Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GAGAL GINJAL AKUT

Dosen Pembimbing :

Ns. Handayani Sitorus. S. Kep., M.Kep

Disusun oleh kelompok 5 :

Anti Relawati (035017177200042)

Dhyki Dwi Rivalno (035017177200045)

Ririn Eka Septiani (035017177200062)

Politeknik Hang Tuah Jakarta


Dr. Mintohardjo Jl. Bendungan Hilir No.17
Jakarta Pusat 10210 Telp (021) 5743272 Fax (021) 5731910
Tahun Ajaran 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulllahi Wabarakatu.


Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi
Muhammad Saw, semoga atas izin Allah SWT kami dan teman-teman seperjuangan
semua mendapatkan syaafaatnyaa. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal
Akut”. Adapun tujuan dari kami makalah ini untuk memenuhi tugas mata ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Selama proses penyusunan makalah, kami
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami
berterima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Hang Tuah Jakarta. Ns. Rita Wismajuwani.S. Kep, SKM.,
M.AP.
2. Wadir II Politeknik Hang Tuah Jakarta, Drs. Agusman, Apt., M.M.
3. Wadir III Politeknik Hang Tuah Jakarta, Ns. Sugeng Haryono, S.Kep,M.Kep
4. Kaprodi DIII Keperawatan Politenik Hang Tuah Jakarta, Ns. Tri Purnamawati,
M.Kep, Sp. Kep. An.
5. Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah sekaligus dosen
pembimbing makalah Ns. Handayani Sitorus, S.Kep, M.Kep
6. Teman – teman Prodi Keperawatan Politeknik Hang Tuah Jakarta yang telah
memberikan motivasi dan saran-saran dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.

Wassallamualaikum Wr. Wb.


Jakarta, Oktober 2021
Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum......................................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................2

1.3 Metode Penulisan..........................................................................................2

1.4 Sistematika Penulisan....................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................................................4

2.1 Definisi...........................................................................................................4

2.2 Etiologi...........................................................................................................5

2.3 Patofisiologi...................................................................................................5

2.4 Patoflo............................................................................................................7

2.5 Manifestasi Klinis...........................................................................................8

2.6 Komplikasi......................................................................................................9

2.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................10

2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................11

2.8.1 Tatalaksana medis.............................................................................11

2.8.2 Tatalaksana non medis......................................................................11

2.9 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Ginjal Akut..............................11

2.9.1 Pengkajian Keperawatan...................................................................11

iii
2.9.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................15

2.9.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................15

iv
v

2.9.4 Implementasi Keperawatan...............................................................18

2.9.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................18

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................20

3.1 Kesimpulan..................................................................................................20

3.2 Saran............................................................................................................21

3.2.1 Bagi Mahasiswa.................................................................................21

3.2.2 Bagi Institusi.......................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinis yang di tandai dengan
fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasannya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerolus yang
menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak
0.5% mg/dl/hari dan at kadar nitrogen urea darah sebanyak 10% mg/dl/hari
dalam beberapa hari. ARF (Acute Renal Failure) biasanya disertai oleh oliguria
(keluaran urine <400 ml/hari ) (Wilson, 2012).
Penyakit gagal ginjal akut meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut dengan angka prevalensi mencapai 13,4%. dimana I
diantara 10 orang berpotensi mengalami penyakit gagal ginjal. Prevalensi
penyakit ginjal akut di Australia, Jepang, dan Eropa adalah 6-11%. terjadi
peningkatan 5-8% setiap tahunnya (Triyanti, 2008). Penelitian dari Global
Burden of Disease tahun 2010 yang menyebutkan bahwa gagal ginjal akut
merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 dunia dan terus meningkat
menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Menurut KEMENTERIAN KESEHATAN RI tahun 2016 memperkirakan
bahwa pravelansi gagal ginjal akut di Indonesia saat ini mencapai 3.094.915
orang yang mengalami gagal ginjal akut, mortalitas lebih tinggi pada pasien
lanut usia di Indonesia kebanyakan pasien yang melewati episode gagal ginjal
akut dapat sembuh dengan fungsi ginjal semula dan dapat melanjutkan hidup
seperti biasanya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) tahun 2015 memperlihatkan yang menderita gagal ginjal
baik akut maupun kronik mencapai 50% dari 3.000.000 orang sedangkan yang
diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati
dengan baik.
Munculnya masalah yang sangat bervariasi, peran perawat sangat dibutuhkan
guna membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien seperti contoh

