Propoal Elena 2
Propoal Elena 2
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
ELENA
F1B117042
JURUSAN FISIKA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal dengan tepat waktu, yang saya beri Judul “Pengaruh
Variasi Jenis Katalis Terhadap Katakteristik BBM Plastik Polipropilena
(PP) yang Diproduksi dengan Metode Piro-Catalyitic” ini dapat terselesaikan
dengn baik. Tidak lupa pula shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Tujuan dari penyusunan proposal ini guna memenuhi salah satu syarat
untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Program Studi Fisika Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo .
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
1. Alat Penelitian.............................................................................................25
2. Bahan Penelitian.........................................................................................26
D. Prosedur Penelitian.......................................................................................27
1. Preparasi Sampel.........................................................................................27
2. Proses Pirolisis dan Katalis Zeolit..............................................................27
E. Karakterisasi BBM-Plastik...........................................................................28
1. GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)..................................28
2. Analisis Densitas.........................................................................................29
3. Analisis Viskositas......................................................................................30
4. Spesific gravity dan Api gravity.................................................................31
5. Analisis Nilai Kalor (Heating Value).........................................................31
F. Diagram Alir Penelitian................................................................................32
G. Tabel Data Pengamatan................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan
dengan tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi
yang sangat dominan dalam pemenuhan energi nasional. Komposisi komsumsi
energi nasional saat ini adalah BBM: 52,50%; Gas: 19,04%; BatuBara: 21,52%;
Air: 3,73%; Panas Bumi: 3,01%; dan Energi Baru: 0,2%. Kondisi demikian terjadi
sebagai akibat dari kebijakan subsidi masa lalu terhadap bahan bakar minyak
dalam upaya memacu percepatan pertumbuhan ekonomi. Suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri bahwa produksi minyak bumi Indonesia mengalami
penurunan akibat adanya penurunan secara alamiah dan semakin menipisnya
cadangan. Menurunnya produksi minyak mentah kita dan tingginya harga minyak
mentah dunia sangat berpengaruh terhadap kemampuan anggaran pembangunan.
Selama ini bahan bakar minyak di Indonesia masih subsidi oleh negara (melalui
APBN), sehingga menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah. Untuk
mengurangi beban subsidi tersebut pemerintah berusaha mengurangi
ketergantungan kepada energi bahan bakar minyak, dengan mencari dan
mengembangkan sumber energi lain yang murah dan mudah didapat. Harus
disadari bahwa saat ini Indosnesia telah mengimpor minyak mentah maupun
BBM untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Hingga saat ini sumber
energi minyak bumi masih menjadi sumber energi utama didalam penggunaannya
terutama dalam bidang kelistrikan, industri dan transportasi (Kholiq, 2015).
Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan
barang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan penggunaan
plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industru dan
juga jumlah populasi penduduk. Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat
hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Tahun 2002, tercatat 1,9
juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya tahun 2004 naik lagi
menjadi 2,4 juta ton per tahun. Di tahun 2010, 2,4 juta ton, dan pada tahun 2011,
sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton. Akibat dari peningkatan penggunaan
plastik ini adalah bertambah pula sampah plastik. Berdasarkan asumsi Kementrian
1
Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg
sampah per orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton sampah/hari (Iswadi,
2017).
Plastik adalah istilah umum bagi polimer yaitu material yang terdiri dari
rantai panjang karbon dan elemen-elemen lain (oksigen, notrogen, klorin atau
belerang) yang mudah dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Bahan
pembuatan plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami,
tetapi didalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan
sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan. Komponen
utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang merupakan
bagian atau rantai paling pendek menyususn dan membentuk bahan-bahan dasar
plastik (monomer) secara sambung-menyambung. Plastik juga mengandung zat
non plastik yang disebut aditif. Zat aditif diperlukan untuk memperbaiki sifat itu
sendiri. Bahan aditif untuk plastik diantaranya berfungsi sebagai pewarna,
antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurunan viskositas,
penyerap asam, mengurangi peroksida, pelumas, peliat dan lain-lain (Nasrun,
2016).
