Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH VARIASI JENIS KATALIS TERHADAP KARAKTERISTIK

BBM PLASTIK POLIPROPILENA (PP) YANG DI PRODUKSI DENGAN


METODE PYRO-CATALYTIC

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Oleh

ELENA
F1B117042

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal dengan tepat waktu, yang saya beri Judul “Pengaruh
Variasi Jenis Katalis Terhadap Katakteristik BBM Plastik Polipropilena
(PP) yang Diproduksi dengan Metode Piro-Catalyitic” ini dapat terselesaikan
dengn baik. Tidak lupa pula shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Tujuan dari penyusunan proposal ini guna memenuhi salah satu syarat
untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Program Studi Fisika Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo .

Kendari, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….................i


KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4
II.TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
A. Bahan Bakar Minyak dan Jenis-Jenisnya.......................................................5
1. Bensin...........................................................................................................5
2. Solar ............................................................................................................6
3. Minyak Tanah...............................................................................................6
B. Plastik ............................................................................................................7
1. Pengertian Plastik..........................................................................................7
2. Jenis-Jenis Plastik.........................................................................................8
C. Metode Pirolisis dan Katalitik......................................................................14
1. Pirolisis.......................................................................................................14
2. Katalis.........................................................................................................15
D. Karakteristik BBM Plastik............................................................................18
1. Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)..................................18
2. Analisis Densitas.........................................................................................19
3. Analisis Viskositas......................................................................................21
4. Analisis Specific Gravity dan Api Gravity................................................22
5. Analisis Nilai Kalor (Heating Value).........................................................22
III.METODE PENELITIAN..................................................................................24
A. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................24
B. Jenis Penelitian.............................................................................................24
C. Alat dan Bahan.............................................................................................25

iii
1. Alat Penelitian.............................................................................................25
2. Bahan Penelitian.........................................................................................26
D. Prosedur Penelitian.......................................................................................27
1. Preparasi Sampel.........................................................................................27
2. Proses Pirolisis dan Katalis Zeolit..............................................................27
E. Karakterisasi BBM-Plastik...........................................................................28
1. GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)..................................28
2. Analisis Densitas.........................................................................................29
3. Analisis Viskositas......................................................................................30
4. Spesific gravity dan Api gravity.................................................................31
5. Analisis Nilai Kalor (Heating Value).........................................................31
F. Diagram Alir Penelitian................................................................................32
G. Tabel Data Pengamatan................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan
dengan tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi
yang sangat dominan dalam pemenuhan energi nasional. Komposisi komsumsi
energi nasional saat ini adalah BBM: 52,50%; Gas: 19,04%; BatuBara: 21,52%;
Air: 3,73%; Panas Bumi: 3,01%; dan Energi Baru: 0,2%. Kondisi demikian terjadi
sebagai akibat dari kebijakan subsidi masa lalu terhadap bahan bakar minyak
dalam upaya memacu percepatan pertumbuhan ekonomi. Suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri bahwa produksi minyak bumi Indonesia mengalami
penurunan akibat adanya penurunan secara alamiah dan semakin menipisnya
cadangan. Menurunnya produksi minyak mentah kita dan tingginya harga minyak
mentah dunia sangat berpengaruh terhadap kemampuan anggaran pembangunan.
Selama ini bahan bakar minyak di Indonesia masih subsidi oleh negara (melalui
APBN), sehingga menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah. Untuk
mengurangi beban subsidi tersebut pemerintah berusaha mengurangi
ketergantungan kepada energi bahan bakar minyak, dengan mencari dan
mengembangkan sumber energi lain yang murah dan mudah didapat. Harus
disadari bahwa saat ini Indosnesia telah mengimpor minyak mentah maupun
BBM untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Hingga saat ini sumber
energi minyak bumi masih menjadi sumber energi utama didalam penggunaannya
terutama dalam bidang kelistrikan, industri dan transportasi (Kholiq, 2015).
Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan
barang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan penggunaan
plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industru dan
juga jumlah populasi penduduk. Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat
hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Tahun 2002, tercatat 1,9
juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya tahun 2004 naik lagi
menjadi 2,4 juta ton per tahun. Di tahun 2010, 2,4 juta ton, dan pada tahun 2011,
sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton. Akibat dari peningkatan penggunaan
plastik ini adalah bertambah pula sampah plastik. Berdasarkan asumsi Kementrian

1
Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg
sampah per orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton sampah/hari (Iswadi,
2017).
Plastik adalah istilah umum bagi polimer yaitu material yang terdiri dari
rantai panjang karbon dan elemen-elemen lain (oksigen, notrogen, klorin atau
belerang) yang mudah dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Bahan
pembuatan plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami,
tetapi didalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan
sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan. Komponen
utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang merupakan
bagian atau rantai paling pendek menyususn dan membentuk bahan-bahan dasar
plastik (monomer) secara sambung-menyambung. Plastik juga mengandung zat
non plastik yang disebut aditif. Zat aditif diperlukan untuk memperbaiki sifat itu
sendiri. Bahan aditif untuk plastik diantaranya berfungsi sebagai pewarna,
antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurunan viskositas,
penyerap asam, mengurangi peroksida, pelumas, peliat dan lain-lain (Nasrun,
2016).
Bahan bakar juga merupakan bahan yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi untuk menghasilkan kerja mekanik secara terkendali.
Dengan kata lain adalah zat yang menghasilkan energi, terutama panas yang dapat
digunakan. Ditinjau dari suudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan
sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut
dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor (Puspita, 2013).
Jenis-jenis plastik yang paling banyak digunakan diantaranya adalah
polypropilena (PP) dan poly ethylene therephtalate (PET). Polipropilena (PP)
adalah sebuah polimer termoplastik yang dibuat oleh industri kimia dan
digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya adalah untuk kantong plastik,
gelas plastik, ember dan botol plastik. polypropilena bersifat lebih tahan panas,
keras, fleksibel dan dapat tembus cahaya. Polipropilena dapat mengalami
degradasi rantai saat terkena radiasi ultra ungu dari sinar matahari. Poly ethylene
therephtalate (PET) digunakan pembuatan botol minuman berkarbonasi, tas

