperkirakan
berada pada areal daerah dumping yang telah ditentukan
karena pekerjaan pembuangan material pengerukan
dilakukan sesuai SOP yang telah dibuat. Kegiatan dengan
sistem kerja seperti yang dijelaskan di atas juga sudah pernah
dilakukan oleh PT. Pelindo II lokasi Tanjung Priok dan
Banten dimana material keruk hampir sama dengan material
di Pelabuhan Teluk Bayur.

Kegiatan pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur


dilaksanakan berdasarkan kebutuhan kondisi kolam,
pelaksanaannya tidak rutin setiap tahun, tetapi satu kali
dalam dua tahun. Pekerjaan pengerukan kolam pelabuhan
dilaksanakan melalui prosedur lelang di kantor pusat PT.
Pelindo (Persero) selaku operator pelabuhan, KSOP hanya
bertindak sebagai pemandu dan pemberi saran dan
tanggapan dan rekomendasi atas Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sebagai bagian dari
pengerjaan pengerukan dan pembuangan hasil keruk
(Dumping area).

k. Fasilitas Car Terminal.


Pelayanan Car Terminal di Pelabuhan Teluk Bayur tidak
mempunyai standar khusus. Kapal pengangkut kendaraan
roda empat yang sandar di dermaga Multipurpose Pelabuhan
Teluk Bayur ini nantinya akan diparkir sementara di areal
peti kemas yang kosong dan areal parkir, kemudian langsung
dikirim ke tempat tujuan. Pengiriman kendaraan
4-99

menggunakan kapal ke Pelabuhan Teluk Bayur tidak rutin


dan dalam satu pengiriman jumlahnya hanya sekitar ± 500
unit, oleh karena itu tidak ada fasilitas Car Terminal dan
standarnya di Pelabuhan Teluk Bayur.

l. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Pada Pelabuhan Teluk Bayur Padang, terdapat beberapa unit
industri yang menghasilkan limbah cair dan tergolong
kepada limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun
atau limbah B3 adalah limbah yang dihasilkan dari suatu unit
kegiatan baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
membahayakan bagi makhluk hidup, manusia dan
lingkungan sekitar yang terkena dampak. Limbah B3
tersebut dapat berupa sisa oli bekas, aki bekas dan beberapa
limbah B3 lainnya yang dapat merusak lingkungan hidup.
Ditambah dengan kondisi banyaknya kapal yang merapat di
Pelabuhan Teluk Bayur dan mengganti peralatan serta oli,
PT. Pelindo II Teluk Bayur menyiapkan kemungkinan
pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).

Pada tahun 2011, PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang


membangun unit Reception facilities (RF) sebagai tempat
penampungan limbah B3 yang dihasilkan di areal Pelabuhan
Teluk Bayur. Unit ini bekerja untuk menampung semua
limbah B3 seperti oli bekas dari setiap industri dan kapal
yang merapat di Pelabuhan Teluk Bayur. Limbah B3
ditampung dalam tangki penampungan sesuai dengan
kapasitas yang telah ditentukan dan dihitung berdasarkan
kebutuhan.

Kegiatan Reception facilities (RF) ini dilengkapi dengan


dokumen kajian lingkungan yang mengacu diantaranya
kepada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 34
ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan.

Bentuk kegiatan RF di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur


Padang terdiri dari:
4-100

1) Kegiatan Utama
Kegiatan utama Reception facilities (RF) adalah
menerima limbah B3 dari kapal dan industry di kawasan
Pelabuhan Teluk Bayur Padang yang kemudian
menyimpannya di dalam tanki penyimpanan limbah B3.
PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang telah menyiapkan
sarana dan prasarana pemindahan limbah B3 dari kapal
dan industri penghasil limbah B3 berupa ruangan kantor,
laboratorium, gudang penyimpanan alat, penampungan
drum, septic tank, tanki, bak penampung, menara air,
rumah pompa dan oil catcher.

Limbah B3 yang diterima dari kapal dan industri akan


disimpan ke dalam tanki melalui perpipaan yang telah
disiapkan. Untuk menampung limbah B3 dalam bentuk
drum, PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang juga telah
menyiapkan gudang penyimpanan drum limbah B3 yang
desainnya telah disesuaikan dengan spesifikasi dan
standar teknis penyimpanan limbah B3.

Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dilakukan


dengan membuat oil trap atau jebakan minyak yang
kemudian dialirkan ke laut. Untuk mencegah terjadinya
rembesan oli dari tempat penampungan drum, lokasi
penampungan telah dilengkapi dengan drainase yang
semuanya mengalir menuju oil trap yang telah ada.

2) Kegiatan Pendukung

a) Penerimaan Tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang terdapat di Reception


facilities (RF) sebanyak 10 (sepuluh) orang. Dalam
pelaksanaan sehari-hari karyawan bertanggung
jawab kepada General Manager.

b) Pelaksanaan Kesehatan Keselamatan Kerja dan


Lingkungan

Semua aspek keselamatan, kesehatan kerja dan


lingkungan sesuai dari pihak PT. Pelindo Teluk
Bayur Padang dan secara keseluruhan
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab General
Manager.
4-101

m. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Standar penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di
Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan dengan sistem kontrak
kerja yang dikerjakan oleh pihak kedua berdasarkan proses
lelang.

Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam penanganan sampah


kegiatan pelabuhan yaitu dengan membersihkan fasilitas
pokok seperti dermaga, lapangan penumpukan, jalan dan
gudang, membersihkan jalan keluar masuk di pelabuhan.

E. Pelabuhan Benoa

1. Informasi Pelaksanaan Survey


Survey di Benoa dilakukan pada tanggal 17 - 20 Juni 2013.
Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi adalah:

a. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II


Benoa,
b. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa.

2. Gambaran Umum Pelabuhan


Benoa adalah pelabuhan di Provinsi Bali yang dikelola oleh PT
Pelabuhan Indonesia III (Persero). Pelabuhan Benoa memiliki 3
(tiga) sisi dermaga, yakni sisi timur, sisi selatan dan sisi barat.
Citra satelit Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada Gambar 4.59.
4-102

Gambar 4.59 Citra satelit Pelabuhan Benoa.

Data Dermaga Umum Pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut:


Tahun Rehabilitasi : 1997
Panjang : 206 Meter
Lebar : 15 Meter
Luas : 3090 M2
Konstruksi : Beton Bertulang
Tebal lantai : 28 Cm
Panjang tiang pancang : 21 M'
Jumlah Bolder : 12 Buah
Type 50 ST
Jumlah Fender : 54 Buah
Type AV 400 H x 1500 L
Daya dukung : 2 Ton/ M2
Peil lantai : 4.2 M LWS
Kedalaman di depan : s/d 7 M LWS (Hasil Sounding
dermaga Desember th.2011)

Data Dermaga Pariwisata Pelabuhan Benoa adalah sebagai


berikut:
Panjang : 290 Meter
Lebar : 20 Meter
Luas : 5800 M2
Konstruksi : Beton Bertulang
Tebal lantai : 30 Cm
4-103

Panjang tiang : 24 M'


pancang
Jumlah Bolder : 15 Buah Type ST 50
Jumlah Fender : 47 Buah Type V 500
H x 1500 L
Daya dukung : 2.5 Ton/ M2
Peil lantai : 4.2 M LWS
Kedalaman di depan : 8.8 s/d 9 M LWS -
dermaga Des 2011

3. Trafik Pelabuhan

a. Data Trafik Kapal.


Data trafik kapal yang diperoleh adalah data periode 2008-
2012. Jenis kapal yang diambil datanya adalah kapal pesiar,
kapal penumpang (pelni), kapal curah pasir, kapal
pengangkut BBM, kapal pengangkut aspal, kapal
pengangkut minyak goreng dan kapal peti kemas. Data trafik
kapal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.45 Trafik Kapal di Pelabuhan Benoa 2008-2012
4-104

Jenis Angkutan 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL


Call 38 45 76 34 37 230
Kapal Pesiar
GT 185.792 341.137 1.170.852 1.614.140 1.634.826 4.946.747
Call 74 106 121 122 94 517
Kapal Penumpang (Pelni)
GT 442.226 560.086 595.984 580.272 566.068 2.744.636
Call 930 802 805 955 805 4.297
Angkutan BBM
GT 672.480 801.667 764.094 1.841.547 961.661 5.041.449
Call 31 28 17 9 13 98
Angkutan Minyak Goreng
GT 22.511 23.427 15.991 11.311 18.613 91.853
Call 10 9 5 13 15 52
Angkutan Aspal Curah
GT 11.078 9.558 7.561 22.067 22.398 72.662
Call 68 55 41 90 90 344
Angkutan Pasir
GT 50.513 38.640 35.698 66.201 69.826 260.878
Call 174 161 197 168 96 796
Kapal Petikemas
GT 332.484 370.326 427.664 312.029 286.061 1.728.564
Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.
4-105

b. Data Trafik Penumpang.


Data trafik penumpang yang diperoleh adalah data periode
2008-2012. Trafik penumpang yang tercatat dikelompokkan
ke dalam penumpang kapal pesiar dan penumpang kapal
Pelni. Data trafik penumpang ini ditunjukkan tabel berikut.

Tabel 4.46 Trafik Penumpang di Pelabuhan Benoa


2008-2012.
Wisata Asing Penumpang Umum
No Tahun
Turun Naik Total Turun Naik Total
1 2008 805 709 1.514 34.148 29.823 63.971
2 2009 599 736 1.335 27.009 24.714 51.723
3 2010 1.237 1.372 2.609 28.790 21.434 50.224
4 2011 3.644 753 4.397 27.989 22.605 50.594
5 2012 4.366 1.797 6.163 29.500 22.836 52.336
Jumlah 10.651 5.367 16.018 147.436 121.412 268.848

c. Data Trafik Barang.


Data trafik barang yang diperoleh adalah data periode 2008-
2012. Jenis muatan yang diambil datanya adalah barang
curah pasir, curah cair BBM, aspal curah cair, minyak
goreng dan peti kemas. Data trafik barang ini ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 4.47 Trafik Barang di Pelabuhan Benoa 2008-2012
4-106

Muatan 2008 2009 2010 2011 2012 Total


Bongkar 673.911 732.154 752.298 903.062 836.800 3.898.225
BBM Muat 44.675 25.890 10.860 13.544 11.588 106.557
Total 718.586 758.044 763.158 916.606 848.388 4.004.782
Bongkar 33.486 30.238 22.405 12.878 20.350 119.357
Minyak Goreng Muat - - - - - -
Total 33.486 30.238 22.405 12.878 20.350 119.357
Bongkar 10.778 10.363 5.600 12.540 15.368 54.649
Aspal Curah Muat - - - - - -
Total 10.778 10.363 5.600 12.540 15.368 54.649
Bongkar 39.246 32.202 24.903 52.089 52.290 200.730
Pasir Muat - - - - - -
Total 39.246 32.202 24.903 52.089 52.290 200.730
Bongkar 91.149 98.626 170.125 96.488 80.831 537.219
Petikemas 20 FT Muat 1.799 1.998 5.068 2.485 2.494 13.844
Total 92.948 100.624 175.193 98.973 83.325 551.063
Bongkar 21.423 20.232 24.772 19.694 27.004 113.126
Petikemas 40 FT Muat 64.559 57.463 71.161 61.808 50.399 305.390
Total 85.982 77.695 95.933 81.502 77.403 418.516
Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.
4-107

4. Hasil Survey

a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan


Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional.
Pelabuhan Benoa memiliki terminal penumpang dengan
kapasitas 800 penumpang dan lahan parkir untuk 500
kendaraan. Kapal Pesiar dilayani di Dermaga Timur.
Fasilitas yang tersedia pada gedung terminal penumpang
Pelabuhan Benoa adalah:

- Ruang tunggu penumpang


- Peralatan keamanan berupa X-Ray dan Metal Detector
- Kamar kecil
- Anjungan pengantar
- Money Changer
- Musholla
- Lapangan Parkir

Dokumentasi ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.60 Dokumentasi Dermaga Timur Pelabuhan


Benoa.

b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis.


Pelabuhan Benoa tidak melayani kapal dan barang perintis.
4-108

c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Kering.
Tidak ada pelayanan muatan curah kering di Pelabuhan
Benoa, sesuai Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009
Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan
Benoa hanya pada pelayanan kapalpenumpang, pariwisata,
angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen,
seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan.

Namun demikian, terdapat kegiatan bongkar muat curah


kering dalam bentuk material pasir, yang digunakan untuk
kebutuhan reklamasi pada sisi timur laut pelabuhan.

Gambar 4.61 Dokumentasi Lahan Reklamasi untuk


sandar Kapal Curah Pasir Pelabuhan Benoa.

d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah


Cair.
Muatan curah cair yang terdapat di Pelabuhan Benoa adalah
BBM, aspal cair dan minyak goreng. Muatan curah cair
lainnya tidak ada karena terikat Perda Provinsi Bali No. 16
Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi
Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapalpenumpang,
pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang
kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor
ikan.Muatan curah cair minyak goreng dilayani di Dermaga
Umum, sedangkan BBM dan aspal cair dilayani di Dermaga
Khusus Pertamina.

Dokumentasi Dermaga Umum Pelabuhan Benoa


ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-109

Gambar 4.62 Dokumentasi Dermaga Umum (Selatan)


Pelabuhan Benoa.

e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti


kemas.
Pelayanan kapal dan barang peti kemas dilayani di Dermaga
Timur.

f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro.


