1ASKEP GGA - Kelompok 5 - Revisi 3
1ASKEP GGA - Kelompok 5 - Revisi 3
Dosen Pembimbing :
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
2.1 Definisi...........................................................................................................4
2.2 Etiologi...........................................................................................................5
2.3 Patofisiologi...................................................................................................5
2.4 Patoflo............................................................................................................7
2.6 Komplikasi......................................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................11
iii
2.9.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................15
iv
v
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinis yang di tandai dengan
fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasannya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerolus yang
menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak
0.5% mg/dl/hari dan at kadar nitrogen urea darah sebanyak 10% mg/dl/hari
dalam beberapa hari. ARF (Acute Renal Failure) biasanya disertai oleh oliguria
(keluaran urine <400 ml/hari ) (Wilson, 2012).
Penyakit gagal ginjal akut meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut dengan angka prevalensi mencapai 13,4%. dimana I
diantara 10 orang berpotensi mengalami penyakit gagal ginjal. Prevalensi
penyakit ginjal akut di Australia, Jepang, dan Eropa adalah 6-11%. terjadi
peningkatan 5-8% setiap tahunnya (Triyanti, 2008). Penelitian dari Global
Burden of Disease tahun 2010 yang menyebutkan bahwa gagal ginjal akut
merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 dunia dan terus meningkat
menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Menurut KEMENTERIAN KESEHATAN RI tahun 2016 memperkirakan
bahwa pravelansi gagal ginjal akut di Indonesia saat ini mencapai 3.094.915
orang yang mengalami gagal ginjal akut, mortalitas lebih tinggi pada pasien
lanut usia di Indonesia kebanyakan pasien yang melewati episode gagal ginjal
akut dapat sembuh dengan fungsi ginjal semula dan dapat melanjutkan hidup
seperti biasanya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) tahun 2015 memperlihatkan yang menderita gagal ginjal
baik akut maupun kronik mencapai 50% dari 3.000.000 orang sedangkan yang
diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati
dengan baik.
Munculnya masalah yang sangat bervariasi, peran perawat sangat dibutuhkan
guna membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien seperti contoh
1
2
dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit gagal ginjal akut seperti
bagaimana pentingnya mempertahankan cairan tubuh. Sehingga penting sekali
untuk dilakukan pencegahan dan pertahanan fungsi ginjal supaya tidak terjadi
penurunan atau gangguan. [ CITATION Set16 \l 1033 ]
Untuk memahami lebih jelas makalah ini, maka materi-materi yang tertera pada
makalah ini dikelompokan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut: Bab 1 pendahuluan berisi latar belakang, tujuan
penulisan,tujuan umum, tujuan khusus,metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab 2 tinjauan teori berisi definisi, etiologi, patofisiologi, patoflo,
manifestasi klinis,komplikasi, penatalaksanaan medis dan non medis, dan asuhan
keperawatan. Bab 3 penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) atau di kenal dengan Acute Kidney Injury (AKI)
adalah penurunan cepat fungsi ginjal (selama beberapa jam hingga hari) dengan
azotemia (peningkatan kadar nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum dan
retensi produk metabolit yang harus di sekresikan oleh ginjal) dan
ketidakseimbangan ciran dan elektrolit [CITATION Lem15 \l 1033 ]
Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahanbahan racun, yang menyebabkan penimbunan
limbah metabolik didalam darah (misalnya urea). Gagal ginjal akut merupakan
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara
mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolik (Ayu, 2010).
Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami gangguan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital (Bonez,2011).
4
5
2.2 Etiologi
Menurut Robert, dan Ginova (2010) etiologi gagal ginjal akut dibagi menjadi 3
kelompok utama berdasarkan patogenesisnya yakni
a. Hipertensi
Nefrotaksin(antibiotik:gentamicin.kanamisin)
2.3 Patofisiologi
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI), yaitu:
Penurunan perfusi ginjal (pre-renal), Penyakit intrinsik ginjal (renal), dan
Obstruksi renal akut (post renal). Pada gagal ginjal akut Pre-renal belum terjadi
kerusakan struktural dari ginjal, hipoperfusi ginjal yang berat serta berlangsung
dalam jangka waktu lama, maka mekanisme otoregulasi tersebut akan terganggu
dimana arteriol afferent mengalami vasokonstriksi, terjadi kontraksi mesangial
dan penigkatan reabsorbsi natrium dan air. Gagal ginjal akut intra renal yang
sering terjadi adalah nekrosi tubular akut disebabkan oleh keadaan iskemia dan
nefrotoksin. Pada gagal ginjal renal terjadi kelainan vaskular yang sering
menyebabkan nekrosis tubular akut. Dimana pada NTA terjadi kelainan vascular
dan tubular. Gagal ginjal akut post-renal disebabkan oleh obstruksi intra-renal
dan ekstrarenal. Obstruksi intrarenal terjadi karena deposisi kristal (urat, oksalat,
6
2.4 Patoflo
Pre Renal Intar renal Post renal
Gagal Ginjal
Akut
Ketidakmampuan
Ginjal Memfiltrasi
Sisa buangan
Defisit Nutrisi
Pola nafas tidak
efektif
8
1. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah,
dan diare.