Bahan bakar juga merupakan bahan yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi untuk menghasilkan kerja mekanik secara terkendali.
Dengan kata lain adalah zat yang menghasilkan energi, terutama panas yang dapat
digunakan. Ditinjau dari suudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan
sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut
dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor (Puspita, 2013).
Jenis-jenis plastik yang paling banyak digunakan diantaranya adalah
polypropilena (PP) dan poly ethylene therephtalate (PET). Polipropilena (PP)
adalah sebuah polimer termoplastik yang dibuat oleh industri kimia dan
digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya adalah untuk kantong plastik,
gelas plastik, ember dan botol plastik. polypropilena bersifat lebih tahan panas,
keras, fleksibel dan dapat tembus cahaya. Polipropilena dapat mengalami
degradasi rantai saat terkena radiasi ultra ungu dari sinar matahari. Poly ethylene
therephtalate (PET) digunakan pembuatan botol minuman berkarbonasi, tas
2
bantal dan peralatan tidur. Poly ethylene therephtalate memiliki sifat keras dan
tahan terhadap pelarut. Jenis plastik PP dan PET ini biasanya banyak dijumpai
pada gelas dan botol air mineral (Nugraha, 2013).
Salah satu alternatif penanganan sampah plastik adalah dengan melakukan
proses daur ulang (recyle). Pirolisis sampah plastik merupakan salah satu bentuk
proses daur ulang dengan mengubah plastik menjadi bahan bakar. Selain
bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah plastik, pirolisis sampah plastik
juga bermanfaat untuk menyediakan bahan bakar dengan nilai energi yang cukup
tinggi. Dengan demikian teknologi untuk mengkonversi sampah plastik menjadi
bahan bakar minyak yaitu denganproses cracking (perekahan) dan thermal.
Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat
molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat digunakan
sebagai bahan kimia atau bahan bakar (Thorat, 2013).
Pengelolaan sampah plastik menjadi masalah sebab plastik merupakan
material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non biodegradable)
sehingga pengelolaan sampah plastik tidak landfil maupun open dumping tidak
tepat dilakukan. Pengelolaan sampah plastik dengan cara pembakaran dapat
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa terjadinya pencemaran
udara khususnya emisi dioxin yang bersifat karsinogen. Pengelolaan sampah
plastik lainnya adalah dengan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk
lain, namun proses daur ulang ini hanya akan merubah bentuk sampah pastik
menjadi bentuk baru bukan menanggulangi volume sampah plastik sehingga
ketika produk daur ulang plastik sudah kehilangan fungsinya maka akan kembali
menjadi sampah plastik. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk
menangani volume sampah plastik ini (wahyudi, 2018).
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau reagen kimia lainnya dimana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Teknik seperti ini mampu
menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan. Proses
pirolisis ini akan menjadi rantai hidrokarbon berantai pendek, selanjutnya
molekul-molekul ini didinginkan menjadi fase cair (Nasrun, 2015).
3
Berdasarkan pernyataan dan penelitian diatas, menjadi dasar penulis untuk
mengembangkan penelitian terhadap limbah plastik tersebut dengan Judul
"Pengaruh Variasi Jenis Katalis Terhadap Karakteristik BBM Plastik
Polipropilena yang Diproduksi Dengan Metode Pyro-Catalytic" dalam
penelitian ini komposisi katalisnya akan divariasikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh katalis terhadap jenis senyawa BBM plastik
Polipropilena (PP) yang diproduksi dengan metode pyro catalytic ?
2. Bagaimana pengaruh jenis katalis terhadap karakteristik BBM plastik yang
dihasilkan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh jenis katalis terhadap jenis senyawa BBM plastik
Polipropilena (PP) yang diproduksi dengan metode pyro catalytic.
2. Mengetahui pengaruh jenis katalis terhadap karakteristik BBM plastik yang
dihasilkan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya produksi bahan bakar minyak dari limbah plastik jenis
Polipropilena (PP) diharapkan dapat mengatasi masalah pencemaran
lingkungan terutama sampah plastik yang semakin banyak dan menumpuk,
serta mampu mengurangi bahan bakar fosil yang kian menipis.
