Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PAPER MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISTEM ETIKA, NILAI, NORMA, DAN MORAL

Dosen : Dr. I Made Wirya Darma, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

1. Ni Luh Sri Purnama Dewi (120211446)


2. Ni Luh Putu Sunariyani (120211500)
3. I Gst Kt A Andri Kurniaditama (120211711)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

0
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
paper yang berjudul “Kewarganegaraan Republik Indonesia” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Pendedikan Kewarganegaraan Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kewarganegaraan di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. I Made Wirya Darma,


S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, paper yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 27 April 2021

Penulis

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa
setiap orang haruslah terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan,
sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak
berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh
membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah
sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern
untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena itu
disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang
lebih sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa. Indonesia sebagai negara yang
pada dasarnya menganut prinsip ‘ ius sanguinis’,mengatur kemungkinan
warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian kewarganegaraan dan warga negara ?
2. Apa sajakah asas – asas kewarganegaraan ?
3. Apa itu dwi kewarganegaraan ?
4. Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan ?
5. Penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian kewarganegaraan dan warga
negara.
2. Agar dapat mengetahui asas – asas kewarganegaraan.
3. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan dwi
kewrganegaraan.
4. Agar dapat mengetahui cara memperoleh kewarganegaraan.
5. Agar dapat mengetahui penyebab kehilangan kewarganegaraan.

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Secara etimologi kata, etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus studi kewarganegaraan kata etika di
definisikan sebagai bertalian dengan keputusan moral yang berakar dari
kesadaran; sebagai ilmu pengetahuan atau teori, etika merupakan cabang dari
filosofi yang mengkaji moralitas dan berbagai pemikiran tentang bagaimana
perilaku manusia seharusnya dinilai. (Kalidjernih, 2010).
Menurut beberapa para ahli, etika diartikan sebagai berikut:
1. Ahmad Amin menyebutkan bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Ipel
Gunadi, 2017)
2. Soegarda Poerbakawatja menyebutkan bahwa etika sebagai filsafat nilai, serta
berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga pengetahuan tentang
nilai-nilai itu sendiri (Ipel Gunadi, 2017).
3. Ahli filsafat dalam buku karangannya mendefinisikan etika sebagai cabang
aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai
“betul” (right) dan “salah” (wrong) dalam arti “susila” (moral) dan “tidak
susila” atau immoral (Kattsoff, 2004).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan perilaku atau karakter manusia yang berhubungan dengan nilai baik
atau buruk, bermoral atau immoral, serta benar atau salah. Dengan kata lain, etika
adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam berperilaku di
masyarakat.

5
2.2 Bentuk-Bentuk Etika
Muhammad Tohir (2019) menjelaskan bahwa etika termasuk filsafat praktis
yang dibagi dalam dua bentuk yaitu:
1. Etika umum, berisikan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia. Etika umum juga berkaitan dengan cara-cara yang
dilakukan oleh manusia dalam mengambil keputusan etis dan teori-
teori dalam etika serta prinsip moral dasar yang dijadikan sebagai
pegangan manusia dalam berbuat.
Sebagai contoh misalnya larangan menggunakan ponsel saat
berkendara, larangan menerobos lampu merah, larangan merokok di
pompa bensin, dan masih banyak lagi.
2. Etika khusus merupakan jenis etika berupa penerapan konsep moral
standar dalam situasi kehidupan yang khusus. Etika khusus dibagi
menjadi dua yakni etika individual dan etika sosial.
a. Etika individual adalah kewajiban manusia terhadap dirinya
sendiri. Contohnya adalah etika mengucapkan salam saat
bertamu ke rumah orang lain, atau mencium tangan orangtua
ketika berpamitan pergi.
b. Etika sosial adalah kewajiban manusia terhadap manusia lain
dalam hidup masyarakat. Etika social mencakup diantaranya
adalah:
 Etika Keluarga adalah sikap atau perilaku yang baik dalam
hubungan keluarga baik antara suami dengan istri maupun
anak dengan orang tua atau sebaliknya.
 Etika Profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
dapat/bisa memberikan suatu pelayanan professional
terhadap masyarakat itudengan penuh ketertiban serta juga
keahlian yakni sebagai pelayanan dalam rangka melakukan
tugas yang merupakan kewajiban terhadap masyarakat.
 Etika Lingkungan atau yang disebut keberlanjutan ekologi
yang luas merupakan altenatif wacana menyelamatkan
lingkungan, sumber daya alam dan ekosistem.