2
bantal dan peralatan tidur. Poly ethylene therephtalate memiliki sifat keras dan
tahan terhadap pelarut. Jenis plastik PP dan PET ini biasanya banyak dijumpai
pada gelas dan botol air mineral (Nugraha, 2013).
Salah satu alternatif penanganan sampah plastik adalah dengan melakukan
proses daur ulang (recyle). Pirolisis sampah plastik merupakan salah satu bentuk
proses daur ulang dengan mengubah plastik menjadi bahan bakar. Selain
bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah plastik, pirolisis sampah plastik
juga bermanfaat untuk menyediakan bahan bakar dengan nilai energi yang cukup
tinggi. Dengan demikian teknologi untuk mengkonversi sampah plastik menjadi
bahan bakar minyak yaitu denganproses cracking (perekahan) dan thermal.
Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat
molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat digunakan
sebagai bahan kimia atau bahan bakar (Thorat, 2013).
Pengelolaan sampah plastik menjadi masalah sebab plastik merupakan
material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non biodegradable)
sehingga pengelolaan sampah plastik tidak landfil maupun open dumping tidak
tepat dilakukan. Pengelolaan sampah plastik dengan cara pembakaran dapat
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa terjadinya pencemaran
udara khususnya emisi dioxin yang bersifat karsinogen. Pengelolaan sampah
plastik lainnya adalah dengan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk
lain, namun proses daur ulang ini hanya akan merubah bentuk sampah pastik
menjadi bentuk baru bukan menanggulangi volume sampah plastik sehingga
ketika produk daur ulang plastik sudah kehilangan fungsinya maka akan kembali
menjadi sampah plastik. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk
menangani volume sampah plastik ini (wahyudi, 2018).
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau reagen kimia lainnya dimana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Teknik seperti ini mampu
menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan. Proses
pirolisis ini akan menjadi rantai hidrokarbon berantai pendek, selanjutnya
molekul-molekul ini didinginkan menjadi fase cair (Nasrun, 2015).

3
Berdasarkan pernyataan dan penelitian diatas, menjadi dasar penulis untuk
mengembangkan penelitian terhadap limbah plastik tersebut dengan Judul
"Pengaruh Variasi Jenis Katalis Terhadap Karakteristik BBM Plastik
Polipropilena yang Diproduksi Dengan Metode Pyro-Catalytic" dalam
penelitian ini komposisi katalisnya akan divariasikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh katalis terhadap jenis senyawa BBM plastik
Polipropilena (PP) yang diproduksi dengan metode pyro catalytic ?
2. Bagaimana pengaruh jenis katalis terhadap karakteristik BBM plastik yang
dihasilkan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh jenis katalis terhadap jenis senyawa BBM plastik
Polipropilena (PP) yang diproduksi dengan metode pyro catalytic.
2. Mengetahui pengaruh jenis katalis terhadap karakteristik BBM plastik yang
dihasilkan.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya produksi bahan bakar minyak dari limbah plastik jenis
Polipropilena (PP) diharapkan dapat mengatasi masalah pencemaran
lingkungan terutama sampah plastik yang semakin banyak dan menumpuk,
serta mampu mengurangi bahan bakar fosil yang kian menipis.
2. Memberikan solusi energi alternatif menjadi BBM ramah lingkungan dengan
menggunakan sampah plastik sebagai sumber energi.

4
II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Bakar Minyak dan Jenis-Jenisnya


Bahan baker merupakan bahan yang dapat digunakan untuk menghasilkan
energi untuk menghasilkan kerja mekanik secara terkendali. Dengan kata lain
adalah zat yang menghasilkan energi, terutama panas yang dapat digunakan.
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan
yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya disertai dengan pengeluaran kalor. Adapun jenis-jenis dari bahan bakar
minyak diantarnya adalah sebagai berikut:

1. Bensin
Bensin merupakan hidrokarbon berantai pendek antara C4-C10 yang biasa
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang berbentuk cairan bening,
agak kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang
sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam.
Bensin juga dapat digunakan sebagai pelarut, terutama karena kemampuannya
yang dapat melarutkan cat. Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon
alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana atau benzena untuk menaikkan nilai
oktan (Wiratmaja, 2010).

Gambar 1. Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin

5
2. Solar
Solar adalah difraksi dari pemanasan minyak bumi antara 250-340℃ yang
mempunyai panjang hidrokarbon antara C₆-C₂₀. Solar banyak digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan yang menggunakan mesin diesel. Pada umumnya solar
akan banyak mengandung belerang karena dibandingkan dengan bensin solar
memiliki titik didih yang lebih tinggi. Kualitas dari solar ditentukan dengan
bilangan setana (centena), yaitu tingkat kemudahan minyak solar untuk menyala
atau terbakar di dalam mesin diesel, serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan
(knocking). Semakin tinggi bilangan setana pada solar maka kualitas solar akan
semakin baik (Kurniawan dan Nasrun, 2017).

Gambar 2. Bahan Bakar Minyak Jenis Solar

3. Minyak Tanah
Minyak tanah atau kerosene adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan
mudah terbakar yang diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleun
pada 150℃ dan 275℃ dan mempunyai rantai karbon dari C₁₁ sampai C₁₅.
Biasanya, minyak tanah di distilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan
perawatan khusus, dalam sebuah unit merox atau hidrotreater, untuk mengurangi
kadar belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh
hidrocracker, yang digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak
mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak (Kurniawan dan Sari, 2015).

