Disusun Oleh :
1. Achika Dwi Arofah (201901001)
2. Della Oktaviarni Purnomo (201901012)
3. Henik Listiyowati (201901023)
4. Niken Mufidah (201901032)
5. Septi Selviana (201901040)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian tentang gangguan fisik
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gangguan fisik
2. Kelainan pada sistem musculus skeletal (sistem otot dan rangka), gangguan
fisik ini dialami oelh anak-anak yang memiliki cacat fisik akibat kelemahan
atau penyakit pada otot atau tulang, disebut juga gangguan orthopedic. Jenis
kelainan yang berkaitan dengan sistem ototdan rangka meliputi : polio
(kelumpuhan tangan dan kaki karena virus polio), muscular dystrophy
(kelumpuhan yang bersifat progresif karena otot tidak dapat berkembang),
osteogenesis imperfect (tulang mudah patah karena pertumbuhan kerangka
tulang tidak normal), spina bifida (kelumpuhan anggota tubuh bagian bawah
karena sebagian ruas tulang belakang tidak menutup), hambatan fisik
motorik karena bawaan lahir (bentuk kaki tangan seperti tongkat, tubuh
kerdil, hydrocephalus atau micrcephalus, jari kurang atau lebih dari lima,
dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu, dan lain-lain)
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1) Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa.
2) Stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
C. Teknik komunikasi
Teknik komunikasi terapeutik
1. Mendengarkan, menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan terkait.
Dalam hal ini penerapis terlebih dahulu mendengarkan apa yang pasien
rasakan meskipun pada catatan medis yang telah dokter berikan telah
tertera, dengan menunjukkan keramah tamahan dan membalikan pertanyaan
agar pasien dapat merasakaan penerimaan yang penerapi berikan. Hal ini
diperuntukkan agar pasien merasa nyaman dengan sesi terapinya. Seperti
yang dikatakan oleh ibu nadia sebagai berikut (sumber : ahli terapi
stroke).“saya sealu bertanya pada setiap pasien baru yang datang, apa
keluhan yang dirasakan, sudah ada sesi sebulmnya atau belum? Dan
bagaimana perasaan yang anda rasakan saat ini? Saya selalu bertanya seperti
itu dengan semua pasien saya meskipun saya sudah tau keluhan apa yang
mereka hadapi dari catatan dokter sebelumnya. Guna saya bertanya tadi
yaitu agar pasien merasa nyaman dengan saya.”
3. Menawarkan informasi
Dengan berjalannya sesi terapi diatas penerapi juga menyelingi beberapa
pendapat tentang mempercepat penyembuhan pasien seperti memberikan
masukan dengan belajar terapi sendiri di rumah dengan didampingi
keluargadan meminum bahan-bahan/obatobatan herbal racikan sendiri.
Seperti penjelasan ibu nadia sebagai berikut :“di sela-sela sesi terapi saya
selalu menyempatkan diri untk memberikan pengarahan pada pasien agar
nantinya kembali mengulang sesi terapi di rumah dengan didampingi
keluarga, lalu minumlah juga obat-obatan yang alami di samping obat-
obatan yang kimiawi gunanya untuk mempercepat penyembuhan pasien
saya. (sumber : ahli terapi medis RS. Syafira)
4. Meringkas
Setelah beberapa sesi terapi diatas selesai penerapi kemudian meringkas
kembalil penjelasan dan teknik terapi yang telah dilakukan pasien. Hal ini
bertujuan agar pasien mengingat kembali apa saja yang telah dilakukan
dalam sesi terapi yang telah ia jalani dan dapat mengulang kembali di
rumah.“saya selalu tidak pernah lupa untuk mengulang keseluruhan sesi
terapi saya santi, itu gunanya agar pasien mengingat kembali apa yang telah
kita lakukan dalam sesi terapi. Jadi dengan senang hati sebelum sesi
berakhir aya selalu meringkas semuanya kepada pasien. (sumber : ahli terapi
medis RS. Syafira).”
