Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOTERAPI II

OSTEOPOROSIS
Dosen pengampu : apt. Karol Giovani Battista Leki, M.Farm

Kelompok 1 :

1. Amalia Ajeng Lutfiana 1192065


2. Andhi Fajar Widjayanto 1192060
3. Ardiyan Angga Pramudiya 1192068
4. Elfrida Arista Ale 1192138
5. Endang Noviyanti 1192076
6. Fadilla Khairun Nisak 1192078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA SEMARANG
2021
BAB I

Pendahuluan

Latar belakang

Osteoporosis berasal dari kata osteo yang artinya tulang, sedangkan porous berarti batang.
Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai berkurangnya massa tulang, sehingga menyebabkan
kondisi tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah (James Johnson, 2005: 1). Tulang adalah
jaringan hidup, selalu berubah-ubah sesuai dengan beban dan tekanan yang diterima pada kehidupan
sehari-hari, serta selalu ada penggantian-penggantian dari sel yang rusak di seluruh bagian tulang.
Pada usia lanjut lebih banyak terjadi kerusakan daripada perbaikannya, sehingga mengakibatkan
berkurangnya jaringan tulang secara bertahap.

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada pria
hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan terkena
penyakit osteoporosis. Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi juga
berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil, kurang aktifitas tubuh,
kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan massa tulang, asupan kalsium yang
rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit diabetes mellitus tipe I dan II.

WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperkirakan bahwa pada tahun 2050 lebih dari 50%
cedera panggul terjadi di Asia. Selama 10 tahun terakhir, di Singapura setiap hari terdapat empat
wanita usia 50-an tahun mengalami patah tulang panggul. Manusia mempunyai massa tulang
terbanyak pada umur 30 tahunan, selanjutnya melewati umur tersebut sedikit demi sedikit menurun.
Pada pria berkurangnya mineral di tulang tidak akan menyebabkan masalah sampai usia 80 tahun,
tetapi wanita lebih cepat, yaitu pada usia 70 tahun dapat kehilangan sampai 30%.
BAB II

Pembahasan

Faktor-Faktor Penyebab Osteoporosis

Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang bukan baru lagi, namun masih banyak yang
belum memahami penyebabnya. Menurut Eri D. Nasution (2003: 14-29) faktor penyebab
osteosporosis sebagai berikut :

1. Faktor Sejarah Keluarga dan Reproduktif

Sejarah patah tulang dalam keluarga sangat penting untuk menentukan resiko seseorang
mengalami patah tulang. Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang, rata-rata
memiliki massa tulang yang lebih rendah dari normal usianya. Tingkat hormon estrogen turun setelah
menopause, sehingga menyebabkan tulang mengalami resorpsi lebih cepat. Wanita yang mempunyai
rentang reproduktif lebih pendek karena menopause dini akan memiliki massa tulang yang rendah,
dan efeknya tetap bertahan sampai usia tua.

2. Faktor gaya hidup


a) Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan menurunkan kadar estrogen. Perokok
mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar mengalami patah tulang pinggul, pergelangan
tangan serta tulang punggung.
b) Penggunaan Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengubah metabolisme vitamin D atau
penyerapan kalsium terganggu yang dapat mengakibatkan tulang lemah dan tidak normal.
c) Aktivitas Fisik
Seseorang yang terlalu lama istirahat di tempat tidur dapat mengurangi massa tulang.
Hidup dengan aktivitas fisik yang teratur dapat menghasilkan massa tulang yang besar.
3. Faktor Pemakaian Obat
Obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis meliputi: steroid, thyroid, Gonadotropin
Relesing Hormone (GNRH agonist), diuretik dan antasid. Obat tersebut apabila digunakan
dalam jangka waktu yang lama, dapat mengubah pergantian tulang dan meningkatkan resiko
osteoporosis.
4. Faktor Kondisi Medis
Obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis meliputi: steroid, thyroid, Gonadotropin
Relesing Hormone (GNRH agonist), diuretik dan antasid. Obat tersebut apabila digunakan dalam
jangka waktu yang lama, dapat mengubah pergantian tulang dan meningkatkan resiko
osteoporosis.
A. Kalsium
Kalsium erat hubungannya dengan kesehatan tulang, karena berfungsi sebagai pembentuk
tulang. Kalsium merupakan komponen utama dari tulang, maka dalam pencegahan terjadinya
osteoporosis dan penyakit-penyakit tulang yang lain sangat penting artinya. Penyerapan kalsium
yang rendah akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang, sehingga bagi penderita
osteoporosis perlu menjaga keseimbangan kalsium. Pada tubuh manusia 90% kalsium disimpan
dalam tulang dan gigi, sisanya tersebar di dalam darah serta jaringan lunak.
Kalsium rata-rata yang dianjurkan di Indonesia adalah 500-800 mg per orang per hari.
Manula dan wanita menopause membutuhkan kalsium sampai 1.200-1.500 mg/hari.

