Perbedaan Kurikulum Indonesia Dan Australia
Perbedaan Kurikulum Indonesia Dan Australia
KURIKULUM AUSTRALIA
Disusun oleh :
Pendidikan Kimia A
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Semenjak
manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil
merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka.
Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam
bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu
sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Dan apabila sebuah
pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah
menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai
reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu
pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Studi perbandingan pendidikan dalam hal ini
kurikulum merupakan salah satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan
dengan sistem pendidikan Indonesia dengan Negara tertentu, terutama yang berhubungan
dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan tersebut. Untuk itulah
pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengkaji dan menguraikan perbandingan
pendidikan terhadap beberapa Negara, khususnya Indonesia dan Australia. Sistem
pendidikan Australia berstandar tertinggi dan menikmati pengakuan internasional. Sekolah
adalah wajib di seluruh Australia, yang memberikan sumbangsih pada tingkat melek huruf 99
persen. Sekolah-sekolah mengembangkan keterampilan dan membangun kepercayaan diri
para pelajar; lulusan universitas Australia unggul pada penelitian dan inovasi terdepan serta
pendidikan kejuruan dan teknik memajukan sektor industri yang sedang berkembang pesat.
Australia juga salah satu penyelenggara pendidikan dan pelatihan terdepan di dunia bagi
pelajar internasional, termasuk pelatihan bahasa Inggris.
B. Rumusan Masalah
1. Perbedaan tujuan pembelajaran kurikulum Indonesia dan Australia.
2. Perbedaan materi kimia dari kurikulum Indonesia dan Australia.
3. Perbedaan metode atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan dari kurikulum
Indonesia dan Australia.
4. Perbedaan sistem penilaian dari kurikulum Indonesia dan Australia.
5. Kelebihan kurikulum Autralia jika dibandingkan kurikulum Indonesia.
C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan tujuan pembelajaran kurikulum Indonesia dan Australia.
2. Mengetahui perbedaan materi kimia dari kurikulum Indonesia dan Australia.
3. Mengetahui perbedaan metode atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan dari
kurikulum Indonesia dan Australia.
4. Mengetahui perbedaan sistem penilaian dari kurikulum Indonesia dan Australia.
5. Mengetahui kelebihan kurikulum Autralia jika dibandingkan kurikulum Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Pembelajaran
Setiap pendidikan tentulah memiliki tujuan pendidikan yang akan dicapai. Setiap negara
tentu memiliki tujuan pendidikan yang berbeda. Tujuan ini bergantung kepada visi dan misi
pendidikan dari negara tersebut. Bagi Indonesia, tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dan
tujuan dari kurikulum 2013 yang saati ini diterapkan di Indonesia adalah mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa,bernegara, dan peradaban dunia.
Sedangkan tujuan umum berbagai sektor pendidikan Australia digariskan dalam undang-
undang yang membentuk departemen pendidikan negara bagian, universitas, dan lembaga-
lembaga pendidikan lainnya. Tujuan umum ini biasanya dilengkapi dengan tujuan-tujuan
yang lebih oleh badan-badan yang relevan. Tujuan pendidikan ini mengisyaratkan perlunya
pengembangan antara pelayanan kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat melalui
sistem pendidikan. Pada level sekolah, tekanan adalah pada pengembangan potensi murid
baik potensi akademik maupun non akademik sebaik mungkin. Pada tingkat pendidikan
tinggi, tekanan yang lebih besar diarahkan pada pencapaian kebutuhan pendidikan untuk
kepentingan ekonomi serta masyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan umum ini,
berbagai sektor pendidikan tinggi harus mempunyai fokus program yang berbeda-beda.
Misalnya, universitas lebih mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan
sektor pendidikan teknik dan pendidikan lanjutan lainnya lebih memusatkan perhatian pada
pendidikan kejuruan.
D. Sistem Penilaian
Penialain merupakan unsur penting dalam sebuah kurikulum penilain digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan kurikulum tersebut telah tercapai. Adapun penilaian dalam
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Belajar Tuntas
Ketuntasan Belajar merupakan capaian minimal dari kompetensi setiap
muatan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik dalam kurun waktu belajar
tertentu. Ketuntasan aspek sikap (KI-1 dan KI-2) ditunjukkan dengan perilaku baik
peserta didik. Ketuntasan belajar aspek pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4)
ditentukan oleh satuan pendidikan. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan
belajar diberi kesempatan untuk perbaikan (remedial teaching), dan peserta didik
tidak diperkenankan melanjutkan pembelajaran kompetensi selanjutnya sebelum
kompetensi tersebut tuntas.Kriteria ketuntasan dijadikan acuan oleh pendidik untuk
mengetahui kompetensi yang sudah atau belum dikuasai peserta didik. Melalui cara
tersebut, pendidik mengetahui sedini mungkin kesulitan peserta didik sehingga
pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera diperbaiki.
2. Otentik
Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara holistik.
Aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dinilai secara bersamaan sesuai dengan
kondisi nyata. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi
peserta didik yang dikaitkan dengan situasi nyata bukan dunia sekolah. Oleh karena
itu, dalam melakukan penilaian digunakan berbagai bentuk dan teknik penilaian.
Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi
lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3. Berkesinambungan
Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan
secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung.
4. Menggunakan bentuk dan teknik penilaian yang bervariasi
Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan diukur atau dinilai.
Berbagai metode atau teknik penilaian dapat digunakan,seperti tes tertulis, tes lisan,
penugasan, penilaian kinerja (praktik dan produk), penilaian proyek, portofolio, dan
pengamatan atau observasi.
5. Berdasarkan acuan kriteria
Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan menggunakan acuan kriteria.
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi
dibandingkan terhadap ketuntasan yang ditetapkan. Kriteria ketuntasan ditetapkan
oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karekteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
Isri, Syaiful. (2015). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan
Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam. Vol IV
No 1.
Musana, al . (2017). Indigenisasi Pendidikan Rasionalitas Revitalisasi Praksis Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara . Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol 2 No.1.
Setiadi, Hari. (2016). Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi PendidikanVolume 20 No 2.