5. Memberikan penghargaan
Sesi terakir yaitu penerapi memberikan pujian tentang sesi terapi yang telah
pasien lakukan, guna pujian tersebut agar pasien lebih giat melakukan terapi
dan berharap sembuh dengan cepat.“terlepas dari semua yang telah saya
sebutkan diatas tadi santi, saya juga tidak pernah lupa untuk memuji pasien
saya seperti : hari ini andda telah bekerja keras, jangan menyerah atau anda
akan lekas pulih jika mengalami kemajuan cepat seperti ini. Saya selalu
memuji seperti itu agar pasien merasa nyaman dan bangga dengan hasil
kerja keras mereka. (sumber : ahli terapi medis RS. Syafira).
Uraian Cerita :
Pada tanggal 20 April 2020, terdapat pasien di RS Tahes yang bernama Tn.
T. Beliau di diagnosa terkena stroke ringan oleh dokter, Tn. T sudah 4 hari
berada di RS dan ditunggui oleh istrinya. Tn. T mendapat arahan dari dokter
untuk dilakukan rehabilitasi di rumah atau di RS, agar tubuhnya tidak
kaku.setelah mendapatkan perawatan beberapa hari dokter mengiinkan Tn.T
untuk pulang dan melakukan pemulihan secara rehabilitasi ROM , Tn,T
yang di dampingi oleh sang istri menyetujui saran dokter,pemulihan ini di
lakukan agar tubuh Tn.T bisa di gerakkan lagi seperti latihan intensif. karna
istri Tn. T tidak dapat melatih suaminya melakukan pergerakan istri Tn. T
menggunakan pelayanan home care yang disediakan oleh RS.
D. Setting Pemain dan Peran
Pembagian peran
Septi : Dokter
Della : Perawat
Niken :Bu Tejo / Keluarga Pasien
Henik :PakTejo / Pasien
Achika :Resepsionis
Septi : Koordinasi perawat
E. Urutan Percakapan
Septi (Dokter) : Pagi bapak, gimana hari ini ada keluhan?
Henik (Pasien) : Pagi dokter, gak ada dokter alhamdulillah udah enakan, cuma
kaki kiri masih sakit.
Septi (Dokter) : Ya sudah ini tensinya sudah normal. Mau pulang atau
pemulihan di RS pak?
Henik (Pasien) : Ya pulang aja dokter.
Septi (Dokter) : Ya sudah diurus administrasinya sama suster dulu.
Niken (Keluarga Klien) : Iya dokter.
Dokter ke Perawat
Septi (Dokter) : Suster Pak Tejo boleh keluar RS tapi perlu rehabilitasi ROM
tolong diurus ya.
Della (Perawat) : Baik dokter.
Sesaat kemudian
Achika (Resepsionis) : Bu ini menurut rekomendasi Dokter, Pak Tejo
perluperawatanfisioterapi berupa ROM isinya
latihan gerakan, untuk biayanya Rp. 100.000 per
pertemuan selama 1 jamitu sudah termasuk
pemeriksaan, konsultasi dan latihannya.
Niken (Keluarga Klien) : Wah lumayan ya biayanya.
Achika (Resepsionis) : Iya Bu ini sudah termasuk transportasi, latihan DLL.
Niken (Keluarga Klien) : Iya wes mbak saya ambil itu.
Achika (Resepsionis) : Ibu maunya berapa kali kunjungan? Kami menyarankan
minimal 3 kali seminggu.
Niken (Keluarga Klien) : Iya Mbak boleh 3x saja dulu.
Achika (Resepsionis) : Tapi jika nanti ibu menambah waktu bisa kontrak di
minggu selanjutnya.
Niken (Keluarga Klien) : Iya Mbak, dibayar awal atau tiap kunjungan ini
Mbak? Terus kunjungannya jadwalnya gimana?
Achika (Resepsionis) : Bayar diawal Bu. Di perjanjian ini jika Ibu berhenti di
tengah jalan uang tidak bisa dikembalikan. Lalu untuk
jadwalnya bisa dikoordinasikan langsung nanti dengan
perawat yang melatih.
Niken (Keluarga Klien) : Ooo gitu ya mbak InsyaAllah sampai sembuhnya
suami saya deh Mbak
Achika (Resepsionis) : Iya bu silakan dibaca dulu perjanjiannya jika ada yang
perlu ditanyakan silahkan langsung ke saya
Niken (Keluarga Klien) : (Membaca) iya Mbak saya setuju.
