Anda di halaman 1dari 16

Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...

NILAI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


DALAM KURIKULUM MADRASAH

Rofik
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
e-mail: rofik_musa@yahoo.com

Abstract
One criticism to Learning of Islamic Culture History (SKI) in Madrasah / School is memorization
(rote) stigma. This criticism is quite reasonable, because in practical terms Islam Cultural History as a
subject is often taught in informative or just in rote. One fact is reflected in the allotment of instructional
time in the curriculum of 1994, for example, only one lesson hour. Medium scope and sequence of
material is very wide and deep. This article aims to eliminate the stigma by finding Learning Value
of Cultural History of Islam in the grand design SKI Content Standards in the madrasa curriculum
of 1994, 2004, 2006, 2008 (specially PAI and Arabic Madrasa) and 2013. In order to be found on the
basis of their human values, namely Islam, as a religion, then traced to the values ​​of Islam to the Islamic
Cultural History Value and finally to the Value of Learning History Islamic Cultural embodied in four
categories, namely material value, formal value, functional value, and essential values.
Keywords: Learning, Islamic Culture History, Value

Abstrak
Salah satu kritik terhadap Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah / Sekolah adalah
stigma hafalan. Kritik ini cukup beralasan, karena secara praksis Sejarah Kebudayaan Islam sebagai
sebuah mata pelajaran sering diajarkan secara informatif atau hafalan saja. Salah satu fakta ini tercermin
dalam alokasi waktu pembelajaran dalam kurikulum 1994, misalnya, hanya 1 (satu) jam pelajaran.
Sedang cakupan dan urutan materi sangat luas dan dalam.Artikel ini bertujuan mengeliminir stigma
tersebut dengan cara menemukan Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam grand design
Standar Isi SKI dalam kurikulum madrasah Tahun 1994, 2004, 2006, 2008 (khusus PAI dan bahasa
Arab Madrasah) dan 2013. Agar diketemukan nilai dari dasar asasinya, yaitu Islam, sebagai agama,
maka dirunut dari Nilai-nilai Islam menuju Nilai Sejarah Kebudayaan Islam dan akhirnya sampai
kepada Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang mewujud dalam empat kategori, yaitu
nilai material, nilai formal, nilai fungsional, dan nilai esensial.
Kata kunci: Pembelajaran, Sejarah Kebudayaan Islam, Nilai

15
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

Pendahuluan Dari ruang lingkup semacam itu,


Salah satu kritik terhadap Pembe- sangat tidak mungkin dicapai hanya 1
lajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) (satu) jam pelajaran. Sehingga hafalan
di Madrasah/ Sekolah adalah stigma menjadi tidak terhindarkan. Akhirnya,
menghafal. Belajar SKI berarti harus SKI diajarkan dengan pendekatan
menghafal materi-materi Sejarah Ke- informatif, yaitu pembelajaran yang
budayaan Islam. Rumusan SKI dalam hanya menginformasikan materi tanpa
kurikulum 1994 memang berorientasi mempedulikan siswa memahami atau
materi. Kritik ini beralasan karena secara tidak memahami materi. (Sukmadinata:
prakteknya, SKI sering diajarkan hanya 2006).
bersifat informatif saja atau hafalan. Kondisi ini terjadi sebagai akibat
Meskipun secara normatif, Sejarah Ke- dari diterapkannya pendekatan sen-
budayaan Islam di madrasah bertujuan tralisasi atau model administratif da-
menumbuh kembangkan kemampuan lam pengembangan kurikulum Tahun
peserta didik dalam memahami per- 1994. Model administratif adalah model
istiwa sejarah dan produk peradaban pengembangan kurikulum yang inisi-
Islam, menghargai para tokoh peri- atif, pelaksanannya ditentukan dan di-
laku sejarah dan pencipta peradaban lakukan oleh pemerintah pusat. Kuriku-
itu yang membawa kemajuan dan ke- lum yang telah jadi disebarluaskan ke
jayaan Islam, sehingga tertanam nilai- satuan pendidikan untuk dilaksanakan.
nilai kepahlawanan, kepeloporan dan Guru pada satuan pendidikan tinggal
kreativitas. menjalankan apa yang sudah tertuang
Sejumlah fakta ditemukan bahwa dalam kurikulum. Ini berbeda dengan
pada Kurikulum SKI madrasah Tahun, model akar rumput atau model desen-
Pertama, alokasi waktu SKI adalah tralisasi yaitu model pengembangan
1 (satu) jam pelajaran dalam satu kurikulum yang inisiatif dan pelaksan-
minggu. Kedua, cakupan dan urutan aannya dilakukan oleh satuan pendidi-
materi sangat luas dan dalam. Sebagai kan dan guru-guru sebagai pelaksana
contoh, keluasan dan kedalaman materi kurikulum. Upaya ini pada awalnya
dapat dilihat dalam ruang lingkup SKI dilakukan hanya pada cakupan terba-
kurikulum madrasah tsanawiyah 1994 tas baik area mata pelajaran maupun
meliputi 9 (sembilan) materi, yaitu 1) wilayah pemberlakuannya (Sukmadi-
Dakwah Islam periode Makkah, 2) nata: 2006). Seiring dengan perkem-
Islam periode Madinah, 3) Khulafaur bangan waktu, muncullah pendekatan
Rasyidin, 4) Bani Umayyah, 5) Bani dekonsentrasi, yaitu campuran antara
Abbas, 6) Islam di Andalusia, 7)Tiga sentralistik dan desentralistikatau da-
Kerajaan Besar, 8) Awal Penyiaran Islam lam istilah lain mengunakan pendeka-
di Afrika, Eropa dan Rusia, 9) Peran tan campuran model administratif dan
umat Islam dalam memperjuangkan model akar rumput (grass root). (Dirjen
kemerdekaan, mengisi kemerdekaan PMPTK, 2008: 7)
dan pembangunan. (SK Kemenang: Satu wujud dekonsentrasi kuriku-
1993) lum berbasis kompetensi sejak tahun

16
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

2004 adalah munculnya Standar isi. dan minim dalam pembentukan sikap
Standar Isi menurut Peraturan Pemerin- (afektif). Dalam implementasinya juga
tah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stan- lebih didominasi pencapaian kemam-
dar Nasional Pendidikan adalah “Ru- puan kognitif; kurang mengakomodasi-
ang lingkup materi dan tingkat kompetensi kan kebutuhan afektif. Kendala lain ada-
yang dituangkan dalam kriteria tentang lah kurangnya keikutsertaan guru mata
kompetensi tamatan, kompetensi bahan ka- pelajaran lain dalam memberi motivasi
jian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus kepada peserta didik untuk memprak-
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh pe- tekkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan
serta didik pada jenjang dan jenis pendidi- sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya
kan tertentu. (PP No. 19/2005). Secara guru dalam pengembangan pendekatan
riil Standar isi mencakup Standar Kom- dan metode yang lebih variatif, min-
petensi dan Kompetensi Dasar. Standar imnya berbagai sarana pelatihan dan
kompetensi merupakan kualifikasi ke- pengembangan, serta rendahnya peran
mampuan minimal peserta didik yang serta orang tua peserta didik.
menggambarkan penguasaan penge- Kelemahan yang ditampakkan oleh
tahuan, sikap, dan keterampilan yang Kurikulum 1994 itu, terulang kembali
diharapkan dicapai pada setiap kelas pada kurikulum 2004. Meskipun ruang
dan/atau semester pada suatu mata lingkup kurikulum 2004 dan 2006
pelajaran. Kompetensi dasar adalah se- sangat dibatasi, akan tetapi rumusan
jumlah kemampuan yang harus dikua- Kompetensi Dasar dan Indikator sangat
sai peserta didik dalam mata pelajaran minimalis nuansa Afeksinya. Kondisi
tertentu sebagai rujukan penyusunan itu terlihat pada contoh berikut.
indikator kompetensi dalam suatu pela-
jaran (Permendiknas 41/2007). Sedang Tabel I
bahasa kurikulum 2013 ditandai den- Kompetendi dasar dan Indikator Kurikulum
gan Kompetensi Inti dan Kompetensi SKI Kelas IX Madrasah Tsanawiyah
dasar. (Keputusan Dirjen Diktis No.
KD Indikator
2676 /2013).
Menganalisis • Mengidentifikasi
Meski begitu, secara eksplisit, da- kemajuan- kemajuan-kemajuan
lam rasional kurikulum 2004 dan 2006 kemajuan di bidang pendidikan
dikatakan, “…Kenyataannya, setelah Dinasti Al Dinasti Al Ayyubiyah
Ayyubiyah • Menjelaskan peran Al
ditelusuri, pendidikan SKI menghada-
Azhar sebagai pusat
pi beberapa kendala, antara lain; waktu perkembangan ilmu-
yang disediakan terbatas sedang materi ilmu keislaman
begitu padat dan memang penting, yak- • Meneladani
ni menuntut pemantapan pengetahuan Keperwiraan
Shalahudin Al Ayyubi
hingga terbentuk watak dan kepribadi-
an yang berbeda jauh dengan tuntutan
terhadap mata pelajaran���������������
������������������������
lainnya. Kele-
�����
mahan lain, materi SKI, lebih terfokus
pada pengayaan pengetahuan (kognitif)

17
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

Menganalisis • Mengidentifikasi nilai pada peserta didik atau ajaran


kemajuan kemajuan-kemajuan dan semangat Islam sebagai rahmat
-kemajuan di bidang ilmu bagi manusia semesta alam. Nilai-
Dinasti pengetahuan
Abbasiyah di • Menjelaskan
nilai luhur dari semangat ajaran Is-
bidang ilmu perkembangan ilmu lam yang dipetik dengan mempelajari
pengetahuan filsafat, astronomi, Sejarah dan Kebudayaan Islam inilah
kedokteran yang harus ditumbuh kembangkan se-
• Menjelaskan peran
hingga menjadi pola hidup dan sikap
baitul hikmah dalam
transformasi ilmu untuk senantiasa memberi manfaat
penegtahuan bagi masyarakat, bangsa, negara dan
• Mengungkapkan agama.
tokoh-tokoh dan
Sementara dalam kurkulum 2004
hasil karyanya yang
berperan dalam dan 2006 dikatakan bahwa Mata Pela-
pengetahuan jaran SKI dalam kurikulum Madrasah
• Menjelaskan dampak Tsanawiyah adalah salah satu bagian
kemajuan bidang ilmu mata pelajaran Pendidikan Agama
pengetahuan bagi
perkembangan umat
Islam yang diarahkan untuk meny-
Islam. iapkan peserta didik untuk menge-
nal, memahami, menghayati Sejarah
Dari sejumlah Indikator yang teru- Kebudayaan Islam, yang kemudian
muskan hanya ada satu yang mencer- menjadi dasar pandangan hidupnya
minkan nuansa afeksi, yaitu Meneladani (way of life) melalui kegiatan bimbin-
Keperwiraan Shalahuddin Al Ayyubi. gan, pengajaran, latihan, penggunaan
Selebihnya bernuansa kognitif. pengalaman dan pembiasaan.
Dari permasalahan tersebut, maka Jika dirunut dalam kurikulum
muncul pertanyaan Bagaimana Standar 2006 diketemukan sejumlah fungsi
Isi SKI dalam kurikulum madrasah ? mata pelajaran Sejarah dan Kebu-
Apa saja Nilai yang terkandung dalam dayaan Islam, yaitu; pertama, Pen-
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan genalan peristiwa-peristiwa penting
Islam? dari sejarah Islam, kedua, Pengenal-
an produk-produk perudaban Islam
Sejarah Kebudayaan Islam dalam serta tokoh-tokoh pelopornya, ketiga,
Kurikulum Madrasah. Pengembangan rasa kebangsaan/
Dalam setiap kurikulum dike- penghargaan, terhadap kepahlawa-
temukan pengertian mata pelajaran nan, kepeloporan, semangat keilmuan
SKI. Pada kurikulum 1994 dikatakan dan kreativitas para tokoh pendahulu,
bahwaMata Pelajaran Sejarah dan Ke- keempat, Penanaman nilai bagi tumbuh
budayaan Islam adalah bahan kajian dan berkembangnya sikap kepahla-
mengenai peristiwa-peristiwa pent- wanan, kepeloporan, keilmuan dan
ing dan produk peradaban Islam yang kreativitas, pengabdian serta pening-
memungkinkan terjadinya penge- katan rasa cinta tanah air dan bangsa.
nalan, penghayatan dan transformasi Pada kurikulum 2004 dan 2006,

