MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 3
Offering G/2016
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak).
Reproduksi bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan keberadaan atau
eksistensi suatu sepesies tersebut. Setelah terjadi perkawinan (sperma berhasil
masuk kedalam ovum), terbentuklah zigot. Dalam tahapan normal setelah terjadi
pembuahan maka akan terbentuk morula, kemudian morula akan tumbuh menjadi
blastula (blastocyst). Blastulasi (proses pembentukan blastula) menunjukan
perbedaan pada tingkatan takson masing-masing. Sebagai contoh blastulasi pada
amphioxus,katak, ayam dan babi memiliki tahap pembentukan alat yang berbeda-
beda dari tiap daerah bakalnya sendiri-sendiri.
Embrio adalah tahapan awal dari pertumbuhan vertebrata (hewan
bertulang punggung. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan
perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan kerabang telur. Itulah
penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat
seluruhnya dilihat. Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Prosesini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami
pembuahan ataufertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel.Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Layaknya seperti bayidalam kandungan, embrio ayam juga mengalami
perkembangan yang signifikandari hari ke hari. Embrio ayam di dalam telur
mengalami perkembangan yang merupakan awal kehidupan dari ayam.
1
blastocyst pada Mammalia. Variasi pembelahan zygot ada yang membelah secara
lengkap membentuk anakan sel baru dengan selaput sel, ada yang membelah
intinya saja tidak diikuti pembelahan sitoplasma (synsitium).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fertilisasi pada Aves.
2. Mengetahui pembelahan pada Aves.
3. Mengetahui gastrulasi dan pembentukan lapisan pada Aves.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1. Fertilisasi pada Aves
Hampir selama 1 tahun, testis aves memiliki bentuk seperti kacang kecil.
Selama musim kawin, ukuran testis dapat menjadi 300 kali lebih besar dan
menyusut kembali ke ukuran semula saat musim non kawin. Saat sebelum
dikeluarkan, jutaan sperma disimpan dalam vesikula seminalis yang akan
bertambah besar saat musim kawin sama dengan testis. Jantan pada kebanyakan
spesies aves tidak memiliki penis. Kopulasi terjadi dengan kontak dipermukaan
kloaka dengan jantan berdiri diatas betina. Beberapa burung laying-layang dan
elang melakukan kopulasi saat terbang. (Lestari, 2016)
Pada sebagian besar burung betina hanya ovarium dan oviduk sebelah kiri
yang berkembang, sedangkan bagian kanan mengalami rudimentasi. Telur
dikeluarkan menuju ujung oviduk, yakni infundibulum. Telur selanjutnya menuju
kearah posterior yaitu kloaka. Ketika telur melewati oviduk, albumin atau putih
telur dari kelenjar khusus akan disekresikan ke telur. Kemudian saat turun lebih
jauh dari oviduk, membrane cangkang, cangkang, dan pigmen cangkang akan
disekresikan ke telur. Fertilisasi terjadi pada bagian atas oviduk beberapa jam
sebelum lapisan albumin, membrane cangkang, dan cangkang ditambahkan.
Sperma dapat tetap hidup pada oviduk betina selama beberapa hari setelah
kopulasi setelah perkawinan tunggal. Telur ayam betina menunjukkan fertilitas
yang bagus selama 5 atau 6 hari setelah kawin, namun kemudian fertilitasnya
menurun secara cepat. Meskipun begitu, telur masih bersifat fertile kurang lebih
selama 30 hari setelah ayam betina dipisahkan dari ayam jantan. (Lestari, 2016)
3
2.2. Pembelahan Pada Aves
Pembelahan telur pada aves sama dengan yang terjadi pada amphibi, tetapi
perbedaan yolk pada aves lebih banyak dari pada amphibi. Seluruh periode
pembelahan aves terjadi pada waktu telur bergerak melewati oviduk dan pada saat
dikeluarkan embrio aves telah berada pada stadium gastrula. Sel yang terbentuk
melalui proses pembelahan dikenal dengan nama blastomer (Lestari, dkk, 2016).
Tipe pembelahan pada aves adalah meroblastik diskoidal, yaitu tidak diikuti
dengan pembelahan yolk dan sitoplasma, sama seperti pisces dan reptil. Alur
pembelahan hanya terjadi pada bagian tengah blastodiskus. Blastodiskus adalah
suatu struktur berbentuk cakram atau keping keputihan pada telur yang baru
dibuahi (zigot), blastodiskus merupakan protoplasma aktif yang berdiameter ± 3
mm dan terdapat di kutub animal. Daerah seputar blastodiskus tampak gelap dan
disebut periblas (Surjono, 2003). Pembelahan tidak terjadi pada sitoplasma yang
mengandung banyak yolk (Gilbert, 2010).
Tipe telur pada aves adalah telolecital (Surjono, 2003). Yolk banyak sekali
tersebar di hampir semua bagian telur, sehingga inti sel terdesak di bagian ujung
atau atas dari ovum dan sitoplasmanya sedikit. Kutub vegetal besar sedangkan
kutub animal sangat kecil. Pada kutub animal konsentrasi yolk rendah sehingga
pembelahan terjadi di daerah ini.
4
Gambar 2.2.1. Proses pembelahan pada bagian blastodiskus dari embrio aves:
(A) pembelahan I; (B) pembelahan II; (C) pembelahan III; (D) pembelahan
IV; (E) pembelahan V; (F) pembelahan VI. (Patten, 1951)
5
secara radial ke arah periblas. Sel-sel yang terdapat pada blastoderm di daerah
perifer jarang berinti. Selain pembelahan yang terjadi di daerah permukaan telur,
pada embrio 32 sel memperlihatkan polapembelahan yang berbeda. Pada saat ini
bidang pembelahan menjadi secara ekuatorial di bawah permukaan lapisan sel
berinti, sehingga sel-sel tersebut terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan atas
dan lapisan bawah yang berbatasan dengan yolk. Pembelahan selanjutnya yang
sejenis menyebabkan sel berlapis-lapis. Pembelahan terjadi secara sentrifugal
ketika blastoderm membesar pada salurannya, tetapi perluasannya tidak sampai
mencapai daerah paling tepi. Hal demikian membuat sebagian tepi daerah perifer
blastoderm masih mempunyai ketebalan selapis sel. Ketika embrio mencapai
±100 sel, bagian dasar blastoderm berbatasan dengan rongga subgerminal
(Lestari, dkk., 2016)
Pemahaman mengenai gastrulasi akan lebih mudah jika melihat peta presumtif
dari embrio yang diperlajari. Peta presumtif adalah gambaran kedudukan awal
gastrulasi dari berbagai wilayah persumtif bagian-bagian embrio yang terjadi pada
perkembangannya yang normal.
6
Gambar Peta Presumtif dari beberapa wilayah embrio aves
7
Gambar Proses terbentuknya epiblas, hipoblas dan blastocoel.
8
Gambar Pembentukan alur primitif hingga terdapat pematang dari parit primitif
(Sumber : Gilbert, 2010)
9
Gambar: Ingersi sel-sel melalui parit primitive gastrula ayam
Alas dan dinding lateral yang terdiri atas endoderm, yang baru terbentuk
setelah ada pelipatan-pelipatan pemisah wilayah intraembrio dan ekstraembrio.
Ingersi sel-sel presumtif mesoderm tidak sejauh migrasi bakal endoderm, tidak
sampai ke lapisan hipoblas, namun tetap di dalam blastosoel dan berupa
mesenkim bebas yang tidak berkelompok. Sel-sel itu akan membentuk mesoderm
intraembrio, yang terletak diantara ectoderm dan endoderm, kemudian menyebar
ke arah lateral,posterior, dan anterior. Daerah anterior untuk sementara belum
mendapat mesoderm, sehingga temapt itu baru dibangun oleh lapisan ectoderm
dan endoderm. Dari permukaan, wilayah blastoderm yang belum mendapat
mesoderm tampak lebih bening dan disebut sebagai proamnion. Makin lanjut
umur embrio, proamnion semakin mengecil dan akhirnya menghilang. Proamnion
bukanlah bakal dari amnion (Lestari, 2016).
10
Gambar : Gastrulasi Ayam 24-28 jam setelah fertilisasi dan regresi alur primitif
Fase gastrulasi berikutnya adalah regresi alur primitif. Alur primitif yang
sudah mencapai panjang maksimum, akan memendek yang ditandai dengan
mundurnya nodus Hensen. Sel-sel nodus Hensen dan presumtif notokorda yang
berintegrasi dan berinvolusi lewat nodus ini, bermigrasi ke arah anterior
membentuk mesoderm kepala di paling anterior dan diikuti oleh notokorda.
Pembentukan notokorda sejalandengan melarutnya membran basal di bawahnya
dan di bawah epiblas. Bakal notokorda yang baru muncul dari nodus Hensen ke
anterior, disebut dengan headproscess. Mundurnya nodus Hensen sejalan dengan
terbentuknya notokorda bagian posterior. Pada akhirnya nodus Hensen dan alur
primitif akan habis, sedangakan bagian intraembrio tampak memanjang pada
blastoderm dari ujung posterior hingga ke anterior. Pada akhirnya gastrulasi akan
terbentuk tiga lapisan lembaga, notokorda dan arkenteron, tetapi masih belum
terjadi pemisahan antara bagian intraembrio dan ekstraembrio (Lestari, 2016).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Fertilisasi pada aves terjadi secara eksternal. Fertilisasi terjadi pada bagian
atas oviduk beberapa jam sebelum lapisan albumin, membrane cangkang,
dan cangkang ditambahkan. Telur ayam betina menunjukkan fertilitas yang
bagus selama 5 atau 6 hari setelah kawin, namun kemudian fertilitasnya
menurun secara cepat. Ukuran dan ketersediaan telur aves yang besar
memungkinkan dapat mengamati perkembangan embrio aves.
2. Pembelahan telur pada aves sama dengan yang terjadi pada amphibi, tetapi
perbedaan yolk pada aves lebih banyak dari pada amphibi. Seluruh periode
pembelahan aves terjadi pada waktu telur bergerak melewati oviduk. Sel
yang terbentuk melalui proses pembelahan dikenal dengan nama
blastomer. Tipe pembelahan pada aves adalah meroblastik diskoidal, sama
seperti pisces dan reptil. Alur pembelahan hanya terjadi pada bagian
tengah blastodiskus. Ketika embrio mencapai ±100 sel, bagian dasar
blastoderm berbatasan dengan rongga subgerminal.
12
DAFTAR RUJUKAN
13