Anda di halaman 1dari 14

Berdasarkan praktikum yang telah sperma pada ikan memiliki ukuran yang relatif

dilakukan diperoleh morfologi sel sperma ikan kecil yaitu 2-4 µm. Pada bagian tengah ikan
nilem (Osteochilus hasselti) terdiri dari bagian terdiri dari sentriol dan mitokondria. Flagela
kepala, leher, dan ekor. Bagian kepala sperma terdiri dari alat gerak yang diperlukan untuk
memiliki bentuk oval, permukaan rata, tidak pergerakan dan penetrasi sperma ke dalam sel
berlekuk, atau adanya tonjolan. Selain itu, telur pada saat pembuahan. Selain itu juga
daerah akrosom sperma berwarna jernih. Bagian mengandung aksonema. Panjang dari flagela
leher sperma adalah daerah pemanjangan dari memiliki ukuran yang bervariasi tergantung
kepala. Leher ini adalah bagian tersempit dan pada tiap spesiesnya (Islam & Akhter, 2011).
terpendek. Ekor sperma berbentuk lurus Morofologi spermatozoa menurut Kristan dkk.
memanjang dari kepala menyerupai bentuk alur (2014) terdiri dari kepala (nucleus), bagian
bergelombang. Terdiri atas tiga bagian yaitu tengah yang kecil, dan flagel. Ditambahkan oleh
middle piece, principal piece, dan end piece Mishu dkk. (2020) dalam biologi reproduksi
(Gambar 1). ikan motilitas dan morfologi sperma merupakan
Pernyataan di atas sudah sesuai dengan parameter terpenting dalam menentuka tingkat
Faqih (2013) bahwa spermatozoa ikan tergolong keberhasilan reproduksi ikan yang bergantung
ke dalam tipe flagelata. Hal ini dikarenakan pada kualitas sperma. Morfologi sperma terdiri
morfologinya terdiri dari kepala, leher, dan ekor
dari kepala, bagian tengah yang pendek, dan
yang panjang (Gambar 2). Pada bagian kepala
terdapat inti dari spermatozoa, Bagian kepala flagella.
ikan ini berbentuk bulat, lonjong, gepeng,
memiliki ketebalan 1-2 µm dan panjang 9 µm
(Gambar 3). Bagian lehernya memiliki bentuk
bulat dan pendek dengan panjang 13 µm.
Sementara bagian ekor berfungsi sebagai alat
gerak yang dilengkapi dengan generator. Bagian
ekor ini memiliki bentuk yang bulat dan
panjang, serta terdapat garis tengah berkuran
0,25-0,5 µm. Sel sperma merupakan sel padat
yang tidak tumbuh atau membelah diri. Sel (Faqih, 2013)
sperma jenis ikan ini berwarna kekuningan
Gambar 2. Morfologi sperma ikan
menyerupai susu. Hal ini sudah sesuai dengan
Cosson (2019) bahwa pada bagian kepala
terdapat nucleus dengan materi DNA paternal.
Bagian ini memiliki bentuk hampir bulat dengan
dukuran diameternya 2-4 µm. Ditambahkan oleh
Pavlov & Emel’yanova (2018) bahwa secara
umum spermatozoa ikan memiliki kepala bulat
(hampir setengah lingkaran), midpiece, dan
flagel.
Sperma merupakan sel yang memiliki
ukuran cukup kecil dan terdiri dari beberapa
(Faqih, 2013)
bagian yang sama pada semua spesies ikan.
Gambar 3. Morfologi kepala sperma ikan nilem
Morfologi sperma terdiri dari kepala, bagian
tengah dan flagel. Pada bagian kepala terdapat
Berdasarkan praktikum yang telah
nukelus yang hampir menempati sebagian besar
dilakukan diperoleh morfologi sel telur (ovum)
kepala. Diameter kepala ikan bervariasi
dari ikan nilem (Osteochilus hasselti) betina
tergantung tiap spesies. Umumnya, kepala
berbentuk bulat dengan bagian dalam berisi Pernyataan ini sudah sesuai dengan
cairan. Morfologi sel telur ikan nilem sama Tamsil dkk. (2019) bahwa telur yang dilepaskan
seperti sel telur pada umumnya (Gambar 4). ke dalam air untuk dibuahi mengakibatkan
Telur ikan menurut Tamsil dkk. (2019) dapat alveoli korteks yang ada di bawah korion pecah.
dikenali dari beberapa kriteria seperti ukuran, Selain itu, juga akan melepaskan material
sifat kuning telur, ada tidaknya gelembung koloid-mukoprotein ke dalam ruang perivitelin
minyak. dan pigmentasinya. Beberapa jenis ikan yang terletak antara membran telur dan korion.
mempunyai telur yang sangat besar dan kecil. Selama proses tersebut air akan tersedot akibat
Pada sebagian besar jenis ikan, kuning telur adanya pembengkakan mukropotein. Korion
berbentuk bulat dan hampir mengisi seluruh awalnya kaku dan licin tetapi akan mengeras