2. Mulut dan membran mukosa keringa akibat dehidrasi, dan nafas mungkin
berbau urine (fetouremik).
3. Manifestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang).
4. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah, BJ
sedikit rendah, yaitu 1.010)
5. Peningkatan. BUN (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap darah (LED)
tergantung katabolisme (pemecahan protein), pervusi renal, serta asupan
protein. Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
6. Hiperkalemia akibat penurunan laju filtrasi glomerulus serta katabolisme
protein menghasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh..
Hiperkalemia menyebabkan disritmia jantung. Sumber kalium mencakup
katabolisme jaringan normal, seperti asupan dict, darah di saluran
pencernaan. atau transfusi darah dan sumber lain (infus intra vena, penisilin
kalium, dan pertukaran ekstra seluler sebagai respon terhadap asidosis
metabolik).
7. Asidosis metabolik, akibat oliguri akut pasien tidak dapat mengeleminasi
muatan metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses.
metabolik normal. Penurunan mekanisme buffor ginjal yang ditandai dengan
penurunan karbondioksida dan Ph darah. Asidosis metabolik menyertai gagal
ginjal.
8. Abnormalitas Ca dan PO, peningkatan konsentrasi serum posfat mungkin
terjadi. Serum Calsium mungkin menurun sebagai respon terhadap penurunan
absorbsi kalium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap
peningkatan kadar serum posfat
9. Anemia terjadi akibat penurunan prduksi eritropoietin, lesi saluran
pencernaan. penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah (biasanya
dari saluran pencernaan). (Brunner dan Suddarth, 2001)
9
2.6 Komplikasi
2. Penyumbatan drain.
a. Urut perut pasien dan ubah posisi pasien.
b. Manipulasi kateter atau suntikkan 20 ml dialisat dengan kuat untuk
membebaskan sumbatan. Bila gagal, pindahkan kateter pada posisi lain.
Bila pindal
c. Berikan heparin pada dialisat untuk mengurangi pembekuan darah dan
merendahkan fibrin.
d. Kontrol dengan pemeriksaan sinar-X.
e. Bila ada perdarahan intraperitoneum yang masuk ke dalam kateter,
kontrol kadar hematokrit dialisat untuk menilai lama dan beratnya
perdarahan.
4. Hidrasi berlebihan dapat diketahui dengan mengukur berat badan tiap 8 jam.
5. Hipovolemia dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah dan
mengawasi tanda-tanda renjatan. Jika ada, diberikan albumin 5% secara
intravena atau infus dengan NaCl 0,9%.
7. Infeksi dicurigai bila cairan dialisat yang dikeluarkan keruh atau berwarna.
Peritonitis terjadi biasanya karena kuman Gram negatif atau Streptococcus
aureus, Berikan antibiotik yang sesuai.
a. Urinalisis: jumlah urin, berat jenis urin, sedimen, elektrolit, hematuria, piuria
1) Sedimen granuler berwarna coklat seperti lumpur merupakan karakteristik
nekrosis tubular akur.
2) Sedimen eritrosit dismorfik menandakan adanya jelas pada glomerulus.
3) Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menunjukkan nefritis interstisial.
b. Indeks gangguan ginjal (renal failure indices) untuk membedakan gagal ginjal
akut prerenal dan renal
c. Laboratorium: darah perifer lengkap, kreatinin serum, elektolit (Na, K, fosfat,
Ca), asam urat, dan kreatinin kinase.
d. Pemeriksaan radiologi: USG ginjal merupakan pilihan. CT Scan dan MRI
juga dapat dilakukan.
e. Biopsi ginjal: untuk diagnosis pasti pasien dengan kecurigaan gagal ginjal
akut renal. [ CITATION Chr14 \l 1033 ]
11
2.8 Penatalaksanaan
Secara umum yang harus dilakukan pada klien gagal ginjal akut adalah
memberlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah
protein, natrium, kalium, dengan pemberian suplemen vitamin tambahan.
