Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN

DI RUMAH BERSALIN PANGESTU BANDUNG

Eti Sukmiati

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan manajemen aktif


kala III yang sesuai standar pada persalinan normal di Rumah Bersalin Pangestu
Bandung.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.Data yang dikumpulkan
merupakan data primer, yang diperoleh dari observasi langsung nonpartisipatif
pada pelaksanaan manajemen aktif kala III persalinan.Sampel penelitian adalah
seluruh persalinan normal.Hasil dari 30 persalinan, pada prinsip pelaksanaan
manajemen aktif kala III yaitu : Pemberian oksitosin kurang dari 2 menit sudah
dilakukan sesuai standar, peregangan tali pusat terkendali sudah sesuai standar
tetapi ada sebagian sebanyak 20 % tidak, menunggu uterus berkontraksi terlebih
dahulu. Dan pada pelaksanaan masase uterus setelah plasenta lahir 16,7 % belum
melakukan sesuai standar.Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan pelaksanaan manajemen aktif III dinilai baik pada pemberian oksitosin
dan pada peregangan tali pusat terkendali serta masase uterus dinilai kurang baik.
Kata kunci :Pelaksanaan, Manajemen aktif kala III

Abstract

This study aimed to describe the active management of the third stage of the
implementation of appropriate standards in normal childbirth in the maternity hospital
Pangestu Bandung. This study is a descriptive study. The data collected is of primary
data, obtained from direct observation nonparticipant on the implementation of the
active management of the third stage of labor. The samples were all over normal
delivery. Results from 30 deliveries, on the implementation of the principle of active
management of the third stage, namely: oxytocin less than 2 minutes was performed
according to the standard, controlled cord stretching already standardized but there are
some as much as 20% do not, wait for the uterus to contract in advance. And on the
implementation of uterine massage after delivery of the placenta 16.7% have not done
according to the standard. From these results it can be concluded that the overall
implementation of the active management of the third rated well on the oxytocin and
controlled cord stretching and massage of the uterus is considered less good.
Keywords : Implementation, Active management third stage

