NIlai SKI
NIlai SKI
Rofik
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
e-mail: rofik_musa@yahoo.com
Abstract
One criticism to Learning of Islamic Culture History (SKI) in Madrasah / School is memorization
(rote) stigma. This criticism is quite reasonable, because in practical terms Islam Cultural History as a
subject is often taught in informative or just in rote. One fact is reflected in the allotment of instructional
time in the curriculum of 1994, for example, only one lesson hour. Medium scope and sequence of
material is very wide and deep. This article aims to eliminate the stigma by finding Learning Value
of Cultural History of Islam in the grand design SKI Content Standards in the madrasa curriculum
of 1994, 2004, 2006, 2008 (specially PAI and Arabic Madrasa) and 2013. In order to be found on the
basis of their human values, namely Islam, as a religion, then traced to the values of Islam to the Islamic
Cultural History Value and finally to the Value of Learning History Islamic Cultural embodied in four
categories, namely material value, formal value, functional value, and essential values.
Keywords: Learning, Islamic Culture History, Value
Abstrak
Salah satu kritik terhadap Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah / Sekolah adalah
stigma hafalan. Kritik ini cukup beralasan, karena secara praksis Sejarah Kebudayaan Islam sebagai
sebuah mata pelajaran sering diajarkan secara informatif atau hafalan saja. Salah satu fakta ini tercermin
dalam alokasi waktu pembelajaran dalam kurikulum 1994, misalnya, hanya 1 (satu) jam pelajaran.
Sedang cakupan dan urutan materi sangat luas dan dalam.Artikel ini bertujuan mengeliminir stigma
tersebut dengan cara menemukan Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam grand design
Standar Isi SKI dalam kurikulum madrasah Tahun 1994, 2004, 2006, 2008 (khusus PAI dan bahasa
Arab Madrasah) dan 2013. Agar diketemukan nilai dari dasar asasinya, yaitu Islam, sebagai agama,
maka dirunut dari Nilai-nilai Islam menuju Nilai Sejarah Kebudayaan Islam dan akhirnya sampai
kepada Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang mewujud dalam empat kategori, yaitu
nilai material, nilai formal, nilai fungsional, dan nilai esensial.
Kata kunci: Pembelajaran, Sejarah Kebudayaan Islam, Nilai
15
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
16
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
2004 adalah munculnya Standar isi. dan minim dalam pembentukan sikap
Standar Isi menurut Peraturan Pemerin- (afektif). Dalam implementasinya juga
tah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stan- lebih didominasi pencapaian kemam-
dar Nasional Pendidikan adalah “Ru- puan kognitif; kurang mengakomodasi-
ang lingkup materi dan tingkat kompetensi kan kebutuhan afektif. Kendala lain ada-
yang dituangkan dalam kriteria tentang lah kurangnya keikutsertaan guru mata
kompetensi tamatan, kompetensi bahan ka- pelajaran lain dalam memberi motivasi
jian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus kepada peserta didik untuk memprak-
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh pe- tekkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan
serta didik pada jenjang dan jenis pendidi- sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya
kan tertentu. (PP No. 19/2005). Secara guru dalam pengembangan pendekatan
riil Standar isi mencakup Standar Kom- dan metode yang lebih variatif, min-
petensi dan Kompetensi Dasar. Standar imnya berbagai sarana pelatihan dan
kompetensi merupakan kualifikasi ke- pengembangan, serta rendahnya peran
mampuan minimal peserta didik yang serta orang tua peserta didik.
menggambarkan penguasaan penge- Kelemahan yang ditampakkan oleh
tahuan, sikap, dan keterampilan yang Kurikulum 1994 itu, terulang kembali
diharapkan dicapai pada setiap kelas pada kurikulum 2004. Meskipun ruang
dan/atau semester pada suatu mata lingkup kurikulum 2004 dan 2006
pelajaran. Kompetensi dasar adalah se- sangat dibatasi, akan tetapi rumusan
jumlah kemampuan yang harus dikua- Kompetensi Dasar dan Indikator sangat
sai peserta didik dalam mata pelajaran minimalis nuansa Afeksinya. Kondisi
tertentu sebagai rujukan penyusunan itu terlihat pada contoh berikut.
indikator kompetensi dalam suatu pela-
jaran (Permendiknas 41/2007). Sedang Tabel I
bahasa kurikulum 2013 ditandai den- Kompetendi dasar dan Indikator Kurikulum
gan Kompetensi Inti dan Kompetensi SKI Kelas IX Madrasah Tsanawiyah
dasar. (Keputusan Dirjen Diktis No.