2. Memberikan solusi energi alternatif menjadi BBM ramah lingkungan dengan
menggunakan sampah plastik sebagai sumber energi.
4
II.TINJAUAN PUSTAKA
1. Bensin
Bensin merupakan hidrokarbon berantai pendek antara C4-C10 yang biasa
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang berbentuk cairan bening,
agak kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang
sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam.
Bensin juga dapat digunakan sebagai pelarut, terutama karena kemampuannya
yang dapat melarutkan cat. Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon
alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana atau benzena untuk menaikkan nilai
oktan (Wiratmaja, 2010).
5
2. Solar
Solar adalah difraksi dari pemanasan minyak bumi antara 250-340℃ yang
mempunyai panjang hidrokarbon antara C₆-C₂₀. Solar banyak digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan yang menggunakan mesin diesel. Pada umumnya solar
akan banyak mengandung belerang karena dibandingkan dengan bensin solar
memiliki titik didih yang lebih tinggi. Kualitas dari solar ditentukan dengan
bilangan setana (centena), yaitu tingkat kemudahan minyak solar untuk menyala
atau terbakar di dalam mesin diesel, serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan
(knocking). Semakin tinggi bilangan setana pada solar maka kualitas solar akan
semakin baik (Kurniawan dan Nasrun, 2017).
3. Minyak Tanah
Minyak tanah atau kerosene adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan
mudah terbakar yang diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleun
pada 150℃ dan 275℃ dan mempunyai rantai karbon dari C₁₁ sampai C₁₅.
Biasanya, minyak tanah di distilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan
perawatan khusus, dalam sebuah unit merox atau hidrotreater, untuk mengurangi
kadar belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh
hidrocracker, yang digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak
mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak (Kurniawan dan Sari, 2015).
6
Gambar 3. Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah
E. Plastik
1. Pengertian Plastik
7
Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi
saat ini yang dapat berdampak buruk pada manusia maupun lingkungan karena
sifatnya yang non-biodegradable. Beberapa penanganan sampah yang popular
selama ini adalah 3R (Reuse, Reduce, Recyle). Akan tetapi masing-masing
penanganan sampah tersebut mempunyai kelemahannya masing-masing
(Kholidah, 2018).
2. Jenis-Jenis Plastik
8
Gambar 4. Polyethylene Terephthalate (PET) (Syaputro, 2018).
Sifat mekanisme jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaannya agak berlemak/berminyak. Pada suhu dibawah 60℃
sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini
dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Biasanya
plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol yang
lunak. Barangberbahan dasar LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan lain.
9
Gambar 5. Low Density Polyethylene (LDPE)
HDPE merupakan salah satu bahan jenis plastik yang aman untuk
digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan
plastik berbehan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE
memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, dan buram. Ada baiknya tidak
menggunakan wadah plastik dengan bahan HDPE terus-menerus karena walaupun
cukup aman tetapi wadah plastik berbahan HDPE akan melepaskan senyawa
antimonytrioksida secara terus-menerus.
Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll. PVC
mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan
10
plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut,
titik lelehnya 70-140℃. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada
plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila
dipanaskan.