Kebutuhan kalsium menurut jenis kelamin dan umur.

Anak Laki – laki Kalsium (mg)


8 – 11 tahun 800
12 – 15 tahun 1.200
16 – 18 tahun 1000

Anak Perempuan Kalsium (mg)


8 – 11 tahun 900
12 – 15 tahun 1000
16 – 18 tahun 00

Laki – laki Dewasa Kalsium (mg)


19 – 64 tahun 800
64 tahun keatas 800

Wanita Dewasa Kalsium (mg)


19 – 54 tahun 800
54 tahun keatas 1000
Wanita mengandung 1.100
Wanita menyusui anak 1.200

B. BAGIAN TULANG YANG TERKENA OSTEOPOROSIS

Osteoporosis mengakibatkan patah tulang yang paling sering adalah terkena osteoporosis
biasanya pada vertebra spinalis dan tipikalnya mengenai vertebra torakalis bawah dan vertebra
lumbalis atas. Vertebra torakalis menyokong terjadinya fraktur berbentuk baji, sedangkan fraktur
yang remuk sering mengenai vertebra lumbalis. Fraktur baji vertebra torakalis membentuk punuk
wanita tua (dowager’s hump). Keadaan ini dapat berlangsung terus, sehingga rongga rusuk bagian
bawah menyentuh crista iliaca anterior. Perubahan kerangka pada osteoporosis pasca-menopause.
Pada bagian paha, yang biasanya patah adalah bagian leher femur dan trochanterica, dimana usia
penderita pada leher femur rata-rata adalah 75 tahun.

Penderita penyakit ini mempunyai risiko 50% tidak bisa melakukan aktivitas seumur hidup,
25% memerlukan perawatan jangka panjang, dan kematian dalam tahun pertama setelah patah
tulang sebesar 20% (Faisal Yatim, 2000: 3). Patah tulang lengan bawah terjadi pada bagian distal
radius (ujung tulang, tepat sebelum sendi pergelangan tangan) yang biasanya disebut Colles
fractures. Resiko wanita mengalami Colles fractures adalah kira-kira 15%, biasanya terjadi setelah
menopause tetapi ada juga yang terjadi pada pra-menopause.
PATOLOGI DAN ETIOLOGI

Adapun osteoporosis, diklasifikasikan menjadi 2, yaitu

1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer, terbagi lagi menjadi:

a. Osteoporosis PostmenopausalOsteoporosis tipe ini disebabkan oleh defisiensi estrogen pada


wanita postmenopause. Defisiensi estrogen menyebabkan penurunan aktivitasosteoblas dimana
terjadi penurunan rangsangan dalam aktivitas gen penghasilOPG (Osteoprotegerin) di osteoblas.
Defisiensi estrogen dapat meningkatkanaktivitas osteoklas dan menurunkan apoptosis dari
osteoklas. Dengan begitu,defisiensi estrogen akan meningkatkan resorpsi tulang dan
terjadilahosteoporosis.

Tipe osteoporosis Postmenopausal biasanya terjadi beberapa tahunsetelah menopause.. Pada saat
ini, produksi estrogen pada wanita menurun. Defisiensiestrogen, kemudian meningkatkan resorpsi
tulang, yang selanjutnya menurunkan massatulang dan meningkatkan resiko patah tulang.

B. Osteoporosis terkait usia

Osteoporosis sekunder Merupakan osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit atau penggunaan
obat tertentu. Penyebab paling umum osteoporosis sekunder adalah defisiensi vitamin D dan
terapiglukokortikoid.Defisiensi vitamin D akan menyebabkan penurunan absorpsi kalsium di usus,
sehingga kalsium dalam darah akan turun, sehingga untuk memenuhi kalsium darahakan diambil
kalsium dari tulang yang dapat menyebabkankerapuhan tulang.

FAKTOR RESIKO

- USIA

-GENETIK

-MENOPAUSE

-RAS

-MENYUSUI

GEJALA DAN TANDA

1. Gejala :

- Nyeri

- Mobilitas

- Depresi, ketakutan, dan rasa rendah diri karena keterbatasan fisik

2. Tanda
- Pemendekan tinggi badan (> 1,5 inchi), kifosis, atau lordosis

- Fraktur tulang punggung, panggul, pergelangan tangan

- Kepadatan tulang rendah pada pemeriksaan radiogra

DIAGNOSIS

Osteopororsis dapat diketahui melalui angka BMD (Bone Mass Density). BMDmerupakan alat ukur
yang spesifik untuk mengetahui resiko fraktur. Metodeyang digunakan untuk menghitung BMD
adalah dengan Dual-Energy X-rayAbsorptiometry (DXA).

Untuk mendiagnosa osteoporosis pada pasien diperlukan :

1. Riwayat penyakit dan pengobatan pasien

2. Identifikasi faktor risiko

3. Pemeriksaan fisik lengkap

4. Tes laboratorium untuk mengidentifikasi kemungkinan osteoporosis sekunder.

5. Pengukuran massa tulang

Nilai T-score dalam berbagai kondisi:

- Tulang normal : ≥ -1 (10% di bawah SD rata-rata atau lebih tinggi)

- Osteopenia : -1 sampai -2,5 (10-25% di bawah SD rata-rata)

- Osteoporosis : < atau samadengan

– 2,5 (25% di bawah SD rata-rata)

PENATALAKSANAAN

Terapi Non farmakologi

- Diet seimbang dengan asupan kalsium danvitamin D yang cukup

- Tidak mengonsumsi terlalu banyak kafein

- Tidak merokok

- Olah raga teratur

TERAPI FARMAKOLOGI

Algoritma terapi menurut Dipiro (2005), dibagi menjadi dua yaitu:


1. Pengobatan tanpa pengukuran BMD (Bone Mineral Density)Pertimbangan terapi
tanpa pengukuran BMD :
• Pria dan wanita dengan peningkatan risiko kerapuhan tulang
• Pria dan wanita yang menggunakan glukokortikoid dalam jangka waktu
lamaTerapi dapat dilakukan dengan Biphosphonate, jika intolerance
denganBiphosphonate pilihan terapi obat lainnya adalah Raloxifene,
kalsitonin nasal,teriparatide, bifosfonat parenteral. Jika kerapuhan tetap
berlanjut setelah pemakaianBiphosphonate, maka pilihan terapi lainnya
adalah teriparatide
2. Pengobatan dengan pengukuran BMD (Bone Mineral Density)Populasi yang perlu
pengukuran BMD :
• Untuk wanita dengan usia ≥ 65 tBMDn
• Untuk wanita usia 60-64 tahun postmenopause dengan peningkatan
risiko osteoporotis
• Pria dengan 70 tahun atau yang risiko tinggi.

OBAT – OBAT YANG DIGUNAKAN

A. Kalsium

- Mekanisme kerja obat

Kalsium berfungsi sebagai integritas sistem saraf dan otot, untuk kontraktilitas jantung normal dan
koagulasi darah. Kalsium berfungsi sebagaikofaktor enzim dan mempengaruhi aktivitas sekresi
kelenjar endokrin daneksokrin

- Farmakoterapi

Kalsium diserap untuk mencegah hyperparathyroidism dan penghancurantulang yaitu melalui


peningkatan BMD (bone mineral density). KalsiumKarbonat adala garam yang paling sering
digunakan karena mengandungkalsium sebesar 40%. Penggunaannya harus setelah makan agar
dapatmeningkatkan absorpsi dari sekresi asam. Kalsium Sitrat tidak bergantungkepada asam
sehingga dalam penggunaannya tidak memerlukan makan terlebihdahulu.

B.Vitamin D

- Mekanisme kerja obat

Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperoleh dari sumber alami (minyak hati ikan)atau
dari konversi provitamin D (7-dehidrokolesterol dan ergosterol).

- Farmakoterapi

Vitamin D dapat mempertahankan homeostasis kalsiumnya. Defisiensi Vitamin D


dapatmenyebabkan menurunnya konsentrasi kalsium sehingga terjadi Hiperparatiroidism dan
resorpsitulang. Pemberian suplemen vitamin D memaksimalkan absorpsi kalsium intestinal
danmeningkatkan densitas mineral tulang (BMD) serta mengurangi fraktur.

- Pemakaian Kalsium dan Vitamin D

Seperti yang sudah kita ketahui, kalsium tidak dapat bekerja dengan efektif tanpa adanyaVitamin D.
Untuk pencegahan dan terapi osteoporosis, biasanya suplementasi kalsiumdiberikan sebanyak 500-
1000 mg/hari dengan vitamin D sebanyak 800 IU (internationalunit)/hari atau vitamin D aktif
(kalsidiol1μg/Hari atau kalsitriol 0,5μg/Hari).
C. Kalsitonin

- Mekanisme Kerja

Kerja dari kalsitonin dimediasi oleh calcitonin receptor (CTR).Kalsitonin akan menginhibisi aktivitas
osteoklast, di mana osteoklast bertanggung jawab atas proses resorpsi tulang

- Dosis dan Efek Samping

Dosis yang diberikan secara injeksi intramuscular dan subkutan adalahsebanyak 100 unit per hari
atau sama dengan 0,5 ml per hari. Sementarauntuk dosis intranasal adalah sebanyak 200 unit per
hari atau sama dengan1 ml per hari.Efek samping yang disebabkan oleh terapi kalsitonin adalah
mual,muntah, keram intestinal, dan pembengkakan di bagian tangan

D. Teriparatide

Terapi anabolik ini hanya untuk terapi menjaga dan memelihara bentuktulang

- Mekanisme Kerja

- Teriparatide memiliki mekanisme kerja yang menyerupai hormon paratiroid.Teriparatide akan


meregulasi metabolisme tulang, mereabsorbsi kalsium danfosfat pada tubulus distal ginjal dan
mengarbsobsi kalsium dari makanan diintestinal.

- Farmakokinetik

Administrasi sebanyak 1 kali sehari secara injeksi subkutan 20 mcg ke dalam pahaatau area
abdomen. Puncak serum PTH yaitu 30 menit setelah di injeksi danmenurun menjadi konsentrasi
tidak terdeteksi dalam waktu 3 jam. Bioavailabilitasrata-rata 95%. Klirens obat 62 L/jam pada wanita
dan 94 L/jam pada pria.

E. Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid meningkatkan reabsorbsi kalsium. Berdasarkan penelitian pasien yang mengkonsumsi
diuretik tiazid memilikimassa tulang lebih besar dan fraktur yang lebih sedikit. Diuretik tiazid ini
diberikan ketika pasien osteoporosis denganglukokortikoid yang lebih besar dari 300mg dari jumlah

Kalsium yang dikeluarkan dalam urin selama lebih dari 24 jam.

F. Estrogen dan terapi hormonal

-Mekanisme kerja

Estrogen menurunkan aktivitas osteoklas, menghambat PTH secara periferal,meningkatkan


konsentrasi kalsitriol dan absorpsi kalsium di usus, dan menurunkanekskresi kalsium oleh ginjal.
Penggunaan estrogen dalam jangka waktu lamatanpadiimbangi progesteron meningkatkan risiko
kanker endometrium pada wanita yanguterusnya utuh.

-Kontraindikasi

Estrogen ini kontraindikasi dengan wanita hamil dan menyusui, kanker Estrogen-independent.

G. Testosteron

Penurunan konsentrasi testosteron tampak pada penyakit gonad, gangguan pencernaan dan terapi
glukokortikoid. Berdasarkan penelitian terapi testosteron inidapat meningkatkan BMD dan
mengurangi hilangnya massa tulang pada pasienosteoporosis laki-laki.

H. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)

- Mekanisme kerjaRaloxifene merupakan reseptor estrogen selektif yang mengurangiresorpsi tulang


dan menurunkan pembengkokan tulang.

- Farmakokinetika Raloxifene

• Absorpsi : secara cepat stelah administrasi oral

• Ikatan dengan plasma : 95%

• Bioavailabilitas absolute sekitar 2%

• Waktu paruh : 28 jam

• Metabolisme : hepatic glukoronidasi

- Dosis

60mg perhari, secara oral.


KESIMPULAN

Massa tulang yang keropos disebabkan dari berbagai faktor, meliputi; faktor sejarah keluarga,
reproduktif, gaya hidup, pemakaian obat, kondisi medis, dan endogenik. Selain itu agar tidak terjadi
osteoporosis, perlu pemenuhan kebutuhan kalsium 1200-1500 mg hari.
Penderita Osteoporosis sering mengalami patah tulang pada punggung, paha, dan lengan bawah.
Patah tulang dapat dicegah dengan melakukan latihan beban.

DAFTR PUSTAKA

http:// www.indomedia.com, (1998).http:// www.sabah.org.my, (1998).Anton C. Widjaja. (2001).


Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta: Hipokrates.

Ardiansyah. Keseimbangan kalsium penting untuk cegah osteoporosis.


http://ardiansyah.multiply.com/journal. 29 april 2009 Depkes. Kecenderungan osteoporosis di
Indonesia 6 kali lebih tinggi dibanding negeri Belanda. 2004. http://www.depkes.go.idDepkes. 1 dari
3 wanita dan 1 dari 3 pria memiliki kecenderungan menderita osteoporosis. 2005.
http://www.depkes.go.id. diakses 14 Juni 2015

Emma S. Wirakusumah. (2000). Tetap Bugar di Usia Lanjut. Trubus Agriwidya.Eri D. Nasution. (2003).
Lebih Lengkap Tentang Osteoporosis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.Faisal Yatim. (2000).
Osteoporosis pada Manula. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Margo Utomo, Wulandari Meikawati, Zilfa Kusuma Putri. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepadatan Tulang Pada Wanita Postmenopause. 2010. htpp://jurnal.unimus.ac.id. Diakses pada
tanggal 14 Juni 2015N Sennang AN., Mutmainnah, RDN Pakasi,

Hardjoeno,Analisis Kadar. Osteokalsin Serum Osteopenia Dan


Osteoporosis.2002.http://www.journal.unair.ac.id/fillerPDF/IJCPML.pdf. Diakses 14Juni 2015
Nurwenda A. Hubungan Tingkat Konsumsi Kalsium, Protein dan Status Gizi dengan Derajat
Osteoporosis Pada lansia. 2004

Sadoso Sumosardjuno. (2004). Olahraga Diperlukan dalam Pencegahan dan


PengobatanOsteoporosis. www.indonesia.nl.James Johnson. (2005). Osteoporosis Kenali, Lalu
Hindari. www.promosi kesehatan.com

Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang osteoporosis mengenal, mengatasi, dan
mencegah tulang keropos. Jakarta:gramedia pustaka utama; 2009

Anda mungkin juga menyukai