PENDAHULUAN wanita muda pada masa


Morbiditas dan mortalitas wanita produktifitasnya. Berdasarkan hasil
hamil dan bersalin adalah masalah SDKI 2007, derajat kesehatan Ibu dan
besar dinegara berkembang. Anak di Indonesia masih perlu
Kematian saat melahirkan biasanya ditingkatkan, ditandai oleh Angka
menjadi faktor utama mortalitas Kematian Ibu (AKI) yaitu 228/100.000
Kelahiran Hidup (KH), dan tahun 2008, yang tidak dilakukan manajemen
4.692 jiwa Ibu melayang dimasa aktifkala III, rata-rata 16,5 %.
kehamilan, persalinan, dan nifas. Secara Berdasarkan bukti keefektifan
nasional penyebab kematian ibu manajemen aktif kaia III tersebut,
disebabkan oleh perdarahan, infeksi, maka direkomendasikan oleh WHO
preeklamsi dan eklamsi. Berdasarkan (1994) uuntuk mengurangi kejadian
data diatas perdarahan merupakan perdarahan post partum terutama di
penyebab kematian ibu yang tertinggi. negara berkembang. Diharapkan agar
Profil kesehatan Jawa Barat 2007 semua dokter dan bidan mampu
menyebutkan faktor penyebab melaksanakan manajemen aktif kaia III
kematian ibu adalah hipertensi dalam tersebut di manapun peristiwa tersebut
kehamilan sebanyak 235 orang, terjadi.
perdarahan sebanyak 208 orang, infeksi Oleh karena manajemen aktif
sebanyak 31 orang, partus lama kala III menjadi program Depkes
sebanyak 3 orang, lain-lain sebanyak dalam meningkatkan kondisi Maternal
303 orang. Neonatal Health (MNH) di Indonesia.
Manajemen aktif kala III Bidan sebagai penolong persalinan
termasuk dalam Asuhan Persalinan yang menjadi pendamping wanita
Normal (APN) yang dapat segera dalam menjalani tugasnya ini harus
memperbaiki kontraksi uterus, dapat memberikan pelayanan yang
mempercepat keluarnya plasenta dan seoptimal mungkin, untuk mengurangi
meminimalkan perdarahan morbiditas dan mortalitas tersebut.
postpartum, serta mengurangi Menurut data yang diperoleh, di
kemungkinan terjadinya atonia uteri. Rumah Bersalin Pangestu sejak bulan 3
Hal ini dibuktikan dengan hasil Januari 2004 sampai dengan Mei 2004
penelitian Rogers pada tahun 1998, tercatat kasus perdarahan post partum
yang menyebutkan bahwa manajemen atonia uteri 6 orang (5,5 %) dari 109
aktif kala III menurunkan risiko persalinan. Walaupun angka kejadian
perdarahan post partum. Rata-rata kecil tetapi hai ini dapat berpengaruh
6,8% ibu postpartum yang mengalami terhadap angka morbiditas dan
perdarahan postpartum (kehilangan mortalitas ibu. Berdasarkan uraian
darah > 500 m1), dibandingkan dengan tersebut diatas penulis tertarik untuk
mengetahui Evaluasi Manajemen Aktif dengan cara melakukan teknik observasi
kala III Persalinan di Rumah Bersalin nonpartisipatif pada pelaksanaan
Pangestu Bandung. manajemen aktif kala III persalinan dan
chek list sebagai alat pengumpul
METODE PENELITIAN data.Populasi dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan adalah seluruh persalinan normal yang
metode deskriptif. Dalam penelitian ini berjumlah 30 orang di RB Pangestu
data diperoleh dari data primer, yaitu Bandung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pemberian Oksitosin
No Langkah klinik Ya Tidak Jumlah
F % f % n %
1 Meletakan kain yang bersih dan kering 3 10 27 90 30 100
2 Melakukan palpasi abdomen untuk 6 20 24 80 30 100
menghilangkan kemungkinan adanya
bayi kedua
3 Memberitahu pada ibu bahwa ia akan 23 76,7 7 23,3 30 100
disuntik
4 Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran 30 100 - - 30 100
bayi, memberikan suntikan oksitosin
10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya
lebih dulu.

Berdasarkan tabel diatas dapat melakukan palpasi untuk


diketahui bahwa pelaksanaan pemberian menghilangkan kemungkinan adanya
oksitosin sebagian belum dilaksanakan bayi kedua serta 23,3% responden tidak
sesuai standar, dimana 90% responden memberitahukan pada ibu bahwa ia
tidak meletakan kain bersih diatas perut akan disuntik
ibu, diikuti dengan 80% responden tidak

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Peregangan Tali Pusat Terkendali


No Langkah klinik Ya Tidak Jumlah
f % F % N %
1 Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 25 83,3 5 16,7 30 100
cm dari vulva
2 Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di 30 100 - - 30 100
perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang
tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
3 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian 24 80 6 20 30 100
melakukan peregangan kearah bawah pada tali
pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus
dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang (dorso cranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri.
4 Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk 30 100 - - 30 100
meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah
dan kemdian kerah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah
pada uterus. Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva.
5 Jika plasenta terlihat di introitus vagina, 25 83,3 5 16,7 30 100
melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban
tersebut.