6
 Etika Pendidikan merupakan sebuah proses pendidikan
yang berlangsung secara etis dan terus menerus dalam
kehidupan seseorang melalui pengajaran dan penekanan
terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan, bakat,
kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan seimbang
dengan etika yang baik dan benar.
 Etika Seksual adalah kebiasaan personal, norma social dan
pola-pola perilaku secara langsung berhubungan dengan
insting atau naluri seksual manusia.
 Etika Politik memiliki beberapa syarat fundamental yaitu
didasarkan pada harkat dan martabat manusia; dan
didasarkan pada nilai moral dan kemanusiaan.

2.3 Pengertian Nilai


Mansur Isna (2001) menggambarkan nilai sebagai sesuatu yang bersifat
abstrak, ideal, bukan merupakan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi. Adapun
pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli (Una Kartawisastra, 1980)
antara lain:
1. Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai.
2. Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai
sebagai berikut: Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami cara langsung
kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-
mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti terletak pada esensi objek
itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang
berada dalam kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari
pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.

7
3. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yangmelekat pada sesuatu
(Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi
arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan
berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah
sesuatu yang dapat dijadikan parameter segala sesuatu baik atau buruk sebagai
abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi
perilaku yang ketat. Nilai juga dapat dikatakan sebagai daya pendorong dalam
hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Nilai-
nilai tidak perlu sama bagi seluruh masyarakat. Dalam masyarakat terdapat
kelompok yang berbeda atas dasar sosio-ekonomis, politik, agama dan etnis
masing-masing mempunyai sistem nilai yang berbeda. Nilai-nilai ditanamkan
pada anak didik dalam suatu proses sosialisasi melalui sumber-sumber yang
berbeda.

2.4 Pengertian Hierarkhi Nilai


Muhammad Tohir (2019) memaparkan bawa nilai memiliki tingkatan
berdasarkan sudut pandang atau titik tolak nilai. Adapun penggolongan mengenai
nilai berdasarkan Kaelan Ms yaitu:
1. Max Sceler menggolongkan menjadi empat tingkatan yaitu:
a. Nilai Kenikmatan
b. Nilai Kehidupan
c. Nilai Kejiwaan
d. Nilai Kerohanian
2. Walter G. Everet menggolongkan menjadi delapan kelompok yaitu:
a. Nilai Ekonomis
b. Nilai Kejasmanian
c. Nilai Hiburan
d. Nilai Sosial
e. Nilai Watak
f. Nilai Estetis
g. Nilai Intelektual

8
h. Nilai Keagamaan
3. Notonagoro menggolongkan menjadi tiga macam yaitu :
a. Nilai Materiil
b. Nilai Vital
c. Nilai Kerohanian meliputi nilai kebenaran, nilai keindahan,
nilai kebaikan dan nilai religious.

2.5 Pengertian Norma


Norma yang ada dalam masyarakat berisi tata tertib aturan dan petunjuk
standar. Kemudian norma yang berlaku dalam masyarakat biasanya berisi aturan
tak tertulis. Meski tak tertulis, norma atau aturan yang ada secara sadar dipatuhi
oleh masyarakat. Jadi, norma memang pada dasarnya dibuat untuk dilaksanakan.
Menurut beberapa ahli, norma diartikan sebagai berikut:
1. Broom Dan Selznic. Norma ialah suatu rancangan yang ideal dari perilaku
manusia yang memberikan batasan bagi suatu anggota masyarakatnya untuk
mencapai tujuan hidup yang sejahtera.
2. Soerjono Soekanto. Norma adalah sebuah perangkat di mana hal itu dibuat
agar hubungan di dalam suatu masyarakat dapat berjalan seperti yang
diharapkan.
3. E.. Utrect. Norma ialah segala himpunan petunjuk hidup yang mengatur
berbagai tata tertib dalam suatu masyarakat atau bangsa yang mana peraturan
itu diharuskan untuk ditaati oleh setiap masyarakat, jika melanggar maka akan
adanya tindakan dari pemerintah.
Norma memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan di masyarkat. Fungsi-
fungsi norma tersebut ialah sebagai berikut.
 Bisa mencegah terjadinya benturan kepentingan masyarakat
 Dapat menciptakan kehidupan masyarakat menjadi aman, tenteram,
dan tertib.
 Memberi petunjuk atau pedoman bagi setiap individu dalam menjalani
kehidupan di masyarakat.
 Membantu mencapai tujuan bersama dalam masyarakat.
 Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai nilai yang berlaku.

9
 Memberikan batasan, yaitu berupa larangan atau perintah dalam
berperilaku dan bertindak.
 Memaksa individu dalam menyesuaikan dan beradaptasi dengan
norma-norma yang berlaku yang ada dalam masyarakat serta menyerap
nilai-nilai yang diharapkan.
2.6 Proses Terjadinya Norma
Soerjono Soekanto dalam Muhammad Tohir (2019) menyatakan bahwa proses
terjadinya norma meliputi :
1. Bersikap tindak atau berperilaku menurut sutau pola tertentu.
2. Pola tersebut melalui imitasi atau edukasi.
3. Dengan memenuhi kebutuhan dasar.
4. Berperilaku sesuai patokan atau pedoman.
5. Terbentuklah norma sebagai patokan.

2.7 Bentuk Norma Secara Umum


Norma memiliki bentuk secara umum yakni :
1. Norma Kepercayaan
Norma yang satu ini menjadi pedoman hidup bagi manusia yang
bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Isi dari norma ini berupa perintah,
ajaran, dan larangan. Sanksi dari pelanggaran norma agama berupa dosa
dengan balasan di akhirat kelak. Norma ini bertujuan untuk kesucian hidup
pribadi.
2. Norma Kesusilaan
Norma yang satu ini bersumber dari hati nurani manusia. Norma
kesusilaan mendorong manusia untuk berbuat baik dan menghindari
perbuatan buruk. Jika seseorang melanggar norma ini, biasanya mereka
akan mendapat sanksi berupa penyesalan, dicemooh, bahkan dikucilkan
dari masyarakat. Norma ini bertujuan untuk terbentuknya kebaikan aklak
pribadi.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan didasari beberapa hal, seperti kebiasaan, kepantasan,
kepatutan yang berlaku di masyarakat. Norma kesopanan berasal dari

10
pergaulan manusia. Norma ini bertujuan untuk kesedapan hidup
antarpribadi.
4. Norma Hukum
Norma hukum bersumber dari negara atau pemerintah yang diatur dalam
Undang-Undang. Norma hukum memiliki sifat memaksa untuk
melindungi kepentingan dalam pergaulan hidup di masyarakat. Norma
hukum juga sebagai pelengkap norma-norma lain dengan sanksi tegas dan
nyata. Sanksinya itu tegas, memaksa, dan mengikat, seperti penjara dan
denda. Norma ini bertujuan untuk kedamaian hidup antarpribadi.

Selain itu terdapat empat macam norma berdasarkan kekuatan berlakunya di


masyarakat. Keempat macam norma itu adalah:

1. Cara (usage) merupakan bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya


sangat lemah. Norma ini lebih menonjolkan hubungan antarindividu.
Pelanggaran terhadap norma ini tidak mengakibatkan hukuman yang
berat, tetapi sekadar celaan. Contohnya adalah saat makan kita tidak
boleh bersuara.
2. Kebiasaan (folksway) merupakan kegiatan atau perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak karena
disukai. Norma ini lebih kuat daya ikatnya dibandingkan norm acara.
Contohnya adala ketika bertamu kita mengucapkan salam.
3. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai
norma pengatur.sifat norma ini di satu sisi sebagai pemaksa suatu
perbuatan, tetapi di sisi lain sebagai suatu larangan. Contohnya
larangan berduaan di tempat sepi.
4. Adat istiadat (custom) merupakan tata kelakuan yang telah menyatu
kuat dalam pola perilaku sebuah masyarakat. Norma ini memiliki daya
ikat paling kuat karena sanksi nya berisikan perintah dan larangan.
Contohnya adalah larangan berzina.

11
2.8 Pengertian Moral

Istilah moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan akhlak.


Berbeda dengan akal yang dipergunakan untuk merujuk suatu kecerdasan, tinggi
rendahnya intelegensia, kecerdikan dan kepandaian. Kata moral atau akhlak acap
kali digunakan untuk menunjukkan suatu perilaku baik atau buruk, sopan santun
dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai kehidupan. Moral berasal dari Bahasa Latin
yaitu mores yang berarti adat kebiasaan (Muhammad Tohir, 2019). Moral
atau "ethos" seseorang atau sekelompok orang adalah bukan hanya apa yang
dilakukan oleh orang atau sekelompok orang itu, melainkan juga apa yang
menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang
tidak baik, mengenai apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan. Perbuatan-
perbuatan atau perilaku orang pada umumnya, tidak selalu adalah tanda, adalah
manifestasi keyakinan atau pandangan hidup orang.
Dalam penggunaannya sebagai kata sifat, moral dapat dimaknakan sebagai :
1. sesuatu yang menyangkut penilaian atau pengajaran tentang kebaikan atau
keburukan watak atau kelakuan;
2. sesuatu yang bersetujuan dengan ukuran-ukuran maupun kelakuan yang baik;
3. sesuatu yang timbul dari hati nurani;
4. hal yang punya dampak kejiwaan bukan keragaan;
5. hal yang didasarkan atas kelayakan daripada bukti;
6. prinsip yang diajarkan (atau disimpulkan) lewat sebuah cerita atau kejadian;
7. aturan-aturan kebiasaan tingkah laku (khususnya tingkah laku seksual).
Pancasila disebut moral Pancasila karena mengatur etika, akhlak, kesusilaan
serta budi pekerti yang didasarkan nilai-nilai luhur Pancasila (Muhammad Tohir,
2019).

12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian norma, etika, dan moral memang sangat penting
untuk diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma sangat diperlukan oleh masyarakat dalam mengatur hubungan antar
anggota masyarakat. Etika Etika pada akhirnya membantu untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu di lakukan dan
yang perlu di pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam
segala aspek atau sisi kehidupan. Sedangkan moral sebagai sikap, perilaku,
tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba
melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta
nasihat, dll. Dengan adanya ketiga hal tersebut kita sebagai masyarakat
akan dapat hidup dengan baik didalam masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA
Tohir, Muhammad. 2019. Intisari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Kencana
H. Una Kartawisastra, Strategi Klarifikasi Nilai, (Jakarta: P3G Depdikbud, 1980)
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2001)
Kalidjernih, (2010) .Kamus Studi Kewarganegaraan ; Perspektif Sosiologikal dan
Politikal. Bandung : Widya Aksara Press.

Kattsoff, Louis (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya

Gunadi, Ipel.2017. KONSEP ETIKA MENURUT FRANZ MAGNIS SUSENO.


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY. Banda ace

14

Anda mungkin juga menyukai