d. Polypropilene (PP)
11
Gambar 8. Polypropilene
e. Polystyrene (PS)
12
Gambar 9. Polystyrene
f. Other (O)
13
Tabel 1.1 Jenis-Jenis Plastik Beserta Simbolnya
Simbol Jenis Plastik Kegunaan Titik Leleh (℃)
Polyethylene Botol kemasan air 250
Terephthalate mineral, botol
(PET) minyak goreng,
jus, botol sambal
dan botol kosmetik
High Density Botol obat, botol 200-280
14
Polyethylene susu cair, jerigen
(HDPE pelumas, dan botol
kosmetik
Polyvinly Chloride Pipa selang air, 160-180
(PVC) pipa bangunan,
mainan, taplak
meja dari plastik,
dan botol shampoo
Low Densty Kantong kresek, 160-240
Polyethylene tutp plastik, plastik
(LDPE) pembungkus
daging beku, dan
barbagai macam
plastik tipis
lainnya
Polypropylene Cup plastik, tutup 200-300
(PP) botol dari plastik,
mainan anak, gelas
air mineral,
sedotan dan
kemasan
margarine
Polystyrene (PS) Kotak CD, sendok 180-260
dan garpu plastik,
gelas plastik, atau
tempat makanan
styrofoam dan
tempat makan
plastik transparan
Other (O) Botol susu bayi, 280-310
plastik kemasan,
galon air minum,
15
suku cadang
mobil, alat-alat
rumah tangga,
komputer, sikat
gigi, alat-alat
elektronik dan
mainan lego
(Wahyudi, 2018).
1. Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis atau
devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu. Pirolisis adalah proses
dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara.
Proses dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.
Produk utama dari pirolisis yang dapat dihasilkan adalah arang (char), minyak,
dan gas. Arang yang terbentuk dapat digunakan untuk bahan bakar ataupun
digunakan sebagai karbon aktif. Sedangkan minyak yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai zat additif atau campuran dalam bahan bakar. Sedangkan gas
yang terbentuk dapat dibakar secara langsung (Iswadi, 2017).
16
kelebihan. Minyak hasil pirolisis tidak mengandung air sehingga nilai
kalorinya lebih besar. Selain itu, minyak hasil pirolisis tidak mengandung
oksigen sehingga tidak menyebabkan korosi (Hidayah, 2018).
2. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju reaksi dan setelah reaksi
selesai, terbentuk kembali dalam kondisi tetap. Katalis ikut terlibat dalam reaksi
memberikan mekanisme baru dengan energi pengaktifan yang lebih rendah
dibanding reaksi tanpa katalis. Katalis dibedakan menjadi dua golongan utama,
yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen merupakan
senyawa yang memiliki fasa yang sama dengan pelarut. Sedangkan, katalis
heterogen merupakan senyawa yang memiliki fasa yang berbeda dengan
pelarutnya (Ernawati, 2011).
17
Katalis digunakan untuk menurunkan energi yang terjadi pada proses
pembakaran, katalis juga berperan untuk menurunkan konsentrasi kalor yang
ada pada cairan yang terbentuk sebagai hasil produk pembakaran.
Katalis yang digunakan pada umumnya adalah zeolite, polysilicatecomponent,
pseudoboehmite componentdanclay component (Jati, 2010).
Beberapa jenis katalis padat yang telah digunakan para peneliti untuk
degradasi plastik menjadi bahan bakar, seperti silika-alumina, aluminium oksida
(AlO3), zink oksida (ZnO2), silika oksida (SiO2), arsenik oksida (As2O3), kromium
oksida (Cr2O3), besi oksida (Fe2O3), timbal oksida (PbO2), vanadium oksida
(V2O5), timbal tetra asetat (Pb(OAC)4), katalis FCC (Fluid Catalytic Cracking)
MCM-41, sulfat yang dimodifikasi oleh zirkonium, dan zeolit (Restina, 2012).
a. Zeolit
Sifat-sifat kimia dan fisika zeolit. Mineral zeolit adalah kelompok mineral
alumunium silikat terhidrasi Lm Al x Si y Oz ·n H 2 O , dari logam alkali dan alkali
tanah (terutama Ca, dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n
koefisien dari H 2 O , serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis ( M 2 ,
+¿¿
M 2+¿ ¿) Al2 O 3 gSiO2 · z H 2 O , M berupa Na atau K dan M 2+¿ ¿ berupa Mg, Ca,
+¿¿
atau Fe. Li , Sr atau Ba dalam jumlah kecil dapat menggantikan M +¿¿ atau M 2+¿ ¿,
g dan z bilangan koefisien. Beberapa specimen zeolit berwarna putih, kebiruan,
kemerahan, coklat, dll., karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Densitas
zeolit antara 2,0 – 2,3 g/cm 3 , dengan bentuk halus dan lunak. Kilap yang dimiliki
bermacam-macam. Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu
rangka aluminosilikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation
logam, dan molekul air dalam fase occluded (Flanigen, 1981 dalam Harben &
Kuzvart, 1996).