rongga telur dan hanya meninggalkan ruang yang membuat mikrofil tertutup. Sitoplasma
perivitelin yang kecil. Tetapi, terdapat juga akan menebal pada bagian kutub telur yang
ruang perivitelin yang besar dan mengelilingi terdapat inti. Pada bagian tersebut merupakan
kuning telur yang bulat dan kecil. tempat embrio akan berkembang.
Hasil pengamatan morfologi sel telur Pernyataan di atas ditambahkan oleh
sebelum dibuahi ditandai dengan warna putih Semidang dkk. (2018) untuk memebedakan telur
pucat kekuningan dan pekat. Ukurannya juga yang sudah terbuahi ataupun tidak dapat dilihat
kecil. Hal tersebut dikarenakan integritas dari dari warnanya. Telur yang sudah terbuahi akan
selaput kapsul yolk disebut selaput vitelin yang berwarna hijau bening. Sementara telur yang
terletak di bawah khorion masih tinggi. Oleh tidak terbuahi akan berwarna pucat (tidak
karena itu, semua selaput tersebut masih bening). Percepatan viabilitas telur ikan setelah
menempel satu sama lain sehingga tidak terdapat dioviposisikan ke dalam air menurut Soeminto
ruang yang renggang. Begitu juga dengan (2011) disebabkan oleh perbedaan tekanan
jumlah yolk atau ovum yang masih banyak osmotik yang besar antara telur dan medium
karena belum dibuahi. Selain itu, sitoplasma dari disekitarnya. Hal ini membuat telur dengan
sel telur akan berkumpul di kutub vegetatif. cepat menyerap air sehingga terjadi penimbunan
Oleh karena itu, mengisi volume sel. air diantara membran vitelina dan oolema.
Hasil pengamatan morfologi sel telur Terserapnya air oleh korion dapat menyebabkan
setelah dibuahi akan berwarna jernih dan pembengkakan dinding sehingga lubang
transparan. Hal ini dikarenakan telur sudah mikrofil akan menyempit. Hal tersebut dapat
dilepaskan ke dalam media air. Sitoplasma sel membuat spermatozoon akan masuk ke dalam
telur ini akan menebal. Hal ini menyebabkan telur untuk membuahi.
ukuran sel telur lebih besar daripada sel telur Telur sebagai sel hidup akan selalu
sebelum dibuahi. Pada bagian tepi berwarna bermetabolisme untuk memperoleh energi. Telur
transparan disebabkan oleh kerusakan berupa ikan yang telah diovilasikan sudah kehilangan
pemecahan di selaput vitelin yang terletak pada hubungan sitoplasmik dengan jaringan induk.
bagian bawah khorion sel telur yang diakibatkan Maka dari itu, telur tidak menerima suplai
penembusan sperma. Masuknya sperma ke nutrisi maupun oksigen. Semakin lama telur
ovum menyebabkan terjadinya blocking sperma yang ditunda oviposisnya setelah ovulasi maka
oleh korion yang menebal. Hal ini menyebabkan semakin besar akibat yang ditimbulkan. Hal ini
mikrofil akan tertutup sehingga proses fertilisasi akan mengakibatkan kerusakan protoplasma
dapat terjadi secara optimal begitu juga dengan telur semakin parah dan akan merusak suatu
pertumbuhan embrio. perkembangan yang ada di dalamnya. Misalnya
dapat dilihat pada Gambar 5(a) yang
menunjukkan telur ikan masih fertile tetapi dengan telur terjadi di dalam tubuh (fertilisasi
sudah tidak viable lagi. Pada kondisi ini telur internal) tetapi ada juga yang terjadi diluar tubuh
masih dapat mencapai fase cleavage pertama. (Fertilisasi eksternal). Ikan yang mengadakan
Sementara telur ikan yang ditunda ovipopsisinya fertilisasi internal dilengkapi dengan organ
hingga 21 jam kegiatan protoplasmiknya sudah khusus (copulatory organ). Pembuahan terjadi
berhenti dan masa yolk sudah tidak teratur lagi ditandai dengan masuknya spermatozoa ke
(Gambar 5b) (Soeminto dkk.,2011). dalam telur melewati mikrofil. Proses
selanjutnya setelah melewati proses fertilisasi
yaitu embriogenesis. Pada proses ini
perkembangan embrio diawali saat sel jantan
memasuki sel telur. Fertilisasi sel telur dikatakan
berhasil apabila inti sel telur dan spermatozoa
menyatu di dalam sitoplasma telur. Persatuan
kedua inti (pronuklei) itu menandakan
(Soeminto dkk., 2011) berakhirnya dari proses pembuahan yang
Gambar 5. Penundaan ovipopsis telur ikan nilem membentuk zigot.
: (a) ditunda 18 jam dan (b) ditunda Pernyataan di atas ditambahkan oleh
21 jam. Sumarmin (2016) proses fertilisasi internal
terjadi di dalam saluran reproduksi betina.
Fertilisasi merupakan proses kompleks Fertilisasi internal membutuhkan penyaluran dan
yang melibatkan penetrasi dari lapisan-lapisan penyimpana sperma dari organ kelamin jantan
pelindung sel telur. Proses tersebut diinduksi ke dalam saluran reproduksi betina. Setelah
oleh sel sperma yang motil. Selanjutnya, akan berada di dalam saluran reproduksi betina
terjadi inkoposari nukleus sperma menuju spermatofor akan terpecah-pecah. Spermatofor
sitoplasma sel telur. Hal ini mengakibatkan biasanya dibentuk di bagian terminal organ
terjadinya fusi antara dua pronuklei yang kelamin jantan dan memiliki bentuk yang
menghasilkan nukleus tunggal dengan sifat berbeda pada berbagai hewan. Pada sejumlah
diploid (Sumarmin., 2016). Ditambahkan oleh hewan laut dan air tawar, telur dan sperma akan
Tamsil dkk. (2019) bahwa telur ikan yang belum dilepaskan ke dalam air di sekitarnya dan proses
dibuahi pada bagian luarnya dilapisi oleh selaput fertilisasi terjadi di luar tubuh atau disebut
yang disebut dengan korion (chorion). Pada dengan fertilisasi eksternal. Pada fertilisasi ini
bagian bawah korion terdapat selaput vitelin diperlukan suatu lingkungan yang dapat
(vitelline). Selain itu terdapat selaput ketiga yang menunjang pertumbuhan telur. Spesies yang
mengelilingi plasma telur yang disebut dengan melakukan fertilisasi secara eksternal umumnya
selaput plasma. Ketiga selaput ini menempel menghasilkan zigot dalam jumlah banyak.
satu sama lain dan tidak terdapat ruang di Tetapi, jumlah perbandingan yang betahan hidup
antaranya. Korion telur yang masih lunak dan berkembang lebih lanjut memiliki jumlah
memiliki mikrofil yang berperan sebagai tempat yang sedikit.
masuknya sperma ke dalam telur pada saat
terjadi pembuahan.
Pembuahan atau fertilasi menurut Tamsil 1. Faqih, A. (2013). Ikan nilem transgenik.
dkk. (2019) merupakan bersatunya oosit (telur) Malang, UB Press.
dengan sperma di dalam sitoplasma membentuk 2. Cosson, J. (2019). Fish sperm physiology:
zigot. Pada ikan, proses persatuan antara sperma Structure, factors regulating motility, and
motility evaluation. Bohemia,
IntechOpen.
3. Pavlov DA, Emel’yanova NG. (2018)
Comparative analysis of spermatozoa
morphology in three fish species from the
Suborder Scorpaenoidei. Journal of
Ichthyology 58(2):226-238.
4. Islam MS, Akhter T. (2011) Tale of fish
sperm and factors affecting sperm
motilitiy: A review. Advances in Life
Sciences 1(1):11-19.
5. Kristan J, Hatef A, Alavi SMH, Policar T.
(2014) Sperm morphology, ultrastructure,
and motility in pikeperch Sander
lucioperca (Percidae, Teleostei)
(Cosson, 2019)
associated with various activation media.
Czech J. Amin. Sci 59(1):1-10.
6. Mishu MM, Mostakim GM, Khatun MtM,
Rahman MdK, Shahjahan Md, Islam MS
(2020) Sperm movement and
morphological changes in the silver babr
(Barbonymus gonionotus) exposed to
quinalphos. Environmental and
Sustainability Indicators (8):1-7.
7. Tamsil A, K.Khordi MGH, Yasin H,
Ibrahim TA (2019). Biologi perikanan.
Yogyakarta, Lily Publisher.
8. Semidang DA, Mumpuni FS, Rosmawati (Faqih, 2013)
(2018). Pematangan induk ikan nilem
(Osteochilus hasselti) dengan teknik
implantasi menggunakan hormone HCG
(Human Chorionic Gonadotropin). Jurnal
Mina Sains 4(1):26-37.
9. Soeminto, Susatyo P, Sistina Y (2011)
Viabilitas telur ikan nilem yang ditunda
oviposisinya setelah mulai mijah. Jurnal
Saintek Perikanan 2(1):1-7.
10. Sumarmin R. (2016). Perkembangan
hewan. Jakarta, Kencana.

(Faqih, 2013)
(Islam & Akhter, 2011) (Islam & Akhter, 2011)

(Islam & Akhter, 2011) (Kristan dkk., 2014)


(Kristan dkk., 2014)

(Mishu dkk., 2020)

(Mishu dkk., 2020) (Pavlov & Emel’yanova, 2018)


(Pavlov & Emel’yanova, 2018) (Semidang dkk., 2018)

(Semidang dkk., 2018)


(Soeminto dkk., 2011)
(Soeminto dkk., 2011) (Soeminto dkk., 2011)

(Soeminto dkk., 2011) (Sumarmin, 2016)


\

(Sumarmin, 2016) (Tamsil dkk., 2019)

(Sumarmin, 2016) (Tamsil dkk., 2019)


(Tamsil dkk., 2019)

(Tamsil dkk., 2019)

Anda mungkin juga menyukai