Pelabuhan Benoa tidak melayani kegiatan kapal Roro,
karena terikat oleh Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009
Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan
Benoa hanya pada pelayanan kapal penumpang, pariwisata,
angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen,
seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan.

g. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang


Berfungsi sebagai Pelabuhan.
Tidak terdapat dryport di kawasan Pelabuhan Benoa dan
sekitarnya termasuk seluruh Provinsi Bali.

h. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang


Berbahaya.
Terdapat 2 (dua) TUKS di Pelabuhan Benoa, yakni TUKS
Pertamina dan TUKS Perikanan Samudera Besar. TUKS
yang menangani barang berbahaya adalah TUKS Pertamina,
yang melayani muatan curah cair BBM dan aspal cair.
Informasi lokasi TUKS diperoleh dalam bentuk tabel yang
mencantumkan nama, alamat, bidang usaha, landasan
hukum perizinan, koordinat dan kondisi dermaga. Informasi
lokasi TUKS di Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 4.48 TUKS Barang Berbahaya di Pelabuhan Benoa
4-110

BIDANG TIPE PxL


NO. OPERATOR PERIZINAN POSISI KONDISI
USAHA DERMAGA (m2)

1 PT. BHUWANA KOSA DERMAGA Kep. Menhub 08o - 44' - 29,5" LS BETON/ 20 X 1.5 BAIK
Jl. Raya Pelabuhan Benoa SPBU No. KP. 3 Tahun 2002 o
115 - 12' - 24" BT MARGINAL
Telp. (0361) 726465 2 Januari 2002

2 PT. PERTAMINA DERMAGA SK Menhub 08o - 44' - 48" LS 25 X 45 BAIK


Jl. Sugianyar No. 10 Denpasar MINYAK No. SK 88/0/1972 115o - 12' - 30" BT
Telp. (0361) 228992 2 Maret 1972

SK Dirjen Hubla 08o - 44' - 48" LS BETON/ 25 X 40 BAIK


o
No. BXXIV- 1455/PP-72 115 - 12' - 24" BT JETTY
1 September 1993

Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.


4-111

Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan Benoa


ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.49 Data Dermaga Khusus Pertamina di


Pelabuhan Benoa.
Uraian Keterangan
Sisi Timur Barat
Panjang 58 M' 40 M'
Lebar 8 M'
Konstruksi Beton Bertulang
Tebal lantai 28 Cm
Jumlah Fender 7 Buah 6 Buah
Daya dukung 2 Ton/ M2
Peil lantai 4.2 M' LWS
Kedalaman di depan dermaga -5.4 M' LWS -5.8 M' LWS

Dokumentasi jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa


ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.63 Dokumentasi Jetty Pertamina di Pelabuhan


Benoa.

i. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area).


Lokasi pembuangan hasil keruk di Pelabuhan Benoa adalah
di sebelah utara Dermaga Umum, yang digunakan untuk
keperluan reklamasi. Berdasarkan penjelasan dari Manajer
Teknik PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa,
pada tahun-tahun sebelumnya sebagian material keruk dijual
untuk pemanfaatan di daratan melalui mekanisme lelang.

Data pengerukan diperoleh dalam bentuk peta lokasi


pembuangan hasil keruk yang tercantum dalam surat-
menyurat antara KSOP Pelabuhan Benoa dan Pelindo III
Benoa terkait lokasi pembuangan hasil keruk tahun 2013.
4-112

Berdasarkan dokumen ini, material keruk berjumlah 250.000


m3. Material keruk ini tidak dibuang, namun dimanfaatkan
untuk reklamasi lahan di kawasan Pelabuhan Benoa.

Berdasarkan penjelasan dari Kabid Lala KSOP Pelabuhan


Benoa, lokasi yang tercantum dalam surat tersebut belum
difinalkan dan sedang dikaji ulang karena ditemukan adanya
kesalahan pengukuran sehingga koordinat yang tercantum
pada peta lokasi harus diperbaiki.

Dokumentasi dumping area (reklamasi) Pelabuhan Benoa


ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.64 Dokumentasi Dumping area (Reklamasi)


Pelabuhan Benoa.

j. Fasilitas Car Terminal.


Pelabuhan Benoa tidak menyediakan fasilitas Car Terminal.

k. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan
disediakan dalam bentuk bak penampungan yang terbuat dari
beton bertulang dan pelat baja. Bak beton bertulang
disediakan di sisi barat Dermaga Selatan (General cargo).
Bak pelat baja disediakan di Dermaga Perikanan pada setiap
jarak 20 meter di sepanjang dermaga.

Pengangkutan limbah di Pelabuhan Benoa dilakukan oleh


mitra Pelindo III Benoa dengan menggunakan kendaraan dan
pompa penyedot limbah cair.

Dokumentasi fasilitas penampungan limbah Pelabuhan


Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-113

Gambar 4.65 Fasilitas Penampungan Limbah Pelabuhan


Benoa.

l. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan


Pelabuhan.
Fasilitas penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan
disediakan dalam bentuk tong sampah beton bertulang, kotak
sampah PVC dan tong sampah aluminium. Tempat sampah
beton tersedia hampir di setiap ruas jalan di Pelabuhan,
sedangkan kotak sampah PVC disediakan di tepi Dermaga
dan di lapangan penumpukan. Tong sampah aluminium
hanya tersedia di dalam terminal penumpang.

Pengangkutan sampah di Pelabuhan Benoa dilaksanakan


setiap hari dengan menggunakan Truk. Sampah yang
terkumpul selanjutnya dibuang di TPA. Untuk kegiatan
pengangkutan sampah ini Pelabuhan Benoa bekerja sama
dengan Pemerintah Kota Denpasar.

Dokumentasi fasilitas penampungan sampah Pelabuhan


Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.66 Dokumentasi Fasilitas Penampungan


Sampah Pelabuhan Benoa
4-114

F. Terminal Peti kemas Bandung


Pelayanan angkutan peti kemas melalui Terminal Peti kemas
Bandung merupakan pelayanan multi moda transportasi yang terdiri
dari sarana Head truck, Kereta Api dan Kapal. Pengendalian,
pengaturan dan pengawasan dilakukan oleh Administrator TPK,
sedangkan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah sebagai
operator angkutan tersebut. Citra satelit TPKB ditunjukkan pada
Gambar 4.67.

Gambar 4.67 Citra satelit Terminal Peti kemas Bandung

TPKB mengadakan perjanjian kerjasama dengan pelabuhan induk


(PT. MTI dan PT. JICT) agar system pelayanan multi moda
transportasi dapat berjalan terkendali secara baik dan konsisten.

Data yang diperoleh dari TPKB ditunjukkan pada Tabel 4.50.


4-115

Tabel 4.50 Data fasilitas Terminal Peti kemas Bandung


FASILITAS, SARANA & PRASARANA KETERANGAN
Fasilitas Terminal
Luas Terminal (Exist) 3.0 Ha
Area Penumpukan(CY) 6.000 M2
Kapasitas penumpukan 1.000 Teus
Gudang CFS Ekspor 432 M2
Gudang CFS Import 432 M2
Hanggar Mekanik 324 M2
Gedung Perkantoran 400 M2
Pos Penjagaan 3 Buah
Gate Check Point 1 Buah
Area Lalu Lintas Trailer / Alat Berat 240 M2
Panjang Landasan Gantry Crane 240 M'
Panjang Spoor Muat/Bongkar 280 M2
Peralatan Bongkar Muat
Gentry Crane (MHE) 1 Buah @42 Ton
Top Loader 1 Buah @40 Ton
Forklift (Komatsu) 1 Buah @10 Ton
Forklift (Mitsubishi, Hidrolik) 2 Buah @2.5 Ton
Forklift (Komatsu) 1 Buah @3.5 Ton
Chassis 2 Buah @2 x 20 Feet
Hand Pallet 5 Buah @1Ton

Dokumentasi lapangan ditunjukkan pada Gambar 4.68.