Zeolit merupakan katalis rengkah yang banyak digunakan terkait sifat asam
permukaan padatnya. Zeolit mampu menyerap, menukar ion dan menjadi katalis.
Selain berfungsi sebagai katalis, zeolit dapat berperan sebagai pengemban katalis
18
karena struktur tiga dimensinya yang berongga. Zeolit alam pada dasarnya
mengandung banyak pengotor yang menyebabkan pori-pori atau situs aktif dari
zeolit tertutup sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun sifat
katalisis dari Zeolit (Nindita, 2015).
b. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85% - 95%
karbon. Bahan-bahan yang mengandung unsur karbon dapat menghasilkan
karbon aktif dengan cara memanaskannya pada suhu tinggi. Karbon aktif adalah
katalis yang efisien untuk jenis degradasi dan dapat menghasilkan jumlah
senyawa aromatik yang lebih tinggi. Karbon aktif dipilih karena menunjukkan
sifat mekanik yang tinggi, tahan panas, murah dan sebagai katalis terbaik untuk
degradasi katalitik limbah PP dimana suhu optimum untuk reaksi katalitik adalah
400℃ (Nazif, 2016).
Titanium dioksida (TiO2) merupakan katalis support yang bersifat asam dan
masih stabil pada suhu tinggi. TiO2 memiliki luas permukaan m2/g. Sifat asam
pada TiO2, luas permukaannya yang sangat besar, harganya yang murah, mudah
dalam penyiapannya dan stabil pada suhu tinggi menarik perhatian peneliti untuk
menggunakannya sebagai katalis pada proses cracking metil ester. Kemampuan
TiO2 untuk memecah air menjadi oksigen dan hydrogen diharapkan mampu
19
menurunkan kadar air dan hasil cracking yang biasanya masih sangat tinggi
(Latipah dkk, 2014).
20
senyawa yang teridentifikasi dari hasil GC-MS dan jenis bahan bakar diketahui
dari panjang rantai karbon senyawa hidrokarbon. (Wahyudi & Saputra, 2016).
Cara kerja GC adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi detektor kemudian
memasuki kolom. Didekat kolom ada suatu alat di mana sampel-sampel bisa
dimasukkan ke dalam gas pembawa (ruang injeksi sampel).Sampel–sampel
tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatile (mudah menguap). Lubang
injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat. Aliran gas selanjutnya
menemui kolom,kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang
besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam kolom, padatan tersebut
diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang berperan sebagai fasa diam
atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil dan nonvolatil pada
temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan tertentu. Setelah
muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain detektor. Makazat
terlarut dari kolom mengatur ketidak seimbangan antara dua sisi detektor
yang direkam secara elektrik (Kholidah,2018).
21
2. Analisis Densitas
Massa jenis (densitas) adalah massa per unit volume suatu zat pada suhu
terntentu dan tidak hanya ditentukan oleh ukuran dan bobot molekul zat tapi
ditentukan oleh gaya atraksi antar molekul. Satuan dalam cgs = g/mL, dan kg/L
dan dalam mks = kg/mᶾ. Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai
alat, salah satunya adalah dengan menggunakan piknometer.
22
3. Memastikan fluida yang akan diukur massa jenisnya ke dalam piknometer
tersebut.
4. Menutup piknometer apabila volume yang diisikan sudah tepat.
5. Menimbang massa piknometer yang berisi fluida tersebut.
6. Menghitung massa fluida yang dimasukkan dengan cara mengurangkan
massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong.
7. Setelah mendapat data massa dan volume fluidanya, kita dapat
menentukan nilai rho/massa jenis (𝜌) fluida.