1
2

dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit gagal ginjal akut seperti
bagaimana pentingnya mempertahankan cairan tubuh. Sehingga penting sekali
untuk dilakukan pencegahan dan pertahanan fungsi ginjal supaya tidak terjadi
penurunan atau gangguan. [ CITATION Set16 \l 1033 ]

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari pembahasan materi ini kami berharap agar kita
semua, khususnya para pembaca dapat memahami tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal akut.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari gagal ginjal akut.
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari gagal ginjal akut.
c. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi gagal ginjal akut
d. Mahasiswa mampu mengetahui patoflo dari gagal ginjal akut
e. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari gagal ginjal akut
f. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari gagal ginjal akut
g. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari gagal
ginjal akut
h. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis
dari gagal ginjal akut
i. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan gagal ginjal akut

1.3 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini kami menulis dan mengumpulkan data-data


yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal
akut berdasarkan studi kepustakaan melalui internet, buku-buku dari
perpustakaan, jurnal dan lain-lain.
3

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas makalah ini, maka materi-materi yang tertera pada
makalah ini dikelompokan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut: Bab 1 pendahuluan berisi latar belakang, tujuan
penulisan,tujuan umum, tujuan khusus,metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab 2 tinjauan teori berisi definisi, etiologi, patofisiologi, patoflo,
manifestasi klinis,komplikasi, penatalaksanaan medis dan non medis, dan asuhan
keperawatan. Bab 3 penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Gagal ginjal akut (GGA) atau di kenal dengan Acute Kidney Injury (AKI)
adalah penurunan cepat fungsi ginjal (selama beberapa jam hingga hari) dengan
azotemia (peningkatan kadar nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum dan
retensi produk metabolit yang harus di sekresikan oleh ginjal) dan
ketidakseimbangan ciran dan elektrolit [CITATION Lem15 \l 1033 ]

Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahanbahan racun, yang menyebabkan penimbunan
limbah metabolik didalam darah (misalnya urea). Gagal ginjal akut merupakan
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara
mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolik (Ayu, 2010).

Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami gangguan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital (Bonez,2011).

4
5

2.2 Etiologi

Menurut Robert, dan Ginova (2010) etiologi gagal ginjal akut dibagi menjadi 3
kelompok utama berdasarkan patogenesisnya yakni

1. Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan prerenal.


a. Dehidrasi
b. Muntah dan diare
c. Diabetes militus
d. Luka baka
e. Pemakaian deuretik yang tidak sesua
f. Asidosis
g. Syok
2. Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal
(intra renal)

a. Hipertensi

Nefrotaksin(antibiotik:gentamicin.kanamisin)

3. Penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih (post-renal).


a. Hiperplasia prostat

2.3 Patofisiologi
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI), yaitu:
Penurunan perfusi ginjal (pre-renal), Penyakit intrinsik ginjal (renal), dan
Obstruksi renal akut (post renal). Pada gagal ginjal akut Pre-renal belum terjadi
kerusakan struktural dari ginjal, hipoperfusi ginjal yang berat serta berlangsung
dalam jangka waktu lama, maka mekanisme otoregulasi tersebut akan terganggu
dimana arteriol afferent mengalami vasokonstriksi, terjadi kontraksi mesangial
dan penigkatan reabsorbsi natrium dan air. Gagal ginjal akut intra renal yang
sering terjadi adalah nekrosi tubular akut disebabkan oleh keadaan iskemia dan
nefrotoksin. Pada gagal ginjal renal terjadi kelainan vaskular yang sering
menyebabkan nekrosis tubular akut. Dimana pada NTA terjadi kelainan vascular
dan tubular. Gagal ginjal akut post-renal disebabkan oleh obstruksi intra-renal
dan ekstrarenal. Obstruksi intrarenal terjadi karena deposisi kristal (urat, oksalat,
6

sulfonamide) dan protein ( mioglobin, hemoglobin). Obstruksi ekstrarenal dapat


terjadi pada pelvis ureter oleh obstruksi intrinsic (tumor, batu, nekrosis papilla)
dan ekstrinsik ( keganasan pada pelvis dan retroperitoneal, fibrosis) serta pada
kandung kemih (batu, tumor, hipertrofi/ keganasan prostate) dan uretra
(striktura). Gagal ginjal akut postrenal terjadi bila obstruksi akut terjadi pada
uretra, buli – buli dan ureter bilateral, atau obstruksi pada ureter unilateral
dimana ginjal satunya tidak berfungsi.[ CITATION Tri17 \l 1033 ]
7