KD Indikator
2676 /2013).
Menganalisis • Mengidentifikasi
Meski begitu, secara eksplisit, da- kemajuan- kemajuan-kemajuan
lam rasional kurikulum 2004 dan 2006 kemajuan di bidang pendidikan
dikatakan, “…Kenyataannya, setelah Dinasti Al Dinasti Al Ayyubiyah
Ayyubiyah • Menjelaskan peran Al
ditelusuri, pendidikan SKI menghada-
Azhar sebagai pusat
pi beberapa kendala, antara lain; waktu perkembangan ilmu-
yang disediakan terbatas sedang materi ilmu keislaman
begitu padat dan memang penting, yak- • Meneladani
ni menuntut pemantapan pengetahuan Keperwiraan
Shalahudin Al Ayyubi
hingga terbentuk watak dan kepribadi-
an yang berbeda jauh dengan tuntutan
terhadap mata pelajaran���������������
������������������������
lainnya. Kele-
�����
mahan lain, materi SKI, lebih terfokus
pada pengayaan pengetahuan (kognitif)
17
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
18
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
19
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
20
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
21
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
22
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
23
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
24
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
memunculkan nilai taawun dan Ikha’. Dari materi “Substansi dan Startegi
Nilai taawaun terlihat dari realitas Dakwah Rasulullah di Mekah” akan
bahwa kaum muhajirin yang hijrah ke memunculkan sejumlah materi
Madinah kurang memiliki harta untuk pembelajaran seperti “strategi,
kehidupannya karena mereka tinggal- substansi, reaksi komunitas
kan di Makkah. Dan untuk menjaga Quraisy atas strategi dakwah
kebersamaan antara Muhajirin dan Rasulullah, Perjanjian Hudaibiyah
Anshar nabi lalu mempersaudarakan antara Komunitas Muslim dengan
antar mereka yang lazim disebut seba- Komunitas Non Muslim”. Dengan
gai sistem Muakhkhah. demikian maka materi materialnya
Nilai-nilai Sejarah Kebudayaan adalah materi pembelajaran itu.
Islam tersebut dapat diteruskan dalam Materi apa yang akan dipelajari
pembelajaran Sejarah Kebudayaan oleh siswa yang dapat dirujuk pada
Islam sehingga ditemukan nilai- buku teks, buku siswa dalam bahasa
nilai Material, Formal, Fungsional Kurikulum 2013, buku pelajaran dan
dan Substansial. Sebagaimana dalam sebagainya.
Darajat (1985) yaitu: 2. Dari sini dapat diketahui, bahwa nilai
1. Nilai Material, yaitu nilai yang material adalah materi pembelajaran
melekat pada substansi materi dalam aktualitasnya dalam buku
pelajaran, instructional material, al- teks, belum terimplementasi dalam
maddah. Dalam kurikulum 2004, pembelajaran. Sebagai contoh
materi pelajaran telah ditentukan dikutipkan nilai material dalam SKI
oleh pemerintah. Dalam Kurikulum sebagai berikut.
2006, 2008 harus dicari oleh guru
melalui rumusan SK dan KD serta
indikator. Sedang pada kurikulum
2013 sudah dirumuskan oleh
pemerintah melalui buku pelajaran
yang sudah dipersiapkan oleh
pemerintah yang dikenal materi
pokok dan materi pembelajran.
Materi pokok adalah materi yang
asal kemunculannya berasal dari KD
pada KI-3 sebagai ranah kognitif. Ia
merupakan materi atau substansi
yang harus difahami oleh siswa.