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat, salah satunya
adalah dengan menggunakan piknometer. Piknometer adalah jenis bejana kaca
atau logam dengan sebuah penentuan volume. Terdapat beberapa macam ukuran
dari piknometer, tetapi biasanya volume piknometer yang banyak digunakan
adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume ini valid pada temperatur yang
tertera pada piknometer tersebut. Piknometer terdiri atas bagian tutup untuk
mempertahankan suhu dalam piknometer, lubang dan gelas untuk mengukur
volume cairan. Kita dapat menentukan nilai rho/massa jenis (𝜌) dengan
menggunakan piknometer dapat ditentukan dengan persamaan:
m
ρ= (kg /l) (1)
Vp
Dimana:
23
Vp : volume poknometer (ml). (Wijaya, 2012).
Rentang densitas untuk BBM adalah 880,715 - 0,780 kg/L untuk bensin,
0,790 - 0,835 kg/L untuk kerosin, dan 0,815 - 0,870 kg/L untuk solar (Wahyudi
& Saputra, 2016).
4. Analisis Viskositas
Specifik Gravity adalah density bahan bakar dibagi dengan density air pada
temperatur yang sama. Atau dapat didefinisikan sebagai perbandingan berat dari
bahan bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan
temperatur yang sama. Umumnya, bahan bakar minyak memiliki specific gravity
0,74-0,96, dengan kata lain bahan bakar minyak lebih ringan daripada air. Pada
beberapa literatur digunakan American Petroleum Insitute (API) gravity. Specific
gravity dan API gravity adalah suatu pernyataan yang menyatakan density
(kerapatan) atau berat per satuan volume dari suatu bahan. Specific gravity dan
24
API gravity diukur pada suhu 60℉ (15,6℃), kecuali asphalt yang diukur pada
suhu 77℉ (25℃) (Wiratmaja, 2010).
Densitas sampel
SG¿ (2)
Densitas air
Nilai kalor adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panas/kalori yang
dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan
udara/oksigen. Nilai kalor dari bahan bakar minyak umumnya berkisar antara
18,300-19,800 Btu/lb atau 10,160-11,000 kkal/kg. Nilai kalor berbanding terbalik
dengan berat jenis (density). Pada volume yang sama, semakin besar berat jenis
suatu minyak, semakin kecil nilai kalornya, demikian juga sebaliknya semakin
rendah berat jenis semakin tinggi nilai kalornya. (Wijayatmaja, 2010).
2,2046226
NK = X (18.6650+ 40 X ( G−10 ) ) (3)
3 , 9673727
Penentuan nilai kalor dengan persamaan ini sebelumnya telah digunakan pada
penelitian (Wijaya, 2012) pada penelitiannya diperoleh nilai kalor nioetanol
sebesar 11.221,94 kkal/kg dengan bahan baku nira kelapa. Perbandingan energi
yang terkandung dalam plastik dengan sumber-sumber energi lainnya dapat di
lihat pada tabel 2 berikut ini.
25
Polyethylene 46,3
Polyprophylene 46,4
Polyvinly Chloride 18
Polystrene 41,4
Coal 24,3
Petrol 44
Diesel 43
Heavy Fuel Oil 41,1
Light Fuel Oil 41,9
LPG 46,1
Kerosene 43,4
26
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai Februari 2022
yang bertempat:
1. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) untuk pengambilan limbah plastik.
2. Laboratorium Fisika Material dan Energi, FMIPA, Universitas Halu Oleo,
Kendari, untuk preparasi sampel dan proses pyro-katalitik.
3. Laboratorium Pengembangan Kimia FKIP, Universitas Halu Oleo, Kendari,
untuk analisis nilai kalor sampel.
4. Laboratorium Organik Kimia FMIPA Unibersitas Halu Oleo, Kendari, untuk
analisis GC-MS.