18
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

Standar isi madrasah merujuk kepada tentang Standar Kompetensi Lulusan


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (SKL) dan Standar Isi (SI) mata
Khusus kurikulum 2006 terlihat pada pelajaran pendidikan Agama islam dan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 bahasa Aarab di madrasah. Standar ini
tentang Standar isi dan permendiknas mewujud dalam Standar Kompetensi
nomor 23 tahun 2006 tentang SKL yang dan Kometensi dasar. Ia berisi sejumlah
pemberlakuan keduanya didasarkan rumusan kompetensi yang harus
kepada permendiknas nomor 24 tahun dikuasai oleh peserta didik.
2004 yang kemudian disempurnakan Secara eksplisit Kurikulum 2008
dengan permendiknas nomor 6 Tahun dan 2013 merumuskannya sebagai
2007. berikut. Pendidikan Agama Islam di
Dalam perjalanannya, pada tahun Madrasah Tsanawiyah terdiri atas em-
2008, Kementerian Agama merasa perlu pat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an-
untuk “meningkatkan” Standar Isi dan Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan
Standar Kompetensi Lulusan mata Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan masing mata pelajaran tersebut pada
Bahasa Arab di Madrasah. Oleh sebab itu dasarnya saling terkait, isi mengisi
terbitlah Kurikulum 2008. Asumsinya dan melengkapi. al-Qur’an-hadis
adalah bahwa bahwa dalam rangka merupakan sumber utama ajaran Is-
pelaksanaan ketentuan pasal 5 ayat (1) lam, dalam arti ia merupakan sumber
dan (2), pasal 25 ayat (1) dan pasal 27 akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah,
ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik muamalah), sehingga kajiannya be-
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 rada di setiap unsur tersebut. Akidah
tentang Standar Nasional Pendidikan (usuluddin) atau keimanan merupa-
telah dikeluarkan Peraturan Menteri kan akar atau pokok agama. Syariah/
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak
2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 bertitik tolak dari akidah, yakni se-
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi bagai manifestasi dan konsekuensi
Lulusan untuk Pendidikan Dasar dan dari akidah (keimanan dan keyakinan
Menengah, maka Kementerian Agama hidup). Syari’ah/fikih merupakan
memandang perlu melaksanakan sistem norma (aturan) yang mengatur
pengembangan Standar Kompetensi hubungan manusia dengan Allah,
dan Kompetensi Dasar Pendidikan sesama manusia dan dengan makhluk
Agama Islam (PAI) untuk madrasah lainnya. Akhlak merupakan aspek
sebagaimana amanat Peraturan Menteri sikap hidup atau kepribadian hidup
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun manusia, dalam arti bagaimana sistem
2006. Oleh sebab itu, ia juga berorintasi norma yang mengatur hubungan ma-
dekonsentrasi. nusia dengan Allah (ibadah dalam arti
Sesuai cirinya, maka Standar isi khas) dan hubungan manusia dengan
telah ditetapkan oleh Kementerian manusia dan lainnya (muamalah) itu
Agama dengan munculnya Peraturan menjadi sikap hidup dan kepribadian
menteri Agama Nomor 2 tahun 2008 hidup manusia dalam menjalankan

19
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

sistem kehidupannya (politik, ekono- didik tentang pentingnya mem-


mi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, pelajari landasan ajaran, nilai-
kebudayaan/seni, iptek, olahraga/ nilai dan norma-norma Islam yang
kesehatan, dan lain-lain) yang dilan- telah dibangun oleh Rasulullah
dasi oleh akidah yang kokoh. Seja- dalam rangka mengembangkan
rah Kebudayaan Islam merupakan kebudayaan dan peradaban Islam.
perkembangan perjalanan hidup ma- 2) Membangun kesadaran peserta
nusia muslim dari masa ke masa da- didik tentang pentingnya wak-
lam usaha bersyariah (beribadah dan tu dan tempat yang merupakan
bermuamalah) dan berakhlak serta sebuah proses dari masa lampau,
dalam mengembangkan sistem ke- masa kini, dan masa depan.
hidupannya yang dilandasi oleh aki- 3) Melatih daya kritis peserta didik
dah. (PMA No. 2/2008). untuk memahami fakta sejarah
Dari kerangka itu, maka Sejarah secara benar dengan didasarkan
Kebudayaan Islam di madrasah meru- pada pendekatan ilmiah.
pakan salah satu mata pelajaran yang 4) Menumbuhkan apresiasi dan peng-
menelaah tentang asal-usul, perkem- hargaan peserta didik terhadap
bangan, peranan kebudayaan/per- peninggalan sejarah Islam seba-
adaban Islam dan para tokoh yang gai bukti peradaban umat Islam di
berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau.
masa lampau, mulai dari perkem- 5) Mengembangkan kemampuan pe-
bangan masyarakat Islam pada masa serta didik dalam mengambil ibrah
Nabi Muhammad SAW dan Khulafau- dari peristiwa-peristiwa bersejarah
rrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, (Islam), meneladani tokoh-tokoh
Ayyubiyah sampai perkembangan Is- berprestasi, dan mengaitkannya
lam di Indonesia. Secara substansial, dengan fenomena sosial, budaya,
mata pelajaran Sejarah Kebudayan Is- politik, ekonomi, iptek dan seni,
lam memiliki kontribusi dalam mem- dan lain-lain untuk mengembang-
berikan motivasi kepada peserta didik kan kebudayaan dan peradaban
untuk mengenal, memahami, meng- Islam.
hayati sejarah kebudayaan Islam, Pada gilirannya, peserta didik
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang menyelesaikan mata pelajaran
yang dapat digunakan untuk melatih Sejarah Kebudayaan Islam pada jen-
kecerdasan membentuk sikap, watak, jang Madrasah Aliyah, misalnya, di-
dan kepribadian peserta didik. PMA harapkan memiliki kompetensi yang
No. 2/2008) sarat afeksi. Nuansa afeksi itu terli-
Implikasi dari idealitas itu, mata hat dalam kemampuan peserta didik
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam memahami dan mengambil
di MTs bertujuan agar peserta didik ibrah sejarah dakwah Nabi Muham-
memiliki kemampuan-kemampuan mad pada periode Makkah dan peri-
sebagai berikut: ode Madinah, masalah kepemimpinan
1) Membangun kesadaran peserta umat setelah Rasulullah SAW wa-