4-116

Gambar 4.68 Dokumentasi Terminal Peti kemas Bandung.


5 ANALISIS
BAB V ANALISIS
BAB V

ANALISIS
A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal
Pesiar dan Penumpang Internasional

1. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey, diperoleh data fasilitas kapal pesiar
dan penumpang yang terangkum dalam Dimensi dermaga yang
tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan
tidak spesifik pada satu dermaga.

Tabel 5.1 Rangkuman Data Fasilitas Pelayanan Kapal dan


Penumpang.
Fasilitas T. Priok T. Perak Makassar
Lokasi Dermaga Dermaga MP Jamrud Dermaga
Utara Umum
Panjang (m) - 500 -
Kedalaman - 10 -
(mLWS)
Lebar apron (m) - 15 -
Dedicated Tidak Ya -
Gedung
Terminal
Luas (m2) 7.266 5.000 4.000
Kapasitas (orang) 5.000 2.500 1.600
Embarkasi Ada Ada Ada
Debarkasi ada Ada Ada
Anjungan - Ada Ada
pengantar
Bank Ada Ada -
Toilet Ada Ada -
R. menyusui Ada Ada -
R. kesehatan - Ada -
R. penyandang Ada Ada -
cacat
X-Ray Ada Ada -
Metal Detector Ada Ada -
5-2

Tabel 5.1 (lanjutan)

Fasilitas T. Bayur Benoa


Lokasi Dermaga Dernaga Dermaga
MP Timur
Panjang (m) 1540 290
Kedalaman 20 20
(mLWS)
Lebar apron (m) -7 -9
Dedicated Tidak Tidak
Gedung
Terminal
Luas (m2) 1.700 1.300
Kapasitas (orang) 2.000 600
Embarkasi Ada Ada
Debarkasi Ada Ada
Anjungan - Ada
pengantar
Bank - -
Toilet - Ada
R. menyusui - -
R. kesehatan - -
R. penyandang - -
cacat
X-Ray - Ada
Metal Detector - Ada

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of
practice for general criteria.
 Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan.
 SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung.
 SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja
untuk bangunan gedung.
5-3

 SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton


untuk bangunan gedung.
 SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
 SNI 15-2049-2004, Semen portland.
 SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
 Technical Standards and Commentaries For Port and
Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999, The Overseas
Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).
 Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity
and Quality of Service Manual, 2nd Edition, Washington
D.C., 2003.
 The International Air Transport Association (IATA),
Airport Development Manual, 8th ed., 1995.
 US Department of Homeland Security, Cruise Terminal
Design Standards, U.S. Customs And Border Protection
Design Standards For Cruise Ship Passenger Processing
Facilities, October 2006.
 International Maritime Organisation, International Ship and
Port Facility Security (ISPS) Code and Solas Amandments
2002, 2003 Ed.
 Canadian Transportation Agency, Code of Practice
Passenger Terminal Accessibility, Minister of Public Works
and Government Services Canada, Canada, 2007.
 The Disabled Persons Transport Advisory Committee
(DPTAC), The Design of Large Passenger Ships and
Passenger Infrastructure: Guidance on Meeting the Needs
of Disabled People, United Kingdom, 2000.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
356/Menkes/PER/IV/2008, Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan, 2002.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1405/Menkes/SK/XI/2002, Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, 2002.

3. Penyusunan Konsep Standar


Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara terminal
kapal pesiar tipe cruise dan yacht, maka konsep standar fasilitas
kapal pesiar dibuat menjadi dua modul, yakni (1) konsep standar
5-4

fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar dan


penumpang internasional; dan (2) konsep standar fasilitas dan
peralatan untuk pelayanan kapal pesiar tipe yacht.

Pada prinsipnya struktur konsep standar fasilitas dan peralatan di


pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang
internasional disusun mengacu pada RSNI Terminal Penumpang
Internasional Kelas A dalam Studi Standarisasi di Bidang
Prasarana Transportasi Laut 2010.

Perbedaannya adalah dalam konsep standar yang disusun, ruang


lingkup diubah menjadi pelayanan kapal pesiar dan penumpang
internasional.

Analisis Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional


Kelas A merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada
beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait
dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait
juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam
negeri maupun luar negeri.

Standar luas terminal penumpang kapal pesiar berdasarkan studi


dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut.
Tabel 5.2 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Kapal Pesiar.

No. Nama Area Formulasi Pendekatan Keterangan


1. Areal Gedung Terminal A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6 A = Total luas gedung terminal (m2)
Ruang Umum (Public Hall ) A1 = n x f1 n = jumlah penumpang
Ruang Pelaporan (Check-in) A2 = n x f2 Luas area per orang (m2/orang):
Ruang tunggu keberangkatan A3 = n x f3 f1 = 3,0 (R. Umum)
Ruang tunggu kedatangan A4 = n x f4 f2 = 0,5 (R. Pelaporan)
Area Konsesi/ Kios A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 f3 = 1,5 (R. Tunggu Keberangkatan)
Ruang Utilitas A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% x A4 f4 = 1,0 (R. Tunggu Kedatangan)
2. Areal Parkir Kendaraan A = E*f*h A = luas lahan parkir.
Antar / Jemput & Intermoda E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan.
f = 0,5 (jumlah kendaraan per penumpang)
h = 25,0 m2 (kebutuhan lahan parkir per kendaraan)
3. Areal Generator Kebutuhan areal untuk generator didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasiiltas listrik
seluas 150 m2.

Sumber: Hasil analisis.


5-5
5-6

Berdasarkan persamaan di atas, didapatkan kebutuhan luas


terminal penumpang yang ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 kebutuhan luas terminal penumpang


Jumlah gedung Lahan
Ukuran
penumpang terminal parkir
terminal
(orang) (m2) (m2)
Kecil 600-2.000 16.000 25.000
Sedang 2.000-4.000 32.000 50.000
besar 4.000-6.000 48.000 75.000

B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis

1. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga perintis dalam
Tabel 5.6. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi
minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu
dermaga.

Tabel 5.4 rangkuman data dermaga perintis.


Panjang Lebar Draft
Lokasi Khusus
(m) (m) (mLWS)
Tanjung Priok - - - -
Tanjung Perak 140 7 -7 Tidak
Makassar 180 11 -12 Tidak
Teluk Bayur 150 13 -7.1 Tidak
Benoa - - - -

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of
practice for general criteria.
 Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan.
 SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur
kayu untuk bangunan gedung.
 SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung.
5-7

 SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja


untuk bangunan gedung.
 SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung.
 SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
 SNI 15-2049-2004, Semen portland.
 SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
 Technical Standards and Commentaries For Port and
Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas
Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).
 International Marine Organization. 2003. International
Ships & Port Facility Security Code and SOLAS
Amendments 2002.

3. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun
dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga
pelayaran kapal perintis dengan konstruksi deck on pile.

Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa terdapat 4 (empat)


ukuran kapal perintis yang beroperasi:

Tabel 5.5 dimensi tipikal kapal perintis


No Bobot kapal Panjang Lebar Draf
maks.
1 350 DWT (445 GT) 47 m 8,6 m 2,65 m
2 500 DWT (745 GT) 51,8 m 10,4 m 2,85 m
3 750 DWT (980 GT) 58,5 m 12 m 2,75 m
4 1000 DWT (1200 62,8 m 12 m 2,7 m
GT)
Sumber : Rakornas perintis, 22 s.d 24 Mei 2012 Mercure – ancol Jakarta

Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk


pelayanan kapal perintis disusun mengacu pada Konsep Standar
Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di
Bidang Prasarana Pelayaran, 2012.
5-8

C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah

1. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga curah kering
yang terangkum dalam Tabel 5.6. Dimensi dermaga yang
tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan
tidak spesifik pada satu dermaga.

Tabel 5.6 Rangkuman data Dermaga Curah Kering


Panjang Lebar Draft
Lokasi Khusus
(m) (m) (mLWS)
Tanjung Priok
001 GD s/d 003 310 15 -6 Ya
Selatan
109 GD & 110 321 15 -7 Ya
GD
111 178 16 -8 Ya
113 GD 640 25 -8 Ya
201 GD s/d 202 320.40 14 -9,2 Ya
GD
203 GD 185.50 18.50 -9,3 Ya
212 – 213 322.8 11 -9 Ya
Tanjung Perak
Jamrud Utara 1.200 15 -10 Tidak
Jamrud Barat 210 15 -7 Ya
Nilam Timur 930 15 -8 Tidak
Konvensional
BJTI – Berlian 240 - -9.6 Tidak
Timur
5-9

Tabel 5.6 (lanjutan)

Panjang Lebar Draft


Lokasi Khusus
(m) (m) (mLWS)
Makassar
Dermaga 101 330 11 -9 Ya
Teluk Bayur
Dermaga Khusus 98 20 -10 Ya
Semen
Dermaga Semen 150 20 -11 Ya
Timur
Dermaga Semen 150 20 -11 Ya
Barat
Dermaga Khusus 217 23 -10 Ya
Batubara
Benoa - - - -

Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga curah cair


pada Tabel 5.7. Dimensi dermaga yang tercantum adalah
dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada
satu dermaga.

Tabel 5.7 Rangkuman data Dermaga Curah Cair


Panjang Lebar Draft
Lokasi Khusus
(m) (m) (mLWS)
T. Priok – GD 356 16 6 Ya
003-004
T. Perak – Nilam 930 15 -8 Tidak
Timur Konv
Makassar – 230 11 -9 Ya
Dermaga 102
T.Bayur – Jetty 30 20 -10 Ya
CPO
Benoa – Dermaga 206 15 -7 Tidak
Umum

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of
practice for general criteria.
5-10

 BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of


practice for general criteria.
 Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan.
 SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur
kayu untuk bangunan gedung.
 SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung.
 SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja
untuk bangunan gedung.
 SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung.
 SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
 SNI 15-2049-2004, Semen portland.
 SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
 Technical Standards and Commentaries For Port and
Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas
Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).

3. Penyusunan Konsep Standar


Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara dermaga
curah kering dan dermaga curah cair, maka konsep standar
dermaga untuk pelayanan kapal curah dibuat menjadi dua modul,
yakni konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah cair
dan konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah kering.

Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah cair


disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur
dermaga curah cair dengan konstruksi jetty.
Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah kering
disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur
dermaga curah kering dengan konstruksi deck on pile.

Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk


pelayanan kapal curah disusun mengacu pada Konsep Standar
Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di
Bidang Prasarana Pelayaran, 2012.
5-11

D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas

1. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga peti kemas
terangkum dalam Tabel 5.8. Dimensi dermaga yang tercantum
adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak
spesifik pada satu dermaga.

Tabel 5.8 Rangkuman data Dermaga Peti kemas


Panjang Lebar Draft
Lokasi Khusus
(m) (m) (mLWS)
Tanjung Priok
Terminal I 1.479,7 - - -
Terminal II 3.140,5 - - -
Terminal III 2.178 - - -
TPK Koja 650 40 14 Ya
JICT – Terminal 1.640 - 11 Ya
1
JICT – Terminal 500 - 8.6 Ya
2
Tanjung Perak
T. Perak - Nilam 320 15 -9 Ya
Timur MP
BJTI - Berlian 140 - -6.5 Ya
Utara
BJTI - Berlian 540 - -9.6 Ya
Timur
BJTI - Berlian 700 - -8 Ya
Barat
TPS - Dermaga 1.000 50 -10.5 Ya
Internasional
TPS - Dermaga 400 50 -7.5 Ya
Domestik
5-12

Tabel 5.8 (lanjutan)

Panjang Lebar Draft


Lokasi Khusus
(m) (m) (mLWS)
Makassar
Pangkalan Hatta 850 9 -11 Ya
Teluk Bayur
Dermaga 01 150 13 -10 Tidak
Dermaga 02 148 20.4 -10 Tidak
Dermaga 03 142 20.4 -10 Tidak
Dermaga 04 126 20.4 -10 Tidak
Dermaga 05 107.5 26 -10 Tidak
Dermaga 06 114.5 26 -10 Tidak
Dermaga Beton 175 20 -10 Tidak
Umum
Benoa
Dermaga Timur 290 20 -9 Tidak

1. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of
practice for general criteria.
 Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan.
 SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur
kayu untuk bangunan gedung.
 SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung.
 SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja
untuk bangunan gedung.
 SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung.
 SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
 SNI 15-2049-2004, Semen portland.
 SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
5-13

 Technical Standards and Commentaries For Port and


Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas
Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).

2. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun
dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga
pelayaran kapal peti kemas dengan konstruksi deck on pile.

Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa terdapat 6 (enam)


ukuran kapal peti kemas berdasarkan evolusinya:

Tabel 5.9 Dimensi tipikal Kapal Peti kemas


Container
Container Draught Length
Capacity
Ships (m) (m)
(TEUs)
Generasi 500-800 9 135-200
Pertama
Generasi Kedua 1000-2500 10 215
Generasi Ketiga 3000-4000 11-12 250-290
Generasi 4000-5000 11-13 275-305
Keempat
Generasi 5000-8000 13-14 335
Kelima
Generasi 11000-14500 15,5 397
Keenam
Sumber: : The Geography of Transport System. Copyright © 2009-2011
container-transportation.com. All rights reserved.

Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk


pelayanan kapal peti kemas disusun mengacu pada Konsep
Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar
di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012.