Dari tabel diatas dapat diketahui meletakan klem pada tali pusat sekitar
bahwa langkah peregangan tali pusat 5-10 cm dari vulva sebanyak 16,7%
terkendali (PTT) sebagian besar telah menunggu uterus berkontraksi 20% dan
dilakukan dengan baik. Langkah yang melahirkan plasenta dengan kedua
belum sesuai standar adalah langkah : tangan sebanyak 16,7%.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Masase Fundus Uteri


No Langkah klinik Ya Tidak Jumlah
f % f % N %
1 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, 25 83,3 5 16,7 30 100
melakukan masase uterus, meletakan telapak
tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerkan tangan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Berdasarkan tabel diatas terlihat Dari hasil penelitian dapat


bahwa langkah pelaksanaan masase diketahui bahwa dalam pelayanan yang
fundus uteri setelah plasenta lahir berorientasi pada kenyamanan ibu
sebanyak 16,7% belum dilakukan sesuai dimana 90% dalam pelaksanaannya
standar oleh responden. tidak meletakan kain bersih dan kering
diatas perut ibu. Seperti yang diketahui
Pembahasan bahwa dengan meletakan kain bersih
1. Pelaksanaan Pemberian Oksitosin dan kering diatas perut ibu akan
Segera Setelah Bayi Lahir mencegah kontaminasi langsung dari
tangan penolong persalinan (yang sudah
memakai sarung tangan) dan darah pada 2. Peregangan Tali Pusat Terkendali
perut ibu. Hal ini juga dilakukan untuk Sebagian besar pelkasanaan PTT
mencegah rasa tidak nyaman pada ibu sudah sesuai standar, akan tetapi
karena terkena darah dari tangan terdapat 16,7% yang tidak
penolong. memindahkan klem pada tali pusat
Begitu juga tindakan pemeriksaan sekitar 5-10 cm dari vulva, dan 16,7%
uterus untuk memastikan tidak ada bayi responden melakukan PTT segera
kedua. Sebagian besar belum setelah penyuntikan oksitosika tidak
melakukannya (80%). Serta langsung menunggu adanya kontraksi uerus atau
memberikan suntikan oksitosin. Padahal tanpa menunggu tanda-tanda pelepasan
tindakan ini sangat penting, karena plasenta serta turunnya plasenta. Hal ini
dalam teori disebutkan bahwa oksitosin akan menimbulkan resiko terjadinya
ini untuk merangsang uterus (fundus perdarahan pasca persalinan.
uterus) berkontraksi yang akan Setelah terlihat adanya tanda
menurunkan pasokan oksigen pada pelepasan plasenta dan turunnya
bayi. Hal ini sangat berbahaya bila plasenta akan mempermudah keluarnya
masih ada bayi kedua yang sebelumnya plasenta. Seperti halnya dalam teori
tidak terdiagnosa dapat menyebabkan pelepasan plasenta menyebutkan bahwa
asfiksia dan kematian janin. Oleh kontraksi rahim akan mengurangi area
karena itu hal tersebut diatas merupakan uri, karena rahim bertambah kecil
salah satu poin yang penting sebelum sedangkan dindingnya bertambah tebal
memberikan obat oksitosika. beberapa sentimeter. Kontraksi tersebut
Pada pelaksanaan pemberian menyebabkan bagian longgar dan lemah
oksitosika masih ada sebagian 23,3% dari uri pada dinding rahim, mula-mula
responden tidak memberitahukan ibu terlepas sebagian kemudian seluruhnya.
bahwa ia akan disuntik. Padahal pasien Proses pelepasan ini setahap demi
berhak mengetahui setiap tindakan yang setahap. Dengan demikian perlu
akan dilakukan pada dirinya dan dipertimbangkan bahwa melakukan
dilibatkan dalam setiap tindakan PTT sebelum adanya tanda-tanda
tersebut, dan prinsip sayang ibu perlu pelepasan plasenta akan meningkatkan
diperhatikan. resiko terjadinya retensio plasenta.
3. Masase Fundus Uteri bersih dan kering diatas perut ibu,
Dari langkah pelaksanaan masase pemeriksaan uterus untuk memastikan