20
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

fat, perkembangan Islam pada abad merupakan pendidikan nilai (value


klasik/zaman keemaasan (650-1250 education).
M), abad pertengahan/zaman kemun- Bahkan dalam kurikulum SKI 2004,
duran (1250 M – 1800 M), masa mod- sebagai perimbangan atas rumusan
ern/zaman kebangkitan (1800-seka- Kompetensi Dasar dan Indikator yang
rang), serta perkembangan Islam di minim afeksi, dikatakan bahwa setiap
Indonesia dan di dunia. Lebih dari itu, materi yang diajarkan kepada peserta
mereka mampu mengapresiasi fakta didik mengandung nilai-nilai yang
dan makna peristiwa-peristiwa ber- terkait dengan perilaku kehidupan
sejarah dan mengaitkannya dengan sehari-hari, misalnya mengajarkan
fenomena kehidupan sosial, budaya, materi sejarah keteguhan dan perjuan-
politik, ekonomi, iptek dan seni. Dan gan para khalifah dalam menegak-
akhirnya menunjukkan kemmpuan kan syari’at Islam, di dalamnya juga
untuk meneladani tokoh-tokoh Islam terkandung nilai-nilai keteladanan.
yang berprestasi dalam perkemban- Nilai-nilai inilah yang harus ditanam-
gan sejarah kebudayaan/peradaban kan kepada peserta didik dalam pem-
Islam. (PMA No. 2 Tahun 2008: 5-6). belajaran SKI (afektif).
Lebih lanjut dikatakan bahwa
Menemukan Nilai dalam Mata pelajaran SKI selain mengkaji
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan masalah sejarah yang bersangkutan
Islam. dengan aspek pengetahuan, maka
Paparan di atas, secara eksplisit ia juga mengajarkan aspek sikap,
terlihat nyata bahwa dalam mata misalnya tentang berbagai usaha yang
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di dilakukan para khalifah dalam bidang
madrasah tidak hanya berkutat pada ilmu pengetahuan dan seni, sehingga
ranah kognitif tetapi sangat kental peserta didik mampu mencontoh
dengan nuansa afektif. tentang kegigihan cara menuntut ilmu
Dari paparan di atas, Mata pela- dan mengembangkannya sehingga
jaran SKI Madrasah tidak hanyaberisi bermanfaat bagi umat.
kompetensi kognitif semata, tetapi leb- Sementara dalam Kurikulum 2008
ih dari itu yang sangat mendasar ada- dikatakan bahwa Aspek sejarah kebu-
lah terletak pada kemampuan meng- dayaan Islam menekankan pada ke-
gali nilai, makna, aksioma, ibrah/hik- mampuan mengambil ibrah dari per-
mah, dalil dan teori dari fakta sejarah istiwa-peristiwa bersejarah (Islam),
yang ada. Oleh karena itu meskipun meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dalam Standar Isi Kurikulum 2004 dan dan mengaitkannya dengan fenomena
2006 masih sedikit rumusan SK KD sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek
yang bernuansa afeksi, tetapi dalam dan seni, dan lain-lain untuk mengem-
kurikulum 2008 banyak ditemukan bangkan kebudayaan dan peradaban
sejumlah Kompetensi Dasar yang san- Islam.
gat afektif. Jadi SKI tidak saja merupa- Implementasi Rumusan Karakter-
kan transfer of knowledge, tetapi juga istik SKI tersebut terlihat dalam rumu-