B. Jenis Penelitian
27
C. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3. Alat Penelitian
No. Alat Fungsi
1. Timbangan Untuk mengukur massa limbah
plastik
2. Karung Wadah limbah plastik
3. Baskom Wadah limbah plastik yang telah
di potong kecil
4. Alat pirolisis Untuk mengkonversi sampah
plastik menjadi bahan bakar
- Tangki reaktor minyak
-Sebagai wadah atau tempat
terjadinya pemecahan/perekahan
28
- Kondensor limbah plastik menjadi asap
-Sebagai kondensasi yaitu
- Pipa Penghubung merubah asap polimer menjadi
cair
-Untuk menghubungkan tangki
reaktor dan kondensor atau
- Gelas Kaca tempat mengalirnya asap hasil
pemecahan polimer menuju
kondensor
-Tempat menampung hasil
pirolisis/plastik cair
5. Gas Chromatography Mass Untuk mengetahui distribusi
Spectrometry (GC-MS) jumlah atom karbon pada pada
minyak plastik
6. Piknometer Untuk mengukur densitas
minyak plastik
7. Viskometer Ostwald Untuk mengukur viskositas
minyak plastik
8. Kertas Whatmen no 1 Untuk menyaring minyak plastik
9. Masker Untuk menutup hidung pada saat
penelitian
10. Pipet Filter Untuk menghisap cairan pada
proses pengukuran viskositas
11. Gelas Ukur Untuk mengukur volume cairan
12. Sarung Tangan Digunakan selama penelitian
13. Timbangan analitik Untuk menimbang sampel dan
piknometer
7. Bahan Penelitian
29
Tabel 4. Bahan Penelitian
No Bahan Fungsi
1. Limbah Plastik Polypropilene Untuk bahan baku pembuatan
bahan bakar minyak
2. Air Untuk membersihkan limbah
plastik Polypropilene (PP)
3. Katalis Zeolit Untuk mempercepat proses
pirolisis dari bahan
Polypropilene (PP)
D. Prosedur Penelitian
1. Preparasi Sampel
5. Satu set alat pirolisis disiapkan beserta botol kaca sebagai tempat
penampungan hasil pirolisis.
6. 300 gram limbah plastik dan campuran katalis (zeolit 6%) kedalam tangki
reaktor.
30
7. Tangki reaktor dipanaskan pada temperatur 400˚C. Melalui proses
pemanasan maka sampah plastik di dalam tangki reaktor akan meleleh
dan melebur hingga mendidih menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan
akan keluar melalui saluran dan akan masuk ke kondensor. Didalam
kondensor uap mengalami kondensasi menjadi cairan plastik. Cairan yang
dihasilkan akan menetes melalui saluran output.
8. Waktu yang dibutuhkan untuk perekahan polimer hingga menghasilkan
BBM plastik pada temperatur 400oC dihitung.
9. Langkah b-d diulangi dengan variasi jenis katalis karbon aktif dan TiO2
dengan konsentrasi katalis 6%.
10. BBM plastik disaring dengan menggunakan kertas saring (kertas whatmen
No.1 ).
Gamb
ar 14. Rangkaian alat pirolisis
Keterangan :
31
2. Elemen panas 9. Tempat keluarnya asap
H. Karakterisasi BBM-Plastik
32
h. Mencatat pengaturan GC selama proses berjalan. Sebuah tombol di bagian
tengah bawah GC dapat diubah untuk membaca kolom (atau oven) suhu, suhu
detektor dan suhu injektor pelabuhan dalam ℃. Jembatan saat ini ditampilkan
dalam mA. Perhatikan bahwa ada da skala pada layar (Alharmaturidi, 2012).
www. Indokimia.com/Gas Kromatografi (Gas-Chromatogrphy).
9. Analisis Densitas
11. Botol piknometer 25 mL yang kosong ditimbang.
12. Sampel dimasukkan kedalam botol piknometer sampai jenuh.
13. Botol piknometer yang terlah diisi sampel ditimbang kembali.
14. Densitas dihitung dengan persamaan:
m g
ρ= ( )
Vp mL
(4)
Dimana:
Pengukaran viskometer yang tepat dengan cara persamaan (4) sulit dicapai.