6
Gambar 3. Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah

E. Plastik

1. Pengertian Plastik

Plastik terbagi menjadi 2 jenis yaitu thermoplastik dan thermosets.


Thermoplastik merupakan plastik yang jika dipanaskan hingga suhu tertentu akan
mencair dan dapat dibentuk kembali sesuai dengan kebutuhan. thermoplastik
umumnya digunakan sebagai bahan pembuat botol kemasan dan dapat didaur
ulang. Sedangkan thermosest adalah plastik yang apabila dipanaskan tidak dapat
mencair kembali. Plastik jenis ini digunakan sebagai bahan baku kantong plastik
(Surono, 2013).

Plastik merupakan material terbuat darinafta yang merupakan produk turunan


minyak bumi yang diperoleh melalui proses penyulingan. Karakteristik plastik
yang memiliki ikatan kimia yang sangat kuat sehingga banyak material yang
dipakai oleh masyarakat berasal dari plastik. Namun plastik merupakan material
yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non biodegradable) sehingga setelah
digunakan, material yang berbahan baku plastik akan menjadi sampah yang sulit
diuraikan oleh mikroba tanah dan akan mencemari lingkungan (Wahyudi, 2018).

7
Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi
saat ini yang dapat berdampak buruk pada manusia maupun lingkungan karena
sifatnya yang non-biodegradable. Beberapa penanganan sampah yang popular
selama ini adalah 3R (Reuse, Reduce, Recyle). Akan tetapi masing-masing
penanganan sampah tersebut mempunyai kelemahannya masing-masing
(Kholidah, 2018).

Berdasarkan asalnya, Sampah plastik dibedakan menjadi sampah plastik


industri dan sampah plastik rumah tangga. Sampah plastik industri berasal dari
industri pembuatan plastik maupun industri yang bergerak di bidang pemrosesan.
Sampah plastik rumah tangga dihasilkan terkait dengan aktivitas manusia sehari-
hari misalnya plastik kemasan, plastik tempat makanan atau minuman (Syamsiro,
2013).

2. Jenis-Jenis Plastik

Berdasarkan jenisnya, plastik diklarifikasikan sebagai berikut:


a. Polyethylene Terephthalate (PET)
Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintesis ( sekitar 60%).
Dalam perteksilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol
kemasan 30%). Botol jenis PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai.
Bila terlalu sering dipakai , apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau
air panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh
dan mengeluarkan zat karsinogenetik (dapat menyebabkan kanker). Titik lelehnya
85℃.

8
Gambar 4. Polyethylene Terephthalate (PET) (Syaputro, 2018).

a. Low Density Polyethylene (LDPE)

Sifat mekanisme jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaannya agak berlemak/berminyak. Pada suhu dibawah 60℃
sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini
dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Biasanya
plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol yang
lunak. Barangberbahan dasar LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan lain.

9
Gambar 5. Low Density Polyethylene (LDPE)

b. High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE merupakan salah satu bahan jenis plastik yang aman untuk
digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan
plastik berbehan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE
memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, dan buram. Ada baiknya tidak
menggunakan wadah plastik dengan bahan HDPE terus-menerus karena walaupun
cukup aman tetapi wadah plastik berbahan HDPE akan melepaskan senyawa
antimonytrioksida secara terus-menerus.

Gambar 6. High Density Polyethylene (HDPE)

c. Polyvinyl Chloride (PVC)

Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll. PVC
mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan

10
plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut,
titik lelehnya 70-140℃. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada
plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila
dipanaskan.

Gambar 7. Polyvinyl Chloride (PVC)

d. Polypropilene (PP)

Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan.


Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap. carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik
untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. Titik lelehnya
165℃.

11
Gambar 8. Polypropilene

e. Polystyrene (PS)

Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan


styreneke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus
dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon
estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan
sistem syaraf, juga bahan ini sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini
memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

12
Gambar 9. Polystyrene

f. Other (O)

Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN-


stytreneacrylonitrile, ABS-acrtlonitrilebutadiene styrene, PC-polycarbonate,
nylon. PC-polycarbionate, dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-
A kedalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi
imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman.

Gambar 10. Plastik Jenis Other

13
Tabel 1.1 Jenis-Jenis Plastik Beserta Simbolnya
Simbol Jenis Plastik Kegunaan Titik Leleh (℃)
Polyethylene Botol kemasan air 250
Terephthalate mineral, botol
(PET) minyak goreng,
jus, botol sambal
dan botol kosmetik
High Density Botol obat, botol 200-280

14
Polyethylene susu cair, jerigen
(HDPE pelumas, dan botol
kosmetik
Polyvinly Chloride Pipa selang air, 160-180
(PVC) pipa bangunan,
mainan, taplak
meja dari plastik,
dan botol shampoo
Low Densty Kantong kresek, 160-240
Polyethylene tutp plastik, plastik
(LDPE) pembungkus
daging beku, dan
barbagai macam
plastik tipis
lainnya
Polypropylene Cup plastik, tutup 200-300
(PP) botol dari plastik,
mainan anak, gelas
air mineral,
sedotan dan
kemasan
margarine
Polystyrene (PS) Kotak CD, sendok 180-260
dan garpu plastik,
gelas plastik, atau
tempat makanan
styrofoam dan
tempat makan
plastik transparan
Other (O) Botol susu bayi, 280-310
plastik kemasan,
galon air minum,

15
suku cadang
mobil, alat-alat
rumah tangga,
komputer, sikat
gigi, alat-alat
elektronik dan
mainan lego

(Wahyudi, 2018).

F. Metode Pirolisis dan Katalitik

1. Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis atau
devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu. Pirolisis adalah proses
dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara.
Proses dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.
Produk utama dari pirolisis yang dapat dihasilkan adalah arang (char), minyak,
dan gas. Arang yang terbentuk dapat digunakan untuk bahan bakar ataupun
digunakan sebagai karbon aktif. Sedangkan minyak yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai zat additif atau campuran dalam bahan bakar. Sedangkan gas
yang terbentuk dapat dibakar secara langsung (Iswadi, 2017).

Plastik yang mengalami proses pirolisis akan terdekomposisi menjadi


material-material pada fase cair dalam bentuk minyak bakar, fase gas berupa
campuran gas yang dapat terkondensasi maupun tidak dapat terkondensasi dan
fase padat berupa residu maupun tar. Dibandingkan dengan bio-fuel seperti
biodisel maupun bioetanol, minyak hasil pirolisis plastik memiliki beberapa

16
kelebihan. Minyak hasil pirolisis tidak mengandung air sehingga nilai
kalorinya lebih besar. Selain itu, minyak hasil pirolisis tidak mengandung
oksigen sehingga tidak menyebabkan korosi (Hidayah, 2018).

Gambar 11. Desain Alat Pirolisis

2. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju reaksi dan setelah reaksi
selesai, terbentuk kembali dalam kondisi tetap. Katalis ikut terlibat dalam reaksi
memberikan mekanisme baru dengan energi pengaktifan yang lebih rendah
dibanding reaksi tanpa katalis. Katalis dibedakan menjadi dua golongan utama,
yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen merupakan
senyawa yang memiliki fasa yang sama dengan pelarut. Sedangkan, katalis
heterogen merupakan senyawa yang memiliki fasa yang berbeda dengan
pelarutnya (Ernawati, 2011).

17
Katalis digunakan untuk menurunkan energi yang terjadi pada proses
pembakaran, katalis juga berperan untuk menurunkan konsentrasi kalor yang
ada pada cairan yang terbentuk sebagai hasil produk pembakaran.
Katalis yang digunakan pada umumnya adalah zeolite, polysilicatecomponent,
pseudoboehmite componentdanclay component (Jati, 2010).

Beberapa jenis katalis padat yang telah digunakan para peneliti untuk
degradasi plastik menjadi bahan bakar, seperti silika-alumina, aluminium oksida
(AlO3), zink oksida (ZnO2), silika oksida (SiO2), arsenik oksida (As2O3), kromium
oksida (Cr2O3), besi oksida (Fe2O3), timbal oksida (PbO2), vanadium oksida
(V2O5), timbal tetra asetat (Pb(OAC)4), katalis FCC (Fluid Catalytic Cracking)
MCM-41, sulfat yang dimodifikasi oleh zirkonium, dan zeolit (Restina, 2012).

a. Zeolit
Sifat-sifat kimia dan fisika zeolit. Mineral zeolit adalah kelompok mineral
alumunium silikat terhidrasi Lm Al x Si y Oz ·n H 2 O , dari logam alkali dan alkali
tanah (terutama Ca, dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n
koefisien dari H 2 O , serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis ( M 2 ,
+¿¿

M 2+¿ ¿) Al2 O 3 gSiO2 · z H 2 O , M berupa Na atau K dan M 2+¿ ¿ berupa Mg, Ca,
+¿¿

atau Fe. Li , Sr atau Ba dalam jumlah kecil dapat menggantikan M +¿¿ atau M 2+¿ ¿,
g dan z bilangan koefisien. Beberapa specimen zeolit berwarna putih, kebiruan,
kemerahan, coklat, dll., karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Densitas
zeolit antara 2,0 – 2,3 g/cm 3 , dengan bentuk halus dan lunak. Kilap yang dimiliki
bermacam-macam. Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu
rangka aluminosilikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation
logam, dan molekul air dalam fase occluded (Flanigen, 1981 dalam Harben &
Kuzvart, 1996).

Zeolit merupakan katalis rengkah yang banyak digunakan terkait sifat asam
permukaan padatnya. Zeolit mampu menyerap, menukar ion dan menjadi katalis.
Selain berfungsi sebagai katalis, zeolit dapat berperan sebagai pengemban katalis

18
karena struktur tiga dimensinya yang berongga. Zeolit alam pada dasarnya
mengandung banyak pengotor yang menyebabkan pori-pori atau situs aktif dari
zeolit tertutup sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun sifat
katalisis dari Zeolit (Nindita, 2015).

Zeolit sebagai katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi


kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekuler
dari reaksi yang terjadi. Katalis berpori dengan pori-pori yang sangat kecil akan
memuat molekul-molekul kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Zeolit
dapat menjadi katalis yang shape-selective dengan tingkat transisi selektifitas atau
dengan pengeluaran reaktan pada dasar diameter molekul. Zeolit mampu menjadi
katalis asam dan dapat digunakan sebagai pendukung logam aktif atau sebagai
reagen, serta dapat digunakan dalam katalis oksida (Saputra, 2006).

b. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85% - 95%
karbon. Bahan-bahan yang mengandung unsur karbon dapat menghasilkan
karbon aktif dengan cara memanaskannya pada suhu tinggi. Karbon aktif adalah
katalis yang efisien untuk jenis degradasi dan dapat menghasilkan jumlah
senyawa aromatik yang lebih tinggi. Karbon aktif dipilih karena menunjukkan
sifat mekanik yang tinggi, tahan panas, murah dan sebagai katalis terbaik untuk
degradasi katalitik limbah PP dimana suhu optimum untuk reaksi katalitik adalah
400℃ (Nazif, 2016).

c. Titanium Dioksida (TiO₂)

Titanium dioksida (TiO2) merupakan katalis support yang bersifat asam dan
masih stabil pada suhu tinggi. TiO2 memiliki luas permukaan m2/g. Sifat asam
pada TiO2, luas permukaannya yang sangat besar, harganya yang murah, mudah
dalam penyiapannya dan stabil pada suhu tinggi menarik perhatian peneliti untuk
menggunakannya sebagai katalis pada proses cracking metil ester. Kemampuan
TiO2 untuk memecah air menjadi oksigen dan hydrogen diharapkan mampu

19
menurunkan kadar air dan hasil cracking yang biasanya masih sangat tinggi
(Latipah dkk, 2014).