fundus uteri masih ada 16,7% yang tidak ada bayi kedua 80% belum
tidak melakukan masase segera setelah dilakukan, 23,3% responden tidak
plasenta lahir. Perlu diketahui bahwa memberitahukan ibu bahwa ia akan
masase fundus uteri setelah plasenta disuntik. Sedangkan prinsip pemberian
lahir dimaksudkan untuk menimbulkan oksitosin dalam waktu 2 menit pada
kontraksi uterus yang adekuat, karena pelaksanaannya telah dilakukan sesuai
setelah plasenta lahir resiko atonia uteri standar.
masih mengancam dan dapat 2. Pelaksanaan peegangan tali
mengakibatkan perdarahan pasca pusat terkendali sebagian besar langkah
persalinan serta kematian ibu dapat telah dilakukan sesuai standar. Tetapi
dicegah. terdapat 16,7% yang tidak
Pada penilitian ini responden memindahkan klem tali pusat sekitar 5-
terlebih dahulu memeriksa plasenta dan 10 cm dari vulva, dan 16,7% responden
jalan lahir sebelum melakukan masase, melkukan PTT segera setelah
padahal masase ini dimaksudkan agar penyuntikan oksitosika tidak menunggu
uteri dapat segera berkontraksi sehingga adanya kontraksi uterus.
bekas implantasi plasenta terjepit dan 3. Pada pelaksanaan masase fundus
mengurangiterjadinya perdarahan post uteri setelah plasenta lahir 16,7%
partum. langkah pelaksanaan belum dilakukan
sesuai standar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
Dari hasil dan pembahasan 1. Bagi pelaksana pelayanan kebidanan
tentang pelaksanaan manajemen aktif perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan
kala III dapat disimpulkan sebagai pemberian oksitosin yang sesuai standar
berikut : yaitu : meletakan kain bersih dan kering
1. Pada pelaksanaan pemberian diatas perut ibu, pemeriksaan uterus
oksitosin langkah yang belum dilakukan untuk memastikan tidak ada bayi kedua
sesuai standar antara lain : 90% dalam dan memberitahu ibu bahwa ia akan
pelaksanaannya tidak meletakan kain disuntik.
2. Pelaksanaan peregangan tali pusat JNKP-KR. 2002. Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal. JNKP-KR,
terkendali langkah klinik yang perlu
Jakarta.
ditingkatkan sesuai standar antara lain : JNKP-KR-POGI. 2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan
memindahkan klem pada tali pusat
Maternal Neonatal. YBP-SP.
sekitar 5-10 cm dari vulva, dan Jakarta.
Kanwil Provinsi Jawa Barat. 2000.
melakukan PTT segera setelah
Profil Kesehatan Provinsi Jawa
penyuntikan oksitosika dengan Barat. Depkes Bandung.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
menunggu adanya kontraksi uterus
Penelitian Kesehatan. Edisi
terlebih dahulu. Revisi VI. Rineka Cipta. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 3 Asuhan
3. Pelaksanaan masase fundus uteri
Intrapartum. Jakarta.
setelah plasenta lahir perlu ditingkatkan Saefudin, A.B. 2001. Buku Acuan
Pelayanan Kesehatan Maternal
sesuai standar manajemen aktif kala III.
Neonatal. Jakarta : Yayasan BPS.
Sweet, BR. 1997. Mayes Midwifery,
DAFTAR PUSTAKA 12th Edition. Bailliere Buckley,
Tindall,S. 2000. Leaving W
Budiarto, E. 2004. Metodologi London.
Penelitian Kedokteran, Sebuah Varney, H. 1997. Varney Midwifery,
Pengantar. Jakarta : EGC. Third edition. Jones and barlttlet
Budiarto, E. 2004. Biostatistika untuk Publishers, London.
Kedokteran dan Kesehatan Supriadi. 2003. Penatalaksanaan
Masyarakat. Jakarta : EGC. Manajemen Aktif Kala III dan
Depkes RI. 1991. Perdarahan Post Penggunaan Oksitosika pada
Partum. Jakarta. Kala III. Srobgyn.www.com/mnh.
Harian Kompas. Angka Kematian Ibu
Turunwww.pikiranrakyat.com/cet
ak/03/03/22/0301.htm.2003.

Anda mungkin juga menyukai