Anda di halaman 1dari 6

Paragraf Narasi

A. Pengertian dan ciri-ciri paragraf narasi


a. Pengertian paragraf narasi
Narasi adalah uatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian
atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri
peristiwa itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi yaitu unsur
peristiwa atau tindakan (Keraf, 1983:136).
Antara satu kisah dengan kisah yang lain terdapat perbedaan, minimal yang
menyangkut tujuan atau sasaran pembacanya. Berdasarkan perbedaan itu jenis narasi
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Narasi ekspositoris atau narasi teknis, dan
Narasi sugestif

1. Narasi ekspositoris atau narasi teknis


Narasi ekspositoris adalah narasi yang hanya bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pembaca agar wawasannya bertambah luas (memperluas pengetahuan
orang).
Narasi ekspositoris dapat bersifat umum (generalisasi) dan dapat pula bersifat khusus
(khas)
Narasi ekspositoris yang bersifat umum adalah narasi yang menyampaikan suatu
proses atau peristiwa yang umum, yang dapat dilakukan oleh siapapun, dan dapat pula
dilakukan secara berulang-ulang.
Perhatikan contoh berikut.

Contoh 1

Sewaktu musim kemarau, di beberapa wilayah Jakarta dan daerah lain akhir-
akhir ini, masyarakat mengalami kekurangan air. Pada saat yang demikian, sudah tentu
kita perlu melakukan penghematan dalam soal air. Sebagai orang yang beriman, kita
1) Narasi sugestif
tidak terlalu panik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk hemat air, antara lain:
Handuk tidak dicuci bila baru satu kali dipakai.
Ganti baju agar menghemat, misalnya, sehabis mandi ganti baju, tiba-tiba papa
mama mengajak anak-anak ke mal atau toko buku. Otomatis anak-anak ganti baju lagi.
Apabila nanti pulang dari toko buku atau mal, baju tadi dipakai lagi, jangan terus asal
ganti baju.
Sebaiknya, Ibu mengarahkan pembantu agar menampung air bekas cucian baju
untuk digunakan menyiram tanaman, kebun, tanah keringdan berdebu. Jadi, air jangan
dibuang sia-sia, pergunakan dan manfaatkan sebaik-baiknya.
Pastikan pemakaian air terkendali, buka seperlunya, jangan biarkan air kran
mengalir selagi kita menggosok alat-alat dapur yang kotor. Sebaiknya, sikat terlebih
dahulu semua alat yang akan dicuci, baru kemudian dibilas dengan air kran. Usahakan
air kran tidak terbuang sia sia.
Demikian juga saat gosok gigi, matikan dahulu kran selagi kita menyikat gigi,
agar air tidak mengucur terbuang sia-sia.
Saat berwudu sering anak-anak berlama-lama mencuci tangan, kaki, dan muka.
Hendaknya diingatkan agar anak-anak tidak membuang air dengan sia-sia.
Di dalam kegiatan apa pun, seperti mencuci kaki, tangan, baju, piring, dan
mandi hendaknya berhemat air. Pendek kata, hemat dalam segala hal bukan berarti
pelit. Hemat pada tempatnya itu termasuk ibadah.

(Dikutip dengan perubahan dari "Hemat itu Ibadah". Amanah Nomor 33 Tahun
XVI, Desember 2002:85)

Contoh narasi tersebut bersifat narasi ekspositoris generalisasi. Narasi itu


menyampaikan proses yang umum, yang dapat dilakukan atau dialami oleh siapa saja, dan
dapat dilakukan berulang kali.

Narasi ekspositoris yang bersifat khusus atau khas adalah narasi yang berusaha
mengisahkan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa khas adalah
peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian
pada suatu waktu tertentu.

Perhatikan contoh berikut:

Contoh 2

Khaeruddin (bukan nama sebenarnya), pemilik sebuah klinik di kawasan Jakarta,


tidak punya firasat buruk sore itu, Rabu 16 April 2003. Pria yang dikenal taat beribadah
itu sedang ditemani supir dan adiknya, ketika tiba-tiba beberapa pria berbadan tegap
menghentikan laju kendaraannya.