G. Karakteristik BBM Plastik

1. Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)

Teknik Gas Chromatography-Mass Spectrometry pertama kali diperkenalkan


oleh James dan Martin pada tahun 1952. Gas Chromatography-Mass
Spectrometry merupakan salah satu teknik kromatografi yang hanya dapat
digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap. Kriteria
menguap adalah dapat menguap pada kondisi vakum tinggi dan tekanan rendah
serta dapat dipanaskan (Sparkman, 2011).

Gambar 12. Skema Sederhana Instrumen Kromatografi Gas (Sari, 2018).

Gas Chromatography (GC) atau kromatografi gas merupakan teknik


instrumental yang diperkenalakan pertama kali pada tahun 1950-an. GC
merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa
organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu
campuaran. Analisis GC-MS dilakukan untuk mengetahui komponen kimia yang
terkandung di dalam produk.Besarnya kandungan komponen kimia ditunjukkan
pada persen area.Penentuan persen area tersebut didasarkan pada penentuan

20
senyawa yang teridentifikasi dari hasil GC-MS dan jenis bahan bakar diketahui
dari panjang rantai karbon senyawa hidrokarbon. (Wahyudi & Saputra, 2016).

Kegunaan dari gas chromatography adalah untuk identifikasi semua jenis


senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (Klee, 2013). Analisis
kuantitatif dengan gas chromatography menggunakan metode standar internal.
Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan injeksi
sampel dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel yang
tidak sesuai atau tidak mungkin diinjeksi langsung gas chromatography (Hidayat,
2015).

Cara kerja GC adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi detektor kemudian
memasuki kolom. Didekat kolom ada suatu alat di mana sampel-sampel bisa
dimasukkan ke dalam gas pembawa (ruang injeksi sampel).Sampel–sampel
tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatile (mudah menguap). Lubang
injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat. Aliran gas selanjutnya
menemui kolom,kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang
besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam kolom, padatan tersebut
diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang berperan sebagai fasa diam
atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil dan nonvolatil pada
temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan tertentu. Setelah
muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain detektor. Makazat
terlarut dari kolom mengatur ketidak seimbangan antara dua sisi detektor
yang direkam secara elektrik (Kholidah,2018).

21
2. Analisis Densitas

Massa jenis (densitas) adalah massa per unit volume suatu zat pada suhu
terntentu dan tidak hanya ditentukan oleh ukuran dan bobot molekul zat tapi
ditentukan oleh gaya atraksi antar molekul. Satuan dalam cgs = g/mL, dan kg/L
dan dalam mks = kg/mᶾ. Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai
alat, salah satunya adalah dengan menggunakan piknometer.

Gambar 14. Piknometer (Putuwi, 2011).

Bagian-bagian piknometer, adapun jenis atau bentuk piknometer yang kita


ketahui itu terdiri dari tiga bagian, yaitu:

 Tutup piknometer, untuk mempertahankan suhu di dalam piknometer.


 Lubang.
 Gelas atau tabung ukur, untuk mengukur volume cairan yang dimasukkan
dalam piknometer.
Prinsip kerja piknometer, berikut tata cara menggunakan piknometer untuk
menentukan massa jenis suatu zat:
1. Melihat berapa volume dari piknometernya (tertera pada bagian tabung
ukur), biasanya ada yang bervolume 25 ml dan 50 ml.
2. Menimbang piknometer dalam keadaan kosong.

22
3. Memastikan fluida yang akan diukur massa jenisnya ke dalam piknometer
tersebut.
4. Menutup piknometer apabila volume yang diisikan sudah tepat.
5. Menimbang massa piknometer yang berisi fluida tersebut.
6. Menghitung massa fluida yang dimasukkan dengan cara mengurangkan
massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong.
7. Setelah mendapat data massa dan volume fluidanya, kita dapat
menentukan nilai rho/massa jenis (𝜌) fluida.

Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat, salah satunya
adalah dengan menggunakan piknometer. Piknometer adalah jenis bejana kaca
atau logam dengan sebuah penentuan volume. Terdapat beberapa macam ukuran
dari piknometer, tetapi biasanya volume piknometer yang banyak digunakan
adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume ini valid pada temperatur yang
tertera pada piknometer tersebut. Piknometer terdiri atas bagian tutup untuk
mempertahankan suhu dalam piknometer, lubang dan gelas untuk mengukur
volume cairan. Kita dapat menentukan nilai rho/massa jenis (𝜌) dengan
menggunakan piknometer dapat ditentukan dengan persamaan:

m
ρ= (kg /l) (1)
Vp

Dimana:

m : massa (piknometer+sampel)-massa piknometer kosong (g)

23
Vp : volume poknometer (ml). (Wijaya, 2012).

Rentang densitas untuk BBM adalah 880,715 - 0,780 kg/L untuk bensin,
0,790 - 0,835 kg/L untuk kerosin, dan 0,815 - 0,870 kg/L untuk solar (Wahyudi
& Saputra, 2016).

4. Analisis Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau


fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,
sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti
air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil (Sutiah, 2008).