2.4 Patoflo
Pre Renal Intar renal Post renal

Mekanisme terjadi kelainan


otoregulasi vaskular
obstruksi intra-renal
terganggu
dan obstruksi
ekstrarenal
menyebabkan
arteriol afferent nekrosis tubular
mengalami akut
vasokonstriksi
Menyebabkan
obstruksi akut terjadi
pada uretra
Pada NTA terjadi
penigkatan kelainan vascular
reabsorbsi dan tubular
natrium dan air

Gagal Ginjal
Akut

Ketidakmampuan
Ginjal Memfiltrasi
Sisa buangan

Obstruksi Menumpuknya limbah


Retensi Cairan aliran urine yang tidak berhasil
dikeluarkan

Oedema paru Anoreksia/ mual/


Hipervolemia
dan asidosis muntah
a
metabolik

Defisit Nutrisi
Pola nafas tidak
efektif
8

2.5 Manifestasi Klinis

1. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah,
dan diare.
2. Mulut dan membran mukosa keringa akibat dehidrasi, dan nafas mungkin
berbau urine (fetouremik).
3. Manifestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang).
4. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah, BJ
sedikit rendah, yaitu 1.010)
5. Peningkatan. BUN (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap darah (LED)
tergantung katabolisme (pemecahan protein), pervusi renal, serta asupan
protein. Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
6. Hiperkalemia akibat penurunan laju filtrasi glomerulus serta katabolisme
protein menghasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh..
Hiperkalemia menyebabkan disritmia jantung. Sumber kalium mencakup
katabolisme jaringan normal, seperti asupan dict, darah di saluran
pencernaan. atau transfusi darah dan sumber lain (infus intra vena, penisilin
kalium, dan pertukaran ekstra seluler sebagai respon terhadap asidosis
metabolik).
7. Asidosis metabolik, akibat oliguri akut pasien tidak dapat mengeleminasi
muatan metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses.
metabolik normal. Penurunan mekanisme buffor ginjal yang ditandai dengan
penurunan karbondioksida dan Ph darah. Asidosis metabolik menyertai gagal
ginjal.
8. Abnormalitas Ca dan PO, peningkatan konsentrasi serum posfat mungkin
terjadi. Serum Calsium mungkin menurun sebagai respon terhadap penurunan
absorbsi kalium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap
peningkatan kadar serum posfat
9. Anemia terjadi akibat penurunan prduksi eritropoietin, lesi saluran
pencernaan. penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah (biasanya
dari saluran pencernaan). (Brunner dan Suddarth, 2001)
9

2.6 Komplikasi

1. Nyeri abdomen berat


a. Bila terjadi saat pengisian abdomen. Tindakannya selang segera dijepit
(diklem), pasien diubah posisinya misalnya duduk. Jika tidak ada
perbaikan kateter harus diperbaiki (oleh dokter). Nyeri hebat mendadak
mungkin disebabkan ruptura peritoneum.
b. Bila mengikuti drainase, isi kembali ke ruang abdomen dengan sebagian
dialisat.

2. Penyumbatan drain.
a. Urut perut pasien dan ubah posisi pasien.
b. Manipulasi kateter atau suntikkan 20 ml dialisat dengan kuat untuk
membebaskan sumbatan. Bila gagal, pindahkan kateter pada posisi lain.
Bila pindal
c. Berikan heparin pada dialisat untuk mengurangi pembekuan darah dan
merendahkan fibrin.
d. Kontrol dengan pemeriksaan sinar-X.
e. Bila ada perdarahan intraperitoneum yang masuk ke dalam kateter,
kontrol kadar hematokrit dialisat untuk menilai lama dan beratnya
perdarahan.

3. Hipokalsemia; dicegah dengan menambahkan 3,5-4 mEq/L kalsium per


liter dialisat.

4. Hidrasi berlebihan dapat diketahui dengan mengukur berat badan tiap 8 jam.
5. Hipovolemia dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah dan
mengawasi tanda-tanda renjatan. Jika ada, diberikan albumin 5% secara
intravena atau infus dengan NaCl 0,9%.

6. Hipokalemia ditentukan dengan mengukur kadar kalium darah dan


mengawasi perubahan EKG yang terjadi (gejalanya: perut kembung, nadi
lemah).
10

7. Infeksi dicurigai bila cairan dialisat yang dikeluarkan keruh atau berwarna.
Peritonitis terjadi biasanya karena kuman Gram negatif atau Streptococcus
aureus, Berikan antibiotik yang sesuai.

8. Hiperglikemia terjadi karena absorbsi glukosa dari dialisat. Bila kadar


glukosa darah meningkat, koreksi dengan memberikan insulin dengan dosis
yang sesuai.

9. Hipoproteinemia timbul karena keluarnya protein dalam dialisat. Bila


terjadi, tindakannya diberikan albumin atau plasma. 10. Pneumonia dan
atelektasis diberikan pengobatan baku.
(Suriadi, dkk, 2010)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis: jumlah urin, berat jenis urin, sedimen, elektrolit, hematuria, piuria
1) Sedimen granuler berwarna coklat seperti lumpur merupakan karakteristik
nekrosis tubular akur.
2) Sedimen eritrosit dismorfik menandakan adanya jelas pada glomerulus.
3) Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menunjukkan nefritis interstisial.
b. Indeks gangguan ginjal (renal failure indices) untuk membedakan gagal ginjal
akut prerenal dan renal
c. Laboratorium: darah perifer lengkap, kreatinin serum, elektolit (Na, K, fosfat,
Ca), asam urat, dan kreatinin kinase.
d. Pemeriksaan radiologi: USG ginjal merupakan pilihan. CT Scan dan MRI
juga dapat dilakukan.
e. Biopsi ginjal: untuk diagnosis pasti pasien dengan kecurigaan gagal ginjal
akut renal. [ CITATION Chr14 \l 1033 ]
11

2.8 Penatalaksanaan

Penatalakasanaan pada klien gagal ginjal akut dilakukan secara komprehensif


baik dari disiplin medis, nurse practitionist, nutritionist dan lan sebagainya.
Berikut ini adalah menejemen penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut
(Judith, 2002):

2.8.1 Tatalaksana medis

Penggunaan terapi medis padaa gagal ginjal akut utamanya diperuntukan


untuk menjaga volume cairan dalam tubuh sesuai dengan kopensasi ginjal
dan menjaga kondisi asam basa darah.

a. Furosemid, Pemberian 20 sampai 100 mg per IV setiap 6 (enam) jam


akan menjaga stabilitas volume cairan dalam tubuh
b. Kalsium gukonat, Pemberian 10 ml / 10% dalam cairan solute infuse
(IV) akan membantu kadar kalium
c. Natrium polystyrene, 15 gr dalam dosis 4 kali sehari dicampur dalam
100 ml dari 20 % sorbitol, 30 sampai 50 gr dalam 50 ml 70 % sorbitol
dan 150 ml dalam air akan menjaga kadar kalium.
d. Natrium bikarbonat, Pemberian ini akan mengatasi kondisi asidosis

2.8.2 Tatalaksana non medis

Secara umum yang harus dilakukan pada klien gagal ginjal akut adalah
memberlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah
protein, natrium, kalium, dengan pemberian suplemen vitamin tambahan.
Dan yang paling penting adalah membatasi asupan cairan. Untuk
mengontrol kadar elektrolit yang tidak seimbangan dalam tubuh, maka
diperlukan tindakan dialisi (hemodilysis/peritoneal dialysis).

2.9 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Ginjal Akut

2.9.1 Pengkajian Keperawatan


12

Menurut Carpet & Moyet (2007) Pengkajian adalah merupakan tahap yang
sistematis dalam pengumpulan data tentang individu keluarga dan
kelompok. Dalam melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari
klien beserta keluarga, catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.

1. Pengkajian anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien
dan identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal
Ginjal Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang usia
manapun,khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit
serius,terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia. Pada
pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh hipertrofi prostat
sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih yang
berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca
melahirkan. Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang
didapatkan yakni meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si
penderita.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat
menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output
dan apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada
hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas,
cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark,
adanya riwayat minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik,
adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta adanya riwayat
trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
13

Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem


perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab pasca renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat
pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap
jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat psikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis
penyakit yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan
koping yang maladaptif pada klien.

3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada
TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri
sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi
mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai
dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah
terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.