21
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

san Standar Isi sebagaimana rumusan- kepada peristiwa-pristiwa negatif yang


rumusan berikut. terjadi pada masa lalu sehingga pem-
Pada kurikulum 2008 ditemukan baca sejarah dapt mengambil pelajaran
Kompetensi Dasar afeksi sebagaimana untuk tidak mengulang kembali atas
dalam Permenag No. 2 Tahun 2008 kejadian yang negatif tersebut. Sebagai
tentang SKL dan SI PAI dan BAR di contoh sejarah Qarun, Fir’aun (Hanafi:
madrasah sebagai berikut: 2003) yang negatif agar pembaca dapt
Standar Kompetensi Dasar mencari pelajaran untuk tidak meniru
Kompetensi
perilaku mereka. Demikian juga per-
1. M e m a h a m i 3.1 Mendeskripsikan seja-
sejarah Nabi rah Nabi Muhammad istiwa fitnah kubra yaitu terbunuhnya
Muhammad SAW dalam memban- Utsman bin Affan oleh sesama muslim
SAW periode gun masyarakat mela- yang negatif agar muslim berikutnya
Madinah lui kegiatan ekonomi
dan perdagangan tidak melakukannya. Sementara Me-
3.2 Mengambil ibrah dari neladani berasal dari kata Uswah. Uswah
misi Nabi Muhammad merujuk kepada upaya melakukan hal-
SAW dalam memban-
gun masyarakat mela- hal positif yang diketemukan dalam ma-
lui kegiatan ekonomi teri sejarah sebagaimana terlihat dalam
dan perdagangan prilaku seseorang untuk diikuti model-
untuk masa kini dan
yang akan datang nya pada masa sekarang.sebagaimana
3.3 Meneladani semangat terilhami dari Firman Allah, Laqad Kaa-
perjuangan Nabi dan na lakum fii rasulullaahi uswatun hasanah”
para sahabat di Ma-
dinah benar-benar ada dalam perikehidupan
Rasulullah ada teladan yang baik.
Dalam Kompetensi Dasar tersebut Upaya sangat nyata untuk
secara eksplisit terumuskan Nilai afeksi meneguhkan nuansa afektif dalam
sebagaimana terlihat pada KD 3.2. yang Sejarah Kebudayaan Islam terlihat dalam
ditandai dengan terma “Ibrah” serta Kurikulum 2013. Dalam Standar Isi SKI
KD 3.3 yang terlihat pada kata “Me- Kurikulum 2013 dapat dilihat KI-1 dan
neladani”. Kata Ibrah berarti pelajaran. KI-2 yang merupakan rumusan eksplisit
Artinya ketika siswa mempelajari ma- nilai afektif. KI-1 sebagai nilai spiritual
teri pembelajaran, ia akan mendapatkan sedang KI-2 sebagai nilai sosial. Berikut
pelajaran berharga dari materi tersebut. contoh rumusan KI-1 dan KI-2 sesuai
Rumusan ini terinspirasi dari firman Al- dengan SK Dirjen Pendis No. 2767 Th.
lah Wafii qashashihim Ibratun liulilabshar” 2013:
dan didalam kisah-kisah mereka ada
Ibrah bagi orang-orang yang berfikir.
Ibrah bisa bermakna positif dan
negatif. Makna positif maksudnya sete-
lah mempelajari materi pelajaran siswa
menemukan pelajaran baik untuk dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Namun umumnya, Ibrah merujuk

22
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

1. M e n g h a r g a i 1.1. Meyakini misi dakwah Menurut Sudijono (2003: 315-331),


dan menghaya- Nabi Muhammad Saw. upaya membumikan nilai spiritual dan
ti ajaran agama sebagai rahmat bagi
yang dianut- alam semesta, pembawa
nilai sosial dapat dilakukan dengan
nya kedamaian, kesejahter- langkah sebagai sebuah proses yang
aan, dan kemajuan berurutan sebagai berikut:
masyarakat
1.2. Meyakini kebenaran ri-
1. Melalui pengkondisian dalam bela-
salah Nabi Muhammad jar, kondisi sekolah yang kondusif,
Saw proses pembelajaran yang aktif, kre-
1.3. Meyakini kebenaran ri-
salah Nabi Muhammad
atif.
Saw di Madinah 2. Melalui belajar dari model, yaitu
1.4. Menghayati pola dak- melalui pertunjukan tingkah laku
wah Nabi Muhammad
Saw di Mekkah dan Ma-
yang dimunculkan oleh orang yang
dinah dihormati, dikagumi, dan dipercaya
2. M e n g h a r g a i 1.1 Merespon keteladanan oleh siswa
dan meng- perjuangan Nabi dan
3. Melalui Receiving (penerimaaan),
hayati perilaku para sahabat dalam
jujur, disip- menghadapimasyarakat yaitu kepekaan dalam menerima
lin, tanggung Mekah rangsangan (stimulus) dari luar
jawab, peduli 1.2 Merespon keteladanan
dalam bentuk masalah, situasi, gejala
(toleransi, go- perjuangan Nabi dan
tong royong), para sahabat dalam berbentuk kegiatan dalam kelas,
santun, per- menghadapi masyarakat membaca buku dan lainnya.
caya diri dalam Madinah
4. Melalui Responding (tanggapan),
b e r i n t e r a k s i 1.3 Menghargai nilai-nilai
secara efektif dari misi Nabi Muham- yaitu proses menanggapi adanya
dengan ling- mad Saw. dalam mem- partisipasi aktif dari siswa. Bukan
kungan sosial bangun masyarakat
hanya ikut/datang tetapi mereaksi
dan alam da- melalui kegiatan ekono-
lam jangkauan mi dan perdagangan un- sebuah stimulus. Sebagai contoh
pergaulan dan tuk masa kini dan yang sukarela membaca buku tanpa
keberadaannya akan datang
ditugaskan guru.
1.4 Menghargai nilai-nilai
dari misi Nabi Muham- 5. Melalui Valuing (penilaian/peng-
mad Saw. sebagai rah- hargaan), yaitu melalui memberi-
mat bagi alam semesta,
kan penilaian pada suatu kegiatan/
pembawa kedamaian,
kesejahteraan, dan kem- obyek, ketika tidak mengerjakan
ajuan masyarakat akan membawa kerugian. Sehingga
peserta didik tidak hanya menerima
Jika seseorang telah memiliki pen- konsep yang diajarkan tetapi telah
guasaan kognitif, dapat diperkirakan melakukan penilaian terhadap kon-
perubahan sikapnya. Sikap yang tam- sep.
pak pada seseorang terrefleksi dalam 6. Melalui Organizing (pengaturan),
beberapa tingkah laku seperti memiliki yaitu melalui pengaturan pertemuan
perhatian terhadap pelajaran, disiplin, perbedaan nilai sehingga terbentuk
motivasi belajar tinggi, menghargai nilai baru yang lebih universal yang
guru, dan teman, kebiasaan belajar dan membawa kepada perbaikan.
hubungan sosial. (Sudjana: 1992) 7. Melalui Characterization (pemeranan),

23
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

yaitu melalui keterpaduan semua perkembangan peradaban manusia itu.