Achika (Resepsionis) : Silahkan tandatangan disini bu (menunjuk)saya
panggilkan koordinator perawatnya dulu ya bu
Niken (Keluarga Klien) : Iya Mbak.
Inisiasi
Septi (Koordinator Perawat) : Pagi ibu saya Septi Koordinator Perawat.
Niken (Keluarga Klien) : Pagi saya Bu Tejo.
Septi (Koordinator Perawat) : Bapak sudah sakit berapa lama Bu?
Niken (Keluarga Klien) : Baru sebulan ini Sus, ngeluh kesemutan tiba-tiba
jatuh di kamar ternyata stroke.
Septi (Koordinator Perawat) : Ooo seperti itu ya Bu, keluarga ada yang
menunggu di rumah?
Niken (Keluarga Klien) : Ada Sus saya, kalo saya keluar gini gantian samaanak
saya.
Septi (Keluarga Klien) : Alhamdulillah ada yang menemaniya Bu. Jadi gini bu
jadwal latihan fisioterapi disini bisa memilih antara
jam 9 – 5 sore untuk hari yang di anjurkan senin-rabu-
jumat atau selasa-kamis-sabtu. Mohon maaf untuk
hari minggu kami libur.
Niken (Keluarga Klien) : Ooo gitu ya mbak saya pilih yang senin rabu jumat
saja mbak jam 3-4 sore gitu bisa?
Septi (Koordinator Perawat) : Baik bu bisa kok, senin besok apa sudah bisa
dimulai?
Niken (Keluarga Klien) : Tentu bisa sus biar cepat pulih suami saya.
Hari Senin
Della (Perawat) : Assalamualaikum
Niken (Keluarga Klien) : Walaikummussalam, masuk suster (mempersilakan
perawat masuk)
Della (Perawat) : Gimana keadaanya Bapak Bu?
Niken (Keluarga Klien) : Monggo suster masuk saja (menujuk ke kamar pak
tejo)
Della (Perawat) : Permisi ya Bu, Bapak Tejo bagaimana keadaannya?
Henik (Klien) : Masih sakit ini Sus.
Della (Pearwat) : Saya periksa dulu ya Pak(melakukan pemeriksaan fisik dan
reflek patologis serta saraf kranial) Pak masih sering
pusingkepalanya?atau kaku pundaknya?
Henik (Klien) : Sudah gak terlalu Suster.
Della (Perawat) : Pak sesuai yang sudah saya periksa barusan hari ini saya
ajarkan teknik dasar dulu ya Pak agar Bapak tidak terlalu
kaku untuk latihan-latihan brikutnya.
Henik (Klien) :Iya Suster.
Della (Perawat) : Ibu Pertemuan pertama ini sudah selesai tapi tubuhnya Bapak
masih agak kaku, untuk rabu besok akan saya latih program
selanjutnya agar bisa lebih luwes Ibu.
Niken (Keluarga Klien) : Iya Mbak nanti kalau mau kesini hubungi saya dulu
ya.
Della (Perawat) : Iya Bu ini ada kartu nama saya kalau ada apa-apa atau
keluhan pada Bapak setelah saya latih Ibu bisa hubungi
nomor itu.
Niken (Keluarga Klien) : Waah terima kasih suster
Della (Perawat): Saya pamit pulang dulu ya Bu, Pak Tejo
Niken & Henik : Iya Suster hati-hati
Della (Perawat) : Assalamualaikum
Niken & Henik : Walaikummussalam.
F. Penutup
a. Kesimpulan
1. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara
pengobat dan pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien
yang mempengaruhi perilaku pasien.
2. Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
kekurangan pada anggota tubuh atau terganggunya sistem organ dalam
tubuh, sensorik, dan motorik pada tubuh.
b. Saran
Ketika berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan fisik
diperlukan pemahaman dan kesabaran terhadap klien serta perlu strategi
komunikasi dan mempertimbangkan media yang digunakan yang
disesuaikan dengan kondisi klien, agar pesan tetap dapat diterima
DAFTAR PUSTAKA
Arwani. 2010. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.