E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro

1. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga multipurpose
yang terangkum dalam Tabel 5.10. Dimensi dermaga yang
tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan
tidak spesifik pada satu dermaga.
5-14

Tabel 5.10 Rangkuman data Dermaga Multipurpose


Panjang Lebar Draft
Lokasi
(m) (m) (mLWS)
Tanjung Priok

Tanjung Perak
T. Perak – Jamrud Selatan 780 18 -8.5
Kade Perak 140 7 -7.2
Makassar
Pangkalan Soekarno 290 11 -9
Dermaga 103
Pangkalan Hasanuddin 210 15 -12
Teluk Bayur
Dermaga 01 150 13 -10
Dermaga 02 148 20.4 -10
Dermaga 03 142 20.4 -10
Dermaga 04 126 20.4 -10
Dermaga 05 107.5 26 -10
Dermaga 06 114.5 26 -10
Dermaga Beton Umum 175 20 -10
Benoa
Dermaga Selatan 206 15 -7

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 BS 6349-1, Maritime structures – Part 1: Code of practice
for general criteria
 BS 6349-2, Maritime structures – Part 2: Design of quay
walls, jetties and dolphins
 BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice
for design of fendering and mooring systems
 Technical standards and commentaries for port and harbour
facilities in Japan, OCDI, 2002.

3. Penyusunan Konsep Standar


Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara dermaga
lolo dan roro, maka konsep standar dermaga multipurpose untuk
pelayanan kapal lolo dan roro dibuat menjadi dua modul, yakni
5-15

(1) konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal lolo; dan (2)
konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal roro.

Konsep standar dermaga Ro/Ro mencakup dermaga yang


melayani segala jenis kapal yang memiliki ramp sebagai moda
bongkar muat, termasuk diantaranya kapal ferry penumpang dan
car carrier.

Konsep standar dermaga lolo mencakup dermaga yang melayani


segala jenis kapal yang menggunakan metode bongkat muat
dengan mengangkat cargo dengan crane atau alat bongkar muat
lainnya.

F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi


Sebagai Pelabuhan

1. Hasil Survey
Dry port terdekat di sekitar lokasi survey adalah Cikarang Dry
Port yang relatif dekat dengan Tanjung Priok. Namun demikian
tidak berhasil diperoleh data di lokasi ini. Selain kunjungan ke
Cikarang Dry Port, juga dilakukan survey ke Dry Port Terminal
Peti kemas Bandung.

Tabel 5.11 Rangkuman Data Dry Port


Fasilitas TPKB Cikarang Dry Port
Area  
Penumpukan(CY)
Gudang CFS Ekspor  
Gudang CFS Import  
Hanggar Mekanik  
Gedung Perkantoran  
Pos Penjagaan  
Gate Check Point  
Jalan Akses  
Lapangan parkir truk  
Jalan raya  
Rel kereta api  

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
5-16

 Böse, Jürgen W. (editor). Handbook of Terminal Planning.


Springer, 2011.
 Course, A.G. (Captain), R.B. Oram (Colonel). Glossary of
Cargo-Handling Terms. 2nd edition. Nautical Press. Brown,
Son & Ferguson, Ltd., Glasgow 1974.
 Güler, Nil. Containerization and Terminal Area
Requirements. Pomorski zbornik 39 (2001)1, 153-171.
 Kim, Kap H., Hans-Otto Günther (editors). Container
Terminals and Cargo Systems. Springer, 2007.
 The Technical Standards and Commentaries for Port and
Harbor Facilities in Japan. The Overseas Coastal Area
Development Institute of Japan, 2002.
 Thoresen, Carl A. Port Designer's Handbook:
Recommendations and Guidelines. Thomas Telford
Publishing, London 2003.
 Triatmojo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset,
Yogyakarta 2009.
 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca
Exact Bandung, 1985.
 Tsinker, Gregory P. (editor). Port Engineering: Planning,
Construction, Maintenance, and Security. John Wiley &
Sons, Inc., 2004.
 UNCTAD. Port development: A handbook for planners in
developing countries. 2nd edition. United Nations, New York
1985.
 UNCTAD. UNCTAD Monographs On Port Management –
No. 9 Multi-purpose port terminals Recommendations for
planning and management. United Nations, New York 1991.
 Velsink, H. Port And Terminals. Planning And Functional
Design. Delft, October 1993.
 LEONG, Thin Yin, LAU Hoong Chuin. Generating Job
Schedules for Vessel Operations in a Container Terminal,
Singapore Management University, Singapore 2007.

3. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar fasilitas wilayah tertentu di daratan yang
berfungsi sebagai pelabuhan (dry port) disusun dengan ruang
5-17

lingkup seputar jenis aktivitas, prosedur, fasilitas, dan


peralatannya.

Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk


pelayanan kapal curah disusun mengacu pada Standar Fasilitas
Transhipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama dalam Studi
Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011, namun
disesuaikan dengan lingkup dry port.

G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang


Berbahaya

1. Hasil Survey
Hampir di setiap lokasi survey terdapat TUKS barang berbahaya,
yang didominasi TUKS Pertamina yang memuat BBM. Di
Tanjung Perak terdapat TUKS Aneka Kimia Raya yang memuat
curah cair kimiawi, sedangkan di Benoa TUKS Pertamina juga
memuat aspal cair. Daftar TUKS di lokasi survey ditunjukkan
pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Daftar TUKS di Lokasi Survey.


Jenis
Daftar TUKS
Muatan
Tanjung Priok
- -
Tanjung Perak
TUKS Pertamina BBM
TUKS Aneka Kimia Raya Curah cair
Makassar
TUKS Pertamina BBM
Teluk Bayur
TUKS Pertamina BBM
Benoa
TUKS Pertamina BBM, Aspal

1. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal 5
September 1995, Tata Cara dan Persyaratan Teknis
5-18

Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya


dan Beracun.
 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 17 Tahun 2000,
Pedoman Penanganan Barang Berbahaya dalam kegiatan
Pelayaran di Indonesia.
 The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan,
Technical Standard and Commentaries for Port and
Harbour Facilities in Japan, Tokyo, 2002.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2009, Kepelabuhanan.
 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-
DAG/PER/9/2009, Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan
Bahan Berbahaya.
 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-
DAG/PER/9/2011, Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 tentang
Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya.
 International Maritime Organization, International
Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code, 2012.

2. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar terminal untuk kepentingan sendiri untuk barang
berbahaya disusun dengan ruang lingkup persyaratan fasilitas
pada TUKS B2. B2 yang dimaksud adalah semua jenis zat, bahan
dan barang yang terdaftar dalam IMDG Code. Konsep standar
ini tidak mengatur penanganan B2 (pengemasan, pelabelan dan
pengangkutan) yang telah tercakup di dalam IMDG Code.

Pada prinsipnya struktur konsep standar TUKS untuk barang


berbahaya disusun mengacu pada Standar Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara dan Standar Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO dalam Studi
Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011.