nilai yang mempengaruhi atau Islam menjadi pendorong dan penguat
mengontrol pola kepribadian dan kebudayaan dan peradaban manusia.
tingkah lakunya sehingga memiliki Oleh sebab itu, wahyu yang diturunkan
falsafat hidup yang mapan. Allah kepada Nabi Muhammad
8. Melalui Pembinaan sikap mental dan Nabi-nabi sebelumnya menjadi
(mental attitude) yang mantap dan kerangka acuan bagi kebudayaan
matang. manusia. (Abdurahman, 2002: 9)
9. Melalui sikap, yaitu wujud kebera- Sedang Nilai Sejarah Kebudayaan
nian memilih secara sadar dan mem- Islam adalah Nilai-Nilai Universal
pertahankannya melalui argumen- dalam Islam yang tersublimasi dalam
tasi dan tanggungjawab. Kebudayaan Islam historis. Yaitu
nilai-nilai yang muncul sebagai akibat
Oleh sebab itu, Jika dilihat lebih peristiwa, kejadian dan perubahan
jauh, implementasi pembelajaran Seja- yang terjadi pada masa lalu dalam
rah Kebudayaan Islam tidak lepas dari sejarah Islam. Karenanya, nilai-nilai
pemahaman atas Sejarah Kebudayaan Islam yang tiga itu menjadi landasan
Islam sebagai entitas yang di dalam- bagi kemunculan nilai Sejarah
nya terkandung nilai-nilai universal Kebudayaan Islam.
humanistik. Dan nilai-nilai humanis- Berangkat dari peristiwa yang
tik itu sangat mungkin beranjak dari terjadi masa Rasulullah, misalnya,
nilai-nilai transenden sebagaimana muncullah sejumlah nilai sebegai
diketemukan pada wahyu. peletak dasar kebudayaan Islam. Saat
Penemuan Nilai dalam SKI dapat nabi Muhammad memproklamirkan
dilacak keberadaannya dengan mem- Piagam Madinah, di dalamnya dapat
pertanyakan dulu tentang Nilai Islam diketemukan sejumlah nilai-nilai Ke-
kemudian Nilai Sejarah Kebudayaan budayaan Islam. (Khalil, 1980: 112-
Islam dan baru kepada Nilai Pendidi- 117, juga dalam Haikal, 1980: 225-227)
kan Sejarah Kebudayaan Islam. Pen- Nilai-nilai itu antara lain al-Ikha’ (per-
carian nilai Islam merujuk kepada saudaraan), al-musawah (persamaan),
nilai-nilai yang ada pada Islam sebagai al-tasamuh (Toleransi), al-tasyawur
agama. Nilai dimaksud adalah 3 (tiga) (Musyawarah), al-ta’awun (tolong
pilar Islam sebagaimana diwartakan menolong) dan al-‘adalah (keadilan).
Nabi dalam Hadits yang fenomenal (Sya’roni: 2005).
dan sering diletakkan pada bagian Kelahiran Nabi Muhammad Saw
awal kitab-kitab Hadits (al-Bugha, memunculkan nilai kehancuran jahili-
1993: 13), yaitu Trilogi Iman, Islam dan yah, ajaran Muhammad memunculkan
Ihsan yang dalam bahasa lain adalah nilai al-musawah,equity, kesetaraan,
Aqidah, Syariah dan Akhlaq. ajaran Muhammad memunculkan
Jika Islam dipahami dalam nilai kebebasan nir penindasan, hi-
peradaban hidup manusia, ia menjadi jrahnya muhajirin ke madinah dan
dasar moral dalam pertumbuhan dan penerimaan yang baik oleh Anshar

24
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

memunculkan nilai taawun dan Ikha’. Dari materi “Substansi dan Startegi
Nilai taawaun terlihat dari realitas Dakwah Rasulullah di Mekah” akan
bahwa kaum muhajirin yang hijrah ke memunculkan sejumlah materi
Madinah kurang memiliki harta untuk pembelajaran seperti “strategi,
kehidupannya karena mereka tinggal- substansi, reaksi komunitas
kan di Makkah. Dan untuk menjaga Quraisy atas strategi dakwah
kebersamaan antara Muhajirin dan Rasulullah, Perjanjian Hudaibiyah
Anshar nabi lalu mempersaudarakan antara Komunitas Muslim dengan
antar mereka yang lazim disebut seba- Komunitas Non Muslim”. Dengan
gai sistem Muakhkhah. demikian maka materi materialnya
Nilai-nilai Sejarah Kebudayaan adalah materi pembelajaran itu.
Islam tersebut dapat diteruskan dalam Materi apa yang akan dipelajari
pembelajaran Sejarah Kebudayaan oleh siswa yang dapat dirujuk pada
Islam sehingga ditemukan nilai- buku teks, buku siswa dalam bahasa
nilai Material, Formal, Fungsional Kurikulum 2013, buku pelajaran dan
dan Substansial. Sebagaimana dalam sebagainya.
Darajat (1985) yaitu: 2. Dari sini dapat diketahui, bahwa nilai
1. Nilai Material, yaitu nilai yang material adalah materi pembelajaran
melekat pada substansi materi dalam aktualitasnya dalam buku
pelajaran, instructional material, al- teks, belum terimplementasi dalam
maddah. Dalam kurikulum 2004, pembelajaran. Sebagai contoh
materi pelajaran telah ditentukan dikutipkan nilai material dalam SKI
oleh pemerintah. Dalam Kurikulum sebagai berikut.
2006, 2008 harus dicari oleh guru
melalui rumusan SK dan KD serta
indikator. Sedang pada kurikulum
2013 sudah dirumuskan oleh
pemerintah melalui buku pelajaran
yang sudah dipersiapkan oleh
pemerintah yang dikenal materi
pokok dan materi pembelajran.
Materi pokok adalah materi yang
asal kemunculannya berasal dari KD
pada KI-3 sebagai ranah kognitif. Ia
merupakan materi atau substansi
yang harus difahami oleh siswa.
Sebagai contoh, jika diketemukan
rumusan KD “Memahami Substansi
dan Strategi Dakwah Rasulullah
di Mekkah”, maka dapat diperoleh
materi pokok, “Substansi dan Strategi
Dakwah Rasulullah di Mekah”.