2) Pemeriksaan Pola Fungsi


a. B1 ( Breathing ).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola
napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap
azotemia dan sindrom akut uremia. Klien bernapas dengan bau
urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini. Pada
beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.

b. B2 ( Blood ).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi
akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda
khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada
sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
14

dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi


eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel
darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran G1.
Adanya penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fungsi
jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan
tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.

c. B3 ( Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder
akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri
yang berlanjut pada sindrom uremia.

d. B4 ( Bladder ).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari,
sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang
menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.

e. B5 ( Bowel ).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

f. B6 ( Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi.

3) Pemeriksaan Diagnostik

4. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah
komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
15

a. Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi


gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis,
dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi
secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren
sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema. Natrium
polistriren sulfonat bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi
natrium di saluran intenstinal.
c. Terapi cairan
d. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
e. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialysis

2.9.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, tegas, dan


jelas tentang respon klien terhadap masalah kesehatan/penyakit tertentu
yang aktual dan potensial karena ketidaktahuan, ketidakmauan, atau
ketidakmampuan pasien/klien mengatasinya sendiri yang membutuhkan
tindakan keperawatan untuk mengatasinya.[ CITATION Ali09 \l 1033 ]
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
penyakit gagal ginjal akut, yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif b/d eodema paru (D. 0005)
2. Hipervolemia b/d kerusakan fungsi ginjal (D.0022)
3. Defisit nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak adekuat (D.0019)

2.9.3 Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


o Keperawatan Hasil
1 Pola nafas tidak Tujuan: 1. Monitor TTV
efektif Diharapkan dapat 2. Monitor pola nafas
16

berhubungan mempertahankan jalan 3. Monitor bunyi nafas


dengan oedema nafas yang paten tambahan
paru dengan bunyi nafas 4. Posisikan pasien
(D.0005) bersih dan jelas. senyaman mungkin
Kriteria hasil : (fowler atau semi
1. TTV dalam rentang fowler)
normal 5. Berikan minuman
TD : 100-120/ 70- hangat
80 mmHg 6. Lakukan fisioterapi
N : 80-100 x/menit dada, jika perlu
RR: 16-20 x/menit 7. Lakukan
S : 36,5-37,5 ℃ penghisapan lendir
2. Klien tidak lagi kurang dari 15 detik
menggunakan otot 8. Berikan okesigen,
bantu pernapasan jika perlu
3. Tidak ada 9. Anjurkan asupan
pernapasan cuping cairan 2000 ml/hari
hidung 10. Anjurkan Teknik
batuk efektif
11. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 hipervolemia Tujuan: 1. Pertahankan intake
berhubungan Diharapkan klien dan output yang
dengan kerusakan terbebas dari kelebihan akurat
fungsi ginjal volume cairan dan 2. Pasang urine kateter
(D.0022) dapat mengeluarkan jika diperlukan
cairan yang menumpuk 3. Monitor hasil lab
di dalam ginjal. yang sesuai dengan
Kriteria hasil: retensi cairan
1. Terbebas dari 4. Monitor indikasi
edema retensi/kelebihan
17

2. Bunyi nafas bersih, cairan


tidak ada 5. Monitor masukan
dyspneu/ortopneu makanan/caairan
3. Terbebas dari 6. Monitor status nutrisi
distensi vena 7. Berikan deuretik
jugularis, sesuai instruksi
4. Memelihara 8. Monitor berat badan
tekanan vena setiap hari pada
sentarl, tekanan waktu yang sama
kapiler paru, output 9. Monitor elektrolit
jantung dan vital
sign
5. JVP/CVP menurun
3 Deficit nutrisi Tujuan: 1. Kaji adanya alergi
berhubungan Diharapkan dapat 2. Kolaborasi dengan
dengan intake mempertahankan ahli gizi untuk
nutrisi yang tidak berat badan yang menentukan jumlah
adekuat (D.0019) stabil dan kalori dan nutrisi
meningkatkan yang dibutuhkan oleh
nafsu makan. pasien
Kriteria hasil: 3. Berikan informasi
1. Adanya tentang kebutuhan
peningkatan berat nutrisi
badan 4. Yakinkan diet yang
2. Tidak ada tanda dimakan mengandung
tanda malnutrisi tinggi serat
3. Menunjukan 5. Anjurkan makan
peningkatan fungsi sedikit tapi sering
pengecapan dan 6. Berat badan pasien
menelan dalam batas normal
4. Tidak terjadi 7. Monitor adanya
penurunan berat penurunan berat
badan. badan
8. Monitor kulit kering
18

9. Monitor turgor kulit


10.Monitor HB dan
kadar HT
11.Monitor pucat
konjungtiva.