H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area)

1. Hasil Survey
Data pembuangan hasil keruk di lokasi survey terangkum pada
Tabel 5.13.
5-19

Tabel 5.13 Data Pembuangan Hasil Keruk di Lokasi


Survey.
Volume Periode Lokasi Keterangan
Lokasi
(m3) dumping area
T.Priok - - - Data tidak
diperoleh
T.Perak - 2 tahun Sesuai PM Dibuang ke
52/2011 laut
Makassar - 5 tahun 05°10’50,00” Dibuang ke
yang LS laut
lalu 119°20’20,00”
BT
Teluk 287.000 2 tahun 01°01’25,00’’ Dibuang ke
Bayur LS laut
100°20’25,00’’
BT
Benoa 250.000 Tahunan 08°84’07,79’’ Reklamasi
LS
115°12’42,66’’
BT

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 Tahun
2002,Tatanan Kepelabuhan Nasional.
 Keputusan Menteri Perhubungan No. PP.72/2/20-99,
Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut
 Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi,
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen
Perhubungan, 2006.
 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010, Kenavigasian.
 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhan.
 Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 52 Tahun 2011,
Pengerukan dan Reklamasi.
 Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6471-2000, Tatacara
Pengerukan Muara Sungai dan Pantai.
 Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008
Tentang Pelayaran.
5-20

3. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar fasilitas pembuangan hasil keruk disusun dengan
ruang lingkup desain dan pengembangan fasilitas pembuangan
material hasil keruk, yang disusun sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku sehingga fasilitas pembuangan material
hasil pengerukan (dumping area) bisa dikatakan memadai
dan/atau layak dioperasikan.

I. Car Terminal

1. Hasil Survey
Pelabuhan yang telah memiliki fasilitas khusus Car Terminal
adalah Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Makassar.

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
 Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 Tahun
2002,Tatanan Kepelabuhan Nasional.
 Keputusan Menteri Perhubungan No. PP.72/2/20-99,
Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut
 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhan.
 Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 51 Tahun 2011,
Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri.
 Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008
Tentang Pelayaran.

3. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar Car Terminal disusun dengan ruang lingkup
terkait dasar dalam mendesain dan pengembangan Car Terminal
dengan kelengkapan dasar yang memadai hingga layak
dioperasikan dalam suatu sistem penataan ruang kepelabuhanan.

J. Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan


Pelabuhan

1. Hasil Survey
Selain di Pelabuhan Benoa, di seluruh lokasi survey telah
terdapat Reception facility untuk menampung limbah minyak
5-21

baik dari kapal maupun dari kegiatan pelabuhan. Pelabuhan


Benoa hanya menyediakan bak tampung sementara yang
pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga. Pengelolaan
sampah di pelabuhan yang disurvey dilaksanakan bekerja sama
dengan dinas kebersihan kota.

Tabel 5.14 Fasilitas penampungan limbah di lokasi survey


Data
Data Data
Lokasi Fasilitas Volume
RF Sispro/SOP
Limbah
Reception
T. Priok   
facility
Reception
T. Perak   
facility
Reception
Makassar   
facility
Teluk Reception
  
Bayur facility
Bak
Benoa tampung   
sementara

Tabel 5.15 Fasilitas penampungan sampah di lokasi survey


Lokasi Data Data Data
Volume Kapasitas Sispro/SOP
Sampah Wadah
T. Priok   
T. Perak   
Makassar   
Teluk   
Bayur
Benoa   

2. Daftar Acuan Literatur


Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah
sebagai berikut:
5-22

 SNI 03.3242-1994, Tata cara pengelolaan sampah di


permukiman.
 SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan
sampah perkotaan.
 SNI 3242:2008, Pengelolaan sampah di permukiman.
 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 46 Tahun 1986,
Pengesahan International Convention For The Prevention
Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2009, Kepelabuhanan.
 Keputusan Menteri Perhubungan nomor 215 Tahun 1987,
Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari kapal.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun
2009, Pengelolaan Limbah di Pelabuhan.
 Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-
01/BAPEDAL/09/1995, Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
 Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-
03/BAPEDAL/09/1995, Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah B3.
 International Maritime Organization, 2nd Edition 1999.
Comprehensive Manual On Port Reception facilities
 MARPOL 73/78. International Convention for the
Prevention of Marine Pollution from Ships.

3. Penyusunan Konsep Standar


Konsep standar fasilitas penampungan limbah dan sampah dari
kegiatan pelabuhan disusun dengan ruang lingkup jenis, jumlah
dan penempatan fasilitas penampungan limbah dan sampah dari
kegiatan pelabuhan. Fasilitas penampungan yang dimaksud
adalah tempat penampungan sementara sebelum limbah dan
sampah diangkut untuk ditangani lebih lanjut.
6 KESIMPULAN
BAB VI KESIMPULAN
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan informasi yang terkumpul dari


kegiatan survey lapangan, dan dari hasil tinjauan literatur, dapat
disimpulkan bahwa perlu disusun standar yang mengatur penyediaan
prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa belum ada keseragaman dalam penyediaan fasilitas
yang disurvey. Untuk itu konsultan telah menyusun 10 tema standar
yang terdiri atas:
1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan
Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional:
a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk
Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang
Internasional.
b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk
Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht.

2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis;

3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah:


a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang
Curah Cair;
b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang
Curah Kering;

4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti


kemas;

5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo


dan Roro:
a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo;
b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro;

6. Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang


Berfungsi Sebagai Pelabuhan;

7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk


Barang Berbahaya;
6-2

8. Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area);

9. Standar Car Terminal;

10. Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari


Kegiatan Pelabuhan.

Secara umum, konsep standar yang disusun mengadopsi RSNI dan


konsep standar yang telah disusun dalam beberapa studi terdahulu
oleh Balitbang Kementerian Perhubungan.

Standar fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar dan


penumpang internasional disusun berdasarkan ukuran kapal pesiar
dan jumlah penumpang yang diangkut. Konsep standar fasilitas dan
peralatan pelayanan kapal pesiar perlu dipisahkan menjadi 2 (dua)
bagian, yakni untuk kapal pesiar tipe cruise dan tipe yacht. Konsep
standar dermaga disusun berdasarkan ukuran kapal rencana dan
mengacu pada Standar Dermaga yang telah diterbitkan oleh
Kementerian Perhubungan pada tahun 2010. Konsep standar
dermaga curah perlu dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni
dermaga curah cair dan curah kering. Konsep standar dermaga lolo
dan roro dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni dermaga lolo dan
dermaga roro. Konsep standar fasilitas wilayah tertentu di daratan
yang berfungsi sebagai pelabuhan disusun berdasarkan rencana arus
peti kemas yang dilayani. Konsep standar terminal untuk
kepentingan sendiri untuk barang berbahaya hanya mengatur fasilitas
pelabuhan. Ketentuan pengemasan, pelabelan dan pengangkutan
yang telah diatur secara terperinci di dalam IMDG Code telah
diadopsi melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun
2000. Konsep standar fasilitas pembuangan material keruk disusun
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku dengan tujuan agar
fasilitas pembuangan material hasil pengerukan (dumping area) bisa
dikatakan memadai dan/atau layak dioperasikan. Konsep standar
fasilitas Car Terminal disusun dengan lingkup sistem operasi dan
kebutuhan fasilitas Car Terminal secara umum. Konsep standar
fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan
hanya mengatur seluruh jenis limbah dan sampah dari kegiatan
penunjang pelabuhan, dan tidak mengatur limbah dari kapal yang
telah disusun dalam studi terdahulu.

B. Saran
Prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan merupakan bagian
penting dari Transportasi Laut. Keberadaan standar yang mengatur
6-3

setiap komponen prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan sangat


penting untuk terlaksananya roda transportasi laut yang terencana,
terukur dan berimbang (proporsional). Studi ini hanya mencakup
sebagian kecil dari sistem pelayaran dan kepelabuhanan yang sangat
luas cakupannya. Oleh karena itu, konsultan mengusulkan agar di
masa yang akan datang studi penyusunan konsep standar juga dibuat
untuk bidang lain yang belum tercakup dalam studi ini.
7 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Agerschou, Hans, etal. Planning and Design of Ports and Marine


Terminals. 2nd edition. Thomas Telford Publishing, London 2004.

Böse, Jürgen W. (editor). Handbook of Terminal Planning. Springer,


2011.

Bruun, Per. Port Engineering. 4th edition Volume 1: Harbor Planning,


Breakwaters, and Marine Terminals. Gulf Publishing Company,
Houston Texas 1989.

BSI, 2000. British Standard Code of Practice for Maritime Structures.


Part 1: General Criteria. BS-6349. British Standards Institution.
London. Part 2: Design of Quay Walls, Jetties, and Dolphins. (1988).
Part 3: Design of Dry Docks, Locks, Slipways, and Shipbuilding
Berths. (1988). Part 4: Code of Practice for Design of Fendering and
Mooring Systems. (1994).

Canadian Transportation Agency, Code of Practice Passenger Terminal


Accessibility, Minister of Public Works and Government Services
Canada, Canada, 2007.

Course, A.G. (Captain), R.B. Oram (Colonel). Glossary of Cargo-


Handling Terms. 2nd edition. Nautical Press. Brown, Son &
Ferguson, Ltd., Glasgow 1974.

De Leeuw, A.M., et.al. “Port Reception facilities for Collecting Ship


Generated Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity D –
Standard Design.” REMPEC Project Final Report No.
MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V., 2004.

Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan


Laut, Departemen Perhubungan, Standardisasi Terminal Penumpang
Pelabuhan Laut, Jakarta, 1993.

Duluth-Superior Cruise Ship Terminal Facility Study, diakses tanggal 6


September 2013, dari http://www.dsmic.org/

Frick, Anders, 2005. Safety Considerations for the Design of Mobile


Elevating Gangways and Passenger Boarding Bridges for Cruise
Ships, Alexandria: AAPA.
7-2

Gaythwaite, John W. Design of Marine Facilities for the Berthing,


Mooring, abnd Repair of Vessels. 2nd edition. ASCE Press, Reston
Virginia, 2004.

Güler, Nil. Containerization and Terminal Area Requirements. Pomorski


zbornik 39 (2001)1, 153-171.

International Maritime Organization. "Comprehensive Manual On Port


Reception facilities, 2nd Edition." London: International Maritime
Organization, 1999.

International Maritime Organization. MARPOL - Consolidated Edition


2006. London: International Maritime Organization, 2006.

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Informasi 25 Pelabuhan


Strategis Indonesia. (http://www.dephub.go.id/read/informasi-
layanan-publik/31, diakses 06 Maret 2011).

Kim, Kap H., Hans-Otto Günther (editors). Container Terminals and


Cargo Systems. Springer, 2007.

Latin American Trade & Transportation Study (LATTS), Port Terminal


Planning Modules, Appendix IV, 2001.

Levis, L., 2006. Planning for Cruise Terminals. Diakses tanggal 17 Juli
2013, dari http://www.aapa-ports.org/.

MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the Design of Fender Systems,


Brussel: PIANC.

Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, 2006.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009.


Tentang Kepelabuhanan.

Port Reception facility Study in The Republic of Croatia,


EuropeAid/125614/D/SER/HR. NEA reference number 31029.
Annex to PRF system concept – Port waste management of Annex I
and Annex V wastes.

PT. (Persero) Pelindo II Cabang Tanjung Priok, Jakarta. Website:


http://www.priokport.co.id
7-3

Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact


Bandung, 1985.

Sofi'i, M. & Djaja, I. K., 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja. Jilid 1 ed.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Standard Design Criteria For Port In Indonesia, 1984. Maritime Sector


Development Programme. Directorate General of Sea
Communications.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara NO. SKEP/ 347/


XII/ 1999, tentang Standar rancang bangun dan / atau rekayasa
fasilitas dan peralatan bandar udara, Departemen Perhubungan,
1999.

The Disabled Persons Transport Advisory Committee (DPTAC), The


Design of Large Passenger Ships and Passenger Infrastructure:
Guidance on Meeting the Needs of Disabled People, United
Kingdom, 2000.

The International Air Transport Association (IATA), Airport


Development Manual, 8th ed., 1995.

The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical


Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan,
Tokyo, 2002.

Thoresen, Carl A. Port Design Guidelines and Recommendations.


Trondheim: Tapir Publishers, 1988.

Thoresen, Carl A. Port Designer's Handbook: Recommendations and


Guidelines. Thomas Telford Publishing, London 2003.

Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity and Quality of


Service Manual, 2nd Edition, Washington D.C., 2003.

Triatmojo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta


2009.

Tsinker, Gregory P. (editor). Port Engineering: Planning, Construction,


Maintenance, and Security. John Wiley & Sons, Inc., 2004.

Tsinker, Gregory P., Handbook of Port and Harbor Engineering :


Geotechnical and Structural Aspects, New York, 1996.
7-4

UNCTAD. Port development: A handbook for planners in developing


countries. 2nd edition. United Nations, New York 1985.

UNCTAD. UNCTAD Monographs On Port Management – No. 9 Multi-


purpose port terminals Recommendations for planning and
management. United Nations, New York 1991.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008. tentang


Pelayaran. http://portal.djmbp.esdm.go.id.

US Department of Homeland Security, Cruise Terminal Design


Standards, U.S. Customs And Border Protection Design Standards
For Cruise Ship Passenger Processing Facilities, October 2006.

US-DOD, 2005. Unified Facilities Criteria UFC 4-152-01 Design: Piers


and Wharves. s.l.:US-DOD.

Velsink, H. Port And Terminals. Planning And Functional Design. Delft,


October 1993.

Wolterink, J.W. Klein, et.al. “Port Reception facilities for Collecting


Ship Generated Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity B –
Optimum Solution for Collection, Treatment and Disposal of
Relevant of Ship Generated Solid and Liquid Wastes.” REMPEC
Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague:
Tebodin B.V., 2004.

Zhou Liu, Hans F. Burcharth, Port Engineering, Laboratoriet for


Hydraulik og Havnebygning Aalbor Universitet, Udgave, 1999.

Anda mungkin juga menyukai