Mereka mengaku petugas gabungan dari Polda Metro Jaya dan Markas Besar
Kepolisian Republik Indonesia. Tentu saja pria paruh baya ini terkejut bukan kepalang.
Apalagi orang-orang asing yang tak dikenalnya ini tidak memperlihatkan surat
penangkapan sesuai dengan prosedur lazim

Tanpa ba bi bu, mereka bertiga pun digelandang ke Polsek Pondok Indah.


"Sebenarnya, saya sudah tidak ingin mengingat lagi peristiwa naas itu," ujarnya seperti
ingin menghapus sisa trauma. Pria yang aktif mengadakan pengajian di rumahnya ini
layak tertekan. Pasalnya, Khaeruddin bersama sopir dan adiknya sempat "menikmati"
bogem mentah aparat.

(Dikutip dari M. Adnan Firdaus. 2003. "Aktivis Islam Diincar (Lagi)". Sabili Nomor 22
Contoh narasi di atas bersifat khusus atau khas karena hanya terjadi pada suatu saat
tertentu. Pengalaman pertama tokoh Khaeruddin yang mungkin tidak terulang kembali
persis seperti kejadian yang dialaminya

2. Narasi sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha memberi makna atas peristiwa atau
kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Sasaran utama narasi sugestif adalah makna
peristiwa atau kejadian sehingga menimbulkan atau merangsang imajinasi atau daya
khayal pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan
secara eksplisit atau yang tersurat dalam teks. Makna baru yang melibatkan daya
imajinasi pembaca itu sesuatu yang implisit atau tersirat.
Perhatikan kutipan berikut.

Contoh 3

Nuh

Pada hari Ahad kedua, kota tua itu tumpas. Curah hujan tak lagi deras, meskipun
angkasa masih ungu, dan hari gusar. Rumah-rumah runtuh, seluruh permukaan
rumpang, dan tamasya mati bunyi, kecuali gemuruh air. Memang ada jerit terakhir,
yakni teriak seorang anak.

"la jatuh", kata laporan yang disampaikan kepada Nakhoda, "dari sebuah atap yang
bongkah. Air bah menyeretnya. Kakinya memang lumpuh sebelah. Dengan cepat ia
pun tenggelam, seperti yang lain-lain: neneknya, ibu-bapaknya, saudara-saudaranya
sekandung. la tenggelam, seraya memekik, begitu juga seluruh kota."

Nakhoda itu tersenyum. Segera diberitakannya kabar terakhir itu kepada Nuh yang
sedang berdoa di kamarnya dalam bahtera. Orang alim itu terdiam sebentar, lalu
bangun dan berjalan ke buritan. la ingin menyaksikan sendiri benarkah gelombang
telah selesai membunuh.

Memang: banjir itu tak lagi ganas, seakan-akan naga yang kenyang bangkai.

Dan di sisa kota itu ia lihat mayat, terapung, menggelembung, hampir hitam, beribu-
ribu, seperti menantikan sesuatu. la lihat gagak dan burung-burung merabu, bertengger
di atas perempuan-perempuan tua yang terserak busuk. Di permukaan air itu bahkan
hutan-hutan takluk dan senja seakan terbalik, seperti pagi. Nuh pun berbisik, "Kaum
yang musyrik, yang tak dikehendaki..."

(Goenawan Mohamad. 1998. Misalkan Kita di Sarajevo. hlm. 60-61)


Narasi sugestif tidak bercerita atau memberi komentar mengenai sebuah cerita dengan lugas,
tetapi mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian yang dialami seorang tokoh untuk memperluas
wawasan, dan kemudian dari kisah itu mampu menggugah daya imajinasi atau mengembangkan
daya khayal pembaca.

Agar lebih jelas, perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, berikut diterangkan
secara singkat.

Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif


1. Memperluas pengetahuan 1) Menyampaikan suatu makna atau
suatu amanat yang tersirat
2. Menyampaikan informasi mengenai 2) Menimbulkan daya khayal atau
suatu kejadian menggugah daya imajinasi pembaca
3. Didasarkan pada penalaran untuk 3) Penalaran hanya berfungsi sebagai alat
mencapai kesepakatan rasional untuk menyampaikan makna, sehingga
jika perlu penalaran dapat dilanggar
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa 4) Bahasanya lebih condong ke bahasa
informatif, lugas, dengan titik berat figurative, kias, majas, dengan menitik
pada penggunaan kata-kata denotatif beratkan penggunaan kata-kata
konotatif

b. Ciri-ciri Paragraf Narasi


Ciri-ciri paragraf narasi yang paling mudah diidentifikasi adalah adanya pola secara
sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal tengah - akhir (Wikipedia, 2011).

a. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca
b. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik Konflik lalu
diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks,
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
c. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam macam Ada
yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya
sendiri.