2.9.4 Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi


dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. (Nursalam, 2015). Jenis-jenis tindakan pada tahap
implementasi adalah :
a. Secara mandiri (independent)
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.
b. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi
kesehatan lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan
dokter.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.

2.9.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan


sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.(Teli, 2018).
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
19

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan


pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan
pasien terhadap tindakan keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi
data dasar dan perencanaan (Hutahaean Serri, 2015).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai
tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan
klien, macam-macam evaluasi:
a. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera
pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada
catatan perawatan.
b. Evaluasi sumatif SOAP
Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Gagal ginjal akut (GGA) atau di kenal dengan Acute Kidney Injury (AKI)
adalah penurunan cepat fungsi ginjal (selama beberapa jam hingga hari) dengan
azotemia (peningkatan kadar nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum dan
retensi produk metabolit yang harus di sekresikan oleh ginjal) dan
ketidakseimbangan ciran dan elektrolit [CITATION Lem15 \l 1033 ]. Menurut
Robert, dan Ginova (2010) etiologi gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 kelompok
utama berdasarkan patogenesisnya yakni: Penyakit yang menyebabkan
hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan prerenal, Penyakit yang secara langsung
menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (intra renal), dan Penyakit yang
terkait dengan obstruksi saluran kemih (post-renal). Komplikasi dari gagal ginjal
akut adalah nyeri abdomen berat, penyumbatan drain, hipokalsemia, hidrasi
berlebihan, hypovolemia, hipokalemia, hiperglikemia, dan hipoproteinemia.
Menurut Tambayong (2013), pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan
hidrosefalus adalah sebagi berikut: Kreatinin dan BUN, Klirens kreatinin,
Elektrolik serum, Gas darah arteri (GDA), HB dan hematokrit, Jumlah sel darah
merah, dan Kadar alkalin fosfat. Penatalaksanaan dari gagal ginjal akut terdiri
dari tatalaksana medis yaitu Penggunaan terapi medis padaa gagal ginjal akut
utamanya diperuntukan untuk menjaga volume cairan dalam tubuh sesuai
dengan kopensasi ginjal dan menjaga kondisi asam basa darah dan tatalaksana
non medis yaitu Secara umum yang harus dilakukan pada klien gagal ginjal akut
adalah memberlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah
protein, natrium, kalium, dengan pemberian suplemen vitamin tambahan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit
gagal ginjal akut, yaitu Pola nafas tidak efektif b/d eodema paru, Hipervolemia
b/d kerusakan fungsi ginjal, dan Defisit nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak
adekuat .

20
21

3.2 Saran

3.2.1 Bagi Mahasiswa


Diharapkan bagi mahasiswa/i agar dapet mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai klien dengan Gagal Ginjal Akut. Karena,
dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa/i akan
mempu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan
Pendidikan Kesehatan bagi masyarakat mengenai Gagal Ginjal Akut.

3.2.2 Bagi Institusi


Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah literature yang terbaru
untuk pengerjaan makalah dalam pembuatan makalah
selanjutnya ,meningkatkan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa
melalui studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan Gagal Ginjal Akut secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Bare, B., & Smeltzer, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 45-47.
Chris, T. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapis.
hadi, S. (2016). Gagal ginjal. Jakarta: Rineka Cipta.
Lemone, P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Mediakl Bedah Gangguan Respirasi.
Jakarta: EGC.
Marcelina, G. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan: Gagal Ginjal Akut Di Paviliun Asisi Kama 3-1 Rumah Sakit
Myria. Palembang: Makalah.
S. h., & Putu. (2016). Gagal Ginjal. Jakarta: Rineka Cipta.
Setyo,hadi. (2016). Gagal ginjal. Jakarta: Rineka Ciptaa.
Sinto, R., & Nainggolan, G. (2010). Acute Kidney Injury. Pendekatan Klinis dan
Tata Laknsana. Majalah Kedokteran, 142-153.
suriadi, & yuliani, r. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta.
Triastuti, I. (2017). Acute Kidney Injury. Makalah.
Wati, N. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Akut Dengan
Masalah Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum. Pasuruan: Makalah.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI.

Anda mungkin juga menyukai