Gambar 14. Viskometer Ostwald (Landi, 2017)

5. Analisis Specific Gravity dan Api Gravity

Specifik Gravity adalah density bahan bakar dibagi dengan density air pada
temperatur yang sama. Atau dapat didefinisikan sebagai perbandingan berat dari
bahan bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan
temperatur yang sama. Umumnya, bahan bakar minyak memiliki specific gravity
0,74-0,96, dengan kata lain bahan bakar minyak lebih ringan daripada air. Pada
beberapa literatur digunakan American Petroleum Insitute (API) gravity. Specific
gravity dan API gravity adalah suatu pernyataan yang menyatakan density
(kerapatan) atau berat per satuan volume dari suatu bahan. Specific gravity dan

24
API gravity diukur pada suhu 60℉ (15,6℃), kecuali asphalt yang diukur pada
suhu 77℉ (25℃) (Wiratmaja, 2010).

Densitas sampel
SG¿ (2)
Densitas air

6. Analisis Nilai Kalor (Heating Value)

Nilai kalor adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panas/kalori yang
dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan
udara/oksigen. Nilai kalor dari bahan bakar minyak umumnya berkisar antara
18,300-19,800 Btu/lb atau 10,160-11,000 kkal/kg. Nilai kalor berbanding terbalik
dengan berat jenis (density). Pada volume yang sama, semakin besar berat jenis
suatu minyak, semakin kecil nilai kalornya, demikian juga sebaliknya semakin
rendah berat jenis semakin tinggi nilai kalornya. (Wijayatmaja, 2010).
2,2046226
NK = X (18.6650+ 40 X ( G−10 ) ) (3)
3 , 9673727

Penentuan nilai kalor dengan persamaan ini sebelumnya telah digunakan pada
penelitian (Wijaya, 2012) pada penelitiannya diperoleh nilai kalor nioetanol
sebesar 11.221,94 kkal/kg dengan bahan baku nira kelapa. Perbandingan energi
yang terkandung dalam plastik dengan sumber-sumber energi lainnya dapat di
lihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Nilai Kalor Plastik (surono, 2013).


Material Nilai Kalor (MJ/Kg)

25
Polyethylene 46,3
Polyprophylene 46,4
Polyvinly Chloride 18
Polystrene 41,4
Coal 24,3
Petrol 44
Diesel 43
Heavy Fuel Oil 41,1
Light Fuel Oil 41,9
LPG 46,1
Kerosene 43,4

26
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai Februari 2022
yang bertempat:
1. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) untuk pengambilan limbah plastik.
2. Laboratorium Fisika Material dan Energi, FMIPA, Universitas Halu Oleo,
Kendari, untuk preparasi sampel dan proses pyro-katalitik.
3. Laboratorium Pengembangan Kimia FKIP, Universitas Halu Oleo, Kendari,
untuk analisis nilai kalor sampel.
4. Laboratorium Organik Kimia FMIPA Unibersitas Halu Oleo, Kendari, untuk
analisis GC-MS.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang material energi yang


berjudul "Pengaruh Variasi Jenis Katalis Terhadap Karakteristik BBM
Plastik Polipropilena (PP) yang Diproduksi Dengan Metode Pyro-Catalytic"
dengan menggunakan metode eksperimen.

27
C. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3. Alat Penelitian
No. Alat Fungsi
1. Timbangan Untuk mengukur massa limbah
plastik
2. Karung Wadah limbah plastik
3. Baskom Wadah limbah plastik yang telah
di potong kecil
4. Alat pirolisis Untuk mengkonversi sampah
plastik menjadi bahan bakar
- Tangki reaktor minyak
-Sebagai wadah atau tempat
terjadinya pemecahan/perekahan

28
- Kondensor limbah plastik menjadi asap
-Sebagai kondensasi yaitu
- Pipa Penghubung merubah asap polimer menjadi
cair
-Untuk menghubungkan tangki
reaktor dan kondensor atau
- Gelas Kaca tempat mengalirnya asap hasil
pemecahan polimer menuju
kondensor
-Tempat menampung hasil
pirolisis/plastik cair
5. Gas Chromatography Mass Untuk mengetahui distribusi
Spectrometry (GC-MS) jumlah atom karbon pada pada
minyak plastik
6. Piknometer Untuk mengukur densitas
minyak plastik
7. Viskometer Ostwald Untuk mengukur viskositas
minyak plastik
8. Kertas Whatmen no 1 Untuk menyaring minyak plastik
9. Masker Untuk menutup hidung pada saat
penelitian
10. Pipet Filter Untuk menghisap cairan pada
proses pengukuran viskositas
11. Gelas Ukur Untuk mengukur volume cairan
12. Sarung Tangan Digunakan selama penelitian
13. Timbangan analitik Untuk menimbang sampel dan
piknometer

7. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini di sajikan dalam tabel 4 :

29
Tabel 4. Bahan Penelitian
No Bahan Fungsi
1. Limbah Plastik Polypropilene Untuk bahan baku pembuatan
bahan bakar minyak
2. Air Untuk membersihkan limbah
plastik Polypropilene (PP)
3. Katalis Zeolit Untuk mempercepat proses
pirolisis dari bahan
Polypropilene (PP)

D. Prosedur Penelitian

1. Preparasi Sampel

1. Limbah plastik Polipropylene (PP) sebanyak 300 gram dan peralatan


yang dibutuhkan mulai disiapkan.
2. Limbah plastik dicuci.
3. Limbah plastik di keringkan hingga kadar air 0%.
4. Limbah plastik yang telah kering kemudian dikumpulkan dan siap untuk di
pirolisis.

8. Proses Pirolisis dan Katalis Zeolit

5. Satu set alat pirolisis disiapkan beserta botol kaca sebagai tempat
penampungan hasil pirolisis.
6. 300 gram limbah plastik dan campuran katalis (zeolit 6%) kedalam tangki
reaktor.

30
7. Tangki reaktor dipanaskan pada temperatur 400˚C. Melalui proses
pemanasan maka sampah plastik di dalam tangki reaktor akan meleleh
dan melebur hingga mendidih menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan
akan keluar melalui saluran dan akan masuk ke kondensor. Didalam
kondensor uap mengalami kondensasi menjadi cairan plastik. Cairan yang
dihasilkan akan menetes melalui saluran output.
8. Waktu yang dibutuhkan untuk perekahan polimer hingga menghasilkan
BBM plastik pada temperatur 400oC dihitung.
9. Langkah b-d diulangi dengan variasi jenis katalis karbon aktif dan TiO2
dengan konsentrasi katalis 6%.
10. BBM plastik disaring dengan menggunakan kertas saring (kertas whatmen
No.1 ).

Gamb
ar 14. Rangkaian alat pirolisis

Keterangan :

1. Pengatur suhu 8. Pipa kondensor (Spiral)

31
2. Elemen panas 9. Tempat keluarnya asap

3. Wadah limbah plastik 10. Penampung cairan plastik

4. Heater 11. Kabel penghubung

5. Penutup reaktor 12. Air sirkulasi

6. Pipa tempat mengalirnya asap 13. Pompa air


7. Statif/penyangga 14.Lubang penutup heater

H. Karakterisasi BBM-Plastik

1. GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)


Proses karakterisasi menggunakan GC (Gas Chromatography) adalah
sebagai berikut :
a. Mencuci jarum suntik dengan aseton 2-3 kali.
b. Tarik beberapa sampel sebanyak 1 ml dan usahakan tidak ada gelembung
udara dalam tabung suntik.
c. Pastikan tabel perekam dan atur kecepatan grafik yang sesuai (Arrow A).
Mengatur baseline menggunakan nol pada tabel perekam (Arrow B). Dengan
pena di tempat, menyalakan bagan (Arrow D), pastikan pena ke bawah (yang
menandai kertas) dan kertas bergerak.
d. Menyuntikkan sampel baik kolom A atau kolom B sesuai intruksi. Pegang
tingkat jarum suntik dan mendorong jarum sepenuhnya ke injektor. Setelah
tidak dapat lagi melihat jarum, dengan cepat mendorong pendorong dan
kemudian tarik jarum sutik injeksi keluar dari pelabuhan.
e. Menandai waktu injeksi pada tabel perekam. Ini dapat dilakukan dengan
menyesuaikan nol tepat setelah sampel disuntikkan.
f. Bersihkan jarum suntik segera setelah injeksi.
g. Mencatat pengaturan perekam grafik selama proses berjalan. Perlu diketahui
kecepatan grafik dan pengaturan skala penuh.

32
h. Mencatat pengaturan GC selama proses berjalan. Sebuah tombol di bagian
tengah bawah GC dapat diubah untuk membaca kolom (atau oven) suhu, suhu
detektor dan suhu injektor pelabuhan dalam ℃. Jembatan saat ini ditampilkan
dalam mA. Perhatikan bahwa ada da skala pada layar (Alharmaturidi, 2012).
www. Indokimia.com/Gas Kromatografi (Gas-Chromatogrphy).

9. Analisis Densitas
11. Botol piknometer 25 mL yang kosong ditimbang.
12. Sampel dimasukkan kedalam botol piknometer sampai jenuh.
13. Botol piknometer yang terlah diisi sampel ditimbang kembali.
14. Densitas dihitung dengan persamaan:

m g
ρ= ( )
Vp mL
(4)

Dimana:

m : massa (piknometer+sampel)-massa piknometer kosong.

Vp : Volume piknometer (25 mL).

10. Analisis Viskositas

Pengukaran viskometer yang tepat dengan cara persamaan (4) sulit dicapai.
Hal ini disebabkan harga R dan L sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan
pengukuran terutama R, sangat besar pengaruhnya karena harga ini dipangkat 4.
Untuk menghindari hal tersebut dalam prakteknya digunakan suatu cairan
pembanding. Pada penelitian ini cairan pembanding yang digunakan adalah air.

33
Berikut prosedur kerja pengukuran viskositas dengan menggunakan viskometer
ostwald :

a. Viskometer dibersihkan kemudian diletakan dalam thermostat pada posisi


vertikal.
b. Cairan yang akan ditentukan kekentalannya dimasukkan kedalam reservoir
A sampai melewati garis reservoirnya (kira-kira setengahnya).
c. Koasongkan udara pada pipet filler.
d. Pasang pipet filler pada lubang reservoir B.
e. Isap larutan dengan menekan tombol s sampai cairan tepat pada garis a.
f. Lepas pipet filler dan siapkan stopwatch.
g. Catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk mengalir dari garis a ke b.
η1
= ρ1 t 1/ ρ 2 t 2 (5)
η2

Dimana:
𝝶1: Viskositas BBM plastik (cP)

𝝶2: Viskositas air (cP)

𝜌1: Densitas BBM plastik (s)

t1: Waktu alir BBM Plastik (s)

t2: Waktu alir air (s)

𝜌2: Densitas air (g/mL)

34
11. Spesific gravity dan Api gravity

Spesific gravity dan API gravity diukur dengan cara yang sama. Nilai
densitas, specific gravity dan APIgravity kemudian digunakan untuk menghitung
nilai kalor (Wijaya, 2010).
densitas sampel
SG = (6)
densitas air
141,5
AG = −131,5 (7)
SG

12. Analisis Nilai Kalor (Heating Value)

Nilai kalor (NK) dihitung menggunakan persamaan berikut:

2,2046226
NK¿ X¿ (8)
3,9673727

35
I. Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir penelitian ini adalah sebagai berikut.

Persiapan Alat dan Bahan

Pirolisis PP (T:400˚C)+(Katalis Zeolit, Karbon


Aktif, dan TiO2) dengan konsentrasi katalis 6%

BBM Plastik

Uji GC-MS Uji Vikositas


Uji Densitas (Kg/I) (cP)

Uji Specific Gravity& API
Gravity

Uji Nilai kalor
(Kkal/Kg

Hasil

36
J. Tabel Data Pengamatan
Tabel data pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4 berikut.

Tabel 3.3 Hasil Pirolisis

No. Katalis (%) Suhu Pirolisis Waktu Volume (ml)


1.
2. Karbon Aktif
400˚C
3. TiO2

Tabel 3.4 Karakterisasi BBM Plastik

Suhu
Katalis Densitas Viskositas Api Specific Nilai Kalor
pirolisis
Zeolit
(%) gravity (kkal/kg)

1.
2. Karbon00˚C
Aktif
3. TiO2

37
DAFTAR PUSTAKA

Endang K., dkk. 2016. Pengolahan Sampah Plastik dengan Metode Pirolisis
Menjadi BBM. Jurnal Teknik Kimia.

38
Ernawati, R. 2011. Konversi Limbah Plastik sebagai Sumber Energi Alternatif.
Jurnal Riset Industri Vol. V no. 3. Balai Besar Kimia dan
Kemasan, Kementerian Perindustrian.

Hidayat, R.S.P., Pasaribu, dan C. Saleh. 2015. Penggunaan Internal Standar


Nitrobenzena untuk Penentuan Kuantitatif Btex dalam Kondensat
Gas Alam dengan Kromatografi. Jurnal Kimia Mulawarman, 12(2):
90.

Iswandi, Didik., dkk. 2017. Pemanfaatan Sampah Plastik LDPE dan PET
Menjadi BBM dengan Proses pirolisis. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia
UNPAM. 1(2).

Jahiding, M, Mashuni, W.S Ilmawati, Zulkaidah, I Kurniasih. 2015. Fabrication


and Characterization Of Liquid Volatile Matter Comenent From
Pyrolisis Of Cocoa Shell Using Gas Chromatography. Journal of
Pharmacy. Universitas Halu Oleo Kendari.

Kholidah, N. (2018). Pengaruh Temperatur terhadap Persentase Yield pada Proses


Perengkahan Katalitik Sampah Plastik menjadi Bahan Bakar Cair.

39
ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan, 2(1), 28–33.
https://doi.org/10.19109/alkimia.v2i1.2259.

Kurniawati, Endah. 2013. Densitas. https:// endahkurniawati.


Wordpress.com/2013/07/2d/densitas/21 november 2020.

Nasrun., dkk.2015. Pengolahan Limbah Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi


Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Energi Elektrik.
4(1).

Nindita, V. (2015). Studi berbagai metode pembuatan BBM dari sampah plastik jenis
LDPE dan PVC dengan metode Thermal dan Catalytic Cracking (Ni-Cr /
ZEOLIT). Teknis, 10(3), 137–144.

Putuwi. 2011. Alat-alat dan Istilah-istilah Yang Berhubungan Densitas.


https://Putuwibisana. Wordpress. Com/2011/03/19/alat-alat-dan-
istilah-istilahyang-berhubungan-dengan-densitas/diakses tanggal 7
maret 2021.

Salamah, Sitti., dan Maryudi. 2019. Recycle Limbah Polyethylene Terepthalate


Melalui Proses Pirolisis dengan Katalis Silika-Alumina. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 14(2).104-111.

40
Sari, G. L. (2018). Kajian Potensi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Cair. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan. 3(1), 6–13.
https://doi.org/10.29080/alard.v3i1.255.

Sumartono, H. I. S. 2019. Uji Karakteristik Bahan Bakar Minyak (BBM) Dari


Limbah Plastik LDPE. Jurnal Teknik Lingkungan. 1(1), 330-385.

Surono, Untoro Budi. 2013. Berbagai metode Konversi Sampah Plastik Menjadi
BBM. Jurnal Teknik. 3(1).

Surono, Untoro Budi., dan Ismanton. 2016. Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP,
PET dan PE Menjadi BBM dan Karakteristiknya. Jurnal Mekanika
Dan Sistem Termal. 1(1).

Syamsiro, M., Saptoadi, H., Norsujianto, T., Noviasri, P., Cheng, S., Amiluddin,
Z., Yoshikawaa, K. (2013). Fuel Oil Production from Municipal
Plastic Wastes in Sequential Pyrolisis and Catalytic Reforming
Reactors. Energy Procedia, 47, 180-188.

41
Syaputro, W.F. 2018. Analisis Laju Pemanasan Terhadap Hasil Produk Pirolisis
Sampah Plastik Jenis PP Untuk Bahan Baakar Alternatif. Teknik
mesin. Universitas Nusantara PGRI : Kediri.

Thorat,P.V, Warulkar, S., dan Sathone, H., 2013. Pyrolysis Of Waste Plastic To
Produce Liquid Hydrocarbons, Advances In Polymer Science and
Tecnology, 3(1), PP. 14-18.

Wahyudi, Ekky., dkk. 2016. Pengolahan Sampah Plastik Polipropilena (PP)


Menjadi BBM dengan Metode Perengkahan Katalitik Menggunakan
Katalis Sintesis. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 4(1):17-23.

Wahyudi, Jatmiko., dkk. 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Bahan


Pembuatan Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Litbang. 24(1):28.

Wijaya, I.M.A.S., Arthawan, I.G.K.A., dan Sari, A.N. 2012. Potensi Nira Kelapa
Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No.
1 Hlm 85-92.

42
Wiratmaja, I.G. 2010. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan
Bakar Alternatif Pengganti Bensin Murni. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin. 4(2).

43

Anda mungkin juga menyukai