Anda di halaman 1dari 2

ADPU4410-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.1 (2021.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : ADPU4410/Kebijakan Publik
Tugas :2

No. Soal
1. Pertanyaan no. 1 dan 2 akan terkait dengan contoh kasus berikut:

Hingga saat ini, pandemi Covid-19 masih melanda berbagai wilayah di Indonesia dan bahkan jumlah
kasus terkonfirmasi dan kasus meninggal semakin bertambah. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah berupaya sekuat tenaga hadir untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak Covid-19.
Program bantuan sosial baik yang sudah berjalan sebelum pandemi maupun pada saat pandemi
bertujuan mengurangi dampak sosial dan ekonomi masyarakat akibat pandemi. Persoalan yang selalu
muncul ketika bantuan sosial digelontorkan pemerintah adalah data penerima bantuan sosial yang tidak
sesuai dan tidak akurat.
Masih banyak laporan masyarakat yang menganggap bantuan sosial tidak tepat sasaran sehingga
masyarakat menuntut agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan pembaharuan data
secara terus-menerus. DPR RI melalui Komisi VIII diharapkan mendesak kementerian/lembaga terkait
untuk berkoordinasi dalam memperbaharui data masyarakat miskin dan hampir miskin sebagai
penerima bantuan sosial.

Sumber: Teja, M. (2020). Permasalahan Keakuratan Data Penerima Bantuan Sosial Covid-19. Info
Singkat.

Pertanyaan:
Dengan berdasar pada teori, lakukan dentifikasi karakteristik masalah kebijakan untuk kasus keakuratan
data penerima bantuan sosial covid-19 !

2. Dengan berdasar pada teori, bagaimana upaya sehingga kasus keakuratan data penerima bantuan
sosial covid-19 dapat masuk kepada agenda sistemik?

3. Pertanyaan nomor 3 akan terkait dengan kasus berikut:

Pemerintah, DPR, dan DPD telah menyepakati 33 RUU Prolegnas Prioritas Tahun 2021, dengan
beberapa catatan.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H. Laoly, yang dalam hal ini bertindak
atas nama pemerintah, menyetujui hasil yang telah disepakati sebelumnya dalam Rapat Panja (Panitia
Kerja) Penyusunan Prolegnas pada 24 November 2020 dan Rapat Kerja serta Forum Lobby pada 25
November 2020.
“Tentunya (kesepakatan tersebut) merupakan hasil terbaik dari perbedaan-perbedaan pendapat dalam
pembahasan, serta atas dasar pemikiran yang kritis demi kepentingan yang lebih baik bagi bangsa dan
negara,” ujar Yasonna, Kamis (14/01/2021) malam di Ruang Rapat Badan Legislasi (Baleg) DPR RI.
Prolegnas Prioritas Tahun 2021 berjumlah 33 RUU, dengan perincian 20 RUU merupakan usul dari
DPR, 9 RUU usul dari pemerintah, 2 RUU berupa usul bersama dari DPR dan Pemerintah, serta 2 RUU
adalah usul DPD.
Tak hanya menyepakati 33 RUU Prolegnas Prioritas Tahun 2021, rapat kerja kali ini juga menyepakati 3
RUU Perubahan Prolegnas Jangka Menengah Tahun 2020-2024, dengan tiga catatan yang
menyertainya.

Sumber: https://www.kemenkumham.go.id (diakses pada tangggal 6 Februari 2021)

1 dari 2
ADPU4410-3

Pertanyaan:
Lakukan analisis dengan berdasar pada teori penyusunan agenda kebijakan.
a. Apa saja tahap penyusunan agenda yang sudah dilalui, dan bagaimana posisi agenda kebijakan
saat ini untuk ke-33 RUU tersebut?
b. Dengan berdasar pada teori, berikan pandangan anda, apa saja faktor-faktor yang menentukan
sehingga ke-33 RUU tersebut sudah masuk tahap agenda kebijakan tersebut (sebagaimana
jawaban dalam point a)?

4. Salah satu kegiatan dalam perumusan kebijakan publik adalah penyusunan naskah akademik.

Naskah Akademik merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah mengenai
pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi, Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, sebagai solusi terhadap permasalah dan
kebutuhan hukum masyarakat.

Fungsi Naskah Akademik dalam pembentukan Rancangan Peraturan Daerah adalah sebagai landasan
yang bersifat akademis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu hukum dan politik hukum yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah, sehingga Rancangan PERDA ini jika sudah
melalui pembahasan di badan legislatif dan kemudian menjadi PERDA sudah memiliki kepastian hukum
dan berdayaguna, berhasilguna bagi kepentingan masyarakat dan pemerintah.

Naskah akademik merupakan satuan kesatuan dari suatu Rancangan Peraturan Daerah sehingga
secara substansi harus ada kesesuain antara Naskah Akademik dan Rancangan PERDA yang tertuang
dalam pasal-pasalnya. Secara substansi Rancangan Perda harus berdasarkan landasan filosofis,
sosiologis, dan yuridis.

Sumber: Senastri, N.M.J & Suryani. L.P (2018). Fungsi Naskah Akademik dalam Pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah. Kertha Wicaksana, 12 (1), 38-45.

Pertanyaan:

a. Dengan melakukan analisis berdasarkan teori, maka kemukakan pandangan anda, apa model
perumusan kebijakan publik pada RUU atau Rancangan Perda yang berdasar pada naskah
akademik ?
b. Dengan berdasarkan teori, kemukakan pula pandangan anda, bagaimana cara agar desain
kebijakan ini mendapatkan legitimasi?

2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai