Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


UNIVERSITAS JEMBER
Jl. Kalimantan 37 Jember 68121, Telp.(0331) 325041; email : admin.rsgm@unej.ac.id

Lampiran I : Surat Keputusan Direktur


RS Gigi dan Mulut Universitas
Jember

Nomor :
Tanggal :

BAB I
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

A. DEFINISI
1. Komunikasi yang efektif: adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dipahami oleh penerima dan mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.
2. Komunikasi efektif pada pasien dilaksanakan di semua area rumah sakit seperti:
pendaftaran, rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, laboratorium, radiologi, farmasi,
dan instalasi/ bagian lainnya.
3. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
4. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
5. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
6. Pelaksanaan komunikasi efektif dalam pemberian asuhan oleh dokter, perawat/
tenaga kesehatan rumah sakit lewat telephon dilakukan menggunakan format SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recomendation).
7. Dokter, perawat dan tenaga kesehatan menggunakan komunikasi efektif pada saat:
a. Melaporkan perubahan kondisi kritis pasien melalui telepon
b. Melakukan hand over dengan rekan sejawat
c. Melakukan transfer atau pindah pasien dari satu unit/ ruangan lain
8. Perawat atau staff mendokumentasikan komunikasi dengan tehnik SBAR khusus
untuk melaporkan kondisi kritis pasien kepada dokter melalui telepon. Melakukan
Tulis(TUL) saat menerima instruksi, memBACA ULANG saat menerima

2
9. rekomendasi lewat telepon dan melakukan KONFIRMASI (KON) pada dokter. Jika
ada ketidakjelasan mengenai intruksi dokter atau NORUM/ LASA, maka komunikasi
dengan menggunakan kode alphabet Internasional (NATO)/ Kode alphabet
internasional.
10. Instalasi /Bidang
a. Memastikan seluruh staff di unitnya memahami prosedur komunikasi efektif
dengan menggunakan tehnik SBAR saat berkonsultasi lewat telepon.
b. Membuat laporan insiden kepada tim keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan hasil pemeriksaan kritis yang tidak dilaporkan segera ke DPJP/ Dokter
Pengirim.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelaksanaan komunikasi efektif pada pasien dilaksanakan di semua area rumah
sakit seperti: pendaftaran, rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, laboratorium, radiologi, farmasi
dan instalasi/ bagian lainnya.
A. Kualifikasi Sumber daya manusia
Pelaksana panduan komunikasi efektif ini adalah semua tenaga kesehatan (medis,
perawat, farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf
administrasi, dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.
B. Distribusi ketenagaan
Pelaksanaan identifikasi oleh staff rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan kewajiban dan
tanggung jawab staff di unit kerjanya yaitu:
1. Seluruh staff rumah sakit
a. Memahami prosedur komunikasi efektif
b. Menerapkan komunikasi efektif dengan SBAR
c. Melaporkan kondisi/ hasil kritis kejadian kesalahan komunikasi selama
pemberian pelayanan
2. Dokter
a. Menggunakan komunikasi efektif dengan tehnik SBAR saat melaporkan kondisi
pasien dengan teman sejawat lewat telepon.
b. Dokter menulis diagnose dan terapi dengan huruf yang bias dibaca minimal dua
orang.
c. Menggunakan singkatan sesuai dengan daftar singkatan yang ada di rumah sakit.
d. Dokter yang memberikan rekomendasi lewat telepon membubuhkan tanda tangan
pada stempel validasi dalam waktu 1 x 24 jam.
e. Membuat laporan insiden kepada tim keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan kesalahan komunikasi.
3. Perawat
a. Menggunakan komunikasi efektif pada saat:
1) Melaporkan perubahan kondisi kritis pasien melalui telepon

3
2) Melakukan hand over dengan rekan sejawat
3) Melakukan transfer atau pindah pasien dari satu unit/ ruangan lain
b. Mendokumentasikan komunikasi dengan tehnik SBAR khusus untuk melaporkan
kondisi kritis pasien kepada dokter melalui telepon. MemBACA ULANG saat
menerima rekomendasi lewat telepon, dan EJA ULANG jika rekomendasi yang
diterima kurang jelas/ obat NORUM/ LASA dengan menggunakan kode alphabet
Internasional (NATO) Kode alphabet internasional

c. HURUF NATO
A= alpha O= oscar
B= bravo P= papa
C= charlie Q= quebec
D= delta R= romeo
E= echo S= sierra
F= foxfort T= tango
G= golf U= uniform
H= hotel V= victor
I= india W= whiskey
J= juliet X= x-ray
K= kilo Y= yankee
L= lima Z= zulu
M= mike
N= November

d. Membubuhkan stempel validasi dan tanda tangan penelepon dibawah


dokumentasi SBAR dan memohon tanda tangan dokter pemberi rekomendasi
dalam waktu 1x24 jam.
e. Membuat laporan insiden kepada tim keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan kesalahan komunikasi.

4
4. Petugas Farmasi
a. Menggunakan komunikasi efektif dengan tehnik SBAR pada saat menghubungi
dokter via telepon untuk:
1) Mengklarifikasi resep yang tidak terbaca
2) Kesalahan penulisan resep (prescription error)
b. Memberikan stempel validasi pada resep obat yang telah dilakukan klarifikasi
kepada dokter.
c. Melaporkan pada tim keselamatan pasien rumah sakit jika ditemukan prescription
error (kesalahan penulisan resep) dan tulisan yang tidak terbaca.
d. Membuat laporan insiden kepada tim keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan kesalahan komunikasi.
5. Petugas laboratorium
Nilai kritis dari suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan
kelainan atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau
tindakan. Nilai abnormal suatu hasil pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik,
sebaliknya nilai normal dianggap tidak normal pada kondisi klinik tertentu. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan nilai rujukan sesuai kondisi khusus pasien. Karena nilai
kritis merupakan gambaran keadaan patofisiologis yang mengancam jiwa dan harus
segera mendapat tindakan: 
a. Melaporkan hasil kritis pemeriksaan laboratorium pasien dengan menggunakan
tehnik SBAR. Hasil kritis dilaporkan segera setelah hasil pemeriksaan
laboratorium keluar kepada DPJP/Dokter Pengirim.
b. Memberikan stempel hasil kritis, tanggal dan jam lapor pada hasil kritis
pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium segera dikirim
keruang tempat pasien di rawat.
c. Hasil kritis pemeriksaan laboratorium segera disampaikan perawat ruang tempat
pasien di rawat. Perawat mengambil hasil kritis laboratorium dalam waktu ≤ 1
jam.
d. Membuat laporan insiden kepada tim keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan hasil pemeriksaan kritis tidak dilaporkan segera ke DPJP/ DOKTER
PENGIRIM ataupun hasil kritis yang tidak diberikan stempel hasil kritis.

5
6. Petugas Radiologi
a. Melaporkan hasil kritis pemeriksaan radiologi pasien dengan menggunakan
tehnik SBAR. Hasil kritis dilaporkan segera oleh dokter radiologi/ petugas
Radiologi kepada dokter DPJP/ dokter pengirim.
b. Memberikan stempel hasil kritis, tanggal dan jam lapor pada hasil kritis
pemeriksaan radiologi.
c. Hasil kritis pemeriksaan Radiologi segera disampaikan perawat ruang pasien di
rawat. Perawat mengambil hasil kritis radiologi dalam waktu ≤ 1 jam
d. Membuat laporan insiden kepada tim, keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan hasil pemeriksaan kritis yang tidak dilaporkan segera ke DPJP/ Dokter
Pengirim.
7. Instalasi / Bidang
a. Memastikan seluruh staff di unitnya memahami prosedur komunikasi efektif
dengan menggunakan tehnik SBAR saat berkonsultasi lewat telepon.
b. Membuat laporan insiden kepada tim, keselamatan pasien rumah sakit jika
ditemukan hasil pemeriksaan kritis yang tidak dilaporkan segera ke DPJP/ Dokter
Pengirim.
8. Tim Keselamatan Pasien
a. Memantau dan memastikan panduan komunikasi efektif dengan menggunakan
tehnik SBAR dikelola dengan baik oleh Kepala Unit/ Kepala Ruang.
b. Melakukan analisa laporan insiden yang diterima dan melakukan road cause
analisa apabila insiden reggrading merah atau kuning.
9. Unit Penjamin Mutu
a. Memantau dan memastikan panduan komunikasi efektif pasien terlaksana sesuai
dengan prosedur oleh staff rumah sakit.
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan komunikasi efektif dengan
menggunakan tehnik SBAR.

6
DAFTAR SINGKATAN

No NAMA ARTI SINGKATAN


SINGKATAN
1 A/i Atas instruksi
2 Abd Abdomen
3 ACTH Adreno Cortico Trophic Hormone
4 AF Atrial Fibrillation
5 AFB Acid Fast Bacilli
6 AFL Atrial Flutter
7 Ag Antigen
8 AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome
9 Alb Albumin
10 Alkphos Alkaline phosphatase
11 AMI Acute Myocardial Infection
12 AML Acute Myelocytic Leukemia
13 Amp Ampul
14 ANA Antinuclear antibody
15 ANC Absolute Neutrophil Count
16 ant Anterior
17 Ao Aorta
18 AoA Aorta asenden
19 AoD Aorta desenden
20 AP Angina Pectoris
21 APP Appendicitis
22 APS Angina Pectoris Stabil
23 AR Aorta Regurgitasi
24 ARDS Acute Respiratory Distress Syndrome
25 ARF Acute Renal Failure
26 ARMD Age-Related Macular Degeneration
27 AS Aorta Stenosis
28 ASD Atrial Septal Defect
29 AV Aortic Valve
30 AV blok 1 Atrio Ventricular Block, First Degree
31 AV Blok 2 Atrio Ventricular Block, Second Degree
32 BE Barium Enema
33 BMI Body Mass Index
34 BMR Basal Metabolic Rate
35 BP Broncho Pnemonia
36 BPH Benign Prostatic Hypertrophy
37 BT Bleeding Time
38 Ca Carcinoma
39 CABG Coronary Artery Bypass Graft
40 CAD Coronary Artery Disease

7
41 Cath Catheter
42 CHD Congenital Heart Disease
43 CHF Congestive Heart Failure
44 CHL Conductive Hearing Loss
45 CHO Carbohydrate
46 Chol Cholesterol
47 CKD Chronic Kidney Disease
48 CLL Chronic Lymphocytic Leukemia
49 CM Compos Mentis
50 CMI Congenital Mitral Insufficiency
51 CML Chronic Myelogenous Leukemia
52 CMS Congenital Mitral Stenosis
53 COPD Chronic Obstructive Pulmonary Disease
54 CRF Chronic Renal Failure
55 CRP C-Reactive Protein
56 CT scan Computerized Tomography Scan
57 CVA Cerebro Vascular Accident
58 DHF Dengue Haemorragic Fever
59 DIC Disseminated Intravascular Coagulation
60 diff Differential
61 DM Diabetes mellitus
62 DNA Deoxyribonucleic acid
63 DOA Death On Arrival
64 DPL Darah Perifer Lengkap
65 DPT Diphtheria, Pertussis & Tetanus
66 DSS Dengue Shock Syndrom
67 DT Diphtheria, Tetanus Vaccine
68 DVT Deep Vein Thrombosis
69 E coli Escherichia coli
70 ECG Electrocardiogram
71 ECHO Echocardiogram
72 EKG Elektrokardiogram
73 EMG Electromyogram
74 ERCP Endoscopic Retrograde Cholangio
75 ESWL Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy
76 ETT Endo Thracheal Tube
77 FESS Functional Endoscopic Sinus Surgery
78 FFP Fresh Frozen Plasma
79 FHR Fetal Heart Rate
80 FUO Fever of unknown origin
81 G6PD Glucose-6 phosphate dehydrogenase
82 GBS Guillain Barre diseases or Syndrome
83 GE Gastro Enteritis
84 Gyn Gynecology
85 Hb Haemoglobin

8
86 HCL Hydrochloric acid
87 HDL High Density Lipoprotein
88 HepBsAg Hepatitis B surface antigen
89 HHD Hypertensive Heart Disease
90 HNP Herniated nucleus pulposus
91 HRD Hypertensive Renal Disease
92 IV Intra Vena
93 I.M Infra Muscular
94 I.VCath Intra vena cateter
95 ICCU Intensive Coronary Care Unit
96 ICU Intensive care unit
97 IDDM Insulin dependent diabetes mellitus
98 IgA Immunoglobulin A
99 IgB Immunoglobulin B
100 IgD Immunoglobulin D
101 IgE Immunoglobulin E
102 IgM Immunoglobulin M
103 IHD Ishemic Heart Desease
104 IM Intra Muscular
105 IMA Infark Miokard Akut
106 inf Inferior
107 IOL Intraocular lens
108 ISPA InfeksiSaluranPernafasanAcut
109 ITP Thrombocytopenic purpura Idiopathic
110 IUD Intrauterine device
111 IVFD Intra Venous Fluid Drip
112 KU Keadaan Umum
113 Lat Lateral
114 LBBB Left bundle branch block
115 LDL Low density lipoprotein
116 LE Lupus erythematosus
117 LED Laju Endap Darah
118 LHF Left Heart Failure
119 LLE Leukemia Lymphoblastic Acute
120 LV Left Ventrikel
121 lymph Lymphocyte(s)
122 MCI Myocardial Infarction
123 MD Muscular dystrophy
124 Ml Mitral Insufficiency ; Myocardial infarction
125 MR Mitral Regurgitasi
126 MRI Magnetic resonance imaging
127 MS Mitral Stenosis
128 NEC Necrotizing enterociolitis
129 NGT Naso Gastric Tube
130 NHL Non-Hodgkin's lymphoma

9
131 NICU Neonatal intensive care unit
132 NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
133 ORIF Open reduction with internal fixation
134 Ortho Orthodontic
135 PID Pelvic inflammatory disease
136 PJK Penyakit Jantung Koroner
137 post op Postoperative
138 PRC Packed Red Cells
139 Pre-op Preoperative
140 RBBB Right Bundle Branch Block
141 RDS Respiratory Distress Syndrome
142 Rh+ Rh Positive
143 SLE Systemic Lupus Erythematosus
144 SNH Stroke Non Haemorrhage
145 TB Tuberculosis: tuberculous
146 TIA Transient Cerebral Ischaemic Attack
147 UAP Unstable Angina Pectoris
148 UTI Urinary Tract Infection
149 VDRL Veneral Disease Research Laborabory
150 VES Ventricular Extra Systole
151 VLDL Very Low Density Lipoprotein

Elemen Penilaian SKP II


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

10
BAB III
TATA LAKSANA

A. Standar Fasilitas Pelaksanaan Komunikasi Efektif


Pelaksanaan Komunikasi Efektif dengan tehnik SBAR dilakukan sesuai standar prosedur
operasional rumah sakit yaitu:
1. Komunikasi via telepon menggunakan tehnik SBAR memerlukan :
a. Kebijakan penulisan terapi dan diagnose harus ditulis dengan huruf cetak bukan
huruf jalan.Tulisan minimal terbaca dua orang selain penulis.
b. Daftar buku singkatan yang digunakan
c. Kode alphabet internasional HURUF NATO
A= alpha O= oscar
B= bravo P= papa
C= charlie Q= quebec
D= delta R= romeo
E= echo S= sierra
F= foxfort T= tango
G= golf U= uniform
H= hotel V= victor
I= india W= whiskey
J= juliet X= x-ray
K= kilo Y= yankee
L= lima Z= zulu
M= mike
N= November

d. Stempel validasi
a. Stempel Hasil kritis
2. Komunikasi Efektif denganTehnik SBAR
Didokumentasikan pada catatan terintegrasi pasien khusus pada saat melaporkan
kondisi kritis.
3. Lembar RM transfer internal saat memindahkan pasien dari antar ruangan

11
4. Buku komunikasi ruangan/instalasi melaporkan masalah pelayanan pasien atau
penyampaian hasil kritis.
B. Tata Laksana Pelayanan Pelaksanaan Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif denganTehnik SBAR didokumentasikan pada catatan terintegrasi
pasien khusus pada saat melaporkan kondisi kritis SBAR adalah metode terstruktur dalam
menyampaikan informasi kritis yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera.
Tujuan SBAR adalah Untuk memberikan panduan, dan mempermudah serta
memfokuskan topik pembicaraan antara nggota tim.
Prosedur pelaksanaan komunikasi efektif di RS GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS
JEMBER terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Komunikasi efektif di RS GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER digunakan
pada saat:
1) Saat pelaporan kondisi pasien
2) Serah terima pasien antar shift
3) Serah terima pasien antar ruangan
4) Saat pasien hasil kritis
5) Saat pelaporan masalah pelayanan pasien
6) Penulisan diagnose dan terapi pasien yang harus jelas
7) Penggunaan singkatan yang sesuai dengan daftar singkatan berlaku di rumah
sakit.
b. Prosedur Komunikasi Efektif dengan SBAR
1) Laporan kondisi pasien oleh petugas secara tertulis /lisan ( telepon)
 Langkah- langkah sebelum menghubungi dokter:
a) Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien dengan pengkajian bagi perawat dan profesi lain
b) Baca dan pahami riwayat pasien, catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawatan shift sebelumnya
c) Siapkan rekam medis pasien, riwayat alergi obat-obatan/ cairan infuse atau
alat kesehatan yang digunakan saat ini.

12
c. Tehnik SBAR:
S: Situasi:
Sebutkan nama petugas dan ruang/ instalasi, identifikasi pasien, diagnose medis,
keluhan utama, skor nyeri atau situasi yang memprihatinkan terjadi pada pasien.
B: Latar belakang Pasien:
RPS (RiwayatPasienSekarang), RPD (RiwayatPasienDahulu), KU, TTV,
pemeriksaan Penunjang (laboratorium, Radiodiagnostik dll), alergi, risiko jatuh,
catatan perkembangan pasien sebelumnya dan obat-obatan yang dipakai pasien.
A:Temuan klinis terbaru
KU, TTV Diagnosa Keperawatan yang memprihatinkan, hasil pemeriksaan kritis
Penunjang (laboratorium, Radiodiagnostik dll)
R: Intervensi Keperawatan/ staff mandiri maupun kolaborasi yang dibutuhkan
pasien untuk memperbaiki situasi.
Mohon pemeriksaan dan rekomendasi lanjut.
d. Contoh untuk dokter, perawat dan staff penunjang

Situation (S) :
Selamat pagi Dokter, Saya Putri perawat rawat inap melaporkan pasien nama Tn
A,  Diagnosa medis gagal ginjal kronik mengalami sesak napas.
Background (B) :
Pasien masuk 8 Desember 2013, rutin program HD hari Senin-Kamis
Keluhan : sesak nafas, oedema ekstremitas bawah dan asites
Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter,
pemberian oksigen 3 liter/menit, Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit    
Hasil laboratorium terbaru :Hb 9 mg/dl, Albumin 3, ureum 237 mg/dl, Radiologi EKG
dll. Kesadaran compos mentis, bunyi nafas ronchi.
Assessment (A) :analisa / diagnose keperawatan
Masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
lebih

13
KU bertambah lemah, nafas cepat dan dalam, penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam
Recommendation (R) :Rencana keperawatan
Monitoring KU, penkes, cairan, TTV (pernafasan) tiap jam, mengurangi aktifitas dan
ADL dibantu.
Apa advise dokter?
Program Terapi : Oksigen nasal ganti NRM ? Obat lanjut, EKG ulang
Diit Jantung
e. Contoh SBAR Radiologi

S: Saya Dani, ingin bicara dengan dr. Fajar, terkait hasil RO kritis
B: Ps B. Dengan trauma kecelakaan 1 jam yll,tidak sadar 15 menit, ada perdarahan di
telinga, ps CT scan Kepala ada gambaran perdarahan di ventrikel
A: perdarahan kepala, mengancam keselamatan pasien
R: Mohon rekomendasi /validasi lanjut

14
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2 edn,
Bakti Husada, Jakarta.

_____. 2008, Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident
Report), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.

IOM, 2000. To Err Is Human: Building a Safer Health System


http://www.nap.edu/catalog/9728.html

___, 2004. Patient Safety: Achieving a New Standard for Care


http://www.nap.edu/catalog/10863.html

Kemkes RI. 2010. Pedoman Teknis Fasilitas Rumah Sakit Kelas B. Pusat Sarana, Prasarana dan
Peralatan Kesehatan, Sekretariat Jenderal, KEMKES-RI.

Manojlovich, M, et al 2007, ‘Healthy Work Environment, Nurse-Phycisian Communication, and


Patient’s Outcomes’, American Journal of Critical Care vol. 16, pp. 536-43.

Millar, J, et al 2004, ‘Selecting Indicators for Patient Safety at the Health Systems Level in
OECD Countries’. DELSA/ ELSA/ WD/ HTP, Paris, OECD Health Technical Paper.

Pallas, LOB, et al 2005, Nurse-Physician Relationship Solutions and Recomendation for Change,
Nursing Health Services Research Unit, Ontario.database.

Parwijanto, H 2008, ‘Kajian Komunikasi Dalam Organisasi’, in Perilaku Organisasi.uns.ac.id,


Jakarta, 10 Desember 2009.

Robbins, SP 2003, Perilaku Organisasi, 10 edn, PT. Indeks Gramedia, Jakarta.

Vazirani, S, et al 2005, ‘Effect of A Multidicpinary Intervention on Communication and


Collaboratorium oration’, American Journal of Critical Care, Proquest Science Journal, vol. 14,
p. 71.

15
Wakefield, JG & Jorm, CM 2009, ‘Patient Safety – a balanced measurements framework’,
Australian Health Review, vol. 33, no. 3.

Yahya, A. 2009 Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop Keselamatan Pasien &
Manajemen Risiko Klinis. PERSI: KKP-RS.

16

Anda mungkin juga menyukai