25
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam sudah tertulis dalam buku pelajaran
1. Sistem Peribadatan Bangsa Quraisy seoperti contoh teks diatas. Oleh sebab
Sebelum Islam itu, teks di atas menjadi tidak berfungsi
Pada permulaannya bangsa Arab Quraisy ketika siswa tidak membacanya. Atau
telah mengikuti dan meyakini ajaran agama guru tidak mempergunakannya dalam
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama pembelajaran di kelas.
Hanifiyah, ”hanif”artinya yang benar dan 1. Nilai Formal, yaitu pemahaman
lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid
siswa atas materi yang dipelajari.
sudah mengakar di hati masyarakat
Nilai formal adalah nilai yang muncul
Arab. Pembauran dan pergaulan dengan
sebagai akibat pemahaman siswa atas
bangsa lain mempengaruhi kepercayaan
materi pembelajaran sebagai nilai
mereka, tetapi seiring berjalannya waktu,
ajaran tersebut mengalami perubahan,
material yang dipergunakan dalam
penambahan dan pengurangan yang pembelajaran. Dengan meminjam
dilakukan oleh para pengikutnya yang langkah pendekatan saintifik
tidak bertanggung jawab. Kemudian dalam kurikulum 2013, maka saat
muncul berbagai ajaran yang meragukan materi pelajaran di baca oleh siswa,
dan akhirnya jatuh menjadi penyembah dijelaskan oleh guru dan siswa
berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay menyimaknya, maka saat itu pula
al-Khuzai. muncul kondisi faham tidaknya sis-
2. Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy wa atas materi yang dibaca, ditelaah,
Sebelum Islam disimak oleh siswa. Jika kemudian
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab siswa menemukan pemahaman
sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
atas materi yang dipelajarinya itu
letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah
sehingga mendapatkan kesimpulan,
Arab terdiri dari tanah pegunungan yang
maka saat itu pula ia menemukan
tandus. Oleh sebab itu, banyak penduduk
nilai formal.
yang hidupnya tidak menetap, mereka
tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat
Dalam implementasinya, ketika
Badui, yang mata pencahariannya siswa sudah memepelajari materi
beternak. Mereka berpindah-pindah dari pembelajaran, maka dalam diri
satu lembah ke lembah yang lain mencari siswa muncul pemahaman. Sebagai
rumput untuk hewan ternaknya. Bidang contoh, sebuah kesimpulan atas teks
pertanian dikerjakan oleh suku-suku tersebut bahwa, pertama, ”ternyata
yang bertempat tinggal di daerah-daerah awalnya orang arab beragama hanif,
subur, terutama mereka yang mendiami tetapi karena perilaku pemeluknya
daerah subur di sekitar Oase seperti Thaif yang kurang bertanggungjawab
. di tempat ini mereka menanam buah- maka mereka jatuh dalam penyem-
buahan dan sayur-sayuran. bahan berhala”. Kedua, “Kondisi
geografis mempengaruhi cara hidup
Materi ini masih berwujud rumu- masyarakatnya”. Patut dicatat bah-
san-rumusan tertulis yang disiapkan wa pada level nilai formal ini, jika
oleh guru baik dirumuskan sendiri ber- dilihat dalam perspektif taksonomi
dasar indikator yang disusunnya atau bloom, maka siswa masih dalam
secara langsung mengutip teks yang

26
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

ranah kognitif, meskipun sudah kepada berfungsinya materi pela-


masuk wilayah level C2 atau level jaran yang telah difahami (nilai
pemahaman. formal) dalam kehidupan sehari-
2. Nilai formal dapat diketemukan hari. Jika peserta didik memiliki
padannnya dalam kurikulum 2013 pemahaman terhadap materi (nilai
dengan melihat pada KI- 3 kognitif formal) bahwa suatu agama menjadi
seperti berikut: jatuh dalam kehancuran karena
perilaku pemeluknya, maka dalam
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar diri siswa akan tertanam bahwa
Memahami, 3.1. Memahami kondisi
sebagai pemeluk agama ia akan
menerapkan, Masyarakat Mekah
berusaha untuk tidak berperilaku
menganalisis sebelumIslam
yang mampu menghancurkan aga-
pengetahuan 3.2. Memahami substansi
ma yang dipeluknya. Jadi, ketika
faktual, konseptual, dan strategi dakwah
prosedural Rasulullah Saw.
siswa paham nilai formal tentang
berdasarkan rasa periode Mekah “kehancuran agama hanif sebelum
ingintahunya 3.3. Menganalisis faktor- kehadiran Islam karena perilaku
tentang ilmu faktor penyebab pemeluknya”, maka ketika ia me-
pengetahuan, hijrahRasulullah mahami bahwa “Barang siapa
tehnologi, Saw. yang menegakkan shalat berarti
seni, budaya, dan 3.4. Memahami kondisi menegakkkan agama, dan sebaliknya
humaniora dengan Masyarakat yang meninggalkan shalat berarti
wawasan Medinah merubuhkan agama”, peserta di-
kemanusiaan, sebelumIslam dik akan senantiasa menjalankan
kebangsaan, 3.5. Memahami subtansi shalat agar agamanya tetap tegak.
kenegaraan, dan strategi dakwah
Saat itulah nilai fungsional akan
dan peradaban Rasulullah Saw.
diperoleh oleh siswa dan mensublim
terkait periode Madinah
dalam dirinya.
penyebab fenomena 3.6. Memahami sifat/
3. Nilai Esensial, yaitu nilai yang
dan kepribadian dan
kejadian, serta peran para sahabat
berhubungan dengan kehidupan
menerapkan as-sabiqunal post duniawi. Ia bersifat ukhrawi.
pengetahuan awwalun Artinya bahwa nilai fungsional
prosedural 3.7. Mengidentifikasi yang sudah tertanam dalam diri
pada bidang kajian faktor-faktor siswa dan diimplementasikan da-
yang keberhasilanFathu lam keseharian pada gilirannya
spesifik sesuai Makkah tahun 9 mampu menghantarkan dirinya
dengan hijriyah dalam kehidupan akhirat. Itu artinya
bakat dan minatnya bahwa nilai material yang didesain
untuk guru, kemudian dipelajari siswa
memecahkan sehingga menjadi nilai formal pada
masalah
gilirannya mampu memepengaruhi
perilaku siswa dalam kehidupan
2. Nilai Fungsional: Nilai fungsional
sehari-hari karena ia sudah menjadi
adalah nilai yang menunjukkan

27
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

nilai fungsional harus dipenuhi nilai- nilai fungsionaldan nilai esensial dalam
nilai yang berkesesuaian dengan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
kehidupan akhir karena itulah nilai Islam.
esensialnya. Oleh sebab itu, ia akan ___
memiliki landasan agama yang
kuat. DAFTAR PUSTAKA

Penutup Abdurrahman, Dudung (2002). Makna


Sebagai sebuah mata pelajaran Sejarah dan Peradaban Islam,
yang sering distigmakan sebagai mata dalam Siti Maryam, dkk., Sejarah
pelajaran hafalan, tidak memiliki Kebudayaan Islam; Dari Masa Klasik
Hingga Modern. Yogyakarta:
nilai bagi kehidupan. Maka upaya
LESFI.
mengeliminasi stigma tersebut dan
Bugha, Musthafa al- dan Muhyiddin
penelusuran atas nilai afeksi yang
Mitsu (1993/1413). Al Wafi, Kairo:
terkandung pada mata pelajaran Dar Ibnu Katsir.
sejarah Kebudayaan Islam adalah Darajat,Zakiyah dkk (1985).Didaktik
sebuah keniscayaan. Sehingga, hasil Metodik Pengajaran Agama. Jakarta:
penelusuran pada gilirannya mampu Departemen Agama RI.
memberikan kesadaran kepada pendidik Dirjen PMPTK Kemendiknas. (2008).
dan peserta didik untuk senantiasa Pengembangan Mata pelajaran dalam
memiliki pemahaman bahwa sejarah KTSP; Bahan Diklat Calon Pengawas
dan Kepala Sekolah. Jakarta: tp.
kebudayaan Islam bukan sekedar
hafalan, tetapi lebih dari itu, Sejarah Hanafi,Muhammad bin Ahmad al
(2003).Badaiuzzuhur fi waqaiidduhur,
Kebudayaan Islam adalah nilai yang
edisi Indonesia Kisah Para Rasul,
mesti ditanamkan dan bukan sekedar penerjemah Muhfud Hidayat dan Ali
dihafalkan materinya. Efendi. Jakarta: Rihlah Press.
Penelusuran nilai Sejarah Kebu- Haikal,Muhammad Husain (1980).
dayaan Islam harus dilakukan dengan Hayatu Muhammad. Jakarta:
menelusuri nilai pada disiplin ilmu Lentera.
yang menaungi. Oleh sebab itu dapat Keputusan Dirjen Diktis No. 2676 /2013
dimulai dari penelusuran nilai-nilai tentang SKL dan SI PAI dan Bahasa
Arab di Madrasah Kurikulum
Islam dengan tiga pilarnya, yaitu
2013.
aqidah, syariah dan akhlaq. Dari nilai-
Khalil,Munawwar (1980).Kelengkapan
nilai islam tersebut dapat ditelusuri
Tarikh Nabi Muhammad SAW jilid
nilai-nilai Sejarah Kebudayaan Islam, II. Jakarta: Bulan Bintang.
seperti al-ikha’, al-tasamuh, al-adalah. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
Dari nilai-nilai itu ditemukanlah nilai- 2005 tentang Standar Nasional
nilai Pembelajaran Sejarah kebudayaan Pendidikan.
Islam, yaitu material, formal, fungsional Peraturan Menteri Pendidikan Nasion-
dan esensial. Oleh karenanya, memiliki al Nomor 22 Tahun 2006 Tentang
nilai material dan faham nilai formal Standar Isi Untuk Satuan Pendidi-
kan Dasar Dan Menengah
menjadi lebih bermakna jika disertai

28
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional garis Besar Program Pengajaran


Nomor 23 Tahun 2006 Tentang (GBPP) Madrasah Tsanawiyah
Standar Kompetensi Lulusan (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah
Untuk Satuan Pendidikan Dasar Kebudayaan Islam.
Dan Menengah” Standar Kompetensi Mata Pelajaran SKI
Peraturan Menteri Agama Republik Madarasah Kurikulum Berbasis
Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Kompetensi (KBK) 2004
Tentang Standar Kompetensi Sudijono,Anas (2003). Strategi Penilai-
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan an Hasil Belajar Afektif pada Pem-
Agama Islam dan Bahasa Arab Di belajaran Pendidikan Islam”, dalam
Madrasah. Ahmad Baidowi, dkk, “Rekonstruksi
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Metodologi Ilmu-Ilmu Keislaman.
tentang Standar Proses. Yogyakarta: Suka Press.
Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 Sudjana, Nana (1992). Penilaian Ha-sil
tentang “Perubahan Peraturan Belajar. Bandung: Remaja Ros-
Menteri Pendidikan Nasional dakarya.
Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Sukmadinata, Nana Saudih (2006).
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pengembangan Kurikulum Teori
Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Praktik. Bandung: Remaja
Tahun 2006 Tentang Standar Isi Rosdakarya.
Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah Dan Peraturan Ula,Miftachul (2014). Buku Guru Sejarah
Menteri Pendidikan Nasional Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Kelas X Kurikulum 2013. Jakarta:
Standar Kompetensi Lulusan Direktorat Pendidikan Madrasah
Untuk Satuan Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan
Dan Menengah” Islam Kementerian Agama Repu-
blik Indonesia.
Sharqawi,Effat al- (2000).Filsafat
Kebudayaan Islam. Bandung: Umari,Akram Dhiyauddin (1999). Ma-
Pustaka syarakat Madani; Tinjauan Historis
Kehidupan Nabi Muhammad di
SK Menag. Nomor: 32 Tahun 1993 Madinah. Jakarta: Gema Insani
Tanggal 22-12-1993 tentang Pers.
Kurikulum Pendidikan Dasar
Berciri Khas Agama Islam Garis-

29
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015

30

Anda mungkin juga menyukai