Ciri paragraf yang ditandai dengan terbentuknya susunan urutan awal – tengah –
akhir ini kemudian menjadi pedoman bagaimana langkah menyusun narasi (terutama
yang berbentuk fiksi) yang cenderung dilakukan melalui proses kreatif.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi
ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi
ekspositoris yaitu biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi
sugestif yaitu novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
B. Narasi Fakta dan Narasi Fiktif
1. Narasi Fakta
Jika sebelumnya sudah di sebutkan perbedaan antara narasi ekspositoris dan
narasi sugestif, maka narasi pun dapat dibedakan atas dasar fakta dan fiktifnya. Narasi
yang berdasarkan pada fakta atau nonfiktif ada beberapa bentuk khusus, yaitu (a)
otobiografi dan biografi yang bersisi sejarah riwayat hidup seorang tokoh, (b) anekdot
dan insiden yang dialami oleh seorang tokoh, (c) sketsa, dan (d) profil. Sementara itu,
semua jenis karya sastra termasuk narasi fiktif atau rekaan.

a. Otobiografi dan biografi


Perbedaan antara otobiografi dan biografi terletak pada narator (pengisah,
pencerita)-nya, yaitu siapa yang berkisah atau bercerita dalam wacana itu. Narator dalam
otobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan narator dalam biografi adalah orang lain.
Keduanya mempunyai kesamaan, yaitu menyampaikan kisah yang menarik mengenai
kehidupan dan pengalaman pengalaman pribadi. Otobiografi dan biografi dapat ditulis
secara ringkas untuk keperluan penerbitan dalam media massa cetak atau elektronik,
seperti majalah, surat kabar, dan internet; ditulis sangat ringkas untuk lema ensiklopedia.
Namun, dapat juga ditulis utuh tersendiri melalui penelitian yang panjang menjadi sebuah
buku otobiografi atau biografi

b. Anekdot dan insiden

Anekdot dan insiden sering berfungsi sebagai bagian dari otobiografi biografi,
atau sejarah seorang tokoh Anekdot dan insiden mengisahkan suatu rangkaian tindak-
tanduk atau perbuatan dalam suatu unit waktu tersendiri. Atas alasan ini sebenarnya
anekdot dan insiden dapat dikeluarkan dari induk ceritanya tanpa mengganggu kesatuan
cerita induknya Oleh sebab itu, anekdot dan insiden dapat ditulis sebagai narasi yang
independen, kisah yang berdiri sendiri.

c.Sketsa
Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat dan dikembangkan dengan
menggunakan detail-detail yang terpilih berdasarkan suatu kerangka perbuatan yang
naratif Tujuan utama sketsa adalah menyajikan hal-hal yang penting dari suatu peristiwa
atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan untuk mengisahkan sesuatu
kejadian secara lengkap.

d. Profil
Kata profil diturunkan dari bahasa Latin: pro + filo, pro berarti 'di muka atau ke
muka'; dan filum berarti 'garis', 'benang', atau 'kerangka'. Dalam bahasa Indonesia kata
profil berarti: (1) pandangan dari samping (tentang wajah orang): (2) lukisan gambar
orang dari samping: sketsa biografis. (3) penampang (tanah, gunung, daerah, dan
sebagainya): (4) grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal yang khusus
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:897).
Seperti yang tercermin dalam pengertian istilah yang dipergunakan untuk
menyebut wacana ini, profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang
dikisahkan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan di muka atau sebelumnya.
Profil seriang berhasil meninggalkan kesan yang dominan mengenai subjeknya. Bila kita
selesai membaca sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa
dengan suatu kepribadian dari individu yang sesungguhnya

2. Narasi Fiktif
Narasi fiktif yaitu karangan yang mengisahkan hal-hal yang bersifat khayal atau
imajinasi. Contoh: cerpen, novel, dongeng, dan hikayat.

Anda mungkin juga menyukai