Sebagai contoh, jika diketemukan
rumusan KD “Memahami Substansi
dan Strategi Dakwah Rasulullah
di Mekkah”, maka dapat diperoleh
materi pokok, “Substansi dan Strategi
Dakwah Rasulullah di Mekah”.
25
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam sudah tertulis dalam buku pelajaran
1. Sistem Peribadatan Bangsa Quraisy seoperti contoh teks diatas. Oleh sebab
Sebelum Islam itu, teks di atas menjadi tidak berfungsi
Pada permulaannya bangsa Arab Quraisy ketika siswa tidak membacanya. Atau
telah mengikuti dan meyakini ajaran agama guru tidak mempergunakannya dalam
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama pembelajaran di kelas.
Hanifiyah, ”hanif”artinya yang benar dan 1. Nilai Formal, yaitu pemahaman
lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid
siswa atas materi yang dipelajari.
sudah mengakar di hati masyarakat
Nilai formal adalah nilai yang muncul
Arab. Pembauran dan pergaulan dengan
sebagai akibat pemahaman siswa atas
bangsa lain mempengaruhi kepercayaan
materi pembelajaran sebagai nilai
mereka, tetapi seiring berjalannya waktu,
ajaran tersebut mengalami perubahan,
material yang dipergunakan dalam
penambahan dan pengurangan yang pembelajaran. Dengan meminjam
dilakukan oleh para pengikutnya yang langkah pendekatan saintifik
tidak bertanggung jawab. Kemudian dalam kurikulum 2013, maka saat
muncul berbagai ajaran yang meragukan materi pelajaran di baca oleh siswa,
dan akhirnya jatuh menjadi penyembah dijelaskan oleh guru dan siswa
berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay menyimaknya, maka saat itu pula
al-Khuzai. muncul kondisi faham tidaknya sis-
2. Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy wa atas materi yang dibaca, ditelaah,
Sebelum Islam disimak oleh siswa. Jika kemudian
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab siswa menemukan pemahaman
sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
atas materi yang dipelajarinya itu
letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah
sehingga mendapatkan kesimpulan,
Arab terdiri dari tanah pegunungan yang
maka saat itu pula ia menemukan
tandus. Oleh sebab itu, banyak penduduk
nilai formal.
yang hidupnya tidak menetap, mereka
tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat
Dalam implementasinya, ketika
Badui, yang mata pencahariannya siswa sudah memepelajari materi
beternak. Mereka berpindah-pindah dari pembelajaran, maka dalam diri
satu lembah ke lembah yang lain mencari siswa muncul pemahaman. Sebagai
rumput untuk hewan ternaknya. Bidang contoh, sebuah kesimpulan atas teks
pertanian dikerjakan oleh suku-suku tersebut bahwa, pertama, ”ternyata
yang bertempat tinggal di daerah-daerah awalnya orang arab beragama hanif,
subur, terutama mereka yang mendiami tetapi karena perilaku pemeluknya
daerah subur di sekitar Oase seperti Thaif yang kurang bertanggungjawab
. di tempat ini mereka menanam buah- maka mereka jatuh dalam penyem-
buahan dan sayur-sayuran. bahan berhala”. Kedua, “Kondisi
geografis mempengaruhi cara hidup
Materi ini masih berwujud rumu- masyarakatnya”. Patut dicatat bah-
san-rumusan tertulis yang disiapkan wa pada level nilai formal ini, jika
oleh guru baik dirumuskan sendiri ber- dilihat dalam perspektif taksonomi
dasar indikator yang disusunnya atau bloom, maka siswa masih dalam
secara langsung mengutip teks yang
26
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
27
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
nilai fungsional harus dipenuhi nilai- nilai fungsionaldan nilai esensial dalam
nilai yang berkesesuaian dengan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
kehidupan akhir karena itulah nilai Islam.
esensialnya. Oleh sebab itu, ia akan ___
memiliki landasan agama yang
kuat. DAFTAR PUSTAKA
28
Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...,
29
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1, Juni 2015
30