Hal ini disebabkan harga R dan L sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan
pengukuran terutama R, sangat besar pengaruhnya karena harga ini dipangkat 4.
Untuk menghindari hal tersebut dalam prakteknya digunakan suatu cairan
pembanding. Pada penelitian ini cairan pembanding yang digunakan adalah air.
33
Berikut prosedur kerja pengukuran viskositas dengan menggunakan viskometer
ostwald :
Dimana:
𝝶1: Viskositas BBM plastik (cP)
34
11. Spesific gravity dan Api gravity
Spesific gravity dan API gravity diukur dengan cara yang sama. Nilai
densitas, specific gravity dan APIgravity kemudian digunakan untuk menghitung
nilai kalor (Wijaya, 2010).
densitas sampel
SG = (6)
densitas air
141,5
AG = −131,5 (7)
SG
2,2046226
NK¿ X¿ (8)
3,9673727
35
I. Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir penelitian ini adalah sebagai berikut.
BBM Plastik
Uji Specific Gravity& API
Gravity
Uji Nilai kalor
(Kkal/Kg
Hasil
36
J. Tabel Data Pengamatan
Tabel data pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4 berikut.
Suhu
Katalis Densitas Viskositas Api Specific Nilai Kalor
pirolisis
Zeolit
(%) gravity (kkal/kg)
1.
2. Karbon00˚C
Aktif
3. TiO2
37
DAFTAR PUSTAKA
Endang K., dkk. 2016. Pengolahan Sampah Plastik dengan Metode Pirolisis
Menjadi BBM. Jurnal Teknik Kimia.
38
Ernawati, R. 2011. Konversi Limbah Plastik sebagai Sumber Energi Alternatif.
Jurnal Riset Industri Vol. V no. 3. Balai Besar Kimia dan
Kemasan, Kementerian Perindustrian.
Iswandi, Didik., dkk. 2017. Pemanfaatan Sampah Plastik LDPE dan PET
Menjadi BBM dengan Proses pirolisis. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia
UNPAM. 1(2).
39
ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan, 2(1), 28–33.
https://doi.org/10.19109/alkimia.v2i1.2259.
Nindita, V. (2015). Studi berbagai metode pembuatan BBM dari sampah plastik jenis
LDPE dan PVC dengan metode Thermal dan Catalytic Cracking (Ni-Cr /
ZEOLIT). Teknis, 10(3), 137–144.
40
Sari, G. L. (2018). Kajian Potensi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Cair. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan. 3(1), 6–13.
https://doi.org/10.29080/alard.v3i1.255.
Surono, Untoro Budi. 2013. Berbagai metode Konversi Sampah Plastik Menjadi
BBM. Jurnal Teknik. 3(1).
Surono, Untoro Budi., dan Ismanton. 2016. Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP,
PET dan PE Menjadi BBM dan Karakteristiknya. Jurnal Mekanika
Dan Sistem Termal. 1(1).
Syamsiro, M., Saptoadi, H., Norsujianto, T., Noviasri, P., Cheng, S., Amiluddin,
Z., Yoshikawaa, K. (2013). Fuel Oil Production from Municipal
Plastic Wastes in Sequential Pyrolisis and Catalytic Reforming
Reactors. Energy Procedia, 47, 180-188.
41
Syaputro, W.F. 2018. Analisis Laju Pemanasan Terhadap Hasil Produk Pirolisis
Sampah Plastik Jenis PP Untuk Bahan Baakar Alternatif. Teknik
mesin. Universitas Nusantara PGRI : Kediri.
Thorat,P.V, Warulkar, S., dan Sathone, H., 2013. Pyrolysis Of Waste Plastic To
Produce Liquid Hydrocarbons, Advances In Polymer Science and
Tecnology, 3(1), PP. 14-18.
Wijaya, I.M.A.S., Arthawan, I.G.K.A., dan Sari, A.N. 2012. Potensi Nira Kelapa
Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No.
1 Hlm 85-92.
42
Wiratmaja, I.G. 2010. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan
Bakar Alternatif Pengganti Bensin Murni. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin. 4(2).
43