Dan yang paling penting adalah membatasi asupan cairan. Untuk
mengontrol kadar elektrolit yang tidak seimbangan dalam tubuh, maka
diperlukan tindakan dialisi (hemodilysis/peritoneal dialysis).
Menurut Carpet & Moyet (2007) Pengkajian adalah merupakan tahap yang
sistematis dalam pengumpulan data tentang individu keluarga dan
kelompok. Dalam melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari
klien beserta keluarga, catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.
1. Pengkajian anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien
dan identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal
Ginjal Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang usia
manapun,khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit
serius,terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia. Pada
pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh hipertrofi prostat
sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih yang
berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca
melahirkan. Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang
didapatkan yakni meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si
penderita.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat
menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output
dan apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada
hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas,
cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark,
adanya riwayat minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik,
adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta adanya riwayat
trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
13
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada
TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri
sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi
mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai
dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah
terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
b. B2 ( Blood ).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi
akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda
khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada
sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
14
c. B3 ( Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder
akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri
yang berlanjut pada sindrom uremia.
d. B4 ( Bladder ).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari,
sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang
menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
e. B5 ( Bowel ).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
f. B6 ( Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
3) Pemeriksaan Diagnostik
4. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah
komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
15
Gagal ginjal akut (GGA) atau di kenal dengan Acute Kidney Injury (AKI)
adalah penurunan cepat fungsi ginjal (selama beberapa jam hingga hari) dengan
azotemia (peningkatan kadar nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum dan
retensi produk metabolit yang harus di sekresikan oleh ginjal) dan
ketidakseimbangan ciran dan elektrolit [CITATION Lem15 \l 1033 ]. Menurut
Robert, dan Ginova (2010) etiologi gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 kelompok
utama berdasarkan patogenesisnya yakni: Penyakit yang menyebabkan
hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan prerenal, Penyakit yang secara langsung
menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (intra renal), dan Penyakit yang
terkait dengan obstruksi saluran kemih (post-renal). Komplikasi dari gagal ginjal
akut adalah nyeri abdomen berat, penyumbatan drain, hipokalsemia, hidrasi
berlebihan, hypovolemia, hipokalemia, hiperglikemia, dan hipoproteinemia.
Menurut Tambayong (2013), pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan
hidrosefalus adalah sebagi berikut: Kreatinin dan BUN, Klirens kreatinin,
Elektrolik serum, Gas darah arteri (GDA), HB dan hematokrit, Jumlah sel darah
merah, dan Kadar alkalin fosfat. Penatalaksanaan dari gagal ginjal akut terdiri
dari tatalaksana medis yaitu Penggunaan terapi medis padaa gagal ginjal akut
utamanya diperuntukan untuk menjaga volume cairan dalam tubuh sesuai
dengan kopensasi ginjal dan menjaga kondisi asam basa darah dan tatalaksana
non medis yaitu Secara umum yang harus dilakukan pada klien gagal ginjal akut
adalah memberlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah
protein, natrium, kalium, dengan pemberian suplemen vitamin tambahan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit
gagal ginjal akut, yaitu Pola nafas tidak efektif b/d eodema paru, Hipervolemia
b/d kerusakan fungsi ginjal, dan Defisit nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak
adekuat .
20
21
3.2 Saran
Bare, B., & Smeltzer, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 45-47.
Chris, T. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapis.
hadi, S. (2016). Gagal ginjal. Jakarta: Rineka Cipta.
Lemone, P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Mediakl Bedah Gangguan Respirasi.
Jakarta: EGC.
Marcelina, G. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan: Gagal Ginjal Akut Di Paviliun Asisi Kama 3-1 Rumah Sakit
Myria. Palembang: Makalah.
S. h., & Putu. (2016). Gagal Ginjal. Jakarta: Rineka Cipta.
Setyo,hadi. (2016). Gagal ginjal. Jakarta: Rineka Ciptaa.
Sinto, R., & Nainggolan, G. (2010). Acute Kidney Injury. Pendekatan Klinis dan
Tata Laknsana. Majalah Kedokteran, 142-153.
suriadi, & yuliani, r. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta.
Triastuti, I. (2017). Acute Kidney Injury. Makalah.
Wati, N. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Akut Dengan
Masalah Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum. Pasuruan: Makalah.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI.